Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pembelajaran kolaboratif dengan bantuan diagram V terhadap keterampilan pengamatan dan inferensi logika siswa pada materi hidrokarbon. Hasilnya menunjukkan bahwa pembelajaran kolaboratif dengan diagram V mampu meningkatkan keterampilan tersebut dan memberikan pengaruh sebesar 33,7% terhadap hasil belajar siswa.
1. COLLABORATIVE LEARNING BERBANTUAN DIAGRAM VEE
TERHADAP KETERAMPILAN GENERIK PENGAMATAN DAN
INFERENSI LOGIKA
Diah Ika Rusmawati*), Tjahyo Subroto, Sudarmin
Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Semarang
Gedung D6 Kampus Sekaran Gunungpati Telp. 8508112 Semarang 50229
dheah_rose@yahoo.com, 085640647759
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penerapan collaborative learning
berbantuan diagram vee terhadap keterampilan generik sains pengamatan dan inferensi
logika pada materi hidrokarbon. Populasi penelitiannya siswa kelas X SMA N 1 Gombong
tahun ajaran 2011/ 2012 sebanyak 285 yang terbagi dalam 9 kelas. Sampel ditentukan
menggunakan teknik cluster random sampling dan dihasilkan X 5 sebagai kelas eksperimen
dan X 7 sebagai kelas kontrol. Metode pengumpulan data adalah tes berbentuk soal essay,
diagram vee, angket, wawancara, observasi, dan dokumentasi. Hasil penelitian
menunjukkan collaborative learning berbantuan diagram vee mampu meningkatkan
penguasan keterampilan generik sains pada taraf pencapain sedang. Keterampilan generik
sains pengamatan kelas eksperimen lebih baik dibandingkan keterampilan generik sains
inferensi logikanya. Besarnya pengaruh pada pembelajaran mencapai 33,70%. Hal ini
berarti penerapan collaborative learning berbantuan diagram vee memiliki pengaruh
sedang. Keunggulan collaborative learning berbantuan diagram vee disamping
meningkatkan penguasaan keterampilan generik sains pengamatan dan inferensi logika
siswa dan konsep hidrokarbon, juga membuat siswa lebih teliti dan terampil dalam
melakukan percobaan, menuntut siswa lebih aktif selama pembelajaran.
Kata kunci: Collaborative learning; diagram vee ; hidrokarbon; keterampilan
generik sains
Abstract
This research aim to detect applications influence of collaborative learning use vee
diagram toward skills of observation and logical inference generic science in hydrocarbon
matter. Research population of class student of X SMA N 1 Gombong school year 2011/
2012 counted 285 which divided in 9 classes. Sample determined to use technique of cluster
random sampling and yielded by X 5 as experiment class and X 7 as control class. Method
data collecting is test in form of problem of essay, vee diagram, inquiry, interview,
observation, and documentation. Result of research indicates that collaborative learning use
vee diagram can improve mastery of skill of generic science at level of achievement. Skill
of observation generic science of compared to better experiment class of skill logical
inference generic science. Level of influence tired study 33,70%. Matter this means
applying of collaborative learning use vee diagram have influence. Excellence of
collaborative learning use vee diagram beside improve domination skill of observation and
logical inference generic sciences and hydrocarbon concept, also make student more
accurate and skillful in attempt, claim student more active during study.
Keyword: Collaborative Learning; vee diagram; hydrocarbon; skill of generic science
2. Pendahuluan
Ilmu kimia merupakan salah satu sub bidang ilmu pengetahuan alam (IPA) yang
diberikan kepada siswa SMA. Ilmu kimia mempelajari unsur, atom, molekul, baik struktur
maupun susunannya. Beberapa siswa di SMA Negeri 1 Gombong menganggap pelajaran
kimia dianggap rumit, padahal sebenarnya peristiwa kimia sering kita jumpai dalam
kehidupan sehari-hari. Anggapan yang sudah terpatri dalam diri siswa tersebut harus diubah
dan diluruskan. Guru mempunyai tugas untuk mengubah anggapan siswa bahwa materi
pelajaran kimia itu mudah dipahami. Guru dituntut mampu menyajikan pelajaran kimia
dengan metode yang menarik.
