2. Perangkat Ilmu
Istilah Ilmiah
Istilah Ilmiah
• Ilmu memerlukan sejumlah pengertian yang
dituangkan ke dalam istilah ilmiah
Meliputi bidang
• Besaran atau dimensi
• Aturan
• Penjelasan aturan
Besaran atau Dimensi
Mencakup
• Konstanta dan variabel
• Faktor
• Definisi
• Fakta
• Konsep
• Konstruk
• Data
• Sekor
• Dan sejenisnya
3. Perangkat Ilmu
Istilah Ilmiah
Aturan Ilmu
Mencakup
• Masalah
• Hipotesis
• Proposisi
• Aksioma dan Asumsi
• Postulat
• Dalil dan Hukum
• Prinsip
• Dan sejenisnya
Penjelasan Aturan
Mencakup
• Teori
• Model dan Paradigma
• Dan sejenisnya
4. Perangkat Ilmu
Besaran atau Dimensi
1. Konstanta dan Variabel
• Konstanta memiliki nilai yang tetap;
• Variabel memiliki nilai yang dapat berubah
• Berubah tak acak (matematik)
• Berubah acak (probabilitas, statistik)
Variabel
Berkenaan dengan
apa dari siapa
atribut obyek
makhluk
benda
peristiwa
5. Perangkat Ilmu
Besaran atau Dimensi
Contoh Variabel
Atribut Obyek
Kepemimpinan manajer (orang)
Hasil belajar mahasiswa (orang)
Kebuasan buaya (hewan)
Kekuatan gajah (hewan)
Kesuburan pohon mangga (tumbuhan)
Nilai saham (benda)
Titik didih air (benda)
Keterjualan rumah (benda)
Kecepatan olah data (peristiwa)
Temperatur kebakaran (peristiwa)
Kelancaran penjualan (peristiwa)
6. Perangkat Ilmu
Besaran atau Dimensi
Simbol Variabel
• Variabel sering dinyatakan dalam bentuk simbol
• Simbol variabel dapat berbentuk:
• Gambar
. . .
• Abjad Latin
A B X Y a b c . . .
• Abjad Yunani
Φ Δ Γ Ω α β μ . . .
• Sering ditambahkan dengan lambang indeks atau
pangkat
7. Perangkat Ilmu
Besaran atau Dimensi
Abjad Yunani
Nama Kapital kecil Nama Kapital kecil
alpha Α α nu Ν ν
beta Β β xi Ξ ξ
gamma Γ γ omicron Ο ο
delta Δ δ pi Π π
epsilon Ε ε rho Ρ ρ
zeta Ζ ζ sigma Σ σ ς
eta Η η tau Τ τ
theta Θ θ upsilon Υ υ
iota Ι ι phi Φ φ
kappa Κ κ khi Χ χ
lambda Λ λ psi Ψ ψ
mu Μ μ omega Ω ω
8. Perangkat Ilmu
Besaran atau Dimensi
2. Faktor
• Sering dimaksudkan sebagai variabel penyebab
Sebab ----- akibat
(faktor)
• Ada kalanya diartikan sebagai kumpulan variabel
sejenis
Faktor 1 Faktor 2
A = Membaca D = Tambah
B = Menulis E = Kurang
C = Mengisi rumpang F = Kali
Faktor 1 = verbal Faktor 2 = numerik
A
B
C D
E
F
9. Perangkat Ilmu
Besaran atau Dimensi
3. Definisi
• Definisi adalah batasan secara singkat tentang
pengertian dan lingkup suatu besaran
• Definisi Substansi
Batasan tentang pengertian substansinya
• Definisi Operasional
Batasan pengertian berkenaan dengan cara
pengukurannya
• Biasanya rumusan definisi berupa satu kalimat saja
sedangkan pengertian luas atau pengertian
lengkapnya dijelaskan di dalam konsep atau
konstruk
10. PLATO’S MAN
At one meeting of the Academy in ancient Athens, the
Platonists are said to have defined man as “a featherless
animal with two feet.” When Diogenes heard the
definition, he plucked all the feathers off a cock, took the
poor bird to the Academy where the Platonists were in
solemn conclave, threw it down among them and said,
“Plato’s man.” Whereupon the members put their heads
together again and after appropriate consideration of the
matter added to the definition the phrase “without claws.”
(quoted from Ralph Brosoli, The Definition of Definition,
as quoted by Morris Freilich)
11. Perangkat Ilmu
Besaran atau Dimensi
4. Fakta
• Merupakan kenyataan konkrit yang teralami
• Biasanya dinyatakan di dalam bentuk sekor atau
data
Contoh:
• Umur di dalam tahun
• Tingkat pendidikan
• Tempat lahir
• Jumlah mahasiswa
• Luas kampus
• Gaji karyawan
• Sering dicatat melalui inventori (misalnya melalui
kuesioner).
12. Penrangkat Ilmu
Besaran atau Dimensi
5. Konsep
• Berkenaan dengan pengertian secara lengkap
tentang sesuatu
Misalnya: Arti dari
• Mahasiswa
• Karyawan
• Manajer
• Komputer
• Jurusan teknik elektro
• Bayi
• Remaja
• Sesuatu yang sama bisa saja memiliki uraian
konsep yang berbeda karena perbedaan bidang
ilmu, aliran, atau pakar
• Dicari dari literatur; memerlukan diskusi
13. Perangkat Ilmu
Besaran atau Dimensi
6. Konstruk
• Berkenaan dengan besaran abstrak yang
dikonstruksi oleh para pakar; uraian tentang
pengertiannya secara lengkap
Misalnya:
• Sikap
• Minat
• Inteligensi
• Kepemimpinan
• Agresivitas
• Status sosial ekonomi
Dapat berbeda pengertiannya karena perbedaan
• Bidang ilmu
• Aliran/paham
• Pakar
Dicari melalui literatur; memerlukan analisis dan
sintesis
14. Perangkat Ilmu
Besaran atau Dimensi
Analisis dan sintesis pada konstruk
Variabel (konstruk)
Literatur literatur literatur
. . .
