1. TIM PEMBELA NELAYAN TERTINDAS [TPNT]
LATAR BELAKANG KONFLIK
Secara historis, wilayah Kabupaten Bengkalis sebelum Indonesia merdeka
sebagian besar berada di wilayah pemerintahan Kerajaan Siak Sri Indrapura. Setelah
diproklamirkannya Negara Kesatuan Republik Indonesia dan diikuti dengan
penyerahan kekuasaan oleh Raja Siak Sri Indrapura, Sultan Syarif Kasim II, maka
seluruh wilayah yang berada dibawah kekuasaan Kerajaan Siak Sri Indrapura
termasuk kedalam wilayah Republik Indonesia. Kemudian pada tahun 1956, yakni
berdasarkan UU No 12/1956, dibentuklah Kabupaten Daerah Tingkat II Bengkalis,
yang pada waktu itu masih berada dibawah Propinsi Sumatera Tengah dengan
pusat pemerintahan berkedudukan di Sumatera Utara. Dengan dibentuknya daerah
Tingkat I Riau, berdasarkan UU No 61/1958 tentang Penetapan Pembentukan Daerah
Swatantra Tingkat I Sumatera Barat, Riau dan Jambi, maka Kabupaten Daerah
Tingkat II Bengkalis berada dalam Propinsi daerah Tingkat I Riau
(http;//www.bengkalis.go.id)
Setelah terjadi pemekaran daerah, Kabupaten Bengkalis yang semula jumlah
penduduknya merupakan jumlah penduduk terbanyak di Propinsi Riau yaitu
dengan jumlah 1.182.267 jiwa namun setelah pemekaran menjadi 547.876 jiwa dengan
luas wilayah yang semula 30.646,83 km2 menjadi 11.481,77 km2 (data tahun 2004).
Data lapangan menunjukan bahwa perburuan terhadap spesies ikan kurau
(Polynemus sp) oleh nelayan tradisional dimulai sejak tahun 1970-an. Pada masa
tersebut nelayan tradisional melakukan penangkapan ikan kurau dengan
menggunakan alat tangkap rawai (long line)dan sarana penangkapan berupa sampan
dayung yang dilengkapi layar. Sedangkan jaring insang permukaan (surface gill net)
hanya untuk mencari umpan untuk rawai.
Walaupun dengan menggunakan sampan dayung, daerah tangkap (fishing
ground) para nelayan tidak terlalu berubah sampai saat ini. Sebelum tahun 1970-an, di
perairan Kabupaten Bengkalis terdapat spesies ikan terubuk (Teunuolosa macrura),
jenis ikan ini menjadi komoditas andalan perikanan tangkap. Namun karena tidak
ada kebijakan yang mengatur penangkapan ikan terubuk akhirnya ikan terubuk
punah. Ketika ikan terubuk sudah mulai sulit untuk didapatkan, barulah nelayan
mencari alternatif lainnya yaitu mencari spesies ikan kurau.
Pada tahun 1981, perburuan terhadap ikan kurau mulai intensif yang
dilakukan oleh nelayan jaring batu (bottom gill net). Sementara pada saat itu
masyarakat nelayan Kecamatan Bantan masih menggunakan sampan dayung dan
alat tangkap rawai. Tercatat pada tahun yang sama tidak kurang dari 40 unit kapal
jaring batu beroperasi di wilayah tangkap nelayan tradisional di perairan Kecamatan
Bantan.
Konflik Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan 1
Nelayan Bantan Kabupaten Bengkalis
2. TIM PEMBELA NELAYAN TERTINDAS [TPNT]
Konflik pemanfaatan sumberdaya perikanan di Kecamatan Bantan mencuat ke
permukaan berawal dari intensitas perburuan terhadap ikan kurau. Maraknya
perburuan ikan kurau menyebabkan banyaknya jaring batu masuk ke perairan
Kecamatan Bantan untuk menguasai daerah tangkapan nelayan tradisional.
Masuknya alat tangkap ini membuat kenyamanan nelayan Kecamatan Bantan
terganggu sehingga terjadi pertikaian-pertikaian di laut sebagai bentuk penolakan
nelayan tradisional rawai.
Pertikaian-pertikaian tersebut mulanya dipicu oleh pelanggaran-pelanggaran
yang dilakukan jaring batu terhadap nelayan rawai seperti kapal jaring batu
menabrak rawai atau dengan mengusir nelayan rawai agar nelayan jaring batu bebas
melakukan penangkapan ikan kurau. Disamping pelanggaran yang menimbulkan
kerugian langsung pada nelayan rawai, jaring batu juga dianggap telah melanggar
nilai-nilai yang berlaku di wilayah tangkapan nelayan tradisional.
