Artikel ini merupakan bagian dari serangkai kegiatan penelitian yang mencakup kegiatan survei dan rekayasa sketsa alternatif ragam hias baru. Hasilnya adalah sebuah digital galeri yang menyajikan temuan ragam hias dan sketsa desain hitam putif.
Pada tahap berikutnya, dilakukan penciptaan model alternatif sehingga menghasilkan 40 desain dan dilakukan desiminasi dalam bentuk pameran. Kegiatan terakhir, dilakukan pengemasan digital dan diuji coba pada 6 mahasiswa grafis komputer dengan aplikasi
Elearning Authoring System. Berdasar uji coba di lapangan terutama pada 6 mahasiswa, yaitu peserta kuliah mata kuliah grafis komputer menghasilkan capaian kompetensi. Berdasar hasil ini, tim peneliti menindaklanjuti untuk menyusun draft buku ber ISBN tentang desain ragam hias baru berbasis dari ragam hias Melayu, Karo, Dairi, Batak Simalungun, Batak Toba, Nias. Dan pada tahap berikutnya adalah berencana untuk melakukan penelitian tingkat lanjut yaitu untuk melakukan penciptaan desain tekstil berdasar filosofi ragam hias tradisional di Sumatera Utara menjadi tekstil bernuasa modern.
Pembuktian rumus volume dan luas permukaan bangung ruang Tabung, Limas, Keruc...
RAGAM HIAS
1. 83
PENGEMASAN HASIL PENCIPTAAN RAGAM HIAS DENGAN APLIKASI
ELEARNING AUTHORING SYSTEM
Dwi Budiwiwaramulja, Misgiya, Sri Wiratma
Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan
medanpro@yahoo.com
Abstrak
Artikel ini merupakan bagian dari serangkai kegiatan penelitian
yang mencakup kegiatan survei dan rekayasa sketsa alternatif
ragam hias baru. Hasilnya adalah sebuah digital galeri yang
menyajikan temuan ragam hias dan sketsa desain hitam putif.
Pada tahap berikutnya, dilakukan penciptaan model alternatif
sehingga menghasilkan 40 desain dan dilakukan desiminasi dalam
bentuk pameran. Kegiatan terakhir, dilakukan pengemasan digital
dan diuji coba pada 6 mahasiswa grafis komputer dengan aplikasi
Elearning Authoring System. Berdasar uji coba di lapangan
terutama pada 6 mahasiswa, yaitu peserta kuliah mata kuliah
grafis komputer menghasilkan capaian kompetensi. Berdasar hasil
ini, tim peneliti menindaklanjuti untuk menyusun draft buku ber
ISBN tentang desain ragam hias baru berbasis dari ragam hias
Melayu, Karo, Dairi, Batak Simalungun, Batak Toba, Nias. Dan
pada tahap berikutnya adalah berencana untuk melakukan
penelitian tingkat lanjut yaitu untuk melakukan penciptaan desain
tekstil berdasar filosofi ragam hias tradisional di Sumatera Utara
menjadi tekstil bernuasa modern.
Kata Kunci: ragam hias, penciptaan, tradisional.
PENDAHULUAN
Penelitian lanjutan tahun ke-3 ini diangkat berdasar hasil penelitian pertama dan
kedua. Hasil penelitian pertama dijadikan sebagai landasan penelitian penciptaan
pada penelitian tahap kedua. Dan penelitian tahun kedua, hasilnya dipamerkan pada
17 Oktober 2012. Pameran ini memperoleh respon positif. Respon datang dari dekan
FBS, sivitas jurusan pendidikan seni rupa seperti fungsionaris, dosen dan
mahasiswa. Sebagian besar pengunjung memahami karakter ragam hias Sumatera
Utara termasuk mahasiswa baru karena pengetahuan tentang ragam hias ini telah
dipelajari pada semester pertama di jurusan pendidikan Seni Rupa Unimed.
Pameran ini dilakukan untuk menjaring 3 pilihan terbaik menurut penilaian
pengunjung terutama ditinjau dari aspek kualitas penciptaan. Tiga pilihan inilah
dijadikan sebagai alasan mendasar untuk dijadikan sebagai materi pembelajaran
yang dikemas dalam bentuk e-learning oleh tim. E-learning ini menerapkan konsep
Aplikasi Elearning Authoring System sehingga unsur pemaparan audio-visual,
tutorial, galeri, dan quiz dikemas sebagai suatu modul pembelajaran.
