2. Al-Hadist
Al – Qur‟an dan hadits merupakan dua
sumber hukum pokok syariat Islam yang
tetap, dan orang Islam tidak akan
mungkin, bisa memahami syariat Islam
secara mendalam dan lengkap tanpa
kembali kepada kedua sumber Islam
tersebut. Seorang mujtahid dan seorang
ulama pun tidak diperbolehkan hanya
mencukupkan diri dengan mengambil
salah satu keduanya.
3. Pengertian Hadits
Hadits menurut bahasa ialah sesuatu yang
baru, dekat, atau khabar.
Hadits secara istilah adalah segala peristiwa
yang disandarkan kepada Nabi Muhammad
SAW, baik perkataan, segala keadaan, atau
perilakunya.
4. Sejarah Singkat Perkembangan
Al-Hadits
Para ulama membagi perkembangan hadits itu kepada 7 periode, yaitu:
1. Masa wahyu dan pembentukan hukum
(pada zaman Rosul: 13 SH-11 H)
2. Masa pembatasan riwayat
(masa khulafaur rosyidin: 12-40 H)
3. Masa pencarian hadits
(pada masa generasi tabi'in dan sahabat-sahabat muda: 41 H-akhir abad 1
H)
4. Masa pembukuan hadits
(permulaan abad II H)
5. Masa penyaringan dan seleksi ketat
(awal abad III H- sampai selesai)
6. Masa penyusunan kitab-kitab koleksi
(awal abad IV H sampai jatuhnya Baghdad pada tahun 656 H)
7. Masa pembuatan kitab syaroh hadits, kitab-kitab tahrij dan penyusunan
kitab-kitab koleksi yang lebih umum
(656 H dan seterusnya)
5. Pada zaman Rosulullôh al Hadits tidak
dituliskan, sebab:
a. Nabi sendiri pernah melarangnya, kecuali
bagi sahabat-sahabat tertentu yang diizinkan
beliau, sebagai catatan pribadi.
b. Rosulullôh berada ditengah-tengah ummat
Islam, sehingga dirasa sangat tidak perlu
untuk dituliskan pada waktu itu.
c. Kemampuan baca tulis dikalangan sahabat
sangat terbatas.
d. Ummat Islam sedang dikonsentrasikan
kepada al
Qur'an.
e. Kesibukan-kesibukan ummat Islam yang luar
biasa dalam menghadapi perjuangan da'wah
yang sangat penting.
6. Pengertian Sanad, Matan, dan
Rawi
A. Sanad
Sanad ialah rantai penutur/perawi (periwayat) hadits. Sanad terdiri atas
seluruh penutur mulai dari orang yang mencatat hadits tersebut dalam
bukunya (kitab hadits) hingga mencapai Rasulullah. Sanad, memberikan
gambaran keaslian suatu riwayat. Jika diambil dari contoh sebelumnya
maka sanad hadits bersangkutan adalah
Al-Bukhari --> Musaddad --> Yahya --> Syu’bah --> Qatadah --> Anas -->
Nabi Muhammad SAWSebuah hadits dapat memiliki beberapa sanad
dengan jumlah penutur/perawi bervariasi dalam lapisan sanadnya,
lapisan dalam sanad disebut dengan thabaqah. Signifikansi jumlah sanad
dan penutur dalam tiap thabaqah sanad akan menentukan derajat hadits
tersebut, hal ini dijelaskan lebih jauh pada klasifikasi hadits.
Jadi yang perlu dicermati dalam memahami hadits terkait dengan
sanadnya ialah :
- Keutuhan sanadnya
- Jumlahnya
- Perawi akhirn
7. B. Matan
Kata matan atau al-matan menurut bahasa berarti ma
shaluba wa irtafa’amin al-aradhi(tanah yang meninggi).
Secara temonologis, istilah matan memiliki beberapa
difinisi, yang mana maknanya sama yaitu materi atau lafazh
hadits itu sendiri. Pada salah satu definisi yang sangat
sederhana misalnya, disebutkan bahwa matan ialah ujung
atau tujuan sanad . Dari definisi diatas memberi pengertian
bahwa apa yang tertulis setelah (penulisan) silsilah sanad
adalah matan hadits.
Pada definisi lain seperti yang dikatakan ath-thibi
mendifinisikan dengan :”lafazh-lafazh hadits yang
didalamnya megandung makna makna tertentu”.
Jadi dari pegertian diatas semua, dapat kita simpulkan
bahwa yang disebut matan ialah materi atau lafazh hadits
itu sendiri, yang penulisannya ditempatkan setelah sanad
dan sebelum rawi.
8. C. Rawi
•
•
•
•
•
Kata rawi atau arawi, berati orang yang meriwayatkan atau yang
memberitakan hadis. Yang dimaksud dengan rawi ialah orang
yang merawikan/meriwayatkan, dan memindahkan hadits.
Perawi dari umat Islam ialah Bukhori, Muslim, Abu Dawud, AnNas’i, Tirmidzi, Malik, Ibnu Majah, Ahmad, Darimi.
Perawi dari Umat Syi’ah hanya mempercayai hadits yang
diriwayatkan oleh keturunan Muhammad SAW, melalui Fatimah
Az-Zahra, atau oleh pemeluk Islam awal yang memihak Ali bin
Abi Thalib. Syi’ah tidak menggunakan hadits yang berasal atau
diriwayatkan oleh mereka yang menurut kaum Syi’ah diklaim
memusuhi Ali, seperti Aisyah, yang melawan Ali pada Perang
Jamal.
