Dokumen ini menggambarkan kronologi sengketa agraria antara petani dengan perusahaan perkebunan di Kabupaten Kampar, Riau. Sengketa ini telah berlangsung sejak 2005 dan menimbulkan berbagai insiden seperti pengerusakan lahan, intimidasi terhadap petani, serta bentrokan antara petani dengan oknum-oknum yang didatangkan pihak tertentu. Aksi unjuk rasa petani ke instansi terkait juga berakhir dengan penanganan kasar ole
Kronologis kejadian dugaan kriminalisasi petani di polres kampar
1. Kronologis Kejadian Dugaan Kriminalisasi PETANI di Polres Kampar
Tanggal 13 Juni 2009, masyarakat 9 desa (Kijang Rejo, Falmbaian, Sikijang, Alamanda, Pantai
Cermin, Flamboyan, Indrapuri, Sumber Makmur, Akasia) melakukan pengamanan terhadap 34
orang yang diduga melakukan pengerusakan terhadap kebun-kebun masyarakat yang terletak di
desa Sikijang, kecamatan Tapung Hilir. Kebun masyarakat tersebut, sebelumnya bersengketa
dengan Koperasi Enggal Surya Mitra yang dipunyai oleh Kelompok Tani Topas Karya Indah,
merupakan mitra kerja PT Arindo Tri Sejahtera anak perusahaan Surya Dumai Group. Sengketa
ini sudah ada sejak tahun 2005 (sesuai dengan izin prinsip yang dikeluarkan oleh Bupati kampar,
Jefry Noer kepada PT Arindo Tri Sejahtera). Padahal, masyarakat sudah melakukan kelola lahan
sejak tahun 1995 dan ada yang memulai tahun 1997. Kasus ini kemudian memasuki ranah
Peradilan Perdata di Pengadilan Negeri Bangkinang dengan nomor: 01/PDT/G/2008/PN.BKN
dan proses bandingnya sedang berjalan di Pengadilan Tinggi Riau.
Tanggal 13 Juni 2009 lalu, 34 orang yang diduga melakukan pengerusakan lahan masyarakat,
diserahkan masyarakat kepada Kepolisian Sektor Tapung Hilir dan polisi menolak membuat
tanda taerima laporan secara resmi, melainkan masyarakat hanya dibuatkan tanda terima ke 34
orang yang diamankan warga, namun tanda terima yang ditulis dengan tulisan tangan tersebut
tidak diserahkan polisi kepada masyarakat (lihat bukti rekaman). Perlu disampaikan bahwa, di
barak-barak pekerja, dan warung-warung, ditempeli fotokopi gambar M. Riduan (Ketua KPD
Serikat Tani Riau kabupaten Kampar). Dan diduga kalau kawan Riduan dijadikan sebagai target
penculikan seperti yang dituturkan oleh Yustinus (salah seorang yang diduga melakukan
pengerusakan) bersama salah seorang kawannya kepada masyarakat.
Namun, setelah masyarakat menyerahkan 34 orang tersebut, kepolisian diduga melepaskan
mereka semua tanpa menindaklanjuti laporan masyarakat. Inilah kemudian yang membuat
masyarakat melakukan aksi ke Polres kampar. Seorang polisi Tapung Hilir mengirimkan pesan
ke salah seorang anggota STR tanggal 14 Juni 2009 dengan kalimat: “atas perintah pa Ka Pol
Sek tadi malam, org tsb diserahkan kpd kepala rombongannya kira kira jam 23 kepala
rombonga menjemput dan besok hari senen ke bangkinang.” (sms diterima anggota STR
tanggal 14 Juni 2009 12:34:03). Ini bukti kalau Polisi diduga melakukan tindakan tangkap-lepas.
Apakah ini prosedur hokum yang berlaku?
Aksi yang dilakukan oleh Komite Pimpinan Daerah Serikat Tani Riau Kampar yang mulai
bergerak pada pukul 05.30 dengan titik kumpul di pasar minggu desa Kijang Rejo yang
beranggotakan lebih kurang 200 orang untuk melakukan aksi tuntutan permasalahan sengketa
agrarian. Anggota Serikat Tani Riau mulai bergerak pada pukul 08.30 menuju kantor Bupati
dengan menggunakan 4 Colt Diesel, 5 Pick Up dan 6 kendaraan roda Dua. Sesampainya masa di
kantor Bupati Kampar Masa menyampaikan tuntutan mereka dan meminta delegasi dari Pihak
Petani sebanyak 7 orang untuk berdialog. Di kantor bupati delegasi di terima oleh Wakil Bupati
Teguh Sahono, SP dengan menghasilkan 2 Kesepakatan 1. Pemerintah Kabupaten Kampar akan
segera membentuk tim terpadu untuk penyelesasian masalah sengketa antara masyarakat
penggarap/pemilik lahan dengan kelompok tani Karya Indah yang bermitra dengan PT. Arindo
Tri Sejahtera. 2. Pemda kampar akan mengundang Pihak Topaz, kades sikijang, kades Kijang
Rejo, Camat Tapung Hilir, Asisten I, kabag Pemdes, kabag Pemerintahan, BPN Kampar, Dinas
Kehutanan Kampar dan Dinas Perkebunan Kabupaten kampar yang waktunya akan di
koordinasinkan dengan Bupati kampar. Selesai melakukan tuntutan di Kantor Bupati sekitar
pukul 14.30 masa melanjutkan aksi ke kantor polisi.
