SlideShare una empresa de Scribd logo
1 de 24
Descargar para leer sin conexión
BAB II

                            TINJAUAN PUSTAKA



A. Bayi Baru Lahir

             Bayi baru lahir harus memenuhi sejumlah tugas perkembangan untuk

   memperoleh dan mempertahankan ekstensi fisik secara terpisah dari ibunya.

   Perubahan Biologis yang besar dan terjadi pada saat bayi baru lahir,

   memungkinkan transisi dari lingkungan intra uterin ke ekstra uterin. Masa

   Neonatal yaitu masa sejak lahir sampai dengan 4 minggu (28 hari) sesudah

   kelahiran. Bayi adalah anak yang belum lama lahir. Bayi baru lahir adalah

   bayi yang lahir dari kehamilan 37 minggu sampai 42 minggu dan bearat lahir

   2500-4000 grm (htt:/ridwanamiruddin.wordpress.com).

             Perubahan ini menjadi dasar pertumbuhan dan perkembangan di

   kemudian hari. Perawat memainkan peran yang vital selama periode transisi ini,

   mereka membantu bayi baru lahir dalam menjalankan transisi yang aman ke

   kehidupan ekstra uterin dan membantu ibu serta orang terdekat lain, melalui

   masa transisi untuk menjadi orang tua. Perawat melakukan pengkajian awal pada

   bayi baru lahir, mengupayakan kondisi lingkungan yang mendukung perubahan,

   dan memantau keadaan bayi selama fase dini perubahan.

             Pada masa bayi    baru lair (neonatal) dibagi menjadi 2 bagian

   yaitu :

   1.   Periode Partunate, di mana masa ini di mulai dari saat kelahiran sampai

        15 dan 30 menit setelah kelahiran.
2.    Periode Neonate, di mana masa ini dari pemotongan dan pengikatan tali

      pusar sampai sekitar akhir minggu ke 2 dari kehidupan pasca matur.

Ciri-ciri bayi Neonatal yaitu :

1. Masa bayi Neonatal merupakan periode yang tersingkat dari semua

     periode perkembangan. Masa ini hanya dimulai dari kelahiran sampai tali

     pusar lepas dari pusarnya.

2. Masa bayi Neonatal merupakan masa terjadinya penyesuaian yang radikal.

     Masa ini di mana suatu peralihan dari lingkungan dalam ke lingkungan luar.

3. Masa Neonatal Merupakan masa terhentinya perkembagan. Ketika

     periode pranatal sedang berkembang terhenti pada kelahiran.

4. Masa bayi Neonatal merupakan pendahuluan dari perkembangan

     selanjutnya. Perkemmbagan individu di masa depan akan tampak pada

     waktu dilahirkan.

5. Masa bayi Neonatal merupakan periode yang berbahaya. Masa ini

     berbahaya karena sulitnya menyesuaikan diri pada lingkunga yang

     baru.

Penyesuaian pokok yang dilakukan bayi neonatal yaitu :

1. Perubahan suhu, dimana ketika di dalam rahim suhu berkisar 100°F namun

     suhu di luar berkisar 60°-70° F.

2. Bernafas, jika tali pusar diputus maka bayi mulai harus bernafas sendiri.

3. Mengisap dan menelan, bayi sudah tidak lagi memndapat makanan melalui

     tali pusar tetapi memperoleh makan dengan cara mengisap dan menelan.
4. Pembuangan, ketika bayi dilahirkan barulah alat-alat pembuangan itu

   berfuungsi

   (Hurloc, Elizabet B., Psikologi Perkembangan, Jakarta: Erlangga Edisi

   lima)



1. Definisi

           Pada kehamilan cukup bulan, berbagai sistem biologi dan anatom

   mencapai tingkat perkembangan dan fungsi yang memungkinkan janin

   memiliki eksistensi terpisah dari ibunya. Saat dilahirkan bayi baru lahir

   memiliki kompetensi perilaku dan kesiapan interaksi sosial. Periode

   neonatal yang berlangsung sejak bayi baru lahir sampai usianya 28 hari,

   merupakan waktu berlangsungnya perubahan fisik yang dramatis pada

   bayi baru lahir. (Bobak, Lowdermilk, et all, th 2005 ).
Gambar 2.1 : Pembentukan Dan Eksresi Bilirubin pada Bayi baru lahir

                            Sel Darah Merah




                              Hemoglobin




                     Hem                                  Globin




            Besi                       Bilirubin

                                   Plasma Protein



                                          Hati
                                  Glukoronil Tranferase




                    Bilirubin tidak terkonjugasi + asam Glukoronat



                           Glukoronat bilirubin terkonjugasi



                           Diekskresi melalui feses atau urine

  Sumber : Whaley, wong : Essentials of Pediatric Nursing, et 4, St Louis, 1993,
                              mosby. Hal 370
2. Sistem hepatika
Hati dan kandung empedu dibentuk pada minggu keempat kehamilan

    Pada bayi baru lahir, hati dapat dipalpasi sekitar 1 cm dibawah batas kanan

    iga, karena hati besar dan menempati sekitar 40 % rongga



B. Fisiologi Bilirubin

    1. Konyungasi Bilirubin

              Hati mengatur jumlah bilirubin tidak terikat dalam peredaran

       darah. Bilirubin ialah pigmen kuning yang berasal dari hemaglobin yang

       terlepas saat pemecahan sel darah merah dan mioglobin didalam sel otot. ,

       hemaglobin difagositosis oleh sel retikuloendotelial, diubah menjadi

       bilirubin dan dilepas dalam bentuk tidak terkonyungasi, ini disebut

       bilirubin indirek, relatif tidak larut dalam air, dan hampir seluruhnya

       terikat dengan albumin, suatu protein plasma didalam sirkulasi.

              Bilirubin yang tidak terikat ini dapat meninggalkan sistem

       peredaran darah dan memasuki jaringan ekstra vaskuler ( kulit, sklera, dan

       membran mukosa mulut). Warna kuning yang timbul disebut icterus.

       Didalam hati, bilirubin yang tidak terikat ini, dikonyungasi oleh

       glukoronidase bila ada enzim glukoroniltrasferase.

              Bilirubin dalam bentuk konyungasi ini kemudian dikeluarkan dari

       sel-sel hati kedalam cairan empedu. Bilirubin ini diberi nama bilirubin

       direk dan larut dalam air. Bersama komponen empedu lain bilirubin direk

       ini diekskresikan kedalam sisterm traktus bilier (gal empedu )yang

       membawanya ke duodenum. Bilirubin diubah menjadi urobilinogen dan
sterkobilin didalam duodenum, akibat kerja flora usus, urobilinogen di

ekskresikan ke dalam urine dan tinja, sedangkan sterkobilin hanya di

ekskresikan ke dalam tinja.

       Bilirubin serum total ialah jumlah bilirubin terkonyungasi (direk )

dan bilirubin tidak terkonyungasi (indirek).

       Tempat ikatan albumin (albumin binding ) serum yang adekuat

tersedia, kecuali jika bayi mengalami asfiksia neonatorum, cold stress

atau hipoglikemia, ibu yang menggunakan obat sebelum melahirkan

misalnya sulfa dan aspirin dapat mengalami penurunan jumlah tempat

ikatan albumin pada bayi baru lahir, walaupun bayi baru lahir memiliki

kapasitas fungsional untuk mengubah bilirubin, sehingga kebanyakan

bayi mengalami hiperbilirubinemia fisiologis.

       Pemberian makanyang lebih awal cenderung mempertahankan

kadar bilirubin serum tetap rendah, akibat stimulasi aktivitas usus dan

pengeluaran mekonium dan tinja, pengeluaran isi usus, mencegah

terjadinya reabsorbsi dan penggunaan ulang bilirubin dari usus.

       Icterik akibat asi yang diduga merupakan akibat enzim dalam susu

dan icterik ini berlangsung lebih lama dari pada ikterik akibat pemberian

asi, semakin banyak jumlah pemberian asi, semakin rendah kadar

bilirubin bayi (Lascari, 1986 , dalam Bobak ,2007 ).

       Bayi baru lahir harus disusui 8 x atau lebih setiap hari. Ibu

dianjurkan untuk menyusui bayinya secara teratur dalam 24 jam,

kolostrum (prekursor air susu) ialah laksatif alami yang membantu
meningkatkan pengeluaran mekonium. Pemberian asi yang sering dan

   dini akan mengakibatkan eskresi mekonium dan menurunkan kadar

   bilirubin (Lawrence, 1999, dalam Bobak 2007 ). .



2. Hiperbilirubinmia

          Hiperbilirubinemia fisiologis atau icrerik neonatal merupakan

   kondisi yang normal pada 50 % bayi cukup bulan dan 80 % pada bayi

   prematur. Korones 1986 mencatat bahwa icterik neonatus terjadi akibat

   hal- hal dibawah ini :

   a. Bayi baru lahir memiliki produksi bilirubin dengan kecepatan produksi

      yang lebih tinggi jumlah sel darah merah janin perkilogram berat

      badan lebih besar dari pada orang dewasa, umur sel darah merah janin

      lebih pendek ( 40 – 90 hari )dibanding 120 hari pada orang dewasa.

   b. Terdapat cukup banyak reabsorbsi bilirubin pada usus halus neonatus.

      Walaupun icterik neonatus dianggap ringan, bilirubin dapat menumpuk

      sampai mencapai kadar yang membahayakan dan menjadi patologi.

          Linn    dkk       (1985)   melaporkan   bahwa     perbedaan   etnik

   mempengaruhi tingkat hiperbilirubinemia. Mereka melaporkan bahwa 49,

   2 % bayi Asia, 20 % bayi kulit putih dan 12, 1 % bayi Amerika Afrika

   yang baru lahir memiliki kadar bilirubin 10 mg / dl atau lebih.

          Bayi baru lahir Asia dan Amerika, asli tampaknya memiliki icterik

   fisiologi yang lebih tinggi dan tidak tergantung pada metode pemberian

   makan (Auerbach, Gartner, 1987),
Resiko hiperbilirubinemia meningkat, bila klem tali pusat

   dilakukan lebih lambat.

