SlideShare una empresa de Scribd logo
1 de 5
1
REAKSI SUBSTITUSI NUKLEOFILIK
Oleh
L.G. Dwi Karyani
Jurusan Pendidikan Kimia, FMIPA, UNDIKSHA
Jalan Udayana Singaraja, Bali
Email: dwikaryani30@yahoo.com
Abstract
The objectives of these experiments was (1) to made tertiary butyl chloride from nucleophilic
substitution reaction oftertiary butyl alcohol and hydrochloride acid.The object of these studies was tertiary
butyl alcohol with colorless liquid. The method of these studies was an experiment method with quantitative
analyzing data. The result of these experiments showed that tertiary butyl chloride can be syntesis by
nucleophilic substitution reaction of tertiary butyl alcohol and hydrochloride acid, with the rendeme n
percentage was occurred at 14.39%. The error percentage was 85.60%.
Key words: nucleophilic substitution reaction, tertiary butyl alcohol, tertiary butyl chloride
Abstrak
Tujuan dari penelitian ini adalah (1) untuk membuat tersier butil klorida dari tertier butil alkohol dan
asam klorida melalui reaksi substitusi nukleofilik dan (2) menghitung rendemen tersier butil klorida yang
diperoleh. Objek penelitian ini adalah sampel cair tidak berwarna dari tersier butil alkohol. Metode penelitian
ini adalah metode eksperimen dengan analisis data kuantitatif. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa tersier
butil klorida dapat disintesis dengan mereaksikan tersier butil alkohol dengan asam klorida melalui reaksi
substitusinukleofilik serta persentase rendemen tersier butil klorida yang diperoleh adalah 14,39%. Persentase
kesalahan yang dilakukan sebesar 85,60%.
Kata kunci: reaksi substitusi nukleofilik, tersier butil alkohol, tersier butil klorida
PENDAHULUAN
Senyawa organik, dapat mengalami
beberapa jenis reaksi kimia. Salah satu jenis reaksi
kimia adalah reaksi substitusi. Reaksi substitusi
merupakan suatu reaksi yang berlangsung karena
pergantian (sustitusi) satu atom atau gugus atom
dalam suatu senyawa oleh atom atau gugus lain.
Jika reaksi subtitusi melibatkan nukleofil maka
reaksi disebut reaksi substitusinukleofilik (Suja &
Nurlita, 2003). Nukleofil adalah spesies yang suka
inti karena bermuatan negatif atau kaya akan
elektron. Umumnya sebuah nukleofil ialah spesi
apa saja yang tertarik ke suatu pusat positif.
Kebanyakan nukleofil adalah anion, namun
beberapa molekul polar yang netral, seperti H2O,
CH3OH dan CH3NH2 dapat juga bertindak sebagai
nukleofil. Terdapat dua macam nukleofil yakni
nukleofil negatif (Nu:-) dan nukleofil netral (Nu:).
Nukleofil negatif merupakan nukleofil yang
memiliki pasangan elektron tidak berikatan dan
bermuatan negatif contohnya adalah ion
hidroksida (OH-), ion halida (R-), karbanion, dan
lainnya. Nukleofil netral adalah nukleofil yang
memiliki pasangan elektron tidak berikatan dan
tidak bermuatan contohnya adalah alkohol
(Fessenden & Fessenden, 1982).
Reaksi substitusi dapat dibedakan menjadi
dua jenis yaitu reaksi subtitusi nukleofilik
bimolekuler (SN2) dan reaksi substitusinukleofilik
unimolekuler (SN1). Reaksi substitusi nukleofilik
unimolekuler (SN1) merupakan reaksi subtitusi
nukleofilik dimana laju reaksinya hanya
tergantung pada konsentrasi substrat dan tidak
tergantung pada konsentrasi nukleofil sehingga
persamaan laju reaksinya dapat ditulis sebagai
berikut (Suja & Nurlita, 2003):
Laju reaksi = k [Substrat]
Pada reaksi SN1 reaksi yang terjadi tidak
serempak melainkan terjadi secara bertahap.
Contoh dari reaksi substitusi nukleofilik
unimolekuler adalah hidrolisis tersier butil
bromida (Fessenden & Fessenden, 1982):
Tahap 1  Pembentukan ion karbonium
(CH3)3C‒Br(aq) → (CH3)3C+‒Br-
(aq) → (CH3)3C+
(aq)
+ Br-
(aq)
Tahap 2  Penyerangan ion karbonium
(CH3)3C+
(aq) + H2O(aq) → (CH3)3C‒O(+)H2(aq) →
(CH3)3C‒OH(aq)
Mekanisme yang dapat digambarkan sebagai
berikut.
Tahap 1  Pembentukan ion karbonium
C
Me
Et
Pr X C
Me
Et
Pr X C
Me
Pr
Et
+ X
2
Tahap 2  Penyerangan ion karbonium
C
Me
Et
Y C
Me
Pr
Et
+ PrY CY
Me
Et
Pr
Gambar 1 dan 2. Mekanisme reaksi SN1
Reaksi substitusi nukleofilik bimolekuler
(SN2) merupakan reaksi substitusi nukleofilik
dimana laju reaksinya dipengaruhi oleh
konsentrasi substrat dan konsentrasi nukleofil
sehingga persamaan laju reaksinya dapat ditulis
sebagai berikut:
Laju reaksi = k [substrat] [nukleofil]
Y + C
H
H
R X C
H
R H
XY C
R
H
HY + X
Gambar 3. Mekanisme Reaksi SN2
Pada reaksi substitusi nukleofilik, ada
beberapa faktor penentu yang memengaruhi reaksi
yakni (1) struktur substrat; (2) sifat nukleofil; (3)
sifat pelarut; (4) sifat gugus pergi. Struktur substrat
(RX) mempengaruhi reaksi substitusiyang terjadi.
RX primer cenderung mengalami reaksi SN2, RX
tersier cenderung mengalami reaksi SN1, dan RX
sekunderdapat mengalami reaksi SN1 dan SN2. Hal
ini disebabkan oleh kerapatan elektron pada atom
karbon yang mengikat gugus pergi. Semakin stabil
ion karbonium yang dihasilkan maka mekanisme
reaksi SN1 semakin dominan. Sifat nukleofil
dimana nukleofil kuat seperti alkoksida dan ion
hidroksida cenderung mengalami reaksi SN2,
sedangkan nukleofil lemah seperti air dan alkohol
cenderung mengalami reaksi SN1. Pelarut yang
memiliki polaritas besar cenderung akan terjadi
reaksi SN1 karena hal ini mempermudah substrat
mengalami ionisasi dan menstabilkan ion yang
dihasilkannya. Sebaliknya apabila polaritas kecil
maka terjadinya ionisasi kecil sehingga dominan
terjadi reaksi SN2.
METODE
Penelitian dilakukan di Laboratorium Kimia
Organik jurusan Pendidikan Kimia Undiksha pada
tanggal 15 September 2015, jam 07.30-13.30
WITA.
Alat dan Bahan
Terdapat beberapa alat dan bahan yang
perlu disiapkan dalam penelitian ini. Alat yang
digunakan antara lain gelas ukur, tabung reaksi,
erlenmeyer, gelas kimia, pipet gondok, filler,
corong pisah, pipet tetes, pemanas, satu set alat
destilasi, cawan porselen, penjepit kayu, statif,
klem, corong, batang pengaduk serta termometer.
Bahan-bahan yang diperlukan dalam
penelitian ini adalah asam klorida pekat, tersier
butil alkohol, aquades,larutan natrium bikarbonat,
CuSO4 anhidrous serta kertas saring.
Prosedur
Metode dari penelitian ini adalah metode
eksperimen dengan analisis data secara kuantitatif.
Prosedurnya adalah sebagai berikut :
Gambar 4. HCl pekat didinginkan
Pertama, 15 mL reagen asam klorida pekat
didinginkan dalam penangas es, lalu dimasukkan
ke dalam corong pisah. Kemudian 5 mL tersier
butil alkohol ditambahkan juga ke dalam corong
pisah secara perlahan-lahan sambil dikocok.
Setelah semua tersier butil alkohol habis
ditambahkan, pengocokan dilanjutkan selama
kurang lebih 20 menit. Campuran tersebut
didiamkan sampai terbentuk dua lapisan yang
terpisah. Lapisan bawah tersebut merupakan asam
klorida sisa dan lapisan atas merupakan tersier
butil klorida. Lapisan bawah dipisahkan dengan
cara mengalirkannya ke dalam gelas kimia. Lalu
lapisan atas dicuci dengan 5 mL aquades,
kemudian dicuci lagi dengan 10 mL larutan
natrium bikarbonat. Setelah pencucian, produk
dikeringkan dengan penambahan zat anhidrous
yaitu CuSO4 anhidrous. Saring produk tersebut
kemudian didestilasi antara suhu 49-520C. Destilat
tersebut merupakan tersier butil klorida dengan
indeks bias 1,386.
HASIL PENGAMATAN DAN
PEMBAHASAN
Reaksi substitusi nukleofilik pada
praktikum ini merupakan reaksi substitusi
nukleofilik unimolekuler (SN1). Hal ini disebabkan
oleh struktur tersier yang dimiliki tersier butil
alkohol sehingga dapat menyebabkan adanya
rintangan sterik yang besar sehingga tidak
dimungkinkan untuk mengalami reaksi SN2.
Pereaksi yang digunakan dalam reaksi ini adalah
tertier butil alkohol atau tertier butanol yang
berupa larutan tidak berwarna. Pereaksi ini
