SlideShare una empresa de Scribd logo
1 de 14
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LatarBelakang
Dalam bagian ini akan dibahas tiga model inti (nukleus) yaitu, model tetes
cairan, model kulit nukleus, dan model kolektif nukleus. Dipilihnya ketiga model
inti ini karena ketiga model ini dianggap dapat digunakan sebagai dasardalam
membahas sifat-safat nukleus. Nukleon – nukleon penyusun nukleus saling tarik
menarik sehingga jarak antar nukleon menjadi sangat rapat. Nukleon – nukleon
yang ada di permukaan nukleus mendapatkan gaya tarikan yang lebih kuat ke arah
dalam nukleus daripada kemampuannya menarik, dan menyebabkan bentuk dari
nukleus cenderung menjadi bulat seperti setetes cairan. Model kulit inti diangkat
berdasarkan pada suatu kenyataan bahwa nuklida yang memiliki jumlah proton
atau netron sesuai dengan bilangan – bilangan bulat tertentu memiliki stabilitas
yang tinggi, sehingga sukar mengalami reaksi nuklir. Model kolektif nukleus
merupakan hasil penggabungan antara model tetes cairan dan model kulit nukleus.
Dalam pembahasan telah dikemukakan bahwa sifat nuklida radioaktif dapat
meluruhkan sebagian dari massa nuklidanya menjadi bentuk energi radiasi dan
bentuk energi yang lain misalnya dalam bentuk enegi panas, serta menghasilkan
nuklida, ataupun isotop nuklida baru.Energi radiasi hasil peluruhan nuklida
radioaktif antara lain berupa radiasi alfa, radiasi beta, dan radiasi gamma.
Sebelumnya juga telah dikemukakan bahwa dewasa ini telah dikenal adanya
nuklida radioaktif alami dan nuklida radioaktif buatan. Nuklida radioaktif alami
ada yang dapat digolongkan kedalam nuklida-nuklida radioaktif berat yang
mempunyai nomor nuklida (Z) > 83, dan nuklida radioaktif ringan yang
mempunyai nomor nuklida < 83.
1.2 RumusanMasalah
1.2.1 Apa yang dimaksud dengan model-model inti ?
1.2.2 Apa yang Anda ketahui mengenai bagian-bagian dari model-model inti?
1.2.3 Apa yang dimaksud dengan keradioaktifan?
1.2.4 Apa yang Anda ketahui mengenai bagian-bagian dari keradioaktifan?
2
1.3 Tujuan
1.3.1 Mengetahui model-model inti.
1.3.2 Mengetahui bagian-bagian dari model-model inti.
1.3.3 Mengetahui keradioaktifan.
1.3.4 Mengetahui bagian-bagian dari keradioaktifan.
1.4 Manfaat
1.4.1 Dapat mengetahui model-model inti.
1.4.2 Dapat mengetahui bagian-bagian dari model-model inti.
1.4.3 Dapat mengetahui keradioaktifan.
1.4.4 Dapat mengetahui bagian-bagian dari keradioaktifan.
3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Model-Model Inti
Dalam bagian ini akan dibahas tiga model inti (nukleus) yaitu, model tetes
cairan, model kulit nukleus, dan model kolektif nukleus. Dipilihnya ketiga model
inti ini karena ketiga model ini dianggap dapat digunakan sebagai dasardalam
membahas sifat-safat nukleus.
2.1.1.Model Tetes Cairan
Nukleon – nukleon penyusun nukleus saling tarik menarik sehingga jarak
antar nukleon menjadi sangat rapat. Nukleon – nukleon yang ada di permukaan
nukleus mendapatkan gaya tarikan yang lebih kuat ke arah dalam nukleus
daripada kemampuannya menarik, dan menyebabkan bentuk dari nukleus
cenderung menjadi bulat seperti setetes cairan. Hal ini sesuai dengan apa yang
disarankan oleh Gamow (1920) bahwa nukleus itu menyerupai tetes cairan dengan
kerapatan yang tinggi (mendekati bilangan 1014
g/cm3
).
Nukleon-nukleon yang ada di permukaan nukleus mendapatkan gaya tarikan
yang lebih kuat kearah dalam nucleus cenderung menjadi bulat seperti setetes
cairan. (Retug, 2005).
Model ini disebut model tetes cairan karena adanya sejumlah kesamaan
kelakuan antara inti dan tetesan suatu cairan. Kesamaan kelakuan tersebut adalah:
(1).Baik tetes cairan maupun inti, keduanya bersifat homogen dan tidak dapat
dimamfatkan. Tetes cairan tersusun oleh sejumlah atom atau molekul , sedangkan
inti tersusun atas nukleon . Implikasi dari hal ini adalah volume inti sebanding
dengan massa A. Maka jari-jari inti R = r0 A , dengan r0 suatu tetapan dengan orde
1,2 – 1,5 F.
(2). Kemiripan inti dengan tetesan larutan ideal ditunjukkan dengan anggapan
bahwa gaya interaksi antarnukleon adalah sama, tidak memperhatikan muatan
maupun spin nukleon, yakni f n-n f n-p f p-p Hal ini didukung oleh fakta bahwa
energi pengikat inti pada pasangan “ inti cermin” adalah hampir sama, yaitu
penggantian gaya p-p oleh gaya n-n tidak memberikan pengaruh yang berarti
terhadap energi pengikat total.
4
(3). Analog dengan suatu tetes cairan, inti atom akan menunjukkan adanya gaya
tegangan permukaan, gaya yang sebanding dengan luas permukaan inti, sehingga
terdapat gaya sebanding dengan A .
(4) Gambaran umum untuk tetes cairan, yaitu dapat terjadi penggabungan tetesan
kecil menjadi tetesan yang lebih besar atau sebaliknya, pemecahan tetesan besar
menjadi tetesan yang lebih kecil. Hal ini ada kemiripan dengan reaksi fusi dan
fissi pada reaksi inti.
(5). Jika tetes cairan atau inti ditembaki dengan partikel berenergi tinggi, partikel
penembak ditangkap dan terbentuk suatu inti gabungan (inti majemuk).
Kemudian tambahkan eneri partikel yang tertangkap akan secara cepat
didistriusika kepada semua partikel dalam tetesan atau nukleon-nukleon dalam
inti. Proses termalisasi energi ini dalam inti gabunga dapat berlangsung dalam
waktu 10- 10 detik, berantung pada kecepatan partikel penembak.
(6). Pelepasan kelebihan energi (dieksitasi) pada tetesan atau inti majemuk dapat
dilakukan melalui proses berikut :
Pada Tetesan Pada Inti Majemuk
 Pendinginan dengan melepaskan panas
 Penguapan sejumlah partikel
 Pemecahan tetesan menjadi dua tetesan
yang lebih kecil
 Pendinginan dengan memancarkan
radiasi
 Pemancaran satu atau lebih partikel
 Pembelahan inti menjadi dua inti yang
lebih kecil
Nukleon – nukleon yang berbeda jenis setelah membentuk nukleus menjadi
satu kesatuan, dan tidak lagi debagai nukleon yang berdiri sendiri. bila nukleus
menerima suatu aksi dari luar maka seluruh nukleon penyusun nukleus
memberikan reaksi secara bersama – sama. Contoh, bila nukleus ditembak dengan
menggunakan sebuah partikel dan setelah mengenai nukleus partikel berbaur dan
memberikan energi, seterusnya energi itu akan didistribusikan dan diserap oleh
semua nukleon penyusun nukleus sehingga energi dalam seiap nukleon akan naik
dan secara akumulatif energi dalam dari nukleus juga akan naik dan nukleus
dalam keadaan tereksitasi.
5
Dalam keadaan tereksitasi ini sifat dari nukleus menjadi tidak stabil. Untuk
mencapai kestabilannya kembali nukleus akan melakukan reaksi nuklir. Hasil
reaksi nuklir dapat berwujud energi panas, radiasi partikel, dan gelombang
elektromagnet. Terpancarnyya partikel – partikel dari nukleon dapat dianalogkan
dengan teruapkannya molekul – molekul air dari tetes cairan.
Model tetes cairan juga mampu menjelaskan mekanismelogis dari reaksi inti
berenergi rendah, menjelaskan gejala pembelahan dan penggabungan inti. Selain
itu, model tetes cairan memberikan dasar perhitungan energi pengikat inti dan
massa atom secara inti empirik yang dikemukakan Weizsacker yang dapat
diaplikasikan dalam menghitung tetapan jari-jari nuklir dan memperkirakan
nuklida stabil pada deret isobarik peluruhan.