SMA Negeri 1 Gombong merupakan salah satu SMA di kabupaten Kebumen yang
mempunyai fasilitas penunjang cukup memadai seperti perpustakaan, laboratorium, dan
ruang multimedia. Laboratorium kimia yang ada di sekolah tersebut belum digunakan
secara maksimal. Guru lebih mementingkan menyampaikan teori dibandingkan
menggunakan laboratorium untuk melakukan praktikum. Laboratorium kimia di SMA
Negeri 1 Gombong oleh beberapa guru digunakan sebagai ruang kelas, sehingga guru
tertentu terkadang tidak bisa menggunakan laboratorium untuk melakukan praktikum. Guru
setiap akan praktikum hanya memberikan tugas untuk membaca prosedur kerja yang akan
dilaksanakan tanpa mendiskusikan terlebih dahulu di kelas. Model pembelajaran yang
digunakan masih menggunakan model konvensional atau ceramah. Guru hanya
menyampaikan teori sama persis dengan ada di buku kimia yang dimiliki siswa. Pada
metode ini terkadang konsentrasi siswa terpecah dengan hal lain karena siswa merasa semua
materi yang disampaikan guru sudah ada di buku yang mereka miliki dan mereka bisa
mempelajarinya sendiri di rumah.
Collaborative Learning adalah proses belajar kelompok yang setiap anggotanya aktif
menyumbangkan informasi, pengalaman, ide, sikap, pendapat, kemampuan, dan
keterampilan yang dimiliki, untuk bersama-sama saling meningkatkan pemahaman seluruh
anggota. Collaborative Learning memungkinkan setiap siswa untuk memahami seluruh
bagian pembahasan, tidak seperti pada kelompok belajar yang kita kenal, yang
menyebabkan hanya siswa tertentu yang memahami materi tertentu. Metode ini juga
membuat seluruh siswa akan memiliki pemahaman yang setara akan pembahasan. Sebagai
metode belajar, Collaborative Learning dilandasi pemikiran bahwa kegiatan belajar di
sekolah hendaknya mendorong dan membantu siswa untuk terlibat secara aktif membangun
pengetahuan sehinnga mencapai pemahaman yang mendalam (deep learning). (Sudarman,
2008).
3. Kesemua aktivitas yang dilakukan siswa selama ini dalam melakukan pembelajaran di
laboratorium kurang dilandasi oleh keterampilan pengamatan, penguasaan metodologis, dan
konseptual yang relevan dan memadai. Oleh karena itu untuk mengatasi permasalahan
tersebut digunakan diagram vee . Diagram vee adalah suatu diagram visual berbentuk
seperti “huruf V” yang mengandung elemen konseptual dan metodologi percobaan.
Pemanfaatan diagram vee sebagai karakteristik model pembelajaran yang diterapkan pada
penelitian ini didasarkan pada pengalaman empiris yang menunjukkan praktikum
hidrokarbon ini masih terbuai mencatat apa yang diamati tentang objek percobaan,
mentransformasikan dalam bentuk tabel, kemuadian membuat klaim pengetahuan/
kesimpulan, dilanjutkan pelaporan. Menurut Haladyna dalam Sudarmin (2007) menyatakan
keterampilan atau skill adalah kemampuan dalam melaksanakan tugas atau beban kerja
tertentu baik secara fisik maupun mental, yang terkadang mudah dilihat dan terkadang
kurang terlihat tetapi dapat diduga melalui perilakunya, keterampilan merupakan suatu
keadaan (kondisi) yang komplek yang dapat melibatkan pengetahuan dan performance
(Depdiknas, 2003).
