1. PENGAMATAN VIRUS PADA BAKTERI DENGAN METODE PLAQUE
Oleh :
Nama : Swastika Oktavia
NIM : B1J007013
Rombongan :I
Kelompok :4
Asisten : Nur Fariza
LAPORAN PRAKTIKUM VIROLOGI
KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS BIOLOGI
PURWOKERTO
2010
2. I. PENDAHULUAN
Virus adalah parasit intraseluler obligat dan ukurannya 20-200 nm, bentuk
dan komposisi kimianya bervariasi, tetapi hanya mengandung 1 jenis asam nukleat
yaitu RNA atau DNA saja. Partikelnya secara utuh disebut virion. Virion terdiri dari
capsid yang dibungkus oleh sebuah glikoprotein atau membran lipid. Virus biasanya
resisten terhadap antibiotik (Rahma, 2007).
Virus selama hidupnya di dalam organisme inang mengalami dua macam
daur hidup, yaitu daur litik dan daur lisogenik. Daur hidup litik terdiri dari fase
adsorbsi (penempelan), fase infeksi (penetrasi), fase replikasi (sintesis), fase
perakitan dan fase lisis (pembebasan virus baru). Sedangkan daur hidup lisogenik
terdiri dari fase adsorbsi (penempelan), fase infeksi (penetrasi), fase pengabungan
dan fase pembelahan (Pelczar dan Chan, 2008).
Virologi merupakan salah satu cabang ilmu yang relatif mudah
dibandingkan dengan ilmu kedokteran lain dan masih belum banyak diminati oleh
ilmuwan di Indonesia. Pada sisi lain, virus sebagai jasad paling sederhana ternyata
banyak sekali menimbulkan masalah kesehatan. Masalah kesehatan yang berkaitan
dengan virus saat ini tidak hanya dikaitkan dengan penyakit infeksi viral yang
konvensional tetapi juga dengan berbagai penyakit lain seperti keganasan, penyakit
otoimun, penyakit degeneratif, serta keterkaitannya dengan industri bahan dan
pelayanan kesehatan. Masalah kesehatan tersebut diatas tidak hanya terjadi di negara
berkembang, tetapi juga pada banyak negara maju. Selain itu, jika ditelaah lebih
dalam ternyata hampir semua organisma dapat mengandung virus atau komponen
virus dalam dirinya (Sjahrurachman, 2001). Metode plaque merupakan salah satu
metode yang paling mudah dan murah untuk mengidentifikasi virus yang
menginfeksi organisme.
Tujuan praktikum Pengamatan Virus pada Bakteri dengan Metode Plaque
adalah untuk mengetahui ada tidaknya virus pada sampel yang melisiskan sel bakteri.
3. II. MATERI DAN METODE
A. Materi
Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah media NA
cawan, cutton bud steril, pembakar spirtus, alkohol, korek api, wrapping, pipet ukur
1 ml, filler, botol steril, tabung reaksi, sumbat, inkubator, air sampel, dan isolat E.
coli cair.
B. Metode
1. Sampel air yang diduga mengandung virus di masukkan ke dalam botol sampel.
2. Media pertumbuhan bakteri (NA) disiapkan.
3. Diambil cutton bud steril dan dicelupkan pada E. coli cair secara aseptis.
4. Dilawnkan secara aseptis cutton bud yang telah dicelupkan E. coli pada media
NA Cawan.
5. Sampel air diinokulasikan secara aseptis ke dalam medium NA yang telah
disiapkan.
6. Kemudian diinkubasi selama 2-4 x 24 jam.
7. Diamati pembentukan plaque yang terjadi apabila terbentuk plaque pada koloni
pertumbuhan bakteri maka diduga terdapat virus yang melisiskan bakteri.