. . .
. Analisis (urai) .
. . .
. . .
. Diskusi (bahas) .
. . .
. . .
. Sintesis (gabung) .
. . .
. . .
konstruk
(sesuai dengan konteks kita)
15. Perangkat Ilmu
Besaran atau Dimensi
7. Data dan Sekor
Data
• Catatan hasil pengamatan atau pengukuran yang
obyektif, berbentuk
– Deskripsi
– Numerik
• Memerlukan alat ukur yang valid dan dapat
dipercaya hasil ukurnya
Sekor
• Angka atau bilangan pada atribut dari subyek yang
diperoleh melalui aturan tertentu (pengukuran)
– Numerik
• Memerlukan alat ukur yang valid dan dapat
dipercaya hasil ukurnya
16. Perangkat Ilmu
Aturan Ilmu
1. Masalah
• Masalah adalah rumusan pertanyaan ilmiah yang
memerlukan jawaban (biasanya belum terjawab
atau jawaban yang ada masih diragukan)
• Sebaiknya dirumuskan dalam bentuk kalimat tanya
serta diakhiri dengan tanda tanya (?)
• Berisikan variabel yang biasanya berkaitan dengan
• variabel yang mengandung atribut serta responden
pemilik atribut
• pertanyaan tentang perbandingan variabel, atau
• pertanyaan tentang ketergantungan variabel
2. Hipotesis
• Hipotesis adalah rumusan pernyataan ilmiah
sebagai jawaban terhadap masalah serta masih
memerlukan pengujian empiris
• Rumusan hipotesis harus sepadan dengan rumusan
masalah (supaya dicocokkan)
• Biasanya dinyatakan dalam bentuk kalimat
pernyataan
17. Perangkat Ilmu
Aturan Ilmu
Hipotesis Induktif
• Dari data diduga (dicurigai) ada keterkaitan di
antara variabel sehingga ingin dipastikan melalui
pengujian hipotesis (statistika)
• Data harus sangat banyak dan representatif
• Setelah hipotesis teruji, barulah data digunakan
untuk digeneralisasi, sebab-akibat, ditemukan
teorinya
Hipotesis Deduktif
• Dari premis mayor (teori, hukum, asumsi) dan
premis minor (kasus yang dipertanyakan di dalam
masalah) dengan armentasi (logika) ilmiah
dihasilkan keterkaitan variabel
• Hipotesis ini diuji secara empiris (sering melalui
sampel dan diinferensi ke populasi)
18. Perangkat Ilmu
Aturan Ilmu
3. Proposisi
• Proposisi adalah istilah umum untuk pernyataan
ilmiah yang memiliki kemungkinan benar (true)
dan palsu (false)
• Hipotesis adalah suatu bentuk proposisi; demikian
juga dengan hukum, teori, dan pernyataan ilmiah
lainnya
4. Aksioma dan Asumsi
• Aksioma adalah suatu pernyataan yang diterima
tanpa pembuktian serta dapat digunakan sebagai
dasar (premis) untuk deduksi
• Asumsi sama dengan aksioma
• Digunakan pada logika, matematika, atau ilmu
19. AXIOM
Axiom, in logic, an indemonstrable first principle, rule,
or maxim, that has found general acceptance or is thought
worthy of common acceptance whether by virtue of a
claim to intrinsic merit or on the basis of an appeal to self-
evidence. An example would be: “Nothing can be both be
and not be at the same time and in the same respect.”
In Euclid’s Elements the first principles were listed as
postulates and common notions. The former are principles
of geometry and seem to have been thought of as required
assumptions because their statement opened with “let
there be demanded” (ēthesthō). The common notions are
evidently the same as axioms of Aristotle, who deemed
axioms the first principles from which all demonstrative
sciences must start; indeed Proclus, the last important
Greek philosopher (“On the First Book of Euclid”), stated
explicitly that the notion and axiom are synonymous. The
principle distinguishing postulates from axioms, however,
does not seem certain. Proclus debated various accounts
of it; among them that postulates are peculiar to geometry
whereas axioms are common either to all sciences that are
concerned with quantity or to all sciences whatever.
In modern times, mathematicians have often used the
words postulate and axiom as synonyms. Some
recommend that the term axiom be reserved for the
axioms of logic and postulate for those assumptions or
first principles beyond the principles of logic by which a
20. Particular mathematical discipline is defined.
AXIOMATIC METHOD
Axiomatic method, in logic, a procedure by which an
entire system (e.g., a science) is generated in accordance
with specified rules by logical deduction from certain
basic propositions (axioms or postulates), which in turn
are constructed from a few terms taken as primitive. These
terms and axioms may either be arbitrarily defined and
constructed or else be conceived according to a model in
which some intuitive warrant for their truth is felt to exist.
The oldest examples of axiomatized systems are
Aristotle’s syllogistic and Euclid’s geometry. Early in the
present century Bertrand Russell and Alfred North
Whitehead attempted to formalize all of mathematics in an
axiomatic manner. Scholars have even subjected the
empirical sciences to this method, as J.H. Woodger has
done in The Axiomatic Method in Biology (1937) and
Clark Hull (for psychology) in Principles of Behaviour
(1943).
