2.
Peradangan didalam rongga peritoneum, yang dapat
disebabkan oleh agent tertentu misalnya bakteri, jamur, virus,
kimia, dan benda asing
Saat ini dibagi dala 3 jenis:
1.
2.
3.
Peritonitis primer disebabkan oleh infeksi cairan peritoneum tanpa
adanya perforasi viseral
Peritonitis skunder : infeksi peritoneal yang berasal dari intra
abdomen biasanya dari perforasi viseral,(appendiksitis perforasi,
perforasi ileum, perforasi ulkus peptikum, perforasi gaster,
perforasi vesika felea, pangkreatitis akuta, perforasi kolon atau
rektum, perforasi akibat obstruksi dan strangulasi, dari organ
ginekologi dan pasca pembedahan. merupakan jenis terbanyak (99
%)
peritonitis tersier : merupakan peritonitis generalisata yang
menetap biasanya sebagai lanjutan perawatan awal pada
peritonitis skunder. Keadaan ini akibat adanya kegagalan respon
tubuh dan superinfeksi.
3. Peritoneum
merupakan lapisan tunggal yang
terdiri dari sel mesotel diatas jar. Ikat longgar
yang berisi sel lemak, makrofag, serabut
kolagen dan elastis.
Peritoneum parietalis seluruh rongga
abdomen, diafragma dan pelvis
Peritoneum viseralis organ visera intra
abdomen dan penggantungnya
Luas : 1,5 – 2 m2 ~ luas tubuh
Cairan peritoneal + 100 cc pelicin
4. Peritoneum
parietal saraf aferen somatik
dan viseral , Sangat sensitif t.u. bagian
ventral, pelvis kurang sensitif Melokalisir
stimulus nyeri tekan, nyeri tekan lepas, dan
DM
Peritoneum viseral sistem autonom, relatif
tidak sensitif tidak dapat melokalisir , hanya
merespon thd tekanan, tarikan, dan distensi
5. Akibat adanya peradangan peritonium:
1. Plasma akan mengalir kedaerah yang alami
peradangan
2. Air dan elektrolit akan mengalir ke lumen
usus oleh karena paralitik usus cairan
intravaskuler ↓ hipovolemia
3. Dilatasi PD CO meningkat kerja
jantung >>
4. Toksemia
5. Distensi perut gangguan kardiopulmonar
6. Endotoksin yang terlepas dari bakteri yang mati
berakibat :
1.
Kerusakan/ lisis sel2 platelet, lekosit, PMN
serotonin, histamin dan kinin mempengaruhi
timbulnya syok
2.
Merusak sel2 jaringan secara langsung
3.
Membebaskan enzin lisosom dari lekosit
4.
Mengaktivasi sistem komplemen
5.
Gangguan metabolik ok anoksia jaringan
7. Kerusakan sel-sel jaringan berakibat :
1.
Pembebasan bahan-bahan yang mengaktivasi
koagulasi darah
2.
Meningkatkan aktivitas netrofil kemotaktik
3.
Adherensi butir-utir darah dan pembebasan
aafilatoksin dan bahan vasoaktif
8. Fase
Hiperdinamik/hiperkinetik / warm /
early
merupakan fase reaksi imunologis
Sekitar 30 menit – 16 jam
Fase
hipodinamik/ hipokinetik /cold/late
Hilangnya plasma ke jaringan interstisial
Keadaan yang mirip dengan syok hipovolemik
9. Tanda-tanda
khas :
Gambaran resistensi vaskuler perifer ↓
Cardiac Out put yang meningkat
Gejala
yang tampak
Tensi N /
Nadi cepat
Produksi urin ↓
Perbedaan oksigen arterial – vena ↓
Mental confusion
Hiperventilasi
10. Tanda
khas
Hilangnya plasma ke jaringan interstisial mirip syok
hipovolemik
CO ↓ ok volume darah dan venous return ↓
Gejala
yang nampak
Tensi ↓
Nadi semakin cepat
Produksi urin makin ↓
Kulit dingin dan lembab
Kesadaran gelisah dan menurun
Hiperventilasi terus berlangsung
11. Terjadi
sejak fase hiperdinamik/ early
Akibat meningkatnya metabolisme sel
Kebutuhan O2 meningkat
Penumpukan hasil metabolisme t.u CO2
CO2 dalam darah pusat pernafasan
hiperventilasi
12. Menyebabkan perubahan mikrosirkuler
1. Fase kompensasi
2.
