SlideShare una empresa de Scribd logo
1 de 27
Descargar para leer sin conexión
ALUMINIUM MURNI DAN PADUANNYA


                  DISUSUN OLEH:
       Abdul Hafizh               F14080034
       Sapto Andriyono            F14080040
       Yudhi Sudiyanto            F14080045
       Aulia Rizqi Nur Abidi      F14080048
       Yuliana                    F14080075
       Reny Irmayanti             F14080078
       Rhamdani Mardiansyah       F14080080
       Ahmad Eriska               F14080122




         DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN
         FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
            INSTITUT PERTANIAN BOGOR
                           2009




1
Kata Pengantar

     Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah Yang Maha Esa karena atas
petunjuk dan perlindungannya, makalah yang berjudul Aluminium Murni dan
Paduannya dapat terselesaikan dengan baik.
     Sebagai mahasiswa Departemen Teknik Pertanian, pengetahuan terhadap
bahan-bahan keteknikan sangatlah penting dalam perancangan dan pembuatan alat
dan mesin pertanian serta fasilitas penunjang pertanian seperti sarana
penyimpanan hasil pertanian. Pengetahuan yang dibutuhkan antara lain sifat dan
struktur hingga aplikasi dan ketersediannya di pasar. Dengan disertai pengetahuan
tersebut, diharapkan lulusan Departemen Teknik Pertanian dapat melakukan
setiap pekerjaan sesuai dengan tuntutan profesinya.
     Segenap anggota kelompok 11 mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya atas bantuan yang diberikan Pak Desrial dan pihak lain yang telah
memperlancara penyusunan makalah kami demi kelancaran studi kami. Semoga
makalah ini dapat memberikan manfaat bagi mahasiswa Departemen Teknik
Pertanian pada khususnya dan masyarakat luas pada umumnya.




2
Daftar Isi

Kata pengantar                             2
Daftar isi                                 3
   A. Pengertian
        4
   B. Kandungan Atom/Unsur dan Ikatan      5
   C. Bentuk Struktur Mikro
        6
   D. Proses Pembuatan
        8
   E. Klasifikasi dan Penggolongan         10
   F. Sifat-Sifat Teknis Bahan
        17
   G. Contoh Aplikasi
        19
   H. Standarisasi dan Kodifikasi          20
   I. Bentuk, Ukuran, dan Harga            22
Glosarium                                  23
Daftar Pustaka                             25
Daftar distribusi anggota kelompok         26
Lampiran                                   27




3
A. Pengertian
        Aluminium adalah logam berwarna putih keperakan yang lunak.




Gambar 1: Aluminium, dipotong setelah dicetak dari tanur tanpa perlakuan fisik maupun
termal.

          Aluminium adalah logam yang paling banyak terdapat di kerak bumi,
    dan unsur ketiga terbanyak setelah oksigen dan silikon. Aluminium terdapat di
    kerak bumi sebanyak kira-kira 8,07% hingga 8,23% dari seluruh massa padat
    dari kerak bumi, dengan produksi tahunan dunia sekitar 30 juta ton pertahun
    dalam bentuk bauksit dan bebatuan lain (corrundum, gibbsite, boehmite,
    diaspore, dan lain-lain) (USGS). Sulit menemukan aluminium murni di alam
    karena aluminium merupakan logam yang cukup reaktif.
          Aluminium tahan terhadap korosi karena fenomena pasivasi. Pasivasi
    adalah pembentukan lapisan pelindung akibat reaksi logam terhadap
    komponen udara sehingga lapisan tersebut melindungi lapisan dalam logam
    dari korosi.
          Selama 50 tahun terakhir, aluminium telah menjadi logam yang luas
    penggunaannya setelah baja. Perkembangan ini didasarkan pada sifat-sifatnya
    yang ringan, tahan korosi, kekuatan dan ductility yang cukup baik (aluminium
    paduan), mudah diproduksi dan cukup ekonomis (aluminium daur ulang).
    Yang paling terkenal adalah penggunaan aluminium sebagai bahan pembuat
    pesawat terbang, yang memanfaatkan sifat ringan dan kuatnya.
          Aluminium murni adalah logam yang lunak, tahan lama, ringan, dan
    dapat ditempa dengan penampilan luar bervariasi antara keperakan hingga
    abu-abu, tergantung kekasaran permukaannya. Kekuatan tensil aluminium
    murni adalah 90 MPa, sedangkan aluminium paduan memiliki kekuatan tensil
    berkisar 200-600 MPa. Aluminium memiliki berat sekitar satu pertiga baja,
    mudah ditekuk, diperlakukan dengan mesin, dicor, ditarik (drawing), dan
    diekstrusi.
          Resistansi terhadap korosi terjadi akibat fenomena pasivasi, yaitu
    terbentuknya lapisan aluminium oksida ketika aluminium terpapar dengan
    udara bebas. Lapisan aluminium oksida ini mencegah terjadinya oksidasi lebih
    jauh. Aluminium paduan dengan tembaga kurang tahan terhadap korosi akibat
    reaksi galvanik dengan paduan tembaga.
          Aluminium juga merupakan konduktor panas dan elektrik yang baik.
    Jika dibandingkan dengan massanya, aluminium memiliki keunggulan
    dibandingkan dengan tembaga, yang saat ini merupakan logam konduktor
    panas dan listrik yang cukup baik, namun cukup berat.


4
Aluminium murni 100% tidak memiliki kandungan unsur apapun selain
    aluminium itu sendiri, namun aluminium murni yang dijual di pasaran tidak
    pernah mengandung 100% aluminium, melainkan selalu ada pengotor yang
    terkandung di dalamnya. Pengotor yang mungkin berada di dalam aluminium
    murni biasanya adalah gelembung gas di dalam yang masuk akibat proses
    peleburan dan pendinginan/pengecoran yang tidak sempurna, material cetakan
    akibat kualitas cetakan yang tidak baik, atau pengotor lainnya akibat kualitas
    bahan baku yang tidak baik (misalnya pada proses daur ulang aluminium).
    Umumnya, aluminium murni yang dijual di pasaran adalah aluminium murni
    99%, misalnya aluminium foil.
          Pada aluminium paduan, kandungan unsur yang berada di dalamnya
    dapat bervariasi tergantung jenis paduannya. Pada paduan 7075, yang
    merupakan bahan baku pembuatan pesawat terbang, memiliki kandungan
    sebesar 5,5% Zn, 2,5% Mg, 1,5% Cu, dan 0,3% Cr. Aluminium 2014, yang
    umum digunakan dalam penempaan, memiliki kandungan 4,5% Cu, 0,8% Si,
    0,8% Mn, dan 1,5% Mg. Aluminium 5086 yang umum digunakan sebagai
    bahan pembuat badan kapal pesiar, memiliki kandungan 4,5% Mg, 0,7% Mn,
    0,4% Si, 0,25% Cr, 0,25% Zn, dan 0,1% Cu.


    B. Kandungan Atom/Unsur dan Ikatan

         Aluminium disimbolkan dengan Al, dengan nomor atom 13 dalam tabel
    periodik unsur. Bauksit, bahan baku aluminium memiliki kandungan
    aluminium dalam julah yang bervariasi, namun pada umumnya di atas 40%
    dalam berat. Senyawa aluminium yang terdapat di bauksit diantaranya Al2O3,
    Al(OH)3, γ-AlO(OH), dan α-AlO(OH).




 Gambar 2: Bauksit, sepanjang 4 cm dan ditambang di Little Rock, Arkansas, Amerika
Serikat.

          Isotop aluminium yang terdapat di alam adalah isotop 27Al, dengan
    persentase sebesar 99,9%. Isotop 26Al juga terdapat di alam meski dalam
    jumlah yang sangat kecil. Isotop 26Al merupakan radioaktif dengan waktu
    paruh sebesar 720000 tahun. Isotop aluminium yang sudah ditemui saat ini
    adalah aluminium dengan berat atom relatif antara 23 hingga 30, dengan
    isotop 27Al merupakan isotop yang paling stabil.



5
Difusi atom di tentukan oleh macam atom, tetapi pada umumnya sangat
    lambat pada temperature biasa dengan pencelupan dingin kekosongan atom
    tetap ada, jadi dengan berjalannya waktu struktur atom bisa berubah, yang
    menghasilkan perubahan sifat-sifatnya. Perubahan sifat-sifat dengan
    berjalannya waktu pada umumnya di namakan penuaan. Apabila proses itu
    berjalan pada temperature kamar di namakan penuaan ilmiah, sedangkan
    apabila proses itu terjadi pada temperatur lebih tinggi dinamakn penuaan
    buatan.

    C. Bentuk Struktur Mikro




Gambar 3. Struktur mikro alumina, bahan baku aluminium.




Gambar 4. Struktur mikro dari aluminium murni




6
Gambar 5. Struktur mikro dari paduan aluminium-silikon. Gambar (a) merupakan paduan
Al-Si tanpa perlakuan khusus. Gambar (b) merupakan paduan Al-Si dengan perlakuan
termal. Gambar (c) adalah paduan Al-Si dengan perlakuan termal dan penempaan.
Perhatikan bahwa semakin ke kanan, struktur mikro semakin baik.




Gambar 6.Struktur mikro Al-Si-Mg tanpa perlakuan termal




Gambar 7. Struktur mikro dari paduan Al-Si-Mg setelah perlakuan termal




7
Gambar 8. Struktur mikro dari Al-Cu




    D. Proses pembuatan
          Aluminium adalah logam yang sangat reaktif yang membentuk ikatan
    kimia berenergi tinggi dengan oksigen. Dibandingkan dengan logam lain,
    proses ekstraksi aluminium dari batuannya memerlukan energi yang tinggi
    untuk mereduksi Al2O3. Proses reduksi ini tidak semudah mereduksi besi
    dengan menggunakan batu bara, karena aluminium merupakan reduktor yang
    lebih kuat dari karbon.
          Proses produksi aluminium dimulai dari pengambilan bahan tambang
    yang mengandung aluminium (bauksit, corrundum, gibbsite, boehmite,
    diaspore, dan sebagainya). Selanjutnya, bahan tambang dibawa menuju proses
    Bayer.




Gambar 9: Proses Bayer

         Proses Bayer menghasilkan alumina (Al2O3) dengan membasuh bahan
    tambang yang mengandung aluminium dengan larutan natrium hidroksida
    pada temperatur 175 oC sehingga menghasilkan aluminium hidroksida,


8
Al(OH)3. Aluminium hidroksida lalu dipanaskan pada suhu sedikit di atas
    1000 oC sehingga terbentuk alumina dan H2O yang menjadi uap air.
          Setelah Alumina dihasilkan, alumina dibawa ke proses Hall-Heroult.
          Proses Hall-Heroult dimulai dengan melarutkan alumina dengan
    leelehan Na3AlF6, atau yang biasa disebut cryolite. Larutan lalu dielektrolisis
    dan akan mengakibatkan aluminium cair menempel pada anoda, sementara
    oksigen dari alumina akan teroksidasi bersama anoda yang terbuat dari
    karbon, membentuk karbon dioksida. Aluminium cair memiliki massa jenis
    yang lebih ringan dari pada larutan alumina, sehingga pemisahan dapat
    dilakukan dengan mudah.
          Elektrolisis aluminium dalam proses Hall-Heroult menghabiskan energi
    yang cukup banyak. Rata-rata konsumsi energi listrik dunia dalam
    mengelektrolisis alumina adalah 15 kWh per kilogram aluminium yang
    dihasilkan. Energi listrik menghabiskan sekitar 20-40% biaya produksi
    aluminium di seluruh dunia.




Gambar 10: Diagram Proses Hall-Heroult yang disederhanakan. Perhatikan letak katoda
yang berada di dasar wadah, untuk mengantisipasi massa jenis aluminium cair yang lebih
tinggi dibandingkan larutan cryolite-alumina

    Aluminium daur ulang
          Salah satu keuntungan aluminium lainnya adalah, mampu didaur ulang
    tanpa mengalami sedikitpun kehilangan kualitas. Proses daur ulang tidak
    mengubah struktur aluminium, daur ulang terhadap aluminium dapat
    dilakukan berkali-kali (wasteonline.org).


9
Mendaur ulang aluminium hanya mengkonsumsi energi sebesar 5% dari
     yang digunakan dalam memproduksi aluminium dari bahan tambang
     (economist.com). Di Eropa, terutama negara Skandinavia, 95% aluminium
     yang beredar merupakan bahan hasil daur ulang.
          Proses daur ulang aluminium berawal dari kegiatan meleburkan sampah
     aluminium. Hal ini akan menghasilkan endapan. Endapan ini dapat diekstraksi
     ulang untuk mendapatkan aluminium, dan limbah yang dihasilkan dapat
     digunakan sebagai bahan campuran aspal dan beton karena merupakan limbah
     yang berbahaya bagi alam.

     E. Klasifikasi dan Penggolongan
     Aluminium Murni
           Aluminium 99% tanpa tambahan logam paduan apapun dan dicetak
     dalam keadaan biasa, hanya memiliki kekuatan tensil sebesar 90 MPa, terlalu
     lunak untuk penggunaan yang luas sehingga seringkali aluminium dipadukan
     dengan logam lain.
     Aluminium Paduan
           Elemen paduan yang umum digunakan pada aluminium adalah silikon,
     magnesium, tembaga, seng, mangan, dan juga lithium sebelum tahun 1970.
           Secara umum, penambahan logam paduan hingga konsentrasi tertentu
     akan meningkatkan kekuatan tensil dan kekerasan, serta menurunkan titik
     lebur. Jika melebihi konsentrasi tersebut, umumnya titik lebur akan naik
     disertai meningkatnya kerapuhan akibat terbentuknya senyawa, kristal, atau
     granula dalam logam.
           Namun, kekuatan bahan paduan aluminium tidak hanya bergantung pada
     konsentrasi logam paduannya saja, tetapi juga bagaimana proses perlakuannya
     hingga aluminium siap digunakan, apakah dengan penempaan, perlakuan
     panas, penyimpanan, dan sebagainya.
     Paduan Aluminium-Silikon
           Paduan aluminium dengan silikon hingga 15% akan memberikan
     kekerasan dan kekuatan tensil yang cukup besar, hingga mencapai 525 MPa
     pada aluminium paduan yang dihasilkan pada perlakuan panas. Jika
     konsentrasi silikon lebih tinggi dari 15%, tingkat kerapuhan logam akan
     meningkat secara drastis akibat terbentuknya kristal granula silika.