Wieszacker (1935) mendapati sifat inti berhubungan dengan ukuran, massa, dan
energi ikat mirip dengan apa yang tampak pada tetesan cairan.
1. Kerapatan tetes cairan = konstan.
2. Ukurannya sebanding dengan jumlah partikel (molekul cairan).
3. Penguapan panas/energi ikat berbanding lurus dengan massa atau jumlah
partikelyang membentuk tetes cairan.
Model tetes cairan menuntun kita pada formula massa semi empirik
(ketergantungan massa nukleus pada A dan Z)
Konstanta diperoleh secara eksperimen
Konstanta b5 ditentukan dengan skema berikut
6
Rata-rata energi ikat per nukleon dapat dihitung sebagai berikut.
Kerapatan setetes cairan tidak bergantung pada ukurannya. Dengan begitu,
jika tetes itu menyerupai bola, maka radiusnya sebanding dengan akar 3 jumlah
molekulnya.
Hal serupa ditemui pada inti, bahwa radius inti (inti dianggap menyerupai
bola) sebanding dengan A^1/3, sehingga kerapatannya tidak bergantung pada
ukuranya.Energi ikat tiap molekul sama, sehingga energi yang diperlukan untuk
memisahkan semua molekul cairan itu sebanding dengan jumlah molekulnya.
Pada inti diketahui hal serupa, bahwa energi ikat rata-rata per nukleon (fraksi ikat)
konstan, yang berarti, energi yang diperlukan untuk memisahkan semua nukleon
sebanding dengan jumlah nukleon.
Pada energi ikat tetes cairan tersebut di atas, dikenakan koreksi efek
permukaan, dikarenakan molekul cairan di permukaan kurang terikat dibanding
molekul di dalam tetes cairan. Untuk energi ikat inti berlaku juga koreksi efek
permukaan serupa. Menurut model tetes cairan, inti berperilaku seperti layaknya
setetes cairan. Model ini termasuk model collective (model collective yang
pertama).
2.1.2 Model Kulit Inti
Model kulit inti diangkat berdasarkan pada suatu kenyataan bahwa nuklida
yang memiliki jumlah proton atau netron sesuai dengan bilangan – bilangan bulat
tertentu memiliki stabilitas yang tinggi, sehingga sukar mengalami reaksi nuklir.
Bilangan – bilangan bulat yang dimaksud adalah 2, 8 , 20, 28, 50, 82, dan 126.
Contoh nuklida yang mempunyai nukleus stabil yang mengandung sejumlah
proton dan netron sesuai dengan bilangan tersebut adalah nuklida
dari 8O16
dan 16S32
. Contoh nuklida dengan nukleus stabil yang mengandung
jumlah proton dan netronnya merupakan bilangan ganjil adalah nuklida
dari 6C13
dan 8O17
. Contoh nuklida dengan nukleus stabil yang mengandung
jumlah protonnya merupakan bilangan ganjil dan netronnya juga merupakan
bilangan genap adalah nuklida 15P31
dan 9F19
. Bila beberapa nuklida dengan
7
nukleus yang memiliki jumlah proton dan netronnya merupakan bilangan genap,
yang bila disusun secara beurutan dari yang kecil ke yang besar hasilnya mirip
dengan jumlah maksimum elektron yang dapat mengorbit di orbital elektron
utama terluar sesuai dengan konfigurasi elektron dalam nuklida – nuklida yang
stabil, yang jika dituliskansecara berurutan hasilnya yaitu 2, 8, 18, 32, 50, dan 72.
Bilangan – bilangan ini sering disebut bilangan ajaib. Oleh karena telah diketahui
bahwa elektron – elektron dalam mengorbit nukleus sesuai dengan tingkatan
energi masing – masing, maka susunan nukleon –nukleon dalam nukleus juga
mirip dengan susunan elektron pada orbital nuklida. Seperti susunan elektron
pada orbital, pengisian kulit – kulit nukleus oleh nukleon – nukleon dapat
diturunkan dari mekanika kuantum dengan menggunakan bilangan kuantum
utama n, kuantum tambahan l, m, dan s.
Nukleon-nukleon pembentuk nukleus bergerak mengorbit pusat nukleus pada
orbitalnya masing-masing sesuai dengan tingkat energinya. Energi yang dimiliki
oleh nukleon yang ada di permukaan nukleus lebih besar dibandingkan dengan
yang ada di pusat nukleus. Untuk mempertahankan posisinya, nukleon yang ada
di permukaan nukleus harus mengeluarkan energi yang cukup besar. Bila
kesediaan energinya kurang maka nukleon-nukleon yang ada di permukaan
nukleus akan mudah meninggalkan posisinya. Bila hal ini terjadi, maka susunan
nukleon pada nukleus akan berubah, artinya terjadi reaksi nuklir. Atas dasar
itulah maka nukleon-nukleon yang ada di permukaan nukleus sangat berperan
dalam proses terjadinya reaksi nuklir.
2.1.3. Model Kolektif Inti
Model kolektif nukleus merupakan hasil penggabungan antara model tetes
cairan dan model kulit nukleus. Dalam model kolektif nukleus susunan nukleon-
nukleon penyusun nukleus berlapis-lapis sebagaimana dijelaskan dalam model
kulit nukleus, akan tetapi bila nukleus menerima tambahan energi dari luar maka
energi itu akan didistribusikan secara merata ke seluruh nnukleon penyusun
nukleus itu. Bila dampak dari penyerapan energi itu menyebabkan nukleus dari
nuklida harus memberikan reaksi, maka reaksi itu merupakan akumulasi dari
semua reaksi yang diberikan oleh semua nukleon penyusun nukleusnya.
8
2.2.Keradioaktifan
Dalam pembahasan telah dikemukakan bahwa sifat nuklida radioaktif dapat
meluruhkan sebagian dari massa nuklidanya menjadi bentuk energi radiasi dan
bentuk energi yang lain misalnya dalam bentuk enegi panas, serta menghasilkan
nuklida, ataupun isotop nuklida baru.Energi radiasi hasil peluruhan nuklida
radioaktif antara lain berupa radiasi alfa, radiasi beta, dan radiasi gamma.
Sebelumnya juga telah dikemukakan bahwa dewasa ini telah dikenal adanya
nuklida radioaktif alami dan nuklida radioaktif buatan. Nuklida radioaktif alami
ada yang dapat digolongkan kedalam nuklida-nuklida radioaktif berat yang
mempunyai nomor nuklida (Z) > 83, dan nuklida radioaktif ringan yang
mempunyai nomor nuklida < 83.
Nuklida-nuklida radioaktif berat berdasarkan kemampuannya meluruh secar
berkelanjutan dapat diklasifikasikan kedalam tiga deret radioaktif. Pertama adalah
deret isotop nuklida uranium 238, yang dimulai dari peluruhan membentuk isotop
nuklida Th-234 yang disertai dengan radiasi alfa, kemudian meluruh membentuk
isotop nuklida U-234 diikuti oleh radiasi beta, dilanjutkan meluruh membentuk
isotop nuklida Th-230 disertai dengan radiasi alfa, kemudian meluruh lagi
membentuk isotop nuklida Ra-226 yang diikuti dengan radiasi alfa, begitu
seterusnya sampai diperoleh suatu nucleus dari nuklida yang stabil.
Deret isotop nuklida kedua adalah U-235, dimulai dari peluruhan yang
menghasilkan isotop nuklida Th-231 yang diikuti oleh radiasi alfa, kemudian
meluruh membentuk isotop nuklida Pa-231 yang disertai dengan radiasi beta,
seterusnya meluruh menjadi isotop nuklida Ac-227 yang diikuti lagi dengan
radiasi alfa, selanjutnya meluruh lagi membentuk isotop nuklida Th-227 yang
disertai dengan radiasi beta, begitu seterusnya sampai diperoleh isotop nuklida
yang mempunyai nucleus stabil.
Deret isotop radioaktif ketiga adalah deret isotop nuklida Th-232, dimulai
dari peluruhan yang membentuk isotop nuklida Ra-228 yang disertai dengan
radiasi alfa, kemudian meluruh membentuk isotop nuklida Th-228 yang disertai
dengan radiasi beta, seterusnya meluruh menghasilkan isotop nuklida Ra-224
yang disertai lagi dengan radiasi alfa, berikutnya meluruh lagi menjadi isotop
9
nuklida Rn-220 yang disertai dengan radiasi alfa, begitu seterusnya sampai
diperoleh isotop nuklida yang mempunyai nucleus stabil. Untuk lebih memahami
isi kajian dari keradioaktifan suatu isotop nuklida maka pada bagian berikutnya
