SlideShare a Scribd company logo
1 of 105
Kelompok 5
 Alvita Wulansari
    (103174221)
 Nur F. Novitasari
  (103174225)
Matematika pertama kali muncul di India pada masa
 “Arode Harappan”, tepatnya di abad milenium
 ketiga SM, bukti ini didasarkan pada tradisi
 pembuatan altar pada masa ini, meskipun tidak ada
 bukti langsung matematikanya. Sebenarnya, bukti
 matematika pertama kali ditemukan di sepanjang
 sungai Gangga, yang dibuat oleh suku arya yang
 sedang bermigrasi dari stepa Asia pada akhir abad
 millennium kedua SM.


   Kemudian pada masa vedic, ditemukan Sulbasutra
dimana di dalamnya terdapat banyak ide matematika,
Sulbasutra merupakan sumber pengetahuan kita dari
matematika India kuno.
Seorang matematikawan awal India adalah
Aryabhata, yang menulis karya utamanya, yaitu
Aryabhatiya. Dia tinggal di dekat ibukota Gupta
Pataliura dekat sungai gangga di Bihar India
Utara. Meskipun pembahasan utama dalam karya ini
adalah astronomi, namun di ayat 123 nya membahas
berbagai topik matematika.
           Dua matematikawan terkemuka yang berkembang
               selanjutnya ialah Bhaskara dan Brahmagupta.
            Bhaskara datang dari Maharashtra atau Gujurat,
      sementara Brahmagupta tinggal di Bhinmal, Rajasthan,
                                                ibukota Guyaras
     Potongan-potongan sastra ini tidak diatur atau ditujukan
      untuk mengajar matematika, jadi tidak ada bentuk asal
             usulnya, hanya bentuk pernyataan saja
• PERHITUNGAN
Munculnya angka dan nilai tempat
 Simbol untuk sembilan angka pertama dari sistem
    angka berasal dari sejarah dalam sistem
    penulisan Brahmi di India, saat kepemimpinan
    raja Asoka (abad pertengahan ketiga SM)


    Dalam sebuah potongan karya Severus Sebokht,
    pada abad ke-662 hanya ditulis tentang sembilan
    tanda, tidak menyebutkan tanda nol.
Namun, dalam naskah Bakhshali, dimana angka
ditulis menggunakan sistem nilai tempat dan dengan
sebuah titik mewakili nol

      Dalam karya mahavira, kata-kata tertentu mewakili
    angka: bulan untuk 1, mata untuk 2, api untuk 3, dan
 langit untuk 0. Contoh: kata-api-langit-bulan-mata akan
                           menunjukkan arti untuk 2103

         Titik sebagai simbol untuk 0 bagian dari sistem
   nilai desimal juga muncul dalam Chiu-Chih Li, yaitu
 sebuah karya astronomi China pada abad 718 disusun
                  oleh tokoh agama India
Aritmatika Logaritma
Stanza II, 5 ,

Digit-digit awal suatu bilangan pangkat 3 [x]
dikurangi dengan pangkat 3 dari suatu bilangan
yang mendekati [y],hasil bagi dikurangi dengan y
kuadrat dikalikan dengan tiga dan sisa [kuantitas]
harus dikurangkan dengan bentuk pertukaran
kuadrat dan pangkat 3 sebelumnya.
Carilah akar pangkat 3 dari
       12. 977. 875




JAWAB
• Perhitungan:
•        1 2 . 9 7 7. 8 7 5         )2      digit pertama 2       3
                                                                      12
•          8                                23
    12     4   9          )3      12 = 3 x 22 3 mendekati 49:12 (4 terlalu besar)
•          3    6                 36 = 3 x 22 x 3
•          1    3 7
•              5 4                54 = 3 x 2 x 32
•              8 3 7
•                 2 7                      33
• 1587         8 1 0    8         )5 1587 = 3 x 232 5 mendekati 288:1587
•              7 9 3    5                  7935 = 3 x 232 x 5
•                 1 7   3 7
                  1 7   2 5                 1725 = 3 x 23 x 52

•                       1 2 5               52
                        1 2 5
•                          0

•        Jadi akar pangkat 3 dai 12.977. 875 adalah 235
• Jumlah dari dua bilangan positif adalah
  positif,
• jumlah dari dua bilangan negatif adalah
  negatif,
• jumlah dari bilangan positif dan negatif adalah
  selisih antara 2 bilangan itu, jika besar
  keduanya sama, maka hasilnya nol.
• Jumlah dari nol dan bilangan positif adalah
  positif
• jumlah dari bilangan negatif dan nol adalah
  negatif,
• jumlah nol dan nol adalah nol.
                                         BACK
• bilangan positif besar dikurangi bilangan positif kecil,
  hasilnya adalah positif,
• bilangan negatif besar dikurangi bilangan negatif
  kecil, hasilnya negatif,
• Tanda awal pengurang akan berubah, negatif menjadi
  positif dan positif menjadi negatif.
• Bilangan negatif dikurangi nol adalah negatif,
• bilangan positif dikurangi nol adalah positif,
• nol dikurangi nol adalah nol.
• Ketika bilangan positif dikurangi bilangan negatif atau
  bilangan negatif dikurangi bilangan positif, maka kedua
  angka tersebut dijumlahkan.


                                                 BACK
• Perkalian dari bilangan negatif dan positif adalah
  negatif,
• perkalian dua bilangan negatif adalah positif,
• perkalian dua bilangan positif adalah positif.
• perkalian dengan nol, baik itu bilangan negatif atau
  positif adalah nol.
• Sebuah bilangan positif dibagi dengan bilangan negatif
  adalah negatif,
• bilangan negatif dibagi dengan bilangan positif juga
  negatif.
• Sebuah bilangan negatif atau positif dibagi dengan
  nol, menunjukkan bahwa nol sebagai pembagi, lalu nol
  dibagi dengan pembagi positif atau negatif memiliki
  tanda negatif atau positif sebagai pembaginya saja.
GEOMETRI
hasil dari Sulbasutra baudhayana, yang
 mungkin dibuat sekitar 600 SM. Yang
pertama adalah teorema Pythagoras.


Luas    bujur    sangkar     pada kaki
sebuah segitiga siku-siku sama dengan
luas bujur sangkar di hipotenusa
jumlah luas
bujur sangkar
biru dan pink
 sama dengan
   luas bujur
sangkar ungu.
Teorema pythagoras kemudian digunakan
        secara tidak langsung untuk
   membenarkan setiap konstruksi berikut:

      Untuk membuat sebuah persegi kecil dari persegi yang
lebih besar, dapat dilakukan dengan membuat sebuah persegi
panjang pada persegi yang besar lalu dipotong, persegi
panjang ini detempatkan pada sisi berdekatan persegi yang
dipotong tadi, sisi yang bertumpuk ini kemudian dipotong
kembali, dan sisi persegi kecil telah terpotong. Dengan bagian–
bagian yang dipotong ini, diperoleh perbedaan luas dari dua
persegi tersebut.
Persegi besar
Persegi kecil
Untuk mengubah persegi panjang
menjadi persegi, lebar persegi panjang
diambil sebagai sisi persegi dan lebar persegi
panjang ini kemudian dipotong. Hasil
potongan dari persegi panjang dibagi menjadi
dua bagian yang sama dan ditempatkan pada
dua sisi (satu bagian pada masing-
masing). Ruang kosong di sudut terisi dengan
sebuah persegi.
Persegi
Untuk mengubah persegi menjadi
lingkaran, sebuah tali panjang setengah
diagonal dari persegi ditarik dari pusat ke
perlawanan arah jarum jam, bagian itu
terletak di luar persegi diteruskan ke sisa
setengah diagonal
                                 M
Untuk membuat
segiempat dari Lingkaran
        maka:

        Bagilah diameter dalam lima belas
        bagian dan kurangi dua bagian dari
        15 bagian ini. Maka 13 bagian
        sisanya memberikan perkiraan
        panjang     sisi  persegi    yang
        diinginkan.
                                Gambarkan!!
Proyeksi adalah jarak antara ujung dari
dua bayangan dikalikan dengan panjang
bayangan pertama dibagi dengan selisih
panjang bayangan.
Tinggi titik sorot adalah Sisi tegak
dikalikan dengan proyeksi, dibagi dengan
panjang bayangannya.
Stanza di atas memberikan sebuah metode untuk mencari
ketinggian sorotan cahaya dari atas dengan mengukur panjang
bayangan yang dibentuknya.
                                                    CON
                                                    TOH


                 h



                              g        g


                                  10           16

                                           d
Contoh Soal.....
• Bayangan dua tiang yang tingginya sama (12
  meter) diamati, dan diperoleh data panjang
  masing-masing bayangan adalah 10 dan 16
  meter, sedangkn jarak antara kedua ujung
  bayngan adalah 30. berapakah tinggi sorot
  cahaya?


    JAWAB
JAWABAN
Berdasarkan definisi, di dapat suatu
rumusan proyeksi
        dS
U= S S          dan Tinggi Tinggi Titik
            1

        2       1
           U .g
Sorot h = S
                    1
                                          h

Dengan demikian dapat dicari Proyeksi
                          50.12
U = 16 .10 300 50 dan h = 10 60
     30
        10  6
                                              12        12



Jadi, tinggi sorotan cahaya adalah 60              10         16
meter
                                                         30
Di sini, dua bagian
                                        h
diameter adalah dua segmen
s1, s2 diameter lingkaran yang                             s2
berpotongan dengan tali busur               h

2h, membentuk sudut siku-                       s1
siku, sehingga membagi busur
menjadi 2 bagian yang sama.


        Dengan demikian, berdasarakan
        teorema di atas,
                  h2 = s1s2                          CONTOH!!
• Seekor elang yang sedang beristirahat di
  atas ketinggian dinding yang tingginya 12
  hasta. Melihat seekor tikus yang sedang
  melintas, terlihat oleh elang pada jarak 24
  hastas dari kaki dinding; dan elang terlihat
  oleh tikus. Karena takut, akhirnya tikus itu
  berlari dengan cepat menuju rumahnya,
  yang berada belakang dinding. Sayangnya,
  dalam perjalanan pulang itu, tikus dibunuh
  oleh elang yang bergerak sepanjang sisi
  miring. Dalam kasus ini, akan ditemukan
  berapa jarak yang tidak dicapai oleh tikus,
  dan berapa jarak yang dilintasi elang.
     JAWAB
JAWABAN
Dengan teorema dapat dicari S1.                         Elang
h2 = s1s2                                                           X
                                                 12
122 = S1.24
S1 = 144 : 24                                                           24 Tikus
    =6                                                          Y

Jadi diameter Lingkaran = 24 + 6 = 30                   s1
Tikus diasumsikan terbunuh tepat di titik                    Rumah Tikus
pusat, yakni di jarak 30:2= 15 meter dari                    Tikus terbunuh
posisi semula. Dengan demikian, jarak yang
tidak dicapai oleh tikus Y = 15 - s1 = 15-6= 9

Dan dengan rumus Phytagoras, panjang
lintasan elang adalah X= 122 92   144 81          225    15
• Dua hasil luar biasa dari Brahmagupta yang membahas
  segi empat siklik (segiempat di dalam lingkaran),
  diberikan dalam bab 12 dari brahmasphutasiddhanta.

         Luas daerah selidik [segiempat siklik] adalah
         akar kuadrat dari hasil kali setengah jumlah
         seluruh panjang sisi dikurangi panjang
         masing-masing sisi segiempat.