Gambar 11. Fase paduan Al-Si, temperatur vs persentase paduan



10
Paduan Aluminium-Magnesium
           Keberadaan magnesium hingga 15,35% dapat menurunkan titik lebur
     logam paduan yang cukup drastis, dari 660 oC hingga 450 oC. Namun, hal ini
     tidak menjadikan aluminium paduan dapat ditempa menggunakan panas
     dengan mudah karena korosi akan terjadi pada suhu di atas 60 oC. Keberadaan
     magnesium juga menjadikan logam paduan dapat bekerja dengan baik pada
     temperatur yang sangat rendah, di mana kebanyakan logam akan mengalami
     failure pada temperatur tersebut.




Gambar 12. Diagram fase Paduan Al-Mg, temperatur vs persentase Mg

     Paduan Aluminium-Tembaga
           Paduan aluminium-tembaga juga menghasilkan sifat yang keras dan
     kuat, namun rapuh. Umumnya, untuk kepentingan penempaan, paduan tidak
     boleh memiliki konsentrasi tembaga di atas 5,6% karena akan membentuk
     senyawa CuAl2 dalam logam yang menjadikan logam rapuh.




Gambar 13. Diagram Fase Al-Cu, temperatur vs persentase paduan



11
Paduan Aluminium-Mangan
          Penambahan mangan memiliki akan berefek pada sifat dapat dilakukan
     pengerasan tegangan dengan mudah (work-hardening) sehingga didapatkan
     logam paduan dengan kekuatan tensil yang tinggi namun tidak terlalu rapuh.
          Selain itu, penambahan mangan akan meningkatkan titik lebur paduan
     aluminium.




Gambar 14. Diagram fase Al-Mn, temperatur vs konsentrasi Mn

     Paduan Aluminium-Seng
          Paduan aluminium dengan seng merupakan paduan yang paling terkenal
     karena merupakan bahan pembuat badan dan sayap pesawat terbang. Paduan
     ini memiliki kekuatan tertinggi dibandingkan paduan lainnya, aluminium
     dengan 5,5% seng dapat memiliki kekuatan tensil sebesar 580 MPa dengan
     elongasi sebesar 11% dalam setiap 50 mm bahan. Bandingkan dengan
     aluminium dengan 1% magnesium yang memiliki kekuatan tensil sebesar 410
     MPa namun memiliki elongasi sebesar 6% setiap 50 mm bahan.




12
Gamba15. Diagram fase Al-Zn, temperatur vs persentase Zn

     Paduan Aluminium-Lithium
           Lithium menjadikan paduan aluminium mengalami pengurangan massa
     jenis dan peningkatan modulus elastisitas; hingga konsentrasi sebesar 4%
     lithium, setiap penambahan 1% lithium akan mengurangi massa jenis paduan
     sebanyak 3% dan peningkatan modulus elastisitas sebesar 5%. Namun
     aluminium-lithium tidak lagi diproduksi akibat tingkat reaktivitas lithium
     yang tinggi yang dapat meningkatkan biaya keselamatan kerja.
     Paduan Aluminium-Skandium
           Penambahan skandium ke aluminium membatasi pemuaian yang terjadi
     pada paduan, baik ketika pengelasan maupun ketika paduan berada di
     lingkungan yang panas. Paduan ini semakin jarang diproduksi, karena terdapat
     paduan lain yang lebih murah dan lebih mudah diproduksi dengan
     karakteristik yang sama, yaitu paduan titanium. Paduan Al-Sc pernah
     digunakan sebagai bahan pembuat pesawat tempur Rusia, MIG, dengan
     konsentrasi Sc antara 0,1-0,5% (Zaki, 2003, dan Schwarz, 2004).
     Paduan Aluminium-Besi
           Besi (Fe) juga kerap kali muncul dalam aluminium paduan sebagai suatu
     "kecelakaan". Kehadiran besi umumnya terjadi ketika pengecoran dengan
     menggunakan cetakan besi yang tidak dilapisi batuan kapur atau keramik.
     Efek kehadiran Fe dalam paduan adalah berkurangnya kekuatan tensil secara
     signifikan, namun diikuti dengan penambahan kekerasan dalam jumlah yang
     sangat kecil. Dalam paduan 10% silikon, keberadaan Fe sebesar 2,08%
     mengurangi kekuatan tensil dari 217 hingga 78 MPa, dan menambah skala
     Brinnel dari 62 hingga 70. Hal ini terjadi akibat terbentuknya kristal Fe-Al-X,
     dengan X adalah paduan utama aluminium selain Fe.



13
Tabel 1. Pengaruh Fe terhadap paduan aluminium. Perhatikan bahwa elongasi berbanding
lurus dengan kekuatan tensil pada tabel di bawah ini, berbeda dengan kondisi pada
umumnya yang berbanding terbalik, menunjukkan efek merusak Fe terhadap paduan
aluminium
% Fe                 Kekuatan      tensil Elongasi (%) pada     Skala kekerasan
                     (MPa)                50 mm bahan           Brinnel
0,29                 217                  14                    62
0,79                 216                  9,8                   65
0,90                 210                  6,0                   65
1,13                 171                  2,5                   66
1,60                 126                  1,5                   68
2,08                 78                   1,0                   70

           Kelemahan aluminium paduan adalah pada ketahanannya terhadap lelah
     (fatigue). Aluminium paduan tidak memiliki batas lelah yang dapat
     diperkirakan seperti baja, yang berarti failure akibat fatigue dapat muncul
     dengan tiba-tiba bahkan pada beban siklik yang kecil.
           Satu kelemahan yang dimiliki aluminium murni dan paduan adalah sulit
     memperkirakan secara visual kapan aluminium akan mulai melebur, karena
     aluminium tidak menunjukkan tanda visual seperti baja yang bercahaya
     kemerahan sebelum melebur.




Gambar 16: Aluminium cair. Warna kemerahan adalah cetakan yang memanas, sedangkan
aluminium cair tidak menunjukkan perubahan warna walau dalam keadaan cair




14
Aluminium paduan untuk keperluan penempaan

Tabel 2. Sifat aluminium tempa pada tiga jenis paduan dengan komposisi yang berbeda-
beda. Perlu diperhatikan bahwa elongasi berbanding terbalik dengan kekuatan tensil.
Paduan               Komposisi (%)   Kekuatan           tensil Elongasi (%) pada
                                     (MPa)                     50 mm bahan
1100                 99,00 Al        90-170                    5-35
3003                 1,2 Mn          110-200                   4-30
3004                 1,2 Mn, 1,0 Mg  180-290                   5-20
5052                 2,5 Mg, 0,2 Cr  195-295                   8-30
5056                 5,2 Mg, 0,1 Mn, 295-440                   10-35
                     0,1 Cr

          Dengan persentase campuran tertentu, akan didapatkan aluminium
     paduan dengan kekuatan tensil hingga 400 MPa dengan ductility yang cukup.
     Aluminium paduan jenis ini lebih murah biaya produksinya karena tidak
     memerlukan perlakuan termal.

         Aluminium paduan dengan perlakuan termal

Tabel 3. Sifat aluminium paduan dengan perlakuan panas pada beberapa jenis paduan
dengan komposisi yang berbeda-beda. Perlu diperhatikan bahwa elongasi berbanding
terbalik dengan kekuatan tensil.
Paduan               Komposisi (%)       Kekuatan tensil        Elongasi (%) pada
                                         (MPa)                  50 mm bahan
2014                 4,4 Cu, 0,8 Si, 0,8 190-490                10-22
                     Mn, 0,4 Mg
2024                 4,5 Cu, 0,6 Mn, 190-525                    6-20
                     1,5 Mg
6061                 1,0 Mg, 0,6 Si, 0,2 125-410                6-25
                     Cr
7075                 5,5 Zn, 2,5 Mg, 230-580                    11-17
                     1,5 Cu, 0,3 Cr

         Aluminium paduan jenis memiliki biaya produksi yang lebih tinggi karena
     memerlukan teknik khusus dalam pembentukannya hingga aluminium siap
     untuk dipakai. Teknik ini akan menghasilkan paduan dengan kekuatan tensil
     yang cukup tinggi, yaitu di atas 400 MPa, sehingga pengurangan massa dapat
     dilakukan untuk mengurangi biaya dan mendapatkan kekuatan yang sesuai
     untuk aplikasi tertentu.
         Perlakuan termal yang umum dilakukan adalah:
             • Pengerjaan logam dengan menggunakan panas (misal: hot
                extrusion)
             • Memanaskan logam hingga mendekati titik leburnya, lalu
                didinginkan secara perlahan. Proses ini disebut annealing, dan
                menghasilkan logam yang lunak.




15
•    Pendinginan dengan cepat, baik dengan menggunakan es, air
                 dingin, ataupun air mendidih sesuai kebutuhan. Proses ini
                 dinamakan quenching.
             • Disimpan pada temperatur tertentu (umumnya mendekati titik
                 leburnya) selama beberapa lama (antara 1 jam hingga 40 hari).
                 Proses ini disebut artificial age hardening.
         Perlakuan termal dapat berupa kombinasi nomor dua, tiga, dan empat,
     namun ada juga yang melakukan penyimpanan selama beberapa lama pada
     suhu kamar setelah quenching sebelum siap digunakan. Ada juga yang
     ditempa pada suhu kamar sebelum disimpan pada suhu tinggi.
         Penyimpanan pada suhu tinggi bermanfaat untuk meningkatkan kekerasan
     dan kekuatan tensil. Nilai peningkatan kekuatan tensil dapat mencapai tiga
     kalinya jika dibandingkan dengan aluminium paduan tanpa perlakuan termal.

Tabel 4. Perlakuan panas yang berbeda-beda terhadap paduan 2014 (4,4 Cu, 0,8 Si, 0,8 Mn,
0,4 Mg) dan pengaruhnya terhadap sifat mekanik bahan
Perlakuan                            Kekuatan        Elongasi (%) Skala
                                     Tensil          pada 50 mm Kekerasan
                                                     bahan        Brinnel
Annealing                            190             18           45
Quenching, lalu disimpan pada        435             20           105
suhu kamar
Quenching, lalu disimpan             490             13                135
dengan temperatur tertentu

         Paduan 7075 merupakan paduan Al-Zn yang paling terkenal. Jika diberi
     perlakuan quenching, lalu disimpan dengan temperatur tinggi selama beberapa
     waktu, logam paduan akan memiliki kekuatan tensil 580 MPa. Jika tidak
     diberikan perlakuan termal, paduan hanya memiliki kekuatan tensil 230 MPa.
         Pada penggunaan di lingkungan yang bersifat korosif, permukaan paduan
     Al-Cu yang merupakan paduan yang mudah korosi, harus dilapisi dengan
     aluminium murni dengan teknik "hot rolling". Hal ini akan mencegah oksidasi
     Al-Cu lebih jauh, bahkan ketika logam terpotong karena aluminium bersifat
     anodik. Meski pelapisan dengan aluminium dapat mengurangi kekuatan, hal
     ini umum dilakukan.

     Aluminium paduan cor
           Aluminium dapat dicor di cetakan pasir/tanah liat, cetakan besi, atau
     cetakan baja dengan diberi tekanan. Logam cor dapat lebih cepat mengeras
     jika dicor dengan cetakan logam, sehingga akan menghasilkan efek yang sama
     seperti efek quenching, yaitu memperkeras logam.
           Pengecoran dengan besi harus dilakukan dengan hati-hati karena dapat
     menyebabkan intrusi besi ke dalam paduan, menyebabkan paduan memiliki
     komposisi yang tidak diinginkan. Proses pengecoran, selain harus terbebas
     dari pengotor pencetaknya, juga harus terbebas dari uap air. Aluminium,
     dalam temperatur tinggi, dapat bereaksi dengan uap air membentuk aluminium
     hidroksida dan gas hidrogen. Aluminium cair, sepeti logam cair pada
     umumnya, dapat melarutkan gas tersebut, dan ketika logam mulai mendingin


16
dan menjadi padat, gelembung-gelembung hidrogen akan terbentuk di dalam
     logam, menyebabkan logam menjadi berpori-pori dan menyebabkan logam
     semakin rapuh.
           Untuk mencegah keberadaan gas hidrogen dalam logam, pengecoran
     sebaiknya dilakukan dalam keadaan kering dan tidak lembab serta logam tidak
     dilelehkan pada temperatur jauh di atas titik lelehnya. Hal ini dapat dilakukan
     dengan menggunakan tanur listrik, namun hal ini akan meningkatkan biaya
     produksi.
           Komposisi utama aluminium paduan cor pada umumnya adalah
     tembaga, silikon, dan magnesium. Al-Cu memberikan keuntungan yaitu
     kemudahan dalam pengecoran dan memudahkan pengerjaan permesinan. Al-
     Si memmberikan kemudahan dalam pengecoran, kekuatan, ketahanan pada
     temperatur tinggi, dan pemuaian yang rendah. Sifat pemuaian merupakan sifat
     yang penting dalam logam cor dan ekstrusi, yang pada umumnya merupakan
     bagian dari mesin. Al-Mg juga memberikan kekuatan, dan lebih baik
     dibandingkan Al-Si karena memiliki ketahanan yang lebih tinggi hingga
     logam mengalami deformasi plastis (elongasi). Namun konsentrasi lebih dari
     10% dapat mengurangi kemudahan dalam pengecoran.