Menyikapi kondisi seperti diatas nelayan rawai mulai melakukan perlawanan-
perlawanan. Awal mula memuncaknya konflik ini terjadi pada sekitar tahun 1983,
bermula ketika kapal nelayan jaring batu menabrak kapal nelayan rawai sehingga
terjadi perkelahian di tengah laut. Kuatnya arogansi aparat pada masa itu
dimanfaatkan oleh pengusaha jaring batu untuk mengintimidasi nelayan rawai yang
melakukan perlawanan. Dengan situasi yang tidak kondusif ini, sebagian nelayan
rawai melarikan diri ke Malaysia dan bahkan menurut masyarakat ada yang tidak
pulang hingga sekarang ini.
Sebagian besar nelayan dan pemilik (pengusaha) jaring batu berasal dari
Kecamatan Rangsang, Kecamatan tebing Tinggi, Kecamatan Merbau, Kecamatan
Bengkalis Kabupaten Bengkalis dan Tanjungbalai Karimun Kabupaten Karimun.
Jaring batu merupakan usaha komersil skala ekspor yang umumnya didanai oleh
pengusaha keturunan (Tionghoa). Baik jaring batu maupun rawai keduanya sama-
sama merupakan alat tangkap yang dioperasikan di dasar perairan. Jenis ikan target
juga relatif sama yaitu ikan-ikan yang dikenal aktif di dasar perairan seperti ikan
kurau, Malung, Jenak, Kerapu, Pari dan Kelampai. Ikan-ikan ini harganya sangat
tinggi di pasar lokal maupun ekspor.
Saat ini ikan kurau merupakan primadona tangkapan nelayan dengan harga
di tingkat nelayan berkisar antara 25 – 60 ribu rupiah per kilogram dan bahkan pada
kondisi tertentu dapat mencapai 80 ribu rupiah per kilogram. Berdasarkan data dari
Koperasi Perikanan pantai Madani Desa Teluk Pambang, kelas harga ikan
berdasarkan bobot berat.
Berat ikan kecil dari 3 kg (kurau kecil/KK) seharga Rp 25.000/kg, berat 3 – 4.9
kg/ekor (kurau besar sedang/KBS) seharga Rp 40.000/kg, berat 5 – 12 kg/ekor
(kurau besar/KB) seharga Rp 60.000/kg. Jika berat ikan kurau lebih dari 12 kg/ekor
Konflik Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan 2
Nelayan Bantan Kabupaten Bengkalis
3. TIM PEMBELA NELAYAN TERTINDAS [TPNT]
harganya disamakan dengan ikan kurau ukuran KBS. Ukran ikan kurau yang biasa
tertangkap nelayan rawai berkisar antara 5 – 25 kg/ekor.
KRONOLOGIS KASUS
1. Sejak tahun 1983, kehidupan para nelayan tradisional di Kecamatan Bantan
terancam oleh pengoperasian jaring batu yang merambah ke daerah tangkapan
nelayan tradisional.
2. Pada tanggal 6 Januari 2003, Bupati Bengkalis mengeluarkan surat Keputusan
(SK) No 52/2003 tentang Pelarangan Pengoperasian Jaring Batu/Jaring Kurau
(Bottom Gill Net) di Wilayah Perairan 0 – 4 mil Kabupaten Bengkalis. Para
nelayan berpendapat bahwa SK ini tidak sesuai dengan tuntutan para nelayan
tradisional selama ini yang menuntut wilayah perairan dari Tanjung Jati sampai
Tanjung Sekodi, 0 – 12 mil, bebas dari pengoperasian jarig batu. SK ini dianggap
tidak tegas dalam implementasi teknis pelaksanaan operasional di lapangan serta
terlalu memberikan peluang bagi nelayan dan pengusaha jaring batu untuk
mengoperasikan alat tangkapnya di wilayah nelayan tradisional rawai. Inilah
yang senantiasa menyulut konflik wilayah tangkap antara kelompok nelayan
tradisional rawai dan kelmpok jaring batu.
3. Pada tahun 2002 para nelayan dan pengusaha jaring batu yang dikoordinir oleh
Jang Karim alias Jang Rombong telah melakukan penganiayaan terhadap Azis
dan Syafri, nelayan Desa Teluk lancar, dengan senjata tajam dan mengakibatkan
luka bacokan di bagian kepala. Kedua korban dirawat di Rumah Sakit Umum
(RSU) Bengkalis selama 7 (tujuh) hari. Semenjak itu hingga sekarang, salah
seorang korban, Azis, mengalami cacat dan tidak dapat melaut.