Pengemasan ini dianggap penting bagi tim karena hasilnya menjadi inovasi
pembelajaran untuk mengenal Ragam Hias Tradisional Sumatera dan
pengembangannya. Selain itu pengemasan ini sangat bermanfaat untuk menunjang
mahasiswa dalam menguasai blok kompetensi mengambar manual pada Mata
2. Jurnal FBS-Unimed, Vol.10 No. 01 Desember 2013: 83- 93
84
Kuliah Ragam Hias dan menggambar berbasis vektor atau bitmap pada Mata Kuliah
Grafis Komputer.
Ragam Hias Tradisional dan Hasil Penciptaan Baru
Ragam hias tradisional dalam tulisan ini dimaksudkan sebagai corak hias yang
berakar dari budaya rupa Sumatera Utara. Beberapa laporan skripsi dan tesis di
Indonesia menggunakan istilah “ornamen” sebagai “ragam hias” seperti: Arisayanti
(Arisayanti, 2007) dan Dasril (Dasril, 2007). Demikian pula yang digunakan tulisan
Silalahi yang memunculkan pengertian ornamen menjadi “Ragam Hias” (Silalahi,
1982, hal. 3).
Istilah ornamen (Eng.= Ornament) digunakan oleh Meyer dalam “Handbook of
Ornament”, diartikan sebagai elemen hiasan (dekorasi) yang diadaptasi,
dikembangkan dari tumbuh-tumbuhan. Selanjutnya berkembang dengan karakter
berbeda seperti geometrik dari bentuk organik (yaitu batang, daun, bunga) serta
bentuk anorganik. (Meyer, 1957, hal. vii). Bentuk lain berikutnya adalah bentuk
geometrikal dari objek tumbuhan, artifisial, binatang dan figur manusia dan
campuran yang berbasis dari unsur garis. Prinsip penyusunan yang ditulis Meyer
adalah : (a) Dekorasi yang dihasilkan dengan susunan dan penggabungan titik-titik
dan garis, atau gabungan dan pembagian figur geometrik, disusun sedemikian rupa
dengan hukum irama (rythem), keberaturan (regularity), symmetry dll. (b) Dekorasi
yang dihasilkan dengan memunculkan (representasi) objek dari dunia luar, imitasi
organik alam seperti bentuk tanaman, binatang dan manusia, bentuk kristalisasi,
bentuk fenomena alam serta objek artificial. Bentuk ornamen di seluruh wilayah
Nusantara berbeda-beda coraknya dari setiap daerah. Keberanekaan ini merupakan
kekayaan budaya yang dapat mendorong tumbuhnya usaha kerajinan rumah tangga
(home industry) yang membawa ciri kedaerahannya melalui seni ornamen atau
ragam hias, (Yudoseputro, 1983).
Perbedaan itu dilihat dari beberapa alasan antara lain karena kepercayaan dan
kegunaan yang berbeda. Laporan hasil penelitian Mesra, dijelaskan bahwa
“Ornamen tradisional merupakan bentuk karya seni rupa yang sudah memiliki
ketetapan bentuk, warna, dan di mana harus ditempatkan”. Namun demikian
ketetapan yang demikian itu kini telah mengalami perubahan. Dalam temuannya
menjelaskan bahwa “ornamen tradisional sudah terjadi pergeseran makna, dari
makna religius menjadi profan”. (Mesra, 2007, hal. 8) (Mesra, 2007)
Ragam hias di Sumatera Utara memiliki beragam jenis sesuai dari etnis yang
mewarisinya seperti tujuh sub Etnis Batak Toba, Batak Simalungun, Batak Karo,
Batak Angkola Mandailing, Batak Pakpak Dairi, Melayu, dan Nias. Di Indonesia
termasuk di Sumatera Utara, ragam hias diterapkan dalam seni kriya. Ragam hias
dalam seni kriya ini mengalami perkembangan dan perubahan karena proses
akulturasi, adaptasi dan asimilasi. (Effendi, 2000, hal. 8). Hasil penelitian itu
menggambarkan bahwa proses penciptaan karya seni dipengaruhi beberapa faktor
antara lain adalah pengaruh budaya yang berkembang, sikap seniman dan
masyarakat terhadap perubahan budaya karena terjadinya proses adaptasi dan
asimilasi. Alkulturasi terjadi antara budaya lama dengan datangnya agama di
Indonesia, adaptasi antara prinsip ragam hias tradisional dengan ragam hias
nusantara dan terjadi asimilasi antara yang berciri etnik dengan ragam hias
Nusantara.