    Hasil ini dapat ditulis dalam matematika s =
                                                         (a b c d )
                                                       2
    , di mana a, b, c, d, adalah panjang sisi segiempat,
    maka luas segiempat dapat dinyatakan dengan


         L=
Masing-masing sisi dikalikan dengan sisi di depannya,
lalu dijumlahkan. Kemudian kalikan dengan hasil jumlah
dari perkalian sisi yang berdekatan dengan diagonal-
diagonal, setelah itu dibagi dengan jumlah dari
perkalian sisi-sisi yang saling berdekatan pada
diagonal satunya dalam siklik suatu segiempat yang
tidak beraturan, akar kuadratnya adalah panjang
diagonal.
                                 B                 b


                     a                     C

                             A                 c

                         d
                                      D
•
                                           Pernyataan ini diterjemahkan
            B
                                  b   ke       dalam     rumus    untuk
                                      menentukan panjang diagonal AC
                                      dan BD dari segiempat. Karena
a                         C           jumlah dari hasil kali sisi yang
                                      berdekatan (untuk diagonal AC)
        A
                                      adalah ad + bc, dan dikalikan
                              c

    d
                                      dengan "jumlah dari hasil kali dua
                      D               sisi yang berhadapan,yaitu ac +
                                      bd, dan dibagi hasil penjumlahan
                                      sisi-sisi yang berdekatan pada
                                      diagonal      selanjutnya,  dapat
                                      ditulis:

                AC=                            BD =
• Pemecahan Persamaan
Dalam dua teorema Aryabhata yang membahas
masalah progresi aritmatika, diberikan suatu
rumus untuk menghitung jumlah suatu suku banyak
dalam persamaan kuadrat


            Banyak suku dikurangi 1, dibagi dua ,lalu
    dikalikan dengan beda antara dua suku berurut
    ditambah suku pertama, adalah cara untuk menentukan
    suku tengah. Lalu dikalikan dengan jumlah suku akan
    didapat Jumlah suatu suku banyak.
    atau jumlah suku pertama dan terakhir (suku pertama
    ditambah dengan banyak suku yang dikurangi satu dan
    dikali beda sebelumnya).. Dikalikan dengan setengah
    banyak suku.
(n - 1)          n
Sn n [{         } d a]     [a (a (n - 1) d)].
          2              2
Kalikan jumlah suatu suku banyak dengan
delapan kali beda, tambahkan kuadrat dari selisih
antara dua suku pertama dan beda, lalu mengakar
kuadrat hasilnya, kemudian kurangi dengan dua kali
suku pertama, dibagi dengan beda, tambahkan satu ,
bagi dengan dua. Hasilnya akan menunjukkan banyak
suku dalam situasi yang sama seperti di atas, dimana
Sn diberikan dan n dapat ditemukan.


               Rumus yang diberikan adalah


          n=
Jika persamaan untuk Sn di atas ditulis ulang
dalam persamaan kuadrat dengan variabel n, maka
                  diperoleh
             dn2 + (2a-d) n-2sn = 0


 Kemudian nilai untuk n dalam persamaan ini dapat
   dicari dengan rumus kuadrat. Meskipun tidak
  secara langsung Aryabhata memberikan bentuk
   umum rumusan untuk memecahkan persamaan
 kuadrat, Brahmagupta, setelah satu seperempat
    abad kemudian, mendapatkan suatu bentuk
           persamaan yang ditulis dengan
                   ax2 + bx = c.
ax2 + bx = c.

• Di sini 'angka tengah' adalah koefisien b (dan
 juga x yang tidak diketahui nilainya itu sendiri),
  sedangkan rupas adalah istilah c konstan dan
            'square' adalah koefisien a.
Angka tengah (b) dikurangkan pada akar kuadrat
  dari jumlah rupas (c) dikalikan dengan empat kali
square (a) dan angka tengah yang dikuadratkan ; lalu
      membagi hasilnya dengan dua kali square
          (a). Hasilnya adalah angka tengah.




        Kata Brahmagupta dengan mudah dapat
           diterjemahkan ke dalam rumus

                 X=
                                                 CON
                                                 TOH
• Brahmagupta memberikan
    penyelesaian dari persamaan
         x2 -10x = -9.



JAWAB
JAWABAN
• Diketahui:
• a=1 b=-10 c= -9
• Dengan menggunakan rumus Brahmagupta:
     4a.c b 2   b
 x
         2a
     4.1.( 9) ( 10) 2 10    ( 36 ) (100 ) 10   18
 x                                                  9
             2.1                   2            2
• Penyelesaian Brahmagupta tidak termasuk
  bilangan negatif, dan beberapa ratus tahun
  kemudian, Bhaskara II membuat suatu aturan
  tentang akar banyak, yaitu dengan
  memecahkan persamaan dengan
  menyelesaikan square, yakni, ia
  menambahkan jumlah yang tepat untuk kedua
  sisi ax2 + bx=c, sehingga sisi kiri menjadi
  kuadrat sempurna. Dan merumuskan kembali
               (rx-s)2 = d.
• Dia kemudian memecahkan persamaan
  rx-s = √ d utuk mencari nilai x.
• Tapi ia mencatat, jika √ d <s, maka
  ada dua nilai untuk x, yaitu,• (s   d)

  dan   • (s   d)                   r
             r
• Namun Bhaskara tetap membatasi
  nilainya. Beliau mengatakan, "rumus ini
  hanya [digunakan] dalam beberapa
  kasus."

                                  CONTOH
Contoh...
• Ada sekumpulan monyet di hutan yang
  luas, 1/8 bagian dari mereka sedang
  berayun-ayun di ranting (square), dua
  belas monyet yang tersisa terlihat di
  atas bukit, sedang mengobrol satu
  sama lain. Berapa banyak mereka?


   JAWAB
JAWABAN
• Dari masalah, dapat dimatematikakan menjadi
   1 2                  1 2
  ( x ) 12       x         x 12 x
   8                   64
                       x 2 768 64x
                       x 2 64x    768
                       x 2 64x 322           768 322
                       ( x 32 ) 2 256
                       x 32 16
• Karena 16 < 32, maka ada 2 nilai untuk x, yaitu:
          32 16                32 16
      x1           48     x2             16
             1                     1


• Jadi, kemungkinan jumlah monyet keseluruhan adlah 48 atau 16.
– Para matematikawan India juga menangani
    persamaan dalam beberapa variabel.
    Misalnya mahavira yang menyajikan sebuah
    versi dari masalah seratus unggas dalam
    pembahasan utamanya, ganitasarasangraha
    menyebutkan:
" 5 merpati dijual seharga 3 koin, 7 bangau dijual
 seharga 5 koin, 9 angsa dijual seharga 7 koin, dan
 3 merak dijual seharga 9 koin. Seorang laki-laki
 diperintahkan untuk membawa 100 burung dengan
 diberikan 100 koin untuk hiburan seorang putra
 raja. Berapa jumlah masing- masing burung yang ia
 beli?
                                                JA
                                                W
                                                AB
JAWABAN
• Dengan memisalkan:
  Merpati = m
  Bangau = b
  Angsa = a
  Merak = k
Maka didapat 2 persamaan matematika:
• 3 m + 5 b + 7 a + 9 k = 100 (banyak koin)
• 5 m + 7 b + 9 a + 3 k = 100 (banyak burung)
• Persamaan 1 dikali 5 dan persamaan 2 dikali 3, menghasilkan:
  15 m + 25 b + 35 a + 45 k = 500
  15 m + 21 b + 27 a + 9 k = 300
• Mengurangi persamaan pertama dan kedua menghasilkan
  4 b +8 a + 36 k = 200
    b + 2a + 9k = 50

  mengambil sembarang nilai untuk k = 4, maka
  b = 50-2a-9k
  Lalu mengambil sembarang nilai untuk a =3, maka b= 8
  a=3, b=8, k=4 disubstitusikan ke pers. 1, maka:
   15 m+25(8)+35(3)+45(4) = 500   15 m = 500-25(8)-35(3)-45(4)
                                  15 m = 15
                                     m=1


  Jadi jumlah masing – masing burung yang dibeli adalah merpati adalah 5 ekor,
                           bangau 56 ekor, angsa 27 ekor, dan 12 ekor burung
                           merak, dengan harga masing - masing 3 koin, 40 koin, 21
                           koin, dan 36 koin
• . Jadi, "dengan cara pengandaian,
      banyak jawaban yang dapat
              diperoleh."
ANALISIS TAK TENTU
 Sistem Persamaan Linear
      Meskipun tidak diketahui darimana orang India belajar
persamaan kuadrat entah dari Bangsa Babilonia atau dari
Diophantus, diyakini bahwa sebuah metode untuk
menyelesaikan sistem persamaan linear berasal dari
matematikawan India, karena tidak ada penjelasan dari metode
lainnya yang sebanding.
    Dalam notasi modern, persamaan untuk menemukan N
 memenuhi N ≡ a (mod r) dan N ≡ b (mod s), atau untuk
 memperoleh x dan y dengan
                  N = a + rx = b + sy
                        a + rx = b + sy
tetapkan c = a – b, sehingga
                       rx + c = sy
Metode untuk menyelesaikan masalah ini ditemukan
dalam buku karya Aryabhata, tetapi Brahmagupta memberikan
uraian yang lebih jelas. Akan tetapi, entah karena kesalahan
dalam penyalinan selama beberapa tahun atau karena tradisi
yang tidak megharuskan setiap langkah ditulis, dalam beberapa
tempat ditemukan penjelasan tentang metode Brahmagupta
yang tidak sesuai dengan contoh-contohnya.
      Contoh yang digunakan oleh Brahmagupta dalam
metode Kuṭṭaka atau pulverizer yang diambil dari bab 18
dalam bukunya adalah
            N ≡ 10 (mod 137) dan N ≡ 0 (mod 60)
Permasalahan ini dapat dituliskan dalam persamaan tunggal
137x + 10 = 60y
Bagi pembagi yang memiliki sisa pembagian terbesar (agra)
dengan pembagi yang memiliki sisa pembagian terkecil;
berapapun sisanya saling membagi; hasilnya ditempatkan secara
terpisah satu dibawah yang lainnya.

Gunakan algoritma Euclid sampai pada akhirnya
mempunyai sisa mendekati nol:
137 = 2 . 60 + 17
 60 = 3 . 17 + 9
 17 = 1 . 9 + 8
  9=1.8+1
Kemudian susun hasilnya ke bawah satu persatu:
                         2
                         3
                         1
                         1

      Brahmagupta menyusun 0 untuk hasil pertama,
nampaknya mengambil pembagian pertama sebagai 60 = 0 . 137
+ 60

Kalikan sisanya dengan sebuah angka sembarang i, bila
ditambahkan dengan selisih dari 2 sisa (agras), itu
dihapuskan. Pengali ditulis ke bawah sebagai hasilnya
juga.
Sisa terakhir adalah 1. Kalikan 1 dengan sebarang v
sehingga 1 . v ±10 tepat habis dibagi dengan pembagi akhir, dalam
kasus ini 8.
 Tanda + digunakan untuk hasil bilangan genap.
 Tanda – digunakan untuk hasil bilangan ganjil.
        Di sini, karena 0 merupakan salah satu dari hasil,
persamaan akhirnya menjadi 1v – 10 = 8w. Ambil v = 18 dan w =1.
Kemudian kolom angka yang baru adalah
                         0
                         2
                         3
                         1
                         1
                         18
                         1
Dimulai dari yang terakhir, kalikan bilangan kedua dari akhir
dengan satu bilangan yang tepat berada di atasnya; hasilnya,
jumlahkan dengan bilangan yang terakhir, itulah akhir dari
sisanya (agrānta). [Lanjutkan sampai kolom paling atas.]

        Kalikan 18 dengan 1 dan tambahkan 1 untuk mendapatkan
19. Kemudian gantikan posisi angka di atasnya, sebut 1, dengan 19,
dan hapus angka terakhir. Lanjutkan cara ini (seperti tabel di bawah
ini) sampai hanya terdapat dua baris angka.
           0      0       0      0       0      130
           2      2       2      2       297    297
           3      3       3      130     130
           1      1       37     37
           1      19      19
           18     18
           1
Angka di baris paling atas, agrānta, adalah 130. Jadi,
 x = 130, y = 297, merupakan pemecahan dari persamaan awal.
       Bagaimanapun, Brahmagupta menginginkan sebuah
 pemecahan yang lebih kecil, sehingga pertama ia menetapkan
 N:
Bagilah bilangan itu (agranta) dengan pembagi yang memiliki sisa
paling sedikit; kalikan sisanya dengan pembagi yang memiliki sisa
terbesar. Jumlahkan hasilnya dengan sisa terbesar; hasilnya
merupakan sisa dari hasil pembagian.

Oleh karena itu,
  130 = 2 . 60 + 10
  10 . 137 + 10 = 1380

                  N ≡ 1380 (mod 8220)
Brahmagupta kemudian menyelesaikan
y dengan membagi 1380 dengan 60 (karena N
= 60y) dan menghitung nilai baru dari x.
Sehingga, y = 23, x = 10, merupakan
penyelesaian dari persamaan 137x + 10 = 60y.
Meskipun tidak diketahui bagaimana Brahmagupta
membenarkan langkah-langkahnya kepada murid-muridnya,
akan dipaparkan penjelasan modern. Dimulai dengan
persamaan 60y = 137x + 10, dan membuat langkah demi
langkah substitusi serta mencocokkannya dengan hasil yang
muncul secara berurutan pada algoritma Euclid:
                      137 x 10
60y = 137x + 10   y                 2x    z       137x + 10 = 60(2x + z)
                         60

                      60 z 10
17x = 60z – 10    x                 3z    u       17(3z + u) = 60z – 10
                         17
                      17u 10
 9z = 17u + 10    z                  1u       v   9(1u + v) = 17u + 10
                         9
                      9v       10                 8(1v + w) = 9v – 10
 8u = 9v – 10     u                 1v        w
                           8

  v = 8w + 10
Brahmagupta       kemudian     menyelesaikan
persamaan terakhir dengan memeriksa: w = 1, v = 18.
Nilai dari variabel lainnya diperoleh dengan cara
subtitusi, dengan menjalankan kolom variabelnya.

   u = 1v + w = 1 . 18 + 1 = 19
   z = 1u + v = 1 . 19 + 18 = 37
   x = 3z + u = 3 . 37 + 19 = 130
   y = 2x + z = 2 . 130 + 37 = 297
PERSAMAAN PELL
.


