Karya tulis ilmiah ini membahas asuhan kebidanan pada bayi baru lahir di BPM Kartini Kampung Sawah Bandar Lampung tahun 2015. Penulis memberikan asuhan kepada bayi Ny. Y sesuai dengan manajemen langkah Varney untuk mencegah masalah yang mungkin timbul dan meningkatkan perkembangan bayi. Penulis berharap dengan asuhan yang diberikan akan membantu bayi tumbuh dan berkembang dengan baik.
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
Resti fiks fdf
1. ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU LAHIR
TERHADAP BAYI NY.Y SEGERA SETELAH LAHIR
DI BPM KARTINI KAMPUNG SAWAH
BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2015
KARYA TULIS ILMIAH
Karya Tulis Ilmiah Ini Di Buat Sebagai Salah Satu Syarat Untuk
Mendapatkan Gelar Profesi Ahli Madya Kebidanan Prodi D III Kebidanan
Akademi Kebidanan Adila Bandar Lampung
AKADEMI KEBIDANAN ADILA
NAMA : RESTI AULIA
NIM : 201207049
AKADEMI KEBIDANAN ADILA
BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2015
2. LEMBAR PENGESAHAN
Diterima dan disahkan oleh Tim Penguji Ujian Akhir Program Pendidikan
Diploma III Kebidanan Adila Pada :
Hari : Kamis
Tanggal : 09 Juli 2015
Penguji I Penguji II
Ninik Masturiyah S.ST M.Kes Nova Utari S.ST
NIK. NIK.
Direktur Akademi Kebidanan Adila
Bandar Lampung
Dr.Wazni Adila,MPH
NIK.2011041008
3. ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU LAHIR TERHADAP BAYI
NY.Y
SEGERA SETELAH LAHIR DI BPM KARTINI KAMPUNG SAWAH
BANDAR LAMPUNG TAHUN 2015
Resti Aulia, Ninik Masturiyah S.ST,M.Kes, Nopa Utari S.ST
INTISARI
Bayi Baru Lahir disebut juga dengan neonatus merupakan individu yang sedang bertumbuh dan
baru saja mengalami trauma kelahiran serta harus dapat melakukan penyesuaian diri dari
kehidupan intrauterine ke kehidupan ekstrauterine. Bayi Baru Lahir normal adalah bayi yang lahir
pada usia kehamilan 37-42 minggu danberat badannya 2.500-4.000 gram. Penelitian menunjukan
bahwa 50% kematian bayi terjadi pada periode neonatal yaitu dalam bulan pertama kehidupan.
Kurang baiknya penanganan bayi baru lahir yang sehat akan menyebabkan kelainan-kelainan yang
mengakibatkan cacat seumur hidup, bahkan kematian. Misalnya karena hipotermi akan
menyebabkan hipoglikemia dan akhirnya dapat terjadi kerusakan otak.
Dari hasil survey penelitian yang dilakukan di BPS Kartini Kampung Sawah Bandar Lampung
pada tanggal 28-29 April 2015 di dapatkan 8 bayi baru lahir sehingga penulis tertarik untuk
memberikan asuhan yang berjudul “Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir Terhadap Bayi Ny.
Y Segera Setelah Lahir Di BPM Kartini Kampung Sawah Bandar Lampung Tahun 2015. Tujuan
dilakukan penelitian ini diharapkan penulis mampu memberikan asuhan kebidanan sesuai dengan
manajemen langkah varney.Metode yang digunakan adalah metode deskriptif. Setelah di
aplikasikan manajemen asuhan langkah varney diharapkan untuk kedepannya melakukan asuhan
kebidanan pada bayi baru lahir yang lebih baik.
Kata kunci :Bayi Baru Lahir
Kepustakaan :2004-2014
Jumlah halaman : 95 halaman
4. CURRICULUM VITAE
Nama : Resti Aulia
NIM : 201207049
Tempat/tanggal lahir : kanyangan, 04 november 1994
Alamat : Jl. Mujair No. 27 kuripan kec. Kota Agung , Kabupaten Tanggamus
Institusi : Akademi Kebidanan Adila Bandar Lampung
Angkatan : VII
Biografi :
- SD Negeri 1 Kanyangan masuk pada tahun 2001 dan lulus pada
tahun 2006
- SMP Negeri 1 Kota Agung masuk pada tahun 2006 dan lulus
- pada tahun 2009
- SMA Negeri 1 Kota Agung masuk pada tahun 2009 dan lulus
Pada tahun 2012
- Pada tahun 2015penulis telah menyelesaikan pendidikan di
Akademi kebidanan Adila Bandar Lampung
5. MOTTO
Yakinlah ada sesuatu yang menantimu selepas banyak kesabaran (yang kau
jalani) yang akan membuat kau terpana hingga kau lupa betapa pedihnya
rasa sakit “Ali Bin Abi Thalib”
6. PERSEMBAHAN
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang atas rahmat-NYA maka
penulis dapat menyelesaikan penyusunan karya tulis ilmiah, dn dibalik
penyelesaian karya tulis ilmiah ini tidak lupa penulis memberikan persembahan
kepada orang-orang yang telah membantu penulis baik secara langsung maupun
tidak langsung:
1. Puji syukur kehadirat Allah yang maha kuasa sehinga dapat
terselesaikannya Karya tulis Ilmiah
2. Terimakasih untuk keluarga besar tercinta yang selalu memberikan
semangat dan mendo’akan setiap kegiatan apapun yang terbaik bagi
penulis serta selalu mengharapkan setiap keberhasilan yang penulis
lakukan
3. Rekan-rekanku tercinta Akbid Adila khususnya tingkat III yang selalu
mendukung hingga terselesaikannya tugas akhir ini
4. Almamater tercinta Akademi Kebidanan Adila Bandar Lampung sebagai
tempat penulis menuntut ilmu selama tiga tahun
5. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu, terimakasih
atas partisipasi dan dukungan selama penulis menyelesaikan karya tulis
ilmiah.
7. KATA PENGANTAR
Puji syukur Atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini yang
berjudul “ Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir Terhadap Bayi Ny.A
Segera Setelah Lahir di BPM Kartini Kampung Sawah Bandar Lampung
Tahun 2015” Karya Tulis Ilmiah ini dapat terselesaikan berkat bantuan berbagai
pihak, penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu yaitu:
1. Dr. Wazni Adila, MPH selaku Direktur Kebidanan Adila Bandar Lampung
2. Andestyana Septiyaningsih,S.ST.M.Kes selaku pembimbing I Karya Tulis
Ilmiah
3. Septi Ristiana S,ST selaku pembimbing II Kara Tulis ilmiah
4. Seluruh Dosen dan Staf Akademi Kebidanan Adila Bandar Lampung
5. BPM Kartini Kampung Sawah Bandar Lampung
6. Teman-temanku Di Akbid Adila angkatan VII terima kasih atas segala
dukungan dan kebersamaannya
Penulis menyadari dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari
sempurna, untuk itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang besifat
membangun guna perbaikan berikutnya. Semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat
bermanfaat bagi penulis dan pembaca umumnya
Bandar Lampung, Agustus 2015
Penulis
8. DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL……………………………………………………….. i
LEMBAR PENGESAHAN…………………………………………………ii
ABSTRAK………………………………………………………………… iii
CURICULUM VITAE…………………………………………………… iv
MOTTO……………………………………………………………………. v
PERSEMBAHAN………………………………………………………… vi
KATA PENGANTAR…………………………………………………… vii
DAFTAR ISI…………………………………………………………………viii
DAFTAR TABEL………………………………………………………….. ix
DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………………. x
DAFTAR BAGAN………………………………………………………… xi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang……………………………………………………..1
1.2 Rumusa Masalah................................................................................4
1.3 Tujuan Penulisan……………………………………………………5
1.4 Ruang Lingkup…………………………………….……………….6
9. 1.5 Manfaat………………………………………….…………………7
1.6 Metodologi Dan Teknik Memperoleh Data………………………..7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Teori Medis………………………………………………….11
2.2 Tinjauan Teori Asuhan Kebidanan…………………………………….43
2.3 Landasan Hukum Dan Kewenangan Bidan………………………..….59
BAB III TINJAUAN KASUS
3.1 Pengkajian……………………………………………………………61
3.2. Matrik (terlampir)………………..………………………………….65
BAB IV PERSEMBAHAN
4.1Pengkajian………………..………………………………………….73
4.2 Interpretasi data dasar…………………….…………………………75
4.3 Identifikasi diagnose masalah potensial…………………………….76
4.4 tindakan segera atau kolaborasi…………………………………….76
4.5 perencanaan…………………………………………………………77
4.6 pelaksanaan………………………………………………………….79
4.7evaluasi……………………………………………………………….88
14. BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Bayi Baru Lahir disebut juga dengan neonatus merupakan individu yang
sedang bertumbuh dan baru saja mengalami trauma kelahiran serta harus
dapat melakukan penyesuaian diri dari kehidupan intrauterine ke
kehidupan ekstrauterine. Bayi Baru Lahir normal adalah bayi yang lahir
pada usia kehamilan 37-42 minggu dan berat badannya 2.500-4.000 gram
(Vivian Nanny Lia Dewi, 2010; h.1)
Penelitian menunjukan bahwa 50% kematian bayi terjadi pada periode
neonatal yaitu dalam bulan pertama kehidupan. Kurang baiknya
penanganan bayi baru lahir yang sehat akan menyebabkan kelainan-
kelainan yang mengakibatkan cacat seumur hidup, bahkan kematian.
Misalnya karena hipotermi akan menyebabkan hipoglikemia dan akhirnya
dapat terjadi kerusakan otak. Pencegahan merupakan hal terbaik yang
harus dilakukan dalam penanganan neonatal sehingga neonatus sebagai
organisme yang harus menyesuaikan diri dari kehidupan intrauterine ke
ekstrauterine dapat bertahan dengan baik karena periode neonatal
merupakan periode yang paling kritis dalam fase pertumbuhan dan
perkembangan bayi. Proses adaptasi fisiologis yang dilakukan bayi baru
lahir perlu diketahui dengan baik oleh tenaga kesehatan khususnya bidan,
15. yang selalu memberikan pelayanan kesehatan bagi ibu, bayi, dan anak
(Wafi Nur Muslihatun, 2010; h.10).
Ditinjau dari pertumbuhan dan perkembangan bayi, periode neonatal
merupakan periode yang paling kritis. Pencegahan asfiksia,
mempertahankan suhu tubuh bayi, terutama pada bayi berat lahir rendah,
pemberian air susu ibu (ASI) dalam usaha menurunkan angka kematian
oleh karena diare, pencegahan terhadap infeksi, pemantauan kenaikan
berat badan dan stimulasi psikologis merupakan tugas pokok bagi
pemantau kesehatan bayi dan anak. Neonatus pada minggu-minggu
pertama sangat dipengaruhi oleh kondisi ibu pada waktu hamil dan
melahirkan. Manajemen yang baik pada waktu masih dalam kandungan,
selama persalinan, segera sesudah dilahirkan, dan pemantauan
pertumbuhan dan perkembangan selanjutnya akan menghasilkan bayi yang
sehat (Sarwono Prawirohardjo,2010; h.133).
Pada waktu kelahiran, tubuh bayi baru lahir mengalami sejumlah adaptasi
psikologik. Bayi memerlukan pemantauan ketat untuk menentukan masa
transisi kehidupannya ke kehidupan luar uterus berlangsung baik. Bayi
baru lahir juga membutuhkan asuhan yang dapat meningkatkan
kesempatan untuk menjalani masa transisi dengan baik (Wafi Nur
Muslihatun, 2010; h.3).
16. Data Angka Kematian Bayi menurut World Health Organization (WHO)
ialah sebesar 35 per 1.000 kelahiran hidup untuk tahun 2012. Pada tahun
1990, AKB secara global sebesar 63 per 1.000 kelahiran hidup. Menurut
laporan WHO pada tahun 2000, Angka Kematian Bayi (AKB) di dunia 54
per 1000 kelahiran hidup kemudian tahun 2006 menjadi 49 per 1000
kelahiran hidup (Wijaya, 2010). Dari data tersebut, AKB dunia menduduki
kriteria sedang.
Angka kematian bayi dan balita untuk periode lima tahun ( 2008-2012)
bahwa semua angka kematian bayi dan balita hasil Survey Demografi dan
Kesehatan Indonesia ( SDKI) tahun 2012 lebih rendah dari pada hasil SDKI
2007. Angka kematian bayi hasil SDKI 2012 adalah 32 kematian per 1000
kelahiran hidup dam kematian balita adalah 40 kematian per 1000 kelahiran
hidup dan mayoritas kematian bayi terjadi ada neonates. Ada tahun 2012
Angka kematian bayi tertinggi di Indonesia diduduki oleh Gorontalo dan
Papua Barat dengan jumlah kematian 67 jiwa dan 74 jiwa dari 1.283 jiwa
( SDKI, 2012).
Berdasarkan data dinas kesehatan Provinsi Lampung tahun 2012 AKB
(Angka Kematian Bayi) terjadi sebanyak 787 kasus. Penyebab terjadinya
kematian bayi adalah Asfiksia 281 (36%) kasus, BBLR (Berat Badan Lahir
Rendah) 280 (35,5%) kasus, kelainan kongenital 34 (4,3%), infeksi 16
(2,0%) kasus, gangguan pencernaan 5 (0,6%) kasus, lain-lain (infeksi,
kelainan congenital) 171 (22%) kasus (Profil Dinas Kesehatan Provinsi
Lampung 2012).
17. Sedangkan di kota Bandar Lampung pada tahun 2012 terjadi kenaikan
sebanyak 229 kasus dari tahun sebelumnya yaitu tahu 2011 terdapat 179
kasus kematian. Bila di proporsikan dengan kelahiran dalam 1 tahun
angka kematian bayi dan balita tahun 2012 yaitu 13 per 1000 kelahiran
hidup artinya 1000 kelahiran hidup terjadi 113 kematian pada bayi dan
balita dan (65%) kematian perinatal 0-7 hari dan penyebab kematian
terbesar pada kelompok perinatal adalah asfiksia yaitu sebanyak 61 kasus
(41,22%) BBLR (Berat Badan Lahir Rendah) sebanyak 59 kasus
(39,86%) dan penyebab lain-lain ( infeksi, kelainan congenital) sebanyak
17 kasus (11,49%). (Profil Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung
Tahun 2014).
Dari hasil survey penelitian yang dilakukan di BPM Kartini Kampung
Sawah Bandar Lampung pada tanggal 28-29 April 2015 di dapatkan 8
bayi baru lahir sehingga penulis tertarik untuk memberikan asuhan yang
berjudul “Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir Terhadap Bayi Ny. Y
Segera Setelah Lahir Di BPM Kartini Kampung Sawah Bandar Lampung
Tahun 2015”
1.2. Rumusan Masalah
“Bagaimanakah Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir Terhadap Bayi
Ny. Y Segera Setelah Lahir Di BPM Kartini Kampung Sawah Bandar
Lampung Tahun 2015?”