   Icterik fisiologi memenuhi kriteria sebagai berikut :

   a. Bayi dalam keadaan baik

   b. Pada bayi aterm, icterik pertama kali terlihat setelah 24 jam dan hilang

        pada akhir hari ke 7.

   c. Pada bayi prematur, icterik terlihat pertama kali setelah 48 jam dan

        menghilang pada hari ke -9 atau ke -10.

   d. Konsentrasi bilirubin tidak terkonyungasi dalam serum, tidak melebihi 12

        mg /100 ml, baik pada bayi cukup bulan maupun pada bayi prematur.

   e. Hiperbilirubinemia hampir secara eksklusif terjadi pada bilirubin tidak

        terkonyungasi, dan nilai bilirubin direk atau terkonyungasi tidak boleh

        melebihi 1- 1, 5 mg /100 ml.

   f.   Peningkatan konsentrasi bilirubin setiap hari tidak boleh melebihi 5

        mg /100 ml, kadar bilirubin lebih dari 12 mg /100 ml dapat

        menunjukan kegagalan fisiologis yang berat atau adanya suatu

        penyakit.



3. Icterus Fisiologis

           Adalah konsentrasi bilirubin serum yang meningkat pada bayi

   normal. Mendekati tingkat konsentrasi bilirubin ibu, pada saat lahir sampai

   usia 3 hari dengan rata –rata konsentrasi nya, 6, 5 – 7, 0 mg /dl dan

   menurun secara bertahap sampai kurang dari 1, 5 mg/dl pada hari ke -10
kehidupan. Bayi yang diberi ASI normalnya memiliki rata-rata puncak

   konsentrasi bilirubin serum 1 – 2 mg/dl lebih tinggi dari pada bayi yang

   diberi susu formula.

          Penyebab icterus fisiologis selama hidup neonatus adalah multiple

   dan masih kontroversial, hampir setiap fase metabolisme bilirubin terlibat.

   Produksi bilirubin bayi normal adalah 6, 8 mg/kg BB per 24 jam, .

   kecepatan produksi bilirubin orang dewasa. Produksi bilirubin yang lebih

   besar pada neonatus sebagian dijelaskan dengan rata-rata waktu hidup sel

   darah merah, hanya 80 – 90 hari dibandingkan dengan 20 hari pada

   eritoblas orang dewasa.

          Akhirnya sirkulasi enterohepatik bilirubin akibat hidrolisis pigmen

   terkonyungasi dalam usus menyebabkan icterus fisiologis, konsentrasi

   biliruin dalam mekonium dapat lebih dari 50 kali dari pada dalam serum.

   Reabsorbsi intestinal bilirubin pada bayi sehat berperan pada sebagai

   penyebab icterus fisiologis (Richard E, Behrman, et all 1992).



4. Icterus Patologis

          Adalah icterus yang terjadi pada 24 jam pertama sesudah kelahiran

   dan disertai peningkatan konsentrasi bilirubin 5 mg atau lebihsetiap 24

   jam, dan disertai berat lahir kurang dari 2500 gr. Icterus patologis juga

   disebabkan oleh kelebihan bilirubin, karena klirens bilirubin yang lambat. .

   Reabsorbsi bilirubin dari traktus intestinal dan metabolisme darah ekstra

   vasasi katagorikan sebagai bentuk produksi, tetapi keduanya relatif
berproses   secara   berangsur–angsur,   jarang   menyebabkan      icterus

neonatorum dini, biasanya disebabkan oleh penyakit hemolitik ( Richard

&Victor, 2000 ).

       Faktor yang mempengaruhi terjadinya icteruc patologis, dengan

menggunakan kriteria patologis, maka 1/3 dari bayi yang menderita

penyakit hemolitik yang tidak mendapat pengobatan dan kadar bilirubin

serum yang lebih dari 20 mg/dl, akan mengalami kernik icterus, tanda –

tanda neurologik yang nyata mempunyai prognosis jelek, 75 % bayi

seperti ini atau lebih akan meninggal dunia, dan 80 % dari mereka yang

hidup akan memperlihatkan koreoatetosis bilateral disertai spasme otot

involunter, keterbelakangan mental, ketulian dan quadriplesgia spasti

lazim ditemukan. Bayi yang mempunyai resiko, sebaiknya dilakukan test

penyaringan pendengaran. (Richard &Victor, 2000 ).

       CO2 yang rendah. Untuk kehidupan di luar, tidak diperlukan

sedemikian banyak eritrosit

a. Hati bayi belum ber faal baik sehingga tidak dapat mengubah bilirubin

   satu menjadi bilirubin dua. Pada anak premature icterus biasanya lebih

   hebat dan lebih lama lagi karena faal hati masih sangat kurang

   (Obstetri Fisiologi, Unpad Bandung)

   Intestinal dan metabolisme darah ekstra vasasi katagorikan sebagai

   bentuk produksi, tetapi keduanya relatif berproses secara berangsur-

   angsur, jarang menyebabkan icterus neonatorum dini biasanya

   disebabkan oleh penyakit hemolitik. (Richard & Victor, 2000).
b. Penatalaksanaan Icterus.

   Tujuan pengobatan adalah mencegah agar konsentrasi bilirubin indirek

   dalam darah tidak mencapai kadar yang menimbulkan neurotoksisitas,

   dianjurkan dilakukan transfusi tukar dan atau fototerapi. Resiko cidera

   susunan saraf pusat akibat bilirubin harus diimbangi dengan resiko

   pengobatan masing-masing bayi.       Kriteria yang harus dipergunakan

   untuk memulai fototerapi. Oleh karena fototerapi membutuhkan waktu

   12 – 24 jam, sebelum memperlihatkan panjang yang dapat diukur, maka

   tindakan ini harus dimulai pada kadar bilirubin, kurang dari kadar yang

   diberikan.    Penggunaan fototerapi sesuai anjuran dokter biasanya

   diberikan pada neonatus dengan kadar bilirubin tidak lebih dari 10

   mg%.

   Penatalaksanaan Perawatan

   Pengkajian

   -   Pemeriksaan fisik

   -   Inspeksi ; warna pada sklera , konjungtiva , membran mukosa

       mulut, kulit , urine dan tinja

   -   Pemeriksaan bilirubin menunjukan adanya peningkatan

   -   Tanyakan berapa lama joundice muncul dan sejak kapan

   -   Apakah bayi ada demam

   -   Bagaimana kebutuhan pola minum

   -   Riwayat keluarga

       (Supartini, 2002)
Penilaian icterus dan derajat icterus dengan cara kramer yaitu

membagi derajat icterus bayi baru lahir dalam 5 bagian yang dimulai

cara :

Derajat I     apabila terdapat warna kuning dari kepala sampai leher.

Derajat II    apabila terdapat warna kuning dari kepala, badan sampai

              dengan umbilikus.

Derajat III   apabila terdapat warna kuning dari kepala, badan, paha

              sampai dengan lutut.

Derajat IV    apabila terdapat warna kuning dari kepala, badan, ekstremitas

              sampai dengan pergelangan tangan dan kaki.

Derajat V     apabila terdapat warna kuning dari kepala, badan, semua

              ekstremitas sampai dengan ujung jari (Surasmi, et. all,

              2001)

         Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan sinar

atau foto terapi ialah :

1) Lampu yang dipakai sebaiknya tidak digunakan lebih dari 500 jam,

    untuk menghindarkan turunnya energi yang dihasilkan oleh lampu

    yang digunakan.

2) Pakaian bayi dibuka agar bagian tubuh dapat seluas mungkin

    terkena sinar.

3) Kedua mata ditutup dengan penutup yang dapat memantulkan

    cahaya, untuk mencegah kerusakan retina. Penutup mata dilepas

    saat pemberian minum dan kunjungan orang tua, dimana untuk
memberikan rangsang visual pada neonatus. Pemantauan iritasi

       mata dilakukan tiap 6 jam dengan membuka penutup mata.

   4) Daerah kemaluan ditutup dengan penutup yang dapat memantulkan

       cahaya untuk melindungi daerah kemaluan dari cahaya foto terapi.

   5) Posisi lampu diatur dengan jarak 20 - 30 cm diatas tubuh bayi untuk

       mendapatkan energi yang optimal.

   6) Posisi bayi diubah tiap 8 jam agar tubuh mendapatkan penyinaran

       seluas mungkin.

   7) suhu tubuh yang diukur 4 - 6 jam sekali atau sewaktu-waktu bila

       perlu.

   8) Pemasukan cairan dan minuman dan pengeluaran urine, faeces dan

       muntah diukur, dicatat dan dilakukan pemantauan tanda dehidrasi.

   9) Hidrasi bayi diperhatikan, bila perlu konsumsi cairan ditingkatkan.

c. Kelainan yang mungkin timbul pada neonatus yang mendapat terapi sinar

   adalah :

   1) Energi cahaya foto terapi dapat meningkatkan suhu lingkungan dan

       menyebabkan peningkatkan penguapan melalui kulit terutama bayi

       prematur, berat badan lahir rendah.

   2) Meningkatkan bilirubin indirek pada usus akan menimbulkan

       pembentukan enzim laktosa yang dapat meningkatkan peristaltik usus.

   3) Timbul kelainan kulit ”Flea bite rush” didaerah muka, badan dan

       ekstremitas. Kelainan ini akan segera hilang setelah terapi dihentikan.

   4) Peningkatan suhu badan / tubJuh.
5) Kelainan gangguan minum, letargi dan iritabilitas.

              6) Gangguan pada mata dan pertumbuhan.


                Tabel 2.1 Hubungan kadar bilirubin dengan icterus

                                                        Perkiraan kadar bilirubin
 Derajat                                                        rata-rata
                         Derah Ikterus
 Ikterus                                                Aterm        Prematur
                                                        (gr/dl)        (gr/dl)
       1. Kepala sampai leher                             5, 4            -

       2. Kepala, badan sampai umbilikus                  8, 9              9, 4

       3. Kepala, badan, paha sampai dengan               11, 8             11, 4

              lutut

       4. Kepala, badan ekstremitas sampai                15, 8             13, 3

              dengan pergelangan tangan dan kaki

       5. Kepala, badan semua ekstremitas

              sampai dengan ujung jari

Sumber : Rachmat F Boedjang, Penatalaksanaan Icterus Neonatal, Icterus pada
         Neonatus, FKUI, tahun 1984, Hlm 81-82

      Tabel 2.2 Penanganan icterus berdasarkan kadar bilirubin serum

                          Terapi sinar                             Tranfus
   Usia          Bayi sehat         Bayi resiko          Bayi sehat     Faktor resiko
                Mg/dl Mol/l Mg/dl Mol/l               Mg/dl Mol/l Mg/dl Mol/l
  Hari 1           Setiap Icterus Yang terlihat          15      250      13       220

  Hari 2          15      260        13        220        19          330      15   260

  Hari 3          18      310        16        270        30          510      20   340

 Hari 4 dst       20      340        17        290        30          510      20   340

Sumber : Manajemen masalah bayi lahir, rujukan dasar tahun 2005 perinatalogi
         Depkes hal 43
C. Menyusui

          Air susu ibu ialah makanan pilihan utama untuk bayi menyusui

   memberi banyak keuntungan : Nutrisi, Imunologi dan Psikologis. Menurut

   Worthnigton Robert (1993), menyusui memilki keuntungan berikut :

   1. Bayi mendapat imunoglobin untuk melindunginya dari banyak penyakit

     dan infeksi.