21. Perangkat Ilmu
Aturan Ilmu
Beberapa Contoh Aksioma
• Benda yang sama-sama sama dengan benda yang
sama adalah sama satu terhadap lainnya
X = A dan Y = A
maka X = Y
• Jika sama ditambahkan kepada sama, maka
jumlahnya adalah sama
X = Y
+ A A
--------------------
X + A = Y + A
22. Perangkat Ilmu
Aturan Ilmu
• Hanya ada satu garis lurus yang menghubungkan
dua titik yang diketahui
A ---------------------------- B
• Jika suatu titik O bergerak dari A ke B sepanjang
suatu garis lurus AB, maka O harus melewati suatu
titik yang membagi AB ke dalam dua bagian yang
sama besarnya
--A-----------------0-----------------B--
23. Perangkat Ilmu
Aturan Ilmu
Beberapa Contoh Asumsi
Asumsi dari Aristoteles
• Benda berat jatuh lebih cepat dari benda ringan
• Benda yang bergerak akan berhenti dengan
sendirinya
• Alam semesta terbuat dari tanah, air, udara, api, dan
unsur kelima (quintessential)
Asumsi Ptolemaeus
• Semua benda langit beredar mengelilingi bumi
dalam bentuk lingkarran
Asumsi Determinisme
• Di dalam alam ada sebab-akibat
• Di dalam alam ada keteraturan
Asumsi Empirisisme
• Ada pengalaman, klasifikasi, kuantifikasi,
hubungan, serta pendekatan ke ke kebenaran
24. Perangkat Ilmu
Aturan Ilmu
5. Postulat
• Postulat adalah pernyataan yang diterima tanpa
pembuktian dan dapat digunakan sebagai premis
pada deduksi
• Ada yang menyamakan postulat dengan aksioma
sehingga mereka dapat dipertukarkan
• Ada yang berpendapat bahwa ada harapan bahwa
pada suatu saat postulat dapat dibuktikan
Contoh Postulat
Postulat Geometri
Dengan mistar dan jangka,
• dapat dilukis garis lurus dari suatu titik ke titik lain
• dapat dihasilkan garis lurus terhingga dengan
sebarang panjang
• dapat dilukis lingkaran dengan sebarang titik sebagai
pusat dan jari-jari sebarang panjang
25. Pernagkat Ilmu
Aturan Ilmu
Postulat Ekivalensi Massa
• Hukum lembam Newton menggunakan massa
lembam, m
G = ma
• Hulum gravitasi Newton menggunakan massa
gravitasi, m dan M
• Postulat: massa lembam m = massa gravitasi m
(dapat diterangkan oleh Einstein)
2r
mM
G γ=
26. Perangkat Ilmu
Aturan Ilmu
Postulat Robert Koch (berupa etiologi spesifik)
• mikroba tertentu menyebabkan penyakit tertentu
(setelah Pasteur menemukan mikroba)
• dengan kata lain: setiap penyakit disebabkan oleh
satu sebab mikroba tertentu
27. Perangkat Ilmu
Aturan Ilmu
6. Dalil dan Hukum Ilmiah
• Dalil (theorem) biasanya digunakan pada
matematika, hukum pada ilmu alam
(a) Dalil
Hubungan tetap di antara besaran
Contoh:
28. Perangkat Ilmu
Aturan Ilmu
(b) Hukum Ilmiah
Aturan tentang hubungan tetap di antara
besaran yang teramati di antara benda
atau
peristiwa
Ungkapan umum untuk memaparkan
• Fakta umum untuk keteraturan di dalam alam
• Hubungan di antara peristiwa
• Hubungan di antara variabel
yang teruji atau dapat diuji kebenarannya
Hubungan invarian (matematik atau statistik)
di antara konsep ilmiah (ada kalanya dapat
dituangkan ke dalam bentuk rumus)
29. Perangkat Ilmu
Aturan Ilmu
Bentuk hubungan pada hukum ilmiah
Ada beberapa macam bentuk
Ciri atau sifat
• mis. Zat terdiri atas molekul
• Ruang-waktu terdiri atas 4 dimensi
hubungan korelasi atau ketergantungan
hubungan sebab akibat
urutan tak berubah
• mis. Urutan siang dan malam
30. Perangkat Ilmu
Aturan Ilmu
Contoh Hukum Ilmiah
• Hukum Boyle
Pada gas dengan temperatur tetap
pv = konstan
• Hukum Snellius
Pada pantulan cahaya
sudut pantul = sudut masuk
• Hukum Avogadro
Di dalam satu gram-mol zat terdapat
6. 1023
molekul
• Hukum Konversi Massa-Tenaga
E = m c2
31. Perangkat Ilmu
Aturan Ilmu
Jenis Hukum dilihat dari Sumber
Hukum teoretik
• mengacu kepada sesuatu atau ciri yang tidak dapat
diobservasi secara langsung
• mis. Hukum Avogadro tentang jumlah molekul
• di dalam satu gram-mol
Hukum empirik
• generalisasi yang mengacu kepada obyek atau ciri
yahg dapat diobservasi secara langsung
• mis. Hukum Boyle tentang tekanan dan volume gas
• ada kalanya berbentuk pendekatan (approximation)
32. Perangkat Ilmu
Aturan Ilmu
Jenis Hukum dilihat dari Ketepatan
Hukum universal
• menunjukkan keteraturan yang berlaku tanpa
perkecualian
• mis. Hukum Newton
• gerak komet, gerhana, dapat diprediksi dengan
kecermatan tinggi
Hukum statistik
• menunjukkan keteraturan menurut suatu persentase
tertentu (berdasarkan probabilitas)
• mis. Prediksi cuaca, keluruhan inti atom uranium
• dapat melakukan prediksi dengan kecermatan agak
rendah
33. Perangkat Ilmu
Aturan Ilmu
Penemuan Hukum (dan Teori)