digunakan karena dapat membentuk ion
karbonium yang kurang stabil akibat terlepasnya
gugus hidroksi membentuk H2O. Karena kurang
stabilnya ion karbanium, ion ini mudah diserang
oleh nukleofil Cl- dan menghasilkan tersier butil
klorida. Pelarut yang digunakan adalah larutan
HCl pekat yang tidak berwarna karena HCl
memiliki polaritas besar yang mempermudah
substrat untuk mengalami ionisasi dan
menstabilkan ion yang dihasilkan. Sebelum
HCl
Pekat
Es
3
digunakan, larutan HCl pekat harus didinginkan
terlebih dahulu yang bertujuan untuk mencegah
suhu reaksi yang terlalu tinggi karena reaksi antara
tersier butil alkohol dan HCl merupakan reaksi
eksoterm yang menghasilkan panas dan
menimbulkan tekanan besar (Fessenden &
Fessenden, 1982).
Penambahan tersier butil alkohol
dilakukan sedikit demi sedikit ke dalam larutan
HCl pekat yang disertai dengan pengocokan. Hal
ini disebabkan oleh karena reaksi antara tersier
butil alkohol dengan larutan HCl pekat
berlangsung sangat lambat. Dalam proses
pengocokan, keran corong pisah harus dibuka
sesekali agar gas yang dihasilkan dapat
dikeluarkan ke lingkungan sehingga sistem tidak
panas dan tidak menimbulkan letupan akibat
tekanan gas yang terlalu besar. Reaksi yang terjadi
antara tersier butil alkohol dengan HCl pekat
adalah sebagai berikut:
(CH3)3COH(aq) + HCl(aq) → (CH3)3CCl(aq) + H2O(aq)
Gambar 5. Proses pengocokan campuran t-
butanol dan HCl pekat
Setelah dikocok selama 20 menit, larutan
didiamkan hingga terlihat jelas terjadinya dua
lapisan yaitu lapisan atas yang merupakan tersier
butil klorida dengan massa jenis 0,84 gr/cm3 dan
lapisan bawah merupakan larutan HCl pekat
berlebih yang tidak bereaksi dengan tersier butil
alkohol dengan massa jenis 1,231 gr/cm3.
Gambar 6. Dua lapisan yang terbentuk setelah
campuran didiamkan
Mekanisme pembentukan tersier butil klorida
terjadi dalam dua tahapan, yaitu tahap
pembentukan ion karbonium dan penyerangan ion
karbonium oleh nukleofil. Pada tahap pertama,
tersier butil alkohol bereaksi dengan H+ akibat
adanya pasangan elektron bebas pada atomO yang
menyerang H+. Pembentukan ion karbonium
tersier ini diikuti dengan pelepasan molekul air
(H2O). Tahap selanjutnya adalah nukleofil yang
dalam hal ini adalah Cl:- menyerang ion
karbonium sehingga terbentuk hasil reaksi yakni
tertier butil klorida.
Mekanisme reaksi yang terjadi selama
proses pembentukan tertier butil klorida adalah
sebagai berikut.
C
O
H3C CH3
CH3
H
C
O
H3C
CH3
CH3
HH
Cl
C
O
H3C
CH3
CH3
HH
-H2O
CH3C
CH3
CH3
Cl
CH3C
CH3
CH3
Cl
H
Gambar 7. Mekanisme reaksi SN1
Lapisan bawah (HCl sisa) yang tidak berwarna
kemudian dipisahkan dengan produk.
Gambar 8. Proses pemisahan lapisan bawah
yang merupakan HCl sisa tidak berwarna
Lapisan tersier butil klorida yang
diperoleh belum murni, masih terdapat kandungan
air dan larutan HCl pekat yang teroklusi dalam
molekul tersier butil klorida. Untuk
menghilangkan kandungan HCl pekat, dilakukan
pencucian dengan aquades dan dengan larutan
natrium bikarbonat. Pencucian dengan air
menyebabkan terbentuknya dua fasa. Lapisan atas
yang tidak berwarna yang merupakan tersier butil
klorida dan lapisan bawah yang tidak berwarna
merupakan air.
Pencucian dengan natrium bikarbonat
menghasilkan dua fasa yaitu lapisan atas yang
keruh yang merupakan t-butil klorida dan lapisan
bawah yang tidak berwarna yang merupakan
natrium bikarbonat. Natrium bikarbonat
merupakan garam yang berasal dari basa kuat,
sehingga dapat bereaksi dengan sisa-sisa HCl.
Adapun reaksinya sebagai berikut:
NaHCO3(aq) + HCl(aq) → NaCl(aq) + H2O(l) + CO2 (g)
Zat anhidrous yang digunakan dalam pratikum ini
adalah CuSO4. Anhidrous digunakan untuk
menghilangkan kadar air yang terdapat di dalam t-
butil klorida. Padatan CuSO4 digunakan karena
kandungan air dalam padatan tersebut mudah
untuk diamati. Padatan CuSO4 yang tidak
mengandung air berwarna putih. Jika padatan
CuSO4 menyerap air, maka warna padatannya
akan berubah menjadi biru. Ketika produk
ditambahkan dengan padatan CuSO4, warna
padatan CuSO4 berubah menjadi biru yang
mengindikasikan masih terdapat kandungan air
Campuran
t-butanol
dan HCl
pekat
t-butil
klorida
HCl
HCl
sisa
produk
4
dalam produk tersebut. Produk ditambahkan
dengan padatan CuSO4 sampai padatan CuSO4
tidak berubah warna lagi menjadi biru.
Selanjutnya produk dipisahkan dengan zat
anhidrous tadi dengan penyaringan. Volume
produk t-butil klorida yang diperoleh adalah 12
mL.
Gambar 9. Zat anhidrous setelah ditambahkan ke
dalam produk menjadi biru yang
mengindikasikan masih terdapat air dalam produk
Destilasi sederhana merupakan salah satu
metode pemisahan berdasarkan perbedaan titik
didih komponen-komponen dalam suatu
campuran. Produk t-butil klorida yang dihasilkan,
didestilasi untuk menghasilkan t-butil klorida
murni pada temperatur 49-520C. Produk t-butil
klorida 12 mL tersebut di destilasi di mana suhu
awalnya yaitu 28 0C, suhu awal menetes yaitu
450C, dan dicapai suhu konstan yaitu 490C,
sehingga filtrat hasil destilasi di dapatkan
sebanyak 0,84 mL.
Gambar 10. Destilasi untuk mendapatkan filtrat
Berdasarkan data hasil pengamatan diatas dapat
dihitung total rendemen yang diperoleh:
Volume tersier butil alkohol = 5 mL
ρ =
massa
V
0,78 g mL⁄ =
massa
5 mL
massa = 3,9 gram
Mol dari tersier butil alkohol adalah sebagai
berikut:
mol =
massa
Mr
mol =
3,9 gram
74 g mol⁄
mol = 0,053 mol
Sesuai dengan persamaan reaksi:
(CH3)3COH(aq) + HCl(aq) → (CH3)3CCl(aq) + H2O(aq)
maka mol tersier butil alkohol = mol tersier butil
klorida = 0,053 mol
Jadi massa tersier butil klorida adalah:
massa = mol × Mr
massa = 0,053 mol × 92,5g mol⁄
massa = 4,9025 gram
Volume tersier butil klorida secara
teoritis adalah sebagai berikut:
ρ =
massa
V
0,84g mL⁄ =
4,9025 g
V
V = 5,836 mL
Volume tersier butil klorida hasil percobaan
adalah 0,84 mL. Jadi persen rendemennya adalah:
%rendemen =
V hasil percobaan
V secara teoritis
× 100%
%rendemen =
0,84 mL
5,836 mL
× 100%
% rendemen = 14,39 %
Berdasarkan hal tersebut dapat dihitung persen
kesalahan yaitu:
%kesalahan =
V teoritis − V percobaan
V teoritis
× 100%
%kesalahan =
5,836 mL − 0,84 mL
5,836 mL
× 100%
% kesalahan = 85,60 %
Kesalahan yang diperoleh cukup besar. Hal
ini disebabkan oleh beberapa faktor antara lain; (1)
Proses pendinginan larutan HCl yang dilakukan
kurang sempurna. Larutan HCl masih
mengeluarkan gas sehingga volume dari HCl yang
akan digunakan untukbereaksi dengan tersierbutil
alkohol berkurang, (2) proses pengocokan larutan
HCl dengan tersier butil alkohol belum optimal
sehingga tumbukan yang terjadi belum sempurna,
(3) proses pemisahan lapisan pada corong pisah
yang dilakukan kurang baik sehingga
menyebabkan tersier butil klorida yang terbentuk
belum memisah secara sempurna dengan larutan
HCl pekat sisa, (4) proses pemisahan lapisan atas
dan bawah pada saat pencucian dengan air dan
pencucian dengan NaHCO3 belum teliti sehingga
diperkirakan beberapa tertier butil klorida ikut
keluar.
KESIMPULAN
Tersier butil klorida dapat diperoleh
melalui reaksi substitusi nukleofilik tersier butil
alkohol dan asam klorida dengan persentase
rendemen 14,39% serta persentase kesalahan
sebesar 85,60%.
Sekian artikel yang dapat saya buat, apabila
terdapat kesalahan yang tidak disengaja saya
mohon maaf dan terimakasih.
Zat
anhidrous
Destilat
Destilasi
5
DAFTAR PUSTAKA
Frieda Nurlita & I Wayan Suja. 2004. Buku Ajar
PraktikumKimia Organik. Singaraja: IKIP
Negeri Singaraja
Fessenden, R., & Fessenden, J. 1982. Kimia
Organik Jilid I. Jakarta: Erlangga
Frieda Nurlita & I Wayan Suja. 2003. Buku Ajar
Kimia Organik Lanjut. Singaraja: IKIP
Negeri Singaraja

Más contenido relacionado

La actualidad más candente

DISTRIBUSI SOLUT ANTARA DUA PELARUT TAK BERCAMPUR
DISTRIBUSI SOLUT ANTARA DUA PELARUT TAK BERCAMPURDISTRIBUSI SOLUT ANTARA DUA PELARUT TAK BERCAMPUR
DISTRIBUSI SOLUT ANTARA DUA PELARUT TAK BERCAMPURLinda Rosita
 
laporan kimia organik - Sintesis asetanilida
laporan kimia organik - Sintesis asetanilidalaporan kimia organik - Sintesis asetanilida
laporan kimia organik - Sintesis asetanilidaqlp
 
Ketetapan kesetimbangan
Ketetapan kesetimbangan Ketetapan kesetimbangan
Ketetapan kesetimbangan Dede Suhendra
 
Laporan kelarutan dua cairan yang saling bercampur sebagian
Laporan kelarutan dua cairan yang saling bercampur sebagianLaporan kelarutan dua cairan yang saling bercampur sebagian
Laporan kelarutan dua cairan yang saling bercampur sebagianRuci Rushiana
 
Metode Analisis Gravimetri
Metode Analisis Gravimetri Metode Analisis Gravimetri
Metode Analisis Gravimetri Awal Rahmad
 
laporan kimia fisik - Kelarutan sebagai fungsi temperatur
laporan kimia fisik - Kelarutan sebagai fungsi temperaturlaporan kimia fisik - Kelarutan sebagai fungsi temperatur
laporan kimia fisik - Kelarutan sebagai fungsi temperaturqlp
 
laporan praktikum kimia anorganik - pembuatan cis dan trans kalium dioksalato...
laporan praktikum kimia anorganik - pembuatan cis dan trans kalium dioksalato...laporan praktikum kimia anorganik - pembuatan cis dan trans kalium dioksalato...
laporan praktikum kimia anorganik - pembuatan cis dan trans kalium dioksalato...qlp
 
Laporan Pembuatan Garam Mohr
Laporan Pembuatan Garam MohrLaporan Pembuatan Garam Mohr
Laporan Pembuatan Garam MohrDila Adila
 
identifikasi alkohol,anhidrida, asil halida
identifikasi alkohol,anhidrida, asil halidaidentifikasi alkohol,anhidrida, asil halida
identifikasi alkohol,anhidrida, asil halidaMiftah Annur
 
Bab iv asidi alkalimetri
Bab iv asidi alkalimetriBab iv asidi alkalimetri
Bab iv asidi alkalimetriAndreas Cahyadi
 
laporan praktikum titrasi pengendapan
laporan praktikum titrasi pengendapanlaporan praktikum titrasi pengendapan
laporan praktikum titrasi pengendapanwd_amaliah
 
laporan kimia organik - Sintesis dibenzalaseton
laporan kimia organik - Sintesis dibenzalasetonlaporan kimia organik - Sintesis dibenzalaseton
laporan kimia organik - Sintesis dibenzalasetonqlp
 
LAPORAN asidi alkalimetri
LAPORAN asidi alkalimetriLAPORAN asidi alkalimetri
LAPORAN asidi alkalimetriqlp
 
Laporan Praktikum Kimia Anorganik II - Kimia Tembaga
Laporan Praktikum Kimia Anorganik II - Kimia TembagaLaporan Praktikum Kimia Anorganik II - Kimia Tembaga
Laporan Praktikum Kimia Anorganik II - Kimia TembagaAndrio Suwuh
 
V. warna kelarutan dan kesetimbangan ion kompleks ni(ii)
V. warna kelarutan dan kesetimbangan ion kompleks ni(ii)V. warna kelarutan dan kesetimbangan ion kompleks ni(ii)
V. warna kelarutan dan kesetimbangan ion kompleks ni(ii)Nurmalina Adhiyanti
 

La actualidad más candente (20)

DISTRIBUSI SOLUT ANTARA DUA PELARUT TAK BERCAMPUR
DISTRIBUSI SOLUT ANTARA DUA PELARUT TAK BERCAMPURDISTRIBUSI SOLUT ANTARA DUA PELARUT TAK BERCAMPUR
DISTRIBUSI SOLUT ANTARA DUA PELARUT TAK BERCAMPUR
 
laporan kimia organik - Sintesis asetanilida
laporan kimia organik - Sintesis asetanilidalaporan kimia organik - Sintesis asetanilida
laporan kimia organik - Sintesis asetanilida
 
Ketetapan kesetimbangan
Ketetapan kesetimbangan Ketetapan kesetimbangan
Ketetapan kesetimbangan
 
Laporan kelarutan dua cairan yang saling bercampur sebagian
Laporan kelarutan dua cairan yang saling bercampur sebagianLaporan kelarutan dua cairan yang saling bercampur sebagian
Laporan kelarutan dua cairan yang saling bercampur sebagian
 
Metode Analisis Gravimetri
Metode Analisis Gravimetri Metode Analisis Gravimetri
Metode Analisis Gravimetri
 
laporan kimia fisik - Kelarutan sebagai fungsi temperatur
laporan kimia fisik - Kelarutan sebagai fungsi temperaturlaporan kimia fisik - Kelarutan sebagai fungsi temperatur
laporan kimia fisik - Kelarutan sebagai fungsi temperatur
 
laporan praktikum kimia anorganik - pembuatan cis dan trans kalium dioksalato...
laporan praktikum kimia anorganik - pembuatan cis dan trans kalium dioksalato...laporan praktikum kimia anorganik - pembuatan cis dan trans kalium dioksalato...
laporan praktikum kimia anorganik - pembuatan cis dan trans kalium dioksalato...
 
Laporan Pembuatan Garam Mohr
Laporan Pembuatan Garam MohrLaporan Pembuatan Garam Mohr
Laporan Pembuatan Garam Mohr
 
Iodometri dan iodimetri
Iodometri dan iodimetriIodometri dan iodimetri
Iodometri dan iodimetri
 
identifikasi alkohol,anhidrida, asil halida
identifikasi alkohol,anhidrida, asil halidaidentifikasi alkohol,anhidrida, asil halida
identifikasi alkohol,anhidrida, asil halida
 
Kelarutan sebagai fungsi suhu
Kelarutan sebagai fungsi suhuKelarutan sebagai fungsi suhu
Kelarutan sebagai fungsi suhu
 
Bab iv asidi alkalimetri
Bab iv asidi alkalimetriBab iv asidi alkalimetri
Bab iv asidi alkalimetri
 
laporan praktikum titrasi pengendapan
laporan praktikum titrasi pengendapanlaporan praktikum titrasi pengendapan
laporan praktikum titrasi pengendapan
 
laporan kimia organik - Sintesis dibenzalaseton
laporan kimia organik - Sintesis dibenzalasetonlaporan kimia organik - Sintesis dibenzalaseton
laporan kimia organik - Sintesis dibenzalaseton
 
LAPORAN asidi alkalimetri
LAPORAN asidi alkalimetriLAPORAN asidi alkalimetri
LAPORAN asidi alkalimetri
 
Laporan Praktikum Kimia Anorganik II - Kimia Tembaga
Laporan Praktikum Kimia Anorganik II - Kimia TembagaLaporan Praktikum Kimia Anorganik II - Kimia Tembaga
Laporan Praktikum Kimia Anorganik II - Kimia Tembaga
 
Kimia Analitik I
Kimia Analitik IKimia Analitik I
Kimia Analitik I
 
Pemisahan kation gol.iv
Pemisahan kation gol.ivPemisahan kation gol.iv
Pemisahan kation gol.iv
 
Kestabilan ion kompleks
Kestabilan ion kompleksKestabilan ion kompleks
Kestabilan ion kompleks
 
V. warna kelarutan dan kesetimbangan ion kompleks ni(ii)
V. warna kelarutan dan kesetimbangan ion kompleks ni(ii)V. warna kelarutan dan kesetimbangan ion kompleks ni(ii)
V. warna kelarutan dan kesetimbangan ion kompleks ni(ii)
 

Similar a Revisi artikel reaksi substitusi nukleofilik dwi karyani 1313031019

Penyerangan Nukleofilik pada senyawa organik
Penyerangan Nukleofilik pada senyawa organikPenyerangan Nukleofilik pada senyawa organik
Penyerangan Nukleofilik pada senyawa organikIrma Rahmawati
 
Analisis titrimetri (1)
Analisis titrimetri (1)Analisis titrimetri (1)
Analisis titrimetri (1)GeriSetiawan2
 
PPT KELOMPOK 6 KESETIMBANGAN.pptx
PPT KELOMPOK 6 KESETIMBANGAN.pptxPPT KELOMPOK 6 KESETIMBANGAN.pptx
PPT KELOMPOK 6 KESETIMBANGAN.pptxDedeDwika
 
Reaksi reaksi kimia
Reaksi reaksi kimiaReaksi reaksi kimia
Reaksi reaksi kimiaDita Issriza
 
Kelarutan 1.pdf
Kelarutan 1.pdfKelarutan 1.pdf
Kelarutan 1.pdfDonaPiter
 
Substitusi, eliminasi, adisi
Substitusi, eliminasi, adisiSubstitusi, eliminasi, adisi
Substitusi, eliminasi, adisinovadwiyanti08
 
Laporan Pratikum P1 Hidrokarbon_Nur Qolbi_D131211027_Kelompok 2.pdf
Laporan Pratikum P1 Hidrokarbon_Nur Qolbi_D131211027_Kelompok 2.pdfLaporan Pratikum P1 Hidrokarbon_Nur Qolbi_D131211027_Kelompok 2.pdf
Laporan Pratikum P1 Hidrokarbon_Nur Qolbi_D131211027_Kelompok 2.pdfnurqolbi1
 
Laporan praktikum 9 - gugus alkohol
Laporan praktikum 9 - gugus alkoholLaporan praktikum 9 - gugus alkohol
Laporan praktikum 9 - gugus alkoholFirda Shabrina
 
Materi reaksi, katalisator, biokatalisator
Materi reaksi, katalisator, biokatalisatorMateri reaksi, katalisator, biokatalisator
Materi reaksi, katalisator, biokatalisatorbektiprasetyaningsih
 
Reaktivitas Ion-Ion Logam Transisi
Reaktivitas Ion-Ion Logam TransisiReaktivitas Ion-Ion Logam Transisi
Reaktivitas Ion-Ion Logam TransisiRihlatul adni
 
aldol dan cleisen.pptx
aldol dan cleisen.pptxaldol dan cleisen.pptx
aldol dan cleisen.pptxSigitPurnomo65
 

Similar a Revisi artikel reaksi substitusi nukleofilik dwi karyani 1313031019 (20)

Bbbbbb
BbbbbbBbbbbb
Bbbbbb
 
Penyerangan Nukleofilik pada senyawa organik
Penyerangan Nukleofilik pada senyawa organikPenyerangan Nukleofilik pada senyawa organik
Penyerangan Nukleofilik pada senyawa organik
 
Analisis titrimetri (1)
Analisis titrimetri (1)Analisis titrimetri (1)
Analisis titrimetri (1)
 
PPT KELOMPOK 6 KESETIMBANGAN.pptx
PPT KELOMPOK 6 KESETIMBANGAN.pptxPPT KELOMPOK 6 KESETIMBANGAN.pptx
PPT KELOMPOK 6 KESETIMBANGAN.pptx
 
Alkil halida oleh dr
Alkil halida  oleh  drAlkil halida  oleh  dr
Alkil halida oleh dr
 
Reaksi senyawa karbon
Reaksi senyawa karbonReaksi senyawa karbon
Reaksi senyawa karbon
 
Reaksi reaksi kimia
Reaksi reaksi kimiaReaksi reaksi kimia
Reaksi reaksi kimia
 
Kelarutan 1.pdf
Kelarutan 1.pdfKelarutan 1.pdf
Kelarutan 1.pdf
 
Lap kimor-5-6-3rd-fa09
Lap kimor-5-6-3rd-fa09Lap kimor-5-6-3rd-fa09
Lap kimor-5-6-3rd-fa09
 
Alkalimetri
AlkalimetriAlkalimetri
Alkalimetri
 
Kimia organik-5
Kimia organik-5Kimia organik-5
Kimia organik-5
 
Substitusi, eliminasi, adisi
Substitusi, eliminasi, adisiSubstitusi, eliminasi, adisi
Substitusi, eliminasi, adisi
 
Laporan Pratikum P1 Hidrokarbon_Nur Qolbi_D131211027_Kelompok 2.pdf
Laporan Pratikum P1 Hidrokarbon_Nur Qolbi_D131211027_Kelompok 2.pdfLaporan Pratikum P1 Hidrokarbon_Nur Qolbi_D131211027_Kelompok 2.pdf
Laporan Pratikum P1 Hidrokarbon_Nur Qolbi_D131211027_Kelompok 2.pdf
 
Kimor
KimorKimor
Kimor
 
Laporan praktikum 9 - gugus alkohol
Laporan praktikum 9 - gugus alkoholLaporan praktikum 9 - gugus alkohol
Laporan praktikum 9 - gugus alkohol
 
Materi reaksi, katalisator, biokatalisator
Materi reaksi, katalisator, biokatalisatorMateri reaksi, katalisator, biokatalisator
Materi reaksi, katalisator, biokatalisator
 
Reaktivitas Ion-Ion Logam Transisi
Reaktivitas Ion-Ion Logam TransisiReaktivitas Ion-Ion Logam Transisi
Reaktivitas Ion-Ion Logam Transisi
 
aldol dan cleisen.pptx
aldol dan cleisen.pptxaldol dan cleisen.pptx
aldol dan cleisen.pptx
 
Percobaan iv
Percobaan ivPercobaan iv
Percobaan iv
 
Alkilhalida
AlkilhalidaAlkilhalida
Alkilhalida
 

Más de Dwi Karyani

Materi dan Perubahannya (2)
Materi dan Perubahannya (2)Materi dan Perubahannya (2)
Materi dan Perubahannya (2)Dwi Karyani
 
Materi dan Perubahannya (1)
Materi dan Perubahannya (1)Materi dan Perubahannya (1)
Materi dan Perubahannya (1)Dwi Karyani
 
Peta konsep struktur atom
Peta konsep struktur atomPeta konsep struktur atom
Peta konsep struktur atomDwi Karyani
 
Mapping program struktur atom bohr dan mekanika kuantum fixxxx
Mapping program struktur atom bohr dan mekanika kuantum fixxxxMapping program struktur atom bohr dan mekanika kuantum fixxxx
Mapping program struktur atom bohr dan mekanika kuantum fixxxxDwi Karyani
 
model model pengembangan media pembelajaran
 model model pengembangan media pembelajaran  model model pengembangan media pembelajaran
model model pengembangan media pembelajaran Dwi Karyani
 
media berbasis ict
 media berbasis ict  media berbasis ict
media berbasis ict Dwi Karyani
 
jenis-jenis media
jenis-jenis mediajenis-jenis media
jenis-jenis mediaDwi Karyani
 
peta konsep pemanfaatan program media
peta konsep pemanfaatan program mediapeta konsep pemanfaatan program media
peta konsep pemanfaatan program mediaDwi Karyani
 
Tugas 5 l.g.dwi karyani 1313031019
Tugas 5 l.g.dwi karyani 1313031019Tugas 5 l.g.dwi karyani 1313031019
Tugas 5 l.g.dwi karyani 1313031019Dwi Karyani
 
Tugas 4 L.G.dwi karyani 1313031019_vib
Tugas 4 L.G.dwi karyani 1313031019_vibTugas 4 L.G.dwi karyani 1313031019_vib
Tugas 4 L.G.dwi karyani 1313031019_vibDwi Karyani
 
Tugas 3 b L.G.dwi karyani_1313031019_vib
Tugas 3 b L.G.dwi karyani_1313031019_vibTugas 3 b L.G.dwi karyani_1313031019_vib
Tugas 3 b L.G.dwi karyani_1313031019_vibDwi Karyani
 
Tugas 3 dwi karyani 1313031019_vib
Tugas 3 dwi karyani 1313031019_vibTugas 3 dwi karyani 1313031019_vib
Tugas 3 dwi karyani 1313031019_vibDwi Karyani
 
Tugas 2 dwi karyani 1313031019_vib
Tugas 2 dwi karyani 1313031019_vibTugas 2 dwi karyani 1313031019_vib
Tugas 2 dwi karyani 1313031019_vibDwi Karyani
 
Jurnal percobaan v kelarutan sebagai fungsi suhu
Jurnal percobaan v kelarutan sebagai fungsi suhuJurnal percobaan v kelarutan sebagai fungsi suhu
Jurnal percobaan v kelarutan sebagai fungsi suhuDwi Karyani
 
Jurnal percobaan iii penentuan kalor pelarutan
Jurnal percobaan iii penentuan kalor pelarutanJurnal percobaan iii penentuan kalor pelarutan
Jurnal percobaan iii penentuan kalor pelarutanDwi Karyani
 
Jurnal percobaan ii kalorimeter
Jurnal percobaan ii kalorimeterJurnal percobaan ii kalorimeter
Jurnal percobaan ii kalorimeterDwi Karyani
 
Jurnal percobaan i penentuan berat molekul
Jurnal percobaan i penentuan berat molekulJurnal percobaan i penentuan berat molekul
Jurnal percobaan i penentuan berat molekulDwi Karyani
 

Más de Dwi Karyani (20)

Doll
DollDoll
Doll
 
Materi dan Perubahannya (2)
Materi dan Perubahannya (2)Materi dan Perubahannya (2)
Materi dan Perubahannya (2)
 
Materi dan Perubahannya (1)
Materi dan Perubahannya (1)Materi dan Perubahannya (1)
Materi dan Perubahannya (1)
 
Rpp kimia unsur
Rpp kimia unsurRpp kimia unsur
Rpp kimia unsur
 
Peta konsep struktur atom
Peta konsep struktur atomPeta konsep struktur atom
Peta konsep struktur atom
 
Mapping program struktur atom bohr dan mekanika kuantum fixxxx
Mapping program struktur atom bohr dan mekanika kuantum fixxxxMapping program struktur atom bohr dan mekanika kuantum fixxxx
Mapping program struktur atom bohr dan mekanika kuantum fixxxx
 
model model pengembangan media pembelajaran
 model model pengembangan media pembelajaran  model model pengembangan media pembelajaran
model model pengembangan media pembelajaran
 
multimedia
 multimedia  multimedia
multimedia
 
media berbasis ict
 media berbasis ict  media berbasis ict
media berbasis ict
 
jenis-jenis media
jenis-jenis mediajenis-jenis media
jenis-jenis media
 
peta konsep pemanfaatan program media
peta konsep pemanfaatan program mediapeta konsep pemanfaatan program media
peta konsep pemanfaatan program media
 
Tugas 5 l.g.dwi karyani 1313031019
Tugas 5 l.g.dwi karyani 1313031019Tugas 5 l.g.dwi karyani 1313031019
Tugas 5 l.g.dwi karyani 1313031019
 
Tugas 4 L.G.dwi karyani 1313031019_vib
Tugas 4 L.G.dwi karyani 1313031019_vibTugas 4 L.G.dwi karyani 1313031019_vib
Tugas 4 L.G.dwi karyani 1313031019_vib
 
Tugas 3 b L.G.dwi karyani_1313031019_vib
Tugas 3 b L.G.dwi karyani_1313031019_vibTugas 3 b L.G.dwi karyani_1313031019_vib
Tugas 3 b L.G.dwi karyani_1313031019_vib
 
Tugas 3 dwi karyani 1313031019_vib
Tugas 3 dwi karyani 1313031019_vibTugas 3 dwi karyani 1313031019_vib
Tugas 3 dwi karyani 1313031019_vib
 
Tugas 2 dwi karyani 1313031019_vib
Tugas 2 dwi karyani 1313031019_vibTugas 2 dwi karyani 1313031019_vib
Tugas 2 dwi karyani 1313031019_vib
 
Jurnal percobaan v kelarutan sebagai fungsi suhu
Jurnal percobaan v kelarutan sebagai fungsi suhuJurnal percobaan v kelarutan sebagai fungsi suhu
Jurnal percobaan v kelarutan sebagai fungsi suhu
 
Jurnal percobaan iii penentuan kalor pelarutan
Jurnal percobaan iii penentuan kalor pelarutanJurnal percobaan iii penentuan kalor pelarutan
Jurnal percobaan iii penentuan kalor pelarutan
 
Jurnal percobaan ii kalorimeter
Jurnal percobaan ii kalorimeterJurnal percobaan ii kalorimeter
Jurnal percobaan ii kalorimeter
 
Jurnal percobaan i penentuan berat molekul
Jurnal percobaan i penentuan berat molekulJurnal percobaan i penentuan berat molekul
Jurnal percobaan i penentuan berat molekul
 

Último

HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.pptHAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.pptnabilafarahdiba95
 
PPT SOSIALISASI PENGELOLAAN KINERJA GURU DAN KS 2024.pptx
PPT SOSIALISASI PENGELOLAAN KINERJA GURU DAN KS 2024.pptxPPT SOSIALISASI PENGELOLAAN KINERJA GURU DAN KS 2024.pptx
PPT SOSIALISASI PENGELOLAAN KINERJA GURU DAN KS 2024.pptxMaskuratulMunawaroh
 
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptxBab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptxrizalhabib4
 
1. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 2024
1. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 20241. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 2024
1. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 2024DessyArliani
 
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsxvIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsxsyahrulutama16
 
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...pipinafindraputri1
 
Prakarsa Perubahan dan kanvas ATAP (1).pptx
Prakarsa Perubahan dan kanvas ATAP (1).pptxPrakarsa Perubahan dan kanvas ATAP (1).pptx
Prakarsa Perubahan dan kanvas ATAP (1).pptxHaryKharismaSuhud
 
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfAndiCoc
 
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdfProv.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdfIwanSumantri7
 
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKAKELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKAppgauliananda03
 
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdfAndiCoc
 
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMK
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMKAksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMK
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMKgamelamalaal
 
MODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfAndiCoc
 
TUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHAN
TUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHANTUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHAN
TUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHANwawan479953
 
MODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfAndiCoc
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptxDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptxwawan479953
 
Modul Ajar IPAS Kelas 4 Fase B Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar IPAS Kelas 4 Fase B Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar IPAS Kelas 4 Fase B Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar IPAS Kelas 4 Fase B Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Abdiera
 
SOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAY
SOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAYSOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAY
SOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAYNovitaDewi98
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdfAndiCoc
 
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdfAksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdfEniNuraeni29
 

Último (20)

HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.pptHAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
 
PPT SOSIALISASI PENGELOLAAN KINERJA GURU DAN KS 2024.pptx
PPT SOSIALISASI PENGELOLAAN KINERJA GURU DAN KS 2024.pptxPPT SOSIALISASI PENGELOLAAN KINERJA GURU DAN KS 2024.pptx
PPT SOSIALISASI PENGELOLAAN KINERJA GURU DAN KS 2024.pptx
 
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptxBab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
 
1. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 2024
1. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 20241. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 2024
1. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 2024
 
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsxvIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
 
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
 
Prakarsa Perubahan dan kanvas ATAP (1).pptx
Prakarsa Perubahan dan kanvas ATAP (1).pptxPrakarsa Perubahan dan kanvas ATAP (1).pptx
Prakarsa Perubahan dan kanvas ATAP (1).pptx
 
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdfProv.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
 
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKAKELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
 
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMK
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMKAksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMK
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMK
 
MODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
TUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHAN
TUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHANTUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHAN
TUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHAN
 
MODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptxDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
 
Modul Ajar IPAS Kelas 4 Fase B Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar IPAS Kelas 4 Fase B Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar IPAS Kelas 4 Fase B Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar IPAS Kelas 4 Fase B Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
 
SOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAY
SOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAYSOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAY
SOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAY
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdfAksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
 