akan dikaji lebih luas dan lebih dalam.
2.2.1 Hukum Pergeseran Radioaktif
Hasil pengamatan Fajans dan Soddy yang dilakukan pada tahun 1913
terhadap peluruhan isotop-isotop nuklida radioaktif yang memancarkan partikel
alfa dan beta mendasari diangkatnya suatu hukum baru yang berkaitan dengan
peristiwa yang dialami oleh nuklida-nuklida radioaktif, yang kemudian
disebut Hukum Pergeseran Radioaktif yang isinya sebagai berikut:
Bila suatu isotop nuklida radioaktif induk meluruhkan partikel alfa dan
menghasilkan isotop nuklida radioaktif anak, yang menyebabkan nomer
massanya (A) berkurang empat dan nomor nuklidanya (Z) berkurang dua. Bila
dicantumkan dalam tabel periodic maka isotop nuklida radioaktif anak akan
diletakkan pada posisi kedua disebelah kiri isotop nuklida radioaktif induk.
Contohnya yaitu: bila isotop nuklida radioaktif 90Th232
memancarkan partikel alfa
atau 2He4
akan menghasilkan isotop nuklida radioaktif 88Ra228
. Dalam tabel
periodik unsur-unsur maka isotop nuklida 88Ra228
tempatnya ada di kolom kedua
sebelum 90Th232
Isi dari hukum pergeseran radioaktif kedua adalah sebagai berikut: bila suatu
isotop nuklida radioaktif induk memancarkan partikel beta akan menghasilkan
isotop nuklida radioaktif anak yang nomor massanya (A) sama dengan
nomor massa isotop nuklida radioaktif induk akan tetapi nomor nuklidanya (Z)
menjadi bertambah satu. Bila dituliskan dalam tabel periodic maka isotop nuklida
radioaktif anak diletakan pada posisi kesatu di sebelah kanan isotop nuklida
radioaktif induk. Contohnya yaitu: bila isotop radioaktif 88Ra228
sebagai induk
memancarkan partikel beta negative dan menghasilan isotop nuklida
radioaktif 89Ac228
sebagai anak. Dalam tabel periodic unsur-unsur maka isotop
nuklida 89Ac228
ditempatkan pada kolom pertama setelah isotop nuklida 88Ra228
.
10
2.2.2.Kinetika Peluruhan Nuklida Radioaktif
Kinetika peluruhan nuklida radioaktif adalah kinetika reaksi order satu. Oleh
karena itu pada pembahasannya digunakan persamaan dan hukum laju reaksi
order satu. Salah satu cara untuk mengetahui bahwa suatu isotop nuklida itu
bersifat radioaktif ialah dengan menentukan laju peluruhannya. Pada tahun 1905
E. Von Schweidler mengemukakan pendapatnya bahwa peluruhan radioaktif itu
dapat dinyatakan dengan teori kemungkinan, misalnya kemungkinan meluruhnya
sebuah nuklida radioaktif hanya tergantung pada selang waktu tertentu. Jika
kemungkinan terjadinya peluruhan dinyatakan dengan p, maka
p = Ldt,
dimana: L = tetapan peluruhan atau tetapan perbandingan
dt = selang waktu.
Berdasarkan kemungkinan terjadinya peluruhan maka dapat dinyatakan pula
kemungkinan tidak terjadi peluruhan dengan suatu persamaan:
1 – p = 1 – L.dt
Kemungkinan suatu nuklida radioaktif meluruh selama 2x selang waktu maka
persamaannya dinyatakan sebagai:
(1 – L.dt)2
untuk nx selang waktu maka persamaaannya dinyatakan sebagai
(1 – L.dt)n
Oleh karena itu n.dt = jumlah dari selang waktu =jumlah keseluruhan waktu =
t, maka persamaannya menjadi :
(( 1 – (Ln.dt)/n)n
= ((1 – (L.t)/n)n
= e –L.t
Bila jumlah nuklida radioaktif semula adalah No, dan nuklida
radioaktif yang belum mengalami peluruhan setelah waktu t adalah N, maka dari
persamaan laju reaksi orde satu dapat diturunkan rumus :
N/No = e –L.t
persamaan tersebut dapat dituliskan dalam bentuk logaritme alam sebagai :
ln (N/No) = -L.t = 2,303 log(N/No) atau L.t = 2,303 log(No/N)
Waktu peluruhan t dapat dihitung dengan persamaan:
t = (2,303/L) log (No/N)
11
Hubungan waktu paruh (t1/2) dengan konstanta laju peluruhan (L) dapat
dinyatakan dengan persamaan:
t1/2 = (2,303/L) log (2/1) atau t1/2 = (2,303/L) log 2 = (0,693)/ L.
Waktu paruh adalah waktu yang diperlukan agar nuklida radioaktif meluruh
separuhnya.
2.2.3.Peluruhan Spontan
Spontanitas peluruhan dapat diketahui dari waktu peluruhan dan energitik dari
dua spesies nuklida sebelum peluruhan terjadi yang berwujud potensial coulomb
(Vc). Besarnya potensial coulomb dinyatakan dengan persamaan berikut:
Vc = (Z1.Z2.e2
) /(R1 + R2)
yang mana diketahui bahwa:
R = Ro. A1/3
dan R = A1/3
sehingga
Vc = 0,96(Z1.Z2.e2
) /( A1
1/3
+ A2
1/3
) MeV
Dimana: e = besar muatan
R = jari-jari nuklida
Ro = tetapan kebebasan dari A yang harganya antara 1,1 10-13
cm s/d 1,6 10-
13
cm
A = nomor atau volume massa dan
Z = nomor atom atau jumlah muatan nuklida.
Bila nuklida radioaktif induk secara spontan meluruh menjadi dua spesies
yang sama dalam nomor atom dan nomor massanya, maka persamaan tersebut
dapat diringkas menjadi:
Vc = 0,96 (Z2
)/A1/3
MeV
Suatu contoh bila dua buah nuklida yang memiliki nomor atom (Z) sama
yaitu 46 dan nomor massa (A) juga sama yaitu 119 yang kedua nuklida tersebut
merupakan hasil pembelahan nuklida radioaktif 92U238
yang bila saling
berinteraksi akan menimbulkan potensial coulomb sebesar Vc = 206 MeV.
Nuklida radioaktif 92U238
dengan spontan dapat pecah menjadi dua buah nuklida
baru yang bernomor atom 46 dan bernomor massa 119 bila diberi energi sebesar
energi bindingnya (Eb). Besarnya energi binding sama dengan energi yang
dibebaskan (Qf) sewaktu dua nuklida tersebut berikatan membentuk
12
nuklida 92U238
kembali. Hasil percobaan yang berhubungan dengan hal ini, Qf =
193 MeV. Berdasarkan hasil uraian di atas dapat disimpulkan bahwa peluruhan
spontan akan terjadi bila harga Vc > Qf.
13
BAB III
PENUTUP
3.1. Simpulan
1. Tiga model inti (nukleus) yaitu, model tetes cairan, model kulit nukleus, dan
model kolektif nukleus. Dipilihnya ketiga model inti ini karena ketiga model ini
dianggap dapat digunakan sebagai dasardalam membahas sifat-safat nukleus.
2. Nukleon-nukleon yang ada di permukaan nukleus mendapatkan gaya tarikan
yang lebih kuat kearah dalam nucleus cenderung menjadi bulat seperti setetes
cairan. Model kulit inti diangkat berdasarkan pada suatu kenyataan bahwa nuklida
yang memiliki jumlah proton atau netron sesuai dengan bilangan – bilangan bulat
tertentu. Model kolektif nukleus merupakan hasil penggabungan antara model
tetes cairan dan model kulit nukleus.
3. Sifat nuklida radioaktif dapat meluruhkan sebagian dari massa nuklidanya
menjadi bentuk energi radiasi dan bentuk energi yang lain misalnya dalam bentuk
enegi panas, serta menghasilkan nuklida, ataupun isotop nuklida baru.
4. Bila suatu isotop nuklida radioaktif induk memancarkan partikel beta akan
menghasilkan isotop nuklida radioaktif anak yang nomor massanya (A) sama
dengan nomor massa isotop nuklida radioaktif induk akan tetapi nomor
nuklidanya (Z) menjadi bertambah satu. Kinetika peluruhan nuklida radioaktif
adalah kinetika reaksi order satu. Oleh karena itu pada pembahasannya digunakan
persamaan dan hukum laju reaksi order satu. Spontanitas peluruhan dapat
diketahui dari waktu peluruhan dan energitik dari dua spesies nuklida sebelum
peluruhan terjadi yang berwujud potensial coulomb (Vc).
3.2. Saran
Model-model inti dan keradioaktifan sangat penting dipelajari karena
banyak ilmu alam yang tidak kita ketahui dapat dipelajari dalam materi ini.
14
DAFTAR PUSTAKA
Keenan et al,(1986). Kimia untuk Universitas, Jilid 2, Erlangga,Jakarta
Retug,N. & Kartowasono,N.(2005).Radiokimia. Singaraja : IKIP Negeri
Singaraja