     Untuk dapat menyelesaikan suatu sistem dari persamaan linear
     dalam bentuk lain dari persamaan tak tentu, penting untuk
     mengetahui persamaan kuadrat dalam bentuk Dx 2 b y 2

             Kali ini, permasalahan khusus dimana b = 1 yang
     sering kali disebut persamaan Pell (dengan nama yang salah
     setelah abad ke-17, Englishman John Pell).
           Brahmagupta memberikan penjelasan pertama dari
    metode penyelesaian masalah ini. Dan, sama seperti masalah
    dari kuṭṭaka, dia memperkenalkan beberapa aturan perjanjian
    dengan persamaan dalam bentuk ini, dengan disertai contoh.

    Kuadrat dari [ sebuah angka]....dikalikan dengan 92....dan
    dijumlahkan dengan 1 itulah hasil kuadrat yang lain.
Contoh yang diberikan Brahmagupta: 92 x 2     1    y2
Aturan penyelesaian Brahmagupta:

 Turunkan kedua akar kuadrat dari kuadrat yang diberikan
 kalikan dengan pengali dan jumlahkan atau kurangi dengan
 sembarang bilangan.

        Jadi ambil beberapa nilai, sebut saja, 1, dan catat jika 92
dikalikan dengan 12 dan hasilnya dijumlahkan dengan 8 (angka
sembarang), kemudian hasil penjumlahannya adalah bilangan
kuadrat, sebut saja, 100.
Dengan demikian, tiga angka x0 , b0 , y0 dapat ditemukan dengan
memenuhi persamaan Dx2 b0 y 2
                          0        0

Untuk lebih mudahnya, kita tulis bahwa (x0 , y0 ) merupakan
penyelesaian dari b0 .
Dalam masalah ini, (1,10) adalah penyelesaian dari
penjumlahan 8. Kemudian Brahmagupta menulis penyelesaian ini
ke dalam 2 baris yaitu
                         x0 y0 b0
                         x0 y0 b0
Atau
                         1    10 8
                         1    10 8

Nilai baru dari akar y adalah y1 . Nilai ini diperoleh dari bentuk
umum:                           2     2
                        y1   Dx 0   y0
Dalam contoh ini,
                       y1    92 (1) 2    10 2    192
Nilai baru dari akar x adalah x1 . Nilai ini diperoleh dari
persamaan
        x1 x0 y0 x0 y0 atau x1 2 x0 y0
                                            2
dengan penjumlahan baru adalah b1 b0
Dengan kata lain, ( x1 , y1 ) = ( 20, 192) merupakan penyelesaian
dari penjumlah b1       64 atau 92 (20 ) 2 64 192 2
Brahmagupta      mengasumsikan          bentuk    umum     untuk
menyelesaikan permasalahan tersebut:
            D (u0 v1 u1v0 ) 2   c0 c1   ( Du 0u1   v0 v1 ) 2
                 2       2
Diberikan Du 0 c0 v0       dan Du12 c1 v12 . Brahmagupta
menyebut ini sebagai penyelesaian baru dari penyelesaian
(u0 , v0) dan (u1 , v1).
Brahmagupta menyimpulkan aturan umumnya:

 “Dua bilangan akar kuadrat, dibagi dengan penjumlah atau
 pengurang aslinya, merupakan akar-akar untuk satuan
 penjumlahnya.”

                                    x1 y1
Secara umum dapat ditulis :           ,
                                    b0 b0
        Brahmagupta memberikan beberapa aturan dan contoh
sederhana, tanpa adanya syarat supaya dapat menghasilkan
bilangan bulat yaitu
jika kita telah memperoleh penyelesaian (u, v)
1. jika v adalah bilangan ganjil atau u adalah bilangan genap,
    maka penyelesaiannya adalah
                           v2       1        v2       3
          (u1 , v1 )   u                ,v
                                2                 2
2. Pada kasus dimana v adalah bilangan genap dan u adalah
   bilangan ganjil,
                     2uv Du 2 v 2       2v 2 4
        (u1 , v1 )      ,
                      4      4             4

   merupakan sebuah penyelesaian dalam bentuk bilangan
   bulat.
Penyelesaian yang diberikan oleh Bhāskara II lebih
mudah untuk dipahami.
        Bhāskara menunjukkan pada Līlāvatī nya bagaimana
beberapa persamaan dalam bentuk Dx 2 1 y 2 dapat
diselesaikan dalam bentuk bilangan bulat. Dia memulainya
dengan meringkas langkah-langkah Brahmagupta.
        Aturan Bhāskara untuk kasus umum    Dx 2 1 y 2 dan
mengikuti bentuk itu untuk contohnya, 67x2 + 1 = y2 .
Membuat akar-akar terkecil dan terbesar dan penjumlahan ke
dalam pembagian, penjumlahan, dan pembagi, pengali
menjadi imaginer.

       Sebelumnya mulai dengan memilih sebuah pasangan
penyelesaian (u, v) untuk beberapa penjumlahan b. Pada
contoh berikut, ambil (1, 8) sebagai penyelesaian untuk
penjumlahan -3.
Kemudian, selesaikan persamaan tak tentu um + v = bn
untuk m, dimana 1m + 8 = -3n.
Hasilnya adalah m=1+3t, n = -3 – t, untuk beberapa bilangan
bulat t.
Ketika kuadrat dari pengali dikurangi dari bilangan asli atau
dikurangi dengan bilangan asli maka sisanya kecil, kemudian
dibagi dengan penjumlah merupakan penjumlahan yang baru.
Hal tersebut berubah tanda jika kuadrat dari pengali dikurangi
dari bilangan asli. Hasil dari pengali merupakan akar kuadrat
terkecil, dari situ dapat diperoleh akar terbesar.
Dengan kata lain, pilih t sehingga kuadrat dari m
kemungkinan mendekati D. Kemudian ambil,
     D m2
b1           (boleh negatif) untuk penjumlahan baru.
       b
                                       um v
 Akar baru yang pertama adalah u1              sehingga akar
                                         b
baru yang terakhir adalah
                              2
                  v1        Du1    b1
Dalam contoh yang diberikan, Bhāskara menginginkan m2
mendekati 67, sehingga ia memilih t = 2 dan m = 7.
Sehingga,
                 ( D m 2 ) (67 49 )
                                    6
                     b          3
Tetapi, karena pengurangan ini merupakan kuadrat dari
koefisien, penjumlah baru adalah 6.
1.7       8
Akar pertama yang baru adalah u1                      5,
                                            3
tetapi karena akar-akar ini selalu dikuadratkan, sehingga u1
selalu bernilai positif.

Kemudian, v1     67 .25 6       1681 41 ,           dan    (5   ,   41)
merupakan penyelesaian dari penjumlahan 6.
KOMBINASI
Catatan pernyataan tentang peraturan kombinasi
paling awal muncul di India, meskipun lagi-lagi tanpa
adanya pembuktian atau pembenaran.
Sebagai contohnya, risalah medis dari Susruta, mungkin
ditulis pada abad ke-6 BCE, mengungkapkan bahwa 63
kombinasi dapat dibuat dari 6 rasa yang berbeda-pahit,
asam,      asin,    astringen,     manis,    panas-dengan
mencampurkannya satu persatu, dua dalam satu waktu, tiga
dalam satu waktu, dan seterusnya. Dengan kata lain,
terdapat 6 rasa tunggal, 15 kombinasi dari 2 rasa, 20
kombinasi dari 3 rasa, dan juga dari 4 rasa.
Kami tidak tahu apakah rumus-rumus yang berhubungan
telah dikembangkan.
Di sisi lain, Varāhamihira bekerja pada nilai yang lebih
besar pada abad ke-6. Ia mengungkapkan secara jelas bahwa
“jika jumlah dari 16 unsur divariasikan dalam 4 cara yang
berbeda, hasilnya adalah 1820.” Dengan kata lain, karena
Varāhamihira       mencoba     untuk    menciptakan      parfum
menggunakan campuran 4 bahan dari 16 bahan keseluruhan, ia
                                                         16
telah menghitung bahwa secara tepat terdapat 1820       C4
cara yang berbeda untuk memilih bahan-bahan. Hal ini
mustahil jika pengarang benar-benar menghitung 1820
kombinasi ini, sehingga diasumsikan bahwa dia mengetahui
metode untuk menghitung angka itu.
Pada abad ke-9, Mahāvīra memberikan algoritma yang
jelas untuk menghitung kombinasi ini:

Aturannya menganggap kemungkinan keragaman kombinasi
selama diketahui: Dimulai dengan satu dan ditambahkan
dengan satu, biarkan angka-angkanya bertambah sampai
mencapai angka yang diketahui baik pada baris atas maupun
baris bawah. Jika hasil dari satu, dua, tiga, atau angka lainnya
pada baris atas diambil dari kanan ke kiri dijumlahkan dengan
hasil yang bersesuaian dengan hasil satu, dua, tiga, atau angka
lainnya pada baris yang ada di bawah, juga diambil dari kanan
ke kiri, jumlah yang dibutuhkan pada masing-masing
permasalahan kombinasi merupakan hasil yang diperoleh.
Bagaimanapun,    Mahāvīra   tidak       memberikan
pembuktian dari algoritma ini, yang            mana dapat
diterjemahkan menjadi rumus yang modern:

                n   n(n 1)(n 2)...(n r 1)
            C   r
                             r!
Tipe lain dari permasalahan secara terpisah juga muncul pada
matematika India. Sebagai contoh, Āryabhata menyatakan:

STANZA II, 22 6 bagian dari 3 hasil dari perhitungan
bertambah 1, perhitungan penjumlahan itu, dan agar
perhitungan merupakan jumlah kuadrat deretan. Dan
kuadrat dari keseluruhan deretan bilangan asli merupakan
keseluruhan dari deretan kubik.
Pernyataan kedua ini memberikan kita rumus untuk
                  2   3
penjumlahan S n dan S n dari turunan pertama n kuadrat dan
kubik, sebut saja,
         2   1
     S   n     n(n 1)(2n 1)
             6
              dan

      3
     Sn      (1 2 ... n) 2
TRIGONOMETRI
1. Menggambar tabel sinus

         Kami menggunakan kata “Sinus” (dengan huruf S
  besar) untuk menyatakan panjang dari half-chord Indian.
  Diberikan half-chord merupakan garis pada lingkaran
  dengan radius R, dimana R akan selalu diketahui. Kata
  “sinus” (dengan huruf s kecil) digunakan untuk fungsi
  modern (atau sama dengan, ketika radius lingkaran adalah
  1).
   Jadi,
                Sin θ = R sin θ
Āryabhaṭhīya memberikan penjelasan            tentang
metode pembuatan tabel Sinus diberikan pada stanza II, 12,
sedangkan tabel perbedaan sinus diberikan pada stanza I, 10.

STANZA II, 12 Nilai dari Sinus kedua kurang dari Sinus
pertama, dan hasil bagi diperoleh dengan membagi jumlah
dari Sinus sebelumnya dengan Sinus pertama, dengan
jumlah dari dua Sinus yang mengikuti kurang dari Sinus
pertama.
Sinus pertama s1 dalam trigonometri India selalu diartikan
arc Sinus dari 3 3     3 45 'dan Sinus ini, dalam radius
                 4
 lingkaran adalah 3438 sama dengan ukuran dalam menit,
sebut saja, s1 = 225.
Aturan dari stanza ini kemudian menuntun kita untuk
menghitung masing-masing arc Sinus dari tahap 3º45’.
Jadi, untuk menghitung s2, Sinus dari 7º30’, kita kurangi
225 dengan 225 untuk memperoleh 0 (pada tahap ini, Sinus
pertama dan kedua itu sama).
Kemudian bagi 225 dengan 225 untuk memperoleh 1 .
Kemudian kurangi 0 + 1 = 1 dari 225 untuk memperoleh
224.
Angka ini merupakan perbedaan Sinus yang
pertama, jadi s2 = 225 + 224 = 449.
Untuk memperoleh s3, kurangi 224 dari 225 untuk
mendapatkan 1, kemudian bagi 449 dengan 225,
diperoleh 2, kemudian kurangi 1 + 2 = 3 dari 225 untuk
mendapatkan 222 sebagai perbedaan Sinus yang
lainnya.
Jadi, s3, Sinus dari 11º15’, diperoleh dari s3 = 449 + 222
                                               = 671
Secara umum, Sinus sn ke-n dihitung dengan

                                 s1 s2 ... sn   1
              sn   sn   1   s1
                                      s1

Semua perbedaan Sinus dicatat dalam

  STANZA I, 10. Dua puluh empat perbedaan Sinus dihitung
  dalam arc yaitu 225, 224, 222, 219, 215, 210, 205, 199,
  191, 183, 174, 164, 154, 143, 131, 119, 106, 93, 79, 65, 51,
  37, 22, 7.
Mereka menghitung           nilai Sinus seperti yang
dilakukan Hipparchus: Sinus 90º sama dengan 3438’ radial;
Sinus 30º adalah setengah radial, 1719’; Sinus 45º adalah
     2431 ' dan Sinus dari arc lainnya dihitung dengan
3438
 2

menggunakan teori Phythagoras dan rumus half-angle.

