SlideShare una empresa de Scribd logo
1 de 20
ANEMIA MIKROSITIK
      HIPOKROM
          Kelompok 3 – 2A/S1 Keperawatan


 Gabriella E J   (13)           Lady R         (16)
 Hidayatul A     (14)           Liya Lustiya   (17)
 Ichlaula M      (15)           Kholifatur R   (18)
DEFINISI
Defisiensi besi adalah penyebab anemia yang tersering
di semua negara di dunia. Defisiensi besi merupakan
    penyebab terpenting suatu anemia mikrositik
      hipokrom, dengan ketiga indeks eritrosit
  (MCV, MCH, MCHC) berkurang dan sediaan apus
 darah menunjukkan eritrosit yang kecil (mikrositik)
               dan pucat (hipokrom).
GAMBARAN KLINIS
 Bila defisiensi besi berkembang, cadangan RE (haemosiderin
dan feritin) menjadi kosong sama sekali sebelum anemia terjadi.
Pada stadium dini, biasanya tidak ada abnormalitas
klinis, pasien mungkin mengalami gejala dan tanda umum
anemia dan juga memperlihatkan glositis (radang lidah) yang
tidak nyeri, stomatitis angularis, kuku sendok rapuh
(koilorikia), disfagia yang menyebabkan pharyngeal web dan
nafsu makanan yang tidak biasa. Gastritis atrofi dan sekresi
lambung yang berkurang, biasanya reversibel dengan terapi
besi,terjadi pada sebagian pasien.
ETIOLOGI
 terjadinya ADB sangat ditentukan oleh kemampuan
absorpsi besi, diet yang mengandung besi, kebutuhan
besi yang meningkat dan jumlah yang hilang

 Kekurangan besi dapat disebabkan:

1. Kebutuhan yang meningkat secara fisiologis

• Pertumbuhan

• Menstruasi
ETIOLOGI
2. Kurangnya besi yang diserap

• Masukan besi dari makanan yang tidak adekuat

• Malabsorpsi

3. Perdarahan

4. Transfusi feto-maternal

5. Hemoglobenuria

6. Iatrogenic blood lass
ETIOLOGI

7. Idiopathic pulmonary hemosiderosis

8. Latihan yang berlebihan
PATOFISIOLOGI ANEMIA
      MIKROSITIK HIPOKROM

 1. Anemia defisiensi besi terjadi dalam 3 tahap
Tahap 1 (tahap prelaten), dimana yang terjadi penurunan
hanya kadar feritin (simpanan besi)
Tahap 2 (tahap laten), dimana feritin dan saturasi transferin
turun (tetapi Hb masih normal)
Tahap 3 (tahap def. besi), dimana feritin, saturasi transferin
dan Hb turun (eritrosit menjadi mikrositik hipokrom)
PATOFISIOLOGI ANEMIA
     MIKROSITIK HIPOKROM

2. Anemia pada penyakit kronis
Anemia ini biasanya bersifat sekunder, dalam
arti ada penyakit primer yang mendasarinya.
Perbedaan anemia ini dengan anemia
defisiensi besi tampak pada feritin yang tinggi
dan TIBC yang rendah
PATOFISIOLOGI ANEMIA
    MIKROSITIK HIPOKROM

3. Anemia sideroblastik
Terjadi karena adanya gangguan pada rantai
protoporfirin. Menyebabkan besi yang ada di
sumsum tulang meningkat sehingga besi masuk
ke dalam eritrosit yang baru terbentuk dan
menumpuk pada mitokondria perinukleus.
PATOFISIOLOGI ANEMIA
      MIKROSITIK HIPOKROM

4. Thalasemia
Terjadi karena gangguan pada rantai globin.
Thalasemia dapat terjadi karena sintesis hb yang
abnormal dan juga karena berkurangnya
kecepatan sintesis rantai alfa atau beta yang
normal.
TERJADINYA ANEMIA KARENA
        KEKURANGAN ZAT BESI
        Anemia karena kekurangan zat besi biasanya terjadi secara
bertahap, melalui beberapa stadium, gejalanya baru timbul pada
stadium lanjut.

 Stadium 1. Kehilangan zat besi melebihi asupannya, sehingga
menghabiskan cadangan dalam tubuh, terutama di sumsum tulang.
Kadar ferritin (protein yang menampung zat besi) dalam darah
berkurang secara progresif.