• segera diakui (penemu partikel W langsung
memperoleh hadiah Nobel)
• ditolak dulu, baru kemudian diakui (temuan ion
oleh Svante Arrhenius)
• baru diakui setelah penemunya meninggal (hukum
Mendel)
• penemunya lebih dari seorang di tempat lain
(telepon)
• diterima tetapi kemudian ditolak (bumi datar)
Di beberapa cabang ilmu, penemuan yang hebat
memperoleh hadiah
34. Perangkat Ilmu
Aturan Ilmu
7. Prinsip atau Asas
Hukum yang mendasar pada cabang ilmu
Contoh: Asas Indeterminisme Heisenberg (1928)
Pada partikel subatomik terdapat indeterminisme;
secara teoretis
• kalau massa terukur tepat, maka kecepatan tak bisa
terukur tepat
• kalau kecepatan terukur tepat, maka masa tidak bisa
terukur tetap
ada celah ketidakpastian
• kecil sekali yakni dalam orde konstanta Planck
seukuran
6,626. 10-34
35. Perangkat Ilmu
Penjelasan Aturan
1. Pengertian Teori Ilmiah
Ada sejumlah pengertian tentang teori ilmiah,
mecakup
• strutur sistematik yang luas, dihasilkan oleh
imaginasi manusia, mencakup serumpun hukum
empirik (pengalaman) tentang keteraturan yang ada
pada obyek dan peristiwa, baik yang terlihat
maupun yang tidak. Teori ilmiah disusun untuk
menjelaskan hukum secara ilmiah
• sajian sistematik tentang hubungan seperangkat
variabel
• penjelansan tentang gejala
• maksud dasar ilmu melalui perolehan teori yang
memberi penjelasan ayng sah tentang gejala alamiah
• dan lain-lain
36. Perangkat Ilmu
Penjelasan Aturan
Teori Menurut Kerlinger
• teori adalah seperangkat konstruk [konsep],
definisi, dan proposisi yang saling
berhubungan yang menampilkan pandangan
sistematik dari gejala dengan jalan
menspesifikasikan hubungan di antara variabel
dengan tujuan untuk menjelaskan dan
memprediksti gejala itu
Teori Menurut Mouly
• 1. Suatu sistem teori harus memungkinkan
deduksi yang dapat diuji secara empirik
• 2. Teori harus cocok dengan observasi dan
dengan teori yang sudah tervalidasi
• 3. Teori harus dinyatakan dengan cara
sederhana (parsimoni)
37. SCIENTIFIC THEORY
Scientific theory, systematic ideational structure of
broad scope, conceived by the imagination of man, that
encompasses a family of empirical (experiential) laws
regarding regularities existing in objects and events, both
observed or posited. A scientific theory is a structure
suggested by these laws and is devised to explain them in
a scientifically rational manner.
In attempting to explain the things and events that he is
presented with, the scientist employs (1) careful
observation or experiments, (2) reports of regularities that
he has found, and (3) systematic explanatory schemes
(theories). The statements of regularities, if accurate, may
be taken as empirical laws expressing continuing
relationships among the things or characteristics observed.
Thus, when empirical laws satisfy the scientist’s curiosity
by uncovering an orderliness in the behaviour of things or
events, he may advance a systematic scheme, or scientific
theory, to provide an accepted explanation of why these
laws obtain.
Empirical laws and scientific theories differ in several
ways. In a Law, reasonably clear observational rules are
available for determining the meaning of each of its terms;
thus, a law can be tested by carefully observing the things
and properties referred to by these terms. Indeed, they are
38. Initially formulated by generalizing or schematizing from
observed relationships. In the case of scientific theories,
however, some of the terms commonly refer to things that
are not observed. This feature reveals the fact that theories
are imaginative constructions of the human mind--the
results of philosophical and aesthetic judgments as well as
observation--for they are only suggested by observational
information rather than inductively generalized from it.
Moreover, theories cannot ordinarily tested and accepted
on the same grounds as laws. Thus, whereas as empirical
law expresses a unifying relationship among a small
selection of observables, scientific theories have much
greater scope, explaining a variety of such laws and
predicting others as yet undiscovered.
A theory may be characterized as a postulational
system (a set of premises) form which empirical laws are
deducible as theorems. Thus, it gave an abstract logical
form, with axioms, formation rules, and rules for drawing
deductions from the axioms, as well as definitions for
empirically interpreting its symbols. In practice, however,
theories are seldom structured so carefully.