Dalam pengembangan aspek proses sains, pengamatan diartikan sebagai proses
mengamati suatu obyek dengan semua pancaindra. Inferensi diartikan sebagai kegiatan
menyimpulkan dari data yang diberikan atau premis-premis kepada suatu contoh yang lain
(Suma, 2003). Kegiatan ini merupakan salah satu kegiatan yang penting dalam kegiatan
proses sains. Oleh sebab itu pengamatan langsung adalah pengamatan yang dilakukan
ketika mengamati suatu obyek dengan semua pancaindra. Inferensi logika adalah
keterampilan generik sains untuk dapat mengambil kesimpulan baru sebagai akibat logis
dari hukum-hukum terdahulu tanpa harus melakukan percobaan baru. Dalam materi pokok
hidrokarbon, pengamatan dan inferensi logika dapat dikembangkan melalui peristiwa uji
keberadaan unsur C dan H dalam senyawa karbon. Brotosiswoyo (2001) menyatakan sikap
jujur dan kesadaran akan batas-batas ketelitian merupakan aspek yang dikembangkan dalam
kecakapan pengamatan dan kemampuan siswa untuk merangkum berbagai pengertian dan
konsep terdahulu adalah penting untuk dilatih dalam upaya meningkatkan kemampuan
inferensi logika.
Berdasarkan uraian di atas, maka tertarik untuk menerapkan collaborative learning
yang menempatkan siswa sebagai pusat pembelajaran dengan berbantuan diagram vee
dalam melakukan pembelajaran di laboratorium sebagai alat untuk mengembangkan
keterampilan generik sains pada siswa. Sehingga tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui pengaruh collaborative learning berbantuan diagram vee terhadapap
4. penguasaan keterampilan generik pengamatan dan inferensi logika siswa kelas X dan
penguasaan konsep pada materi hidrokarbon di SMA N 1 Gombong.
Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dan populasi penelitian ini adalah
semua siswa kelas X di SMA N 1 Gombong tahun pelajaran 2011/2012. Sampel penelitian
dipilih dengan teknik cluster random sampling dari populasi normal dan homogen. Kelas X
7 untuk kelas kontrol dan kelas X 5 untuk kelas eksperimen. Sebagai variabel bebas adalah
pemberian collaborative learning berbantuan diagram vee , sedangkan variabel terikatnya
keterampilan generik pengamatan dan inferensi logika siswa pada materi hidrokarbon, dan
variabel kontrol meliputi guru, materi pelajaran, dan jumlah jam pelajaran.
Rancangan penelitian yang digunakan yaitu control group. Prosedur penelitian ini
terdiri dari beberapa tahapan, yaitu: (1) tahap persiapan, pada tahap ini dilakukan observasi
data awal, penyusunan soal tes, pembuatan RPP, petunjuk praktikum, lembar observasi
aspek psikomotorik dan afektif; (2) tahap uji coba, pada tahap ini dilakukan uji coba soal di
luar sampel, pemberian skor, analisis hasil uji coba dan penentuan butir soal yang akan
digunakan; dan (3) tahap pelaksanaan penelitian: pada tahap ini dilakukan pretes, kegiatan
pembelajaran, dan post test, analisis data awal dan akhir.
Analisis tahap awal dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui bahwa populasi
bersifat normal dan homogen, sehingga dapat dilakukan teknik cluster random sampling
dalam pengambilan sampel. Analisis data tahap akhir merupakan hasil pengujian terhadap
data yang diperoleh dari tes hasil belajar yang diberikan pada dua kelas sampel sebelum dan
setelah diberi perlakuan dengan menggunakan metode pembelajaran yang berbeda. Analisis
keterampilan generik pengamatan dan inferensi logika siswa digunakan uji normalisasi gain
dan hasil hasil belajar kognitif siswa digunakan meliputi uji normalitas, uji kesamaan dua
varian, uji kesamaan dua rata-rata, uji perbedaan dua rata-rata, uji pengaruh antar variabel
dan penentuan koefisian determinasi. Di samping itu juga penilaian hasil belajar afektif
diperoleh dari hasil analisis angket dan psikomotorik dari lembar observasi untuk
mengetahui penguasaan keterampilan generik pengamatan dan inferensi logika siswa, dan
diakhiri pemberian angket untuk mengetahui tanggapan mahasiswa terhadap implementasi
pembelajaran.
