SlideShare una empresa de Scribd logo
1 de 3
Descargar para leer sin conexión
44 ✿ SEKAR
Foto:SendieNurseptaraS.
Peristiwa
K
etika mendengar dari seorang
kenalan tentang kiprah SOS
Desa Taruna dalam merawat
anak terlantar, Sekar langsung terta-
rik. Tanpa menunda-nunda lagi, kami
mendatangi Y.R. Sutoyo (55), sang
pimpinan, yang menjelaskan bagaim-
ana SOS berbeda dengan panti-panti
asuhan yang lain.
Berawal dari Kasih
Y. R. Sutoyo, atau Pak Toyo begitu
biasa ia dipanggil, memulai wawan-
cara ini dengan bercerita mengenai
misi yang telah berumur 60 tahun,
“Sejarah itu dimulai di Austria, pada
akhir Perang Dunia II, tahun 1949.
Adalah seorang laki-laki bernama
Hermann Gmeiner. Ketika be-
rangkat kuliah saat musim dingin,
ia tersentuh melihat begitu banyak
anak- anak di jalanan, tak terurus
dan sebatang kara akibat perang. Ia
membawa pulang delapan anak ke
rumahnya, dan me­nyerah­kan mereka
SOS Desa Taruna
Berawal dari welas asih
seorang pria terhadap
anak-anak terlantar di
kota Innsbruck, Austria,
panti asuhan SOS
Kinderdorf kini telah
meng­asuh anak-anak
terbuang di lebih dari
130 negara. Berikut
liputan IP Rangga.
Merawat anak
Yang Terbuang
kepada ibunya untuk diasuh, diberi
makan, dan diberi tempat tinggal.”
Pak Toyo melanjutkan, “Nah,
seirama dengan surutnya perang,
kondisi negara mulai membaik.
Namun masih banyak anak-anak
Bermain di taman keliling.
SEKAR ✿ 45
yang belum tertolong. Dari situ
pemerintah mulai turun tangan
dengan memberi gudang untuk me-
nampung mereka.” Pak Toyo men-
jelaskan, cikal bakal pemeliharaan
oleh ibunda Hermann Gmeiner inilah
yang kemudian menjadi konsep SOS
sekarang ini, bahwa yang pertama
adalah ibu: ujung tombak keluarga.
Yang terbuang
Ada hal lain lagi yang membedakan
SOS Desa Taruna dengan panti
asuhan lain: SOS tak selalu meneri-
ma anak asuh yang ditinggal mati
orang tuanya. “Banyak kasus ibu
atau bapak yang setelah menyerah­
kan bayinya di sini, tidak pernah
muncul lagi. Padahal kita ingin, akar
keluarga ini senantiasa tersambung,
sehingga hubungan batin antara
anak dengan keluarga kandungnya
tetap terjalin.” Pak Toyo beberapa
kali berusaha mencari orang tua
anak-anak tersebut, “Tetapi tidak
ketemu,” sesalnya.
Pak Toyo mengatakan, banyak
dari anak-anak SOS yang diya-
kini masih punya orang tua. Justru
mereka inilah yang menurutnya perlu
banyak dibantu. “Kami di sini lebih
mengutamakan anak dari keluarga
‘broken’. Di situ banyak yang men­­­d­e­
rita luka batin akibat penolakan dari
keluarga,” ujarnya. Sekar bertemu
Lola, 19 tahun, sekarang kuliah se-
mester tiga di STIE YAI mengambil
jurusan manajemen keuangan per-
bankan. Ia berada di SOS sejak 10
tahun lalu, ayah dan ibunya berpisah
meski tidak pernah bercerai secara
hukum. Ia mengaku tidak tahu di
mana ibu dan saudara-saudaranya
sekarang, sementara si ayah dirawat
di panti jompo di daerah Ciputat.
Faktor lain adalah rumah tangga
yang belum siap mempunyai anak.
Kami bertemu dengan remaja
kembar, Febriana dan Febriani.
Mereka diambil dari panti asuhan
Gembala Baik, Jatinegara sejak
berumur 7 hari. Sampai hari ini
