SlideShare una empresa de Scribd logo
1 de 170
Episode 1 Part 1

Ada sebuah perayaan mengenai budaya korea saat itu. Berbagai kebudayaan khas Korea
dipamerkan dengan cara yang sangat keren. Whoaa.. keren... Lee Seol mengambil kerja paruh
waktu di acara perayaan itu. Ia bekerja sebagai putri bangsawan palsu, dengan mengenakan
segala atribut putri khas korea. Lee Seol menjadi putri bangsawan dengan maksud sebagai
objek kemakmuran Korea.

Lee Seol berjalan menaiki tangga dengan anggun. Layaknya seorang putri kerajaan, dayang-
dayang mengikutinya dibelakang. Perayaan besar dimulai dengan ditandai oleh suara
dentuman gong. Dan para penari mulai menari.

Lee Seol duduk ditempatnya untuk melihat pertunjukkan itu sebagaimana layaknya seorang
putri raja. Tak jauh dari tempatnya duduk, Park Hae Young yang kali ini bertugas untuk
mengawasi Princess Stella memberi informasi pada bawahannya.

"Putri sudah tiba." ucap Park Hae Young.

Princess Stella adalah tamu kehormatan, ia berasal dari luar negeri dan mengunjungi Korea
untuk mengenali budayanya.

Para pengunjung sangat antusias dengan acara ini, mereka mulai heboh memfoto. Lee Seol
sangat menikmati acara itu. Ia tersenyum senang. Tapi, karena aksesories dikepalanya berat,
hal itu membuat lehernya pegal. Lalu ia meregangkan diri dan memijat-mijat pundak dan
lehernya.

Pertunjukan tari selesai, dan pengunjung sudah mulai diperbolehkan untuk mengambil foto
bersama Lee Seol as fake princess.

Beberapa pengunjung heboh dan berlarian untuk foto bersama Lee Seol. Semua orang mulai
berfoto bersama Lee Seol.. XD

Karena sudah tidak ada pengunjung, maka tugas Lee Seol sudah selesai. Ia berkata pada staff
yang bekerja sebagai fotografer, "Sudah selesaikan? Baiklah aku akan pergi dulu." Lee Seol
segera berjalan cepat seraya mengangkat gaun besarnya.

Staff itu berusaha mengejar Lee Seol, tapi Lee Seol sudah menjauh.

Park Hae Young berlari menghampiri staff fotografer, ia berkata "Apa kau salah satu
kordinator di acara ini?"

"Ya." jawab staff itu.

"Aku dari kantor diplomat." Park Hae Young menyerahkan kartu tanda pengenalnya.
"Princess Stella yang mengunjungi acara ini ingin berfoto bersama putri. Aku sangat senang
kalau kau bekerja sama dengan kami."

"Sekarang?"

"Ya"
"Oh, My God. Putri kami sudah habis waktu bekerjanya. Aku akan mencoba untuk
menelponnya." Staff itu mencoba menelpon Lee Seol, tapi tak ada balasan.

Seorang teman Park Hae Young mendatanginya dan menanyakan, "Apa pemotretan sudah
siap?"

"Dia tidak mengangkat teleponnya. Apa yang harus aku lakukan?" ucap Staff itu.

"Sebentar. Tunggu 5 menit." ucap Park Hae Young pada temannya.

Park Hae Young langsung mencari Lee Seol. Ia harus cepat menemukan Lee Seol. Dan ia
langsung menuju ke ruang ganti wanita. Di sana para dayang dan penari berganti pakaian.

Park Hae Young langsung saja membuka pintu tanpa menghiraukan jeritan para gadis yang
ada di ruangang itu. Para gadis itu tidak hanya berteriak histeris tapi juga melempari Park
Hae Young dengan benda yang ada di sekitar mereka.

"Ini adalah urusan diplomat. Permisi sebentar." ucap Park Hae Young, ia masuk ke dalam
ruangan itu.

Tidak peduli dilempari dengan banyak benda, Park Hae Young tetap masuk dan akhirnya
bertemu dengan Lee Seol.

Karena khawatir, Lee Seol mengambil ancang-ancang untuk memukul Park Hae Young
dengan aksesories kepalanya.

"Kau putri kan?" tanya Park Hae Young. "Tapi, kenapa kau tidak mengangkat teleponmu?"

"Ini ruang ganti wanita." ucap Lee Seol kesal. "Siapa kau?!"

"Kita harus keluar dulu dan aku akan menjelaskannya."

Park Hae Young lalu menarik tangan Lee Seol dengan paksa.

"Hey apa yang kau lakukan? Cepat pergi dariku."

"Aku dari kantor Diplomat. Dan aku sedang dalam masalah, jadi aku akan menjelaskannya
padamu nanti. Sekarang, kenapa kau tidak memperpanjang waktu kerjamu?" ucap Park Hae
Young dengan masih menarik tangan Lee Seol. "Apa kau mengerti?"

Lee Seol mencoba berontak, tapi tenaganya tidak cukup kuat untuk melawan. "Kau
memegangi tangan seorang wanita saat kau bertemu ia pertama kali lalu berbicara padanya.
Kau tau? Aku masih bisa mendengar apa yang kau katakan, tanpa kau harus memegang
tanganku. Jadi lepaskan." ucap Lee Seol.

Lalu Park Hae Young melepaskan tangan Lee Seol.

Lee Seol berkata, "Aku tidak bisa memperpanjang waktu kerjaku." Lalu ia mencoba pergi
dari Park Hae Young.
Tapi Park Hae Young lebih dulu memegang tangannya. "Maaf. Tidak butuh waktu yang lama
untuk pengambilan gambar."

"Aku akan tetap menolaknya walaupun kau bilang hanya sebentar. Aku benar-benar akan
telat di kerja paruh waktuku yang lain."

Lee Seol menarik tangannya dari genggaman tangan Park Hae Young, tapi Park Hae Young
malah semakin memegang kuat lengan Lee Seol. "Kau tidak punya waktu bahkan untuk
kepentingan negaramu sendiri?!"

"Kenapa kau marah?!" tanya Lee Seol heran. "Apa kau akan bertanggung jawab bila aku
dikeluarkan di kerja paruh waktuku?"

"Aku akan bertanggung jawab bila kau dipecat." jawab Park Hae Young.

"Huh?"

"Aku akan membayarmu. 100 dolar per jam. One. Hundred. Dollars."

Mata Lee Seol langsung bersinar mendengar kata 100 dolar.

Dan pemotretan dimulai. Lee Seol berfoto bersama Princess Stella. Dengan banyak pose yang
lucu.

Park Hae Young berbicara dengan temannya. Mereka mulai bergosip. Hahaa.

Temannya berkata, "Berapa banyak uang yang ingin kau bayar untuk sebuah berita utama?"

"Ah.. Lupakan." jawab Park Hae Young.

"Kau menganggap rendah orang yang lebih tua darimu hanya karena kau adalah generasi ke-
3 dari penerus perusahaan besar?"

"Apa?"

"Kau tahu ada berapa banyak penyiaran berita langsung sekarang? The Blue House pasti
menjadi tempat yang ricuh sekarang."

"Memang selalu kacau ditempat itu." jawab Park Hae Young dengan ringan. "Ada apa
sekarang?"

"Pemerintah akan membangun kembali keluarga kerajaan."

"Keluarga kerajaan?" tanya Park Hae Young yang mulai tertarik mendengar berita itu. "Tidak
mungkin."

Berita itu memang benar, saat ini pemerintah Korea tengah mengumumkan perihal
pembentukkan kembali keluarga kerajaan.
Perwakilan presiden Korea mengumumkan secara resmi. "Warga Koreaku, sepeti yang telah
Presiden rencanakan. Kalian akan mengetahui tentang pembetukan kembali keluarga kerajaan
dengan mengadakan pemilihan umum. Kami akan melakukan seperti yang warga Korea
inginkan. Keluarga kerajaan akan dibentuk dengan pertimbangan mengenai sejarah, kekayaan
dan generasi. Mari kita membentuk kembali kebudayaan kita yang telah mulai rusak karena
pengaruh luar."

Seperti sebuah keputusan, pasti ada kubu yang tidak setuju dengan keputusan pemerintah itu.

Ketua kubu kontra ini mengatakan, "Apa ini masuk akal? Kita membangun negara kita
dengan demokrasi dengan cara hal itu. President, lebih baik tidak mengurusi hal ini. Dia
hanya berusaha untuk membuat semua hal ini menjadi rumit. Aku mengatakan hal ini karena
ini benar-benar tidak masuk akal. Aku akan menolak dan membantai keputusan itu."

Lee Seol dan putri stella berpisah. Putri Stella harus kembali ke hotel.

Park Hae Young dan temannya masih membicarakan tentang keputusan pemerintah itu.

"Sepertinya presiden akan terus melakukan hal itu walaupun ada kubu yang menentangnya."

"Tidak mungkin. Keluarga kerajaan? Terserah." jawab Park Hae Young tidak peduli.

Setelah Princess Stella pergi, Lee Seol segera mencari Park Hae Young, ia akan meminta
bayaran. Dan ternyata Park Hae Young pun tak jauh dari tempatnya berdiri. Park Hae Young
pun teringat untuk membayar pekerjaan Lee Seol, keduanya saling menghampiri.

"Kerja bagus." ungkap Park Hae Young.

"Aku hanya mengerjakan tugasku sebagai warga negara yang baik. Dan bayarannya.."
ungkap Lee Seol seraya menengadahkan tangannya dan tersenyum ramah.

"Sebentar." Park Hae Young mengambil cek dari dompetnya.

Park Hae Young menyerahkan cek itu, kemudian ia menariknya kembali. Tapi Lee Seol
sudah memegang cek itu.

"Apa yang kau lakukan. Kau juga bekerja untuk negara kan? Kenapa kau berubah pikiran?"
tanya Lee Seo.

"Ini check sebesar 1000 dolar." jawab Park Hae Young.

Lee Seol segera terkejut dan melepaskan check itu. Park Hae Young mengambil cek yang
lainnya di dompet. "Aku tidak punya uang tunai. Ada kembalian?" tanya Park HaeYoung
seraya memberi cek 1000 dolar.

Lee Seol terdiam, kembalian? uang segitu banyaknya aja dia engga punya.. hahaa..

Park Hae Young kemudian memberikan kartu namanya. "Kau bisa mengirim pesan padaku,
dan aku akan segera mengirimkan uang bayaran itu ke rekeningmu."
Lee Seol protes. "Kau sudah berjanji untuk membayarku langsung."

Handphone Park Hae Young berdering. Ia mendapat panggilan dari kakeknya, yang
menyuruhnya untuk segera menemuinya. Kemudian ia segera pergi dan masuk ke dalam
mobilnya. Ia tidak mempedulikan Lee Seol yang memanggil-manggil namanya. Mobil Park
Hae Young menjauh dan Lee Seol mencoba mengejarnya seraya mengumpat.

Park Hae Young, Kakek Park Hae Young [President Park Dong Jae] dan ayah Oh Yoon Joo
sedang berada di sebuah makam. Kakek Park Hae Young memberikan penghormatan pada
makam itu. Dengan tenaganya yang mulai rapuh, ia harus dibantu saat hendak melakukan
penghormatan.

"Kakek apa kau baik-baik saja?" tanya Park Hae Young.

"Tidak perlu mencemaskanku.." jawab Kakek.

"Jadi, kenapa kau datang ke sini?" tanya Park Hae Young yang tidak mengerti, kenapa
kakeknya harus ke tempat seperti ini kalau ternyata kesehatannya tidak membaik.

Ayah Oh Yoon Joon membantu kakek berdiri dan mengambilkan tongkatnya.

"Berhenti bicara. Cepat longgarkan jasmu dan lakukan penghormatan." suruh Kakek.

"Aku tidak punya banyak waktu. Aku akan segera pergi." jawab Park Hae Young. "Lagi pula,
aku juga tidak tau siapa yang dimakamkan di makam ini?"

Kakek tidak juga menjelaskan siapa yang ada dimakamkan di tempat itu dan kenapa Park
Hae Young harus melakukan penghormatan pada makam itu.

Park Hae Young kesal, "Baiklah. Aku tidak akan bertanya lagi. Setelah kau meninggal. Aku
akan membangun rumah di tempat ini dan tinggal di dalamnya."

Park Hae Young lalu pergi dengan kesal.

Ayah Oh Yoon Joon segera berkata, "Aku akan segera mengejarnya dan memberikan
pengertian padanya."

Kakek hanya terdiam dan bicara pada dirinya sendiri, "Yang Mulia, pasti anda sudah
menunggu waktu yang sangat lama. Sekarang semua persiapan sudah dilakukan."

Lee Seol pergi tergesa-gesa ke kampus dengan sepeda, sesampainya di kampus. Ia segera
pergi ke ruang organisasi. Baru saja datang, Lee Seol langsung saja membual tentang alasan
kenapa ia kemarin tidak datang untuk kerja paruh waktu bersama mereka. Tapi, teman-
temannya tidak percaya dengan bualan Lee Seol.

Kemudian, Prof. Nam Jung Woo datang. Prof. Nam Jung Woo adalah dosen favorite Lee
Seol. Melihat Prof. Nam Jung Woo saja, sudah sangat membuat Lee Seol senang bukan
kepalang. Mereka segera membungkuk memberikan salam pada prof. Nam Jung Woo.
Prof. Nam Jung Woo melihat gaya rambut Lee Seol. Lee Seol pikir Prof. Nam Jung Woo
menyukainya, ia lalu berkata "Yah, Prof. Apa kau menyukai gaya seperti ini?"

Prof. Nam Jung Woo tersenyum lalu ia segera berkata pada teman Lee Seol yang lain bahwa
ia akan pergi minggu ini, jadi prof. Nam Jung Woo meminta untuk dicarikan hotel. Ia
menolak hotel yang penuh dengan gadis-gadis karena hotel seperti itu sangat bising baginya.
Yang lain langsung tertawa mendengar prof. berkata seperti itu.

Di kelas sejarah dan archeologi sebagai dosen pengampu Prof. Nam Jung Woo, Lee Seol
bukan memperhatikan pelajaran tapi malah terus memperhatikan prof. Nam Jung Woo. Dan
siapa yang akan dinobatkan sebagai salah satu keluarga kerajaan yang baru saat ini? Tapi,
beberapa sejarah mempercayai kalau Soon Jong telah menyembunyikan seorang putra.

Prof. Nam Jung Woo menjelaskan tentang sejarah peradaban korea. "Dari dulu sampai
sekarang raja terakhir dari Korea adalah Soon Jong. Dan kita mengetahui bahwa Soon Joon
tidak memiliki garis keturunan."

Ia bahkan membayangkan kalau dirinya bisa pergi bersama dengan prof. Nam Jung Woo ke
mesir untuk penelitian. Lee Seol membayangkan dirinya berada di dalam peti mumi dan
kemudian Prof. Nam Jung Woo menemukannya.

Lee Seol pura-pura tertidur di peti itu agar prof. Nam Jung Woo bisa membangunkannya
dengan sebuah ciuman. Tapi saat melihat Lee Seol memanyunkan bibirnya, prof. Nam Jung
Woo malah ketakutan dan pergi. Hahaa.. Lee Seol yang berada di peti itu langsung panik,
karena prof. Nam Jung Woo meninggalkan dirinya begitu saja di dalam peti. Parahnya, peti
itu malah ditutup oleh prof. Nam Jung Woo. Lee Seol sangat panik.

Pengandaian Lee Seol berakhir dengan teriakannya sendiri, ia berteriak tanpa sadar di tengah
pelajaran, "Proffessor!!"

Jelas saja teriakannya membuat seluruh mata memandang aneh ke arah Lee Seol. Termasuk
Prof. Nam Jung Woo yang juga ikut terkejut mendengar teriakan Lee Seol.

"Apa?" tanya Prof. Nam Jung Woo dengan ramah.

"Apa?" ulang Lee Seol.

"Kau baru saja memanggilku."

"Ah.. Maafkan aku." ucap Lee Seol dengan malu. Ia kembali duduk. "Aku baru saja
memikirkan tentang hal lain beberapa waktu yang lalu." ucapnya dengan pelan.

"Kau baru saja memikirkan tentang sesuatu yang lain dan hal itu masih berkaitan denganku?"
ucap prof. Nam Jung Woo seraya tersenyum.

Prof. Nam Jung Woo tertawa (ih, senyumnya manis.. haha) yang lain pun ikut tertawa.
Prof. Nam Jung Woo menutup pelajarannya. Ia tersenyum ke arah Lee Seol. Lee Seol berkata
pada teman disebelah. "Lihat Lihat! Proffesor sangat senang saat aku memikirkannya."

Kemudian Lee Seol tanpa sengaja melihat ke bahan ajar yang terpampang di depannya.
"Itu.."

Temannya menjelaskan. "Oh, kau pasti sedang tidur, jadi tidak mendengar penjelasan tentang
hal itu, benarkan? Itu adalah buku Soon Jong. Itu bukan original, tapi hanya gambar. Gambar
itu adalah motive dari perbuatan Prince Lee Young."

Teman Lee Seol segera menyindir Lee Seol untuk tidak menggoda prof. Nam Jung Woo.
Karena Nam Jung Woo sudah memiliki kekasih. Dan mereka akhirnya bergosip ria. Dari
mulai di kelas sampai perjalanan pulang. Mereka membicarakan tentang pacar proffesor.
Teman Lee Seol menceritakan tentang gosip yang beredar, kalau pacar proffesro sangat
cantik, memiliki kulit bersih, sangat kaya dan juga muda, ia juga seorang direktur dari Hae
Young Museum. Jelas saja Lee Seol cemburu mendengarnya, karena ia benar-benar sangat
menyukai profesor.

Lee Seol memaksa agar ia bisa ikut ke tempat temannya bekerja. Teman Lee Seol bekerja di
salah satu bagian departement store yang menjual tas-tas mewah tingkat atas. Di tempat itu,
Lee Seol bukannya membeli malah asik berfoto-foto dengan tas koper besar yang ada di sana.
Tidak cukup uang untuk membeli koper itu, alhasil ia hanya bisa mengambil gambarnya
untuk kenang-kenangan. Ia juga tidak lupa untuk mampir ke sebuah toko perhiasan. Lagi-lagi
ia datang bukan untuk membeli tapi hanya melihat-lihat dan sekedar menanyakan harga
kemudian berkomentar. Sampai akhirnya ia bertemu kembali dengan Park Hae Young.

Park Hae Young sedang berada di toko perhiasan mewah itu untuk membeli sebuah cincin
mahal. Lee Seol melihat ke arah pria yang ada di sebelahnya, ia terkejut saat tau kalau itu
adalah Park Hae Young.

"Oh, kau yang waktu itu." seru Lee Seol.

"Oh, Princess." jawab Park Hae Young.

"Katanya kau sibuk, kenapa ada di tempat ini?"

"Aku sudah tidak bekerja paruh waktu lagi, kau tau. Aku sangat telat saat itu. Sekarang
berikan uang ku bayaranku yang 100 dollar itu."

"Aku tidak punya nomor rekeningmu."

"Aku harus pulang dulu untuk mengambilnya."

"Hanya 11 angka saja kau tidak bisa mengingatnya."

"Ah, itu account baru."
Park Hae Young berjalan ke arah kasir untuk membayar cincin yang dibelinya. Ia membayar
langsung dengan total 6000 dolar.

"Apa? Kau akan bayar langsung sebesar 6000 dolar?" Lee Seol terperangah mendengarnya.
"whoa."

Park Hae Young menandatangi kuitansi, lalu pelayan mengatakan kalau Park Hae Young
akan mendapat hadiah kalau ia menukarkan kuitansi itu ke lantai bawah.

Sebelum pergi Park Hae Young berkata pada Lee Seol, "Berapa nomor rekeningmu?"

"Aku tidak ingat sekarang." jawab Lee Seol.

"Baiklah, kirimi aku pesan sesuai nomor yang aku berikan di kartu tanda pengenalku. Karena
aku akan segera mengirim uang bayaranmu."

Lee Seol terpesona saat Park Hae Young pergi meninggalkannya. "Who.. Apa benar-benar
ada orang seperti itu."

Karena Lee Seol selalu berbinar saat mendengar dan melihat uang, jadi ia memutuskan untuk
mengikuti Park Hae Young dari belakang. Saat di lift, baik Park Hae Young dan Lee Seol
merasa kikuk satu sama lain. Hahaa.. Lee Seol mengikuti Park Hae Young sampai ke area
parking. Karena merasa risih sudah diikuti seperti itu akhirnya Park Hae Young membalikan
badannya dan berbicara langsung dengan Lee Seol.

"Mau sampai kapan kau mengikutiku?" tanya Park Hae Young.

Lee Seol tersenyum malu. "Aku tahu, kau akan terganggu dengan hal ini. Tapi taukah kau,
aku sangat ingin memilikinya dari hatiku yang paling dalam." Lee Seol mendekatkan
wajahnya ke arah Park Hae Young. Lalu ia memutuskan untuk tidak mengatakan hal yang
ingin ia katakan.

Tapi Park Hae Young penasaran dengan apa yang akan Lee Seol katakan,

"Sudahlah lupakan." ucap Lee Seol seraya menunduk dan berjalan pergi.

"Hey.. Kenapa seperti itu. Sepertinya kita tidak akan bertemu lagi, sebaiknya kau
mengatakannya." kata Park Hae Young.

Lee Seol tersenyum senang, ia lalu berbalik dan menatap Park Hae Young dengan tatapan
memelas. "Benarkah? Aku boleh mengatakannya? Kau tau, kau kan baru saja mendapatkan
sebuah kuitansi dari pembelian tadi. Kalau kau tidak ingin menggunakannya lebih baik kau
memberikannya padaku."

"Apa?" Park Hae Young tidak mengerti.

Lee Seol terus berbicara dengan mendekatkan wajahnya pada Park Hae Young, Park Hae
Young berusaha menghindar. hahaa..
"Kau akan mendapatkan sebuah sertifikat pembelian saat kau melakukan transaksi lebih dari
3000. Sepertinya kau tidak terlalu memerlukannya. Dan aku sangat memerlukan hal itu.
Hidupku akan menderita kalau tidak mendapatkannya."

Tapi kemudian handphone Park Hae Young berdering, ia mendapat telepon dari Oh Yoon
Joo, ia segera mengangkatnya.

"Oh.. Oh Yoon Joo. Apa semua persiapan untuk pembukaan pameran besok sudah siap?"
tanya Park Hae Young dengan ramah.

Lee Seo menunggu Park Hae Young selesai menelpon dengan tatapan harap-harap cemas.

Oh Yoon Joo adalah orang yang sama yang diceritakan oleh teman Lee Seol, itu artinya dia
adalah orang disukai oleh proffesor. Tapi, Lee Seol tidak menyadari hal itu.

Oh Yoon Joo menelpon Park Hae Young di sebuah restaurant. "Kau tau, perayaan 20 tahun
anniversary akan dilaksanakan besok. Dan terimakasih untuk direktur, karena sudah membuat
para pekerjaku harus bekerja keras. Aku membiarkan pegawaiku pulang lebih awal dan saat
ini aku sedang mengelap meja mereka." ucap Oh Yoon Joo membual.

"Oh, sudahlah. Biarkan saja, aku akan mengirimkan orang yang baru untuk membantumu."
jawab Park Hae Young.

"Tidak masalah. Aku juga sangat senang melakukannya. Ini bukan pekerjaan yang berat."
jawab Oh Yoon Joo.

Ternyata proffesor Nam Jung Woo ada janjian pertemua dengan Oh Yoon Joon tepat
direstaurant itu. Prof. Nam Jung Woo melihat ke arah Oh Yoon Joon seraya tersenyum dan
Oh Yoon Joon pun tersenyum ke arah professor. Proffesor memberi isyarat bahwa mereka
berdua harus bicara. Oh Yoon Joon tersenyum lalu Prof. pergi.

Oh Yoon Joon meneruskan pembicaraannya dengan Park Hae Young. "Oh, bagaimana kalau
besok kau datang. Aku yakin rasa lelahku akan hilang kalau kau datang."

"Baiklah. Aku akan menemuimu besok."

sambungan terputus.

Park Hae Young segera memanggil Lee Seol yang ada dibelakangnya.

"Ya..Aku disini." ucap Lee Seol.

Park Hae Young bertanya, "Apa kau seorang mahasiswa?"

"Ya. Lihat aku, bukankah aku seperti mereka? Matamu pasti rusak." jawa Lee Seol.

"Maukah kau mengerjakan pekerjaan yang akan aku berikan. Pekerjaannya tidak berat, hanya
mengelap beberapa meja. Bayarannya.. Bayarannya adalah kuitansi ini dan uang 30 dollar.
Bagaimana?"
Lee Seol kembali mendekatkan wajahnya ke arah Park Hae Young, ia menatap curiga. "Apa
ini ada kaitannya dengan pacarmu? Oke! Kau hanya harus menunggu disini. Dan aku akan
membuat wanitamu itu memanggilmu Hubby dan honey. Okey? Tunggu sini dan jangan
kemana-mana." Lee Seol mengambil kuitansi berlian itu. "Kau tidak akan tau apa yang aku
lakukan..." ucap Lee Seol seraya pergi meninggalkan Park Hae Young.

Park Hae Young tersenyum sendiri mendengar kalau Oh Yoon Joon akan mengatakan Hubby
dan Honey kepadanya.

Benar saja. Park Hae Young menunggu Lee Seol, karena Lee Seol tak kunjung datang ia
berkata, "Aku bodoh sekali, harus menunggunya seperti ini." Park Hae Young hendak masuk
ke dalam mobilnya. Tapi dari kejauhan Lee Seol memanggilnya.

"Tunggu.. Tunggu.." ucap Lee Seol. "Kau bahkan tidak bisa menunggu selama 3 menit.
Kalau seperti itu kau tidak akan bisa memakan mie ramen selama hidupmu." Lee Seol
menyerahkan hasil yang ia dapat pada Park Hae Young.

Park Hae Young heran dengan apa yang diterimanya, "Lap?"

"Apa kau bodoh?" ucap Lee Seol dengan nafas yang tidak beraturan, ia sudah berlari sedari
tadi agar Park Hae Young tidak menunggu lama.

"Bodoh?" Park Hae Young tertawa mengejek. "Sepertinya kau belum juga mengerti."

"Sudahlah. Kau pasti orang kaya, dan wanitamu itu pasti kaya juga. Kau pikir dengan uang
dan membelikan cincin wanita kaya itu akan luluh dan tersentuh? Biasanya ketika seorang
wanita diberikan sebuah benda yang tidak ia duga.. Hal itu.." Lee Seol mendramatisir. "Hal
itu akan membuatnya sangat tersentuh. Jadi, pergilah dan bersihkan meja-meja itu dengan
dirimu sendiri. Dan kau tahu? Tahun depan, aku yakin kau akan merayakan ulang tahu
pertama anakmu?"

"Ulang tahun pertama?"

"Ahh.. Sepertinya kau sangat menyukai ide itu. Aigoo.." Lee Seol berkata dengan antusias.
"Dan ini adalah miliku." ucapnya seraya menunjukkan kuitansi. "Fighting! Fighting!!"
ucapnya lalu pergi meninggalkan Park Hae Young.

Park Hae Young mendapatkan pesan dari Oh Yoon Joo saat itu juga. Isi pesannya.

Kau tidak berpikir kau akan datang ke tempatku dengan membawa lap kan? Karena aku akan
berhenti untuk menunggu, aku harus cepat-cepat mengurusi pekerjaan. Sampai bertemu
besok dan selamat malam.

Park Hae Young tersenyum, tidak percaya ternyata semua prediksi Lee Seol tentang wanita
benar.

Prof. Nam Jung Woo dan Oh Yoo bertemu dan mereka mengobrol satu sama lain. Kemudian
Oh Yoon Joo menunjukkan pada prof. Nam Jung Woo sebuah museum yang akan mulai
kembali di buka besok. Ruangan itu penuh dengan barang-barang antik dan itu membuat
prof. Nam Jung Woo merasa terkesima melihatnya.
Prof. Nam Jung Woo berkata pada Oh YooN Joo. "Sekarang yang harus kita lakukan adalah
menemukan cucu dari Soon Joon."

Oh Yoon Joo menjawab "Sangat tidak mungkin bagi kita untuk melakukan hal itu."

"Aku sudah memiliki sumber informasi tentang hal itu. Dan aku akan berusaha untuk sebaik
mungkin agar informan itu memberikan informasinya." ucap Prof. Nam Jung Woo seraya
tersenyum.

"Besok akan diadakan perayaan."

"Perayaan?"

"Rahasia. Maka dari itu datanglah dan ucapkan selamat padaku." ucap Yoon Joo seraya
tersenyum.

Lee Seol berjalan pulang, karena rumah aslinya berada jauh, jadi ia tinggal menginap dari
satu rumah temannya ke rumah temannya yang lain. Kali ini ia pergi ke tempat Dan-kakak
Lee Seol, tapi saat hendak masuk, Dan langsung keluar dan mengusir Lee Seol untuk tidak
tidur di tempatnya karena ia ingin sendiri.

Lee Seol berkeluh, "Kemana lagi aku pergi." ucapnya seraya duduk di halaman depan.

Akhirnya Lee Seol pergi ke kampusnya, ia menuju ke ruang organisasi, berharap kalau ia
dapat tidur di tempat itu. Tapi, saat Lee Seol berjalan di koridor kampus dengan lampu mati,
tiba-tiba lampu itu hidup satu persatu. Derap langkah seseorang yang menuju ke arahnya
semakin cepat. Ternyata itu adalah prof. Nam Jung Woo.

Lee Seol terkejut melihat prof. Nam Jung Woo ada di kampus malam-malam seperti ini.

Episode 1 Part 2

"Apa yang kau lakukan di sini?" tanya Lee Seol.

"Ada dokumenku yang tertinggal jadi aku akan mengambilnya." jawab Nam Jung Woo. "Kau
sendiri?"

"Aku.. Aku juga ada sesuatu yang tertinggal." jawab Lee Seol berbohong.

Prof. Nam Jung Woo melihat Lee Seol membawa mie, tapi Lee Seol segera
menyembunyikan mie itu di belakangnya.

"Aku sangat kedinginan, bolehkah satunya lagi untukku?" ucap prof. Nam Jung Woo seraya
tersenyum.