4. Pada bulan Januari 2003, para nelayan dan pengusaha jaring batu yang
dikoordinir oleh jang Karim alias Jang Rombong telah melakukan penyerangan
terhadap nelayan rawai Kecamatan Bantan dengan panah dan mengakibatkan
Bapak Kadar, nelayan dari Desa Teluk Pambang terluka parah di bagian perutnya
dan di rawat di RSU Bengkalis.
5. Para nelayan bersaksi bahwa, kelompok nelayan jaing batu telah mempersenjatai
diri dengan senjata api laras panjang dan senjata tajam lainnya berupa tombak,
panah, parang (samurai), dan senjata tajam lainnya. Terhadap kepemilikan senjata
api ini, walaupun telah diketahui oleh pihak kepolisian Bengkalis dan TNI AL,
namun sampai saat ini aparat keamanan belum mengambil tindakan tegas.
6. Pada tanggal 31 Januari 2005, Nelayan tradisional Desa Teluk Pambang telah
melakukan penangkapan terhadap 1 (satu) unit kapal pengusaha jaring batu dan
Konflik Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan 3
Nelayan Bantan Kabupaten Bengkalis
4. TIM PEMBELA NELAYAN TERTINDAS [TPNT]
telah diserahkan kepada Camat dan Kepala Kepolisian Sektor (Kapolsek) Bantan
untuk ditindak lanjuti sesuai prosedur hukum yang berlaku.
7. Pada tanggal 14 Pebruari 2005, masyarakat nelayan tradisional rawai bersama
masyarakat nelayan Kecamatan Bantan lainnya melakukan aksi damai di Gedung
Cik Puan Bengkalis sebagai bentuk protes terhadap kebijakan Bupati Bengkalis
mengganti Camat bantan yang oleh masyarakat dinilai cukup baik menyerap
aspirasi masyarakat. Nelayan mendesak agar penggantian tersebut ditunda
dahulu hingga diperoleh kejelasan proses terhadap kapal jaring batu yang
ditangkap sebelumnya (31 Januari 2005). Dalam aksi tersebut aparat Polisi
Pamong Praja memprovokasi warga dengan cara mengeluarkan pisau sangkur
sambil mengancam warga. Melihat itu masyarakat bereaksi dengan
melemparinya dengan batu. Lemparan tersebut beberapa diantaranya mengenai
kaca jendela gedung hingga pecah.
8. Pasca aksi tersebut 7 (tujuh) orang warga ditangkap dan ditahan di Mapolres
Bengkalis selama 7 (tujuh) hari dan selama beberapa waktu ditangguhkan
penahannya dengan wajib lapor setiap hari Senin dan Kamis (untuk batas waktu
kurang lebih tiga bulan) setelah mendapat jaminan dari Bapak Bahur (Anggota
DPRD Bengkalis).
9. Dalam penangkapan salah satu dari 7 (tujuh) orang warga tersebut, Fadlah, warga
Desa Bantan Tengah, dilakukan oleh aparat polisi dengan cara mendongkan
senjata (pistol) hingga mengakibatkan istri Fadlah pingsan dan dirawat di RSU
Bengkalis selama 2 (dua) hari.
10. Selama istri Fadlah dirawat di RSU Bengkalis serta selama Fadlah berada di
Mapolres Bengkalis, telah terjadi pencurian di rumah yang bersangkutan hingga
mengakibatkan kerugian harta benda sekitar lima juta rupiah.
11. Terdapat 8 (delapan) orang nelayan rawai yang menjadi target operasi
penangkapan dan kriminalisasi oleh pihak Kepolisian termasuk terhadap Sdr Abu
Samah, Ketua Solidaritas Nelayan Kecamatan Bantan (SNKB) Bengkalis sehingga
masyarakat nelayan rawai merasa was-was, resah dan dicekam ketakutan.
12. Sepanjang tahun 1983 – 2004 telah terjadi 34 kali pertikaian (bentrokan terbuka di
tengah laut) antara kelompok nelayan rawai dan kelompok jaring batu. Kondisi
ini mengakibatkan secara psikologis warga nelayan tradisional rawai ketakutan
untuk melaut. Kondisi berpengaruh pada kondisi kesejahteraan dan kemampuan
masyarakat untuk memenuhi kebutuhan ekonominya.
