3. Zaman Neolithikum
Alat-Alat Zaman Neolithikum
Teknologi pada Masyarakat
Pertanian dan Berkebun
Cara Hidup
Teknologi pada Masyarakat Pertanian dan Berkebun
Corak Kehidupan
X
4. Dikatakan bahwa neolithikum itu adalah suatu revolusi yang
sangat besar dalam peradaban manusia. Perubahan besar ini
ditandai dengan :
berubahnya peradaban penghidupan food-gathering
menjadi food-producing.
Pada saat orang sudah mengenal bercocok tanam dan
berternak.
Pertanian yang mereka selenggarakan mula-mula bersifat
primitif dan hanya dilakukan di tanah-tanah kering saja.
Pohon-pohon dari beberapa bagian hutan di kelupak
kulitnya dan kemudian dibakar.
Tanah-tanah yang baru dibuka untuk pertanian semacam
itu untuk beberapa kali berturut-turut ditanami dan
sesudah itu ditinggalkan.
NEXT
X
5. Menurut Dr. R. Soekmono, Kebudayaan ini lah
yang menjadi dasar kebudayaan Indonesia
sekarang. Dalam zaman ini, terjadi perubahan
pola hidup masyarakat, dari tradisi food
gathering ke food producing. Manusia yang
hidup pada zaman ini adalah bangsa Proto
Melayu. Seperti suku Nias, sukuToraja, suku
Sasak dan Suku Dayak.Telah terjadi perubahan
yang sangat mendasar pada cara kehidupan dan
cara bertempat tinggal, dan peralatan hidupnya.
BACK
X
6. Corak kehidupan manusia purba pada masa
ini, antara lain:
1.Telah bertempat tinggal menetap dan
mempunyai kemampuan untuk bercocok
tanam.
2. Alat-alatnya terbuat dari batu yang sudah
diasah halus, misalnya kapak lonjong dengan
kapak persegi dan telah menganut
kepercayaan animisme dan dinamisme.
X
7. Cara hidup zaman neolithikum membawa perubahan-
perubahan besar, karena pada zaman itu manusia mulai
hidup berkelompok kemudian menetap dan tinggal
bersama dalam kampung.
Berarti pembentukan suatu masyarakat yang
memerlukan segala peraturan kerja sama. Pembagian
kerja memungkinkan perkembangan berbagai macam
dan cara penghidupan di dalam ikatan kerjasama itu.
Dapat dikatakan pada zaman neolithikum itu
terdapat dasar-dasar pertama untuk penghidupan
manusia sebagai manusia, sebagaimana kita dapatkan
sekarang.
X
9. Daerah asal kebudayaan pahat segi panjang
ini meliputiTiongkokTengah dan Selatan,
daerah Hindia Belakang sampai ke daerah
sungai gangga di India, selanjutnya sebagian
besar dari Indonesia, kepulauan Philipina,
Formosa, kepulauan Kuril dan Jepang.
X
10. Nama kapak persegi diberikan olehVan Heine
Heldern atas dasar penampang lintangnya yang
berbentuk persegi panjang atau trapesium.
Penampang kapak persegi tersedia dalam
berbagai ukuran, ada yang besar dan kecil.Yang
ukuran besar lazim disebut dengan beliung dan
fungsinya sebagai cangkul/pacul. Sedangkan
yang ukuran kecil disebut denganTarah/Tatah
dan fungsinya sebagai alat pahat/alat untuk
mengerjakan kayu sebagaimana lazimnya
pahat.
NEXT
X
11. Bahan untuk membuat kapak tersebut selain
dari batu biasa, juga dibuat dari batu
api/chalcedon. Kemungkinan besar kapak
yang terbuat dari calsedon hanya
dipergunakan sebagai alat upacara
keagamaan, azimat atau tanda kebesaran.
Kapak jenis ini ditemukan di daerahi
Sumatera, Jawa, bali, Nusatenggara, Maluku,
Sulawesi dan Kalimantan.