Lee Seol dan Prof. Nam Jung Woo makan mie bersama di ruang organisasi. Lee Seol tentu
saja sangat senang, ia makan seraya tersenyum lebar.

"Ah.. Ini sangat lezat." ucap prof. Nam Jung Woo.
"Benar.." Lee Seol kembali memakan mienya. Kemudia ia bertanya pada prof. Nam Jung
Woo. "Prof. kenapa kau belum menikah?"

"Karena mungkin popularitasku akan hilang kalau aku menikah."

"Ah, kau berbohong. Kalau wanitamu tau kau berkata seperti itu, sangat cemaslah dia. Prof.
Aku dengan pacarmu itu sangat cantik?"

"Benarkah?"

"Jadi, ia tidak cantik?"

"Tidak. Ia cantik."

Lee Seol merengut, "Oh aku tahu. Tapi, bagaimana dengan stylenya. Apa dia innocent?
Sweet? Cute? Sexy?"

Prof. Nam Jung Woo mengalihkan pembicaraan, "Kalau kau sudah selesai pulanglah. Kau
pulang dengan bus, mobil?"

"Biar prof. saja yang pulang terlebih dulu.."

"Kenapa?"

"Ah.. Senior memberikan tugas untuk menata dokumen. Tapi aku belum juga
menyelesaikannya."

"Baiklah.. Ah, ia ada selimut dan bantal di ruang sebelah." ucap prof. Nam Jung Woo seraya
berlalu, tidak lupa ia juga tersenyum ke arah Lee Seol.

Setelah prof. Nam Jung Woo pergi, Lee Seol menyadari sesuatu, "Huh? Bagaimana bisa dia
tahu kalau aku akan tidur di tempat ini?"

Lee Seol tidur nyenyak di atas sofa dengan selimut dan bantal yang disarankan oleh prof.
Nam Jung Woo. Tapi kemudian ia terbangun dan berjalan ke ruangan prof. Nam Jung Woo.
Ruangan itu tidak jauh dari ruang organisasi. Lee Seol masuk ke ruangan prof. Nam Jung
Woo, ia memperhatikan ke sekeliling dan kemudian duduk di kursi prof. Ia melihat buku
yang tergeletak di atas meja.

"Ah.. Ini pasti buku yang ditulis oleh prof. Nam Jung Woo.. Cute sekali. Walaupun dia yang
menulisnya tapi ia juga tetap membacanya."

Lee Seol melihat ke sisi buku itu, di sana tertulis nama Oh Yoon Joo. "Oh Yoon Joo.. Oh
Yoon Joo. Oh Yoon Joo?" tanyanya pada dirinya sendiri.

Karena penasaran, Lee Seol membuat status di web,

Isi pesannya.

Siapa yang tahu Oh Yoon Joo, co-author dari The Last nameless Prince?
Balasan :

Aku belum membaca buku itu.

Itu nama ibuku.

Itu nama pacar pertamaku.

Kerjakan saja tugasmu.

Bukankah itu direktur dari Museum Hae Young.

Balasan yang terakhir membuat Lee Seol tertegun.

"Museum Hae Young. Apa dia benar-benar seorang direktur? Ah.. tidak-tidak.. Rumor itu
menyebar dengan begitu saja. Itu hanya rumor."

Ada balasan lagi.

"Dia adalah orang yang paling banyak di cari di web. Lihat computer.. Go-Go."

Langsung saja Lee Seol memeriksa komputer, kemudian ia mendapati foto Yoon Joo yang
dijadikan wallpaper desktop milik prof. Nam Jung Woo.

Lee Seol kesal. Ia membalikkan kursinya lalu kembali membuat status.

Isi pesannya.

Bagaimana cara agar aku bisa memisahkan priaku dengan wanita lain?

Balasan :

Percaya dirilah untuk menyingkirkannya.

Kirimi ia pesan yang menyakitkan.

Percaya saja pada pacarmu.

Buatlah dia jealous.

Apa dia cantik. Apa wanita cantik itu menyukai pria playboy?

Karena Lee Seol sangat penasaran dengan Yoon Joo jadi ia memutuskan untuk pergi ke
Museum Hae Young. Museum itu baru saja dibuka pagi ini. Lee Seol masuk ke dalam
museum, di pintu masuk ia mendapatkan panduan. Lagi-lagi di panduan itu juga terdapat foto
Yoon Joo.

Lee Seol masuk ke dalam museum, Museum itu terlihat padat dengan pengunjung. Tak jauh
dari tempatnya berdiri, tepatnya di atas panggung, Yoon Joo tengah melayani para wartawan
yang sedang memotretnya. Lee Seol melihat ke arah Yoon Joo, kemudian ia mencocokkan
foto yang ada di panduan dengan Yoon Joo yang berdiri di atas panggung.

Karena dirasa sudah mendapatkan cukup informasi, maka Lee Seol pergi. Tapi, kemudian, ia
malah bertemu dengan Park Hae Young. Park Hae Young berjalan ke arahnya, tapi Lee Seol
segera berlari menghindari Park Hae Young.

Lee Seol berlari ke arah lain, ia memutari lantai atas yang berbentuk spiral. Otomatis, jalan
utama yang dilewati oleh Lee Seol adalah tempat dimana Yoon Joo tengah dipotret. Tanpa
sengaja dan tanpa tau hal itu, Lee Seol menabarak Yoon Joo. Alhasil para wartawan ikut
memfotonya. Yoon Joo tidak marah dengan hal itu, ia malah tersenyum ke arah Lee Seol.
Kemudian Yoon Joo pergi ke tempat lain diikuti oleh para wartawan.

Lee Seol lega sekali saat Yoon Joo dan para wartawan pergi. Tapi malangnya, saat Lee Seol
berbalik, ia malah bertatap wajah dengan Park Hae Young. Lee Seo kaget setengah mati.

"Akhirnya kita bertemu lagi." ucap Park Hae Young. "Kita bertemu lagi ditempat yang tidak
diinginkan.

"Ah, aku hanya ingin memuaskan rasa penasaranku saja." jawab Lee Seol.

Apa kau mengikutiku?" tanya Park Hae Young dengan curiga.

"Kenapa aku harus melakukan hal itu?" jawab Lee Seo segera pergi.

"Tapi kenapa kau malah menghindariku sekarang?" tanya Park Hae Young lagi.

"Ah, aku hanya tidak ingin bertemu dengan pria yang..." kata-kata Lee Seol terputus saat
melihat Yoon Joo berjalan ke arahnya. Padahal Yoon Joo sedang menyambut tamunya yang
datang.

Hahaa.. Lee Seol terlalu berlebihan, ia bahkan bersembunyi dibalik badan Park Hae Young.

"Ada apa?" tanya Park Hae Young.

"Orang itu. Aku pikir ia akan datang menghampiri."

"Huh?"

"Kau mengenalnya?" tanya Park Hae Young.

"Sebenarnya tidak, tapi yeah.. Kau tau, dia adalah direktur museum ini. Gzz... Ia sangat canti
difoto tapi sebenarnya ia bukan wanita yang baik." ucap Lee Geol.

"Apa? Dia benar-benar cantik." jawab Park Hae Young.

"Bagaimana bisa kau mengatakan hal itu. Dia malah terlihat lebih seperti serigala. Dan dia
juga masih sangat muda, apa kau percaya kalau dia itu adalah direktur. Kau tahu, musium ini
adalah milik Dae Han group, benar? Dia menamakan museum ini dengan nama anaknya."
"Hmm.. Mungkin bukan nama anaknya tapi nama cucunya. Cucunya bernama Park Hae
Young." Park Hae Young membenarkan perkataan Lee Seol yang salah.

Lee Seol berpikir, "benarkah? Ah benar-benar.. Aku pikir, dia adalah kekasih dari salah satu
penerus perusahaan Dae Han atau sesuatu yang berkaitan dengan perusahaan itu." Ucapan
Lee Seol terhenti saat melihat Yoon Joo berjalan ke arahnya. Ia kembali bersembunyi di
belakang Park Hae Young.



Yoon Joo tersenyum ke arah Park Hae Young. "Ah kapan kau datang?" tanya Yoon Joo
dengan sangat ramah.

"Ah, baru saja. Kau pasti sangat sibuk melayani pengunjung." ucap Park Hae Young.

Melihat Park Hae Young dan Yoon Joo sedang berbicara, Lee Seol mengambil kesempatan
itu untuk pergi, tapi kemudian Park Hae Young segera menarik kerah bagian belakang baju
Lee Seo dan menariknya hingga Lee Seong berada di sampingnya lagi.

"Siapa ini?" tanya Yoon Joo dengan ramah.

"Ah, dia temanku yang sangat tertarik padamu." ucap Park Hae Young.

Lee Seol tidak berkata apa-apa, ia malah shock.

"Ayo cepat berikan salam." Park Hae Young memukul punggung Lee Seol, memaksanya
untuk mengucapkan salam.

"Halo. Senang bertemu dengan anda." ucap Lee Seol.

"Senang bertemu dengan anda juga." jawab Yoon Joo.

Kemudian, salah seorang staff menghampiri Yoon Joo untuk berbicara dengannya sebentar.
Yoon Joo pamit untuk bisa berbicara dengan staff itu.

Lee Seol penasaran, "Kalian sudah saling kenal? Bagaimana bisa kalian saling kenal?"

"Dia adalah pemilik cincin itu." jawab Park Hae Young.

"Apa.. tu.. tu.. tunggu dulu. Lap itu??"

"Hmm.."

"Ah.. bagaimana dengan nasib proffesor." ucap Lee Seol yang mencemaskan professor.

"Apa?" tanya Park Hae Young tidak mengerti.

"Ah tidak.."
"Wanita itu adalah calon menantu dari pemilik perusahan Dae Han." ucap Park Hae Young
pada Lee Seol.

"Benarkah? benarkah?" Lee Seol senang mendengar hal itu, itu berarti saingannya untuk
mendapatkan prof. sudah berkurang.

"Ah gzz.. sepertinya kau benar-benar tidak ingin menikah. Kenapa kau sesenang itu." tanya
Park Hae Young yang aneh melihat kelakuan Lee Seong.

Lee Seol mengalihkan pembicaraan,

"Aigoo.. Kenapa bisa begitu.. Ah, apa kemarin berhasil? Apa sarung tangan lap itu berhasil,
benarkan?"

"Tidak. Aku tidak bertemu dengannya, dia sudah pulang terlebih dulu." jawab Park Hae
Young.

Lee Seol memukul pelan lengan Park Hae Young. "Ah, kau ini. Lebih kau ke rumahnya saja
saat itu, itu hal yang sangat baik. Ah, benar.. Kalau kau ingin merayakan ulang tahun anak
pertamamu itu, lebih baik kau melakukan hal ini. Untuk membuat hati wanita luluh adalah
dengan.. Kecemburuan."

"Kecemburuan?"

"Ayo kita lihat hal itu berhasil atau tidak. Kau tahu, saat kau tidak memperkenalkanku
padanya, ia akan menatapa lurus ke araku dan berkata "Siapa dia""?

Park Hae Young hanya tersenyum mendengar penjelasan Lee Seol.

Setelah berbicara dengan berbagai tamu, ia segera kembali menemui Park Hae Young dan
Lee Seol.

"Sebenarnya siapa dia?" tanya Yoon Joo dengan ramah.

Lagi-lagi Park Hae Young terperangah karena kali ini tebakan atau tips cinta dari Lee Seol
berhasil.

Ya, aku adalah kekasihnya. Namaku Go Eun Byul." jawab Lee Seong dengan mendekap
tangan Park Hae Young erat.

Kecemburuan mulai terlihat di wajah Yoon Joo. Ia berkata, "Ah.. Oppa, tanpa
sepengetahuanku. Kau akhirnya mendapatkan kekasih."

Park Hae Young malah bingung harus menjawab apa, karena sudah kepalang basah maka ia
meneruskan siasat yang dibuat oleh Lee Seol. "Ah, mungkin aku sudah melakukannya. Lihat,
bukankah ia cantik?"

Mereka berbincang-bincang di sebuah restaurant. Pelayan menghidangkan dessert. Dan Lee
Seol kembali dengan bualannya yang terlalu berlebihan. "Oppa sudah menceritakan padaku
banyak hal tentangmu."
"Benarkah? Tapi, Oppa tidak pernah membicarakan tentangmu." jawab Yoon Joo.

"Ah, itu karena oppa terlalu melindungiku, ia sangat cemburuan. Ia selalu memanggilku 'my
little princess'. Ia juga sudah gila, karena ia ingin aku masuk ke dalam kantong sakunya
sehingga ia bisa bertemu dan melihatku hanya untuknya sendiri."

Yoon joo menutupi rasa cemburunya dengan mengaduk-aduk minumannya lalu
meminumnya. "Jadi, apa yang diceritakan oppa tentangku?"

"Tidak ada yang special. Hanya mengenai banyak rumor yang beredar karena kau telah
menjadi direktur di usia muda. Tapi, semua rumor itu tidak benar. Dan ia juga mengatakan
kalau kau seperti rubah dan memiliki banyak hubungan dengan banyak pria. Dan pada
akhirnya ia berkata, kalau sangat sulit untuk membedakan dirimu dengan malaikat." ucap
Yoon Joo yang selalu membuat perkataannya berlebih-lebihan.

Hahaa.. Tapi Park Hae Young tidak menanggapi serius semua bualan Lee Seol.

Yoon Joo tersenyum mendengar perkataan terakhir Lee Seol. "Benarkah kau mengatakan hal
itu?"

"aHhH.. Ya, kau memang sangat sulit untuk dibedakan dengan malaikat." jawab Park Hae
Young.

Lee Seol melirik ke arah Park Hae Young, ia memberikan isyarat kalau seharusnya Park Hae
Young tidak berbicara seperti itu. "Ah.. Oppa memang seperti itu. Ia sangat tidak bisa untuk
mengatakan hal buruk saat berbicara pada orang lain. Ah, oppa bagaimana kalau kita makan
malam di rumahku. Baiklah. Aku akan menelpon ibuku dulu."

"Ya. Pergilah, telepon ibumu." ucap Park Hae Young.

Lee Seol pergi, Park Hae Young terlihat kaku saat berbicara berdua dengan Yoon Joo.
Seorang asisten menghampiri Yoon Joo dan berkata kalau sebentar lagi acara pembukaan
akan dimulai.

Lee Seol berlari ke arah Park Hae Young seraya memanggilnya dengan manja, "Oppa..
Oppa.. Oppa.. Ibuku telah membuatkan ayam special untuk kita." ucap Lee Seol.

"Ah, tidak usah.." Park Hae Young memaksakan senyum.

"Huh, bukankah sudah waktunya kau untuk pergi?" tanya Lee Seol pada Yoon Joo yang
masih belum juga beranjak dari tempat duduknya. "Kenapa kau masih ada di sini?"

"Ah, baiklah. Aku permisi dulu" ucap Yoon Joo.

"Ya, bekerja keraslah." kata Park Hae Young menyemangati.

"Senang berjumpa denganmu. Lain kali datanglah, aku akan mentratrirmu dengan makanan
lezat." ucap Yoon Joo pada Lee Seol.

Lee Seol dan Park Hae Young berjalan beriringan menuju pameran.
"Apa yang dikatakan direktur? Apakah direktur terus menanyakan tentang diriku?" tanya Lee
Seol.

"Tidak." jawab Park Hae Young dengan ringan.

"Ah, itu aneh. Bukankah seharusnya dia benar-benar cemburu."

"Bagaimana bisa ia cemburu padamu, kau itu bukan saingannya."

"Apa?! Saat kau membandingkan aku dengannya. Pertama.. Pertama adalah aku lebih muda..
benar.."

"Ya."

"Dann.. dan.. Tinggi badan.. Aku lebih pendek.. dan uang.. Ah.. aku tidak punya uang yang
banyak." Lee Seol menyadari kalau apa yang dikatakan Park Hae Young ada benarnya juga.
"Ah, bagaimana dengan kulit? Kulitku lebih bagus kan?"

Park Hae Young diam.

"Ah, baiklah kalaupun tidak, lupakan saja." jawab Lee Seol."

"Tapi kenapa kau sangat ingin mengetahui tentangnya?" tanya Park Hae Young penasaran.

"Karena tentunya aku.." kata-kata Lee Seol terputus saat melihat Prof. Nam Jung Woo juga
hadir di acara ini. Ia berbaur dengan tamu-tamu yang lain. Prof. juga membawa satu buket
bunga.

"Ah.. ada apa?" tanya Park Hae Young yang heran melihat Lee Seol yang tiba-tiba
bersembunyi di belakangnya.

"Ayoo.. ayo. Cepat.. cepat.." Lee Seol menarik-narik tangan Park Hae Young, mereka
berjalan menaiki anak tangga dan berada di atas.

Park Hae Young hanya pasrah tangannya ditarik seperti itu.

Park Hae Young dan Lee Seol melihat acara pembukaan dari lantai atas.

Yoon Joo adalah orang kehormatan di acara ini, bukan hanya sebagai direktur tapi ia juga
pemilik museum.

Yoon Joo memasuki pelataran panggung.

"Presiden datang." ucap asisten. Kemudian para tamu bertepuk tangan dengan riuh.

Semua perhatian tertuju pada Yoon Joo yang mulai menaiki mimbar untuk berpidato. Tapi
Lee Seol malah terus memperhatikan Profesor. Ia cemburu karena Prof. terlihat senang
melihat Yoon Joo.
Yoon Joo mulai berpidato setelah riuh tepuk tangan terhenti, "Hallo.. Aku Direktur dari
Museum Hae Young, Oh Yoon Joo. Saat itu pembangunan museum dilakukan karena untuk
mengembalikan kejayaan Korea. Dan, kali ini, mohon para hadirin mengingatnya.." Yoon
Joo menghentikan pidatonya dan berjalan ke tengah panggung. Ia berada di samping sebuah
benda yang tertutup rapat tirai.

Yoon Joo tersenyum pasti sebelum membukanya. Saat tirai benda itu dibuka, semua orang
berdecak kagum kecuali Prof. Nam Jung Woo. Prof Nam Jung Woo terlihat tidak percaya
dengan apa yang dilihatnya, ia juga kesal. Yoon Joo menatap tajam ke arah proffesor dengan
senyum yang dipaksakan.

Yang ditunjukkan Yoon Joo saat itu adalah sebuah tulisan kuno yang sudah sangat dicari oleh
banyak orang. Yoon Joo berkata dengan bangga, "Ini adalah tulisan tangan dari Raja Soon
Jong. Dia memiliki sebuah legitimasi pada anak laki-lakinya dengan diberikan nama Lee
Young. 20 tahun perayaan museum ini, kami bisa menghadirkan sebuah harta karun yang
tidak ternilai harganya. Dan aku sangat senang." Seluruh hadirin bertepuk tangan dengan
riuh. Kecuali proffesor, ia malah pergi meninggalkan acara itu.

Lee Seol yang melihat proffesor seperti itu menjadi sangat cemas.

Park Hae Young melihat ke arah Lee Seol, Lee Seol tengah memperhatikan tulisan kuno
yang terpampang besar di layar di depannya. "Ada apa?"

"Itu.. Tulisan itu.. Aku rasa, aku pernah melihatnya." ucap Lee Seol mencoba mengingat-
ingat sesuatu.

"Mungkin kau melihatnya di salah satu web, atau di internet, ada dokumen dan itu hanya
gambar.."

"Ah, tidak. Aku rasa di rumahku juga ada benda seperti itu. Benda itu besar dengan dua
karakter tulisan yang sama dengan yang ada di sana." ucap Lee Seol mencoba memastikan
sesuatu.

"Di rumahku ada berton-ton seperti itu." ucap Park Hae Young meledek.

"Ah, apa maksudmu? Sangat kekanak-kanakan. Dirumahku juga ada berton-ton patung
budha."

"Benarkah?"

"Whoaa kau ini.. Baiklah.. Ayo kita selesaikan semua ini di satu tempat." ucap Lee Seol.

"Apa maksudmu." tanya Park Hae Young tidak mengerti.

"Karena aku sudah melakukan semua ini, paling tidak kau memberikanku makan."

Park Hae Young dan Lee Seol makan di sebuah kedai kecil, whoaa.. kalau liat orang korea
makan mie, ngiler sangaat.. XD
Mereka makan dengan nikmat, tiba-tiba Park Hae Young mendapat telepon dari Yoon Joo.
Park Hae Young hendak mengangkat telepon itu, tapi Lee Seol segera merebut handphone
Park Hae Young.

"Hei, apa yang kau lakukan." ucap Park Hae Young.

"Ah, kau bodoh. Ini terlalu cepat. Kau harus lebih tegas agar ia cemburu."

"Sini. cepat.. cepat.. Dia akan segera menutupnya."

Lee Seol semakin menyembunyikan handphone itu di belakangnya.

"Sudah, kerjakan saja apa yang aku katakan agar hubungan cinta kalian berdua tetap abadi."
Lee Seol mencoba meyakinkan Park Hae Young.

"Abadi?" Park Hae Young tersenyum. Ish.. Senyumnya maniis..

"Kalau begitu kau akan bisa mengalahkan cucu dari Dae Han group. Kau tau, wanita paling
tidak tertarik pada seseorang yang jatuh cinta padanya. Tapi, kenapa kau membeli cincin itu?
Ulang tahun? Perayaan?"

"Lamaran.." ucap Park Hae Young.

Mendengar jawaban Park Hae Young, Lee Seol jadi histeris, ia menggebrak meja.. "Apa?!
Tidak."

Semua orang yang ada di kedai itu melihat aneh ke arahnya.

"Kenapa kau berkata tidak?"

"Kau seharusnya memberikan cincin itu saat seorang wanita sangat sangat sangat benar benar
menginginkannya."

"Pelankan suaramu." pinta Park Hae Young.

"Baiklah mulai dari sekarang jangan membeli hadiah apapun untuknya. Dan saat ia berulang
tahun, telepon dia saja dan ucapkan selamat. Setelah itu kau memberikan hadiahmu seminggu
kemudian dan ia pasti akan mengatakan.." Lee Seol mengatakan dengan sungguh-sungguh.
"Dia pasti akan mengatakan, =Aku tidak akan mencampur hadiah ini dengan hadiah dari
orang lain.= Kau tau, kata-kata itu lebih efektif dari pada 10 cincin yang kau berikan."

Park Hae Young menatap percaya ke arah Lee Seol. Ish, tatapannya .. ahaha...

"Dan kalau sudah begitu, tidak ada artinya lagi cucuk dari Dae Han Group, kau bisa dengan
mudah mengalahkanya." ucap Lee Seol.

"Aja! Aja! Fighting." ucap Lee Seol mengepalkan tangannya ke udara.

"Sudahlah, kalau kau sudah selesai, ayo kita pergi."
sebelum pergi, Lee Seol mendapatkan telepon dari ibunya. -Ibunya Chae Gyong Princess
Hours.. bener-. Ibunya menyuruh Lee Seol untuk pulang, karena ia akan pergi ke tempat
persembahyangan untuk mendoakan kakak Lee Seol agar lulus ujian. Ibu juga tidak lupa
untuk menyuruh Lee Seol memberikan makan kedua anjingnya selama ia pergi. Lee Seol
senang sekali, ibunya pergi minggu ini. Karena ia bisa menyewakan rumahnya pada para
pengunjung yang berlibur. Lee Seol bahkan ia membayangkan kalau ia akan mendapatkan
banyak sekali uang dari hasil penyewaan rumahnya. Dengan uang-uang itu akhirnya dia bisa
pergi ke Mesir. Hahaaa..

Setelah selesai makan, Park Hae Young dan Lee Seol berjalan pulang bersama. Lee Seol
sangat amat senang, "Ah, ibuku akan pergi keluar kota minggu ini, bukankah aku sangat
beruntung?"

Park Hae Young heran, "Kenapa kau malah senang mengetahui ibumu akan pergi?"

"Karena rumah akan kosong dan aku bisa mendapatkan banyak uang. Dengan uang itu aku
bisa naik pesawat.."

"Pesawat?"

"Aku akan keluar negeri."

"Apa kau kuliah di luar negeri."

"Ah, kau ini.. Dengan suku bunga seperti saat ini bagaimana bisa aku keluar negeri. Aku akan
belajar di luar negeri nanti."

Lalu.. Lee Seol bernyanyi dan berjoged hahaa... Park Hae Young sedikit risih dan ketakutan
melihatnya.

"Ahh.. Sudah.. sudah.. berikan saja nomor telepon ibumu." ucap Park Hae Young.

"Kenapa nomor telepon ibuku?" tanya Lee Seol.

"Aku akan menelpon ibumu dan memberitahukan kalau anaknya berpergian seperti ini."

"Ahh.."

"Kau ini, pengangguran sudah banyak, jadi lebih baik kau baca buku dan belajar bahasa yang
lain." ucap Park Hae Young seraya berjalan ke arah mobilnya.

Lee Seol tetap mengikutinya, ia menatap polos ke arah Park Hae Young.

"Apa?" tanya Park Hae Young "Kau tidak memintaku untuk mengantarkanmu kan?"

"aH, kalau kita searah kenapa tidak?" jawab Lee Seol.

Kemudian, Park Hae Young mendapat telepon kalau kakeknya jatuh sakit. Park Hae Young
langsung pergi dengan mobilnya, ia mengkhawatirkan kakeknya sehingga tidak
mempedulikan Lee Seol yang merengek minta di antar.
Park Hae Young menemui kakeknya yang terbaring sakit. Beberapa dokter sudah
memeriksanya. Ayah Yoon Joo mengatakan kalau kakeknya jadi seperti ini, karena kakek
mendengar berita yang sangat menggembirakan. Park Hae Young penasaran, berita
menggembirakan apa.

Lalu kakenya memanggil Park Hae Young, kakek berbisik pada Park Hae Young dengan
suara yang tidak jelas.

Kakek mengucapkan sebuah nama, "Lee Seol.."

saya : Whatzzz... Lee Seol?!!

"Lee Seol?!" tanya Park Hae Young tidak mengerti. "Siapa dia kakek?"

Kakek tidak menjawab, ia malah kembali tertidur.

Park Hae Young tidak menyadari kalau gadis yang menenaminya seharian tadi adalah Lee
Seol. Yang Park Hae Young tahu nama Lee Seol saat itu adalah Go Eun Byul. Hahaa..

Ayah Yoon Joo menyerahkan selembar kertas yang berisi alamat rumah Lee Seol pada Park
Hae Young. Sebenarnya itu bukan alamat asli Lee Seol, tapi alamat rumah Dan, rumah yang
beberapa hari ini di tempati oleh Lee Seol.

Park Hae Young kesal, "Siapa dia? Kenapa aku harus membawanya ke sini?"

"Kakekmu beranggapan kalau ia masih memiliki hutang yang harus dibayar." ucap Ayah
Yoon Joo.

Park Hae Young tidak percaya, "Aku yakin, kakek tidak pernah memiliki hutang dengan
siapapun. Kecuali ada satu hal. Makam itu. Makam yang selalu dikunjungi oleh kakek. Aku
yakin, ini berkaitan dengan makam itu, benar?!" tanya Park Hae Young kesal.

"Benar.. Kau sudah besar, kau akan mengetahui segalanya bukan dari mulutku. Pergilah dan
turuti perintah presiden."

"Baiklah.. Ada satu hal lagi yang ingin aku tanyakan. Apakah dia anak dari kakek atau cucu
dari kakek?" tanya Park Hae Young.

Karena Yoon Joo segera datang, Ayah Yoon Joo tidak menjawab hal itu. Park Hae Young
akhirnya pergi tanpa mendapatkan informasi apapun.

Yoon Joo sedikit mendengar pembicaraan Ayahnya dengan Park Hae Young, ia penasaran.
Yoon Joo segera menanyakan tentang hal itu pada ayahnya. Tapi, ayahnya tidak menjawab
pertanyaan Yoon Joo.

Mau tidak mau Park Hae Young harus menuruti perintah kakeknya, akhirnya ia pergi ke
alamat Lee Seol. Ia bertemu dengan Dan-Kakak dari Lee Seol. Park Hae Young menanyakan
tentang Lee Seol, awalnya Dan merasa acuh, tapi ketika Park Hae Young menyerahkan kartu
namanya, Dan mengetahui kalau Park Hae Young berasal dari perusahaan Dae Han. Karena
terpesona, akhirnya Dan memberikan alamat rumah asli dari Lee Seol.
Park Hae Young sampai di tempat Lee Seol. Park Hae Young melihat Lee Seol yang tengah
memberi makan anjinya, Lee Seol membelakangi Park Hae Young, jadi mereka sama-sama
tidak menyadari satu sama lain.

Park Hae Young memastikan kalau gadis yang tak jauh dari tempatnya berdiri itu adalah Lee
Seol, Park Hae Young memastikan dengan menelponnya. Lee Seol segera mengangkat
telepon itu.

"Ya, di sini romantis dan bisa melihat sushine." ucap Lee Seol.

Park Hae Young diam tidak menjawab. Ia kembali melihat ke arah Lee Seol, dan yap.. Park
Hae Young baru menyadari kalau Lee Seol itu adalah gadis yang ia kenal.

Lee Seol penasaran, ia menelpon kembali orang yang baru saja menelponnya.

"Hallo.. Ini Lee Seol. Kau baru saja menelponku."

"Namamu Lee Seol?" tanya Park Hae Young.

Lee Seol menyadari kalau suara Park Hae Young sepertinya dekat, jadi ia berbalik dan
mendapati Park Hae Young tak jauh dari tempatnya berdiri.

Park Hae Young terkejut tapi Lee Seol senang melihat Park Hae Young datang
mengunjunginya.

"Ah, kau.. Bagus sekali.." ucap Lee Seol girang.

"Nama mu Lee Seol, bukankah saat itu kau mengatakan kalau namamu itu adalah Go Eun
Byul?" tanya Park Hae Young dengan sedikit kesal karena sudah dibohongi.

"Kenapa? Apa namaku bagus.. Haha.. Mereka bilang memang seperti itu, nama dan wajahku
sama-sama cantik."

"Kenapa kau membohongiku?"

"Oh, itu karena aku takut kita ketahuan. Ah, tipe seorang gadis memang seperti itu kalau ia
sedang bertemu dengan rivalnya."