13. Sejak bulan Januari – Juni 2005, konflik antara nelayan rawai dan nelayan jaring
batu terus terjadi dan mengancam hak hidup dan hak atas rasa aman bagi para
Konflik Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan 4
Nelayan Bantan Kabupaten Bengkalis
5. TIM PEMBELA NELAYAN TERTINDAS [TPNT]
nelayan tradisional (vide Pasal 9, 29 dan 30 UU No 39/1999 tentang Hak Azasi
Manusia).
14. Dalam konflik terakhir pada tanggal 15 Juni 2005, sekitar pukul 19.00 WIB, 6
(enam) orang nelayan tradisonal rawai yang berasal dari Desa Teluk Lancar,
Kecamatan Bantan, masing-masing Nurdin, Rusli, Husin, Hasan, Isadan dan Man,
diserang oleh kelompok nelayan jaring batu yang dipimpin dan dikoordinasi oleh
Jang Karim alias Jang Rombong. Keenam warga tersebut diserang dan disandera
bersama 2 (dua) buah kapal nelayan mereka. Kejadian berlangsung di tengahlaut
di perairan Desa Kembung Luar. Satu buah kapal milik nelayan rawai ditabrak
dan ditenggelamkan di tengah laut. Kelaompok jaring batu selanjutnya
melakukan penganiayaan terhadap keenam nelayan rawai. Beberapa jam
kemudian, 5 (lima) orang dari nelayan yang disandera dilepaskan oleh kelompok
jaring batu, sementara salah seorang warga nelayan atas nama Nurdin, 33 tahun,
tetap disandera dan dianiaya diatas kapal milik kelompok jaring batu.
15. Satu orang korban nelayan atas nama Nurdin setelah 1 (satu) hari disandera oleha
kelompok jaring batu, selanjutnya pada tanggal 16 Juni 2005 dilelapsakan lalu
diserahkan kepada pihak Kepolisian Sektor (Polsek) Rangsang. Pada tangal 17
Juni 2005, Nurdin dipindahkan oleh aparat Polsek Rangsang ke Mapolsek Tebing
Tinggi dengan status tidak jelas (Saksi atau Tersangka). Aparat kepolisian hanya
menyatakan bahwa Nurdin “diamankan”. Seelah 3 (tiga) hari “diamankan” di
Mapolsek Tebing Tinggi, pada tangal 20 Juni 2005 sekitar pukul 07.00 WIB Nurdin
dipindahkan ke Mapolres Bengkalis masih dengan status tidak jelas. Dalam
rentang waktu penyanderaan oleh kelompok jaring batu hinga ke pihak aparat
kepolisian, pihak keluarga, tima advokasi nelayan rawai selaku pendamping di
lapangan dan Tim Kuasa Hukum SNKB Kabupaten Bengkalis tidak pernah
diberikan tembusan/pemberitahuan menyangkut status dan keberadaan Nurdin.
Ketika pihak Tim Pengacara dan keluarga korban hendak mengkonfirmasi
tentang status Nurdin, pihak Polres Bengkalis (Kasat Reskrim AKP Borowindu)
saat dihubungi hanya menyatakan bahwa Nurdin hanya diamankan dan diambil
keterangan.
16. Pada tanggal 20 Juni 2005 sekitar pukul 16.00 WIB, Nurdin dibebaskan dari
Mapolres Bengkalis dan bisa kembali ke rumahnya di Desa Teluk Lancar
Kecamatan Bantan. Saat kembali ke rumahnya, Nurdin dalam kondisi terdapat
lebam pada wajahnya serta beberapa bagian tubuhnya memar-memar. Korban
juga mengeluhkan rasa sakit pada bagian kepala dan pendengarannya. Kondisi
psikologis korban juga masih trauma pasca peristiwa penyanderaan dan
penahanan yang dilakukan oleh kelompok jaring batu dan aparat kepolisian.
17. Pada tanggal 20 Desember 2005, SNKB melakukan ronda laut dan menangkap
dua unit kapal jaring batu bersama 7 orang ABK (salah satunya memakai seragam
Konflik Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan 5
Nelayan Bantan Kabupaten Bengkalis
6. TIM PEMBELA NELAYAN TERTINDAS [TPNT]
TNI AL), satu unit kapal bersama 5 orang ABKnya dibawa ke tepi sedangkan satu
unit lagi beserta 2 orang ABK ditinggalkan. Satu unit kapal jaring batu bersama 2
orang ABK kembali ke Rangsang. Satu unit kapal jaring batu yang ditahan beserta
5 orang ABK diserahkan warga ke Aparat Kepolisian.