si kembar tidak tahu siapa orang
tuanya, sebuah informasi yang sebe-
narnya dipegang beberapa biarawati
dari Gembala Baik. Ibu asuh mereka
di SOS sempat bertandang ke sana
untuk mencari beberapa dokumen,
namun ditolak. Biarawati-biara-
wati itu hanya mengatakan bahwa
dulu ibu si kembar adalah seorang
perawat di rumah sakit St. Carolous.
Si ibu yang belum siap memiliki
anak, membawa anak-anak itu ke
Gembala Baik. Berhubung konsep
Gembala Baik bukan untuk merawat
anak sejak bayi, maka si kembar
dibawa ke SOS. Sekarang keduanya
sedang menempuh semester akhir
di Akademi Perawat St. ­Carolous,
yang kabarnya adalah tempat ibu
mereka bersekolah dulu.
Yang diterima adalah anak-anak
di bawah 10 tahun, karena di usia
itu, pembentukan karakter dirasa
lebih mudah.
Satu ibu, satu rumah,
satu keluarga
Namun bukan berarti semua anak
yang mempunyai keluarga pecah
bisa masuk SOS Desa Taruna. Pak
Toyo mengatakan hanya terdapat 15
rumah di sini, dan masing-masing
hanya dapat menampung 10 orang
anak, tidak seperti panti asuhan
lain yang mungkin akan menem-
patkan mereka di asrama atau barak
dengan banyak tempat tidur. Anak-
anak yang tidak mendapat tempat di
SOS akan diberi solusi, “Kami ‘kan
tidak hanya di Jakarta. SOS ada di
Lembang, Semarang, Medan, Meu-
laboh, Bali, dan Flores. Namun jika
kerabat si anak menolak karena ter-
lalu jauh, kami punya rekanan di luar
SOS, meski secara administratif dan
operasional sama sekali tidak ber-
hubungan,” jelasnya. SOS memiliki
referensi lembaga-lembaga lain yang
mengurusi anak-anak semacam
ini. Misalnya di Vincentius Putera
dan Puteri, Jakarta Timur. “Bedanya
mereka menggunakan konsep
asrama dengan aturan massal, se-
dangkan kami di sini menggunakan
konsep satu rumah dengan satu
ibu, dan anak-anak yang berperan
sebagai adik atau kakak. Kami ingin
menciptakan kehidupan rumah
tangga biasa,” jelasnya.
Pak Toyo yakin, dengan konsep
seperti itu anak-anak jadi lebih
mengerti seperti apa kehidupan beru-
mah tangga sesungguhnya, yang
tidak akan mereka dapatkan jika
tinggal dengan keluarganya yang be-
rantakan, “Semua konsep memang
ada kelebihan dan kekurang­annya,
tapi kalau dilihat bahwa setiap anak
butuh keluarga, memang sistem ini
lebih baik. Anak yang berusia rawan
sangat membutuhkan ibu, di mana
mereka hidup satu rumah setiap
harinya. Sedangkan di sistem barak
biasanya ada shift, sehingga setiap
kali orang yang menjaga mereka bisa
berbeda-beda.”
Dukungan bagi
setiap anak
SOS Desa Taruna berdiri di atas
lahan milik Yayasan Karya Bhakti
Ria Pembangunan, sehingga
Grup perkusi yang mendapat
banyak perhatian.
46 ✿ SEKAR
mereka beruntung tidak harus mem-
beli lahan untuk tempat tinggal.
“Kami tidak dipungut biaya sepeser
pun, tetapi pemeliharaan gedung
dan manajemennya diserahkan
kepada SOS Desa Taruna,” jelas
Pak Toyo. Untuk biaya opersional
sehari-hari mereka masih dibantu
oleh SOS Kinderdorf International.
“Untuk operasional, SOS Interna-
tional memberikan 60 persen, dan
40 persennya dari lokal. Ya, sudah
sepantasnya anak-anak bangsa
dibiayai oleh bangsa sendi­ri,” kata
Pak Toyo sembari terse­nyum. Cara