       Varāhamihira (abad ke-6) mentabulasikan Cosinus
seperti Sinus dalam 120 radial dan mendeskripsikan
hubungan standar antara fungsi-fungsi ini. Dan Sūrya-
Siddhānta, mungkin ditulis pada abad ke-7, boleh jadi
bersumber pada perhitungan fungsi Tangen Cina yang
didiskusikan lebih dulu dan diisyaratkan pada Secan.
Meskipun fungsi itu tidak ditabulasikan, bab 3 bait 21-22,
dalam diskusi oleh gnomon, mengatakan

“Garis bujur puncak matahari dapat diperoleh dari Sinus
dan yang tegak lurus Sinus [Cosinus]. Jika Sinus dan radius
berturut-turut dikalikan dengan satuan gnomon dalam digit,
dan dibagi dengan tegak lurus sinus, hasilnya adalah
bayangan dan hipotenusa pada tengah hari”.
2. TEKNIK PERKIRAAN
        Menariknya, tidak ada buku astronomi Indian
 sampai zaman Bhāskara II yang menjelaskan tabel arc
                       3
 Sinus mendekati . 4 3

 Malahan, matematikawan India membangun metode
 perkiraan. Tentunya metode paling sederhana adalah
 dengan penyisipan linear antara nilai tabulasi.
 Tetapi pada awal abad ke-7, Brahmagupta telah membuat
 pola penyisipan akurat menggunakan perbedaan second-
 order.
 Dalam penulisan modern, jika Δi mewakili perbedaan
 Sinus ke-i (diberikan dalam stanza I, 10 Aryabhata), αi
                           3
                         3
 untuk arc ke-i, dan h = 4 jarak antara arc ini.
Kemudian hasil dari Brahmagupta adalah
                                                              2
    Sin(    i       )   Sin(   i   )        ( Δi + Δi+1) -        2
                                                                      (Δi – Δi+1)
                                       2h                    2h

Sebagai contoh, untuk menghitung Sin (20º), tulis
        3 1
20 = 18 4 1 4 , dimana 18 3 = x5.
                          4


Rumus yang didapatkan
                                                                              2
                                                1                        1
                                              1                        1
                    3   1               3       4 (215 210)              4
Sin(20)    Sin 18     1        Sin 18                                             2
                                                                                      (215 210)
                    4   4               4        3                        3
                                             2(3 )                    2 3
                                                 4                        4
                    1        1
          1105        (425)    (5) 1176
                    6       18
Sayangnya Brahmagupta tidak memberikan alasan
kebenaran untuk rumus interpolasi ini, tetapi dicatat
bahwa sisi kanan dari rumus merupakan polinom kuadrat
yang unik dalam θ yang menyetujui dengan sisi kiri untuk
              o, dan θ = 3 3 .               3
θ=      ,θ=0               4
                                           3
                                             4
Anehnya, Brahmagupta sendiri juga menggunakan rumus
aljabar untuk perkiraan Sinus, rumus yang mirip dengan
Bhāskara I dalam versi bahasa Sansekerta dalam
Mahābhāskariya:
Saya meringkas pernyataan aturan untuk menemukan Sinus tanpa
membuat perbedaan Sinus 225 dan seterusnya. Kurangi derajat arc
dengan derajat dari setengah lingkaran. Kemudian kalikan sisanya
dengan derajat arc dan tulis hasilnya dalam dua tempat. Di sisi
bawah, kurangi hasilnya dari 40.500. satu perempat sisanya [jika
didapatkan] bagi hasilnya pada tempat lain sebagai pengali
radius.... Maka diperoleh Sinus radius itu.
Dalam notasi modern, rumus Bhāskara adalah

                         R (180     )          4 R (180    )
     Sin   R sin
                     1                       40500    (180   )
                       (40500     (180   )
                     4


Jika kita menggunakan rumus tersebut untuk menghitung Sinus
dari θ = 20º, kita dapatkan
                              4.20.160
             Sin20   3438.                   1180
                           40500 20.160

paling dekat dengan bilangan bulat, kesalahan nilai dari
pendekatan adalah 0,3%.
3. DERET PANGKAT
       Matematikawan India menyusun deret pangkat untuk
Sinus, Cosinus, dan Arctangen pada abad ke-14. Deret ini
muncul dalam penulisan Tantrasaṃgraha-vyākhyā sekitar
tahun 1530, sebuah komentar dalam temuan Nīlakaṇṭha.
Penurunan muncul dalam Yuktibhāsā, dimana penulis
menuliskan deret pangkat ini untuk Madhava (1359-1425).

       Penurunan Indian pada hasil ini dimulai dengan
pendekatan Cosinus dan Sinus untuk arc kecil dan kemudian
menggunakan “pull yourself up by your own bootstrap”
didekati untuk memperbaiki nilai pendekatan langkah demi
langkah. Semua penurunan menggunakan notasi dari
perbedaan Sinus, ide tersebut sudah digunakan lebih dahulu.
Dalam pembahasan tentang metode Indian, menggunakan
notasi modern.
Pertama dianggap radius lingkaran R dengan arc kecil
(gambar 2). Dari kesebangunan segitiga AGC dan OEB, kita
dapatkan
         x1     x2    y                         y2        y1        x
                      R
                           dan                                      R
                           atau
                           x1       x2     y2        y1
                       R        y               x
                                                                                        (Gambar 2)

Dalam permasalahan modern, jika BOF                                                dan         BOC        AOB d
persamaan ini menjadi
                                                    y2         y1        x   2 Rd
         sin(        d ) sin(            d )                                      cos      2 cos d
                                                          R             R2     R
                                                dan
                                           x2        x1              y       2 Rd
  cos(   d ) cos(           d )                                                   sin           2 sin d
                                                R                   R2         R
Sekarang, andaikan kita memiliki sebuah arc kecil
s dibagi n sama dengan subarc, dengan α = s/n. Untuk
sederhananya, kita ambil R = 1, meskipun matematikawan
India tidak melakukannya. Dengan menerapkan hasil
sebelumnya, kita dapatkan ketetapan perbedaan untuk y
(gambar 3) (dimana yn = y sin s):



                            .
                            .
                            .


Gambar 3
Begitu juga, perbedaan untuk x dapat ditulis

                              .
                              .
                              .



Kemudian kita anggap perbedaan y yang kedua:


Dengan kata lain, perbedaan sinus yang kedua itu sebanding
dengan negatif sinus.
Tetapi karena          , kita dapat menuliskan hasilnya sebagai
Secara umum, kita dapatkan bahwa


Tetapi Sinus sama dengan jumlah dari perbedaan ini:




Begitu juga s/n ≈ y1 ≈ α, atau ny1 ≈ s. Secara alamiah, nilai
terbaik untuk setiap pendekatan ini adalah nilai terbesar dari n.
Oleh sebab itu,


Kemudian, kita tambahkan perbedaan dari x. Kita peroleh
Tetapi                dan         . Sehingga


       Untuk melanjutkan perhitungan ini, kita ganti jumlah
dari bilangan bulat n – 1 pertama dengan ungkapan
sederhana. Lebih jauhnya, Jyesthadeva membutuhkan rumus
yang mirip untuk penjumlahan kuadrat bilangan bulat, integral
pangkat tiga, dan seterusnya. Intinya, Ia butuh untuk
mengetahui



Hasil ini diketahui di India. Hasilnya adalah
Dimana hasil yang terdahulu telah dibuktikan. Karena kedua
hasil ini ditemukan beberapa ratus tahun pada awal
perkembangan dunia Islam, pembahasan bukti ditunda sampai
pada bab selanjutnya. Namun, Hasil penemuan ini akan
digunakan pada pembahasan kali ini dalam bentuk



Oleh karena itu, untuk memperoleh pendekatan baru kita untuk
y, kita lanjutkan seperti berikut:
Jadi, kita mempunyai pendekatan baru untuk y dan untuk setiap yi.
Untuk mengembangkan pendekatan untuk Sinus dan Cosinus,
Sekarang kita asumsikan bahwa yi ≈ (is/n) – (is)3/(6n3) untuk
mengungkapkan x = cos s dan dilanjutkan seperti sebelumnya.
digunakan dua rumus penjumlahan dalam kasus k = 3 untuk
memperoleh


Dengan cara yang sama, diperoleh pendekatan baru untuk y = sin
s:
Transmisi Ke Dan Dari India

• India belajar trigonometri (dan juga
  beberapa astronomi) dari sumber-
  sumber yunani, dan ulama islam yang
  belajar trigonometri di India, membawa
  hasil belajarnya ke baghdad pada abad
  ke delapan. Dan tentu saja, sistem nilai
  tempat desimal menyebar dari India
  melalui penyebaran islam ke eropa barat
  selama beberapa ratus tahun
Aritmatika Logaritma

More Related Content

What's hot (20)

Pertemuan 8 bentuk koordinat
Pertemuan 8   bentuk koordinatPertemuan 8   bentuk koordinat
Pertemuan 8 bentuk koordinat
 
Vektor di ruang 2 dan 3
Vektor di ruang 2 dan 3Vektor di ruang 2 dan 3
Vektor di ruang 2 dan 3
 
GEOMETRI TRANSFORMASI
GEOMETRI TRANSFORMASIGEOMETRI TRANSFORMASI
GEOMETRI TRANSFORMASI
 
Modul VEKTOR
Modul VEKTORModul VEKTOR
Modul VEKTOR
 
Analisis vektor
Analisis vektorAnalisis vektor
Analisis vektor
 
Vektor
VektorVektor
Vektor
 
Bab 5
Bab 5Bab 5
Bab 5
 
Transformasi
Transformasi Transformasi
Transformasi
 
Geometri analitik ruang 1
Geometri analitik ruang 1Geometri analitik ruang 1
Geometri analitik ruang 1
 
Bab 2 vektor
Bab 2 vektorBab 2 vektor
Bab 2 vektor
 
Modul 02 analisis vektor dan sistem koord
Modul 02 analisis vektor dan sistem koordModul 02 analisis vektor dan sistem koord
Modul 02 analisis vektor dan sistem koord
 
Makalah geometri koordinat
Makalah geometri koordinatMakalah geometri koordinat
Makalah geometri koordinat
 
koordinat tabung dan bola
koordinat tabung dan bolakoordinat tabung dan bola
koordinat tabung dan bola
 
Aljabar linear-1
Aljabar linear-1Aljabar linear-1
Aljabar linear-1
 
L i n g k a r a n
L i n g k a r a nL i n g k a r a n
L i n g k a r a n
 
Analisis vektor
Analisis vektorAnalisis vektor
Analisis vektor
 
Vektor vektor di ruang dimensi 2 dan ruang
Vektor vektor di ruang dimensi 2 dan ruangVektor vektor di ruang dimensi 2 dan ruang
Vektor vektor di ruang dimensi 2 dan ruang
 
Makalah aljabar vektor
Makalah aljabar vektorMakalah aljabar vektor
Makalah aljabar vektor
 
Bab 2 vektor
Bab 2 vektorBab 2 vektor
Bab 2 vektor
 
Kelas xii bab 4
Kelas xii bab 4Kelas xii bab 4
Kelas xii bab 4
 

Similar to Aritmatika Logaritma

Menemukan rumus segitiga
Menemukan rumus segitigaMenemukan rumus segitiga
Menemukan rumus segitigaHadi Wahyono
 
Geometri kelompok 1 megenai pembelajaran geometri matematika
Geometri kelompok 1 megenai pembelajaran geometri matematikaGeometri kelompok 1 megenai pembelajaran geometri matematika
Geometri kelompok 1 megenai pembelajaran geometri matematikaGiensSoe
 
Bab 4 ruang berdimensi dua
Bab 4 ruang berdimensi duaBab 4 ruang berdimensi dua
Bab 4 ruang berdimensi duaEko Supriyadi
 
buktikan rumus luas lingkaran
buktikan rumus luas lingkaranbuktikan rumus luas lingkaran
buktikan rumus luas lingkaranLam RoNna
 