18. Aksi penangkapan yang dilakukan SNKB dibalas dengan penyerangan terhadap
nelayan rawai. Pada saat terjadi kejar mengejar tersebut, 2 kapal pompong milik
nelayan suku asli yang menggunakan alat tangkap tradisional Jaring Udang
ditabrak kapal jaring kurau. Satu buah pompong hancur dan tenggelam
sedangkan pemilik pompong dipukuli dengan menggunakan besi sehingga
mengalami luka parah hingga harus dirawat di RSU Bengkalis. Selanjutnya
nelayan jaring batu menyandera 11 orang nelayan rawai dan membakar 4 buah
pompong nelayan rawai yang dibawa ke Rangsang.
19. Nelayan jaring batu menyerang nelayan rawai di perairan Desa Teluk Pambang.
Tiga orang nelayan rawai Teluk Pambang (Alung, Atan dan Harun) disandera
dan dianiaya oleh nelayan jaring batu hingga luka parah. Pompong nelayan rawai
dibakar di Rangsang.
20. Pada tanggal 29 April 2006, satu buah kapal jaring batu ditangkap masyarakat
Desa Selat Baru Kecamatan Bantan dan kemudian terjadi pembakaran oleh
masyarakat. Kapal jaring batu itu bernama ”Kurau” atas nama pemilik Wahyudin
(Bengkalis). Sebelumnya kapal yang sama sudah pernah ditangkap juga pada
tanggal 15 Februari 2006 dan kemudian dilepaskan pada tanggal 16 Februari 2006,
dengan perjanjian bahwa Wahyudin, seorang anggota TNI dan sekaligus juga
pemilik kapal berjanji tidak akan melaut lagi disekitar Desa Selat Baru dibawah
perairan 4 mill. Namun janji itu ia langgar sendiri sehingga membuat masyarakat
marah dan melakukan tindakan anarkis terhadap kapal tersebut, karena pada saat
penangkapan terjadi Wahyudin yang seorang Sersan Kepala di Koramil Bengkalis
itu sedang berpakaian dinas lengkap dan telah melakukan penangkapan ikan
kurau diperairan tersebut selama empat hari.
21. Penangkapan terjadi sekitar pukul 10.00 WIB, selain Wahyudin, ABK yang lain
yakni Abd. Rahman (41 tahun), dan Alwi (24 tahun). Setelah penangkapan SNKB
segera melaporkan dan membuat berita acara ke pihak Polsek Bantan, namun
mereka menolak untuk membuat berita acara penangkapan tersebut sehingga
serah terima ABK kapal ini dilakukan pada pihak Danramil Bengkalis (Sl.
Harahap) dan mengetahui Kapolsek Bantan (M. Nasution)
22. Hingga saat ini, kondisi masyarakat nelayan di sekitar Kecamatan Bantan masih
mencekam dan diliputi rasa ketakutan serta was-was akan adanya
ancaman/serangan dari kelompok jaring batu serta ancaman kriminalisasi dan
sikap keberpihakan aparat keamanan terhadap kelompok jaring batu.
Konflik Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan 6
Nelayan Bantan Kabupaten Bengkalis
7. TIM PEMBELA NELAYAN TERTINDAS [TPNT]
23. Sejak konflik ini berlangsung, selain ancaman kekerasan dan teror fisik maupun
mental yang dilakukan oleh kelompok nelayan jaring batu terhadap kelompok
nelayan Bantan, pemenuhan hak-hak dasar nelayan rawai khususnya hak
ekonomi, sosial dan budaya (hak ekosob) juga tidak dapat terpenuhi dengan
maksimal.
Konflik Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan 7
Nelayan Bantan Kabupaten Bengkalis
8. TIM PEMBELA NELAYAN TERTINDAS [TPNT]
TABEL RINGKASAN URUTAN KEJADIAN
KONFLIK NELAYAN TRADISIONAL RAWAI DENGAN NELAYAN PENGUSAHA JARING BATU
Waktu Bentuk Konflik Skala dan Intensitas Lokasi
1970 Nelayan tradisional menangkap ikan -
s/d kurau dengan rawai menggunakan
1979 sampan dayung
1981 Perburuan terhadap ikan kurau mulai -
intensif dilakukan oleh jaring batu yang
menggunakan kapal motor
1983 Perkelahian nelayan jaring batu dengan Nelayan jaring batu menabrak rawai. Teluk Pambang
nelayan rawai di laut Nelayan rawai mendapat intimidasi aparat yang
mem-becking pemodal jaring batu.
Karena ketakutan masyarakat melarikan diri ke
Malaysia.