BACK
X
12. Sebagian besar kapak lonjong dibuat dari
batu kali, dan warnanya kehitam-hitaman.
Bentuk keseluruhan dari kapak tersebut
adalah bulat telur dengan ujungnya yang
lancip menjadi tempat
tangkainya, sedangkan ujung lainnya diasah
hingga tajam. Untuk itu bentuk keseluruhan
permukaan kapak lonjong sudah diasah
halus. NEXT
X
13. Ukuran yang dimiliki kapak lonjong yang besar
lazim disebut dengan Walzenbeil dan yang kecil
disebut dengan Kleinbeil, sedangkan fungsi
kapak lonjong sama dengan kapak persegi.
Daerah penyebaran kapak lonjong adalah
Minahasa, Gerong, Seram, Leti,Tanimbar dan
Irian. Dari Irian kapak lonjong tersebar meluas
sampai di Kepulauan Melanesia, sehingga para
arkeolog menyebutkan istilah lain dari kapak
lonjong dengan sebutan Neolithikum Papua.
BACK
X
14. Kapak jenis ini hampir sama seperti kapak persegi,
hanya saja di bagian yang diikatkan pada tangkainya
diberi leher. Sehingga menyerupai bentuk botol yang
persegi. Daerah kebudayaan kapak bahu ini meluas
dari Jepang, Formosa, Filipina terus ke barat sampai
sungai Gangga.Tetapi anehnya batas selatannya
adalah bagian tengah Malaysia Barat. Dengan kata
lain di sebelah Selatan batas ini tidak ditemukan
kapak bahu, jadi neolithikum Indonesia tidak
mengenalnya, meskipun juga ada beberapa buah
ditemukan yaitu di Minahasa.
X
15. Jenis perhiasan ini banyak di temukan di wilayah
jawa terutama gelang-gelang dari batu indah
dalam jumlah besar walaupun banyak juga yang
belum selesai pembuatannya. Bahan utama
untuk membuat benda ini di bor dengan gurdi
kayu dan sebagai alat abrasi (pengikis)
menggunakan pasir. Selain gelang ditemukan
juga alat-alat perhisasan lainnya seperti kalung
yang dibuat dari batu indah pula. Untuk kalung
ini dipergunakan juga batu-batu yang dicat atau
batu-batu akik.
X
16. Pada zaman ini mereka telah dapat membuat
pakaiannya dari kulit kayu yang sederhana yang
telah di perhalus. Pekerjaan membuat pakaian
ini merupakan pekerjaan kaum perempuan.
Pekerjaan tersebut disertai pula berbagai
larangan atau pantangan yang harus di taati.
Sebagai contoh di Kalimantan dan Sulawesi
Selatan dan beberapa tempat lainnya
ditemukan alat pemukul kulit kayu. Hal ini
menunjukkan bahwa orang-orang zaman
neolithikum sudah berpakaian.
X
17. Bekas-bekas yang pertama ditemukan tentang
adanya barang-barang tembikar atau periuk
belanga terdapat di lapisan teratas dari bukit-
bukit kerang di Sumatra, tetapi yang ditemukan
hanya berupa pecahan-pecahan yang sangat
kecil.Walaupun bentuknya hanya berupa
pecahan-pecahan kecil tetapi sudah dihiasi
gambar-gambar. Di Melolo, Sumba banyak
ditemukan periuk belanga yang ternyata berisi
tulang belulang manusia.
X
18. Dengan dikenalnya sistem bercocok tanam, maka ada
banyak waktu yang terluang yaitu waktu antara
musim tanam hingga datangnya musim panen. Pada
saat itulah mereka mulai mengembangkan teknologi
dan kebudayaan. Salah satu diantaranya adalah
teknik upam yaitu menggosokan atau mengasah batu
hingga di peroleh alat – alat batu dan gerabah.
Peralatan yang diumpam antara lain beliung dan
kapak batu, serta mata tombak dan mata panah. Oleh
sebagian peneliti, beliung dan kapak bata dianggap
sebagai petunjuk umum tentang masa bercocok
tanam di Indonesia.
X