 Stadium 2. Cadangan besi yang telah berkurang tidak dapat
memenuhi kebutuhan untuk pembentukan sel darah merah, sehingga
sel darah merah yang dihasilkan jumlahnya lebih sedikit.
TERJADINYA ANEMIA KARENA
        KEKURANGAN ZAT BESI
 Stadium 3. Mulai terjadi anemia. Pada awal stadium ini, sel darah
  merah tampak normal, tetapi jumlahnya lebih sedikit. Kadar
  hemoglogin dan hematokrit menurun.

 Stadium 4. Sumsum tulang berusaha untuk menggantikan
  kekurangan zat besi dengan mempercepat pembelahan sel dan
  menghasilkan sel darah merah dengan ukuran yang sangat kecil
  (mikrositik), yang khas untuk anemia karena kekurangan zat besi.

 Stadium 5. Dengan semakin memburuknya kekurangan zat besi
  dan anemia, maka akan timbul gejala-gejala karena kekurangan
  zat besi dan gejala-gejala karena anemia semakin memburuk.
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
        YANG MENDUKUNG

 Untuk anemia mikrositik hipokrom, dilakukan pemeriksaan
NER (Nilai eritrosit rata-rata) yang terdiri dari VER, HER, KHER
1. VER/MCV (Volume Eritrosit Rata-rata). Yaitu perbandingan
nilai hematokrit dengan jumlah eritrosit (dalam juta) x 10.
Satuannya fL. Nilai normalnya 80-98 fL.
Jika lebih besar dari pada normal : eritrositnya makrositer
Jika lebih kecil dari pada normal : eritrositnya mikrositer.
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
        YANG MENDUKUNG
 2. HER/MCH (Hemoglobin Eritrosit Rata-rata). Yaitu
perbandingan nilai hemoglobin dengan jumlah eritrosit (dalam
juta ) x 10 . Satuannya pg. Nilai normalnya 27-32 pg
Jika lebih kecil dari normal biasanya eritrosit hipokrom
3. KHER/MCHC (Konsentrasi Hemoglobin Eritrosit Rata-rata).
Yaitu perbandingan nilai hemoglobin dengan nilai hematokrit x
100. Satuannya g/dL. Nilai normalnya 31-35 g/dL.
Jika lebih kecil dari normal biasanya eritrosit hipokrom.
PENATALAKSANAAN ANEMIA
        MIKROSITIK HIPOKROM
 1. Anemia defisiensi besi
a. Terapi besi oral
Berhasilnya terapi anemia defesiensi besi dengan preparat besi
oral akan mengakibatkan retikulositosis yang cepat dalam waktu
kira-kira satu minggu, peningkatan kadar hemoglobin yang
berarti dalam 2-4 minggu, dan perbaikan anemia yang
sempurna dalam 1-3 bulan. Terapi harus dilanjutkan selama 3-6
bulan untuk mengisi kembali cadangan besi tubuh
PENATALAKSANAAN ANEMIA
        MIKROSITIK HIPOKROM

 1. Anemia defisiensi besi
b. Terapi besi parenteral
biasa digunakan untuk pasien yang tidak bisa mentoleransi
penggunaan besi oral. Besi-sorbitol-sitrat diberikan secara
injeksi intramuskular. Ferri hidroksida-sukrosa diberikan secara
injeksi intravena lambat atau infus
PENATALAKSANAAN ANEMIA
        MIKROSITIK HIPOKROM

 c. Pengobatan Lain
Diet, diberikan makanan bergizi tinggi protein terutama yang
berasal dari protein hewani. Vitamin C diberikan 3 x 100mg per
hari untuk meningkatkan absorpsi besi. Transfusi darah, pada
anemia def. Besi dan sideroblastik jarang dilakukan (untuk
menghindari penumpukan besi pada eritrosit)
PENATALAKSANAAN ANEMIA
                   MIKROSITIK HIPOKROM

 2. Anemia pada penyakit kronik. Tidak ada pengobatan
khusus yang mengobati penyakit ini, sehingga pengobatan
ditujukan untuk penyakit yang mendasarinya. Jika anemia
menjadi berat, dapat dilakukan transfusi darah dan pemberian
eritropoietin.
PENATALAKSANAAN ANEMIA
                 MIKROSITIK HIPOKROM

3. Anemia sideroblastik. Penatalaksanaan anemia ini dapat dilakukan
dengan veneseksi dan pemberian vit B6 (pyridoxal fosfat). Setiap unit darah
yang hilang pada veneseksi mengandung 200-250 mg besi.


