1. Abangan?
•Islam KTP
•Kejawen
•Punya kelompok sendiri
•Islam radikal
•Abangan gak ngerti
•Kemerahan
•Lawan putihan
•Punya kepercayaan sendiri
•Islam liberal
•Tidak melaksanakan syari’at
•Berbeda
•Munafik?
•Aliran mistik/mistisime
•Sinkretik
2. •Syekh Siti Jenar, Syekh Lemah Abang (Tanah Merah) 1920
•Sarekat Islam Putih (HOS Tjokroaminata, H. Samanhudi) atau Sarekat
Islam Merah (Semaun).
3. PERTEMUAN IV
Pola-pola Hubungan Islam dan
Kebudayaan Lokal
Pengantar
Pembahasan berikut ini akan mempelajari
Islam sebagai sistem doktrin berhubungan
dengan kebudayaan sebagai sistem nilai dan
norma di dalam realitas kehidupan
masyarakat.
Islam dalam konteks kebudayaan lokal dapat
pula dilihat sebagai keragaman keagamaan
(Islam) itu sendiri di dalam masyarakat
pemeluknya.
4. Islam dalam Kebudayaan Lokal
Artinya: “Realitas keislaman dalam lingkungan geografis,
etnis, dan budaya tertentu atau tradisi kecil (the little
tradition).
Atau, realitas Islam dalam dialognya dengan budaya lokal
berdasarkan pemahaman serta pelaksanaan agama sesuai
dengan konteks dan kemampuan masyarakat lokal.
Lebih khusus lagi, adalah sistem kepercayaan dalam
keterhubungannya dengan kebudayaan lokal dalam
geografi, komunitas, dan etnis tertentu.
5. Penyebab Keragaman Beragama
Perbedaan kerangka pemikiran dan alat analisis yang
digunakan dalam pemahaman dan praktek keagamaan
Banyak aliran, kelompok, dan model serta variasi
kebudayaan tempat Islam berkembang
6. Contoh: Pola Ke-Islaman Masyarakat Jawa
Santri, ialah pemeluk agama Islam yang taat dan pada
umumnya terdiri dari pedagang di kota dan petani kaya di
desa.
Priyayi, ialah golongan Islam yang masih memiliki pandangan
Hindu-Budha, yang kebanyakan terdiri dari golongan
terpelajar, golongan atas penduduk kota, terutama golongan
pegawai.
Abangan, ialah golongan petani kecil, yang sedikit banyak
memiliki persamaan dengan ‘religi rakyat’ Asia Tenggara.
Tiga golongan tersebut memiliki subtradisi masing-masing,
sebagaimana masing-masing juga memiliki kecendrungan
keagamaan, sistem ritual, idelogi yang berbeda.
7. Kategorisasi Kelompok Agama
- Santri : syariah
- Abangan: adat
- Priyayi: syariah/adat
- Wong Cilik: syariah/abangan
- Tradisional: NU, emosional, mistis
- Modern : Muhammadiyah, rasional, etis
9. Karakteristik varian keagamaan di
Jawa
- Abangan: petani, pedesaan, pengetahuan
agama kurang
- Santri: taat beribadah, petani kaya di
pedesaan, pedagang dan terpelajar di kota
- Priyayi: elit tradisional, gelar kehormatan,
berpandangan sekuler dan kooperasi
dengan Belanda.
10. Agama Jawa
Dimanifestasikan orang-orang Jawa sebagai
pemeluk Islam
Tiga varian agama masyrakat Jawa hanya
sebagai variasi kebudayaan
Berbeda adat dan agama
15. Simpulan
Pola Hubungan yang akomodatif
Pola Hubungan yang sinkretik
Pola Hubungan yang puritanis-
antagonistik
16. Proses asimilasi dan akulturasi:
diskontinyuitas dan kontinyuitas?
Pola apa yang tepat, ketika berhadapan
dengan kelompok-kelompok yang berbeda?
17. REFERENSI
Baca, Kuntowijoyo, Budaya dan
Masyarakat, hlm. 60-65.
Harsya W. Bachtiar, The Religion of Java:
Sebuah Komentar, dalam Clifford Geertz,
Abangan, Santri, Priyayi dalam
Masyarakat Jawa, hlm. 521-551.
18. Siapa tokoh pertama yang menjadi pelopor
agama Islam di Indonesia?
Budaya Islam yang dicontohkan baginda
Rasul seperti apa? Madura, karapan sapi?
19. Islam di Indonesia tidak hanya di Jawa?
Tarekat Naqsabandiyah di Sumatra kental
dengan budaya lokal? Adat basandi sara’
sara’ basandi kitabullah, Abdul Hamid
Hakim (Ushul Fiqh), Natsir (Masyumi,
DDII), Buya Hamka (Sastrawan, mantan
ketua MUI, Muhammadiyah).
Di Sumatra Barat ada maqam Syekh
Burhanuddin, dan beberapa tempat di
pulau Sumatra
20. Darul Hadis (1960-an)
Ahlussunnah wal Jama’ah
Yakari
Lemkari Golkar
LDII PDIP
LDII ?
La islam illa bil jama’ah, wa la jama’ata
bittha’ah, wal tha’ata illa bil imarah wa la
imarata illa bil bai’ah