   2. Bayi lebih jarang menderita infeksi telinga dan saluran pernafasan atas

   3. Bayi lebih jarang mengalami diare dan penyakit saluran cerna lain

   4. Resiko bayi mendapat diabetes juvenile menurun

   5. Bayi memiliki lebih sedikit kemungkinan untuk menderita limfoma tipe

     tertentu.

   6. Jenis protein yang ditelan mengurangi kemungkinan timbulnya reaksi

     alergi

   7. Bayi yang di susui memiliki lebih sedikit masalah dengan pemberian

     makan yang berlebihan akibat ”harus menghabiskan susu di botol”

   8. Insiden bayi untuk mengalami obesitas dan hipertensi pada masa dewasa

     menurun.

   9. Tidak perlu mencuci botol, menyiapkan formula dan           menyimpannya

     dilemari es.

   10.Organ-organ ibu akan lebih cepat kembali kekeadaan sebelum hamil.

   11.Menyusui meningkatkan kontak dekat ibu anak.

      (Bobak, tahun 2002 )
1. Kebutuhan Nutrisi pada bayi

         Bayi ( 0 sampai 12 bulan ) memerlukan jenis makanan air susu ibu

  ( ASI ), susu formula , dan makanan padat .Kebutuhan kalori bayi antara

  100 -200 kkal/kg BB . Pada empat bulan pertama ,bayi lebih baik hanya

  mendapatkan ASI saja (ASI ekslusif ) tanpa diberikan susu formula . Usia

  lebih dari empat bulan baru dapat diberikan makanan pendamping ASI

  atau susu formula, kecuali pada beberapa kasus tertentu ketika anak tidak

  bisa mendapatkan ASI, seperti ibu dengan komplikasi postnatal, seperti

  menderita penyakit menular, dan sedang dalam terapi steroid atau morfin.

  Kandungan zat gizi ASI ( setiap 100 gram )

  a. Kalori            : 68 kalori

  b. Protein           : 1,4 gram

  c. Lemak             : 3,7 gram

  d. Karbohidrat       : 7,2 gram

  e. Zat Kapur         : 30 gram

  f. Fosfor            : 20 gram

  g. Vitamin A         : 60 gram

  h. Tiamin            : 30 gram



2. Zat kekebalan yang terdapat dalam ASI

  a. Immunoglobulin yang berfungsi untuk melindungi tubuh dari infeksi

  b. Lisozim yang dapat menghancurkan dinding sel bakteri

  c. Laktoperoksidase yang dapat membunuh steptococus
d. Laktoferin yang dapat membunuh beberapa jenis organisme

  e. Sel darah putih yang dapat berfungsi sebagai fagositosis

  f. Zat   anti   stafilococus    yang    dapat   menghambat     pertumbuhan

     stafilococus.



3. Cara menilai kecukupan ASI dalam tubuh

  Adalah dengan menilai komponen berikut :

  a. Berat badan lahir telah tercapai kembali sekurang-kurangnya pada

     akhir minggu kedua setelah lahir dan selama itu tidak terjadi

     penurunan berat badan lebih 10 %

  b. Kurva pertumbuhan berat badan memuaskan dan menunjukan

     kenaikan sebagai berikut :

     Triwulan pertama : 150-250 gram / minggu

     Triwulan kedua     : 500-600 gram / bulan

     Triwulan ketiga    : 350-450 gram / bulan

     Triwulan keempat : 250-350 gram / bulan

     Atau usia 4-5 bulan          : dua kali berat badan lahir

     Pada usia 1 tahun : 3 kali berat badan lahir

  c. Penilaian subjektif, yaitu bayi tampak puas dan tidur nyenyak setelah

     menyusu dan ibu merasakam tegangan payudara sebelu dan sesudah

     serta merasakan aliran ASI cukup deras.
Walaupun demikian, ada beberapa kendala dalam pemberian ASI

yaitu puting susu masuk kedalam dan perasaan nyeri yang hebat karena

puting susu terluka. (Supartini, 2002).

       Bukti – bukti menunjukan bahwa bayi baru lahir memerlukan

unsur pernting untuk kekebalannyan yang berasal dari ASI. Selama

pematangan sistem kekebalanya sendiri sedang berlangsung, Air susu ibu

mengandung imunoglobin A (IgaA) yang kadarnya tinggi dan mampu

melindungi bayi terhadap serangan beberapa bakteri dan virus, terutama

disaluran nafas dan saluran cerna (Whaley, Wong 1995).

       Imunoglobin diketahui dapat langsung berfungsi disaluran cerna

bayi dengan mengurangi kontak antigen dengan mukosa usus halus sampai

antibodi itu sendiri terbentuk Laktoferin yang disekresi ke dalam ASI.

       IgA melindungi bayi dari perkembangan banyak alergi, selain itu

ASI mengandung berbagai faktor pertahanan lain seperti makrofag,

granulosit dan limfosit B dan T (Lewrence, 1994).

       Beberapa peneliti mengatakan bahwa ada hubungan antara

hiperbilirubinemia dengan kurangnnya air susu, Menyusui secara dini dan

tanpa dibatasi merangsang produksi susu dan mempercepat eliminasi

mekonium okisat refleks gastro kolik dan pengaruh laksatif kolostrum (de,

Sterben, 1992).

       Membersihkan payudara setiap hari dengan air cukup untuk

menjaga kebersihan adalah baik untuk membiarkan puting susu kering

terkena udara setiap kali habis menyusui. Mengeluarkan air susu dapat
dilakukan dengan memijat dengan lembut daerah sekitar puting jangan

  memakai krem pelembut atau salep, karena dapat menghambat sekresi

  minyak bakteriostatistik alami yang dilakukan oleh kelenjar montgomeri.

         Beberapa bayi tidak mau menyusui bila merasa atau mencium bau

  krem sehingga payudara harus dicuci terlebih dahulu. Apabila ibu

  memerlukan Bra, ia akan merasa tidak nyaman bila tidak menggunakanya.

  Bra harus dicari yang benar-benar pas.



4. Kontra indikasi pemberian ASI

         Pada umumnya bayi yang cukup bulan dan sehat tidak ada efek jika

  bisa mendapat ASI bila terjadi alergi pada bayi yang minum ASI, maka

  alergen perlu di cari pada makan ibu dan kemudian meminta ibu untuk tidak

  makan zat yang mengandung alergen tersebut. Pada pihak ibu sebenarnya

  hampir tidak ada kontrak indikasi untuk menyusui bayinya. Puting susu yang

  masuk kedalam akan menyukarkan bayinya menyusu. Puting susu yang lecet

  tidak merupakan hambatan untuk menyusui bayi; dengan pemberian salep

  dan pemaparan udara. Luka tersebut akan cepat menyembuh. Dulu mastitis

  merupakan kontra indikasi menyusui bayi tetapi pendapat sekarang adalah

  supaya pemberian ASI tetap diteruskan bahkan pemberian yang lebih sering

  dapat mencegah bendungan ASI lebih lanjut. Disamping itu perlu diberi salep

  anti biotika dan kompres hangat, infeksi akut pada ibu mungkin merupakan

  kontra indiaksi pemberian ASI, kecuali bila bayi menderita penyakit yang

  sama. Bila bayinya sehat dan keadaan ibu mengijinkan maka ASI dapat
diperas dan ditampung untuk kemudian diberikan pada bayi dengan sedot

  atau pipet. Untuk tetap mempertahankan pemberian ASI setelah ibu sembuh

  sekali-kali jangan memberikan ASI melalui dot atau botol (Buku kesehatan

  anak jilid I, 1991).



5. Pelaksanaan menyusukan bayi

          Rangsangan sekresi ASI yang paling utama adalah pengosongan

  ASI secara teratur oleh isapan mulut bayi ,oleh karena itu perlu dilakukan

  usaha menyusukan bayi sejak awal setelah bayi dilahirkan ,ketika ASI

  masih berupa kolostrom.

          Bayi harus diberi kesempatan menyusu ketika ia lapar meskipun

  ASI belum keluar dari payudara ibu .Bila penyusuan tidak dilakukan

  sesuka bayi maka menyusukan pada siang hari ,dilakukan setiap 3 jam dan

  pada malam hari setiap 4 jam .Sebagian besar bayi merasa lapar dalam

  waktu 2 jam . Setelah penyusuan yang cukup dan biasanya selain itu 75%

  ASI dan dalam payudara ibu telah terbentuk kembali.Waktu pemberian

  ASI ,pengisapan payudara hendaknya dilakukan secara bergantian antara

  kiri dan kanan ,lama menyusui pada beberapa hari pertama pasca lahir

  adalah 5-10 menit, tiap payudara kemudian selama 15-20 menit setelah

  hari ke 5-7 .

  Dalam pelaksanaan menyusukan bayi perlu diperhatikan beberapa faktor ;

  a. Faktor Psikologis (kecemasan )

  b. Faktor kelelahan ( dapat menghambat laktasi )
c. Faktor kebersihan payudara

  d. Faktor makanan ibu


6. Pemberian susu formula/ Pasi

          Pemberian susu formula merupakan alternatif pemberian susu yang

  berhasil pada beberapa keadaan tertentu, termasuk keadaan-keadaan

  berikut :

  a. Keluarga memutuskan untuk tidak menyusui bayi atau ibutidak

      mampu menyusui karena suatu penyakit atau anomali.

  b. Jadwal ibu tidak memungkinkannya menyusui banyinya.

  c. Formula khusus dibutuhkan karena bayi alergi, atau memerlukan suatu

      makanan tertentu.

  d. Memberi tambahan makanan bagi bayi yang ibunya kadang-kadang

      tidak dapat menyusui

  e. Melengkapi ASI, jika produksi susu ibu tidak mencukupi (Tsans,

      Nichols, 1988)



7. Bayi Adopsi

          Susu formula harus menjadi pilihan jika ibu mengidap infeksi aktif

   seperti TBC, lesi sifilis pada payudara atau acquired immunodeticienty

   syndrome (AIDS) atau alasan medis lain perlu dievaluasi.