39. Perangkat Ilmu
Penjelasan Aturan
Perbedaan Hukum dan Teori
• Pada hukum, aturan penamatan cukup jelas,
sehingga hukum dapat langsung diuji
• Pada teori, sebagian besarnya mungkin saja tidak
teramati; teori dapat menjelaskan hukum
Misal: Hukum Boyle dengan teori dinamika gas
• Hukum Boyle
pv = konstan pada temperatur tetap
• Teori Dinamika
gas terdiri atas molekul yang bergerak dan
membentur dinding (- -> tekanan)
volume diperkecil, benturan molekul ke
dinding makin hebat (--> tekanan naik)
40. Perangkat Ilmu
Penjelasan Aturan
Beberapa Hukum dan Teori
hukum Archimedes
hukum Boyle
hukum Newton
hukum Snellius
hukum Mendel
hukum Bernoulli
hukum Pascal
hukum Ohm
teori gravitasi
teori relativitas
teori kinetika (dinamika) gas
teori kuantum
teori elektromagnetik
teori ion
teori Maslow
41. Perangkat Ilmu
Penjelasan Aturan
Teori sebagai Realitas atau Instrumen
• Teori dapat dianggap sebagai suatu realitas; apa
yang diteorikan memang betul-betul ada
• misalnya, teori molekul, apakah molekul betul
ada?
• Teori dapat juga dianggap sebagai instrumen untuk
menjelaskan (instrumental)
• misalnya, teori molekul, tidak menjadi soal apakah
molekul betul ada atau tidak, yang penting sebagai
alat, teori berguna untuk menjelaskan dan
dibunakan sebagai premis
Parsimoni
• Teori dikontrol oleh parsimoni yakni harus yang
paling sederhana (pisau cukur Ochkam)
42. Perangkat Ilmu
Penjelasan Aturan
2. Model atau Paradigma
• Secara luas, paradigma adalah semua bentuk yang
biasa kita gunakan sehingga menjadi model dari
kehidupan kita
• Secara sempit, model atau paradigma adalah
bentuk contoh guna mempermudah pemahaman
tentang sesuatu (konsep, hukum, atau teori)
Wujud Paradigma
• model fisik (maket bangunan, manekin)
• model matematika (rumus)
• simulasi (planetarium)
43. Perangkat Ilmu
Pandangan terhadap Teori
Pandangan terhadap Teori
• Ada kalanya teori tidak lagi cocok dengan keadaan
tertentu
• Ada kalanya teori baru muncul sebagai saingan
terhadap teori lama
• Bagaimana sikap kita terhadap teori yang dapat
mengalami hal-hal seperti ini
Perkembangan Beberapa Teori
• Teori bumi datar, sudah ditinggalkan orang,
diganti dengan bola dunia
• Teori geosentris, sudah ditinggalkan orang, diganti
dengan heliosentris
• Teori eter, sudah diuji, ternyata tidak ada
• Teori phlogiston, sudah ditinggalkan orang
44. PHLOGISTON
In early chemical theory, hypothetical principle of fire,
of which every combustible substance was in part
composed. In this view, the phenomenon of burning, now
called oxidation, was caused by the liberation of
phlogiston, with the dephlogisticated substance left as an
ash or residue.
Johann Joachim Becher in 1669 set forth his view that
substances contained three kinds of earth, which he called
vitrifiable, the mercurial, and the combustible. He
supposed that, when a substance burned, combustible
earth (Latin terra pinguis, meaning “fat earth”) was
liberated. Thus, wood was a combination of phlogiston
and wood ashes. To this hypothetical substance Georg
Ernst Stahl, at about the beginning of the 18th
century,
applied the name phlogiston (from Greek, meaning
“burned”). Stahl believed that the corrosion of metals in
air (e.g., the rusting of iron) was also a form of
combustion. The function of air was merely to carry away
the liberated phlogiston.
The major objection to the theory, that the ash of
substances weighed less than the original when the calx
was heavier than the metal, was of little significance to
Stahl, who thought of phlogiston as an immaterial
“principle” rather than as an actual substance. As chemist-
45. ry advanced, phlogiston was considered a true substance,
and much effort was expended in accounting for the
weight changes observed. When hydrogen, very light in
weight and extremely flammable, was discovered, some
thought it was pure phlogiston.
The phlogiston theory was discredited by Antoine
Lavoisier between 1770 and 1790. He studied the gain of
loss of weight when tin, lead, phosphorus, and sulfur
underwent reactions of oxidation or reduction
(deoxidation); and he showed that the newly discovered
element oxygen was always involved. Although a number
of chemist—notably Joseph Priestley, one of the
discoverers of oxygen—tried to retain some form of
phlogiston theory, by 1800 practically every chemist
recognized the correctness of Lavoisier’s oxygen theory.