4. Thalasemia. Transfusi darah dapat dilakukan untuk mempertahankan
kadar Hb >10 g/dL. Tetapi transfusi darah yang berulang kadang
mengakibatkan penimbunan besi, sehingga perlu dilakukan terapi kelasi
besi
Anemia mikrositik hipokrom

Más contenido relacionado

La actualidad más candente

MODUL NYERI DADA BLOK KARDIOVASKULER
MODUL NYERI DADA BLOK KARDIOVASKULERMODUL NYERI DADA BLOK KARDIOVASKULER
MODUL NYERI DADA BLOK KARDIOVASKULERRindang Abas
 
Skenario 20.5 Dermatofitosis & Non-dermatofitosis
Skenario 20.5 Dermatofitosis & Non-dermatofitosisSkenario 20.5 Dermatofitosis & Non-dermatofitosis
Skenario 20.5 Dermatofitosis & Non-dermatofitosisSyscha Lumempouw
 
Materi ii gejala klinis gizi buruk
Materi ii gejala klinis gizi burukMateri ii gejala klinis gizi buruk
Materi ii gejala klinis gizi burukJoni Iswanto
 
Efloresensi (modul kulit dan jaringan penunjang)
Efloresensi (modul kulit dan jaringan penunjang)Efloresensi (modul kulit dan jaringan penunjang)
Efloresensi (modul kulit dan jaringan penunjang)fikri asyura
 
patofisiologi anemia defisiensi besi
patofisiologi anemia defisiensi besipatofisiologi anemia defisiensi besi
patofisiologi anemia defisiensi besiDonna Potter
 
232593414 atelektasis-radiologi-ppt
232593414 atelektasis-radiologi-ppt232593414 atelektasis-radiologi-ppt
232593414 atelektasis-radiologi-pptdini dimas
 
Lupus eritematosus sistemik
Lupus eritematosus sistemikLupus eritematosus sistemik
Lupus eritematosus sistemikfikri asyura
 
ppt_Penatalaksanaan Syok (Adam_FIK UI)
ppt_Penatalaksanaan Syok (Adam_FIK UI)ppt_Penatalaksanaan Syok (Adam_FIK UI)
ppt_Penatalaksanaan Syok (Adam_FIK UI)Adam Muhammad
 
EKG, Hipertrofi Jantung
EKG, Hipertrofi JantungEKG, Hipertrofi Jantung
EKG, Hipertrofi JantungADam Raeyoo
 
Angina pectoris stabil
Angina pectoris stabilAngina pectoris stabil
Angina pectoris stabilfikri asyura
 
Fisiologi kardiovaskular (Jantung)
Fisiologi kardiovaskular (Jantung)Fisiologi kardiovaskular (Jantung)
Fisiologi kardiovaskular (Jantung)Sumayyah Nida Azizah
 

La actualidad más candente (20)

MODUL NYERI DADA BLOK KARDIOVASKULER
MODUL NYERI DADA BLOK KARDIOVASKULERMODUL NYERI DADA BLOK KARDIOVASKULER
MODUL NYERI DADA BLOK KARDIOVASKULER
 
Skenario 20.5 Dermatofitosis & Non-dermatofitosis
Skenario 20.5 Dermatofitosis & Non-dermatofitosisSkenario 20.5 Dermatofitosis & Non-dermatofitosis
Skenario 20.5 Dermatofitosis & Non-dermatofitosis
 
Materi ii gejala klinis gizi buruk
Materi ii gejala klinis gizi burukMateri ii gejala klinis gizi buruk
Materi ii gejala klinis gizi buruk
 
8 Shock Manajemen
8 Shock Manajemen8 Shock Manajemen
8 Shock Manajemen
 
Efloresensi (modul kulit dan jaringan penunjang)
Efloresensi (modul kulit dan jaringan penunjang)Efloresensi (modul kulit dan jaringan penunjang)
Efloresensi (modul kulit dan jaringan penunjang)
 