18. 1.3. Tujuan Penulisan
1.3.1. Tujuan umum
Di perolehnya pengalaman dalam melaksanakan Asuhan
Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir Terhadap Bayi Ny. Y Segera
Setelah Lahir di BPM Kartini Kampung Sawah Bandar Lampung
Tahun 2015.
1.3.2. Tujuan khusus
1.3.2.1. Penulis mampu melakukan pengkajian data pada Asuhan
Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir Terhadap Bayi Ny. Y
Segera Setelah Lahir di BPM Kartini Kampung Sawah
Bandar Lampung Tahun 2015.
1.3.2.2. Penulis mampu mendiagnosa masalah dan kebutuhan pada
Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir Terhadap Bayi
Ny. Y Segera Setelah Lahir di BPM Kartini Kampung
Sawah Bandar Lampung Tahun 2015.
1.3.2.3. Penulis mampu untuk mengidentifikasi diagnosa masalah
potensial pada Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir
Terhadap Bayi Ny. Y Segera Setelah Lahir di BPM Kartini
Kampung Sawah Bandar Lampung Tahun 2015.
1.3.2.4. Penulis mampu mengantisipasi masalah dengan melakukan
tindakan segera atau kolaborasi dengan dokter pada Asuhan
Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir Terhadap Bayi Ny. Y
19. Segera Setelah Lahir di BPM Kartini Kampung Sawah
Bandar Lampung Tahun 2015.
1.3.2.5. Penulis mampu menyusun rencana asuhan yang menyeluruh
pada Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir Terhadap
Bayi Ny. Y Segera Setelah lahir di BPM Kartini Kampung
Sawah Bandar Lampung Tahun 2015.
1.3.2.6. Penulis mampu melaksanakan rencana asuhan yang
menyeluruh pada Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir
Terhadap Bayi Ny. Y Segera Setelah Lahir di BPM Kartini
Kampung Sawah Bandar Lampung Tahun 2015.
1.3.2.7. Penulis mampu mengevaluasi hasil dari asuhan kebidanan
pada Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir Terhadap
Bayi Ny. Y Segera Setelah Lahir di BPM Kartini Kampung
Sawah Bandar Lampung Tahun 2015.
1.4. Ruang Lingkup
1.4.1. Sasaran
Sasaran yang diambil dalam Karya Tulis Ilmiah ini adalah Bayi
Segera Setelah Lahir Bayi Ny. Y
1.4.2. Tempat
Penelitian ini dilakukan Di BPM Kartini Kampung Sawah Bandar
Lampung Tahun 2015
20. 1.4.3. Waktu
Pelaksanaan asuhan kebidanan dalam Karya Tulis Ilmiah
Dilaksanakan pada tanggal 28-29 April 2015
1.5. Manfaat
1.5.1. Institusi pendidikan
Hasil penelitian dapat menjadi sumber bacaan bagi mahasiswi
Akademi Kebidanan Adila Bandar Lampung dalam menerapkan
ilmu dan sebagai acuan penelitian selanjutnya khususnya penelitian
pada bayi baru lahir.
1.5.2. Bagi lahan praktek
Hasil penelitian ini dapat dijadikan gambaran informasi serta bahan
untuk meningkatkan manajemen asuhan kebidanan yang diterapkan
di lahan praktek.
1.5.3. Bagi penulis
Studi kasus ini dapat meningkatkan pengetahuan yang di dapat
selama perkuliahan serta mengaplikasikan tentang asuhan
kebidanan pada bayi baru lahir.
1.6. Metodologi Dan Teknik Memperoleh Data
1.6.1. Metodologi penelitian
Dalam penulisan karya ilmiah ini penulis menggunakan metode
penulisan deskriptif yaitu suatu penelitian yang dilakukan untuk
mendeskripsikan atau menggambarkan suatu fenomena yang terjadi
21. di dalam masyarakat. Survei deskriptif dilakukan terhadap
sekumpulan objek yang biasanya bertujuan untuk melihat
gambaran fenomena (termasuk kesehatan) yang terjadi di dalam
suatu populasi tertentu dan untuk membuat penilaian terhadap
suatu kondisi dan penyelenggaraan suatu program di masa
sekarang, kemudian hasilnya digunakan untuk menyusun
perencanaan perbaikan program tersebut.
(Soekidjo Notoatmodjo, 2005; h.35-36)
1.6.2. Teknik memperoleh data
Teknik memperoleh data dalam penulisan karya tulis ilmiah ini
adalah:
1.6.2.1. Data primer
a. Wawancara (Anamnesis)
Perbincangan terarah dengan cara tatap muka dan
pertanyaan yang diajukan mengarah pada data yang
relevan dengan pasien. Dalam rangka mendapatkan data
tentang pasien melalui pengajuan pertanyaan-pertanyaan.
Anamnesis dapat dilakukan melalui dua cara yaitu:
1) Auto anamnesis
Adalah anmnesis yang dilakukan kepada pasien
langsung.
22. 2) Allo anamnesis
Adalah anamnesis yang dilakuan kepada keluarga
pasien untuk memperoleh data tentang pasien
(Ary Sulistyawati dan Esti Nugraheny, 2012; h.179-
180)
b. Observasi
Pengamatan (observasi) adalah suatu hasil perbuatan jiwa
secara aktif dan penuh perhatian untuk menyadari adanya
rangsangan. Mula-mula rangsangan dari luar mengenai
indra dan terjadilah pengindraan, kemudian apabila
rangsangan tersebut menarik perhatian akan dilanjutkan
dengan adanya pengamatan
(Soekidjo Notoatmodjo, 2012; h.131).
c.Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik dalam keperawatan digunakan untuk
mendapatkan data objektif dari riwayat keperawatan klien.
Tujuan dari pemeriksaan fisik adalah untuk menentukan
status kesehatan klien, mengidentifikasi masalah klien dan
mengambil data dasar untuk menentukan rencana tindakan
keperawatan. Pemeriksaan fisik dilakukan secara
sistematis, mulai dari bagian kepala berakhir pada anggota
gerak. Pemeriksaan organ utama dilakukan dengan
inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi, beberapa
23. pemeriksaan khusus mungkin diperlukan seperti tes
neurologi (Eviana S Tambunan dan Deswani Kasim,
2011; h.2).
1.6.2.2. Data sekunder
a. Studi kepustakaan
Bahan- bahan pustaka merupakan hal yang sangat
penting dalam menunjang latar belakang teoritis dari
suatu penelitian. Telah kita ketahui bersama bahwa di
dalam perpustakaan tersimpan berbagai bahan bacaan
dan informasi berbagai disiplin ilmu.Dari buku-buku,
laporan-laporan penelitian, majalah ilmiah, jurnal, dan
sebagainnya kita dapat memperoleh berbagai informasi,
baik berupa teori-teori, generalisasi, maupun konsep
yang telah dikemukakan oleh berbagai ahli.
( Soekidjo Notoatmodjo, 2005; h.63-64).
24. BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tinjauan Teori Medis
2.1.1. Bayi Baru Lahir
2.1.1.1. Definisi
Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dalam
presentasi belakang kepala melalui vagina tanpa memakai
alat, pada usia kehamilan genap 37 minggu sampai dengan 42
minggu dengan berat badan 2500-4000 gram nilai apgar >7
dan tanpa cacat bawaan ( Ai Yeyeh Rukiyah dan Lia
Yulianti, 2010; h.2)
Bayi baru lahir di sebut juga dengan neonatus merupakan
individu yang sedang bertumbuh dan baru saja mengalami
trauma kelahiran serta harus dapat melakukan penyesuaian
diri dari kehidupan intrauterine ke kehidupan ekstrauterine.
Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir pada usia
kehamilan 37-42 minggu dan berat badannya 2500-4000
gram (Vivian Nanny Lia Dewi,2010:h.1)
2.1.1.2. Ciri-ciri Bayi Baru Lahir Normal
a. Lahir aterm antara 37-42 minggu
b. Berat badan 2500-4000 garam
c. Panjang badan 48-52 cm
25. d. Lingkar dada 30-38 cm
e. Lingkar kepala 33-35 cm
f. Lingkar lengan 11-12 cm
g. Frekuensi denyut jantung 120-160x/menit
h. Pernafasan ± 40-60x/menit
i. Kulit kemerah-merahan dan licin karena jaringan subkutan
yang cukup
j. Rambut lanugo tidak terlihat dan rambut kepala biasanya
telah sempurna
k. Kuku agak panjang dan lemas
l. Nilai APGAR >7
m.Gerak aktif
n. Bayi lahir langsung menangis kuat
o. Reflek Rooting (mencari puting susu dengan rengsangan
taktil pada pipi dan daerah mulut sudah terbentuk dengan
baik)
p. Reflek Sucking (isap dan menelan) sudah terbentuk
dengan baik
q. Reflek Moro (gerakan memeluk bila dikagetkan) sudah
terbentuk dengan baik
r. Reflek Grasping (menggenggam) sudah baik
s. Genetalia
1. Pada laki-laki kematangan ditandai dengan testis yang
berada pada skrotum dan penis yang berlubang
26. 2. Pada prempuan kematangan ditandai dengan vagina
dan uretra yang berlubang, serta adanya labia minora
dan mayora
t. Eliminasi baik yang ditandai dengan keluarnya mekonium
dalam 24 jam pertama dan berwarna hitam kecokelatan
(Vivian Nanny Lia Dewi, 2010; h.2)
2.1.1.3. Tanda-tanda bayi baru lahir normal
Bayi baru lahir dikatakan normal jika mempunyai beberapa
tanda antara lain: Appearance color (warna kulit), seluruh
tubuh kemerah-merahan, Pulse (heart rate) atau frekuensi
jantung >100x/menit, Grimace (reaksi terhadap rangsangan),
menangis, batuk/bersin, Activity (tonus otot), gerakan aktif,
Respiration (usaha nafas), bayi menangis kuat.
Kehangatan tidak terlalu panas (lebih dari 38C) atau terlalu
dingin (kurang dari 36C), warna kuning pada kulit (tidak
pada konjunctiva), terjadi pada hari ke 2-3 tidak biru, pucat,
memar, pada saat diberi makanan hisapan kuat, tidak
mengantuk berlebihan, tidak muntah, tidak terlihat tanda-
tanda infeksi pada tali pusat seperti: tali pusat merah,
bengkak, keluar cairan, bau busuk, berdarah , dapat berkemih
selama 24 jam, tinja lembek, sering, hijau tua, tidak ada
lendir atau darah pada tinja, bayi tidak menggigil atau
tangisan kuat, tidak mudah tersinggung, tidak terdapat tanda:
27. lemas, terlalu mengantuk, lunglai, kejang-kejang halus tidak
bisa tenang, menangis terus-menerus (Ai Yeyeh Rukiyah dan
Lia Yulianti, 2010; h.2-3)
2.1.1.4. Penilaian Saat Bayi Segera Setelah Lahir
a. Penilaian sekilas sesaat setelah bayi lahir
Sesaat setelah bayi lahir bidan melakukan penilaian
sekilas untuk menilai keasejahteraan bayi secara umum.
Aspek yang dinilai adalah warna kulit dan tangisan bayi,
jika warna kulit adalah kemerahan dan bayi dapat
menangis spontan maka ini sudah cukup untuk dijadikan
data awal bahwa dalam kondisi baik.
b. Menit pertama kelahiran
Pertemuan SAREC di Swedia tahun 1985 menganjurkan
penggunaan parameter penilaian bayi baru lahir dengan
cara sederhana yang disebut nilai sigtuna (sigtuna score),
sesuai dengan nama tempat terjadinya konsensus.
Penilaian cara ini digunakan terutama untuk tingkat
pelayanan kesehatan dasar karena hanya menilai dua
parameter yang penting namun cukup mewakili indikator
kesejahteraan bayi baru lahir.
Cara menentukan sigtuna score:
1) Nilai bayi sesaat setelah lahir (menit pertama) denan
kriteria penilaian seperti pada tabel
28. 2) Jumlahkan skor yang didapat
3) Kesimpulan dari total sigtuna score
4 : asfiksia ringan atau tidak asfiksia
2-3 : asfiksia sedang
1 : asfiksia berat
0 : bayi lahir mati/fresh stillbirt
Tabel 2.1 Sigtuna skor
Skor
Kriteria 2 1 0
Pernafasan Teratur Megap-megap Tidak ada
Denyut jantung > 100 < 100 Tidak ada
(Ari Sulistyawati dan Esti Nugraheny,2012:h.118-119)
c. Menit ke 5 sampai 10
Segera setelah bayi lahir, bidan mengobservasi keadaan
bayi dengan berpatokan pada APGAR skor dari 5 menit
hingga 10 menit. Uraian cara penilaian APGAR skor.
29. Tabel 2.2 APGAR Skor
Aspek
pengamatan
bayi baru lahir
Skor
0 1 2
Appeareance/warna
kulit
Seluruh tubuh
bayi berwarna
kebiruan pucat
Warna kulit tubuh
normal, tetapi
tangan dan kaki
berwarna kebiruan
Warna kulit
seluruh tubuh
normal
Pulse/jantung Denyut jantung
tidak ada
Denyut jantung
<100x/menit
Denyut jantung
>100x/menit
Grimace/respon
refleks
Tidak ada respon
terhadap stimulasi
Wajah meringis
saat distimulasi
Meringis,
menarik, batuk,
atau bersin saat
stimulasi
Activity/tonus otot Lemah, tidak ada
gerakan
Lengan dan kaki
dalam posisi fleksi
dengan sedikit
gerakan
Bergerak aktif
dan spontan
Respiratory/pernafa
san
Tidak bernafas,
pernafasan lambat
dan tidak teratur
Menangis lemah,
terdengar seperti
merintih
Menangis kuat,
pernafasan
baim dan
teratur
(Ari Sulistyawati dan Esti Nugraheny, 2012; h.208-209)
30. 2.1.1.5. Tahapan Bayi Baru Lahir
a. Tahap I
Terjadi segera setelah lahir, selama menit-menit pertama
kelahiran. Pada tahap ini digunakan sistem scoring apgar
untuk fisik dan scoring gray untuk interaksi bayi dan ibu
b. Tahap II
Disebut tahap transisional reaktivitas. Pada tahap II
dilakukan pengkajian selama 24 jam pertama terhadap
adanya perubahan prilaku
c. Tahap III
Disebut tahap periodik, pengkajian dilakukan setelah 24
jam pertama yang meliputi pemeriksaan seluruh tubuh
(Vivian Nanny Lia Dewi, 2010; h.3)
2.1.1.6. Adaptasi Bayi Baru Lahir Terhadap Kehidupan di Luar
Uterus
Adaptasi neonatal (bayi baru lahir) adalah proses penyesuaian
fungsional neonatus dari kehidupan di dalam uterus ke
kehidupan di luar uterus.
a. Sistem Pernafasan
Rangsangan gerakan pernafasan pertama terjadi karena
tekanan mekanik dari toraks sewaktu melalui jalan lahir
(stimulasi mekanik), penurunan Pa O2 dan kenaikan Pa
CO2 merangsang kemoreseptor yang terletak di sinus
31. karotikus (stimulasi kimiawi), rangsangan dingin di daerah
muka dan perubahan suhu di dalam uterus (stimulasi
sensorik) dan refleks deflasi hering breur.