    F. Sifat-Sifat Teknis Bahan
    Sifat Fisik Aluminium
    Table 5, menunjukan sifat fisik aluminium
Nama, Simbol, dan Nomor                   Aluminium, Al, 13
Sifat Fisik
Wujud                                     Padat
Massa jenis                               2,70 gram/cm3
Massa jenis pada wujud cair               2,375 gram/cm3
Titik lebur                               933,47 K, 660,32 oC, 1220,58 oF
Titik didih                               2792 K, 2519 oC, 4566 oF
                 o
Kalor jenis (25 C)                        24,2 J/mol K
Resistansi listrik (20 oC)                28.2 nΩ m
Konduktivitas termal (300 K)              237 W/m K
Pemuaian termal (25 oC)                   23.1 µm/m K
Modulus Young                             70 Gpa
Modulus geser                             26 Gpa
Poisson ratio                             0,35
Kekerasan skala Mohs                      2,75
Kekerasan skala Vickers                   167 Mpa
Kekerasan skala Brinnel                   245 Mpa
    Sifat Mekanik Aluminium
          Sifat teknik bahan aluminium murni dan aluminium paduan dipengaruhi
    oleh konsentrasi bahan dan perlakuan yang diberikan terhadap bahan tersebut.
          Aluminium terkenal sebagai bahan yang tahan terhadap korosi. Hal ini
    disebabkan oleh fenomena pasivasi, yaitu proses pembentukan lapisan
    aluminium oksida di permukaan logam aluminium segera setelah logam
    terpapar oleh udara bebas. Lapisan aluminium oksida ini mencegah terjadinya
    oksidasi lebih jauh. Namun, pasivasi dapat terjadi lebih lambat jika dipadukan



17
dengan logam yang bersifat lebih katodik, karena dapat mencegah oksidasi
     aluminium.


     Kekuatan tensil
           Kekuatan tensil adalah besar tegangan yang didapatkan ketika dilakukan
     pengujian tensil. Kekuatan tensil ditunjukkan oleh nilai tertinggi dari tegangan
     pada kurva tegangan-regangan hasil pengujian, dan biasanya terjadi ketika
     terjadinya necking. Kekuatan tensil bukanlah ukuran kekuatan yang
     sebenarnya dapat terjadi di lapangan, namun dapat dijadikan sebagai suatu
     acuan terhadap kekuatan bahan.
           Kekuatan tensil pada aluminium murni pada berbagai perlakuan
     umumnya sangat rendah, yaitu sekitar 90 MPa, sehingga untuk penggunaan
     yang memerlukan kekuatan tensil yang tinggi, aluminium perlu dipadukan.
     Dengan dipadukan dengan logam lain, ditambah dengan berbagai perlakuan
     termal, aluminium paduan akan memiliki kekuatan tensil hingga 580 MPa
     (paduan 7075).
     Kekerasan
           Kekerasan gabungan dari berbagai sifat yang terdapat dalam suatu bahan
     yang mencegah terjadinya suatu deformasi terhadap bahan tersebut ketika
     diaplikasikan suatu gaya. Kekerasan suatu bahan dipengaruhi oleh elastisitas,
     plastisitas, viskoelastisitas, kekuatan tensil, ductility, dan sebagainya.
     Kekerasan dapat diuji dan diukur dengan berbagai metode. Yang paling umum
     adalah metode Brinnel, Vickers, Mohs, dan Rockwell.
           Kekerasan bahan aluminium murni sangatlah kecil, yaitu sekitar 65 skala
     Brinnel, sehingga dengan sedikit gaya saja dapat mengubah bentuk logam.
     Untuk kebutuhan aplikasi yang membutuhkan kekerasan, aluminium perlu
     dipadukan dengan logam lain dan/atau diberi perlakuan termal atau fisik.
     Aluminium dengan 4,4% Cu dan diperlakukan quenching, lalu disimpan pada
     temperatur tinggi dapat memiliki tingkat kekerasan Brinnel sebesar 135.
     Ductility
           Ductility didefinisikan sebagai sifat mekanis dari suatu bahan untuk
     menerangkan seberapa jauh bahan dapat diubah bentuknya secara plastis tanpa
     terjadinya retakan. Dalam suatu pengujian tensil, ductility ditunjukkan dengan
     bentuk neckingnya; material dengan ductility yang tinggi akan mengalami
     necking yang sangat sempit, sedangkan bahan yang memiliki ductility rendah,
     hampir tidak mengalami necking. Sedangkan dalam hasil pengujian tensil,
     ductility diukur dengan skala yang disebut elongasi. Elongasi adalah seberapa
     besar pertambahan panjang suatu bahan ketika dilakukan uji kekuatan tensil.
     Elongasi ditulis dalam persentase pertambahan panjang per panjang awal
     bahan yang diujikan.
           Aluminium murni memiliki ductility yang tinggi. Aluminium paduan
     memiliki ductility yang bervariasi, tergantung konsentrasi paduannya, namun
     pada umumnya memiliki ductility yang lebih rendah dari pada aluminium
     murni, karena ductility berbanding terbalik dengan kekuatan tensil, serta
     hampir semua aluminum paduan memiliki kekuatan tensil yang lebih tinggi
     dari pada aluminium murni.



18
G. Contoh Aplikasi
           Aluminium adalah logam non-besi yang paling banyak digunakan di
     seluruh dunia. Produksi global dunia pada tahun 2005 mencapai 31,9 juta ton,
     melebihi produksi semua logam non-besi lainnya (Hetherington et al, 2007).
           Aluminium memiliki rasio kekuatan terhadap massa yang paling tinggi,
     sehingga banyak digunakan sebagai bahan pembuat pesawat dan roket.
     Aluminium juga dapat menjadi reflektor yang baik; lapisan aluminium murni
     dapat memantulkan 92% cahaya .
           Aluminium murni, saat ini jarang digunakan karena terlalu lunak.
     Penggunaan aluminium murni yang paling luas adalah aluminium foil (92-
     99% aluminium).
           Paduan aluminium-magnesium umumnya digunakan sebagai bahan
     pembuat badan kapal. Paduan lainnya akan mudah mengalami korosi ketika
     berhadapan dengan larutan alkali seperti air laut.
           Paduan aluminium-tembaga-lithium digunakan sebagai bahan pembuat
     tangki bahan bakar pada pesawat ulang-alik milik NASA.
           Uang logam juga terbuat dari aluminium yang diperkeras. Hingga saat
     ini, sulit dicari apa bahan paduan uang pembuat uang logam berwarna putih
     keperakan ini, kemungkinan dirahasiakan untuk mencegah pemalsuan uang
     logam.
           Velg mobil juga menggunakan bahan aluminium yang dipadu dengan
     magnesium, silicon, atau keduanya, dan dibuat dengan cara ekstrusi atau
     dicor.
           Beberapa jenis roda gigi menggunakan paduan Al-Cu. Penggunaan
     paduan Cu untuk mendapatkan tingkat kekerasan yang cukup dan
     memperpanjang usia benda akibat fatigue.




Gambar 17. Uang logam, juga terbuat dari aluminium




Gambar 18. Aluminium foil


19
Gambar 19. Aluminium foam




Gambar 20. Velg mobil, mengunakan paduan Al-Si, Al-Mg, atau Al-Si-Mg




Gambar 21. Roda gigi menggunakan paduan Al-Cu




Gambar 22. Pesawat terbang, dibuat dengan menggunakan paduan 7075, Al-Zn.

     H. Standarisasi dan Kodifikasi
          Pengkodean aluminium tempa berdasarkan International Alloy
     Designation System adalah sebagai berikut:
               •      Seri 1xxx merupakan aluminium murni dengan kandungan
               minimun 99,00% aluminium berdasarkan beratnya.
               •      Seri 2xxx adalah paduan dengan tembaga. Terdiri dari
               paduan bernomor 2010 hingga 2029.

20
•        Seri 3xxx adalah paduan dengan mangan. Terdiri dari
                paduan bernomor 3003 hingga 3009.
                •       Seri 4xxx adalah paduan dengan silikon. Terdiri dari
                paduan bernomor 4030 hingga 4039
                •       Seri 5xxx adalah paduan dengan magnesium. Terdiri dari
                paduan dengan nomor 5050 hingga 5086.
                •       Seri 6xxx adalah paduan dengan silikon dan magnesium.
                Terdiri dari paduan dengan nomor 6061 hingga 6069
                •       Seri 7xxx adalah paduan dengan seng. Terdiri dari paduan
                dengan nomor 7070 hingga 7079.
                •       Seri 8xxx adalah paduan dengan lithium.
            Perlu diperhatikan bahwa pengkodean aluminium untuk keperluan
     penempaan seperti di ats tidak berdasarkan pada komposisi paduannya, tetapi
     berdasarkan pada sistem pengkodean terdahulu, yaitu sistem Alcoa yang
     menggunakan urutan 1 sampai 79 dengan akhiran S, sehingga dua digit di
     belakang setiap kode pada pengkodean di atas diberi angka sesuai urutan
     Alcoa terdahulu. Pengecualian ada pada paduan magnesium dan lithium.

           Pengkodean untuk aluminium cor berdasarkan Aluminium Association
     adalah sebagai berikut:
                •      Seri 1xx.x adalah aluminium dengan kandungan minimal
                99% aluminium
                •      Seri 2xx.x adalah paduan dengan tembaga
                •      Seri 3xx.x adalah paduan dengan silikon, tembaga, dan/atau
                magnesium
                •      Seri 4xx.x adalah paduan dengan silikon
                •      Seri 5xx.x adalah paduan dengan magnesium
                •      Seri 7xx.x adalah paduan dengan seng
                •      Seri 8xx.x adalah paduan dengan lithium
           Perlu diperhatikan bahwa pada digit kedua dan ketiga menunjukkan
     persentase aluminiumnya, sedangkan digit terakhir setelah titik adalah
     keterangan apakah aluminium dicor setelah dilakukan pelelehan pada produk
     aslinya, atau dicor segera setelah aluminium cair dengan paduan tertentu.
     Ditulis hanya dengan dua angka, yaitu 1 atau 0.
           Klasifikasi aluminium pada Standar Nasional Indonesia tidak
     berdasarkan pada konsentrasi paduan maupun perlakuannya. Klasifikasi
     aluminium paduan pada Standar Nasional Indonesia didasarkan pada aplikasi
     aluminium tersebut. Berikut ini adalah contoh penomoran aluminium pada
     Standar Nasional Indonesia:
             • 03-2583-1989 aluminium lembaran bergelombang untuk atap dan
                dinding
             • 07-0417-1989 ekstrusi aluminium paduan
             • 03-0573-1989 jendela aluminium paduan
             • 07-0603-1989 aluminium ekstrusi untuk arsitektur
             • 07-0733-1989 ingot aluminium primer
             • 07-0734-1989 aluminium ekstrusi untuk arsitektur, terlapis bahan
                anodisasi
             • 07-0828-1989 ingot aluminium sekunder


21
• 07-0829-1989 ingot aluminium paduan untuk cor
             • 07-0851-1989 plat dan lembaran aluminium
             • 07-0957-1989 aluminium foil dan paduannya
             • 04-1061-1989 kawat aluminium untuk penghantar listrik
           Terdapat 84 produk aluminium yang terdaftar dalam Sistem Informasi
     Standar Nasional Indonesia, berupa aluminium murni dan paduannya,
     senyawa aluminium, bahkan petunjuk teknis pembuatan aluminium dan
     aplikasinya juga merupakan produk terdaftar di SNI.

     I. Bentuk, Ukuran, dan Harga

                             TOKO MEGA ALUMUNIUM
                   Jl. KH Soleh Iskandar (JL. Baru) no. 9 Bogor

     •   Ukuran 3” x 1,5” x 1,0mm

                 Bentuk                                   Harga
                   M                                   Rp. 208.500
         Holo (persegi panjang)                        Rp. 172.100
                 Spanrel                               Rp. 180.400
                Plat Siku                               Rp. 27.500
                    L                                   Rp. 80.700
                Plat strip                              Rp. 65.600


     •   Ukuran 1,20 m x 2,40 m x 0,3 mm

                 Bentuk                                   Harga
             Plat Lembaran                             Rp. 800.000


     •   Ukuran 4” x 1,5” x 1,0 mm

                  Bentuk                                    Harga
                    M                                    Rp. 256.000
                  Spanrel                                Rp. 255.300
          Holo (persegi panjang)                         Rp. 218.900
                 Plat Strip                               Rp. 86.800




22
•   Alumunium Batang

Bentuk             Panjang           Tebal              Harga
Batang siku        6m                0.8 mm             Rp. 38.000,00
Batang H           6m                1 mm               Rp. 225.000,00




Glosarium

Age-hardening        Adalah teknik perlakuan termal untuk meningkatkan
                     kekuatan tensil dari material yang dapat ditempa yang
                     mengandalkan prinsip perubahan fase dalam respon suatu
                     material terhadap temperatur.
Annealing            Adalah perlakuan termal yang mengubah struktur mikro
                     dari suatu material yang menyebabkan perubahan sifat
                     seperti kekuatan, kekerasan, dan ductility. Dalam logam,
                     perlakuan ini dilakukan dengan memanaskan material
                     hingga bercahaya.
Cryolite             Bahan yang digunakan sebagai pelarut alumina untuk
                     proses elektrolisis. Susunan senyawanya adalah Na3AlF6.
Die casting          Proses membentuk logam cair di bawah tekanan
                     menggunakan cetakan.
Ductility            Sifat mekanik yang digunakan untuk menjelaskan seberapa
                     jauh benda dapat dilakukan deformasi plastis hingga
                     mengalami keretakkan.
Ekstrusi             Proses membuat benda dalam bentuk yang telah ditetapkan
                     dengan mendorong material melalui “die” hingga terbentuk
                     bentuk yang diinginkan.
Elektrolisis         Metode menggunakan arus listrik untuk memicu reaksi
                     kimia non-spontan.
Elongasi             Seberapa besar pertambahan panjang suatu bahan ketika
                     dilakukan uji kekuatan tensil. Elongasi ditulis dalam
                     persentase pertambahan panjang per panjang awal bahan
                     yang diujikan.
Failure Hilangnya kemampuan suatu bahan dalam menahan beban atau bahkan
                     beban dirinya sendiri.
Fatigue              Kerusakan material dan progresif yang terjadi akibat beban
                     siklik yang diaplikasikanke suatubahan.
Ingot Suatu material, umumnya logam, yang dicetak dalam bentuk yang siap
                     dipakai untuk pemrosesan berikutnya.
Kekerasan            Berbagai sifat dari suatu material dalam wujud padat yang
                     memberikannya resistansi terhadap berbagai perubahan
                     bentuk ketika gaya diaplikasikan.


