SlideShare una empresa de Scribd logo
1 de 6
Descargar para leer sin conexión
STUDI LITERATUR

ANEMIA DEFISIENSI BESI
Masrizal*

Pendahuluan
Anemia adalah suatu keadaan dimana kadar
hemoglobin (Hb) dalam darah kurang dari normal.
Faktor-faktor penyebab anemia gizi besi adalah
status gizi yang dipengaruhi oleh pola makanan, sosial
ekonomi keluarga, lingkungan dan status kesehatan.
Khumaidi (1989) mengemukakan bahwa faktorfaktor yang melatarbelakangi tingginya prevalensi
anemia gizi besi di negara berkembang adalah
keadaan sosial ekonomi rendah meliputi pendidikan
orang tua dan penghasilan yang rendah serta
kesehatan pribadi di lingkungan yang buruk.
Meskipun anemia disebabkan oleh berbagai faktor,
namun lebih dari 50 % kasus anemia yang terbanyak
diseluruh dunia secara langsung disebabkan oleh
kurangnya masukan zat gizi besi.
Selain itu penyebab anemia gizi besi
dipengaruhi oleh kebutuhan tubuh yang meningkat,
akibat mengidap penyakit kronis dan kehilangan
darah karena menstruasi dan infeksi parasit (cacing).
Di negara berkembang seperti Indonesia penyakit
kecacingan masih merupakan masalah yang besar
untuk kasus anemia gizi besi, karena diperkirakan
cacing menghisap darah 2-100 cc setaip harinya.
Kekurangan zat besi dapat menimbulkan
gangguan atau hambatan pada pertumbuhan, baik sel
tubuh maupun sel otak. Kekurangan kadar Hb dalam
darah dapat menimbulkan gejala lesu, lemah, letih,
lelah dan cepat lupa. Akibatnya dapat menurunkan
prestasi belajar, olah raga dan produktifitas kerja.
Selain itu anemia gizi besi akan menurunkan daya
tahan tubuh dan mengakibatkan mudah terkena
infeksi.
Upaya pencegahan dan penanggulangan
anemia yang telah dilakukan selama ini ditujukan
pada ibu hamil, sedangkan remaja putri secara dini
belum terlalu diperhatikan. Agar anemia bisa dicegah
atau diatasi maka harus banyak mengkonsumsi
makanan yang kaya zat besi. Selain itu
penanggulangan anemia defisiensi besi dapat
*Staf Pengajar Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat FK Unand

140

dilakukan dengan pencegahan infeksi cacaing dan
pemberian tablet Fe yang dikombinasikan dengan
vitamin C.
Anemia
Anemia adalah suatu keadaan kadar
hemoglobin (Hb) dalam darah kurang dari normal,
berdasarkan kelompok umur, jenis kelamin dan
kehamilan.
Batas normal dari kadar Hb dalam darah dapat
dilihat pada tabel berikut :
Tabel 1. Batas normal kadar Hb menurut umur
dan jenis kelamin Sumber : WHO, 200

Kelompok

Umur

Hemoglobin (gr/dl)

Anak – anak

6 – 59 bulan
5 – 11 tahun
12 – 14 tahun

11,0
11,5
12,0

Dewasa

Wanita > 15 tahun
Wanita hamil
Laki-laki > 15 tahun

12,0
11,0
13,0

Sebagian besar anemia disebabkan oleh
kekurangan satu atau lebih zat gizi esensial (zat besi,
asam folat, B12) yang digunakan dalam pembentukan
sel-sel darah merah. Anemia bisa juga disebabkan
oleh kondisi lain seperti penyakit malaria, infeksi
cacing tambang.
Klasifikasi Anemia
Secara
morfologis,
anemia
dapat
diklasifikasikan menurut ukuran sel dan hemoglobin
yang dikandungnya.
1. Makrositik
Pada anemia makrositik ukuran sel darah merah
bertambah besar dan jumlah hemoglobin tiap sel
juga bertambah. Ada dua jenis anemia
makrositik yaitu :
1. Anemia
Megaloblastik
adalah
kekurangan vitamin B12, asam folat dan
gangguan sintesis DNA.
Jurnal Kesehatan Masyarakat, September 2007, II (1)

2. Anemia Non Megaloblastik adalah
eritropolesis yang dipercepat dan
peningkatan luas permukaan membran.
2. Mikrositik
Mengecilnya ukuran sel darah merah yang
disebabkan oleh defisiensi besi, gangguan sintesis
globin, porfirin dan heme serta gangguan
metabolisme besi lainnya.
3. Normositik
Pada anemia normositik ukuran sel darah
merah tidak berubah, ini disebabkan kehilangan
darah yang parah, meningkatnya volume plasma
secara berlebihan, penyakit-penyakit hemolitik,
gangguan endokrin, ginjal, dan hati.
Anemia Defisiensi Besi
Anemia Defisiensi besi adalah anemia yang
terjadi akibat kekurangan zat besi dalam darah,
artinya konsentrasi hemoglobin dalam darah
berkurang karena terganggunya pembentukan sel-sel
darah merah akibat kurangnya kadar zat besi dalam
darah.
Jika simpanan zat besi dalam tubuh seseorang
sudah sangat rendah berarti orang tersebut mendekati
anemia walaupun belum ditemukan gejala-gejala
fisiologis. Simpanan zat besi yang sangat rendah
lambat laun tidak akan cukup untuk membentuk selsel darah merah di dalam sumsum tulang sehingga
kadar hemoglobin terus menurun di bawah batas
normal, keadaan inilah yang disebut anemia gizi besi.
Menurut Evatt, anemia Defisiensi besi adalah
anemia yang disebabkan oleh berkurangnya cadangan
besi tubuh. Keadaan ini ditandai dengan menurunnya
saturasi transferin, berkurangnya kadar feritin serum
atau hemosiderin sumsum tulang. Secara morfologis
keadaan ini diklasifikasikan sebagai anemia
mikrositik hipokrom disertai penurunan kuantitatif
pada sintesis hemoglobin.
Defisiensi besi merupakan penyebab utama
anemia. Wanita usia subur sering mengalami anemia,
karena kehilangan darah sewaktu menstruasi dan
peningkatan kebutuhan besi sewaktu hamil.
Patofisiologi Anemia
Zat besi diperlukan untuk hemopoesis
(pembentukan darah) dan juga diperlukan oleh
berbagai enzim sebagai faktor penggiat. Zat besi yang
terdapat dalam enzim juga diperlukan untuk
mengangkut elektro (sitokrom), untuk mengaktifkan
oksigen (oksidase dan oksigenase). Defisiensi zat besi
tidak menunjukkan gejala yang khas (asymptomatik)

sehingga anemia pada balita sukar untuk dideteksi.
Tanda-tanda dari anemia gizi dimulai dengan
menipisnya simpanan zat besi (feritin) dan
bertambahnya absorbsi zat besi yang digambarkan
dengan meningkatnya kapasitas pengikatan besi. Pada
tahap yang lebih lanjut berupa habisnya simpanan
zat besi, berkurangnya kejenuhan transferin,
berkurangnya jumlah protoporpirin yang diubah
menjadi heme, dan akan diikuti dengan menurunnya
kadar feritin serum. Akhirnya terjadi anemia dengan
cirinya yang khas yaitu rendahnya kadar Rb (Gutrie,
186:303)
Bila sebagian dari feritin jaringan
meninggalkan sel akan mengakibatkan konsentrasi
feritin serum rendah. Kadar feritin serum dapat
menggambarkan keadaan simpanan zat besi dalam
jaringan. Dengan demikian kadar feritin serum yang
rendah akan menunjukkan orang tersebut dalam
keadaan anemia gizi bila kadar feritin serumnya <12
ng/ml. Hal yang perlu diperhatikan adalah bila kadar
feritin serum normal tidak selalu menunjukkan status
besi dalam keadaan normal. Karena status besi yang
berkurang lebih dahulu baru diikuti dengan kadar
feritin.
Diagnosis anemia zat gizi ditentukan dengan
tes skrining dengan cara mengukur kadar Hb,
hematokrit (Ht), volume sel darah merah (MCV),
konsentrasi Hb dalam sel darah merah (MCH) dengan
batasan terendah 95% acuan (Dallman,1990)
Etiomologi Anemia Defisiensi Besi
Penyebab Anemia Defisiensi Besi adalah :
1. Asupan zat besi
Rendahnya asupan zat besi sering terjadi
pada orang-orang yang mengkonsumsi bahan
makananan yang kurang beragam dengan menu
makanan yang terdiri dari nasi, kacang-kacangan
dan sedikit daging, unggas, ikan yang merupakan
sumber zat besi. Gangguan defisiensi besi sering
terjadi karena susunan makanan yang salah baik
jumlah maupun kualitasnya yang disebabkan oleh
kurangnya penyediaan pangan, distribusi makanan
yang kurang baik, kebiasaan makan yang salah,
kemiskinan dan ketidaktahuan.
2. Penyerapan zat besi
Diet yang kaya zat besi tidaklah menjamin
ketersediaan zat besi dalam tubuh karena
banyaknya zat besi yang diserap sangat tergantung
dari jenis zat besi dan bahan makanan yang dapat
menghambat dan meningkatkan penyerapan besi.