Pernafasan pertama pada bayi normal terjadi dalam waktu
30 menit pertama sesudah lahir. Usaha bayi pertama kali
untuk mempertahankan tekanan alveoli, selain adanya
surfaktan yang dengan menarik nafas dan mengeluarkan
nafas dengan merintih sehingga udara tertahan di dalam.
Respirasi pada neonatus biasanya pernafasan diafragmatik
dan abdominal, sedangkan frekuensi dan dalamnya belum
teratur. Apabila surfaktan berkurang, maka alveoli akan
kolaps dan paru-paru kaku sehingga terjadi atelektasis.
Dalam keadaan anoksia neonatus masih dapat
mempertahankan hidupnya karena adanya kelanjutan
metabolisme anaerobik.
(Wafi Nur Muslihatun, 2010; h.10-12)
b. Peredaran darah
Pada masa fetus, peredaran darah dimulai dari plasenta
melalui vena umbilikalis lalu sebagian ke hati dan
sebagian ke seambi kiri jantung, kemudian ke bilik kiri
jantung. Dari bilik kiri darah dipompa melalui aorta ke
seluruh tubuh, sedangkan yang dari bilik kanan darah di
pompa sebagian ke paru dan sebagian melalui duktus
arteriosus ke aorta.
32. Setelah bayi lahir paru akan berkembang yang akan
mengakibatkan tekanan arteriol dalam paru menurun yang
diikuti dengan menurunnya tekanan pada jantung kanan.
Kondisi ini menyebabkan tekanan jantung kiri lebih besar
di bandingkan dengan tekanan jantung kanan, dan hal
tersebutlah yang membuat foramen ovale secara
fungsional menutup. Hal ini terjadi pada jam-jam pertama
setelah kelahiran. Oleh karena tekanan dalam paru turun
dan tekanan dalam aorta desenden naik dan juga karena
rangsangan biokimia (PaO2 yang naik) serta duktus
arteriosus yang brobliterasi. Hal ini terjadi pada hari
pertama (Vivian Nanny Lia Dewi,2010:h.13)
c. Suhu tubuh
Empat kemungkinan mekanisme yang dapat menyebabkan
bayi baru lahir kehilangan panas tubuhnya.
1) Konduksi
Panas dihantarkan dari tubuh bayi ke benda sekitarnya
yamng kontak langsung dengan tubuh bayi
(pemindahan panas dari tubuh bayi ke objek lain
melalui kontak langsung). Contohnya menimbang bayi
tanpa alas timbangan
2) Konveksi
Panas hilang dari tubuh bayi ke udara sekitarnya yang
sedang bergerak (jumlah panas yang hilang bergantung
33. pada kecepatan dan suhu udara). Contohnya
membiarkan atau menempatkan bayi baru lahir di dekat
jendela
3) Radiasi
Panas dipancarkan dari bayi baru lahir ke luar tubuhnya
ke lingkungan yang lebih dingin (pemindahan panas
antara 2 objek yang mempunyai suhu berbeda).
Contohnya membiarkan bayi baru lahir dalam ruangan
AC.
4) Evaporasi
Panas hilang melalui proses penguapan yang
bergantung pada kecepatan dan kelembaban udara
(perpindahan panas dengan cara mengubah cairan
menjadi uap). Agar dapat mencegah terjadinya
kehilangan panas pada bayi, maka lakukan hal berikut:
(a) Keringkan bayi secara seksama
(b) Selimuti bayi dengan selimut atau kain bersih yang
kering dan hangat
(c) Tutup bagian kepala bayi
(d) Anjurkan ibu untuk memeluk dan menyusui
bayinya
(e) Jangan segera menimbang atau memandikan bayi
baru lahir
(f) Tempatkan bayi di lingkungan yang hangat
34. d. Metabolisme
Luas permukaan tubuh neonatus relatif lebih luas dari
tubuh orang dewasa, sehingga metabolisme basal per kg
berat badan akan leih besar. Oleh karena itulah, BBL
harus menyesuaikan diri dengan lingkungan baru sehingga
energi dapat di peroleh dari metabolisme karbohidrat dan
lemak.
e. Keseimbngan air dan fungsi ginjal
Tubuh BBL mengandung relatif banyak air. Kadar natrium
juga relatif lebih besar di bandingkan dengan kalium
karena ruangan ekstraseluler yang luas. Fungsi ginjal
belum sempurna karena:
1) Jumlah nefron masih belum sebanyak orang dewasa
2) Ketidakseimbangan luas permukaan glomerulus dan
volume tubulus proksimal
3) Renal blood flow relatif kurang bila dibandingkan
dengan orang dewasa
(Vivian Nanny Lia Dewi, 2010; h.13-15)
f. Imunoglobulin
Plasenta merupakan sawar, sehingga fetus bebas dari
antigen dan stress imunologis. Pada BBL hanya terdapat
gamaglobulin G, sehingga imunoglobulin dari ibu dapat
berpindah melalui plasenta karena berat molekulnya kecil.
Akan tetapi, bila ada infeksi yang dapat melalui plasenta
35. (lues, toksoplasma, herpes simpleks, dan lain-lain) reaksi
imunologis dapat terjadi dengan pembentukan sel plasma
serta antibodi gama A, G, dan M.
g. Traktus digestivus
Traktus digestivus relatif lebih berat dan lebih panjang
dibandingkan dengan orang dewasa. Pada neonatus,
traktus digestivus mengandung zat berwarna hitam
kehijauan yang terdiri atas mukopolisakarida atau disebut
juda dengan mekonium. Pengeluaran mekonium biasanya
pada 10 jam pertama kehidupan dan dalam 4 hari setelah
kelahiran biasanya feses sudah berbentuk dan berwarna
biasa. Enzim dalam traktus digestivus biasanya sudah
terdapat pada neonatus, kecuali enzim amilase pankreas
h. Hati
Segera setelah lahir, hati menunjukan perubahan kimia
dan morfologis yang berupa kenaikan kadar protein dan
penurunan kadar lemak serta glikogen. Sel hemopoetik
juga mulai berkurang, walaupun dalam waktu yang agak
lama. Enzim hati belum aktif benar pada waktu bayi baru
lahir, daya detoksifikasi hati pada neonatus juga belum
sempurna.
36. i. Keseimbangan asam basa
Tingkat keasaman (pH) darah pada waktu lahir umumnya
rendah karena glikosis anaerobik. Namun, dalam waktu
24 jam, neonatus telah mengompensasi asidosis ini.
(Vivian Nanny Lia Dewi, 2010; h.15)
j. Sistem reproduksi
Pada neonatus perempuan labia mayora dan labia minora
mengaburkan vestibulum dan menutupi klitoris. Pada
neonatus laki-laki preputium biasanya tidak sepenuhnya
tertarik masuk dan testis sudah turun. Pada bayi laki-laki
dan perempuan penarikan estrogen maternal
menghasilkan kongesti lokal di dada dan kadang-kadang
diikuti oleh sekresi susu pada hari ke 4 atau ke 5. (Dwi
Maryanti, et. All, 2011; h.23)
k. Sistem skeletal
Tubuh neonatus kelihatan sedikit tidak proporsional,
tangan sedikit lebih panjang dari kaki, punggung neonatus
kelihatan lurus dan dapat ditekuk dengan mudah, neonatus
dapat mengangkat dan memutar kepala ketika
menelungkup. Fontanel posterior tertutup dalam waktu 6-8
minggu. Fontanel anterior tetap terbuka hingga usia 18
bulan.
37. l. Sistem neuromuskular
Sistem saraf neonatus baik secara anatomi maupun
fisiologi. Ini menyebabkan kegiatan refleks spina dan
batang otak dengan kontrol minimal oleh lapisan luar
serebrum pada buln-bulan awal walaupun interaksi sosial
terjadi lebih awal. Setelah neonatus lahir, pertumbuhan
otak memerlukan persediaan oksigen dan glukosa yang
tetap dan memadai. Otak yang masih muda rentan
terhadap hipoksia, kesetimbangan biokimia, infeksi dan
perdarahan.
Ketidakstabilan suhu dan gerak otot yang tidak
terkoordinasi menggambarkan keadaan perkembangan
otak yang tidak lengkap dan mielinisasi saraf tidak
lengkap. Neonatus di lengkapi dengan rangkaian aktifitas
refleks yang luas pada usia yang berbeda-beda
memberikan indikasi kenormalan dan perpaduan sistem
neurologi dan skeletomuskuler.
Beberapa aktifitas refleks yang terdapat pada neonatus
antara lain: refleks moro/peluk, rooting refleks, refleks
menghisap dan menelan, refleks batuk dan bersin, refleks
genggam, refleks melangkah dan berjalan, refleks otot
leher, babinsky refleks.
(Dwi Maryanti, et. All, 2011; h.23-24)
38. 2.1.1.7. Penampilan dan Perilaku Bayi Baru Lahir
Pada waktu melakukan pemeriksaan fisik bayi baru lahir,
hendaknya dilakukan secara cermat, hati-hati, dan perhatikan
beberapa kondisi penampilan bayi secara keseluruhan antara
lain:
Kulit bayi. Perhatikan dengan baik kulit bayi beberapa bayi
memiliki beberapa bintik di kulit mereka. Contohnya, bayi
mungkin memiliki bintik besar dan gelap di punggung bagian
bawah atau pantat. Bayi lain mungkin memiliki bintik merah
di wajah. Bintik-bintik ini tidak berbahaya, namun bintik
yang seperti bisul merah kecil kemungkinan besar merupakan
tanda infeksi.
Warna kulit bayi. Bayi semestinya memiliki warna kulit yang
normal beberapa jam setelah lahir. Karena itu bidan harus
memperhatikan dengan seksama bila hal-hal ini terjadi:
warna kulit masih kebiruan,: jika tangan dan kaki bayi masih
berwarna kebiruan namun suhu tubuh bayi hangat, mungkin
tidak ada masalah yang serius. Beberapa bayi bahkan masih
memiliki tangan dan kaki yang kebiruan satu atau dua hari
setelah lahir.
Bibir atau wajah bayi masih terlihat biru satu jam setelah
lahir, kemungkinan bayi mengalami masalah dengan jantung
atau paru-parunya, kemungkinan dia memerlukan oksigen.
39. Jika bayi terlihat kuning kurang dari 24 jam setelah lahir bisa
jadi dia terkena penyakit kuning atau infeksi.
Kulit bayi terlihat pucat. Bayi terlihat pucat dan lemas
kemungkinan mengalami anemia atau masalah kesehatan
lainnya. Bayi yang sangat merah mungkin tidak apa-apa coba
perhatikan selama satu minggu untuk mencari kemungkinan
penyakit kuning. Jika kulitnya mulai berubah menjadi
kekuningan, nafasnya mulai cepat atau mengalami kesulitan
saat menyusui segera minta bantuan medis.
Kebanyakan bayi mengalami ruam kulit dalam minggu-
minggu pertama. Ruam biasanya muncul di tempat kulit
bergesekan dengan baju seperti lengan, tungkai dan puggung.
Tetapi bisa muncul di wajah. Ruam cenderung menghilang
sendiri tanpa pengobatan. Pengeringan dan pengelupasan
kulit sering terjadi setelah beberapa hari, terutama di lipatan
pergelangan tangan dan pergelangan kaki bayi yang
sebetulnya normal akan tampak sedikit kuning pada hari
kedua, yang harus diperhatikan adalah bila kuning muncul
sebelum bayi berusia 24 jam.
Bayi baru lahir memiliki beberapa benjolan keras di bawah
kulitnya (nekrosis lemak subkutaneus), dimana penekanan
tulang merusak beberapa jaringan lemak. Pada persalinan
dengan forsep, benjolan terlalu sering ditemukan di kepala,
pipi dan leher. Benjolan ini bisa pecah menembus permukaan
40. kulit, mengeluarkan cairan kuning jernih, tetapi biasanya
akan segera sembuh.
Refleks yaitu suatu gerakan yang terjadi secara otomatis dan
spontan tanpa di sadari pada bayi normal, dibawah ini akan
dijelaskan beberapa penampilan dan perilaku bayi, baik
secara spontan karena adanya rangsangan atau bukan
a. Tonik neek reflek
Yaitu gerakan spontan otot kuduk pada bayi normal, bila
ditengkurapkan akan secara spontan memiringkan
kepalanya
b. Rooting reflek
Yaitu bila jarinya menyentuh daerah sekitar mulut bayi
maka ia akan membuka mulutnya dan memiringkan
kepalanya kearah datangnya jari
c. Grasping reflek
Bila jari kita menyentuh telapak tangan bayi maka jari-
jarinya akan langsung menggenggam sangat kuat
d. Moro reflek
Reflek yang timbul di luar kemauan kesadaran bayi
e. Startle reflek
Reaksi emosional berupa hentakan dan gerakan seperti
mengejang pada lengan dan tangan dan sering diikuti
dengan tangis
41. f. Stapping reflek
Reflek kaki secara spontan apabila bayi diangkat tegak
dan kakinya satu persatu disentuhkan pada satu dasar
maka bayi seolah-olah berjalan
g. Reflek mencari puting (rooting)
Yaitu bayi menoleh ke arah sentuhan di pipinya atau di
dekat mulut, berusaha untuk menghisap
h. Reflek menghisap (suckling)
Yaitu areola puting susu tertekan gusi bayi, lidah dan
langit-langit sehingga sinus laktiferus tertekan dan
memancarkan ASI
i. Refleks menelan (swallowing)
Dimana ASI di mulut bayi mendesak otot di daerah mulut
dan faring sehingga mengaktifkan refleks menelan dan
mendorong ASI ke dalam lambung (Ai yeyeh Rukiyah dan
Lia Yulianti,2010:h.61-63)
2.1.1.8. Penanganan Bayi Baru Lahir
a. Pencegahan infeksi
Cegah terjadinya infeksi melalui upaya sebagai berikut:
1. Cuci tangan dengan seksama sebelum dan setelah
bersentuhan dengan bayi
2. Pakai sarung tangan bersih pada saat menangani bayi
yang belum dimandikan
42. 3. Pastikan semua peralatan dan bahan yang
digunakan, terutama klem gunting penghisap lendir
deelee alat resusitasi dan benang tali pusat telah
didesinfeksi tingkat tinggi (DTT) atau sterilisasi.
4. Gunakan bola karet yang baru dan bersih jika akan
melakukan penghisapan lendir.
b. Penilaian segera setelah lahir
Apakah bayi cukup bulan?
Apakah air ketuban jernih tidak bercampur
mekonium?
Apakah bayi menangis atau bernafas?