Revisi artikel reaksi substitusi nukleofilik dwi karyani 1313031019

  • 1. 1 REAKSI SUBSTITUSI NUKLEOFILIK Oleh L.G. Dwi Karyani Jurusan Pendidikan Kimia, FMIPA, UNDIKSHA Jalan Udayana Singaraja, Bali Email: dwikaryani30@yahoo.com Abstract The objectives of these experiments was (1) to made tertiary butyl chloride from nucleophilic substitution reaction oftertiary butyl alcohol and hydrochloride acid.The object of these studies was tertiary butyl alcohol with colorless liquid. The method of these studies was an experiment method with quantitative analyzing data. The result of these experiments showed that tertiary butyl chloride can be syntesis by nucleophilic substitution reaction of tertiary butyl alcohol and hydrochloride acid, with the rendeme n percentage was occurred at 14.39%. The error percentage was 85.60%. Key words: nucleophilic substitution reaction, tertiary butyl alcohol, tertiary butyl chloride Abstrak Tujuan dari penelitian ini adalah (1) untuk membuat tersier butil klorida dari tertier butil alkohol dan asam klorida melalui reaksi substitusi nukleofilik dan (2) menghitung rendemen tersier butil klorida yang diperoleh. Objek penelitian ini adalah sampel cair tidak berwarna dari tersier butil alkohol. Metode penelitian ini adalah metode eksperimen dengan analisis data kuantitatif. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa tersier butil klorida dapat disintesis dengan mereaksikan tersier butil alkohol dengan asam klorida melalui reaksi substitusinukleofilik serta persentase rendemen tersier butil klorida yang diperoleh adalah 14,39%. Persentase kesalahan yang dilakukan sebesar 85,60%. Kata kunci: reaksi substitusi nukleofilik, tersier butil alkohol, tersier butil klorida PENDAHULUAN Senyawa organik, dapat mengalami beberapa jenis reaksi kimia. Salah satu jenis reaksi kimia adalah reaksi substitusi. Reaksi substitusi merupakan suatu reaksi yang berlangsung karena pergantian (sustitusi) satu atom atau gugus atom dalam suatu senyawa oleh atom atau gugus lain. Jika reaksi subtitusi melibatkan nukleofil maka reaksi disebut reaksi substitusinukleofilik (Suja & Nurlita, 2003). Nukleofil adalah spesies yang suka inti karena bermuatan negatif atau kaya akan elektron. Umumnya sebuah nukleofil ialah spesi apa saja yang tertarik ke suatu pusat positif. Kebanyakan nukleofil adalah anion, namun beberapa molekul polar yang netral, seperti H2O, CH3OH dan CH3NH2 dapat juga bertindak sebagai nukleofil. Terdapat dua macam nukleofil yakni nukleofil negatif (Nu:-) dan nukleofil netral (Nu:). Nukleofil negatif merupakan nukleofil yang memiliki pasangan elektron tidak berikatan dan bermuatan negatif contohnya adalah ion hidroksida (OH-), ion halida (R-), karbanion, dan lainnya. Nukleofil netral adalah nukleofil yang memiliki pasangan elektron tidak berikatan dan tidak bermuatan contohnya adalah alkohol (Fessenden & Fessenden, 1982). Reaksi substitusi dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu reaksi subtitusi nukleofilik bimolekuler (SN2) dan reaksi substitusinukleofilik unimolekuler (SN1). Reaksi substitusi nukleofilik unimolekuler (SN1) merupakan reaksi subtitusi nukleofilik dimana laju reaksinya hanya tergantung pada konsentrasi substrat dan tidak tergantung pada konsentrasi nukleofil sehingga persamaan laju reaksinya dapat ditulis sebagai berikut (Suja & Nurlita, 2003): Laju reaksi = k [Substrat] Pada reaksi SN1 reaksi yang terjadi tidak serempak melainkan terjadi secara bertahap. Contoh dari reaksi substitusi nukleofilik unimolekuler adalah hidrolisis tersier butil bromida (Fessenden & Fessenden, 1982): Tahap 1  Pembentukan ion karbonium (CH3)3C‒Br(aq) → (CH3)3C+‒Br- (aq) → (CH3)3C+ (aq) + Br- (aq) Tahap 2  Penyerangan ion karbonium (CH3)3C+ (aq) + H2O(aq) → (CH3)3C‒O(+)H2(aq) → (CH3)3C‒OH(aq) Mekanisme yang dapat digambarkan sebagai berikut. Tahap 1  Pembentukan ion karbonium C Me Et Pr X C Me Et Pr X C Me Pr Et + X
  • 2. 2 Tahap 2  Penyerangan ion karbonium C Me Et Y C Me Pr Et + PrY CY Me Et Pr Gambar 1 dan 2. Mekanisme reaksi SN1 Reaksi substitusi nukleofilik bimolekuler (SN2) merupakan reaksi substitusi nukleofilik dimana laju reaksinya dipengaruhi oleh konsentrasi substrat dan konsentrasi nukleofil sehingga persamaan laju reaksinya dapat ditulis sebagai berikut: Laju reaksi = k [substrat] [nukleofil] Y + C H H R X C H R H XY C R H HY + X Gambar 3. Mekanisme Reaksi SN2 Pada reaksi substitusi nukleofilik, ada beberapa faktor penentu yang memengaruhi reaksi yakni (1) struktur substrat; (2) sifat nukleofil; (3) sifat pelarut; (4) sifat gugus pergi. Struktur substrat (RX) mempengaruhi reaksi substitusiyang terjadi. RX primer cenderung mengalami reaksi SN2, RX tersier cenderung mengalami reaksi SN1, dan RX sekunderdapat mengalami reaksi SN1 dan SN2. Hal ini disebabkan oleh kerapatan elektron pada atom karbon yang mengikat gugus pergi. Semakin stabil ion karbonium yang dihasilkan maka mekanisme reaksi SN1 semakin dominan. Sifat nukleofil dimana nukleofil kuat seperti alkoksida dan ion hidroksida cenderung mengalami reaksi SN2, sedangkan nukleofil lemah seperti air dan alkohol cenderung mengalami reaksi SN1. Pelarut yang memiliki polaritas besar cenderung akan terjadi reaksi SN1 karena hal ini mempermudah substrat mengalami ionisasi dan menstabilkan ion yang dihasilkannya. Sebaliknya apabila polaritas kecil maka terjadinya ionisasi kecil sehingga dominan terjadi reaksi SN2. METODE Penelitian dilakukan di Laboratorium Kimia Organik jurusan Pendidikan Kimia Undiksha pada tanggal 15 September 2015, jam 07.30-13.30 WITA. Alat dan Bahan Terdapat beberapa alat dan bahan yang perlu disiapkan dalam penelitian ini. Alat yang digunakan antara lain gelas ukur, tabung reaksi, erlenmeyer, gelas kimia, pipet gondok, filler, corong pisah, pipet tetes, pemanas, satu set alat destilasi, cawan porselen, penjepit kayu, statif, klem, corong, batang pengaduk serta termometer. Bahan-bahan yang diperlukan dalam penelitian ini adalah asam klorida pekat, tersier butil alkohol, aquades,larutan natrium bikarbonat, CuSO4 anhidrous serta kertas saring. Prosedur Metode dari penelitian ini adalah metode eksperimen dengan analisis data secara kuantitatif. Prosedurnya adalah sebagai berikut : Gambar 4. HCl pekat didinginkan Pertama, 15 mL reagen asam klorida pekat didinginkan dalam penangas es, lalu dimasukkan ke dalam corong pisah. Kemudian 5 mL tersier butil alkohol ditambahkan juga ke dalam corong pisah secara perlahan-lahan sambil dikocok. Setelah semua tersier butil alkohol habis ditambahkan, pengocokan dilanjutkan selama kurang lebih 20 menit. Campuran tersebut didiamkan sampai terbentuk dua lapisan yang terpisah. Lapisan bawah tersebut merupakan asam klorida sisa dan lapisan atas merupakan tersier butil klorida. Lapisan bawah dipisahkan dengan cara mengalirkannya ke dalam gelas kimia. Lalu lapisan atas dicuci dengan 5 mL aquades, kemudian dicuci lagi dengan 10 mL larutan natrium bikarbonat. Setelah pencucian, produk dikeringkan dengan penambahan zat anhidrous yaitu CuSO4 anhidrous. Saring produk tersebut kemudian didestilasi antara suhu 49-520C. Destilat tersebut merupakan tersier butil klorida dengan indeks bias 1,386. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN Reaksi substitusi nukleofilik pada praktikum ini merupakan reaksi substitusi nukleofilik unimolekuler (SN1). Hal ini disebabkan oleh struktur tersier yang dimiliki tersier butil alkohol sehingga dapat menyebabkan adanya rintangan sterik yang besar sehingga tidak dimungkinkan untuk mengalami reaksi SN2. Pereaksi yang digunakan dalam reaksi ini adalah tertier butil alkohol atau tertier butanol yang berupa larutan tidak berwarna. Pereaksi ini digunakan karena dapat membentuk ion karbonium yang kurang stabil akibat terlepasnya gugus hidroksi membentuk H2O. Karena kurang stabilnya ion karbanium, ion ini mudah diserang oleh nukleofil Cl- dan menghasilkan tersier butil klorida. Pelarut yang digunakan adalah larutan HCl pekat yang tidak berwarna karena HCl memiliki polaritas besar yang mempermudah substrat untuk mengalami ionisasi dan menstabilkan ion yang dihasilkan. Sebelum HCl Pekat Es