Más contenido relacionado

Similar a radioaktif

Makalah fistat (autosaved)
Makalah fistat (autosaved)Makalah fistat (autosaved)
Makalah fistat (autosaved)muna fiah
 
Teori atom modern (Teori Mekanika Kuantum)
Teori atom modern (Teori Mekanika Kuantum)Teori atom modern (Teori Mekanika Kuantum)
Teori atom modern (Teori Mekanika Kuantum)Kalderizer
 
Buku Ajar Bentuk Molekul.pdf
Buku Ajar Bentuk Molekul.pdfBuku Ajar Bentuk Molekul.pdf
Buku Ajar Bentuk Molekul.pdfekocahyono57
 
Makalah fisin
Makalah fisinMakalah fisin
Makalah fisinSiti Rani
 
cacat kristal dan dislokasi
cacat kristal dan dislokasicacat kristal dan dislokasi
cacat kristal dan dislokasisyamsul huda
 
Struktur Molekul Organik
Struktur Molekul OrganikStruktur Molekul Organik
Struktur Molekul Organikguest3d2fb9
 
Pendahuluan KO I
Pendahuluan KO IPendahuluan KO I
Pendahuluan KO Ielfisusanti
 
Nuclear Physics Question
Nuclear Physics QuestionNuclear Physics Question
Nuclear Physics Questionraniwahyu_and
 
Ringkasanzatpadat 131220024632-phpapp02
Ringkasanzatpadat 131220024632-phpapp02Ringkasanzatpadat 131220024632-phpapp02
Ringkasanzatpadat 131220024632-phpapp02exson Prakoso
 
Fisika Inti.pptx
Fisika Inti.pptxFisika Inti.pptx
Fisika Inti.pptxRudyWinarno
 
cacat kristal dan dislokasi
cacat kristal dan dislokasicacat kristal dan dislokasi
cacat kristal dan dislokasisyamsul huda
 
Laporan praktikum Fislab Serat Fiber Optik
Laporan praktikum Fislab Serat Fiber OptikLaporan praktikum Fislab Serat Fiber Optik
Laporan praktikum Fislab Serat Fiber OptikBogiva Mirdyanto
 

Similar a radioaktif (20)

Reaksi Inti (Makalah Fisika)
Reaksi Inti (Makalah Fisika)Reaksi Inti (Makalah Fisika)
Reaksi Inti (Makalah Fisika)
 
Bentuk molekul
Bentuk molekulBentuk molekul
Bentuk molekul
 
Makalah fistat (autosaved)
Makalah fistat (autosaved)Makalah fistat (autosaved)
Makalah fistat (autosaved)
 
Teori atom modern (Teori Mekanika Kuantum)
Teori atom modern (Teori Mekanika Kuantum)Teori atom modern (Teori Mekanika Kuantum)
Teori atom modern (Teori Mekanika Kuantum)
 
Transformasi nuklir
Transformasi nuklirTransformasi nuklir
Transformasi nuklir
 
Buku Ajar Bentuk Molekul.pdf
Buku Ajar Bentuk Molekul.pdfBuku Ajar Bentuk Molekul.pdf
Buku Ajar Bentuk Molekul.pdf
 
Makalah fisin
Makalah fisinMakalah fisin
Makalah fisin
 
Ringkasan zat padat
Ringkasan zat padatRingkasan zat padat
Ringkasan zat padat
 
cacat kristal dan dislokasi
cacat kristal dan dislokasicacat kristal dan dislokasi
cacat kristal dan dislokasi
 
Karya ilmiah Fisika [revisi]
Karya ilmiah Fisika [revisi]Karya ilmiah Fisika [revisi]
Karya ilmiah Fisika [revisi]
 
Struktur Molekul Organik
Struktur Molekul OrganikStruktur Molekul Organik
Struktur Molekul Organik
 
Pendahuluan KO I
Pendahuluan KO IPendahuluan KO I
Pendahuluan KO I
 
Materi
MateriMateri
Materi
 
Nuclear Physics Question
Nuclear Physics QuestionNuclear Physics Question
Nuclear Physics Question
 
Ringkasanzatpadat 131220024632-phpapp02
Ringkasanzatpadat 131220024632-phpapp02Ringkasanzatpadat 131220024632-phpapp02
Ringkasanzatpadat 131220024632-phpapp02
 
Padatan ionik
Padatan ionikPadatan ionik
Padatan ionik
 
Fisika Inti.pptx
Fisika Inti.pptxFisika Inti.pptx
Fisika Inti.pptx
 
cacat kristal dan dislokasi
cacat kristal dan dislokasicacat kristal dan dislokasi
cacat kristal dan dislokasi
 
Laporan praktikum Fislab Serat Fiber Optik
Laporan praktikum Fislab Serat Fiber OptikLaporan praktikum Fislab Serat Fiber Optik
Laporan praktikum Fislab Serat Fiber Optik
 
APN
APN APN
APN
 

Más de Dwi Karyani

Materi dan Perubahannya (2)
Materi dan Perubahannya (2)Materi dan Perubahannya (2)
Materi dan Perubahannya (2)Dwi Karyani
 
Materi dan Perubahannya (1)
Materi dan Perubahannya (1)Materi dan Perubahannya (1)
Materi dan Perubahannya (1)Dwi Karyani
 
Peta konsep struktur atom
Peta konsep struktur atomPeta konsep struktur atom
Peta konsep struktur atomDwi Karyani
 