Syok pada anak
Syok pada anak Syok pada anak
Syok pada anak
 
patofisiologi anemia defisiensi besi
patofisiologi anemia defisiensi besipatofisiologi anemia defisiensi besi
patofisiologi anemia defisiensi besi
 
232593414 atelektasis-radiologi-ppt
232593414 atelektasis-radiologi-ppt232593414 atelektasis-radiologi-ppt
232593414 atelektasis-radiologi-ppt
 
Lupus eritematosus sistemik
Lupus eritematosus sistemikLupus eritematosus sistemik
Lupus eritematosus sistemik
 
Sindroma koroner akut
Sindroma koroner akutSindroma koroner akut
Sindroma koroner akut
 
Sel darah merah
Sel darah merahSel darah merah
Sel darah merah
 
Metabolisme bilirubin
Metabolisme bilirubinMetabolisme bilirubin
Metabolisme bilirubin
 
hemostasis dan komponen
hemostasis dan komponenhemostasis dan komponen
hemostasis dan komponen
 
ppt_Penatalaksanaan Syok (Adam_FIK UI)
ppt_Penatalaksanaan Syok (Adam_FIK UI)ppt_Penatalaksanaan Syok (Adam_FIK UI)
ppt_Penatalaksanaan Syok (Adam_FIK UI)
 
EKG, Hipertrofi Jantung
EKG, Hipertrofi JantungEKG, Hipertrofi Jantung
EKG, Hipertrofi Jantung
 
Nefrotik vs nefritik
Nefrotik vs nefritikNefrotik vs nefritik
Nefrotik vs nefritik
 
Angina pectoris stabil
Angina pectoris stabilAngina pectoris stabil
Angina pectoris stabil
 
Bronko pneumonia
Bronko pneumoniaBronko pneumonia
Bronko pneumonia
 
Cairan infuse
Cairan infuseCairan infuse
Cairan infuse
 
Fisiologi kardiovaskular (Jantung)
Fisiologi kardiovaskular (Jantung)Fisiologi kardiovaskular (Jantung)
Fisiologi kardiovaskular (Jantung)
 

Destacado

Laporan tutorial A blok 8 (Anemia mikrositik hipokromik)
Laporan tutorial A blok 8 (Anemia mikrositik hipokromik)Laporan tutorial A blok 8 (Anemia mikrositik hipokromik)
Laporan tutorial A blok 8 (Anemia mikrositik hipokromik)Amanda Putri Utami
 
Anemia defesiensi besi
Anemia defesiensi besiAnemia defesiensi besi
Anemia defesiensi besiSii AQyuu
 
Jaringan Darah (Blood Tissue)
Jaringan Darah (Blood Tissue)Jaringan Darah (Blood Tissue)
Jaringan Darah (Blood Tissue)Nur Aini
 
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN ANEMIA
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN ANEMIA ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN ANEMIA
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN ANEMIA pjj_kemenkes
 
HEMATOLOGI ANEMIA HEMOLITIK
HEMATOLOGI ANEMIA HEMOLITIKHEMATOLOGI ANEMIA HEMOLITIK
HEMATOLOGI ANEMIA HEMOLITIKIeyza Ieyriza II
 
Anemia pada kehamilan (Anemia gravidarum)
Anemia pada kehamilan (Anemia gravidarum)Anemia pada kehamilan (Anemia gravidarum)
Anemia pada kehamilan (Anemia gravidarum)AyLa Bareeza
 
Makalah Pengelolaan Limbah Rumah Sakit Umum Singaraja
Makalah Pengelolaan Limbah Rumah Sakit Umum SingarajaMakalah Pengelolaan Limbah Rumah Sakit Umum Singaraja
Makalah Pengelolaan Limbah Rumah Sakit Umum SingarajaLaksmi_Perwira
 
Eritrosit (sel darah merah)
Eritrosit (sel darah merah)Eritrosit (sel darah merah)
Eritrosit (sel darah merah)nadia hasanah
 

Destacado (15)

Laporan tutorial A blok 8 (Anemia mikrositik hipokromik)
Laporan tutorial A blok 8 (Anemia mikrositik hipokromik)Laporan tutorial A blok 8 (Anemia mikrositik hipokromik)
Laporan tutorial A blok 8 (Anemia mikrositik hipokromik)
 