4. III. HASIL DAN PEMBAHASAN
A.Hasil
Tabel Hasil Praktikum Pengamatan Virus pada Bakteri dengan Metode Plaque
Kelompok Cawan I Cawan II
1 - -
2 + +
3 + +
4 - -
5 + +
Gambar 1. Hasil Negatif Gambar 2. Hasil Positif
5. B. Pembahasan
Virus merupakan agensia infeksi non-seluler dan hanya dapat melakukan
multiplikasi dalam sel inang. Virus berukuran sangat kecil yaitu bervariasi dari 18 –
200 nm, sehingga hanya dapat dilihat dengan bantuan mikroskop elektron. Berbeda
dengan parasit intraseluler lainnya, virus menggunakan sel inang sepenuhnya untuk
reproduksinya karena virus tidak memiliki organela. Untuk dapat bertahan di
lingkungan, virus harus mampu berpindah dari inang satu ke inang lainnya,
menginfeksi dan replikasi pada inang yang sesuai (Suryati, 2007).
Berdasarkan hasil praktikum diperoleh kelompok 1 dan 4 masing-masing
dari air sampel limbah sapi dan limbah ikan memperoleh hasil negatif, sedangkan
kelompok 2, 3, 5 masing-masing dari air sampel limbah ayam, limbah ikan, dan
limbah sapi menggenang memperoleh hasil positif. Hasil positif menunjukkan bahwa
virus terdeteksi menginfeksi bakteri karena adanya zona jernih yang
mengindikasikan bahwa terdapat penghambatan pertumbuhan bakteri oleh virus
tersebut. Sebaliknya, tidak terdapatnya zona jernih pada media cawan menunjukkan
bahwa air sampel tidak mengandung virus sehingga hasilnya negatif. Hal ini sesuai
dengan pernyataan Pelczar dan Chan (2008) bahwa virus bakterial mudah diisolasi
dan dikultivasi pada biakan bakteri yang muda dan sedang tumbuh aktif dalam kaldu
atau cawan agar. Melisisnya bakteri dapat menyebabkan suatu biakan yang keruh
menjadi jernih pada biakan cair. Sedangkan pada biakan agar cawan, akan tampak
daerah-daerah jernih atau plak (plaque).
Metode plak merupakan metode yang umum dalam melihat kuantitas
infeksi virus dan substansi antivirus. Infeksi partikel virus mengalami multiplikasi
pada area yang ditumbuhi bakteri, sel-sel yang terinfeksi menghasilkan zona jernih
atau biasa disebut plak. Plak akan terlihat pada sel-sel yang mati atau rusak. Uji
plaque yang digunakan pada praktikum kali ini hampir mirip dengan uji plaque yang
digunakan oleh Matrosovich et al (2006), yang menumbuhkan bakteri pada media
biakan dan memasukkan sampel virus ke dalam media biakan tersebut lalu hasil
positif menunjukkan adanya zona jernih atau plak. Bedanya hanya pada media
biakan yang digunakan. Media biakan yang digunakan dalam praktikum merupakan
media NA (Nutrient Agar) cawan, sedangkan media biakan yang digunakan oleh
Matrosovich et al (2006) adalah media Avicel yang merupakan suspensi koloid dari
mikropartikel selulosa yang dicampur dengan sodium karboksimetil selulosa dan air.
6. Media Avicel terbukti lebih murah, cepat dan lebih sensitif dari media agar untuk uji
plaque.
Menurut Irianto (2007), virus tidak memiliki sistem enzim dan tidak dapat
bermetabolisme, maka virus tidak dapat melakukan reproduksi sendiri. Virus akan
menginfeksi sel inang agar dapat berkembang biak. Inang virus berupa makhluk
hidup yaitu bakteri, sel tumbuhan maupun sel hewan, bahkan seringkali menginfeksi
manusia. Berdasarkan tahapannya, daur hidup virus dapat dibedakan menjadi daur
litik dan daur lisogenik. Daur hidup litik terdiri dari fase adsorbsi (penempelan), fase
infeksi (penetrasi), fase replikasi (sintesis), fase perakitan dan fase lisis (pembebasan
virus baru). Sedangkan daur hidup lisogenik terdiri dari fase adsorbsi (penempelan),
fase infeksi (penetrasi), fase pengabungan dan fase pembelahan.