Phytagoras Kelas 8 SMP/Mts
Phytagoras Kelas 8 SMP/MtsPhytagoras Kelas 8 SMP/Mts
Phytagoras Kelas 8 SMP/MtsM Fadillah
 
Kelompok 2 Kelas 7 J SPIPAT semester 1
Kelompok 2 Kelas 7 J SPIPAT semester 1Kelompok 2 Kelas 7 J SPIPAT semester 1
Kelompok 2 Kelas 7 J SPIPAT semester 1Iikaw12
 
Matematika kelas 7
Matematika kelas 7 Matematika kelas 7
Matematika kelas 7 Iikaw12
 
Sinau-Thewe.com BAB 8 BANGUN DATAR.pptx
Sinau-Thewe.com BAB 8 BANGUN DATAR.pptxSinau-Thewe.com BAB 8 BANGUN DATAR.pptx
Sinau-Thewe.com BAB 8 BANGUN DATAR.pptxAdityawiwa2
 
BANGUN RUANG SISI LENGKUNG GEOMETRI RUANG 2016 UNNES ROMBEL 2
BANGUN RUANG SISI LENGKUNG GEOMETRI RUANG 2016 UNNES ROMBEL 2BANGUN RUANG SISI LENGKUNG GEOMETRI RUANG 2016 UNNES ROMBEL 2
BANGUN RUANG SISI LENGKUNG GEOMETRI RUANG 2016 UNNES ROMBEL 2Pujjii AStoperd
 
Ppt geometri bangun ruang
Ppt geometri bangun ruangPpt geometri bangun ruang
Ppt geometri bangun ruangYoseph Prakoso
 
Bangun ruang(limas-kerucut)
Bangun ruang(limas-kerucut)Bangun ruang(limas-kerucut)
Bangun ruang(limas-kerucut)Faûzan Meenhel
 
Bangun ruang(limas-kerucut)
Bangun ruang(limas-kerucut)Bangun ruang(limas-kerucut)
Bangun ruang(limas-kerucut)Faûzan Meenhel
 
BAB 6 KESEBANGUNAN MATEMATIKA KELAS TUJUH
BAB 6 KESEBANGUNAN MATEMATIKA KELAS TUJUHBAB 6 KESEBANGUNAN MATEMATIKA KELAS TUJUH
BAB 6 KESEBANGUNAN MATEMATIKA KELAS TUJUHadmhidistiqom
 
Bangun ruanglimas-kerucut
Bangun ruanglimas-kerucutBangun ruanglimas-kerucut
Bangun ruanglimas-kerucutmtsnnegara
 

Similar to Aritmatika Logaritma (20)

Menemukan rumus segitiga
Menemukan rumus segitigaMenemukan rumus segitiga
Menemukan rumus segitiga
 
Geometri kelompok 1 megenai pembelajaran geometri matematika
Geometri kelompok 1 megenai pembelajaran geometri matematikaGeometri kelompok 1 megenai pembelajaran geometri matematika
Geometri kelompok 1 megenai pembelajaran geometri matematika
 
Bab 4 ruang berdimensi dua
Bab 4 ruang berdimensi duaBab 4 ruang berdimensi dua
Bab 4 ruang berdimensi dua
 
Penggunaan integral tentu
Penggunaan integral tentuPenggunaan integral tentu
Penggunaan integral tentu
 
buktikan rumus luas lingkaran
buktikan rumus luas lingkaranbuktikan rumus luas lingkaran
buktikan rumus luas lingkaran
 
Phytagoras Kelas 8 SMP/Mts
Phytagoras Kelas 8 SMP/MtsPhytagoras Kelas 8 SMP/Mts
Phytagoras Kelas 8 SMP/Mts
 
Phytagoras
PhytagorasPhytagoras
Phytagoras
 
Kelompok 2 Kelas 7 J SPIPAT semester 1
Kelompok 2 Kelas 7 J SPIPAT semester 1Kelompok 2 Kelas 7 J SPIPAT semester 1
Kelompok 2 Kelas 7 J SPIPAT semester 1
 
Matematika kelas 7
Matematika kelas 7 Matematika kelas 7
Matematika kelas 7
 
Sinau-Thewe.com BAB 8 BANGUN DATAR.pptx
Sinau-Thewe.com BAB 8 BANGUN DATAR.pptxSinau-Thewe.com BAB 8 BANGUN DATAR.pptx
Sinau-Thewe.com BAB 8 BANGUN DATAR.pptx
 
BANGUN RUANG SISI LENGKUNG GEOMETRI RUANG 2016 UNNES ROMBEL 2
BANGUN RUANG SISI LENGKUNG GEOMETRI RUANG 2016 UNNES ROMBEL 2BANGUN RUANG SISI LENGKUNG GEOMETRI RUANG 2016 UNNES ROMBEL 2
BANGUN RUANG SISI LENGKUNG GEOMETRI RUANG 2016 UNNES ROMBEL 2
 
Ppt geometri bangun ruang
Ppt geometri bangun ruangPpt geometri bangun ruang
Ppt geometri bangun ruang
 
Bangun ruang(limas-kerucut)
Bangun ruang(limas-kerucut)Bangun ruang(limas-kerucut)
Bangun ruang(limas-kerucut)
 
Bangun ruang(limas-kerucut)
Bangun ruang(limas-kerucut)Bangun ruang(limas-kerucut)
Bangun ruang(limas-kerucut)
 
Matematika
MatematikaMatematika
Matematika
 
Matematika
MatematikaMatematika
Matematika
 
Matematika
MatematikaMatematika
Matematika
 
BAB 6 KESEBANGUNAN MATEMATIKA KELAS TUJUH
BAB 6 KESEBANGUNAN MATEMATIKA KELAS TUJUHBAB 6 KESEBANGUNAN MATEMATIKA KELAS TUJUH
BAB 6 KESEBANGUNAN MATEMATIKA KELAS TUJUH
 
Bangun ruanglimas-kerucut
Bangun ruanglimas-kerucutBangun ruanglimas-kerucut
Bangun ruanglimas-kerucut
 
Powerpoint trigonometri
Powerpoint trigonometriPowerpoint trigonometri
Powerpoint trigonometri
 

