Teks tersebut membahas tentang teknik pencegahan kecelakaan kerja di tempat kerja. Secara garis besar mencakup dua aspek yaitu perangkat keras berupa peralatan dan perlengkapan keselamatan serta perangkat lunak yaitu manusia. Teknik pencegahan mencakup antara lain penggunaan alat pelindung diri saat bekerja di ketinggian, penggunaan perancah dan tangga yang aman, teknik pengemudi yang aman, pencegahan tergelinc
10. Peralatan pelindung jatuh (fall arrest) harus dipergunakan oleh ahli perancah. jika bekerja di atas 4 meter dengan sisi yang tidak terlindung (untuk pekerja lain, batas ini biasanya hanya 2 meter)
11. Perancah harus diinspeksi oleh orang yang kompeten dan pelaporan hasil inspeksi terdata pada buku log perancah.
16. Jangan pergunakan dan bekerja dengan perancah kecuali luas platform perancah tersebut minimal 4 board, dilengkapi dengan handrail, intermediate rail dan toe board .
17. Pekerjaan ringan dapat dilakukan tanpa handrail tetapi diperlukan penggunaan full harness yang dapat dikaitkan pada anchor
54. Saat bekerja di ketinggian singkirkan semua material yang dapat terlepas seperti baut, mur, peaalatantools, kayu-kayu,dll jika pekerjaan telah selesai.
81. Campuran debu batubara atau debu arang serta udara, berpotensi untuk meledak dan membawa kemungkinan terjadi ledakan hebat - hindari terbentuknya awan debu - jauhkan sumber api seperti batubara yang menyala, bunga api, pengelasan, listrik statis, merokok, dll.
84. Tidak seorangpun boleh memasuki vessel di mana terpasang sumber radioaktif. Jika diperlukan untuk masuk ke dalam vessel tsb. seseorang harus menunggu sampai PPR menyatakan bahwa sumber tersebut telah diamankan.
88. Hasil studi ini menunjukkan bahwa kecelakaan kerja diperkebunan terkait dengan bentuk operasi kerja di perkebunan mulai dari proses replanting, penanaman, pemeliharaan tanaman sampai proses produksi. Temuan penting menunjukkan bidang kerja yang paling rentan terhadap resiko kecelakaan adalah buruh bagian pemanen, bagian penyemprotan hama dan pemupukan.
89. Bentuk kecelakaan kerja di perkebunan, khususnya perkebunan sawit dan karet adalah tertimpa pelepah dan buah, mata terkena kotoran dan tatal (getah) bagi buruh bagian panen dan pembersihan lahan.Terkena tetesan gromoxone, roun-dup dan terhirup racun pestisida, fungisida dan insektisida terutama pekerjaan yang berhubungan dengan penyemprotan.
90. Bentuk kecelakaan kerja tersebut berdampak pada resiko cacad anggota tubuh seperti mata buta bagi pemanen buah sawit dan penderes karet, cacad kelahiran terutama bagi wanita penyemprot, bahkan menumui ajal ketika tertimpa tandan buah sawit (TBS).
91. Kerakteristik penyebab umum kecelakaan antara lain tempat kerja (ancak) yang tidak rata (berbukit), pohon sawit/karet yang bengkok, pohon karet/sawit yang relatif tinggi, bersemak lebat, ancak berlobang dapat dikategorikan lingkungan kerja yang tidak aman dalam arti resiko tinggi terhadap kecelakaan.
92. Penyebab terperinci, berdasarkan analisis kronologis diakibatkan oleh kelalaian buruh, kekurang terampilan, alat kerja serta pelindung kerja yang tidak cukup dan mandor pengawas tidak punya standart operasi pengawasan, serta tidak ada pengawasan sewaktu buruh bekerja dapat dikategorikan perilaku yang tidak aman.
93. Penyebab pokok adalah perusahaan mengabaikan tanggung jawab K-3;tidak mensosialisasikan keselamatan kerja kepada buruh menyebabkan rendahnya kesadaran buruh atas keselamatan kerja, tidak pernah melatih pekerja terampil manjaga keselamatan kerja, upah yang rendah, pekerja memacu kerja demi premi sehingga mengabaikan aspek keselamatan kerja, serta target kerja (beban kerja) tinggi tidak diimbangi oleh pola makan (gizi) yang cukup.
94. Fakta dilapangan dari 6 perkebunan besar disumatera utara, ditemukan 47 kasus kecelakaan terindentifikasi selama 4 bulan terakhir (Jan sampai April 2008). 47 kasus tersebut, 32 (68,08%) korban diantaranya dikategorikan kecelakaan ringan seperti tertusuk duri sawit, ketimpa pelepah, gigitan serangga berbisa dan keseleo akibat jalan licin. 11 (23,40%) cacat kebanyakan cacat mata (mengecil, mengalami rabun bahkan buta) kena tatal (getah karet) yang sudah terkontaminasi dengan zat kimiawi, kotoran berondolan sawit dan tertimpa tandan buah segar, tubuh terkena bahan (TBS) kimiawi beracun akibat tingginya interaksi pada saat penyemprotan dan 2 orang buruh (4,25) jiwanya melayang, 1 orang kena sengatan listrik dan 1 orang lagi tertimpa tandan buah segar waktu memanen.
95.
96.
97. Masyarakat menjadi semakin konsumtif, tidak produktif (one dimensional man, hanya mampu mengkonsumsi/menghabiskan).
98. Orang suka mengejar kemewahan materiil dengan membeli barang-arang mutakhir dan paling baru yang mahal-mahal, sehingga manusia menjadi ”materieel bejacht” atau mengalami haus materiil yang tidak terpuas-puaskan; menjadi boros dan suka menghambur-hamburkan kekayaannya.
99. Manusia menjadi semakin lemah fisik dan mentalnya oleh pemanjaan dengan fasilitas-fasilitas materiil.
100. Masalah polusi (pengotoran, pencemaran) udara, air, sungai, dan tanah atau lahan pertanian yang menjadi semakin parah.
120. staff yang telah ada (penempatan kembali, promosi, transfer, mutasi)
121. Manajemen ( audit, investigasi, tindakan pencegahan, rapat untuk memfasilitasi, dll)
122. kontraktor sesuai keperluanSemua pelatihan keselamatan terdata, khususnya pada file pribadi secara rutin harus dikaji ulang.<br />Komunikasi<br />Komunikasi merupakan suatu faktor penting dari program keselamatan, harus mencakup informasi mengenai program keselamatan khusus setiap lokasi, umpan balik dalam hal kinerja dan tindakan yang diambil, mempelajari hal penting guna mencegah kecelakaan.<br />