Kompor biomassa UB-02 merupakan kompor yang menggunakan bahan bakar dari biomassa seperti ranting kayu dan sampah kering. Kompor ini jauh lebih hemat bahan bakar dibandingkan dapur tradisional, mampu mengurangi pemakaian bahan bakar hingga 75% dan menghasilkan sedikit asap. Kompor ini diharapkan dapat mengurangi ketergantungan masyarakat desa terhadap kayu bakar dan minyak serta meningkat
1. KOMPOR BIOMASS UB-02
HEMAT BAHAN BAKAR DAN RAMAH LINGKUNGAN
RINGKASAN
Masyarakat desa umumnya menggunakan kayu bakar untuk memasak dengan model dapur
tradisional (pawon). Dapur tradisional ini sangat boros bahan bakar dan pembakarannya
mengeluarkan banyak asap. Untuk memenuhi kebutuhan energi masyarakat desa, kayu kering satu
bongkok ( lebih kurang 10 kg) hanya mencukupi kebutuhan memasak selama 2 hari. Harga kayu
kering satu bongkok umumnya Rp. 2000,-
Kompor biomass UB-02 merupakan kompor berbahan bakar biomassa padat, seperti
ranting-ranting kayu yang dipotong kecil-kecil, sampah kering yang dipadatkan, limbah rumah
tangga yang dikeringkan dan dipadatkan, limbah pertanian yang dikeringkan dan dipadatkan dan
biomass padat yang lain. Kompor biomass UB-02 mempunyai nyala api yang hampir sama dengan
kompor minyak tanah, tetapi dengan intensitas panas yang lebih tinggi.
Dibandingkan dengan dapur tradisional, kompor biomass UB-02 jauh lebih irit, mampu
menghemat pemakaian bahan bakar hingga 75%. Bila menggunakan dapur tradisional kayu satu
bongkok mencukupi hanya untuk 2 hari, dengan pemakaian kompor biomass UB-02 akan
mencukupi untuk pemakaian selama 8-10 hari. Disamping itu, asap yang dihasilkan sangat sedikit
sehingga menjadikan udara dapur menjadi lebih bersih.
Dengan penerapan kompor biomass UB-02 ke masyarakat pedesaan, diharapkan manfaat-
manfaat sebagai berikut:
a) Ketergantungan masyarakat desa kepada bahan bakar minyak berkurang, sehingga
masyarakat tidak perlu lagi mengantree minyak tanah.
b) Masyarakat tidak perlu lagi kayu dalam jumlah besar, karena bahan bakar cukup
dipenuhi dari potongan kecil ranting-ranting di sekitar mereka.
c) Udara dapur menjadi lebih bersih, karena asap dapur yang jauh lebih sedikit
dibandingkan dengan pemakaian dapur tradisional, sehingga akan meningkatkan mutu
kesehatan lingkungan di sekitar mereka.
Keyword: Kompor biomass, ranting kayu, masyarakat desa
2. I. PENDAHULUAN
Di sebagian besar masyarakat pedesaan, warga umumnya menggunakan kayu bakar untuk
keperluan memasak. Karena kebutuhan kayu bakar yang besar, maka warga mencari kayu bakar
dengan menebang pohon di sekitar mereka, atau mencari kayu ke hutan. Hal ini kontra produktif
dengan program pemerintah yang ingin melestarikan lingkungan. Karenanya, penting dicarikan
solusi agar masyarakat tetap dapat memenuhi kebutahan energi mereka, tetapi tidak dengan cara
menebang pohon di hutan. Hal ini mungkin, bila kebutuhan akan bahan bakar mereka dapat
ditekan, sehingga masyarakat dapat memenuhi dari ranting-ranting atau dahan di kebun mereka
sendiri.
Gambar 1: Penebangan kayu untuk bahan bakar di hutan.
Disamping itu, penggunaan bahan bakar biomass pada dapur tradisional menimbulkan asap
yang sangat banyak. Asap tersebut, bila terhirup dalam jumlah berlebih berpotensi menimbulkan
gangguan fungsi pernafasan. Publikasi PBB menunjukkan bahwa tiap tahun lebih dari 1 juta orang
di dunia yang meninggal karena infeksi akut pernafasan yang disebabkan karena menghirup udara
berasap di dapur. Dengan demikian, untuk meningkatkan taraf kesehatan masyarakat pedesaan, ter-
utama pengguna dapur, penting sekali mendesain satu jenis kompor biomass yang efisien.
3. Gambar 2: Tipikal dapur tradisional yang ada di pedesaan di Indonesia. Disamping mengkonsumsi banyak kayu,
membutuhkan ruangan luas, asap yang dihasilkan juga sangat banyak sehingga berpengaruh buruk dan berpotensi
menyebabkan penyakit infeksi pernafasan.
