Makalah ini membahas tentang emansipasi wanita dalam Islam. Islam telah memberikan hak-hak dan kedudukan yang mulia kepada wanita sebagai manusia, ibu, istri, dan anggota masyarakat. Namun, emansipasi wanita yang diserukan oleh kelompok non-Muslim seringkali bertujuan menyesatkan wanita dari ajaran Islam dan menjerumuskan mereka ke hal-hal yang merusak. Islam telah mengatur batasan dan solusi yang tep
2. Pecahnya keharmonisan rumah tangga, sebab sang ibu lalai dengan tugas-tugas utamanya dalam rumah, seperti, memasak, mencuci, membersihkan rumah, melayani suami dan anggota keluarga. Akibatnya, rumah tanggapun berantakan tak terurus
3. Keadaan perkembangan anak menjadi kurang terkontrol, lantaran ayahdan ibu sibuk bekerja di luar rumah. Dari celah inilah, akhirnya muncul dengan subur kenakalan anak-anak dan remaja-remaji.
4. 12Terjadinya percekcokkan dan perseteruan antara suami-istri. Dikarenakan ketika suami menuntut pelayanan dari sang istri dengan sebaik-baiknya, si istri merasa capek dan lelah, lantaran seharian bekerja di luar rumah.
5. Terjadinya perselingkuhan. Karena ditempat kerja tersebut, tidak ada lagi larangan bercampur antar lain jenis, dandanan yang menggoda lawan jenisnya dan selainnya dari malapetaka yang hanya Allahlah Maha mengetahuinya.
7. "Hendaklah kaum wanita (wanita muslimah), tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan bertingkahlaku seperti orang –orang jahiliyah dahulu." (QS. Al-Ahzab: 33)
8. Rasulullah bersabda: “Dan wanita adalah penanggung jawab di dalam rumah suaminya ia akan di minta pertanggung jawabannya atas tugasnya.” (HR. Buhkari Muslim).<br />Pada hakekatnya, Allah tidaklah membebani kaum wanita untuk bekerja mencari nafkah keluarga, karena itu merupakan kewajiban kaum laki-laki<br />Alloh berfirman: <br />“Dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengancara yang ma’ruf (baik).” (QS. Al-Baqarah: 233) <br />Dari ayat tersebut tersirat bahwa seorang istri merupakan tanggungan suami, begitu juga seorang putri, tanggungan orang tua. Karenanya, apabila seorang wanita muslimah memaksakan dirinya untuk bekerja menjadi wanita karir misalnya, maka pada hakekatnya dia telah merusak citra dirinya sendiri, karena bagaimanpun juga, wanita tidak bakalan sanggup menandingi kaum pria dalam segala pekerjaan lantaran beberapa kelemahan yang ada pada diriwanita, seperti, kekuatan fisik yang lemah, mengalami haidh, hamil, melahirkan, nifas, menyusui, mengasuh anak, sehingga mereka tidak punya waktu penuh dan tenaga ekstra kuat yang mampu mengimbangi kaum laki-laki.<br />Mayoritas wanita zaman sekarang ini, begitu mudah tergiur dan terbujuk dengan slogan emansipasi ini, sehingga mereka beramai-ramai berusaha mencari tambahan pemasukan guna meningkatkan taraf hidup mereka, sekalipun harus melanggar syari’at, seperti bekerja membungakan uang pinjaman, padahal ini termasuk riba.<br />13<br />Alloh berfirman: <br />quot;
Alloh menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba.quot;
(QS. Al Baqarah: 275)<br />Atau bekerja menawarkan produk-produk tertentu dengan menampilkan dan memamerkan kecantikannya walau harus membuka auratnya.<br />Padahal Rasulullah Muhammad SAW bersabda: <br />quot;
Wanita itu adalah aurat.quot;