1984 Nelayan jring batu leluasa beroperasi di -
perairan Bantan tanpa ada perlawanan
dari nelayan rawai
1985 Dinas Perikanan Bengkalis melakukan Nelayan jaring batu beroperasi di wilayah 0-3 mil Teluk Pambang
penangkapan terhadap satu unit kapal dan menabrak rawai
motor jaring batu
1986 Penagkapan satu unit jaring batu oleh Nelayan jaring batu menabrak rawai Teluk Pambang
nelayan rawai dan dibawa ke pantai
Desa Teluk Pambang
1987 Bentrokan nelayan rawai dengan Nelayan jaring batu menabrak rawai Teluk Pambang
nelayan jaring batu di laut
Konflik Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan 8
Nelayan Bantan Kabupaten Bengkalis
9. TIM PEMBELA NELAYAN TERTINDAS [TPNT]
1988 Bentrokan nelayan rawai dengan Nelayan jaring batu menabrak rawai Teluk Pambang
nelayan jaring batu di laut
1988 Bentrokan nelayan rawai dengan Nelayan jaring batu menabrak rawai Teluk Pambang
nelayan jaring batu di laut Nelayan rawai membalas dengan memotong
pelampung jaring batu
1990 Bentrokan nelayan rawai dengan Nelayan jaring batu menabrak rawai Teluk Pambang
nelayan jaring batu di laut
1991 Terjadi penangkapan terhadap jaring Jaring batu beroperasi di wilayah tangkap nelayan Teluk Pambang
batu oleh nelayan rawai rawai
1993 Bentrokan nelayan rawai dengan Jaring batu menabrak dan merusak rawai Teluk Pambang
nelayan jaring batu di laut Nelayan rawai membalas dengan memotong tali
jaring batu dan ditinggal lari
1994 Bentrokan nelayan rawai dengan Nelayan jaring batu menabrak rawai Teluk Pambang
nelayan jaring batu di laut
1995 Dinas Perikanan Bengkalis, Camat Tiga unit kapal jaring ditangkap karena melanggar Teluk Pambang
Bantan dan Kades Teluk Pambang perjanjian sebelumnya
melakukan patroli
1996 Bentrokan nelayan rawai dengan Nelayan jaring batu menabrak rawai Teluk Pambang
nelayan jaring batu di laut
1997 Nelayan rawai melakukan ronda laut Menangkap dua unit kapal jaring batu Teluk Pambang
7 Juli Masyarakat menagkap jaring batu dan Tiga unit kapal jaring batu dibakar di pantai Teluk Pambang
1998 dibawa ke pantai
Konflik Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan 9
Nelayan Bantan Kabupaten Bengkalis
10. TIM PEMBELA NELAYAN TERTINDAS [TPNT]
8 Juli Nelayan rawai melakukan Tiga unit kapal jaring batu dibawa ke pantai Teluk Pambang
1999 penangkapan terhadap jaring batu yang
beroperasi di perairan Desa Teluk
Pambang
20 Juli Terjadi penangkapan kapal jaring batu Jaring di bakar dan kapal dibawa ke pantai Bantan Air
1999 di perairan antara Desa Bantan Air dan
Desa Muntai
29 Jan Nelayan Desa Teluk Pambang Dua unit kapal jaring batu tertangkap dan dibawa Teluk Pambang
2000 melakukan penangkapan terhadap ke pantai
kapal jaring batu
12 Peb Nelayan Desa Selat Baru melakukan Satu unit kapal jaring batu ditahan masyarakat Selat Baru
2000 penangkapan terhadap kapal jaring
batu
18 Mei Nelayan Desa Selat Baru dan Desa Lima unit kapal jaring batu tertangkap Teluk Pambang
2000 Teluk Pambang yang tergabung dalam
SNKB melakukan penangkapan
terhadap kapal jaring batu
9 Sep Nelayan yang tergabung dalam SNKB Dua unit kapal jaring batu ditahan SNKB Jangkang
2000 melakukan penangkapan kembali
terhadap kapal jaring batu
25 Peb SNKB melakukan penangkapan Satu unit kapal jaring batu ditahan SNKB Teluk Pambang
2001 terhadap kapal jaring batu di perairan
Desa Teluk Pambang
21 Juni SNKB melakukan penangkapan Tiga unit kapal jaring batu asal Kecamatan Merbau Teluk Pambang
2001 terhadap kapal jaring batu di perairan ditangkap. Satu unit dibakar di tengah laut dan
Desa Teluk Pambang dua unit dibawa ke pantai
Konflik Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan 10
Nelayan Bantan Kabupaten Bengkalis
11. TIM PEMBELA NELAYAN TERTINDAS [TPNT]
29 Apr Penangkapan kapal jaring batu di Dua unit kapal jaring batu dibakar masyarakat Jangkang
2002 perairan di bawah 4 mil Desa Jangkang Jangkang
20 Okt SNKB kembali melakukan Satu unit kapal jaring batu tertangkap dan dibawa Teluk Pambang