23
Kekuatan tensil    Adalah seberapa besar gaya per satuan luas yang
                   diaplikasikan dalam uji tensil hingga benda uji mengalami
                   necking.
Modulus geser      Rasio dari tegangan geser dan regangan geser ketika suatu
                   bahan mengalami gaya paralel pada permukaan yang
                   berlawanan dengan arah yang berlawanan.
Modulus young      Rasio dari tegangan dan regangan ketika suatu benda
                   mengalami tekanan atau tarikan dalam satu arah.
Necking            Adalah bentuk dari deformasi tensil ketika tegangan yang
                   relatif besar memindahkan secara disproporsional sebagian
                   dari suatu bahan.
Pasivation         Proses yang menjadikan suatu material bersifat pasif
                   terhadap zat lainnya.
Perlakuan termal   Perlakuan yang menggunakan temperatur, dalam bentuk
                   pendinginan atau pemanasan, umumnya hingga mendekati
                   temperatur ekstrim, untuk mendapatkan hasil yang
                   diinginkan, berupa meningkatnya kekuatan bahan atau
                   melunakkan suatu bahan.
Poisson Ratio      Rasio kontraksi benda secara horisontal terhadap
                   meregangnya benda seara vertikal ketika benda
                   diregangkan
Quenching          Proses termal, yaitu mendinginkan dalam waktu cepat suatu
                   material yang sedang berada dalam kondisi temperatur
                   yang mendekati ekstrim.
Work-hardening     Penambahan kekuatan suatu logam dengan deformasi
                   plastis




24
Daftar Pustaka

Ahmad, Zaki.2003. "The properties and application of scandium-reinforced
       aluminum". JOM
Anonim. Aluminium, dari [[http://webmineral.com/data/Aluminum.shtml]]
       diunduh pada tanggal 15 Desember 2009
Christoph Schmitz, Josef Domagala, Petra Haag.2006. Handbook of aluminium
       recycling: fundamentals, mechanical preparation, metallurgical
       processing, plant design. Vulkan-Verlag GmbH.
Dieter G. E.1988. Mechanical Metallurgy. McGraw-Hill.
Emsley, John.2001. Nature's Building Blocks: An A-Z Guide to the Elements.
       Oxford, UK: Oxford University Press
Greenwood, Norman N.; Earnshaw, A.1997. Chemistry of the Elements (2nd ed.),
       Oxford: Butterworth-Heinemann.
Guilbert, John M. and Carles F. Park.1986. The Geology of Ore Deposits.
       Freeman
Polmear, I. J. 1995. Light Alloys: Metallurgy of the Light Metals. Arnold.
__________. 2006. Light alloys from traditional alloys to nanocrystals. Oxford:
       Elsevier/Butterworth-Heinemann
Schwarz James A. Contescu Cristian I., Putyera Karol. 2004. Dekker
       encyclopédia of nanoscience and nanotechnology, Volume 3. CRC Press
Surdia Tata, dan Saito Shinroku.1985. Pengetahuan Bahan Teknik. Jakarta:
       PT Dainippon Gitakarya Printing
Venetski S. 1969. ""Silver" from clay".




25
Daftar kontribusi anggota kelompok :

     1. Abdul Hafizh
        Mencari bahan untuk pembuatan makalah, sebagai narasumber mengenai
        standarisasi dan pengkodean, membuat slide mengenai standarisasi dan
        pengkodean
     2. Sapto Andriyono
        Mencari bahan untuk pembuatan makalah, membuat makalah,sebagai
        narasumber mengenai proses pembuatan, membuat slide mengenai proses
        pembuatan.
     3. Yudhi Sudiyanto
        Mencari bahan untuk pembuatan makalah, sebagai moderator dan
        operator.
     4. Aulia Rizqi Nur Abidi
        Mencari bahan untuk pembuatan makalah, sebagai narasumber mengenai
        klasifikasi dan penggolongan, membuat slide mengenai klasifikasi dan
        penggolongan, membuat dan merapikan bahan aluminium,mengedit
        makalah.
     5. Yuliana
        Mencari bahan untuk pembuatan makalah, sebagai narasumber mengenai
        pengertian dan kandungan unsur, membuat slide mengenai pengertian dan
        kandungan unsur, membuat dan merapikan bahan aluminium, survey
        bahan aluminium
     6. Reny Irmayanti
        Mencari bahan untuk pembuatan makalah, sebagai narasumber mengenai
        harga dan aplikasi, membuat slide mengenai harga dan aplikasi, membuat
        dan merapikan bahan aluminium, survey bahan aluminium
     7. Rhamdani Mardiansyah
        Mencari bahan untuk pembuatan makalah, sebagai narasumber mengenai
        struktur mikro, membuat slide mengenai struktur mikro, survey bahan
        aluminium, membuat layout+mengedit slide




26
8. Ahmad Eriska
       Mencari bahan untuk pembuatan makalah, sebagai narasumber mengenai
       sifat-sifat, membuat slide mengenai sifat-sifat, membuat layout+mengedit
       slide




LAMPIRAN




27

Más contenido relacionado

La actualidad más candente

Material Teknik - Korosi
Material Teknik - KorosiMaterial Teknik - Korosi
Material Teknik - KorosiZhafran Anas
 
Hidrogen dan golongan iv a
Hidrogen dan golongan iv aHidrogen dan golongan iv a
Hidrogen dan golongan iv aKhairunnisa_UPI
 
Kelimpahan unsur golongan IA-III A
Kelimpahan unsur golongan IA-III AKelimpahan unsur golongan IA-III A
Kelimpahan unsur golongan IA-III Attanitaaprilia
 
Atomic Absorption Spectrophotometer
Atomic Absorption SpectrophotometerAtomic Absorption Spectrophotometer
Atomic Absorption SpectrophotometerYusrizal Azmi
 
Membahas tentang unsur periode keempat
Membahas tentang unsur periode keempatMembahas tentang unsur periode keempat
Membahas tentang unsur periode keempatkevin_w
 
cacat kristal dan dislokasi
cacat kristal dan dislokasicacat kristal dan dislokasi
cacat kristal dan dislokasisyamsul huda
 
Unsur transisi periode keempat
Unsur transisi periode keempatUnsur transisi periode keempat
Unsur transisi periode keempatHayatun Nufus
 
Powerpoint unsur-unsur periode ketiga
Powerpoint unsur-unsur periode ketigaPowerpoint unsur-unsur periode ketiga
Powerpoint unsur-unsur periode ketigalutfi aldiansyah
 
Sifat unsur transisi periode ke empat
Sifat unsur transisi periode ke empatSifat unsur transisi periode ke empat
Sifat unsur transisi periode ke empatWina Fajriatin
 
Akibat atau dampak korosi dalam kehidupan
Akibat atau dampak korosi dalam kehidupanAkibat atau dampak korosi dalam kehidupan
Akibat atau dampak korosi dalam kehidupanONi NaFitri
 
Laporan Praktikum Kimia_Warna Nyala
Laporan Praktikum Kimia_Warna NyalaLaporan Praktikum Kimia_Warna Nyala
Laporan Praktikum Kimia_Warna NyalaFeren Jr
 
Pemurnian aluminium
Pemurnian aluminium Pemurnian aluminium
Pemurnian aluminium dandybunayya
 
Bab 02 material dan proses
Bab 02 material dan prosesBab 02 material dan proses
Bab 02 material dan prosesRumah Belajar
 
Gas mulia Kelas 12 IPA
Gas mulia Kelas 12 IPAGas mulia Kelas 12 IPA
Gas mulia Kelas 12 IPASileRead
 
Kimia ppt unsur transisi periode 4
Kimia ppt unsur transisi periode 4Kimia ppt unsur transisi periode 4
Kimia ppt unsur transisi periode 4Khoirul Anas
 
Kelimpahan unsur unsur di alam dan halogen
Kelimpahan unsur unsur di alam dan halogenKelimpahan unsur unsur di alam dan halogen
Kelimpahan unsur unsur di alam dan halogennailaamaliaa
 
Ppt kimia ( unsur unsur transisi perioda 4 )
Ppt kimia ( unsur unsur transisi perioda 4 )Ppt kimia ( unsur unsur transisi perioda 4 )
Ppt kimia ( unsur unsur transisi perioda 4 )Dwi Andriani
 

La actualidad más candente (20)

Material Teknik - Korosi
Material Teknik - KorosiMaterial Teknik - Korosi
Material Teknik - Korosi
 
Hidrogen dan golongan iv a
Hidrogen dan golongan iv aHidrogen dan golongan iv a
Hidrogen dan golongan iv a
 
Kelimpahan unsur golongan IA-III A
Kelimpahan unsur golongan IA-III AKelimpahan unsur golongan IA-III A
Kelimpahan unsur golongan IA-III A
 
Atomic Absorption Spectrophotometer
Atomic Absorption SpectrophotometerAtomic Absorption Spectrophotometer
Atomic Absorption Spectrophotometer
 
Membahas tentang unsur periode keempat
Membahas tentang unsur periode keempatMembahas tentang unsur periode keempat
Membahas tentang unsur periode keempat
 
cacat kristal dan dislokasi
cacat kristal dan dislokasicacat kristal dan dislokasi
cacat kristal dan dislokasi
 
Unsur transisi periode keempat
Unsur transisi periode keempatUnsur transisi periode keempat
Unsur transisi periode keempat
 
[Presentasi] Logam Besi (Fe)
[Presentasi] Logam Besi (Fe)[Presentasi] Logam Besi (Fe)
[Presentasi] Logam Besi (Fe)
 
Powerpoint unsur-unsur periode ketiga
Powerpoint unsur-unsur periode ketigaPowerpoint unsur-unsur periode ketiga
Powerpoint unsur-unsur periode ketiga
 
Sifat unsur transisi periode ke empat
Sifat unsur transisi periode ke empatSifat unsur transisi periode ke empat
Sifat unsur transisi periode ke empat
 
Dasar2 Elektroplating
Dasar2 ElektroplatingDasar2 Elektroplating
Dasar2 Elektroplating
 
Akibat atau dampak korosi dalam kehidupan
Akibat atau dampak korosi dalam kehidupanAkibat atau dampak korosi dalam kehidupan
Akibat atau dampak korosi dalam kehidupan
 
Laju korosi
Laju korosiLaju korosi
Laju korosi
 
Laporan Praktikum Kimia_Warna Nyala
Laporan Praktikum Kimia_Warna NyalaLaporan Praktikum Kimia_Warna Nyala
Laporan Praktikum Kimia_Warna Nyala
 
Pemurnian aluminium
Pemurnian aluminium Pemurnian aluminium
Pemurnian aluminium
 
Bab 02 material dan proses
Bab 02 material dan prosesBab 02 material dan proses
Bab 02 material dan proses
 
Gas mulia Kelas 12 IPA
Gas mulia Kelas 12 IPAGas mulia Kelas 12 IPA
Gas mulia Kelas 12 IPA
 
Kimia ppt unsur transisi periode 4
Kimia ppt unsur transisi periode 4Kimia ppt unsur transisi periode 4
Kimia ppt unsur transisi periode 4
 
Kelimpahan unsur unsur di alam dan halogen
Kelimpahan unsur unsur di alam dan halogenKelimpahan unsur unsur di alam dan halogen
Kelimpahan unsur unsur di alam dan halogen
 
Ppt kimia ( unsur unsur transisi perioda 4 )
Ppt kimia ( unsur unsur transisi perioda 4 )Ppt kimia ( unsur unsur transisi perioda 4 )
Ppt kimia ( unsur unsur transisi perioda 4 )
 

Destacado

Klasifikasi paduan aluminium
Klasifikasi paduan aluminiumKlasifikasi paduan aluminium
Klasifikasi paduan aluminiumhengkiirawan2008
 
Penelitian Proses Produksi pada pembuatan industri priuk dari limbah besi (Te...
Penelitian Proses Produksi pada pembuatan industri priuk dari limbah besi (Te...Penelitian Proses Produksi pada pembuatan industri priuk dari limbah besi (Te...
Penelitian Proses Produksi pada pembuatan industri priuk dari limbah besi (Te...randy suwandy
 
Diagram batas mampu bentuk pada lembaran logam (AA)
Diagram batas mampu bentuk pada lembaran logam (AA)Diagram batas mampu bentuk pada lembaran logam (AA)
Diagram batas mampu bentuk pada lembaran logam (AA)Abrianto Akuan
 