141
Jurnal Kesehatan Masyarakat, September 2007, II (1)

3. Kebutuhan meningkat
Kebutuhan akan zat besi akan meningkat
pada masa pertumbuhan seperti pada bayi, anakanak, remaja, kehamilan dan menyusui. Kebutuhan
zat besi juga meningkat pada kasus-kasus
pendarahan kronis yang disebabkan oleh parasit.
4. Kehilangan zat besi
Kehilangan zat besi melalui saluran
pencernaan, kulit dan urin disebut kehilangan zat
besi basal. Pada wanita selain kehilangan zat besi
basal juga kehilangan zat besi melalui menstruasi.
Di samping itu kehilangan zat besi disebabkan
pendarahan oleh infeksi cacing di dalam usus.
Diagnosis
1. Anamnesis
1). Riwayat faktor predisposisi dan etiologi :
a. Kebutuhan meningkat secara fisiologis
terutama pada masa pertumbuhan yang
cepat, menstruasi, dan infeksi kronis
b. Kurangnya besi yang diserap karena
asupan besi dari makanan tidak adekuat
malabsorpsi besi
c. Perdarahan terutama perdarahan saluran
cerna (tukak lambung, penyakit Crohn,
colitis ulserativa)
2). Pucat, lemah, lesu, gejala pika
2. Pemeriksaan fisis
a. anemis, tidak disertai ikterus,
organomegali dan limphadenopati
b. stomatitis angularis, atrofi papil lidah
c. ditemukan takikardi ,murmur sistolik
dengan atau tanpa pembesaran jantung
3. Pemeriksaan penunjang
a. Hemoglobin, Hct dan indeks eritrosit
(MCV, MCH, MCHC) menurun
b. Hapus darah tepi menunjukkan
hipokromik mikrositik
c. Kadar besi serum (SI) menurun dan
TIBC meningkat , saturasi menurun
d. Kadar feritin menurun dan kadar Free
Erythrocyte Porphyrin (FEP) meningkat
e. sumsum tulang : aktifitas eritropoitik
meningkat
Akibat Anemia Defisiensi Besi
Akibat-kibat yang merugikan kesehatan pada
individu yang menderita anemi gizi besi adalah
1. Bagi bayi dan anak (0-9 tahun)
a. Gangguan perkembangan motorik

142

dan koordinasi.
b. Gangguan perkembangan dan
kemampuan belajar.
c. Gangguan pada psikologis dan
perilaku
2.Remaja (10-19 tahun)
a. Gangguan kemampuan belajar
b. Penurunan kemampuan bekerja dan
aktivitas fisik
c. Dampak negatif terhadap sistem
pertahanan tubuh dalam melawan
penyakit infeksi
3.Orang dewasa pria dan wanita
a. Penurunan kerja fisik dan
pendapatan.
b. Penurunan daya tahan terhadap
keletihan
4.Wanita hamil
a. Peningkatan angka kesakitan dan
kematian ibu
b. Peningkatan angka kesakitan dan
kematian janin
c. Peningkatan resiko janin dengan
berat badan lahir rendah
Penentuan kadar hemoglobin
1. Metoda menentukan kadar HB
Menurut WHO, nilai batas
hemoglobin (Hb) yang dikatakan anemia
gizi besi untuk wanita remaja adalah < 12
gr/dl dengan nilai besi serum < 50 mg/ml
dan nilai feritin < 12 mg/ml. Nilai feritin
merupakan refleksi dari cadangan besi
tubuh sehingga dapat memberikan
gambaran status besi seseorang.
Untuk menentukan kadar Hb darah,
salah satu cara yang digunakan adalah
metoda Cyanmethemoglobin. Cara ini
cukup teliti dan dianjurkan oleh
International
Committee
for
Standardization in Hemathology (ICSH).
Menurut cara ini darah dicampurkan dengan
larutan drapkin untuk memecah
hemoglobin menjadi cyanmethemoglobin,
daya serapnya kemudian diukur pada 540
nm dalam kalorimeter fotoelekrit atau
spektrofotometer.
Cara penentuan Hb yang banyak
dipakai di Indonesia ialah Sahli. Cara ini
untuk di lapangan cukup sederhana tapi
ketelitiannya perlu dibandingkan dengan
Jurnal Kesehatan Masyarakat, September 2007, II (1)

cara standar yang dianjurkan WHO.
Ada tiga uji laboratorium yang
dipadukan dengan pemeriksaan kadar Hb
agar hasil lebih tepat untuk menentukan
anemia gizi besi. Untuk menentukan anemia
gizi besi yaitu :
a.
Serum Ferritin (SF)
Ferritin diukur untuk mengetahui
status besi di dalam hati. Bila kadar
SF < 12 mg/dl maka orang tersebut
menderita anemia gizi besi.
b.
Transferin Saturation (ST)
Kadar besi dan Total Iron Binding
Capacity (TIBC) dalam serum
merupakan salah satu menentukan
status besi. Pada saat kekurangan zat
besi, kadar besi menurun dan TIBC
meningkat, rasionya yang disebut
dengan TS. TS < dari 16 % maka orang
tersebut defisiensi zat besi.
Tabel 2.
Parameter untuk menentukan status besi

Kelompok Umur

Hemoglobin (gr/dl)

Anak
anak

11,0
11,5
12,0
12,0
11,0
13,0

– 6 – 59 bulan
5 – 11 tahun
12 – 14 tahun
Dewasa
Wanita > 15 tahun
Wanita hamil
Laki-laki > 15 tahun

c.

Free Erythocyte Protophorph
Bila kadat zat besi dalam darah kurang
maka sirkulasi FEB dalam darah
meningkat. Kadar normal FEB 35-50
mg/dl RBC. Secara ringkas untuk
menentukan keadaan anemia seseorang
dapat dilihat pada tabel 2.

2. Fungsi Hemoglobin
Hemoglobin merupakan komponen utama eritrosit
yang berfungsi membawa oksigen dan
karbondioksida. Warna merah pada darah disebabkan
oleha kandungan hemoglobin (Hb) yang merupakan
susunan protein yang komplek yang terdiri dari
protein, globulin dan satu senyawa yang bukan
protein yang disebut heme. Heme tesusun dari suatu
senyawa lingkar yang bernama porfirin yang bahagian
pusatnya ditempati oleh logam besi (Fe). Jadi heme
adalah senyawa-senyawa porfirin-besi, sedangkan
hemoglobin adalah senyawa komplek antara globin

dengan heme.
Pencegahan dan Pengobatan Anemia Defisiensi
Besi
Upaya yang dilakukan dalam pencegahandan
penanggulangan anemia adalah
a. Suplementasi tabet Fe
b. Fortifikasi makanan dengan besi
c. Mengubah kebiasaan pola makanan dengan
menambahkan konsumsi pangan yang
memudahkan absorbsi besi seperti menambahkan
vitamin C.
d. Penurunan
kehilangan
besi
dengan
pemberantasan cacing.Dalam upaya mencegah
dan menanggulangi anemia adalah dengan
mengkonsumsi tablet tambah darah. Telah
terbukti dari berbagai penelitian bahwa
suplementasi, zat besi dapat meningkatkan kada
Hemoglobin.
e. Pengobatan Anemia Defisiensi Besi
Sejak tahun 1997 pemerintah telah merintis
langkah baru dalam mencegah dan
menanggulangi anemia, salah satu pilihannya
adalah mengkonsumsi tablet tambah darah. Telah
terbukti dari berbagai peneltian bahwa suplemen
zat besi dapat meningkatkan hemoglobin.
Pencegahan dan Penanggulangan Anemia
Defisiensi Besi
Dapat dilakukan antara lain dengan cara:
a. Meningkatkan konsumsi zat besi dari makanan
Mengkonsumsi pangan hewani dalam jumlah
cukup. Namun karena harganya cukup tinggi
sehingga masyarakat sulit menjangkaunya.
Untuk itu diperlukan alternatif yang lain untuk
mencegah anemia gizi besi.
Memakan beraneka ragam makanan yang
memiliki zat gizi saling melengkapi termasuk
vitamin yang dapat meningkatkan penyerapan zat
besi, seperti vitamin C. Peningkatan konsumsi
vitamin C sebanyak 25, 50, 100 dan 250 mg dapat
meningkatkan penyerapan zat besi sebesar 2, 3,
4 dan 5 kali. Buah-buahan segar dan sayuran
sumber vitamin C, namun dalam proses
pemasakan 50 - 80 % vitamin C akan
rusak.Mengurangi konsumsi makanan yang bisa
menghambat penyerapan zat besi seperti : fitat,
fosfat, tannin.
b. Suplementasi zat besi
Pemberian suplemen besi menguntungkan
karena dapat memperbaiki status hemoglobin