Anemia
AnemiaAnemia
Anemia
 
Ss15
Ss15Ss15
Ss15
 
Anemia
AnemiaAnemia
Anemia
 
Anemia defesiensi besi
Anemia defesiensi besiAnemia defesiensi besi
Anemia defesiensi besi
 
Rh4
Rh4Rh4
Rh4
 
Anemia
AnemiaAnemia
Anemia
 
Anemia hemolitik
Anemia hemolitikAnemia hemolitik
Anemia hemolitik
 
Jaringan Darah (Blood Tissue)
Jaringan Darah (Blood Tissue)Jaringan Darah (Blood Tissue)
Jaringan Darah (Blood Tissue)
 
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN ANEMIA
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN ANEMIA ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN ANEMIA
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN ANEMIA
 
HEMATOLOGI ANEMIA HEMOLITIK
HEMATOLOGI ANEMIA HEMOLITIKHEMATOLOGI ANEMIA HEMOLITIK
HEMATOLOGI ANEMIA HEMOLITIK
 
Anemia pada kehamilan (Anemia gravidarum)
Anemia pada kehamilan (Anemia gravidarum)Anemia pada kehamilan (Anemia gravidarum)
Anemia pada kehamilan (Anemia gravidarum)
 
Makalah Pengelolaan Limbah Rumah Sakit Umum Singaraja
Makalah Pengelolaan Limbah Rumah Sakit Umum SingarajaMakalah Pengelolaan Limbah Rumah Sakit Umum Singaraja
Makalah Pengelolaan Limbah Rumah Sakit Umum Singaraja
 
Transfusi darah
Transfusi darahTransfusi darah
Transfusi darah
 
Eritrosit (sel darah merah)
Eritrosit (sel darah merah)Eritrosit (sel darah merah)
Eritrosit (sel darah merah)
 

Similar a Anemia mikrositik hipokrom

Similar a Anemia mikrositik hipokrom (20)

Askep anemia
Askep anemiaAskep anemia
Askep anemia
 
Anemia defisiensi besi
Anemia defisiensi besi Anemia defisiensi besi
Anemia defisiensi besi
 
Kelompok 1_Kelainan Eritrosit.ppt
Kelompok 1_Kelainan Eritrosit.pptKelompok 1_Kelainan Eritrosit.ppt
Kelompok 1_Kelainan Eritrosit.ppt
 
Anemia gizi besi
Anemia gizi besiAnemia gizi besi
Anemia gizi besi
 
ppt.ppt
ppt.pptppt.ppt
ppt.ppt
 
Askep anemia gravidarum
Askep anemia gravidarumAskep anemia gravidarum
Askep anemia gravidarum
 
Animea Defesiensi
Animea DefesiensiAnimea Defesiensi
Animea Defesiensi
 
Askep anemia
Askep anemiaAskep anemia
Askep anemia
 
4. anemia
4. anemia4. anemia
4. anemia
 
66 56-2-pb
66 56-2-pb66 56-2-pb
66 56-2-pb
 
Askep_Anemia.doc
Askep_Anemia.docAskep_Anemia.doc
Askep_Anemia.doc
 
kasusanemia-170326130659 (1).pptx
kasusanemia-170326130659 (1).pptxkasusanemia-170326130659 (1).pptx
kasusanemia-170326130659 (1).pptx
 
Anemia 26.11.22.ppt
Anemia 26.11.22.pptAnemia 26.11.22.ppt
Anemia 26.11.22.ppt
 
ANEMIA KELOMPOK 4 (1).pptx
ANEMIA KELOMPOK 4 (1).pptxANEMIA KELOMPOK 4 (1).pptx
ANEMIA KELOMPOK 4 (1).pptx
 
Makalah anemia
Makalah anemia Makalah anemia
Makalah anemia
 
Makalah prinsip diet pada ibu hamil dengan anemia 3
Makalah prinsip diet pada ibu hamil dengan anemia 3Makalah prinsip diet pada ibu hamil dengan anemia 3
Makalah prinsip diet pada ibu hamil dengan anemia 3
 
Makalah prinsip diet pada ibu hamil dengan anemia 3
Makalah prinsip diet pada ibu hamil dengan anemia 3Makalah prinsip diet pada ibu hamil dengan anemia 3
Makalah prinsip diet pada ibu hamil dengan anemia 3
 