Aritmatika Logaritma

  • 2.  Alvita Wulansari (103174221)  Nur F. Novitasari (103174225)
  • 3.
  • 4. Matematika pertama kali muncul di India pada masa “Arode Harappan”, tepatnya di abad milenium ketiga SM, bukti ini didasarkan pada tradisi pembuatan altar pada masa ini, meskipun tidak ada bukti langsung matematikanya. Sebenarnya, bukti matematika pertama kali ditemukan di sepanjang sungai Gangga, yang dibuat oleh suku arya yang sedang bermigrasi dari stepa Asia pada akhir abad millennium kedua SM. Kemudian pada masa vedic, ditemukan Sulbasutra dimana di dalamnya terdapat banyak ide matematika, Sulbasutra merupakan sumber pengetahuan kita dari matematika India kuno.
  • 5. Seorang matematikawan awal India adalah Aryabhata, yang menulis karya utamanya, yaitu Aryabhatiya. Dia tinggal di dekat ibukota Gupta Pataliura dekat sungai gangga di Bihar India Utara. Meskipun pembahasan utama dalam karya ini adalah astronomi, namun di ayat 123 nya membahas berbagai topik matematika. Dua matematikawan terkemuka yang berkembang selanjutnya ialah Bhaskara dan Brahmagupta. Bhaskara datang dari Maharashtra atau Gujurat, sementara Brahmagupta tinggal di Bhinmal, Rajasthan, ibukota Guyaras Potongan-potongan sastra ini tidak diatur atau ditujukan untuk mengajar matematika, jadi tidak ada bentuk asal usulnya, hanya bentuk pernyataan saja
  • 7. Munculnya angka dan nilai tempat  Simbol untuk sembilan angka pertama dari sistem angka berasal dari sejarah dalam sistem penulisan Brahmi di India, saat kepemimpinan raja Asoka (abad pertengahan ketiga SM)  Dalam sebuah potongan karya Severus Sebokht, pada abad ke-662 hanya ditulis tentang sembilan tanda, tidak menyebutkan tanda nol.
  • 8. Namun, dalam naskah Bakhshali, dimana angka ditulis menggunakan sistem nilai tempat dan dengan sebuah titik mewakili nol Dalam karya mahavira, kata-kata tertentu mewakili angka: bulan untuk 1, mata untuk 2, api untuk 3, dan langit untuk 0. Contoh: kata-api-langit-bulan-mata akan menunjukkan arti untuk 2103 Titik sebagai simbol untuk 0 bagian dari sistem nilai desimal juga muncul dalam Chiu-Chih Li, yaitu sebuah karya astronomi China pada abad 718 disusun oleh tokoh agama India
  • 9.
  • 11. Stanza II, 5 , Digit-digit awal suatu bilangan pangkat 3 [x] dikurangi dengan pangkat 3 dari suatu bilangan yang mendekati [y],hasil bagi dikurangi dengan y kuadrat dikalikan dengan tiga dan sisa [kuantitas] harus dikurangkan dengan bentuk pertukaran kuadrat dan pangkat 3 sebelumnya.
  • 12. Carilah akar pangkat 3 dari 12. 977. 875 JAWAB
  • 13. • Perhitungan: • 1 2 . 9 7 7. 8 7 5 )2 digit pertama 2 3 12 • 8 23 12 4 9 )3 12 = 3 x 22 3 mendekati 49:12 (4 terlalu besar) • 3 6 36 = 3 x 22 x 3 • 1 3 7 • 5 4 54 = 3 x 2 x 32 • 8 3 7 • 2 7 33 • 1587 8 1 0 8 )5 1587 = 3 x 232 5 mendekati 288:1587 • 7 9 3 5 7935 = 3 x 232 x 5 • 1 7 3 7 1 7 2 5 1725 = 3 x 23 x 52 • 1 2 5 52 1 2 5 • 0 • Jadi akar pangkat 3 dai 12.977. 875 adalah 235
  • 14.
  • 15. • Jumlah dari dua bilangan positif adalah positif, • jumlah dari dua bilangan negatif adalah negatif, • jumlah dari bilangan positif dan negatif adalah selisih antara 2 bilangan itu, jika besar keduanya sama, maka hasilnya nol. • Jumlah dari nol dan bilangan positif adalah positif • jumlah dari bilangan negatif dan nol adalah negatif, • jumlah nol dan nol adalah nol. BACK
  • 16. • bilangan positif besar dikurangi bilangan positif kecil, hasilnya adalah positif, • bilangan negatif besar dikurangi bilangan negatif kecil, hasilnya negatif, • Tanda awal pengurang akan berubah, negatif menjadi positif dan positif menjadi negatif. • Bilangan negatif dikurangi nol adalah negatif, • bilangan positif dikurangi nol adalah positif, • nol dikurangi nol adalah nol. • Ketika bilangan positif dikurangi bilangan negatif atau bilangan negatif dikurangi bilangan positif, maka kedua angka tersebut dijumlahkan. BACK
  • 17. • Perkalian dari bilangan negatif dan positif adalah negatif, • perkalian dua bilangan negatif adalah positif, • perkalian dua bilangan positif adalah positif. • perkalian dengan nol, baik itu bilangan negatif atau positif adalah nol. • Sebuah bilangan positif dibagi dengan bilangan negatif adalah negatif, • bilangan negatif dibagi dengan bilangan positif juga negatif. • Sebuah bilangan negatif atau positif dibagi dengan nol, menunjukkan bahwa nol sebagai pembagi, lalu nol dibagi dengan pembagi positif atau negatif memiliki tanda negatif atau positif sebagai pembaginya saja.
  • 19. hasil dari Sulbasutra baudhayana, yang mungkin dibuat sekitar 600 SM. Yang pertama adalah teorema Pythagoras. Luas bujur sangkar pada kaki sebuah segitiga siku-siku sama dengan luas bujur sangkar di hipotenusa
  • 20. jumlah luas bujur sangkar biru dan pink sama dengan luas bujur sangkar ungu.
  • 21. Teorema pythagoras kemudian digunakan secara tidak langsung untuk membenarkan setiap konstruksi berikut: Untuk membuat sebuah persegi kecil dari persegi yang lebih besar, dapat dilakukan dengan membuat sebuah persegi panjang pada persegi yang besar lalu dipotong, persegi panjang ini detempatkan pada sisi berdekatan persegi yang dipotong tadi, sisi yang bertumpuk ini kemudian dipotong kembali, dan sisi persegi kecil telah terpotong. Dengan bagian– bagian yang dipotong ini, diperoleh perbedaan luas dari dua persegi tersebut.
  • 23. Untuk mengubah persegi panjang menjadi persegi, lebar persegi panjang diambil sebagai sisi persegi dan lebar persegi panjang ini kemudian dipotong. Hasil potongan dari persegi panjang dibagi menjadi dua bagian yang sama dan ditempatkan pada dua sisi (satu bagian pada masing- masing). Ruang kosong di sudut terisi dengan sebuah persegi.
  • 25. Untuk mengubah persegi menjadi lingkaran, sebuah tali panjang setengah diagonal dari persegi ditarik dari pusat ke perlawanan arah jarum jam, bagian itu terletak di luar persegi diteruskan ke sisa setengah diagonal M
  • 26. Untuk membuat segiempat dari Lingkaran maka: Bagilah diameter dalam lima belas bagian dan kurangi dua bagian dari 15 bagian ini. Maka 13 bagian sisanya memberikan perkiraan panjang sisi persegi yang diinginkan. Gambarkan!!
  • 27.
  • 28. Proyeksi adalah jarak antara ujung dari dua bayangan dikalikan dengan panjang bayangan pertama dibagi dengan selisih panjang bayangan. Tinggi titik sorot adalah Sisi tegak dikalikan dengan proyeksi, dibagi dengan panjang bayangannya.
  • 29. Stanza di atas memberikan sebuah metode untuk mencari ketinggian sorotan cahaya dari atas dengan mengukur panjang bayangan yang dibentuknya. CON TOH h g g 10 16 d
  • 30. Contoh Soal..... • Bayangan dua tiang yang tingginya sama (12 meter) diamati, dan diperoleh data panjang masing-masing bayangan adalah 10 dan 16 meter, sedangkn jarak antara kedua ujung bayngan adalah 30. berapakah tinggi sorot cahaya? JAWAB
  • 31. JAWABAN Berdasarkan definisi, di dapat suatu rumusan proyeksi dS U= S S dan Tinggi Tinggi Titik 1 2 1 U .g Sorot h = S 1 h Dengan demikian dapat dicari Proyeksi 50.12 U = 16 .10 300 50 dan h = 10 60 30 10 6 12 12 Jadi, tinggi sorotan cahaya adalah 60 10 16 meter 30
  • 32.
  • 33. Di sini, dua bagian h diameter adalah dua segmen s1, s2 diameter lingkaran yang s2 berpotongan dengan tali busur h 2h, membentuk sudut siku- s1 siku, sehingga membagi busur menjadi 2 bagian yang sama. Dengan demikian, berdasarakan teorema di atas, h2 = s1s2 CONTOH!!
  • 34. • Seekor elang yang sedang beristirahat di atas ketinggian dinding yang tingginya 12 hasta. Melihat seekor tikus yang sedang melintas, terlihat oleh elang pada jarak 24 hastas dari kaki dinding; dan elang terlihat oleh tikus. Karena takut, akhirnya tikus itu berlari dengan cepat menuju rumahnya, yang berada belakang dinding. Sayangnya, dalam perjalanan pulang itu, tikus dibunuh oleh elang yang bergerak sepanjang sisi miring. Dalam kasus ini, akan ditemukan berapa jarak yang tidak dicapai oleh tikus, dan berapa jarak yang dilintasi elang. JAWAB
  • 35. JAWABAN Dengan teorema dapat dicari S1. Elang h2 = s1s2 X 12 122 = S1.24 S1 = 144 : 24 24 Tikus =6 Y Jadi diameter Lingkaran = 24 + 6 = 30 s1 Tikus diasumsikan terbunuh tepat di titik Rumah Tikus pusat, yakni di jarak 30:2= 15 meter dari Tikus terbunuh posisi semula. Dengan demikian, jarak yang tidak dicapai oleh tikus Y = 15 - s1 = 15-6= 9 Dan dengan rumus Phytagoras, panjang lintasan elang adalah X= 122 92 144 81 225 15
  • 36. • Dua hasil luar biasa dari Brahmagupta yang membahas segi empat siklik (segiempat di dalam lingkaran), diberikan dalam bab 12 dari brahmasphutasiddhanta. Luas daerah selidik [segiempat siklik] adalah akar kuadrat dari hasil kali setengah jumlah seluruh panjang sisi dikurangi panjang masing-masing sisi segiempat. Hasil ini dapat ditulis dalam matematika s = (a b c d ) 2 , di mana a, b, c, d, adalah panjang sisi segiempat, maka luas segiempat dapat dinyatakan dengan L=
  • 37. Masing-masing sisi dikalikan dengan sisi di depannya, lalu dijumlahkan. Kemudian kalikan dengan hasil jumlah dari perkalian sisi yang berdekatan dengan diagonal- diagonal, setelah itu dibagi dengan jumlah dari perkalian sisi-sisi yang saling berdekatan pada diagonal satunya dalam siklik suatu segiempat yang tidak beraturan, akar kuadratnya adalah panjang diagonal. B b a C A c d D
  • 38. Pernyataan ini diterjemahkan B b ke dalam rumus untuk menentukan panjang diagonal AC dan BD dari segiempat. Karena a C jumlah dari hasil kali sisi yang berdekatan (untuk diagonal AC) A adalah ad + bc, dan dikalikan c d dengan "jumlah dari hasil kali dua D sisi yang berhadapan,yaitu ac + bd, dan dibagi hasil penjumlahan sisi-sisi yang berdekatan pada diagonal selanjutnya, dapat ditulis: AC= BD =
  • 40. Dalam dua teorema Aryabhata yang membahas masalah progresi aritmatika, diberikan suatu rumus untuk menghitung jumlah suatu suku banyak dalam persamaan kuadrat Banyak suku dikurangi 1, dibagi dua ,lalu dikalikan dengan beda antara dua suku berurut ditambah suku pertama, adalah cara untuk menentukan suku tengah. Lalu dikalikan dengan jumlah suku akan didapat Jumlah suatu suku banyak. atau jumlah suku pertama dan terakhir (suku pertama ditambah dengan banyak suku yang dikurangi satu dan dikali beda sebelumnya).. Dikalikan dengan setengah banyak suku.
  • 41. (n - 1) n Sn n [{ } d a] [a (a (n - 1) d)]. 2 2
  • 42. Kalikan jumlah suatu suku banyak dengan delapan kali beda, tambahkan kuadrat dari selisih antara dua suku pertama dan beda, lalu mengakar kuadrat hasilnya, kemudian kurangi dengan dua kali suku pertama, dibagi dengan beda, tambahkan satu , bagi dengan dua. Hasilnya akan menunjukkan banyak suku dalam situasi yang sama seperti di atas, dimana Sn diberikan dan n dapat ditemukan. Rumus yang diberikan adalah n=
  • 43. Jika persamaan untuk Sn di atas ditulis ulang dalam persamaan kuadrat dengan variabel n, maka diperoleh dn2 + (2a-d) n-2sn = 0 Kemudian nilai untuk n dalam persamaan ini dapat dicari dengan rumus kuadrat. Meskipun tidak secara langsung Aryabhata memberikan bentuk umum rumusan untuk memecahkan persamaan kuadrat, Brahmagupta, setelah satu seperempat abad kemudian, mendapatkan suatu bentuk persamaan yang ditulis dengan ax2 + bx = c.
  • 44. ax2 + bx = c. • Di sini 'angka tengah' adalah koefisien b (dan juga x yang tidak diketahui nilainya itu sendiri), sedangkan rupas adalah istilah c konstan dan 'square' adalah koefisien a.
  • 45. Angka tengah (b) dikurangkan pada akar kuadrat dari jumlah rupas (c) dikalikan dengan empat kali square (a) dan angka tengah yang dikuadratkan ; lalu membagi hasilnya dengan dua kali square (a). Hasilnya adalah angka tengah. Kata Brahmagupta dengan mudah dapat diterjemahkan ke dalam rumus X= CON TOH