2002 penangkapan terhadap kapal jaring ke pantai
batu di perairan Desa Teluk Pambang
6 Jan Nelayan jaring batu melakukan Satu unit pompong nelayan rawai disandera oleh Teluk Pambang
2003 penyerangan kepada nelayan rawai nelayan jaring batu dan dibawa ke Rangsang
1 Mar Nelayan jaring batu melakukan Satu unit pompong nelayan rawai disandera Teluk Pambang
2003 penyanderaan pompong nelayan rawai nelayan jaring batu
16 Jun Perang terbuka antara nelayan rawai Satu orang nelayan rawai terluka parah terkena Teluk Pambang
2003 dengan nelayan jaring batu di perairan panah nelayan jaring batu
Desa Teluk Pambang Tiga orang nelayan rawai disandera nelayan jaring
batu
Enam orang nelayan jaring batu disandera nelayan
rawai
Satu unit pompong nelayan rawai disandera
nelayan jaring batu
Satu unit kapal nelayan jaring batu disandera
nelayan rawai
3 Juli Penyanderaan nelayan Desa Kembung Dua orang nelayan Desa Kembung Luar beserta Teluk Pambang
2003 Luar oleh nelayan jaring batu satu unit pompong dsandera nelayan jaring batu
Des Terjadi penagkapan terhadap kapal Dua unit kapal dibakar Selat Baru
2003 jaring batu di perairan antara Desa
Jangkang dan Desa Selat Baru
Konflik Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan 11
Nelayan Bantan Kabupaten Bengkalis
12. TIM PEMBELA NELAYAN TERTINDAS [TPNT]
8 Jan Penangkapan kapal jaring batu oleh Dua unit kapal jaring batu ditahan nelayan Selat Baru
2004 Nelayan Desa Selat Baru
Peb Penyanderaan warga Desa Teluk Satu orang warga Desa Teluk Pambang yang Rangsang
2004 Pambang oleh nelayan jaring batu pulang berdagang dari Malaysia disandera selama
2 hari
Juli SNKB bersama Aparat Kepolisian Satu unit jaring batu diamankan aparat, satu orang Selat Baru
2004 Bengkalis dan Sekcam Bantan nelayan jaring batu (Jang Karim) diproses dan satu
menangkap kapal jaring batu yang orang nelayan Selat Baru ditahan atas tuduhan
beroperasi dibawah 4 mil penganiayaan
Kejadian ini berbuntut aksi demo nelayan rawai ke
DPRD Bengkalis
8 Agust Penangkapan jaring batu oleh SNKB Satu unit kapal jaring batu ditahan dan ABK Teluk Pambang
2004 dipukuli nelayan rawai (dari keterangan SNKB,
masyarakat melampiaskan emosinya karena
penangkapan terhadap Jang karim yang dianggap
gembong jaring batu pada beberapa waktu
sebelumnya tidak mendapat sanksi apa-apa dari
aparat kepolisian)
26 Apr Nelayan Rawai Desa Selat Baru Satu unit kapal jaring batu asal Desa Meskom Jangkang
2005 melakukan ronda laut ditangkap dan dibawa ke Teluk Pambang karena
beroperasi kurang dari 4 mil di perairan Tanjung
Mayat (Desa Jangkang)
Tiga orang ABK diamankan warga
Kapal tidak dilengkapi surat menyurat
27 Apr Nelayan Desa Teluk Pambang dan Desa Satu unit kapal jaring batu asal Tanjungbalai Teluk Pambang
2005 Selat Baru melakukan ronda laut Karimun ditangkap dan dibawa ke Teluk Pambang
Lima orang ABK diamankan warga
Konflik Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan 12
Nelayan Bantan Kabupaten Bengkalis
13. TIM PEMBELA NELAYAN TERTINDAS [TPNT]
28 Apr Nelayan Teluk Pambang membakar Dua kapal jaring kurau yang ditangkap Teluk Pambang
2005 kapal jaring kurau sebelumnya dibakar warga
Aksi ini dilakukan karena pada malam harinya
oknum TNI AL dengan membawa senjata lengkap
memaksa nelayan menyerahkan kapal jaring kurau
yang ditahan warga
Oknum TNI AL tidak bersedia untuk berunding
dengan nelayan dan memilih menghindar
29 Apr SNKB melakukan penangkapan Tujuh kapal jaring batu asal Tanjungbalai Karimun Teluk Pambang
2005 terhadap kapal jaring batu ditangkap warga dan dibakar warga
Aksi ini dilakukan warga karena tidak ada
ketegasan aparat kepolisian, Dinas Perikanan
Bengkalis dan DPRD untuk penyelesaian konflik
dan menjamin nelayan untuk aman melaut,
mencari penghidupan
13 Mei Nelayan jaring batu menyerang Desa Empat kapal jaring batu memasuki wilayah Teluk Pambang
2005 Teluk Pambang tangkap nelayan rawai Desa Teluk Pambang
dengan jarak ± 2 mil bertujuan memancing reaksi
nelayan rawai untuk berperang.