5. Hasil Penelitian dan Pembahasan
Berdasarkan hasil analisis tahap awal diperoleh χ2hitung untuk setiap data lebih kecil
dari χ2Tabel yang berarti data tersebut berdistribusi normal. Harga χ2hitung < χ2Tabel maka dapat
disimpulkan bahwa populasi tersebut homogen dan pengambilan sampel dapat dilakukan
dengan teknik cluster random sampling. Perhitungan statistik selanjutnya adalah analisis
tahap akhir, hasil analisis tersebut diperoleh hasil untuk setiap data χ2hitung < χ2Tabel maka
dapat disimpulkan bahwa data tersebut berdistribusi normal. Hasil analisis data uji
kesamaan dua varians diperoleh nilai Fhitung untuk post test kelas eksperimen dan kelas
kontrol sebesar 1,08 sedangkan FTabel yaitu 2,06 yang berarti kedua kelas memiliki varians
yang sama. Hasil analisis selanjutnya diperoleh nilai thitung lebih besar dari t(1-α)(n1+n2-2)
dengan dk = 61 dan taraf signifikan 5%, maka dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak yang
berarti rata-rata hasil belajar kimia kelompok eksperimen berbeda dari rata-rata hasil belajar
kimia kelompok kontrol. Untuk analisis terhadap pengaruh antar variabel diperoleh
besarnya koefisien korelasi biserial hasil belajar siswa (rb) sebesar 0,5805.
Hasil perhitungan diperoleh besarnya koefisien korelasi biserial (r ) sebesar 0,58055
b
sehingga besarya koefisien determinasi (KD) adalah 33,70%. Jadi besarnya konstribusi
penggunaan collaborative learning berbantuan diagram vee terhadap keterampilan generik
pengamatan dan inferensi logika siswa pada materi hidrokarbon sebesar 30,84%.Rata-rata
nilai semua aspek dalam kemampuan afektif antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol
menunjukkan adanya pengaruh positif penggunaan collaborative learning dalam
pembelajaran kimia. Untuk rata-rata kemampuan psikomotorik percobaan di laboratorium
kelas eksperimen lebih baik daripada kelas kontrol. Data selengkapnya ditampilkan dalam
Gambar 1-3.
82.13
74.59
63.75
52.58
46.38 50.19
Rerata
PRE POST % N-Gain
Kontrol Eksperimen
Gambar 1. Nilai rata-rata dan % N-gain hasil perbandingan pretes dan postes dari kelas
eksperimen dan kelas kontrol
6. 4.00 4.00 4.00 4.00 4.00
3.003.00 3.00 3.00 3.00 3.00 3.00 3.10 3.00
2.59 2.45
Rerata Tiap Indikator
1 2 3 4 5 6 7 8
Kontrol Eksperimen
Gambar 2. Penilaian afektif kelompok eksperimen dan kelas kontrol
3.35
3.26 3.29
3.14 3.14
3.00
2.89 2.92
I II III IV
Kontrol Eksperimen
Gambar 3. Penilaian psikomotorik kelompok eksperimen dan kelas kontrol
Penelitian pada kelas X SMA N 1 Gombong tahun ajaran 2011/ 2012 ini dilaksanakan
dalam waktu 8 minggu. Pada pertemuan pertama digunakan untuk pelaksanaan pretes.
Pertemuan kedua sampai dengan pertemuan kelima digunakan untuk pembelajaran dan
pertemuan terakhir digunakan untuk pelaksanaan post-test. Waktu untuk satu kali
pertemuan yaitu 2 x 45 menit dan 1 x 45 menit. Pada kelas eksperimen pembelajaran kimia
menggunakan collaborative learning berbantuan diagram vee , sedangkan pada kelas
kontrol pembelajaran kimia menggunakan model ceramah. Tes akhir baik pada kelas
eksperimen dan kelas kontrol dilaksanakan setelah proses pembelajaran usai, untuk
memperoleh hasil pembelajaran siswa.
Berdasarkan analisis data diperoleh beberapa penemuan dalam penelitian yaitu adanya
pengaruh positif penggunaan collaborative learning berbantuan diagram vee terhadap
keterampilan generik pengamatan dan inferensi logika siswa, dan penguasaan konsep siswa
kelas eksperimen pada materi hidrokarbon, serta adanya tanggapan positif terhadap
7. pembelajaran dengan menggunakan collaborative learning berbantuan diagram vee .
Gambar 2 memperlihatkan bahwa hasil pembelajaran kelas eksperimen lebih baik daripada
kelas kontrol. Hasil pembelajaran tersebut meliputi kemampuan kognitif, kemampuan
afektif dan kemampuan psikomotorik siswa.
Dari Gambar 2 secara keseluruhan bahwa hasil belajar aspek afektif kelas eksperimen
lebih baik dibandingkan kelas kontrol. terutama pada aspek kemampuan siswa dalam
mengajukan pertanyaan selama PBM (indikator 5) dan aspek menjawab pertanyaan selama
PBM (indikator 6), dimana kelas eksperimen lebih baik dibandingkan kelas kontrol.
Perbedaan ini disebabkan adanya kegiatan diskusi yang lebih sering dibandingkan kelas
kontrol.
Selain itu dari Gambar 3 secara keseluruhan bahwa hasil belajar aspek psikomotorik
kelas eksperimen lebih baik dibandingkan kelas kontrol. Hal ini terlihat pada aspek
keterampilan siswa dalam mempersiapkan alat dan bahan (dimensi 1), aspek kemampuan
siswa dalam ketrampilan menggunakan alat praktikum dan aspek kemampuan siswa dalam
penguasaan prosedur kerja (dimensi II), aspek kemampuan siswa dalam membuat laporan
semsntara (dimensi III), dan aspek kemampuan siswa dalam melakukan aktivitas selesai
praktikum (dimensi IV) . Hal ini disebabkan pada kelas eksperimen diberikan diagram vee
yang harus diisi siswa sebelum dan setelah praktikum. Dalam diagram vee tersebut terdapat
sisi teoritis dan sisi metodologis yang harus diisi. Sedangkan pada kelas kontrol hanya
mengerjakan praktikum sesuai lembar praktikum siswa dan membuat laporan sementara
berupa tabel hasil pengamatan.
Hasil belajar baik kognitif, afektif, maupun psikomorik kelas eksperimen lebih baik
dibandingkan kelas kontrol dikarenakan sebagian besar siswa menyukai metode ini dan
lebih termotivasi untuk mempelajari kimia. Tingginya motivasi belajar siswa untuk
mempelajari kimia dikarenakan siswa merasa senang dengan berdiskusi di kelas. Selain itu
dengan pemberian diagram vee membuat siswa dituntut untuk berpikir kritis, bagaimana
merangkai alat percobaan, melakukan percobaan dan memecahkan masalah sesuai teori
yang ada.
Hasil belajar yang lebih baik untuk kelas eksperimen juga disebabkan karena
pemberian diagram vee yaitu mereka menuliskan permasalahan dan obyek yang harus
diteliti sehingga mereka harus dituntut berfikir secara mandiri. Bagaimana merangkai alat,
menyusun prosedur percobaan serta memecahkan masalah. Dengan adanya kegiatan
percobaan seperti ini membuat siswa lebih mudah memahami suatu materi pelajaran dalam
proses pembelajaran, karena siswa mampu menemukan konsep secara mandiri berdasarkan
8. fakta-fakta kongkrit yang dijumpai saat melakukan percobaan. Sehingga secara tidak
langsung hasil belajar siswa menjadi lebih baik dan berarti, karena siswa menjadi lebih
aktif dalam memperoleh pengetahuan melalui pengalaman langsung, dan bukan hanya
sekedar mendengar dan menerima pengetahuan atau informasi dari apa yang dikatakan oleh
guru saja, hal ini sesuai dengan apa yang telah dilakukan oleh Suherman (2008).
Dalam melakukan penelitian menggunakan collaborative learning berbantuan
diagram vee , penulis mengalami hambatan–hambatan, seperti: (1) Pada awalnya siswa
masih terlihat kurang bersemangat dalam berdiskusi. (2) Pada saat pemberian tugas untuk
mengisi diagram vee masih ada kelompok yang belum begitu paham dengan instruksi
karena metode seperti ini belum pernah dilaksanakan. Cara yang dilakukan untuk mengatasi
hambatan-hambatan tersebut adalah dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan umpan
sehingga setelah itu diskusi dapat berlangsung dengan atraktif. Selian itu juga menjelaskan
kembali tugas pengisian diagram vee secara lebih terperinci.
