Tiga kalimat ringkasan dokumen tersebut adalah:
Badan Karantina Hewan melakukan pengawasan terhadap pangan asal hewan yang diimpor dan diekspor untuk menjamin keamanannya dari berbagai ancaman seperti penyakit, residu obat berbahaya, dan kontaminan kimia lainnya guna melindungi kesehatan masyarakat. Pengawasan mutu pangan perlu diperkuat agar masyarakat memiliki akses terhadap pangan yang bergiz
1. KEBIJAKAN KARANTINA HEWAN DAN PENGAWASAN KEAMANAN
PANGAN ASAL HEWAN
Oleh : drh. Bambang Erman
Kepala Bidang Keamanan Hayati Hewani
Pusat Karantina Hewan dan Keamanan Hayati Hewani
Kementerian Pertanian Indonesia
Badan Karantina Hewan merupakan salah satu bagian salah satu badan yang
berada di bawah naungan Kementrian Pertanian. Dahulu, badan karantina ini
tergabung menjadi badan karantina pertanian yang mengawasi hewan dan tumbuhan
sehingga namanya Badan Karantina Hewan, Ikan, dan Tumbuhan.
Pada tahun 1992, hasil International Conference on Nutrition menyatakan bahwa
“memperoleh pangan yang cukup bergizi dan aman dikonsumsi merupakan hak setiap
orang”.
Pada zaman penjajahan Belanda, terdapat Polisi Veteriner di Indonesia. Polisi
Veteriner ini merupakn dokter hewan yang tugasnya mengawasi pangan untuk kepala
negara dan pejabat-pejabat tinggi lainnya. Dahulu, profesi dokter hewan sangat
dihargai dan di apresiasi di Indonesia, namun sekarang banyak yang tidak tahu
tentang pentingnya dokter hewan dan peranannya.
Kesejahteraan masyarakat di Indonesia dapat dilihat dari pangan yang di
konsumsinya. Semakin tinggi tingkat konsumsi pangan, maka semakin tinggi
pendapatan seseorang tersebut, sehingga kesejahteraannya pun semakin tinggi.
Masyarakat Indonesia masih belum mementingkan mutu pangan, dan hanya
mementingkan “asal ada makanan”, sehingga tingkat kesejahteraan dan kesehatannya
pun masih sangat rendah.
2. Keamanan pangan (food safety) merupakan salah satu aspek dari Kesmavet
(Kesehatan Masyarakat Veteriner). Hal krusial pada saat sekarang ini adalah hanya
menjamin keamanan pangan secara kualitatif.
Tugas badan karantina hewan yaitu melakukan pengawasan terhadap pangan asal
hewan yang di impor maupun yang akan di ekspor. Dengan memperhatikan aspek
keamanan pangan, maka Badan Karantina akan menghambat masuknya produk
hewan impor yang bermutu rendah dan tidak aman dikonsumsi.
Terdapat beberapa Undang-undang yang mengatur tentang aspek keamanan pangan
dan kesehatan masyarakat veteriner, diantaranya :
a. UU No. 16 tahun 1992 dan PP No. 82 tahun 2002
b. UU No. 7 tahun 1994 dan PP No. 28 tahun 2004
c. UU No. 18 tahun 2009
Akibat globalisasi, semakin hari semakin cepat penyakit menyebar karena lalu
lintas pengimporan produk hewan antar negara semakin meningkat . ancaman pangan
seperti produk rekayasa genetik yang merugikan, produk hewan yang bermutu
rendah, dan produk hewan berbahan kimia berbahaya sangat tinggi. Banyak resiko
dari pangan pangan yang didatangkan dari negara lain, diantaranya dapat menjadi
zoonosis seperti anthrax, taeniasis, dan lain-lain, serta menjadi foodborne deases
(agen penyakit) yang terdiri dari food poisoning (racun dari organisme pada pangan)
dan food infection (perkembangan mikroorganisme dalam tubuh setelah pangan di
konsumsi). Jika tidak dilakukan pengawasan keamanan, maka pangan dapat menjadi
agen penyakit. Keamanan pangan ini terdiri dari keamanan fisik seperti aman dari
cemaran-cemaran dan bahan kimia berbahaya, serta keamanan psikis seperti
kehalalan pangan tersebut.
Terdapat beberapa bahaya dalam pangan, diantaranya :
a. Bahaya biologis seperti prion (protein penyebab sapi gila).
3. b. Bahaya kimiawi seperti bahan tambahan pangan berbahaya, dan penggunaan
antibiotik berlebihan.
c. Bahaya fisika seperti kandungan logam, tercampur batu, kayu, serpihan kaca,
dan sebagainya.
Indonesia sangat bergantung pada pakan impor yang bahannya terbuat dari
bahan-bahan sisa hewan seperti MBM, tepung tulang unggas, tepung bulu unggas dan
sebagainya. Padahal bahan-bahan tersebut dapat menyebabkan penyakit, dan negara
asalnya pun belum tentu terbebas dari BSE.
Peran karantina adalah melakukan pengawasan pemasaran, melakukan pemeriksaan
fisik, biologis maupun kimiawi pada pangan yang akan masuk dan keluar Indonesia,
serta melakukan pencegahan yang dapat menjamin keamanan pangan. Aturan
karantina sekarang ini hanya mengawasi lalu lintas perdagangan dari luar negeri,
belum menitikberatkan pada mendeteksi dan meyakinkan bahwa pangan asal hewan
tersebut layak dikonsumsi. Salah satu kendala Badan Karantina adalah terbatasnya
sumberdaya teknologi dan tenaga ahli sehingga ada penyakit-penyakit yang susah di
deteksi dan diamankan, sebagai contoh penyakit PMK. Penyakit baru yang ada di
Indonesia adalah paratuberculosis (dibawa dari susu yang tercemar virus
paratuberculosis dari Australia).
