Dokumen tersebut merangkum sejarah penemuan fosil manusia purba di Indonesia, mulai dari Meganthropus Paleojavanicus hingga Homo Wajakensis. Beberapa jenis fosil yang ditemukan meliputi Pithecanthropus Erectus, Pithecanthropus Soloensis, dan Homo Soloensis. Dokumen juga menjelaskan ciri-ciri fisik dan budaya manusia purba tersebut.
2. Manusia yang hidup pada zaman prasejarah sekarang sudah berubah
menjadi fosil. Fosil manusia yang ditemukan di Indonesia terdiri dari beberapa
jenis. Hal ini diketahui dari kedatangan para ahli dari Eropa pada abad ke-
19, di mana mereka tertarik untuk mengadakan penelitian tentang fosil
manusia di Indonesia.
Fosil manusia yang ditemukan pertama kali berasal dari Trinil, Jawa Timur
oleh Eugene Dubouis, sehingga menarik para ahli lain untuk datang ke Pulau
Jawa, mengadakan penelitian yang serupa. Selanjutnya penyelidikan fosil
manusia dilakukan oleh GRH Von Koenigswald, Ter Har, dan Oppenoorth
serta F. Weidenrech. Mereka berhasil menemukan fosil manusia di daerah
Sangiran, Ngandong, di lembah Sungai Bengawan Solo.
Atas temuan fosil tersebut, Von Koenigswald membagi zaman
Dilluvium/Pleistocen di Indonesia menjadi 3 lapisan yaitu Pleistocen
bawah/lapisan Jetis, Pleistocen tengah/lapisan Trinil dan Pleistocen
atas/lapisan Ngandong.
Penyelidikan fosil manusia selain dilakukan oleh orang-orang Eropa, juga
oleh para ahli dari Indonesia, seperti Prof. Dr. Sartono, Prof. Dr. Teuku
Jacob, Dr. Otto Sudarmadji dan Prof. Dr. Soejono. Lokasi penyelidikan antara
lain Sangiran dan lembah Sungai Bengawan Solo. Dari hasil penyelidikan
tersebut dapat diketahui jenis manusia purba yang hidup di Indonesia. Untuk
itu silahkan Anda simak slide berikut ini.
3. 1. Meganthropus Palaeojavanicus
2. Pithecanthropus
a. Pithecanthropus Erectus
b. Pithecanthropus Mojokertensis
c. Pithecanthropus Soloensis
3. Homo
a. Homo soloensis
b. Homo Wajakensis
4. Meganthropus Palaeojavanicus
Yaitu manusia purba paling primitif(tua), ditemukan oleh
G.H.R. Von Koeningswald di daerah Sangiran, Surakarta pada lapisan
pleistosen bawah (lapisan pucangan) pada tahun 1936 dan 1941. Hasil
temuan fosil tersebut berupa tulang bagian bawah dan atas. Fosil
tersebut menunjukkan kerangka tubuh manusia praaksara berbadan
besar tetapi tidak seberapa tinggi. Fosil yang serupa juga ditemukan
Marks dilapisan Kabuh (pleistosen tengah) pada tahun 1952.
Berdasarkan penelitian tulang rahang atas dan tulang rahang
bawah, makanan Meganthropus Palaeojavanicus adalah tumbuh-
tumbuhan. Karena makanannya tanpa melalui proses pemasakan, maka
gigi rahangnya besar dan kuat. Meganthopus diperkirakan hidup pada
2-1 juta tahun yang lalu. Meganthropus Paleojavanicus hidup sezaman
dengan Pithecanthropus Mojokertoensis namun tingkat kehidupannya
lebih rendah (lebih primitif). Sesuai Dengan arti namanya, manusia
purba besar dan tertua di Pulau Jawa.
5. - Memiliki otot kunyah yang kuat
- Memiliki tonjolan kening yang mencolok
- Memiliki tonjolan belakang yang tajam
- Tidak memiliki dagu
- Memiliki tulang pipi yang tebal
- Memiliki perawakan yang tegap
- Memakan jenis tumbuhan
6.
7. Pithecantropus Erectus, fosil manusia purba ini ditemukan oleh
Eugen Dubois, pada tahun 1890 di desa trinil Ngawi Jawa TImur.
Fosil tersebut berbentuk kerangka manusia yang menyerupai kera
maka disebut Pithecantropus Erectus yang berarti manusia kera
berjalan tegak dibandingkan dengan Pithecantropus
Mojokertoensis, bentuk tubuh Pithecantropus Erectus lebih maju.