46. Perangkat Ilmu
Pandangan terhadap Teori
Perkembangan Beberapa Teori
Teori Cahaya Huygens
• Cahaya adalah gelombang, bagus menerangkan
pantulan, refraksi, dan sejenisnya; untuk tiba
dari matahari ke bumi, dianggap ruang tidak
hampa tetapi berisi eter (nilai teori ini tinggi)
Teori Cahaya Newton:
• Cahaya adalah pancaran partikel, tidak bisa
menerangkan pantulan, refraksi, dan sejenisnya
(nilai turun); kemudian dapat menerangkan
fotoelektrik yang tidak bisa diterangkan oleh teori
gelombang (nilai teori naik lagi)
Teori Cahaya Kuantum:
• Cahaya adalah partikel yang bergelombang
(gelombang elektromagnetik--EM); cahaya berubah-
ubah dari medan EM ke foton dan sebaliknya
47. Perangkat Ilmu
Pandangan terhadap Teori
Teori Hampa
• Aristoteles dan cendekiawan Yunani Kuno
beranggapan bahwa tidak ada hampa
• Torricelli dengan tabung air raksa,
menunjukkan adanya hampa
• Dengan teori E = m c2
, apakah ruang hampa
tidak berisi E sehingga tidak hampa
Teori Newton
• Tidak cocok untuk planet Uranus
• Ditemukan planet Neptunus yang mengganggu
gerak Uranus sehingga tampak tidak cocok
dengan teori Newton
Teori Paritas
• Dianut oleh fisikawan
• Kemudian ditinggalkan karena tidak cocok
48. Perangkat Ilmu
Pandangan terhadap Teori
Ilmuwan dan Teori
• Ilmuwan dapat menganut suatu teori dan dapat
juga meninggalkannya
• Ada kalanya teori yang sudah ditinggalkan
bangkit lagi dan dianut lagi oleh ilmuwan
• Di sini, dilihat pandangan dari Popper, Lakatos,
dan Kuhn terhadap teori
Kebenaran Teori
• Kita tidak dapat mengatakan teori itu benar atau
tidak benar; yang dapat dikatakan bahwa teori itu
masih cocok untuk menerangkan gelaja yang
teramati
• Teori dapat ditinggalkan orang karena orang
menganut teori lain; tetapi dalam keadaan tertentu,
orang dapat kembali ke teori yang telah
ditinggalkan
49. Perangkat Ilmu
Falsifikasi Popper
Karl Raimund Popper (1902-
• Penyusunan teori berlangsung melalui “imaginasi
kreatif” manusia, dan bukan melalui induksi
• Teori adalah spekulatif, falsifiabel (bisa palsu),
sehingga perlu diuji secara ketat
• Pengujian dapat terjadi berulang kali, tanpa batas
Falsifikasi
• Untuk menjadi bagian dari ilmu, hipotesis, hukum,
teori harus memiliki kemampuan untuk palsu
• Kepalsuan akan tampak manakala ada amatan logis
yang tidak cocok dengan hipotesis, hukum, teori
• Hipotesis, hukum, teori yang tidak memiliki
kemampuan untuk palsu, bukan bagian dari ilmu
50. Perangkat Ilmu
Falsifikasi Popper
Contoh tidak bisa falsifikasi
Psikoanalisis Freud
• Ketika ada orang menenggelamkan anak ke air, hal
ini dapat diterangkan dengan alasan depresi
• Ketika ada orang menempuh bahaya menolong anak
itu dari ari, hal ini diterangkan dengan alasan
sublimasi
• Jadi psikoanalisis ini bisa menerangkan hal yang
berlawanan, sehingga tidak pernah bisa salah
• Ini bukan bagian dari ilmu
Contoh falsifikasi
Relativitas Einstein
• Dengan teorinya, Einstein menghitung lenturan
cahaya karena melewati daerah dekat massa
matahari
• Diuji pada gerhana matahari tahun 1919, ternyata
cocok
• Kalau hitungan Einstein tidak cocok dengan
kenyataan maka teori Einstein keliru
51. Perangkat Ilmu
Falsifikasi Popper
Derajat Falsifiabel
• Makin umum atau makin luas cakupan suatu teori,
makin mudah teori itu mengalami kasus
ketidakcocokan, sehingga derajat falsifiabel
menjadi tinggi
Contoh:
• (A) Planet Mars mengedari matahari menurut elips
• (B) Semua planet mengedari matahari menurut elips
• Derajat falisfiabel (b) lebih tinggi dari dari derajat
falsifiabel (A)
• Derajat falsifiabel menjadi ukuran keluasan atau
keumuman suatu teori
• Suatu teori makin baik jika derajat falsifiabelnya
makin tinggi
52. Perangkat Ilmu
Falsifikasi Popper
Modifikasi Ad Hoc
• Kalau teori tidak cocok dengan suatu kenyataan,
maka teori itu dimodifikasi ad hoc
• Modifikasi ad hoc adalah modifikasi kecil dan
sering tidak diuji lagi
Modifikasi
• Dapat juga teori yang tidak cocok dengan
kenyataan dimodifikasi
• Modifikasi berukuran lebih besar dan diuji lagi
• Melalui modifikasi, teori yang bertahan, bisa terus
bertahan; kalau tidak bertahan, teori itu bisa
ditinggalkan orang
• Contoh: Hukum Newton pada planet Uranus
53. Perangkat Ilmu
Falsifikasi Popper
Contoh Modifikasi Ad Hoc
Nasi
• Nasi menyehatkan orang
• Kalau di suatu tempat orang sakit karena makan
nasi, maka dibuat modifikasi ad hoc
• Kecuali di tempat itu, nasi menyehatkan orang
Permukaan bulan
• Menurut Aristoteles, bulan bulat sempurna
• Setelah diteropong, permukaan bulan bergunung,
maka dibuat modifikasi ad hoc
• Permukaan bulan ditutup oleh zat yang tak tampak
di teropong; bulan tetap bulat sempurna
Phlogiston
• Dulu pembakaran dan karatan dianggap terjadi
karena di dalam zat ada phlogiston (bakar)
• Phlogiston keluar terjadi kebakaran atau karatan,
sehingga zat menjadi ringan
• Ada kasus karatan, zat bertambah berat; perlu
dimodifikasi ad hoc
• Ada phlogiston positif dan negatif
54. Perangkat Ilmu
Falsifikasi Popper
Bertahan dan Lenyap
Hipotesis, hukum, atau teori dapat bertahan (terus
dianut orang) atau lenyap (ditinggalkan orang)
Bertahan
• Karena selalu cocok dengan pengalaman; tidak ada
kasus yang tidak cocok
• Karena setelah dimodifikasi, tidak ada lagi kasus
yang tidak cocok
Lenyap
• Karena sering tidak cocok dengan pengalaman
• Karena setelah dimodifikasi, masih saja tidak cocok
dengan kenyataan
• Karena bersama ketidakcocokan, muncul teori baru
yang menjadi lawannya
55. PHILOSOPHY OF SCIENCE: SIR KARL POPPER
Popper has devoted much of his career to answering the
questions: What is science? How is science performed?