Peran dokter hewan adalah memberikan edukasi dan meyosialisasikan kepada
masyarakat tentang bahaya penyakit menular yang terdapat dalam pangan asal hewan.
4. STRATEGI PENANGANAN RESIDU OBAT DI PANGAN ASAL HEWAN
Oleh : drh. Abadi Soetisna, M.Si
Pakar Farmakologi dan Toksikologi
Makanan manusia dapat berasal dari tanaman maupun berasal dari hewan. Di
lain pihak pakan hewan bisa berasal dari tanaman maupun asal hewan lain. Untuk
mempercepat pertumbuhan dan meningkatkan produksi maupun reproduksi
diperlukan campur tangan manusia dengan berbagai cara antara lain memberikan
obat-obatan. Akan tetapi pada dasarnya antara obat dan racun hanya berbeda tipis
sehingga obat yang diberikan kepada hewan ataupun tanaman sebagai pakan hewan
dapat meracuni hewan itu sendiri maupun manusia yang mengkonsumsi hewan atau
hasil hewan tersebut bahkan juga dapat merusak lingkungan.
Untuk itu diperlukan suatu peraturan yang mengatur obat hewan, antara lain
dengan SK Menteri :
• PP. 78 tahun 1992 tentang Obat Hewan.
• Kepmen Pertanian nomor: 466/Kpts/TN.260/V/99 tentang Pedoman Cara
Pembuatan Obat Hewan yang Baik
• Keputusan Dirjen Peternakan No. 247/TN.260/ Kpts/ DJP/ Deptan/1999
tentang Petunjuk Operasional Penerapan Cara Pembuatan Obat Hewan yang
Baik.
Perlu diketahui mengapa obat yang diberikan kepada hewan dapat
mengganggu kesehatan manusia. Dalam hal ini perlu diingat mengenai
Farmakokinetik. Farmako kinetik yaitu nasib obat atau perjalanan obat mulai masuk
ke dalam tubuh sampai dikeluarkan dari tubuh.
Obat hewan memiliki nasib sendiri (farmakokinetik) yang tahapannya sebagai
berikut:
5. a. Liberalisasi : obat melepaskan ikatannya.
b. Absorpsi : obat terserap dalam tubuh.
c. Distribusi : obat diedarkan dalam tubuh.
d. Metabolisme : obat mengalami perubahan kimiawi.
e. Ekskresi atau eliminasi : obat dikeluarkan melalui urine, feses, atau
susu.
Selanjutnya bagaimana mensiasati atau strategi apa yang harus diambil agar
residu obat hewan yang masih tertinggal pada bahan pakan asal hewan maka :
1. Harus diketahui withdrawl time dari obat hewan. Latar belakang dari
withdrawl time adalah bahwa setiap obat mempunyai waktu paruh tertentu
sehingga berapa lama obat itu dapat di detoksikasi dan di ekskresikan.
2. Pilih obat-obat yang mempunyai omset yang cepat dan masa kerja yang
singkat juga (omset dan durasi cepat).
3. Pilih obat yang mudah di degradasi.
4. Pilih obat yang tidak diserap usus sehingga bekerja secara lokal dan tidak
bersifat sistemik.
Selanjutnya persyaratan obat hewan yang boleh di pakai atau beredar di Indonesia
harus :
1. Obat Aman :
a. bagi hewan itu sendiri
b. bagi manusia dan
c. bagi lingkungan
6. 2. Obat memunyai efikasi; manjur, sesuai dengan claim yang ditulis
3. Obat bermutu/berkualitas sesuai denga persyaratan, mulai dari obatnya sendiri
sampai kepada kemasannya.
Selanjutnya untuk pengamanan dan keamanan penggunaan obat hewan maka obat
hewan harus terdaftar di Kementerian Pertanian RI dengan disertai Nomor
pendaftaran. Obat yang tidak mempunyai nomor pendaftaran adalah obat yang
illegal karena keamanannya tidak terjamin. Berikutnya setiap stakeholder harus
mempunyai sertifikat GMP (Good Manufacturer Practises). Sebagai contoh
peternakan mempunyai GMP. Demikian juga pabrik obat harus memenuhi
persyaratan GMP. Dan Dokter Hewan yang berkecimpung di dalam stakeholder
tersebut harus bersertifikasi.
Hal yang sangat penting memberi penyuluhan mengenai keamanan obat cara
penggunaan kepada para peternak. Menegakkan pengawasan dan melaksanakan
peraturan dengan baik. Memberi hukuman kepada yang bersalah dan memberi
hadiah bagi yang taat. Memperbaiki sumber daya manusia.
Obat hewan adalah obat yang digunakan untuk hewan. Tujuan penggunaan
sebagai berikut:
• Untuk pengobatan/penyembuhan penyakit, misalnya antibiotik.
• Untuk pencegahan penyakit, misalnya vaccine.
• Untuk peningkatan produksi/reproduksi, misalnya Growth Promotor.
• Untuk alat diagnostik, misalnya antigen.
• Untuk mengurangi rasa sakit/stress dalam perlakuan ikan.
• Untuk kosmetik, misalnya agar warnanya lebih cerah.
Oleh karena itu semua, maka obat harus digunakan dengan bijak. Hanya bila
diperlukan. Perlu juga kejelian untuk memilih obat yang aman, manjur, dan sesuai
7. harga pasaran. Terakhir, harus diperhatikan juga peraturan-peraturan serta kegunaan
obat-obat yang akan kita pakai.