Anemia.pptx
Anemia.pptxAnemia.pptx
Anemia.pptx
 
Anemia
AnemiaAnemia
Anemia
 
Askep anemia
Askep anemiaAskep anemia
Askep anemia
 

Último

ANESTESI LOKAL YARSI fixbgt dehhhhh.pptx
ANESTESI LOKAL YARSI fixbgt dehhhhh.pptxANESTESI LOKAL YARSI fixbgt dehhhhh.pptx
ANESTESI LOKAL YARSI fixbgt dehhhhh.pptxCahyaRizal1
 
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptx
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptxILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptx
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptxfania35
 
SOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.ppt
SOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.pptSOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.ppt
SOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.pptDwiBhaktiPertiwi1
 
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/mamateri kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/maGusmaliniEf
 
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdfLaporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdfHilalSunu
 
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdf
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdfPEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdf
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdfMeboix
 
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah Sakit
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah SakitPresentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah Sakit
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah SakitIrfanNersMaulana
 
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar KepHaslianiBaharuddin
 
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal DiabetesFARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal DiabetesNadrohSitepu1
 
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docxpuskesmasseigeringin
 
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptToksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptRoniAlfaqih2
 
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdfMeboix
 
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin raufLAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin raufalmahdaly02
 
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.pptkonsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.pptKianSantang21
 
362259940-Kista-Duktus-Tiroglosus-ppt.pptx
362259940-Kista-Duktus-Tiroglosus-ppt.pptx362259940-Kista-Duktus-Tiroglosus-ppt.pptx
362259940-Kista-Duktus-Tiroglosus-ppt.pptxAzwarArifkiSurg
 
Ppt Macroscopic Structure of Skin Rash.pdf
Ppt Macroscopic Structure of Skin Rash.pdfPpt Macroscopic Structure of Skin Rash.pdf
Ppt Macroscopic Structure of Skin Rash.pdfAyundaHennaPelalawan
 
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdf
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdfPPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdf
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdfhurufd86
 
Presentasi farmakologi materi hipertensi
Presentasi farmakologi materi hipertensiPresentasi farmakologi materi hipertensi
Presentasi farmakologi materi hipertensissuser1cc42a
 
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).pptMATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).pptbambang62741
 
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinanDwiNormaR
 

Último (20)

ANESTESI LOKAL YARSI fixbgt dehhhhh.pptx
ANESTESI LOKAL YARSI fixbgt dehhhhh.pptxANESTESI LOKAL YARSI fixbgt dehhhhh.pptx
ANESTESI LOKAL YARSI fixbgt dehhhhh.pptx
 
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptx
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptxILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptx
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptx
 
SOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.ppt
SOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.pptSOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.ppt
SOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.ppt
 
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/mamateri kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
 
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdfLaporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
 
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdf
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdfPEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdf
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdf
 
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah Sakit
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah SakitPresentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah Sakit
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah Sakit
 
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep
 
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal DiabetesFARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
 
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx
 
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptToksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
 
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
 
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin raufLAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
 
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.pptkonsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
 
362259940-Kista-Duktus-Tiroglosus-ppt.pptx
362259940-Kista-Duktus-Tiroglosus-ppt.pptx362259940-Kista-Duktus-Tiroglosus-ppt.pptx
362259940-Kista-Duktus-Tiroglosus-ppt.pptx
 
Ppt Macroscopic Structure of Skin Rash.pdf
Ppt Macroscopic Structure of Skin Rash.pdfPpt Macroscopic Structure of Skin Rash.pdf
Ppt Macroscopic Structure of Skin Rash.pdf
 
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdf
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdfPPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdf
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdf
 
Presentasi farmakologi materi hipertensi
Presentasi farmakologi materi hipertensiPresentasi farmakologi materi hipertensi
Presentasi farmakologi materi hipertensi
 
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).pptMATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
 