"Hey, bagaimana bisa kau sampai di sini?" tanya Lee Seol.

"Apa sulit menemukan tempat ini?"

"AH, apa kau memata-mataiku."

"Kenapa?"

"Aaaah.. Aku pikir kau seorang diplomat. apa kau menggunakan uangmu untuk melakukan
hal ini?"
"Apa kau sudah mengenalku sebelumnya?" tanya Park Hae Young, ia menatap tajam ke arah
Lee Seol.

Sikap Park Hae Young jadi tidak ramah seperti dulu.

Lee Seol tertawa. "Kau terlalu narsis tau.."

"Apa ada kamar kosong.. " tanya Park Hae Young dengan tidak ramah. "Aku akan tinggal
sampai besok."

"Apa?" tanya Lee Seol kaget.

"Bukankah kau akan mendapatkan uang kalau kau menyewakan tempat ini?"

Mendengar hal itu Lee Seol senang bukan kepalang, ia berteriak kegirangan.. "Selamat
datang pelanggan.."

Episode 2

 Park Hae Young memasuki rumah Lee Seol. Lee Seol dengan bangga mempersembahkan
kamar terbaik dari rumahnya pada Park Hae Young. "Jenis type kamar apa yang sedang kau
cari?" tanya Lee Seol ramah.

Park Hae Young menatapnya.

Kemudian Lee Seol memandu Park Hae Young untuk memilih kamarnya. Lee Seol
menawarkan kamar yang terbaik, yang terdapat di lantai atas untuk Park Hae Young, "Ini
adalah Royal Grand Executive Presidential Suite. Apa kau menyukainya?" tanya Lee Seol.

Whatz? Royal Grand Executive Presidential Suite? Mana bisa kamar sesederhana itu
dinamakan Royal Grand Executive Presidential Suite. Haha.. Seperti biasa Lee Seol selalu
berlebihan saat berbicara.



"Bagaimana?" tanya Lee Seol.

Karena Park Hae Young diam saja, maka Lee Seol menyimpulkan kalau Park Hae Young
tidak menyukai kamar itu. "Baiklah. Kamar selanjutnya adalah Royal Deluxe Ambassadorr.
Bagaimana?"

"Tidak. Aku di sini saja." jawab Park Hae Young.

Kemudian mereka kembali turun.



"Normalnya, biaya sewa sebesar 150 dolar per malam. Karena kau akan tinggal selama 2
hari, maka aku akan memberikan harga hanya 295 dolar." ucap Lee Seol.
Lee Seol berbicara dengan logat resmi, "Anda harus membayar tunai di awal transaksi."
ucapnya seraya menengadahkan tangan pada Park Hae Young.

Park Hae Young membuka dompetnya kemudian mengeluarkan kartu kredit.

"Oh, baru saja 5 menit sebelum kau datang, mesin penghitung kartu kredit kami rusak."
jawab Lee Seol.

Kemudian Park Hae Young mengambil checknya sebesar 1000 dolar. "Ada kembalian 705
dolar?"

"Ah.. Kali ini aku ingat nomor rekeningku. Aku akan membantumu dengan pembayaran
tunai." Lee Seol menyerahkan nomor rekeningnya. "Selamat menjalankan transaksi tunai
dengan bank.. Sekian dariku." ucap Lee Seol seraya pergi berlari meninggalkan Park Hae
Young yang masih memperhatikannya.

Park Hae Young masih menganggap kalau Lee Seol adalah anak dari kakeknya, maka dari itu
kakeknya menyuruh Park Hae Young untuk mencari Lee Seol. "Ah, dia benar-benar mirip
sekali dengan kakek." ucap Park Hae Young. Ia berjalan mengitari rumah, untuk melihat-
lihat.

Tanpa sengaja Park Hae Young melihat foto keluarga Lee Seol. Di foto itu, Lee Seol berfoto
bersama ibu dan kakaknya. Park Hae Young melihat foto ibu Lee Seol dengan saksama,
kemudian ia menggeleng "Aigoo. Dia benar-benar bukan tipe kakekku."

Kemudian Park Hae Young pergi melihat-lihat kamar yang lain. Ia menelpon ayah Yoon Joo
untuk menginformasikan kalau ia sudah bertemu dengan Lee Seol.

"Bagaimana keadaan kakek? Ya, aku sudah menemukannya. Tapi, aku tidak bisa tinggal
seperti ini. Ya, dia memang sangat manis sekali dan terlalu berlebihan. Dia adalah orang yang
dengan jelas-jelas berbohong dengan nama aslinya dan dia sengaja datang ke museum untuk
mendekatiku." ucap Park Hae Young seraya memperhatikan Lee Seol yang tengah memakan
kimchi.

"Apa maksudmu.?" tanya Ayah Yoon Joo tidak mengerti.

"Jangan menungguku. Aku akan terlebih dulu mengawasinya, kalau aku mau aku akan
membawanya ke rumah." jawab Park Hae Young.

"Mengertilah, dia adalah orang yang sangat dicari oleh Kakekmu. Kakekmu menunggunya
selama hidupnya." ucap Ayah Yoon Joo. "Kau harus lebih kuat dari pada saat ini."

Pagi harinya..

Lee Seol memasak daging panggang. Lee Seol ingin agar Park Hae Young yang ada di
kamarnya mencium wangi daging panggang yang baru saja dibuat oleh Lee Seol. Lee Seol
menyebarkan wangi itu ke sekitar kamar Park Hae Young. Ia meniup-niup daging panggang
agar wanginya sampai ke kamar Park Hae Young. Tak lama kemudian Park Hae Young
keluar dari kamarnya. Dan Lee Seol cepat-cepat kembali ke meja makan, kembali bersikap
wajar.
Lee Seol masih terus memanggang, kemudian ia memuji masakannya sendiri, "Hmm.. Good
Smeell." ucapnya.

Park Hae Young menuruni tangga. Melihat Park Hae Young yang sudah berpakaian rapi, Lee
Seol bertanya, "Apa kau akan pergi ke suatu tempat?"

"Aku akan keluar untuk sarapan. Apa di sini ada market terdekat?" tanya Park Hae Young.

"Ah.. Market ada di dekat Jalan Tol. Itu memakan waktu sekitar satu setengah jam.
Percayalah padaku, lebih dekat Seol ketimbang market itu."

"Benarkah?" tanya Park Hae Young seraya memegangi perutnya.

Lee Seol menghampiri Park Hae Young dan menatapnya dengan iba. "Owh.. Bagaimana ini?
Aku tidak menyiapkan hal yang istimewa hanya seperti ini, tapi paling tidak kau bisa
mencicipinya." Lee Seol menawarkan sarapan buatannya.

"Benarkah?" ucap Park Hae Young, ia sedikit menutupi egonya agar bisa mendapatkan
sarapan. Hahaa.

Park Hae Young duduk, lalu dengan sigap, Lee Seol melayani Park Hae Young.

"Makanan biasa 30 dolar. Makanan resmi 50 dolar." ucap Lee Seol seraya menyiapkan piring
dan menaruh daging. "Ah, tentu saja, di situasi seperti ini, orang-orang pasti akan memilih
makanan normal." ujarnya.

"Berikan aku makanan biasa." jawab Park Hae Young. Park Hae Young memilih makanan
biasa agar Lee Seol mendapatkan sedikit bayaran.

"Ah, kau ini. Di situasi seperti ini, orang-orang akan lebih memilih makanan formal." ucap
Lee Seol seraya memamerkan daging buatannya.

Di museum, Yoon Joo tengah diwawancarai oleh salah satu majalah terkemuka.

"Bagaimana perasaanmu tentang boomingnya berita mengenai penemuan yang kau pamerkan
kemarin?" tanya pewawancara.

"Aku sangat senang. Karena masyarakat korea ternyata memiliki minat yang besar terhadap
Korea." jawab Yoon Joo seraya tersenyum.

"Aku dengar bahwa kau adalah perempuan yang terpilih untuk menjadi perempuan nomor
satu di korea."

"Ah, sebenarnya itu bukan prioritas utama. Tapi, entah kenapa, saat aku memikirkannya aku
merasa sangat senang. Banyak keraguan yang datang dari pernyataan itu. Aku tau ada banyak
keraguan diluar sana. Banyak dari mereka yang berpikir bahwa aku terpilih bukan karena
kemampuanku tapi karena penampilanku." ucap Yoon Joo seraya tertawa.

Pewawancara pun tertawa. "Sepertinya seperti itu."
"Bagaimana pertama kali kau mengawali pencarianmu terhadap benda-benda kuno?"

Pertanyaan pewawancara itu membuat Yoon Joo flashback mengenang masa lalunya bersama
Prof. Nam Jung Woo.

"Itu adalah kisah cinta pertamaku."

Yoon Joo menceritakan masa-masannya saat bersama prof. Nam Jung Woo. "Saat itu, kami
kebetulan melihat catatan bahwa Kaisar Soon Jon memiliki anak yang sengaja ia
sembunyikan. Dan anak itu juga telah berjuang untuk kemerdekaan Korea. Hal itu membuat
aku sangat ingin mengetahuinya. Kami pergi ke tempat-tempat bersejarah. Ke museum,
tempat persembahyangan dan lain-lain hanya untuk mengkonfirmasi kebenaran. Semakin
dekat, kami harus melakukan semua pekerjaan yang ada sebagai syarat agar kami bisa
menemukan kebenaran hal itu. Tapi, pada akhirnya yang hanya kami dapatkan adalah sebuah
replika palsu. Dan akhirnya, saat ini aku bisa menemukan tulisan tangan Kaisar Soon Jo."

Pewawancara menanyakan hal lainnya, "Mungkin ini cukup pribadi dan akan sulit untuk
dijawab. Aku dengar bahwa wali yang menjaga dari benda bersejarah itu tidak memberikan
padamu secara gratis. Kau harus mengeluarkan jumlah yang sangat banyak untuk bisa
mendapatkannya. Benarkah?"

Ditengah wawancara Prof. Nam Jung Woo datang menghampiri Yoon Joo. Ia memperhatikan
Yoon Joo dari samping. Yoon Joo menyadari kedatangan Prof. Nam Jung Woo. Ia
mengakhiri wawancara itu. "Tidak ada jumlah yang pasti yang harus aku keluarkan. Biarlah
itu menjadi sebuah rahasia. Aku harap kau mengerti." ucap Yoon Joo pada pewawancara.

Yoon Joo dan Prof. Nam Jung Woo berbicara serius. Yoon Joo meminta maaf pada prof.
Prof. Nam Jung Woo meminta alasan kenapa Yoon Joo melakukan hal itu. Kenapa Yoon Joo
harus mempublikasikan benda itu di depan umum, padahal Prof. Nam Jung Woo juga
memiliki peran penting dalam penemuan benda itu. Yoon Joo berbohong, ia berkata bahwa
Kakek Park Hae Young (Direktur) meminta dirinya dan ayahnya untuk melakukan hal itu,
jadi mereka tidak bisa berbuat apa-apa.

Di pihak pemerintah yang menentang adanya pembentukan kembali keluarga kerajaan tengah
ribut. Mereka ribut karena ternyata Kakek Park Hae Young tengah melakukan pembicaraan
tersembunyi dengan presiden. Ketua pihak pemerintah yang kontra itu meminta asistennya
untuk mengetahui apa saja yang dibicarakan antara presiden dan Kakek Park Hae Young.

Kakek Park Hae Young bertemu dengan presiden. Mereka berbicara di ruang tertutup.
Presiden menanyakan bagaimana perkembangan pembentukan keluarga kerajaan yang
mereka rencanakan. Kakek Park Hae Young mengatakan bahwa ia telah mengatasinya.

Di rumah Lee Seol (sekaligus penginapan yang ditempati oleh Park Hae Young). Karena
keran air panas tidak menyala, Park Hae Young berteriak, ia menjerit. Hahaa.. Kemudian,
Park Hae Young pergi menemui Lee Seol yang ada di dapur.

Dari dapur, Lee Seol penasaran, kenapa Park Hae Young berteriak. Ia menengok-nengok
untuk mengetahui ada masalah apa pada Park Hae Young. Saat Park Hae Young
menghampiri Lee Seol, Lee Seol terkejut karena Park Hae Young tidak menutupi badannya.
Park Hae Young hanya menutupi daerah terlarangnya dengan handuk.. Lee Seol
membelakangi Park Hae Young.

"Hey, kenapa air panas tidak menyala?" tanya Park Hae Young yang kedinginan.

Lee Seol yang tadinya membelakangi Park Hae Young, langsung berbalik dan berbicara "Kau
harus membayar 5 dolar terlebih dulu sebelum menggunakan air panas." ucap Lee Seol
seraya menutupi matanya dengan tomat dan bawang bombay agar tidak melihat Park Hae
Young yang setengah telanjang.

"Hey, kau.."

"Kau masih punya hutang 5 dolar, jadi aku tidak menyalakan pemanas air. Oh, ya. Aku akan
pergi keluar, jadi pastikan kau menutup dan mengunci pintu. Apa kau ingin dibelikan
sesuatu? Seperti sup pasta kacang merah mungkin?" tanya Lee Seol.

"Sudahlah, nyalakan saja.." kata-kata Park Hae Young terhenti, ia menyadari sesuatu. "Apa?
Sup pasta kacang merah? Kau bilang disekitar sini tidak ada market."

"Memang tidak ada market. Aku akan pergi ke warung."

"Apa?"

"Seharusnya tadi pagi kau tanya, di sini ada warung atau tidak. Begitu." jawab Lee Seol.
"Apa kau ingin pergi denganku? Warung itu dekat, mungkin hanya butuh waktu 5 menit
untuk sampai ke sana."

"Apa?"

Di kamarnya Park Hae Young tidak bisa tidur, ia gelisah. Kemudian tanpa sengaja, Park Hae
Young mendengar suara film yang sedang diputar. Park Hae Young keluar rumah, dan
mendapati Lee Seol tengah menonton theater buatannya sendiri di halaman depan. Park Hae
Young berjalan ke arah Lee Seol, ia berjalan dengan membelakangi proyektor.

Melihat hal itu Lee Seol langsung protes, "Hey, apa yang kau lakukan, kau
membelakanginya. Sini duduk." ajak Lee Seol.

Park Hae Young tersenyum lalu duduk di sebelah Lee Seol. "Apa yang sedang kau lakukan?"
tanya Park Hae Young heran, ia mengambil toples popcorn milik Lee Seol.

"Hanya ada satu theater yang sangat menakjubkan di dunia. Theater buatan Lee Seol yang
cute." ucap Lee Seol seraya tersenyum.

"Aish. Intonasimu jelek sekali." jawab Park Hae Young, seraya mengunyah popcorn.

Lee Seol tidak rela popcornnya dimakan begitu saja oleh Park Hae Young "Keluarkan,
keluarkan popcornku yang sudah kau makan."

Park Hae Young tidak menjawab, ia malah memasukkan banyak popcorn ke mulut Lee Seol
agar Lee Seol tidak berbicara lagi.
Dan, mereka menonton bersama.. XD sweet deh..

Saat di tengah film, karena film di putar di atas tembok yang berjendela, tiba-tiba jendela di
tembok itu terbuka. Park Hae Young dan Lee Seol tertawa melihat hal itu.

"Kenapa bisa begitu?" tanya Lee Seol seraya tersenyum. "Tunggu sebentar." Lee Seol
berjalan ke arah tembok dan menutup jendela yang terbuka. Lalu Lee Seol kembali duduk di
samping Park Hae Young.

Mereka kembali menikmati film yang tengah diputar. Park Hae Young penasaran, ia
memberanikan diri untuk menanyakan tentang identitas Lee Seol. Park Hae Young berkata
perlahan, "Apa kau punya saudara di kota ini?"

"Apa?" Lee Seol berpikir. "Mm. Bagaimana ya?Aku tinggal di sini sejak usiaku 6 tahun.
Sepertinya, bisa dibilang begitu." Lee Seol menyeruput minuman hangatnya.

"Memang sebelumnya kau tinggal dimana?" tanya Park Hae Young.

"Di sini dan di sana."Aku pernah tinggal selama 7 bulan di panti asuhan."

Park Hae Young menatap penasaran ke arah Lee Seol.

"Aku anak adopsi." ucap Lee Seol dengan tersenyum. "Saat aku sampai di tempat ini, aku
tidak menangis ataupun tertawa, aku hanya tidur di pangkuan ibuku." Lee Seol tersenyum.

Park Hae Young mengangguk mengerti. Ia mulai merasa kasihan pada Lee Seol, "Apa kau
ingat tentang keluarga kandungmu?" tanya Park Hae Young.

Lee Seol melihat ke arah Park Hae Young, ia curiga, kenapa Park Hae Young menanyakan
hal itu, "Bagaimana kalau ia? Apa kau akan mencarikan mereka untukku?"

"Huh?"

Lee Seol tertawa, "Sudahlah, tidak perlu khawatir. Aku tidak itu apakah itu sebuah memory
yang nyata, atau hanya impianku yang selalu aku impikan atau khayalan yang aku buat. Aku
tidak ingat. Yang pasti, hal yang sangat aku ingat sekali. Dan aku tidak pernah melupakannya
adalah ucapan itu."

Park Hae Young berkata, "Mungkin aku bisa menemukan mereka."

Lee Seol menatap Park Hae Young.

"Ah, aku seorang diplomat, mungkin aku bisa menemukan mereka untukmu." jawab Park
Hae Young.

"Mereka hanya bilang bahwa mereka akan segera kembali." ucap Lee Seol.

"Siapa?"
"Ayahku. Ayahku bilang -Aku akan kembali. Ayah akan kembali untukmu.- Tapi, sepertinya,
ia akan kembali dalam waktu yang sangat lama,"

Park Hae Young bertanya lagi. "Apa yang akan kau lakukan saat orang tua kandungmu
datang mencarimu ke sini?"

Lee Seol menjawab dengan ringan, "Aku akan melihat warisan mereka. Berapa bagianku di
warisan itu."

Park Hae Young menghela nafas mendengar jawaban Lee Seol, hahaa..

"Aku juga akan mengecek, aku punya saudara berapa di keluarga itu. Agar aku juga bisa
memperhitungkan, jumlah warisanku."

"Bagaimana bisa, kau memikirkan hal itu." ucap Park Hae Young seraya tersenyum.

Lee Seol pun ikut tersenyum. "Senyumku sangat cantik kan?" ucapnya.

"Aku selalu tersenyum seperti ini saat aku merindukan ayahku. Dan saat aku bertemu
dengannya aku akan tersenyum manis ke arahnya."

Kemudian, handphone Lee Seol berdering, ia mendapat panggilan dari seniornya. Seniornya
meminta agar Lee Seol, menyewakan penginapannya untuk Prof. Nam Joong Woo. Karena
prof akan menginap beberapa waktu untuk kepentingan penelitian.

Penginapan Lee Seol ternyata dekat dengan objek yang akan diteliti oleh Prof. Tapi, karena
mungkin prof. akan merasa sangat canggung bila mengetahui Lee Seol pemilik penginapan
itu, maka Senior menyuruh Lee Seol untuk mengatakan pada Prof, bahwa kedatangan prof di
tempat Lee Seol hanya kebetulan saja.

Mengetahui bahwa prof akan datang dan menginap di tempatnya, Lee Seol senang bukan
kepalang. Di pagi hari, ia menyiapkan segalanya, semua usahanya itu agar Prof merasa
senang tinggal di tempat Lee Seol. Lee Seol memberikan hiasan di gapura rumahnya, ia
membereskan meja taman, mengelap kaca, mendandani anjingnya, menyapu, mengepel dan
kemudian Lee Seol berkata, "Apa semua ini begitu sulit? Tapi, pada akhirnya ini adalah
takdir." Lee Seol terbahak mendengar kata-katanya sendiri.

Agar hubungannya dengan prof Nam Joong Woo berjalan lancar, Lee Seol memohon pada
Park Hae Young untuk pindah kamar, "Aku mohon padamu, pelanggan." ungkapnya dengan
nada resmi.

"Yah, kenapa aku harus pindah dari kamar yang sudah aku tempati?" tanya Park Hae Young
tidak terima harus pindah kamar tanpa alasan yang jelas.

"Kau tau, kamarku tepat di depan situ. Jadi, nantinya secara alami kami bisa langsung saling
bertemu, menyapa dan lalaalaa.."

"Lalalaa?"
"Itu yang aku bilang." Lee Seol kesal. "Kenapa kau tidak mau pindah. Itu permintaan yang
mudah."

"Yah, sebenarnya siapa yang akan datang? Seorang pria?" tanya Park Hae Young.

"Proffesor bukan orang yang pantas mendengar kata-kata kasarmu itu. Baiklah, kalau kau
tidak mau pindah, kau tidak akan dapat makan." ancam Lee Seol.

Kemudian, dari luar terdengar suara mobil yang terparkir. Lee Seol panik, "Omo.. Sepertinya
dia sudah datang.." Lee Seol merapikan bajunya. "Yah, kau. Selama aku mengganti pakaian,
kau gantikan aku sebentar untuk menyambutnya. Dan ingat. kau harus baik dan ramah.
Okey??" pinta Lee Seol, ia juga sedikit memaksa. Lee Seol segera berlari kencang ke
kamarnya untuk berganti pakaian.

"Hey, Yah! Kenapa aku harus melakukan itu!" Park Hae Young tidak rela dirinya disuruh
seperti itu.

Prof Nam Jung Woo menyadari kalau Park Hae Young sedang melihat sinis ke arahnya.
Profesor bertanya heran, "Apa ada yang ingin kau katakan?"

Karena takut terjadi perang dunia ke 3 dan ke 4, Lee Seol segera mengalihkan pembicaraan,
"Oh, benar proffesor. Aku lupa mematikan gas di dalam. Aku akan pergi ke dalam dulu untuk
mematikan gas." ucap Lee Seol, ia kemudian berjalan ke arah Park Hae Young.

"Ayo masuk ke dalam. Cepat.." pinta Lee Seol. "Cepat.."

Park Hae Young terus menatap ke arah profesor. Dengan tenaganya, Lee Seol mendorong-
dorong Park Hae Young agar ia masuk ke dalam.

Di dalam rumah, Park Hae Young meminta penjelasan pada Lee Seol tentang hal yang baru
saja di dengarnya.

"Apa Yoon Joo yang mereka bicarakan adalah Yoon Joo yang aku kenal?" tanya Park Hae
Young.

"Oh, apa nama direktur itu Yoon Joo? Aku baru menyadarinya." Kilah Lee Seol.

"Kau sudah mengetahui semua ini dari awal. Katakan padaku siapa orang itu. Siapa yang
harus menikahi Yoon Joo." Park Hae Young berkata dengan nada memaksa.

Lee Seol mencoba menghindar, "Apa kau ingin makan sup kacang merah? Aku akan
membuatkannya untukmu." Lee Seol berjalan menjauhi Park Hae Young, tapi Park Hae
Young sudah terlebih dulu memegang kencang lengan Lee Seol. "Apa kau ingin mengalihkan
pembicaraan?"

"Baiklah.. Baiklah.." ucap Lee Seol seraya melepaskan tangan Park Hae Young dari
lengannya.

"Kali ini kita akan membuat kesepakatan dan kita akan bergabung menjadi satu team. Begini,
sebagaimana rumor yang sudah tersebar, kalau cinta pertama profesor Nam Jung Woo adalah
direktur dari museum Hae Young. Dan ternyata itu bukan hanya sekedar rumor, itu benar-
benar terjadi. Yoon Joo adalah cinta pertama proffesor. Apa kau masih punya keberanian
untuk mengalahkan cinta pertamanya?" ucap Lee Seol menjelaskan hal yang sebenarnya.

"Kenapa aku harus mengalahkannya?" tanya Park Hae Young tidak mau tersaingi.

"Hey, kau itu sudah kalah dengan cucu dari perusahaan Dae Han. Mengerti?" ucap Lee Seol.
"Oke, bagaimanapun juga kau harus membantuku. Kalau seorang pria sudah jealous, maka
darahnya akan naik ke ubun-ubun. Aku akan tetap berusaha mendapatkan proffesor dan pergi
ke mesir." ucap Lee Seol dengan berlebihan dan kesungguhan. haha.

"Apa?"

Lee Seol mengajak Park Hae Young untuk mengintip apa yang sedang di lakukan oleh prof
dan temannya. Mereka mengamati lewat pintu.

Kemudian mereka kembali masuk ke dalam.

"Hey, ayo, cepat pegang tanganku.." Lee Seol menaruh tangan Park Hae Young di lengannya.

"Kenapa? Saat aku memegang tanganmu kau akan menjerit=proffesor tolong aku
proffessor..=' tebak Park Hae Young. haha.. Park Hae Young selalu niruin gaya Lee Seol.

"Binggo! Kenapa kau bisa tau hal itu." tanya Lee Seol heran.

"Sudahlah.. Ayoo.." Park Hae Young menarik tangan Lee Seol, mereka menuju ke lantai atas,
tepatnya ke kamar Lee Seol.

"Hey, ada apa ini?" tanya Lee Seol.

"Ini kamarmu bukan? cepat rapikan barang-barangmu." suruh Park Hae Young.

"Ah, kau ingin bersikap tidak bertanggung jawab.."

"Kita akan pergi ke Seol.."

"Aish kita sudah sepakat untuk melakukan perdama--.."

"Aku pikir kau bibiku." ucap Park Hae Young dengan cepat.

Lee Seol tidak mengerti apa yang baru saja Park Hae Young katakan. "Apa? Bibi apa?"

"Kau tidak tau maksud dari kata bibi? Kau anak dari kakekku." jawab Park Hae Young.

Lee Seol percaya tidak percaya, mendengar perkataan Park Hae Young. Dan Lee Seol
tertawa, ia kira Park Hae Young sedang membual.

"Ini sangat konyol bukan?" tanya Park Hae Young. "Aku juga berpikiran sama, tidak lebih
dari 48 jam aku tau kalau adalah bibimu."
"Maksudmu, aku adalah bibi dari seorang diplomat yang selalu menggunakan mobil mewah,
yang membeli cincin mahal dan dia lebih tua dariku. Apa buktinya? Hei, kalaupun keluarga
biologisku mencari, ia akan membawa bukti. Misalnya foto keluarga, surat kelahiran dan
mereka akan mengatakan =apa kau ingat ini, apa kau tau ini= bukan malah mengirimkan
keponakan yang bahkan umurnya lebih tua dariku." ujar Lee Seol.

"Kalaupun kakekku ingin melakukannya, tapi ia tidak bisa. Ia sedang sakit." Park Hae Young
memberikan alasan yang benar.

"Whoaa.." Lee Seol memundurkan badannya. "Aku sudah tau ini akan terjadi. Apa dia
mencariku karena dia membutuhkan jantung atau ginjal untuk didonorkan?" tanya Lee Seol..
Haha..

"Hey.. Hey.. Kenapa kau berpikir seperti itu." ucap Park Hae Young.

Lee Seol mendekatkan wajahnya pada Park Hae Young, "Hey, kenapa kau memanggilku hey.
Kau bilang aku ini adalah bibimu. Tunggu, apa dia kaya? Aku paling tidak suka menjadi
seorang anak yang juga sekaligus tulang punggung keluarga. Kau tau, aku sudah sangat
menderita saat ini. Aku harus pergi kuliah dan kerja paruh waktu. Kalau aku harus
menambahkan satu orang lagi yang harus aku biayai, maka hidupku akan bertambah sulit."

"Lihat aku, apa aku terlihat seperti orang miskin. Ini bukan joke, cepat bereskan barang-
barangmu."

Lee Seol dan Park Hae Young menemui profesor Nam Jung Woo. Park Hae Young berkata
sinis pada profesor, "Aku akan meminta bantuanmu, ini menyangkut kehidupan Lee Seol jadi
kami harus pergi. Dan aku minta padamu untuk menjaga tempat ini sementara waktu."

Lee Seol kesal mendengar Park Hae Young mengatakan salam perpisahan yang tidak sopan
seperti itu. "Ini adalah urusanku jadi biarkan aku sendiri yang mengatasinya." ucap Lee Seol
pada Park Hae Young.

Lee Seol tersenyum pada prof kemudian ia mengatakan, "Proffesor, seperti yang sudah dia
katakan, bahwa ada hal yang penting yang harus aku selesaikan, jadi aku harus pergi."

Karena tidak sabar, maka Park Hae Young langsung menarik tangan Lee Seol dan berjalan
cepat menuju mobil. "Apa kau ingin mengucapkan salam perpisahan itu seharian penuh."

Lee Seol berusaha untuk tetap memberikan salam, ia membungkuk.

"Kau tidak perlu seperti itu, karena nantinya, dia yang akan lebih menghormatimu." ucap
Park Hae Young.

Di perjalanan, Lee Seol penasaran tentang sesuatu hal, ia langsung menanyakannya pada Park
Hae Young yang sedang serius mengemudi, "Sebenarnya apa pekerjaannya?" tanya Lee Seol.
"Kakekmu."

"Kakekmu?" Park Hae Young mengulang kata-kata Lee Seol, kemudian Park Hae Young
tersenyum. "Well. dia membuat seperti itu." Park Hae Young menunjuk ke sebuah
handphone canggih.
"Oah.. Jadi dia mempunya perusahaan yang bergerak di bidang pembuatan cover
handphone." ucap Lee Seol dengan polos.

Park Hae Young tersenyum mendengar hal itu. Aish, kakek Park Hae Young bukan buat
cover handphonenya, tapi handphone itu sendiri.

"Apa kau sudah membuang kartu namaku?" tanya Park Hae Young.

"Belum." Lee Seol mengambil kartu nama Park Hae Young di dalam tas.

"Baca namaku."

"Park Hae Young"

"Dan apa nama museum yang kita datangi."

"Hae Young museum." Mendengar ucapannya sendiri, Lee Seol terkejut. "Ja.. Ja. Jadi, cucu
dari perusahaan Dae Han adalah kau.."

"Ya. kakekku memberikan nama untuk museum itu, dari nama belakangku."

Lee Seol benar-benar terkejut mendengarnya.

Di pintu gerbang, saat mobil hendak masuk ke rumah besar milik Park Hae Young, lagi-lagi
Lee Seol terkagum-kagum.. Mereka sampai di rumah. Beberapa pelayan dan kakek dan juga
Ayah Yoon Joo menunggu kedatangan mereka.