Mapping program struktur atom bohr dan mekanika kuantum fixxxx
Mapping program struktur atom bohr dan mekanika kuantum fixxxxMapping program struktur atom bohr dan mekanika kuantum fixxxx
Mapping program struktur atom bohr dan mekanika kuantum fixxxxDwi Karyani
 
model model pengembangan media pembelajaran
 model model pengembangan media pembelajaran  model model pengembangan media pembelajaran
model model pengembangan media pembelajaran Dwi Karyani
 
media berbasis ict
 media berbasis ict  media berbasis ict
media berbasis ict Dwi Karyani
 
jenis-jenis media
jenis-jenis mediajenis-jenis media
jenis-jenis mediaDwi Karyani
 
peta konsep pemanfaatan program media
peta konsep pemanfaatan program mediapeta konsep pemanfaatan program media
peta konsep pemanfaatan program mediaDwi Karyani
 
Tugas 5 l.g.dwi karyani 1313031019
Tugas 5 l.g.dwi karyani 1313031019Tugas 5 l.g.dwi karyani 1313031019
Tugas 5 l.g.dwi karyani 1313031019Dwi Karyani
 
Tugas 4 L.G.dwi karyani 1313031019_vib
Tugas 4 L.G.dwi karyani 1313031019_vibTugas 4 L.G.dwi karyani 1313031019_vib
Tugas 4 L.G.dwi karyani 1313031019_vibDwi Karyani
 
Tugas 3 b L.G.dwi karyani_1313031019_vib
Tugas 3 b L.G.dwi karyani_1313031019_vibTugas 3 b L.G.dwi karyani_1313031019_vib
Tugas 3 b L.G.dwi karyani_1313031019_vibDwi Karyani
 
Tugas 3 dwi karyani 1313031019_vib
Tugas 3 dwi karyani 1313031019_vibTugas 3 dwi karyani 1313031019_vib
Tugas 3 dwi karyani 1313031019_vibDwi Karyani
 
Tugas 2 dwi karyani 1313031019_vib
Tugas 2 dwi karyani 1313031019_vibTugas 2 dwi karyani 1313031019_vib
Tugas 2 dwi karyani 1313031019_vibDwi Karyani
 
Jurnal percobaan v kelarutan sebagai fungsi suhu
Jurnal percobaan v kelarutan sebagai fungsi suhuJurnal percobaan v kelarutan sebagai fungsi suhu
Jurnal percobaan v kelarutan sebagai fungsi suhuDwi Karyani
 
Jurnal percobaan iii penentuan kalor pelarutan
Jurnal percobaan iii penentuan kalor pelarutanJurnal percobaan iii penentuan kalor pelarutan
Jurnal percobaan iii penentuan kalor pelarutanDwi Karyani
 
Jurnal percobaan ii kalorimeter
Jurnal percobaan ii kalorimeterJurnal percobaan ii kalorimeter
Jurnal percobaan ii kalorimeterDwi Karyani
 
Jurnal percobaan i penentuan berat molekul
Jurnal percobaan i penentuan berat molekulJurnal percobaan i penentuan berat molekul
Jurnal percobaan i penentuan berat molekulDwi Karyani
 

Más de Dwi Karyani (20)

Doll
DollDoll
Doll
 
Materi dan Perubahannya (2)
Materi dan Perubahannya (2)Materi dan Perubahannya (2)
Materi dan Perubahannya (2)
 
Materi dan Perubahannya (1)
Materi dan Perubahannya (1)Materi dan Perubahannya (1)
Materi dan Perubahannya (1)
 
Rpp kimia unsur
Rpp kimia unsurRpp kimia unsur
Rpp kimia unsur
 
Peta konsep struktur atom
Peta konsep struktur atomPeta konsep struktur atom
Peta konsep struktur atom
 
Mapping program struktur atom bohr dan mekanika kuantum fixxxx
Mapping program struktur atom bohr dan mekanika kuantum fixxxxMapping program struktur atom bohr dan mekanika kuantum fixxxx
Mapping program struktur atom bohr dan mekanika kuantum fixxxx
 
model model pengembangan media pembelajaran
 model model pengembangan media pembelajaran  model model pengembangan media pembelajaran
model model pengembangan media pembelajaran
 
multimedia
 multimedia  multimedia
multimedia
 
media berbasis ict
 media berbasis ict  media berbasis ict
media berbasis ict
 
jenis-jenis media
jenis-jenis mediajenis-jenis media
jenis-jenis media
 
peta konsep pemanfaatan program media
peta konsep pemanfaatan program mediapeta konsep pemanfaatan program media
peta konsep pemanfaatan program media
 
Tugas 5 l.g.dwi karyani 1313031019
Tugas 5 l.g.dwi karyani 1313031019Tugas 5 l.g.dwi karyani 1313031019
Tugas 5 l.g.dwi karyani 1313031019
 
Tugas 4 L.G.dwi karyani 1313031019_vib
Tugas 4 L.G.dwi karyani 1313031019_vibTugas 4 L.G.dwi karyani 1313031019_vib
Tugas 4 L.G.dwi karyani 1313031019_vib
 
Tugas 3 b L.G.dwi karyani_1313031019_vib
Tugas 3 b L.G.dwi karyani_1313031019_vibTugas 3 b L.G.dwi karyani_1313031019_vib
Tugas 3 b L.G.dwi karyani_1313031019_vib
 
Tugas 3 dwi karyani 1313031019_vib
Tugas 3 dwi karyani 1313031019_vibTugas 3 dwi karyani 1313031019_vib
Tugas 3 dwi karyani 1313031019_vib
 
Tugas 2 dwi karyani 1313031019_vib
Tugas 2 dwi karyani 1313031019_vibTugas 2 dwi karyani 1313031019_vib
Tugas 2 dwi karyani 1313031019_vib
 
Jurnal percobaan v kelarutan sebagai fungsi suhu
Jurnal percobaan v kelarutan sebagai fungsi suhuJurnal percobaan v kelarutan sebagai fungsi suhu
Jurnal percobaan v kelarutan sebagai fungsi suhu
 
Jurnal percobaan iii penentuan kalor pelarutan
Jurnal percobaan iii penentuan kalor pelarutanJurnal percobaan iii penentuan kalor pelarutan
Jurnal percobaan iii penentuan kalor pelarutan
 
Jurnal percobaan ii kalorimeter
Jurnal percobaan ii kalorimeterJurnal percobaan ii kalorimeter
Jurnal percobaan ii kalorimeter
 
Jurnal percobaan i penentuan berat molekul
Jurnal percobaan i penentuan berat molekulJurnal percobaan i penentuan berat molekul
Jurnal percobaan i penentuan berat molekul
 