Nelayan jaring batu mengejar-ngejar nelayan rawai
15 Juni Nelayan jaring batu menyerang nelayan Satu buah pompong nelayan Desa Teluk Lancar Kembung Luar
2005 rawai ditabrak dan ditenggelamkan di laut
Enam orang nelayan rawai disandera dan dianiaya
Satu orang dibawa ke Rangsang dan 5 orang
dilepaskan di tengah laut
Tidak ada proses apapun terhadap nelayan jaring
batu yang melakukan penganiayaan bahkan
nelayan rawai sebagai korban dipersulit aparat
kepolisian
Konflik Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan 13
Nelayan Bantan Kabupaten Bengkalis
14. TIM PEMBELA NELAYAN TERTINDAS [TPNT]
12 Des SNKB melakukan ronda laut Dua unit kapal jaring batu ditangkap bersama 7 Selat Baru
2005 orang ABK (salah satunya memakai seragam TNI
AL), satu unit kapal bersama 5 orang ABKnya
dibawa ketepi sedangkan satu unit lagi beserta 2
orang ABK ditinggalkan
Satu unit kapal jaring batu bersama 2 orang ABK
kembali ke Rangsang
Satu unit kapal jaring batu yang ditahan beserta 5
orang ABK diserahkan warga ke Aparat
Kepolisian
12 Des Nelayan jaring batu menyerang dan Aksi penangkapan yang dilakukan SNKB dibalas Bantan Air
2005 menyandera nelayan rawai dengan penyerangan terhadap nelayan rawai
Pada saat terjadi kejar mengejar tersebut, 2 kapal
pompong milik nelayan suku asli yang
menggunakan alat tangkap tradisional Jaring
Udang ditabrak kapal jaring kurau. Satu buah
pompong hancur dan tenggelam sedangkan
pemilik pompong dipukuli dengan menggunakan
besi sehingga mengalami luka parah hingga harus
dirawat di RSU Bengkalis.
Selanjutnya nelayan jaring batu menyandera 11
orang nelayan rawai dan membakar 4 buah
pompong nelayan rawai yang dibawa ke Rangsang
15 Jan Nelayan jaring batu menyerang nelayan 3 orang nelayan rawai Teluk Pambang (Alung, Teluk Pambang
2006 rawai di perairan Desa Teluk Pambang Atan dan Harun) disandera dan dianiaya oleh
nelayan jaring batu hingga luka parah. Pompong
nelayan rawai dibakar di Rangsang
Konflik Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan 14
Nelayan Bantan Kabupaten Bengkalis
15. TIM PEMBELA NELAYAN TERTINDAS [TPNT]
Jaring Batu/Jaring Kurau (bottom gill net)
Ukuran mata jaring Diameter batu pemberat Tumpukan jaring di kapal
jaring batu
Hauler (penarik jaring dari Pelampung jaring Kapal jaring batu
pengoperasiannya)
Konflik Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan 15
Nelayan Bantan Kabupaten Bengkalis
16. TIM PEMBELA NELAYAN TERTINDAS [TPNT]
Pancing Rawai (long line)
Rawai dalam bakul rawai Pelampung rawai Pancing rawai
Kapal rawai
Konflik Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan 16
Nelayan Bantan Kabupaten Bengkalis
17. TIM PEMBELA NELAYAN TERTINDAS [TPNT]
Dokumentasi Peristiwa Terkini
Proses pembuatan berita acara Pihak-pihak yang hadir dalam Pancing rawai
serah terima ABK proses serah terima
Serka Wahyudin (anggota
Koramil Bengkalis)
Pemilik kapal “kurau” jaring
batu asal Bengkalis
Tertangkap tangan saat
menangkap ikan bersama ABK
nya
Konflik Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan 17
Nelayan Bantan Kabupaten Bengkalis