          Susu formula direkomendasikan berdasarkan kebutuhan nutrisi

   bayi, preferensi orang tua, biaya, kebutuhan susu untuk dibekukan,
kenyamanan dan kemampuan orangtua untuk menyiapkan susu formula

      dengan akurat dan aman.



C. Pengetahuan.

          Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui atau kepandaian

   yang dimiliki oleh seseorang yang diperoleh dari pengalaman latihan atau

   melalui proses belajar.

          Proses belajar seseorang tidak hanya dituntut memiliki kemampuan

   membaca, menulis dan berhitung.              Mereka juga dituntut memiliki

   kemampuan memecahkan masalah, mengambil keputusan, kemampuan

   beradaptasi, kreatif dan inovatif, kemampuan tersebut sangat diperlukan

   untuk mencapai hasil belajar yang lebih baik. Pengetahuan merupakan

   kemampuan kognitif yang paling rendah namun sangat penting, karena dapat

   membentuk perilaku seseorang. (Noto Admojo, S 2007).

          Menurut Bloom 1956 dalam Potter and Ferry 1957 kemampuan

   kognitif mempunyai kognitif mempunyai 6 tingkatan :

   1. Knowlodge adalah kemampuan mengingat kembali suatu materi atau

     informasi yang baru diperoleh.

   2. Komprehensive adalah kemampuan menjelaskan kembali tentang obyek

     yang telah dipelajari dan mampu menginterpretasikannya.

   3. Aplikasi adalah kemampuan seseorang untuk menggunakan materi yang

     dipelajari pada situasi yang sebenarnya.
4. Analisis adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan materi kedalam

      komponen-komponen didalam yang masih terkait.

    5. Sintesis adalah kemampuan untuk menyusun formulasi baru dengan

      menggunakan informasi yang ada.

    6. Evaluasi adalah kemampuan untuk melakukan justifikasi terhadap suatu

      materi melalui kriteria yang ditentukan sendiri atau kriteria yang sudah ada.

           Ketika seseorang mendapatkan pengetahuan baru, orang tersebut

    diharapkan     mampu         menyebutkan        informasi      itu     kembali

    menginterprestasikannya dengan benar dan dapat mengaplikasikannya pada

    situasi yang sebenarnya, setelah mampu mengaplikasikannya, ia juga

    diharapkan dapat melakukan analisa, sintesa dan evaluasi. Dengan demikian

    diharapkan semakin tinggi kemampuan kognitif paru ibu terhadap terjadinya

    icterus patologis maupun fisiologis pada bayi baru lahir, dianjurkan semakin

    banyak pula perubahan perilaku positif dalam memberikan ASI sedini

    mungkin.



D. Penelitian terkait

           Sampai sekarang belum ditemukan penelitian terkait Hubungan antara

    tingkat pengetahuan ibu tentang perawatan bayi dengan kejadian icterus.

    Dimana angka kejadian warna kekuningan pada bayi baru lahir adakalanya

    merupakan kejadian alamiah (fisiologis) adakalanya menggambarkan suatu

    penyakit (patologis). Bayi berwarna kekuningan yang alamiah (fisiologis)

    atau bukan karena penyakit tertentu dapat terjadi pada 25% hingga 50% bayi
baru lahir cukup bulan (masa kehamilan yang cykup), dan presentasinya lebih

   tinggi pada bayi prematur. Disebut alamiah (fisiologis) jika warna

   kekuningan muncul pada hari kedua atau keempat setelah kelahiran, dan

   berangsur menghilang (paling lama) setelah 10 hingga 14 hari. Ini terjadi

   karena fungsi hati belum sempurna (matang) dalam memproses sel darah

   merah. Selain itu, pada pemeriksaan laboratorium kadar bilirubin (pigmen

   empedu)    dalam     darah   tidak   melebihi   batas   yang   membahayakan

   (ditetapkan).www.google.com



E. Kerangka Teori



    Bayi Baru Lahir

                                                             Aterm
 Pertumbuhan Intra Uterine
                                    Bayi Baru Lahir         Preterm     Fungsi Hepar
      Sistem Hepatika
                                                            Posterm

                                                                        Hiperbilirubin
                                Perawatan Bayi oleh Ibu


                                Pengetahuan Ibu tentang
                                  cara perawatan bayi
                                        baru lahir

                             Gambar 3.1 Kerangka Teori

Más contenido relacionado

La actualidad más candente

Laporan pendahuluan dan asuhan keperawatan bayi baru lahir maya
Laporan pendahuluan dan asuhan keperawatan bayi baru lahir mayaLaporan pendahuluan dan asuhan keperawatan bayi baru lahir maya
Laporan pendahuluan dan asuhan keperawatan bayi baru lahir maya
akuyohoyo
 
Asuhan keperawatan pada bayi baru lahir STIKES ANDINI PERSADA MAMUJU
Asuhan keperawatan pada bayi baru lahir STIKES ANDINI PERSADA MAMUJUAsuhan keperawatan pada bayi baru lahir STIKES ANDINI PERSADA MAMUJU
Asuhan keperawatan pada bayi baru lahir STIKES ANDINI PERSADA MAMUJU
Akbar Zhagtris
 
ASUHAN KEPERAWATAN BAYI BARU LAHIR DAN NUTRISI PADA BBL
ASUHAN KEPERAWATAN BAYI BARU LAHIR DAN NUTRISI PADA BBLASUHAN KEPERAWATAN BAYI BARU LAHIR DAN NUTRISI PADA BBL
ASUHAN KEPERAWATAN BAYI BARU LAHIR DAN NUTRISI PADA BBL
Ira Aryanti
 
Ikterik neonatus
Ikterik neonatus Ikterik neonatus
Ikterik neonatus
EndahPentiannisa2
 

La actualidad más candente (19)

Laporan pendahuluan dan asuhan keperawatan bayi baru lahir maya
Laporan pendahuluan dan asuhan keperawatan bayi baru lahir mayaLaporan pendahuluan dan asuhan keperawatan bayi baru lahir maya
Laporan pendahuluan dan asuhan keperawatan bayi baru lahir maya
 
Asuhan Keperawatan Pada Wanita Hamil Trimester I-III
Asuhan Keperawatan Pada Wanita Hamil Trimester I-IIIAsuhan Keperawatan Pada Wanita Hamil Trimester I-III
Asuhan Keperawatan Pada Wanita Hamil Trimester I-III
 
Asuhan keperawatan pada bayi baru lahir STIKES ANDINI PERSADA MAMUJU
Asuhan keperawatan pada bayi baru lahir STIKES ANDINI PERSADA MAMUJUAsuhan keperawatan pada bayi baru lahir STIKES ANDINI PERSADA MAMUJU
Asuhan keperawatan pada bayi baru lahir STIKES ANDINI PERSADA MAMUJU
 
Konsep dasar dan asuhan keperawatan bayi baru lahir (BBL)
Konsep dasar dan asuhan keperawatan bayi baru lahir (BBL)Konsep dasar dan asuhan keperawatan bayi baru lahir (BBL)
Konsep dasar dan asuhan keperawatan bayi baru lahir (BBL)
 
Askep bblr
Askep bblrAskep bblr
Askep bblr
 
ASUHAN KEPERAWATAN BAYI BARU LAHIR DAN NUTRISI PADA BBL
ASUHAN KEPERAWATAN BAYI BARU LAHIR DAN NUTRISI PADA BBLASUHAN KEPERAWATAN BAYI BARU LAHIR DAN NUTRISI PADA BBL
ASUHAN KEPERAWATAN BAYI BARU LAHIR DAN NUTRISI PADA BBL
 
Ikterik neonatus
Ikterik neonatus Ikterik neonatus
Ikterik neonatus
 
Askep bayi bblr
Askep bayi bblrAskep bayi bblr
Askep bayi bblr
 
Rkik1
Rkik1Rkik1
Rkik1
 
Perubahan pada masa kehamilan pada ibu hamil
Perubahan pada masa kehamilan pada ibu hamilPerubahan pada masa kehamilan pada ibu hamil
Perubahan pada masa kehamilan pada ibu hamil
 
LP BBLR
LP BBLRLP BBLR
LP BBLR
 
Pp pengantar pengembangan anb
Pp pengantar pengembangan anbPp pengantar pengembangan anb
Pp pengantar pengembangan anb
 
Asuhan keperawatan pada bayi hiperbilirubin
Asuhan keperawatan pada bayi hiperbilirubinAsuhan keperawatan pada bayi hiperbilirubin
Asuhan keperawatan pada bayi hiperbilirubin
 
Bblr
BblrBblr
Bblr
 
PPT Perubahan Fisiologi BBL
PPT Perubahan Fisiologi BBLPPT Perubahan Fisiologi BBL
PPT Perubahan Fisiologi BBL
 
Askeb IV Patologi
Askeb IV PatologiAskeb IV Patologi
Askeb IV Patologi
 
139642472 repro-bbl-post-matur
139642472 repro-bbl-post-matur139642472 repro-bbl-post-matur
139642472 repro-bbl-post-matur
 
Lp b bl_feran
Lp b bl_feranLp b bl_feran
Lp b bl_feran
 
Adaptasi fisiologi neonatus
Adaptasi fisiologi neonatusAdaptasi fisiologi neonatus
Adaptasi fisiologi neonatus
 

Similar a Menyusui bagi anak (page15)

Asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan ikterus
Asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan ikterusAsuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan ikterus
Asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan ikterus
Operator Warnet Vast Raha
 
Asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan ikterus
Asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan ikterusAsuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan ikterus
Asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan ikterus
Operator Warnet Vast Raha
 
Askep anak balita ikterus
Askep anak balita ikterusAskep anak balita ikterus
Askep anak balita ikterus
Mansur Aurel
 

Similar a Menyusui bagi anak (page15) (20)