Fase Adsorbsi
Virus (bakteriofage) dalam fase ini mulai melekatkan diri dengan organisme
inang (bakteri Escherichia coli) pada bagian permukaan sel bakteri. Alat yang
digunakan oleh virus untuk melakukan perlekatan adalah serabut ekor yang ada di
bagian dekat struktur ekor. Virus harus mengenali reseptor virus pada permukaan sel
bakteri sebelum melakuan perlekatan.
Fase Infeksi (Penetrasi)
Fase infeksi merupakan fase yang melibatkan pemasukan materi genetik virus
(asam nukleat) ke dalam sel organisme inang. Asam nukleat (molekul DNA atau
RNA) dimasukkan ke dalam sel dan akan melakukan tugasnya sebagai blue print
kehidupan virus. Setelah asam nukleat masuk ke dalam sitoplasma sel, tahap
selanjutnya ditentukan apakah masuk ke dalam siklus litik atau siklus lisogenik.
Apabila virus masuk ke dalam siklus litik maka tahapan selanjutnya berturut-turut
adalah replikasi, perakitan dan lisis sel bakteri. Tetapi jika virus masuk ke dalam
siklus lisogenik maka tahapan selanjutnya adalah pengabungan kedua macam asam
nukleat (miliki virus dan milik sel inang), dan fase pembelahan.
Fase Replikasi (sintesis)
Molekul DNA Virus dalam fase ini memulai fungsinya sebagai materi
genetik, yaitu mensintesis protein yang berhubungan dengan struktur dan enzim
virus. Struktur virus pada fase ini mulai dibentuk, seperti struktur capsid, ekor dan
serabut ekor.
7. Fase Perakitan
Struktur tubuh virus setelah disintesis mulai dirakit menjadi struktur virus
yang utuh sebagai virus-virus baru. Setiap virus hasil perakitan memiliki struktur
lengkap seperti virus pada umunya (memiliki capsid, ekor dan serabut ekor).
Fase lisis
Virus-virus baru yang telah matang dan telah sempurna bentuk dan
strukturnya akan keluar dari sel inang. Proses keluarnya virus-virus baru dengan cara
merusak struktur sel (lisis) sehingga sel innag pecah dan virus-virus dapat keluar dari
sel. virus-virus yang baru ini siap untuk menginfeksi sel inang lain.
Fase Penggabungan
Fase penggabungan dapat dialami oleh virus ketika memasuki siklus hidup
lisogenik. Setelah asam nukleat virus berhasil dimasukkan ke dalam oragnisme
inang, selanjutnya asama nuklaet tersebut bergabung dengan DNA Kromosom
organisme inang, dalam hal ini DNA Kromosom bakteri. Penggabungan materi
genetik ini bertujuan untuk menitipkan DNA atau RNA virus ke DNA Kromosom
untuk selanjutnya ikut digandakan saat proses pembelahan sel. DNA Kromosom
bakteri adalah DNA yang memiliki informasi genetik bakteri termasuk salah satunya
adalah informasi perintah untuk melakukan pembelahan sel.
Fase pembelahan
Virus pada fase ini akan memanfaatkan proses pembelahan sel bakteri untuk
penggandaan materi genetiknya yang sudah bergabung dengan DNA Kromosom.
Jika satu sel bakteri membelah menjadi dua bakteri (saat pembelahan biner), maka
akan didapat dua sel bakteri yang masing-masing di dalamnya terdapat DNA virus.
Begitu juga seterusnya, dari dua sel bakteri tersebut akan tersu mengalami
pembelahan dan jumlah DNA virus yang dihasilkan adalah sebanding dengan jumlah
sel bakteri hasil pembelahan. Jika jumlah DNA virus yang dibutuhkan sudah cukup,
DNA virus akan memisahkan kembali dan virus akan masuk ke daur litik melalui
fase sintesis (replikasi).