II. KOMPOR BIOMASSA UB-02
Kompor biomassa UB-02 merupakan kompor berbahan bakar biomassa padat. Bahan
biomass adalah semua yang berasal dari makluk hidup, seperti kayu, tumbuh-tumbuhan, daun-
daunan, rumput, limbah pertanian, limbah rumah tangga, sampah dan lain-lainnya. Komponen
terpenting biomassa yang digunakan untuk pembakaran adalah selulosa dan lingno-selulosa.
Sejauh ini biomass padat, terutama kayu, sudah dimanfaatkan secara tradisional untuk
memasak di daerah-daerah pedesaan, baik melalui dapur tradisional maupun pembakaran langsung.
Namun kualitas pembakaran yang jelek mengakibatkan efisiensi pembakaran biomass sangat
rendah. Disamping itu, asap pembakaran mengakibatkan polusi udara yang berbahaya bagi
kesehatan
Berbeda dengan kompor briket arang, penggunaan bahan bakar pada kompor biomassa tidak
perlu mengubah biomassa menjadi arang. Biomassa terbakar oleh proses pirolisis dan gasifikasi dan
menghasilkan asap. Secara kimia, asap pembakaran tersusun atas gas-gas diantaranya adalah H 2 , B B
CO, CH 4 , CO 2 , SOx, NOx dan uap air. Sebagian gas-gas tersebut, yaitu hydrogen (H 2 ),
B B B B B B
karbonmonoksida (CO), dan metana (CH 4 ) adalah gas-gas yang dapat terbakar, sehingga dapat
B B
dimanfaatkan menjadi bahan bakar. Dengan demikian, untuk meningkatkan efisiensi penggunaan
biomass sebagai bahan bakar, maka asap yang dihasilkan pada proses pengarangan harus dibakar
lagi untuk kedua kali dan menghasilkan api yang mempunyai nyala yang lebih bersih.
Untuk meningkatkan efisiensi pembakaran dan mengurangi residu asap yang belum
4. terbakar, umumnya ditambahkan blower/kipas angin. Penambahan blower ini akan meningkatkan
pasokan oksigen. Namun penggunaan blower membuat penggunaan kompor biomass kurang
praktis. Cara lain adalah dengan pemanasan terlebih dahulu (pre-heating) udara sebelum digunakan
untuk membakar kayu. Cara ini yang dikembangkan pada desain kompor Biomass UB.
Gambar 3: Gambar kompor Biomass UB-02. Paten terdaftar di HaKi dengan nomor pendaftaran
P00200900137 tahun 2009. Ditengahtengah terdapat tutup tabung pembakaran untuk mematikan api atau
mengubah bara menjadi arang.
Gambar 3 adalah kompor biomass UB-02 yang dikembangkan oleh Universitas Brawijaya.
Kompor tersebut terbuat dari bahan pelat besi. Secara umum struktur kompor terdiri atas tabung
pembakaran, tabung penghasil udara panas serta tabung luar. Tabung pembakaran adalah bagian
yang paling gampang keropos, karena langsung berhubungan dengan panas pembakaran, terutama
ketika api memasuki fase bara. Karenanya, untuk mengoptimalkan fungsinya, kompor biomass UB-
02 didesain sedemikian rupa, sehingga tabung pembakaran dapat diganti tanpa harus membeli
kompor baru. Bentuk tabung pembakaran ditunjukkan pada gambar 4.
Cara pemakaian kompor biomass UB-02 sangat sederhana. Bahan bakar biomass dipotong-
potong membentuk potongan dengan diameter 1-2 cm dan panjang 2-3 cm. Potongan bahan bakar
tersebut kemudian dimasukkan dalam tabung pembakaran dan api mulai disulut dari atas. Setelah
api merata, alat pemasak baru ditempatkan di atas kompor.
5. Gambar 4. Tabung pembakaran kompor biomass UB-02. Tabung ini dapat dilepas dan sewaktu-waktu dapat
diganti bila telah keropos. Umur tabung diperkirakan kurang lebih 1 tahun.
Untuk meminimalkan munculnya asap, pada kompor biomass UB-02 terdapat panel aliran
udara untuk mengontrol volume api. Bila api terlalu besar sehingga muncul asap, maka panel aliran
udara tersebut perlu ditutup rapat. Api yang dihasilkan lambat laun akan mengecil, sampai terjadi
kesetimbangan baru dan nyala api menjadi stabil.
Gambar 5. Briket sampah atau potongan ranting dan dahan kering sebagai bahan bakar kompor biomass UB-02.