Seorang asisten membuka pintu mobil Lee Seol. Kakek melihat Lee Seol, ia sangat bahagia.
Kakek berusaha untuk berdiri, walau kesusahan ia tetap berusaha berdiri.

Lee Seol cemas, "Tidak usah, kau duduk saja."

Kakek malah berlutut dan memegang erat tangan Lee Seol, kakek berkata, "Yang mulia.."
panggilnya.

Jelas sekali, bukan hanya Lee Seol yang terkaget-kaget mendengar hal itu, tapi juga Park Hae
Young.

Kakek menangis, "Yang Mulia, tidak ada yang aku inginkan selain kematian, aku sudah
melakukan dosa, Princess.."

Di rumah, Park Hae Young memaksa masuk ke sebuah ruangan. Ayah Yoon Joo tidak
memperbolehkan ia masuk, karena kakek sedang berbicara dengan Lee Seol di dalam.

"Tidak boleh ada orang lain yang masuk." ucap Ayah Yoon Joo.

"Apa aku orang lain?" tanya Park Hae Young kesal. "Sebenarnya ada apa? Kenapa bibiku
berubah menjadi Princess?" Park Hae Young benar-benar tidak mengerti tentang keadaan
yang sebenarnya terjadi. Ayah Yoon Joo juga tetap keukeuh (?) tidak memberitahukan apa
yang sudah terjadi.
Di dalam ruangan, Lee Seol melihat ke sekeliling ruangan. Ruangan besar itu benar-benar
membuatnya terkesima.

Saat hendak duduk, Lee Seol mempersilakan agar kakek duduk terlebih dulu. "Silakan
duduk."

"Silakan duduk yang mulia."

"Ah, tidak. Kau dulu saja."

"Silakan duduk yang mulia." ucap kakek lagi.

Kemudian setelah mereka berdua duduk, kakek membuka sebuah kotak. Kotak itu berisi
semua benda-benda berharga dari kerajaan kekaisaran Soon Jong. Kakek mengeluarkan
sebuah foto dan menunjukkannya pada Lee Seol.

"Apa kau mengenal siapa ini?" tanyan kakek.

"Bukankah itu kaisar Soon Jong."

"Benar sekali. Aku sangat senang kau mengenalnya. Baiklah aku akan mulai menceritakan
sebuah kisah lama padamu."

Kakek kecil

Flashback ke masa kekaisaran Soon Jong beberapa tahun yang lampau. Saat itu Kakek masih
sangat kecil, dan ayah kakek adalah orang kepercayaan Raja Soon Jong. Raja Soon Jong
memberikan selembar tulisan tangannya (Di sana tertulis Lee Young) dan benda lain pada
ayah kakek. Kaisar Soon Jong memang menyembunyikan anak pertamanya, hal itu dilakukan
karena ia tidak ingin terjadi hal yang tidak baik pada anaknya itu. Kaisar Soon Jong hanya
ingin kemerdekaan Joseon, kelak saat Kaisar Soon Jong mati, maka penerusnya adalah
anaknya sendiri.

Kembali ke kehidupan saat ini.

Kakek berkata, "Ayahku menyembunyikanku dari masyarakat dan mengirimkan uang yang
telah disiapkan oleh kaisar Soon Jong untuk Shanghai Provisionally Goverment. Tapi, aku
saat itu yang bodoh, sebelum kemerdekaan aku malah melarikan diri dengan segala hal yang
tersisa. Itulah kisahnya, Prince Lee Young adalah kakek dari yang mulia. Prince Lee Young
harus melakukan banyak hal yang sangat berat. Demi, masyarakat korea, aku meminta
maafmu Yang Mulia."

"Secara sederhana, jadi kau ingin mengatakan kalau aku adalah cicit dari Kaisar Soon Jong."
ucap Lee Seol mencoba menyederhanakan cerita kakek yang berbelit.

"Apa kau sangat terkejut?" tanya kakek.

"Tentu saja. Aku benar-benar terkejut. Saat aku kecil, mimpiku adalah ingin menjadi seorang
Princess."
"Itu bukan hanya mimpi tapi kenyataan. Saat aku kecil, Kaisar Soon Jong sangat baik, aku
sering bermain-main di pangkuannya." ucap kakek

"Whoaa. benar-benar sangat mengejutkan. Tapi, bagaimana cara membuktikan kalau aku
adalah seorang Princess? Aku tidak memiliki tanda lahir dibadanku?"

Kakek mengeluarkan foto lain. "Apa kau mengenalinya?"

"Tidak."

"Benarkah kau tidak mengenalinya."

"Maafkan aku, aku sama sekali tidak ingat masa-masa kecilku dulu."

"Ingatlah kembali Yang Mulia."

"Tidak mau."

"Ingatlah kembali. Kau harus mengingatnya." pinta Kakek dengan paksa.

"Seharusnya, kenangan itu yang datang ke pikiranku. hanya saat aku berumur 5 tahun yang
aku ingat." Lee Seol mengingat-ingat sesuatu. "Menangis keras di gang. Ah, anak kecil mana
yang tidak pernah menangis di gang. Ikatan rambut merah Strawaberi. Ah, semua anak juga
pernah memilkinya. Rumah... Helikopter.. Ah, aku tidak ingat lagi. Aku bahkan tidak bisa
mendeskripsikan apa semua itu benar-benar kenangan atau hanya mimpi atau bahkan hanya
fantasi yang aku buat." keluh Lee Seol.

Kakek kembali mengeluarkan sesuatu dari kotak itu. "Sebaiknya kau membukanya."

Perlahan Lee Seol membuka benda yang diberikan kakek, isinya adalah sebuah ikat rambut
strawberry warna merah jambu. Seperti yang disebutkan oleh Lee Seol tadi, Lee Seol
mengingat tentang ikat rambut itu.

Kakek tersenyum dan berkata pada foto yang dipegangnya. "Yang Mulia, aku sudah
menemukan Princess."

Dengan ragu Lee Seol bertanya, "Maksudmu itu adalah ayahku?"

"Kau sama sekali tidak mengenalinya?"

"Tidak. Lalu dimana ia sekarang?" tanya Lee Seol.

Kakek diam tidak menjawab.

"Dimana dia? Kalau aku bertemu dengannya mungkin, ia akan mengenaliku."

"Maafkan aku, aku sudah melakukan tindakan yang salah pada Yang Mulia. Yang Mulia
tidak hidup lama di dunia ini." jawab Kakek dengan menyesal.
Lee Seol terkejut mendengarnya, sudah sangat lama ia menunggu ayahnya tapi ternyata ayah
Lee Seol sudah lama mati.

Lee Seol yang tidak menerima apa yang ia dengar, segera berjalan cepat keluar ruangan. Lee
Seol tidak memperhatikan panggilan kakek.

Di luar, Park Hae Young menunggu dengan gelisah. Lee Seol berlari melewati Park Hae
Young. Tapi kemudian Park Hae Young segera mencegatnya.

"Apa pembicaraanmu dengan kakek sudah selesai? Apa yang ia katakan padamu?" tanya
Park Hae Young.

"Ayahku sudah meninggal dan aku adalah seorang Princess. Apa itu masuk akal." Lee Seol
menahan tangisnya. "Kakekmu sakit kan? Ia pasti salah." ucap Lee Seol seraya berlari
meninggalkan Park Hae Young.

Park Hae Young tertegun, kemudian Park Hae Young menyusul Lee Seol dengan mobilnya.

"Masuklah." ucap Park Hae Young setelah turun dari mobil.

Lee Seol menangis. Ia tidak terima kalau ayahnya sudah tidak ada. "Itu bukan ayahku.
Ayahku berjanji akan segera kembali." tangisnya semakin keras. "Dia tidak boleh
meninggalkanku. Dia tidak boleh mati begitu saja.."

Park Hae Young memeluk Lee Seol, berharap tangis Lee Seol segera mereda.

Park Hae Young mengantar Seol ke rumah Dan-ah (kakak Lee Seol.) Lee Seol akan
membuka pintu dengan kode tapi kemudian ia teringat kalau Dan-ah sudah mengganti kode
itu. Dan-ah sengaja mengganti kode pintu rumah agar Lee Seol tidak bisa masuk ke rumah.
"Ah, aku benar-benar akan gila." keluh Lee Seol.

Lee Seol duduk di depan pintu, ia menelungkupkan tangan dan wajahnya.

Park Hae Young bertanya "Kau bahkan tidak memiliki kunci rumahmu sendiri."

"Dia sudah mengganti kodenya." Lee Seol berkata, "Ah, kalau aku menelponnya, pasti akan
langsung di-reject."

"Apa kau memiliki hubungan yang tidak baik dengannya."

"Saudara memang seperti itu, selalu bertengkar." jawab Lee Seol.

"Apa dia adalah saudara kandung dari orang tuamu?" tanya Park Hae Young.

"Bukan, dia juga anak adopsi ibu, sama sepertiku. Umurnya sama denganku. Kami sebaya,
walaupun begitu, ibu berkata bahwa diantara kami harus ada seorang kakak dan adik. Ibu
menyuruh kami untuk -suit-gunting-kertas-batu- dan aku kalah." jawab Lee Seol.

"Pulanglah." suruh Lee Seol pada Park Hae Young. "Aku sudah tidak punya tempat untuk
pulang."
"Baiklah. ikut aku." ajak Park Hae Young seraya menarik tangan Lee Seol.

Park Hae Young mengajak Lee Seol untuk ke rumahnya. Park Hae Young menyambut Lee
Seol dengan ramah.

"Copot sepatumu disitu." ucap Park Hae Young.

Lee Seol melakukan hal yang disuruh Park Hae Young.

"Masuklah."

"Apa ini rumahmu?" tanya Lee Seol.

"Kau tidak lihat? orang-orang didepan tadi memberi hormat padaku?" jawab Park Hae
Young.

Park Hae Young menunjukkan kamar tamu pada Lee Seol.

"Ini kamar tamu. Dan sebelah sana adalah kamar mandi."

"Terima kasih." ucap Lee Seol.

"Ah, tidak, tidak, tidak.. Ini adalah salah satu pelayanan kami. Dan ini adalah kamar Royal
Grand Executive Presidential Suite." Park Hae Young menirukan seperti yang pernah
dilakukan Lee Seol padanya. Berharap agar Lee Seol kembali tersenyum, tapi ternyata tidak.
Lee Seol masih memikirkan kejadian tadi.

"Aku akan ke kamar mandi terlebih dulu." ucap Lee Seol, ia menaruh tasnya di sofa
kemudian berjalan ke kamar mandi.

"Dan, biaya air panas 5 dolar." kata Park Hae Young.

Di kamar mandi, tepat di depan kaca, Lee Seol berkata pada dirinya sendiri. "Ayahku belum
mati. Ia akan kembali untukku."

Park Hae Young menyediakan makan malam untuk Lee Seol. Saat tengah makan, ternyata
Yoon Joo akan berkunjung ke rumah Park Hae Young. Parahnya, haaha.. Yoon Joo sudah ada
di depan rumah Park Hae Young.

Mau tidak mau Park Hae Young harus menyembunyikan Lee Seol. Ia memaksa Lee Seol
untuk bersembunyi di dalam kamar. Terpaksa Lee Seol makan di dalam kamar.

Yoon Joo membunyikan bel, dengan gugup Park Hae Young membuka pintu. Ia mencoba
bersikap wajar. Yoon Joo datang untuk menanyakan mengenai hal yang berkaitan dengan
Lee Seol.

Lee Seol sedang asyik makan di dalam kamar, tiba-tiba perutnya terasa sakit. Haha.. *sumpah
ngakak total* Lee Seol harus ke kamar mandi saat itu juga.. Lee Seol mencoba
memberitahukan Park Hae Young, kalau dirinya harus ke kamar mandi. Lee Seol juga
menyuruh, agar Park Hae Young mengajak Yoon Joo untuk segera pulang.
Terpaksa, dengan gugup Park Hae Young menyuruh Yoon Joo pulang. Belum sempat Yoon
Joo keluar dari rumah, di pintu ia melihat sepatu Lee Seol.

Dari kamar, karena sudah tidak tahan Lee Seol menjerit, "Aaah.. Perutku." ucapnya seraya
berlari ke luar kamar. Alhasil Yoon Joo mengetahui keberadaan Lee Seol di rumah Park Hae
Young.

Episode 3

"Ah, perutku.." jerit Lee Seol seraya berlari ke kamar mandi.

Park Hae Young salah tingkah dan Oh Yoon Joo terkejut. Oh Yoon Joo selalu bisa menutupi
rasa keterkejutannya. Karakter yang selalu bisa menipu orang lain, apa yang sedang
dirasakannya engga terlalu tampak jelas di wajahnya.

"Apa direktur sudah pergi? Maaf aku terburu-buru!" teriak Lee Seol dari dalam kamar mandi.
Beberapa menit kemudian, Lee Seol keluar dari kamar mandi dengan tersenyum. "Ah,
leganyaaa.."

Betapa terkejutnya Lee Seol saat mengetahui ternyata Oh Yoon Joo masih ada di rumah Park
Hae Young.

"Ke..kenapa kau masih ada di situ? Oh, aku kiraa tadi aku mendengar suara pintu ditutup."
ucap Lee Seol.

"Bisakah kau kembali kedalam?" pinta Park Hae Young.

"It's okay." kata Yoon Joo. "Kita bertemu lagi."

Lee Seol hanya memaksakan tawanya.

"Oppa, aku baru menyadari kau memiliki sisi seperti ini. Kau sangat cute oppa." ucap Yoon
Joo menatap Park Hae Young. Cute? Bahasa lain dari cemburu. Gzz..

"Aku harap kau tidak salah paham." ucap Park Hae Young, ia menyadari sinyal-sinyal tidak
baik dari Oh Yoon Joo. haha.. Akhir-akhir ini saya terlalu lebay kalau menulis sesuatu.

"Aku akan pergi, tidak perlu mengantarkanku." jawab Oh Yoon Joo seraya keluar dari rumah.

Setelah Yoon Joo pergi, Lee Seol segera bersembunyi di balik tembok. Ia takut Park Hae
Young marah besar. "Hey, ingat aku sudah melakukan yang terbaik." ungkap Lee Seol.

"Sudahlah. Apa kau sudah lega sekarang? Huh?" Park Hae Young pasrah.

Lee Seol tersenyum.. "Whoa.. Tapi tadi direktur Oh sangat cool."

"Apa menurut wanita hal seperti itu cool?"

Oh Yoon Joo mencoba menenangkan dirinya dan ia pergi ke tempat profesor Nam Jung Woo.
Sesampainya di tempat Profesor, Oh Yoon Joo langsung memeluk profesor dan berkata,
"Moodku sedang tidak baik dan aku butuh rasa nyaman." Ish, Oh Yoon Joo datang cuma buat
memperalat profesor.

Pagi harinya, Oh Yoon Joo yang menginap di tempat profesor Nam Jung Woo mendapat
telepon dari kantor. Telepon yang membuatnya sangat terkejut.

"Apa? Benarkah?"

Setelah mendapat informasi yang sangat mengejutkan itu, Oh Yoon Joo segera menemui Park
Hae Young.

"Masalah besar." ucap Oh Yoon Joo dengan terburu-buru.

"Ada masalah apa?" tanya Park Hae Young tidak mengerti.

"Bagaimanapun caranya kita harus menghentikan presiden." (Presiden=kakek Park Hae
Young.) "Presiden sedang melakukan interview mengenai dibangunnya kembali keluarga
kerajaan."

"Apa? Kakek??" Park Hae Young terkejut mendengar berita itu.

Presiden dari Dae Han Group (Kakek Park Hae Young) tengah mengadakan interview public,
tentang rencana pembentukan kembali keluarga kerajaan. Ia juga mengumumkan kalau
seluruh hartanya akan ia sumbangkan pada publik. Pembentukan kembali keluarga kerajaan
merupakan sesuatu hal yang sangat penting bagi kakek Park Hae Young, semacam menebus
dosa atas dirinya yang tidak mampu bertanggung jawab dengan baik saat masa pemerintahan
kerajaan dulu.

Dan pembentukan keluarga kerajaan, bukan hanya mengancam keduduk Park Hae Young
tapi hartanya warisannya juga akan hilang. Park Hae Young yang merupakan cucu laki-laki
dari presiden Dae Han Group (kakek Park Hae Young.) yang berarti juga merupakan ahli
waris syah dari semua kekayaan yang dimiliki ayahnya, warisan itu akan terancam hilang
karena statement yang dibuat kakek (presiden Dae Han Group) di depan khalayak umum.

Penduduk korea yang mendengar berita tentang, Presiden Dae Han Group akan memberikan
semua hartanya pada publik, masing-masing dari mereka beranggapan apa semua itu benar,
apa ia akan benar-benar memberikan hartanya pada public, apa yang terjadi dengan
perusahaan Dae Han. Yah, dengan berita seperti itu, banyak rumor yang akan beredar.



Park Hae Young sulit untuk menghubungi Lee Seol, ia harus melindungi Lee Seol dari
reporter. Park Hae Young mencari Lee Seol di kampusnya. Ia pergi ke ruang tunggu. Di
ruang tunggu, Lee Seol tengah menonton berita sama seperti mahasiswa lain. Lee Seol
tercengang dengan berita itu.

Park Hae Young kesal, ia belum juga bisa menemukan Lee Seol. Kemudian saat melihat Lee
Seol di ruang tunggu, Park Hae Young segera menarik Lee Seol dan ia marah-marah,
"kenapa handphonemu tidak kau aktifkan? Apa kau membawa-bawa handphone hanya untuk
aksesories? Huh?"
Semua orang yang ada diruang tunggu itu memperhatikan mereka.

"Ah, handphoneku. Maaf. Tapi, apa kau tidak lihat berita itu. Mereka membicarakan tentang
kakek." jawab Lee Seol.

"Sudahlah. Ayo kita pergi." Park Hae Young menarik tangan Lee Seol dengan paksa.

Saat hendak membawa Lee Seol pergi, seketika itu juga banyak karyawan yang menyerbu
Park Hae Young. Park Hae Young yang melihat kedatangan wartawan segera melindungi Lee
Seol. Ia menyembunyikan kepala Lee Seol dibalik jasnya. Park Hae Young berkata pada Lee
Seol, "Kalau wajahmu sampai terpotret maka hidupmu akan bertambah sulit."

Lee Seol tidak mengerti kenapa wartawan itu menyerbu mereka, "Apa pertanyaan aneh yang
ditanyakan mereka?"

"Sudahlah.."

Park Hae Young menutup wajah Lee Seol. Ia tidak banyak bicara dengan para wartawan
yang heboh menanyakan tentang tanggapan Park Hae Young mengenai interview publik yang
diadakan kakeknya.

"Mohon berikan kami jalan.." ucap Park Hae Young seraya berjalan cepat, ia masih menutup
wajah Lee Seol agar tidak diketahui oleh para wartawan.

Kemudian dengan kesempatan yang ada, Park Hae Young dan Lee Seol berlari cepat. Mereka
harus menghindari para wartawan. Park Hae Young dan Lee Seol berlari untuk sampai ke
parkiran mobil. Melihat mereka berdua berlari, tentu saja para wartawan tidak kalah cepat,
mereka berlari mengikui Park Hae Young dan Lee Seol.

Kampus menjadi sangat ricuh. Profesor Nam Jung Woo merasa penasaran dengan apa yang
sudah terjadi dan ia mengawasi dari kejauhan.

Sesampainya di parkiran mobil, Park Hae Young mendorong Lee Seol untuk masuk ke dalam
mobil. Pintu mobil dikunci dan wartawan dengan cepat menyerbu Park Hae Young.

Para wartawan bertanya, "Siapa wanita yang ada di dalam?" "Bagaimana tanggapanmu
mengenai statemen Presiden Dae Han group?" "Kami ingin mengetahui siapa wanita itu?"

Park Hae Young mencoba berkilah, ia mengatakan "Aku sedang tidak ingin berpose di depan
kamera. Dengan semua masalah yang timbul, rasa malu sedang menghantamku." ucap Park
Hae Young. "Cukup-cukup. Kalian sudah mendapatkan informasi dan gambar yang cukup.."
Park Hae Young hendak masuk ke dalam mobil tapi Reporter Yoo Gi Gwang datang.

Reporter Yoo Gi Gwang adalah salah satu reporter yang disegani. Ia selalu membuat berita
yang booming dan selalu bisa menjadikan suatu berita biasa menjadi hal yang luar biasa dan
setajam... (jjah..)

Reporter Yoo Gi Gwang berkata, "Kita bertemu lagi diplomat Park Hae Young."
"Oh, kau Reporter Yoo Gi Gwang." Park Hae Young tidak menyukai kedatangan Reporter
Yoo Gi Gwang.

"Sepertinya kau masih belum bisa bagaimana cara menghandle wartawan?"

Di dalam mobil Lee Seol mendapatkan telepon dari temannya,

"Hey, apa semua ini candaan? Apa kau memiliki pacar dan tidak memberitahu kami?" tanya
teman Lee Seol. Karena semua keributan yang sudah terjadi, teman-teman Lee Seol
penasaran dengan kebenaran yang ada.

"Ah, bagaimana kau bisa bilang seperti itu. Cintaku adalah sebuah kesetiaan. Dan aku masih
tidak akan menyerah untuk mendapatkan Nam Jung Woo." jawab Lee Seol.

"Hei. Hei. Kau sedang tidak berbicara di depan Nam Jung Woo kan?" tanya Lee Seol.

"Karena kekacauan ini pelajaran belum dimulai. Dan kau tidak tau? Kalau profesor
mengawasimu dari jauh?"

"Apa? Benarkah? Sudahlah, aku akan menutup teleponnya." jawab Lee Seol. Ia menutup
teleponnya dan teman-temannya kecewa tidak mendapat keterangan yang jelas.

Lee Seol mencari-cari keberadaan profesor. "Dimana dia?" ucapnya seraya melihat sekeliling
dari balik kaca mobil.



Reporter Yoo Gi Gwang berkata, "Baiklah aku akan mencoba untuk meluruskan hal ini.
Bukan kah wanita yang ada di dalam mobil adalah princess?"

Semuar reporter yang mendengar hal itu heboh. Mereka langsung meminta konfirmaasi dari
Park Hae Young, "Apa wanita itu adalah princess? Dan dia bukan prince?" "Kenapa kau
menyembunyikannya?"

Park Hae Young kesal dengan Reporter Yoo Gi Gwang. Keadaannya memaksanya untuk
membuat satu kebohongan publik. Park Hae Young berkata, "Wanita yang didalam mobil ini
adalah wanitaku." jawab Park Hae Young.

Whoa.. Reporter bertambah gencar untuk memotret Park Hae Young. "Dia hanya seorang
mahasiswa yang aneh. Yang bahkan tidak tau siapa diriku dan tidak tau kenapa ia harus
bersembunyi seperti itu. Dia sangat naive. Dan ia akan sangat terkejut dengan semua hal yang
terjadi hari ini. Baiklah." Park Hae Young segera masuk ke dalam mobil. Ia tidak peduli
dengan banyak pertanyaan yang muncul dari para wartawan.

Park Hae Young melajukan mobilnya dengan cepat. Ia menuju ke hotel bintang lima milik
Dae Han Group. Sesampainya di depan hotel, Park Hae Young segera menyuruh para
penjaga untuk memanggil para pengawal untuk memblock jalan masuk ke dalam hotel.

Park Hae Young membukakan pintu mobil dan dengan cepat ia menarik tangan Lee Seol. Lee
Seol terkejut.
"Ayo cepat." suruh Park Hae Young. Mereka harus buru-buru masuk ke dalam hotel kalau
tidak, para wartawan akan segera menangkap mereka. (?)

"Apa ada masalah antara keluargaku dengan keluargamu?" pertanyaan aneh dari Lee Seol.

"Sudahlah. Tidak ada apa-apa.." jawab Park Hae Young, ia menarik paksa Lee Seol untuk
masuk ke dalam hotel.

Para wartawan tidak berhasil mengejar Park Hae Young dan Lee Seol, mereka tidak
diperbolehkan masuk. Banyak pengawal yang menjaga ketat pintu masuk hotel. Reporter
Yoo Gi Gwang kesal, karena ia tidak berhasil mendapatkan informasi yang jelas.

Park Hae Young dan Lee Seol sampai di depan pintu kamar mewah di hotel bintang lima
milik Dae Han Young. Park Hae Young menarik tangan Lee Seol dengan paksa, Lee Seol
curiga. Ia melepaskan tangannya dari genggaman tangan Park Hae Young dan melindungi
dirinya. "Apa yang akan kau lakukan?!"

"Ayo cepat masuk.." ucap Park Hae Young.

Park Hae Young aneh melihat ekspresi Lee Seol yang curiga padanya. "Hey, ekspresi apa
itu?"

"Kau sudah menjatuhkan reputasiku." jawab Lee Seol. Haha.. Kalau seorang pria mengajak
seorang wanita masuk ke dalam hotel, itu sama artinya mereka sudah menjatuhkan reputasi
sang wanita.

"Apa maksudmu? Sampai kapan kau akan---" perkataan Park Hae Young terputus, karena
tanpa sengaja Lee Seol memukul Park Hae Young.

Lee Seol tidak bermaksud untuk memukul wajah Park Hae Young, ia hanya berusaha untuk
melepaskan tangannya dari genggaman tangan Park Hae Young.

Park Hae Young merintih kesakitan dan Lee Seol merasa bersalah.. "Maaf.."

Mereka berada di dalam kamar hotel.

Park Hae Young tengah membersihkan luka di dekat bibirnya dengan sapu tangan.

"Apa sangat sakit?" tanya Lee Seol pelan.

"Kau.. Kau benar-benar bisa taekwondo? Kenapa kau melayangkan tinju ke arahku?" jawab
Park Hae Young kesal.

Lee Seol tersenyum, "Aku memang seperti itu. Kadang saat melihat ketidak adilan, aku selalu
melayangkan tinju tanpa memikirkannya terlebih dulu." Lee Seol mempraktekan diri, ia
hendak melayangkan tinju. Melihat hal itu, Park Hae Young segera menghindar.

Lee Seol tertawa. "Hei, kenapa kau ketakutan?"