Aluminium kelompok 7 fi tree a violet
Aluminium kelompok  7 fi tree a violetAluminium kelompok  7 fi tree a violet
Aluminium kelompok 7 fi tree a violetFi Tree A Violet
 
Dokumen.tips makalah uji-tarik-al-2024-t3
Dokumen.tips makalah uji-tarik-al-2024-t3Dokumen.tips makalah uji-tarik-al-2024-t3
Dokumen.tips makalah uji-tarik-al-2024-t3Septiana Nugraha
 
Material Teknik - Tembaga
Material Teknik - TembagaMaterial Teknik - Tembaga
Material Teknik - TembagaZhafran Anas
 
Jurnal plating Au pada plastik ABS (AA)
Jurnal plating Au pada plastik ABS (AA)Jurnal plating Au pada plastik ABS (AA)
Jurnal plating Au pada plastik ABS (AA)Abrianto Akuan
 
Ppt presipitation hardening
Ppt presipitation hardeningPpt presipitation hardening
Ppt presipitation hardeningVendi Supendi
 
Jenis besi cor dan kandungan nya
Jenis besi cor dan kandungan nyaJenis besi cor dan kandungan nya
Jenis besi cor dan kandungan nyaMuhamad Awal
 
Material teknik dan sifatnya
Material teknik dan sifatnyaMaterial teknik dan sifatnya
Material teknik dan sifatnyaIriansyah Putra
 
Stainless Steel Crown (Department of pedodontics)
Stainless Steel Crown (Department of pedodontics)Stainless Steel Crown (Department of pedodontics)
Stainless Steel Crown (Department of pedodontics)shebin_1992
 

Destacado (16)

Klasifikasi paduan aluminium
Klasifikasi paduan aluminiumKlasifikasi paduan aluminium
Klasifikasi paduan aluminium
 
Aplikasi alumunium dan paduannya
Aplikasi alumunium dan paduannyaAplikasi alumunium dan paduannya
Aplikasi alumunium dan paduannya
 
Penelitian Proses Produksi pada pembuatan industri priuk dari limbah besi (Te...
Penelitian Proses Produksi pada pembuatan industri priuk dari limbah besi (Te...Penelitian Proses Produksi pada pembuatan industri priuk dari limbah besi (Te...
Penelitian Proses Produksi pada pembuatan industri priuk dari limbah besi (Te...
 
Aluminium
AluminiumAluminium
Aluminium
 
Diagram batas mampu bentuk pada lembaran logam (AA)
Diagram batas mampu bentuk pada lembaran logam (AA)Diagram batas mampu bentuk pada lembaran logam (AA)
Diagram batas mampu bentuk pada lembaran logam (AA)
 
Material Teknik
Material TeknikMaterial Teknik
Material Teknik
 
Aluminium kelompok 7 fi tree a violet
Aluminium kelompok  7 fi tree a violetAluminium kelompok  7 fi tree a violet
Aluminium kelompok 7 fi tree a violet
 
Dokumen.tips makalah uji-tarik-al-2024-t3
Dokumen.tips makalah uji-tarik-al-2024-t3Dokumen.tips makalah uji-tarik-al-2024-t3
Dokumen.tips makalah uji-tarik-al-2024-t3
 
Material Teknik - Tembaga
Material Teknik - TembagaMaterial Teknik - Tembaga
Material Teknik - Tembaga
 
Jurnal plating Au pada plastik ABS (AA)
Jurnal plating Au pada plastik ABS (AA)Jurnal plating Au pada plastik ABS (AA)
Jurnal plating Au pada plastik ABS (AA)
 
Ppt presipitation hardening
Ppt presipitation hardeningPpt presipitation hardening
Ppt presipitation hardening
 
Jenis besi cor dan kandungan nya
Jenis besi cor dan kandungan nyaJenis besi cor dan kandungan nya
Jenis besi cor dan kandungan nya
 
Stainless steel crown
Stainless steel crownStainless steel crown
Stainless steel crown
 
Material teknik dan sifatnya
Material teknik dan sifatnyaMaterial teknik dan sifatnya
Material teknik dan sifatnya
 
Stainless steel
Stainless steelStainless steel
Stainless steel
 
Stainless Steel Crown (Department of pedodontics)
Stainless Steel Crown (Department of pedodontics)Stainless Steel Crown (Department of pedodontics)
Stainless Steel Crown (Department of pedodontics)
 

Similar a ALUMINIUM PROSES PEMBUATAN

PROJEK PEMBUATAN GAS HIDROGEN DENGAN VIXAL DAN ALUMINIUM
PROJEK PEMBUATAN GAS HIDROGEN DENGAN VIXAL DAN ALUMINIUMPROJEK PEMBUATAN GAS HIDROGEN DENGAN VIXAL DAN ALUMINIUM
PROJEK PEMBUATAN GAS HIDROGEN DENGAN VIXAL DAN ALUMINIUMLinda Rosita
 
Mengenal aluminium & prosesnya
Mengenal aluminium & prosesnyaMengenal aluminium & prosesnya
Mengenal aluminium & prosesnyaDeden Darmono
 
aluminium dan fosfor
aluminium dan fosforaluminium dan fosfor
aluminium dan fosforIsmail Rahman
 
Kimia unsur by Dede Juliansyah @SMAN 63 Jakarta
Kimia unsur by Dede Juliansyah @SMAN 63 JakartaKimia unsur by Dede Juliansyah @SMAN 63 Jakarta
Kimia unsur by Dede Juliansyah @SMAN 63 JakartaDede Julian
 
ppt kimia kel 5.pptx
ppt kimia kel 5.pptxppt kimia kel 5.pptx
ppt kimia kel 5.pptxQueenR214
 
Digital 124757 r040822-efisiensi perlakuan-literatur
Digital 124757 r040822-efisiensi perlakuan-literaturDigital 124757 r040822-efisiensi perlakuan-literatur
Digital 124757 r040822-efisiensi perlakuan-literaturAndy Muson
 
BAB_3_KIMIA_UNSUR.ppt
BAB_3_KIMIA_UNSUR.pptBAB_3_KIMIA_UNSUR.ppt
BAB_3_KIMIA_UNSUR.pptRENIMARZELA1
 
Aluminium dan fosfort
Aluminium dan fosfortAluminium dan fosfort
Aluminium dan fosfortIsmail Rahman
 
Alkali tanah-power-point
Alkali tanah-power-pointAlkali tanah-power-point
Alkali tanah-power-pointfidrotul
 
Magnesium diproduksi melalui elektrolisis lelehan mg cl2
Magnesium diproduksi melalui elektrolisis lelehan mg cl2Magnesium diproduksi melalui elektrolisis lelehan mg cl2
Magnesium diproduksi melalui elektrolisis lelehan mg cl2taektarakai1
 
Makalah logam bukan besi
Makalah logam bukan besiMakalah logam bukan besi
Makalah logam bukan besiWarnet Raha
 
tugas kimia periode 3 2013
tugas kimia periode 3 2013tugas kimia periode 3 2013
tugas kimia periode 3 2013reyrhjg
 
Unsur periode ketiga
Unsur periode ketigaUnsur periode ketiga
Unsur periode ketigaLia Melinda
 

Similar a ALUMINIUM PROSES PEMBUATAN (20)

PROJEK PEMBUATAN GAS HIDROGEN DENGAN VIXAL DAN ALUMINIUM
PROJEK PEMBUATAN GAS HIDROGEN DENGAN VIXAL DAN ALUMINIUMPROJEK PEMBUATAN GAS HIDROGEN DENGAN VIXAL DAN ALUMINIUM
PROJEK PEMBUATAN GAS HIDROGEN DENGAN VIXAL DAN ALUMINIUM
 
Ppt seminar
Ppt seminarPpt seminar
Ppt seminar
 
Chapter ii
Chapter iiChapter ii
Chapter ii
 
Mengenal aluminium & prosesnya
Mengenal aluminium & prosesnyaMengenal aluminium & prosesnya
Mengenal aluminium & prosesnya
 
aluminium dan fosfor
aluminium dan fosforaluminium dan fosfor
aluminium dan fosfor
 
Kimia unsur by Dede Juliansyah @SMAN 63 Jakarta
Kimia unsur by Dede Juliansyah @SMAN 63 JakartaKimia unsur by Dede Juliansyah @SMAN 63 Jakarta
Kimia unsur by Dede Juliansyah @SMAN 63 Jakarta
 
ppt kimia kel 5.pptx
ppt kimia kel 5.pptxppt kimia kel 5.pptx
ppt kimia kel 5.pptx
 
Digital 124757 r040822-efisiensi perlakuan-literatur
Digital 124757 r040822-efisiensi perlakuan-literaturDigital 124757 r040822-efisiensi perlakuan-literatur
Digital 124757 r040822-efisiensi perlakuan-literatur
 
Alumunium
Alumunium Alumunium
Alumunium
 
BAB_3_KIMIA_UNSUR.ppt
BAB_3_KIMIA_UNSUR.pptBAB_3_KIMIA_UNSUR.ppt
BAB_3_KIMIA_UNSUR.ppt
 
Aluminium dan fosfort
Aluminium dan fosfortAluminium dan fosfort
Aluminium dan fosfort
 
Alkali tanah-power-point
Alkali tanah-power-pointAlkali tanah-power-point
Alkali tanah-power-point
 
Makalah logam bukan besi
Makalah logam bukan besiMakalah logam bukan besi
Makalah logam bukan besi
 
Magnesium diproduksi melalui elektrolisis lelehan mg cl2
Magnesium diproduksi melalui elektrolisis lelehan mg cl2Magnesium diproduksi melalui elektrolisis lelehan mg cl2
Magnesium diproduksi melalui elektrolisis lelehan mg cl2
 
Makalah logam bukan besi
Makalah logam bukan besiMakalah logam bukan besi
Makalah logam bukan besi
 
Material teknik (2)
Material teknik (2)Material teknik (2)
Material teknik (2)
 
Ppt unsur unsur periode 3
Ppt unsur unsur periode 3 Ppt unsur unsur periode 3
Ppt unsur unsur periode 3
 
tugas kimia periode 3 2013
tugas kimia periode 3 2013tugas kimia periode 3 2013
tugas kimia periode 3 2013
 
Alumunium
AlumuniumAlumunium
Alumunium
 
Unsur periode ketiga
Unsur periode ketigaUnsur periode ketiga
Unsur periode ketiga
 