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
 

Anemia mikrositik hipokrom

  • 1. ANEMIA MIKROSITIK HIPOKROM Kelompok 3 – 2A/S1 Keperawatan  Gabriella E J (13)  Lady R (16)  Hidayatul A (14)  Liya Lustiya (17)  Ichlaula M (15)  Kholifatur R (18)
  • 2. DEFINISI Defisiensi besi adalah penyebab anemia yang tersering di semua negara di dunia. Defisiensi besi merupakan penyebab terpenting suatu anemia mikrositik hipokrom, dengan ketiga indeks eritrosit (MCV, MCH, MCHC) berkurang dan sediaan apus darah menunjukkan eritrosit yang kecil (mikrositik) dan pucat (hipokrom).
  • 3. GAMBARAN KLINIS  Bila defisiensi besi berkembang, cadangan RE (haemosiderin dan feritin) menjadi kosong sama sekali sebelum anemia terjadi. Pada stadium dini, biasanya tidak ada abnormalitas klinis, pasien mungkin mengalami gejala dan tanda umum anemia dan juga memperlihatkan glositis (radang lidah) yang tidak nyeri, stomatitis angularis, kuku sendok rapuh (koilorikia), disfagia yang menyebabkan pharyngeal web dan nafsu makanan yang tidak biasa. Gastritis atrofi dan sekresi lambung yang berkurang, biasanya reversibel dengan terapi besi,terjadi pada sebagian pasien.
  • 4. ETIOLOGI  terjadinya ADB sangat ditentukan oleh kemampuan absorpsi besi, diet yang mengandung besi, kebutuhan besi yang meningkat dan jumlah yang hilang  Kekurangan besi dapat disebabkan: 1. Kebutuhan yang meningkat secara fisiologis • Pertumbuhan • Menstruasi
  • 5. ETIOLOGI 2. Kurangnya besi yang diserap • Masukan besi dari makanan yang tidak adekuat • Malabsorpsi 3. Perdarahan 4. Transfusi feto-maternal 5. Hemoglobenuria 6. Iatrogenic blood lass
  • 6. ETIOLOGI 7. Idiopathic pulmonary hemosiderosis 8. Latihan yang berlebihan
  • 7. PATOFISIOLOGI ANEMIA MIKROSITIK HIPOKROM  1. Anemia defisiensi besi terjadi dalam 3 tahap Tahap 1 (tahap prelaten), dimana yang terjadi penurunan hanya kadar feritin (simpanan besi) Tahap 2 (tahap laten), dimana feritin dan saturasi transferin turun (tetapi Hb masih normal) Tahap 3 (tahap def. besi), dimana feritin, saturasi transferin dan Hb turun (eritrosit menjadi mikrositik hipokrom)
  • 8. PATOFISIOLOGI ANEMIA MIKROSITIK HIPOKROM 2. Anemia pada penyakit kronis Anemia ini biasanya bersifat sekunder, dalam arti ada penyakit primer yang mendasarinya. Perbedaan anemia ini dengan anemia defisiensi besi tampak pada feritin yang tinggi dan TIBC yang rendah
  • 9. PATOFISIOLOGI ANEMIA MIKROSITIK HIPOKROM 3. Anemia sideroblastik Terjadi karena adanya gangguan pada rantai protoporfirin. Menyebabkan besi yang ada di sumsum tulang meningkat sehingga besi masuk ke dalam eritrosit yang baru terbentuk dan menumpuk pada mitokondria perinukleus.
  • 10. PATOFISIOLOGI ANEMIA MIKROSITIK HIPOKROM 4. Thalasemia Terjadi karena gangguan pada rantai globin. Thalasemia dapat terjadi karena sintesis hb yang abnormal dan juga karena berkurangnya kecepatan sintesis rantai alfa atau beta yang normal.
  • 11. TERJADINYA ANEMIA KARENA KEKURANGAN ZAT BESI Anemia karena kekurangan zat besi biasanya terjadi secara bertahap, melalui beberapa stadium, gejalanya baru timbul pada stadium lanjut.  Stadium 1. Kehilangan zat besi melebihi asupannya, sehingga menghabiskan cadangan dalam tubuh, terutama di sumsum tulang. Kadar ferritin (protein yang menampung zat besi) dalam darah berkurang secara progresif.  Stadium 2. Cadangan besi yang telah berkurang tidak dapat memenuhi kebutuhan untuk pembentukan sel darah merah, sehingga sel darah merah yang dihasilkan jumlahnya lebih sedikit.
  • 12. TERJADINYA ANEMIA KARENA KEKURANGAN ZAT BESI  Stadium 3. Mulai terjadi anemia. Pada awal stadium ini, sel darah merah tampak normal, tetapi jumlahnya lebih sedikit. Kadar hemoglogin dan hematokrit menurun.  Stadium 4. Sumsum tulang berusaha untuk menggantikan kekurangan zat besi dengan mempercepat pembelahan sel dan menghasilkan sel darah merah dengan ukuran yang sangat kecil (mikrositik), yang khas untuk anemia karena kekurangan zat besi.  Stadium 5. Dengan semakin memburuknya kekurangan zat besi dan anemia, maka akan timbul gejala-gejala karena kekurangan zat besi dan gejala-gejala karena anemia semakin memburuk.
  • 13. PEMERIKSAAN LABORATORIUM YANG MENDUKUNG  Untuk anemia mikrositik hipokrom, dilakukan pemeriksaan NER (Nilai eritrosit rata-rata) yang terdiri dari VER, HER, KHER 1. VER/MCV (Volume Eritrosit Rata-rata). Yaitu perbandingan nilai hematokrit dengan jumlah eritrosit (dalam juta) x 10. Satuannya fL. Nilai normalnya 80-98 fL. Jika lebih besar dari pada normal : eritrositnya makrositer Jika lebih kecil dari pada normal : eritrositnya mikrositer.
  • 14. PEMERIKSAAN LABORATORIUM YANG MENDUKUNG  2. HER/MCH (Hemoglobin Eritrosit Rata-rata). Yaitu perbandingan nilai hemoglobin dengan jumlah eritrosit (dalam juta ) x 10 . Satuannya pg. Nilai normalnya 27-32 pg Jika lebih kecil dari normal biasanya eritrosit hipokrom 3. KHER/MCHC (Konsentrasi Hemoglobin Eritrosit Rata-rata). Yaitu perbandingan nilai hemoglobin dengan nilai hematokrit x 100. Satuannya g/dL. Nilai normalnya 31-35 g/dL. Jika lebih kecil dari normal biasanya eritrosit hipokrom.
  • 15. PENATALAKSANAAN ANEMIA MIKROSITIK HIPOKROM  1. Anemia defisiensi besi a. Terapi besi oral Berhasilnya terapi anemia defesiensi besi dengan preparat besi oral akan mengakibatkan retikulositosis yang cepat dalam waktu kira-kira satu minggu, peningkatan kadar hemoglobin yang berarti dalam 2-4 minggu, dan perbaikan anemia yang sempurna dalam 1-3 bulan. Terapi harus dilanjutkan selama 3-6 bulan untuk mengisi kembali cadangan besi tubuh
  • 16. PENATALAKSANAAN ANEMIA MIKROSITIK HIPOKROM  1. Anemia defisiensi besi b. Terapi besi parenteral biasa digunakan untuk pasien yang tidak bisa mentoleransi penggunaan besi oral. Besi-sorbitol-sitrat diberikan secara injeksi intramuskular. Ferri hidroksida-sukrosa diberikan secara injeksi intravena lambat atau infus
  • 17. PENATALAKSANAAN ANEMIA MIKROSITIK HIPOKROM  c. Pengobatan Lain Diet, diberikan makanan bergizi tinggi protein terutama yang berasal dari protein hewani. Vitamin C diberikan 3 x 100mg per hari untuk meningkatkan absorpsi besi. Transfusi darah, pada anemia def. Besi dan sideroblastik jarang dilakukan (untuk menghindari penumpukan besi pada eritrosit)
  • 18. PENATALAKSANAAN ANEMIA MIKROSITIK HIPOKROM  2. Anemia pada penyakit kronik. Tidak ada pengobatan khusus yang mengobati penyakit ini, sehingga pengobatan ditujukan untuk penyakit yang mendasarinya. Jika anemia menjadi berat, dapat dilakukan transfusi darah dan pemberian eritropoietin.
  • 19. PENATALAKSANAAN ANEMIA MIKROSITIK HIPOKROM 3. Anemia sideroblastik. Penatalaksanaan anemia ini dapat dilakukan dengan veneseksi dan pemberian vit B6 (pyridoxal fosfat). Setiap unit darah yang hilang pada veneseksi mengandung 200-250 mg besi. 4. Thalasemia. Transfusi darah dapat dilakukan untuk mempertahankan kadar Hb >10 g/dL. Tetapi transfusi darah yang berulang kadang mengakibatkan penimbunan besi, sehingga perlu dilakukan terapi kelasi besi