2. Setiba di kantor polisi mereka kembali melakukan orasi dengan tuntutan untuk menghentikan
intimidasi terhadap kaum tani yang mengolah lahan sekarang juga. Dan hal yang sama juga
kembali untk meminta kepada masa aksi untuk mengirimkan perwakilan dan di utuslah 7 orang
kawan untuk melakukan dialog namun tanpa ada hasil dari pertemuan tersebut 5 orang kawan di
minta untuk meninggalkan ruangan pertemuan, sempat terjadi perdebatan dan mempertanyakan
mengapa kita di minta untuk keluar namun pihak kepolisian berdalih bahwa di luar masa aksi
tidak ada yang menjaga. Akhirnya 5 orang kawan meninggalkan ruangan tanpa di ikuti oleh
kawan M. Riduan dan Chandra Manurung. Beberapa waktu setelah keluar sembari menunggu
dua orang kawan yang tidak kunjung keluar dan sudah ada tanda-tanda dari pihak kepolisian
untuk membubarkan masa aksi. Akhirnya masa aksi di bubarkan secara paksa oleh pihak
kepolisian. Setelah berjalan beberapa ratus meter dari kantor polisi masa aksi kembali untuk
melakukan aksi ke kantor kapolres namun sesampainya di depan pagar kapolres masa aksi
langsung di bubarkan kemabli oleh kepolisian dengan tindakan represif dan membai buta, 1
orang kawan sampai kehilangan anting-anoting akibat penarikan yang dilakukan oleh pihak
kepolisian,1 orang kawan di tarik tangannya dan di jepit dipagar hingga tangganya memar dan
keseleo. 3 orang kawan di tangkap tanpa alasan yang jelas.
Tanggal 30 Agustus 2009, sejumlah Tentara Nasional Indonesia (TNI) berpakaian seragam –
diperkirakan berjumlah 8 orang – melakukan pengawalan terhadap alat berat. Hal ini sempat
melahirkan perdebatan di tengah masyarakat. Dari negosiasi yang alot dilakukan oleh
masyarakat dan tentara, akhirnya pihak TNI keluar dari lokasi sengketa.
Tanggal 26 Oktober 2009, sebanyak 18 TNI berpakaian lengkap diduga melakukan pengawalan
terhadap alat berat (karena alat berat dan TNI masuknya bersamaan). Jumlah ini terus bertambah
ditanggal 27 Oktober 2009 hingga diperkirakan mencapai 34 orang. Hal ini sempat menimbulkan
tandatanya, sebab TNI berencana melakukan latihan militer di lahan konflik dimaksud. Setelah
melakukan pertemuan antara TNI yang diketahui berasal dari 132 Batalyon Salo tersebut dengan
masyarakat setempat, maka diambillah kesimpulan kalau TNI tidak akan mengintervensi/ikut
campur persoalan konflik lahan dimaksud.
Tanggal 2 November 2009, sejumlah orang tak dikenal (OTK) diperkirakan 20 orang lebih,
dimobilisir oleh pihak tertentu ke lahan sengketa yangterltak di Kijang Rejo. Hal ini kemudian
menimbulkan bentrokan antara masyarakat dengan kelompok OTK yang kemudian diketahui
sebagian besarnya berasal dari Pekanbaru. Akibat bentrokan tersebut, Remon (nama lelaki ini
diketahui dari kepolisian Sektor Tapung), salah seorang yang ikut dalam kelompok OTK itu,
tewas akibat bentrokan. Namun, sang mobilisator hingga sekarang tidak dikenakan sanksi
apapun.
Tanggal 5 November 2009, Suryono dan Haryono, warga Kijang Rejo, saat mnghadiri sidang M.
Riduan dan Chandra M, keduanya ditahan dikepolisian dengan dugaan terlibat kasus bentrokan
antara warga dengan OTK pada 2 November 2009 lalu.
Tanggal 8 November 2009, kembali terjadi mobilisasi massa OTK oleh orang tak dikenal
sejumlah 30 orang melakukan pengawalan terhadap alat berat di lokasi sengketa.