  • 46. • Brahmagupta memberikan penyelesaian dari persamaan x2 -10x = -9. JAWAB
  • 47. JAWABAN • Diketahui: • a=1 b=-10 c= -9 • Dengan menggunakan rumus Brahmagupta: 4a.c b 2 b x 2a 4.1.( 9) ( 10) 2 10 ( 36 ) (100 ) 10 18 x 9 2.1 2 2
  • 48. • Penyelesaian Brahmagupta tidak termasuk bilangan negatif, dan beberapa ratus tahun kemudian, Bhaskara II membuat suatu aturan tentang akar banyak, yaitu dengan memecahkan persamaan dengan menyelesaikan square, yakni, ia menambahkan jumlah yang tepat untuk kedua sisi ax2 + bx=c, sehingga sisi kiri menjadi kuadrat sempurna. Dan merumuskan kembali (rx-s)2 = d.
  • 49. • Dia kemudian memecahkan persamaan rx-s = √ d utuk mencari nilai x. • Tapi ia mencatat, jika √ d <s, maka ada dua nilai untuk x, yaitu,• (s d) dan • (s d) r r • Namun Bhaskara tetap membatasi nilainya. Beliau mengatakan, "rumus ini hanya [digunakan] dalam beberapa kasus." CONTOH
  • 50. Contoh... • Ada sekumpulan monyet di hutan yang luas, 1/8 bagian dari mereka sedang berayun-ayun di ranting (square), dua belas monyet yang tersisa terlihat di atas bukit, sedang mengobrol satu sama lain. Berapa banyak mereka? JAWAB
  • 51. JAWABAN • Dari masalah, dapat dimatematikakan menjadi 1 2 1 2 ( x ) 12 x x 12 x 8 64 x 2 768 64x x 2 64x 768 x 2 64x 322 768 322 ( x 32 ) 2 256 x 32 16 • Karena 16 < 32, maka ada 2 nilai untuk x, yaitu: 32 16 32 16 x1 48 x2 16 1 1 • Jadi, kemungkinan jumlah monyet keseluruhan adlah 48 atau 16.
  • 52. – Para matematikawan India juga menangani persamaan dalam beberapa variabel. Misalnya mahavira yang menyajikan sebuah versi dari masalah seratus unggas dalam pembahasan utamanya, ganitasarasangraha menyebutkan: " 5 merpati dijual seharga 3 koin, 7 bangau dijual seharga 5 koin, 9 angsa dijual seharga 7 koin, dan 3 merak dijual seharga 9 koin. Seorang laki-laki diperintahkan untuk membawa 100 burung dengan diberikan 100 koin untuk hiburan seorang putra raja. Berapa jumlah masing- masing burung yang ia beli? JA W AB
  • 53. JAWABAN • Dengan memisalkan: Merpati = m Bangau = b Angsa = a Merak = k Maka didapat 2 persamaan matematika: • 3 m + 5 b + 7 a + 9 k = 100 (banyak koin) • 5 m + 7 b + 9 a + 3 k = 100 (banyak burung)
  • 54. • Persamaan 1 dikali 5 dan persamaan 2 dikali 3, menghasilkan: 15 m + 25 b + 35 a + 45 k = 500 15 m + 21 b + 27 a + 9 k = 300 • Mengurangi persamaan pertama dan kedua menghasilkan 4 b +8 a + 36 k = 200 b + 2a + 9k = 50 mengambil sembarang nilai untuk k = 4, maka b = 50-2a-9k Lalu mengambil sembarang nilai untuk a =3, maka b= 8 a=3, b=8, k=4 disubstitusikan ke pers. 1, maka: 15 m+25(8)+35(3)+45(4) = 500 15 m = 500-25(8)-35(3)-45(4) 15 m = 15 m=1 Jadi jumlah masing – masing burung yang dibeli adalah merpati adalah 5 ekor, bangau 56 ekor, angsa 27 ekor, dan 12 ekor burung merak, dengan harga masing - masing 3 koin, 40 koin, 21 koin, dan 36 koin
  • 55. • . Jadi, "dengan cara pengandaian, banyak jawaban yang dapat diperoleh."
  • 57.  Sistem Persamaan Linear Meskipun tidak diketahui darimana orang India belajar persamaan kuadrat entah dari Bangsa Babilonia atau dari Diophantus, diyakini bahwa sebuah metode untuk menyelesaikan sistem persamaan linear berasal dari matematikawan India, karena tidak ada penjelasan dari metode lainnya yang sebanding. Dalam notasi modern, persamaan untuk menemukan N memenuhi N ≡ a (mod r) dan N ≡ b (mod s), atau untuk memperoleh x dan y dengan N = a + rx = b + sy a + rx = b + sy tetapkan c = a – b, sehingga rx + c = sy
  • 58. Metode untuk menyelesaikan masalah ini ditemukan dalam buku karya Aryabhata, tetapi Brahmagupta memberikan uraian yang lebih jelas. Akan tetapi, entah karena kesalahan dalam penyalinan selama beberapa tahun atau karena tradisi yang tidak megharuskan setiap langkah ditulis, dalam beberapa tempat ditemukan penjelasan tentang metode Brahmagupta yang tidak sesuai dengan contoh-contohnya. Contoh yang digunakan oleh Brahmagupta dalam metode Kuṭṭaka atau pulverizer yang diambil dari bab 18 dalam bukunya adalah N ≡ 10 (mod 137) dan N ≡ 0 (mod 60) Permasalahan ini dapat dituliskan dalam persamaan tunggal 137x + 10 = 60y
  • 59. Bagi pembagi yang memiliki sisa pembagian terbesar (agra) dengan pembagi yang memiliki sisa pembagian terkecil; berapapun sisanya saling membagi; hasilnya ditempatkan secara terpisah satu dibawah yang lainnya. Gunakan algoritma Euclid sampai pada akhirnya mempunyai sisa mendekati nol: 137 = 2 . 60 + 17 60 = 3 . 17 + 9 17 = 1 . 9 + 8 9=1.8+1
  • 60. Kemudian susun hasilnya ke bawah satu persatu: 2 3 1 1 Brahmagupta menyusun 0 untuk hasil pertama, nampaknya mengambil pembagian pertama sebagai 60 = 0 . 137 + 60 Kalikan sisanya dengan sebuah angka sembarang i, bila ditambahkan dengan selisih dari 2 sisa (agras), itu dihapuskan. Pengali ditulis ke bawah sebagai hasilnya juga.
  • 61. Sisa terakhir adalah 1. Kalikan 1 dengan sebarang v sehingga 1 . v ±10 tepat habis dibagi dengan pembagi akhir, dalam kasus ini 8.  Tanda + digunakan untuk hasil bilangan genap.  Tanda – digunakan untuk hasil bilangan ganjil. Di sini, karena 0 merupakan salah satu dari hasil, persamaan akhirnya menjadi 1v – 10 = 8w. Ambil v = 18 dan w =1. Kemudian kolom angka yang baru adalah 0 2 3 1 1 18 1
  • 62. Dimulai dari yang terakhir, kalikan bilangan kedua dari akhir dengan satu bilangan yang tepat berada di atasnya; hasilnya, jumlahkan dengan bilangan yang terakhir, itulah akhir dari sisanya (agrānta). [Lanjutkan sampai kolom paling atas.] Kalikan 18 dengan 1 dan tambahkan 1 untuk mendapatkan 19. Kemudian gantikan posisi angka di atasnya, sebut 1, dengan 19, dan hapus angka terakhir. Lanjutkan cara ini (seperti tabel di bawah ini) sampai hanya terdapat dua baris angka. 0 0 0 0 0 130 2 2 2 2 297 297 3 3 3 130 130 1 1 37 37 1 19 19 18 18 1
  • 63. Angka di baris paling atas, agrānta, adalah 130. Jadi, x = 130, y = 297, merupakan pemecahan dari persamaan awal. Bagaimanapun, Brahmagupta menginginkan sebuah pemecahan yang lebih kecil, sehingga pertama ia menetapkan N: Bagilah bilangan itu (agranta) dengan pembagi yang memiliki sisa paling sedikit; kalikan sisanya dengan pembagi yang memiliki sisa terbesar. Jumlahkan hasilnya dengan sisa terbesar; hasilnya merupakan sisa dari hasil pembagian. Oleh karena itu, 130 = 2 . 60 + 10 10 . 137 + 10 = 1380 N ≡ 1380 (mod 8220)
  • 64. Brahmagupta kemudian menyelesaikan y dengan membagi 1380 dengan 60 (karena N = 60y) dan menghitung nilai baru dari x. Sehingga, y = 23, x = 10, merupakan penyelesaian dari persamaan 137x + 10 = 60y.
  • 65. Meskipun tidak diketahui bagaimana Brahmagupta membenarkan langkah-langkahnya kepada murid-muridnya, akan dipaparkan penjelasan modern. Dimulai dengan persamaan 60y = 137x + 10, dan membuat langkah demi langkah substitusi serta mencocokkannya dengan hasil yang muncul secara berurutan pada algoritma Euclid: 137 x 10 60y = 137x + 10 y 2x z 137x + 10 = 60(2x + z) 60 60 z 10 17x = 60z – 10 x 3z u 17(3z + u) = 60z – 10 17 17u 10 9z = 17u + 10 z 1u v 9(1u + v) = 17u + 10 9 9v 10 8(1v + w) = 9v – 10 8u = 9v – 10 u 1v w 8 v = 8w + 10
  • 66. Brahmagupta kemudian menyelesaikan persamaan terakhir dengan memeriksa: w = 1, v = 18. Nilai dari variabel lainnya diperoleh dengan cara subtitusi, dengan menjalankan kolom variabelnya. u = 1v + w = 1 . 18 + 1 = 19 z = 1u + v = 1 . 19 + 18 = 37 x = 3z + u = 3 . 37 + 19 = 130 y = 2x + z = 2 . 130 + 37 = 297
  • 68. . Untuk dapat menyelesaikan suatu sistem dari persamaan linear dalam bentuk lain dari persamaan tak tentu, penting untuk mengetahui persamaan kuadrat dalam bentuk Dx 2 b y 2 Kali ini, permasalahan khusus dimana b = 1 yang sering kali disebut persamaan Pell (dengan nama yang salah setelah abad ke-17, Englishman John Pell). Brahmagupta memberikan penjelasan pertama dari metode penyelesaian masalah ini. Dan, sama seperti masalah dari kuṭṭaka, dia memperkenalkan beberapa aturan perjanjian dengan persamaan dalam bentuk ini, dengan disertai contoh. Kuadrat dari [ sebuah angka]....dikalikan dengan 92....dan dijumlahkan dengan 1 itulah hasil kuadrat yang lain.
  • 69. Contoh yang diberikan Brahmagupta: 92 x 2 1 y2 Aturan penyelesaian Brahmagupta: Turunkan kedua akar kuadrat dari kuadrat yang diberikan kalikan dengan pengali dan jumlahkan atau kurangi dengan sembarang bilangan. Jadi ambil beberapa nilai, sebut saja, 1, dan catat jika 92 dikalikan dengan 12 dan hasilnya dijumlahkan dengan 8 (angka sembarang), kemudian hasil penjumlahannya adalah bilangan kuadrat, sebut saja, 100. Dengan demikian, tiga angka x0 , b0 , y0 dapat ditemukan dengan memenuhi persamaan Dx2 b0 y 2 0 0 Untuk lebih mudahnya, kita tulis bahwa (x0 , y0 ) merupakan penyelesaian dari b0 .
  • 70. Dalam masalah ini, (1,10) adalah penyelesaian dari penjumlahan 8. Kemudian Brahmagupta menulis penyelesaian ini ke dalam 2 baris yaitu x0 y0 b0 x0 y0 b0 Atau 1 10 8 1 10 8 Nilai baru dari akar y adalah y1 . Nilai ini diperoleh dari bentuk umum: 2 2 y1 Dx 0 y0 Dalam contoh ini, y1 92 (1) 2 10 2 192
  • 71. Nilai baru dari akar x adalah x1 . Nilai ini diperoleh dari persamaan x1 x0 y0 x0 y0 atau x1 2 x0 y0 2 dengan penjumlahan baru adalah b1 b0 Dengan kata lain, ( x1 , y1 ) = ( 20, 192) merupakan penyelesaian dari penjumlah b1 64 atau 92 (20 ) 2 64 192 2 Brahmagupta mengasumsikan bentuk umum untuk menyelesaikan permasalahan tersebut: D (u0 v1 u1v0 ) 2 c0 c1 ( Du 0u1 v0 v1 ) 2 2 2 Diberikan Du 0 c0 v0 dan Du12 c1 v12 . Brahmagupta menyebut ini sebagai penyelesaian baru dari penyelesaian (u0 , v0) dan (u1 , v1).
  • 72. Brahmagupta menyimpulkan aturan umumnya: “Dua bilangan akar kuadrat, dibagi dengan penjumlah atau pengurang aslinya, merupakan akar-akar untuk satuan penjumlahnya.” x1 y1 Secara umum dapat ditulis : , b0 b0 Brahmagupta memberikan beberapa aturan dan contoh sederhana, tanpa adanya syarat supaya dapat menghasilkan bilangan bulat yaitu jika kita telah memperoleh penyelesaian (u, v) 1. jika v adalah bilangan ganjil atau u adalah bilangan genap, maka penyelesaiannya adalah v2 1 v2 3 (u1 , v1 ) u ,v 2 2
  • 73. 2. Pada kasus dimana v adalah bilangan genap dan u adalah bilangan ganjil, 2uv Du 2 v 2 2v 2 4 (u1 , v1 ) , 4 4 4 merupakan sebuah penyelesaian dalam bentuk bilangan bulat.
  • 74. Penyelesaian yang diberikan oleh Bhāskara II lebih mudah untuk dipahami. Bhāskara menunjukkan pada Līlāvatī nya bagaimana beberapa persamaan dalam bentuk Dx 2 1 y 2 dapat diselesaikan dalam bentuk bilangan bulat. Dia memulainya dengan meringkas langkah-langkah Brahmagupta. Aturan Bhāskara untuk kasus umum Dx 2 1 y 2 dan mengikuti bentuk itu untuk contohnya, 67x2 + 1 = y2 . Membuat akar-akar terkecil dan terbesar dan penjumlahan ke dalam pembagian, penjumlahan, dan pembagi, pengali menjadi imaginer. Sebelumnya mulai dengan memilih sebuah pasangan penyelesaian (u, v) untuk beberapa penjumlahan b. Pada contoh berikut, ambil (1, 8) sebagai penyelesaian untuk penjumlahan -3.
  • 75. Kemudian, selesaikan persamaan tak tentu um + v = bn untuk m, dimana 1m + 8 = -3n. Hasilnya adalah m=1+3t, n = -3 – t, untuk beberapa bilangan bulat t. Ketika kuadrat dari pengali dikurangi dari bilangan asli atau dikurangi dengan bilangan asli maka sisanya kecil, kemudian dibagi dengan penjumlah merupakan penjumlahan yang baru. Hal tersebut berubah tanda jika kuadrat dari pengali dikurangi dari bilangan asli. Hasil dari pengali merupakan akar kuadrat terkecil, dari situ dapat diperoleh akar terbesar.