"Apa maksudmu? Itu hanya gerakan refleks."
KerajaanBaru
KerajaanBaru
KerajaanBaru
KerajaanBaru
KerajaanBaru
KerajaanBaru
KerajaanBaru
KerajaanBaru
KerajaanBaru
KerajaanBaru
KerajaanBaru
KerajaanBaru
KerajaanBaru
KerajaanBaru
KerajaanBaru
KerajaanBaru
KerajaanBaru
KerajaanBaru
KerajaanBaru
KerajaanBaru
KerajaanBaru
KerajaanBaru
KerajaanBaru
KerajaanBaru
KerajaanBaru
KerajaanBaru
KerajaanBaru
KerajaanBaru
KerajaanBaru
KerajaanBaru
KerajaanBaru
KerajaanBaru
KerajaanBaru
KerajaanBaru
KerajaanBaru
KerajaanBaru
KerajaanBaru
KerajaanBaru
KerajaanBaru
KerajaanBaru
KerajaanBaru
KerajaanBaru
KerajaanBaru
KerajaanBaru
KerajaanBaru
KerajaanBaru
KerajaanBaru
KerajaanBaru
KerajaanBaru
KerajaanBaru
KerajaanBaru
KerajaanBaru
KerajaanBaru
KerajaanBaru
KerajaanBaru
KerajaanBaru
KerajaanBaru
KerajaanBaru
KerajaanBaru
KerajaanBaru
KerajaanBaru
KerajaanBaru
KerajaanBaru
KerajaanBaru
KerajaanBaru
KerajaanBaru
KerajaanBaru
KerajaanBaru
KerajaanBaru
KerajaanBaru
KerajaanBaru
KerajaanBaru
KerajaanBaru
KerajaanBaru
KerajaanBaru
KerajaanBaru
KerajaanBaru
KerajaanBaru
KerajaanBaru
KerajaanBaru
KerajaanBaru
KerajaanBaru
KerajaanBaru
KerajaanBaru
KerajaanBaru
KerajaanBaru
KerajaanBaru
KerajaanBaru
KerajaanBaru
KerajaanBaru
KerajaanBaru
KerajaanBaru
KerajaanBaru
KerajaanBaru
KerajaanBaru
KerajaanBaru
KerajaanBaru
KerajaanBaru
KerajaanBaru
KerajaanBaru
KerajaanBaru
KerajaanBaru
KerajaanBaru
KerajaanBaru
KerajaanBaru
KerajaanBaru
KerajaanBaru
KerajaanBaru
KerajaanBaru
KerajaanBaru
KerajaanBaru
KerajaanBaru
KerajaanBaru
KerajaanBaru
KerajaanBaru
KerajaanBaru
KerajaanBaru
KerajaanBaru
KerajaanBaru
KerajaanBaru
KerajaanBaru
KerajaanBaru
KerajaanBaru
KerajaanBaru
KerajaanBaru
KerajaanBaru
KerajaanBaru

Más contenido relacionado

Destacado

PEPSICO Presentation to CAGNY Conference Feb 2024
PEPSICO Presentation to CAGNY Conference Feb 2024PEPSICO Presentation to CAGNY Conference Feb 2024
PEPSICO Presentation to CAGNY Conference Feb 2024Neil Kimberley
 
Content Methodology: A Best Practices Report (Webinar)
Content Methodology: A Best Practices Report (Webinar)Content Methodology: A Best Practices Report (Webinar)
Content Methodology: A Best Practices Report (Webinar)contently
 
How to Prepare For a Successful Job Search for 2024
How to Prepare For a Successful Job Search for 2024How to Prepare For a Successful Job Search for 2024
How to Prepare For a Successful Job Search for 2024Albert Qian
 
Social Media Marketing Trends 2024 // The Global Indie Insights
Social Media Marketing Trends 2024 // The Global Indie InsightsSocial Media Marketing Trends 2024 // The Global Indie Insights
Social Media Marketing Trends 2024 // The Global Indie InsightsKurio // The Social Media Age(ncy)
 
Trends In Paid Search: Navigating The Digital Landscape In 2024
Trends In Paid Search: Navigating The Digital Landscape In 2024Trends In Paid Search: Navigating The Digital Landscape In 2024
Trends In Paid Search: Navigating The Digital Landscape In 2024Search Engine Journal
 
5 Public speaking tips from TED - Visualized summary
5 Public speaking tips from TED - Visualized summary5 Public speaking tips from TED - Visualized summary
5 Public speaking tips from TED - Visualized summarySpeakerHub
 
ChatGPT and the Future of Work - Clark Boyd
ChatGPT and the Future of Work - Clark Boyd ChatGPT and the Future of Work - Clark Boyd
ChatGPT and the Future of Work - Clark Boyd Clark Boyd
 
Getting into the tech field. what next
Getting into the tech field. what next Getting into the tech field. what next
Getting into the tech field. what next Tessa Mero
 
Google's Just Not That Into You: Understanding Core Updates & Search Intent
Google's Just Not That Into You: Understanding Core Updates & Search IntentGoogle's Just Not That Into You: Understanding Core Updates & Search Intent
Google's Just Not That Into You: Understanding Core Updates & Search IntentLily Ray
 
Time Management & Productivity - Best Practices
Time Management & Productivity -  Best PracticesTime Management & Productivity -  Best Practices
Time Management & Productivity - Best PracticesVit Horky
 
The six step guide to practical project management
The six step guide to practical project managementThe six step guide to practical project management
The six step guide to practical project managementMindGenius
 
Beginners Guide to TikTok for Search - Rachel Pearson - We are Tilt __ Bright...
Beginners Guide to TikTok for Search - Rachel Pearson - We are Tilt __ Bright...Beginners Guide to TikTok for Search - Rachel Pearson - We are Tilt __ Bright...
Beginners Guide to TikTok for Search - Rachel Pearson - We are Tilt __ Bright...RachelPearson36
 
Unlocking the Power of ChatGPT and AI in Testing - A Real-World Look, present...
Unlocking the Power of ChatGPT and AI in Testing - A Real-World Look, present...Unlocking the Power of ChatGPT and AI in Testing - A Real-World Look, present...
Unlocking the Power of ChatGPT and AI in Testing - A Real-World Look, present...Applitools
 
12 Ways to Increase Your Influence at Work
12 Ways to Increase Your Influence at Work12 Ways to Increase Your Influence at Work
12 Ways to Increase Your Influence at WorkGetSmarter
 
Ride the Storm: Navigating Through Unstable Periods / Katerina Rudko (Belka G...
Ride the Storm: Navigating Through Unstable Periods / Katerina Rudko (Belka G...Ride the Storm: Navigating Through Unstable Periods / Katerina Rudko (Belka G...
Ride the Storm: Navigating Through Unstable Periods / Katerina Rudko (Belka G...DevGAMM Conference
 

Destacado (20)

Skeleton Culture Code
Skeleton Culture CodeSkeleton Culture Code
Skeleton Culture Code
 
PEPSICO Presentation to CAGNY Conference Feb 2024
PEPSICO Presentation to CAGNY Conference Feb 2024PEPSICO Presentation to CAGNY Conference Feb 2024
PEPSICO Presentation to CAGNY Conference Feb 2024
 
Content Methodology: A Best Practices Report (Webinar)
Content Methodology: A Best Practices Report (Webinar)Content Methodology: A Best Practices Report (Webinar)
Content Methodology: A Best Practices Report (Webinar)
 
How to Prepare For a Successful Job Search for 2024
How to Prepare For a Successful Job Search for 2024How to Prepare For a Successful Job Search for 2024
How to Prepare For a Successful Job Search for 2024
 
Social Media Marketing Trends 2024 // The Global Indie Insights
Social Media Marketing Trends 2024 // The Global Indie InsightsSocial Media Marketing Trends 2024 // The Global Indie Insights
Social Media Marketing Trends 2024 // The Global Indie Insights
 
Trends In Paid Search: Navigating The Digital Landscape In 2024
Trends In Paid Search: Navigating The Digital Landscape In 2024Trends In Paid Search: Navigating The Digital Landscape In 2024
Trends In Paid Search: Navigating The Digital Landscape In 2024
 
5 Public speaking tips from TED - Visualized summary
5 Public speaking tips from TED - Visualized summary5 Public speaking tips from TED - Visualized summary
5 Public speaking tips from TED - Visualized summary
 
ChatGPT and the Future of Work - Clark Boyd
ChatGPT and the Future of Work - Clark Boyd ChatGPT and the Future of Work - Clark Boyd
ChatGPT and the Future of Work - Clark Boyd
 
Getting into the tech field. what next
Getting into the tech field. what next Getting into the tech field. what next
Getting into the tech field. what next
 
Google's Just Not That Into You: Understanding Core Updates & Search Intent
Google's Just Not That Into You: Understanding Core Updates & Search IntentGoogle's Just Not That Into You: Understanding Core Updates & Search Intent
Google's Just Not That Into You: Understanding Core Updates & Search Intent
 
How to have difficult conversations
How to have difficult conversations How to have difficult conversations
How to have difficult conversations
 
Introduction to Data Science
Introduction to Data ScienceIntroduction to Data Science
Introduction to Data Science
 
Time Management & Productivity - Best Practices
Time Management & Productivity -  Best PracticesTime Management & Productivity -  Best Practices
Time Management & Productivity - Best Practices
 
The six step guide to practical project management
The six step guide to practical project managementThe six step guide to practical project management
The six step guide to practical project management
 
Beginners Guide to TikTok for Search - Rachel Pearson - We are Tilt __ Bright...
Beginners Guide to TikTok for Search - Rachel Pearson - We are Tilt __ Bright...Beginners Guide to TikTok for Search - Rachel Pearson - We are Tilt __ Bright...
Beginners Guide to TikTok for Search - Rachel Pearson - We are Tilt __ Bright...
 
Unlocking the Power of ChatGPT and AI in Testing - A Real-World Look, present...
Unlocking the Power of ChatGPT and AI in Testing - A Real-World Look, present...Unlocking the Power of ChatGPT and AI in Testing - A Real-World Look, present...
Unlocking the Power of ChatGPT and AI in Testing - A Real-World Look, present...
 
12 Ways to Increase Your Influence at Work
12 Ways to Increase Your Influence at Work12 Ways to Increase Your Influence at Work
12 Ways to Increase Your Influence at Work
 
ChatGPT webinar slides
ChatGPT webinar slidesChatGPT webinar slides
ChatGPT webinar slides
 
More than Just Lines on a Map: Best Practices for U.S Bike Routes
More than Just Lines on a Map: Best Practices for U.S Bike RoutesMore than Just Lines on a Map: Best Practices for U.S Bike Routes
More than Just Lines on a Map: Best Practices for U.S Bike Routes
 
Ride the Storm: Navigating Through Unstable Periods / Katerina Rudko (Belka G...
Ride the Storm: Navigating Through Unstable Periods / Katerina Rudko (Belka G...Ride the Storm: Navigating Through Unstable Periods / Katerina Rudko (Belka G...
Ride the Storm: Navigating Through Unstable Periods / Katerina Rudko (Belka G...
 