Although these questions may at first seem easy to you,
consider such areas as astrology and Marxism. Could
these approaches be considered scientific? Why not?
Falsificationism is the name given to Popper’s
description of how science is performed. Falsificationism
suggests that science should be concerned with disproving
or falsifying theories through logic based on observation.
How is this accomplished? First, a scientist must create a
consistent falsifiable hypothesis. A falsifiable hypothesis
is one that can be shown to be false. For example, the
hypothesis “It will rain in Tuscaloosa, Arizona, on
Tuesday, December 23, 1997” is a testable hypothesis.
Likewise the hypothesis “All objects regardless of weight
will fall to earth at approximately the same speed” is a
testable hypothesis. However, a hypothesis such as “ESP
(extrasensory perception) exists” is an untestable
hypothesis. Even the hypothesis “Gravity exists” is
untestable. It may be true that both ESP and gravity exist,
yet until the hypothesis is stated in a form that can be
falsified, the hypothesis is not testable. Second, once a
scientist has a falsifiable hypothesis, the task is to develop
a test of the hypothesis. Third, the hypothesis is tested.
Fourth, if the hypothesis is shown to be false, a new bold
hypothesis is developed.
56. Perangkat Ilmu
Program Penelitian Lakatos
Imre Lakatos
• Ilmu adalah program penelitian terstruktur, dan
bukan trial and error
• Penganut suatu teori melindungi teorinya dengan
sabuk pengaman
• Kalau ada ketidakcocokan, penganutnya akan
membela dengan berbagai alasan
• Anomali, kesalahan observasi, gangguan pada
observasi, kesalahan ukur, . . .
Heuristik
• Lakatos mengemukakan heuristik positif dan
negatif
• Heuristik positif adalah hal yang dianjurkan untuk
dilakukan
• Heuristik negatif adalah hal yang dianjurkan untuk
tidak dilakukan (termasuk tidak langsung menolak
teori anutan yang tidak cocok dengan kenyataan)
57. Lakatos and the Methodology of Scientific Research
Programs (from Arun Bala, NUS)
Lakatos defines a research program as having a hard
core and a protective belt, and he specifies heuristic
rules that tells us how to deal with the hardcore and the
protective belt. Let us examine this more closely
(a) The hard core is the set of methodological and
ontological commitments that define the program.
(b) The protective belt are the auxiliary theories that can
be adjusted and modified to bear the brunt of tests of
the program. He then defines the strategy for
developing the program by appeal to two heuristic rules
(c) The negative heuristic are rules that forbid any
modification of alteration of the hard core so long as we
are working within the program.
(d) The positive heuristic are rules that allow us to
modify the auxiliary and observational theories used in
conjunction with the hard core to explain phenomena so
long as these modifications are progressive.
Modifications are progressive only if they lead to an
increase in the scope of success of the research
program by explaining all the phenomena explained by
the research program in the past and leading to some
successful novel predictions.
58. We can illustrate this by considering the Copernican
theory. The hard core of the Copernican theory is that
the earth is spinning on its axis and the that the planets
revolve around the sun. The hard core of Copernican
theory is different from the hard core of the earth-
centered Ptolemic theory it replaced. For Ptolemic
central assumptions were that the earth was stationery
and the sun, moon and planets rotated around the
earth.
The protected belt of the Copernican theory are other
auxiliary, less crucial assumptions that are required in
order to make the theory work. Copernican assumed
that the planets moved in epicycles—this was needed
by him to make specific predictions. However, Kepler
modified this protective belt assumption in the
Copernican theory by suggesting the planets moved in
elliptical orbits around the sun …
The negative heuristic of the Copernican research
program tells us that we cannot violate the central (hard
core) of the Copernican theory without rejecting the
program. Someone who rejects the idea that the
planets revolve around the sun would not be working
within the Copernican research program.
The positive heuristics of Lakatos is more interesting. It
requires that anyone who modifies the protective belt of
a research program must do so in order to widen the
59. the scope of explanation of the program as well as
predict some novel phenomenon. Thus Kepler rejected
Copernicus’ claim that planets moved in epicycles and
proposed that they moved in ellipses. Did this increase
the scope of the research program? Yes because it
could be used to make more precise predictions and,
therefore, increased the scope of applicability of
Copernicus theory. More accurate predictions meant
that Kepler’s theory fitted the data observed better than
Copernicus’s original theory. Did Kepler make any
novel predictions? Yes, Kepler used his theory to show
that each planet’s period of revolution aound the sun
obeyed two periodic laws (what is now called Kepler’s
second and third laws in contrast to his first law which
states that the planets move in elliptical paths around
the sun).
60. Perangkat Ilmu
Program Penelitian Lakatos
Contoh Pelindung
Pada Astronomi Ptelomaeus
• Gerak planet maju mundur,
• Pelindung: ada gerak episiklus
• Demi parsimoni, beralih ke teori Kopernikus
Pada Teori Newton
• Leverrier menemukan bahwa gerak planet Uranus
tidak cocok dengan teori
• Pelindung: ada benda pengganggu
• Galle menemukan planet Neptunus sebagai
pengganggu
Pada Gelombang Cahaya
• Bagaimana gelombang cahaya melewati ruang
hampa
• Pelindung: ada zat eter di dalam ruang “hampa”
• Ternyata eter tidak ada; Maxwell menunjukkan
bahwa gelombangnya adalah elektromagnet
61. Perangkat Ilmu
Program Penelitian Lakatos
Sistem Geosentris dan Ptolemaeus
menyebabkan gerak planet maju mundur.