ALUMINIUM PROSES PEMBUATAN

  • 1. ALUMINIUM MURNI DAN PADUANNYA DISUSUN OLEH: Abdul Hafizh F14080034 Sapto Andriyono F14080040 Yudhi Sudiyanto F14080045 Aulia Rizqi Nur Abidi F14080048 Yuliana F14080075 Reny Irmayanti F14080078 Rhamdani Mardiansyah F14080080 Ahmad Eriska F14080122 DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 1
  • 2. Kata Pengantar Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah Yang Maha Esa karena atas petunjuk dan perlindungannya, makalah yang berjudul Aluminium Murni dan Paduannya dapat terselesaikan dengan baik. Sebagai mahasiswa Departemen Teknik Pertanian, pengetahuan terhadap bahan-bahan keteknikan sangatlah penting dalam perancangan dan pembuatan alat dan mesin pertanian serta fasilitas penunjang pertanian seperti sarana penyimpanan hasil pertanian. Pengetahuan yang dibutuhkan antara lain sifat dan struktur hingga aplikasi dan ketersediannya di pasar. Dengan disertai pengetahuan tersebut, diharapkan lulusan Departemen Teknik Pertanian dapat melakukan setiap pekerjaan sesuai dengan tuntutan profesinya. Segenap anggota kelompok 11 mengucapkan terima kasih yang sebesar- besarnya atas bantuan yang diberikan Pak Desrial dan pihak lain yang telah memperlancara penyusunan makalah kami demi kelancaran studi kami. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi mahasiswa Departemen Teknik Pertanian pada khususnya dan masyarakat luas pada umumnya. 2
  • 3. Daftar Isi Kata pengantar 2 Daftar isi 3 A. Pengertian 4 B. Kandungan Atom/Unsur dan Ikatan 5 C. Bentuk Struktur Mikro 6 D. Proses Pembuatan 8 E. Klasifikasi dan Penggolongan 10 F. Sifat-Sifat Teknis Bahan 17 G. Contoh Aplikasi 19 H. Standarisasi dan Kodifikasi 20 I. Bentuk, Ukuran, dan Harga 22 Glosarium 23 Daftar Pustaka 25 Daftar distribusi anggota kelompok 26 Lampiran 27 3
  • 4. A. Pengertian Aluminium adalah logam berwarna putih keperakan yang lunak. Gambar 1: Aluminium, dipotong setelah dicetak dari tanur tanpa perlakuan fisik maupun termal. Aluminium adalah logam yang paling banyak terdapat di kerak bumi, dan unsur ketiga terbanyak setelah oksigen dan silikon. Aluminium terdapat di kerak bumi sebanyak kira-kira 8,07% hingga 8,23% dari seluruh massa padat dari kerak bumi, dengan produksi tahunan dunia sekitar 30 juta ton pertahun dalam bentuk bauksit dan bebatuan lain (corrundum, gibbsite, boehmite, diaspore, dan lain-lain) (USGS). Sulit menemukan aluminium murni di alam karena aluminium merupakan logam yang cukup reaktif. Aluminium tahan terhadap korosi karena fenomena pasivasi. Pasivasi adalah pembentukan lapisan pelindung akibat reaksi logam terhadap komponen udara sehingga lapisan tersebut melindungi lapisan dalam logam dari korosi. Selama 50 tahun terakhir, aluminium telah menjadi logam yang luas penggunaannya setelah baja. Perkembangan ini didasarkan pada sifat-sifatnya yang ringan, tahan korosi, kekuatan dan ductility yang cukup baik (aluminium paduan), mudah diproduksi dan cukup ekonomis (aluminium daur ulang). Yang paling terkenal adalah penggunaan aluminium sebagai bahan pembuat pesawat terbang, yang memanfaatkan sifat ringan dan kuatnya. Aluminium murni adalah logam yang lunak, tahan lama, ringan, dan dapat ditempa dengan penampilan luar bervariasi antara keperakan hingga abu-abu, tergantung kekasaran permukaannya. Kekuatan tensil aluminium murni adalah 90 MPa, sedangkan aluminium paduan memiliki kekuatan tensil berkisar 200-600 MPa. Aluminium memiliki berat sekitar satu pertiga baja, mudah ditekuk, diperlakukan dengan mesin, dicor, ditarik (drawing), dan diekstrusi. Resistansi terhadap korosi terjadi akibat fenomena pasivasi, yaitu terbentuknya lapisan aluminium oksida ketika aluminium terpapar dengan udara bebas. Lapisan aluminium oksida ini mencegah terjadinya oksidasi lebih jauh. Aluminium paduan dengan tembaga kurang tahan terhadap korosi akibat reaksi galvanik dengan paduan tembaga. Aluminium juga merupakan konduktor panas dan elektrik yang baik. Jika dibandingkan dengan massanya, aluminium memiliki keunggulan dibandingkan dengan tembaga, yang saat ini merupakan logam konduktor panas dan listrik yang cukup baik, namun cukup berat. 4
  • 5. Aluminium murni 100% tidak memiliki kandungan unsur apapun selain aluminium itu sendiri, namun aluminium murni yang dijual di pasaran tidak pernah mengandung 100% aluminium, melainkan selalu ada pengotor yang terkandung di dalamnya. Pengotor yang mungkin berada di dalam aluminium murni biasanya adalah gelembung gas di dalam yang masuk akibat proses peleburan dan pendinginan/pengecoran yang tidak sempurna, material cetakan akibat kualitas cetakan yang tidak baik, atau pengotor lainnya akibat kualitas bahan baku yang tidak baik (misalnya pada proses daur ulang aluminium). Umumnya, aluminium murni yang dijual di pasaran adalah aluminium murni 99%, misalnya aluminium foil. Pada aluminium paduan, kandungan unsur yang berada di dalamnya dapat bervariasi tergantung jenis paduannya. Pada paduan 7075, yang merupakan bahan baku pembuatan pesawat terbang, memiliki kandungan sebesar 5,5% Zn, 2,5% Mg, 1,5% Cu, dan 0,3% Cr. Aluminium 2014, yang umum digunakan dalam penempaan, memiliki kandungan 4,5% Cu, 0,8% Si, 0,8% Mn, dan 1,5% Mg. Aluminium 5086 yang umum digunakan sebagai bahan pembuat badan kapal pesiar, memiliki kandungan 4,5% Mg, 0,7% Mn, 0,4% Si, 0,25% Cr, 0,25% Zn, dan 0,1% Cu. B. Kandungan Atom/Unsur dan Ikatan Aluminium disimbolkan dengan Al, dengan nomor atom 13 dalam tabel periodik unsur. Bauksit, bahan baku aluminium memiliki kandungan aluminium dalam julah yang bervariasi, namun pada umumnya di atas 40% dalam berat. Senyawa aluminium yang terdapat di bauksit diantaranya Al2O3, Al(OH)3, γ-AlO(OH), dan α-AlO(OH). Gambar 2: Bauksit, sepanjang 4 cm dan ditambang di Little Rock, Arkansas, Amerika Serikat. Isotop aluminium yang terdapat di alam adalah isotop 27Al, dengan persentase sebesar 99,9%. Isotop 26Al juga terdapat di alam meski dalam jumlah yang sangat kecil. Isotop 26Al merupakan radioaktif dengan waktu paruh sebesar 720000 tahun. Isotop aluminium yang sudah ditemui saat ini adalah aluminium dengan berat atom relatif antara 23 hingga 30, dengan isotop 27Al merupakan isotop yang paling stabil. 5
  • 6. Difusi atom di tentukan oleh macam atom, tetapi pada umumnya sangat lambat pada temperature biasa dengan pencelupan dingin kekosongan atom tetap ada, jadi dengan berjalannya waktu struktur atom bisa berubah, yang menghasilkan perubahan sifat-sifatnya. Perubahan sifat-sifat dengan berjalannya waktu pada umumnya di namakan penuaan. Apabila proses itu berjalan pada temperature kamar di namakan penuaan ilmiah, sedangkan apabila proses itu terjadi pada temperatur lebih tinggi dinamakn penuaan buatan. C. Bentuk Struktur Mikro Gambar 3. Struktur mikro alumina, bahan baku aluminium. Gambar 4. Struktur mikro dari aluminium murni 6
  • 7. Gambar 5. Struktur mikro dari paduan aluminium-silikon. Gambar (a) merupakan paduan Al-Si tanpa perlakuan khusus. Gambar (b) merupakan paduan Al-Si dengan perlakuan termal. Gambar (c) adalah paduan Al-Si dengan perlakuan termal dan penempaan. Perhatikan bahwa semakin ke kanan, struktur mikro semakin baik. Gambar 6.Struktur mikro Al-Si-Mg tanpa perlakuan termal Gambar 7. Struktur mikro dari paduan Al-Si-Mg setelah perlakuan termal 7
  • 8. Gambar 8. Struktur mikro dari Al-Cu D. Proses pembuatan Aluminium adalah logam yang sangat reaktif yang membentuk ikatan kimia berenergi tinggi dengan oksigen. Dibandingkan dengan logam lain, proses ekstraksi aluminium dari batuannya memerlukan energi yang tinggi untuk mereduksi Al2O3. Proses reduksi ini tidak semudah mereduksi besi dengan menggunakan batu bara, karena aluminium merupakan reduktor yang lebih kuat dari karbon. Proses produksi aluminium dimulai dari pengambilan bahan tambang yang mengandung aluminium (bauksit, corrundum, gibbsite, boehmite, diaspore, dan sebagainya). Selanjutnya, bahan tambang dibawa menuju proses Bayer. Gambar 9: Proses Bayer Proses Bayer menghasilkan alumina (Al2O3) dengan membasuh bahan tambang yang mengandung aluminium dengan larutan natrium hidroksida pada temperatur 175 oC sehingga menghasilkan aluminium hidroksida, 8
  • 9. Al(OH)3. Aluminium hidroksida lalu dipanaskan pada suhu sedikit di atas 1000 oC sehingga terbentuk alumina dan H2O yang menjadi uap air. Setelah Alumina dihasilkan, alumina dibawa ke proses Hall-Heroult. Proses Hall-Heroult dimulai dengan melarutkan alumina dengan leelehan Na3AlF6, atau yang biasa disebut cryolite. Larutan lalu dielektrolisis dan akan mengakibatkan aluminium cair menempel pada anoda, sementara oksigen dari alumina akan teroksidasi bersama anoda yang terbuat dari karbon, membentuk karbon dioksida. Aluminium cair memiliki massa jenis yang lebih ringan dari pada larutan alumina, sehingga pemisahan dapat dilakukan dengan mudah. Elektrolisis aluminium dalam proses Hall-Heroult menghabiskan energi yang cukup banyak. Rata-rata konsumsi energi listrik dunia dalam mengelektrolisis alumina adalah 15 kWh per kilogram aluminium yang dihasilkan. Energi listrik menghabiskan sekitar 20-40% biaya produksi aluminium di seluruh dunia. Gambar 10: Diagram Proses Hall-Heroult yang disederhanakan. Perhatikan letak katoda yang berada di dasar wadah, untuk mengantisipasi massa jenis aluminium cair yang lebih tinggi dibandingkan larutan cryolite-alumina Aluminium daur ulang Salah satu keuntungan aluminium lainnya adalah, mampu didaur ulang tanpa mengalami sedikitpun kehilangan kualitas. Proses daur ulang tidak mengubah struktur aluminium, daur ulang terhadap aluminium dapat dilakukan berkali-kali (wasteonline.org). 9
  • 10. Mendaur ulang aluminium hanya mengkonsumsi energi sebesar 5% dari yang digunakan dalam memproduksi aluminium dari bahan tambang (economist.com). Di Eropa, terutama negara Skandinavia, 95% aluminium yang beredar merupakan bahan hasil daur ulang. Proses daur ulang aluminium berawal dari kegiatan meleburkan sampah aluminium. Hal ini akan menghasilkan endapan. Endapan ini dapat diekstraksi ulang untuk mendapatkan aluminium, dan limbah yang dihasilkan dapat digunakan sebagai bahan campuran aspal dan beton karena merupakan limbah yang berbahaya bagi alam. E. Klasifikasi dan Penggolongan Aluminium Murni Aluminium 99% tanpa tambahan logam paduan apapun dan dicetak dalam keadaan biasa, hanya memiliki kekuatan tensil sebesar 90 MPa, terlalu lunak untuk penggunaan yang luas sehingga seringkali aluminium dipadukan dengan logam lain. Aluminium Paduan Elemen paduan yang umum digunakan pada aluminium adalah silikon, magnesium, tembaga, seng, mangan, dan juga lithium sebelum tahun 1970. Secara umum, penambahan logam paduan hingga konsentrasi tertentu akan meningkatkan kekuatan tensil dan kekerasan, serta menurunkan titik lebur. Jika melebihi konsentrasi tersebut, umumnya titik lebur akan naik disertai meningkatnya kerapuhan akibat terbentuknya senyawa, kristal, atau granula dalam logam. Namun, kekuatan bahan paduan aluminium tidak hanya bergantung pada konsentrasi logam paduannya saja, tetapi juga bagaimana proses perlakuannya hingga aluminium siap digunakan, apakah dengan penempaan, perlakuan panas, penyimpanan, dan sebagainya. Paduan Aluminium-Silikon Paduan aluminium dengan silikon hingga 15% akan memberikan kekerasan dan kekuatan tensil yang cukup besar, hingga mencapai 525 MPa pada aluminium paduan yang dihasilkan pada perlakuan panas. Jika konsentrasi silikon lebih tinggi dari 15%, tingkat kerapuhan logam akan meningkat secara drastis akibat terbentuknya kristal granula silika. Gambar 11. Fase paduan Al-Si, temperatur vs persentase paduan 10
  • 11. Paduan Aluminium-Magnesium Keberadaan magnesium hingga 15,35% dapat menurunkan titik lebur logam paduan yang cukup drastis, dari 660 oC hingga 450 oC. Namun, hal ini tidak menjadikan aluminium paduan dapat ditempa menggunakan panas dengan mudah karena korosi akan terjadi pada suhu di atas 60 oC. Keberadaan magnesium juga menjadikan logam paduan dapat bekerja dengan baik pada temperatur yang sangat rendah, di mana kebanyakan logam akan mengalami failure pada temperatur tersebut. Gambar 12. Diagram fase Paduan Al-Mg, temperatur vs persentase Mg Paduan Aluminium-Tembaga Paduan aluminium-tembaga juga menghasilkan sifat yang keras dan kuat, namun rapuh. Umumnya, untuk kepentingan penempaan, paduan tidak boleh memiliki konsentrasi tembaga di atas 5,6% karena akan membentuk senyawa CuAl2 dalam logam yang menjadikan logam rapuh. Gambar 13. Diagram Fase Al-Cu, temperatur vs persentase paduan 11