143
Jurnal Kesehatan Masyarakat, September 2007, II (1)

dalam waktu yang relatif singkat. Di Indonesia
pil besi yang umum digunakan dalam
suplementasi zat besi adalah frrous sulfat.
Persentase dan jumlah zat besi di dalam tablet
Fe bisa dilihat pada tabel 3 .
Tabel 3.
Persentase dan jumlah zat besi di dalam tablet FE yang lazim digunakan
Senyawa
Fe
(mg) per tablet
Fero famarat
200
Fero glukonat
300
Fero sulfat (7H2O)
300
Fero sulfat, Anhidrosida
200
Fero sulfat dikeringkan 200
(1HO2)
Preparat

Fe elemental
(mg) per tablet
66
36
60
74
60

% Fe
33
12
20
37
30

Sumber : Demaeyer, (1995)

Efek samping dari pemberian besi feroral
adalah mual, ketidaknyamanan epigastrium, kejang
perut, konstipasi dan diare. Efek ini tergantung dosis
yang diberikan dan dapat diatasi dengan mengurangi
dosis dan meminum tablet segera setelah makan atau
bersamaan dengan makanan.
a. Fortifikasi zat besi
Fortifikasi adalah penambahan suatu jenis zat
gizi ke dalam bahan pangan untuk meningkatkan
kualitas pangan . Kesulitan untuk fortifikasi zat
besi adalah sifat zat besi yang reaktif dan
cenderung mengubah penampilanm bahan yang
di fortifikasi. Sebaliknya fortifikasi zat besi tidak
mengubah rasa, warna, penampakan dan daya
simpan bahan pangan. Selain itu pangan yang
difortifikasi adalah yang banyak dikonsumsi
masyarakat seperti tepung gandum untuk
pembuatan roti.
b. Penanggulangan penyakit infeksi dan parasit
Penyakt infeksi dan parasit merupakan salah satu

144

penyebab anemia gizi besi. Dengan
menanggulangi penyakit infeksi dan
memberantas parasit diharapkan bisa
meningkatkan status besi tubuh.
Pemantauan
Terapi
a. Periksa kadar hemoglobin setiap 2 minggu
b. Kepatuhan orang tua dalam memberikan
obat
c. Gejala sampingan pemberian zat besi yang
bisa berupa gejala gangguan gastrointestinal misalnya konstipasi, diare, rasa
terbakar diulu hati, nyeri abdomen dan
mual. Gejala lain dapat berupa pewarnaan
gigi yang bersifat sementara.
Tumbuh Kembang
a. Penimbangan berat badan setiap bulan
b. Perubahan tingkah laku
c. Daya konsentrasi dan kemampuan belajar
pada anak usia sekolah dengan konsultasi
ke ahli psikologi
d. Aktifitas motorik
Penutup
Upaya penanggulangan AKB diprioritaskan
pada kelompok rawan yaitu BALITA, anak usia
sekolah, ibu hamil dan menyusui, wanita usia subur
termasuk remaja putri dan pekerja wanita. Upaya
pencegahan efektif untuk menanggulangi AKB adalah
dengan pola hidup sehat dan upaya-upaya
pengendalian faktor penyebab dan predisposisi
terjadinya AKB yaitu berupa penyuluhan kesehatan,
memenuhi kebutuhan zat besi pada masa
pertumbuhan cepat, infeksi kronis/berulang
pemberantasan penyakit cacing dan fortifikasi besi.
Jurnal Kesehatan Masyarakat, September 2007, II (1)

DAFTAR PUSTAKA
1.

Hillman RS, Ault KA. Iron Deficiency Anemia. Hematology in
Clinical Practice. A Guide to Diagnosis and Management. New
York; McGraw Hill, 1995 : 72-85.
2. Lanzkowsky P. Iron Deficiency Anemia. Pediatric Hematology
and Oncology. Edisi ke-2. New York; Churchill Livingstone Inc,
1995 : 35-50.
3. Nathan DG, Oski FA. Iron Deficiency Anemia. Hematology of
Infancy and Childhood. Edisi ke-1. Philadelphia; Saunders, 1974
: 103-25.
4. Recht M, Pearson HA. Iron Deficiency Anemia. Dalam : McMillan
JA, DeAngelis CD, Feigin RD, Warshaw JB, penyunting. Oski’s
Pediatrics : Principles and Practice. Edisi ke-3. Philadelphia;
Lippincott William & Wilkins, 1999 : 1447-8.
5. Schwart E. Iron Deficiency Anemia. Dalam : Behrman RE,
Kliegman RM, Jenson HB, Penyunting. Nelson Textbook of
Pediatrics. Edisi ke-16. Philadelphia; Saunders, 2000 : 1469-71
6. Hillman RS, Ault KA. Iron Deficiency Anemia. Hematology in
Clinical Practice. A Guide to Diagnosis and Management. New
York; McGraw Hill, 1995 : 72-85.
7. Lanzkowsky P. Iron Deficiency Anemia. Pediatric Hematology
and Oncology. Edisi ke-2. New York; Churchill Livingstone Inc,
1995 : 35-50.
8. Nathan DG, Oski FA. Iron Deficiency Anemia. Hematology of
Infancy and Childhood. Edisi ke-1. Philadelphia; Saunders, 1974
: 103-25.
9. Recht M, Pearson HA. Iron Deficiency Anemia. Dalam : McMillan
JA, DeAngelis CD, Feigin RD, Warshaw JB, penyunting. Oski’s
Pediatrics : Principles and Practice. Edisi ke-3. Philadelphia;
Lippincott William & Wilkins, 1999 : 1447-8.
10. Schwart E. Iron Deficiency Anemia. Dalam : Behrman RE,
Kliegman RM, Jenson HB, Penyunting. Nelson Textbook of
Pediatrics. Edisi ke-16. Philadelphia ; Saunders, 2000 : 1469-71.
11. Studi Anemia Anak Sekolah Dasar. Majalah Kedokteran Indonesia

Vo. 45. No. 10, Oktober, 1995.
12. Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat, Departemen
Kesehatan RI, Program Penanggulangan Anemia Gizi pada Wanita
Usia Subur (WUS), Direktorat Gizi Masyarakat, 2001.
13. Sediaoetomo, A. D. Ilmu Gizi II, Dian Rakyat Jakarta, 1996.
14. Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat, Departemen
Kesehatan RI, Anemia Gizi dan Tablet Tambah Darah (TTD) untuk
Wanita Usia Subur, Direktorat Gizi Masyarakat, 2005.
15. Alamtseir, S. Prinsip Dasar Ilmu Gizi, Gramedia Jakarta, 2002.
16. Hermina. Penelitian Gizi dan Makanan, Puslitbangh Gizi Bogor
Depkes RI.
17. Wirakusumah E. S. Perencanaan Menu Anemia Gizi Besi. Trubus
Agriculture.
18. Wilson P.S. LM. Patofisiologi Konsep Klining Proses-proses
Penyakit, 1995.
19. Wilson LM. Patofisiologi Konsep Klinik Proses Penyakit, 1995.
20. Sumarni, S, dkk. Masalah Gizi di Indonesia.
21. Setianingish, I. Anemia Defisiensi, Besi dan Prestasi. Bagian Ilmu
Kesehatan Anak FKUI / RSCM.
22. Demaeyer, Pencegahan dan Pengawasan Anemia Defisiensi Besi.
Widya Mendika Jakarta, 1995.
23. Muhilal, dkk. Angka Kecukupan Gizi yang Dianjurkan. Dalam
Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VIII. 2004.
24. Nasution, A.H. dan Karyadi. D, Pengetahuan Gizi mutakhir
(Mineral). 1991.
25. Tan, A. Wanita dan Nutrisi. Health Media Nutrition Series, Bumi
Aksara.
26. Kartasapoetra. G, dkk. Ilmu Gizi, Korelasi Gizi, Kesehatan dan
Produktivitas Kerja. Rineka Cipta.
27. Situs Pengelolaan Program KRR Tumbuh Kembang Remaja. File
// A : pp3 Tumbuh Kembang Remaja. Htm. 2003. 10 Januari
2007
28. Wirawan. S. Psikologi Remaja. PT. Raja Grasindo.

145

Más contenido relacionado

La actualidad más candente

Anemia mikrositik hipokrom
Anemia mikrositik hipokromAnemia mikrositik hipokrom
Anemia mikrositik hipokrom
Gabriella Jermia
 
Anemia Defisiensi Besi
Anemia Defisiensi BesiAnemia Defisiensi Besi
Anemia Defisiensi Besi
Imron Rosyadi
 
Anemia dalam kehamilan
Anemia dalam kehamilanAnemia dalam kehamilan
Anemia dalam kehamilan
Ayie Nafeeza
 
Hematinika oleh Ns.I dewa gede rai leadi S.medakep
Hematinika oleh Ns.I dewa gede rai leadi S.medakepHematinika oleh Ns.I dewa gede rai leadi S.medakep
Hematinika oleh Ns.I dewa gede rai leadi S.medakep
Pasek Sukayasa
 
Anemia Dalam Kehamilan
Anemia Dalam KehamilanAnemia Dalam Kehamilan
Anemia Dalam Kehamilan
Nhettie27
 
Anemia defisiensi besi
Anemia defisiensi besi Anemia defisiensi besi
Anemia defisiensi besi
Duik Agustini
 
Ppt bu ayu (baru)
Ppt bu ayu (baru)Ppt bu ayu (baru)
Ppt bu ayu (baru)
Inmas95
 
Makalah prinsip diet pada ibu hamil dengan anemia 3
Makalah prinsip diet pada ibu hamil dengan anemia 3Makalah prinsip diet pada ibu hamil dengan anemia 3
Makalah prinsip diet pada ibu hamil dengan anemia 3
Operator Warnet Vast Raha
 

La actualidad más candente (20)

PPT ANEMIA
PPT ANEMIAPPT ANEMIA
PPT ANEMIA
 
Anemia power point 2
Anemia power point 2Anemia power point 2
Anemia power point 2
 
patofisiologi anemia defisiensi besi
patofisiologi anemia defisiensi besipatofisiologi anemia defisiensi besi
patofisiologi anemia defisiensi besi
 
PPT Promosi Kesehatan Anemia pada Remaja
PPT Promosi Kesehatan Anemia pada Remaja PPT Promosi Kesehatan Anemia pada Remaja
PPT Promosi Kesehatan Anemia pada Remaja
 
Askep anemia
Askep anemia Askep anemia
Askep anemia
 
Anemia mikrositik hipokrom
Anemia mikrositik hipokromAnemia mikrositik hipokrom
Anemia mikrositik hipokrom
 
Anemia Defisiensi Besi
Anemia Defisiensi BesiAnemia Defisiensi Besi
Anemia Defisiensi Besi
 
Anemia pada rematri
Anemia pada rematriAnemia pada rematri
Anemia pada rematri
 
Anemia Hipokrom Mikrositer
Anemia Hipokrom MikrositerAnemia Hipokrom Mikrositer
Anemia Hipokrom Mikrositer
 
Anemia dalam kehamilan
Anemia dalam kehamilanAnemia dalam kehamilan
Anemia dalam kehamilan
 
66 56-2-pb
66 56-2-pb66 56-2-pb
66 56-2-pb
 
Unida remaja putri berprestasi tanpa anemia
Unida remaja putri berprestasi tanpa anemiaUnida remaja putri berprestasi tanpa anemia
Unida remaja putri berprestasi tanpa anemia
 
Hematinika oleh Ns.I dewa gede rai leadi S.medakep
Hematinika oleh Ns.I dewa gede rai leadi S.medakepHematinika oleh Ns.I dewa gede rai leadi S.medakep
Hematinika oleh Ns.I dewa gede rai leadi S.medakep
 
Anemia Dalam Kehamilan
Anemia Dalam KehamilanAnemia Dalam Kehamilan
Anemia Dalam Kehamilan
 
Skenario Pucat
Skenario PucatSkenario Pucat
Skenario Pucat
 
Anemia
AnemiaAnemia
Anemia
 
Anemia defisiensi besi
Anemia defisiensi besi Anemia defisiensi besi
Anemia defisiensi besi
 
Ppt bu ayu (baru)
Ppt bu ayu (baru)Ppt bu ayu (baru)
Ppt bu ayu (baru)
 
Makalah prinsip diet pada ibu hamil dengan anemia 3
Makalah prinsip diet pada ibu hamil dengan anemia 3Makalah prinsip diet pada ibu hamil dengan anemia 3
Makalah prinsip diet pada ibu hamil dengan anemia 3
 
Anemia defisiensi besi pada ibu hamil
Anemia defisiensi besi pada ibu hamil Anemia defisiensi besi pada ibu hamil
Anemia defisiensi besi pada ibu hamil
 

Destacado (16)

Anemia pada remaja putri
Anemia pada remaja putri Anemia pada remaja putri
Anemia pada remaja putri
 
Anemia anak sekolah
Anemia anak sekolahAnemia anak sekolah
Anemia anak sekolah
 
Sap anemia
Sap anemiaSap anemia
Sap anemia
 
Satuan acara penyuluhan anemia
Satuan acara penyuluhan anemiaSatuan acara penyuluhan anemia
Satuan acara penyuluhan anemia
 
Leaflet anemia akper pemda raha 2
Leaflet anemia akper pemda raha 2Leaflet anemia akper pemda raha 2
Leaflet anemia akper pemda raha 2
 
Leaflet anemia akper pemda raha
Leaflet anemia akper pemda rahaLeaflet anemia akper pemda raha
Leaflet anemia akper pemda raha
 
tatalaksana Gizi Penyakit anemia (NCP)
tatalaksana Gizi Penyakit anemia (NCP)tatalaksana Gizi Penyakit anemia (NCP)
tatalaksana Gizi Penyakit anemia (NCP)
 
Gizi remaja
Gizi remajaGizi remaja
Gizi remaja
 
Penyuluhan Rokok
Penyuluhan RokokPenyuluhan Rokok
Penyuluhan Rokok
 
Leaflet anemia akper raha muna
Leaflet anemia akper raha munaLeaflet anemia akper raha muna
Leaflet anemia akper raha muna
 
Bahaya Merokok Bagi Remaja
Bahaya Merokok Bagi RemajaBahaya Merokok Bagi Remaja
Bahaya Merokok Bagi Remaja
 
Bahaya Rokok bagi Tubuh
Bahaya Rokok bagi TubuhBahaya Rokok bagi Tubuh
Bahaya Rokok bagi Tubuh
 
PPT Bahaya Merokok
PPT Bahaya MerokokPPT Bahaya Merokok
PPT Bahaya Merokok
 
Bahaya Merokok Powerpoint
Bahaya Merokok PowerpointBahaya Merokok Powerpoint
Bahaya Merokok Powerpoint
 
Anemia
AnemiaAnemia
Anemia
 
Bahaya Rokok Terhadap Kesehatan
Bahaya Rokok Terhadap KesehatanBahaya Rokok Terhadap Kesehatan
Bahaya Rokok Terhadap Kesehatan
 

Similar a Anemia gizi besi (20)

Anemia defesiensi besi
Anemia defesiensi besiAnemia defesiensi besi
Anemia defesiensi besi
 
AGB.ppt
AGB.pptAGB.ppt
AGB.ppt
 
Makalah prinsip diet pada ibu hamil dengan anemia 3
Makalah prinsip diet pada ibu hamil dengan anemia 3Makalah prinsip diet pada ibu hamil dengan anemia 3
Makalah prinsip diet pada ibu hamil dengan anemia 3
 
Askep anemia gravidarum
Askep anemia gravidarumAskep anemia gravidarum
Askep anemia gravidarum
 
Animea Defesiensi
Animea DefesiensiAnimea Defesiensi
Animea Defesiensi
 
PPT DIGKM AGB KEL 7.pptx
PPT DIGKM AGB KEL 7.pptxPPT DIGKM AGB KEL 7.pptx
PPT DIGKM AGB KEL 7.pptx
 
4. anemia
4. anemia4. anemia
4. anemia
 
ppt.ppt
ppt.pptppt.ppt
ppt.ppt
 
Pengertian anemia
Pengertian anemiaPengertian anemia
Pengertian anemia
 
Askep_Anemia.doc
Askep_Anemia.docAskep_Anemia.doc
Askep_Anemia.doc
 
Makalah prinsip diet pada ibu hamil dengan anemia 3
Makalah prinsip diet pada ibu hamil dengan anemia 3Makalah prinsip diet pada ibu hamil dengan anemia 3
Makalah prinsip diet pada ibu hamil dengan anemia 3
 
Anemia
AnemiaAnemia
Anemia
 
Anemia
AnemiaAnemia
Anemia
 
Askep anemia
Askep anemiaAskep anemia
Askep anemia
 
anemia dalam kehamilan.pptx
anemia dalam kehamilan.pptxanemia dalam kehamilan.pptx
anemia dalam kehamilan.pptx
 
Anemia pada ibu hamil
Anemia pada ibu hamilAnemia pada ibu hamil
Anemia pada ibu hamil
 
Anemia pada ibu hamil
Anemia pada ibu hamilAnemia pada ibu hamil
Anemia pada ibu hamil
 
JURNAL ANEMIA.docx
JURNAL ANEMIA.docxJURNAL ANEMIA.docx
JURNAL ANEMIA.docx
 
Proposal penelitian ADB
Proposal penelitian ADBProposal penelitian ADB
Proposal penelitian ADB
 
Anemia
AnemiaAnemia
Anemia
 

Último

LOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan ppt
LOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan pptLOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan ppt
LOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan ppt
UserTank2
 
RTL PPI dr.Intan.docx puskesmas wairasa.
RTL PPI dr.Intan.docx puskesmas wairasa.RTL PPI dr.Intan.docx puskesmas wairasa.
RTL PPI dr.Intan.docx puskesmas wairasa.
RambuIntanKondi
 
leaflet IKM, gastritis dan pencegahannya
leaflet IKM, gastritis dan pencegahannyaleaflet IKM, gastritis dan pencegahannya
leaflet IKM, gastritis dan pencegahannya
YosuaNatanael1
 
SISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.ppt
SISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.pptSISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.ppt
SISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.ppt
Acephasan2
 
Gastro Esophageal Reflux Disease Kuliah smester IV.ppt
Gastro Esophageal Reflux Disease Kuliah smester IV.pptGastro Esophageal Reflux Disease Kuliah smester IV.ppt
Gastro Esophageal Reflux Disease Kuliah smester IV.ppt
ssuserbb0b09
 
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptxPPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
Acephasan2
 
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.pptANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
Acephasan2
 
PPT PATIENT SAFETY FAKTOR KEPERAWATAN MANUSIA.pptx
PPT PATIENT SAFETY FAKTOR KEPERAWATAN MANUSIA.pptxPPT PATIENT SAFETY FAKTOR KEPERAWATAN MANUSIA.pptx
PPT PATIENT SAFETY FAKTOR KEPERAWATAN MANUSIA.pptx
DwiDamayantiJonathan1
 
399557772-Penyakit-Yang-Bersifat-Simptomatis.pptx PENYAKIT SIMTOMP ADALAH PEN...
399557772-Penyakit-Yang-Bersifat-Simptomatis.pptx PENYAKIT SIMTOMP ADALAH PEN...399557772-Penyakit-Yang-Bersifat-Simptomatis.pptx PENYAKIT SIMTOMP ADALAH PEN...
399557772-Penyakit-Yang-Bersifat-Simptomatis.pptx PENYAKIT SIMTOMP ADALAH PEN...
nadyahermawan
 
KUNCI CARA MENGGUGURKAN KANDUNGAN ABORSI JANIN 087776558899
KUNCI CARA MENGGUGURKAN KANDUNGAN ABORSI JANIN 087776558899KUNCI CARA MENGGUGURKAN KANDUNGAN ABORSI JANIN 087776558899
KUNCI CARA MENGGUGURKAN KANDUNGAN ABORSI JANIN 087776558899
Cara Menggugurkan Kandungan 087776558899
 

Último (20)

Jenis-Jenis-Karakter-Pasien-Rumah-Sakit.pdf
Jenis-Jenis-Karakter-Pasien-Rumah-Sakit.pdfJenis-Jenis-Karakter-Pasien-Rumah-Sakit.pdf
Jenis-Jenis-Karakter-Pasien-Rumah-Sakit.pdf
 
LOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan ppt
LOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan pptLOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan ppt
LOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan ppt
 
High Risk Infant modul perkembangan bayi risiko tinggi
High Risk Infant modul perkembangan bayi risiko tinggiHigh Risk Infant modul perkembangan bayi risiko tinggi
High Risk Infant modul perkembangan bayi risiko tinggi
 
Asuhan Keperawatan Jiwa Perkembangan Psikososial Remaja
Asuhan Keperawatan Jiwa Perkembangan Psikososial RemajaAsuhan Keperawatan Jiwa Perkembangan Psikososial Remaja
Asuhan Keperawatan Jiwa Perkembangan Psikososial Remaja
 
Mengenal Nyeri Perut tentang jenis dan karakteristik.pptx
Mengenal Nyeri Perut tentang jenis dan karakteristik.pptxMengenal Nyeri Perut tentang jenis dan karakteristik.pptx
Mengenal Nyeri Perut tentang jenis dan karakteristik.pptx
 
RTL PPI dr.Intan.docx puskesmas wairasa.
RTL PPI dr.Intan.docx puskesmas wairasa.RTL PPI dr.Intan.docx puskesmas wairasa.
RTL PPI dr.Intan.docx puskesmas wairasa.
 
Low Back Pain untuk Awam dan pekerja tahun 2024
Low Back Pain untuk Awam dan pekerja tahun 2024Low Back Pain untuk Awam dan pekerja tahun 2024
Low Back Pain untuk Awam dan pekerja tahun 2024
 
leaflet IKM, gastritis dan pencegahannya
leaflet IKM, gastritis dan pencegahannyaleaflet IKM, gastritis dan pencegahannya
leaflet IKM, gastritis dan pencegahannya
 
Statistik Kecelakaan Kerja manajemen risiko kecelakaan kerja .pptx
Statistik Kecelakaan Kerja manajemen risiko kecelakaan kerja .pptxStatistik Kecelakaan Kerja manajemen risiko kecelakaan kerja .pptx
Statistik Kecelakaan Kerja manajemen risiko kecelakaan kerja .pptx
 
SISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.ppt
SISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.pptSISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.ppt
SISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.ppt
 
FRAKTUR presentasion patah tulang paripurna OK.pptx
FRAKTUR presentasion patah tulang paripurna OK.pptxFRAKTUR presentasion patah tulang paripurna OK.pptx
FRAKTUR presentasion patah tulang paripurna OK.pptx
 
Dbd analisis SOAP, tugas Farmakoterapi klinis dan komunitas
Dbd analisis SOAP, tugas Farmakoterapi klinis dan komunitasDbd analisis SOAP, tugas Farmakoterapi klinis dan komunitas
Dbd analisis SOAP, tugas Farmakoterapi klinis dan komunitas
 
sosialisasi lomba inovasi daerah tahun 2024 kementrian kesehatan republik ind...
sosialisasi lomba inovasi daerah tahun 2024 kementrian kesehatan republik ind...sosialisasi lomba inovasi daerah tahun 2024 kementrian kesehatan republik ind...
sosialisasi lomba inovasi daerah tahun 2024 kementrian kesehatan republik ind...
 
Gastro Esophageal Reflux Disease Kuliah smester IV.ppt
Gastro Esophageal Reflux Disease Kuliah smester IV.pptGastro Esophageal Reflux Disease Kuliah smester IV.ppt
Gastro Esophageal Reflux Disease Kuliah smester IV.ppt
 
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptxPPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
 
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.pptANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
 
PPT PATIENT SAFETY FAKTOR KEPERAWATAN MANUSIA.pptx
PPT PATIENT SAFETY FAKTOR KEPERAWATAN MANUSIA.pptxPPT PATIENT SAFETY FAKTOR KEPERAWATAN MANUSIA.pptx
PPT PATIENT SAFETY FAKTOR KEPERAWATAN MANUSIA.pptx
 
399557772-Penyakit-Yang-Bersifat-Simptomatis.pptx PENYAKIT SIMTOMP ADALAH PEN...
399557772-Penyakit-Yang-Bersifat-Simptomatis.pptx PENYAKIT SIMTOMP ADALAH PEN...399557772-Penyakit-Yang-Bersifat-Simptomatis.pptx PENYAKIT SIMTOMP ADALAH PEN...
399557772-Penyakit-Yang-Bersifat-Simptomatis.pptx PENYAKIT SIMTOMP ADALAH PEN...
 
Materi E- Kohort Dinkes Prop untuk nakes .pptx
Materi E- Kohort Dinkes Prop untuk nakes .pptxMateri E- Kohort Dinkes Prop untuk nakes .pptx
Materi E- Kohort Dinkes Prop untuk nakes .pptx
 
KUNCI CARA MENGGUGURKAN KANDUNGAN ABORSI JANIN 087776558899
KUNCI CARA MENGGUGURKAN KANDUNGAN ABORSI JANIN 087776558899KUNCI CARA MENGGUGURKAN KANDUNGAN ABORSI JANIN 087776558899
KUNCI CARA MENGGUGURKAN KANDUNGAN ABORSI JANIN 087776558899
 

Anemia gizi besi

  • 1. STUDI LITERATUR ANEMIA DEFISIENSI BESI Masrizal* Pendahuluan Anemia adalah suatu keadaan dimana kadar hemoglobin (Hb) dalam darah kurang dari normal. Faktor-faktor penyebab anemia gizi besi adalah status gizi yang dipengaruhi oleh pola makanan, sosial ekonomi keluarga, lingkungan dan status kesehatan. Khumaidi (1989) mengemukakan bahwa faktorfaktor yang melatarbelakangi tingginya prevalensi anemia gizi besi di negara berkembang adalah keadaan sosial ekonomi rendah meliputi pendidikan orang tua dan penghasilan yang rendah serta kesehatan pribadi di lingkungan yang buruk. Meskipun anemia disebabkan oleh berbagai faktor, namun lebih dari 50 % kasus anemia yang terbanyak diseluruh dunia secara langsung disebabkan oleh kurangnya masukan zat gizi besi. Selain itu penyebab anemia gizi besi dipengaruhi oleh kebutuhan tubuh yang meningkat, akibat mengidap penyakit kronis dan kehilangan darah karena menstruasi dan infeksi parasit (cacing). Di negara berkembang seperti Indonesia penyakit kecacingan masih merupakan masalah yang besar untuk kasus anemia gizi besi, karena diperkirakan cacing menghisap darah 2-100 cc setaip harinya. Kekurangan zat besi dapat menimbulkan gangguan atau hambatan pada pertumbuhan, baik sel tubuh maupun sel otak. Kekurangan kadar Hb dalam darah dapat menimbulkan gejala lesu, lemah, letih, lelah dan cepat lupa. Akibatnya dapat menurunkan prestasi belajar, olah raga dan produktifitas kerja. Selain itu anemia gizi besi akan menurunkan daya tahan tubuh dan mengakibatkan mudah terkena infeksi. Upaya pencegahan dan penanggulangan anemia yang telah dilakukan selama ini ditujukan pada ibu hamil, sedangkan remaja putri secara dini belum terlalu diperhatikan. Agar anemia bisa dicegah atau diatasi maka harus banyak mengkonsumsi makanan yang kaya zat besi. Selain itu penanggulangan anemia defisiensi besi dapat *Staf Pengajar Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat FK Unand 140 dilakukan dengan pencegahan infeksi cacaing dan pemberian tablet Fe yang dikombinasikan dengan vitamin C. Anemia Anemia adalah suatu keadaan kadar hemoglobin (Hb) dalam darah kurang dari normal, berdasarkan kelompok umur, jenis kelamin dan kehamilan. Batas normal dari kadar Hb dalam darah dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 1. Batas normal kadar Hb menurut umur dan jenis kelamin Sumber : WHO, 200 Kelompok Umur Hemoglobin (gr/dl) Anak – anak 6 – 59 bulan 5 – 11 tahun 12 – 14 tahun 11,0 11,5 12,0 Dewasa Wanita > 15 tahun Wanita hamil Laki-laki > 15 tahun 12,0 11,0 13,0 Sebagian besar anemia disebabkan oleh kekurangan satu atau lebih zat gizi esensial (zat besi, asam folat, B12) yang digunakan dalam pembentukan sel-sel darah merah. Anemia bisa juga disebabkan oleh kondisi lain seperti penyakit malaria, infeksi cacing tambang. Klasifikasi Anemia Secara morfologis, anemia dapat diklasifikasikan menurut ukuran sel dan hemoglobin yang dikandungnya. 1. Makrositik Pada anemia makrositik ukuran sel darah merah bertambah besar dan jumlah hemoglobin tiap sel juga bertambah. Ada dua jenis anemia makrositik yaitu : 1. Anemia Megaloblastik adalah kekurangan vitamin B12, asam folat dan gangguan sintesis DNA.
  • 2. Jurnal Kesehatan Masyarakat, September 2007, II (1) 2. Anemia Non Megaloblastik adalah eritropolesis yang dipercepat dan peningkatan luas permukaan membran. 2. Mikrositik Mengecilnya ukuran sel darah merah yang disebabkan oleh defisiensi besi, gangguan sintesis globin, porfirin dan heme serta gangguan metabolisme besi lainnya. 3. Normositik Pada anemia normositik ukuran sel darah merah tidak berubah, ini disebabkan kehilangan darah yang parah, meningkatnya volume plasma secara berlebihan, penyakit-penyakit hemolitik, gangguan endokrin, ginjal, dan hati. Anemia Defisiensi Besi Anemia Defisiensi besi adalah anemia yang terjadi akibat kekurangan zat besi dalam darah, artinya konsentrasi hemoglobin dalam darah berkurang karena terganggunya pembentukan sel-sel darah merah akibat kurangnya kadar zat besi dalam darah. Jika simpanan zat besi dalam tubuh seseorang sudah sangat rendah berarti orang tersebut mendekati anemia walaupun belum ditemukan gejala-gejala fisiologis. Simpanan zat besi yang sangat rendah lambat laun tidak akan cukup untuk membentuk selsel darah merah di dalam sumsum tulang sehingga kadar hemoglobin terus menurun di bawah batas normal, keadaan inilah yang disebut anemia gizi besi. Menurut Evatt, anemia Defisiensi besi adalah anemia yang disebabkan oleh berkurangnya cadangan besi tubuh. Keadaan ini ditandai dengan menurunnya saturasi transferin, berkurangnya kadar feritin serum atau hemosiderin sumsum tulang. Secara morfologis keadaan ini diklasifikasikan sebagai anemia mikrositik hipokrom disertai penurunan kuantitatif pada sintesis hemoglobin. Defisiensi besi merupakan penyebab utama anemia. Wanita usia subur sering mengalami anemia, karena kehilangan darah sewaktu menstruasi dan peningkatan kebutuhan besi sewaktu hamil. Patofisiologi Anemia Zat besi diperlukan untuk hemopoesis (pembentukan darah) dan juga diperlukan oleh berbagai enzim sebagai faktor penggiat. Zat besi yang terdapat dalam enzim juga diperlukan untuk mengangkut elektro (sitokrom), untuk mengaktifkan oksigen (oksidase dan oksigenase). Defisiensi zat besi tidak menunjukkan gejala yang khas (asymptomatik) sehingga anemia pada balita sukar untuk dideteksi. Tanda-tanda dari anemia gizi dimulai dengan menipisnya simpanan zat besi (feritin) dan bertambahnya absorbsi zat besi yang digambarkan dengan meningkatnya kapasitas pengikatan besi. Pada tahap yang lebih lanjut berupa habisnya simpanan zat besi, berkurangnya kejenuhan transferin, berkurangnya jumlah protoporpirin yang diubah menjadi heme, dan akan diikuti dengan menurunnya kadar feritin serum. Akhirnya terjadi anemia dengan cirinya yang khas yaitu rendahnya kadar Rb (Gutrie, 186:303) Bila sebagian dari feritin jaringan meninggalkan sel akan mengakibatkan konsentrasi feritin serum rendah. Kadar feritin serum dapat menggambarkan keadaan simpanan zat besi dalam jaringan. Dengan demikian kadar feritin serum yang rendah akan menunjukkan orang tersebut dalam keadaan anemia gizi bila kadar feritin serumnya <12 ng/ml. Hal yang perlu diperhatikan adalah bila kadar feritin serum normal tidak selalu menunjukkan status besi dalam keadaan normal. Karena status besi yang berkurang lebih dahulu baru diikuti dengan kadar feritin. Diagnosis anemia zat gizi ditentukan dengan tes skrining dengan cara mengukur kadar Hb, hematokrit (Ht), volume sel darah merah (MCV), konsentrasi Hb dalam sel darah merah (MCH) dengan batasan terendah 95% acuan (Dallman,1990) Etiomologi Anemia Defisiensi Besi Penyebab Anemia Defisiensi Besi adalah : 1. Asupan zat besi Rendahnya asupan zat besi sering terjadi pada orang-orang yang mengkonsumsi bahan makananan yang kurang beragam dengan menu makanan yang terdiri dari nasi, kacang-kacangan dan sedikit daging, unggas, ikan yang merupakan sumber zat besi. Gangguan defisiensi besi sering terjadi karena susunan makanan yang salah baik jumlah maupun kualitasnya yang disebabkan oleh kurangnya penyediaan pangan, distribusi makanan yang kurang baik, kebiasaan makan yang salah, kemiskinan dan ketidaktahuan. 2. Penyerapan zat besi Diet yang kaya zat besi tidaklah menjamin ketersediaan zat besi dalam tubuh karena banyaknya zat besi yang diserap sangat tergantung dari jenis zat besi dan bahan makanan yang dapat menghambat dan meningkatkan penyerapan besi. 141
  • 3. Jurnal Kesehatan Masyarakat, September 2007, II (1) 3. Kebutuhan meningkat Kebutuhan akan zat besi akan meningkat pada masa pertumbuhan seperti pada bayi, anakanak, remaja, kehamilan dan menyusui. Kebutuhan zat besi juga meningkat pada kasus-kasus pendarahan kronis yang disebabkan oleh parasit. 4. Kehilangan zat besi Kehilangan zat besi melalui saluran pencernaan, kulit dan urin disebut kehilangan zat besi basal. Pada wanita selain kehilangan zat besi basal juga kehilangan zat besi melalui menstruasi. Di samping itu kehilangan zat besi disebabkan pendarahan oleh infeksi cacing di dalam usus. Diagnosis 1. Anamnesis 1). Riwayat faktor predisposisi dan etiologi : a. Kebutuhan meningkat secara fisiologis terutama pada masa pertumbuhan yang cepat, menstruasi, dan infeksi kronis b. Kurangnya besi yang diserap karena asupan besi dari makanan tidak adekuat malabsorpsi besi c. Perdarahan terutama perdarahan saluran cerna (tukak lambung, penyakit Crohn, colitis ulserativa) 2). Pucat, lemah, lesu, gejala pika 2. Pemeriksaan fisis a. anemis, tidak disertai ikterus, organomegali dan limphadenopati b. stomatitis angularis, atrofi papil lidah c. ditemukan takikardi ,murmur sistolik dengan atau tanpa pembesaran jantung 3. Pemeriksaan penunjang a. Hemoglobin, Hct dan indeks eritrosit (MCV, MCH, MCHC) menurun b. Hapus darah tepi menunjukkan hipokromik mikrositik c. Kadar besi serum (SI) menurun dan TIBC meningkat , saturasi menurun d. Kadar feritin menurun dan kadar Free Erythrocyte Porphyrin (FEP) meningkat e. sumsum tulang : aktifitas eritropoitik meningkat Akibat Anemia Defisiensi Besi Akibat-kibat yang merugikan kesehatan pada individu yang menderita anemi gizi besi adalah 1. Bagi bayi dan anak (0-9 tahun) a. Gangguan perkembangan motorik 142 dan koordinasi. b. Gangguan perkembangan dan kemampuan belajar. c. Gangguan pada psikologis dan perilaku 2.Remaja (10-19 tahun) a. Gangguan kemampuan belajar b. Penurunan kemampuan bekerja dan aktivitas fisik c. Dampak negatif terhadap sistem pertahanan tubuh dalam melawan penyakit infeksi 3.Orang dewasa pria dan wanita a. Penurunan kerja fisik dan pendapatan. b. Penurunan daya tahan terhadap keletihan 4.Wanita hamil a. Peningkatan angka kesakitan dan kematian ibu b. Peningkatan angka kesakitan dan kematian janin c. Peningkatan resiko janin dengan berat badan lahir rendah Penentuan kadar hemoglobin 1. Metoda menentukan kadar HB Menurut WHO, nilai batas hemoglobin (Hb) yang dikatakan anemia gizi besi untuk wanita remaja adalah < 12 gr/dl dengan nilai besi serum < 50 mg/ml dan nilai feritin < 12 mg/ml. Nilai feritin merupakan refleksi dari cadangan besi tubuh sehingga dapat memberikan gambaran status besi seseorang. Untuk menentukan kadar Hb darah, salah satu cara yang digunakan adalah metoda Cyanmethemoglobin. Cara ini cukup teliti dan dianjurkan oleh International Committee for Standardization in Hemathology (ICSH). Menurut cara ini darah dicampurkan dengan larutan drapkin untuk memecah hemoglobin menjadi cyanmethemoglobin, daya serapnya kemudian diukur pada 540 nm dalam kalorimeter fotoelekrit atau spektrofotometer. Cara penentuan Hb yang banyak dipakai di Indonesia ialah Sahli. Cara ini untuk di lapangan cukup sederhana tapi ketelitiannya perlu dibandingkan dengan
  • 4. Jurnal Kesehatan Masyarakat, September 2007, II (1) cara standar yang dianjurkan WHO. Ada tiga uji laboratorium yang dipadukan dengan pemeriksaan kadar Hb agar hasil lebih tepat untuk menentukan anemia gizi besi. Untuk menentukan anemia gizi besi yaitu : a. Serum Ferritin (SF) Ferritin diukur untuk mengetahui status besi di dalam hati. Bila kadar SF < 12 mg/dl maka orang tersebut menderita anemia gizi besi. b. Transferin Saturation (ST) Kadar besi dan Total Iron Binding Capacity (TIBC) dalam serum merupakan salah satu menentukan status besi. Pada saat kekurangan zat besi, kadar besi menurun dan TIBC meningkat, rasionya yang disebut dengan TS. TS < dari 16 % maka orang tersebut defisiensi zat besi. Tabel 2. Parameter untuk menentukan status besi Kelompok Umur Hemoglobin (gr/dl) Anak anak 11,0 11,5 12,0 12,0 11,0 13,0 – 6 – 59 bulan 5 – 11 tahun 12 – 14 tahun Dewasa Wanita > 15 tahun Wanita hamil Laki-laki > 15 tahun c. Free Erythocyte Protophorph Bila kadat zat besi dalam darah kurang maka sirkulasi FEB dalam darah meningkat. Kadar normal FEB 35-50 mg/dl RBC. Secara ringkas untuk menentukan keadaan anemia seseorang dapat dilihat pada tabel 2. 2. Fungsi Hemoglobin Hemoglobin merupakan komponen utama eritrosit yang berfungsi membawa oksigen dan karbondioksida. Warna merah pada darah disebabkan oleha kandungan hemoglobin (Hb) yang merupakan susunan protein yang komplek yang terdiri dari protein, globulin dan satu senyawa yang bukan protein yang disebut heme. Heme tesusun dari suatu senyawa lingkar yang bernama porfirin yang bahagian pusatnya ditempati oleh logam besi (Fe). Jadi heme adalah senyawa-senyawa porfirin-besi, sedangkan hemoglobin adalah senyawa komplek antara globin dengan heme. Pencegahan dan Pengobatan Anemia Defisiensi Besi Upaya yang dilakukan dalam pencegahandan penanggulangan anemia adalah a. Suplementasi tabet Fe b. Fortifikasi makanan dengan besi c. Mengubah kebiasaan pola makanan dengan menambahkan konsumsi pangan yang memudahkan absorbsi besi seperti menambahkan vitamin C. d. Penurunan kehilangan besi dengan pemberantasan cacing.Dalam upaya mencegah dan menanggulangi anemia adalah dengan mengkonsumsi tablet tambah darah. Telah terbukti dari berbagai penelitian bahwa suplementasi, zat besi dapat meningkatkan kada Hemoglobin. e. Pengobatan Anemia Defisiensi Besi Sejak tahun 1997 pemerintah telah merintis langkah baru dalam mencegah dan menanggulangi anemia, salah satu pilihannya adalah mengkonsumsi tablet tambah darah. Telah terbukti dari berbagai peneltian bahwa suplemen zat besi dapat meningkatkan hemoglobin. Pencegahan dan Penanggulangan Anemia Defisiensi Besi Dapat dilakukan antara lain dengan cara: a. Meningkatkan konsumsi zat besi dari makanan Mengkonsumsi pangan hewani dalam jumlah cukup. Namun karena harganya cukup tinggi sehingga masyarakat sulit menjangkaunya. Untuk itu diperlukan alternatif yang lain untuk mencegah anemia gizi besi. Memakan beraneka ragam makanan yang memiliki zat gizi saling melengkapi termasuk vitamin yang dapat meningkatkan penyerapan zat besi, seperti vitamin C. Peningkatan konsumsi vitamin C sebanyak 25, 50, 100 dan 250 mg dapat meningkatkan penyerapan zat besi sebesar 2, 3, 4 dan 5 kali. Buah-buahan segar dan sayuran sumber vitamin C, namun dalam proses pemasakan 50 - 80 % vitamin C akan rusak.Mengurangi konsumsi makanan yang bisa menghambat penyerapan zat besi seperti : fitat, fosfat, tannin. b. Suplementasi zat besi Pemberian suplemen besi menguntungkan karena dapat memperbaiki status hemoglobin 143
  • 5. Jurnal Kesehatan Masyarakat, September 2007, II (1) dalam waktu yang relatif singkat. Di Indonesia pil besi yang umum digunakan dalam suplementasi zat besi adalah frrous sulfat. Persentase dan jumlah zat besi di dalam tablet Fe bisa dilihat pada tabel 3 . Tabel 3. Persentase dan jumlah zat besi di dalam tablet FE yang lazim digunakan Senyawa Fe (mg) per tablet Fero famarat 200 Fero glukonat 300 Fero sulfat (7H2O) 300 Fero sulfat, Anhidrosida 200 Fero sulfat dikeringkan 200 (1HO2) Preparat Fe elemental (mg) per tablet 66 36 60 74 60 % Fe 33 12 20 37 30 Sumber : Demaeyer, (1995) Efek samping dari pemberian besi feroral adalah mual, ketidaknyamanan epigastrium, kejang perut, konstipasi dan diare. Efek ini tergantung dosis yang diberikan dan dapat diatasi dengan mengurangi dosis dan meminum tablet segera setelah makan atau bersamaan dengan makanan. a. Fortifikasi zat besi Fortifikasi adalah penambahan suatu jenis zat gizi ke dalam bahan pangan untuk meningkatkan kualitas pangan . Kesulitan untuk fortifikasi zat besi adalah sifat zat besi yang reaktif dan cenderung mengubah penampilanm bahan yang di fortifikasi. Sebaliknya fortifikasi zat besi tidak mengubah rasa, warna, penampakan dan daya simpan bahan pangan. Selain itu pangan yang difortifikasi adalah yang banyak dikonsumsi masyarakat seperti tepung gandum untuk pembuatan roti. b. Penanggulangan penyakit infeksi dan parasit Penyakt infeksi dan parasit merupakan salah satu 144 penyebab anemia gizi besi. Dengan menanggulangi penyakit infeksi dan memberantas parasit diharapkan bisa meningkatkan status besi tubuh. Pemantauan Terapi a. Periksa kadar hemoglobin setiap 2 minggu b. Kepatuhan orang tua dalam memberikan obat c. Gejala sampingan pemberian zat besi yang bisa berupa gejala gangguan gastrointestinal misalnya konstipasi, diare, rasa terbakar diulu hati, nyeri abdomen dan mual. Gejala lain dapat berupa pewarnaan gigi yang bersifat sementara. Tumbuh Kembang a. Penimbangan berat badan setiap bulan b. Perubahan tingkah laku c. Daya konsentrasi dan kemampuan belajar pada anak usia sekolah dengan konsultasi ke ahli psikologi d. Aktifitas motorik Penutup Upaya penanggulangan AKB diprioritaskan pada kelompok rawan yaitu BALITA, anak usia sekolah, ibu hamil dan menyusui, wanita usia subur termasuk remaja putri dan pekerja wanita. Upaya pencegahan efektif untuk menanggulangi AKB adalah dengan pola hidup sehat dan upaya-upaya pengendalian faktor penyebab dan predisposisi terjadinya AKB yaitu berupa penyuluhan kesehatan, memenuhi kebutuhan zat besi pada masa pertumbuhan cepat, infeksi kronis/berulang pemberantasan penyakit cacing dan fortifikasi besi.
  • 6. Jurnal Kesehatan Masyarakat, September 2007, II (1) DAFTAR PUSTAKA 1. Hillman RS, Ault KA. Iron Deficiency Anemia. Hematology in Clinical Practice. A Guide to Diagnosis and Management. New York; McGraw Hill, 1995 : 72-85. 2. Lanzkowsky P. Iron Deficiency Anemia. Pediatric Hematology and Oncology. Edisi ke-2. New York; Churchill Livingstone Inc, 1995 : 35-50. 3. Nathan DG, Oski FA. Iron Deficiency Anemia. Hematology of Infancy and Childhood. Edisi ke-1. Philadelphia; Saunders, 1974 : 103-25. 4. Recht M, Pearson HA. Iron Deficiency Anemia. Dalam : McMillan JA, DeAngelis CD, Feigin RD, Warshaw JB, penyunting. Oski’s Pediatrics : Principles and Practice. Edisi ke-3. Philadelphia; Lippincott William & Wilkins, 1999 : 1447-8. 5. Schwart E. Iron Deficiency Anemia. Dalam : Behrman RE, Kliegman RM, Jenson HB, Penyunting. Nelson Textbook of Pediatrics. Edisi ke-16. Philadelphia; Saunders, 2000 : 1469-71 6. Hillman RS, Ault KA. Iron Deficiency Anemia. Hematology in Clinical Practice. A Guide to Diagnosis and Management. New York; McGraw Hill, 1995 : 72-85. 7. Lanzkowsky P. Iron Deficiency Anemia. Pediatric Hematology and Oncology. Edisi ke-2. New York; Churchill Livingstone Inc, 1995 : 35-50. 8. Nathan DG, Oski FA. Iron Deficiency Anemia. Hematology of Infancy and Childhood. Edisi ke-1. Philadelphia; Saunders, 1974 : 103-25. 9. Recht M, Pearson HA. Iron Deficiency Anemia. Dalam : McMillan JA, DeAngelis CD, Feigin RD, Warshaw JB, penyunting. Oski’s Pediatrics : Principles and Practice. Edisi ke-3. Philadelphia; Lippincott William & Wilkins, 1999 : 1447-8. 10. Schwart E. Iron Deficiency Anemia. Dalam : Behrman RE, Kliegman RM, Jenson HB, Penyunting. Nelson Textbook of Pediatrics. Edisi ke-16. Philadelphia ; Saunders, 2000 : 1469-71. 11. Studi Anemia Anak Sekolah Dasar. Majalah Kedokteran Indonesia Vo. 45. No. 10, Oktober, 1995. 12. Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat, Departemen Kesehatan RI, Program Penanggulangan Anemia Gizi pada Wanita Usia Subur (WUS), Direktorat Gizi Masyarakat, 2001. 13. Sediaoetomo, A. D. Ilmu Gizi II, Dian Rakyat Jakarta, 1996. 14. Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat, Departemen Kesehatan RI, Anemia Gizi dan Tablet Tambah Darah (TTD) untuk Wanita Usia Subur, Direktorat Gizi Masyarakat, 2005. 15. Alamtseir, S. Prinsip Dasar Ilmu Gizi, Gramedia Jakarta, 2002. 16. Hermina. Penelitian Gizi dan Makanan, Puslitbangh Gizi Bogor Depkes RI. 17. Wirakusumah E. S. Perencanaan Menu Anemia Gizi Besi. Trubus Agriculture. 18. Wilson P.S. LM. Patofisiologi Konsep Klining Proses-proses Penyakit, 1995. 19. Wilson LM. Patofisiologi Konsep Klinik Proses Penyakit, 1995. 20. Sumarni, S, dkk. Masalah Gizi di Indonesia. 21. Setianingish, I. Anemia Defisiensi, Besi dan Prestasi. Bagian Ilmu Kesehatan Anak FKUI / RSCM. 22. Demaeyer, Pencegahan dan Pengawasan Anemia Defisiensi Besi. Widya Mendika Jakarta, 1995. 23. Muhilal, dkk. Angka Kecukupan Gizi yang Dianjurkan. Dalam Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VIII. 2004. 24. Nasution, A.H. dan Karyadi. D, Pengetahuan Gizi mutakhir (Mineral). 1991. 25. Tan, A. Wanita dan Nutrisi. Health Media Nutrition Series, Bumi Aksara. 26. Kartasapoetra. G, dkk. Ilmu Gizi, Korelasi Gizi, Kesehatan dan Produktivitas Kerja. Rineka Cipta. 27. Situs Pengelolaan Program KRR Tumbuh Kembang Remaja. File // A : pp3 Tumbuh Kembang Remaja. Htm. 2003. 10 Januari 2007 28. Wirawan. S. Psikologi Remaja. PT. Raja Grasindo. 145