radioaktif

  • 1. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LatarBelakang Dalam bagian ini akan dibahas tiga model inti (nukleus) yaitu, model tetes cairan, model kulit nukleus, dan model kolektif nukleus. Dipilihnya ketiga model inti ini karena ketiga model ini dianggap dapat digunakan sebagai dasardalam membahas sifat-safat nukleus. Nukleon – nukleon penyusun nukleus saling tarik menarik sehingga jarak antar nukleon menjadi sangat rapat. Nukleon – nukleon yang ada di permukaan nukleus mendapatkan gaya tarikan yang lebih kuat ke arah dalam nukleus daripada kemampuannya menarik, dan menyebabkan bentuk dari nukleus cenderung menjadi bulat seperti setetes cairan. Model kulit inti diangkat berdasarkan pada suatu kenyataan bahwa nuklida yang memiliki jumlah proton atau netron sesuai dengan bilangan – bilangan bulat tertentu memiliki stabilitas yang tinggi, sehingga sukar mengalami reaksi nuklir. Model kolektif nukleus merupakan hasil penggabungan antara model tetes cairan dan model kulit nukleus. Dalam pembahasan telah dikemukakan bahwa sifat nuklida radioaktif dapat meluruhkan sebagian dari massa nuklidanya menjadi bentuk energi radiasi dan bentuk energi yang lain misalnya dalam bentuk enegi panas, serta menghasilkan nuklida, ataupun isotop nuklida baru.Energi radiasi hasil peluruhan nuklida radioaktif antara lain berupa radiasi alfa, radiasi beta, dan radiasi gamma. Sebelumnya juga telah dikemukakan bahwa dewasa ini telah dikenal adanya nuklida radioaktif alami dan nuklida radioaktif buatan. Nuklida radioaktif alami ada yang dapat digolongkan kedalam nuklida-nuklida radioaktif berat yang mempunyai nomor nuklida (Z) > 83, dan nuklida radioaktif ringan yang mempunyai nomor nuklida < 83. 1.2 RumusanMasalah 1.2.1 Apa yang dimaksud dengan model-model inti ? 1.2.2 Apa yang Anda ketahui mengenai bagian-bagian dari model-model inti? 1.2.3 Apa yang dimaksud dengan keradioaktifan? 1.2.4 Apa yang Anda ketahui mengenai bagian-bagian dari keradioaktifan?
  • 2. 2 1.3 Tujuan 1.3.1 Mengetahui model-model inti. 1.3.2 Mengetahui bagian-bagian dari model-model inti. 1.3.3 Mengetahui keradioaktifan. 1.3.4 Mengetahui bagian-bagian dari keradioaktifan. 1.4 Manfaat 1.4.1 Dapat mengetahui model-model inti. 1.4.2 Dapat mengetahui bagian-bagian dari model-model inti. 1.4.3 Dapat mengetahui keradioaktifan. 1.4.4 Dapat mengetahui bagian-bagian dari keradioaktifan.
  • 3. 3 BAB II PEMBAHASAN 2.1. Model-Model Inti Dalam bagian ini akan dibahas tiga model inti (nukleus) yaitu, model tetes cairan, model kulit nukleus, dan model kolektif nukleus. Dipilihnya ketiga model inti ini karena ketiga model ini dianggap dapat digunakan sebagai dasardalam membahas sifat-safat nukleus. 2.1.1.Model Tetes Cairan Nukleon – nukleon penyusun nukleus saling tarik menarik sehingga jarak antar nukleon menjadi sangat rapat. Nukleon – nukleon yang ada di permukaan nukleus mendapatkan gaya tarikan yang lebih kuat ke arah dalam nukleus daripada kemampuannya menarik, dan menyebabkan bentuk dari nukleus cenderung menjadi bulat seperti setetes cairan. Hal ini sesuai dengan apa yang disarankan oleh Gamow (1920) bahwa nukleus itu menyerupai tetes cairan dengan kerapatan yang tinggi (mendekati bilangan 1014 g/cm3 ). Nukleon-nukleon yang ada di permukaan nukleus mendapatkan gaya tarikan yang lebih kuat kearah dalam nucleus cenderung menjadi bulat seperti setetes cairan. (Retug, 2005). Model ini disebut model tetes cairan karena adanya sejumlah kesamaan kelakuan antara inti dan tetesan suatu cairan. Kesamaan kelakuan tersebut adalah: (1).Baik tetes cairan maupun inti, keduanya bersifat homogen dan tidak dapat dimamfatkan. Tetes cairan tersusun oleh sejumlah atom atau molekul , sedangkan inti tersusun atas nukleon . Implikasi dari hal ini adalah volume inti sebanding dengan massa A. Maka jari-jari inti R = r0 A , dengan r0 suatu tetapan dengan orde 1,2 – 1,5 F. (2). Kemiripan inti dengan tetesan larutan ideal ditunjukkan dengan anggapan bahwa gaya interaksi antarnukleon adalah sama, tidak memperhatikan muatan maupun spin nukleon, yakni f n-n f n-p f p-p Hal ini didukung oleh fakta bahwa energi pengikat inti pada pasangan “ inti cermin” adalah hampir sama, yaitu penggantian gaya p-p oleh gaya n-n tidak memberikan pengaruh yang berarti terhadap energi pengikat total.
  • 4. 4 (3). Analog dengan suatu tetes cairan, inti atom akan menunjukkan adanya gaya tegangan permukaan, gaya yang sebanding dengan luas permukaan inti, sehingga terdapat gaya sebanding dengan A . (4) Gambaran umum untuk tetes cairan, yaitu dapat terjadi penggabungan tetesan kecil menjadi tetesan yang lebih besar atau sebaliknya, pemecahan tetesan besar menjadi tetesan yang lebih kecil. Hal ini ada kemiripan dengan reaksi fusi dan fissi pada reaksi inti. (5). Jika tetes cairan atau inti ditembaki dengan partikel berenergi tinggi, partikel penembak ditangkap dan terbentuk suatu inti gabungan (inti majemuk). Kemudian tambahkan eneri partikel yang tertangkap akan secara cepat didistriusika kepada semua partikel dalam tetesan atau nukleon-nukleon dalam inti. Proses termalisasi energi ini dalam inti gabunga dapat berlangsung dalam waktu 10- 10 detik, berantung pada kecepatan partikel penembak. (6). Pelepasan kelebihan energi (dieksitasi) pada tetesan atau inti majemuk dapat dilakukan melalui proses berikut : Pada Tetesan Pada Inti Majemuk  Pendinginan dengan melepaskan panas  Penguapan sejumlah partikel  Pemecahan tetesan menjadi dua tetesan yang lebih kecil  Pendinginan dengan memancarkan radiasi  Pemancaran satu atau lebih partikel  Pembelahan inti menjadi dua inti yang lebih kecil Nukleon – nukleon yang berbeda jenis setelah membentuk nukleus menjadi satu kesatuan, dan tidak lagi debagai nukleon yang berdiri sendiri. bila nukleus menerima suatu aksi dari luar maka seluruh nukleon penyusun nukleus memberikan reaksi secara bersama – sama. Contoh, bila nukleus ditembak dengan menggunakan sebuah partikel dan setelah mengenai nukleus partikel berbaur dan memberikan energi, seterusnya energi itu akan didistribusikan dan diserap oleh semua nukleon penyusun nukleus sehingga energi dalam seiap nukleon akan naik dan secara akumulatif energi dalam dari nukleus juga akan naik dan nukleus dalam keadaan tereksitasi.
  • 5. 5 Dalam keadaan tereksitasi ini sifat dari nukleus menjadi tidak stabil. Untuk mencapai kestabilannya kembali nukleus akan melakukan reaksi nuklir. Hasil reaksi nuklir dapat berwujud energi panas, radiasi partikel, dan gelombang elektromagnet. Terpancarnyya partikel – partikel dari nukleon dapat dianalogkan dengan teruapkannya molekul – molekul air dari tetes cairan. Model tetes cairan juga mampu menjelaskan mekanismelogis dari reaksi inti berenergi rendah, menjelaskan gejala pembelahan dan penggabungan inti. Selain itu, model tetes cairan memberikan dasar perhitungan energi pengikat inti dan massa atom secara inti empirik yang dikemukakan Weizsacker yang dapat diaplikasikan dalam menghitung tetapan jari-jari nuklir dan memperkirakan nuklida stabil pada deret isobarik peluruhan. Wieszacker (1935) mendapati sifat inti berhubungan dengan ukuran, massa, dan energi ikat mirip dengan apa yang tampak pada tetesan cairan. 1. Kerapatan tetes cairan = konstan. 2. Ukurannya sebanding dengan jumlah partikel (molekul cairan). 3. Penguapan panas/energi ikat berbanding lurus dengan massa atau jumlah partikelyang membentuk tetes cairan. Model tetes cairan menuntun kita pada formula massa semi empirik (ketergantungan massa nukleus pada A dan Z) Konstanta diperoleh secara eksperimen Konstanta b5 ditentukan dengan skema berikut