  • 12. Paduan Aluminium-Mangan Penambahan mangan memiliki akan berefek pada sifat dapat dilakukan pengerasan tegangan dengan mudah (work-hardening) sehingga didapatkan logam paduan dengan kekuatan tensil yang tinggi namun tidak terlalu rapuh. Selain itu, penambahan mangan akan meningkatkan titik lebur paduan aluminium. Gambar 14. Diagram fase Al-Mn, temperatur vs konsentrasi Mn Paduan Aluminium-Seng Paduan aluminium dengan seng merupakan paduan yang paling terkenal karena merupakan bahan pembuat badan dan sayap pesawat terbang. Paduan ini memiliki kekuatan tertinggi dibandingkan paduan lainnya, aluminium dengan 5,5% seng dapat memiliki kekuatan tensil sebesar 580 MPa dengan elongasi sebesar 11% dalam setiap 50 mm bahan. Bandingkan dengan aluminium dengan 1% magnesium yang memiliki kekuatan tensil sebesar 410 MPa namun memiliki elongasi sebesar 6% setiap 50 mm bahan. 12
  • 13. Gamba15. Diagram fase Al-Zn, temperatur vs persentase Zn Paduan Aluminium-Lithium Lithium menjadikan paduan aluminium mengalami pengurangan massa jenis dan peningkatan modulus elastisitas; hingga konsentrasi sebesar 4% lithium, setiap penambahan 1% lithium akan mengurangi massa jenis paduan sebanyak 3% dan peningkatan modulus elastisitas sebesar 5%. Namun aluminium-lithium tidak lagi diproduksi akibat tingkat reaktivitas lithium yang tinggi yang dapat meningkatkan biaya keselamatan kerja. Paduan Aluminium-Skandium Penambahan skandium ke aluminium membatasi pemuaian yang terjadi pada paduan, baik ketika pengelasan maupun ketika paduan berada di lingkungan yang panas. Paduan ini semakin jarang diproduksi, karena terdapat paduan lain yang lebih murah dan lebih mudah diproduksi dengan karakteristik yang sama, yaitu paduan titanium. Paduan Al-Sc pernah digunakan sebagai bahan pembuat pesawat tempur Rusia, MIG, dengan konsentrasi Sc antara 0,1-0,5% (Zaki, 2003, dan Schwarz, 2004). Paduan Aluminium-Besi Besi (Fe) juga kerap kali muncul dalam aluminium paduan sebagai suatu "kecelakaan". Kehadiran besi umumnya terjadi ketika pengecoran dengan menggunakan cetakan besi yang tidak dilapisi batuan kapur atau keramik. Efek kehadiran Fe dalam paduan adalah berkurangnya kekuatan tensil secara signifikan, namun diikuti dengan penambahan kekerasan dalam jumlah yang sangat kecil. Dalam paduan 10% silikon, keberadaan Fe sebesar 2,08% mengurangi kekuatan tensil dari 217 hingga 78 MPa, dan menambah skala Brinnel dari 62 hingga 70. Hal ini terjadi akibat terbentuknya kristal Fe-Al-X, dengan X adalah paduan utama aluminium selain Fe. 13
  • 14. Tabel 1. Pengaruh Fe terhadap paduan aluminium. Perhatikan bahwa elongasi berbanding lurus dengan kekuatan tensil pada tabel di bawah ini, berbeda dengan kondisi pada umumnya yang berbanding terbalik, menunjukkan efek merusak Fe terhadap paduan aluminium % Fe Kekuatan tensil Elongasi (%) pada Skala kekerasan (MPa) 50 mm bahan Brinnel 0,29 217 14 62 0,79 216 9,8 65 0,90 210 6,0 65 1,13 171 2,5 66 1,60 126 1,5 68 2,08 78 1,0 70 Kelemahan aluminium paduan adalah pada ketahanannya terhadap lelah (fatigue). Aluminium paduan tidak memiliki batas lelah yang dapat diperkirakan seperti baja, yang berarti failure akibat fatigue dapat muncul dengan tiba-tiba bahkan pada beban siklik yang kecil. Satu kelemahan yang dimiliki aluminium murni dan paduan adalah sulit memperkirakan secara visual kapan aluminium akan mulai melebur, karena aluminium tidak menunjukkan tanda visual seperti baja yang bercahaya kemerahan sebelum melebur. Gambar 16: Aluminium cair. Warna kemerahan adalah cetakan yang memanas, sedangkan aluminium cair tidak menunjukkan perubahan warna walau dalam keadaan cair 14
  • 15. Aluminium paduan untuk keperluan penempaan Tabel 2. Sifat aluminium tempa pada tiga jenis paduan dengan komposisi yang berbeda- beda. Perlu diperhatikan bahwa elongasi berbanding terbalik dengan kekuatan tensil. Paduan Komposisi (%) Kekuatan tensil Elongasi (%) pada (MPa) 50 mm bahan 1100 99,00 Al 90-170 5-35 3003 1,2 Mn 110-200 4-30 3004 1,2 Mn, 1,0 Mg 180-290 5-20 5052 2,5 Mg, 0,2 Cr 195-295 8-30 5056 5,2 Mg, 0,1 Mn, 295-440 10-35 0,1 Cr Dengan persentase campuran tertentu, akan didapatkan aluminium paduan dengan kekuatan tensil hingga 400 MPa dengan ductility yang cukup. Aluminium paduan jenis ini lebih murah biaya produksinya karena tidak memerlukan perlakuan termal. Aluminium paduan dengan perlakuan termal Tabel 3. Sifat aluminium paduan dengan perlakuan panas pada beberapa jenis paduan dengan komposisi yang berbeda-beda. Perlu diperhatikan bahwa elongasi berbanding terbalik dengan kekuatan tensil. Paduan Komposisi (%) Kekuatan tensil Elongasi (%) pada (MPa) 50 mm bahan 2014 4,4 Cu, 0,8 Si, 0,8 190-490 10-22 Mn, 0,4 Mg 2024 4,5 Cu, 0,6 Mn, 190-525 6-20 1,5 Mg 6061 1,0 Mg, 0,6 Si, 0,2 125-410 6-25 Cr 7075 5,5 Zn, 2,5 Mg, 230-580 11-17 1,5 Cu, 0,3 Cr Aluminium paduan jenis memiliki biaya produksi yang lebih tinggi karena memerlukan teknik khusus dalam pembentukannya hingga aluminium siap untuk dipakai. Teknik ini akan menghasilkan paduan dengan kekuatan tensil yang cukup tinggi, yaitu di atas 400 MPa, sehingga pengurangan massa dapat dilakukan untuk mengurangi biaya dan mendapatkan kekuatan yang sesuai untuk aplikasi tertentu. Perlakuan termal yang umum dilakukan adalah: • Pengerjaan logam dengan menggunakan panas (misal: hot extrusion) • Memanaskan logam hingga mendekati titik leburnya, lalu didinginkan secara perlahan. Proses ini disebut annealing, dan menghasilkan logam yang lunak. 15
  • 16. Pendinginan dengan cepat, baik dengan menggunakan es, air dingin, ataupun air mendidih sesuai kebutuhan. Proses ini dinamakan quenching. • Disimpan pada temperatur tertentu (umumnya mendekati titik leburnya) selama beberapa lama (antara 1 jam hingga 40 hari). Proses ini disebut artificial age hardening. Perlakuan termal dapat berupa kombinasi nomor dua, tiga, dan empat, namun ada juga yang melakukan penyimpanan selama beberapa lama pada suhu kamar setelah quenching sebelum siap digunakan. Ada juga yang ditempa pada suhu kamar sebelum disimpan pada suhu tinggi. Penyimpanan pada suhu tinggi bermanfaat untuk meningkatkan kekerasan dan kekuatan tensil. Nilai peningkatan kekuatan tensil dapat mencapai tiga kalinya jika dibandingkan dengan aluminium paduan tanpa perlakuan termal. Tabel 4. Perlakuan panas yang berbeda-beda terhadap paduan 2014 (4,4 Cu, 0,8 Si, 0,8 Mn, 0,4 Mg) dan pengaruhnya terhadap sifat mekanik bahan Perlakuan Kekuatan Elongasi (%) Skala Tensil pada 50 mm Kekerasan bahan Brinnel Annealing 190 18 45 Quenching, lalu disimpan pada 435 20 105 suhu kamar Quenching, lalu disimpan 490 13 135 dengan temperatur tertentu Paduan 7075 merupakan paduan Al-Zn yang paling terkenal. Jika diberi perlakuan quenching, lalu disimpan dengan temperatur tinggi selama beberapa waktu, logam paduan akan memiliki kekuatan tensil 580 MPa. Jika tidak diberikan perlakuan termal, paduan hanya memiliki kekuatan tensil 230 MPa. Pada penggunaan di lingkungan yang bersifat korosif, permukaan paduan Al-Cu yang merupakan paduan yang mudah korosi, harus dilapisi dengan aluminium murni dengan teknik "hot rolling". Hal ini akan mencegah oksidasi Al-Cu lebih jauh, bahkan ketika logam terpotong karena aluminium bersifat anodik. Meski pelapisan dengan aluminium dapat mengurangi kekuatan, hal ini umum dilakukan. Aluminium paduan cor Aluminium dapat dicor di cetakan pasir/tanah liat, cetakan besi, atau cetakan baja dengan diberi tekanan. Logam cor dapat lebih cepat mengeras jika dicor dengan cetakan logam, sehingga akan menghasilkan efek yang sama seperti efek quenching, yaitu memperkeras logam. Pengecoran dengan besi harus dilakukan dengan hati-hati karena dapat menyebabkan intrusi besi ke dalam paduan, menyebabkan paduan memiliki komposisi yang tidak diinginkan. Proses pengecoran, selain harus terbebas dari pengotor pencetaknya, juga harus terbebas dari uap air. Aluminium, dalam temperatur tinggi, dapat bereaksi dengan uap air membentuk aluminium hidroksida dan gas hidrogen. Aluminium cair, sepeti logam cair pada umumnya, dapat melarutkan gas tersebut, dan ketika logam mulai mendingin 16
  • 17. dan menjadi padat, gelembung-gelembung hidrogen akan terbentuk di dalam logam, menyebabkan logam menjadi berpori-pori dan menyebabkan logam semakin rapuh. Untuk mencegah keberadaan gas hidrogen dalam logam, pengecoran sebaiknya dilakukan dalam keadaan kering dan tidak lembab serta logam tidak dilelehkan pada temperatur jauh di atas titik lelehnya. Hal ini dapat dilakukan dengan menggunakan tanur listrik, namun hal ini akan meningkatkan biaya produksi. Komposisi utama aluminium paduan cor pada umumnya adalah tembaga, silikon, dan magnesium. Al-Cu memberikan keuntungan yaitu kemudahan dalam pengecoran dan memudahkan pengerjaan permesinan. Al- Si memmberikan kemudahan dalam pengecoran, kekuatan, ketahanan pada temperatur tinggi, dan pemuaian yang rendah. Sifat pemuaian merupakan sifat yang penting dalam logam cor dan ekstrusi, yang pada umumnya merupakan bagian dari mesin. Al-Mg juga memberikan kekuatan, dan lebih baik dibandingkan Al-Si karena memiliki ketahanan yang lebih tinggi hingga logam mengalami deformasi plastis (elongasi). Namun konsentrasi lebih dari 10% dapat mengurangi kemudahan dalam pengecoran. F. Sifat-Sifat Teknis Bahan Sifat Fisik Aluminium Table 5, menunjukan sifat fisik aluminium Nama, Simbol, dan Nomor Aluminium, Al, 13 Sifat Fisik Wujud Padat Massa jenis 2,70 gram/cm3 Massa jenis pada wujud cair 2,375 gram/cm3 Titik lebur 933,47 K, 660,32 oC, 1220,58 oF Titik didih 2792 K, 2519 oC, 4566 oF o Kalor jenis (25 C) 24,2 J/mol K Resistansi listrik (20 oC) 28.2 nΩ m Konduktivitas termal (300 K) 237 W/m K Pemuaian termal (25 oC) 23.1 µm/m K Modulus Young 70 Gpa Modulus geser 26 Gpa Poisson ratio 0,35 Kekerasan skala Mohs 2,75 Kekerasan skala Vickers 167 Mpa Kekerasan skala Brinnel 245 Mpa Sifat Mekanik Aluminium Sifat teknik bahan aluminium murni dan aluminium paduan dipengaruhi oleh konsentrasi bahan dan perlakuan yang diberikan terhadap bahan tersebut. Aluminium terkenal sebagai bahan yang tahan terhadap korosi. Hal ini disebabkan oleh fenomena pasivasi, yaitu proses pembentukan lapisan aluminium oksida di permukaan logam aluminium segera setelah logam terpapar oleh udara bebas. Lapisan aluminium oksida ini mencegah terjadinya oksidasi lebih jauh. Namun, pasivasi dapat terjadi lebih lambat jika dipadukan 17
  • 18. dengan logam yang bersifat lebih katodik, karena dapat mencegah oksidasi aluminium. Kekuatan tensil Kekuatan tensil adalah besar tegangan yang didapatkan ketika dilakukan pengujian tensil. Kekuatan tensil ditunjukkan oleh nilai tertinggi dari tegangan pada kurva tegangan-regangan hasil pengujian, dan biasanya terjadi ketika terjadinya necking. Kekuatan tensil bukanlah ukuran kekuatan yang sebenarnya dapat terjadi di lapangan, namun dapat dijadikan sebagai suatu acuan terhadap kekuatan bahan. Kekuatan tensil pada aluminium murni pada berbagai perlakuan umumnya sangat rendah, yaitu sekitar 90 MPa, sehingga untuk penggunaan yang memerlukan kekuatan tensil yang tinggi, aluminium perlu dipadukan. Dengan dipadukan dengan logam lain, ditambah dengan berbagai perlakuan termal, aluminium paduan akan memiliki kekuatan tensil hingga 580 MPa (paduan 7075). Kekerasan Kekerasan gabungan dari berbagai sifat yang terdapat dalam suatu bahan yang mencegah terjadinya suatu deformasi terhadap bahan tersebut ketika diaplikasikan suatu gaya. Kekerasan suatu bahan dipengaruhi oleh elastisitas, plastisitas, viskoelastisitas, kekuatan tensil, ductility, dan sebagainya. Kekerasan dapat diuji dan diukur dengan berbagai metode. Yang paling umum adalah metode Brinnel, Vickers, Mohs, dan Rockwell. Kekerasan bahan aluminium murni sangatlah kecil, yaitu sekitar 65 skala Brinnel, sehingga dengan sedikit gaya saja dapat mengubah bentuk logam. Untuk kebutuhan aplikasi yang membutuhkan kekerasan, aluminium perlu dipadukan dengan logam lain dan/atau diberi perlakuan termal atau fisik. Aluminium dengan 4,4% Cu dan diperlakukan quenching, lalu disimpan pada temperatur tinggi dapat memiliki tingkat kekerasan Brinnel sebesar 135. Ductility Ductility didefinisikan sebagai sifat mekanis dari suatu bahan untuk menerangkan seberapa jauh bahan dapat diubah bentuknya secara plastis tanpa terjadinya retakan. Dalam suatu pengujian tensil, ductility ditunjukkan dengan bentuk neckingnya; material dengan ductility yang tinggi akan mengalami necking yang sangat sempit, sedangkan bahan yang memiliki ductility rendah, hampir tidak mengalami necking. Sedangkan dalam hasil pengujian tensil, ductility diukur dengan skala yang disebut elongasi. Elongasi adalah seberapa besar pertambahan panjang suatu bahan ketika dilakukan uji kekuatan tensil. Elongasi ditulis dalam persentase pertambahan panjang per panjang awal bahan yang diujikan. Aluminium murni memiliki ductility yang tinggi. Aluminium paduan memiliki ductility yang bervariasi, tergantung konsentrasi paduannya, namun pada umumnya memiliki ductility yang lebih rendah dari pada aluminium murni, karena ductility berbanding terbalik dengan kekuatan tensil, serta hampir semua aluminum paduan memiliki kekuatan tensil yang lebih tinggi dari pada aluminium murni. 18