mereka mendapatkan dana itu lewat
menampilkan grup-grup kese­nian
di acara-acara seperti Lebaran
dan Natal. “Baru-baru ini kami ikut
mengisi acara penyalaan lilin natal
bersama di hotel Grand Melia. Ke-
mudian pameran di Plaza Senayan
sembari menyebarkan brosur. Dari
situ banyak yang mengenal pro-
gram-program SOS dan akhirnya
mau mendukung kami,” jelasnya.
SOS juga menerima bantuan
non-materi. Seperti bantuan guru
profesional untuk melatih paduan
suara yang ditanggung oleh sebuah
produsen susu. Juga bantuan per-
pustakaan dan taman bermain keli­
ling dari HSBC.
Mendidik anak
Pak Toyo mengatakan bahwa men-
didik anak di usia rawan banyak
kendala. “Namun untunglah, karena
mereka rata-rata sudah kami didik
sedari kecil, sifat nakal seperti mela-
wan atau tidak puas hanya terjadi
selama bangku SMP. Seiring ber-
tambahnya usia, mereka pun mulai
mengerti, bahwa tinggal di SOS lebih
baik daripada tinggal di luar. Mereka
biasanya enggan berbuat nakal atau
kurang ajar,” ujar Pak Toyo. Untuk
masalah-masalah seperti ini PakToyo
dibantu oleh 15 orang ibu asuh, se-
orang psikolog dan pembina.
Bersama tim kerja SOS, Pak
Toyo selalu memonitor bakat dan ke-
mampuan anak-anak. ”Dari situ kami
arahkan ke pendidikan yang men-
dukung cita-cita tersebut,” katanya.
Mereka mengawali dari kursus kom-
puter, paduan suara, bermain musik
seperti perkusi dan marawis, sang-
gar tari, serta olah raga. “Sampai
saat ini mereka senang dengan
fasilitas yang kami berikan. Sang-
gar perkusi kami jadi juara pertama
dalam acara Gong Show, acara uji
bakat di sebuah stasiun televisi. Dari
situ banyak orang yang memberikan
sumbangan, dan sekarang mereka
memiliki kostum, dan menambah
jumlah perkusi yang dimainkan,” ka-
tanya dengan bangga.
Nilai penting bagi anak
Ketika ditanya apa sebenarnya nilai
terpenting bagi seorang anak menu-
rut SOS Kinderdorf, Pak Toyo me­
ngutip perkataan Dr. Agus Prawoto,
pendiri SOS Kinderdorf Indonesia,
“Bapak tidak mendidik kamu untuk
menjadi manusia terpandang atau
konglomerat. Bapak mendidik kamu
menjadi anak yang baik. Jika kamu
menjadi anak yang baik, percayalah,
di manapun kamu tinggal, kamu
akan selalu berguna bagi orang lain.”
Dr. Agus Prawoto meninggal
dunia 20 Januari 2009 dalam usia
80 tahun, di Rumah Sakit Boromeus,
Bandung dan dimakamkan di SOS
Desa Taruna, Lembang tempat for-
masi pertama berdiri.
Harapan untuk semua
Pak Toyo berharap agar jumlah
panti asuhan lenyap atau setidaknya
berkurang. Ia juga berharap agar
masyarakat memberilebih banyak
perhatian kepada anak-anak yang
kurang beruntung ini. Selain bantuan
dalam bentuk materi kelompok ini
juga memerlukan dukungan moril
yang tak sedikit. Datang menjenguk,
bermain bersama anak-anak, berba-
gi ilmu kepada anak-anak, sangatlah
besar artinya bagi mereka. ✿
Peristiwa
Berkumpul bersama ‘keluarga’ SOS.
Silakan hubungi mereka dan
salurkan bantuan Anda
SOS DESA TARUNA Indonesia,
Jl. Sari Endah 9, Gegerkalong,
Bandung 40152. Tel. 022-
2012881, Fax. 022-2011026,
e-mail: nco@sos.or.id
YAYASAN SOS DESA TARUNA/
KINDERDORF, BANK CENTRAL
ASIA (BCA), Rek. 008 375 044 5