KerajaanBaru

  • 1. Episode 1 Part 1 Ada sebuah perayaan mengenai budaya korea saat itu. Berbagai kebudayaan khas Korea dipamerkan dengan cara yang sangat keren. Whoaa.. keren... Lee Seol mengambil kerja paruh waktu di acara perayaan itu. Ia bekerja sebagai putri bangsawan palsu, dengan mengenakan segala atribut putri khas korea. Lee Seol menjadi putri bangsawan dengan maksud sebagai objek kemakmuran Korea. Lee Seol berjalan menaiki tangga dengan anggun. Layaknya seorang putri kerajaan, dayang- dayang mengikutinya dibelakang. Perayaan besar dimulai dengan ditandai oleh suara dentuman gong. Dan para penari mulai menari. Lee Seol duduk ditempatnya untuk melihat pertunjukkan itu sebagaimana layaknya seorang putri raja. Tak jauh dari tempatnya duduk, Park Hae Young yang kali ini bertugas untuk mengawasi Princess Stella memberi informasi pada bawahannya. "Putri sudah tiba." ucap Park Hae Young. Princess Stella adalah tamu kehormatan, ia berasal dari luar negeri dan mengunjungi Korea untuk mengenali budayanya. Para pengunjung sangat antusias dengan acara ini, mereka mulai heboh memfoto. Lee Seol sangat menikmati acara itu. Ia tersenyum senang. Tapi, karena aksesories dikepalanya berat, hal itu membuat lehernya pegal. Lalu ia meregangkan diri dan memijat-mijat pundak dan lehernya. Pertunjukan tari selesai, dan pengunjung sudah mulai diperbolehkan untuk mengambil foto bersama Lee Seol as fake princess. Beberapa pengunjung heboh dan berlarian untuk foto bersama Lee Seol. Semua orang mulai berfoto bersama Lee Seol.. XD Karena sudah tidak ada pengunjung, maka tugas Lee Seol sudah selesai. Ia berkata pada staff yang bekerja sebagai fotografer, "Sudah selesaikan? Baiklah aku akan pergi dulu." Lee Seol segera berjalan cepat seraya mengangkat gaun besarnya. Staff itu berusaha mengejar Lee Seol, tapi Lee Seol sudah menjauh. Park Hae Young berlari menghampiri staff fotografer, ia berkata "Apa kau salah satu kordinator di acara ini?" "Ya." jawab staff itu. "Aku dari kantor diplomat." Park Hae Young menyerahkan kartu tanda pengenalnya. "Princess Stella yang mengunjungi acara ini ingin berfoto bersama putri. Aku sangat senang kalau kau bekerja sama dengan kami." "Sekarang?" "Ya"
  • 2. "Oh, My God. Putri kami sudah habis waktu bekerjanya. Aku akan mencoba untuk menelponnya." Staff itu mencoba menelpon Lee Seol, tapi tak ada balasan. Seorang teman Park Hae Young mendatanginya dan menanyakan, "Apa pemotretan sudah siap?" "Dia tidak mengangkat teleponnya. Apa yang harus aku lakukan?" ucap Staff itu. "Sebentar. Tunggu 5 menit." ucap Park Hae Young pada temannya. Park Hae Young langsung mencari Lee Seol. Ia harus cepat menemukan Lee Seol. Dan ia langsung menuju ke ruang ganti wanita. Di sana para dayang dan penari berganti pakaian. Park Hae Young langsung saja membuka pintu tanpa menghiraukan jeritan para gadis yang ada di ruangang itu. Para gadis itu tidak hanya berteriak histeris tapi juga melempari Park Hae Young dengan benda yang ada di sekitar mereka. "Ini adalah urusan diplomat. Permisi sebentar." ucap Park Hae Young, ia masuk ke dalam ruangan itu. Tidak peduli dilempari dengan banyak benda, Park Hae Young tetap masuk dan akhirnya bertemu dengan Lee Seol. Karena khawatir, Lee Seol mengambil ancang-ancang untuk memukul Park Hae Young dengan aksesories kepalanya. "Kau putri kan?" tanya Park Hae Young. "Tapi, kenapa kau tidak mengangkat teleponmu?" "Ini ruang ganti wanita." ucap Lee Seol kesal. "Siapa kau?!" "Kita harus keluar dulu dan aku akan menjelaskannya." Park Hae Young lalu menarik tangan Lee Seol dengan paksa. "Hey apa yang kau lakukan? Cepat pergi dariku." "Aku dari kantor Diplomat. Dan aku sedang dalam masalah, jadi aku akan menjelaskannya padamu nanti. Sekarang, kenapa kau tidak memperpanjang waktu kerjamu?" ucap Park Hae Young dengan masih menarik tangan Lee Seol. "Apa kau mengerti?" Lee Seol mencoba berontak, tapi tenaganya tidak cukup kuat untuk melawan. "Kau memegangi tangan seorang wanita saat kau bertemu ia pertama kali lalu berbicara padanya. Kau tau? Aku masih bisa mendengar apa yang kau katakan, tanpa kau harus memegang tanganku. Jadi lepaskan." ucap Lee Seol. Lalu Park Hae Young melepaskan tangan Lee Seol. Lee Seol berkata, "Aku tidak bisa memperpanjang waktu kerjaku." Lalu ia mencoba pergi dari Park Hae Young.
  • 3. Tapi Park Hae Young lebih dulu memegang tangannya. "Maaf. Tidak butuh waktu yang lama untuk pengambilan gambar." "Aku akan tetap menolaknya walaupun kau bilang hanya sebentar. Aku benar-benar akan telat di kerja paruh waktuku yang lain." Lee Seol menarik tangannya dari genggaman tangan Park Hae Young, tapi Park Hae Young malah semakin memegang kuat lengan Lee Seol. "Kau tidak punya waktu bahkan untuk kepentingan negaramu sendiri?!" "Kenapa kau marah?!" tanya Lee Seol heran. "Apa kau akan bertanggung jawab bila aku dikeluarkan di kerja paruh waktuku?" "Aku akan bertanggung jawab bila kau dipecat." jawab Park Hae Young. "Huh?" "Aku akan membayarmu. 100 dolar per jam. One. Hundred. Dollars." Mata Lee Seol langsung bersinar mendengar kata 100 dolar. Dan pemotretan dimulai. Lee Seol berfoto bersama Princess Stella. Dengan banyak pose yang lucu. Park Hae Young berbicara dengan temannya. Mereka mulai bergosip. Hahaa. Temannya berkata, "Berapa banyak uang yang ingin kau bayar untuk sebuah berita utama?" "Ah.. Lupakan." jawab Park Hae Young. "Kau menganggap rendah orang yang lebih tua darimu hanya karena kau adalah generasi ke- 3 dari penerus perusahaan besar?" "Apa?" "Kau tahu ada berapa banyak penyiaran berita langsung sekarang? The Blue House pasti menjadi tempat yang ricuh sekarang." "Memang selalu kacau ditempat itu." jawab Park Hae Young dengan ringan. "Ada apa sekarang?" "Pemerintah akan membangun kembali keluarga kerajaan." "Keluarga kerajaan?" tanya Park Hae Young yang mulai tertarik mendengar berita itu. "Tidak mungkin." Berita itu memang benar, saat ini pemerintah Korea tengah mengumumkan perihal pembentukkan kembali keluarga kerajaan.
  • 4. Perwakilan presiden Korea mengumumkan secara resmi. "Warga Koreaku, sepeti yang telah Presiden rencanakan. Kalian akan mengetahui tentang pembetukan kembali keluarga kerajaan dengan mengadakan pemilihan umum. Kami akan melakukan seperti yang warga Korea inginkan. Keluarga kerajaan akan dibentuk dengan pertimbangan mengenai sejarah, kekayaan dan generasi. Mari kita membentuk kembali kebudayaan kita yang telah mulai rusak karena pengaruh luar." Seperti sebuah keputusan, pasti ada kubu yang tidak setuju dengan keputusan pemerintah itu. Ketua kubu kontra ini mengatakan, "Apa ini masuk akal? Kita membangun negara kita dengan demokrasi dengan cara hal itu. President, lebih baik tidak mengurusi hal ini. Dia hanya berusaha untuk membuat semua hal ini menjadi rumit. Aku mengatakan hal ini karena ini benar-benar tidak masuk akal. Aku akan menolak dan membantai keputusan itu." Lee Seol dan putri stella berpisah. Putri Stella harus kembali ke hotel. Park Hae Young dan temannya masih membicarakan tentang keputusan pemerintah itu. "Sepertinya presiden akan terus melakukan hal itu walaupun ada kubu yang menentangnya." "Tidak mungkin. Keluarga kerajaan? Terserah." jawab Park Hae Young tidak peduli. Setelah Princess Stella pergi, Lee Seol segera mencari Park Hae Young, ia akan meminta bayaran. Dan ternyata Park Hae Young pun tak jauh dari tempatnya berdiri. Park Hae Young pun teringat untuk membayar pekerjaan Lee Seol, keduanya saling menghampiri. "Kerja bagus." ungkap Park Hae Young. "Aku hanya mengerjakan tugasku sebagai warga negara yang baik. Dan bayarannya.." ungkap Lee Seol seraya menengadahkan tangannya dan tersenyum ramah. "Sebentar." Park Hae Young mengambil cek dari dompetnya. Park Hae Young menyerahkan cek itu, kemudian ia menariknya kembali. Tapi Lee Seol sudah memegang cek itu. "Apa yang kau lakukan. Kau juga bekerja untuk negara kan? Kenapa kau berubah pikiran?" tanya Lee Seo. "Ini check sebesar 1000 dolar." jawab Park Hae Young. Lee Seol segera terkejut dan melepaskan check itu. Park Hae Young mengambil cek yang lainnya di dompet. "Aku tidak punya uang tunai. Ada kembalian?" tanya Park HaeYoung seraya memberi cek 1000 dolar. Lee Seol terdiam, kembalian? uang segitu banyaknya aja dia engga punya.. hahaa.. Park Hae Young kemudian memberikan kartu namanya. "Kau bisa mengirim pesan padaku, dan aku akan segera mengirimkan uang bayaran itu ke rekeningmu."
  • 5. Lee Seol protes. "Kau sudah berjanji untuk membayarku langsung." Handphone Park Hae Young berdering. Ia mendapat panggilan dari kakeknya, yang menyuruhnya untuk segera menemuinya. Kemudian ia segera pergi dan masuk ke dalam mobilnya. Ia tidak mempedulikan Lee Seol yang memanggil-manggil namanya. Mobil Park Hae Young menjauh dan Lee Seol mencoba mengejarnya seraya mengumpat. Park Hae Young, Kakek Park Hae Young [President Park Dong Jae] dan ayah Oh Yoon Joo sedang berada di sebuah makam. Kakek Park Hae Young memberikan penghormatan pada makam itu. Dengan tenaganya yang mulai rapuh, ia harus dibantu saat hendak melakukan penghormatan. "Kakek apa kau baik-baik saja?" tanya Park Hae Young. "Tidak perlu mencemaskanku.." jawab Kakek. "Jadi, kenapa kau datang ke sini?" tanya Park Hae Young yang tidak mengerti, kenapa kakeknya harus ke tempat seperti ini kalau ternyata kesehatannya tidak membaik. Ayah Oh Yoon Joon membantu kakek berdiri dan mengambilkan tongkatnya. "Berhenti bicara. Cepat longgarkan jasmu dan lakukan penghormatan." suruh Kakek. "Aku tidak punya banyak waktu. Aku akan segera pergi." jawab Park Hae Young. "Lagi pula, aku juga tidak tau siapa yang dimakamkan di makam ini?" Kakek tidak juga menjelaskan siapa yang ada dimakamkan di tempat itu dan kenapa Park Hae Young harus melakukan penghormatan pada makam itu. Park Hae Young kesal, "Baiklah. Aku tidak akan bertanya lagi. Setelah kau meninggal. Aku akan membangun rumah di tempat ini dan tinggal di dalamnya." Park Hae Young lalu pergi dengan kesal. Ayah Oh Yoon Joon segera berkata, "Aku akan segera mengejarnya dan memberikan pengertian padanya." Kakek hanya terdiam dan bicara pada dirinya sendiri, "Yang Mulia, pasti anda sudah menunggu waktu yang sangat lama. Sekarang semua persiapan sudah dilakukan." Lee Seol pergi tergesa-gesa ke kampus dengan sepeda, sesampainya di kampus. Ia segera pergi ke ruang organisasi. Baru saja datang, Lee Seol langsung saja membual tentang alasan kenapa ia kemarin tidak datang untuk kerja paruh waktu bersama mereka. Tapi, teman- temannya tidak percaya dengan bualan Lee Seol. Kemudian, Prof. Nam Jung Woo datang. Prof. Nam Jung Woo adalah dosen favorite Lee Seol. Melihat Prof. Nam Jung Woo saja, sudah sangat membuat Lee Seol senang bukan kepalang. Mereka segera membungkuk memberikan salam pada prof. Nam Jung Woo.
  • 6. Prof. Nam Jung Woo melihat gaya rambut Lee Seol. Lee Seol pikir Prof. Nam Jung Woo menyukainya, ia lalu berkata "Yah, Prof. Apa kau menyukai gaya seperti ini?" Prof. Nam Jung Woo tersenyum lalu ia segera berkata pada teman Lee Seol yang lain bahwa ia akan pergi minggu ini, jadi prof. Nam Jung Woo meminta untuk dicarikan hotel. Ia menolak hotel yang penuh dengan gadis-gadis karena hotel seperti itu sangat bising baginya. Yang lain langsung tertawa mendengar prof. berkata seperti itu. Di kelas sejarah dan archeologi sebagai dosen pengampu Prof. Nam Jung Woo, Lee Seol bukan memperhatikan pelajaran tapi malah terus memperhatikan prof. Nam Jung Woo. Dan siapa yang akan dinobatkan sebagai salah satu keluarga kerajaan yang baru saat ini? Tapi, beberapa sejarah mempercayai kalau Soon Jong telah menyembunyikan seorang putra. Prof. Nam Jung Woo menjelaskan tentang sejarah peradaban korea. "Dari dulu sampai sekarang raja terakhir dari Korea adalah Soon Jong. Dan kita mengetahui bahwa Soon Joon tidak memiliki garis keturunan." Ia bahkan membayangkan kalau dirinya bisa pergi bersama dengan prof. Nam Jung Woo ke mesir untuk penelitian. Lee Seol membayangkan dirinya berada di dalam peti mumi dan kemudian Prof. Nam Jung Woo menemukannya. Lee Seol pura-pura tertidur di peti itu agar prof. Nam Jung Woo bisa membangunkannya dengan sebuah ciuman. Tapi saat melihat Lee Seol memanyunkan bibirnya, prof. Nam Jung Woo malah ketakutan dan pergi. Hahaa.. Lee Seol yang berada di peti itu langsung panik, karena prof. Nam Jung Woo meninggalkan dirinya begitu saja di dalam peti. Parahnya, peti itu malah ditutup oleh prof. Nam Jung Woo. Lee Seol sangat panik. Pengandaian Lee Seol berakhir dengan teriakannya sendiri, ia berteriak tanpa sadar di tengah pelajaran, "Proffessor!!" Jelas saja teriakannya membuat seluruh mata memandang aneh ke arah Lee Seol. Termasuk Prof. Nam Jung Woo yang juga ikut terkejut mendengar teriakan Lee Seol. "Apa?" tanya Prof. Nam Jung Woo dengan ramah. "Apa?" ulang Lee Seol. "Kau baru saja memanggilku." "Ah.. Maafkan aku." ucap Lee Seol dengan malu. Ia kembali duduk. "Aku baru saja memikirkan tentang hal lain beberapa waktu yang lalu." ucapnya dengan pelan. "Kau baru saja memikirkan tentang sesuatu yang lain dan hal itu masih berkaitan denganku?" ucap prof. Nam Jung Woo seraya tersenyum. Prof. Nam Jung Woo tertawa (ih, senyumnya manis.. haha) yang lain pun ikut tertawa.
  • 7. Prof. Nam Jung Woo menutup pelajarannya. Ia tersenyum ke arah Lee Seol. Lee Seol berkata pada teman disebelah. "Lihat Lihat! Proffesor sangat senang saat aku memikirkannya." Kemudian Lee Seol tanpa sengaja melihat ke bahan ajar yang terpampang di depannya. "Itu.." Temannya menjelaskan. "Oh, kau pasti sedang tidur, jadi tidak mendengar penjelasan tentang hal itu, benarkan? Itu adalah buku Soon Jong. Itu bukan original, tapi hanya gambar. Gambar itu adalah motive dari perbuatan Prince Lee Young." Teman Lee Seol segera menyindir Lee Seol untuk tidak menggoda prof. Nam Jung Woo. Karena Nam Jung Woo sudah memiliki kekasih. Dan mereka akhirnya bergosip ria. Dari mulai di kelas sampai perjalanan pulang. Mereka membicarakan tentang pacar proffesor. Teman Lee Seol menceritakan tentang gosip yang beredar, kalau pacar proffesro sangat cantik, memiliki kulit bersih, sangat kaya dan juga muda, ia juga seorang direktur dari Hae Young Museum. Jelas saja Lee Seol cemburu mendengarnya, karena ia benar-benar sangat menyukai profesor. Lee Seol memaksa agar ia bisa ikut ke tempat temannya bekerja. Teman Lee Seol bekerja di salah satu bagian departement store yang menjual tas-tas mewah tingkat atas. Di tempat itu, Lee Seol bukannya membeli malah asik berfoto-foto dengan tas koper besar yang ada di sana. Tidak cukup uang untuk membeli koper itu, alhasil ia hanya bisa mengambil gambarnya untuk kenang-kenangan. Ia juga tidak lupa untuk mampir ke sebuah toko perhiasan. Lagi-lagi ia datang bukan untuk membeli tapi hanya melihat-lihat dan sekedar menanyakan harga kemudian berkomentar. Sampai akhirnya ia bertemu kembali dengan Park Hae Young. Park Hae Young sedang berada di toko perhiasan mewah itu untuk membeli sebuah cincin mahal. Lee Seol melihat ke arah pria yang ada di sebelahnya, ia terkejut saat tau kalau itu adalah Park Hae Young. "Oh, kau yang waktu itu." seru Lee Seol. "Oh, Princess." jawab Park Hae Young. "Katanya kau sibuk, kenapa ada di tempat ini?" "Aku sudah tidak bekerja paruh waktu lagi, kau tau. Aku sangat telat saat itu. Sekarang berikan uang ku bayaranku yang 100 dollar itu." "Aku tidak punya nomor rekeningmu." "Aku harus pulang dulu untuk mengambilnya." "Hanya 11 angka saja kau tidak bisa mengingatnya." "Ah, itu account baru."
  • 8. Park Hae Young berjalan ke arah kasir untuk membayar cincin yang dibelinya. Ia membayar langsung dengan total 6000 dolar. "Apa? Kau akan bayar langsung sebesar 6000 dolar?" Lee Seol terperangah mendengarnya. "whoa." Park Hae Young menandatangi kuitansi, lalu pelayan mengatakan kalau Park Hae Young akan mendapat hadiah kalau ia menukarkan kuitansi itu ke lantai bawah. Sebelum pergi Park Hae Young berkata pada Lee Seol, "Berapa nomor rekeningmu?" "Aku tidak ingat sekarang." jawab Lee Seol. "Baiklah, kirimi aku pesan sesuai nomor yang aku berikan di kartu tanda pengenalku. Karena aku akan segera mengirim uang bayaranmu." Lee Seol terpesona saat Park Hae Young pergi meninggalkannya. "Who.. Apa benar-benar ada orang seperti itu." Karena Lee Seol selalu berbinar saat mendengar dan melihat uang, jadi ia memutuskan untuk mengikuti Park Hae Young dari belakang. Saat di lift, baik Park Hae Young dan Lee Seol merasa kikuk satu sama lain. Hahaa.. Lee Seol mengikuti Park Hae Young sampai ke area parking. Karena merasa risih sudah diikuti seperti itu akhirnya Park Hae Young membalikan badannya dan berbicara langsung dengan Lee Seol. "Mau sampai kapan kau mengikutiku?" tanya Park Hae Young. Lee Seol tersenyum malu. "Aku tahu, kau akan terganggu dengan hal ini. Tapi taukah kau, aku sangat ingin memilikinya dari hatiku yang paling dalam." Lee Seol mendekatkan wajahnya ke arah Park Hae Young. Lalu ia memutuskan untuk tidak mengatakan hal yang ingin ia katakan. Tapi Park Hae Young penasaran dengan apa yang akan Lee Seol katakan, "Sudahlah lupakan." ucap Lee Seol seraya menunduk dan berjalan pergi. "Hey.. Kenapa seperti itu. Sepertinya kita tidak akan bertemu lagi, sebaiknya kau mengatakannya." kata Park Hae Young. Lee Seol tersenyum senang, ia lalu berbalik dan menatap Park Hae Young dengan tatapan memelas. "Benarkah? Aku boleh mengatakannya? Kau tau, kau kan baru saja mendapatkan sebuah kuitansi dari pembelian tadi. Kalau kau tidak ingin menggunakannya lebih baik kau memberikannya padaku." "Apa?" Park Hae Young tidak mengerti. Lee Seol terus berbicara dengan mendekatkan wajahnya pada Park Hae Young, Park Hae Young berusaha menghindar. hahaa..
  • 9. "Kau akan mendapatkan sebuah sertifikat pembelian saat kau melakukan transaksi lebih dari 3000. Sepertinya kau tidak terlalu memerlukannya. Dan aku sangat memerlukan hal itu. Hidupku akan menderita kalau tidak mendapatkannya." Tapi kemudian handphone Park Hae Young berdering, ia mendapat telepon dari Oh Yoon Joo, ia segera mengangkatnya. "Oh.. Oh Yoon Joo. Apa semua persiapan untuk pembukaan pameran besok sudah siap?" tanya Park Hae Young dengan ramah. Lee Seo menunggu Park Hae Young selesai menelpon dengan tatapan harap-harap cemas. Oh Yoon Joo adalah orang yang sama yang diceritakan oleh teman Lee Seol, itu artinya dia adalah orang disukai oleh proffesor. Tapi, Lee Seol tidak menyadari hal itu. Oh Yoon Joo menelpon Park Hae Young di sebuah restaurant. "Kau tau, perayaan 20 tahun anniversary akan dilaksanakan besok. Dan terimakasih untuk direktur, karena sudah membuat para pekerjaku harus bekerja keras. Aku membiarkan pegawaiku pulang lebih awal dan saat ini aku sedang mengelap meja mereka." ucap Oh Yoon Joo membual. "Oh, sudahlah. Biarkan saja, aku akan mengirimkan orang yang baru untuk membantumu." jawab Park Hae Young. "Tidak masalah. Aku juga sangat senang melakukannya. Ini bukan pekerjaan yang berat." jawab Oh Yoon Joo. Ternyata proffesor Nam Jung Woo ada janjian pertemua dengan Oh Yoon Joon tepat direstaurant itu. Prof. Nam Jung Woo melihat ke arah Oh Yoon Joon seraya tersenyum dan Oh Yoon Joon pun tersenyum ke arah professor. Proffesor memberi isyarat bahwa mereka berdua harus bicara. Oh Yoon Joon tersenyum lalu Prof. pergi. Oh Yoon Joon meneruskan pembicaraannya dengan Park Hae Young. "Oh, bagaimana kalau besok kau datang. Aku yakin rasa lelahku akan hilang kalau kau datang." "Baiklah. Aku akan menemuimu besok." sambungan terputus. Park Hae Young segera memanggil Lee Seol yang ada dibelakangnya. "Ya..Aku disini." ucap Lee Seol. Park Hae Young bertanya, "Apa kau seorang mahasiswa?" "Ya. Lihat aku, bukankah aku seperti mereka? Matamu pasti rusak." jawa Lee Seol. "Maukah kau mengerjakan pekerjaan yang akan aku berikan. Pekerjaannya tidak berat, hanya mengelap beberapa meja. Bayarannya.. Bayarannya adalah kuitansi ini dan uang 30 dollar. Bagaimana?"
  • 10. Lee Seol kembali mendekatkan wajahnya ke arah Park Hae Young, ia menatap curiga. "Apa ini ada kaitannya dengan pacarmu? Oke! Kau hanya harus menunggu disini. Dan aku akan membuat wanitamu itu memanggilmu Hubby dan honey. Okey? Tunggu sini dan jangan kemana-mana." Lee Seol mengambil kuitansi berlian itu. "Kau tidak akan tau apa yang aku lakukan..." ucap Lee Seol seraya pergi meninggalkan Park Hae Young. Park Hae Young tersenyum sendiri mendengar kalau Oh Yoon Joon akan mengatakan Hubby dan Honey kepadanya. Benar saja. Park Hae Young menunggu Lee Seol, karena Lee Seol tak kunjung datang ia berkata, "Aku bodoh sekali, harus menunggunya seperti ini." Park Hae Young hendak masuk ke dalam mobilnya. Tapi dari kejauhan Lee Seol memanggilnya. "Tunggu.. Tunggu.." ucap Lee Seol. "Kau bahkan tidak bisa menunggu selama 3 menit. Kalau seperti itu kau tidak akan bisa memakan mie ramen selama hidupmu." Lee Seol menyerahkan hasil yang ia dapat pada Park Hae Young. Park Hae Young heran dengan apa yang diterimanya, "Lap?" "Apa kau bodoh?" ucap Lee Seol dengan nafas yang tidak beraturan, ia sudah berlari sedari tadi agar Park Hae Young tidak menunggu lama. "Bodoh?" Park Hae Young tertawa mengejek. "Sepertinya kau belum juga mengerti." "Sudahlah. Kau pasti orang kaya, dan wanitamu itu pasti kaya juga. Kau pikir dengan uang dan membelikan cincin wanita kaya itu akan luluh dan tersentuh? Biasanya ketika seorang wanita diberikan sebuah benda yang tidak ia duga.. Hal itu.." Lee Seol mendramatisir. "Hal itu akan membuatnya sangat tersentuh. Jadi, pergilah dan bersihkan meja-meja itu dengan dirimu sendiri. Dan kau tahu? Tahun depan, aku yakin kau akan merayakan ulang tahu pertama anakmu?" "Ulang tahun pertama?" "Ahh.. Sepertinya kau sangat menyukai ide itu. Aigoo.." Lee Seol berkata dengan antusias. "Dan ini adalah miliku." ucapnya seraya menunjukkan kuitansi. "Fighting! Fighting!!" ucapnya lalu pergi meninggalkan Park Hae Young. Park Hae Young mendapatkan pesan dari Oh Yoon Joo saat itu juga. Isi pesannya. Kau tidak berpikir kau akan datang ke tempatku dengan membawa lap kan? Karena aku akan berhenti untuk menunggu, aku harus cepat-cepat mengurusi pekerjaan. Sampai bertemu besok dan selamat malam. Park Hae Young tersenyum, tidak percaya ternyata semua prediksi Lee Seol tentang wanita benar. Prof. Nam Jung Woo dan Oh Yoo bertemu dan mereka mengobrol satu sama lain. Kemudian Oh Yoon Joo menunjukkan pada prof. Nam Jung Woo sebuah museum yang akan mulai kembali di buka besok. Ruangan itu penuh dengan barang-barang antik dan itu membuat prof. Nam Jung Woo merasa terkesima melihatnya.
  • 11. Prof. Nam Jung Woo berkata pada Oh YooN Joo. "Sekarang yang harus kita lakukan adalah menemukan cucu dari Soon Joon." Oh Yoon Joo menjawab "Sangat tidak mungkin bagi kita untuk melakukan hal itu." "Aku sudah memiliki sumber informasi tentang hal itu. Dan aku akan berusaha untuk sebaik mungkin agar informan itu memberikan informasinya." ucap Prof. Nam Jung Woo seraya tersenyum. "Besok akan diadakan perayaan." "Perayaan?" "Rahasia. Maka dari itu datanglah dan ucapkan selamat padaku." ucap Yoon Joo seraya tersenyum. Lee Seol berjalan pulang, karena rumah aslinya berada jauh, jadi ia tinggal menginap dari satu rumah temannya ke rumah temannya yang lain. Kali ini ia pergi ke tempat Dan-kakak Lee Seol, tapi saat hendak masuk, Dan langsung keluar dan mengusir Lee Seol untuk tidak tidur di tempatnya karena ia ingin sendiri. Lee Seol berkeluh, "Kemana lagi aku pergi." ucapnya seraya duduk di halaman depan. Akhirnya Lee Seol pergi ke kampusnya, ia menuju ke ruang organisasi, berharap kalau ia dapat tidur di tempat itu. Tapi, saat Lee Seol berjalan di koridor kampus dengan lampu mati, tiba-tiba lampu itu hidup satu persatu. Derap langkah seseorang yang menuju ke arahnya semakin cepat. Ternyata itu adalah prof. Nam Jung Woo. Lee Seol terkejut melihat prof. Nam Jung Woo ada di kampus malam-malam seperti ini. Episode 1 Part 2 "Apa yang kau lakukan di sini?" tanya Lee Seol. "Ada dokumenku yang tertinggal jadi aku akan mengambilnya." jawab Nam Jung Woo. "Kau sendiri?" "Aku.. Aku juga ada sesuatu yang tertinggal." jawab Lee Seol berbohong. Prof. Nam Jung Woo melihat Lee Seol membawa mie, tapi Lee Seol segera menyembunyikan mie itu di belakangnya. "Aku sangat kedinginan, bolehkah satunya lagi untukku?" ucap prof. Nam Jung Woo seraya tersenyum. Lee Seol dan Prof. Nam Jung Woo makan mie bersama di ruang organisasi. Lee Seol tentu saja sangat senang, ia makan seraya tersenyum lebar. "Ah.. Ini sangat lezat." ucap prof. Nam Jung Woo.
  • 12. "Benar.." Lee Seol kembali memakan mienya. Kemudia ia bertanya pada prof. Nam Jung Woo. "Prof. kenapa kau belum menikah?" "Karena mungkin popularitasku akan hilang kalau aku menikah." "Ah, kau berbohong. Kalau wanitamu tau kau berkata seperti itu, sangat cemaslah dia. Prof. Aku dengan pacarmu itu sangat cantik?" "Benarkah?" "Jadi, ia tidak cantik?" "Tidak. Ia cantik." Lee Seol merengut, "Oh aku tahu. Tapi, bagaimana dengan stylenya. Apa dia innocent? Sweet? Cute? Sexy?" Prof. Nam Jung Woo mengalihkan pembicaraan, "Kalau kau sudah selesai pulanglah. Kau pulang dengan bus, mobil?" "Biar prof. saja yang pulang terlebih dulu.." "Kenapa?" "Ah.. Senior memberikan tugas untuk menata dokumen. Tapi aku belum juga menyelesaikannya." "Baiklah.. Ah, ia ada selimut dan bantal di ruang sebelah." ucap prof. Nam Jung Woo seraya berlalu, tidak lupa ia juga tersenyum ke arah Lee Seol. Setelah prof. Nam Jung Woo pergi, Lee Seol menyadari sesuatu, "Huh? Bagaimana bisa dia tahu kalau aku akan tidur di tempat ini?" Lee Seol tidur nyenyak di atas sofa dengan selimut dan bantal yang disarankan oleh prof. Nam Jung Woo. Tapi kemudian ia terbangun dan berjalan ke ruangan prof. Nam Jung Woo. Ruangan itu tidak jauh dari ruang organisasi. Lee Seol masuk ke ruangan prof. Nam Jung Woo, ia memperhatikan ke sekeliling dan kemudian duduk di kursi prof. Ia melihat buku yang tergeletak di atas meja. "Ah.. Ini pasti buku yang ditulis oleh prof. Nam Jung Woo.. Cute sekali. Walaupun dia yang menulisnya tapi ia juga tetap membacanya." Lee Seol melihat ke sisi buku itu, di sana tertulis nama Oh Yoon Joo. "Oh Yoon Joo.. Oh Yoon Joo. Oh Yoon Joo?" tanyanya pada dirinya sendiri. Karena penasaran, Lee Seol membuat status di web, Isi pesannya. Siapa yang tahu Oh Yoon Joo, co-author dari The Last nameless Prince?
  • 13. Balasan : Aku belum membaca buku itu. Itu nama ibuku. Itu nama pacar pertamaku. Kerjakan saja tugasmu. Bukankah itu direktur dari Museum Hae Young. Balasan yang terakhir membuat Lee Seol tertegun. "Museum Hae Young. Apa dia benar-benar seorang direktur? Ah.. tidak-tidak.. Rumor itu menyebar dengan begitu saja. Itu hanya rumor." Ada balasan lagi. "Dia adalah orang yang paling banyak di cari di web. Lihat computer.. Go-Go." Langsung saja Lee Seol memeriksa komputer, kemudian ia mendapati foto Yoon Joo yang dijadikan wallpaper desktop milik prof. Nam Jung Woo. Lee Seol kesal. Ia membalikkan kursinya lalu kembali membuat status. Isi pesannya. Bagaimana cara agar aku bisa memisahkan priaku dengan wanita lain? Balasan : Percaya dirilah untuk menyingkirkannya. Kirimi ia pesan yang menyakitkan. Percaya saja pada pacarmu. Buatlah dia jealous. Apa dia cantik. Apa wanita cantik itu menyukai pria playboy? Karena Lee Seol sangat penasaran dengan Yoon Joo jadi ia memutuskan untuk pergi ke Museum Hae Young. Museum itu baru saja dibuka pagi ini. Lee Seol masuk ke dalam museum, di pintu masuk ia mendapatkan panduan. Lagi-lagi di panduan itu juga terdapat foto Yoon Joo. Lee Seol masuk ke dalam museum, Museum itu terlihat padat dengan pengunjung. Tak jauh dari tempatnya berdiri, tepatnya di atas panggung, Yoon Joo tengah melayani para wartawan
  • 14. yang sedang memotretnya. Lee Seol melihat ke arah Yoon Joo, kemudian ia mencocokkan foto yang ada di panduan dengan Yoon Joo yang berdiri di atas panggung. Karena dirasa sudah mendapatkan cukup informasi, maka Lee Seol pergi. Tapi, kemudian, ia malah bertemu dengan Park Hae Young. Park Hae Young berjalan ke arahnya, tapi Lee Seol segera berlari menghindari Park Hae Young. Lee Seol berlari ke arah lain, ia memutari lantai atas yang berbentuk spiral. Otomatis, jalan utama yang dilewati oleh Lee Seol adalah tempat dimana Yoon Joo tengah dipotret. Tanpa sengaja dan tanpa tau hal itu, Lee Seol menabarak Yoon Joo. Alhasil para wartawan ikut memfotonya. Yoon Joo tidak marah dengan hal itu, ia malah tersenyum ke arah Lee Seol. Kemudian Yoon Joo pergi ke tempat lain diikuti oleh para wartawan. Lee Seol lega sekali saat Yoon Joo dan para wartawan pergi. Tapi malangnya, saat Lee Seol berbalik, ia malah bertatap wajah dengan Park Hae Young. Lee Seo kaget setengah mati. "Akhirnya kita bertemu lagi." ucap Park Hae Young. "Kita bertemu lagi ditempat yang tidak diinginkan. "Ah, aku hanya ingin memuaskan rasa penasaranku saja." jawab Lee Seol. Apa kau mengikutiku?" tanya Park Hae Young dengan curiga. "Kenapa aku harus melakukan hal itu?" jawab Lee Seo segera pergi. "Tapi kenapa kau malah menghindariku sekarang?" tanya Park Hae Young lagi. "Ah, aku hanya tidak ingin bertemu dengan pria yang..." kata-kata Lee Seol terputus saat melihat Yoon Joo berjalan ke arahnya. Padahal Yoon Joo sedang menyambut tamunya yang datang. Hahaa.. Lee Seol terlalu berlebihan, ia bahkan bersembunyi dibalik badan Park Hae Young. "Ada apa?" tanya Park Hae Young. "Orang itu. Aku pikir ia akan datang menghampiri." "Huh?" "Kau mengenalnya?" tanya Park Hae Young. "Sebenarnya tidak, tapi yeah.. Kau tau, dia adalah direktur museum ini. Gzz... Ia sangat canti difoto tapi sebenarnya ia bukan wanita yang baik." ucap Lee Geol. "Apa? Dia benar-benar cantik." jawab Park Hae Young. "Bagaimana bisa kau mengatakan hal itu. Dia malah terlihat lebih seperti serigala. Dan dia juga masih sangat muda, apa kau percaya kalau dia itu adalah direktur. Kau tahu, musium ini adalah milik Dae Han group, benar? Dia menamakan museum ini dengan nama anaknya."
  • 15. "Hmm.. Mungkin bukan nama anaknya tapi nama cucunya. Cucunya bernama Park Hae Young." Park Hae Young membenarkan perkataan Lee Seol yang salah. Lee Seol berpikir, "benarkah? Ah benar-benar.. Aku pikir, dia adalah kekasih dari salah satu penerus perusahaan Dae Han atau sesuatu yang berkaitan dengan perusahaan itu." Ucapan Lee Seol terhenti saat melihat Yoon Joo berjalan ke arahnya. Ia kembali bersembunyi di belakang Park Hae Young. Yoon Joo tersenyum ke arah Park Hae Young. "Ah kapan kau datang?" tanya Yoon Joo dengan sangat ramah. "Ah, baru saja. Kau pasti sangat sibuk melayani pengunjung." ucap Park Hae Young. Melihat Park Hae Young dan Yoon Joo sedang berbicara, Lee Seol mengambil kesempatan itu untuk pergi, tapi kemudian Park Hae Young segera menarik kerah bagian belakang baju Lee Seo dan menariknya hingga Lee Seong berada di sampingnya lagi. "Siapa ini?" tanya Yoon Joo dengan ramah. "Ah, dia temanku yang sangat tertarik padamu." ucap Park Hae Young. Lee Seol tidak berkata apa-apa, ia malah shock. "Ayo cepat berikan salam." Park Hae Young memukul punggung Lee Seol, memaksanya untuk mengucapkan salam. "Halo. Senang bertemu dengan anda." ucap Lee Seol. "Senang bertemu dengan anda juga." jawab Yoon Joo. Kemudian, salah seorang staff menghampiri Yoon Joo untuk berbicara dengannya sebentar. Yoon Joo pamit untuk bisa berbicara dengan staff itu. Lee Seol penasaran, "Kalian sudah saling kenal? Bagaimana bisa kalian saling kenal?" "Dia adalah pemilik cincin itu." jawab Park Hae Young. "Apa.. tu.. tu.. tunggu dulu. Lap itu??" "Hmm.." "Ah.. bagaimana dengan nasib proffesor." ucap Lee Seol yang mencemaskan professor. "Apa?" tanya Park Hae Young tidak mengerti. "Ah tidak.."