Virus akan menginfeksi berbagai organisme untuk menjadikannya sebagai
inang. Virus yang masuk ke dalam inang akan menjadi aktif dan dapat berkembang
biak. Sampel-sampel air yang menjadi bahan praktikum kemungkinan banyak
mengandung virus karena berasal dari air limbah yang mengandung banyak bakteri
sebagai inang virus. Kemungkinan virus yang terdapat pada air sampel limbah ikan
adalah Epizootic haemotopoietic necrosis virus (EHNV), European Catfish Virus
8. (ECV), European Sheatfish Virus (ESV), Infectios Haemotopoietic Necrosis Virus
(IHNV), Oncorhynchus Masau Virus (OMV) (alias Salmonid herpesvirus tipe-21),
Spring Viraemia of carp virus (SUCV), Viral Haemorragic Septicaemia Virus
(VHSV). Virus-virus ini akan menginfeksi ikan tersebut sehingga tubuh ikan akan
berpenyakit seperti timbulnya kelainan pada insang dan organ internal seperti ginjal,
limfa, jantung dan saluran pencernaan. Terjadi hipertropi pada insang, hiperlasia dan
fusi pada lamela sekunder insang (Suryati, 2007). Sedangkan pada sampel limbah
sapi kemungkinan terdapat jenis virus Cow Pea Mosaic Virus (CPMV) (Ermolina et
al., 2006), pada air sampel limbah kambing kemungkinan terdapat Caprine arthritis-
encephalitis virus (CAEV) (Johnson et al., 1983), dan pada sampel limbah ayam
kemungkinan terdapat virus Avian Influenza (AI) (Wibowo et al., 2006). Semua
virus yang menyerang organisme secara umum akan menurunkan sistem imun atau
kekebalan karena pengrusakan sel-sel oleh virus tersebut.
9. IV. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa :
1. Uji plaque dapat digunakan untuk mengetahui adanya virus pada sampel yang
melisiskan sel bakteri.
2. Hasil positif ditunjukkan dengan adanya zona jernih atau plaque dan hasil negatif
ditunjukkan dengan tidak adanya plaque pada media NA cawan.
B. Saran
Praktikum Uji Plaque ini hendaknya digunakan virus yang telah dibiakkan
sebelumnya kemudian dimasukkan ke dalam air sampel, sehingga praktikan lebih
mudah melihat zona jernih atau plaque yang muncul.
10. DAFTAR REFERENSI
Ermolina, I., J. Milner, dan H. Morgan. 2006. Dielectrophoretic investigation of plant
virus particles: Cow Pea Mosaic Virus and Tobacco Mosaic Virus.
Electrophoresis 27 : 3030-3048.
Irianto, K. 2007. Mikrobiologi : Menguak Dunia Mikroorganisme. CV. Yrama
Widya, Bandung.
Johnson, G. C., A. F. Barbet, P. K. Anderson dan T. C. McGuire. 1983. Preferential
Immune Response to Virion Surface Glycoproteins by Caprine Arthritis-
Encephalitis Virus-Infected Goats. Infection and Immunity 41 (2) : 657-665.
Matrosovich, M., T. Matrosovich, W. Garten dan H. D. Klenk. 2006. New low-
viscosity overlay medium for viral plaque assays. Virology Journal 3 (63):
1-7.
Pelczar, M. J. dan E. C. S. Chan. 2008. Dasar-dasar Mikrobiologi. UI Press, Jakarta.
Rahma. 2007. Virologi (Struktur dan Taksonomi Virus). http://rahma02.
wordpress.com/2007/10/31/virologi/. Diakses tanggal 25 Mei 2010.
Sjahrurachman, A. 2001. Fakta dan Tantangan dalam Virologi Kedokteran. Cermin
Dunia Kedokteran 130 : 43-48.
Suryati. 2007. Prosedur Diagnostik dengan Metode Klasik dan Metode Molekuler.
ITB, Bogor.
Wibowo, M. H., W. Asmara, dan C. R. Tabbu. 2006. Isolasi dan Identifikasi
Serologis Virus Avian Influenza dari Sampel Unggas yang diperoleh di D.I.
Yogyakarta dan Jawa Tengah. J. Sain. Vet 24 (1) : 77-83.