Más contenido relacionado

Destacado

CKT08_INA_spread online
CKT08_INA_spread onlineCKT08_INA_spread online
CKT08_INA_spread online
Igor Rangga
 
Beume agosto16
Beume agosto16Beume agosto16
Beume agosto16
Ume Maria
 
Mature, Episode 8: "Mall"
Mature, Episode 8: "Mall"Mature, Episode 8: "Mall"
Mature, Episode 8: "Mall"
stealmyscripts
 
дипломнная работа
дипломнная работадипломнная работа
дипломнная работа
sveta00000566545
 

Destacado (9)

The Top 5 Hearing Aid Myths Exposed
The Top 5 Hearing Aid Myths ExposedThe Top 5 Hearing Aid Myths Exposed
The Top 5 Hearing Aid Myths Exposed
 
Disordered Brain Modeling Using Artificial Network SOFM
Disordered Brain Modeling Using Artificial Network SOFMDisordered Brain Modeling Using Artificial Network SOFM
Disordered Brain Modeling Using Artificial Network SOFM
 
Big Data and Hadoop Training in Bangalore by myTectra
Big Data and Hadoop Training in Bangalore by myTectraBig Data and Hadoop Training in Bangalore by myTectra
Big Data and Hadoop Training in Bangalore by myTectra
 
CKT08_INA_spread online
CKT08_INA_spread onlineCKT08_INA_spread online
CKT08_INA_spread online
 
Beume agosto16
Beume agosto16Beume agosto16
Beume agosto16
 
Kanchi Periva Forum - Ebook # 11 - Maha Shivaratri Special Edition
Kanchi Periva Forum - Ebook # 11 - Maha Shivaratri Special EditionKanchi Periva Forum - Ebook # 11 - Maha Shivaratri Special Edition
Kanchi Periva Forum - Ebook # 11 - Maha Shivaratri Special Edition
 
jQuery besic
jQuery besicjQuery besic
jQuery besic
 
Mature, Episode 8: "Mall"
Mature, Episode 8: "Mall"Mature, Episode 8: "Mall"
Mature, Episode 8: "Mall"
 
дипломнная работа
дипломнная работадипломнная работа
дипломнная работа
 

Similar a SOS Desa Taruna

KD 11.1 Latihan Membaca Cepat Kelas XI SMA KTSP (K2006)
KD 11.1 Latihan Membaca Cepat Kelas XI SMA KTSP (K2006)KD 11.1 Latihan Membaca Cepat Kelas XI SMA KTSP (K2006)
KD 11.1 Latihan Membaca Cepat Kelas XI SMA KTSP (K2006)
Endang Pristiawaty
 
Tugas kelompok character building(1)
Tugas kelompok character building(1)Tugas kelompok character building(1)
Tugas kelompok character building(1)
galang piliang
 
SMA SELAMAT PAGI INDONESIA - SOSIOLOGI -
SMA SELAMAT PAGI INDONESIA - SOSIOLOGI -SMA SELAMAT PAGI INDONESIA - SOSIOLOGI -
SMA SELAMAT PAGI INDONESIA - SOSIOLOGI -
Yunica Murti Nastiti
 
Sole men presentation - bahasa
Sole men presentation - bahasaSole men presentation - bahasa
Sole men presentation - bahasa
Solemen Beat
 
Mini Proposal Satu Cerita Lagi - Teater Psikologi UI
Mini Proposal Satu Cerita Lagi - Teater Psikologi UIMini Proposal Satu Cerita Lagi - Teater Psikologi UI
Mini Proposal Satu Cerita Lagi - Teater Psikologi UI
Christian Hermawan
 
Surya Epaper 16 September 2013
Surya Epaper 16 September 2013Surya Epaper 16 September 2013
Surya Epaper 16 September 2013
Portal Surya
 
Proposal pencak silat
Proposal pencak silatProposal pencak silat
Proposal pencak silat
Ani Denisha
 

Similar a SOS Desa Taruna (20)