  • 76. Dengan kata lain, pilih t sehingga kuadrat dari m kemungkinan mendekati D. Kemudian ambil, D m2 b1 (boleh negatif) untuk penjumlahan baru. b um v Akar baru yang pertama adalah u1 sehingga akar b baru yang terakhir adalah 2 v1 Du1 b1 Dalam contoh yang diberikan, Bhāskara menginginkan m2 mendekati 67, sehingga ia memilih t = 2 dan m = 7. Sehingga, ( D m 2 ) (67 49 ) 6 b 3 Tetapi, karena pengurangan ini merupakan kuadrat dari koefisien, penjumlah baru adalah 6.
  • 77. 1.7 8 Akar pertama yang baru adalah u1 5, 3 tetapi karena akar-akar ini selalu dikuadratkan, sehingga u1 selalu bernilai positif. Kemudian, v1 67 .25 6 1681 41 , dan (5 , 41) merupakan penyelesaian dari penjumlahan 6.
  • 79. Catatan pernyataan tentang peraturan kombinasi paling awal muncul di India, meskipun lagi-lagi tanpa adanya pembuktian atau pembenaran. Sebagai contohnya, risalah medis dari Susruta, mungkin ditulis pada abad ke-6 BCE, mengungkapkan bahwa 63 kombinasi dapat dibuat dari 6 rasa yang berbeda-pahit, asam, asin, astringen, manis, panas-dengan mencampurkannya satu persatu, dua dalam satu waktu, tiga dalam satu waktu, dan seterusnya. Dengan kata lain, terdapat 6 rasa tunggal, 15 kombinasi dari 2 rasa, 20 kombinasi dari 3 rasa, dan juga dari 4 rasa. Kami tidak tahu apakah rumus-rumus yang berhubungan telah dikembangkan.
  • 80. Di sisi lain, Varāhamihira bekerja pada nilai yang lebih besar pada abad ke-6. Ia mengungkapkan secara jelas bahwa “jika jumlah dari 16 unsur divariasikan dalam 4 cara yang berbeda, hasilnya adalah 1820.” Dengan kata lain, karena Varāhamihira mencoba untuk menciptakan parfum menggunakan campuran 4 bahan dari 16 bahan keseluruhan, ia 16 telah menghitung bahwa secara tepat terdapat 1820 C4 cara yang berbeda untuk memilih bahan-bahan. Hal ini mustahil jika pengarang benar-benar menghitung 1820 kombinasi ini, sehingga diasumsikan bahwa dia mengetahui metode untuk menghitung angka itu.
  • 81. Pada abad ke-9, Mahāvīra memberikan algoritma yang jelas untuk menghitung kombinasi ini: Aturannya menganggap kemungkinan keragaman kombinasi selama diketahui: Dimulai dengan satu dan ditambahkan dengan satu, biarkan angka-angkanya bertambah sampai mencapai angka yang diketahui baik pada baris atas maupun baris bawah. Jika hasil dari satu, dua, tiga, atau angka lainnya pada baris atas diambil dari kanan ke kiri dijumlahkan dengan hasil yang bersesuaian dengan hasil satu, dua, tiga, atau angka lainnya pada baris yang ada di bawah, juga diambil dari kanan ke kiri, jumlah yang dibutuhkan pada masing-masing permasalahan kombinasi merupakan hasil yang diperoleh.
  • 82. Bagaimanapun, Mahāvīra tidak memberikan pembuktian dari algoritma ini, yang mana dapat diterjemahkan menjadi rumus yang modern: n n(n 1)(n 2)...(n r 1) C r r! Tipe lain dari permasalahan secara terpisah juga muncul pada matematika India. Sebagai contoh, Āryabhata menyatakan: STANZA II, 22 6 bagian dari 3 hasil dari perhitungan bertambah 1, perhitungan penjumlahan itu, dan agar perhitungan merupakan jumlah kuadrat deretan. Dan kuadrat dari keseluruhan deretan bilangan asli merupakan keseluruhan dari deretan kubik.
  • 83. Pernyataan kedua ini memberikan kita rumus untuk 2 3 penjumlahan S n dan S n dari turunan pertama n kuadrat dan kubik, sebut saja, 2 1 S n n(n 1)(2n 1) 6 dan 3 Sn (1 2 ... n) 2
  • 85. 1. Menggambar tabel sinus Kami menggunakan kata “Sinus” (dengan huruf S besar) untuk menyatakan panjang dari half-chord Indian. Diberikan half-chord merupakan garis pada lingkaran dengan radius R, dimana R akan selalu diketahui. Kata “sinus” (dengan huruf s kecil) digunakan untuk fungsi modern (atau sama dengan, ketika radius lingkaran adalah 1). Jadi, Sin θ = R sin θ
  • 86. Āryabhaṭhīya memberikan penjelasan tentang metode pembuatan tabel Sinus diberikan pada stanza II, 12, sedangkan tabel perbedaan sinus diberikan pada stanza I, 10. STANZA II, 12 Nilai dari Sinus kedua kurang dari Sinus pertama, dan hasil bagi diperoleh dengan membagi jumlah dari Sinus sebelumnya dengan Sinus pertama, dengan jumlah dari dua Sinus yang mengikuti kurang dari Sinus pertama.
  • 87. Sinus pertama s1 dalam trigonometri India selalu diartikan arc Sinus dari 3 3 3 45 'dan Sinus ini, dalam radius 4 lingkaran adalah 3438 sama dengan ukuran dalam menit, sebut saja, s1 = 225. Aturan dari stanza ini kemudian menuntun kita untuk menghitung masing-masing arc Sinus dari tahap 3º45’. Jadi, untuk menghitung s2, Sinus dari 7º30’, kita kurangi 225 dengan 225 untuk memperoleh 0 (pada tahap ini, Sinus pertama dan kedua itu sama). Kemudian bagi 225 dengan 225 untuk memperoleh 1 . Kemudian kurangi 0 + 1 = 1 dari 225 untuk memperoleh 224.
  • 88. Angka ini merupakan perbedaan Sinus yang pertama, jadi s2 = 225 + 224 = 449. Untuk memperoleh s3, kurangi 224 dari 225 untuk mendapatkan 1, kemudian bagi 449 dengan 225, diperoleh 2, kemudian kurangi 1 + 2 = 3 dari 225 untuk mendapatkan 222 sebagai perbedaan Sinus yang lainnya. Jadi, s3, Sinus dari 11º15’, diperoleh dari s3 = 449 + 222 = 671
  • 89. Secara umum, Sinus sn ke-n dihitung dengan s1 s2 ... sn 1 sn sn 1 s1 s1 Semua perbedaan Sinus dicatat dalam STANZA I, 10. Dua puluh empat perbedaan Sinus dihitung dalam arc yaitu 225, 224, 222, 219, 215, 210, 205, 199, 191, 183, 174, 164, 154, 143, 131, 119, 106, 93, 79, 65, 51, 37, 22, 7.
  • 90. Mereka menghitung nilai Sinus seperti yang dilakukan Hipparchus: Sinus 90º sama dengan 3438’ radial; Sinus 30º adalah setengah radial, 1719’; Sinus 45º adalah 2431 ' dan Sinus dari arc lainnya dihitung dengan 3438 2 menggunakan teori Phythagoras dan rumus half-angle. Varāhamihira (abad ke-6) mentabulasikan Cosinus seperti Sinus dalam 120 radial dan mendeskripsikan hubungan standar antara fungsi-fungsi ini. Dan Sūrya- Siddhānta, mungkin ditulis pada abad ke-7, boleh jadi bersumber pada perhitungan fungsi Tangen Cina yang didiskusikan lebih dulu dan diisyaratkan pada Secan.
  • 91. Meskipun fungsi itu tidak ditabulasikan, bab 3 bait 21-22, dalam diskusi oleh gnomon, mengatakan “Garis bujur puncak matahari dapat diperoleh dari Sinus dan yang tegak lurus Sinus [Cosinus]. Jika Sinus dan radius berturut-turut dikalikan dengan satuan gnomon dalam digit, dan dibagi dengan tegak lurus sinus, hasilnya adalah bayangan dan hipotenusa pada tengah hari”.
  • 92. 2. TEKNIK PERKIRAAN Menariknya, tidak ada buku astronomi Indian sampai zaman Bhāskara II yang menjelaskan tabel arc 3 Sinus mendekati . 4 3 Malahan, matematikawan India membangun metode perkiraan. Tentunya metode paling sederhana adalah dengan penyisipan linear antara nilai tabulasi. Tetapi pada awal abad ke-7, Brahmagupta telah membuat pola penyisipan akurat menggunakan perbedaan second- order. Dalam penulisan modern, jika Δi mewakili perbedaan Sinus ke-i (diberikan dalam stanza I, 10 Aryabhata), αi 3 3 untuk arc ke-i, dan h = 4 jarak antara arc ini.
  • 93. Kemudian hasil dari Brahmagupta adalah 2 Sin( i ) Sin( i ) ( Δi + Δi+1) - 2 (Δi – Δi+1) 2h 2h Sebagai contoh, untuk menghitung Sin (20º), tulis 3 1 20 = 18 4 1 4 , dimana 18 3 = x5. 4 Rumus yang didapatkan 2 1 1 1 1 3 1 3 4 (215 210) 4 Sin(20) Sin 18 1 Sin 18 2 (215 210) 4 4 4 3 3 2(3 ) 2 3 4 4 1 1 1105 (425) (5) 1176 6 18
  • 94. Sayangnya Brahmagupta tidak memberikan alasan kebenaran untuk rumus interpolasi ini, tetapi dicatat bahwa sisi kanan dari rumus merupakan polinom kuadrat yang unik dalam θ yang menyetujui dengan sisi kiri untuk o, dan θ = 3 3 . 3 θ= ,θ=0 4 3 4 Anehnya, Brahmagupta sendiri juga menggunakan rumus aljabar untuk perkiraan Sinus, rumus yang mirip dengan Bhāskara I dalam versi bahasa Sansekerta dalam Mahābhāskariya: Saya meringkas pernyataan aturan untuk menemukan Sinus tanpa membuat perbedaan Sinus 225 dan seterusnya. Kurangi derajat arc dengan derajat dari setengah lingkaran. Kemudian kalikan sisanya dengan derajat arc dan tulis hasilnya dalam dua tempat. Di sisi bawah, kurangi hasilnya dari 40.500. satu perempat sisanya [jika didapatkan] bagi hasilnya pada tempat lain sebagai pengali radius.... Maka diperoleh Sinus radius itu.
  • 95. Dalam notasi modern, rumus Bhāskara adalah R (180 ) 4 R (180 ) Sin R sin 1 40500 (180 ) (40500 (180 ) 4 Jika kita menggunakan rumus tersebut untuk menghitung Sinus dari θ = 20º, kita dapatkan 4.20.160 Sin20 3438. 1180 40500 20.160 paling dekat dengan bilangan bulat, kesalahan nilai dari pendekatan adalah 0,3%.
  • 96. 3. DERET PANGKAT Matematikawan India menyusun deret pangkat untuk Sinus, Cosinus, dan Arctangen pada abad ke-14. Deret ini muncul dalam penulisan Tantrasaṃgraha-vyākhyā sekitar tahun 1530, sebuah komentar dalam temuan Nīlakaṇṭha. Penurunan muncul dalam Yuktibhāsā, dimana penulis menuliskan deret pangkat ini untuk Madhava (1359-1425). Penurunan Indian pada hasil ini dimulai dengan pendekatan Cosinus dan Sinus untuk arc kecil dan kemudian menggunakan “pull yourself up by your own bootstrap” didekati untuk memperbaiki nilai pendekatan langkah demi langkah. Semua penurunan menggunakan notasi dari perbedaan Sinus, ide tersebut sudah digunakan lebih dahulu. Dalam pembahasan tentang metode Indian, menggunakan notasi modern.
  • 97. Pertama dianggap radius lingkaran R dengan arc kecil (gambar 2). Dari kesebangunan segitiga AGC dan OEB, kita dapatkan x1 x2 y y2 y1 x R dan R atau x1 x2 y2 y1 R y x (Gambar 2) Dalam permasalahan modern, jika BOF dan BOC AOB d persamaan ini menjadi y2 y1 x 2 Rd sin( d ) sin( d ) cos 2 cos d R R2 R dan x2 x1 y 2 Rd cos( d ) cos( d ) sin 2 sin d R R2 R
  • 98. Sekarang, andaikan kita memiliki sebuah arc kecil s dibagi n sama dengan subarc, dengan α = s/n. Untuk sederhananya, kita ambil R = 1, meskipun matematikawan India tidak melakukannya. Dengan menerapkan hasil sebelumnya, kita dapatkan ketetapan perbedaan untuk y (gambar 3) (dimana yn = y sin s): . . . Gambar 3
  • 99. Begitu juga, perbedaan untuk x dapat ditulis . . . Kemudian kita anggap perbedaan y yang kedua: Dengan kata lain, perbedaan sinus yang kedua itu sebanding dengan negatif sinus. Tetapi karena , kita dapat menuliskan hasilnya sebagai
  • 100. Secara umum, kita dapatkan bahwa Tetapi Sinus sama dengan jumlah dari perbedaan ini: Begitu juga s/n ≈ y1 ≈ α, atau ny1 ≈ s. Secara alamiah, nilai terbaik untuk setiap pendekatan ini adalah nilai terbesar dari n. Oleh sebab itu, Kemudian, kita tambahkan perbedaan dari x. Kita peroleh
  • 101. Tetapi dan . Sehingga Untuk melanjutkan perhitungan ini, kita ganti jumlah dari bilangan bulat n – 1 pertama dengan ungkapan sederhana. Lebih jauhnya, Jyesthadeva membutuhkan rumus yang mirip untuk penjumlahan kuadrat bilangan bulat, integral pangkat tiga, dan seterusnya. Intinya, Ia butuh untuk mengetahui Hasil ini diketahui di India. Hasilnya adalah
  • 102. Dimana hasil yang terdahulu telah dibuktikan. Karena kedua hasil ini ditemukan beberapa ratus tahun pada awal perkembangan dunia Islam, pembahasan bukti ditunda sampai pada bab selanjutnya. Namun, Hasil penemuan ini akan digunakan pada pembahasan kali ini dalam bentuk Oleh karena itu, untuk memperoleh pendekatan baru kita untuk y, kita lanjutkan seperti berikut:
  • 103. Jadi, kita mempunyai pendekatan baru untuk y dan untuk setiap yi. Untuk mengembangkan pendekatan untuk Sinus dan Cosinus, Sekarang kita asumsikan bahwa yi ≈ (is/n) – (is)3/(6n3) untuk mengungkapkan x = cos s dan dilanjutkan seperti sebelumnya. digunakan dua rumus penjumlahan dalam kasus k = 3 untuk memperoleh Dengan cara yang sama, diperoleh pendekatan baru untuk y = sin s:
  • 104. Transmisi Ke Dan Dari India • India belajar trigonometri (dan juga beberapa astronomi) dari sumber- sumber yunani, dan ulama islam yang belajar trigonometri di India, membawa hasil belajarnya ke baghdad pada abad ke delapan. Dan tentu saja, sistem nilai tempat desimal menyebar dari India melalui penyebaran islam ke eropa barat selama beberapa ratus tahun