  • 3. 3 digunakan, larutan HCl pekat harus didinginkan terlebih dahulu yang bertujuan untuk mencegah suhu reaksi yang terlalu tinggi karena reaksi antara tersier butil alkohol dan HCl merupakan reaksi eksoterm yang menghasilkan panas dan menimbulkan tekanan besar (Fessenden & Fessenden, 1982). Penambahan tersier butil alkohol dilakukan sedikit demi sedikit ke dalam larutan HCl pekat yang disertai dengan pengocokan. Hal ini disebabkan oleh karena reaksi antara tersier butil alkohol dengan larutan HCl pekat berlangsung sangat lambat. Dalam proses pengocokan, keran corong pisah harus dibuka sesekali agar gas yang dihasilkan dapat dikeluarkan ke lingkungan sehingga sistem tidak panas dan tidak menimbulkan letupan akibat tekanan gas yang terlalu besar. Reaksi yang terjadi antara tersier butil alkohol dengan HCl pekat adalah sebagai berikut: (CH3)3COH(aq) + HCl(aq) → (CH3)3CCl(aq) + H2O(aq) Gambar 5. Proses pengocokan campuran t- butanol dan HCl pekat Setelah dikocok selama 20 menit, larutan didiamkan hingga terlihat jelas terjadinya dua lapisan yaitu lapisan atas yang merupakan tersier butil klorida dengan massa jenis 0,84 gr/cm3 dan lapisan bawah merupakan larutan HCl pekat berlebih yang tidak bereaksi dengan tersier butil alkohol dengan massa jenis 1,231 gr/cm3. Gambar 6. Dua lapisan yang terbentuk setelah campuran didiamkan Mekanisme pembentukan tersier butil klorida terjadi dalam dua tahapan, yaitu tahap pembentukan ion karbonium dan penyerangan ion karbonium oleh nukleofil. Pada tahap pertama, tersier butil alkohol bereaksi dengan H+ akibat adanya pasangan elektron bebas pada atomO yang menyerang H+. Pembentukan ion karbonium tersier ini diikuti dengan pelepasan molekul air (H2O). Tahap selanjutnya adalah nukleofil yang dalam hal ini adalah Cl:- menyerang ion karbonium sehingga terbentuk hasil reaksi yakni tertier butil klorida. Mekanisme reaksi yang terjadi selama proses pembentukan tertier butil klorida adalah sebagai berikut. C O H3C CH3 CH3 H C O H3C CH3 CH3 HH Cl C O H3C CH3 CH3 HH -H2O CH3C CH3 CH3 Cl CH3C CH3 CH3 Cl H Gambar 7. Mekanisme reaksi SN1 Lapisan bawah (HCl sisa) yang tidak berwarna kemudian dipisahkan dengan produk. Gambar 8. Proses pemisahan lapisan bawah yang merupakan HCl sisa tidak berwarna Lapisan tersier butil klorida yang diperoleh belum murni, masih terdapat kandungan air dan larutan HCl pekat yang teroklusi dalam molekul tersier butil klorida. Untuk menghilangkan kandungan HCl pekat, dilakukan pencucian dengan aquades dan dengan larutan natrium bikarbonat. Pencucian dengan air menyebabkan terbentuknya dua fasa. Lapisan atas yang tidak berwarna yang merupakan tersier butil klorida dan lapisan bawah yang tidak berwarna merupakan air. Pencucian dengan natrium bikarbonat menghasilkan dua fasa yaitu lapisan atas yang keruh yang merupakan t-butil klorida dan lapisan bawah yang tidak berwarna yang merupakan natrium bikarbonat. Natrium bikarbonat merupakan garam yang berasal dari basa kuat, sehingga dapat bereaksi dengan sisa-sisa HCl. Adapun reaksinya sebagai berikut: NaHCO3(aq) + HCl(aq) → NaCl(aq) + H2O(l) + CO2 (g) Zat anhidrous yang digunakan dalam pratikum ini adalah CuSO4. Anhidrous digunakan untuk menghilangkan kadar air yang terdapat di dalam t- butil klorida. Padatan CuSO4 digunakan karena kandungan air dalam padatan tersebut mudah untuk diamati. Padatan CuSO4 yang tidak mengandung air berwarna putih. Jika padatan CuSO4 menyerap air, maka warna padatannya akan berubah menjadi biru. Ketika produk ditambahkan dengan padatan CuSO4, warna padatan CuSO4 berubah menjadi biru yang mengindikasikan masih terdapat kandungan air Campuran t-butanol dan HCl pekat t-butil klorida HCl HCl sisa produk
  • 4. 4 dalam produk tersebut. Produk ditambahkan dengan padatan CuSO4 sampai padatan CuSO4 tidak berubah warna lagi menjadi biru. Selanjutnya produk dipisahkan dengan zat anhidrous tadi dengan penyaringan. Volume produk t-butil klorida yang diperoleh adalah 12 mL. Gambar 9. Zat anhidrous setelah ditambahkan ke dalam produk menjadi biru yang mengindikasikan masih terdapat air dalam produk Destilasi sederhana merupakan salah satu metode pemisahan berdasarkan perbedaan titik didih komponen-komponen dalam suatu campuran. Produk t-butil klorida yang dihasilkan, didestilasi untuk menghasilkan t-butil klorida murni pada temperatur 49-520C. Produk t-butil klorida 12 mL tersebut di destilasi di mana suhu awalnya yaitu 28 0C, suhu awal menetes yaitu 450C, dan dicapai suhu konstan yaitu 490C, sehingga filtrat hasil destilasi di dapatkan sebanyak 0,84 mL. Gambar 10. Destilasi untuk mendapatkan filtrat Berdasarkan data hasil pengamatan diatas dapat dihitung total rendemen yang diperoleh: Volume tersier butil alkohol = 5 mL ρ = massa V 0,78 g mL⁄ = massa 5 mL massa = 3,9 gram Mol dari tersier butil alkohol adalah sebagai berikut: mol = massa Mr mol = 3,9 gram 74 g mol⁄ mol = 0,053 mol Sesuai dengan persamaan reaksi: (CH3)3COH(aq) + HCl(aq) → (CH3)3CCl(aq) + H2O(aq) maka mol tersier butil alkohol = mol tersier butil klorida = 0,053 mol Jadi massa tersier butil klorida adalah: massa = mol × Mr massa = 0,053 mol × 92,5g mol⁄ massa = 4,9025 gram Volume tersier butil klorida secara teoritis adalah sebagai berikut: ρ = massa V 0,84g mL⁄ = 4,9025 g V V = 5,836 mL Volume tersier butil klorida hasil percobaan adalah 0,84 mL. Jadi persen rendemennya adalah: %rendemen = V hasil percobaan V secara teoritis × 100% %rendemen = 0,84 mL 5,836 mL × 100% % rendemen = 14,39 % Berdasarkan hal tersebut dapat dihitung persen kesalahan yaitu: %kesalahan = V teoritis − V percobaan V teoritis × 100% %kesalahan = 5,836 mL − 0,84 mL 5,836 mL × 100% % kesalahan = 85,60 % Kesalahan yang diperoleh cukup besar. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor antara lain; (1) Proses pendinginan larutan HCl yang dilakukan kurang sempurna. Larutan HCl masih mengeluarkan gas sehingga volume dari HCl yang akan digunakan untukbereaksi dengan tersierbutil alkohol berkurang, (2) proses pengocokan larutan HCl dengan tersier butil alkohol belum optimal sehingga tumbukan yang terjadi belum sempurna, (3) proses pemisahan lapisan pada corong pisah yang dilakukan kurang baik sehingga menyebabkan tersier butil klorida yang terbentuk belum memisah secara sempurna dengan larutan HCl pekat sisa, (4) proses pemisahan lapisan atas dan bawah pada saat pencucian dengan air dan pencucian dengan NaHCO3 belum teliti sehingga diperkirakan beberapa tertier butil klorida ikut keluar. KESIMPULAN Tersier butil klorida dapat diperoleh melalui reaksi substitusi nukleofilik tersier butil alkohol dan asam klorida dengan persentase rendemen 14,39% serta persentase kesalahan sebesar 85,60%. Sekian artikel yang dapat saya buat, apabila terdapat kesalahan yang tidak disengaja saya mohon maaf dan terimakasih. Zat anhidrous Destilat Destilasi
  • 5. 5 DAFTAR PUSTAKA Frieda Nurlita & I Wayan Suja. 2004. Buku Ajar PraktikumKimia Organik. Singaraja: IKIP Negeri Singaraja Fessenden, R., & Fessenden, J. 1982. Kimia Organik Jilid I. Jakarta: Erlangga Frieda Nurlita & I Wayan Suja. 2003. Buku Ajar Kimia Organik Lanjut. Singaraja: IKIP Negeri Singaraja