  • 16. "Wanita itu adalah calon menantu dari pemilik perusahan Dae Han." ucap Park Hae Young pada Lee Seol. "Benarkah? benarkah?" Lee Seol senang mendengar hal itu, itu berarti saingannya untuk mendapatkan prof. sudah berkurang. "Ah gzz.. sepertinya kau benar-benar tidak ingin menikah. Kenapa kau sesenang itu." tanya Park Hae Young yang aneh melihat kelakuan Lee Seong. Lee Seol mengalihkan pembicaraan, "Aigoo.. Kenapa bisa begitu.. Ah, apa kemarin berhasil? Apa sarung tangan lap itu berhasil, benarkan?" "Tidak. Aku tidak bertemu dengannya, dia sudah pulang terlebih dulu." jawab Park Hae Young. Lee Seol memukul pelan lengan Park Hae Young. "Ah, kau ini. Lebih kau ke rumahnya saja saat itu, itu hal yang sangat baik. Ah, benar.. Kalau kau ingin merayakan ulang tahun anak pertamamu itu, lebih baik kau melakukan hal ini. Untuk membuat hati wanita luluh adalah dengan.. Kecemburuan." "Kecemburuan?" "Ayo kita lihat hal itu berhasil atau tidak. Kau tahu, saat kau tidak memperkenalkanku padanya, ia akan menatapa lurus ke araku dan berkata "Siapa dia""? Park Hae Young hanya tersenyum mendengar penjelasan Lee Seol. Setelah berbicara dengan berbagai tamu, ia segera kembali menemui Park Hae Young dan Lee Seol. "Sebenarnya siapa dia?" tanya Yoon Joo dengan ramah. Lagi-lagi Park Hae Young terperangah karena kali ini tebakan atau tips cinta dari Lee Seol berhasil. Ya, aku adalah kekasihnya. Namaku Go Eun Byul." jawab Lee Seong dengan mendekap tangan Park Hae Young erat. Kecemburuan mulai terlihat di wajah Yoon Joo. Ia berkata, "Ah.. Oppa, tanpa sepengetahuanku. Kau akhirnya mendapatkan kekasih." Park Hae Young malah bingung harus menjawab apa, karena sudah kepalang basah maka ia meneruskan siasat yang dibuat oleh Lee Seol. "Ah, mungkin aku sudah melakukannya. Lihat, bukankah ia cantik?" Mereka berbincang-bincang di sebuah restaurant. Pelayan menghidangkan dessert. Dan Lee Seol kembali dengan bualannya yang terlalu berlebihan. "Oppa sudah menceritakan padaku banyak hal tentangmu."
  • 17. "Benarkah? Tapi, Oppa tidak pernah membicarakan tentangmu." jawab Yoon Joo. "Ah, itu karena oppa terlalu melindungiku, ia sangat cemburuan. Ia selalu memanggilku 'my little princess'. Ia juga sudah gila, karena ia ingin aku masuk ke dalam kantong sakunya sehingga ia bisa bertemu dan melihatku hanya untuknya sendiri." Yoon joo menutupi rasa cemburunya dengan mengaduk-aduk minumannya lalu meminumnya. "Jadi, apa yang diceritakan oppa tentangku?" "Tidak ada yang special. Hanya mengenai banyak rumor yang beredar karena kau telah menjadi direktur di usia muda. Tapi, semua rumor itu tidak benar. Dan ia juga mengatakan kalau kau seperti rubah dan memiliki banyak hubungan dengan banyak pria. Dan pada akhirnya ia berkata, kalau sangat sulit untuk membedakan dirimu dengan malaikat." ucap Yoon Joo yang selalu membuat perkataannya berlebih-lebihan. Hahaa.. Tapi Park Hae Young tidak menanggapi serius semua bualan Lee Seol. Yoon Joo tersenyum mendengar perkataan terakhir Lee Seol. "Benarkah kau mengatakan hal itu?" "aHhH.. Ya, kau memang sangat sulit untuk dibedakan dengan malaikat." jawab Park Hae Young. Lee Seol melirik ke arah Park Hae Young, ia memberikan isyarat kalau seharusnya Park Hae Young tidak berbicara seperti itu. "Ah.. Oppa memang seperti itu. Ia sangat tidak bisa untuk mengatakan hal buruk saat berbicara pada orang lain. Ah, oppa bagaimana kalau kita makan malam di rumahku. Baiklah. Aku akan menelpon ibuku dulu." "Ya. Pergilah, telepon ibumu." ucap Park Hae Young. Lee Seol pergi, Park Hae Young terlihat kaku saat berbicara berdua dengan Yoon Joo. Seorang asisten menghampiri Yoon Joo dan berkata kalau sebentar lagi acara pembukaan akan dimulai. Lee Seol berlari ke arah Park Hae Young seraya memanggilnya dengan manja, "Oppa.. Oppa.. Oppa.. Ibuku telah membuatkan ayam special untuk kita." ucap Lee Seol. "Ah, tidak usah.." Park Hae Young memaksakan senyum. "Huh, bukankah sudah waktunya kau untuk pergi?" tanya Lee Seol pada Yoon Joo yang masih belum juga beranjak dari tempat duduknya. "Kenapa kau masih ada di sini?" "Ah, baiklah. Aku permisi dulu" ucap Yoon Joo. "Ya, bekerja keraslah." kata Park Hae Young menyemangati. "Senang berjumpa denganmu. Lain kali datanglah, aku akan mentratrirmu dengan makanan lezat." ucap Yoon Joo pada Lee Seol. Lee Seol dan Park Hae Young berjalan beriringan menuju pameran.
  • 18. "Apa yang dikatakan direktur? Apakah direktur terus menanyakan tentang diriku?" tanya Lee Seol. "Tidak." jawab Park Hae Young dengan ringan. "Ah, itu aneh. Bukankah seharusnya dia benar-benar cemburu." "Bagaimana bisa ia cemburu padamu, kau itu bukan saingannya." "Apa?! Saat kau membandingkan aku dengannya. Pertama.. Pertama adalah aku lebih muda.. benar.." "Ya." "Dann.. dan.. Tinggi badan.. Aku lebih pendek.. dan uang.. Ah.. aku tidak punya uang yang banyak." Lee Seol menyadari kalau apa yang dikatakan Park Hae Young ada benarnya juga. "Ah, bagaimana dengan kulit? Kulitku lebih bagus kan?" Park Hae Young diam. "Ah, baiklah kalaupun tidak, lupakan saja." jawab Lee Seol." "Tapi kenapa kau sangat ingin mengetahui tentangnya?" tanya Park Hae Young penasaran. "Karena tentunya aku.." kata-kata Lee Seol terputus saat melihat Prof. Nam Jung Woo juga hadir di acara ini. Ia berbaur dengan tamu-tamu yang lain. Prof. juga membawa satu buket bunga. "Ah.. ada apa?" tanya Park Hae Young yang heran melihat Lee Seol yang tiba-tiba bersembunyi di belakangnya. "Ayoo.. ayo. Cepat.. cepat.." Lee Seol menarik-narik tangan Park Hae Young, mereka berjalan menaiki anak tangga dan berada di atas. Park Hae Young hanya pasrah tangannya ditarik seperti itu. Park Hae Young dan Lee Seol melihat acara pembukaan dari lantai atas. Yoon Joo adalah orang kehormatan di acara ini, bukan hanya sebagai direktur tapi ia juga pemilik museum. Yoon Joo memasuki pelataran panggung. "Presiden datang." ucap asisten. Kemudian para tamu bertepuk tangan dengan riuh. Semua perhatian tertuju pada Yoon Joo yang mulai menaiki mimbar untuk berpidato. Tapi Lee Seol malah terus memperhatikan Profesor. Ia cemburu karena Prof. terlihat senang melihat Yoon Joo.
  • 19. Yoon Joo mulai berpidato setelah riuh tepuk tangan terhenti, "Hallo.. Aku Direktur dari Museum Hae Young, Oh Yoon Joo. Saat itu pembangunan museum dilakukan karena untuk mengembalikan kejayaan Korea. Dan, kali ini, mohon para hadirin mengingatnya.." Yoon Joo menghentikan pidatonya dan berjalan ke tengah panggung. Ia berada di samping sebuah benda yang tertutup rapat tirai. Yoon Joo tersenyum pasti sebelum membukanya. Saat tirai benda itu dibuka, semua orang berdecak kagum kecuali Prof. Nam Jung Woo. Prof Nam Jung Woo terlihat tidak percaya dengan apa yang dilihatnya, ia juga kesal. Yoon Joo menatap tajam ke arah proffesor dengan senyum yang dipaksakan. Yang ditunjukkan Yoon Joo saat itu adalah sebuah tulisan kuno yang sudah sangat dicari oleh banyak orang. Yoon Joo berkata dengan bangga, "Ini adalah tulisan tangan dari Raja Soon Jong. Dia memiliki sebuah legitimasi pada anak laki-lakinya dengan diberikan nama Lee Young. 20 tahun perayaan museum ini, kami bisa menghadirkan sebuah harta karun yang tidak ternilai harganya. Dan aku sangat senang." Seluruh hadirin bertepuk tangan dengan riuh. Kecuali proffesor, ia malah pergi meninggalkan acara itu. Lee Seol yang melihat proffesor seperti itu menjadi sangat cemas. Park Hae Young melihat ke arah Lee Seol, Lee Seol tengah memperhatikan tulisan kuno yang terpampang besar di layar di depannya. "Ada apa?" "Itu.. Tulisan itu.. Aku rasa, aku pernah melihatnya." ucap Lee Seol mencoba mengingat- ingat sesuatu. "Mungkin kau melihatnya di salah satu web, atau di internet, ada dokumen dan itu hanya gambar.." "Ah, tidak. Aku rasa di rumahku juga ada benda seperti itu. Benda itu besar dengan dua karakter tulisan yang sama dengan yang ada di sana." ucap Lee Seol mencoba memastikan sesuatu. "Di rumahku ada berton-ton seperti itu." ucap Park Hae Young meledek. "Ah, apa maksudmu? Sangat kekanak-kanakan. Dirumahku juga ada berton-ton patung budha." "Benarkah?" "Whoaa kau ini.. Baiklah.. Ayo kita selesaikan semua ini di satu tempat." ucap Lee Seol. "Apa maksudmu." tanya Park Hae Young tidak mengerti. "Karena aku sudah melakukan semua ini, paling tidak kau memberikanku makan." Park Hae Young dan Lee Seol makan di sebuah kedai kecil, whoaa.. kalau liat orang korea makan mie, ngiler sangaat.. XD
  • 20. Mereka makan dengan nikmat, tiba-tiba Park Hae Young mendapat telepon dari Yoon Joo. Park Hae Young hendak mengangkat telepon itu, tapi Lee Seol segera merebut handphone Park Hae Young. "Hei, apa yang kau lakukan." ucap Park Hae Young. "Ah, kau bodoh. Ini terlalu cepat. Kau harus lebih tegas agar ia cemburu." "Sini. cepat.. cepat.. Dia akan segera menutupnya." Lee Seol semakin menyembunyikan handphone itu di belakangnya. "Sudah, kerjakan saja apa yang aku katakan agar hubungan cinta kalian berdua tetap abadi." Lee Seol mencoba meyakinkan Park Hae Young. "Abadi?" Park Hae Young tersenyum. Ish.. Senyumnya maniis.. "Kalau begitu kau akan bisa mengalahkan cucu dari Dae Han group. Kau tau, wanita paling tidak tertarik pada seseorang yang jatuh cinta padanya. Tapi, kenapa kau membeli cincin itu? Ulang tahun? Perayaan?" "Lamaran.." ucap Park Hae Young. Mendengar jawaban Park Hae Young, Lee Seol jadi histeris, ia menggebrak meja.. "Apa?! Tidak." Semua orang yang ada di kedai itu melihat aneh ke arahnya. "Kenapa kau berkata tidak?" "Kau seharusnya memberikan cincin itu saat seorang wanita sangat sangat sangat benar benar menginginkannya." "Pelankan suaramu." pinta Park Hae Young. "Baiklah mulai dari sekarang jangan membeli hadiah apapun untuknya. Dan saat ia berulang tahun, telepon dia saja dan ucapkan selamat. Setelah itu kau memberikan hadiahmu seminggu kemudian dan ia pasti akan mengatakan.." Lee Seol mengatakan dengan sungguh-sungguh. "Dia pasti akan mengatakan, =Aku tidak akan mencampur hadiah ini dengan hadiah dari orang lain.= Kau tau, kata-kata itu lebih efektif dari pada 10 cincin yang kau berikan." Park Hae Young menatap percaya ke arah Lee Seol. Ish, tatapannya .. ahaha... "Dan kalau sudah begitu, tidak ada artinya lagi cucuk dari Dae Han Group, kau bisa dengan mudah mengalahkanya." ucap Lee Seol. "Aja! Aja! Fighting." ucap Lee Seol mengepalkan tangannya ke udara. "Sudahlah, kalau kau sudah selesai, ayo kita pergi."
  • 21. sebelum pergi, Lee Seol mendapatkan telepon dari ibunya. -Ibunya Chae Gyong Princess Hours.. bener-. Ibunya menyuruh Lee Seol untuk pulang, karena ia akan pergi ke tempat persembahyangan untuk mendoakan kakak Lee Seol agar lulus ujian. Ibu juga tidak lupa untuk menyuruh Lee Seol memberikan makan kedua anjingnya selama ia pergi. Lee Seol senang sekali, ibunya pergi minggu ini. Karena ia bisa menyewakan rumahnya pada para pengunjung yang berlibur. Lee Seol bahkan ia membayangkan kalau ia akan mendapatkan banyak sekali uang dari hasil penyewaan rumahnya. Dengan uang-uang itu akhirnya dia bisa pergi ke Mesir. Hahaaa.. Setelah selesai makan, Park Hae Young dan Lee Seol berjalan pulang bersama. Lee Seol sangat amat senang, "Ah, ibuku akan pergi keluar kota minggu ini, bukankah aku sangat beruntung?" Park Hae Young heran, "Kenapa kau malah senang mengetahui ibumu akan pergi?" "Karena rumah akan kosong dan aku bisa mendapatkan banyak uang. Dengan uang itu aku bisa naik pesawat.." "Pesawat?" "Aku akan keluar negeri." "Apa kau kuliah di luar negeri." "Ah, kau ini.. Dengan suku bunga seperti saat ini bagaimana bisa aku keluar negeri. Aku akan belajar di luar negeri nanti." Lalu.. Lee Seol bernyanyi dan berjoged hahaa... Park Hae Young sedikit risih dan ketakutan melihatnya. "Ahh.. Sudah.. sudah.. berikan saja nomor telepon ibumu." ucap Park Hae Young. "Kenapa nomor telepon ibuku?" tanya Lee Seol. "Aku akan menelpon ibumu dan memberitahukan kalau anaknya berpergian seperti ini." "Ahh.." "Kau ini, pengangguran sudah banyak, jadi lebih baik kau baca buku dan belajar bahasa yang lain." ucap Park Hae Young seraya berjalan ke arah mobilnya. Lee Seol tetap mengikutinya, ia menatap polos ke arah Park Hae Young. "Apa?" tanya Park Hae Young "Kau tidak memintaku untuk mengantarkanmu kan?" "aH, kalau kita searah kenapa tidak?" jawab Lee Seol. Kemudian, Park Hae Young mendapat telepon kalau kakeknya jatuh sakit. Park Hae Young langsung pergi dengan mobilnya, ia mengkhawatirkan kakeknya sehingga tidak mempedulikan Lee Seol yang merengek minta di antar.
  • 22. Park Hae Young menemui kakeknya yang terbaring sakit. Beberapa dokter sudah memeriksanya. Ayah Yoon Joo mengatakan kalau kakeknya jadi seperti ini, karena kakek mendengar berita yang sangat menggembirakan. Park Hae Young penasaran, berita menggembirakan apa. Lalu kakenya memanggil Park Hae Young, kakek berbisik pada Park Hae Young dengan suara yang tidak jelas. Kakek mengucapkan sebuah nama, "Lee Seol.." saya : Whatzzz... Lee Seol?!! "Lee Seol?!" tanya Park Hae Young tidak mengerti. "Siapa dia kakek?" Kakek tidak menjawab, ia malah kembali tertidur. Park Hae Young tidak menyadari kalau gadis yang menenaminya seharian tadi adalah Lee Seol. Yang Park Hae Young tahu nama Lee Seol saat itu adalah Go Eun Byul. Hahaa.. Ayah Yoon Joo menyerahkan selembar kertas yang berisi alamat rumah Lee Seol pada Park Hae Young. Sebenarnya itu bukan alamat asli Lee Seol, tapi alamat rumah Dan, rumah yang beberapa hari ini di tempati oleh Lee Seol. Park Hae Young kesal, "Siapa dia? Kenapa aku harus membawanya ke sini?" "Kakekmu beranggapan kalau ia masih memiliki hutang yang harus dibayar." ucap Ayah Yoon Joo. Park Hae Young tidak percaya, "Aku yakin, kakek tidak pernah memiliki hutang dengan siapapun. Kecuali ada satu hal. Makam itu. Makam yang selalu dikunjungi oleh kakek. Aku yakin, ini berkaitan dengan makam itu, benar?!" tanya Park Hae Young kesal. "Benar.. Kau sudah besar, kau akan mengetahui segalanya bukan dari mulutku. Pergilah dan turuti perintah presiden." "Baiklah.. Ada satu hal lagi yang ingin aku tanyakan. Apakah dia anak dari kakek atau cucu dari kakek?" tanya Park Hae Young. Karena Yoon Joo segera datang, Ayah Yoon Joo tidak menjawab hal itu. Park Hae Young akhirnya pergi tanpa mendapatkan informasi apapun. Yoon Joo sedikit mendengar pembicaraan Ayahnya dengan Park Hae Young, ia penasaran. Yoon Joo segera menanyakan tentang hal itu pada ayahnya. Tapi, ayahnya tidak menjawab pertanyaan Yoon Joo. Mau tidak mau Park Hae Young harus menuruti perintah kakeknya, akhirnya ia pergi ke alamat Lee Seol. Ia bertemu dengan Dan-Kakak dari Lee Seol. Park Hae Young menanyakan tentang Lee Seol, awalnya Dan merasa acuh, tapi ketika Park Hae Young menyerahkan kartu namanya, Dan mengetahui kalau Park Hae Young berasal dari perusahaan Dae Han. Karena terpesona, akhirnya Dan memberikan alamat rumah asli dari Lee Seol.
  • 23. Park Hae Young sampai di tempat Lee Seol. Park Hae Young melihat Lee Seol yang tengah memberi makan anjinya, Lee Seol membelakangi Park Hae Young, jadi mereka sama-sama tidak menyadari satu sama lain. Park Hae Young memastikan kalau gadis yang tak jauh dari tempatnya berdiri itu adalah Lee Seol, Park Hae Young memastikan dengan menelponnya. Lee Seol segera mengangkat telepon itu. "Ya, di sini romantis dan bisa melihat sushine." ucap Lee Seol. Park Hae Young diam tidak menjawab. Ia kembali melihat ke arah Lee Seol, dan yap.. Park Hae Young baru menyadari kalau Lee Seol itu adalah gadis yang ia kenal. Lee Seol penasaran, ia menelpon kembali orang yang baru saja menelponnya. "Hallo.. Ini Lee Seol. Kau baru saja menelponku." "Namamu Lee Seol?" tanya Park Hae Young. Lee Seol menyadari kalau suara Park Hae Young sepertinya dekat, jadi ia berbalik dan mendapati Park Hae Young tak jauh dari tempatnya berdiri. Park Hae Young terkejut tapi Lee Seol senang melihat Park Hae Young datang mengunjunginya. "Ah, kau.. Bagus sekali.." ucap Lee Seol girang. "Nama mu Lee Seol, bukankah saat itu kau mengatakan kalau namamu itu adalah Go Eun Byul?" tanya Park Hae Young dengan sedikit kesal karena sudah dibohongi. "Kenapa? Apa namaku bagus.. Haha.. Mereka bilang memang seperti itu, nama dan wajahku sama-sama cantik." "Kenapa kau membohongiku?" "Oh, itu karena aku takut kita ketahuan. Ah, tipe seorang gadis memang seperti itu kalau ia sedang bertemu dengan rivalnya." "Hey, bagaimana bisa kau sampai di sini?" tanya Lee Seol. "Apa sulit menemukan tempat ini?" "AH, apa kau memata-mataiku." "Kenapa?" "Aaaah.. Aku pikir kau seorang diplomat. apa kau menggunakan uangmu untuk melakukan hal ini?"
  • 24. "Apa kau sudah mengenalku sebelumnya?" tanya Park Hae Young, ia menatap tajam ke arah Lee Seol. Sikap Park Hae Young jadi tidak ramah seperti dulu. Lee Seol tertawa. "Kau terlalu narsis tau.." "Apa ada kamar kosong.. " tanya Park Hae Young dengan tidak ramah. "Aku akan tinggal sampai besok." "Apa?" tanya Lee Seol kaget. "Bukankah kau akan mendapatkan uang kalau kau menyewakan tempat ini?" Mendengar hal itu Lee Seol senang bukan kepalang, ia berteriak kegirangan.. "Selamat datang pelanggan.." Episode 2 Park Hae Young memasuki rumah Lee Seol. Lee Seol dengan bangga mempersembahkan kamar terbaik dari rumahnya pada Park Hae Young. "Jenis type kamar apa yang sedang kau cari?" tanya Lee Seol ramah. Park Hae Young menatapnya. Kemudian Lee Seol memandu Park Hae Young untuk memilih kamarnya. Lee Seol menawarkan kamar yang terbaik, yang terdapat di lantai atas untuk Park Hae Young, "Ini adalah Royal Grand Executive Presidential Suite. Apa kau menyukainya?" tanya Lee Seol. Whatz? Royal Grand Executive Presidential Suite? Mana bisa kamar sesederhana itu dinamakan Royal Grand Executive Presidential Suite. Haha.. Seperti biasa Lee Seol selalu berlebihan saat berbicara. "Bagaimana?" tanya Lee Seol. Karena Park Hae Young diam saja, maka Lee Seol menyimpulkan kalau Park Hae Young tidak menyukai kamar itu. "Baiklah. Kamar selanjutnya adalah Royal Deluxe Ambassadorr. Bagaimana?" "Tidak. Aku di sini saja." jawab Park Hae Young. Kemudian mereka kembali turun. "Normalnya, biaya sewa sebesar 150 dolar per malam. Karena kau akan tinggal selama 2 hari, maka aku akan memberikan harga hanya 295 dolar." ucap Lee Seol.
  • 25. Lee Seol berbicara dengan logat resmi, "Anda harus membayar tunai di awal transaksi." ucapnya seraya menengadahkan tangan pada Park Hae Young. Park Hae Young membuka dompetnya kemudian mengeluarkan kartu kredit. "Oh, baru saja 5 menit sebelum kau datang, mesin penghitung kartu kredit kami rusak." jawab Lee Seol. Kemudian Park Hae Young mengambil checknya sebesar 1000 dolar. "Ada kembalian 705 dolar?" "Ah.. Kali ini aku ingat nomor rekeningku. Aku akan membantumu dengan pembayaran tunai." Lee Seol menyerahkan nomor rekeningnya. "Selamat menjalankan transaksi tunai dengan bank.. Sekian dariku." ucap Lee Seol seraya pergi berlari meninggalkan Park Hae Young yang masih memperhatikannya. Park Hae Young masih menganggap kalau Lee Seol adalah anak dari kakeknya, maka dari itu kakeknya menyuruh Park Hae Young untuk mencari Lee Seol. "Ah, dia benar-benar mirip sekali dengan kakek." ucap Park Hae Young. Ia berjalan mengitari rumah, untuk melihat- lihat. Tanpa sengaja Park Hae Young melihat foto keluarga Lee Seol. Di foto itu, Lee Seol berfoto bersama ibu dan kakaknya. Park Hae Young melihat foto ibu Lee Seol dengan saksama, kemudian ia menggeleng "Aigoo. Dia benar-benar bukan tipe kakekku." Kemudian Park Hae Young pergi melihat-lihat kamar yang lain. Ia menelpon ayah Yoon Joo untuk menginformasikan kalau ia sudah bertemu dengan Lee Seol. "Bagaimana keadaan kakek? Ya, aku sudah menemukannya. Tapi, aku tidak bisa tinggal seperti ini. Ya, dia memang sangat manis sekali dan terlalu berlebihan. Dia adalah orang yang dengan jelas-jelas berbohong dengan nama aslinya dan dia sengaja datang ke museum untuk mendekatiku." ucap Park Hae Young seraya memperhatikan Lee Seol yang tengah memakan kimchi. "Apa maksudmu.?" tanya Ayah Yoon Joo tidak mengerti. "Jangan menungguku. Aku akan terlebih dulu mengawasinya, kalau aku mau aku akan membawanya ke rumah." jawab Park Hae Young. "Mengertilah, dia adalah orang yang sangat dicari oleh Kakekmu. Kakekmu menunggunya selama hidupnya." ucap Ayah Yoon Joo. "Kau harus lebih kuat dari pada saat ini." Pagi harinya.. Lee Seol memasak daging panggang. Lee Seol ingin agar Park Hae Young yang ada di kamarnya mencium wangi daging panggang yang baru saja dibuat oleh Lee Seol. Lee Seol menyebarkan wangi itu ke sekitar kamar Park Hae Young. Ia meniup-niup daging panggang agar wanginya sampai ke kamar Park Hae Young. Tak lama kemudian Park Hae Young keluar dari kamarnya. Dan Lee Seol cepat-cepat kembali ke meja makan, kembali bersikap wajar.
  • 26. Lee Seol masih terus memanggang, kemudian ia memuji masakannya sendiri, "Hmm.. Good Smeell." ucapnya. Park Hae Young menuruni tangga. Melihat Park Hae Young yang sudah berpakaian rapi, Lee Seol bertanya, "Apa kau akan pergi ke suatu tempat?" "Aku akan keluar untuk sarapan. Apa di sini ada market terdekat?" tanya Park Hae Young. "Ah.. Market ada di dekat Jalan Tol. Itu memakan waktu sekitar satu setengah jam. Percayalah padaku, lebih dekat Seol ketimbang market itu." "Benarkah?" tanya Park Hae Young seraya memegangi perutnya. Lee Seol menghampiri Park Hae Young dan menatapnya dengan iba. "Owh.. Bagaimana ini? Aku tidak menyiapkan hal yang istimewa hanya seperti ini, tapi paling tidak kau bisa mencicipinya." Lee Seol menawarkan sarapan buatannya. "Benarkah?" ucap Park Hae Young, ia sedikit menutupi egonya agar bisa mendapatkan sarapan. Hahaa. Park Hae Young duduk, lalu dengan sigap, Lee Seol melayani Park Hae Young. "Makanan biasa 30 dolar. Makanan resmi 50 dolar." ucap Lee Seol seraya menyiapkan piring dan menaruh daging. "Ah, tentu saja, di situasi seperti ini, orang-orang pasti akan memilih makanan normal." ujarnya. "Berikan aku makanan biasa." jawab Park Hae Young. Park Hae Young memilih makanan biasa agar Lee Seol mendapatkan sedikit bayaran. "Ah, kau ini. Di situasi seperti ini, orang-orang akan lebih memilih makanan formal." ucap Lee Seol seraya memamerkan daging buatannya. Di museum, Yoon Joo tengah diwawancarai oleh salah satu majalah terkemuka. "Bagaimana perasaanmu tentang boomingnya berita mengenai penemuan yang kau pamerkan kemarin?" tanya pewawancara. "Aku sangat senang. Karena masyarakat korea ternyata memiliki minat yang besar terhadap Korea." jawab Yoon Joo seraya tersenyum. "Aku dengar bahwa kau adalah perempuan yang terpilih untuk menjadi perempuan nomor satu di korea." "Ah, sebenarnya itu bukan prioritas utama. Tapi, entah kenapa, saat aku memikirkannya aku merasa sangat senang. Banyak keraguan yang datang dari pernyataan itu. Aku tau ada banyak keraguan diluar sana. Banyak dari mereka yang berpikir bahwa aku terpilih bukan karena kemampuanku tapi karena penampilanku." ucap Yoon Joo seraya tertawa. Pewawancara pun tertawa. "Sepertinya seperti itu."
  • 27. "Bagaimana pertama kali kau mengawali pencarianmu terhadap benda-benda kuno?" Pertanyaan pewawancara itu membuat Yoon Joo flashback mengenang masa lalunya bersama Prof. Nam Jung Woo. "Itu adalah kisah cinta pertamaku." Yoon Joo menceritakan masa-masannya saat bersama prof. Nam Jung Woo. "Saat itu, kami kebetulan melihat catatan bahwa Kaisar Soon Jon memiliki anak yang sengaja ia sembunyikan. Dan anak itu juga telah berjuang untuk kemerdekaan Korea. Hal itu membuat aku sangat ingin mengetahuinya. Kami pergi ke tempat-tempat bersejarah. Ke museum, tempat persembahyangan dan lain-lain hanya untuk mengkonfirmasi kebenaran. Semakin dekat, kami harus melakukan semua pekerjaan yang ada sebagai syarat agar kami bisa menemukan kebenaran hal itu. Tapi, pada akhirnya yang hanya kami dapatkan adalah sebuah replika palsu. Dan akhirnya, saat ini aku bisa menemukan tulisan tangan Kaisar Soon Jo." Pewawancara menanyakan hal lainnya, "Mungkin ini cukup pribadi dan akan sulit untuk dijawab. Aku dengar bahwa wali yang menjaga dari benda bersejarah itu tidak memberikan padamu secara gratis. Kau harus mengeluarkan jumlah yang sangat banyak untuk bisa mendapatkannya. Benarkah?" Ditengah wawancara Prof. Nam Jung Woo datang menghampiri Yoon Joo. Ia memperhatikan Yoon Joo dari samping. Yoon Joo menyadari kedatangan Prof. Nam Jung Woo. Ia mengakhiri wawancara itu. "Tidak ada jumlah yang pasti yang harus aku keluarkan. Biarlah itu menjadi sebuah rahasia. Aku harap kau mengerti." ucap Yoon Joo pada pewawancara. Yoon Joo dan Prof. Nam Jung Woo berbicara serius. Yoon Joo meminta maaf pada prof. Prof. Nam Jung Woo meminta alasan kenapa Yoon Joo melakukan hal itu. Kenapa Yoon Joo harus mempublikasikan benda itu di depan umum, padahal Prof. Nam Jung Woo juga memiliki peran penting dalam penemuan benda itu. Yoon Joo berbohong, ia berkata bahwa Kakek Park Hae Young (Direktur) meminta dirinya dan ayahnya untuk melakukan hal itu, jadi mereka tidak bisa berbuat apa-apa. Di pihak pemerintah yang menentang adanya pembentukan kembali keluarga kerajaan tengah ribut. Mereka ribut karena ternyata Kakek Park Hae Young tengah melakukan pembicaraan tersembunyi dengan presiden. Ketua pihak pemerintah yang kontra itu meminta asistennya untuk mengetahui apa saja yang dibicarakan antara presiden dan Kakek Park Hae Young. Kakek Park Hae Young bertemu dengan presiden. Mereka berbicara di ruang tertutup. Presiden menanyakan bagaimana perkembangan pembentukan keluarga kerajaan yang mereka rencanakan. Kakek Park Hae Young mengatakan bahwa ia telah mengatasinya. Di rumah Lee Seol (sekaligus penginapan yang ditempati oleh Park Hae Young). Karena keran air panas tidak menyala, Park Hae Young berteriak, ia menjerit. Hahaa.. Kemudian, Park Hae Young pergi menemui Lee Seol yang ada di dapur. Dari dapur, Lee Seol penasaran, kenapa Park Hae Young berteriak. Ia menengok-nengok untuk mengetahui ada masalah apa pada Park Hae Young. Saat Park Hae Young menghampiri Lee Seol, Lee Seol terkejut karena Park Hae Young tidak menutupi badannya.
  • 28. Park Hae Young hanya menutupi daerah terlarangnya dengan handuk.. Lee Seol membelakangi Park Hae Young. "Hey, kenapa air panas tidak menyala?" tanya Park Hae Young yang kedinginan. Lee Seol yang tadinya membelakangi Park Hae Young, langsung berbalik dan berbicara "Kau harus membayar 5 dolar terlebih dulu sebelum menggunakan air panas." ucap Lee Seol seraya menutupi matanya dengan tomat dan bawang bombay agar tidak melihat Park Hae Young yang setengah telanjang. "Hey, kau.." "Kau masih punya hutang 5 dolar, jadi aku tidak menyalakan pemanas air. Oh, ya. Aku akan pergi keluar, jadi pastikan kau menutup dan mengunci pintu. Apa kau ingin dibelikan sesuatu? Seperti sup pasta kacang merah mungkin?" tanya Lee Seol. "Sudahlah, nyalakan saja.." kata-kata Park Hae Young terhenti, ia menyadari sesuatu. "Apa? Sup pasta kacang merah? Kau bilang disekitar sini tidak ada market." "Memang tidak ada market. Aku akan pergi ke warung." "Apa?" "Seharusnya tadi pagi kau tanya, di sini ada warung atau tidak. Begitu." jawab Lee Seol. "Apa kau ingin pergi denganku? Warung itu dekat, mungkin hanya butuh waktu 5 menit untuk sampai ke sana." "Apa?" Di kamarnya Park Hae Young tidak bisa tidur, ia gelisah. Kemudian tanpa sengaja, Park Hae Young mendengar suara film yang sedang diputar. Park Hae Young keluar rumah, dan mendapati Lee Seol tengah menonton theater buatannya sendiri di halaman depan. Park Hae Young berjalan ke arah Lee Seol, ia berjalan dengan membelakangi proyektor. Melihat hal itu Lee Seol langsung protes, "Hey, apa yang kau lakukan, kau membelakanginya. Sini duduk." ajak Lee Seol. Park Hae Young tersenyum lalu duduk di sebelah Lee Seol. "Apa yang sedang kau lakukan?" tanya Park Hae Young heran, ia mengambil toples popcorn milik Lee Seol. "Hanya ada satu theater yang sangat menakjubkan di dunia. Theater buatan Lee Seol yang cute." ucap Lee Seol seraya tersenyum. "Aish. Intonasimu jelek sekali." jawab Park Hae Young, seraya mengunyah popcorn. Lee Seol tidak rela popcornnya dimakan begitu saja oleh Park Hae Young "Keluarkan, keluarkan popcornku yang sudah kau makan." Park Hae Young tidak menjawab, ia malah memasukkan banyak popcorn ke mulut Lee Seol agar Lee Seol tidak berbicara lagi.
  • 29. Dan, mereka menonton bersama.. XD sweet deh.. Saat di tengah film, karena film di putar di atas tembok yang berjendela, tiba-tiba jendela di tembok itu terbuka. Park Hae Young dan Lee Seol tertawa melihat hal itu. "Kenapa bisa begitu?" tanya Lee Seol seraya tersenyum. "Tunggu sebentar." Lee Seol berjalan ke arah tembok dan menutup jendela yang terbuka. Lalu Lee Seol kembali duduk di samping Park Hae Young. Mereka kembali menikmati film yang tengah diputar. Park Hae Young penasaran, ia memberanikan diri untuk menanyakan tentang identitas Lee Seol. Park Hae Young berkata perlahan, "Apa kau punya saudara di kota ini?" "Apa?" Lee Seol berpikir. "Mm. Bagaimana ya?Aku tinggal di sini sejak usiaku 6 tahun. Sepertinya, bisa dibilang begitu." Lee Seol menyeruput minuman hangatnya. "Memang sebelumnya kau tinggal dimana?" tanya Park Hae Young. "Di sini dan di sana."Aku pernah tinggal selama 7 bulan di panti asuhan." Park Hae Young menatap penasaran ke arah Lee Seol. "Aku anak adopsi." ucap Lee Seol dengan tersenyum. "Saat aku sampai di tempat ini, aku tidak menangis ataupun tertawa, aku hanya tidur di pangkuan ibuku." Lee Seol tersenyum. Park Hae Young mengangguk mengerti. Ia mulai merasa kasihan pada Lee Seol, "Apa kau ingat tentang keluarga kandungmu?" tanya Park Hae Young. Lee Seol melihat ke arah Park Hae Young, ia curiga, kenapa Park Hae Young menanyakan hal itu, "Bagaimana kalau ia? Apa kau akan mencarikan mereka untukku?" "Huh?" Lee Seol tertawa, "Sudahlah, tidak perlu khawatir. Aku tidak itu apakah itu sebuah memory yang nyata, atau hanya impianku yang selalu aku impikan atau khayalan yang aku buat. Aku tidak ingat. Yang pasti, hal yang sangat aku ingat sekali. Dan aku tidak pernah melupakannya adalah ucapan itu." Park Hae Young berkata, "Mungkin aku bisa menemukan mereka." Lee Seol menatap Park Hae Young. "Ah, aku seorang diplomat, mungkin aku bisa menemukan mereka untukmu." jawab Park Hae Young. "Mereka hanya bilang bahwa mereka akan segera kembali." ucap Lee Seol. "Siapa?"