  • 6. 6 Rata-rata energi ikat per nukleon dapat dihitung sebagai berikut. Kerapatan setetes cairan tidak bergantung pada ukurannya. Dengan begitu, jika tetes itu menyerupai bola, maka radiusnya sebanding dengan akar 3 jumlah molekulnya. Hal serupa ditemui pada inti, bahwa radius inti (inti dianggap menyerupai bola) sebanding dengan A^1/3, sehingga kerapatannya tidak bergantung pada ukuranya.Energi ikat tiap molekul sama, sehingga energi yang diperlukan untuk memisahkan semua molekul cairan itu sebanding dengan jumlah molekulnya. Pada inti diketahui hal serupa, bahwa energi ikat rata-rata per nukleon (fraksi ikat) konstan, yang berarti, energi yang diperlukan untuk memisahkan semua nukleon sebanding dengan jumlah nukleon. Pada energi ikat tetes cairan tersebut di atas, dikenakan koreksi efek permukaan, dikarenakan molekul cairan di permukaan kurang terikat dibanding molekul di dalam tetes cairan. Untuk energi ikat inti berlaku juga koreksi efek permukaan serupa. Menurut model tetes cairan, inti berperilaku seperti layaknya setetes cairan. Model ini termasuk model collective (model collective yang pertama). 2.1.2 Model Kulit Inti Model kulit inti diangkat berdasarkan pada suatu kenyataan bahwa nuklida yang memiliki jumlah proton atau netron sesuai dengan bilangan – bilangan bulat tertentu memiliki stabilitas yang tinggi, sehingga sukar mengalami reaksi nuklir. Bilangan – bilangan bulat yang dimaksud adalah 2, 8 , 20, 28, 50, 82, dan 126. Contoh nuklida yang mempunyai nukleus stabil yang mengandung sejumlah proton dan netron sesuai dengan bilangan tersebut adalah nuklida dari 8O16 dan 16S32 . Contoh nuklida dengan nukleus stabil yang mengandung jumlah proton dan netronnya merupakan bilangan ganjil adalah nuklida dari 6C13 dan 8O17 . Contoh nuklida dengan nukleus stabil yang mengandung jumlah protonnya merupakan bilangan ganjil dan netronnya juga merupakan bilangan genap adalah nuklida 15P31 dan 9F19 . Bila beberapa nuklida dengan
  • 7. 7 nukleus yang memiliki jumlah proton dan netronnya merupakan bilangan genap, yang bila disusun secara beurutan dari yang kecil ke yang besar hasilnya mirip dengan jumlah maksimum elektron yang dapat mengorbit di orbital elektron utama terluar sesuai dengan konfigurasi elektron dalam nuklida – nuklida yang stabil, yang jika dituliskansecara berurutan hasilnya yaitu 2, 8, 18, 32, 50, dan 72. Bilangan – bilangan ini sering disebut bilangan ajaib. Oleh karena telah diketahui bahwa elektron – elektron dalam mengorbit nukleus sesuai dengan tingkatan energi masing – masing, maka susunan nukleon –nukleon dalam nukleus juga mirip dengan susunan elektron pada orbital nuklida. Seperti susunan elektron pada orbital, pengisian kulit – kulit nukleus oleh nukleon – nukleon dapat diturunkan dari mekanika kuantum dengan menggunakan bilangan kuantum utama n, kuantum tambahan l, m, dan s. Nukleon-nukleon pembentuk nukleus bergerak mengorbit pusat nukleus pada orbitalnya masing-masing sesuai dengan tingkat energinya. Energi yang dimiliki oleh nukleon yang ada di permukaan nukleus lebih besar dibandingkan dengan yang ada di pusat nukleus. Untuk mempertahankan posisinya, nukleon yang ada di permukaan nukleus harus mengeluarkan energi yang cukup besar. Bila kesediaan energinya kurang maka nukleon-nukleon yang ada di permukaan nukleus akan mudah meninggalkan posisinya. Bila hal ini terjadi, maka susunan nukleon pada nukleus akan berubah, artinya terjadi reaksi nuklir. Atas dasar itulah maka nukleon-nukleon yang ada di permukaan nukleus sangat berperan dalam proses terjadinya reaksi nuklir. 2.1.3. Model Kolektif Inti Model kolektif nukleus merupakan hasil penggabungan antara model tetes cairan dan model kulit nukleus. Dalam model kolektif nukleus susunan nukleon- nukleon penyusun nukleus berlapis-lapis sebagaimana dijelaskan dalam model kulit nukleus, akan tetapi bila nukleus menerima tambahan energi dari luar maka energi itu akan didistribusikan secara merata ke seluruh nnukleon penyusun nukleus itu. Bila dampak dari penyerapan energi itu menyebabkan nukleus dari nuklida harus memberikan reaksi, maka reaksi itu merupakan akumulasi dari semua reaksi yang diberikan oleh semua nukleon penyusun nukleusnya.
  • 8. 8 2.2.Keradioaktifan Dalam pembahasan telah dikemukakan bahwa sifat nuklida radioaktif dapat meluruhkan sebagian dari massa nuklidanya menjadi bentuk energi radiasi dan bentuk energi yang lain misalnya dalam bentuk enegi panas, serta menghasilkan nuklida, ataupun isotop nuklida baru.Energi radiasi hasil peluruhan nuklida radioaktif antara lain berupa radiasi alfa, radiasi beta, dan radiasi gamma. Sebelumnya juga telah dikemukakan bahwa dewasa ini telah dikenal adanya nuklida radioaktif alami dan nuklida radioaktif buatan. Nuklida radioaktif alami ada yang dapat digolongkan kedalam nuklida-nuklida radioaktif berat yang mempunyai nomor nuklida (Z) > 83, dan nuklida radioaktif ringan yang mempunyai nomor nuklida < 83. Nuklida-nuklida radioaktif berat berdasarkan kemampuannya meluruh secar berkelanjutan dapat diklasifikasikan kedalam tiga deret radioaktif. Pertama adalah deret isotop nuklida uranium 238, yang dimulai dari peluruhan membentuk isotop nuklida Th-234 yang disertai dengan radiasi alfa, kemudian meluruh membentuk isotop nuklida U-234 diikuti oleh radiasi beta, dilanjutkan meluruh membentuk isotop nuklida Th-230 disertai dengan radiasi alfa, kemudian meluruh lagi membentuk isotop nuklida Ra-226 yang diikuti dengan radiasi alfa, begitu seterusnya sampai diperoleh suatu nucleus dari nuklida yang stabil. Deret isotop nuklida kedua adalah U-235, dimulai dari peluruhan yang menghasilkan isotop nuklida Th-231 yang diikuti oleh radiasi alfa, kemudian meluruh membentuk isotop nuklida Pa-231 yang disertai dengan radiasi beta, seterusnya meluruh menjadi isotop nuklida Ac-227 yang diikuti lagi dengan radiasi alfa, selanjutnya meluruh lagi membentuk isotop nuklida Th-227 yang disertai dengan radiasi beta, begitu seterusnya sampai diperoleh isotop nuklida yang mempunyai nucleus stabil. Deret isotop radioaktif ketiga adalah deret isotop nuklida Th-232, dimulai dari peluruhan yang membentuk isotop nuklida Ra-228 yang disertai dengan radiasi alfa, kemudian meluruh membentuk isotop nuklida Th-228 yang disertai dengan radiasi beta, seterusnya meluruh menghasilkan isotop nuklida Ra-224 yang disertai lagi dengan radiasi alfa, berikutnya meluruh lagi menjadi isotop