Ketuntasan belajar pada kelas eksperimen yang lebih tinggi disebabkan collaborative
learning berbantuan diagram vee pada pembelajarn hidrokarbon membuat siswa lebih
antusias dan aktif karena guru hanya memberikan suatu sub materi dan permasalahan yang
harus dipelajari dan diselesaikan dan guru mengarahkan pada saat mencari alternatif
pemecahan kemudian mengevaluasinya. Siswa bekerja sama dengan kelompoknya
mendiskusikan segala aspek yang berkaitan dengan sub materi dan permasalahan yang
diberikan dan berusaha keras untuk mencari alternatif pemecahannya dengan suasana rileks,
bebasdalam berpendapat dan menyenangkan. Siswa tidak lagi memandang pelajaran kimia
sebagai mata pelajaran yang sulit dan membosankan. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian
dari Agustina (2007) bahwa collaborative learning sangat efektif dalam meningkatkan
prestasi belajar siswa . Hal ini juga sesuai dengan pendapat Piaget dalam Suparno (1997)
bahwa belajar terjadi jika timbul kebutuhan untuk memahami lingkungan sehingga
memotivasi mereka untuk menginvestigasi dan mengkonstruksi teori yang menjelaskannya.
Secara keseluruhan, dapat dikatakan bahwa pengembangan pembelajaran melalui
penerapan collaborative learning berbantuan diagram vee dapat menumbuhkan motivasi
siswa dalam belajar dan meningkatkan keterampilan generik pengamatan dan inferensi
logika, sehingga aktivitas siswa baik dalam pembelajaran maupun dalam praktikum dapat
ditingkatkan. Hal ini sesuai dengan penelitian dari Sanyasa (2007) bahwa penggunaan
metode collaborative learning terbukti meningkatkan kemandirian siswa dan kemampuan
siswa dalam berinteraksi serta beraktivitas. Hal ini dapat memberikan beberapa implikasi
9. untuk memebuat para siswa lebih mandiri dan aktif dengan belajar bersama dimana mereka
saling memberi masukan.
Hasil pengolahan data pretes penguasaan setiap keterampilan generik sains dapat di
lihat pada Gambar 4.
72.65
65.28
42.90
16.74
kontrol eksperimen
KGS Pengamatan % N-gain KGS Inferensi logika % N-gain
Gambar 4. Rerata % N-gain keterampilan generik pengamatan dan inferensi logika siswa
pada penguasaan konsep antara kelas kontrol dan kelas eksperimen
Dari Gambar terlihat keterampilan generik untuk pengamatan dengan taraf
pencapaian % N-gain paling tinggi yaitu 65,28% pada kelas kontrol dan 72,65% pada kelas
eksperimen (Hake, 1998). Pencapaian keterampilan generik sains inferensi logika siswa
kelas eksperimen pada taraf pencapaian sedang dan kelas kontrol pada taraf pencapaian
rendah. Harga % N-gain keterampilan generik inferensi logika siswa kelas eksperimen yaitu
42,90 %. Harga % N-gain keterampilan generik inferensi logika siswa kelas kontrol
dibawah 40% yaitu sebesar 16,74. Rendahnya harga % N-gain inferensi logika, diduga
karena inferensi logika memerlukan berpikir dasar tingkat tinggi. Inferensi logika menuntut
siswa menghubungkan antar konsep atau data eksperimen uji keberadaan unsur C dan H
dalam senyawa hidrokarbon yang dimiliki dengan teori yang ada, kemudian mensintesisnya
menjadi suatu bentuk keteraturan pola tertentu. Sementara itu untuk kelas eksperimen
dengan pencapaian N-gain keterampilan generik sains inferensi logika pada taraf sedang
sedang dengan harga % N-gain cenderung rendah, karena keterampilan generik sains ini
melibatkan keterampilan berpikir dasar tingkat tinggi yaitu menyimpulkan dan mengkaitkan
suatu peristiwa yang mereka lihat dalam percobaan dengan teori yang sudah ada, dan hal
inilah yang mengakibatkan mahasiswa dari kelas kontrol merasa kesulitan. Pada
pembahasan berikut, disampaikan hasil dari peningkatan setiap keterampilan generik sains
yang diurutkan dari perolehan % N-gain rendah ke tinggi.
10. Pada penelitian ini kemampuan berpikir inferensi logika bagi subjek penelitian
diungkap melalui pernyataan mengenai kekhasan atom karbon dan keisomeran senyawa
hidrokarbon yang terdapat dalam klaim pengetahuan pada diagram vee. Pendekatan
pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan generik. Rerata % N-gain keterampilan
inferensi logika pada kelas atas adalah 53,25%, dan kelas bawah adalah 34,85%. Dengan
demikian model pembelajaran yang diterapkan mampu meningkatkan penguasaan
keterampilan generik inferensi logika subjek penelitian pada tingkat pencapaian sedang
pada kelas atas dan pada kelas bawah (Hake, 1998). Oleh karena itu merupakan tantangan
bagi siswa untuk mampu meningkatkan keterampilan generik inferensi logika, sebab
keterampilan inferensi logika ini sebagai bagian dalam keterampilan proses sains (Dahar,
1996).
Dengan melihat harga % N-gain yang berkisar antara harga 70 sampai 100 untuk
siswa kelas atas, sedangkan 30 sampai 70 untuk siswa kelas bawah berarti collaborative
learning berbantuan diagram vee telah manpu mengembangkan keterampilan generik
pengamatan sampai pada taraf pencapain kategori tinggi pada kelas atas dan sedang pada
kelas bawah.
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan sebagai berikut.
Pertama, adanya pengaruh positif penerapan collaborative learning berbantuan diagram vee
terhadap keterampilan generik pengamatan dan inferensi logika siswa dan hasil belajar
kimia materi pokok hidrokarbon pada siswa kelas X di SMA Negeri 1 Gombong. yaitu
sebesar 33,70%. Kedua, hasil belajar kognitif materi pokok hidrokarbon pada siswa dengan
penerapan collaborative learning berbantuan diagram vee belum mencapai ketuntasan
belajar klasikal karena ketuntasan belajar klasikal yang diperoleh sebesar 80,65%. Ketiga,
rerata % N-gain keterampilan generik pengamatan siswa dengan penerapan collaborative
learning berbantuan diagram vee yaitu sebesar 72,65% dengan kategori sedang dan rerata
% N-gain keterampilan generik inferensi logika siswa dengan penerapan collaborative
learning berbantuan diagram vee yaitu sebesar 42,90% dengan kategori sedang. Keempat,
siswa memberikan tanggapan yang baik terhadap penerapan Collaborative learning
berbantuan diagram vee terhadap keterampilan generik pengamatan dan inferensi logika
siswa materi pokok hidrokarbon yaitu sebesar 77,42%.
11. Ucapan Terimakasih
Saya mengucapkan terimakasih kepada kepada Kepala SMA N 1 Gombong dan Ibu
Dra.Endang Kinarlin yang telah memberikan ijin untuk melakukan penelitian dalam artikel
ini.
Daftar Pustaka
Agustina, L. 2007. Upaya Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Mahasiswa Melalui
Pembelajaran Kolaboratif dengan Pendekatan Pemecahan Masalah. Jurnal
Dinamika Pendidikan. 2(3). 2007
Dahar, R.W. 1996. Teori-Teori Belajar. Jakarta: Erlangga
Hake, R.R. 2002. Relationship of individual student normalized learning gains in
mechanics with gender, high-cchool, and pretest scores on Mathematics and
spatial visualizaton. Diunduh di http: //www. arxiv. org. and http://
www.phsics.indiana.edu/~hake. tanggal 6 Juni 2011
Sudarman. 2008. Penerapan Metode Collaborative Learning untuk Meningkatkan
Pemahaman Materi Mata Kuliah Metodologi Penelitian. Jurnal Pendidikan
Inovatif. 3 (2) Maret 2008
Sudarmin. 2007. Pengembangan Model Pembelajaran Kimia Organik dan Keterampilan
Generik Sains bagi Calon Guru Kimia. Disertasi. Bandung: PPS UPI
Sudjana. 2002. Metoda Statistika. Bandung: Penerbit Tarsito
Sudjana, N. 1989. Cara Belajar Siswa Aktif dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung:
Sinar Baru
Suherman, E. 2008. Model Belajar dan Pembelajaran Berorientasi Kompetensi Siswa.
Diunduh di http://pkab.wordpress.com/2008/05/14/model-belajar-dan-
pembelajaran-berorientasi-kompetensi-siswa. tanggal 8 Januari 2012