Apakah tonus otot bayi baik?
c. Pencegahan kehilangan panas
Keringkan tubuh bayi tanpa membersihkan verniks,
Letakkan bayi agar terjadi kontak kulit antara ibu dan
bayi, Selimuti ibu dan bayi dan pakaikan topi dikepala
bayi, Jangan segera menimbang atau memandikan bayi
baru lahir, Tempatkan bayi dilingkungan yang hangat,
Bayi jangan dibedong.
d. Asuhan tali pusat
Klem dan potong tali pusat setelah dua menit setelah bayi
lahir, lakukan terlebih dahulu penyuntikan oksitosin
sebelum tali pusat dipotong. Tali pusat dijepit dengan
klem DTT pada sekitar 3 cm dari dinding perut bayi. Dari
43. titik jepitan tekan tali pusat dengan dua jari kemudian
dorong isi tali pusat kearah ibu (agar darah tidak terpencar
pada saat dilakukan pemotongan tali pusat), kemudian
jepit dengan kedua klem pada bagian tali pusat yang isinya
sudah dikosongkan berjarak 2 cm dari jepitan pertama.
Pegang tali pusat diantara kedua klem tersebut, satu
tangan menjadi landasan tali pusat sambil melindungi
bayi, tangan yang lain memotong tali pusat diantara kedua
klem tersebut dengan menggunakan gunting DTT atau
steril. Ikat tali pusat dengan benang DTT atau steril pada
satu sisi kemudian melingkarkan kembali benang tersebut
dan mengikatnya dengan simpul kunci pada sisi lainnya.
Lepaskan klem logam penjepit tali pusat dan masukan
kedalam larutan klorin 0,5%.
e. Inisiasi menyusu dini
Segera setelah bayi lahir dan tali pusat diikat, letakkan
bayi tengkurap didada ibu dengan kulit bayi bersentuhan
langsung ke kulit ibu. Biarkan kontak kulit ini berlangsung
setidaknya 1 jam atau lebih, bahkan sampai bayi dapat
menyusui sendiri apabila sebelumnya tidak berhasil bayi
diberi topi dan diselimuti. Ayah atau keluarga dapat
memberikan dukungan dan membantu ibu selama proses
ini. Ibu diberi dukungan untuk mengenali saat bayi siap
untuk menyusu, menolong bayi bila diperlukan.
44. f. Manajemen laktasi
Memberdayakan ibu untuk melakukan perawatan
payudara, cara menyusui, merawat bayi, merawat tali
pusat dan memandikan bayi, Mengatasi masalah laktasi
tapi besarkan hati ibu dan bantu ibu mencari posisi yang
sesuai dan meletakkan bayinya dalam posisi yang nyaman
dan benar, Memantau keadaan ibu dan bayi, Jangan brikan
cairan atau makanan kepada bayi baru lahir kecuali ada
instruksi dari dokter, Jangan berikan dot kepada bayi
karena akan membuat bayi bingung antara puting dan dot.
g. Pencehagan infeksi mata
Jelaskan kepada keluarga apa yang akan dilakukan dan
tujuan pemberian obat tersebut. Cuci tangan (gunakan
sabun dan air bersih mengalir). Beri salep dalam satu garis
lurus mulai dari bagian mata yang paling dekat dengan
hidung bayi menuju ke bagian luar mata. Ujung tabung
salep mata tak boleh menyentuh mata bayi. Jangan
menghapus salep mata dari mata bayi dan anjurkan
keluarga untuk tidak menghapus salep tersebut.
h. Pemberian vitamin K1
Semua bayi baru lahir harus diberikan vitamin K1 injeksi
1mg intramuskular setalah 1 jam kontak kulit kekulit dan
bayi selesaai menyusu untuk mencegah perdarahan BBL
45. akibat difesiensi vitamin K yang dialami oleh sebagian
BBL.
i. Pemberian imunisasi
Imunisasi hepatitis B bermanfaat untuk mencegah infeksi
hepatitis B terhadap bayi, terutama jalur penularan ibu-
bayi. Imunisasi hepatitis B pertama diberikan 1 jam
setelah pemberian vitamin K1 pada saat bayi berumur 2
jam.
j. Pemeriksaan BBL
Keadaan umum, Melihat kepala, ada bengkak atau memar,
Melihat abdomen, apakah pucat atau ada perdarahan tali
pusat, Memeriksa adanya pengeluaran mekonium dan air
seni, Menimbang bayi, Menilai cara menyusu.
2.1.1.9. Pencegahan infeksi
a. Definisi
Pencegahan infeksi merupakan bagian terpenting dari
setiap komponen perawatan bayi baru lahir yang sangat
rentan terhadap infeksi karena sistem imunitasnya yang
masih belum sempurna (Vivian Nanny Lia Dewi, 2013;
h.16)
b. Infeksi pada neonatus
Infeksi pada neonatus lebih sering ditemukan pada bayi
berat badan lahir rendah. Infeksi pada neonatus dapat
46. melalui beberapa cara. Blame membaginya dalam 3
golongan:
1) Infeksi antenatal, kuman mencapai janin melalui
peredaran darah ibu le placenta. Disini kuman itu
melewati batas placenta dan mengadakan
perkembangbiakan. Infeksi ini bisa masuk ke janin
melalui vena umbilikalis. Kuman memasuki janin
melalui beberapa jalan, yaitu: (a) virus: rubella, (b)
spirokaeta: sifilis, (c) bakteria
2) Infeksi intranatal, infeksi melalui cara ini lebih sering
terjadi dari pada cara yang lain. Kuman dari vagina
naik dan masuk ke dalam ronggan amnion setelah
ketuban pecah. Ketuban pecah lama mempunyai pern
penting dalam timbulnya plasentitis dan amnionitis.
Infeksi dapat pula terjadi walaupun ketuban masih
utuh, misalnya pada partus lama. Janin terkena infeksi
karena mengihalasi liquor yang septic sehingga
kuman-kuman memasuki peredaran darahnya dan
menyebabkan septicemia (keracunan darah oleh
bakteri patogenik)
3) Infeksi postnatal, infeksi ini terjadi sesudah bayi lahir
lengakap dan biasanya merupakan infeksi yang
menyebabkan kematian terjadi sesudah bayi lahir
sebagai akibat penggunaan alat, atau perawatan yang
47. tidak steril. Infeksi pada bayi cepat sekali meluas
menjadi infeksi umum, sehingga gejalanya tidak
tampak lagi. Walaupun demikian diagnosis dini dapat
dibuat kalau kita cukup waspada bahwa kelainan
tingkah laku bayi dapat merupakan tanda-tanda
permulaan infeksi umum. Kalau bayi BBLR selama
72 jam pertama tidak menunjukan gejala-gejala
penyakit tertentu, tiba-tiba tingkah lakunya berubah,
maka mungkin hal ini disebabkan oleh infeksi,
melalui gejalanya: malas minum, gelisah, frekuensi
pernafasan meningkat, berat badan tiba-tiba turun,
pergerakan kurang, diare dan kejang
(Ai Yeyeh Rukiyah dan Lia Yulianti, 2013; h.42-43)
c. Kewaspadaan pencegahan infeksi
Kewaspadaan tersebut dapat dibangun melalui hal-hal
berikut:
1) Anggaplah setiap orang yang kontak dengan bayi
berpotensi menularkan infeksi
2) Cuci tangan atau gunakan cairan cuci tangan dengan
basis alkohol sebelum dan sesudah merawat bayi
3) Gunakan sarung tangan bila melakukan tindakan
4) Gunakan pakaian pelindung, seperti celemek atau
gaun lainnya bila diperkirakan akan terjadi kontak
dengan darah dan cairan tubuh lainnya
48. 5) Bersihkan dan bila perlu lakukan desinfeksi peralatan
serta barang yang digunakan sebelum daur ulang
6) Bersihkan ruang perawatan pasien secara rutin
7) Letakkan bayi yang mungkin dapat terkontaminasi
lingkungan, misalnya bayi dengan diare yang
terinfeksi di dalam ruangan khusus
d. Cara pencegahan infeksi
Berikut adalah beberapa cara untuk melakukan
pencegahan infeksi
1) Cuci tangan dengan sabun dan air atau gunakan cairan
pembersih tangan berbasis alkohol, pada saat sebelum
dan sesudah merawat bayi, sesudah melepas sarung
tangan, dan sesudah memegang instrumen atau barang
yang kotor
2) Beri petunjuk pada ibu dan anggota keluarga lainnya
untuk cuci tangan sebelum dan sesudah memegang
bayi
3) Basahi kedua tangan dengan mencuci tangan selama
10-15 detik dengan sabun dan air mengalir, setelah itu
biarkan tangan kering di udara atau keringkan dengan
kertas bersih/handuk pribadi
4) Membersihkan tangan dengan cairan alkohol yang
dibuat dari 2 ml gliserin dan 100 ml alkohol 60%.
Caranya basahilah seluruh permukaan tangan dan jari
49. dengan cairan pembersih tangan dan basuh atau gosok
cairan ke tangan sampai kering
5) Gunakan alat-alat perlindungan pribadi
6) Bila memungkinkan pakailah sepatu tertutup, jangan
bertelanjang kaki
7) Gunakan sarung tangan untuk melakukan tindakan
berikut:
a) Memegang atau kontak dengan kulit yang lecet,
jaringan di bawah kulit atau darah (gunakan
sarung tangan steril atau sarung tangan DTT)
b) Memegang atau kontak dengan membran mukosa
atau cairan tubuh (gunakan sarung tangan bersih)
c) Memegang atau kontak dengan barang yang
terkontaminasi serta akan membersihkan atau
membuang kotoran (gunakan sarung tangan tebal
dari bahan karet atau lateks)
d) Sarung tangan sekali pakai sangat dianjurkan,
tetapi dapat juga dipakai ulang
Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:
1) Dekontaminasi dengan merendam di dalam
larutan klorin 0,5% selama 10 menit
2) Cuci dan bilas
3) Sterilkan dengan autoclaf atau DTT lalu
direbus atau dikukus
50. 4) Sarung tangan tidak boleh dipakai ulang
lebih dari 3 kali jangan menggunakan sarung
tangan yang robek, terkelupas atau
berlubang.
2.1.1.10. Tanda-tanda Bahaya Bayi Baru Lahir
Beberapa tanda bahaya pada bayi baru lahir antara lain
pernafasan sulit atau lebih dari 60x/menit, retraksi dada saat
inspirasi. Suhu terlalu panas atau lebih dari 38°C atau terlalu
dingin atau kurang dari 36°C.
Warna abnormal, yaitu kulit atau bibir biru atau pucat, memar
atau sangat kuning (terutama pada 24 jam pertama) juga
merupakan tanda bahaya bagi bayi baru lahir. Tanda bahaya
pada bayi baru lahir yang lain yaitu pemberian ASI sulit
(hisapan lemah, mengantuk berlebihan, banyak muntah), tali
pusat merah, bengkak, keluar cairan, bau busuk, berdarah
serta adanya infeksi yang ditandai dengan suhu tubuh
meningkat, merah, bengkak, keluar cairan (pus), bau busuk,
pernafasan sulit.
Gangguan pada gastrointestinal bayi juga merupakan tanda
bahaya, antara lain mekonium tidak keluar setelah 3 hari
pertama kelahiran, urine tidak keluar dalam 24 jam pertama,
muntah terus-menerus, distensi abdomen, feses
hijau/berlendir/darah. Bayi menggigil atau menangis tidak
51. seperti biasa, lemas mengantuk, lunglai, kejang, kejang halus,
tidak bisa tenang, menangis terus-menerus, mata bengkak dan
mengeluarkan cairan juga termasuk dalam tanda-tanda
bahaya pada bayi baru lahir (Wafi Nur Muslihatun, 2010;
h.46-47)
2.1.1.11. Penilaian bayi untuk tanda-tanda kegawatan
Semua bayi baru lahir harus dinilai adanya tanda-tanda
kegawatan/kelainan yang menunjukan suatu penyakit. Bayi
baru lahit dinyatakan sakit apabila mempunyai salah satu atau
beberapa tanda antara lain: sesak nafas, frekuensi pernafasan
60x/menit, gerah retraksi di dada, malas minum, panas atau
suhu badan bayi rendah, kurang aktif, berat lahir rendah (500-
2500 gram) dengan kesulitan minum.
Tanda-tanda bayi sakit berat, apabila terdapat salah satu atau
lebih tanda seperti: sulit minum, sianosis sentral (lidah biru),
perut kembung, periode apneu, kejang/periode kejang-kejang
kecil, merintih, perdarahan, sangat kuning, berat badan lahir
>1500 gram.
Sebelum menangani bayi baru lahir, pastikan penolong
persalinan telah melakukan upaya pencegahan infeksi seperti
berikut: (1) cuci tangan sebelum dan sesudah bersentuhan
dengan bayi, (2) pakai sarung tangan bersih saat menangani
bayi yang belum dimandikan, (3) semua peralatan dan
52. perlengkapan yang akan digunakan telah di DTT atau steril.
Khusus untuk bola karet penghisap lendir jangan dipakai
untuk lebih dari satu bayi, (4) handuk, pakaian atau kain yang
akan digunakan dalam keadaan bersih, (5) dekontaminasi dan
cuci setelah digunakan (Ai yeyeh Rukiyah dan Lia Yulianti,
2010; h.5-6)
2.1.1.12. Kegawatdaruratan Neonatus
a. Asfiksia
Dimana bayi tidak dapat bernafas secara spontan dan
teratur segera setelah lahir
b. Gangguan nafas
Kumpulan gejala yang terdiri dari dispnea, frekuensi
pernafasan lebih dari 60x/menit, adanya cianosis, adanya
rintihan pada saat ekspirasi serta adanya retraksi
suprasternal, interkostal,epigastrium saat inspirasi
c. Kejang
Suatu perubahan fungsi pada otak secara mendadak dan
sangat singkat atau sementara yang dapat disebabkan oleh
aktifitas otak yang abnormal serta adanya pelepasan listrik
serebral yang berlebihan.
53. d. Infeksi
Penembusan dan penggandaan di dalam tubuh dari
organisme yang hidup ganas seperti bakteri, virus dan
jamur
e. BBLR
Bayi baru lahir yang berat badan lahirnya pada saat
kelahiran kurang dari 2500 gram
f. Hipotermia
Suatu keadaan dimana suhu tubuh berada di bawah 35°C
(Dwi Maryanti, et. All, 2011; h.9)
54. Gambar 2.1
Manajemen bayi baru lahir
PERSIAPAN
PENILAIAN
1. Apakah bayi cukup bulan?
2. Apakah air ketuban jernih, tidak
bercampur mekonium?
