2. Latar Belakang Pentingnya
Penelitian Hadis
Hadis Nabi sebagai salah satu sumber ajaran
Islam. Kita harus memberikan perhatian yang
khusus karena hadis merupakan sumber dasar
hukum Islam kedua setelah al-Qur'an dan kita
harus menyakininya.
2.
Tidaklah seluruh hadis tertulis pada zaman
Nabi. Nabi pernah melarang sahabat untuk
menulis hadis, tetapi dalam perjalannnya hadis
ternyata dibutuhkan untuk di bukukan.
3. Telah timbul berbagai masalah pemalsuan
hadis. Kegiatan pemalsuan hadis ini mulai
muncul kira-kira pada masa pemerintahan
khalifah ali bin Abi Thalib, demikaian pendapat
sebagaian ulama hadis pada umumnya.
1.
3. Lanjutan
Proses penghimpunan hadis yang memakan
waktu yang lama. Karena proses yag panjang
maka diperlukan penelitian hadis, sebagai
upaya kewaspadaan dari adanya hadis yang
tidak bisa dipertanggung jawabkan.
5. Jumlah kitab hadis yang banyak dengan model
penyusunan yang beragam. Bayaknya metode
memunculkan kriteria yag berbeda mengenai
hadis, terkadang kitab-kitab hadis hanya
mengumpulkan/menghimpunn hadis, maka hal
ini perlu diteliti lebih lanjut.
6. Telah terjadi periwayatan hadis secara makna,
hal ini di khawatirkan adanya keterputusan
sumber informasinya
4.
4. Definisi kritik hadis menurut
istilah.
Kata kritik merupakan alih bahasa dari
kata naqd atau dari kata tamyiz yang
diartikan; sebagai usaha menemukan
kekeliruan dan kesalahan dalam rangka
menemukan kebenaran
5. Menurut Muhammad Tahir al-Jawaby.
"Ilmu kritik hadis dalah ketentuan terhadap para
periwayat hadis baik kecacatan atau keadilannya
dengan menggunakan ungkapan-ungkapan tertentu
yang dikenal oleh ulama-ulama hadis. Kemudian
meneliti matn hadis yang telah dinyatakan sahih dari
aspek sanad untuk menetukan keabsahan atau kedhaifan matn hadis tersebut, mengatasi kesulitan
pemahaman dari hadis yang telah dinyatakan sahih,
mengatasi kontradisi pemahaman hadis dengan
pertimbangan yang mendalam(9)"
Menurut Muhammad Mustafa Azami
"Kemungkinan definisi kritik hadis adalah membedakan
(al-Tamyis) antara hadis-hadis sahih dari hadis-hadis
da'if dan menetukan kedudukan para periwayat hadis
tentang kredibilitas maupun kecacatannya
6. Studi/kritik Sanad Hadis
Sedangakan kata sanad menurut
bahasa adalah sandaran atau sesuatu
yang di jadikan sandaran. Dikatakan
demikian, karena setiap hadis selalu
bersandar kepadanya
7.
Fakta sejarah telah menyatakan bahwa
hadis Nabi hanya diriwayatkan dengan
mengandalkan bahasa lisan/hafalan dari
para perawinya selama kurun waktu
yang panjang, hal ini memungkinkan
terjadi kesalahan, kealpaan dan bahkan
penyimpangan. Berangkat dari peristiwa
ini ada sebagaian kaum muslimin
bersedia mencari, mengumpulkan dan
meneliti kualitas hadis, upaya tersebut
dilakukan hanya untuk menyakinkan
bahwa hal itu benar-benar dari Nabi.
8.
Singkatnya studi sanad hadis berarti
mempelajari rangkaian perawi dalam
sanad, dengan cara mengetahui
biografi masing-masing perawi, kuat
dan lemahnya dengan gambaran
umum, dan sebab- sebab kuat dan
lemah secara rinci, menjelaskan
muttasil dan munqati’nya perawi
9. Studi/kritik Matan Hadist
Sebagai langkah selanjutnya untuk
mengadakan penelitian/kritik hadis
pada bidang materi (matn) paling tidak
menggunakan kriteria sebagai berikut;
10. 1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Ungkapanya tidak dangkal, sebab yang dangkal tidak
pernah diucapkan oleh orang yang mempunyai
apresiasi sastra yang tinggi fasih.
Tidak menyalahi orang yang luas
pandanganya/pikiranya, sebab sekiranya menyalahi
tidak mungkin ditakwil.
Tidak menyimpang dari kaedah umum dan akhlak.
Tidak menyalahi perasaan dan pengamatan.
Tidak menyalahi cendekiawan dalam bidang
kedokteran dan filsafat.
Tidak mengandung kekerdilan, sebab syariah jauh
dari sifat kerdil
Tidak betentangan dengan akal sehubungan dengan
pokok kaidah, termasuk sifat-sifat Allah dan RasulNya.
11. Lanjutan
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
Tidak bertentangan dengan sunnatullah mengenai alam
semesta dan kehidupan manusia.
Tidak mengandung sifat naif, sebab orang berakal tidak
pernah dihinggapinya.
Tidak menyalahi al-Qur'an dan al-sunnah.
Tidak bertentangan dengan sejarah yang diketahui umum
mengenai zaman Nabi.
Tidak menyerupai mazdhab rawi yang ingin benar sendiri.
Tidak meriwayatkan suatu keadilan yang dapat disaksikan
orang banyak, padahal riwayat tersebut hanya disaksikan
oleh seorang saja.