(HR. Tirmidzi)<br />Adapun yang di maksud aurat wanita muslimah dalam hadits ini adalah semua anggota tubuh kecuali wajah dan kedua telapak tangan (menurut sebagian ulama’).<br />Dalam bidang politik juga terjadi. Hal ini terjadi dengan antusiasnya kaum hawa untuk terjun dalam arena kancah politik. Padahal anggotanya (yang di pimpinnya) mayoritas terdiri dari kaum laki-laki. Seperti ini banyak kita saksikan di sekolah-sekolah, kantor-kantor, lembaga-lembaga, istansi, maupun di berbagai sektor pekerjaan. Hal ini sangat bertentangan dengan firman Alloh: <br />“Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Alloh telah melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain (wanita).” (QS. An Nisa’: 34) <br />Firman-Nya pula: <br />“Dan orang laki-laki tidaklah sama seperti orang perempuan.” (QS.Al imron: 36) <br />Inilah beberapa dalil Al Qur’an dan Sunnah yang menjadi hujjah dan bantahan atas para penyeru slogan emansipasi kaum wanita, semoga Alloh menjaga kaum muslimin semuanya dari tipudaya musuh-musuh-Nya, sesungguhnya Alloh Maha Kuat lagi Maha Perkasa.<br />14<br />3.6 Solusi Islami Terhadap Emansipasi<br />Menurut informasi samawi, bahwa laki-laki adalah penanggung jawab kehidupan wanita, dan wanita sebagai pengurus rumah tangga suami, merupakan aksioma dari Allah swt. Istri sepenuhnya bertanggung jawab kepada suami atas segala urusan rumah tangga, khususnya tatkala suami tidak berada di rumah. Hal ini Allah firmankan di dalam al-Qur'an surat an-Nisa' , 4:34. <br />quot;
Kaum laki-Iaki adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebagian mereka (laki- laki) atas sebagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan harta mereka. Sebab itu maka wanita yang shalihah, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri di saat kepergian suaminya oleh karena Allah telah memelihara (mereka). Wanita-wanita yang kamu khawatiri nusyuznya, maka nasihatilah mereka dan pisahkanlah diri dari tempat tidur mereka, dan pukullah mereka. Kemudian jika mereka mentaatimu, maka janganlah kamu mencari-cari jalan untuk menyusah- kannya. Sesungguhnya Allah Maha tinggi lagi Maha besarquot;
. <br />Secara fitrah, laki-laki dan wanita berbeda, baik fisiologis, psychis, maupun kesigapannya.Ini adalah kenyataan yang tidak mungkin dimanipulasi. Wanita secara fisiologis, memang lebih halus, lembut dan lunak, sehingga mampu mengikuti perilaku anak-anak, dan bersabar mengenda1ikan emosi di dalam mengasuh dan mendidik mereka. <br />Adapun laki-laki, secara fisiologis lebih kuat dan lebih gesit, sehingga mampu lebih cepat melakukan tindakan, mampu melakukan perjuangan dan persaingan mengatasi kemelut dan kesulitan, serta mampu mempertahankan eksistensi diri dan keluarganya, menangkis ancaman bahaya dari luar terhadap diri dan keluarganya. <br />Laki-laki sebagai penanggung jawab keluarga, sudah selayaknya memperoleh hak pengawasan atas tingkah laku istri dan keluarganya. Prinsip ini ternyata sesuai dengan sistem manajemen moderen, baik yang berlaku di dalam perusahaan maupun dalam pemerintahan.<br />15Bertitik tolak pada prinsip, bahwa laki-laki adalah penanggung jawab terhadap wanita, hal ini berdasarkan pada dua asas, yaitu: Pertama, laki-laki dijadikan lebih dari wanita secara kodrati untuk melakukan pekerjaan di luar rumah. Kedua, laki-laki dibebani kewajiban memberi nafkah kepada keluarganya. <br />Sebagai konsekuensi dari asas pertama di atas, yaitu laki-laki secara kodrati dijadikan sebagai pihak yang harus bekerja di luar rumah, maka Islam menetapkan, bahwa kesaksian seorang wanita secara hukum tidak dapat disamakan dengan kesaksian seorang laki-laki. Dengan maksud agar kesaksian seorang wanita itu mendapat pengakuan hukum sama dengan kesaksian seorang laki-laki, Islam menetapkan, dua saksi wanita sama ni1ainya dengan kesaksian seorang laki-laki. Hal ini dengan tegas dinyatakan oleh Al1ah dalam QS. al-Baqarah, 2:282. <br />quot;
Dan persaksikanlah dengan dua orang saksi dari orang-orang lelaki (di antaramu). Jika tak ada dua orang lelaki, maka (boleh) seorang lelaki dan dua orang perempuan dari saksi-saksi yang kamu ridhai, supaya jika seorang lupa maka yang seorang lagi mengingatkannya. quot;
<br />Ayat ini menjelaskan, mengapa seorang wanita dipandang tidak pada tempatnya memasuki dunia kerja dan kehidupan kaum laki-laki, walaupun secara kebetulan terjadi suatu keadaan yang memaksa seorang wanita untuk melakukan pekerjaan seperti itu. Namun realitas kehidupan tetap menjadi saksi, bahwa tidaklah pernah dapat dibuktikan adanya kesanggupan wanita sama dengan kesanggupan laki-laki. Oleh sebab itu dalam hal kesaksian, wanita hanya dapat diterima bila dikuatkan oleh seorang wanita lagi sehingga nilainya sama dengan kesaksian seorang laki-laki. Ketentuan syari' at yang berpijak pada prinsip tanggung jawab laki-laki untuk menafkahi keluarganya, yaitu adanya bagian warisan dua kali dari bagian wanita. Hal ini ditetapkan berdasarkan firman Allah pada QS. an-Nisa', 4:11. <br />quot;
Allah mensyari 'atkan kepadamu tentang (pembagian harta pusaka untuk) anak-anakmu, yaitu bagian dari seorang anak laki-laki sama dengan bagian dua orang anak perempuan. .. quot;
<br />16Apabila kita mengakui, bahwa wanita dapat bekerja berdampingan dengan laki-laki di dalam semua lapangan kerja, dan berbagai bidang kepegawaian, karena meniru pola kehidupan Barat, sehingga hal ini kita jadikan sebagai salah satu sendi dalam membangun masyarakat, berarti kita membatalkan semua ketentuan syari' at Al-Qur' an, baik yang bersifat pokok maupun substansinya, karena ingin menyesuaikan dengan kondisi-kondisi baru yang sedang berlangsung. <br />Di samping ini semua, kepemimpinan laki-laki atas wanita tidak berarti, bahwa secara agama maupun keduniaan, laki-laki mempunyai nilai lebih unggul daripada wanita. Juga tidak berarti, bahwa Islam telah bersikap diskriminatif berdasarkan gender, sebagaimana banyak dikritik oleh orang-orang sekuler. <br />Sesungguhnya Allah swt. telah menyatakan dalam firman-Nya : <br />quot;
Maka Tuhan mereka memperkenankan permohonannya (dengan berfirman): 'Sesungguhnya Aku tidak menyia-nyiakan amal orang-orang yang beramal di antara kamu, baik laki-laki maupun wanita, (karena) sebagian kamu adalah turunan sebagian yang lain... quot;
(Qs. Ali Imran,3:195).<br />DAFTAR PUSTAKA<br />Abizahra. 2009. Solusi Islami Terhadap Emansipasi. http://www.4shared.com/get/74148659/543ec2a6/Solusi_islami_terhadap_emansip.html [edisi online] diakses 14 April 2010.<br />Al-Quran Ul Karim.<br />Al-Ustadz Abu Usamah Abdurrahman bin Rawiyah. 2008. Emansipasi, Propaganda Untuk Meruntuhkan Aqidah. http://akhwat.web.id/muslimah-salafiyah/aqidah-manhaj/emansipasi-propaganda-untuk-meruntuhkan-aqidah/ [edisi online] di akses 21 Februari 2010.<br />Al-Ustadz Ruaifi' bin Sulaimi. 2008. Emansipasi Wanita, Propaganda Musuh-musuh Islam. http://akhwat.web.id/muslimah-salafiyah/aqidah-manhaj/emansipasi-wanita-propaganda-musuh-musuh-islam/ [seri online] di akses 21 Februari 2010.<br />Anonim. 2009. Buletin Dakwah Al Islam edisi 494/Tahun XVII: Nikah Yang Sah Dipersoalkan Perzinaan Dibiarkan. Jakarta: Hizbut Tahrir Indonesia<br />Hasyim bin Hamid bin 'Ajil Ar Rifa'iy. 2006. Membina Keharmonisan Berumah Tangga Menurut Al Qur’an dan Sunnah dan Bahaya Emansipasi Wanita. Malang: Cahaya Tauhid Press.<br />Majalah Al-Furqon Tahun 6 Edisi 9 Rabiuts Tsani 1428 H. “Keagungan Wanita Dalam Naungan Islam.”<br />Yuli Kurniawati, Lisa dkk. 2008. Emansipasi Wanita Dalam Islam. Surabaya: Makalah tidak diterbitkan.<br />Yuswaji, Ahmad dkk. 2006. Akhwat Jurnal Muslimah dan Keluarga Sakinah : Saudariku... Sampai Kapan Kau Terlena edisi 01. versi e-book. Yogyakarta: Yayasan Darussunnah Al-Islamy.<br />