Pelindung melalui pembuatan episiklus
62. Perangkat Ilmu
Program Penelitian Lakatos
Fakta Baru
• Program penelitian (teori) memiliki karakeristik
sama yakni dapat memprediksi fakta baru
Contoh:
• Prediksi Halley tentang kembalinya komet 72 tahun
kemudian
• Prediksi Einstein tentang terlihatnya bintang di balik
matahari ketika gerhana matahari
• Prediksi Mendeleyev (melalui tabel periodik)
tentang sifat unsur yang belum ditemukan
Progresif dan Degeneratif
• Program penelitian (teori) progresif menghasilkan
fakta baru (yang belum diketahui); ada kalanya
memerlukan waktu lama
– Program penelitian (teori) degeneratif hanya
menampung fakta yang sudah diketahui; bisa
ditinggalkan orang
63. PHILOSOPHY OF SCIENCE: IMRE LAKATOS
Imre Lakatos suggests that the important advances in
science are made through the adherence to research
programs. By saying this, Lakatos means that science is
more than following trial-and-error hypotheses. A
research program is the examination of a number of major
and minor hypotheses concerning a topic. Some examples
Lakatos gives of research programs are Newton’s theory
of gravity, Einstein’s relativity theory, and the theories of
Freud.
An important point, specifies Lakatos, is whether the
research program is progressive or degenerating. How do
you tell the difference? The main characteristic of a
progressive research program is that it predicts novel
facts. Thus a progressive program leads to the discovery
of new facts, whereas a degenerating program only
interprets known facts in light of that theory. By this he
means that a degenerating research program only explains
the results of already existing experiments, whereas a
progressive research program leads one into new
directions and predicts new facts. In this way, Lakatos
proposes that science changes not by sudden revolutions,
as Kuhn suggested, but through the replacement of
degenerating research programs with progressive ones.
64. Perangkat Ilmu
Paradigma Kuhn
Thomas S. Kuhn
• Melihat teori sebagai struktur terorganisasi
• Struktur teori berbentuk paradigma
• Teori bisa mengalami krisis sehingga dapat saja
diganti oleh teori lawannya
Paradigma Kuhn menurut Larry Laudan
Pertama dan terutama
• Paradigma memberikan kerangka konseptual untuk
mengklasifikasikan dan menjelaskan obyek alamiah
Kedua
• Paradigma menspesifikasikan metoda, teknik, dan
alat yang layak di dalam inkuiri untuk mempelajari
obyek pada wilayah aplikasi yang relevan
Ketiga
• Penganut paradigma berbeda akan mendukung
perangkat tujuan dan ideal yang berbeda
65. Perangkat Ilmu
Paradigma Kuhn
Teori Normal dan Teori Revolusioner
Teori normal
• Teori yang digunakan menurut paradigma serta
dianut oleh seluruh komunitas
Krisis
• Jika muncul banyak anomali, maka teori normal
mengalami krisis
Teori revolusioner
• Paradigma tandingan yang dapat mengatasi anomali
Penggantian teori
• Dalam keadaan tertentui, teori revolusioner dapat
saja menggantikan teori normal; kemudian teori
revolusioner ini menjadi teori normal (sampai krisis
lagi) dan berlangsung secara siklus
66. Perangkat Ilmu
Paradigma Kuhn
Pergeseran Paradigma
• Ilmuwan dapat saja berpindah dari paradigma
(teori) ke paradigma (teori) lain
Contoh: Teori panas
• Teori phlogiston (dianut oleh Priestly)
• Bergeser ke teori oksigen (Lavoisier dan Dalton)
• Bergeser lagi ke teori tenaga (Joule)
67. PHILOSOPHY OF SCIENCE: THOMAS KUHN
When Newton said, “I stand on the shoulders of
giants,” he was referring to those individuals who came
before him and on whose work he was able to build his
scientific system. Many of us have similar ideas when it
comes to the progression of science. We think that each
new discovery is simply added to old discoveries with the
result being a gradual accumulation of knowledge.
In 1962, Thomas Kuhn suggested that this view is
wrong. Kuhn proposed that science actually goes through
a series of revolutions. Following each revolution, a new
system or method for performing science is instituted. The
new system or world view is referred to as a paradigm or
set of assumptions, which guide scientific activity until a
new revolution and paradigm shift take place. The stable
period between revolutions is referred to as normal
science. Normal science is the process of problem solving,
which most of us think of when someone uses the term
science. Normal science for Kuhn is always science
performed in relation to a particular paradigm.
As an example of the role of paradigms, assume you
were a mapmaker before the time of Columbus. You
would draw your map as if the world were flat, since that
was the accepted belief. You, as a mapmaker, would never
think to question this belief; it was a given in your task of
drawing maps. Then in the Middle Ages, there was there
was the mapmaker’s version of a scientific revolution. The
68. paradigm shifted to that of a world that was round. As a
mapmaker, you would now draw the world as if it were
round and you would continue with this system until a
new revolution came along. This, of course, was the
replacing of the earth as the center of the solar system
with the sun as the center. In the same way that
mapmakers work in relation to present-day assumptions
and beliefs about the world, Kuhn suggests that scientists
also work in relation to a set of beliefs or paradigms until
these are replaced by a revolution.