Tidak menguraikan riwayat yang isinya menonjilkan
kepentingan pribadi
Tidak mengandung uraian yang isinya membesar-besarkan
pahala dari perbuatan yang minim dan tidak mengandung
ancaman besar terhadap perbutan dosa kecil
12. Kritik Matn dan Sanad (Hadits)
dalam Lintasan Sejarah
sebenarnya sejarah penelitian sanad sudah ada sejak jaman
sahabat, misalnya ada hadis yang dikeluarkan seseorang,
maka para sahabat akan mengecek siapa yang meriwayatkan
hadis itu, bagaimana keadaan orang itu dan kualitas hafalan
serta tinggkahnlakuanya, karena hal itu akan mempengaruhi
kealitas hadis. Hal ini pernah dilakukan oleh Umar Ibn Khattab,
beliau mengatakan:" kami dengan seoarang tetangga dari
golongan Ansar di kampung Bani Umayyah ibn Zaid di pinggir
('awaly) kota madinah saling bergantian untuk mengikuti majlis
ta'lim yang diadakan oleh nabi. Apabila dia yang ikut aku
beritahukan tentang hal-hal yang diajarkan Rasulallah, baik
berupa wahyu dan lainya. Dan apabila aku yang ikut majlis
pegajian tersebut, maka aku yang memberitahuakan isi
pengajian tersebut kepadanya"
13. Seperti contoh: Imam Muslim meriwayatkan melalui jalur
Anas bin Malik, ada seorang dari dusun datang kepada
Rasulallah, kami mendengar ia bertanya; “ Hai
Muhammad, telah datang kepada kami utusanmu,
menjelaskan, bahwa Allah mengirim engkau sebagai
Rasul?”, “benar”(23) Riwayat ini menunjukan adanya
upaya mencari kebenaran berita di masa Rasulallah.
Untuk masa sekarang, komfirmasi tersebut disebut
penelitianApa yang mereka dengar dan lihat selalu
dinisbatkan kepada nabi. Para sahabat juga menuturkan
sumber-sumber berita baik yang bersumber dari Nabi
ataupun sahabat, apabila yang meriwayatkan tidak
melihat sendiri kejadianaya atau tidak mendengar
langsung dari nabi, maka dengan sendirinya mereka akan
mnyebutkan sumbernya. Inilah disebut dengan
pemakaian sanad
14. Tabel Perbedaan Metodologi
Aspek Perbedaan
Sanad
Matan
Secara umum:
Secara Umum:
· Analisa/melihat
keabsahan (kualitas)
perawi; dhabit,
shiqhoh. dll
· Lebih kepada isi/teks
hadis
· Lebih kepada asal
sumber informasi
(Orang).
· Pemahaman hadis
dengan perbandingan:
cross question , cross
reference.
· Kajian bisa dengan
berbagai cara.
Bahasa, asbab al –
wurud hadis, atau
crosscek dengan
dalil/data lainya.
15. Aspek Perbedaan
Sanad
Matan
Pada masa Nabi/
sahabat
Kesaksian langsung bisa
di cek dari para
sahabat(perawi)
§ Bisa langsung cros cek
kepada Nabi
§ Tidak ada pencelaan
terhadap perawi
§ Bersifat konfirmalistik
untuk memperkuat
informasi yang diterima
dan dari siapa
§ Proses konsolidasi
untuk mendapatkan
kenyakinan dalam
mengamalkan info yang
diterima dari Nabi.
§ Belum ada kritria
keabsahan perawi
secara sistematis
§ Metode sederhana dan
tidak sistematis
Pemahaman langsung
bisa ditanyakan/ di
diskusikan kepada Nabi
§ Cenderung ada
keseragaman
pemahaman karena bisa
di cros cek kepada nabi
§ Ada keragaman
pemahan tetapi tidak
banyak karena
pemahaman yang
didampingi Nabi dan
para Sahabat
16. Tabel Perbedaan Metodologi
Aspek Perbedaan
Sanad
Matan
Setelah Sahabat
Melihat keabsahan
perawi dari riwarat hidup
perawi, sehingga
memberikan penilaian
baku atas perawi
(analisis biografi)
Conten analisis (analisa
teks)
§ Lihat dari aspek
bahasa dan sejarah
§ Ada selalu perbedaan
pemahaman dan tidak
bisa satu karena sumber
/referensi yang berbeda.
§ Ada kebebasan untuk
mmahami hadis dari
berbagai aspek
kehidupan karena
permasalahan
kehidupan udah semakin
komplek
§ Berpotensi adanya
multi intepretatif dari
masa kemasa
§ Tipis dimungkingkan
adanya perbedaan.
Karena sudah ada
kriteria keabsahan
perawi
17. Tabel Perbedaan Metodologi
Aspek Perbedaan
Sanad
Matan
Hikmah
Menambah
kenyakinan kita
terhadap keontetikan
hadis Nabi
· Menjaga
keautentikan hadis
· Metode sanad adalah
satu-satu metode yang
tidak ada di agama
lain.
· Kenunjukan kehatihatian kita terhadap
sumber kebenaran
· Sebagai pelajaran
kita bahwa sumber
informasi (data) itu
harus jelas dan tidak
boleh dimanipulasi
· Menambah
pemahaman kita
terhadap hadis
· Meminimalisir
kesalah pahaman kita
terhadap hadis Nabi
· Membuka pintu
ijtihad dan kreatifitas
penafsiran dari masa
kemasa.
· Mengurangi sikap
fanatisme golongan
(sekte)
· Mengasah nalar kritis
kita