Kontraksi klep prekapiler tek filtrasi ↓ cairan
kembali masuk ke vaskuler
Fase distress sel
klep perikapiler tetap menutup, AV shunt akan
membuka darah langsung ke vena
Sel-sel hipoksia distress sel histamin keluar
klep poskapiler menutup memperlambat
aliran darah kapiler
Kapiler bad yang kosong vasokonstriksi
13. 4. Fase Dekompensasi
Terjadi kematian sel
Penumpukan bahan metabolit dan asidosis lokal
klep prekapiler membuka
Klep postkapiler tetap menutup
Vasokonstriksi yang lama kerusakan sel endotel
permeabilitas kapiler
Saat klep prekapiler membuka cairan dan protein
akan lolos ke ruang interstitial,
Kapiler berisi butir darah merah yang
beraglutinasi, lekosit dan trombosit tertimbun di
venule asidosis >>
Permeabilitas kapiler dan penyediaan energi ↓
gangguan sodium pump Na, Cl, H2O masuk ke
sel sel bengkak
14. 5. Fase pemulihan
Bila volume darah pulih kembali pada saat fase
dekompensasi maka klep pre dan postkapiler
membuka kembali
15.
16. Nyeri
abdomen :
Karakteristik nyeri mengarahkan kepada penyebab
peritonitis
Biasanya bermula pada lokal peritoneum yang
inflamasi kemudian menyebar ke sebagian besar
permukaan peritoneum
Sifat nyeri biasanya, menetap, seperti
terbakar, bertambah berat bila bergerak
Nausea
, kadang dengan Muntah
Anoreksia
Haus dan oligouria
Demam atau panas
17.
18.
19. Ku
: tanda-tanda hipovolemik, septik syok,
dan syok.
Tanda Vital
Perhatikan pada pasien dengan penurunan
kesadaran,penggunaan obat-obat analgetik
atau kortikosteroid, toksik dan enchepalopati
metabolik, spinal injuri dan pasien post
operasi
20. Inspeksi:
Cembung dapat disebabkan adanya distended usus
halus oleh karena ileus paralitik
Palpasi
:
Nyeri tekan (lokal atau difus),
DM oleh karena adanya reflek otot spasme
Auskultasi
BU menurun sampai hilang oleh karena adanya ileus
paralitik
Perkusi:
PH menghilang penumpukan udara
21. X -FPA 2 posisi
Obliterasi peritoneal fat line dan psoas
shadow peritoneum edema
Air-filled loop pada usus , dengan gambaran
penebalan dan dinding yang opaque usus
edema dan ileus paralitik
Free intraperitoneal air perforasi
USG, CT scan Abdomen, MRI tidak digunakan
secara rutin
22.
23. Darah
rutin lekositosis
Urin rutin
Elektrolit
Ureum dan Creatinin
BGA
24. 1.
2.
3.
4.
5.
6.
Hiyama T.D, Bennion S.R, Peritonitis and intra peritoneal
abcess in Maingot’s Abdominal operation,New Jersey,
apleton-Lange: 1997
Anderson R. Peritonitis, Barkeley, A.D.A.M inc. 2001
Schecter PW, Peritoneum and acute abdomen in Surgery
Basic Science and Clinical Evidence, New York, SpringerVerlag, 2001
Setyadi K, Perbandingan Antara Skor APACHE IIdengan dan
tanpa Pemeriksaan BGA sebagai nilai Prognostik Pada Kasus
Peritonitis Generalisata Skunder, Semarang, FK UNDIP, 1998
Adhi. M, APACHE II Tanpa Analisa Gas Darah sebagai prediksi
Mortalitas Kasus-Kasus Peritonitis Generalisata Yang
Mengalami Pembedahan di RS Dr. Kariadi Semarang,
Semarang, FK UNDIP, 1993
Fry. ED, Peritonitis, New York, Futura Pub. Com, 1993