1. Seorang pemuda bertanya kepada seorang guru mengapa guru berpakaian sederhana.
2. Guru meminta pemuda menjual cincinnya di pasar dan toko emas.
3. Di pasar, cincinnya hanya ditawar satu keping perak, tapi di toko emas ditawar seribu keping emas karena pedagang emas bisa melihat nilai sebenarnya.
Beginners Guide to TikTok for Search - Rachel Pearson - We are Tilt __ Bright...
Emas Dalam Jiwa
1. Emas dan Permata
Suatuketikaseorangpemudamendatangi seorang guru yang terkenal dan bertanya. “Guru,
saya tidak mengerti, mengapa orang seperti Anda mesti berpakaian apa adanya, amat sangat
sederhana.Bukankahdi masaseperti ini berpakaian sebaik-baiknya amat perlu, bukan hanya untuk
penampilannamunjugauntuk banyak tujuan.Sangguruhanyatersenyum, ialalumelepaskancincin
dari salah satu jarinya.lalu berkata,
“Anak muda akan kujawab pertanyaanmu, tetapi lebih dahulu lakukan satu hal untukku. Ambillah
cincin ini
Dan bawalahke pasar di seberangsana.Bisakah kamu menjualnya seharga sekeping emas. Melihat
cincin guru yang kotor itu pemuda tadi merasa ragu. Satu keping emas?
Saya tidak yakin guru, saya tidak yakin cincin ini bisa dijual seharga itu.
Coba dulu, siapa tahu kamu berhasil. Guru itu berusaha meyakinkan.
Mendengarhal itu,pemudatersebutbergegaske pasar.Iamenawarkan cincin itu kepada pedagang
lain. Pedagangkain,pedagangsayur, penjual daging dan ikan serta kepada pedagang yang lainnya.
Dan memangbenar, ternyatatidakseorangpun berani membeli menawardengansatukeping emas.
Merekamenawarnyahanyasatu kepingperak.Tentusajapemudaitutakberani menjualnyadengan
harga satu keping perak. Lalu sang pemuda kembali ke padepokan sang guru dan melapor.
“Guru, seperti yang aku katakan tadi” tidak seorangpun berani menawar lebih dari satu keping
perak.”Sang gurusambil tetaptersenyumArif.kemudianberkata.”Sekarang, pergilah kamu ke toko
emas di belakang jalan ini. Coba perlihatkan kepada pemilik toko atau tukang emas di sana.
“Jangan bukaharga, dengarkansaja bagaimanaiamemberikanpenilaian”. Pemuda itu pun pergi ke
toko emas yang dimaksud. Dan ia kembali dengan kepada guru dengan wajah yang lain.
Ia kemudian melapor, “Guru ,ternyata para pedagang di pasar tidak tahu niali sesungguhnya dari
cincin ini. Pedagang emas menawar dengan seribu keping emas.
“Rupanya cincin ini seribu kali lebih tinggi, daripada harga yang ditawar di pasar”.
Mendengar laporan pemuda itu, sang guru tersenyum simpul dan berujar lirih.
Itulah jawaban atas pertanyaanmu tadi anak muda. Seseorang tidak bisa dinilai dari pakaiannya.
Hanya para pedagang sayur, pedagang ikan dan tukang daging di pasar yang menilai demikian.
Namun tidak bagi pedagang emas.
“Emas dan permata yang ada dalam diri seseorang hanya bisa dilihat dan dinilai jika kita mampu
melihat ke dalam jiwanya . Diperlukan kearifan untuk menjenguknya anak muda.
Dan itu pun butuh proses, kita tidak bisa menilainya hanya dengan tutur kata dan sikap yang
didengar sekilas”.
2. Seringkali yang disangka emas ternyata loyang, dan yang disangka loyang ternyata permata yang
bernilai tinggi.