Profil arista fm
Profil arista fmProfil arista fm
Profil arista fm
 
Profil arista fm
Profil arista fmProfil arista fm
Profil arista fm
 
Profil arista fm
Profil arista fmProfil arista fm
Profil arista fm
 
KD 11.1 Latihan Membaca Cepat Kelas XI SMA KTSP (K2006)
KD 11.1 Latihan Membaca Cepat Kelas XI SMA KTSP (K2006)KD 11.1 Latihan Membaca Cepat Kelas XI SMA KTSP (K2006)
KD 11.1 Latihan Membaca Cepat Kelas XI SMA KTSP (K2006)
 
MAJALAH HIDAYATULLAH - RUBRIK FIGUR SEORANG AYAH
MAJALAH HIDAYATULLAH - RUBRIK FIGUR SEORANG AYAHMAJALAH HIDAYATULLAH - RUBRIK FIGUR SEORANG AYAH
MAJALAH HIDAYATULLAH - RUBRIK FIGUR SEORANG AYAH
 
Perpustakaan Keliling "Sophia" di Poso
Perpustakaan Keliling "Sophia" di PosoPerpustakaan Keliling "Sophia" di Poso
Perpustakaan Keliling "Sophia" di Poso
 
Pendidikan di Negeri Barat
Pendidikan di Negeri BaratPendidikan di Negeri Barat
Pendidikan di Negeri Barat
 
Tugas kelompok character building(1)
Tugas kelompok character building(1)Tugas kelompok character building(1)
Tugas kelompok character building(1)
 
SMA SELAMAT PAGI INDONESIA - SOSIOLOGI -
SMA SELAMAT PAGI INDONESIA - SOSIOLOGI -SMA SELAMAT PAGI INDONESIA - SOSIOLOGI -
SMA SELAMAT PAGI INDONESIA - SOSIOLOGI -
 
Portofolio Trie Marnita Purba
Portofolio Trie Marnita PurbaPortofolio Trie Marnita Purba
Portofolio Trie Marnita Purba
 
Sole men presentation - bahasa
Sole men presentation - bahasaSole men presentation - bahasa
Sole men presentation - bahasa
 
Mini Proposal Satu Cerita Lagi - Teater Psikologi UI
Mini Proposal Satu Cerita Lagi - Teater Psikologi UIMini Proposal Satu Cerita Lagi - Teater Psikologi UI
Mini Proposal Satu Cerita Lagi - Teater Psikologi UI
 
SEJARAH-PAUD (1).pptx
SEJARAH-PAUD (1).pptxSEJARAH-PAUD (1).pptx
SEJARAH-PAUD (1).pptx
 
Pak Raden di Sarang Lebah
Pak Raden di Sarang LebahPak Raden di Sarang Lebah
Pak Raden di Sarang Lebah
 
Profil Yayasan Pendidikan Dria Raba
Profil Yayasan Pendidikan Dria RabaProfil Yayasan Pendidikan Dria Raba
Profil Yayasan Pendidikan Dria Raba
 
Surya Epaper 16 September 2013
Surya Epaper 16 September 2013Surya Epaper 16 September 2013
Surya Epaper 16 September 2013
 
Laporan tugas bakti sosial
Laporan tugas bakti sosialLaporan tugas bakti sosial
Laporan tugas bakti sosial
 
Tembang macapat
Tembang macapat Tembang macapat
Tembang macapat
 
Wawancara ii
Wawancara iiWawancara ii
Wawancara ii
 
Proposal pencak silat
Proposal pencak silatProposal pencak silat
Proposal pencak silat
 

Más de Igor Rangga

Harini_Rangga_Sekar
Harini_Rangga_SekarHarini_Rangga_Sekar
Harini_Rangga_Sekar
Igor Rangga
 
COKELAT #10-email_V2
COKELAT #10-email_V2COKELAT #10-email_V2
COKELAT #10-email_V2
Igor Rangga
 
COKELAT.des-feb 2014-INA
COKELAT.des-feb 2014-INACOKELAT.des-feb 2014-INA
COKELAT.des-feb 2014-INA
Igor Rangga
 

Más de Igor Rangga (6)