Askep hyperbilirubinemia
Askep hyperbilirubinemiaAskep hyperbilirubinemia
Askep hyperbilirubinemia
 
hiperbilirubinemia
hiperbilirubinemiahiperbilirubinemia
hiperbilirubinemia
 
Asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan ikterus
Asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan ikterusAsuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan ikterus
Asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan ikterus
 
Asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan ikterus
Asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan ikterusAsuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan ikterus
Asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan ikterus
 
Rkk1
Rkk1Rkk1
Rkk1
 
Kernikterus
KernikterusKernikterus
Kernikterus
 
Askep anak balita ikterus
Askep anak balita ikterusAskep anak balita ikterus
Askep anak balita ikterus
 
Tgas pa dokter bainudin
Tgas pa dokter bainudinTgas pa dokter bainudin
Tgas pa dokter bainudin
 
Kb 6 asuhan dan bayi dengan ikterus dan hipoglikemi
Kb 6 asuhan dan bayi dengan ikterus dan hipoglikemiKb 6 asuhan dan bayi dengan ikterus dan hipoglikemi
Kb 6 asuhan dan bayi dengan ikterus dan hipoglikemi
 
Konsep dasar dan asuhan keperawatan bayi baru lahir (BBL)
Konsep dasar dan asuhan keperawatan bayi baru lahir (BBL)Konsep dasar dan asuhan keperawatan bayi baru lahir (BBL)
Konsep dasar dan asuhan keperawatan bayi baru lahir (BBL)
 
PPT Metabolisme Bilirubin.pptx
PPT Metabolisme Bilirubin.pptxPPT Metabolisme Bilirubin.pptx
PPT Metabolisme Bilirubin.pptx
 
Ikterus Neonatus
Ikterus NeonatusIkterus Neonatus
Ikterus Neonatus
 
HYPERBILIRUBINEMIA.ppt
HYPERBILIRUBINEMIA.pptHYPERBILIRUBINEMIA.ppt
HYPERBILIRUBINEMIA.ppt
 
199740141 bblr
199740141 bblr199740141 bblr
199740141 bblr
 
Hiperbilirubinemia
HiperbilirubinemiaHiperbilirubinemia
Hiperbilirubinemia
 
Ikterus
IkterusIkterus
Ikterus
 
asuhan pada neonatus dengan masalah yang lazim terjadi
asuhan pada neonatus dengan masalah yang lazim terjadiasuhan pada neonatus dengan masalah yang lazim terjadi
asuhan pada neonatus dengan masalah yang lazim terjadi
 
KGD NEONATUS.pptx
KGD NEONATUS.pptxKGD NEONATUS.pptx
KGD NEONATUS.pptx
 
9. Emergensi pada Neonatus.pdf
9. Emergensi pada Neonatus.pdf9. Emergensi pada Neonatus.pdf
9. Emergensi pada Neonatus.pdf
 
9. Emergensi pada Neonatus.pdf
9. Emergensi pada Neonatus.pdf9. Emergensi pada Neonatus.pdf
9. Emergensi pada Neonatus.pdf
 

Más de REISA Class

Antibiotika resistensi
Antibiotika resistensiAntibiotika resistensi
Antibiotika resistensi
REISA Class
 
perkembangan-sistem-syaraf
perkembangan-sistem-syarafperkembangan-sistem-syaraf
perkembangan-sistem-syaraf
REISA Class
 
jenis kulit dan produksi
jenis kulit dan produksijenis kulit dan produksi
jenis kulit dan produksi
REISA Class
 
gastritis (magh)
gastritis (magh) gastritis (magh)
gastritis (magh)
REISA Class
 
pengantar kkewarganegaraan
pengantar kkewarganegaraanpengantar kkewarganegaraan
pengantar kkewarganegaraan
REISA Class
 
Anatomy and embryology of the eye 2011
Anatomy and embryology of the eye 2011Anatomy and embryology of the eye 2011
Anatomy and embryology of the eye 2011
REISA Class
 
perawakan-pendek
perawakan-pendekperawakan-pendek
perawakan-pendek
REISA Class
 
Parameter pertumbuhan pada anak - BMD
Parameter pertumbuhan pada anak - BMDParameter pertumbuhan pada anak - BMD
Parameter pertumbuhan pada anak - BMD
REISA Class
 
karakteristik anak usia dini
karakteristik anak usia dinikarakteristik anak usia dini
karakteristik anak usia dini
REISA Class
 
Deteksi dini gangguan tumbang
Deteksi dini gangguan tumbangDeteksi dini gangguan tumbang
Deteksi dini gangguan tumbang
REISA Class
 
perbandingan pertumbuhan pada anak laki-laki dan perempuan
perbandingan pertumbuhan pada anak laki-laki dan perempuanperbandingan pertumbuhan pada anak laki-laki dan perempuan
perbandingan pertumbuhan pada anak laki-laki dan perempuan
REISA Class
 
penyimpanan pada pertumbuhan anak
penyimpanan pada pertumbuhan anakpenyimpanan pada pertumbuhan anak
penyimpanan pada pertumbuhan anak
REISA Class
 
mengukur pertumbuhan anak
mengukur pertumbuhan anakmengukur pertumbuhan anak
mengukur pertumbuhan anak
REISA Class
 
Ciri bayi normal
Ciri bayi normalCiri bayi normal
Ciri bayi normal
REISA Class
 
Menyusui bagi ibu dan anak
Menyusui bagi ibu dan anakMenyusui bagi ibu dan anak
Menyusui bagi ibu dan anak
REISA Class
 

Más de REISA Class (20)

Bakteri
BakteriBakteri
Bakteri
 
sindrom down
sindrom downsindrom down
sindrom down
 
Antibiotika resistensi
Antibiotika resistensiAntibiotika resistensi
Antibiotika resistensi
 
perkembangan-sistem-syaraf
perkembangan-sistem-syarafperkembangan-sistem-syaraf
perkembangan-sistem-syaraf
 
jenis kulit dan produksi
jenis kulit dan produksijenis kulit dan produksi
jenis kulit dan produksi
 
lipid
lipidlipid
lipid
 
gastritis (magh)
gastritis (magh) gastritis (magh)
gastritis (magh)
 
pengantar kkewarganegaraan
pengantar kkewarganegaraanpengantar kkewarganegaraan
pengantar kkewarganegaraan
 
Anatomy and embryology of the eye 2011
Anatomy and embryology of the eye 2011Anatomy and embryology of the eye 2011
Anatomy and embryology of the eye 2011
 
Cacing
CacingCacing
Cacing
 
perawakan-pendek
perawakan-pendekperawakan-pendek
perawakan-pendek
 
Parameter pertumbuhan pada anak - BMD
Parameter pertumbuhan pada anak - BMDParameter pertumbuhan pada anak - BMD
Parameter pertumbuhan pada anak - BMD
 
karakteristik anak usia dini
karakteristik anak usia dinikarakteristik anak usia dini
karakteristik anak usia dini
 
Deteksi dini gangguan tumbang
Deteksi dini gangguan tumbangDeteksi dini gangguan tumbang
Deteksi dini gangguan tumbang
 
perbandingan pertumbuhan pada anak laki-laki dan perempuan
perbandingan pertumbuhan pada anak laki-laki dan perempuanperbandingan pertumbuhan pada anak laki-laki dan perempuan
perbandingan pertumbuhan pada anak laki-laki dan perempuan
 
Hormon
HormonHormon
Hormon
 
penyimpanan pada pertumbuhan anak
penyimpanan pada pertumbuhan anakpenyimpanan pada pertumbuhan anak
penyimpanan pada pertumbuhan anak
 
mengukur pertumbuhan anak
mengukur pertumbuhan anakmengukur pertumbuhan anak
mengukur pertumbuhan anak
 
Ciri bayi normal
Ciri bayi normalCiri bayi normal
Ciri bayi normal
 
Menyusui bagi ibu dan anak
Menyusui bagi ibu dan anakMenyusui bagi ibu dan anak
Menyusui bagi ibu dan anak
 

Menyusui bagi anak (page15)