6. Gambar 6. Penyalaan awal kompor biomass UB-02 (kiri). Pada tahap awal ini, masih terjadi asap. Kualitas nyala api
pembakaran pada kompor biomass UB-02, bersih, nyala terang dan praktis tanpa asap.
Bila tabung diisi penuh, lama nyala api berkisar 30-50 menit, tergantung pada volume api.
Bila diinginkan waktu lebih lama, maka bahan bakar perlu ditambah. Untuk penambahan, seyogja-
nya dilakukan pada jeda saat pergantian alat masak, misalkan saat pergantian dari panci ke wajan.
Namun, terdapat saat-saat yang tidak memungkinkan mengangkat alat masak. Untuk itu, pada bagi-
an atas tabung terdapat jendela yang dapat digeser, berfungsi untuk menambahkan bahan bakar tan-
pa harus mengangkat alat masak.. Untuk membuka jendela, gunakan penjepit sehingga tidak terjadi
resiko kulit terbakar. Setelah jendela dibuka, bahan bakar tambahan dimasukkan ke dalam tabung,
juga dengan bantuan penjepit. Dalam memasukkan bahan bakar tambahan, perlu diusahakan agar
api tidak sampai padam. Karenanya, memasukkan bahan bakar perlu dilakukan secara perlahan-
lahan. Sebagai gambaran, lima potong tambahan bahan bakar akan memberikan waktu nyala tam-
bahan hingga 7 menit.
Gambar 7. Penambahan bahan bakar tanpa harus mengangkat alat masak melalui jendela yang terdapat pada bagian
atas kompor. Penambahan sejogjanya dilakukan sedikit demi sedikit agar api jangan sampai padam.
7. Bila kompor telah selesai digunakan, maka bara yang terjadi dapat dibiarkan saja untuk, mi-
salkan menghangatkan sayuran. Namun bara tersebut dapat diubah menjadi arang. Caranya ialah
dengan menutup semua lubang udara; pengatur udara pada posisi off, sementara bagian atas tabung
pembakaran ditutup rapat dengan menggunakan tutup tabung. Dengan cara ini, arang dapat diman-
faatkan lebih lanjut untuk memasak pada tahapan berikutnya.
III. TATA CARA PENGGUNAAN KOMPOR BIOMASS UB02
Gambar 8: Struktur Kompor Biomass UB-02
a. Bahan bakar biomass kering dimasukkan dalam tabung bakar. Jumlah bahan bakar
sesuai kebutuhan. Lubang abu harus dalam posisi tertutup.
b. Untuk penyulutan pertama dapat digunakan spiritus, minyak tanah atau kertas bekas.
c. Setelah api terbentuk, pasang alat pemasak. Bila diameter alat pemasak lebih kecil dari
kompor, tumpangkan diatas dudukan dalam.
d. Besar kecilnya api diatur dengan pengatur volume api.
e. Penambahan bahan bakar sebaiknya dilakukan saat pergantian alat masak dengan
memasukkan bahan bakar dari atas sedikit demi sedikit. Usahakan api jangan padam.
f. Penambahan juga dapat dilakukan dengan membuka jendela dengan penjepit dan
memasukkan bahan bakar sedikit demi sedikit.
g. Gunakan penjepit untuk menambahkan bahan bakar.
h. Api dapat dimatikan dengan menutup lubang atas dengan penutup tabung bakar dan
menset pengatur volume api dalam posisi off. Jangan sekali-kali mematikan api
dengan cara menyiramkan air, karena mengakibatkan tabung pembakaran keropos dan
penggunaan berikutnya bermasalah.
8. IV. PRAKIRAAN KEBUTUHAN BAHAN BAKAR
Dimisalkan satu keluarga kecil terdiri atas 4 anggota. Kebutuhan beras untuk menanak nasik
tiap hari seberat 1 kg. Kebutuhan air minum tiap hari untuk satu keluarga sebesar 6 liter. Maka jum-
lah bahan bakar biomass yang diperlukan adalah sebagai berikut:
a. Untuk menanak nasi 1 kg (dengan cara dikaru) dibutuhkan sekitar 400 gram bahan bakar bi-
omass kering.
b. Untuk mendidihkan air 6 liter dibutuhkan sekitar 300 gram bahan bakar biomass kering.
c. Untuk menggoreng lauk-pauk, memasak sayur dan keperluan lain-lain diperlukan 300 gram
bahan bakar biomass kering.
Sehingga total kebutuhan bahan bakar biomass kering yang diperlukan per harinya adalah 1 kg. Bila di-
misalkan kayu bakar di pedesaan harus dibeli, dan per kilogram kayu berharga Rp. 500,- maka belanja
untuk energi sebulan Rp. 15.000,- Jumlah ini jauh lebih kecil dari pada yang diperlukan untuk minyak
tanah atau gas LPG.