  • 19. G. Contoh Aplikasi Aluminium adalah logam non-besi yang paling banyak digunakan di seluruh dunia. Produksi global dunia pada tahun 2005 mencapai 31,9 juta ton, melebihi produksi semua logam non-besi lainnya (Hetherington et al, 2007). Aluminium memiliki rasio kekuatan terhadap massa yang paling tinggi, sehingga banyak digunakan sebagai bahan pembuat pesawat dan roket. Aluminium juga dapat menjadi reflektor yang baik; lapisan aluminium murni dapat memantulkan 92% cahaya . Aluminium murni, saat ini jarang digunakan karena terlalu lunak. Penggunaan aluminium murni yang paling luas adalah aluminium foil (92- 99% aluminium). Paduan aluminium-magnesium umumnya digunakan sebagai bahan pembuat badan kapal. Paduan lainnya akan mudah mengalami korosi ketika berhadapan dengan larutan alkali seperti air laut. Paduan aluminium-tembaga-lithium digunakan sebagai bahan pembuat tangki bahan bakar pada pesawat ulang-alik milik NASA. Uang logam juga terbuat dari aluminium yang diperkeras. Hingga saat ini, sulit dicari apa bahan paduan uang pembuat uang logam berwarna putih keperakan ini, kemungkinan dirahasiakan untuk mencegah pemalsuan uang logam. Velg mobil juga menggunakan bahan aluminium yang dipadu dengan magnesium, silicon, atau keduanya, dan dibuat dengan cara ekstrusi atau dicor. Beberapa jenis roda gigi menggunakan paduan Al-Cu. Penggunaan paduan Cu untuk mendapatkan tingkat kekerasan yang cukup dan memperpanjang usia benda akibat fatigue. Gambar 17. Uang logam, juga terbuat dari aluminium Gambar 18. Aluminium foil 19
  • 20. Gambar 19. Aluminium foam Gambar 20. Velg mobil, mengunakan paduan Al-Si, Al-Mg, atau Al-Si-Mg Gambar 21. Roda gigi menggunakan paduan Al-Cu Gambar 22. Pesawat terbang, dibuat dengan menggunakan paduan 7075, Al-Zn. H. Standarisasi dan Kodifikasi Pengkodean aluminium tempa berdasarkan International Alloy Designation System adalah sebagai berikut: • Seri 1xxx merupakan aluminium murni dengan kandungan minimun 99,00% aluminium berdasarkan beratnya. • Seri 2xxx adalah paduan dengan tembaga. Terdiri dari paduan bernomor 2010 hingga 2029. 20
  • 21. Seri 3xxx adalah paduan dengan mangan. Terdiri dari paduan bernomor 3003 hingga 3009. • Seri 4xxx adalah paduan dengan silikon. Terdiri dari paduan bernomor 4030 hingga 4039 • Seri 5xxx adalah paduan dengan magnesium. Terdiri dari paduan dengan nomor 5050 hingga 5086. • Seri 6xxx adalah paduan dengan silikon dan magnesium. Terdiri dari paduan dengan nomor 6061 hingga 6069 • Seri 7xxx adalah paduan dengan seng. Terdiri dari paduan dengan nomor 7070 hingga 7079. • Seri 8xxx adalah paduan dengan lithium. Perlu diperhatikan bahwa pengkodean aluminium untuk keperluan penempaan seperti di ats tidak berdasarkan pada komposisi paduannya, tetapi berdasarkan pada sistem pengkodean terdahulu, yaitu sistem Alcoa yang menggunakan urutan 1 sampai 79 dengan akhiran S, sehingga dua digit di belakang setiap kode pada pengkodean di atas diberi angka sesuai urutan Alcoa terdahulu. Pengecualian ada pada paduan magnesium dan lithium. Pengkodean untuk aluminium cor berdasarkan Aluminium Association adalah sebagai berikut: • Seri 1xx.x adalah aluminium dengan kandungan minimal 99% aluminium • Seri 2xx.x adalah paduan dengan tembaga • Seri 3xx.x adalah paduan dengan silikon, tembaga, dan/atau magnesium • Seri 4xx.x adalah paduan dengan silikon • Seri 5xx.x adalah paduan dengan magnesium • Seri 7xx.x adalah paduan dengan seng • Seri 8xx.x adalah paduan dengan lithium Perlu diperhatikan bahwa pada digit kedua dan ketiga menunjukkan persentase aluminiumnya, sedangkan digit terakhir setelah titik adalah keterangan apakah aluminium dicor setelah dilakukan pelelehan pada produk aslinya, atau dicor segera setelah aluminium cair dengan paduan tertentu. Ditulis hanya dengan dua angka, yaitu 1 atau 0. Klasifikasi aluminium pada Standar Nasional Indonesia tidak berdasarkan pada konsentrasi paduan maupun perlakuannya. Klasifikasi aluminium paduan pada Standar Nasional Indonesia didasarkan pada aplikasi aluminium tersebut. Berikut ini adalah contoh penomoran aluminium pada Standar Nasional Indonesia: • 03-2583-1989 aluminium lembaran bergelombang untuk atap dan dinding • 07-0417-1989 ekstrusi aluminium paduan • 03-0573-1989 jendela aluminium paduan • 07-0603-1989 aluminium ekstrusi untuk arsitektur • 07-0733-1989 ingot aluminium primer • 07-0734-1989 aluminium ekstrusi untuk arsitektur, terlapis bahan anodisasi • 07-0828-1989 ingot aluminium sekunder 21
  • 22. • 07-0829-1989 ingot aluminium paduan untuk cor • 07-0851-1989 plat dan lembaran aluminium • 07-0957-1989 aluminium foil dan paduannya • 04-1061-1989 kawat aluminium untuk penghantar listrik Terdapat 84 produk aluminium yang terdaftar dalam Sistem Informasi Standar Nasional Indonesia, berupa aluminium murni dan paduannya, senyawa aluminium, bahkan petunjuk teknis pembuatan aluminium dan aplikasinya juga merupakan produk terdaftar di SNI. I. Bentuk, Ukuran, dan Harga TOKO MEGA ALUMUNIUM Jl. KH Soleh Iskandar (JL. Baru) no. 9 Bogor • Ukuran 3” x 1,5” x 1,0mm Bentuk Harga M Rp. 208.500 Holo (persegi panjang) Rp. 172.100 Spanrel Rp. 180.400 Plat Siku Rp. 27.500 L Rp. 80.700 Plat strip Rp. 65.600 • Ukuran 1,20 m x 2,40 m x 0,3 mm Bentuk Harga Plat Lembaran Rp. 800.000 • Ukuran 4” x 1,5” x 1,0 mm Bentuk Harga M Rp. 256.000 Spanrel Rp. 255.300 Holo (persegi panjang) Rp. 218.900 Plat Strip Rp. 86.800 22
  • 23. Alumunium Batang Bentuk Panjang Tebal Harga Batang siku 6m 0.8 mm Rp. 38.000,00 Batang H 6m 1 mm Rp. 225.000,00 Glosarium Age-hardening Adalah teknik perlakuan termal untuk meningkatkan kekuatan tensil dari material yang dapat ditempa yang mengandalkan prinsip perubahan fase dalam respon suatu material terhadap temperatur. Annealing Adalah perlakuan termal yang mengubah struktur mikro dari suatu material yang menyebabkan perubahan sifat seperti kekuatan, kekerasan, dan ductility. Dalam logam, perlakuan ini dilakukan dengan memanaskan material hingga bercahaya. Cryolite Bahan yang digunakan sebagai pelarut alumina untuk proses elektrolisis. Susunan senyawanya adalah Na3AlF6. Die casting Proses membentuk logam cair di bawah tekanan menggunakan cetakan. Ductility Sifat mekanik yang digunakan untuk menjelaskan seberapa jauh benda dapat dilakukan deformasi plastis hingga mengalami keretakkan. Ekstrusi Proses membuat benda dalam bentuk yang telah ditetapkan dengan mendorong material melalui “die” hingga terbentuk bentuk yang diinginkan. Elektrolisis Metode menggunakan arus listrik untuk memicu reaksi kimia non-spontan. Elongasi Seberapa besar pertambahan panjang suatu bahan ketika dilakukan uji kekuatan tensil. Elongasi ditulis dalam persentase pertambahan panjang per panjang awal bahan yang diujikan. Failure Hilangnya kemampuan suatu bahan dalam menahan beban atau bahkan beban dirinya sendiri. Fatigue Kerusakan material dan progresif yang terjadi akibat beban siklik yang diaplikasikanke suatubahan. Ingot Suatu material, umumnya logam, yang dicetak dalam bentuk yang siap dipakai untuk pemrosesan berikutnya. Kekerasan Berbagai sifat dari suatu material dalam wujud padat yang memberikannya resistansi terhadap berbagai perubahan bentuk ketika gaya diaplikasikan. 23
  • 24. Kekuatan tensil Adalah seberapa besar gaya per satuan luas yang diaplikasikan dalam uji tensil hingga benda uji mengalami necking. Modulus geser Rasio dari tegangan geser dan regangan geser ketika suatu bahan mengalami gaya paralel pada permukaan yang berlawanan dengan arah yang berlawanan. Modulus young Rasio dari tegangan dan regangan ketika suatu benda mengalami tekanan atau tarikan dalam satu arah. Necking Adalah bentuk dari deformasi tensil ketika tegangan yang relatif besar memindahkan secara disproporsional sebagian dari suatu bahan. Pasivation Proses yang menjadikan suatu material bersifat pasif terhadap zat lainnya. Perlakuan termal Perlakuan yang menggunakan temperatur, dalam bentuk pendinginan atau pemanasan, umumnya hingga mendekati temperatur ekstrim, untuk mendapatkan hasil yang diinginkan, berupa meningkatnya kekuatan bahan atau melunakkan suatu bahan. Poisson Ratio Rasio kontraksi benda secara horisontal terhadap meregangnya benda seara vertikal ketika benda diregangkan Quenching Proses termal, yaitu mendinginkan dalam waktu cepat suatu material yang sedang berada dalam kondisi temperatur yang mendekati ekstrim. Work-hardening Penambahan kekuatan suatu logam dengan deformasi plastis 24
  • 25. Daftar Pustaka Ahmad, Zaki.2003. "The properties and application of scandium-reinforced aluminum". JOM Anonim. Aluminium, dari [[http://webmineral.com/data/Aluminum.shtml]] diunduh pada tanggal 15 Desember 2009 Christoph Schmitz, Josef Domagala, Petra Haag.2006. Handbook of aluminium recycling: fundamentals, mechanical preparation, metallurgical processing, plant design. Vulkan-Verlag GmbH. Dieter G. E.1988. Mechanical Metallurgy. McGraw-Hill. Emsley, John.2001. Nature's Building Blocks: An A-Z Guide to the Elements. Oxford, UK: Oxford University Press Greenwood, Norman N.; Earnshaw, A.1997. Chemistry of the Elements (2nd ed.), Oxford: Butterworth-Heinemann. Guilbert, John M. and Carles F. Park.1986. The Geology of Ore Deposits. Freeman Polmear, I. J. 1995. Light Alloys: Metallurgy of the Light Metals. Arnold. __________. 2006. Light alloys from traditional alloys to nanocrystals. Oxford: Elsevier/Butterworth-Heinemann Schwarz James A. Contescu Cristian I., Putyera Karol. 2004. Dekker encyclopédia of nanoscience and nanotechnology, Volume 3. CRC Press Surdia Tata, dan Saito Shinroku.1985. Pengetahuan Bahan Teknik. Jakarta: PT Dainippon Gitakarya Printing Venetski S. 1969. ""Silver" from clay". 25
  • 26. Daftar kontribusi anggota kelompok : 1. Abdul Hafizh Mencari bahan untuk pembuatan makalah, sebagai narasumber mengenai standarisasi dan pengkodean, membuat slide mengenai standarisasi dan pengkodean 2. Sapto Andriyono Mencari bahan untuk pembuatan makalah, membuat makalah,sebagai narasumber mengenai proses pembuatan, membuat slide mengenai proses pembuatan. 3. Yudhi Sudiyanto Mencari bahan untuk pembuatan makalah, sebagai moderator dan operator. 4. Aulia Rizqi Nur Abidi Mencari bahan untuk pembuatan makalah, sebagai narasumber mengenai klasifikasi dan penggolongan, membuat slide mengenai klasifikasi dan penggolongan, membuat dan merapikan bahan aluminium,mengedit makalah. 5. Yuliana Mencari bahan untuk pembuatan makalah, sebagai narasumber mengenai pengertian dan kandungan unsur, membuat slide mengenai pengertian dan kandungan unsur, membuat dan merapikan bahan aluminium, survey bahan aluminium 6. Reny Irmayanti Mencari bahan untuk pembuatan makalah, sebagai narasumber mengenai harga dan aplikasi, membuat slide mengenai harga dan aplikasi, membuat dan merapikan bahan aluminium, survey bahan aluminium 7. Rhamdani Mardiansyah Mencari bahan untuk pembuatan makalah, sebagai narasumber mengenai struktur mikro, membuat slide mengenai struktur mikro, survey bahan aluminium, membuat layout+mengedit slide 26
  • 27. 8. Ahmad Eriska Mencari bahan untuk pembuatan makalah, sebagai narasumber mengenai sifat-sifat, membuat slide mengenai sifat-sifat, membuat layout+mengedit slide LAMPIRAN 27