3. Dwi Budiwiwaramulja, dkk: Pengemasan Media Pembelajaran
Penciptaan Ragam Hias Dengan Apli ...
85
Pengembangan penciptaan ragam hias tradisional untuk menjadi sebuah bentuk baru
tidak banyak dilakukan oleh pengrajin atau seniman di Indonesia. Kesulitan yang
mendasar pada industri kerajinan ini adalah lemah dalam mengembangkan desain
baru. Penggiat kerajinan bunga anggrek Suliantoro di Yogya terhadap kerajinan
gerabah di Yogyakarta menyarankan agar pengrajin harus mendapat perhatian
cukup, produk kerajinan apa yang dapat dikembangkan sehingga mampu memenuhi
kebutuhan lokal atau untuk eksport. (Sulaiman, 2004)
Munculnya motif atau ragam hias baru dari kalangan industri kecil sangatlah
diperlukan. Sebagaimana dikatakan Lilik, ketua “Asosiasi Pengrajin Jawa Timur”
menyatakan bahwa sebenarnya pengrajin bisa memasarkan produknya tidak hanya
menjelang lebaran saja. Karena tergantung dari inovasi dan kreativitas pengrajin.
Seperti rajin membuat desain terbaru sehingga pasarnya terus berkembang. (Luq.,
2008). Kutipan ini membuktikan bahwa masyarakat membutuhkan bentuk baru atau
desain baru.
Pengalaman penulis bersama ahli gambar lainnya di salah satu indutri tekstil (Batik)
di Surakarta, oleh pengusaha kami hanya ditugasi menjiplak dari motif atau ragam
hias yang laku di pasar. Cara instan seperti ini ternyata benar-benar dilakukan oleh
sebagian pengusaha di Indonesia untuk memperoleh keuntungan yang cepat tanpa
bekerja keras. Cara kerja dan sikap ini tentunya melanggar hak cipta menghambat
adanya produk-produk baru. Seharusnya para ahli gambar atau desainer ditugasi
diberi kepercayaan untuk berkreasi. Berdasar kenyataan ini maka menjadi penting
bahwa penciptaan desain ragam hias baru sangat dibutuhkan oleh industri.
Secara akademik, penciptaan bentuk-bentuk baru tersebut dapat dikembangkan.
Metode yang dapat digunakan untuk rekayasa kreatif ini adalah dengan menerapkan
konsep “scamper” dan “mindmap”. “Scamper” digunakan untuk mengembangkan
kreativitas berfikir dalam menemukan suatu solusi, termasuk solusi menciptakan ide
baru. Sedangkan metode “mindmap” dapat membantu menggambarkan solusi baru
itu di atas kertas berupa peta konsep atau peta pikiran.
Modifikasi dalam Metode Scamper dan Penciptaan Ragam Hias
“Skamper” sebagai metode (Scamper Method) ditulis oleh Michalko dalam bukunya
versi terjemahan yang berjudul Permainan Berfikir (Thinkertoys) “Handbook” Para
Pebisnis Kreatif (Michalco, 2001, hal. 97) dan sebagai “Scamper” dalam buku oleh
Gorden Dryden dan Jeannettte Vos adalah sederetan pertanyaan yang merangsang
ide. Sebagian pertanyaannya pertama kali diusulkan oleh Osborn, perintis guru
kreativitas. Pertanyaan itu kemudian disusun oleh Bob Eberle menjadi mnemonic
ini: Substitute? Combine? Adapt? Modify atau Magnify? Put to other uses?
Eliminate or reduce? Reverse? Atau Rearrange? (Michalko, 2003, hal. 198)
Dalam suatu kasus seorang penulis (tanpa nama) memberikan penjelasan sebagai
berikut:
“The SCAMPER method is a great way to turn one idea into several more
ideas. To use this method, simply apply any of the actions below to your ideas.
For example, if you have an idea to make a new widget, you may be able to
'substitute' a new material to make it stronger, or 'magnify' it to make it bigger,
or 'eliminate' part of it to make it lighter”
Dalam contoh ini jika ingin membuat produk baru sebagaimana alat jaman dulu
4. Jurnal FBS-Unimed, Vol.10 No. 01 Desember 2013: 83- 93
86
(widget), kita dapat men”substitute” dengan bahan baru untuk membuatnya lebih
kuat, atau menggunakan teknik “magnify” untuk memperbesar, atau “eliminate”
mengurangi untuk membuatnya lebih ringan.
Munculnya peralatan papan tulis “black board” dengan kapur tulis sehingga menjadi
“white board” dengan board maker sehingga kini muncul papan elektronik
merupakan cara mengubah bagaimana suatu benda dapat dimodifikasi atau
dikembangkan dengan menerapkan pemacu pertanyaan “scamper”.
Modifikasi seorang pelukis terhadap goresan seorang pejabat yang menggoreskan
pada “Kanvas peresmian” saat Upacara Pembukaan Pameran Lukisan, kemudian
pelukis melanjutkan atau menimpali dengan garis dan warna sehingga goresan kuas
sang pejabat berubah menjadi lukisan. Hal demikian merupakan aksi reaktif pelukis
bagaimana secara cepat menerapkan teknik modifikasi terhadap goresan sang
pejabat. Secara tidak sadar, sesungguhnya pelukis telah menggunakan teknik
“Scamper” dalam menindaklanjuti goresan kuas sehingga menjadi lukisan.
Teknik “Scamper” dalam seni hias dapat dilakukan terhadap eksistensi atau karakter
unsur rupa atau nilai estetika. Dalam hal ini, penggambar dapat melakukan
perubahan karakter garis lebih tipis, tebal, panjang atau lebih pendek dengan cara
substitusi, combine, adapt, dsb. Modifikasi kualitas warna (hue), dapat ia lakukan
dengan reduce, combine atau kombinasi kesan terang atau gelap (brithness) dan
lighness), tingkat kepekatan atau cerah suramnya warna (Saturation), tingkat
ketajaman warna (contrast). Adapt dilakukan untuk menciptakan suatu kesan
dinamis atau statis suasana lingkungan. Komposisi atau organisasi unsur rupa dapat
dilakukan dengan konsep reverse atau rearrange.
Demikian halnya terhadap ragam hias tradisional, dengan menggunakan teknik
“scamper” diharap dapat menemukan inovasi-inovasi baru dari sisi bentuk, nilai,
fungsi atau gabungan dari ketiganya.
Berikut di bawah ini merupakan pertanyaan “scamper”, ide untuk memacu dan
menemukan bentuk, nilai dan fungsi baru pada ragam hias tradisional. Konsep ini
diambil berdasar buku “Permainan Berfikir” oleh Michael Michalko. (Michalco,
2001, hal. 95-126).
Mind Map® Bidang Seni Rupa
“Mind Map®” merupakan temuan Tony Buzan berupa sistem pencatatan
revololusioner pemetaan pikiran yang sangat membantu dalam setiap area
kehidupan. Dalam hal ini Sugiarto menjelaskan bahwa “Peta pikiran adalah teknik
meringkas bahan yang akan dipelajari dan memproyeksikan masalah yang dihadapi
ke dalam bentuk peta atau teknik grafik sehingga lebih mudah memahaminya”
(Iwan Sugiarto, 2004:75).
Sementara itu pengantar Legowo dalam pengantar bukunya “Free Mind, Mind
Mapping Software” menjelaskan bahwa “Mind Map®” adalah alat yang dinamis
dan menggairahkan untuk membantu pemikiran dan perencanaan menjadi aktivitas
yang lebih cepat. (Legowo, 2009, hal. V)
Pada pengertian lain dijelaskan oleh Buzan bahwa “Mind Map®” adalah cara yang
paling mudah untuk memasuk informasi ke dalam otak dan untuk kembali
mengambil informasi dari dalam otak. Peta pemikiran merupakan teknik yang paling
baik dalam membantu proses berfiki otak secara teratur karena menggunakan teknik
5. Dwi Budiwiwaramulja, dkk: Pengemasan Media Pembelajaran
Penciptaan Ragam Hias Dengan Apli ...
87
grafis yang berasal dari pemikiran manusia yang bermanfaat untuk menyediakan
kunci-kunci universal sehingga membuka potensi otak (Buzan, 2004: 68) .
Ditinjau dari manfaat mind map, buku “Buku Pintar Mind Map®” yang ditulis oleh
Tony Buzan dan yang dipromosikan dalam buku terjemahan oleh Susi Purwoko
adalah untuk “memunculkan ide-ide cemerlang, menemukan jalan keluar yang
cerdas untuk setiap masalah, menciptakan lebih banyak waktu untuk diri sendiri,
menetapkan tujuan dan cara mencapainya, memotivasi diri dan orang lain,
mengingat segala sesuatu yang diinginkan bila menginginkan. (Buzan, 2005)
Program Aplikasi Komputer
Program aplikasi komputer merupakan perangkat lunak yang digunakan untuk
membantu mengolah, menyusun, mengemas dan menyajikan data. Program ini
adalah Adobe Photoshop, digunakan untuk mengolah gambar. Program aplikasi
“Mindmap” Freemind digunakan untuk membantu mengembangkan ide atau subject
matter. Sedangkan eBook Maestro FREE digunakan untuk mengemas dan
menyajikan dalam format e-book dan CourseLab 2.4 digunakan untuk mengemas
hasil penelitian dalam format e-learning. Program digunakan sesuai peruntukkannya
menurut fungsi dan prosedur sebagaimana penjelasan yang diberikan pada tutorial
menu Help yang disertakan. Software CourseLab 2.4 dapat diperoleh secara gratis
melalui situs “courselab.com”
METODE PENELITIAN
Metode penelitian ini dilakukan dengan menerapkan konsep penelitian kaji tindak
(Action Research). “Kaji tindak” ini diambil berdasar konsep Davison, Martinsons
& Kock yang membagi action research dalam 5 tahapan, yaitu : tahap 1) diagnosa,
2) membuat rencana tindakan, 3) melakukan tindakan, 4) evaluasi dan 5) refleksi.
(Davidson & Martinsons, 2004, hal. 14, 65–86)
Gambar 1. Tahapan penelitian
Tahapan: 1) dilakukan pengumpulan data dan analisis kesesuaian dengan software
ditinjau dari beberapa aspek ukuran, jenis, dan kapasitas. 2) membuat rancangan
model tampilan atau interface aplikasi 3), melakukan penyusunan materi sesuai
karakter data dan fungsi-fungsi aplikasi, 4) penerapan hasil aplikasi pada peserta
6. Jurnal FBS-Unimed, Vol.10 No. 01 Desember 2013: 83- 93
88
didik (responden) dan melakukan evaluasi, da 5) refleksi melalui diskusi dengan
mahasiswa dan dengan dosen di Fakultas Bahasa dan Seni melalui seminar. Metode
penelitian ini juga mengacu pada prinsip-prinsip yang dilakukan oleh Nello
McDaniel dalam kelompok “Arts Action Research” bekerja dengan prinsip “ARTS
Action Research works with performing, visual, literary, presenting and service arts
organizations in both single and cross discipline configurations”. (McDaniel, 2008)
Data dikumpulkan berdasar hasil dari penelitian pertama dan kedua dan seluruh
deskripsi yang berkenaan dengan ragam hias tradisional dan hasil modifikasinya.
Berikut ini adalah kilas balik perolehan data hasil penelitian pertama hingga ketiga.
Kegiatan peneliti pada tahun 3 adalah kaji dengan urutan kegiatan pengumpulan dan
analisis data, pengemasan, publish, refleksi serta evaluasi, finishing dan penulisan
laporan
NO Kegiatan Target , indikator Definisi operasional
1 Persiapan/
Diagnosa model
dan tim kerja
Daftar data visual dan
modul pembelajaran
sesuai hasil penelitian
tahun 1 dan 2
Mengumpulkan, identifikasi
data organisasi komponen
modul pembelajaran, dan
analisis berdasar jenis, ukuran,
kapasitas data.
2 Pengemasan for-
mat E-learning
Course-Lab 2.4
Struktur materi
pembe-lajaran sesuai
konsep e-learning
Kaji tindak aplikasi rancangan
pembelajaran “e-learning”
3 Refleksi Sosialisasi di kelas
Publish dalam CD
dan website
Menjaring umpan balik melalui
uji coba produk dan seminar/
proseding
Setiap tahapan kegiatan dievaluasi sebagaimana konsep yang dikembangkan oleh
Robert C. Cooper, yaitu berdasar pada tahapan “scoping, business case,
development, testing & validation, dan launch”. (Itpin, 2007). Dalam penelitian ini
scoping merupakan evaluasi pada tahap ide dan pengumpulan data visual, termasuk
pada kegiatan rekayasa model. Business case merupakan tahap evaluasi kelayakan
hasil penciptaan karya, sedangkan development merupakan tahap evaluasi atau
refleksi hasil kegiatan apakah produk memiliki kualitas dan keunikan ditinjau dari
aspek pendukung seni.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil karya yang sudah diciptakan pada penelitian tahun pertama adalah berupa
referensi visual. Data ini kemudian dikemas dalam bentuk “Galeri digital Ragam
Hias Sumatera Utara.
7. Dwi Budiwiwaramulja, dkk: Pengemasan Media Pembelajaran
Penciptaan Ragam Hias Dengan Apli ...
89
Gambar 2. Tampilan Aplikasi Hasil Penelitian Tahun 2011
Gambar 3: Tampilan Galeri Ragam Hias
Gambar 4: Tampilan Sketsa Ragam Hias Tahun 2011
8. Jurnal FBS-Unimed, Vol.10 No. 01 Desember 2013: 83- 93
90
Gambar 5 : Tampilan Hasil penciptaan Ragam Hias Tahun 2012
Gambar 6: Pameran Hasil Penciptaan Ragam Hias 2012
Pengemasan Format E-Learning
Berdasar tujuan utama yang telah ditentukan, maka proses dan hasil perancangan
akan dikemasan dengan Aplikasi Elearning Authoring System. Perangkat lunak
utama yang digunakan adalah CourseLab Versi 2.4, (lihat gambar 7)
Gambar 7: Tampilan software utama yang digunakan
9. Dwi Budiwiwaramulja, dkk: Pengemasan Media Pembelajaran
Penciptaan Ragam Hias Dengan Apli ...
91
Gambar 8: Tampilan aplikasi penerapan skamper
Gambar 9: Tampilan modifikasi dalam desain tekstil
Gambar 10: Tampilan aplikasi penerapan skamper dengan gambar
KESIMPULAN
Sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan pada penelitian tahun pertama, kedua
dan ketiga adalah menghasilkan desain ragam hias dan dikemas secara digital
10. Jurnal FBS-Unimed, Vol.10 No. 01 Desember 2013: 83- 93
92
dengan Aplikasi Elearning Authoring System. Berdasar uji coba di lapangan
terutama pada 6 mahasiswa, yaitu peserta kuliah mata kuliah grafis komputer
menghasilkan capaian kompetensi “merancang desain ragam hias tercapai” dengan
baik.
Berdasar hasil dan kesimpulan yang diperoleh, peneliti memberi rekomendasi untuk
kegiatan berikutnya, yaitu:
1. Menyusun rencana program pengabdian masyarakat bagi masyarakat yang
membutuhkan. Kelompok target yang menjadi sasaran adalah masyarakat yang
berkecimpung dalam bisnis ukiran dan tekstil di Sumatera Utara.
2. Meneliti dan melakukan penciptaan desain tekstil berdasar filosofi ragam hias
tradisional di Sumatera Utara menjadi tekstil bernuasa modern.
3. Menyusun draft buku ber ISBN tentang desain ragam hias baru berbasis dari
ragam hias Melayu, Karo, Dairi, Batak Simalungun, Batak Toba, Nias.
4. Mengaplikasikan desain ragam hias dalam bentuk batik atau Tshirt.
UCAPAN TERIMA KASIH
Artikel ini dapat disajikan karena dukungan dana dari pemerintah melalui Direktorat
Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Direktorat Jenderal Pendidikan
Tinggi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Oleh karenanya tim penulis
mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada Dirjen Perguruan tinggi yang
menyelenggarakan program Hibah Bersaing sehingga penelitian dan tulisan ini
dapat diselesaikan.
KEPUSTAKAAN
Arisayanti, L. (2007). Estetika dan Pergeseran Fungsi Ragam Hias Batik Jambi.
Bandung.
Buzan, T. (2005). Buku Pintar Mind Map (1 ed.). (S. Purwoko, Penerj.) Jakarta,
DKI, Indonesia: PT Gramedia Pustaka Utama.
Dasril. (2007). Kajian Bentuk dan Makna Ornamen pada atap Balai Adat di
Pekanbaru. (Winda, Ed.). Bandung, Indonesia.