Pithecanthropus erectus hidup di jaman pleistosin atau kira-kira
300.000 hingga 500.000 tahun yang lalu. Volume otak Pithecanthropus
erectus diperkirakan sekitar 750 - 1350 cc. Bagian tulang-belulang fosil
manusia purba yang ditemukan tersebut adalah tulang
rahang, beberapa gigi, serta sebagian tulang tengkorak.
8. Tinggi badan sekitar 165 – 180 cm
Volume otak berkisar antara 750 – 1350 cc
Bentuk tubuh & anggota badan tegap, tetapi tidak setegap
megantropus
Alat pengunyah dan alat tengkuk sangat kuat
Bentuk graham besar dengan rahang yang sangat kuat
Bentuk tonjolan kening tebal melintang di dahi dari sisi ke
sisi
Bentuk hidung tebal
Bagian belakang kepala tampak menonjol menyerupai wanita
berkonde
Muka menonjol ke depan, dahi miring ke belakang
11. Pada tahun 1936, telah ditemukan fosil tengkorak anak usia
6 tahun oleh Ralph Von Koeningswald dan Duyfjes di desa
pening, Mojokerto. Fosil manusia purba tersebut diberi nama
Pithecanthropus Robustus oleh Weidenrich, tetapi Von
Koeningswald menyebutnya Pithecanthropus Mojokertensis.
Berdasarkan penelitian, fosil tersebut telah berumur 1, 9 juta
tahun. Hasil penemuan tersebut diteliti ulang oleh De Tera dan
Movius pada tahun 1938 dan memutuskan bahwa fosil tersebut
merupakan fosil manusia praaksara yang tertua.
12. - Tidak memiliki dagu
- Bentuk kening menonjol
- Tinggi badan sekitar 165-180 cm
- Volume otak sekitar 900-1.300 cc
- Tulang rahang dan geraham cukup kuat
- Tulang tongkorak cukup tebal dan bentuknya lonjong.
- Badan tegap, tidak setegap Meganthropus
- Hidung lebar dan tonjolan di kening melintang sepanjang
pelipis
- Makanannya tumbuhan dan hewan hasil buruan
13.
14. G.H.R. Von Koeningswald, Oppenorth, dan Ter Haar pada
sekitar tahun 1931-1934 mengadakan penelitian di Lembah
Sungai Bengawan Solo dan penemuan pertama di
Ngandong(Blora) adalah fosil Pithecanthropus Soloensis artinya
manusia kera dari Solo, kemudian ditemukan juga jenis
Pithecanthropus di Sangiran yang diperkirakan hidup pada
900.000 sampai 200.000 tahun yang lalu diperkirakan terdapat
di Sumatera, Kalimantan, dan Cina.
15. - Volume otak berkiasar antara 1.000 – 1.300 cc
- Tengkoraknya lonjong, tebal, dan masif
- Tengkoraknya lebih tinggi dibanding pithecenthropus
yang lain
- Mempunyai akar hidung yang lebar
- Rongga mata yang sangat panjang
- Tinggi badannya ditaksir antara 165 – 180 cm
- Tulang pipinya besar dan kasar
16. Homo Soloensis :
Homo Soloensis merupakan jenis fosil manusi praaksara yang
ditemukan di lembah sungai Bengawan Solo, oleh Ter Haar dan Ir
Oppenoorth pada tahun 1931 – 1934 di desa Ngandong kabupaten Blora .
Setelah diteliti oleh Von Koenigswald, fosil tersebut tingkatannya lebih
tinggi daripada Pithecantropus Erectus. Mahkluk itu disebut Homo
Soloensis yang berarti manusia yang berasal dari Solo.
Fosil paling muda yang ditemukan di Indonesia. Homo soloensis
ditemukan von Koeningswald dan Weidenrich pada tahun 1931-1934 di
lembah sungai Bengawan Solo. Fosil yang ditemukan berupa tulang
tengkorak. Dari volume otaknya diketahui bahwa jenis ini sudah bukan
lagi manusia kera (Pithecanthropus), melainkan manusia (Homo)
17. Homo Wajakensis termasuk jenis Homo
Sapiens, sebagian besar bertempat tinggal di
Indonesia bagian barat, dan sebagian tinggal di
wilayah timur. Yang bermukim di wilayah Indonesia
bagian barat termasuk ras Mongoloid, sub ras
Melayu – Indonesia. Sedangkan yang bermukim di
wilayah Indonesia bagian timur termasuk ras
Austromelanesoid. Homo Wajakensis mulai tinggal di
Indonesia sejak 40.000 tahun yang lalu, dan
sekaligus membuktikan bahwa sekitar 40.000 tahun
yang lalu Indonesia telah di didiami oleh manusia
sejenis Homo Sapiens. Menurut Dobois, bangsa asli
Australia termasuk Homo Wajakensis, sehingga ia
berkesimpulan Homo Wajakensis termasuk golongan
bangsa Australoid.