Ada beberapa sekte dalam Syi'ah, tetapi sebagian besar
menggunakan:
Ushul al-Kafi
Al-Istibshar
Al-Tahdzib
Man La Yahduruhu al-Faqih
9. Penggolongan Dan Klasifikasi
Hadits
Penggolongan Hadits Berdasarkan
Banyaknya Rawi
Informasi yang dibawa oleh banyak
rowi lebih meyakinkan bila
dibandingkan dengan informasi
yang dibawa oleh satu atau dua
orang rowi saja. Dari sinilah para
ahli hadits membagi hadits
menurut jumlah rowinya.
10. Hadits Mutawatir
Hadist mutawatir adalah laporan dari orang-orang yang jumlahnya tidak ditentukan
(la yusha „adaduhum) yang tidak mungkin mereka bersepakat untuk berbuat dusta
mengingat jumlah mereka yang besar („adalah) dan tempat tinggal mereka yang
beragam.
Hadits Mutawatir ada 2 yaitu :
1. Mutawatir Lafdzi yaitu mutawatir redaksinya.
Contoh Hadits Mutawatir Lafzi :
“Rasulullah SAW berkata, “Barangsiapa yang sengaja berdusta atas
namaku, maka hendaklah ia bersedia menduduki tempat duduk di
neraka.”
2. Mutawatir Ma‟nawi yaitu hadits yang isi serta kandungannyadiriwayatkan
secara mutawatir dengan redaksi yang
berbeda-beda 13.
Contoh hadits mutawatir maknawi adalah :
“Rasulullah SAW tidak mengangkat kedua tangan beliau dalam doa-doanya
selain dalam doa salat istiqa‟ dan beliau mengangkat tangannya, sehingga
nampak putih-putih kedua ketiaknya.” (HR. Bukhari Muslim)
11. Hadits Ahad
Hadits Ahad adalah hadits yang diriwayatkan
oleh satu, dua, atau sedikit orang yang tidak
mencapai derajat masyhur, apalagi mutawatir.
Keterikatan manusia terhadap substansi hadits
ini sangat dipengaruhi oleh kualitas
periwayatannya dan kualitas kesinambungan
sanadnya.
12. Klasikfikasi Hadits Berdasarkan
Diterima dan Ditolaknya (Kualitas)
Kategorisasi tingkat keaslian hadits
adalah klasifikasi yang paling
penting dan merupakan kesimpulan
terhadap tingkat penerimaan atau
penolakan terhadap hadits
tersebut. Tingkatan hadits pada
klasifikasi ini terbagi menjadi 4
tingkat yakni shahih, hasan, da’if dan
maudu’.
13. Hadits Shahih
Yakni tingkatan tertinggi penerimaan pada
suatu hadits. Hadits shahih memenuhi
persyaratan sebagai berikut:
Sanadnya bersambung; Diriwayatkan oleh
penutur/perawi yg adil, memiliki sifat
istiqomah, berakhlak baik, tidak fasik,
terjaga muruah(kehormatan)-nya, dan
kuat ingatannya; Haditsnya musnad,
maksudnya hadits tersebut disandarkan
kepada Nabi Muhammad SAW; Matannya
tidak mengandung
kejanggalan/bertentangan (syadz) serta
tidak ada sebab tersembunyi atau tidak
14. Hadits Hasan
Bila hadits yang tersebut
sanadnya bersambung,
diriwayatkan oleh rawi yg adil
namun tidak sempurna
ingatannya, serta matannya
tidak syadz serta cacat.
15. Hadits Dhaif (Lemah)
Ialah hadits yang sanadnya tidak
bersambung dan diriwayatkan oleh
orang yang tidak adil atau tidak
kuat ingatannya, mengandung
kejanggalan atau cacat.
16. Hadits Maudu’
Bila hadits dicurigai palsu atau buatan
karena dalam sanadnya dijumpai
penutur yang memiliki kemungkinan
berdusta.
17. Hadits Mardud
Mardud menurut bahasa berarti yang
ditolak; yang tidak diterima. Sedangkan
menurut urf Muhaditsin, Hadits Mardud
ialah hadits yang tidak menunjuki
keterangan yang kuat akan adanya dan
tidak menunjuki keterangan yang kuat atas
ketidakadaannya, tetapi adanya dengan
ketidakadaannya bersamaan. Maka,
Jumhur Ulama mewajibkan untuk
menerima hadits – hadits maqbul, dan
sebaliknya setiap hadits yang mardud
tidak boleh diterima dan tidak boleh
diamalkan (harus ditolak). Jadi, hadits
18. Klasifikasi Hadits Dari Segi
Perkembangan Sanadnya
• Hadits Muttasil
Hadits Muttasil adalah hadits yang
didengar oleh masing – masing
rawinya dari rawi yang di atasnya
sampai kepada ujung sanadnya, baik
hadits marfu’ maupun hadits
mauquf.
• Hadits Munqati’
Hadits Munqati’ adalah setiap hadits
yang tidak bersambung sanadnya,
baik yang disandarkan kepada Nabi