Davidson, R., & Martinsons, M. (2004). Principles of Canonical Action Research.
Information Systems Journal , 14, 65-86.
Effendi, Y. (2000). Seni Kriya Batik Dalam Tradisi Baru Menghadapi Arus Budaya
Global. Wacana Seni Rupa Jurnal Seni Rupa dan Desain , 1.
Itpin. (2007, April 6). itpin. Dipetik Maret 14, 2009, dari itpin:
http://www.itpin.com/blog/category/business/innovation/
Legowo, B. T. (2009). Mind Mapping Software. (A. Hendyar, Penyunt.) Waru-
Sidoarjo, Jawa Timur, Inonesia: Masmedia Buina Pustaka.
Luq. (2008, September 23). EKONOMI DAN BISNIS. Dipetik 1 3, 2009, dari Jajar
Online: http://www.fajar.co.id/index/files/index.php?act=news&id=52763
McDaniel, N. (2008). ARTS Action Research. Dipetik September 03, 2009, dari
ARTS Action Research: http://www.artsaction.com/
Mesra. (2007). Revitalisasi Ornamen Tradisional Sumatera Utara Alternatif
Penerapan Ornamen sebagai Elemen Interior pada yang akan Datang.
Universitas Negeri Medan, Medan.
Meyer, F. S. (1957). Hand Book of Ornament. New York, N.Y. 10014, United States
of America: Dover Publications, Inc.
11. Dwi Budiwiwaramulja, dkk: Pengemasan Media Pembelajaran
Penciptaan Ragam Hias Dengan Apli ...
93
Michalco, M. (2001). Permainan Berfikir (Thinkertoys) "Handbook" Para Pebisnis
Kreatif (3 ed.). (F. Syahrani, Penerj.) Bandung, Indonesia: Kaifa.
Michalko, M. (2003). Scamper. In G. D. Vos, Revolusi Cara belajar (The Learning
Revolution) Belajar akan Efektif kalau Anda dalam Keadaan "Fun" (
Kejaiban pikiran/Gordon Dryden dan Jeannette) (6 ed., Vol. 1). (A.
Baiquni, Penerj.) Bandung, Jawa Barat, Indonesia: Kaifa.
Silalahi, T. (1982). Ornamen Tradisional, Sebuah Pengantar. Medan: FKSS IKIP.
Sulaiman, L. S. (2004, Juni 21). www.bantulbiz.com. Dipetik Januari 3, 2009, dari
Pemerintah Kabupaten Bantu: http://bantulbiz.com/id/berita_baca/idb-
46.html
Yudoseputro, W. (1983). Seni Kerajinan Indonesia. Jakarta: Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan.
12. JURNAL SENI RUPA FBS UNIMED
KETENTUAN TULISAN DI JURNAL SENI RUPA
1. Tulisan adalah naskah asli yang belum pernah dipublikasikan.
2. Judul maksimal 12 kata
3. Tulisan disertai abstrak, ditulis satu spasi dengan bahasa Inggris, maksimal 200
kata.
4. Kata kunci (key words) minimal dua kata ditulis di bawah abstrak.
5. Setiap naskah memiliki sistematika sub judul pendahuluan diikuti dengan
beberapa sub judul lain dan berakhir dengan sub judul penutup atau kesimpulan.
6. Naskah diketik rapi dua spasi dalam bahasa Indonesia atau Inggris font: Time
New Roman, size:11. Seluruh format tulisan/font: Normal, Ukuran Kertas: A4
justify.
7. Panjang naskah minimal delapan dan maksimal 15 halaman, termasuk rujukan.
8. Sistem rujukan adalah lazim digunakan dalam tulisan ilmiah, dengan
konsistennya.
9. Sumber rujukan/kutipan dimasukkan dalam tulisan (tanpa foot note)
10. Tulisan dikirim dalam Compact Disk, disertai print out-nya satu eksemplar atau
dikirim lewat email (medanpro@yahoo.com) dengan subject: “Artikel Jurnal
Seni”, Nama Penulis, Instansi
11. Redaktur berhak mengedit dengan tidak merubah isi dan maksud tulisan
12. Redaksi memberikan hasi cetak sebanyak dua eksemplar bagi penulis
13. Naskah yang tidak dimuat hanya dikembalikan kalau dalam pengirimannya
disertakan perangko pengembalian, atau diambil langsung dari redaktur.