18. - Berbadan Tegap
- Tingginya Sekitar 180 Cm
- Memiliki Volume Otak Kecil, Yaitu Sekitar 1.000-1.300
Cc
- Tengkoraknya Lebih Besar Dibanding Pithecanthropus.
- Hidup antara 25.000 s/d 40.000 tahun yang lalu
- Muka dan hidung lebar
- Dahi masih menonjol
- Tarap kehidupannya lebih maju dibanding manusia
sebelumnya
19. • Kapak Genggam, banyak ditemukan di daerah Pacitan. Alat
ini biasanya disebut “Chopper” (alat penetak/pemotong)
• Alat-alat dari tulang binatang atau tanduk rusa : alat
penusuk (belati), ujung tombak bergerigi
• Flakes, yaitu alat-alat kecil yang terbuat dari batu
Chalcedon,yang dapat digunakan untuk mengupas makanan.
Alat-alat dari tulang dan Flakes, termasuk hasil kebudayaan
Ngandong. Kegunaan alat-alat ini pada umumnya untuk :
berburu, menangkap ikan, mengumpulkan ubi dan buah-
buahan.
20. Hasil kebudayaan manusia prasejarah untuk
mempertahankan dan memperbaiki pola hidupnya
menghasilkan dua bentuk budaya yaitu :
• Bentuk budaya yang bersifat Spiritual
• Bentuk budaya yang bersifat Material
21. Masyarakat Prasejarah mempunyai
kepercayaan pada kekuatan gaib yaitu :
• Dinamisme, yaitu kepercayaan terhadap
benda-benda yang dianggap mempunyai
kekuatan gaib. Misalnya : batu, keris
• Animisme, yaitu kepercayaan terhadap roh
nenek moyang mereka yang bersemayam
dalam batu-batu besar, gunung, pohon besar.
Roh tersebut dinamakan Hyang.
22. Pola kehidupan manusia prasejarah adalah :
• Bersifat Nomaden (hidup berpindah-
pindah), yaitu pola kehidupannya belum
menetap dan berkelompok di suatu tempat
serta, mata pencahariannya berburu dan
masih mengumpulkan makanan
• Bersifat Permanen (menetap), yaitu pola
kehidupannya sudah terorganisir dan
berkelompok serta menetap di suatu
tempat, mata pencahariannya bercocok
tanam. Muali mengenal norma adat, yang
bersumber pada kebiasaan-kebiasaan
23. Sistem bercocok tanam/pertanian :
• Mereka mulai menggunakan pacul dan bajak
sebagai alat bercocok tanam
• Menggunakan hewan sapi dan kerbau untuk
membajak sawah
• Sistem huma untuk menanam padi
• Belum dikenal sistem pemupukan
24. Bahasa
• Menurut hasil penelitian Prof. Dr. H.
Kern, bahasa yang digunakan termasuk
rumpun bahasa Austronesia yaitu : bahasa
Indonesia, Polinesia, Melanesia, dan
Mikronesia.
• Terjadinya perbedaan bahasa antar daerah
karena pengaruh faktor geografis dan
perkembangan bahasa
25. Tahukah Kamu..
Hobbit
Para ilmuwan telah menemukan fosil-fosil tengkorak
dari suatu spesies manusia yang tumbuh tidak lebih besar
dari kanak-kanak berusia lima tahun. Manusia kerdil yang
memiliki tengkorak seukuran buah jeruk ini diduga hidup
13.000 tahun lalu, bersama gajah-gajah pigmi dan kadal-
kadal raksasa seperti Komodo. Indonesia.
Tengkorak pertama dari spesies yang kemudian
disebut sebagai Homo floresiensis atau Manusia Fores itu
ditemukan September 2003. Ia berjenis kelamin
perempuan, tingginya saat berdiri tegak kira-kira satu
meter, dan beratnya hanya 25 kilogram. Ia diduga berumur
sekitar 30 tahun saat meninggal 18.000 tahun lalu.