Harini_Rangga_Sekar
Harini_Rangga_SekarHarini_Rangga_Sekar
Harini_Rangga_Sekar
 
Perinatologi
PerinatologiPerinatologi
Perinatologi
 
COKELAT 11_LR
COKELAT 11_LRCOKELAT 11_LR
COKELAT 11_LR
 
COKELAT #10-email_V2
COKELAT #10-email_V2COKELAT #10-email_V2
COKELAT #10-email_V2
 
COKELAT.des-feb 2014-INA
COKELAT.des-feb 2014-INACOKELAT.des-feb 2014-INA
COKELAT.des-feb 2014-INA
 
COK 09 OK-lores
COK 09 OK-loresCOK 09 OK-lores
COK 09 OK-lores
 

SOS Desa Taruna

  • 1. 44 ✿ SEKAR Foto:SendieNurseptaraS. Peristiwa K etika mendengar dari seorang kenalan tentang kiprah SOS Desa Taruna dalam merawat anak terlantar, Sekar langsung terta- rik. Tanpa menunda-nunda lagi, kami mendatangi Y.R. Sutoyo (55), sang pimpinan, yang menjelaskan bagaim- ana SOS berbeda dengan panti-panti asuhan yang lain. Berawal dari Kasih Y. R. Sutoyo, atau Pak Toyo begitu biasa ia dipanggil, memulai wawan- cara ini dengan bercerita mengenai misi yang telah berumur 60 tahun, “Sejarah itu dimulai di Austria, pada akhir Perang Dunia II, tahun 1949. Adalah seorang laki-laki bernama Hermann Gmeiner. Ketika be- rangkat kuliah saat musim dingin, ia tersentuh melihat begitu banyak anak- anak di jalanan, tak terurus dan sebatang kara akibat perang. Ia membawa pulang delapan anak ke rumahnya, dan me­nyerah­kan mereka SOS Desa Taruna Berawal dari welas asih seorang pria terhadap anak-anak terlantar di kota Innsbruck, Austria, panti asuhan SOS Kinderdorf kini telah meng­asuh anak-anak terbuang di lebih dari 130 negara. Berikut liputan IP Rangga. Merawat anak Yang Terbuang kepada ibunya untuk diasuh, diberi makan, dan diberi tempat tinggal.” Pak Toyo melanjutkan, “Nah, seirama dengan surutnya perang, kondisi negara mulai membaik. Namun masih banyak anak-anak Bermain di taman keliling.
  • 2. SEKAR ✿ 45 yang belum tertolong. Dari situ pemerintah mulai turun tangan dengan memberi gudang untuk me- nampung mereka.” Pak Toyo men- jelaskan, cikal bakal pemeliharaan oleh ibunda Hermann Gmeiner inilah yang kemudian menjadi konsep SOS sekarang ini, bahwa yang pertama adalah ibu: ujung tombak keluarga. Yang terbuang Ada hal lain lagi yang membedakan SOS Desa Taruna dengan panti asuhan lain: SOS tak selalu meneri- ma anak asuh yang ditinggal mati orang tuanya. “Banyak kasus ibu atau bapak yang setelah menyerah­ kan bayinya di sini, tidak pernah muncul lagi. Padahal kita ingin, akar keluarga ini senantiasa tersambung, sehingga hubungan batin antara anak dengan keluarga kandungnya tetap terjalin.” Pak Toyo beberapa kali berusaha mencari orang tua anak-anak tersebut, “Tetapi tidak ketemu,” sesalnya. Pak Toyo mengatakan, banyak dari anak-anak SOS yang diya- kini masih punya orang tua. Justru mereka inilah yang menurutnya perlu banyak dibantu. “Kami di sini lebih mengutamakan anak dari keluarga ‘broken’. Di situ banyak yang men­­­d­e­ rita luka batin akibat penolakan dari keluarga,” ujarnya. Sekar bertemu Lola, 19 tahun, sekarang kuliah se- mester tiga di STIE YAI mengambil jurusan manajemen keuangan per- bankan. Ia berada di SOS sejak 10 tahun lalu, ayah dan ibunya berpisah meski tidak pernah bercerai secara hukum. Ia mengaku tidak tahu di mana ibu dan saudara-saudaranya sekarang, sementara si ayah dirawat