  • 30. "Ayahku. Ayahku bilang -Aku akan kembali. Ayah akan kembali untukmu.- Tapi, sepertinya, ia akan kembali dalam waktu yang sangat lama," Park Hae Young bertanya lagi. "Apa yang akan kau lakukan saat orang tua kandungmu datang mencarimu ke sini?" Lee Seol menjawab dengan ringan, "Aku akan melihat warisan mereka. Berapa bagianku di warisan itu." Park Hae Young menghela nafas mendengar jawaban Lee Seol, hahaa.. "Aku juga akan mengecek, aku punya saudara berapa di keluarga itu. Agar aku juga bisa memperhitungkan, jumlah warisanku." "Bagaimana bisa, kau memikirkan hal itu." ucap Park Hae Young seraya tersenyum. Lee Seol pun ikut tersenyum. "Senyumku sangat cantik kan?" ucapnya. "Aku selalu tersenyum seperti ini saat aku merindukan ayahku. Dan saat aku bertemu dengannya aku akan tersenyum manis ke arahnya." Kemudian, handphone Lee Seol berdering, ia mendapat panggilan dari seniornya. Seniornya meminta agar Lee Seol, menyewakan penginapannya untuk Prof. Nam Joong Woo. Karena prof akan menginap beberapa waktu untuk kepentingan penelitian. Penginapan Lee Seol ternyata dekat dengan objek yang akan diteliti oleh Prof. Tapi, karena mungkin prof. akan merasa sangat canggung bila mengetahui Lee Seol pemilik penginapan itu, maka Senior menyuruh Lee Seol untuk mengatakan pada Prof, bahwa kedatangan prof di tempat Lee Seol hanya kebetulan saja. Mengetahui bahwa prof akan datang dan menginap di tempatnya, Lee Seol senang bukan kepalang. Di pagi hari, ia menyiapkan segalanya, semua usahanya itu agar Prof merasa senang tinggal di tempat Lee Seol. Lee Seol memberikan hiasan di gapura rumahnya, ia membereskan meja taman, mengelap kaca, mendandani anjingnya, menyapu, mengepel dan kemudian Lee Seol berkata, "Apa semua ini begitu sulit? Tapi, pada akhirnya ini adalah takdir." Lee Seol terbahak mendengar kata-katanya sendiri. Agar hubungannya dengan prof Nam Joong Woo berjalan lancar, Lee Seol memohon pada Park Hae Young untuk pindah kamar, "Aku mohon padamu, pelanggan." ungkapnya dengan nada resmi. "Yah, kenapa aku harus pindah dari kamar yang sudah aku tempati?" tanya Park Hae Young tidak terima harus pindah kamar tanpa alasan yang jelas. "Kau tau, kamarku tepat di depan situ. Jadi, nantinya secara alami kami bisa langsung saling bertemu, menyapa dan lalaalaa.." "Lalalaa?"
  • 31. "Itu yang aku bilang." Lee Seol kesal. "Kenapa kau tidak mau pindah. Itu permintaan yang mudah." "Yah, sebenarnya siapa yang akan datang? Seorang pria?" tanya Park Hae Young. "Proffesor bukan orang yang pantas mendengar kata-kata kasarmu itu. Baiklah, kalau kau tidak mau pindah, kau tidak akan dapat makan." ancam Lee Seol. Kemudian, dari luar terdengar suara mobil yang terparkir. Lee Seol panik, "Omo.. Sepertinya dia sudah datang.." Lee Seol merapikan bajunya. "Yah, kau. Selama aku mengganti pakaian, kau gantikan aku sebentar untuk menyambutnya. Dan ingat. kau harus baik dan ramah. Okey??" pinta Lee Seol, ia juga sedikit memaksa. Lee Seol segera berlari kencang ke kamarnya untuk berganti pakaian. "Hey, Yah! Kenapa aku harus melakukan itu!" Park Hae Young tidak rela dirinya disuruh seperti itu. Prof Nam Jung Woo menyadari kalau Park Hae Young sedang melihat sinis ke arahnya. Profesor bertanya heran, "Apa ada yang ingin kau katakan?" Karena takut terjadi perang dunia ke 3 dan ke 4, Lee Seol segera mengalihkan pembicaraan, "Oh, benar proffesor. Aku lupa mematikan gas di dalam. Aku akan pergi ke dalam dulu untuk mematikan gas." ucap Lee Seol, ia kemudian berjalan ke arah Park Hae Young. "Ayo masuk ke dalam. Cepat.." pinta Lee Seol. "Cepat.." Park Hae Young terus menatap ke arah profesor. Dengan tenaganya, Lee Seol mendorong- dorong Park Hae Young agar ia masuk ke dalam. Di dalam rumah, Park Hae Young meminta penjelasan pada Lee Seol tentang hal yang baru saja di dengarnya. "Apa Yoon Joo yang mereka bicarakan adalah Yoon Joo yang aku kenal?" tanya Park Hae Young. "Oh, apa nama direktur itu Yoon Joo? Aku baru menyadarinya." Kilah Lee Seol. "Kau sudah mengetahui semua ini dari awal. Katakan padaku siapa orang itu. Siapa yang harus menikahi Yoon Joo." Park Hae Young berkata dengan nada memaksa. Lee Seol mencoba menghindar, "Apa kau ingin makan sup kacang merah? Aku akan membuatkannya untukmu." Lee Seol berjalan menjauhi Park Hae Young, tapi Park Hae Young sudah terlebih dulu memegang kencang lengan Lee Seol. "Apa kau ingin mengalihkan pembicaraan?" "Baiklah.. Baiklah.." ucap Lee Seol seraya melepaskan tangan Park Hae Young dari lengannya. "Kali ini kita akan membuat kesepakatan dan kita akan bergabung menjadi satu team. Begini, sebagaimana rumor yang sudah tersebar, kalau cinta pertama profesor Nam Jung Woo adalah
  • 32. direktur dari museum Hae Young. Dan ternyata itu bukan hanya sekedar rumor, itu benar- benar terjadi. Yoon Joo adalah cinta pertama proffesor. Apa kau masih punya keberanian untuk mengalahkan cinta pertamanya?" ucap Lee Seol menjelaskan hal yang sebenarnya. "Kenapa aku harus mengalahkannya?" tanya Park Hae Young tidak mau tersaingi. "Hey, kau itu sudah kalah dengan cucu dari perusahaan Dae Han. Mengerti?" ucap Lee Seol. "Oke, bagaimanapun juga kau harus membantuku. Kalau seorang pria sudah jealous, maka darahnya akan naik ke ubun-ubun. Aku akan tetap berusaha mendapatkan proffesor dan pergi ke mesir." ucap Lee Seol dengan berlebihan dan kesungguhan. haha. "Apa?" Lee Seol mengajak Park Hae Young untuk mengintip apa yang sedang di lakukan oleh prof dan temannya. Mereka mengamati lewat pintu. Kemudian mereka kembali masuk ke dalam. "Hey, ayo, cepat pegang tanganku.." Lee Seol menaruh tangan Park Hae Young di lengannya. "Kenapa? Saat aku memegang tanganmu kau akan menjerit=proffesor tolong aku proffessor..=' tebak Park Hae Young. haha.. Park Hae Young selalu niruin gaya Lee Seol. "Binggo! Kenapa kau bisa tau hal itu." tanya Lee Seol heran. "Sudahlah.. Ayoo.." Park Hae Young menarik tangan Lee Seol, mereka menuju ke lantai atas, tepatnya ke kamar Lee Seol. "Hey, ada apa ini?" tanya Lee Seol. "Ini kamarmu bukan? cepat rapikan barang-barangmu." suruh Park Hae Young. "Ah, kau ingin bersikap tidak bertanggung jawab.." "Kita akan pergi ke Seol.." "Aish kita sudah sepakat untuk melakukan perdama--.." "Aku pikir kau bibiku." ucap Park Hae Young dengan cepat. Lee Seol tidak mengerti apa yang baru saja Park Hae Young katakan. "Apa? Bibi apa?" "Kau tidak tau maksud dari kata bibi? Kau anak dari kakekku." jawab Park Hae Young. Lee Seol percaya tidak percaya, mendengar perkataan Park Hae Young. Dan Lee Seol tertawa, ia kira Park Hae Young sedang membual. "Ini sangat konyol bukan?" tanya Park Hae Young. "Aku juga berpikiran sama, tidak lebih dari 48 jam aku tau kalau adalah bibimu."
  • 33. "Maksudmu, aku adalah bibi dari seorang diplomat yang selalu menggunakan mobil mewah, yang membeli cincin mahal dan dia lebih tua dariku. Apa buktinya? Hei, kalaupun keluarga biologisku mencari, ia akan membawa bukti. Misalnya foto keluarga, surat kelahiran dan mereka akan mengatakan =apa kau ingat ini, apa kau tau ini= bukan malah mengirimkan keponakan yang bahkan umurnya lebih tua dariku." ujar Lee Seol. "Kalaupun kakekku ingin melakukannya, tapi ia tidak bisa. Ia sedang sakit." Park Hae Young memberikan alasan yang benar. "Whoaa.." Lee Seol memundurkan badannya. "Aku sudah tau ini akan terjadi. Apa dia mencariku karena dia membutuhkan jantung atau ginjal untuk didonorkan?" tanya Lee Seol.. Haha.. "Hey.. Hey.. Kenapa kau berpikir seperti itu." ucap Park Hae Young. Lee Seol mendekatkan wajahnya pada Park Hae Young, "Hey, kenapa kau memanggilku hey. Kau bilang aku ini adalah bibimu. Tunggu, apa dia kaya? Aku paling tidak suka menjadi seorang anak yang juga sekaligus tulang punggung keluarga. Kau tau, aku sudah sangat menderita saat ini. Aku harus pergi kuliah dan kerja paruh waktu. Kalau aku harus menambahkan satu orang lagi yang harus aku biayai, maka hidupku akan bertambah sulit." "Lihat aku, apa aku terlihat seperti orang miskin. Ini bukan joke, cepat bereskan barang- barangmu." Lee Seol dan Park Hae Young menemui profesor Nam Jung Woo. Park Hae Young berkata sinis pada profesor, "Aku akan meminta bantuanmu, ini menyangkut kehidupan Lee Seol jadi kami harus pergi. Dan aku minta padamu untuk menjaga tempat ini sementara waktu." Lee Seol kesal mendengar Park Hae Young mengatakan salam perpisahan yang tidak sopan seperti itu. "Ini adalah urusanku jadi biarkan aku sendiri yang mengatasinya." ucap Lee Seol pada Park Hae Young. Lee Seol tersenyum pada prof kemudian ia mengatakan, "Proffesor, seperti yang sudah dia katakan, bahwa ada hal yang penting yang harus aku selesaikan, jadi aku harus pergi." Karena tidak sabar, maka Park Hae Young langsung menarik tangan Lee Seol dan berjalan cepat menuju mobil. "Apa kau ingin mengucapkan salam perpisahan itu seharian penuh." Lee Seol berusaha untuk tetap memberikan salam, ia membungkuk. "Kau tidak perlu seperti itu, karena nantinya, dia yang akan lebih menghormatimu." ucap Park Hae Young. Di perjalanan, Lee Seol penasaran tentang sesuatu hal, ia langsung menanyakannya pada Park Hae Young yang sedang serius mengemudi, "Sebenarnya apa pekerjaannya?" tanya Lee Seol. "Kakekmu." "Kakekmu?" Park Hae Young mengulang kata-kata Lee Seol, kemudian Park Hae Young tersenyum. "Well. dia membuat seperti itu." Park Hae Young menunjuk ke sebuah handphone canggih.
  • 34. "Oah.. Jadi dia mempunya perusahaan yang bergerak di bidang pembuatan cover handphone." ucap Lee Seol dengan polos. Park Hae Young tersenyum mendengar hal itu. Aish, kakek Park Hae Young bukan buat cover handphonenya, tapi handphone itu sendiri. "Apa kau sudah membuang kartu namaku?" tanya Park Hae Young. "Belum." Lee Seol mengambil kartu nama Park Hae Young di dalam tas. "Baca namaku." "Park Hae Young" "Dan apa nama museum yang kita datangi." "Hae Young museum." Mendengar ucapannya sendiri, Lee Seol terkejut. "Ja.. Ja. Jadi, cucu dari perusahaan Dae Han adalah kau.." "Ya. kakekku memberikan nama untuk museum itu, dari nama belakangku." Lee Seol benar-benar terkejut mendengarnya. Di pintu gerbang, saat mobil hendak masuk ke rumah besar milik Park Hae Young, lagi-lagi Lee Seol terkagum-kagum.. Mereka sampai di rumah. Beberapa pelayan dan kakek dan juga Ayah Yoon Joo menunggu kedatangan mereka. Seorang asisten membuka pintu mobil Lee Seol. Kakek melihat Lee Seol, ia sangat bahagia. Kakek berusaha untuk berdiri, walau kesusahan ia tetap berusaha berdiri. Lee Seol cemas, "Tidak usah, kau duduk saja." Kakek malah berlutut dan memegang erat tangan Lee Seol, kakek berkata, "Yang mulia.." panggilnya. Jelas sekali, bukan hanya Lee Seol yang terkaget-kaget mendengar hal itu, tapi juga Park Hae Young. Kakek menangis, "Yang Mulia, tidak ada yang aku inginkan selain kematian, aku sudah melakukan dosa, Princess.." Di rumah, Park Hae Young memaksa masuk ke sebuah ruangan. Ayah Yoon Joo tidak memperbolehkan ia masuk, karena kakek sedang berbicara dengan Lee Seol di dalam. "Tidak boleh ada orang lain yang masuk." ucap Ayah Yoon Joo. "Apa aku orang lain?" tanya Park Hae Young kesal. "Sebenarnya ada apa? Kenapa bibiku berubah menjadi Princess?" Park Hae Young benar-benar tidak mengerti tentang keadaan yang sebenarnya terjadi. Ayah Yoon Joo juga tetap keukeuh (?) tidak memberitahukan apa yang sudah terjadi.
  • 35. Di dalam ruangan, Lee Seol melihat ke sekeliling ruangan. Ruangan besar itu benar-benar membuatnya terkesima. Saat hendak duduk, Lee Seol mempersilakan agar kakek duduk terlebih dulu. "Silakan duduk." "Silakan duduk yang mulia." "Ah, tidak. Kau dulu saja." "Silakan duduk yang mulia." ucap kakek lagi. Kemudian setelah mereka berdua duduk, kakek membuka sebuah kotak. Kotak itu berisi semua benda-benda berharga dari kerajaan kekaisaran Soon Jong. Kakek mengeluarkan sebuah foto dan menunjukkannya pada Lee Seol. "Apa kau mengenal siapa ini?" tanyan kakek. "Bukankah itu kaisar Soon Jong." "Benar sekali. Aku sangat senang kau mengenalnya. Baiklah aku akan mulai menceritakan sebuah kisah lama padamu." Kakek kecil Flashback ke masa kekaisaran Soon Jong beberapa tahun yang lampau. Saat itu Kakek masih sangat kecil, dan ayah kakek adalah orang kepercayaan Raja Soon Jong. Raja Soon Jong memberikan selembar tulisan tangannya (Di sana tertulis Lee Young) dan benda lain pada ayah kakek. Kaisar Soon Jong memang menyembunyikan anak pertamanya, hal itu dilakukan karena ia tidak ingin terjadi hal yang tidak baik pada anaknya itu. Kaisar Soon Jong hanya ingin kemerdekaan Joseon, kelak saat Kaisar Soon Jong mati, maka penerusnya adalah anaknya sendiri. Kembali ke kehidupan saat ini. Kakek berkata, "Ayahku menyembunyikanku dari masyarakat dan mengirimkan uang yang telah disiapkan oleh kaisar Soon Jong untuk Shanghai Provisionally Goverment. Tapi, aku saat itu yang bodoh, sebelum kemerdekaan aku malah melarikan diri dengan segala hal yang tersisa. Itulah kisahnya, Prince Lee Young adalah kakek dari yang mulia. Prince Lee Young harus melakukan banyak hal yang sangat berat. Demi, masyarakat korea, aku meminta maafmu Yang Mulia." "Secara sederhana, jadi kau ingin mengatakan kalau aku adalah cicit dari Kaisar Soon Jong." ucap Lee Seol mencoba menyederhanakan cerita kakek yang berbelit. "Apa kau sangat terkejut?" tanya kakek. "Tentu saja. Aku benar-benar terkejut. Saat aku kecil, mimpiku adalah ingin menjadi seorang Princess."
  • 36. "Itu bukan hanya mimpi tapi kenyataan. Saat aku kecil, Kaisar Soon Jong sangat baik, aku sering bermain-main di pangkuannya." ucap kakek "Whoaa. benar-benar sangat mengejutkan. Tapi, bagaimana cara membuktikan kalau aku adalah seorang Princess? Aku tidak memiliki tanda lahir dibadanku?" Kakek mengeluarkan foto lain. "Apa kau mengenalinya?" "Tidak." "Benarkah kau tidak mengenalinya." "Maafkan aku, aku sama sekali tidak ingat masa-masa kecilku dulu." "Ingatlah kembali Yang Mulia." "Tidak mau." "Ingatlah kembali. Kau harus mengingatnya." pinta Kakek dengan paksa. "Seharusnya, kenangan itu yang datang ke pikiranku. hanya saat aku berumur 5 tahun yang aku ingat." Lee Seol mengingat-ingat sesuatu. "Menangis keras di gang. Ah, anak kecil mana yang tidak pernah menangis di gang. Ikatan rambut merah Strawaberi. Ah, semua anak juga pernah memilkinya. Rumah... Helikopter.. Ah, aku tidak ingat lagi. Aku bahkan tidak bisa mendeskripsikan apa semua itu benar-benar kenangan atau hanya mimpi atau bahkan hanya fantasi yang aku buat." keluh Lee Seol. Kakek kembali mengeluarkan sesuatu dari kotak itu. "Sebaiknya kau membukanya." Perlahan Lee Seol membuka benda yang diberikan kakek, isinya adalah sebuah ikat rambut strawberry warna merah jambu. Seperti yang disebutkan oleh Lee Seol tadi, Lee Seol mengingat tentang ikat rambut itu. Kakek tersenyum dan berkata pada foto yang dipegangnya. "Yang Mulia, aku sudah menemukan Princess." Dengan ragu Lee Seol bertanya, "Maksudmu itu adalah ayahku?" "Kau sama sekali tidak mengenalinya?" "Tidak. Lalu dimana ia sekarang?" tanya Lee Seol. Kakek diam tidak menjawab. "Dimana dia? Kalau aku bertemu dengannya mungkin, ia akan mengenaliku." "Maafkan aku, aku sudah melakukan tindakan yang salah pada Yang Mulia. Yang Mulia tidak hidup lama di dunia ini." jawab Kakek dengan menyesal.
  • 37. Lee Seol terkejut mendengarnya, sudah sangat lama ia menunggu ayahnya tapi ternyata ayah Lee Seol sudah lama mati. Lee Seol yang tidak menerima apa yang ia dengar, segera berjalan cepat keluar ruangan. Lee Seol tidak memperhatikan panggilan kakek. Di luar, Park Hae Young menunggu dengan gelisah. Lee Seol berlari melewati Park Hae Young. Tapi kemudian Park Hae Young segera mencegatnya. "Apa pembicaraanmu dengan kakek sudah selesai? Apa yang ia katakan padamu?" tanya Park Hae Young. "Ayahku sudah meninggal dan aku adalah seorang Princess. Apa itu masuk akal." Lee Seol menahan tangisnya. "Kakekmu sakit kan? Ia pasti salah." ucap Lee Seol seraya berlari meninggalkan Park Hae Young. Park Hae Young tertegun, kemudian Park Hae Young menyusul Lee Seol dengan mobilnya. "Masuklah." ucap Park Hae Young setelah turun dari mobil. Lee Seol menangis. Ia tidak terima kalau ayahnya sudah tidak ada. "Itu bukan ayahku. Ayahku berjanji akan segera kembali." tangisnya semakin keras. "Dia tidak boleh meninggalkanku. Dia tidak boleh mati begitu saja.." Park Hae Young memeluk Lee Seol, berharap tangis Lee Seol segera mereda. Park Hae Young mengantar Seol ke rumah Dan-ah (kakak Lee Seol.) Lee Seol akan membuka pintu dengan kode tapi kemudian ia teringat kalau Dan-ah sudah mengganti kode itu. Dan-ah sengaja mengganti kode pintu rumah agar Lee Seol tidak bisa masuk ke rumah. "Ah, aku benar-benar akan gila." keluh Lee Seol. Lee Seol duduk di depan pintu, ia menelungkupkan tangan dan wajahnya. Park Hae Young bertanya "Kau bahkan tidak memiliki kunci rumahmu sendiri." "Dia sudah mengganti kodenya." Lee Seol berkata, "Ah, kalau aku menelponnya, pasti akan langsung di-reject." "Apa kau memiliki hubungan yang tidak baik dengannya." "Saudara memang seperti itu, selalu bertengkar." jawab Lee Seol. "Apa dia adalah saudara kandung dari orang tuamu?" tanya Park Hae Young. "Bukan, dia juga anak adopsi ibu, sama sepertiku. Umurnya sama denganku. Kami sebaya, walaupun begitu, ibu berkata bahwa diantara kami harus ada seorang kakak dan adik. Ibu menyuruh kami untuk -suit-gunting-kertas-batu- dan aku kalah." jawab Lee Seol. "Pulanglah." suruh Lee Seol pada Park Hae Young. "Aku sudah tidak punya tempat untuk pulang."
  • 38. "Baiklah. ikut aku." ajak Park Hae Young seraya menarik tangan Lee Seol. Park Hae Young mengajak Lee Seol untuk ke rumahnya. Park Hae Young menyambut Lee Seol dengan ramah. "Copot sepatumu disitu." ucap Park Hae Young. Lee Seol melakukan hal yang disuruh Park Hae Young. "Masuklah." "Apa ini rumahmu?" tanya Lee Seol. "Kau tidak lihat? orang-orang didepan tadi memberi hormat padaku?" jawab Park Hae Young. Park Hae Young menunjukkan kamar tamu pada Lee Seol. "Ini kamar tamu. Dan sebelah sana adalah kamar mandi." "Terima kasih." ucap Lee Seol. "Ah, tidak, tidak, tidak.. Ini adalah salah satu pelayanan kami. Dan ini adalah kamar Royal Grand Executive Presidential Suite." Park Hae Young menirukan seperti yang pernah dilakukan Lee Seol padanya. Berharap agar Lee Seol kembali tersenyum, tapi ternyata tidak. Lee Seol masih memikirkan kejadian tadi. "Aku akan ke kamar mandi terlebih dulu." ucap Lee Seol, ia menaruh tasnya di sofa kemudian berjalan ke kamar mandi. "Dan, biaya air panas 5 dolar." kata Park Hae Young. Di kamar mandi, tepat di depan kaca, Lee Seol berkata pada dirinya sendiri. "Ayahku belum mati. Ia akan kembali untukku." Park Hae Young menyediakan makan malam untuk Lee Seol. Saat tengah makan, ternyata Yoon Joo akan berkunjung ke rumah Park Hae Young. Parahnya, haaha.. Yoon Joo sudah ada di depan rumah Park Hae Young. Mau tidak mau Park Hae Young harus menyembunyikan Lee Seol. Ia memaksa Lee Seol untuk bersembunyi di dalam kamar. Terpaksa Lee Seol makan di dalam kamar. Yoon Joo membunyikan bel, dengan gugup Park Hae Young membuka pintu. Ia mencoba bersikap wajar. Yoon Joo datang untuk menanyakan mengenai hal yang berkaitan dengan Lee Seol. Lee Seol sedang asyik makan di dalam kamar, tiba-tiba perutnya terasa sakit. Haha.. *sumpah ngakak total* Lee Seol harus ke kamar mandi saat itu juga.. Lee Seol mencoba memberitahukan Park Hae Young, kalau dirinya harus ke kamar mandi. Lee Seol juga menyuruh, agar Park Hae Young mengajak Yoon Joo untuk segera pulang.
  • 39. Terpaksa, dengan gugup Park Hae Young menyuruh Yoon Joo pulang. Belum sempat Yoon Joo keluar dari rumah, di pintu ia melihat sepatu Lee Seol. Dari kamar, karena sudah tidak tahan Lee Seol menjerit, "Aaah.. Perutku." ucapnya seraya berlari ke luar kamar. Alhasil Yoon Joo mengetahui keberadaan Lee Seol di rumah Park Hae Young. Episode 3 "Ah, perutku.." jerit Lee Seol seraya berlari ke kamar mandi. Park Hae Young salah tingkah dan Oh Yoon Joo terkejut. Oh Yoon Joo selalu bisa menutupi rasa keterkejutannya. Karakter yang selalu bisa menipu orang lain, apa yang sedang dirasakannya engga terlalu tampak jelas di wajahnya. "Apa direktur sudah pergi? Maaf aku terburu-buru!" teriak Lee Seol dari dalam kamar mandi. Beberapa menit kemudian, Lee Seol keluar dari kamar mandi dengan tersenyum. "Ah, leganyaaa.." Betapa terkejutnya Lee Seol saat mengetahui ternyata Oh Yoon Joo masih ada di rumah Park Hae Young. "Ke..kenapa kau masih ada di situ? Oh, aku kiraa tadi aku mendengar suara pintu ditutup." ucap Lee Seol. "Bisakah kau kembali kedalam?" pinta Park Hae Young. "It's okay." kata Yoon Joo. "Kita bertemu lagi." Lee Seol hanya memaksakan tawanya. "Oppa, aku baru menyadari kau memiliki sisi seperti ini. Kau sangat cute oppa." ucap Yoon Joo menatap Park Hae Young. Cute? Bahasa lain dari cemburu. Gzz.. "Aku harap kau tidak salah paham." ucap Park Hae Young, ia menyadari sinyal-sinyal tidak baik dari Oh Yoon Joo. haha.. Akhir-akhir ini saya terlalu lebay kalau menulis sesuatu. "Aku akan pergi, tidak perlu mengantarkanku." jawab Oh Yoon Joo seraya keluar dari rumah. Setelah Yoon Joo pergi, Lee Seol segera bersembunyi di balik tembok. Ia takut Park Hae Young marah besar. "Hey, ingat aku sudah melakukan yang terbaik." ungkap Lee Seol. "Sudahlah. Apa kau sudah lega sekarang? Huh?" Park Hae Young pasrah. Lee Seol tersenyum.. "Whoa.. Tapi tadi direktur Oh sangat cool." "Apa menurut wanita hal seperti itu cool?" Oh Yoon Joo mencoba menenangkan dirinya dan ia pergi ke tempat profesor Nam Jung Woo. Sesampainya di tempat Profesor, Oh Yoon Joo langsung memeluk profesor dan berkata,
  • 40. "Moodku sedang tidak baik dan aku butuh rasa nyaman." Ish, Oh Yoon Joo datang cuma buat memperalat profesor. Pagi harinya, Oh Yoon Joo yang menginap di tempat profesor Nam Jung Woo mendapat telepon dari kantor. Telepon yang membuatnya sangat terkejut. "Apa? Benarkah?" Setelah mendapat informasi yang sangat mengejutkan itu, Oh Yoon Joo segera menemui Park Hae Young. "Masalah besar." ucap Oh Yoon Joo dengan terburu-buru. "Ada masalah apa?" tanya Park Hae Young tidak mengerti. "Bagaimanapun caranya kita harus menghentikan presiden." (Presiden=kakek Park Hae Young.) "Presiden sedang melakukan interview mengenai dibangunnya kembali keluarga kerajaan." "Apa? Kakek??" Park Hae Young terkejut mendengar berita itu. Presiden dari Dae Han Group (Kakek Park Hae Young) tengah mengadakan interview public, tentang rencana pembentukan kembali keluarga kerajaan. Ia juga mengumumkan kalau seluruh hartanya akan ia sumbangkan pada publik. Pembentukan kembali keluarga kerajaan merupakan sesuatu hal yang sangat penting bagi kakek Park Hae Young, semacam menebus dosa atas dirinya yang tidak mampu bertanggung jawab dengan baik saat masa pemerintahan kerajaan dulu. Dan pembentukan keluarga kerajaan, bukan hanya mengancam keduduk Park Hae Young tapi hartanya warisannya juga akan hilang. Park Hae Young yang merupakan cucu laki-laki dari presiden Dae Han Group (kakek Park Hae Young.) yang berarti juga merupakan ahli waris syah dari semua kekayaan yang dimiliki ayahnya, warisan itu akan terancam hilang karena statement yang dibuat kakek (presiden Dae Han Group) di depan khalayak umum. Penduduk korea yang mendengar berita tentang, Presiden Dae Han Group akan memberikan semua hartanya pada publik, masing-masing dari mereka beranggapan apa semua itu benar, apa ia akan benar-benar memberikan hartanya pada public, apa yang terjadi dengan perusahaan Dae Han. Yah, dengan berita seperti itu, banyak rumor yang akan beredar. Park Hae Young sulit untuk menghubungi Lee Seol, ia harus melindungi Lee Seol dari reporter. Park Hae Young mencari Lee Seol di kampusnya. Ia pergi ke ruang tunggu. Di ruang tunggu, Lee Seol tengah menonton berita sama seperti mahasiswa lain. Lee Seol tercengang dengan berita itu. Park Hae Young kesal, ia belum juga bisa menemukan Lee Seol. Kemudian saat melihat Lee Seol di ruang tunggu, Park Hae Young segera menarik Lee Seol dan ia marah-marah, "kenapa handphonemu tidak kau aktifkan? Apa kau membawa-bawa handphone hanya untuk aksesories? Huh?"
  • 41. Semua orang yang ada diruang tunggu itu memperhatikan mereka. "Ah, handphoneku. Maaf. Tapi, apa kau tidak lihat berita itu. Mereka membicarakan tentang kakek." jawab Lee Seol. "Sudahlah. Ayo kita pergi." Park Hae Young menarik tangan Lee Seol dengan paksa. Saat hendak membawa Lee Seol pergi, seketika itu juga banyak karyawan yang menyerbu Park Hae Young. Park Hae Young yang melihat kedatangan wartawan segera melindungi Lee Seol. Ia menyembunyikan kepala Lee Seol dibalik jasnya. Park Hae Young berkata pada Lee Seol, "Kalau wajahmu sampai terpotret maka hidupmu akan bertambah sulit." Lee Seol tidak mengerti kenapa wartawan itu menyerbu mereka, "Apa pertanyaan aneh yang ditanyakan mereka?" "Sudahlah.." Park Hae Young menutup wajah Lee Seol. Ia tidak banyak bicara dengan para wartawan yang heboh menanyakan tentang tanggapan Park Hae Young mengenai interview publik yang diadakan kakeknya. "Mohon berikan kami jalan.." ucap Park Hae Young seraya berjalan cepat, ia masih menutup wajah Lee Seol agar tidak diketahui oleh para wartawan. Kemudian dengan kesempatan yang ada, Park Hae Young dan Lee Seol berlari cepat. Mereka harus menghindari para wartawan. Park Hae Young dan Lee Seol berlari untuk sampai ke parkiran mobil. Melihat mereka berdua berlari, tentu saja para wartawan tidak kalah cepat, mereka berlari mengikui Park Hae Young dan Lee Seol. Kampus menjadi sangat ricuh. Profesor Nam Jung Woo merasa penasaran dengan apa yang sudah terjadi dan ia mengawasi dari kejauhan. Sesampainya di parkiran mobil, Park Hae Young mendorong Lee Seol untuk masuk ke dalam mobil. Pintu mobil dikunci dan wartawan dengan cepat menyerbu Park Hae Young. Para wartawan bertanya, "Siapa wanita yang ada di dalam?" "Bagaimana tanggapanmu mengenai statemen Presiden Dae Han group?" "Kami ingin mengetahui siapa wanita itu?" Park Hae Young mencoba berkilah, ia mengatakan "Aku sedang tidak ingin berpose di depan kamera. Dengan semua masalah yang timbul, rasa malu sedang menghantamku." ucap Park Hae Young. "Cukup-cukup. Kalian sudah mendapatkan informasi dan gambar yang cukup.." Park Hae Young hendak masuk ke dalam mobil tapi Reporter Yoo Gi Gwang datang. Reporter Yoo Gi Gwang adalah salah satu reporter yang disegani. Ia selalu membuat berita yang booming dan selalu bisa menjadikan suatu berita biasa menjadi hal yang luar biasa dan setajam... (jjah..) Reporter Yoo Gi Gwang berkata, "Kita bertemu lagi diplomat Park Hae Young."
  • 42. "Oh, kau Reporter Yoo Gi Gwang." Park Hae Young tidak menyukai kedatangan Reporter Yoo Gi Gwang. "Sepertinya kau masih belum bisa bagaimana cara menghandle wartawan?" Di dalam mobil Lee Seol mendapatkan telepon dari temannya, "Hey, apa semua ini candaan? Apa kau memiliki pacar dan tidak memberitahu kami?" tanya teman Lee Seol. Karena semua keributan yang sudah terjadi, teman-teman Lee Seol penasaran dengan kebenaran yang ada. "Ah, bagaimana kau bisa bilang seperti itu. Cintaku adalah sebuah kesetiaan. Dan aku masih tidak akan menyerah untuk mendapatkan Nam Jung Woo." jawab Lee Seol. "Hei. Hei. Kau sedang tidak berbicara di depan Nam Jung Woo kan?" tanya Lee Seol. "Karena kekacauan ini pelajaran belum dimulai. Dan kau tidak tau? Kalau profesor mengawasimu dari jauh?" "Apa? Benarkah? Sudahlah, aku akan menutup teleponnya." jawab Lee Seol. Ia menutup teleponnya dan teman-temannya kecewa tidak mendapat keterangan yang jelas. Lee Seol mencari-cari keberadaan profesor. "Dimana dia?" ucapnya seraya melihat sekeliling dari balik kaca mobil. Reporter Yoo Gi Gwang berkata, "Baiklah aku akan mencoba untuk meluruskan hal ini. Bukan kah wanita yang ada di dalam mobil adalah princess?" Semuar reporter yang mendengar hal itu heboh. Mereka langsung meminta konfirmaasi dari Park Hae Young, "Apa wanita itu adalah princess? Dan dia bukan prince?" "Kenapa kau menyembunyikannya?" Park Hae Young kesal dengan Reporter Yoo Gi Gwang. Keadaannya memaksanya untuk membuat satu kebohongan publik. Park Hae Young berkata, "Wanita yang didalam mobil ini adalah wanitaku." jawab Park Hae Young. Whoa.. Reporter bertambah gencar untuk memotret Park Hae Young. "Dia hanya seorang mahasiswa yang aneh. Yang bahkan tidak tau siapa diriku dan tidak tau kenapa ia harus bersembunyi seperti itu. Dia sangat naive. Dan ia akan sangat terkejut dengan semua hal yang terjadi hari ini. Baiklah." Park Hae Young segera masuk ke dalam mobil. Ia tidak peduli dengan banyak pertanyaan yang muncul dari para wartawan. Park Hae Young melajukan mobilnya dengan cepat. Ia menuju ke hotel bintang lima milik Dae Han Group. Sesampainya di depan hotel, Park Hae Young segera menyuruh para penjaga untuk memanggil para pengawal untuk memblock jalan masuk ke dalam hotel. Park Hae Young membukakan pintu mobil dan dengan cepat ia menarik tangan Lee Seol. Lee Seol terkejut.
  • 43. "Ayo cepat." suruh Park Hae Young. Mereka harus buru-buru masuk ke dalam hotel kalau tidak, para wartawan akan segera menangkap mereka. (?) "Apa ada masalah antara keluargaku dengan keluargamu?" pertanyaan aneh dari Lee Seol. "Sudahlah. Tidak ada apa-apa.." jawab Park Hae Young, ia menarik paksa Lee Seol untuk masuk ke dalam hotel. Para wartawan tidak berhasil mengejar Park Hae Young dan Lee Seol, mereka tidak diperbolehkan masuk. Banyak pengawal yang menjaga ketat pintu masuk hotel. Reporter Yoo Gi Gwang kesal, karena ia tidak berhasil mendapatkan informasi yang jelas. Park Hae Young dan Lee Seol sampai di depan pintu kamar mewah di hotel bintang lima milik Dae Han Young. Park Hae Young menarik tangan Lee Seol dengan paksa, Lee Seol curiga. Ia melepaskan tangannya dari genggaman tangan Park Hae Young dan melindungi dirinya. "Apa yang akan kau lakukan?!" "Ayo cepat masuk.." ucap Park Hae Young. Park Hae Young aneh melihat ekspresi Lee Seol yang curiga padanya. "Hey, ekspresi apa itu?" "Kau sudah menjatuhkan reputasiku." jawab Lee Seol. Haha.. Kalau seorang pria mengajak seorang wanita masuk ke dalam hotel, itu sama artinya mereka sudah menjatuhkan reputasi sang wanita. "Apa maksudmu? Sampai kapan kau akan---" perkataan Park Hae Young terputus, karena tanpa sengaja Lee Seol memukul Park Hae Young. Lee Seol tidak bermaksud untuk memukul wajah Park Hae Young, ia hanya berusaha untuk melepaskan tangannya dari genggaman tangan Park Hae Young. Park Hae Young merintih kesakitan dan Lee Seol merasa bersalah.. "Maaf.." Mereka berada di dalam kamar hotel. Park Hae Young tengah membersihkan luka di dekat bibirnya dengan sapu tangan. "Apa sangat sakit?" tanya Lee Seol pelan. "Kau.. Kau benar-benar bisa taekwondo? Kenapa kau melayangkan tinju ke arahku?" jawab Park Hae Young kesal. Lee Seol tersenyum, "Aku memang seperti itu. Kadang saat melihat ketidak adilan, aku selalu melayangkan tinju tanpa memikirkannya terlebih dulu." Lee Seol mempraktekan diri, ia hendak melayangkan tinju. Melihat hal itu, Park Hae Young segera menghindar. Lee Seol tertawa. "Hei, kenapa kau ketakutan?" "Apa maksudmu? Itu hanya gerakan refleks."