3. Apakah bayi menangis atau bernapas?
4. Apakah tonus otot bayi baik?
Bayi cukup
bulan, ketuban
jernih, menangis
atau bernapas,
tonus otot baik
Bayi tidak cukup
bulan, dan atau
tidak menangis
atau tidak bernapas
atau megap- megap
dan atau tonus otot
tidak baik
Air ketuban
bercampur
mekonium
C
Manajemen air
ketuban
bercampur
mekonium
B
Manajemen
asfiksia
A
Manajemen
bayi baru lahir
normal
55. Gambar 2.2
Manajemen Bayi Baru Lahir Normal
( JNPK-KR,2008;h.122 )
(JNPK-KR, 2008; h.121-122)
PENILAIAN
1. Bayi cukup bulan
2. Air ketuban jernih, tidak bercampur
mekonium
3. Bayi menangis atau bernapas
4. Tonus otot bayi baik
Asuhan Bayi Baru Lahir
1. Jaga kehangatan
2. Bersihkan jalan napas (bila perlu)
3. Keringkan dan tetap jaga kehangatan
4. Potong dan ikat tali pusat tanpa membubuhi
apapun, kira-kira 2 menit setelah lahir.
5. Lakukan inisiasi menyusui dini dan kontak
kulit bayi dengan kulit ibu.
6. Beri salep mata antibiotika tetrasiklin 1%
pada kedua mata.
7. Beri suntikan Vitamin K 1 mg intramuskular,
dipaha kiri anteroteral setelah inisiasi
menyusui dini
8. Beri imunisasi Hepatitis B 0,5 ml
intramuskular, di paha kanan anterolateral,
diberikan kira-kira 1-2 jam setelah diberikan
Vit K1
56. 2.2. Tinjauan Teori Asuhan Kebidanan
2.2.1. Teori manajemen kebidanan menurut varney
2.2.1.1. Pengertian
Asuhan kebidanan adalah penerapan fungsi, kegiatan dan
tanggung jawab bidan dalam pelayanan yang diberikan
kepada klien yang memiliki kebutuhan atau masalah
kebidanan (kehamilan, persalinan, nifas, bayi baru lahir,
keluarga berancana, kesehatan reproduksi wanita dan
pelayanan kesehatan masyarakat
(Suryani Soepardan, 2008; h.5)
2.2.1.2. Manajemen kebidanan
Adalah pendekatan yang digunakan oleh bidan dalam
menerapkan metode pemecahan masalah secara sistematis,
mulai dari pengkajian, analisis data, diagnosis kebidanan,
perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi (Nurhayati
dkk,2012:h.139)
2.2.1.3. Proses manajemen kebidanan
Merupakan proses pemecahan masalah yang
memperkenalkan sebuah metode atau pemikiran dan
tindakan-tindakan dengan urutan yang logis sehingga
pelayanan komprehensif dan aman dapat tercapai (Eny Retna
Ambarwati dan Diah Wulandari, 2010; h.130)
57. Manajemen asuhan kebidanan atau yang sering disebut
manajemen kebidanan adalah suatu metode berpikir dan
bertindak secara sistematis dan logis dalam memberi asuhan
kebidanan, agar menguntungkan kedua belah pihak baik klien
maupun pemberi asuhan (Suryani Soepardan, 2008; h.96)
2.2.2. Langkah dalam manajemen kebidanan menurut varney
2.2.2.1. Pengumpulan data dasar
Pada langkah pertama ini dikumpulkan semua informasi yang
akurat dan lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan
kondisi klien. Untuk memperoleh data dilakukan dengan cara
anamnesa, pameriksaan fisik sesuai dengan kebutuhan dan
pameriksaan tanda-tanda vital, pameriksaan khusus dan
pameriksaan penunjang.
(Dwana Estiwidani, et. All,2008; h:134)
a. Data subjektif
Berikut adalah data yang dapat dikaji dan dilakukan
anamnesa:
(1) Nama
Selain sebagai identitas, upayakan agar bidan
memanggil dengan nama panggilan sehingga
hubungan komunikasi antara bidan dan pasien
menjadi lebih akrab (Ary Sulistyawati dan Esti
Nugraheny, 2012; h.220)
58. (2) Umur
Dicatat dalam tahun untuk mengetahui adanya resiko
seperti kurang dari 20 tahun, alat-alat reproduksi
belum matang, mental dan psikisnya belum siap.
Sedangkan umur lebih dari 35 tahun rentan sekali
untuk terjadi perdarahan dalam masa nifas (Eny Retna
Ambarwati dan Diah Wulandari, 2010; h.131)
(3) Agama
Sebagai dasar bidan dalam memberikan dukungan
mental dan spiritual terhadap pasien dan keluarga
sebelum dan pada saat persalinan.
(4) Suku/bangsa
Data ini berhubungan dengan sosial budaya yang
dianut oleh pasien dan keluarga yang berkaitan
dengan persalinan.
(5) Pendidikan terakhir
Sebagai dasar bidan untuk menentukan metode yang
paling tepat dalam penyampaian informasi mengenai
teknik melahirkan bayi. Tingkat pendidikan ini akan
sangat mempengaruhi daya tangkap dan tanggap
pasien terhadap instruksi yang diberikan bidan pada
proses persalinan
59. (6) Pekerjaan
Data ini menggambarkan tingkat sosial ekonomi, pola
sosialisasi, dan data pendukung dalam menentukan
pola komunikasi yang akan dipilih selama asuhan.
(7) Alamat
Selain sebagai data mengenai distribusi lokasi pasien,
data ini juga memberi gambaran mengenai jarak dan
waktu yang ditempuh pasien menuju lokasi persalinan
(Ary Sulistyawati dan Esti Nugraheni, 2012; h.221)
Riwayat kesehatan
Riwayat kesehatan bayi baru lahir yang penting dan harus
dikaji adalah:
a) Faktor genetik, meliputi kelaianan/gangguan metabolik
pada keluarga dan sindrom genetik
b) Faktor maternal (ibu), meliputi adanya penyakit
jantung, diabetes mellitus, penyakit ginjal, penyakit
hati, hipertensi, penyakit kelamin, riwayat
penganiayaan, riwayat abortus, RH/isoimunisasi
c) Faktor antenatal, meliputi pernah ANC/tidak, adanya
riwayat perdarahan, preeklamsia, infeksi,
perkembangan janin terlalu besar/terganggu, diabetes
gestasional, poli/oligohidramnion
60. d) Faktor perinatal, meliputi premature/postmatur, partus
lama, penggunaan obat selama persalianan, gawat
janin, suhu ibu meningkat, posisi janin tidak normal, air
ketuban bercampur mekonium, amnionitis, ketuban
pecah dini (KPD), perdarahan dalam persalinan,
prolapsus tali pusat, ibu hipotensi, asidosis janin, jenis
persalinan (Wafi Nur Muslihatun, 2010; h.252)
b. Data objektif
Data objektif (DO) merupakan pendokumentasian
manajemen kebidanan menurut Helen Varney pertama
(pengkajian data), terutama data yang diperoleh melalui
hasil observasi yang jujur dari pemeriksaan fisik pasien,
pemeriksaan laboratorium/pemeriksaan diagnostik lain.
Data ini akan memberikan bukti gejala klinis pasien dan
fakta yang berhubungan dengan diagnosis (Wafi Nur
Muslihatun, 2010; h.248)
1) Pemeriksaan fisik
Dalam waktu 24 jam, bila bayi tidak mengalami
masalah apa pun, lakukanlah pemeriksaan fisik yang
lebih lengkap.
61. a) Pemeriksaan umum
(1) Pernapasan
Pada bayi kecil, mungkin terdapat retraksi
dada ringan dan jika bayi berhenti nafas secara
periodik selama beberapa detik masih dalam
batas normal. Pernafasan pada bayi baru lahir
dinilai apakah bayi menangis kuat, lambat
tidak teratur atau tidak bernafas (Wafi Nur
Muslihatun, 2010; h.31)
(2) Denyut jantung
Denyut jantung BBL normal anatar 100-160
kali permenit, tetapi dianggap masih normal di
jika atas 160 kali permenit dalam jangka
waktu pendek, beberapa kali dalam satu hari
selama beberapa hari pertama kehidupan,
terutama bila bayi mengalami distress. Jika
ragu ulangi perhitungan denyut jantung ( Wafi
Nur Muslihatun, 2010; h.252-253)
(3) Suhu
Suhu aksiler 36,5° C sampai 37,5° C
(4) Tonus otot/tingkat kesadaran
Rentang normal tingkat kesadaran BBL adalah
mulai dari diam hingga sadar penuh dan dapat
ditenangkan jika rewel. Bayi dapat
62. dibangunkan jika diam atau sedang tidur (Wafi
Nur Muslihatun, 2010; h.253)
(5) Ekstermitas
Periksa posisi, gerakan, reaksi bayi bila
ekstermitas disentuh dan pembengkakan
(6) Kulit
Bayi baru lahir aterm kelihatan lebih pucat
dibanding bayi preterm karena kulit lebih
tebal. Saat bayi lahir, warna kulit mungkin
berwarna keunguan, lalu berubah menjadi
kemerahan setelah bayi menangis keras dan
dapat bernafas.
(Wafi Nur Muslihatun, 2010; h.35)
(7) Tali pusat
Normal berwarna putih kebiruan pada hari
pertama, mulai kering dan
mengkerut/mengecil dan akhirnya lepas
setelah 7-10 hari.
(8) Berat badan
Normal berat badan lahir bayi normal yaitu
2.500-4000 gram (Wafi Nur Muslihatun, 2010;
h.253)
63. b) Pemeriksaan fisik (head to toe)
(1) Kepala : ubun-ubun, sutura, molase, caput
succedaneum, cephal haematoma hidrosefalus,
ubun-ubun besar, ubun-ubun kecil
(2) Muka : tanda-tanda paralisis
(3) Mata : keluar nanah, bengkak pada kelopak
mata, perdarahan subkonjungtiva dan
kesimetrisan
(4) Telinga: kesimetrisan letak dihubungkan
dengan mata dan kepala
(5) Hidung : kebersihan, palatoskisis
(6) Mulut : labios/palatoskisis, trush, sianosis,
mukosa, kering/basah
(7) Leher : pembengkakan dan benjolan
(8) Klavikula dan lengan tangan : gerakan, jumlah
jari
(9) Dada : bentuk dada, putting susu, bunyi
jantung dan pernapasan
(10) Abdomen : penonjolan sekitar tali pusat
pada saat menangis, jumlah pembuluh darah
pada tali pusat, dinding perut dan adanya
benjolan, distensi, gastroskisis, omfalokel,
bentuk
64. (11) Genetalia : kelamin laki-laki: testis berada
dalam scrotum, penis berlubang dan berada di
ujung penis. Kelamin perempuan: vagina,
uretra berlubang, labia mayor dan labia minora
(12) Tungkai dan kaki : gerakan, bentuk dan
jumlah jari
(13) Anus : berlubang/tidak, fungsi spingter ani
(14) Punggung : spina bifida, mielomeningokel
(15) Reflek : morro, rooting, walking, graphs,
sucking, tonicneck
(16) Antropometri : BB, PB, LK, LD, LP, LILA
(17) Eliminasi : BBL normal biasanya kencing
lebih dari 6 kali per hari. BBL normal
biasanya berak cair 6-8 kali per hari. Dicurigai
diare apabila frekuensi meningkat, tinja hijau
atau mengandung lendir atau darah.
Perdarahan vagina pada BBL dapat terjadi
selama beberapa hari minggu pertama
kehidupan dan hal ini dianggap normal
(Wafi Nur Muslihatun, 2010; h.254)
65. 2.2.2.2. Interpretasi data dasar
Pada langkah ini dilakukan identifikasi terhadap diagnosa
atau masalah berdasarkan interpretasi atas data-data yang
telah dikumpulkan. Data dasar yang telah dikumpulkan di
interpretasikan sehingga dapat merumuskan diagnosa dan
masalah yang spesifik. Rumusan diagnosa dan masalah
keduanya digunakan karena masalah tidak dapat
didefinisikan seperti diagnosa tetapi tetap membutuhkan
penanganan (Dwana Estiwidani, et. All, 2008; h.134-135)
2.2.2.3. Mengidentifikasi diagnosa atau masalah potensial
Pada langkah ini bidan mengidentifikasi masalah potensial
atau diagnosa potensial berdasarkan diagnose atau masalah
yang sudah diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan
antisipasi, bila memungkinkan dilakukan pencegahan. Bidan
diharapkan dapat waspada dan bersiap-siap mencegah
diagnosa atau masalah potensial ini menjadi benar-benar
terjadi.
2.2.2.4. Mengidentifikasi masalah yang memerlukan penanganan
segera
Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau
dokter dan atau untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama
66. dengan anggota tim kesehatan yang lain sesuai dengan
kondisi klien.
2.2.2.5. Menyusun rencana asuhan yang menyeluruh
Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh
ditentukan oleh langkah-langkah sebelumnya. Langkah ini
nerupakan kelanjutan manajemen terhadap masalah atau
diagnosa yang telah diidentifikasi atau diantisipasi. Pada
langkah ini informasi atau data yang tidak lengkap dapat
dilengkapi (Dwana Estiwidani, et. All, 2008; h.135-137).
Rencana asuhan yang menyeluruh meliputi:
a. Pencegahan infeksi
b. Penilaian segera setelah lahir
c. Pencegahan kehilangan panas
d. Asuhan tali pusat
e. Inisiasi menyusui dini
f. Manajemen laktasi
g. Pencegahan infeksi mata
h. Pemberian vitamin K1
i. Pemberian imunisasi
j. Pemeriksaan BBL (JNPK-KR,2008;h.)
2.2.2.6. Pelaksanaan
67. Pada langkah VI ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang
telah diuraikan pada langkah V dilaksanakan secara efisien
dan aman. Perencanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh
bidan atau sebagian lagi oleh klien atau anggota tim
kesehatan lainnya (Dwana Estiwidani, et. All, 2008; h.138)
Berikut adalah pelaksanaan dari perencanaan asuhan yang
akan diberikan:
a. Pencegahan infeksi
Cuci tangan dengan seksama sebelum dan setelah
bersentuhan dengan bayi
Pakai sarung tangan bersih pada saat menangani bayi
yang belum dimandikan
Pastikan semua peralatan dan bahan yang digunakan,
terutama klem gunting penghisap lendir deelee alat
resusitasi dan benang tali pusat telah didesinfeksi
tingkat tinggi (DTT) atau sterilisasi. Gunakan bola
karet yang baru dan bersih jika akan melakukan
penghisapan lendir.
b. Penilaian segera setelah lahir
Apakah bayi cukup bulan?
Apakah air ketuban jernih tidak bercampur
mekonium?
Apakah bayi menangis atau bernafas?
Apakah tonus otot bayi baik?
68. c. Pencegahan kehilangan panas
Keringkan tubuh bayi tanpa membersihkan
verniks
Letakkan bayi agar terjadi kontak kulit antara ibu
dan bayi
Selimuti ibu dan bayi dan pakaikan topi dikepala
bayi
Jangan segera menimbang atau memandikan bayi
baru lahir
Tempatkan bayi dilingkungan yang hangat
Bayi jangan dibedong
d. Asuhan tali pusat
Klem dan potong tali pusat setelah dua menit
setelah bayi lahir, lakukan terlebih dahulu
penyuntikan oksitosin sebelum tali pusat
dipotong.