di panti jompo di daerah Ciputat. Faktor lain adalah rumah tangga yang belum siap mempunyai anak. Kami bertemu dengan remaja kembar, Febriana dan Febriani. Mereka diambil dari panti asuhan Gembala Baik, Jatinegara sejak berumur 7 hari. Sampai hari ini si kembar tidak tahu siapa orang tuanya, sebuah informasi yang sebe- narnya dipegang beberapa biarawati dari Gembala Baik. Ibu asuh mereka di SOS sempat bertandang ke sana untuk mencari beberapa dokumen, namun ditolak. Biarawati-biara- wati itu hanya mengatakan bahwa dulu ibu si kembar adalah seorang perawat di rumah sakit St. Carolous. Si ibu yang belum siap memiliki anak, membawa anak-anak itu ke Gembala Baik. Berhubung konsep Gembala Baik bukan untuk merawat anak sejak bayi, maka si kembar dibawa ke SOS. Sekarang keduanya sedang menempuh semester akhir di Akademi Perawat St. ­Carolous, yang kabarnya adalah tempat ibu mereka bersekolah dulu. Yang diterima adalah anak-anak di bawah 10 tahun, karena di usia itu, pembentukan karakter dirasa lebih mudah. Satu ibu, satu rumah, satu keluarga Namun bukan berarti semua anak yang mempunyai keluarga pecah bisa masuk SOS Desa Taruna. Pak Toyo mengatakan hanya terdapat 15 rumah di sini, dan masing-masing hanya dapat menampung 10 orang anak, tidak seperti panti asuhan lain yang mungkin akan menem- patkan mereka di asrama atau barak dengan banyak tempat tidur. Anak- anak yang tidak mendapat tempat di SOS akan diberi solusi, “Kami ‘kan tidak hanya di Jakarta. SOS ada di Lembang, Semarang, Medan, Meu- laboh, Bali, dan Flores. Namun jika kerabat si anak menolak karena ter- lalu jauh, kami punya rekanan di luar SOS, meski secara administratif dan operasional sama sekali tidak ber- hubungan,” jelasnya. SOS memiliki referensi lembaga-lembaga lain yang mengurusi anak-anak semacam ini. Misalnya di Vincentius Putera dan Puteri, Jakarta Timur. “Bedanya mereka menggunakan konsep asrama dengan aturan massal, se- dangkan kami di sini menggunakan konsep satu rumah dengan satu ibu, dan anak-anak yang berperan sebagai adik atau kakak. Kami ingin menciptakan kehidupan rumah tangga biasa,” jelasnya. Pak Toyo yakin, dengan konsep seperti itu anak-anak jadi lebih mengerti seperti apa kehidupan beru- mah tangga sesungguhnya, yang tidak akan mereka dapatkan jika tinggal dengan keluarganya yang be- rantakan, “Semua konsep memang ada kelebihan dan kekurang­annya, tapi kalau dilihat bahwa setiap anak butuh keluarga, memang sistem ini lebih baik. Anak yang berusia rawan sangat membutuhkan ibu, di mana mereka hidup satu rumah setiap harinya. Sedangkan di sistem barak biasanya ada shift, sehingga setiap kali orang yang menjaga mereka bisa berbeda-beda.” Dukungan bagi setiap anak SOS Desa Taruna berdiri di atas lahan milik Yayasan Karya Bhakti Ria Pembangunan, sehingga Grup perkusi yang mendapat banyak perhatian.