  • 1. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Bayi Baru Lahir Bayi baru lahir harus memenuhi sejumlah tugas perkembangan untuk memperoleh dan mempertahankan ekstensi fisik secara terpisah dari ibunya. Perubahan Biologis yang besar dan terjadi pada saat bayi baru lahir, memungkinkan transisi dari lingkungan intra uterin ke ekstra uterin. Masa Neonatal yaitu masa sejak lahir sampai dengan 4 minggu (28 hari) sesudah kelahiran. Bayi adalah anak yang belum lama lahir. Bayi baru lahir adalah bayi yang lahir dari kehamilan 37 minggu sampai 42 minggu dan bearat lahir 2500-4000 grm (htt:/ridwanamiruddin.wordpress.com). Perubahan ini menjadi dasar pertumbuhan dan perkembangan di kemudian hari. Perawat memainkan peran yang vital selama periode transisi ini, mereka membantu bayi baru lahir dalam menjalankan transisi yang aman ke kehidupan ekstra uterin dan membantu ibu serta orang terdekat lain, melalui masa transisi untuk menjadi orang tua. Perawat melakukan pengkajian awal pada bayi baru lahir, mengupayakan kondisi lingkungan yang mendukung perubahan, dan memantau keadaan bayi selama fase dini perubahan. Pada masa bayi baru lair (neonatal) dibagi menjadi 2 bagian yaitu : 1. Periode Partunate, di mana masa ini di mulai dari saat kelahiran sampai 15 dan 30 menit setelah kelahiran.
  • 2. 2. Periode Neonate, di mana masa ini dari pemotongan dan pengikatan tali pusar sampai sekitar akhir minggu ke 2 dari kehidupan pasca matur. Ciri-ciri bayi Neonatal yaitu : 1. Masa bayi Neonatal merupakan periode yang tersingkat dari semua periode perkembangan. Masa ini hanya dimulai dari kelahiran sampai tali pusar lepas dari pusarnya. 2. Masa bayi Neonatal merupakan masa terjadinya penyesuaian yang radikal. Masa ini di mana suatu peralihan dari lingkungan dalam ke lingkungan luar. 3. Masa Neonatal Merupakan masa terhentinya perkembagan. Ketika periode pranatal sedang berkembang terhenti pada kelahiran. 4. Masa bayi Neonatal merupakan pendahuluan dari perkembangan selanjutnya. Perkemmbagan individu di masa depan akan tampak pada waktu dilahirkan. 5. Masa bayi Neonatal merupakan periode yang berbahaya. Masa ini berbahaya karena sulitnya menyesuaikan diri pada lingkunga yang baru. Penyesuaian pokok yang dilakukan bayi neonatal yaitu : 1. Perubahan suhu, dimana ketika di dalam rahim suhu berkisar 100°F namun suhu di luar berkisar 60°-70° F. 2. Bernafas, jika tali pusar diputus maka bayi mulai harus bernafas sendiri. 3. Mengisap dan menelan, bayi sudah tidak lagi memndapat makanan melalui tali pusar tetapi memperoleh makan dengan cara mengisap dan menelan.
  • 3. 4. Pembuangan, ketika bayi dilahirkan barulah alat-alat pembuangan itu berfuungsi (Hurloc, Elizabet B., Psikologi Perkembangan, Jakarta: Erlangga Edisi lima) 1. Definisi Pada kehamilan cukup bulan, berbagai sistem biologi dan anatom mencapai tingkat perkembangan dan fungsi yang memungkinkan janin memiliki eksistensi terpisah dari ibunya. Saat dilahirkan bayi baru lahir memiliki kompetensi perilaku dan kesiapan interaksi sosial. Periode neonatal yang berlangsung sejak bayi baru lahir sampai usianya 28 hari, merupakan waktu berlangsungnya perubahan fisik yang dramatis pada bayi baru lahir. (Bobak, Lowdermilk, et all, th 2005 ).
  • 4. Gambar 2.1 : Pembentukan Dan Eksresi Bilirubin pada Bayi baru lahir Sel Darah Merah Hemoglobin Hem Globin Besi Bilirubin Plasma Protein Hati Glukoronil Tranferase Bilirubin tidak terkonjugasi + asam Glukoronat Glukoronat bilirubin terkonjugasi Diekskresi melalui feses atau urine Sumber : Whaley, wong : Essentials of Pediatric Nursing, et 4, St Louis, 1993, mosby. Hal 370 2. Sistem hepatika
  • 5. Hati dan kandung empedu dibentuk pada minggu keempat kehamilan Pada bayi baru lahir, hati dapat dipalpasi sekitar 1 cm dibawah batas kanan iga, karena hati besar dan menempati sekitar 40 % rongga B. Fisiologi Bilirubin 1. Konyungasi Bilirubin Hati mengatur jumlah bilirubin tidak terikat dalam peredaran darah. Bilirubin ialah pigmen kuning yang berasal dari hemaglobin yang terlepas saat pemecahan sel darah merah dan mioglobin didalam sel otot. , hemaglobin difagositosis oleh sel retikuloendotelial, diubah menjadi bilirubin dan dilepas dalam bentuk tidak terkonyungasi, ini disebut bilirubin indirek, relatif tidak larut dalam air, dan hampir seluruhnya terikat dengan albumin, suatu protein plasma didalam sirkulasi. Bilirubin yang tidak terikat ini dapat meninggalkan sistem peredaran darah dan memasuki jaringan ekstra vaskuler ( kulit, sklera, dan membran mukosa mulut). Warna kuning yang timbul disebut icterus. Didalam hati, bilirubin yang tidak terikat ini, dikonyungasi oleh glukoronidase bila ada enzim glukoroniltrasferase. Bilirubin dalam bentuk konyungasi ini kemudian dikeluarkan dari sel-sel hati kedalam cairan empedu. Bilirubin ini diberi nama bilirubin direk dan larut dalam air. Bersama komponen empedu lain bilirubin direk ini diekskresikan kedalam sisterm traktus bilier (gal empedu )yang membawanya ke duodenum. Bilirubin diubah menjadi urobilinogen dan
  • 6. sterkobilin didalam duodenum, akibat kerja flora usus, urobilinogen di ekskresikan ke dalam urine dan tinja, sedangkan sterkobilin hanya di ekskresikan ke dalam tinja. Bilirubin serum total ialah jumlah bilirubin terkonyungasi (direk ) dan bilirubin tidak terkonyungasi (indirek). Tempat ikatan albumin (albumin binding ) serum yang adekuat tersedia, kecuali jika bayi mengalami asfiksia neonatorum, cold stress atau hipoglikemia, ibu yang menggunakan obat sebelum melahirkan misalnya sulfa dan aspirin dapat mengalami penurunan jumlah tempat ikatan albumin pada bayi baru lahir, walaupun bayi baru lahir memiliki kapasitas fungsional untuk mengubah bilirubin, sehingga kebanyakan bayi mengalami hiperbilirubinemia fisiologis. Pemberian makanyang lebih awal cenderung mempertahankan kadar bilirubin serum tetap rendah, akibat stimulasi aktivitas usus dan pengeluaran mekonium dan tinja, pengeluaran isi usus, mencegah terjadinya reabsorbsi dan penggunaan ulang bilirubin dari usus. Icterik akibat asi yang diduga merupakan akibat enzim dalam susu dan icterik ini berlangsung lebih lama dari pada ikterik akibat pemberian asi, semakin banyak jumlah pemberian asi, semakin rendah kadar bilirubin bayi (Lascari, 1986 , dalam Bobak ,2007 ). Bayi baru lahir harus disusui 8 x atau lebih setiap hari. Ibu dianjurkan untuk menyusui bayinya secara teratur dalam 24 jam, kolostrum (prekursor air susu) ialah laksatif alami yang membantu
  • 7. meningkatkan pengeluaran mekonium. Pemberian asi yang sering dan dini akan mengakibatkan eskresi mekonium dan menurunkan kadar bilirubin (Lawrence, 1999, dalam Bobak 2007 ). . 2. Hiperbilirubinmia Hiperbilirubinemia fisiologis atau icrerik neonatal merupakan kondisi yang normal pada 50 % bayi cukup bulan dan 80 % pada bayi prematur. Korones 1986 mencatat bahwa icterik neonatus terjadi akibat hal- hal dibawah ini : a. Bayi baru lahir memiliki produksi bilirubin dengan kecepatan produksi yang lebih tinggi jumlah sel darah merah janin perkilogram berat badan lebih besar dari pada orang dewasa, umur sel darah merah janin lebih pendek ( 40 – 90 hari )dibanding 120 hari pada orang dewasa. b. Terdapat cukup banyak reabsorbsi bilirubin pada usus halus neonatus. Walaupun icterik neonatus dianggap ringan, bilirubin dapat menumpuk sampai mencapai kadar yang membahayakan dan menjadi patologi. Linn dkk (1985) melaporkan bahwa perbedaan etnik mempengaruhi tingkat hiperbilirubinemia. Mereka melaporkan bahwa 49, 2 % bayi Asia, 20 % bayi kulit putih dan 12, 1 % bayi Amerika Afrika yang baru lahir memiliki kadar bilirubin 10 mg / dl atau lebih. Bayi baru lahir Asia dan Amerika, asli tampaknya memiliki icterik fisiologi yang lebih tinggi dan tidak tergantung pada metode pemberian makan (Auerbach, Gartner, 1987),
  • 8. Resiko hiperbilirubinemia meningkat, bila klem tali pusat dilakukan lebih lambat. Icterik fisiologi memenuhi kriteria sebagai berikut : a. Bayi dalam keadaan baik b. Pada bayi aterm, icterik pertama kali terlihat setelah 24 jam dan hilang pada akhir hari ke 7. c. Pada bayi prematur, icterik terlihat pertama kali setelah 48 jam dan menghilang pada hari ke -9 atau ke -10. d. Konsentrasi bilirubin tidak terkonyungasi dalam serum, tidak melebihi 12 mg /100 ml, baik pada bayi cukup bulan maupun pada bayi prematur. e. Hiperbilirubinemia hampir secara eksklusif terjadi pada bilirubin tidak terkonyungasi, dan nilai bilirubin direk atau terkonyungasi tidak boleh melebihi 1- 1, 5 mg /100 ml. f. Peningkatan konsentrasi bilirubin setiap hari tidak boleh melebihi 5 mg /100 ml, kadar bilirubin lebih dari 12 mg /100 ml dapat menunjukan kegagalan fisiologis yang berat atau adanya suatu penyakit. 3. Icterus Fisiologis Adalah konsentrasi bilirubin serum yang meningkat pada bayi normal. Mendekati tingkat konsentrasi bilirubin ibu, pada saat lahir sampai usia 3 hari dengan rata –rata konsentrasi nya, 6, 5 – 7, 0 mg /dl dan menurun secara bertahap sampai kurang dari 1, 5 mg/dl pada hari ke -10
  • 9. kehidupan. Bayi yang diberi ASI normalnya memiliki rata-rata puncak konsentrasi bilirubin serum 1 – 2 mg/dl lebih tinggi dari pada bayi yang diberi susu formula. Penyebab icterus fisiologis selama hidup neonatus adalah multiple dan masih kontroversial, hampir setiap fase metabolisme bilirubin terlibat. Produksi bilirubin bayi normal adalah 6, 8 mg/kg BB per 24 jam, . kecepatan produksi bilirubin orang dewasa. Produksi bilirubin yang lebih besar pada neonatus sebagian dijelaskan dengan rata-rata waktu hidup sel darah merah, hanya 80 – 90 hari dibandingkan dengan 20 hari pada eritoblas orang dewasa. Akhirnya sirkulasi enterohepatik bilirubin akibat hidrolisis pigmen terkonyungasi dalam usus menyebabkan icterus fisiologis, konsentrasi biliruin dalam mekonium dapat lebih dari 50 kali dari pada dalam serum. Reabsorbsi intestinal bilirubin pada bayi sehat berperan pada sebagai penyebab icterus fisiologis (Richard E, Behrman, et all 1992). 4. Icterus Patologis Adalah icterus yang terjadi pada 24 jam pertama sesudah kelahiran dan disertai peningkatan konsentrasi bilirubin 5 mg atau lebihsetiap 24 jam, dan disertai berat lahir kurang dari 2500 gr. Icterus patologis juga disebabkan oleh kelebihan bilirubin, karena klirens bilirubin yang lambat. . Reabsorbsi bilirubin dari traktus intestinal dan metabolisme darah ekstra vasasi katagorikan sebagai bentuk produksi, tetapi keduanya relatif
  • 10. berproses secara berangsur–angsur, jarang menyebabkan icterus neonatorum dini, biasanya disebabkan oleh penyakit hemolitik ( Richard &Victor, 2000 ). Faktor yang mempengaruhi terjadinya icteruc patologis, dengan menggunakan kriteria patologis, maka 1/3 dari bayi yang menderita penyakit hemolitik yang tidak mendapat pengobatan dan kadar bilirubin serum yang lebih dari 20 mg/dl, akan mengalami kernik icterus, tanda – tanda neurologik yang nyata mempunyai prognosis jelek, 75 % bayi seperti ini atau lebih akan meninggal dunia, dan 80 % dari mereka yang hidup akan memperlihatkan koreoatetosis bilateral disertai spasme otot involunter, keterbelakangan mental, ketulian dan quadriplesgia spasti lazim ditemukan. Bayi yang mempunyai resiko, sebaiknya dilakukan test penyaringan pendengaran. (Richard &Victor, 2000 ). CO2 yang rendah. Untuk kehidupan di luar, tidak diperlukan sedemikian banyak eritrosit a. Hati bayi belum ber faal baik sehingga tidak dapat mengubah bilirubin satu menjadi bilirubin dua. Pada anak premature icterus biasanya lebih hebat dan lebih lama lagi karena faal hati masih sangat kurang (Obstetri Fisiologi, Unpad Bandung) Intestinal dan metabolisme darah ekstra vasasi katagorikan sebagai bentuk produksi, tetapi keduanya relatif berproses secara berangsur- angsur, jarang menyebabkan icterus neonatorum dini biasanya disebabkan oleh penyakit hemolitik. (Richard & Victor, 2000).
  • 11. b. Penatalaksanaan Icterus. Tujuan pengobatan adalah mencegah agar konsentrasi bilirubin indirek dalam darah tidak mencapai kadar yang menimbulkan neurotoksisitas, dianjurkan dilakukan transfusi tukar dan atau fototerapi. Resiko cidera susunan saraf pusat akibat bilirubin harus diimbangi dengan resiko pengobatan masing-masing bayi. Kriteria yang harus dipergunakan untuk memulai fototerapi. Oleh karena fototerapi membutuhkan waktu 12 – 24 jam, sebelum memperlihatkan panjang yang dapat diukur, maka tindakan ini harus dimulai pada kadar bilirubin, kurang dari kadar yang diberikan. Penggunaan fototerapi sesuai anjuran dokter biasanya diberikan pada neonatus dengan kadar bilirubin tidak lebih dari 10 mg%. Penatalaksanaan Perawatan Pengkajian - Pemeriksaan fisik - Inspeksi ; warna pada sklera , konjungtiva , membran mukosa mulut, kulit , urine dan tinja - Pemeriksaan bilirubin menunjukan adanya peningkatan - Tanyakan berapa lama joundice muncul dan sejak kapan - Apakah bayi ada demam - Bagaimana kebutuhan pola minum - Riwayat keluarga (Supartini, 2002)
  • 12. Penilaian icterus dan derajat icterus dengan cara kramer yaitu membagi derajat icterus bayi baru lahir dalam 5 bagian yang dimulai cara : Derajat I apabila terdapat warna kuning dari kepala sampai leher. Derajat II apabila terdapat warna kuning dari kepala, badan sampai dengan umbilikus. Derajat III apabila terdapat warna kuning dari kepala, badan, paha sampai dengan lutut. Derajat IV apabila terdapat warna kuning dari kepala, badan, ekstremitas sampai dengan pergelangan tangan dan kaki. Derajat V apabila terdapat warna kuning dari kepala, badan, semua ekstremitas sampai dengan ujung jari (Surasmi, et. all, 2001) Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan sinar atau foto terapi ialah : 1) Lampu yang dipakai sebaiknya tidak digunakan lebih dari 500 jam, untuk menghindarkan turunnya energi yang dihasilkan oleh lampu yang digunakan. 2) Pakaian bayi dibuka agar bagian tubuh dapat seluas mungkin terkena sinar. 3) Kedua mata ditutup dengan penutup yang dapat memantulkan cahaya, untuk mencegah kerusakan retina. Penutup mata dilepas saat pemberian minum dan kunjungan orang tua, dimana untuk
  • 13. memberikan rangsang visual pada neonatus. Pemantauan iritasi mata dilakukan tiap 6 jam dengan membuka penutup mata. 4) Daerah kemaluan ditutup dengan penutup yang dapat memantulkan cahaya untuk melindungi daerah kemaluan dari cahaya foto terapi. 5) Posisi lampu diatur dengan jarak 20 - 30 cm diatas tubuh bayi untuk mendapatkan energi yang optimal. 6) Posisi bayi diubah tiap 8 jam agar tubuh mendapatkan penyinaran seluas mungkin. 7) suhu tubuh yang diukur 4 - 6 jam sekali atau sewaktu-waktu bila perlu. 8) Pemasukan cairan dan minuman dan pengeluaran urine, faeces dan muntah diukur, dicatat dan dilakukan pemantauan tanda dehidrasi. 9) Hidrasi bayi diperhatikan, bila perlu konsumsi cairan ditingkatkan. c. Kelainan yang mungkin timbul pada neonatus yang mendapat terapi sinar adalah : 1) Energi cahaya foto terapi dapat meningkatkan suhu lingkungan dan menyebabkan peningkatkan penguapan melalui kulit terutama bayi prematur, berat badan lahir rendah. 2) Meningkatkan bilirubin indirek pada usus akan menimbulkan pembentukan enzim laktosa yang dapat meningkatkan peristaltik usus. 3) Timbul kelainan kulit ”Flea bite rush” didaerah muka, badan dan ekstremitas. Kelainan ini akan segera hilang setelah terapi dihentikan. 4) Peningkatan suhu badan / tubJuh.
  • 14. 5) Kelainan gangguan minum, letargi dan iritabilitas. 6) Gangguan pada mata dan pertumbuhan. Tabel 2.1 Hubungan kadar bilirubin dengan icterus Perkiraan kadar bilirubin Derajat rata-rata Derah Ikterus Ikterus Aterm Prematur (gr/dl) (gr/dl) 1. Kepala sampai leher 5, 4 - 2. Kepala, badan sampai umbilikus 8, 9 9, 4 3. Kepala, badan, paha sampai dengan 11, 8 11, 4 lutut 4. Kepala, badan ekstremitas sampai 15, 8 13, 3 dengan pergelangan tangan dan kaki 5. Kepala, badan semua ekstremitas sampai dengan ujung jari Sumber : Rachmat F Boedjang, Penatalaksanaan Icterus Neonatal, Icterus pada Neonatus, FKUI, tahun 1984, Hlm 81-82 Tabel 2.2 Penanganan icterus berdasarkan kadar bilirubin serum Terapi sinar Tranfus Usia Bayi sehat Bayi resiko Bayi sehat Faktor resiko Mg/dl Mol/l Mg/dl Mol/l Mg/dl Mol/l Mg/dl Mol/l Hari 1 Setiap Icterus Yang terlihat 15 250 13 220 Hari 2 15 260 13 220 19 330 15 260 Hari 3 18 310 16 270 30 510 20 340 Hari 4 dst 20 340 17 290 30 510 20 340 Sumber : Manajemen masalah bayi lahir, rujukan dasar tahun 2005 perinatalogi Depkes hal 43
  • 15. C. Menyusui Air susu ibu ialah makanan pilihan utama untuk bayi menyusui memberi banyak keuntungan : Nutrisi, Imunologi dan Psikologis. Menurut Worthnigton Robert (1993), menyusui memilki keuntungan berikut : 1. Bayi mendapat imunoglobin untuk melindunginya dari banyak penyakit dan infeksi. 2. Bayi lebih jarang menderita infeksi telinga dan saluran pernafasan atas 3. Bayi lebih jarang mengalami diare dan penyakit saluran cerna lain 4. Resiko bayi mendapat diabetes juvenile menurun 5. Bayi memiliki lebih sedikit kemungkinan untuk menderita limfoma tipe tertentu. 6. Jenis protein yang ditelan mengurangi kemungkinan timbulnya reaksi alergi 7. Bayi yang di susui memiliki lebih sedikit masalah dengan pemberian makan yang berlebihan akibat ”harus menghabiskan susu di botol” 8. Insiden bayi untuk mengalami obesitas dan hipertensi pada masa dewasa menurun. 9. Tidak perlu mencuci botol, menyiapkan formula dan menyimpannya dilemari es. 10.Organ-organ ibu akan lebih cepat kembali kekeadaan sebelum hamil. 11.Menyusui meningkatkan kontak dekat ibu anak. (Bobak, tahun 2002 )
  • 16. 1. Kebutuhan Nutrisi pada bayi Bayi ( 0 sampai 12 bulan ) memerlukan jenis makanan air susu ibu ( ASI ), susu formula , dan makanan padat .Kebutuhan kalori bayi antara 100 -200 kkal/kg BB . Pada empat bulan pertama ,bayi lebih baik hanya mendapatkan ASI saja (ASI ekslusif ) tanpa diberikan susu formula . Usia lebih dari empat bulan baru dapat diberikan makanan pendamping ASI atau susu formula, kecuali pada beberapa kasus tertentu ketika anak tidak bisa mendapatkan ASI, seperti ibu dengan komplikasi postnatal, seperti menderita penyakit menular, dan sedang dalam terapi steroid atau morfin. Kandungan zat gizi ASI ( setiap 100 gram ) a. Kalori : 68 kalori b. Protein : 1,4 gram c. Lemak : 3,7 gram d. Karbohidrat : 7,2 gram e. Zat Kapur : 30 gram f. Fosfor : 20 gram g. Vitamin A : 60 gram h. Tiamin : 30 gram 2. Zat kekebalan yang terdapat dalam ASI a. Immunoglobulin yang berfungsi untuk melindungi tubuh dari infeksi b. Lisozim yang dapat menghancurkan dinding sel bakteri c. Laktoperoksidase yang dapat membunuh steptococus
  • 17. d. Laktoferin yang dapat membunuh beberapa jenis organisme e. Sel darah putih yang dapat berfungsi sebagai fagositosis f. Zat anti stafilococus yang dapat menghambat pertumbuhan stafilococus. 3. Cara menilai kecukupan ASI dalam tubuh Adalah dengan menilai komponen berikut : a. Berat badan lahir telah tercapai kembali sekurang-kurangnya pada akhir minggu kedua setelah lahir dan selama itu tidak terjadi penurunan berat badan lebih 10 % b. Kurva pertumbuhan berat badan memuaskan dan menunjukan kenaikan sebagai berikut : Triwulan pertama : 150-250 gram / minggu Triwulan kedua : 500-600 gram / bulan Triwulan ketiga : 350-450 gram / bulan Triwulan keempat : 250-350 gram / bulan Atau usia 4-5 bulan : dua kali berat badan lahir Pada usia 1 tahun : 3 kali berat badan lahir c. Penilaian subjektif, yaitu bayi tampak puas dan tidur nyenyak setelah menyusu dan ibu merasakam tegangan payudara sebelu dan sesudah serta merasakan aliran ASI cukup deras.
  • 18. Walaupun demikian, ada beberapa kendala dalam pemberian ASI yaitu puting susu masuk kedalam dan perasaan nyeri yang hebat karena puting susu terluka. (Supartini, 2002). Bukti – bukti menunjukan bahwa bayi baru lahir memerlukan unsur pernting untuk kekebalannyan yang berasal dari ASI. Selama pematangan sistem kekebalanya sendiri sedang berlangsung, Air susu ibu mengandung imunoglobin A (IgaA) yang kadarnya tinggi dan mampu melindungi bayi terhadap serangan beberapa bakteri dan virus, terutama disaluran nafas dan saluran cerna (Whaley, Wong 1995). Imunoglobin diketahui dapat langsung berfungsi disaluran cerna bayi dengan mengurangi kontak antigen dengan mukosa usus halus sampai antibodi itu sendiri terbentuk Laktoferin yang disekresi ke dalam ASI. IgA melindungi bayi dari perkembangan banyak alergi, selain itu ASI mengandung berbagai faktor pertahanan lain seperti makrofag, granulosit dan limfosit B dan T (Lewrence, 1994). Beberapa peneliti mengatakan bahwa ada hubungan antara hiperbilirubinemia dengan kurangnnya air susu, Menyusui secara dini dan tanpa dibatasi merangsang produksi susu dan mempercepat eliminasi mekonium okisat refleks gastro kolik dan pengaruh laksatif kolostrum (de, Sterben, 1992). Membersihkan payudara setiap hari dengan air cukup untuk menjaga kebersihan adalah baik untuk membiarkan puting susu kering terkena udara setiap kali habis menyusui. Mengeluarkan air susu dapat
  • 19. dilakukan dengan memijat dengan lembut daerah sekitar puting jangan memakai krem pelembut atau salep, karena dapat menghambat sekresi minyak bakteriostatistik alami yang dilakukan oleh kelenjar montgomeri. Beberapa bayi tidak mau menyusui bila merasa atau mencium bau krem sehingga payudara harus dicuci terlebih dahulu. Apabila ibu memerlukan Bra, ia akan merasa tidak nyaman bila tidak menggunakanya. Bra harus dicari yang benar-benar pas. 4. Kontra indikasi pemberian ASI Pada umumnya bayi yang cukup bulan dan sehat tidak ada efek jika bisa mendapat ASI bila terjadi alergi pada bayi yang minum ASI, maka alergen perlu di cari pada makan ibu dan kemudian meminta ibu untuk tidak makan zat yang mengandung alergen tersebut. Pada pihak ibu sebenarnya hampir tidak ada kontrak indikasi untuk menyusui bayinya. Puting susu yang masuk kedalam akan menyukarkan bayinya menyusu. Puting susu yang lecet tidak merupakan hambatan untuk menyusui bayi; dengan pemberian salep dan pemaparan udara. Luka tersebut akan cepat menyembuh. Dulu mastitis merupakan kontra indikasi menyusui bayi tetapi pendapat sekarang adalah supaya pemberian ASI tetap diteruskan bahkan pemberian yang lebih sering dapat mencegah bendungan ASI lebih lanjut. Disamping itu perlu diberi salep anti biotika dan kompres hangat, infeksi akut pada ibu mungkin merupakan kontra indiaksi pemberian ASI, kecuali bila bayi menderita penyakit yang sama. Bila bayinya sehat dan keadaan ibu mengijinkan maka ASI dapat
  • 20. diperas dan ditampung untuk kemudian diberikan pada bayi dengan sedot atau pipet. Untuk tetap mempertahankan pemberian ASI setelah ibu sembuh sekali-kali jangan memberikan ASI melalui dot atau botol (Buku kesehatan anak jilid I, 1991). 5. Pelaksanaan menyusukan bayi Rangsangan sekresi ASI yang paling utama adalah pengosongan ASI secara teratur oleh isapan mulut bayi ,oleh karena itu perlu dilakukan usaha menyusukan bayi sejak awal setelah bayi dilahirkan ,ketika ASI masih berupa kolostrom. Bayi harus diberi kesempatan menyusu ketika ia lapar meskipun ASI belum keluar dari payudara ibu .Bila penyusuan tidak dilakukan sesuka bayi maka menyusukan pada siang hari ,dilakukan setiap 3 jam dan pada malam hari setiap 4 jam .Sebagian besar bayi merasa lapar dalam waktu 2 jam . Setelah penyusuan yang cukup dan biasanya selain itu 75% ASI dan dalam payudara ibu telah terbentuk kembali.Waktu pemberian ASI ,pengisapan payudara hendaknya dilakukan secara bergantian antara kiri dan kanan ,lama menyusui pada beberapa hari pertama pasca lahir adalah 5-10 menit, tiap payudara kemudian selama 15-20 menit setelah hari ke 5-7 . Dalam pelaksanaan menyusukan bayi perlu diperhatikan beberapa faktor ; a. Faktor Psikologis (kecemasan ) b. Faktor kelelahan ( dapat menghambat laktasi )
  • 21. c. Faktor kebersihan payudara d. Faktor makanan ibu 6. Pemberian susu formula/ Pasi Pemberian susu formula merupakan alternatif pemberian susu yang berhasil pada beberapa keadaan tertentu, termasuk keadaan-keadaan berikut : a. Keluarga memutuskan untuk tidak menyusui bayi atau ibutidak mampu menyusui karena suatu penyakit atau anomali. b. Jadwal ibu tidak memungkinkannya menyusui banyinya. c. Formula khusus dibutuhkan karena bayi alergi, atau memerlukan suatu makanan tertentu. d. Memberi tambahan makanan bagi bayi yang ibunya kadang-kadang tidak dapat menyusui e. Melengkapi ASI, jika produksi susu ibu tidak mencukupi (Tsans, Nichols, 1988) 7. Bayi Adopsi Susu formula harus menjadi pilihan jika ibu mengidap infeksi aktif seperti TBC, lesi sifilis pada payudara atau acquired immunodeticienty syndrome (AIDS) atau alasan medis lain perlu dievaluasi. Susu formula direkomendasikan berdasarkan kebutuhan nutrisi bayi, preferensi orang tua, biaya, kebutuhan susu untuk dibekukan,
  • 22. kenyamanan dan kemampuan orangtua untuk menyiapkan susu formula dengan akurat dan aman. C. Pengetahuan. Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui atau kepandaian yang dimiliki oleh seseorang yang diperoleh dari pengalaman latihan atau melalui proses belajar. Proses belajar seseorang tidak hanya dituntut memiliki kemampuan membaca, menulis dan berhitung. Mereka juga dituntut memiliki kemampuan memecahkan masalah, mengambil keputusan, kemampuan beradaptasi, kreatif dan inovatif, kemampuan tersebut sangat diperlukan untuk mencapai hasil belajar yang lebih baik. Pengetahuan merupakan kemampuan kognitif yang paling rendah namun sangat penting, karena dapat membentuk perilaku seseorang. (Noto Admojo, S 2007). Menurut Bloom 1956 dalam Potter and Ferry 1957 kemampuan kognitif mempunyai kognitif mempunyai 6 tingkatan : 1. Knowlodge adalah kemampuan mengingat kembali suatu materi atau informasi yang baru diperoleh. 2. Komprehensive adalah kemampuan menjelaskan kembali tentang obyek yang telah dipelajari dan mampu menginterpretasikannya. 3. Aplikasi adalah kemampuan seseorang untuk menggunakan materi yang dipelajari pada situasi yang sebenarnya.
  • 23. 4. Analisis adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan materi kedalam komponen-komponen didalam yang masih terkait. 5. Sintesis adalah kemampuan untuk menyusun formulasi baru dengan menggunakan informasi yang ada. 6. Evaluasi adalah kemampuan untuk melakukan justifikasi terhadap suatu materi melalui kriteria yang ditentukan sendiri atau kriteria yang sudah ada. Ketika seseorang mendapatkan pengetahuan baru, orang tersebut diharapkan mampu menyebutkan informasi itu kembali menginterprestasikannya dengan benar dan dapat mengaplikasikannya pada situasi yang sebenarnya, setelah mampu mengaplikasikannya, ia juga diharapkan dapat melakukan analisa, sintesa dan evaluasi. Dengan demikian diharapkan semakin tinggi kemampuan kognitif paru ibu terhadap terjadinya icterus patologis maupun fisiologis pada bayi baru lahir, dianjurkan semakin banyak pula perubahan perilaku positif dalam memberikan ASI sedini mungkin. D. Penelitian terkait Sampai sekarang belum ditemukan penelitian terkait Hubungan antara tingkat pengetahuan ibu tentang perawatan bayi dengan kejadian icterus. Dimana angka kejadian warna kekuningan pada bayi baru lahir adakalanya merupakan kejadian alamiah (fisiologis) adakalanya menggambarkan suatu penyakit (patologis). Bayi berwarna kekuningan yang alamiah (fisiologis) atau bukan karena penyakit tertentu dapat terjadi pada 25% hingga 50% bayi
  • 24. baru lahir cukup bulan (masa kehamilan yang cykup), dan presentasinya lebih tinggi pada bayi prematur. Disebut alamiah (fisiologis) jika warna kekuningan muncul pada hari kedua atau keempat setelah kelahiran, dan berangsur menghilang (paling lama) setelah 10 hingga 14 hari. Ini terjadi karena fungsi hati belum sempurna (matang) dalam memproses sel darah merah. Selain itu, pada pemeriksaan laboratorium kadar bilirubin (pigmen empedu) dalam darah tidak melebihi batas yang membahayakan (ditetapkan).www.google.com E. Kerangka Teori Bayi Baru Lahir Aterm Pertumbuhan Intra Uterine Bayi Baru Lahir Preterm Fungsi Hepar Sistem Hepatika Posterm Hiperbilirubin Perawatan Bayi oleh Ibu Pengetahuan Ibu tentang cara perawatan bayi baru lahir Gambar 3.1 Kerangka Teori