Tali pusat dijepit dengan klem DTT pada
sekitar 3 cm dari dinding perut bayi. Dari titik
jepitan tekan tali pusat dengan dua jari
kemudian dorong isi tali pusat kearah ibu
(agar darah tidak terpencar pada saat
dilakukan pemotongan tali pusat), kemudian
jepit dengan kedua klem pada bagian tali pusat
69. yang isinya sudah dikosongkan berjarak 2 cm
dari jepitan pertama.
Pegang tali pusat diantara kedua klem
tersebut, satu tangan menjadi landasan tali
pusat sambil melindungi bayi, tangan yang
lain memotong tali pusat diantara kedua klem
tersebut dengan menggunakan gunting DTT
atau steril.
Ikat tali pusat dengan benang DTT atau steril
pada satu sisi kemudian melingkarkan kembali
benang tersebut dan mengikatnya dengan
simpul kunci pada sisi lainnya.
Lepaskan klem logam penjepit tali pusat dan
masukan kedalam larutan klorin 0,5%.
e. Inisiasi menyusui dini
Segera setelah bayi lahir dan tali pusat diikat,
letakkan bayi tengkurap didada ibu dengan kulit
bayi bersentuhan langsung ke kulit ibu. Biarkan
kontak kulit ini berlangsung setidaknya 1 jam
atau lebih, bahkan sampai bayi dapat menyusui
sendiri apabila sebelumnya tidak berhasil bayi
diberi topi dan diselimuti. Ayah atau keluarga
dapat memberikan dukungan dan membantu ibu
selama proses ini. Ibu diberi dukungan untuk
70. mengenali saat bayi siap untuk menyusu,
menolong bayi bila diperlukan.
f. Manajemen laktasi
Memberdayakan ibu untuk melakukan perawatan
payudara, cara menyusui, merawat bayi, merawat
tali pusat dan memandikan bayi
Mengatasi masalah laktasi tapi besarkan hati ibu
dan bantu ibu mencari posisi yang sesuai dan
meletakkan bayinya dalam posisi yang nyaman
dan benar
Memantau keadaan ibu dan bayi
Jangan brikan cairan atau makanan kepada bayi
baru lahir kecuali ada instruksi dari dokter
Jangan berikan dot kepada bayi karena akan
membuat bayi bingung antara puting dan dot
g. Pencegahan infeksi mata
Jelaskan kepada keluarga apa yang akan
dilakukan dan tujuan pemberian obat tersebut
Cuci tangan (gunakan sabun dan air bersih
mengalir)
Beri salep dalam satu garis lurus mulai dari bagian
mata yang paling dekat dengan hidung bayi
menuju ke bagian luar mata
71. Ujung tabung salep mata tak boleh menyentuh
mata bayi.
Jangan menghapus salep mata dari mata bayi dan
anjurkan keluarga untuk tidak menghapus salep
tersebut.
h. Pemberian vitamin K1
Semua bayi baru lahir harus diberikan vitamin K1 injeksi
1mg intramuskular setalah 1 jam kontak kulit kekulit dan
bayi selesaai menyusu untuk mencegah perdarahan BBL
akibat difesiensi vitamin K yang dialami oleh sebagian
BBL.
i. Pemberian imunisasi
Imunisasi hepatitis B bermanfaat untuk mencegah infeksi
hepatitis B terhadap bayi, terutama jalur penularan ibu-
bayi. Imunisasi hepatitis B pertama diberikan 1 jam
setelah pemberian vitamin K1 pada saat bayi berumur 2
jam.
j. Pemeriksaan bayi baru lahir
Keadaan umum
Melihat kepala, ada bengkak atau memar
Melihat abdomen, apakah pucat atau ada
perdarahan tali pusat
Memeriksa adanya pengeluaran mekonium dan air
seni
72. Menimbang bayi
Menilai cara menyusu (JNPK-KR,2008;h.)
2.2.2.7. Evaluasi
Pada langkah VII ini dilakukan evaluasi keefektifan dari
asuhan yang sudah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan
akan bantuan apakah benar-benar telah terpenuhi sesuai
kebutuhan sebagaimana telah diidentifikasi dalam diagnosa
dan masalah. Rencana tersebut dapat dianggap efektif jika
memang benar efektif dalam pelaksanaannya.
(Dwana Estiwidani, et. All, 2008; h.139)
2.2.1. Landasan hukum kewenangan bidan
Sesuai Keputusan Menteri Kesehatan RI
No.900/menkes/SK/VII/2002 bidan dalam menjalankan praktik
profesinya berwenang untuk memberikan pelayanan yang meliputi
2.2.1.1. Pelayanan kesehatan pada anak meliputi:
a. Pelayanan neonatal esensial dan tata laksana neonatal
sakit di luar rumah sakit yang meliputi:
1) Pertolongan persalinan yang atraumatik, bersih
dan aman
2) Menjaga tubuh bayi tetap hangat dengan kontak
dini
73. 3) Membersihkan jalan nafas, mempertahankan bayi
bernafas spontan
4) Pemberian ASI dini dalam 30 menit setelah
melahirkan
5) Mencegah infeksi pada bayi baru lahir antara lain
melalui perawatan tali pusat secara higienis,
pemberian imunisasi dan pemberian ASI ekslusif
b. Pemeriksaan dan perawatan bayi baru lahir
dilaksanakan pada bayi 0-28 hari
c. Penyuluhan kepada ibu tentang pemberian ASI
ekslusif untuk bayi di bawah 6 bulan dan makanan
pendamping ASI (MPASI) untuk bayi di atas 6 bulan
2.2.1.2. Tindakan yang termasuk dalam kewenangan bidan antara
lain
a. Memberikan imunisasi kepada bayi
b. Resusitasi pada bayi baru lahir dengan asfiksia
c. Hipotermi pada bayi baru lahir. (Sofyan,2006:h.187)
2.2.1.3. Standar pelayanan nifas
a. Stanadar 13: Perawatan Bayi Baru Lahir
Bidan memeriksa dan menilai bayi baru lahir untuk
memastikan pernafasan spontan, mencegah hipoksia
sekunder, menemukan kelainan, dan melakukan
74. tindakan atau merujuk sesuai dengan kebutuhan.
Bidan juga harus mencegah atau menangani
hipotermia.(Suryani Soepardan, 2008; h.121)
75. BAB III
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU LAHIR TERHADAP
BY NY. Y SEGERA SETELAH LAHIR DI BPM KARTINI
KAMPUNG SAWAH BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2015
Tanggal : 28 April 2015
Jam : 16.15 wib
Tempat : Di BPM Kartini Kampung Sawah Bandar Lampung
Oleh : Resti Aulia
A. Data Subjektif
1. Anamnesa
a. Bayi
Nama bayi : By Ny Y
Tgl lahir : 28 April 2015
Jam : 16.15 WIB
Jenis : laki-laki
76. b. Orang tua
Ibu Ayah
Nama : Ny. Y Tn. A
Umur : 21` tahun 25 tahun
Suku : Jawa/Indonesia Jawa/Indonesia
Agama : Islam Islam
Pendidikan : SMP SMA
Pekerjaan : IRT Swasta
Alamat : Jl. Bangsa ratu kemiling bandar lampung
1. PENGKAJIAN
A. DATA SUBJEKTIF
1. Riwayat antenatal
G2P1A0 Umur kehamilan 39 minggu 4 hari
Riwayat ANC
: Teratur, 8 kali di BPM
Kartini Kampung Sawah
2. Keluhan saat hamil: TM 1: mual muntah
TM2 : tidak ada
TM3 : Sering BAK
3. Penyakit selama kehamilan
a. Diabetes militus : tidak ada
b. Hepatitis : tidak ada
c. Tuberkolosis : tidak ada
77. d. HIV/AIDS : tidak ada
4. Kebiasaan
a. Minum jamu/obat : tidak ada
b. Merokok : tidak ada
5. Komplikasi
a. Hiperemesis :tidak ada
b. Perdarahan : tidak ada
c. Preeklampsia : tidak ada
d. Eklampsia : tidak ada
e. Infeksi : tidak ada
B. DATA OBJEKTIF
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan umum : baik
Penilaian segera setelah lahir
Warna kulit : kemerahan
Pernafasan : menangis spontan
Data penunjang
1. Komplikasi janin
a. IUGR : tidak ada
b. Polihidramnion : tidak ada
c. Oligohidramnion : tidak ada
d. Gemelli : tidak ada
78. 2. Riwayat intranatal
Lahir tanggal 28 April 2015 pukul 16.15 WIB
Jenis persalinan spontan, penolong bidan
Lama persalinan
Kala 1 : 7 jam 15 menit
Kala 2 : - 30 menit
Kala 3 : - 10 menit
Kala 4 : 2 jam -
Lamanya : 9 jam 55 menit
3. Komplikasi ibu
a. Hipertensi : tidak ada
b. Partus lama : tidak ada
c. Penggunaan obat : tidak ada
d. Infeksi/suhu badan naik: tidak ada
e. KPD : tidak ada
f. Perdarahan : tidak ada
4. Komplikasi janin
a. Premature/postmatur : tidak ada
b. Malposisi/malpresentasi : tidak ada
c. Gawat janin : tidak ada
d. Prolaps tali pusat : tidak ada
e. Ketuban campur mekoneum : tidak ada
f. Keadaan bayi baru lahir : baik
79. Tabel 3.1
MATRIKS
Tgl/
Jam
Pengkajian Interprestasi
Data
(diagnosa,
Masalah,
Kebutuhan)
Dx potensial/
Masalah
potensial
Antisipasi/
Tindakan
Segera
Intervensi Implementasi Evaluasi
1.28
april
2015
Pukul;
16.15
wib
2.
pukul
16.20
wib
Data dasar:
Do:
-warna kulit
kemerahan
-menangis kuat
DX.: Bayi Ny Y segera
setelah lahir cukup
bulan sesuai masa
kehamilan.
Dasar :
ibu mengatakan UK 39
minggu 4 hari
Bayi lahir tanggal 28-
04-2015
Pukul 16.15 wib
Warna kulit kemerahan
Menangis kuat
Masalah : tdak ada
Kebutuhan : Perawatan
bayi
segera
setelah
lahir.
Tidak ada Tidak ada 1.Pencegahan infeksi
2. Penilaian segera
setelah lahir
Cuci tangan dengan seksama
sebelum dan setelah bersentuhan
dengan bayi
Pakai sarung tangan bersih pada
saat menangani bayi yang belum
dimandikan
Pastikan semua peralatan dan
bahan yang digunakan, terutama
klem gunting penghisap lendir
deelee alat resusitasi dan benang
tali pusat telah didesinfeksi tingkat
tinggi (DTT) atau sterilisasi.
Gunakan bola karet yang baru dan
bersih jika akan melakukan
penghisapan lendir.
2. apakah bayi cukup bulan?
Apakah air ketuban jernih
tidak bercampur mekonium?
Apakah bayi menangis atau
bernafas?
Apakah tonus otot baik?
1.Bayi telah dilakukan pencegahan
kehilangan panas
2. Bayi lahir cukup bulan sesuai
usia kehamilan, air ketuban jernih
tidak bercampur mekonium,
bernafas warna kulit kemerahan
dan tonus baik.
80. 3.Pukul
16.25
Wib
4
.pukul
16.40
wib
3.Pencegahan
kehilangan panas
4. Jepit potong tali
pusat
3.Keringkan tubuh bayi tanpa
membersihkan verniks, Letakkan
bayi agar terjadi kontak kulit
antara ibu dan bayi, Selimuti ibu
dan bayi dan pakaikan topi
dikepala bayi, Jangan segera
menimbang atau memandikan
bayi baru lahir, Tempatkan bayi
dilingkungan yang hangat, Bayi
jangan dibedong.
4. Klem dan potong tali pusat
setelah dua menit setelah bayi
lahir, lakukan terlebih dahulu
penyuntikan oksitosin sebelum
tali pusat dipotong. Tali pusat
dijepit dengan klem DTT pada
sekitar 3 cm dari dinding perut
bayi. Dari titik jepitan tekan tali
pusat dengan dua jari kemudian
dorong isi tali pusat kearah ibu
(agar darah tidak terpencar pada
saat dilakukan pemotongan tali
pusat), kemudian jepit dengan
kedua klem pada bagian tali pusat
yang isinya sudah dikosongkan
berjarak 2 cm dari jepitan
pertama. Pegang tali pusat
diantara kedua klem tersebut, satu
tangan menjadi landasan tali
pusat sambil melindungi bayi,
3. Bayi tidak mengalami hipotermi
4. Asuhan tali pusat telah
dilakukan tali pusat telah dipotong
dan diikat.
81. 5.
pukul
16.45
Wib
6.Pukul
16.55
5.Lakukan inisiasi
menyusu dini
6.Manajemen laktasi
tangan yang lain memotong tali
pusat diantara kedua klem
tersebut dengan menggunakan
gunting DTT atau steril. Ikat tali
pusat dengan benang DTT atau
steril pada satu sisi kemudian
melingkarkan kembali benang
tersebut dan mengikatnya dengan
simpul kunci pada sisi lainnya.
Lepaskan klem logam penjepit
tali pusat dan masukan kedalam
larutan klorin 0,5%.
5. Segera setelah bayi lahir dan
tali pusat diikat, letakkan bayi
tengkurap didada ibu dengan
kulit bayi bersentuhan langsung
ke kulit ibu. Biarkan kontak kulit
ini berlangsung setidaknya 1 jam
atau lebih, bahkan sampai bayi
dapat menyusui sendiri apabila
sebelumnya tidak berhasil bayi
diberi topi dan diselimuti. Ayah
atau keluarga dapat memberikan
dukungan dan membantu ibu
selama proses ini. Ibu diberi
dukungan untuk mengenali saat
bayi siap untuk menyusu,
menolong bayi bila diperlukan.
6. Memberdayakan ibu untuk
melakukan perawatan payudara,
5. IMD telah dilakukan selama 1
jam
82. . wib
7.pukul
17.10
Wib
7.Pemberian salep
mata
cara menyusui, merawat bayi,
merawat tali pusat dan
memandikan bayi
Mengatasi masalah laktasi tapi
besarkan hati ibu dan bantu ibu
mencari posisi yang sesuai dan
meletakkan bayinya dalam posisi
yang nyaman dan benar
Memantau keadaan ibu dan bayi
Jangan brikan cairan atau
makanan kepada bayi baru lahir
kecuali ada instruksi dari dokter
Jangan berikan dot kepada bayi
karena akan membuat bayi
bingung antara puting dan dot
7.Jelaskan kepada keluarga apa
yang akan dilakukan dan tujuan
pemberian obat tersebut. Cuci
tangan (gunakan sabun dan air
bersih mengalir). Beri salep
dalam satu garis lurus mulai dari
bagian mata yang paling dekat
dengan hidung bayi menuju ke
bagian luar mata. Ujung tabung
salep mata tak boleh menyentuh
mata bayi. Jangan menghapus
salep mata dari mata bayi dan
anjurkan keluarga untuk tidak
menghapus salep tersebut.