  • 3. 46 ✿ SEKAR mereka beruntung tidak harus mem- beli lahan untuk tempat tinggal. “Kami tidak dipungut biaya sepeser pun, tetapi pemeliharaan gedung dan manajemennya diserahkan kepada SOS Desa Taruna,” jelas Pak Toyo. Untuk biaya opersional sehari-hari mereka masih dibantu oleh SOS Kinderdorf International. “Untuk operasional, SOS Interna- tional memberikan 60 persen, dan 40 persennya dari lokal. Ya, sudah sepantasnya anak-anak bangsa dibiayai oleh bangsa sendi­ri,” kata Pak Toyo sembari terse­nyum. Cara mereka mendapatkan dana itu lewat menampilkan grup-grup kese­nian di acara-acara seperti Lebaran dan Natal. “Baru-baru ini kami ikut mengisi acara penyalaan lilin natal bersama di hotel Grand Melia. Ke- mudian pameran di Plaza Senayan sembari menyebarkan brosur. Dari situ banyak yang mengenal pro- gram-program SOS dan akhirnya mau mendukung kami,” jelasnya. SOS juga menerima bantuan non-materi. Seperti bantuan guru profesional untuk melatih paduan suara yang ditanggung oleh sebuah produsen susu. Juga bantuan per- pustakaan dan taman bermain keli­ ling dari HSBC. Mendidik anak Pak Toyo mengatakan bahwa men- didik anak di usia rawan banyak kendala. “Namun untunglah, karena mereka rata-rata sudah kami didik sedari kecil, sifat nakal seperti mela- wan atau tidak puas hanya terjadi selama bangku SMP. Seiring ber- tambahnya usia, mereka pun mulai mengerti, bahwa tinggal di SOS lebih baik daripada tinggal di luar. Mereka biasanya enggan berbuat nakal atau kurang ajar,” ujar Pak Toyo. Untuk masalah-masalah seperti ini PakToyo dibantu oleh 15 orang ibu asuh, se- orang psikolog dan pembina. Bersama tim kerja SOS, Pak Toyo selalu memonitor bakat dan ke- mampuan anak-anak. ”Dari situ kami arahkan ke pendidikan yang men- dukung cita-cita tersebut,” katanya. Mereka mengawali dari kursus kom- puter, paduan suara, bermain musik seperti perkusi dan marawis, sang- gar tari, serta olah raga. “Sampai saat ini mereka senang dengan fasilitas yang kami berikan. Sang- gar perkusi kami jadi juara pertama dalam acara Gong Show, acara uji bakat di sebuah stasiun televisi. Dari situ banyak orang yang memberikan sumbangan, dan sekarang mereka memiliki kostum, dan menambah jumlah perkusi yang dimainkan,” ka- tanya dengan bangga. Nilai penting bagi anak Ketika ditanya apa sebenarnya nilai terpenting bagi seorang anak menu- rut SOS Kinderdorf, Pak Toyo me­ ngutip perkataan Dr. Agus Prawoto, pendiri SOS Kinderdorf Indonesia, “Bapak tidak mendidik kamu untuk menjadi manusia terpandang atau konglomerat. Bapak mendidik kamu menjadi anak yang baik. Jika kamu menjadi anak yang baik, percayalah, di manapun kamu tinggal, kamu akan selalu berguna bagi orang lain.” Dr. Agus Prawoto meninggal dunia 20 Januari 2009 dalam usia 80 tahun, di Rumah Sakit Boromeus, Bandung dan dimakamkan di SOS Desa Taruna, Lembang tempat for- masi pertama berdiri. Harapan untuk semua Pak Toyo berharap agar jumlah panti asuhan lenyap atau setidaknya berkurang. Ia juga berharap agar masyarakat memberilebih banyak perhatian kepada anak-anak yang kurang beruntung ini. Selain bantuan dalam bentuk materi kelompok ini juga memerlukan dukungan moril yang tak sedikit. Datang menjenguk, bermain bersama anak-anak, berba- gi ilmu kepada anak-anak, sangatlah besar artinya bagi mereka. ✿ Peristiwa Berkumpul bersama ‘keluarga’ SOS. Silakan hubungi mereka dan salurkan bantuan Anda SOS DESA TARUNA Indonesia, Jl. Sari Endah 9, Gegerkalong, Bandung 40152. Tel. 022- 2012881, Fax. 022-2011026, e-mail: nco@sos.or.id YAYASAN SOS DESA TARUNA/ KINDERDORF, BANK CENTRAL ASIA (BCA), Rek. 008 375 044 5