  • 9. 9 nuklida Rn-220 yang disertai dengan radiasi alfa, begitu seterusnya sampai diperoleh isotop nuklida yang mempunyai nucleus stabil. Untuk lebih memahami isi kajian dari keradioaktifan suatu isotop nuklida maka pada bagian berikutnya akan dikaji lebih luas dan lebih dalam. 2.2.1 Hukum Pergeseran Radioaktif Hasil pengamatan Fajans dan Soddy yang dilakukan pada tahun 1913 terhadap peluruhan isotop-isotop nuklida radioaktif yang memancarkan partikel alfa dan beta mendasari diangkatnya suatu hukum baru yang berkaitan dengan peristiwa yang dialami oleh nuklida-nuklida radioaktif, yang kemudian disebut Hukum Pergeseran Radioaktif yang isinya sebagai berikut: Bila suatu isotop nuklida radioaktif induk meluruhkan partikel alfa dan menghasilkan isotop nuklida radioaktif anak, yang menyebabkan nomer massanya (A) berkurang empat dan nomor nuklidanya (Z) berkurang dua. Bila dicantumkan dalam tabel periodic maka isotop nuklida radioaktif anak akan diletakkan pada posisi kedua disebelah kiri isotop nuklida radioaktif induk. Contohnya yaitu: bila isotop nuklida radioaktif 90Th232 memancarkan partikel alfa atau 2He4 akan menghasilkan isotop nuklida radioaktif 88Ra228 . Dalam tabel periodik unsur-unsur maka isotop nuklida 88Ra228 tempatnya ada di kolom kedua sebelum 90Th232 Isi dari hukum pergeseran radioaktif kedua adalah sebagai berikut: bila suatu isotop nuklida radioaktif induk memancarkan partikel beta akan menghasilkan isotop nuklida radioaktif anak yang nomor massanya (A) sama dengan nomor massa isotop nuklida radioaktif induk akan tetapi nomor nuklidanya (Z) menjadi bertambah satu. Bila dituliskan dalam tabel periodic maka isotop nuklida radioaktif anak diletakan pada posisi kesatu di sebelah kanan isotop nuklida radioaktif induk. Contohnya yaitu: bila isotop radioaktif 88Ra228 sebagai induk memancarkan partikel beta negative dan menghasilan isotop nuklida radioaktif 89Ac228 sebagai anak. Dalam tabel periodic unsur-unsur maka isotop nuklida 89Ac228 ditempatkan pada kolom pertama setelah isotop nuklida 88Ra228 .
  • 10. 10 2.2.2.Kinetika Peluruhan Nuklida Radioaktif Kinetika peluruhan nuklida radioaktif adalah kinetika reaksi order satu. Oleh karena itu pada pembahasannya digunakan persamaan dan hukum laju reaksi order satu. Salah satu cara untuk mengetahui bahwa suatu isotop nuklida itu bersifat radioaktif ialah dengan menentukan laju peluruhannya. Pada tahun 1905 E. Von Schweidler mengemukakan pendapatnya bahwa peluruhan radioaktif itu dapat dinyatakan dengan teori kemungkinan, misalnya kemungkinan meluruhnya sebuah nuklida radioaktif hanya tergantung pada selang waktu tertentu. Jika kemungkinan terjadinya peluruhan dinyatakan dengan p, maka p = Ldt, dimana: L = tetapan peluruhan atau tetapan perbandingan dt = selang waktu. Berdasarkan kemungkinan terjadinya peluruhan maka dapat dinyatakan pula kemungkinan tidak terjadi peluruhan dengan suatu persamaan: 1 – p = 1 – L.dt Kemungkinan suatu nuklida radioaktif meluruh selama 2x selang waktu maka persamaannya dinyatakan sebagai: (1 – L.dt)2 untuk nx selang waktu maka persamaaannya dinyatakan sebagai (1 – L.dt)n Oleh karena itu n.dt = jumlah dari selang waktu =jumlah keseluruhan waktu = t, maka persamaannya menjadi : (( 1 – (Ln.dt)/n)n = ((1 – (L.t)/n)n = e –L.t Bila jumlah nuklida radioaktif semula adalah No, dan nuklida radioaktif yang belum mengalami peluruhan setelah waktu t adalah N, maka dari persamaan laju reaksi orde satu dapat diturunkan rumus : N/No = e –L.t persamaan tersebut dapat dituliskan dalam bentuk logaritme alam sebagai : ln (N/No) = -L.t = 2,303 log(N/No) atau L.t = 2,303 log(No/N) Waktu peluruhan t dapat dihitung dengan persamaan: t = (2,303/L) log (No/N)
  • 11. 11 Hubungan waktu paruh (t1/2) dengan konstanta laju peluruhan (L) dapat dinyatakan dengan persamaan: t1/2 = (2,303/L) log (2/1) atau t1/2 = (2,303/L) log 2 = (0,693)/ L. Waktu paruh adalah waktu yang diperlukan agar nuklida radioaktif meluruh separuhnya. 2.2.3.Peluruhan Spontan Spontanitas peluruhan dapat diketahui dari waktu peluruhan dan energitik dari dua spesies nuklida sebelum peluruhan terjadi yang berwujud potensial coulomb (Vc). Besarnya potensial coulomb dinyatakan dengan persamaan berikut: Vc = (Z1.Z2.e2 ) /(R1 + R2) yang mana diketahui bahwa: R = Ro. A1/3 dan R = A1/3 sehingga Vc = 0,96(Z1.Z2.e2 ) /( A1 1/3 + A2 1/3 ) MeV Dimana: e = besar muatan R = jari-jari nuklida Ro = tetapan kebebasan dari A yang harganya antara 1,1 10-13 cm s/d 1,6 10- 13 cm A = nomor atau volume massa dan Z = nomor atom atau jumlah muatan nuklida. Bila nuklida radioaktif induk secara spontan meluruh menjadi dua spesies yang sama dalam nomor atom dan nomor massanya, maka persamaan tersebut dapat diringkas menjadi: Vc = 0,96 (Z2 )/A1/3 MeV Suatu contoh bila dua buah nuklida yang memiliki nomor atom (Z) sama yaitu 46 dan nomor massa (A) juga sama yaitu 119 yang kedua nuklida tersebut merupakan hasil pembelahan nuklida radioaktif 92U238 yang bila saling berinteraksi akan menimbulkan potensial coulomb sebesar Vc = 206 MeV. Nuklida radioaktif 92U238 dengan spontan dapat pecah menjadi dua buah nuklida baru yang bernomor atom 46 dan bernomor massa 119 bila diberi energi sebesar energi bindingnya (Eb). Besarnya energi binding sama dengan energi yang dibebaskan (Qf) sewaktu dua nuklida tersebut berikatan membentuk
  • 12. 12 nuklida 92U238 kembali. Hasil percobaan yang berhubungan dengan hal ini, Qf = 193 MeV. Berdasarkan hasil uraian di atas dapat disimpulkan bahwa peluruhan spontan akan terjadi bila harga Vc > Qf.
  • 13. 13 BAB III PENUTUP 3.1. Simpulan 1. Tiga model inti (nukleus) yaitu, model tetes cairan, model kulit nukleus, dan model kolektif nukleus. Dipilihnya ketiga model inti ini karena ketiga model ini dianggap dapat digunakan sebagai dasardalam membahas sifat-safat nukleus. 2. Nukleon-nukleon yang ada di permukaan nukleus mendapatkan gaya tarikan yang lebih kuat kearah dalam nucleus cenderung menjadi bulat seperti setetes cairan. Model kulit inti diangkat berdasarkan pada suatu kenyataan bahwa nuklida yang memiliki jumlah proton atau netron sesuai dengan bilangan – bilangan bulat tertentu. Model kolektif nukleus merupakan hasil penggabungan antara model tetes cairan dan model kulit nukleus. 3. Sifat nuklida radioaktif dapat meluruhkan sebagian dari massa nuklidanya menjadi bentuk energi radiasi dan bentuk energi yang lain misalnya dalam bentuk enegi panas, serta menghasilkan nuklida, ataupun isotop nuklida baru. 4. Bila suatu isotop nuklida radioaktif induk memancarkan partikel beta akan menghasilkan isotop nuklida radioaktif anak yang nomor massanya (A) sama dengan nomor massa isotop nuklida radioaktif induk akan tetapi nomor nuklidanya (Z) menjadi bertambah satu. Kinetika peluruhan nuklida radioaktif adalah kinetika reaksi order satu. Oleh karena itu pada pembahasannya digunakan persamaan dan hukum laju reaksi order satu. Spontanitas peluruhan dapat diketahui dari waktu peluruhan dan energitik dari dua spesies nuklida sebelum peluruhan terjadi yang berwujud potensial coulomb (Vc). 3.2. Saran Model-model inti dan keradioaktifan sangat penting dipelajari karena banyak ilmu alam yang tidak kita ketahui dapat dipelajari dalam materi ini.
  • 14. 14 DAFTAR PUSTAKA Keenan et al,(1986). Kimia untuk Universitas, Jilid 2, Erlangga,Jakarta Retug,N. & Kartowasono,N.(2005).Radiokimia. Singaraja : IKIP Negeri Singaraja