6. manajemen laktasi telah
dilakukan
7. Salep mata telah diberikan
83. 8.pukul
16.40
wib
9.pukul
17.40
8.lakukan pemberian
injeksi vitamin K1
9.pemberian
imunisasi Hb-0
10.Lakukan
pemeriksaat
antropomerti
8 .Semua bayi baru lahir harus
diberikan vitamin K1 injeksi 1mg
intramuskular setalah 1 jam
kontak kulit kekulit dan bayi
selesaai menyusu untuk
mencegah perdarahan BBL akibat
difesiensi vitamin K yang dialami
oleh sebagian BBL.
9.Imunisasi hepatitis B
bermanfaat untuk mencegah
infeksi hepatitis B terhadap bayi,
terutama jalur penularan ibu-bayi.
Imunisasi hepatitis B pertama
diberikan 1 jam setelah
pemberian vitamin K1 pada saat
bayi berumur 2 jam.
10.Mengukur antropometri pada
bayi yaitu BB, PB, LK, LD, dan
Lila
8. Injeksi vitamin K1 telah
dilakukan
9. Imunisasi Hb-0 telah diberikan
10. Pengukuran antropometri telah
84. 11.Lakukan
pemeriksaan umum
dan pemeriksaan
fisik pada bayi
11.Melakukan pemerriksaan
umum dan pemeriksaan fisik pada
bayi,
dilakukan dengan hasil BB:3200
gr, PB: 50 cm, LK: 33cm, LD: 32
CM, LILA: 12 cm
11. Hasil dari pemeriksaan umum
dan pemeriksaan fisik pada bayi
dalam keadaan nornal. Yang
didapatkan hasil sebagai berikut :
Pernapasan :40 x/menit
suhu axila : 36 °c warna
kulit : kemerahan turgor kulit
: elastis
denyut jantung : 140 x/menit
tonus otot : baik
gerakan : aktif
Hasil pemeriksaan fisik:
a.Kepala
Ubun –ubun : datar
Caputsuccedaneum : tidak
adaCepal haematoma :
tidak ada
b. Muka : simetris kanan dan
kiri
c. Mata
Simetris : simetris kanan
85. dan krii
Kelopak mata : tidak ada
oedema
Secret : tidak ada
Konjungtiva : merah
muda
Sklera : putih
d. Telinga
Simetris : simetris
Lubang ; ada
e. Hidung
Palatoskisis : tidak ada
Lubang : ada
Septum : ada
f. Mulut
Sianosis : tidak ada
Mukosa : lembab
Labioskisis : tidak ada
g. Leher: tidak ada
86. pembesaran
h. Klavikula dan lengan
tangan
Gerakan : aktif
Jumlah jari : lengkap
i. Dada
Bentuk : simetris
Puting susu : ada
Auskultasi : tedengar
lup dup
j. Abdomen
Tali pusat : tdak ada
perdarahan
Kelainan : tidak ada
k. Genetalia
Laki- laki: testis sudah
turun di skrotum,ada
lubang uretra, panjang
penis 3 cm.
l. Anus : positif
m. Tungkai dan kaki :
simetris kanan dan
87. 12. memberitahu ibu untuk
kunjungan ulang yaitu 1 minggu
kiri
n. Gerakan : aktif
o. Jumlah jari lengkap
normal
p. Punggung
Bentuk : simetris
Kelainan : tidak ada
q. Reflek
Moro :positif
Rooting : positif
Sucking :positif
Swalowing : positif
Graps : positif
Tonickneck :
positif
Babinski : positif
12. Ibu mengerti kapan harus
89. 73
BAB IV
PEMBAHASAN
Setelah penulis melakukan Asuhan Kebidanan pada bayi segera setelah lahir
yang di lakukan pada bayi Ny. Y maka di dapatkan hasil sebagai berikut :
4.1 Pengkajian
Pada pengkajian di lakukan untuk mengumpulkan data dasar tentang
keadaan pasien. Pada kasus ini penulis melakukan pengkajian pada bayi
baru lahir yaitu By Ny. Y segera setelah lahir cukup bulan sesuai masa
kehamilan.
4.1.1 Bayi
4.1.2.1 Pernafasan
a. Menurut tinjauan teori
Pada bayi kecil, mungkin terdapat retraksi dada
ringan dan jika bayi berhenti nafas secara periodik
selama beberapa detik masih dalam batas normal.
Pernafasan bayi baru lahir dinilai apakah bayi
menangis kuat, lambat tidak teratur atau tidak
bernafas. (Wafi Nur Muslihatun, 2010; h.31)
b. Menurut tinjauan kasus
Pada saat pengkajian bayi Ny. Y menangis spontan
90. 74
c. Pembahasan
Berdasarkan tinjauan teori dan kasus tidak terdapat
kesenjangan karena pada saat bayi lahir bayi
langsung menangis spontan hal tersebut
menandakan bayi tidak mengalami masalah dalam
pernafasan.
4.1.2.2 Warna kulit
a. Menurut tinjauan teori
Bayi baru lahir aterem kelihatan lebih pucat
dibanding bayi preterem karena kulit lebih tebal.
Saat bayi lahir, warna kulit mungkin berwarna
keunguan lalu berubah menjadi kemerahan setelah
bayi menangis keras dan dapat bernafas (Wafi Nur
Muslihatun, 2010; h.35)
b. Menurut tinjauan kasus
Pada saat pengkajian terhadap bayi Ny. Y kulit bayi
berwarna kemerahan.
c. Pembahasan
91. 75
Berdasarkan tinjauan teori dan kasus tidak terdapat
kesenjangan karena pada saat pengkajian kulit bayi
tidak ada kelainan dan berwarna kemerahan.
4.2 Interpretasi Data Dasar
4.2.1 Diagnosa
a. Menurut tinjauan teori
Langkah ini dilakukan dengan mengidentifikasi data secara
benar terhadap diagnosis atau masalah kebutuhan pasien.
Masalah atau diagnosis yang spesifik dapat ditemukan
berdasarkan interprestasi yang benar terhadap dat dasar (Moh
Wildan dan A. Aziz Alimul Hidayat 2008; h.37)
b. Menurut tinjauan kasus
Didapatkan diagnosa kebidanan yaitu bayi Ny. Y segera
setelah lahir cukup bulan sesui masa kehamilan.
Dasar :
Ibu mengatakan HPHT nya tanggal 14
juli 2014
TP 21 april 2015
92. 76
Bayi lahir tanggal 28 april pukul 16.15
wib
Jenis kelamin: laki-laki
Masalah :
Tidak ada
Kebutuhan :
Asuhan pada bayi baru lahir
c. Pembahasan
Berdasarkan tinjauan teori dan tinjauan kasus terdapat
kesenjangan karena bayi Ny. Y lahir cukup bulan sesuai masa
kehamilan dan tidak ditemukan masalah yang menyertai
diagnosis serta asuhan yang diberikan pada bayi baru lahir
sesuai dengan kebutuhan bayi.
4.3 Identifikasi Diagnosa dan Masalah Potensial
a. Menurut tinjauan teori
Pada langkah ketiga mengidentifikasi masalah potensial atau diagnosis
potensial berdasarkan diagnosis/masalah yang sudah diidentifikasi.
Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan dilakukan
pencegahan. (Suryani Soepardan, 2008; h.100)
b. Menurut tinjauan kasus
93. 77
Pada kasus ini tidak muncul masalah potensial karena tidak ada tanda
– tanda adanya bahaya pada bayi segera setelah lahir.
c. Pembahasan
Berdasarkan tinjauan kasus dan tinjauan teori tidak terdapat
kesenjangan.
4.4 Tindakan Segera atau Kolaborasi
a. Menurut tinjauan teori
Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter
dan/atau ada hal yang perlu dikonsultasikan atau ditangani bersama
dengan anggota tim kesehatan lain sesuai kondisi bayi (Wafi Nur
Muslihatun, 2010; h.255).
b. Menurut tinjauan kasus
Pada kasus ini tidak diperlukan adanya penanganan segera atau
berkolaborasi dengan dokter karena kondisi bayi baik dan normal .
c. Pembahasan
Berdasarkan tinjauan teori dan tinjauan kasus tidak terdapat
kesenjangan karena tidak ada hal yang perlu dikonsultasikan atau
ditangani oleh tenaga kesehatan yang lainya dikarenakan kondisi bayi
baik dan normal.
4.5 Perencanaan
a. Menurut tinjauan teori
94. 78
Langkah-langkah ini ditentukan oleh sebelumnya yang merupakan
lanjutan dari masalah atau diagnosa yang telah diidentifikasi atau
antisipasi.
(Eny Retna Ambarwati dan Diah Wulandari, 2010; h.143)
Asuhan bayi baru lahir adalah sebagai berikut:
1. Pencegahan infeksi
2. Penilaian segera setelah lahir
3. Pencegahan kehilangan panas
4. Asuhan tali pusat
5. Inisiasi menyusui dini
6. Manajemen laktasi
7. Pencegahan infeksi mata
8. Pemberian vitamin K1
9. Pemberian imunisasi Hb-0
10. Pemeriksaan antropometri
11. Pemeriksaan BBL
12. Kunjungan ulang
b. Menurut tinjauan kasus
Pada kasus BY Ny. Y telah diberikan beberapa perencanaan yang
dapat di tentukan sesuai dengan kondisi pasien.
1. Lakukan pencegahan infeksi
2. Lakukan penilaian segera setelah lahir
95. 79
3. Lakukan pencegahan kehilangan panas
4. Potong dan ikat tali pusat
5. Lakukan IMD
6. Manajemen laktasi
7. Lakukan pencegahan infeksi mata
8. Berikan vitamin K1
9. Lakukan pemberian imunisasi Hb-0
10. Pemeriksaan antropometri
11. Lakukan pemeriksaan BBL
12. Kunjungan ulang
c. Pembahasan
Berdasarkan tinjauan teori dan kasus diatas dapat disimpulkan bahwa
tidak ada kesenjangan karena pereencanaan asuhan yang diberikan
pada bayi Ny. Y sudah diberikan sesuai dengan yang dibutuhkan dan
yang dianjurkan.
4.6 Pelaksanaan
a. Menurut tinjauan teori
96. 80
Tahap ini merupakan tahap pelaksanaan dari semua rencana
sebelumnya, baik tehadap masalah pasien ataupun diagnosis yang
ditegakkan (Eny Retna Ambarwati dan Diah Wulandari, 2010; h.5)
Pelaksanaan yang diberikan pada bayi baru lahir adalah
5. Cuci tangan dengan seksama sebelum dan setelah bersentuhan
dengan bayi
Pakai sarung tangan bersih pada saat menangani bayi yang belum
dimandikan
Pastikan semua peralatan dan bahan yang digunakan, terutama
klem gunting penghisap lendir deelee alat resusitasi dan benang
tali pusat telah didesinfeksi tingkat tinggi (DTT) atau sterilisasi.
Gunakan bola karet yang baru dan bersih jika akan melakukan
penghisapan lendir.
6. Apakah bayi cukup bulan?
Apakah air ketuban jernih tidak bercampur mekonium?
Apakah bayi menangis atau bernafas?
Apakah tonus otot bayi baik?
7. Keringkan tubuh bayi tanpa membersihkan verniks, Letakkan bayi
agar terjadi kontak kulit antara ibu dan bayi, Selimuti ibu dan bayi
dan pakaikan topi dikepala bayi, Jangan segera menimbang atau
memandikan bayi baru lahir, Tempatkan bayi dilingkungan yang
hangat, Bayi jangan dibedong.
97. 81
8. Klem dan potong tali pusat setelah dua menit setelah bayi lahir,
lakukan terlebih dahulu penyuntikan oksitosin sebelum tali pusat
dipotong. Tali pusat dijepit dengan klem DTT pada sekitar 3 cm
dari dinding perut bayi. Dari titik jepitan tekan tali pusat dengan
dua jari kemudian dorong isi tali pusat kearah ibu (agar darah tidak
terpencar pada saat dilakukan pemotongan tali pusat), kemudian
jepit dengan kedua klem pada bagian tali pusat yang isinya sudah
dikosongkan berjarak 2 cm dari jepitan pertama. Pegang tali pusat
diantara kedua klem tersebut, satu tangan menjadi landasan tali
pusat sambil melindungi bayi, tangan yang lain memotong tali
pusat diantara kedua klem tersebut dengan menggunakan gunting
DTT atau steril. Ikat tali pusat dengan benang DTT atau steril pada
satu sisi kemudian melingkarkan kembali benang tersebut dan
mengikatnya dengan simpul kunci pada sisi lainnya. Lepaskan
klem logam penjepit tali pusat dan masukan kedalam larutan klorin
0,5%.
9. Segera setelah bayi lahir dan tali pusat diikat, letakkan bayi
tengkurap didada ibu dengan kulit bayi bersentuhan langsung ke
kulit ibu. Biarkan kontak kulit ini berlangsung setidaknya 1 jam
atau lebih, bahkan sampai bayi dapat menyusui sendiri apabila
sebelumnya tidak berhasil bayi diberi topi dan diselimuti. Ayah
atau keluarga dapat memberikan dukungan dan membantu ibu
98. 82
selama proses ini. Ibu diberi dukungan untuk mengenali saat bayi
siap untuk menyusu, menolong bayi bila diperlukan.
10. Memberdayakan ibu untuk melakukan perawatan payudara, cara
menyusui, merawat bayi, merawat tali pusat dan memandikan
bayi, Mengatasi masalah laktasi tapi besarkan hati ibu dan bantu
ibu mencari posisi yang sesuai dan meletakkan bayinya dalam
posisi yang nyaman dan benar, Memantau keadaan ibu dan bayi,
Jangan brikan cairan atau makanan kepada bayi baru lahir kecuali
ada instruksi dari dokter, Jangan berikan dot kepada bayi karena
akan membuat bayi bingung antara puting dan dot.
11. Jelaskan kepada keluarga apa yang akan dilakukan dan tujuan
pemberian obat tersebut. Cuci tangan (gunakan sabun dan air
bersih mengalir). Beri salep dalam satu garis lurus mulai dari
bagian mata yang paling dekat dengan hidung bayi menuju ke
bagian luar mata. Ujung tabung salep mata tak boleh menyentuh
mata bayi. Jangan menghapus salep mata dari mata bayi dan
anjurkan keluarga untuk tidak menghapus salep tersebut.
12. Semua bayi baru lahir harus diberikan vitamin K1 injeksi 1mg
intramuskular setalah 1 jam kontak kulit kekulit dan bayi selesaai
menyusu untuk mencegah perdarahan BBL akibat difesiensi
vitamin K yang dialami oleh sebagian BBL.
13. Imunisasi hepatitis B bermanfaat untuk mencegah infeksi hepatitis
B terhadap bayi, terutama jalur penularan ibu-bayi. Imunisasi
99. 83
hepatitis B pertama diberikan 1 jam setelah pemberian vitamin K1
pada saat bayi berumur 2 jam.
14. Mengukur antropometri pada bayi yaitu mengukur berat badan,
panjang badan, lingkar kepala, lingkar dada dan lingkar lengan
bayi.
BB :3200 gram
PB :50 cm
LK : 33 cm
LD : 32 cm
Lila : 11 cm
15. Keadaan umum, Melihat kepala, ada bengkak atau memar, Melihat
abdomen, apakah pucat atau ada perdarahan tali pusat, Memeriksa
adanya pengeluaran mekonium dan air seni, Menimbang bayi,
Menilai cara menyusu.
Pernapasan :40 x/menit suhu axila : 36 °c warna kulit :
kemerahan turgor kulit : elastis denyut jantung : 140
x/menit
tonus otot : baik gerakan : aktif
Hasil pemeriksaan fisik:
r. Kepala
100. 84
Ubun –ubun : datar Caputsuccedaneum : tidak ada
Cepal haematoma : tidak ada
s. Muka : simetris kanan dan kiri
t. Mata
Simetris : simetris kanan dan kiri
Kelopak mata : tidak ada oedema
Secret : tidak ada
Konjungtiva : merah muda
Sklera : putih
u. Telinga
Simetris : simetris
Lubang ; ada
v. Hidung
Palatoskisis : tidak ada
Lubang : ada
Septum : ada
w. Mulut
101. 85
Sianosis : tidak ada
Mukosa : lembab
Labioskisis : tidak ada
x. Leher: tidak ada pembesaran
y. Klavikula dan lengan tangan
Gerakan : aktif
Jumlah jari : lengkap
z. Dada
Bentuk : simetris
Puting susu : ada
Auskultasi : tedengar lup dup
aa. Abdomen
Tali pusat : tdak ada perdarahan
Kelainan : tidak ada
bb. Genetalia
Laki- laki: testis sudah turun di skrotum, ada lubang
uretra, panjang penis 3 cm
102. 86
cc. Anus : positif
dd. Tungkai dan kaki : simetris kanan dan kiri
ee. Gerakan : aktif
ff. Jumlah jari lengkap normal
gg. Punggung
Bentuk : simetris
Kelainan : tidak ada
hh. Reflek
Moro :positif
Rooting : positif
Sucking :positif
Swalowing : positif
Graps : positif
Tonickneck : positif
Babinski : positif
103. 87
16. Kunjungan ulang yaitu pada 1 minggu kemudian atau apabila
terjadi masalah pada bayi.
b. Menurut tinjauan kasus
Padaa kasus bayi Ny. Y telah dilaksanaakan perencanaan secara
menyeluruh yang efisien dan aman seperti :
1. Melakukan pencegahan infeksi terhadap bayi baru lahir yaitu
dengan mencuci tangan sebelum dan sesudah bersentuhan
dengan bayi, memakai sarung tangan yang bersih pada saat
menangani bayi yang belum dimandikan, pastikan semua
peralatan dan bahan yang digunakan terutama klem, gunting,
penghisap lendir deelee alat resusitasi dab benang tali pusat
telah didesinfeksi tingkat tinggi atau sterilisasi.
2. Melakukan penilaian segera setelah lahir: apakah bayi cukup
bulan?, apakah air ketuban jernih tidak bercampur mekonium?,
apakah bayi menangis atau bernafas?, apakah tonus otot bayi
baik?
3. Melakukan pencegahan kehilangan panas: mengeringkan tubuh
bayi tanpa membersihkan verniks, letakkan bayi agar terjadi
kontak kulit antara ibu dan bayi, menyelimuti ibu dan bayi dan
memakaikan topi dikepala bayi, tidak menimbang atau
memandikan bayi baru lahir, menempatkan bayi dilingkungan
yang hangat, tidak membedong bayi dengan kencang.
104. 88
4. Melakukan asuhan tali pusat dengan mengklem dan memotong
tali pusat setelah dua menit setelah bayi lahir, jepit tali pusat
dengan klem DTT sekitar 3 cm dari dinding perut bayi
5. Melakukan IMD dengan letakkan bayi tengkurap di dada ibu
dengan kulit bayi bersentuhan langsung ke kulit ibu. Biarkan
kontak kulit ke kulit ini berlangsung setidaknya satu jam atau
lebih.
6. Memberitahu dan menganjurkan ibu untuk melakukan
perawatan payudara, cara menyusui, merawat bayi, merawat
tali pusat dan memandikan bayi. Membantu mengatasi masalah
laktasi besarkan hati ibu dan bantu ibu cari posisi yang sesuai
dan meletakkan bayinya dalam posisi yang nyaman dan benar,
memantau eadaan ibu dan bayi, tidak memberikan cairan atau
makan kecuali ada instruksi dari dokter. Tidak memeberikan
dot kepada bayi karena akan membuat bayi bingung puting.
7. Menjelaskan kepada keluarga apa yang akan dilakukan dan
tujuan pemberian obat tersebut, cuci tangan menggunakan
sabun dan air bersih mengalir, beri salep mata dalam satu garis
lurus mulai dari bagian mata yang paling dekat dengan hidung
bayi menuju kebagian luar mata, ujung tabung salep mata tidak
boleh menyentuh mata bayi, jangan menghapus salep mata dari
mata bayi dan anjurkan keluarga untuk tidak menghapus salep
tersebut.
105. 89
8. Semua bayi baru lahir harus diberikan vitamin K1 injeksi 1 mg
intramuskular setelah 1 jam kontak kulit kekulit dan bayi
selesai menyusu untuk mencegah perdarahan BBL akibat
defisiensi vitamin K yang dialami oleh sebagian BBL.
9. Bayi diberi munisasi hepatitis B bermanfaat untuk mencegah
infeksi hepatitis B terhadap bayi, terutama jalur penularan ibu-
bayi. Imunisasi hepatitis b pertama diberikan 1 jam setelah
pemberian vitamin K1 pada saat bayi berumur 2 jam.
10. Melakukan engukuran antropometri pada bayi yaitu: berat
badan bayi, panjang badan bayi, lingkar kepala, lingkar dada
dan ingkar lengan bayi.
11. Melakukan pemeriksaan bayi baru lahir: melihat keadaan
umun bayi, melihat kepala apakah pucat atau ada perdarahan
tali pusat, memeriksa adanya pengeluaran mekonium dan air
seni, menimbang bayi, menilai cara menyusu.
12. Memberitahu ibu untuk kunjungan ulang yaitu pada 1 minggu
selanjutnya atau jika terdapat masalah pada bayi.
c. Pembahasan
Berdasarkan tinjauan teori dan tinjauan kasus tidak terdapat
kesenjangan antara teori dan tinjauan kasus karena pelaksanaan asuhan
yang diberikan bidan terhadap BY. Ny. Y sesuai dengan teori yang
dipaparkan.
106. 90
4.7 Evaluasi
a. Menurut tinjauan teori
Merupakan tahap terakhir dalam manajemen kebidanan, yakni dengan
melakukan evaluasi dari perencanaan maupun pelaksanaan yang
dilakukan bidan.
Evaluasi sebagai bagian dari proses yang dilakukan secar terus
menerus untuk meningkatkan pelayanan secara komprehensif dan
selalu berubah sesuai dengan kondisi atau kebutuhan klien (Wildan, et.
All 2008; h.39).
b. Menurut tinjauan kasus
Pada kasus Ny. Y telah dilakukan penatalaaksanaan bayi segera
setelah lahir dan didapatkan hasil :
1. Pencegahan infeksi pada bayi telah dilakukan
2. Penilaian telah di lakukan dengan hasil warna kulit kemerahan,
menangis kuat, dan tonus otot aktif
3. Bayi telah dilakukan pencegahan kehilangan panas dengan
hasil kondisi bayi dalam keadaan baik
4. Asuhan tali pusat telah dilakukan bayi telah dilakukan
pemotongan dan pengikatan tali pusat
5. Inisiasi menyusu dini telah dilakukan
6. Manajemen laktasi telah dilakukan
107. 91
7. Pencehan infeksi mata telah dilakukan bayi telah diberi salep
mata
8. Pemberian vitamin K1 telah dilakukan bayi telah di injeksi
vitamin K1
9. Imunisasi HB-0 telah diberikan pada bayi
10. Bayi telah diukur antropometri dengn hasil sebagai berikut :
BB :3200 gram
PB :50 cm
LK : 33 cm
LD : 32 cm
Lila : 11 cm
11. Hasil dari pemeriksaan umum dan pemeriksaan fisik pada bayi
dalam keadaan nornal. Yang didapatkan hasil sebagai berikut :
Pernapasan :40 x/menit suhu axila : 36 °c warna kulit :
kemerahan turgor kulit : elastis denyut jantung : 140
x/menit
tonus otot : baik gerakan : aktif
Hasil pemeriksaan fisik:
a. Kepala
108. 92
Ubun –ubun : datar Caputsuccedaneum : tidak ada
Cepal haematoma : tidak ada
b. Muka : simetris kanan dan kiri
c. Mata
Simetris : simetris kanan dan kiri
Kelopak mata : tidak ada oedema
Secret : tidak ada
Konjungtiva : merah muda
Sklera : putih
d. Telinga
Simetris : simetris
Lubang ; ada
e. Hidung
Palatoskisis : tidak ada
Lubang : ada
Septum : ada
f. Mulut
109. 93
Sianosis : tidak ada
Mukosa : lembab
Labioskisis : tidak ada
g. Leher: tidak ada pembesaran
h. Klavikula dan lengan tangan
Gerakan : aktif
Jumlah jari : lengkap
i. Dada
Bentuk : simetris
Puting susu : ada
Auskultasi : tedengar lup dup
j. Abdomen
Tali pusat : tdak ada perdarahan
Kelainan : tidak ada
k. Genetalia
Laki- laki: testis sudah turun di skrotum, ada lubang
uretra, panjang penis 3 cm
110. 94
l. Anus : positif
m. Tungkai dan kaki : simetris kanan dan kiri
n. Gerakan : aktif
o. Jumlah jari lengkap normal
p. Punggung
Bentuk : simetris
Kelainan : tidak ada
q. Reflek
Moro :positif
Rooting : positif
Sucking :positif
Swalowing : positif
Graps : positif
Tonickneck : positif
Babinski : positif
12. Ibu mengerti kapan harus melakukan kunjungan ulang
111. 95
c. Pembahasan
Berdasarkan tinjauan teori dan tinjauan kasus diatas maka dapat
disimpulkan bahwa tidak terdapat kesenjangan karna evaluasi sudah
dilakukan sesuai dengan pelaksanaan.
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Setelah penulis melakukan Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir
Terhadap Bayi Ny. Y Segera Setelah Lahir di BPM Kartini Kampung Sawah
Bandar Lampung Tahun 2015 maka penulis mengambil beberapa kesimpulan
sebagai berikut:
5.1.1. Dalam melakukan Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir Terhadap
Bayi Ny.Y Segera Setelah Lahir penulis telah melakukan pengkajian
dengan baik. Pengkajian tersebut didapat dari hasil pengumpulan data
yaitu dari data subjektif dan data objektif. Data subjektif Ibu
112. 96
mengatakan senang atas kelahiran bayinya. Data objektif : warna kulit
kemerahan, tonus otot aktif, menangis kuat.
5.1.2. Penulis telah melakukan interpretasi data dengan menentukan diagnosa
kebidanan pada bayi baru lahir segera setelah lahir yaitu dengan
diagnosa Bayi cukup bulan segera setelah lahir.
5.1.3. Penulis tidak menemukan antisipasi masalah potensial seperti asfiksia,
hipotermi yang diakibatkan karena kurangnya pencegahan hipotermi
pada bayi. Bayi Ny.Y dalam keadaan baik dan bayi telah dilakukan
pencegahan hipotermi serta Ny.Y mengerti tentang konseling
pencegahan hipotermi.
5.1.4. Penulis tidak melakukan tindakan segera pada bayi Ny.Y karena
penulis tidak menemukan masalah potensial pada bayi Ny.Y.
5.1.5. Dalam kasus ini penulis telah memberikan rencana Asuhan Kebidanan
Pada Bayi Ny.Y Segera Setelah Lahir.
5.1.6. Dalam kasus ini penulis telah melaksanakan Asuhan Kebidanan Sesuai
dengan yang telah direncanakan.
5.1.7. Dalam kasus ini penulis telah melaksanakan evaluasi pada Bayi Ny.Y
Segera Setelah Lahir selama 6 jam .Hasil evaluasi : didapatkan hasil
yang normal dan bayi dalam keadaan sehat.
5.2. Saran
Berdasarkan hasil kesimpulan diatas, maka penulis dapat menyimpulkan
saran sebagai berikut:
113. 97
5.1.1. Bagi institusi pendidikan
Dengan disusunnya karya tulis ilmiah ini diharapkan Akbid Adila
untuk dapat menambah fasilitas seperti : Laboratorium komputer, dan
untuk melengkapi buku-buku perpustakaan sebagai informasi
referensi.
5.1.2. Bagi lahan praktek
Dengan disusunnya karya tulis ilmiah ini dapat dijadikan masukan dan
diharapakan untuk lahan praktek dapat meningkatkan pelayanan yang
ada dalam memberikan Asuhan kebidanan pada bayi segera setelah
lahir.
5.1.3. Bagi Masyarakat
Karya tulis ini diharapkan untuk masyarakat khususnya orang tua
mengerti dalam memberikan Asuhan yang baik terhadap bayi baru
lahir sesuai dengan Asuhan kebidanan yang diberikan di BPM,
sehingga komplikasi tidak akan terjadi apabila orang tua tanggap
terhadap masalah yang terjadi pada anaknya.
114. 98
DAFTAR PUSTAKA
Ambarwati, Eny Retna dan Wulandari Diah. 2008.Asuhan Kebidanan Nifas. Jakarta:
Mitra Cendika
Buku Acuan Pelatihan Klinik, 2008. Asuhan Persalinan Normal. Jakarta:JNPKR
Dewi, Vivian Nany Lia. 2010. Asuhan Noenatus Bayi Dan Anak Balita. Jakarta:
Salemba Medika
Estiwidani et. all,.2008.Konsep Kebidanan. Yogyakarta: fitramaya
Maryanti, Dwi et. all. 2011. Buku Ajar Neonatus, Bayi Dan Balita. Jakarta: Tim.
Muslihatun, wafi nur. 2010. Asuhan Neonatus Bayi Dan Balita. Yogyakarta:
Fitramaya.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2005. Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta: Rineka
Cipta.
Prawirohardjo, Sarwono. 2010. Ilmu kebidanan. Jakarta: Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
Profil Dinas Kesehatan Provinsi Lampung 2012.
Rukiyah, Ai Yeyeh dan Lia Yulianti. 2010. Asuhan Neonatus Bayi Dan Balita. Edisi
revisi. Jakarta: Tim.
Sulistyawati, Ari dan Nugraheny. 2012. Asuhan Kebidanan Pada ibu bersalin.
Jakarta: Salemba Medika..
115. 99
Sofyan et. all.2006.50 Tahun Ikatan Bidan Indonesia Bidan Menyongsong Masa
Depan. Jakarta: PP IBI
Wildan, muh dan Hidayat. 2008. Dokumentasi Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika.