SlideShare una empresa de Scribd logo
1 de 38
Descargar para leer sin conexión
IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN TEMATIK
UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN DASAR SISWA
               SEKOLAH DASAR




                      Oleh :
               H e s t y, S.Si.,M.Pd




     LEMBAGA PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN
      PROPINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG
               PANGKALPINANG
                       2008
DAFTAR ISI

                                                                                                              Halaman
Daftar Isi .........................................................................................................    2
Abstrak............................................................................................................     3
A. Pendahuluan .............................................................................................            3
B. Kajian Teori
     1. Konsep Pembelajaran Tematik .............................................................                       7
     2. Psikologi Gestalt sebagai Landasan Pengembangan Pembelajaran
           Tematik ...............................................................................................     8
     3. Perencanaan Pembelajaran Tematik .....................................................                          9
     4. Pelaksanaan Pembelajaran Tematik .....................................................                          9
     5. Mengevaluasi Pembelajaran Tematik ..................................................                           10
C. Hasil dan Pembahasan
     1. Hasil Implementasi Model Pembelajaran Tematik ...............................                                  11
     2. Pembahasan Hasil Penelitian ................................................................                   16
D. Simpulan dan Saran
     1. Simpulan ...............................................................................................       32
     2. Saran......................................................................................................    35
Lampiran-Lampiran




                                                                                                                        2
ABSTRAK

  IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN TEMATIK UNTUK
 MENINGKATKAN KEMAMPUAN DASAR SISWA SEKOLAH DASAR
                    Oleh : Hesty*

        Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran tentang penerapan
model pembelajaran tematik dalam perencanaan, pelaksanaan dan dampak dari
penerapan pembelajaran tematik beserta faktor-faktor pendukung dan penghambat
penerapan model pembelajaran tematik di kelas rendah.
        Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode penelitian tindakan
kelas di tiga sekolah dasar di Kabupaten Belitung Timur dengan kategori baik,
sedang dan kurang. Subyek penelitian adalah guru dan siswa kelas dua sekolah
dasar.
        Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa guru di sekolah baik, sedang
dan kurang memiliki kemampuan dalam menerapkan pembelajaran tematik.
Kemampuan guru ini mengalami peningkatan selama dilakukan ujicoba tindakan.
Aktivitas belajar siswa dalam kemampuan bertanya, mengeluarkan pendapat dan
bekerjasama juga mengalami peningkatan seiring dengan semakin meningkatnya
kemampuan guru dalam menerapkan model pembelajaran tematik. Penguasaan
siswa terhadap materi pembelajaran yang dilakukan di setiap akhir ujicoba
memperlihatkan peningkatan. Hal ini menunjukkan bahwa penerapan model
pembelajaran tematik tidak hanya memperbaiki dan meningkatkan proses
pembelajaran di kelas tetapi juga meningkatkan penguasaan siswa terhadap
materi pembelajaran. Walaupun hasil yang diperoleh di tiap sekolah berbeda-
beda. Perbedaan ini dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti kualitas guru,
karakteristik siswa, ketersediaan sarana dan prasarana serta faktor lingkungan
seperti kepemimpinan kepala sekolah. Penelitian ini juga menghasilkan model
pembelajaran tematik yang bersifat generik. Artinya model pembelajaran tematik
ini dimungkinkan untuk bisa diterapkan di sekolah lain yang minimal memiliki
karakteristik yang sama dengan sekolah berkategori kurang.

Kata kunci : implementasi, pembelajaran, model, tematik, sekolah dasar



A. Pendahuluan
      Berbagai hasil penelitian yang dilakukan oleh lembaga internasional
maupun data statistik nasional menunjukkan bahwa pendidikan dasar di Indonesia
belum menunjukkan hasil yang memuaskan.              Bank Dunia (1998) melaporkan
tentang hasil pengukuran indikator mutu secara kuantitatif pada Sekolah Dasar
(SD) di beberapa negara di Asia.           Hasilnya menunjukkan bahwa hasil tes
membaca murid kelas IV SD, Indonesia berada pada peringkat terendah di Asia




                                                                                3
Timur, berada di bawah Hongkong 75,5%, Singapura 74%, Thailand 65,1%,
Filifina 52,6% dan Indonesia 51,7%. Dari hasil penelitian ini disebutkan pula
bahwa para siswa di Indonesia hanya mampu menguasai 30% dari materi bacaan
dan mengalami kesulitan menjawab soal-soal berbentuk uraian yang memerlukan
penalaran. Data hasil pengukuran daya serap kurikulum siswa secara nasional oleh
Direktorat Pendidikan TK dan SD tahun 2000/2001 juga menunjukkan bahwa
rata-rata daya serap kurikulum secara nasional juga masih rendah, yaitu 5,1 untuk
lima mata pelajaran.
     Kondisi ini menunjukkan bahwa reformasi dalam sistem pendidikan
nasional kita sudah menjadi suatu keharusan yang tidak bisa ditunda lagi,
terutama pada jenjang pendidikan dasar yang menjadi landasan bagi
pengembangan pendidikan pada jenjang selanjutnya. Pendidikan dasar yang
menjadi landasan bagi pengembangan pendidikan di tingkat selanjutnya, haruslah
mampu berfungsi mengembangkan potensi diri peserta didik dan juga sikap serta
kemampuan dasar yang diperlukan peserta didik untuk hidup dalam masyarakat,
terutama untuk menghadapi perubahan-perubahan dalam masyarakat, baik dari
sisi ilmu pengetahuan, teknologi, sosial maupun budaya, di tingkat lokal maupun
global. Kemampuan dasar yang harus dimiliki peserta didik dan menjadi tujuan
utama dalam pembelajaran di sekolah dasar adalah kemampuan dalam membaca,
menulis dan berhitung atau sering kali disebut dengan istilah ”the 3Rs”.
     Upaya untuk meningkatkan proses pembelajaran harus dilaksanakan demi
tercapainya tujuan penyelenggaraan pendidikan dasar.            Karena inti dari
peningkatan mutu pendidikan adalah terjadinya peningkatan kualitas dalam proses
pembelajaran yang berlangsung di dalam kelas. Hasil penelitian yang dilakukan
oleh Blazely dkk, 1997 (Suderajat, 2002:3). menyebutkan bahwa proses
pembelajaran yang terjadi di sekolah masih banyak menggunakan pendekatan
pembelajaran yang kurang memperhatikan kebutuhan dan pengembangan potensi
siswa, serta cenderung bersifat sangat teoritik Peran guru masih sangat dominan
(teacher centered), dan gaya mengajar cenderung bersifat satu arah. Akhirnya,
proses pembelajaran yang terjadi hanya sebatas pada penyampaian informasi saja
(transfer of knowledge), kurang terkait dengan lingkungan sehingga siswa tidak



                                                                               4
mampu memanfaatkan konsep kunci keilmuan dalam proses pemecahan masalah
kehidupan yang dialami siswa sehari-hari. Kondisi inilah yang menurut pemerhati
tersebut yang menyebabkan rendahnya kemampuan membaca, menulis siswa SD
di Indonesia (Republika, 2 Maret 1999).
     Berdasarkan kondisi tersebut, pemerintah melalui Badan Standar Nasional
Pendidikan (BSNP), menetapkan pendekatan tematik sebagai pendekatan
pembelajaran yang harus dilakukan pada siswa Sekolah Dasar terutama pada
siswa kelas rendah (kelas I s.d III).     Menurut BSNP (2006:35) penetapan
pendekatan tematik dalam pembelajaran di SD dikarenakan perkembangan peserta
didik pada kelas rendah Sekolah Dasar, pada umumnya berada pada tingkat
perkembangan yang masih melihat segala sesuatu sebagai satu keutuhan (holistik)
serta baru mampu memahami hubungan antara konsep secara sederhana. Oleh
karena itu proses pembelajaran masih bergantung kepada objek konkret dan
pengalaman yang dialami secara langsung. Pembelajaran yang dilakukan dengan
mata pelajaran terpisah akan menyebabkan kurang mengembangkan anak untuk
berpikir holistik dan membuat kesulitan bagi peserta didik mengaitkan konsep
dengan kehidupan nyata mereka sehari-hari. Akibatnya, para siswa tidak mengerti
manfaat dari materi yang dipelajarinya untuk kehidupan nyata. Sistem pendidikan
seperti ini membuat manusia berpikir secara parsial, terkotak-kotak, yang menurut
David Orr dalam (Megawangi, 2005) adalah akar dari permasalahan yang ada.
Penetapan pendekatan tematik dalam proses pembelajaran juga diharapkan dapat
menjembatani pendidikan yang telah dialami anak di Taman Kanak-Kanak (TK),
sehingga dapat menekan angka mengulang kelas yang masih tinggi terutama pada
kelas rendah.
     Strategi   pembelajaran    dengan    menggunakan      pendekatan    tematik
(selanjutnya disebut pembelajaran tematik) sebenarnya telah diisyaratkan sejak
kurikulum 1994, akan tetapi karena keterbatasan kemampuan guru, baik yang
disebabkan oleh proses pendidikan yang dilaluinya maupun kurangnya pelatihan
tentang pembelajaran tematik mengakibatkan pembelajaran dengan menggunakan
pendekatan tematik tidak dapat diwujudkan dengan baik. Terlebih lagi disadari,
bahwa penerapan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan ini memerlukan



                                                                               5
persiapan yang tinggi dari guru, dalam hal waktu, sumber, bahan ajar, serta
perangkat pendukung lainnya. Oleh karena itu penelitian tentang implementasi
model pembelajaran tematik di kelas rendah Sekolah Dasar beserta faktor-faktor
yang mempengaruhi keberhasilannya, terutama untuk meningkatkan kemampuan
dasar siswa SD dalam membaca, menulis dan berhitung, sangat diperlukan.
     Berdasarkan pemikiran di atas, penelitian ini diarahkan pada implementasi
model pembelajaran tematik yang dapat memperbaiki dan meningkatkan proses
pembelajaran serta meningkatkan kemampuan dasar siswa Sekolah Dasar.
Implementasi model pembelajaran tematik dibatasi oleh (1) desain, pelaksanaan
dan evaluasi model pembelajaran tematik yang akan digunakan beserta faktor-
faktor yang mempengaruhinya, (2) penerapan model pembelajaran tematik yang
dilakukan oleh guru di kelas II SD, dan (3) dampak dari penerapan model
pembelajaran tematik terhadap kemampuan dasar siswa kelas II SD.
     Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengetahui langkah-langkah dalam
mendesain model pembelajaran tematik di Sekolah Dasar (2) mengetahui
pelaksanaan model pembelajaran tematik di Sekolah Dasar, (3) mengetahui hasil
belajar hasil belajar yang diperoleh siswa selama penerapan model pembelajaran
tematik, serta (4) mengetahui faktor pendukung dan penghambat dalam penerapan
model pembelajaran tematik untuk meningkatkan kemampuan dasar siswa
Sekolah Dasar.    Penelitian dilakukan dengan menggunakan desain penelitian
tindakan kelas yang dilaksanakan di tiga sekolah dasar dengan kategori, baik,
sedang dan kurang. Subyek penelitian ini adalah guru dan siswa kelas II di tiga
Sekolah Dasar di wilayah Kecamatan Manggar, Kabupaten Belitung Timur.
Pengumpulan data dilakukan melalui observasi, kuisioner, wawancara dan studi
dokumentasi. Data yang dikumpulkan terutama berhubungan dengan tahap
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pembelajaran           tematik. Data yang
terkumpul kemudian dianalisis secara kualitatif dan kuantitatif




                                                                              6
B. Kajian teori

1.   Konsep Pembelajaran Tematik
        Penetapan pendekatan tematik dalam pembelajaran di kelas rendah oleh
Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) ini tidak lepas dari perkembangan
akan konsep pembelajaran terpadu. Menilik perkembangan konsep pendekatan
terpadu di Indonesia, pada saat ini model pembelajaran yang dipelajari dan
berkembang adalah model pembelajaran terpadu yang dikemukakan oleh Fogarty
(1990). Model pembelajaran terpadu yang dikemukakan oleh Fogarty ini berawal
dari konsep pendekatan interdisipliner yang dikembangkan oleh Jacob (1989).
       Jacob (1989) dan Fogarty (1991) berpendapat bahwa wujud penerapan
pendekatan           integratif        itu       bersifat      rentangan       (continuum).      Jacob
menggambarkannya sebagai berikut.

Discipline       Parallel           Cross-               Multi-         Inter-      Integrated   Complete
 based          Discipline        disciplinary        disciplinary   Disciplinary      Day       Program




       Gambar 1. Rentang penerapan pendekatan integratif menurut Jacob (1989)
                  dan Fogarty (1991)

       Bertolak dari konsep PI yang dianut Jacob tersebut,                           Fogarty (1991)
menyatakan bahwa ada 10 model integrasi pembelajaran, yaitu model fragmented,
connected, nested, sequenced, shared, webbed, threaded, integrated, immersed,
dan networked. Model-model itu merentang dari yang paling sederhana hingga
yang paling rumit, mulai dari separated-subject sampai eksplorasi keterpaduan
antar aspek dalam satu bidang studi (model fragmented, connected, nested), model
yang menerpadukan antar berbagai bidang studi (model sequenced, shared,
webbed, threaded, integrated), hingga menerpadukan dalam diri pembelajar
sendiri dan lintas pembelajar (model immersed dan networked).
             Adapun karakteristik dari pembelajaran tematik ini menurut Tim
Pengembang PGSD (1997:3-4) adalah : (1) Holistik, suatu gejala atau peristiwa




                                                                                                     7
yang menjadi pusat perhatian dalam pembelajaran tematik diamati dan dikaji dari
beberapa bidang studi sekaligus, tidak dari sudut pandang yang terkotak-kotak.
(2) Bermakna, pengkajian suatu fenomena dari berbagai macam aspek,
memungkinkan terbentuknya semacam jalinan antar skemata yang dimiliki oleh
siswa, yang pada gilirannya nanti, akan memberikan dampak kebermaknaan dari
materi yang dipelajari; (3) Otentik, pembelajaran tematik memungkinkan siswa
memahami secara langsung konsep dan prinsip yang ingin dipelajari. (4) Aktif,
pembelajaran tematik dikembangkan dengan berdasar kepada pendekatan
diskoveri inkuiri dimana siswa terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran,
mulai dari perencanaan, pelaksanaan, hingga proses evaluasi.


2. Psikologi Gestalt sebagai Landasan Pengembangan Pembelajaran
   Tematik

     Berhasilnya suatu proses pendidikan, bergantung pada proses pembelajaran
yang terjadi di sekolah. Kemampuan guru yang berhubungan dengan pemahaman
guru akan hakekat belajar akan sangat mempengaruhi proses pembelajaran yang
berlangsung. Guru yang memiliki pemahaman hakekat belajar sebagai proses
mengakumulasi pengetahuan maka proses pembelajaran yang terjadi hanyalah
sekedar pemberian sejumlah informasi yang harus dihapal siswa. Sebaliknya,
apabila pemahaman guru tentang belajar adalah proses memperoleh perilaku
secara keseluruhan, proses pembelajaran yang terjadi mencerminkan suatu
kesatuan yang mengandung berbagai persoalan untuk dipahami oleh anak secara
keseluruhan dan terpadu. Seperti yang diungkapkan oleh Surya (2002:84) bahwa
belajar adalah suatu proses yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu
perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari
pengalaman individu itu sendiri dalam interaksinya dengan lingkungannya.
     Dari definisi akan hakekat belajar di atas dapat diketahui bahwa landasan
pengembangan pembelajaran tematik secara psikologis adalah merunut pada teori
belajar gestalt.   Gestalt berasal dari bahasa Jerman yang berarti ’whole
configuration’ atau bentuk yang utuh, pola, kesatuan dan keseluruhan. Teori ini
memandang kejiwaan manusia terikat pada pengamatan yang berwujud pada



                                                                              8
bentuk menyeluruh. Menurut teori belajar ini seorang belajar jika ia mendapat
”insight”. Insight itu diperoleh bila ia melihat hubungan tertentu antara berbagai
unsur dalam situasi itu, sehingga hubungan itu menjadi jelas baginya dan
demikian memecahkan masalah itu (Nasution, 2004; Slameto, 2003)
3. Perencanaan Pembelajaran Tematik
     Model pembelajaran tematik merupakan model pembelajaran yang
pengembangannya dimulai dengan menentukan topik tertentu sebagai tema atau
topik sentral, setelah tema ditetapkan maka selanjutnya tema itu dijadikan dasar
untuk menentukan dasar sub-sub tema dari bidang studi lain yang terkait (Fogarty,
1991 : 54). Penentuan tema dapat dilakukan oleh guru melalui tema konseptual
yang cukup umum tetapi produktif.       Dapat pula ditetapkan dengan negosiasi
antara guru dengan siswa, atau dengan cara diskusi sesama siswa. Alwasilah, dkk
(1998:16) menyebutkan bahwa tema dapat diambil dari konsep atau pokok
bahasan yang ada disekitar lingkungan siswa, karena itu tema dapat
dikembangkan berdasarkan minat dan kebutuhan siswa yang bergerak dari
lingkungan terdekat siswa dan selanjutnya beranjak ke lingkungan terjauh siswa.
Berikut ini ilustrasi yang diberikan dalam penentuan tema.


                                          Lingkungan Luar Sekolah
                                             Lingkungan
                                                  Lingkungan Rumah
                                                     Lingkungan terdekat
                                                     siswa
                                                     (j i di i i  )




                       Gambar 2. Pengembangan Tema



4. Pelaksanaan Pembelajaran Tematik
     Tahap ini merupakan pelaksanaan kegiatan proses belajar mengajar sebagai
unsur inti dari aktivitas pembelajaran, yang dalam pelaksanaannya disesuaikan
dengan rambu-rambu yang telah disusun dalam perencanaan sebelumnya.
Pelaksanaan pelambelajaran tematik diterapkan ke dalam tiga langkah



                                                                                9
pembelajaran yaitu (1) Kegiatan awal bertujuan untuk menarik perhatian siswa,
menumbuhkan motivasi belajar siswa,dan memberikan acuan atau rambu-rambu
tentang pembelajaran yang akan dilakukan (Sanjaya, W., 2006:41) ; (2) Kegiatan
inti, merupakan kegiatan pokok dalam pembelajaran.            Dimana dilakukan
pembahasan terhadap tema dan subtema melalui berbagai kegiatan belajar dengan
menggunakan multi metode dan media sehingga siswa mendapatkan pengalaman
belajar yang bermakna. Pada waktu penyajian dan pembahasan tema, guru dalam
penyajiannya sehendaknya lebih berperan sebagai fasilitator (Alwasilah:1988); (3)
Kegiatan akhir, dapat diartikan sebagai kegiatan yang dilakukan oleh guru untuk
mengakhiri pelajaran dengan maksud untuk memberikan gambaran menyeluruh
tentang apa yang telah dipelajari siswa serta keterkaitannya dengan pengalaman
sebelumnya, mengetahui tingkat keberhasilan siswa serta keberhasilan guru dalam
pelaksanaan proses pembelajaran.


5. Mengevaluasi Pembelajaran Tematik
      Menurut Raka Joni (1996 : 16), bahwa pada dasarnya evaluasi dalam
pembelajaran tematik tidak berbeda dari evaluasi untuk kegiatan pembelajaran
konvensional. Oleh karena itu, semua asas-asas yang perlu diindahkan dalam
pembelajaran konvensional berlaku pula bagi penilaian pembelajaran tematik.
Bedanya dalam evaluasi pembelajaran tematik lebih menekankan pada aspek
proses dan usaha pembentukan efek iringan (nurturant effect) seperti kemampuan
bekerja sama, tenggang rasa dan sebagainya. Menurut Pusat Kurikulum (2002),
penilaian siswa di kelas I dan II SD belum mengikuti aturan penilaian seperti mata
pelajaran lain, mengingat anak kelas I SD belum semua lancar membaca dan
menulis, maka cara penilaian di kelas I tidak ditekankan pada penilaian secara
tertulis.




                                                                               10
C. Hasil dan Pembahasan
1. Hasil Implementasi Model Pembelajaran Tematik
Persiapan perencanaan tindakan
     Perencanaan tindakan dirancang berdasarkan hasil studi awal di sekolah
yang akan dijadikan lokasi penelitian penerapan model pembelajaran tematik di
kelas II Sekolah Dasar. Berdasarkan hasil studi awal diketahui bahwa guru yang
akan menjadi mitra peneliti dalam penelitian implementasi model pembelajaran
tematik untuk meningkatkan kemampuan dasar siswa Sekolah Dasar, baik pada
sekolah kategori baik, sedang mapun kurang belum memiliki pemahaman yang
cukup tentang pembelajaran tematik. Selain itu, pendekatan pembelajaran yang
dilakukan di kelas II masih menggunakan pendekatan bidang studi walaupun
kurikulum yang digunakan sebagai pedoman pembelajaran di kelas II saat ini
adalah kurikulum 2004 (kurikulum berbasis kompetensi). Artinya guru belum
pernah menerapkan model pembelajaran tematik di kelas. Oleh karena itu, untuk
menyamakan persepsi tentang pembelajaran tematik antara guru dengan peneliti
dilakukan pembekalan tentang pembelajaran tematik, yang menyangkut
perencanaan dan penerapan pembelajaran tematik di kelas. Setelah dilakukan
pembekalan terhadap guru, dilakukan diskusi untuk membuat rencana dan jadwal
tindakan di masing – masing sekolah kategori baik, sedang dan kurang.
       Pada tahap awal perencanaan tindakan dilakukan analisis terhadap standar
kompetensi dasar (SKD) dan kompetensi dasar (KD) pada mata pelajaran yang
akan dipadukan. Berdasarkan hasil analisis SKD dan KD ditentukan tema yang
akan diangkat sebagai pemadu / pengait antara mata pelajaran yang akan
dipadukan. Setelah dilakukan diskusi antara guru dan peneliti, disepakati tema
yang diangkat adalah tentang permainan, rekreasi dan kegemaran. Pelaksanaan
tindakan akan dilakukan secara paralel di sekolah kategori baik, sedang dan
kurang. Perencanaan pembelajaran tematik dirancang oleh guru bersama-sama
dengan peneliti dan diujicobakan pada sekolah berkategori baik, sedang maupun
kurang (RPP terlampir)




                                                                            11
Pelaksanaan Ujicoba Tindakan di Sekolah
     Berdasarkan hasi ujicoba yang telah dilaksanakan sebanyak lima kali
putaran diketahui bahwa dalam penerapan model pembelajaran tematik di sekolah
kategori baik, sedang dan kurang secara umum memiliki pola peningkatan
perbaikan yang sama pada tiap ujicoba. Pola peningkatan perbaikan ini dapat
dilihat dari kemampuan guru dalam mengimplementasikan model pembelajaran
tematik maupun kemajuan aktivitas belajar siswa selama dilakukannya ujicoba.
Adapun alur implementasi model pembelajaran tematik yang terjadi di setiap
sekolah, dari desain, implementasi dan evaluasi pembelajaran secara umum
seperti yang ditunjukkan pada bagan di bawah ini.




                                                                           12
AWAL TINDAKAN                                                PERTENGAHAN TINDAKAN                                                  AKHIR TINDAKAN
Disain :                                                           Disain :                                                         Disain :
Tema       : Permainan                                             Tema       : Rekreasi                                            Tema      : Kegemaran
Waktu      : 5 JPL (1 x 35 menit)                                  Waktu      : 10 JPL (1 x 35 menit)                               Waktu     : 5 JPL (1 x 35 menit)
     C. I. Indikator (Tujuan Pembelajaran Khusus)                       B. I. Indikator (Tujuan Pembelajaran Khusus)                     A. I. Indikator (Tujuan Pembelajaran Khusus)
     Dikembangkan dari materi pelajaran Bahasa Indonesia,              Dikembangkan dari materi pelajaran Bahasa Indonesia,             Dikembangkan dari materi pelajaran Bahasa Indonesia, dan
     Matematika, IPA dan PKnPs                                         Matematika, IPA, IPS dan PKnPs dengan pertimbangan waktu         Matematika dengan mempertimbangkan waktu dan
II.      Organisasi Materi                                         II. Organisasi Materi                                                kedalaman materi
      Keterkaitan dengan tema dan indikator                             Keterkaitan dengan tema dan indikator                       II. Organisasi Materi
III.     Langkah pembelajaran                                      III. Langkah pembelajaran                                             Keterkaitan dengan tema dan indikator
2. Kegiatan awal                                                   1. Kegiatan awal                                                 III. Langkah pembelajaran
      Tanya jawab diarahkan pada tema                                   Tanya jawab diarahkan pada tema dengan menggali             1. Kegiatan awal
      Guru menjelaskan tujuan pembelajaran dan kegiatan                 pengalaman dari siswa                                            Tanya jawab diarahkan pada tema dengan menggali
      pembelajaran yang akan dilakukan                                  Guru menjelaskan tujuan pembelajaran dan kegiatan                pengalaman dari siswa
3. Kegiatan inti                                                        pembelajaran yang akan dilakukan                                 Guru menjelaskan tujuan pembelajaran dan kegiatan
      Aktivitas guru fokus pada kemampuan guru memadukan           2. Kegiatan inti                                                      pembelajaran yang akan dilakukan
      materi pembelajaran yang terkait                                  Aktivitas guru fokus pada kemampuan guru memadukan          2. Kegiatan inti
      Aktivitas pembelajaran siswa fokus pada kemampuan                 materi pembelajaran yang terkait dan membangkitkan               Aktivitas guru fokus pada kemampuan guru memadukan
      bercerita                                                         motivasi siswa                                                   materi pembelajaran dan meningkatkan peran aktif siswa
4. Kegiatan akhir                                                       Aktivitas pembelajaran siswa fokus pada bermain peran            Aktivitas pembelajaran siswa fokus        pada kemampuan
      Bersama-sama siswa guru membuat kesimpulan                   3. Kegiatan akhir                                                     bercerita dan menulis pengalaman
      Melakukan postest                                                 Bersama-sama siswa guru membuat kesimpulan.                 3. Kegiatan akhir
Implementasi :                                                          Melakukan postest                                                Bersama-sama siswa guru membuat kesimpulan
1. Kegiatan awal                                                   Implementasi :                                                        Melakukan postest
       Guru belum menyampaikan tema, tujuan dan kegiatan           1. Kegiatan awal                                                 Implementasi :
       pembelajaran                                                      Guru sudah menyampaikan tema, tujuan dan kegiatan          1. Kegiatan awal
2. Kegiatan inti                                                         pembelajaran                                                     Guru menyampaikan tema, tujuan dan kegiatan
         Guru belum menggunakan pertanyaan pemandu                 2. Kegiatan inti                                                       pembelajaran
         Guru mulai mengaitkan materi pembelajaran dengan                  Guru mulai menggunakan pertanyaan pemandu                2. Kegiatan inti
         kehidupan anak sehari-hari                                        Guru mengaitkan materi pembelajaran dengan kehidupan             Guru terbiasa menggunakan pertanyaan pemandu
         Sistematika penyampaian konsep masih terkesan                     anak sehari-hari                                                 Guru terbiasa mengaitkan materi pembelajaran dengan
         melompat-lompat (terpisah).                                       Sistematika penyampaian konsep mulai menyatu                     kehidupan anak sehari-hari
         Siswa belum mempunyai keberanian untuk bercerita di               Siswa bermain peran cukup baik                                   Guru terbiasa menyampaikan pembelajaran menggunakan
         depan kelas.                                                      Siswa mulai mempunyai keberanian untuk bertanya dan              tema dan mulai berperan sebagai fasilitator
3. Kegiatan akhir                                                          mengungkapkan pendapat                                           Siswa terlibat aktif dalam pembelajaran dengan berani
         Guru tidak memberikan kesimpulan akhir pembelajaran       3. Kegiatan akhir                                                        untuk bertanya dan mengungkapkan pendapat
         Guru memberikan postest                                           Guru memberikan kesimpulan akhir pembelajaran                    Guru memberikan penguatan terhadap hasil kerja
Refleksi:                                                                  Guru memberikan postest                                          kelompok siswa
      Guru masih terlihat kaku.       Penyampaian materi masih     Refleksi:                                                        3. Kegiatan akhir
      terkesan terpisah-pisah dan tidak fokus.                          Guru tidak lagi terlihat kaku.      Penggunaan pertanyaan           Guru memberikan kesimpulan akhir pembelajaran
      Keberanian siswa untuk bercerita di depan kelas belum             pemandu belum optimal.                                              Guru memberikan postest
      muncul. Aktifitas belajar siswa dalam kelompok terlihat           Siswa mulai berani bertanya dan mengungkapkan pendapat.     Refleksi:
      menunjukkan kegairahan.                                           Kemampuan untuk berjasama dalam kelompok juga mulai              Guru mulai terbiasa melaksanakan pembelajaran tematik.
Umpan Balik                                                             terjalin.                                                        Metode pembelajaran yang berpusat pada siswa, membuat
      Penentuan indikator pembelajaran mempertimbangkan            Umpan Balik                                                           siswa lebih aktif dalam mengikuti pembelajaran
      waktu                                                          Penentuan indikator pembelajaran mempertimbangkan waktu        Umpan Balik
      Guru dibiasakan menyampaikan tujuan pembelajaran               Guru harus memperbanyak memberikan penguatan dan                    Penentuan indikator pembelajaran mempertimbangkan
      Guru harus mengembangkan kemampuan bertanya                    penghargaan kepada siswa.                                           waktu dan kedalaman materi
      Guru harus memperbanyak contoh yang terkait dengan             Guru harus memberikan kesempatan kepada siswa yang pasif            Guru harus membiasakan menempatkan siswa sebagai
      kehidupan                                                      untuk terlibat aktif dalam pembelajaran                             subyek pembelajaran.
      Guru harus membuat kesimpulan di akhir pembelajaran.


                                                                 Gambar 3. Bagan Alur Implementasi Model Pembelajaran Tematik Secara Umum
Dampak Penerapan Model Pembelajaran Tematik
      Dampak penerapan model pembelajaran tematik dilihat dari kualitas
pembelajaran dan hasil belajar siswa.        Dampak dari penerapan model
pembelajaran tematik dari kualitas pembelajaran lebih ditekankan pada aktivitas
belajar siswa, karena orientasi dari pembelajaran tematik yang bersifat student
oriented. Aktivitas belajar siswa terutama dilihat dari kemampuan siswa dalam
bertanya, mengungkapkan pendapat dan bekerjasama dalam kerja kelompok.
Berdasarkan hasil observasi terhadap aktivitas belajar siswa yang diperoleh
selama ujicoba kesatu sampai kelima di sekolah kategori baik, sedang maupun
kurang menunjukkan terjadinya peningkatan. Peningkatan aktivitas belajar siswa
ini terutama terlihat dari rasa keingintahuan siswa ketika guru melontarkan
pertanyaan pemandu. Seperti ilustrasi percakapan yang terjadi di sekolah baik
berikut ini.
      Guru     : ”Apakah yang selalu mengikuti kita ketika berjalan di bawah
                   sinar matahari ?”
      Siswa    : ”Bayang-bayang Bu... (sebagian siswa langsung menjawab
                  pertanyaan)
      Guru     : ”Betul tidak bayangan...?” (guru melontarkan pertanyaan balik
                  kepada siswa)
      Siswa    : ”Ya Bu....(sebagian siswa menjawab sebagian lagi tampak
                  diam).
      Guru     : ”Baik..nanti kita buktikan bersama-sama betul tidak yang
                  mengikuti kita jika sedang berjalan di bawah sinar matahari
                  adalah bayang-bayang.”
      Siswa    : (tiba-tiba seorang siswa langsung bertanya).”Dimana kita
                  melihat bayang-bayang itu, Bu.”
      Guru     : ”Kita nanti akan melakukan percobaan membuktikan adanya
                  bayang yang terbentuk di halaman sekolah.”

      Ketika siswa melakukan kerja kelompok, terlihat siswa juga banyak
melontarkan pertanyaan kepada guru seperti ”Kenapa bayangan kapur tidak ada
waktu senternya diletakkan mendatar, Bu?”, ”Air hujan di dalam kolam depan
kelas itu termasuk lingkungan buatan apa bukan Bu?”.
      Kemampuan siswa dalam mengekspresikan pendapat mereka juga semakin
meningkat.     Hal ini terlihat ketika guru meminta mereka untuk menuliskan
pengalaman mereka ketika berlibur. Berikut ini cuplikan tulisan siswa tentang
pengalaman mereka ketika berlibur.
     ”Saya pernah pergi ke Puri Indah. Saya pergi dengan Bapak Ibu Adik saya.
     Nama saya Andre. Nama keluarga saya ibu yanti ayah wawan. Saya pergi
     naik mobil. Sudah sampai saya meminjam pelampung dan saya mandi. Di
     sana airnya tidak dalam dan banyak orang. Setelah mandi saya kedinginan.
     Setelah itu saya pakai baju sudah pakai baju saya makan di kantin.
     Makanannya enak lo setelah ke puri indah saya pulang. Di rumah saya
     mandi kan dingin setelah mandi saya tidur. Sampai disini ya ceritanya .

Kemampuan siswa dalam memberikan pendapat juga sudah mulai memberikan
alasan yang tidak terduga seperti, ”Saya pernah ke Pantai Bukit Batu. Di sana
ramai dan banyak orangnya. Kami senang sekali karena banyak orang yang
mengenali kami.”


      Peningkatan aktivitas belajar siswa ini seiring dengan terjadinya
peningkatan kemampuan guru dalam menerapkan pembelajaran tematik.
Peningkatan kemampuan guru di sekolah baik, sedang maupun kurang dalam
menerapkan pembelajaran tematik dapat dilihat pada grafik di bawah ini :

                                    Kemampuan Guru Mengimplementasikan
                                           Pembelajaran Tematik

                               60
                                                                               48 50        49 50
         Rata-rata Kemampuan




                               50                                 46 47                             44
                                                        41                             43
                                         38        38                     39
                               40   35                                                                     Baik
                                                             32
                  Guru




                                              27
                               30                                                                          Sedang
                               20                                                                          Kurang

                               10
                               0
                                         1              2            3            4            5
                                                                  Ujicoba


       Grafik 1. Kemampuan Guru Mengimplementasikan                                                 Pembelajaran
                 Tematik di Tiap Sekolah




                                                                                                              15
Begitu pula halnya dengan dampak penerapan model pembelajaran tematik
terhadap hasil belajar siswa, menunjukkan terjadinya peningkatan penguasaan
siswa terhadap materi pembelajaran yang dilakukan selama penerapan model
pembelajaran tematik, seperti terlihat pada grafik di bawah ini :

                                        Hasil Belajar Siswa di Setiap Sekolah

                          90                         81,3             81,7           83,1             85,6
                                                                                               80,8
                               78,1 77,5      78,2             78,3           79,1
                          80
                                                                                            66,7             67,2
                          70               62,3                              66,1
                                                            63,3
        Nilai Rata-rata




                          60
                                                                                                                    Baik
                          50
                          40
                                                                                                                    Sedang
                          30                                                                                        Kurang
                          20
                          10
                          0
                                    1                 2                3              4               5
                                                                   Ujicoba


     Grafik 2. Hasil Belajar Siswa Selama Ujicoba di Setiap Sekolah


2. Pembahasan Hasil Penelitian
Desain Model Pembelajaran Tematik
     Pengembangan desain model pembelajaran tematik yang digunakan dalam
penelitian ini mengacu pada model pembelajaran tematik yang dikeluarkan oleh
Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP). Model pembelajaran ini oleh BSNP
dikembangkan dari model teoritik yang diperkenalkan oleh Fogarty (1991).
Berikut ini langkah-langkah pengembangan desain model pembelajaran tematik
yang telah diujicobakan.
a. Pemetaan Kompetensi Dasar
     Kegiatan pemetaan ini dilakukan untuk memperoleh gambaran secara
menyeluruh dan utuh akan semua standar kompetensi, kompetensi dasar dan
indikator dari berbagai mata pelajaran yang dipadukan dalam tema yang dipilih.
Kegiatan yang dilakukan dalam tahapan ini adalah :




                                                                                                                             16
1) Penjabaran Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) ke
   dalam Indikator
     Pada    penjabaran   SK    dan   KD    ke   dalam    indikator   yang   perlu
dipertimbangkan adalah kesesuaian antara indikator dengan karakteristik peserta
didik dan mata pelajaran. Selain itu juga indikator harus dirumuskan dalam kata
kerja operasional yang terukur dan atau dapat diamati.
2) Menentukan Tema
     Menurut BSNP (2006) cara untuk menentukan tema dapat dilakukan dengan
dua cara yaitu (1) mempelajari SK dan KD yang terdapat dalam masing-masing
mata pelajaran, dilanjutkan dengan menentukan tema yang sesuai; dan (2)
menetapkan terlebih dahulu tema-tema pengikat keterpaduan, untuk menentukan
tema tersebut, guru dapat bekerjasama dengan peserta didik sehingga sesuai
dengan minat dan kebutuhan anak.
     Berdasarkan hasil ujicoba selama penelitian, baik di sekolah kategori baik
sedang maupun kurang, tema yang dirancang ditentukan oleh guru berdasarkan
hasil analisis terhadap standar kompetensi dan kompetensi dasar. Guru belum
mengikutkusertakan siswa dalam penentuan tema, akan tetapi guru pada sekolah
baik dan sedang sudah memiliki kemampuan yang cukup baik dalam
mengeksplorasi tema dari pengalaman siswa. Pada sekolah kurang, dominasi
guru masih terlihat ketika guru melakukan tanya jawab atau mengeksplorasi
pengalaman siswa terkait dengan tema. Guru masih sering mengarahkan jawaban
siswa pada satu jawaban bahkan memberikan tanggapan yang negatif terhadap
pendapat siswa.
     Penentuan tema dilakukan berdasarkan minat dan kedekatan tema tersebut
dengan diri dan lingkungan siswa. Menurut Meinbach, dkk (1995) penentuan
tema dapat berasal dari berbagai sumber, di antaranya :
   Topik-topik yang ada dalam kurikulum (Kompetensi Dasar) Contohnya :
   binatang-binatang, pengenalan musim, cuaca, tanaman, hidup sehat, matahari
   dan bulan, mesin sederhana, cahaya dan panas, bertetangga, bermasyarakat,
   transportasi, kehidupan keluarga, tumbuh menjadi besar dan berolahraga



                                                                               17
Isu-isu yang langsung menimpa diri siswa. Contohnya : pekerjaan rumah,
   kejadian dalam keluarga, saudara kandung, aturan-aturan, masalah sampah
   Masalah-masalah yang lebih cenderung kepada sesuatu yang sifatnya umum.
   Contohnya : penggunaan energi, kriminalitas, sumber-sumber alamiah,
   lingkungan dan makanan
   Kejadian khusus. Contohnya :        ulang tahun, liburan, nonton sirkus dan
   perjalanan wisata.
   Minat siswa, berkenaan dengan kegemaran atau aktivitas. Contohhnya : teman
   dan tetangga, liburan, eksplorasi ruang angkasa, naik pesawat terbang atau
   kapal laut, sesuatu yang menakutkan siswa, alam laut atau pegunungan dan
   tema-tema yang berasal dari film (dinosaurus, monster, shark).
   Ketertarikan pada bacaan. Contohnya : kisah petualangan, fiksi, puisi, kisah
   misteri, cerita-cerita dongeng, cerita-cerita olah raga, dan buku-buku dari
   penulis favorit
   Lebih lanjut Meinbach, dkk (1995) menyatakan beberapa prinsip yang harus
   diperhatikan dalam pemilihan tema, yaitu :
   Tidak terlalu luas, namun dengan mudah dapat digunakan untuk memadukan
   banyak bidang studi
   Memperhatikan lingkungan yang terdekat dengan siswa.
   Bermakna, maksudnya bahwa tema yang dipilih untuk dikaji harus
   memberikan bekal bagi siswa untuk belajar selanjutnya
   Tema yang dipilih harus memungkinkan terjadinya proses berpikir pada diri
   siswa.
   Ruang lingkup tema disesuaikan dengan usia dan tingkat perkembangan
   psikologis anak, termasuk minat kebutuhan dan kemampuannya.
3) Identifikasi dan Analisis Standar Kompetensi (SK), Kompetensi Dasar
   (KD) dan Indikator
     Melakukan identifikasi dan analisis untuk setiap SK, KD dan indikator yang
cocok untuk setiap tema sehingga semua SK, KD dan indikator terbagi habis,
akan tetapi jika terdapat kompetensi yang tidak tercakup pada tema tertentu tetap
diajarkan melalui tema lain ataupun disajikan secara tersendiri. Artinya untuk SK,



                                                                               18
KD dan indikator yang tidak dapat dipadukan dengan mata pelajaran lain
disajikan secara tersendiri.
      Selain   itu   pula      dimungkinkan   untuk   dilakukannya   penggabungan
kompetensi dasar lintas semester, dengan tetap memperhatikan organisasi materi
pelajaran yang diberikan kepada siswa.
b. Menetapkan Jaringan Tema
      Jaringan tema dibuat untuk menghubungkan KD dan indikator dengan tema
pemersatu. Dengan jaringan tema tersebut akan terlihat kaitan antara tema, KD
dan indikator dari setiap mata pelajaran. Jaringan tema ini dikembangkan sesuai
dengan alokasi waktu setiap tema.
c. Penyusunan Silabus
      Hasil seluruh proses yang telah dilakukan pada tahap-tahap sebelumnya
dijadikan dasar dalam penyusunan silabus. Komponen silabus terdiri dari SK,
KD, indikator, pengalaman belajar, alat/sumber dan penilaian
d. Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
      RPP merupakan realisasi dari pengalaman belajar siswa yang telah
ditetapkan dalam silabus pembelajaran. Komponen RPP tematik meliputi :
    Identitas mata pelajaran (nama mata pelajaran yang akan dipadukan, kelas,
    semester dan waktu/banyaknya jam pertemuan yang alokasikan).
    Kompetensi dasar dan indikator yang akan dilaksanakan.
    Materi pokok beserta uraiannya yang perlu dipelajari siswa dalam rangka
    mencapai kompetensi dasar dan indikator.
    Strategi pembelajaran (kegiatan pembelajaran secara konkret yang harus
    dilakukan siswa dalam berinteraksi dengan materi pembelajaran dan sumber
    belajar untuk menguasai kompetensi dan indikator. Kegiatan ini tertuang
    dalam kegiatan pembukaan, inti dan penutup)
    Alat dan media yang digunakan untuk memperlancar pencapaian kompetensi
    dasar, serta sumber bahan yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran
    tematik sesuai dengan KD yang harus dikuasai.




                                                                               19
Penilaian dan tindak lanjut (prosedur dan instrumen yang akan digunakan
   untuk menilai pencapaian belajar peserta didik serta tindak lanjut hasil
   penilaian).


Pelaksanaan Pembelajaran Tematik
     Pelaksanaan       pembelajaran   tematik   merupakan   inti   dari   aktivitas
pembelajaran, yang dalam pelaksanaannya disesuaikan dengan rambu-rambu yang
telah disusun dalam perencanaan sebelumnya. Pada tahapan ini dapat diketahui
kekuatan dan kelemahan dari rancangan desain yang telah disusun. Oleh karena
itu dibutuhkan kemampuan guru dalam melaksanakan model pembelajaran
tematik.   Kemampuan guru dalam menerapkan pembelajaran tematik yang
menjadi fokus dalam penelitian ini adalah pada kemampuan guru untuk
menerapkan langkah-langkah pembelajaran yang telah ditetapkan.
     Berdasarkan hasil ujicoba yang telah dilaksanakan di tiga sekolah yang
berkategori baik, sedang dan kurang diketahui bahwa tingkat keberhasilan guru
dalam menerapkan pembelajaran tematik sangat bergantung pada kemampuan
guru. Berdasarkan hasil observasi pada ujicoba pertama terlihat guru mengalami
kesulitan dalam menerapkan pembelajaran tematik. Hal ini terlihat dari : (1)
Belum dikomunikasikannya tujuan dan kegiatan pembelajaran yang akan
dilakukan kepada siswa secara jelas.      Di sekolah kurang, bahkan guru tidak
melakukan apersepsi kepada siswa. Siswa langsung diminta untuk mengerjakan
tugas yang diberikan guru. (2) Belum dipahami dan digunakannya pertanyaan
pemandu secara baik. (3)       Pada akhir kegiatan inti guru tidak melakukan
pembahasan terhadap hasil kerja siswa untuk memberikan penguatan terhadap
pelajaran yang telah mereka terima. (4) Belum dirumuskannya kesimpulan akhir
pada kegiatan akhir.
     Hasil temuan yang diperoleh pada ujicoba pertama ini selanjutnya
didiskusikan bersama dengan guru melalui proses refleksi. Dari hasil refleksi
diketahui bahwa kesulitan guru dalam menerapkan pembelajaran tematik
dikarenakan pertama guru kurang mempelajari rencana pelaksanaan pembelajaran




                                                                                20
yang telah dirancang; kedua masih kurangnya pemahaman guru akan
pembelajaran tematik.
     Sejalan dengan pelaksanaan ujicoba, kemampuan guru dalam menerapkan
pembelajaran tematik mengalami peningkatan, baik di sekolah kategori baik,
sedang maupun kurang Peningkatan kemampuan guru ini tidak lepas dari
meningkatnya pemahaman dan keterampilan guru dalam mengembangkan materi
pembelajaran   yang     terkait   dengan   tema.    Kemampuan      guru   dalam
mengembangkan materi pembelajaran ini erat hubungannya dengan pemilihan
tema yang menjadi fokus pembelajaran. Menurut pengakuan guru, pemilihan
tema yang dekat dengan diri dan lingkungan siswa sangat membantu guru dalam
mengembangkan materi pembelajaran. Di samping itu pula, pemilihan tema juga
sangat mempengaruhi motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran. Selain itu
juga tema yang menjadi fokus pembelajaran membuat siswa tidak merasa
dibebani   dengan adanya pemilihan bidang studi yang ketat, karena melalui
pembelajaran tematik membuat mereka belajar sesuatu yang utuh dan padu.
Keterlibatan mereka dalam menjelajahi tema yang dijabarkan ke dalam sejumlah
topik dari beberapa bidang studi yang dipadukan, telah dapat memfasilitasi
berkembangnya potensi mereka, baik kognitif, emosi dan sosial (Nasution, 1995).
     Secara umum terjadi pula peningkatan kemampuan guru dalam menerapkan
pembelajaran tematik, akan tetapi peningkatan kemampuan guru ini di tiap
sekolah berbeda-beda.     Kemampuan guru di sekolah kategori kurang terlihat
sangat berbeda jika dibandingkan dengan kemampuan guru di sekolah baik dan
sedang yang hampir sama. Perbedaan ini tidak dapat dilepaskan dari aspek-aspek
yang dimiliki oleh guru di tiap sekolah tersebut. Menurut Dunkin (Sanjaya, 2006)
ada sejumlah aspek yang dapat mempengaruhi kualitas proses pembelajaran
dilihat dari faktor guru yaitu (1) Formative experience, meliputi jenis kelamin
serta semua pengalaman hidup yang menjadi latar belakang sosial mereka (2)
Teacher training experience, meliputi pengalaman-pengalman yang berhubungan
dengan aktivitas dan latar belakang pendidikan guru, (3) Training properties ,
segala sesuatu yang berhubungan dengan sifat yang dimiliki guru, seperti sikap
guru terhadap siswa, kemampuan dan intelegensi guru baik dalam kemampuan



                                                                             21
guru dalam pengelola pembelajaran maupun kemampuan guru dalam penguasaan
materi pembelajaran.
Dampak Penerapan Pembelajaran Tematik
     Dampak dari penerapan pembelajaran tematik diketahui dengan melakukan
evaluasi secara terpadu selama pembelajaran berlangsung. Tujuan evaluasi yang
dilakukan sama seperti kegiatan evaluasi pada pembelajaran model lainnya yaitu
untuk mengetahui perolehan perkembangan kemampuan siswa selama mengikuti
proses pembelajaran. Menurut Ministry of Education Victoria (1986) aspek-aspek
yang perlu diamati dan dinilai pada siswa selama pembelajaran terpadu adalah
penguasaan konsep setiap bidang ilmu yang terkait, disamping itu juga penilaian
dilakukan terhadap keterampilan siswa bertanya, interaksi siswa, keterampilan
mengkomunikasikan gagasan, kemampuan membaca dan menulis serta ekspresi
siswa dalam menerima pelajaran.      Disamping itu Tim Pengembang PGSD
(1996:38) mengungkapkan bahwa evaluasi dalam pembelajaran terpadu perlu
diarahkan perhatian yang cukup banyak pada evaluasi dampak pengiring
(nurturant effect) seperti kemampuan kerjasama, tenggang rasa, dependability,
dan keholistikan persepsi.
     Berdasarkan pendapat tersebut, evaluasi yang dilakukan pada penelitian ini
difokuskan pada aspek proses dan produk pembelajaran. Evaluasi terhadap proses
pembelajaran terutama ditujukan untuk melihat dampak pengiring yang dihasilkan
dari penerapan pembelajaran tematik terhadap siswa, seperti kemampuan
bertanya, mengeluarkan pendapat dan bekerjasama. Sedangkan evaluasi terhadap
produk pembelajaran dilakukan untuk mengetahui tingkat ketercapaian terhadap
penguasaan materi yang diperoleh siswa dalam setiap ujicoba.
     Hasil evaluasi dari ujicoba yang dilakukan di sekolah baik, sedang dan
kurang menunjukkan bahwa dari aspek proses pembelajaran, terlihat terjadinya
peningkatan kemampuan siswa dalam bertanya, mengeluarkan pendapat dan
bekerjasama. Meningkatnya kemampuan bertanya dan mengeluarkan pendapat
siswa ini dikarenakan, pertama kemampuan guru          dalam mengembangkan
kedekatan diri guru terhadap siswa baik dari aspek sosial maupun emosi.
Kedekatan guru dengan siswa baik dari aspek sosial maupun emosi ini terutama



                                                                             22
sangat terlihat ketika guru semakin mengembangkan kemampuan guru dalam hal
mengembangkan rasa percaya diri siswa dan keterlibatan siswa dalam KBM. Di
samping itu juga kemampuan guru dalam menghadapi perilaku siswa seperti
bersikap ramah, luwes, terbuka, penuh pengertian dan sabar juga mengembangkan
aspek emosi siswa terhadap guru. Kedua, dikarenakan kemampuan guru dalam
mengembangkan materi dan metode pembelajaran. Pengembangan materi dan
metode pembelajaran ini sangat terkait dengan proses pemilihan tema yang dekat
dengan diri siswa. Sebagaimana diakui oleh guru di sekolah baik, sedang maupun
kurang bahwa pemilihan tema yang sangat dekat dengan diri dan lingkungan
siswa membuat guru lebih mudah untuk mengembangkan materi dan metode yang
diberikan kepada siswa.        Hal ini sebagaimana yang diungkapkan oleh Tim
Pengembang PGSD (1997) bahwa perkembangan fisik individu tidak dapat
dipisahkan dari perkembangan mental, sosial dan emosional atau sebaliknya dan
perkembangan      itu   akan    terpadu   dengan   pengalaman,   kehidupan   dan
lingkungannya.
     Sejalan dengan meningkatnya aktivitas siswa dalam proses pembelajaran,
kemampuan siswa terhadap penguasaan materi pembelajaran yang dapat diketahui
dari tes hasil belajar yang dilakukan pada setiap akhir ujicoba juga mengalami
peningkatan.     Hasil ini menunjukkan bahwa penerapan pembelajaran tematik
tidak hanya memberikan dampak terhadap aktivitas belajar siswa juga terhadap
penguasaan materi pembelajaran.
Bentuk Akhir Model Pembelajaran Tematik
     Selama dilakukan ujicoba penerapan model pembelajaran tematik
mengalami beberapa perkembangan. Pada ujicoba pertama, penetapan jumlah
indikator yang dilakukan baik pada sekolah baik, sedang dan kurang dirasakan
tidak sesuai dengan alokasi waktu yang tersedia. Apalagi di kelas yang besar (di
sekolah baik) karena selama ini belum pernah dilakukan metode pembelajaran
kerja kelompok, guru membutuhkan waktu yang banyak dalam pengorganisasian
kelas. Begitu pula pada ujicoba kedua, selain jumlah indikator, yang perlu
diperhatikan dalam penetapan indikator adalah tingkat kedalaman dari indikator
yang hendak dicapai. Berdasarkan hasil ujicoba satu dan dua, peneliti dan guru



                                                                              23
akhirnya melakukan pertimbangan yang lebih dalam terhadap penentuan indikator
yang terkait dalam tema dengan alokasi waktu yang tersedia.
     Pemilihan tema dilakukan dengan mempertimbangkan kedekatan tema
dengan diri dan lingkungan siswa. Tujuannya agar siswa dapat menghubungkan
pengalaman yang mereka dapatkan di sekolah dengan kehidupan mereka sehari-
hari. Disamping juga untuk memberikan motivasi atau ketertarikan siswa dalam
belajar. Berdasarkan hasil ujicoba diketahui bahwa melalui tema-tema yang
dikembangkan, siswa menjadi termotivasi dalam mengikuti pembelajaran. Hal ini
dapat dilihat dari aktivitas belajar mereka dalam hal bertanya, mengungkapkan
pendapat dan bekerjasama yang cenderung meningkat di tiap ujicoba.
     Berdasarkan hasil ujicoba, pemilihan tema masih sepenuhnya ditentukan
oleh guru.    Guru belum mengikutsertakan siswa dalam penentuan tema.
Walaupun begitu, guru di sekolah baik dan sedang sudah mencoba untuk tidak
menyodorkan langsung tema yang telah ditentukan oleh guru. Guru berusaha
untuk mengeksplorasi pengalaman siswa yang mengarah pada tema terlebih
dahulu. Setelah itu baru menegaskan tema yang akan dipelajari oleh siswa pada
hari itu. Pada sekolah kurang, kondisi ini belum terjadi. Guru menyodorkan tema
terlebih dahulu kepada siswa, baru kemudian melakukan tanya jawab dengan
siswa terkait dengan tema yang menjadi fokus pembelajaran.
     Pemilihan tema yang dekat dengan diri dan lingkungan siswa juga
mempengaruhi pengembangan materi dan metode pembelajaran yang dilakukan
oleh guru. Guru mengakui bahwa pemilihan tema yang dekat dengan diri dan
lingkungan siswa memudahkan guru dalam mengeksplorasi pengalaman yang
dimiliki oleh siswa dan mengaitkan materi antar mata pelajaran . Selain itu juga
guru menjadi lebih kreatif dalam mengembangkan materi dan metode
pembelajaran. Seperti pada waktu pemilihan tema rekreasi, guru lebih mudah
mengeksplorasi pengalaman siswa karena tempat rekreasi yang berupa lingkungan
alam sangat dekat dengan lingkungan diri siswa.
     Prosedur pembelajaran dilakukan dengan menggunakan tiga tahap
pembelajaran yaitu kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan akhir pembelajaran.
Pada kegiatan awal dilakukan kegiatan penginformasian tema, tujuan dan kegiatan



                                                                             24
pembelajaran yang akan dilakukan oleh siswa.       Pada kegiatan inti, kegiatan
pembelajaran diawali dengan penyampaian pertanyaan pemandu yang dituliskan
di papan tulis. Tujuannya untuk membantu siswa yang belum lancar membaca.
Jika semua siswa telah mempunyai kemampuan membaca yang cukup baik, maka
pertanyaan pemandu tidak perlu dituliskan di papan tulis, seperti yang dilakukan
oleh guru di sekolah baik. Menurut Subroto dan Herawati (2004:1.10) pertanyaan
pemandu merupakan serangkaian kunci hubungan antar pokok bahasan atau
subpokok bahasan dalam satu bidang atau antarbidang.            Selain itu juga,
pertanyaan pemandu ini penting dalam memberikan arahan kegiatan yang akan
dikerjakan oleh murid. Oleh karena itu, pertanyaan pemandu, selain berfungsi
membantu guru untuk mengaitkan materi yang terkait juga dapat membantu guru
untuk meningkatkan motivasi dan minat siswa untuk mencari dan menemukan
jawaban serta menarik perhatian siswa dalam belajar.
        Kegiatan inti dilakukan dengan metode pembelajaran yang mengacu pada
aktivitas belajar siswa. Kegiatan inti diakhiri dengan penguatan terhadap materi
pembelajaran melalui diskusi bersama antara guru dan siswa. Penguatan ini dapat
berfungsi untuk membangkitkan pengertian lama yang telah dimiliki siswa agar
diterapkan dengan pengertian baru, mendorong siswa menggunakan pengetahuan
yang telah dimiliki untuk memecahkan masalah-masalah yang sedang dibahas
(aplikasi). Selain itu juga membantu siswa menginterpretasi dan mengorganisasi
pengetahuan dan pengalamannya dalam bentuk prinsip dan generalisasi yang lebih
luas.
        Pada kegiatan akhir, dilakukan evaluasi pembelajaran dengan memberikan
pertanyaan yang bersifat terbatas dan terbuka.     Bentuk pertanyaan ini dapat
dilakukan mengingat kemampuan siswa dalam hal membaca dan menulis di
sekolah baik, sedang dan kurang sudah cukup baik, akan tetapi jika masih terdapat
siswa yang belum mempunyai kemampuan yang baik dalam membaca dan
menulis, evaluasi pembelajaran tidak harus dilakukan dengan cara tertulis.
Gambaran akan penerapan model pembelajaran tematik akhir dapat dilihat pada
tabel 1 berikut ini.




                                                                              25
MODEL PEMBELAJARAN TEMATIK AKHIR
Disain :
a. Tema Pembelajaran
    • Tema ditentukan berdasarkan hasil analisis standar kompetensi dan kompetensi dasar dengan
         mempertimbangkan kedekatan tema dengan diri dan lingkungan siswa
    • Tema diperinci menjadi sub-sub tema yang akan dijadikan topik pembelajaran
b. Jaringan tema
    • Jaringan tema dibuat untuk menghubungkan kompetensi dasar dan indikator dengan tema
         pemersatu. Jaringan tema ini dikembangkan sesuai dengan alokasi waktu setiap tema.
c. Tujuan Pembelajaran
    • Dikembangkan berdasarkan indikator pembelajaran yang terkait dengan tema. Dalam penentuan
         indikator pembelajaran harus dipertimbangkan jumlah indikator yang hendak dicapai dan
         kedalaman indikator dengan alokasi waktu yang tersedia.
d. Materi dan Sumber Pembelajaran
    • Materi dikembangkan berdasarkan kompetensi dasar dan indikator yang hendak dicapai.
    • Sumber pembelajaran dari teks bacaan dan lingkungan yang dekat dengan pengalaman siswa
         dan terkait dengan tema yang dipelajari.
e. Prosedur Pembelajaran
    1. Kegiatan awal
          • Menginformasikan tema dan sub tema yang akan dipelajari
          • Menjelaskan tujuan dan kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan
    2. Kegiatan inti
          • Memberikan pertanyaan pemandu yang berfungsi untuk membangkitkan motivasi belajar
              siswa dan mengkaitkan materi pembelajaran
          • Memberikan tugas atau kegiatan-kegiatan kepada siswa yang terkait dengan tema dan
              mengutamakan perolehan pengalaman langsung pada diri siswa.
          • Memberikan laporan hasil kegiatan siswa
          • Melakukan penguatan dengan membahas bersama-sama kegiatan yang telah dilakukan
              siswa
    3. Kegiatan akhir
          • Merumuskan kesimpulan akhir dari sub tema atau topik yang dibahas
          • Melakukan postest
f. Evaluasi : dilakukan dengan memberikan pertanyaan yang bersifat uraian terbatas dan terbuka.
    Sebagai catatan, evaluasi tertulis dapat dilakukan jika siswa seudah mempunyai kemampuan
    membaca dan menulis yang cukup baik.

Implementasi :
a. Kegiatan Awal
   • Guru menginformasikan tema pembelajaran yang akan dipelajari
   • Guru menginformasikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai dan kegiatan pembelajaran
       yang akan dilakukan
b. Kegiatan Inti
   • Guru memberikan pertanyaan pemandu dengan menuliskan di papan tulis
   • Guru mengarahkan siswa untuk melakukan tugas yang terkait dengan pencapaian tujuan
       pembelajaran
   • Siswa melaporkan hasil kegiatan yang telah dilakukan
   • Guru memberikan penguatan terhadap hasil pekerjaan siswa
c. Kegiatan Akhir
   • Guru memberikan kesimpulan akhir dari pembelajaran yang telah dilakukan
   • Siswa melakukan tes akhir pembelajaran




                                                                                            26
Faktor-Faktor     yang    Mendukung            dan   Menghambat       Pelaksanaan
Pembelajaran Tematik

     Keberhasilan    proses     pembelajaran    ditentukan   oleh   banyak   faktor,
diantaranya adalah guru, siswa, sarana dan prasarana serta lingkungan.
Berdasarkan hasil temuan penelitian yang diperoleh pada tahap ujicoba maupun
pelaksanaan ujicoba dapat diketahui bahwa faktor-faktor ini juga dapat
menghambat dan mendukung keberhasilan penerapan model pembelajaran
tematik.
a. Guru
     Guru merupakan komponen yang sangat menentukan dalam implementasi
model pembelajaran tematik.        Keberhasilan penerapan model pembelajaran
tematik ini terutama berhubungan dengan kualitas atau kemampuan yang dimiliki
oleh guru. Berikut ini beberapa aspek yang mempengaruhi kemampuan guru
dalam mengimplementasikan pembelajaran tematik.
1) Pandangan dan pemahaman guru terhadap pembelajaran tematik
     Pandangan dan pemahaman guru terhadap pembelajaran tematik akan
sangat mempengaruhi guru dalam penerapan pembelajaran tematik.          Guru yang
menganggap mengajar hanya sebatas menyampaikan materi pelajaran akan
berbeda dengan guru yang menganggap mengajar adalah suatu proses pemberian
bantuan kepada peserta didik.
     Kondisi ini pula yang terlihat pada penelitian tentang implementasi
pembelajaran tematik. Terdapat perbedaan keberhasilan pembelajaran baik dari
sisi proses maupun produk pembelajaran di sekolah baik, sedang maupun kurang.
Kondisi ini terjadi dapat dipahami karena guru di sekolah baik, sedang, maupun
kurang memiliki pandangan yang berbeda terhadap mengajar.             Sebagaimana
terungkap pada waktu studi awal, guru sekolah sedang memiliki pendapat bahwa
tujuan memberikan pengajaran kepada siswa SD adalah untuk mengubah perilaku
murid ke arah yang lebih baik. Sedangkan guru di sekolah baik dan kurang
memiliki pandangan bahwa tujuan mengajar adalah untuk memberikan materi
pelajaran sesuai dengan kurikulum.       Perbedaan ini akhirnya mempengaruhi
kemampuan guru dalam menerapkan strategi pembelajaran. Guru yang memiliki



                                                                                 27
pandangan berorientasi pada materi cenderung menerapkan pembelajaran dengan
pola satu arah. Kurang memberikan kebebasan kepada siswa untuk berkreasi
dalam pembelajaran.      Kondisi ini tentunya pula akan mempengaruhi kualitas
pembelajaran yang dilakukan oleh guru.
      Berdasarkan hasil studi awal yang terungkap melalui kuisioner dan
wawancara terhadap guru, dapat diketahui pula bahwa pemahaman guru terhadap
pembelajaran tematik baik dalam perancangan maupun penerapannya masih
sangat kurang.    Kurangnya pemahaman guru terhadap pembelajaran tematik ini
terjadi pada semua guru, baik guru di sekolah, sedang, maupun kurang.
      Kondisi ini sangat mempengaruhi proses penerapan selama ujicoba
dilakukan. Hal ini terlihat pada waktu observasi penerapan pembelajaran tematik
pada saat ujicoba awal. Semua guru terlihat kaku dan bingung dalam memadukan
materi pelajaran yang terkait dengan tema, akan tetapi setelah dilakukan beberapa
kali ujicoba baru terlihat guru tidak lagi kaku.
2) Latar belakang pendidikan guru
      Berdasarkan hasil stui awal dapat diketahui bahwa latar belakang
pendidikan terakhir yang dimiliki oleh guru seluruhnya adalah dari Sekolah
Pendidikan Guru (SPG) atau setara dengan Sekolah Menengah Atas (SMA). Dua
orang guru diantaranya sedang mengikuti kuliah penyetaran untuk jenjang
pendidikan D2 PGSD. Kondisi ini menunjukkan bahwa secara akademik, ketiga
responden penelitian belum memenuhi kualifikasi akademik pendidikan minimum
diploma empat (D-IV) atau sarjana (S-1) seperti disyaratkan dalam Peraturan
Pemerintah No 19 tahun 2005 bab VI pasal 28 tentang standar pendidik dan
tenaga kependidikan.
      Latar belakang pendidikan yang dimiliki oleh guru saat ini tentunya sangat
mempengaruhi keberhasilan penerapan model pembelajaran tematik.          Apalagi
mengingat kesempatan yang diberikan kepada guru untuk menambah pengetahuan
dan keterampilan tentang penerapan model pembelajaran tematik masih sangat
kurang.    Sebagaimana yang diungkapkan oleh Wachidi (2000:183) bahwa
semakin tinggi tingkat pendidikan seorang guru akan semakin mudah menangkap
dan memahami esensi dan isi inovasi yang sedang berjalan di sekolah.



                                                                              28
3) Pengalamam mengajar
     Pengalaman mengajar guru yang menjadi subjek penelitian berbeda-beda.
Dua orang responden guru yaitu guru sekolah sedang dan kurang memiliki
pengalaman mengajar     kurang dari 10 tahun.    Sedangkan guru sekolah baik
memiliki pengalaman mengajar lebih dari 10 tahun. Kondisi ini tentunya sangat
mempengaruhi keberhasilan penerapan model pembelajaran tematik.          Hal ini
terutama berhubungan dengan tingkat kepahaman guru akan karakteristik siswa
SD terutama di kelas rendah dan penguasaan guru terhadap keterampilan
mengajar. Diasumsikan guru yang memiliki pengalaman mengajar lama akan
memiliki tingkat kepahaman akan karakteristik siswa dan penguasaan terhadap
keterampilan mengajar yang lebih jika dibandingkan dengan guru yang baru
memiliki pengalaman mengajar yang sedikit.
b. Faktor siswa
     Siswa adalah organisme yang unik yang berkembang sesuai dengan tahap
perkembangannya. Perkembangan anak adalah perkembangan seluruh aspek
kepribadiannya, akan tetapi tempo dan irama perkembangan masing-masing anak
pada setiap aspek tidak selalu sama. Perbedaan perkembangan ini pula yang
terlihat pada siswa yang menjadi subjek penelitian di sekolah kategori baik,
sedang maupun kurang.
     Dilihat dari usia biologis siswa di sekolah baik, sedang maupun kurang rata-
rata diantara tujuh sampai dengan delapan tahun, akan tetapi setiap siswa
memiliki kemampuan belajar yang berbeda.           Menurut Sanjaya (2006:52)
kemampuan belajar siswa dapat dikelompokkan pada siswa berkemampuan tinggi,
sedang dan rendah.      Siswa yang termasuk berkemampuan tinggi biasanya
ditunjukkan oleh motivasi yang tinggi dalam belajar, perhatian dan keseriusan
dalam mengikuti pelajaran, dan lain-lain. Sebaliknya siswa yang tergolong pada
kemampuan rendah ditandai dengan kurang motivasi belajar, tidak adanya
keseriusan dalam mengikuti pelajaran, termasuk menyelesaikan tugas dan
sebagainya.
     Berdasarkan kriteria pengelompokkan tersebut, dari hasil obeservasi
diketahui bahwa siswa yang termasuk dalam kelompok berkemampuan rendah di



                                                                              29
sekolah kategori baik ada lima orang (13%), sekolah sedang satu orang (10%) dan
di sekolah kurang ada tiga orang (20%).      Perbedaan-perbedaan semacam ini
tentunya membutuhkan perlakuan yang berbeda pula baik dalam penempatan atau
pengelompokan siswa maupun dalam perlakuan guru dalam menyesuaikan gaya
belajar.


c. Sarana dan prasarana
      Berdasarkan hasil observasi dan studi dokumentasi yang dilakukan pada
studi awal, diketahui bahwa ketiga sekolah yang menjadi lokasi penelitian pada
umumnya telah memenuhi syarat minimal sebagai suatu pusat pendidikan, karena
tiap sekolah telah memiliki ruang kelas, ruang kepala sekolah, ruang guru, kamar
kecil (WC) dan halaman tempat dilakukannya aktivitas di luar kelas. Apalagi
dalam penerapan model pembelajaran tematik tidak dibutuhkan sarana yang
spesifik untuk menunjang keberhasilan penerapan pembelajaran tematik. Artinya
dengan sarana yang dimiliki oleh ketiga sekolah saat ini, model tersebut dapat
diimplementasikan. Selain itu juga sekolah telah dilengkapi dengan prasarana
yang memadai, seperti penerangan dan jalan menuju sekolah yang cukup baik.
      Dalam keadaan minimal, kondisi ini tentunya tidak menghambat penerapan
pembelajaran tematik. Pembelajaran tematik dapat terlaksana dengan baik pada
sekolah kategori baik sedang maupun kurang, yang memiliki perbedaan secara
nyata dari sisi kelengkapan sarana prasarananya. Sekolah kategori baik memiliki
kelengkapan sarana prasarana yang sudah cukup memadai untuk menunjang
keberhasilan penerapan pembelajaran tematik. Hal ini juga disepakati oleh guru
yang menyatakan bahwa kelengkapan sarana dan prasarana yang telah dimiliki
oleh guru di sekolah kategori baik saat ini dirasakan sudah cukup memadai.
Pendapat ini tidak sama dengan guru di sekolah kategori sedang maupun kurang
yang menyatakan bahwa sarana dan prasarana yang dimiliki oleh sekolah mereka
saat ini diarasakan masih kurang.
      Kondisi ini dapat dipahami karena kelengkapan sarana dan prasarana akan
membantu guru dalam penyelenggaraan proses pembebelajaran. Menurut Sanjaya
(2006:53)   keuntungan bagi sekolah yang memiliki kelengkapan sarana dan



                                                                             30
prasarana adalah pertama dapat menumbuhkan gairah dan motivasi guru
mengajar, kedua dapat memberikan berbagai pilihan pada siswa untuk belajar.
d. Lingkungan
     Faktor   lingkungan    yang    dapat   mempengaruhi     penerapan    model
pembelajaran tematik dan menjadi fokus dalam penelitian ini adalah dilihat dari
dukungan kepemimpinan yang dilakukan oleh kepala sekolah. Berdasarkan hasil
wawancara yang dilakukan terhadap guru, diketahui bahwa pada umumnya respon
kepala sekolah di tiap sekolah baik, sedang maupun kurang, sesungguhnya cukup
baik. Ketiga responden menyatakan bahwa kepala sekolah cukup mendukung
guru jika terdapat kesempatan ataupun peluang yang diterima oleh guru untuk
menambah wawasan atau keterampilan mereka sebagai seorang guru. Seperti
misalnya ketika peneliti mengutarakan maksud peneliti untuk melakukan ujicoba
penerapan model pembelajaran tematik. Menurut guru, kepala sekolah sangat
mendukung dan memberikan motivasi kepada mereka untuk menerima tawaran
tersebut, akan tetapi proses bimbingan secara langsung yang diberikan oleh kepala
sekolah terhadap guru, terutama yang berhubungan dengan penerapan
pembelajaran tematik tidak pernah mereka dapatkan. Kondisi ini dapat dipahami,
bahwa menurut penuturan kepala sekolah yang diperoleh dari hasil wawancara,
diketahui bahwa kepala sekolah sendiri belum memiliki pemahaman yang cukup
akan perancangan dan penerapan model pembelajaran tematik di kelas rendah.
Masing-masing kepala sekolah mengakui pernah mendapatkan workshop tentang
pembelajaran tematik dari Dinas Pendidikan Kabupaten setempat, akan tetapi
karena keterbatasan waktu dan jumlah peserta yang banyak, kepala sekolah
mengatakan    tidak mendapatkan pengetahuan yang memadai dari workshop
tersebut. Akhirnya tindakan yang dilakukan oleh kepala sekolah untuk membantu
guru adalah ada yang menggunakan cara dengan menambah buku sumber
pelajaran bagi guru, mendorong guru untuk aktif dalam kegiatan KKG maupun
membantu guru dalam perancangan pembelajaran tematik




                                                                              31
D. SIMPULAN DAN SARAN
1. Simpulan
     Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan pada
bagian sebelumnya dapat diambil kesimpulan bahwa :
a. Langkah pertama yang dilakukan dalam mendesain pembelajaran tematik
   adalah menentukan tema dan subtema berdasarkan hasil analisis terhadap
   standar kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD) yang sudah ditetapkan
   dalam standar isi. Dalam penentuan tema yang harus diperhatikan adalah
   kedekatan tema dengan diri dan lingkungan siswa.             Selanjutnya tema
   digunakan sebagai alat pemadu konsep atau materi pelajaran yang terkait
   dengan tetap memperhatikan aspek perkembangan peserta didik. Langkah
   terakhir dari desain pembelajaran tematik ini adalah perancangan rencana
   pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang memuat tujuan pembelajaran khusus
   (indikator) yang akan dicapai dalam satu tema atau subtema, dan langkah-
   langkah yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut. Hal-hal yang
   harus diperhatikan dalam penentuan langkah-langkah yang akan dilakukan
   dalam proses pembelajaran mencakup pemilihan materi, metode, media serta
   penentuan alat evaluasi pembelajaran.           Diharapkan dengan adanya
   perancangan rencana pelaksanaan pembelajaran tematik pembelajaran yang
   dilakukan akan lebih bermakna. Berikut ini adalah desain generik model
   pembelajaran tematik yang dihasilkan dari hasil uji coba di tiga sekolah.


   Desain model pembelajaran tematik
       Pertama adalah menentukan tema dan subtema berdasarkan hasil analisis
       standar kompetensi dan kompetensi dasar dengan mempertimbangkan
       kedekatan tema dengan diri dan lingkungan siswa.
       Menentukan jaringan tema untuk menghubungkan kompetensi dasar dan
       indikator dengan tema pemersatu. Jaringan tema ini dikembangkan sesuai
       dengan alokasi waktu yang tersedia untuk setiap tema.




                                                                               32
Tujuan pembelajaran dikembangkan berdasarkan indikator pembelajaran
      yang terkait dengan tema dengan mempertimbangkan jumlah indikator
      dan kedalaman indikator dengan alokasi waktu yang tersedia.
      Materi dan sumber pembelajaran dikembangkan berdasarkan kompetensi
      dasar dan indikator yang hendak dicapai dengan memanfaatkan sumber
      daya lingkungan yang ada disekitar siswa.
      Perencanaan prosedur pembelajaran dilakukan dengan menggunakan tiga
      tahap pembelajaran yaitu kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan akhir
      pembelajaran.
      Evaluasi dilakukan secara terpadu dalam proses pembelajaran, baik yang
      bersifat proses maupun produk hasil belajar, dengan mempertimbangkan
      kemampuan membaca dan menulis siswa.
b.   Pembelajaran tematik merupakan salah satu pembelajaran yang menekankan
     pada aktivitas siswa dalam pelaksanaannya. Keaktivan siswa ini sangat
     bergantung   pada   kemampuan     guru   dalam   mengorganisasi   materi
     pembelajaran dan kelas selama pembelajaran itu berlangsung. Pemilihan
     tema yang dekat dengan diri dan lingkungan siswa sangat membantu guru
     dalam menerapkan pembelajaran di kelas dan dapat membangkitkan
     motivasi siswa dalam belajar.
     Penerapan model pembelajaran tematik dilakukan dengan menggunakan tiga
     tahap pembelajaran yaitu kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan akhir
     pembelajaran.
      Pada kegiatan awal dilakukan kegiatan penginformasian tema, tujuan dan
      kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan oleh siswa.
      Pada kegiatan inti, kegiatan pembelajaran diawali dengan penyampaian
      pertanyaan pemandu yang dituliskan di papan tulis. Tujuannya untuk
      membantu siswa yang belum lancar membaca. Setelah itu, kegiatan inti
      dilakukan dengan metode pembelajaran yang mengacu pada aktivitas
      belajar siswa dengan tujuan utama mengembangkan kemampuan
      membaca, menulis dan berhitung siswa. Kegiatan inti diakhiri dengan




                                                                           33
penguatan terhadap materi pembelajaran melalui diskusi bersama antara
       guru dan siswa.
       Pada kegiatan akhir, dilakukan evaluasi pembelajaran dengan memberikan
       pertanyaan yang bersifat terbatas dan terbuka serta memperhatikan
       kemampuan membaca dan menulis siswa.
c. Perolehan hasil belajar siswa di sekolah kategori baik, sedang maupun kurang
   selama dilakukannya implementasi model pembelajaran tematik mengalami
   peningkatan.    Peningkatan       perolehan hasil belajar ini sejalan dengan
   terjadinya     peningkatan        terhadap    kemampuan      guru     dalam
   mengimplementasikan pembelajaran tematik. Selain perolehan hasil belajar
   yang bersifat instruksional, penerapan model pembelajaran tematik ini juga
   memberikan peningkatan terhadap dampak pengiring (nurturant effect)
   pembelajaran seperti meningkatnya kemampuan siswa dalam bertanya,
   mengungkapkan pendapat dan bekerjasama.
   Peningkatan perolehan hasil belajar di tiap sekolah selama implementasi
   pembelajaran tematik berbeda-berbeda.        Perbedaan ini disebabkan oleh
   banyaknya faktor yang mempengaruhi keberhasilan pembelajaran, seperti
   kemampuan guru, karakteristik siswa, ketersediaan sarana dan prasarana serta
   dukungan dari kepemimpinan kepala sekolah.
d. Setelah dilakukan ujicoba di tiga sekolah kategori baik, sedang dan kurang
   diperoleh model pembelajaran tematik yang bersifat generik. Artinya model
   ini dimungkinkan untuk dapat diterapkan pada sekolah yang minimal memiliki
   kemiripan dengan karakteristik sekolah pada kategori kurang.         Dalam
   penerapannya, model pembelajaran tematik yang bersifat generik tersebut
   dapat dilakukan dengan penyesuaian-penyesuaian, sesuai dengan karakteristik
   yang dimiliki oleh sekolah.           Karakteristik sekolah terutama sekali
   berhubungan dengan faktor-faktor yang dapat mendukung dan menghambat
   pelaksanaan pembelajaran tematik. Faktor-faktor tersebut diantaranya adalah
   faktor guru, siswa, sarana prasarana dan lingkungan. Dukungan dari faktor-
   faktor inilah yang dapat membuat keberhasilan penerapan model pembelajaran
   tematik lebih dapat terlaksana.



                                                                             34
Berdasarkan hasil ujicoba yang telah dilakukan diperoleh beberapa prinsip
yang    dapat     dijadikan     sebagai   pedoman   dalam    mengimplementasikan
pembelajaran tematik di kelas rendah Sekolah Dasar.
▪   Pembelajaran tematik yang dilakukan akan lebih bermakna manakala tema
    yang diangkat adalah tema yang berasal dari lingkungan terdekat siswa karena
    dapat menimbulkan motivasi siswa dalam belajar.
▪   Proses pembelajaran dilakukan dengan berorientasi pada aktivitas siswa
    (student oriented) dimana siswa berperan sebagai subyek belajar. Oleh karena
    itu, kegiatan pembelajaran, organisasi kelas, materi pembelajaran, waktu
    belajar, alat belajar dan cara penilaian perlu beragam sesuai dengan
    karakteristik siswa.       Artinya kegiatan belajar mengajar yang dilakukan
    memperhatikan bakat, minat, kemampuan, cara dan strategi belajar, motivasi
    belajar dan latar belakang sosial siswa.
▪   Kegiatan      pembelajaran dilakukan       dengan penekanan pada pemberian
    perolehan pengalaman langsung (learning by doing) terhadap siswa sehingga
    siswa terlatih untuk menemukan sendiri berbagai pengetahuan yang
    dipelajarinya.
▪   Kegiatan inti pada implementasi pembelajaran tematik lebih menekankan pada
    tujuan pengembangan kemampuan membaca, menulis dan berhitung siswa.
▪   Pemilihan media dan sumber belajar dilakukan dengan mempertimbangkan
    karakteristik dan kedekatan sumber belajar dengan siswa.
▪   Proses      penilaian     pembelajaran   dilakukan   secara   terpadu   dengan
    mempertimbangkan kemampuan membaca dan menulis siswa.
2. Saran
       Berdasarkan hasil temuan yang diperoleh peneliti selama berlangsungnya
penelitian dan juga analisis terhadap hasil temuan tersebut,       maka diperoleh
beberapa hal yang dapat dijadikan sebagai saran terhadap pihak yang terkait,
diantaranya adalah sebagai berikut :




                                                                                35
a.   Bagi guru sebagai praktisi yang akan menerapkan model pembelajaran
     tematik secara langsung.
        Guru sebagai pengembang dan pelaksana pembelajaran tematik di
        lapangan dituntut untuk memiliki pemahaman yang utuh tentang
        pembelajaran tematik, baik dari sisi perencanaan, pelaksanaan maupun
        evaluasi.     Pemahaman dan kemampuan guru dalam melaksanakan
        pembelajaran tematik akan semakin terasah bila guru senantiasa untuk
        melakukan refleksi diri terhadap pelaksanaan pembelajaran tematik yang
        diterapkan di kelas. Kolaborasi dengan guru kelas lain dalam bentuk team
        teaching atau diskusi dan simulasi microteaching dalam forum Kelompok
        Kerja Guru (KKG) dapat dilakukan untuk meningkatkan kinerja guru
        dalam pelaksanaan pembelajaran tematik. Diharapkan dengan semakin
        meningkatnya kemampuan guru dalam menerapkan pembelajaran tematik,
        maka hambatan yang dapat mempengaruhi penerapan pembelajaran
        tematik seperti faktor siswa, sarana dan prasarana serta lingkungan dapat
        dieliminir.
b. Kepala Sekolah
        Peranan kepala sekolah dalam menerapkan pembelajaran tematik dapat
        dilakukan     dengan      memberikan    fasilitasi   terhadap   guru   dalam
        mengembangkan kemampuan guru untuk menerapkan pembelajaran
        tematik. Fasilitasi yang dilakukan oleh kepala sekolah dapat bersifat fisik
        seperti menyediakan sarana prasarana yang dibutuhkan guru dalam proses
        pembelajaran, dapat pula bersifat non fisik yaitu berupa dukungan moral
        dalam bentuk motivasi maupun pemberian kesempatan kepada guru untuk
        mengikuti     pelatihan    atau   pendidikan    yang   dapat    meningkatkan
        kemampuan profesionalime guru.
c. Bagi Dinas Pendidikan Terkait
               Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa keberhasilan
        penerapan pembelajaran tematik di sekolah sangat ditentukan oleh
        kemampuan guru. Faktor-faktor lain seperti siswa, sarana dan prasarana
        serta lingkungan dapat dikurangi jika guru yang akan menerapkan



                                                                                  36
pembelajaran tematik memiliki kemampuan yang tinggi. Kemampuan
       guru   yang    dimaksudkan   disini   adalah     kemampuan    dalam   hal
       merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi pembelajaran tematik.
       Oleh karena itu dinas pendidikan harus meningkatkan kemampuan guru,
       baik melalui jenjang pendidikan formal maupun informal (pelatihan)
       mengingat     penerapan   model   pembelajaran     tematik   membutuhkan
       pengetahuan dan pelatihan yang cukup memadai bagi guru sehingga upaya
       untuk menerapkan pembelajaran tematik lebih mudah tercapai.



DAFTAR PUSTAKA



Badan Standar Nasional Pendidikan. (2006). Model Kurikulum Tingkat Satuan
   Pendidikan dan Model Silabus Mata Pelajaran SD/MI. Jakarta: BP. Cipta
   Jaya.

Beane, J.A. (1997). Curriculum Integrated: Designing the Core of Democratic
   Education. New York: Teachers College, Columbia University.

Blanck, JA. (1995) Curriculum Integration and Disipliner of Knowledge.
     Kappan: Phi Delta

Fogarty, R. (1991). How to Integrate the Curriculum. USA: IRI/Sky Publishing
     Inc.

Hamalik, O. (2006). Inovasi Pendidikan (Buku ke-1). Bahan kajian Perkuliahan
    Inovasi Pendidikan. Bandung: Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan
    Indonesia

Jacob, H.H., Ed. (1989). Interdisciplinary            Curriculum:   Design   and
   Implementation. Alexandria, V.A.: ASCD.

Meinbach, A.M., Rothlei, L., Fredericks, A.D. (1995). The Complete Guide to
    Thematic Units : Creating The Integrated Curriculum. Washington Street :
    Christopher-Gordon Publisher, Inc.

Mikarsa, H.L., Taufik, A., Prianto, P.L. (2005). Pendidikan Anak Di SD. Buku
   Materi Pokok PGSD. Jakarta: Universitas Terbuka




                                                                              37
Miller, J.P. dan Seller, W. (1985). Curriculum: Perspectives and Practices. New
   York: Longman.

Nasution, S. (1989). Kurikulum dan Pengajaran. Bandung: Bumi Aksara

Raka, T.J. (1996). Pembelajaran Terpadu. Jakarta: Departemen Pendidikan dan
     Kebudayaan, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi

Sanjaya, W. (2006). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
     Pendidikan. Jakarta : Kencana Prenada Media.

Subroto, T.H. dan Herawati, I.S. (2004). Pembelajaran Terpadu. Materi Pokok
     PGSD. Jakarta: Pusat Penerbitan Universitas Terbuka.

Sujanto, Agus (1986). Psikologi Perkembangan. Jakarta: PT Aksara baru

Surya, H.M. (2002). Kapita Selekta Pendidikan SD. Jakarta: Pusat Penerbitan
     Universitas Terbuka

Tilaar. (1998). Beberapa Agenda Reformasi Pendidikan Nasional dalam
      Perspektif Abad 21. Magelang : Penerbit Tera Indonesia

Tim Pengembang PGSD dan S-2 Pendidikan Dasar. (1996/1997). Pembelajaran
     Terpadu. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat
     Jenderal Pendidikan Tinggi.




                                                                             38

Más contenido relacionado

La actualidad más candente

Proposal kualitatif
Proposal kualitatifProposal kualitatif
Proposal kualitatifDewi
 
Contoh proposal ptk (2)
Contoh proposal ptk (2)Contoh proposal ptk (2)
Contoh proposal ptk (2)nu rokhman
 
Meningkatkan partisipasi siswa kelas x
Meningkatkan partisipasi siswa kelas xMeningkatkan partisipasi siswa kelas x
Meningkatkan partisipasi siswa kelas xfadhyl_bagenda
 
Kajian tindakan-kpd
Kajian tindakan-kpdKajian tindakan-kpd
Kajian tindakan-kpdIzudin Hasan
 
Cadangan format kajian tindakan 1 (asimah)
Cadangan format kajian tindakan 1 (asimah)Cadangan format kajian tindakan 1 (asimah)
Cadangan format kajian tindakan 1 (asimah)Cik BaCo
 
Mini Kajian Tindakan (Penceritaan Dan Permainan)
Mini Kajian Tindakan (Penceritaan Dan Permainan)Mini Kajian Tindakan (Penceritaan Dan Permainan)
Mini Kajian Tindakan (Penceritaan Dan Permainan)must2ra86
 
Proposal kajian tindakan
Proposal kajian tindakanProposal kajian tindakan
Proposal kajian tindakanFawwaz Fathanah
 
134819243 tugasan-ulasan-kritikal-jurnal-dan-artikel
134819243 tugasan-ulasan-kritikal-jurnal-dan-artikel134819243 tugasan-ulasan-kritikal-jurnal-dan-artikel
134819243 tugasan-ulasan-kritikal-jurnal-dan-artikelnurinbatrisyia
 

La actualidad más candente (20)

Proposal skripsi
Proposal skripsiProposal skripsi
Proposal skripsi
 
Proposal kualitatif
Proposal kualitatifProposal kualitatif
Proposal kualitatif
 
Kritik artikel
Kritik artikelKritik artikel
Kritik artikel
 
Ulasan jurnal
Ulasan jurnalUlasan jurnal
Ulasan jurnal
 
Panduan ptk 2016
Panduan ptk 2016Panduan ptk 2016
Panduan ptk 2016
 
Contoh proposal ptk (2)
Contoh proposal ptk (2)Contoh proposal ptk (2)
Contoh proposal ptk (2)
 
Teaching approach 1
Teaching approach 1Teaching approach 1
Teaching approach 1
 
Contoh proposal ptk
Contoh proposal ptkContoh proposal ptk
Contoh proposal ptk
 
Math anxiety 2
Math anxiety 2Math anxiety 2
Math anxiety 2
 
5129 11223-1-pb
5129 11223-1-pb5129 11223-1-pb
5129 11223-1-pb
 
Disertasi 1(16-10-2010)
Disertasi 1(16-10-2010)Disertasi 1(16-10-2010)
Disertasi 1(16-10-2010)
 
Meningkatkan partisipasi siswa kelas x
Meningkatkan partisipasi siswa kelas xMeningkatkan partisipasi siswa kelas x
Meningkatkan partisipasi siswa kelas x
 
Kajian tindakan-kpd
Kajian tindakan-kpdKajian tindakan-kpd
Kajian tindakan-kpd
 
Kajian tindakan
Kajian tindakanKajian tindakan
Kajian tindakan
 
Cadangan format kajian tindakan 1 (asimah)
Cadangan format kajian tindakan 1 (asimah)Cadangan format kajian tindakan 1 (asimah)
Cadangan format kajian tindakan 1 (asimah)
 
rancangan PTK Aulia rahmawati
rancangan PTK Aulia rahmawati rancangan PTK Aulia rahmawati
rancangan PTK Aulia rahmawati
 
Mini Kajian Tindakan (Penceritaan Dan Permainan)
Mini Kajian Tindakan (Penceritaan Dan Permainan)Mini Kajian Tindakan (Penceritaan Dan Permainan)
Mini Kajian Tindakan (Penceritaan Dan Permainan)
 
Proposal kajian tindakan
Proposal kajian tindakanProposal kajian tindakan
Proposal kajian tindakan
 
134819243 tugasan-ulasan-kritikal-jurnal-dan-artikel
134819243 tugasan-ulasan-kritikal-jurnal-dan-artikel134819243 tugasan-ulasan-kritikal-jurnal-dan-artikel
134819243 tugasan-ulasan-kritikal-jurnal-dan-artikel
 
Teacher's certification 1
Teacher's certification 1Teacher's certification 1
Teacher's certification 1
 

Destacado

Model pembelajaran
Model pembelajaranModel pembelajaran
Model pembelajaranUNIMED
 
Pemilihan media pembelajaran
Pemilihan media pembelajaranPemilihan media pembelajaran
Pemilihan media pembelajaranambarlestari
 
Perbedaan antara pendekatan strategi metode model kelompok 2 4 b pg paud 2013
Perbedaan antara pendekatan strategi metode model kelompok 2 4 b pg paud 2013Perbedaan antara pendekatan strategi metode model kelompok 2 4 b pg paud 2013
Perbedaan antara pendekatan strategi metode model kelompok 2 4 b pg paud 2013Zufa Fauzia
 
RKH - Sentra Bahan Alam
 RKH - Sentra Bahan Alam RKH - Sentra Bahan Alam
RKH - Sentra Bahan Alamdunia-AUD
 
Tools I use for online journalism
Tools I use for online journalismTools I use for online journalism
Tools I use for online journalismPaul Balcerak
 
Eresources three things training august 2014
Eresources three things training august 2014Eresources three things training august 2014
Eresources three things training august 2014pdrreid
 
Presentazione csp-ambient intelligence
Presentazione csp-ambient intelligencePresentazione csp-ambient intelligence
Presentazione csp-ambient intelligenceCSP Scarl
 
Glug Presents: Done is better than said.
Glug Presents: Done is better than said.Glug Presents: Done is better than said.
Glug Presents: Done is better than said.Dave Nash
 
Pakistanindiastevethatotherkid
PakistanindiastevethatotherkidPakistanindiastevethatotherkid
Pakistanindiastevethatotherkidguest449d66a
 
Swug July 2010 - windows debugging by sainath
Swug July 2010 - windows debugging by sainathSwug July 2010 - windows debugging by sainath
Swug July 2010 - windows debugging by sainathDennis Chung
 
Csp@scuola2011 seminariointro perotti
Csp@scuola2011 seminariointro perottiCsp@scuola2011 seminariointro perotti
Csp@scuola2011 seminariointro perottiCSP Scarl
 
White Spaces: Technological Context & International Outlook
White Spaces: Technological Context & International OutlookWhite Spaces: Technological Context & International Outlook
White Spaces: Technological Context & International OutlookCSP Scarl
 
What is Lean Startup?
What is Lean Startup?What is Lean Startup?
What is Lean Startup?Chris Shayan
 

Destacado (20)

Model pembelajaran
Model pembelajaranModel pembelajaran
Model pembelajaran
 
Pemilihan media pembelajaran
Pemilihan media pembelajaranPemilihan media pembelajaran
Pemilihan media pembelajaran
 
Perbedaan antara pendekatan strategi metode model kelompok 2 4 b pg paud 2013
Perbedaan antara pendekatan strategi metode model kelompok 2 4 b pg paud 2013Perbedaan antara pendekatan strategi metode model kelompok 2 4 b pg paud 2013
Perbedaan antara pendekatan strategi metode model kelompok 2 4 b pg paud 2013
 
RKH - Sentra Bahan Alam
 RKH - Sentra Bahan Alam RKH - Sentra Bahan Alam
RKH - Sentra Bahan Alam
 
Tools I use for online journalism
Tools I use for online journalismTools I use for online journalism
Tools I use for online journalism
 
Eresources three things training august 2014
Eresources three things training august 2014Eresources three things training august 2014
Eresources three things training august 2014
 
Presentazione csp-ambient intelligence
Presentazione csp-ambient intelligencePresentazione csp-ambient intelligence
Presentazione csp-ambient intelligence
 
Glug Presents: Done is better than said.
Glug Presents: Done is better than said.Glug Presents: Done is better than said.
Glug Presents: Done is better than said.
 
Presentation1
Presentation1Presentation1
Presentation1
 
Culinaria para uma boa saude
Culinaria para uma boa saudeCulinaria para uma boa saude
Culinaria para uma boa saude
 
Pakistanindiastevethatotherkid
PakistanindiastevethatotherkidPakistanindiastevethatotherkid
Pakistanindiastevethatotherkid
 
If bok
If bokIf bok
If bok
 
Bronk ppshow
Bronk ppshowBronk ppshow
Bronk ppshow
 
Swug July 2010 - windows debugging by sainath
Swug July 2010 - windows debugging by sainathSwug July 2010 - windows debugging by sainath
Swug July 2010 - windows debugging by sainath
 
Dom 20160427 extra
Dom 20160427 extraDom 20160427 extra
Dom 20160427 extra
 
Csp@scuola2011 seminariointro perotti
Csp@scuola2011 seminariointro perottiCsp@scuola2011 seminariointro perotti
Csp@scuola2011 seminariointro perotti
 
White Spaces: Technological Context & International Outlook
White Spaces: Technological Context & International OutlookWhite Spaces: Technological Context & International Outlook
White Spaces: Technological Context & International Outlook
 
What is Lean Startup?
What is Lean Startup?What is Lean Startup?
What is Lean Startup?
 
Flisol
FlisolFlisol
Flisol
 
Rajnikanth and management
Rajnikanth and managementRajnikanth and management
Rajnikanth and management
 

Similar a 64 hesty, s.si implementasi model pembelajaran tematik

Ptk jual-beli
Ptk jual-beliPtk jual-beli
Ptk jual-beliMelly PMI
 
Makalah y prian budi purwanto
Makalah y prian budi purwantoMakalah y prian budi purwanto
Makalah y prian budi purwantoYohanes Purwanto
 
Lesson study artikel
Lesson study artikelLesson study artikel
Lesson study artikelike ikram
 
Penggunaan Media animasi dalam model pembelajaran langsung untuk meningkatkan...
Penggunaan Media animasi dalam model pembelajaran langsung untuk meningkatkan...Penggunaan Media animasi dalam model pembelajaran langsung untuk meningkatkan...
Penggunaan Media animasi dalam model pembelajaran langsung untuk meningkatkan...Harsidi Side
 
Meningkatnya prestasi belajar ips (sumber daya alam) melalui penerapan metode...
Meningkatnya prestasi belajar ips (sumber daya alam) melalui penerapan metode...Meningkatnya prestasi belajar ips (sumber daya alam) melalui penerapan metode...
Meningkatnya prestasi belajar ips (sumber daya alam) melalui penerapan metode...Operator Warnet Vast Raha
 
Meningkatnya prestasi belajar ips (sumber daya alam) melalui penerapan metode...
Meningkatnya prestasi belajar ips (sumber daya alam) melalui penerapan metode...Meningkatnya prestasi belajar ips (sumber daya alam) melalui penerapan metode...
Meningkatnya prestasi belajar ips (sumber daya alam) melalui penerapan metode...Operator Warnet Vast Raha
 
Tesis Problem Based Learning
Tesis Problem Based LearningTesis Problem Based Learning
Tesis Problem Based Learningguestf6b63af
 
B nonoh b.indonesia repaired
B nonoh b.indonesia repairedB nonoh b.indonesia repaired
B nonoh b.indonesia repairedIlham Muhit
 
Meningkatkan prestasi belajar melalui pembelajaran quantum teaching
Meningkatkan prestasi belajar melalui pembelajaran quantum teachingMeningkatkan prestasi belajar melalui pembelajaran quantum teaching
Meningkatkan prestasi belajar melalui pembelajaran quantum teachingOperator Warnet Vast Raha
 

Similar a 64 hesty, s.si implementasi model pembelajaran tematik (20)

Ptk jual-beli
Ptk jual-beliPtk jual-beli
Ptk jual-beli
 
Proposal ptk
Proposal ptkProposal ptk
Proposal ptk
 
Makalah y prian budi purwanto
Makalah y prian budi purwantoMakalah y prian budi purwanto
Makalah y prian budi purwanto
 
widyaa.pdf
widyaa.pdfwidyaa.pdf
widyaa.pdf
 
Bahasa indonesia
Bahasa indonesiaBahasa indonesia
Bahasa indonesia
 
Ptk ipa
Ptk ipaPtk ipa
Ptk ipa
 
Lesson study artikel
Lesson study artikelLesson study artikel
Lesson study artikel
 
Penggunaan Media animasi dalam model pembelajaran langsung untuk meningkatkan...
Penggunaan Media animasi dalam model pembelajaran langsung untuk meningkatkan...Penggunaan Media animasi dalam model pembelajaran langsung untuk meningkatkan...
Penggunaan Media animasi dalam model pembelajaran langsung untuk meningkatkan...
 
Meningkatnya prestasi belajar ips (sumber daya alam) melalui penerapan metode...
Meningkatnya prestasi belajar ips (sumber daya alam) melalui penerapan metode...Meningkatnya prestasi belajar ips (sumber daya alam) melalui penerapan metode...
Meningkatnya prestasi belajar ips (sumber daya alam) melalui penerapan metode...
 
Meningkatnya prestasi belajar ips (sumber daya alam) melalui penerapan metode...
Meningkatnya prestasi belajar ips (sumber daya alam) melalui penerapan metode...Meningkatnya prestasi belajar ips (sumber daya alam) melalui penerapan metode...
Meningkatnya prestasi belajar ips (sumber daya alam) melalui penerapan metode...
 
Laporan pkp ut
Laporan pkp utLaporan pkp ut
Laporan pkp ut
 
Bab i
Bab iBab i
Bab i
 
Bab 1 3
Bab 1 3Bab 1 3
Bab 1 3
 
Jon hendri tugas ptk
Jon hendri tugas ptkJon hendri tugas ptk
Jon hendri tugas ptk
 
BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN
 
Tesis Problem Based Learning
Tesis Problem Based LearningTesis Problem Based Learning
Tesis Problem Based Learning
 
B nonoh b.indonesia repaired
B nonoh b.indonesia repairedB nonoh b.indonesia repaired
B nonoh b.indonesia repaired
 
skripsi BaB I
skripsi BaB Iskripsi BaB I
skripsi BaB I
 
Meningkatkan prestasi belajar melalui pembelajaran quantum teaching
Meningkatkan prestasi belajar melalui pembelajaran quantum teachingMeningkatkan prestasi belajar melalui pembelajaran quantum teaching
Meningkatkan prestasi belajar melalui pembelajaran quantum teaching
 
Proposal nonny
Proposal nonnyProposal nonny
Proposal nonny
 

64 hesty, s.si implementasi model pembelajaran tematik

  • 1. IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN TEMATIK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN DASAR SISWA SEKOLAH DASAR Oleh : H e s t y, S.Si.,M.Pd LEMBAGA PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN PROPINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PANGKALPINANG 2008
  • 2. DAFTAR ISI Halaman Daftar Isi ......................................................................................................... 2 Abstrak............................................................................................................ 3 A. Pendahuluan ............................................................................................. 3 B. Kajian Teori 1. Konsep Pembelajaran Tematik ............................................................. 7 2. Psikologi Gestalt sebagai Landasan Pengembangan Pembelajaran Tematik ............................................................................................... 8 3. Perencanaan Pembelajaran Tematik ..................................................... 9 4. Pelaksanaan Pembelajaran Tematik ..................................................... 9 5. Mengevaluasi Pembelajaran Tematik .................................................. 10 C. Hasil dan Pembahasan 1. Hasil Implementasi Model Pembelajaran Tematik ............................... 11 2. Pembahasan Hasil Penelitian ................................................................ 16 D. Simpulan dan Saran 1. Simpulan ............................................................................................... 32 2. Saran...................................................................................................... 35 Lampiran-Lampiran 2
  • 3. ABSTRAK IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN TEMATIK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN DASAR SISWA SEKOLAH DASAR Oleh : Hesty* Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran tentang penerapan model pembelajaran tematik dalam perencanaan, pelaksanaan dan dampak dari penerapan pembelajaran tematik beserta faktor-faktor pendukung dan penghambat penerapan model pembelajaran tematik di kelas rendah. Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode penelitian tindakan kelas di tiga sekolah dasar di Kabupaten Belitung Timur dengan kategori baik, sedang dan kurang. Subyek penelitian adalah guru dan siswa kelas dua sekolah dasar. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa guru di sekolah baik, sedang dan kurang memiliki kemampuan dalam menerapkan pembelajaran tematik. Kemampuan guru ini mengalami peningkatan selama dilakukan ujicoba tindakan. Aktivitas belajar siswa dalam kemampuan bertanya, mengeluarkan pendapat dan bekerjasama juga mengalami peningkatan seiring dengan semakin meningkatnya kemampuan guru dalam menerapkan model pembelajaran tematik. Penguasaan siswa terhadap materi pembelajaran yang dilakukan di setiap akhir ujicoba memperlihatkan peningkatan. Hal ini menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran tematik tidak hanya memperbaiki dan meningkatkan proses pembelajaran di kelas tetapi juga meningkatkan penguasaan siswa terhadap materi pembelajaran. Walaupun hasil yang diperoleh di tiap sekolah berbeda- beda. Perbedaan ini dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti kualitas guru, karakteristik siswa, ketersediaan sarana dan prasarana serta faktor lingkungan seperti kepemimpinan kepala sekolah. Penelitian ini juga menghasilkan model pembelajaran tematik yang bersifat generik. Artinya model pembelajaran tematik ini dimungkinkan untuk bisa diterapkan di sekolah lain yang minimal memiliki karakteristik yang sama dengan sekolah berkategori kurang. Kata kunci : implementasi, pembelajaran, model, tematik, sekolah dasar A. Pendahuluan Berbagai hasil penelitian yang dilakukan oleh lembaga internasional maupun data statistik nasional menunjukkan bahwa pendidikan dasar di Indonesia belum menunjukkan hasil yang memuaskan. Bank Dunia (1998) melaporkan tentang hasil pengukuran indikator mutu secara kuantitatif pada Sekolah Dasar (SD) di beberapa negara di Asia. Hasilnya menunjukkan bahwa hasil tes membaca murid kelas IV SD, Indonesia berada pada peringkat terendah di Asia 3
  • 4. Timur, berada di bawah Hongkong 75,5%, Singapura 74%, Thailand 65,1%, Filifina 52,6% dan Indonesia 51,7%. Dari hasil penelitian ini disebutkan pula bahwa para siswa di Indonesia hanya mampu menguasai 30% dari materi bacaan dan mengalami kesulitan menjawab soal-soal berbentuk uraian yang memerlukan penalaran. Data hasil pengukuran daya serap kurikulum siswa secara nasional oleh Direktorat Pendidikan TK dan SD tahun 2000/2001 juga menunjukkan bahwa rata-rata daya serap kurikulum secara nasional juga masih rendah, yaitu 5,1 untuk lima mata pelajaran. Kondisi ini menunjukkan bahwa reformasi dalam sistem pendidikan nasional kita sudah menjadi suatu keharusan yang tidak bisa ditunda lagi, terutama pada jenjang pendidikan dasar yang menjadi landasan bagi pengembangan pendidikan pada jenjang selanjutnya. Pendidikan dasar yang menjadi landasan bagi pengembangan pendidikan di tingkat selanjutnya, haruslah mampu berfungsi mengembangkan potensi diri peserta didik dan juga sikap serta kemampuan dasar yang diperlukan peserta didik untuk hidup dalam masyarakat, terutama untuk menghadapi perubahan-perubahan dalam masyarakat, baik dari sisi ilmu pengetahuan, teknologi, sosial maupun budaya, di tingkat lokal maupun global. Kemampuan dasar yang harus dimiliki peserta didik dan menjadi tujuan utama dalam pembelajaran di sekolah dasar adalah kemampuan dalam membaca, menulis dan berhitung atau sering kali disebut dengan istilah ”the 3Rs”. Upaya untuk meningkatkan proses pembelajaran harus dilaksanakan demi tercapainya tujuan penyelenggaraan pendidikan dasar. Karena inti dari peningkatan mutu pendidikan adalah terjadinya peningkatan kualitas dalam proses pembelajaran yang berlangsung di dalam kelas. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Blazely dkk, 1997 (Suderajat, 2002:3). menyebutkan bahwa proses pembelajaran yang terjadi di sekolah masih banyak menggunakan pendekatan pembelajaran yang kurang memperhatikan kebutuhan dan pengembangan potensi siswa, serta cenderung bersifat sangat teoritik Peran guru masih sangat dominan (teacher centered), dan gaya mengajar cenderung bersifat satu arah. Akhirnya, proses pembelajaran yang terjadi hanya sebatas pada penyampaian informasi saja (transfer of knowledge), kurang terkait dengan lingkungan sehingga siswa tidak 4
  • 5. mampu memanfaatkan konsep kunci keilmuan dalam proses pemecahan masalah kehidupan yang dialami siswa sehari-hari. Kondisi inilah yang menurut pemerhati tersebut yang menyebabkan rendahnya kemampuan membaca, menulis siswa SD di Indonesia (Republika, 2 Maret 1999). Berdasarkan kondisi tersebut, pemerintah melalui Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP), menetapkan pendekatan tematik sebagai pendekatan pembelajaran yang harus dilakukan pada siswa Sekolah Dasar terutama pada siswa kelas rendah (kelas I s.d III). Menurut BSNP (2006:35) penetapan pendekatan tematik dalam pembelajaran di SD dikarenakan perkembangan peserta didik pada kelas rendah Sekolah Dasar, pada umumnya berada pada tingkat perkembangan yang masih melihat segala sesuatu sebagai satu keutuhan (holistik) serta baru mampu memahami hubungan antara konsep secara sederhana. Oleh karena itu proses pembelajaran masih bergantung kepada objek konkret dan pengalaman yang dialami secara langsung. Pembelajaran yang dilakukan dengan mata pelajaran terpisah akan menyebabkan kurang mengembangkan anak untuk berpikir holistik dan membuat kesulitan bagi peserta didik mengaitkan konsep dengan kehidupan nyata mereka sehari-hari. Akibatnya, para siswa tidak mengerti manfaat dari materi yang dipelajarinya untuk kehidupan nyata. Sistem pendidikan seperti ini membuat manusia berpikir secara parsial, terkotak-kotak, yang menurut David Orr dalam (Megawangi, 2005) adalah akar dari permasalahan yang ada. Penetapan pendekatan tematik dalam proses pembelajaran juga diharapkan dapat menjembatani pendidikan yang telah dialami anak di Taman Kanak-Kanak (TK), sehingga dapat menekan angka mengulang kelas yang masih tinggi terutama pada kelas rendah. Strategi pembelajaran dengan menggunakan pendekatan tematik (selanjutnya disebut pembelajaran tematik) sebenarnya telah diisyaratkan sejak kurikulum 1994, akan tetapi karena keterbatasan kemampuan guru, baik yang disebabkan oleh proses pendidikan yang dilaluinya maupun kurangnya pelatihan tentang pembelajaran tematik mengakibatkan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan tematik tidak dapat diwujudkan dengan baik. Terlebih lagi disadari, bahwa penerapan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan ini memerlukan 5
  • 6. persiapan yang tinggi dari guru, dalam hal waktu, sumber, bahan ajar, serta perangkat pendukung lainnya. Oleh karena itu penelitian tentang implementasi model pembelajaran tematik di kelas rendah Sekolah Dasar beserta faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilannya, terutama untuk meningkatkan kemampuan dasar siswa SD dalam membaca, menulis dan berhitung, sangat diperlukan. Berdasarkan pemikiran di atas, penelitian ini diarahkan pada implementasi model pembelajaran tematik yang dapat memperbaiki dan meningkatkan proses pembelajaran serta meningkatkan kemampuan dasar siswa Sekolah Dasar. Implementasi model pembelajaran tematik dibatasi oleh (1) desain, pelaksanaan dan evaluasi model pembelajaran tematik yang akan digunakan beserta faktor- faktor yang mempengaruhinya, (2) penerapan model pembelajaran tematik yang dilakukan oleh guru di kelas II SD, dan (3) dampak dari penerapan model pembelajaran tematik terhadap kemampuan dasar siswa kelas II SD. Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengetahui langkah-langkah dalam mendesain model pembelajaran tematik di Sekolah Dasar (2) mengetahui pelaksanaan model pembelajaran tematik di Sekolah Dasar, (3) mengetahui hasil belajar hasil belajar yang diperoleh siswa selama penerapan model pembelajaran tematik, serta (4) mengetahui faktor pendukung dan penghambat dalam penerapan model pembelajaran tematik untuk meningkatkan kemampuan dasar siswa Sekolah Dasar. Penelitian dilakukan dengan menggunakan desain penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan di tiga sekolah dasar dengan kategori, baik, sedang dan kurang. Subyek penelitian ini adalah guru dan siswa kelas II di tiga Sekolah Dasar di wilayah Kecamatan Manggar, Kabupaten Belitung Timur. Pengumpulan data dilakukan melalui observasi, kuisioner, wawancara dan studi dokumentasi. Data yang dikumpulkan terutama berhubungan dengan tahap perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pembelajaran tematik. Data yang terkumpul kemudian dianalisis secara kualitatif dan kuantitatif 6
  • 7. B. Kajian teori 1. Konsep Pembelajaran Tematik Penetapan pendekatan tematik dalam pembelajaran di kelas rendah oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) ini tidak lepas dari perkembangan akan konsep pembelajaran terpadu. Menilik perkembangan konsep pendekatan terpadu di Indonesia, pada saat ini model pembelajaran yang dipelajari dan berkembang adalah model pembelajaran terpadu yang dikemukakan oleh Fogarty (1990). Model pembelajaran terpadu yang dikemukakan oleh Fogarty ini berawal dari konsep pendekatan interdisipliner yang dikembangkan oleh Jacob (1989). Jacob (1989) dan Fogarty (1991) berpendapat bahwa wujud penerapan pendekatan integratif itu bersifat rentangan (continuum). Jacob menggambarkannya sebagai berikut. Discipline Parallel Cross- Multi- Inter- Integrated Complete based Discipline disciplinary disciplinary Disciplinary Day Program Gambar 1. Rentang penerapan pendekatan integratif menurut Jacob (1989) dan Fogarty (1991) Bertolak dari konsep PI yang dianut Jacob tersebut, Fogarty (1991) menyatakan bahwa ada 10 model integrasi pembelajaran, yaitu model fragmented, connected, nested, sequenced, shared, webbed, threaded, integrated, immersed, dan networked. Model-model itu merentang dari yang paling sederhana hingga yang paling rumit, mulai dari separated-subject sampai eksplorasi keterpaduan antar aspek dalam satu bidang studi (model fragmented, connected, nested), model yang menerpadukan antar berbagai bidang studi (model sequenced, shared, webbed, threaded, integrated), hingga menerpadukan dalam diri pembelajar sendiri dan lintas pembelajar (model immersed dan networked). Adapun karakteristik dari pembelajaran tematik ini menurut Tim Pengembang PGSD (1997:3-4) adalah : (1) Holistik, suatu gejala atau peristiwa 7
  • 8. yang menjadi pusat perhatian dalam pembelajaran tematik diamati dan dikaji dari beberapa bidang studi sekaligus, tidak dari sudut pandang yang terkotak-kotak. (2) Bermakna, pengkajian suatu fenomena dari berbagai macam aspek, memungkinkan terbentuknya semacam jalinan antar skemata yang dimiliki oleh siswa, yang pada gilirannya nanti, akan memberikan dampak kebermaknaan dari materi yang dipelajari; (3) Otentik, pembelajaran tematik memungkinkan siswa memahami secara langsung konsep dan prinsip yang ingin dipelajari. (4) Aktif, pembelajaran tematik dikembangkan dengan berdasar kepada pendekatan diskoveri inkuiri dimana siswa terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran, mulai dari perencanaan, pelaksanaan, hingga proses evaluasi. 2. Psikologi Gestalt sebagai Landasan Pengembangan Pembelajaran Tematik Berhasilnya suatu proses pendidikan, bergantung pada proses pembelajaran yang terjadi di sekolah. Kemampuan guru yang berhubungan dengan pemahaman guru akan hakekat belajar akan sangat mempengaruhi proses pembelajaran yang berlangsung. Guru yang memiliki pemahaman hakekat belajar sebagai proses mengakumulasi pengetahuan maka proses pembelajaran yang terjadi hanyalah sekedar pemberian sejumlah informasi yang harus dihapal siswa. Sebaliknya, apabila pemahaman guru tentang belajar adalah proses memperoleh perilaku secara keseluruhan, proses pembelajaran yang terjadi mencerminkan suatu kesatuan yang mengandung berbagai persoalan untuk dipahami oleh anak secara keseluruhan dan terpadu. Seperti yang diungkapkan oleh Surya (2002:84) bahwa belajar adalah suatu proses yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam interaksinya dengan lingkungannya. Dari definisi akan hakekat belajar di atas dapat diketahui bahwa landasan pengembangan pembelajaran tematik secara psikologis adalah merunut pada teori belajar gestalt. Gestalt berasal dari bahasa Jerman yang berarti ’whole configuration’ atau bentuk yang utuh, pola, kesatuan dan keseluruhan. Teori ini memandang kejiwaan manusia terikat pada pengamatan yang berwujud pada 8
  • 9. bentuk menyeluruh. Menurut teori belajar ini seorang belajar jika ia mendapat ”insight”. Insight itu diperoleh bila ia melihat hubungan tertentu antara berbagai unsur dalam situasi itu, sehingga hubungan itu menjadi jelas baginya dan demikian memecahkan masalah itu (Nasution, 2004; Slameto, 2003) 3. Perencanaan Pembelajaran Tematik Model pembelajaran tematik merupakan model pembelajaran yang pengembangannya dimulai dengan menentukan topik tertentu sebagai tema atau topik sentral, setelah tema ditetapkan maka selanjutnya tema itu dijadikan dasar untuk menentukan dasar sub-sub tema dari bidang studi lain yang terkait (Fogarty, 1991 : 54). Penentuan tema dapat dilakukan oleh guru melalui tema konseptual yang cukup umum tetapi produktif. Dapat pula ditetapkan dengan negosiasi antara guru dengan siswa, atau dengan cara diskusi sesama siswa. Alwasilah, dkk (1998:16) menyebutkan bahwa tema dapat diambil dari konsep atau pokok bahasan yang ada disekitar lingkungan siswa, karena itu tema dapat dikembangkan berdasarkan minat dan kebutuhan siswa yang bergerak dari lingkungan terdekat siswa dan selanjutnya beranjak ke lingkungan terjauh siswa. Berikut ini ilustrasi yang diberikan dalam penentuan tema. Lingkungan Luar Sekolah Lingkungan Lingkungan Rumah Lingkungan terdekat siswa (j i di i i ) Gambar 2. Pengembangan Tema 4. Pelaksanaan Pembelajaran Tematik Tahap ini merupakan pelaksanaan kegiatan proses belajar mengajar sebagai unsur inti dari aktivitas pembelajaran, yang dalam pelaksanaannya disesuaikan dengan rambu-rambu yang telah disusun dalam perencanaan sebelumnya. Pelaksanaan pelambelajaran tematik diterapkan ke dalam tiga langkah 9
  • 10. pembelajaran yaitu (1) Kegiatan awal bertujuan untuk menarik perhatian siswa, menumbuhkan motivasi belajar siswa,dan memberikan acuan atau rambu-rambu tentang pembelajaran yang akan dilakukan (Sanjaya, W., 2006:41) ; (2) Kegiatan inti, merupakan kegiatan pokok dalam pembelajaran. Dimana dilakukan pembahasan terhadap tema dan subtema melalui berbagai kegiatan belajar dengan menggunakan multi metode dan media sehingga siswa mendapatkan pengalaman belajar yang bermakna. Pada waktu penyajian dan pembahasan tema, guru dalam penyajiannya sehendaknya lebih berperan sebagai fasilitator (Alwasilah:1988); (3) Kegiatan akhir, dapat diartikan sebagai kegiatan yang dilakukan oleh guru untuk mengakhiri pelajaran dengan maksud untuk memberikan gambaran menyeluruh tentang apa yang telah dipelajari siswa serta keterkaitannya dengan pengalaman sebelumnya, mengetahui tingkat keberhasilan siswa serta keberhasilan guru dalam pelaksanaan proses pembelajaran. 5. Mengevaluasi Pembelajaran Tematik Menurut Raka Joni (1996 : 16), bahwa pada dasarnya evaluasi dalam pembelajaran tematik tidak berbeda dari evaluasi untuk kegiatan pembelajaran konvensional. Oleh karena itu, semua asas-asas yang perlu diindahkan dalam pembelajaran konvensional berlaku pula bagi penilaian pembelajaran tematik. Bedanya dalam evaluasi pembelajaran tematik lebih menekankan pada aspek proses dan usaha pembentukan efek iringan (nurturant effect) seperti kemampuan bekerja sama, tenggang rasa dan sebagainya. Menurut Pusat Kurikulum (2002), penilaian siswa di kelas I dan II SD belum mengikuti aturan penilaian seperti mata pelajaran lain, mengingat anak kelas I SD belum semua lancar membaca dan menulis, maka cara penilaian di kelas I tidak ditekankan pada penilaian secara tertulis. 10
  • 11. C. Hasil dan Pembahasan 1. Hasil Implementasi Model Pembelajaran Tematik Persiapan perencanaan tindakan Perencanaan tindakan dirancang berdasarkan hasil studi awal di sekolah yang akan dijadikan lokasi penelitian penerapan model pembelajaran tematik di kelas II Sekolah Dasar. Berdasarkan hasil studi awal diketahui bahwa guru yang akan menjadi mitra peneliti dalam penelitian implementasi model pembelajaran tematik untuk meningkatkan kemampuan dasar siswa Sekolah Dasar, baik pada sekolah kategori baik, sedang mapun kurang belum memiliki pemahaman yang cukup tentang pembelajaran tematik. Selain itu, pendekatan pembelajaran yang dilakukan di kelas II masih menggunakan pendekatan bidang studi walaupun kurikulum yang digunakan sebagai pedoman pembelajaran di kelas II saat ini adalah kurikulum 2004 (kurikulum berbasis kompetensi). Artinya guru belum pernah menerapkan model pembelajaran tematik di kelas. Oleh karena itu, untuk menyamakan persepsi tentang pembelajaran tematik antara guru dengan peneliti dilakukan pembekalan tentang pembelajaran tematik, yang menyangkut perencanaan dan penerapan pembelajaran tematik di kelas. Setelah dilakukan pembekalan terhadap guru, dilakukan diskusi untuk membuat rencana dan jadwal tindakan di masing – masing sekolah kategori baik, sedang dan kurang. Pada tahap awal perencanaan tindakan dilakukan analisis terhadap standar kompetensi dasar (SKD) dan kompetensi dasar (KD) pada mata pelajaran yang akan dipadukan. Berdasarkan hasil analisis SKD dan KD ditentukan tema yang akan diangkat sebagai pemadu / pengait antara mata pelajaran yang akan dipadukan. Setelah dilakukan diskusi antara guru dan peneliti, disepakati tema yang diangkat adalah tentang permainan, rekreasi dan kegemaran. Pelaksanaan tindakan akan dilakukan secara paralel di sekolah kategori baik, sedang dan kurang. Perencanaan pembelajaran tematik dirancang oleh guru bersama-sama dengan peneliti dan diujicobakan pada sekolah berkategori baik, sedang maupun kurang (RPP terlampir) 11
  • 12. Pelaksanaan Ujicoba Tindakan di Sekolah Berdasarkan hasi ujicoba yang telah dilaksanakan sebanyak lima kali putaran diketahui bahwa dalam penerapan model pembelajaran tematik di sekolah kategori baik, sedang dan kurang secara umum memiliki pola peningkatan perbaikan yang sama pada tiap ujicoba. Pola peningkatan perbaikan ini dapat dilihat dari kemampuan guru dalam mengimplementasikan model pembelajaran tematik maupun kemajuan aktivitas belajar siswa selama dilakukannya ujicoba. Adapun alur implementasi model pembelajaran tematik yang terjadi di setiap sekolah, dari desain, implementasi dan evaluasi pembelajaran secara umum seperti yang ditunjukkan pada bagan di bawah ini. 12
  • 13. AWAL TINDAKAN PERTENGAHAN TINDAKAN AKHIR TINDAKAN Disain : Disain : Disain : Tema : Permainan Tema : Rekreasi Tema : Kegemaran Waktu : 5 JPL (1 x 35 menit) Waktu : 10 JPL (1 x 35 menit) Waktu : 5 JPL (1 x 35 menit) C. I. Indikator (Tujuan Pembelajaran Khusus) B. I. Indikator (Tujuan Pembelajaran Khusus) A. I. Indikator (Tujuan Pembelajaran Khusus) Dikembangkan dari materi pelajaran Bahasa Indonesia, Dikembangkan dari materi pelajaran Bahasa Indonesia, Dikembangkan dari materi pelajaran Bahasa Indonesia, dan Matematika, IPA dan PKnPs Matematika, IPA, IPS dan PKnPs dengan pertimbangan waktu Matematika dengan mempertimbangkan waktu dan II. Organisasi Materi II. Organisasi Materi kedalaman materi Keterkaitan dengan tema dan indikator Keterkaitan dengan tema dan indikator II. Organisasi Materi III. Langkah pembelajaran III. Langkah pembelajaran Keterkaitan dengan tema dan indikator 2. Kegiatan awal 1. Kegiatan awal III. Langkah pembelajaran Tanya jawab diarahkan pada tema Tanya jawab diarahkan pada tema dengan menggali 1. Kegiatan awal Guru menjelaskan tujuan pembelajaran dan kegiatan pengalaman dari siswa Tanya jawab diarahkan pada tema dengan menggali pembelajaran yang akan dilakukan Guru menjelaskan tujuan pembelajaran dan kegiatan pengalaman dari siswa 3. Kegiatan inti pembelajaran yang akan dilakukan Guru menjelaskan tujuan pembelajaran dan kegiatan Aktivitas guru fokus pada kemampuan guru memadukan 2. Kegiatan inti pembelajaran yang akan dilakukan materi pembelajaran yang terkait Aktivitas guru fokus pada kemampuan guru memadukan 2. Kegiatan inti Aktivitas pembelajaran siswa fokus pada kemampuan materi pembelajaran yang terkait dan membangkitkan Aktivitas guru fokus pada kemampuan guru memadukan bercerita motivasi siswa materi pembelajaran dan meningkatkan peran aktif siswa 4. Kegiatan akhir Aktivitas pembelajaran siswa fokus pada bermain peran Aktivitas pembelajaran siswa fokus pada kemampuan Bersama-sama siswa guru membuat kesimpulan 3. Kegiatan akhir bercerita dan menulis pengalaman Melakukan postest Bersama-sama siswa guru membuat kesimpulan. 3. Kegiatan akhir Implementasi : Melakukan postest Bersama-sama siswa guru membuat kesimpulan 1. Kegiatan awal Implementasi : Melakukan postest Guru belum menyampaikan tema, tujuan dan kegiatan 1. Kegiatan awal Implementasi : pembelajaran Guru sudah menyampaikan tema, tujuan dan kegiatan 1. Kegiatan awal 2. Kegiatan inti pembelajaran Guru menyampaikan tema, tujuan dan kegiatan Guru belum menggunakan pertanyaan pemandu 2. Kegiatan inti pembelajaran Guru mulai mengaitkan materi pembelajaran dengan Guru mulai menggunakan pertanyaan pemandu 2. Kegiatan inti kehidupan anak sehari-hari Guru mengaitkan materi pembelajaran dengan kehidupan Guru terbiasa menggunakan pertanyaan pemandu Sistematika penyampaian konsep masih terkesan anak sehari-hari Guru terbiasa mengaitkan materi pembelajaran dengan melompat-lompat (terpisah). Sistematika penyampaian konsep mulai menyatu kehidupan anak sehari-hari Siswa belum mempunyai keberanian untuk bercerita di Siswa bermain peran cukup baik Guru terbiasa menyampaikan pembelajaran menggunakan depan kelas. Siswa mulai mempunyai keberanian untuk bertanya dan tema dan mulai berperan sebagai fasilitator 3. Kegiatan akhir mengungkapkan pendapat Siswa terlibat aktif dalam pembelajaran dengan berani Guru tidak memberikan kesimpulan akhir pembelajaran 3. Kegiatan akhir untuk bertanya dan mengungkapkan pendapat Guru memberikan postest Guru memberikan kesimpulan akhir pembelajaran Guru memberikan penguatan terhadap hasil kerja Refleksi: Guru memberikan postest kelompok siswa Guru masih terlihat kaku. Penyampaian materi masih Refleksi: 3. Kegiatan akhir terkesan terpisah-pisah dan tidak fokus. Guru tidak lagi terlihat kaku. Penggunaan pertanyaan Guru memberikan kesimpulan akhir pembelajaran Keberanian siswa untuk bercerita di depan kelas belum pemandu belum optimal. Guru memberikan postest muncul. Aktifitas belajar siswa dalam kelompok terlihat Siswa mulai berani bertanya dan mengungkapkan pendapat. Refleksi: menunjukkan kegairahan. Kemampuan untuk berjasama dalam kelompok juga mulai Guru mulai terbiasa melaksanakan pembelajaran tematik. Umpan Balik terjalin. Metode pembelajaran yang berpusat pada siswa, membuat Penentuan indikator pembelajaran mempertimbangkan Umpan Balik siswa lebih aktif dalam mengikuti pembelajaran waktu Penentuan indikator pembelajaran mempertimbangkan waktu Umpan Balik Guru dibiasakan menyampaikan tujuan pembelajaran Guru harus memperbanyak memberikan penguatan dan Penentuan indikator pembelajaran mempertimbangkan Guru harus mengembangkan kemampuan bertanya penghargaan kepada siswa. waktu dan kedalaman materi Guru harus memperbanyak contoh yang terkait dengan Guru harus memberikan kesempatan kepada siswa yang pasif Guru harus membiasakan menempatkan siswa sebagai kehidupan untuk terlibat aktif dalam pembelajaran subyek pembelajaran. Guru harus membuat kesimpulan di akhir pembelajaran. Gambar 3. Bagan Alur Implementasi Model Pembelajaran Tematik Secara Umum
  • 14. Dampak Penerapan Model Pembelajaran Tematik Dampak penerapan model pembelajaran tematik dilihat dari kualitas pembelajaran dan hasil belajar siswa. Dampak dari penerapan model pembelajaran tematik dari kualitas pembelajaran lebih ditekankan pada aktivitas belajar siswa, karena orientasi dari pembelajaran tematik yang bersifat student oriented. Aktivitas belajar siswa terutama dilihat dari kemampuan siswa dalam bertanya, mengungkapkan pendapat dan bekerjasama dalam kerja kelompok. Berdasarkan hasil observasi terhadap aktivitas belajar siswa yang diperoleh selama ujicoba kesatu sampai kelima di sekolah kategori baik, sedang maupun kurang menunjukkan terjadinya peningkatan. Peningkatan aktivitas belajar siswa ini terutama terlihat dari rasa keingintahuan siswa ketika guru melontarkan pertanyaan pemandu. Seperti ilustrasi percakapan yang terjadi di sekolah baik berikut ini. Guru : ”Apakah yang selalu mengikuti kita ketika berjalan di bawah sinar matahari ?” Siswa : ”Bayang-bayang Bu... (sebagian siswa langsung menjawab pertanyaan) Guru : ”Betul tidak bayangan...?” (guru melontarkan pertanyaan balik kepada siswa) Siswa : ”Ya Bu....(sebagian siswa menjawab sebagian lagi tampak diam). Guru : ”Baik..nanti kita buktikan bersama-sama betul tidak yang mengikuti kita jika sedang berjalan di bawah sinar matahari adalah bayang-bayang.” Siswa : (tiba-tiba seorang siswa langsung bertanya).”Dimana kita melihat bayang-bayang itu, Bu.” Guru : ”Kita nanti akan melakukan percobaan membuktikan adanya bayang yang terbentuk di halaman sekolah.” Ketika siswa melakukan kerja kelompok, terlihat siswa juga banyak melontarkan pertanyaan kepada guru seperti ”Kenapa bayangan kapur tidak ada waktu senternya diletakkan mendatar, Bu?”, ”Air hujan di dalam kolam depan kelas itu termasuk lingkungan buatan apa bukan Bu?”. Kemampuan siswa dalam mengekspresikan pendapat mereka juga semakin meningkat. Hal ini terlihat ketika guru meminta mereka untuk menuliskan
  • 15. pengalaman mereka ketika berlibur. Berikut ini cuplikan tulisan siswa tentang pengalaman mereka ketika berlibur. ”Saya pernah pergi ke Puri Indah. Saya pergi dengan Bapak Ibu Adik saya. Nama saya Andre. Nama keluarga saya ibu yanti ayah wawan. Saya pergi naik mobil. Sudah sampai saya meminjam pelampung dan saya mandi. Di sana airnya tidak dalam dan banyak orang. Setelah mandi saya kedinginan. Setelah itu saya pakai baju sudah pakai baju saya makan di kantin. Makanannya enak lo setelah ke puri indah saya pulang. Di rumah saya mandi kan dingin setelah mandi saya tidur. Sampai disini ya ceritanya . Kemampuan siswa dalam memberikan pendapat juga sudah mulai memberikan alasan yang tidak terduga seperti, ”Saya pernah ke Pantai Bukit Batu. Di sana ramai dan banyak orangnya. Kami senang sekali karena banyak orang yang mengenali kami.” Peningkatan aktivitas belajar siswa ini seiring dengan terjadinya peningkatan kemampuan guru dalam menerapkan pembelajaran tematik. Peningkatan kemampuan guru di sekolah baik, sedang maupun kurang dalam menerapkan pembelajaran tematik dapat dilihat pada grafik di bawah ini : Kemampuan Guru Mengimplementasikan Pembelajaran Tematik 60 48 50 49 50 Rata-rata Kemampuan 50 46 47 44 41 43 38 38 39 40 35 Baik 32 Guru 27 30 Sedang 20 Kurang 10 0 1 2 3 4 5 Ujicoba Grafik 1. Kemampuan Guru Mengimplementasikan Pembelajaran Tematik di Tiap Sekolah 15
  • 16. Begitu pula halnya dengan dampak penerapan model pembelajaran tematik terhadap hasil belajar siswa, menunjukkan terjadinya peningkatan penguasaan siswa terhadap materi pembelajaran yang dilakukan selama penerapan model pembelajaran tematik, seperti terlihat pada grafik di bawah ini : Hasil Belajar Siswa di Setiap Sekolah 90 81,3 81,7 83,1 85,6 80,8 78,1 77,5 78,2 78,3 79,1 80 66,7 67,2 70 62,3 66,1 63,3 Nilai Rata-rata 60 Baik 50 40 Sedang 30 Kurang 20 10 0 1 2 3 4 5 Ujicoba Grafik 2. Hasil Belajar Siswa Selama Ujicoba di Setiap Sekolah 2. Pembahasan Hasil Penelitian Desain Model Pembelajaran Tematik Pengembangan desain model pembelajaran tematik yang digunakan dalam penelitian ini mengacu pada model pembelajaran tematik yang dikeluarkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP). Model pembelajaran ini oleh BSNP dikembangkan dari model teoritik yang diperkenalkan oleh Fogarty (1991). Berikut ini langkah-langkah pengembangan desain model pembelajaran tematik yang telah diujicobakan. a. Pemetaan Kompetensi Dasar Kegiatan pemetaan ini dilakukan untuk memperoleh gambaran secara menyeluruh dan utuh akan semua standar kompetensi, kompetensi dasar dan indikator dari berbagai mata pelajaran yang dipadukan dalam tema yang dipilih. Kegiatan yang dilakukan dalam tahapan ini adalah : 16
  • 17. 1) Penjabaran Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) ke dalam Indikator Pada penjabaran SK dan KD ke dalam indikator yang perlu dipertimbangkan adalah kesesuaian antara indikator dengan karakteristik peserta didik dan mata pelajaran. Selain itu juga indikator harus dirumuskan dalam kata kerja operasional yang terukur dan atau dapat diamati. 2) Menentukan Tema Menurut BSNP (2006) cara untuk menentukan tema dapat dilakukan dengan dua cara yaitu (1) mempelajari SK dan KD yang terdapat dalam masing-masing mata pelajaran, dilanjutkan dengan menentukan tema yang sesuai; dan (2) menetapkan terlebih dahulu tema-tema pengikat keterpaduan, untuk menentukan tema tersebut, guru dapat bekerjasama dengan peserta didik sehingga sesuai dengan minat dan kebutuhan anak. Berdasarkan hasil ujicoba selama penelitian, baik di sekolah kategori baik sedang maupun kurang, tema yang dirancang ditentukan oleh guru berdasarkan hasil analisis terhadap standar kompetensi dan kompetensi dasar. Guru belum mengikutkusertakan siswa dalam penentuan tema, akan tetapi guru pada sekolah baik dan sedang sudah memiliki kemampuan yang cukup baik dalam mengeksplorasi tema dari pengalaman siswa. Pada sekolah kurang, dominasi guru masih terlihat ketika guru melakukan tanya jawab atau mengeksplorasi pengalaman siswa terkait dengan tema. Guru masih sering mengarahkan jawaban siswa pada satu jawaban bahkan memberikan tanggapan yang negatif terhadap pendapat siswa. Penentuan tema dilakukan berdasarkan minat dan kedekatan tema tersebut dengan diri dan lingkungan siswa. Menurut Meinbach, dkk (1995) penentuan tema dapat berasal dari berbagai sumber, di antaranya : Topik-topik yang ada dalam kurikulum (Kompetensi Dasar) Contohnya : binatang-binatang, pengenalan musim, cuaca, tanaman, hidup sehat, matahari dan bulan, mesin sederhana, cahaya dan panas, bertetangga, bermasyarakat, transportasi, kehidupan keluarga, tumbuh menjadi besar dan berolahraga 17
  • 18. Isu-isu yang langsung menimpa diri siswa. Contohnya : pekerjaan rumah, kejadian dalam keluarga, saudara kandung, aturan-aturan, masalah sampah Masalah-masalah yang lebih cenderung kepada sesuatu yang sifatnya umum. Contohnya : penggunaan energi, kriminalitas, sumber-sumber alamiah, lingkungan dan makanan Kejadian khusus. Contohnya : ulang tahun, liburan, nonton sirkus dan perjalanan wisata. Minat siswa, berkenaan dengan kegemaran atau aktivitas. Contohhnya : teman dan tetangga, liburan, eksplorasi ruang angkasa, naik pesawat terbang atau kapal laut, sesuatu yang menakutkan siswa, alam laut atau pegunungan dan tema-tema yang berasal dari film (dinosaurus, monster, shark). Ketertarikan pada bacaan. Contohnya : kisah petualangan, fiksi, puisi, kisah misteri, cerita-cerita dongeng, cerita-cerita olah raga, dan buku-buku dari penulis favorit Lebih lanjut Meinbach, dkk (1995) menyatakan beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam pemilihan tema, yaitu : Tidak terlalu luas, namun dengan mudah dapat digunakan untuk memadukan banyak bidang studi Memperhatikan lingkungan yang terdekat dengan siswa. Bermakna, maksudnya bahwa tema yang dipilih untuk dikaji harus memberikan bekal bagi siswa untuk belajar selanjutnya Tema yang dipilih harus memungkinkan terjadinya proses berpikir pada diri siswa. Ruang lingkup tema disesuaikan dengan usia dan tingkat perkembangan psikologis anak, termasuk minat kebutuhan dan kemampuannya. 3) Identifikasi dan Analisis Standar Kompetensi (SK), Kompetensi Dasar (KD) dan Indikator Melakukan identifikasi dan analisis untuk setiap SK, KD dan indikator yang cocok untuk setiap tema sehingga semua SK, KD dan indikator terbagi habis, akan tetapi jika terdapat kompetensi yang tidak tercakup pada tema tertentu tetap diajarkan melalui tema lain ataupun disajikan secara tersendiri. Artinya untuk SK, 18
  • 19. KD dan indikator yang tidak dapat dipadukan dengan mata pelajaran lain disajikan secara tersendiri. Selain itu pula dimungkinkan untuk dilakukannya penggabungan kompetensi dasar lintas semester, dengan tetap memperhatikan organisasi materi pelajaran yang diberikan kepada siswa. b. Menetapkan Jaringan Tema Jaringan tema dibuat untuk menghubungkan KD dan indikator dengan tema pemersatu. Dengan jaringan tema tersebut akan terlihat kaitan antara tema, KD dan indikator dari setiap mata pelajaran. Jaringan tema ini dikembangkan sesuai dengan alokasi waktu setiap tema. c. Penyusunan Silabus Hasil seluruh proses yang telah dilakukan pada tahap-tahap sebelumnya dijadikan dasar dalam penyusunan silabus. Komponen silabus terdiri dari SK, KD, indikator, pengalaman belajar, alat/sumber dan penilaian d. Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) RPP merupakan realisasi dari pengalaman belajar siswa yang telah ditetapkan dalam silabus pembelajaran. Komponen RPP tematik meliputi : Identitas mata pelajaran (nama mata pelajaran yang akan dipadukan, kelas, semester dan waktu/banyaknya jam pertemuan yang alokasikan). Kompetensi dasar dan indikator yang akan dilaksanakan. Materi pokok beserta uraiannya yang perlu dipelajari siswa dalam rangka mencapai kompetensi dasar dan indikator. Strategi pembelajaran (kegiatan pembelajaran secara konkret yang harus dilakukan siswa dalam berinteraksi dengan materi pembelajaran dan sumber belajar untuk menguasai kompetensi dan indikator. Kegiatan ini tertuang dalam kegiatan pembukaan, inti dan penutup) Alat dan media yang digunakan untuk memperlancar pencapaian kompetensi dasar, serta sumber bahan yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran tematik sesuai dengan KD yang harus dikuasai. 19
  • 20. Penilaian dan tindak lanjut (prosedur dan instrumen yang akan digunakan untuk menilai pencapaian belajar peserta didik serta tindak lanjut hasil penilaian). Pelaksanaan Pembelajaran Tematik Pelaksanaan pembelajaran tematik merupakan inti dari aktivitas pembelajaran, yang dalam pelaksanaannya disesuaikan dengan rambu-rambu yang telah disusun dalam perencanaan sebelumnya. Pada tahapan ini dapat diketahui kekuatan dan kelemahan dari rancangan desain yang telah disusun. Oleh karena itu dibutuhkan kemampuan guru dalam melaksanakan model pembelajaran tematik. Kemampuan guru dalam menerapkan pembelajaran tematik yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah pada kemampuan guru untuk menerapkan langkah-langkah pembelajaran yang telah ditetapkan. Berdasarkan hasil ujicoba yang telah dilaksanakan di tiga sekolah yang berkategori baik, sedang dan kurang diketahui bahwa tingkat keberhasilan guru dalam menerapkan pembelajaran tematik sangat bergantung pada kemampuan guru. Berdasarkan hasil observasi pada ujicoba pertama terlihat guru mengalami kesulitan dalam menerapkan pembelajaran tematik. Hal ini terlihat dari : (1) Belum dikomunikasikannya tujuan dan kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan kepada siswa secara jelas. Di sekolah kurang, bahkan guru tidak melakukan apersepsi kepada siswa. Siswa langsung diminta untuk mengerjakan tugas yang diberikan guru. (2) Belum dipahami dan digunakannya pertanyaan pemandu secara baik. (3) Pada akhir kegiatan inti guru tidak melakukan pembahasan terhadap hasil kerja siswa untuk memberikan penguatan terhadap pelajaran yang telah mereka terima. (4) Belum dirumuskannya kesimpulan akhir pada kegiatan akhir. Hasil temuan yang diperoleh pada ujicoba pertama ini selanjutnya didiskusikan bersama dengan guru melalui proses refleksi. Dari hasil refleksi diketahui bahwa kesulitan guru dalam menerapkan pembelajaran tematik dikarenakan pertama guru kurang mempelajari rencana pelaksanaan pembelajaran 20
  • 21. yang telah dirancang; kedua masih kurangnya pemahaman guru akan pembelajaran tematik. Sejalan dengan pelaksanaan ujicoba, kemampuan guru dalam menerapkan pembelajaran tematik mengalami peningkatan, baik di sekolah kategori baik, sedang maupun kurang Peningkatan kemampuan guru ini tidak lepas dari meningkatnya pemahaman dan keterampilan guru dalam mengembangkan materi pembelajaran yang terkait dengan tema. Kemampuan guru dalam mengembangkan materi pembelajaran ini erat hubungannya dengan pemilihan tema yang menjadi fokus pembelajaran. Menurut pengakuan guru, pemilihan tema yang dekat dengan diri dan lingkungan siswa sangat membantu guru dalam mengembangkan materi pembelajaran. Di samping itu pula, pemilihan tema juga sangat mempengaruhi motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran. Selain itu juga tema yang menjadi fokus pembelajaran membuat siswa tidak merasa dibebani dengan adanya pemilihan bidang studi yang ketat, karena melalui pembelajaran tematik membuat mereka belajar sesuatu yang utuh dan padu. Keterlibatan mereka dalam menjelajahi tema yang dijabarkan ke dalam sejumlah topik dari beberapa bidang studi yang dipadukan, telah dapat memfasilitasi berkembangnya potensi mereka, baik kognitif, emosi dan sosial (Nasution, 1995). Secara umum terjadi pula peningkatan kemampuan guru dalam menerapkan pembelajaran tematik, akan tetapi peningkatan kemampuan guru ini di tiap sekolah berbeda-beda. Kemampuan guru di sekolah kategori kurang terlihat sangat berbeda jika dibandingkan dengan kemampuan guru di sekolah baik dan sedang yang hampir sama. Perbedaan ini tidak dapat dilepaskan dari aspek-aspek yang dimiliki oleh guru di tiap sekolah tersebut. Menurut Dunkin (Sanjaya, 2006) ada sejumlah aspek yang dapat mempengaruhi kualitas proses pembelajaran dilihat dari faktor guru yaitu (1) Formative experience, meliputi jenis kelamin serta semua pengalaman hidup yang menjadi latar belakang sosial mereka (2) Teacher training experience, meliputi pengalaman-pengalman yang berhubungan dengan aktivitas dan latar belakang pendidikan guru, (3) Training properties , segala sesuatu yang berhubungan dengan sifat yang dimiliki guru, seperti sikap guru terhadap siswa, kemampuan dan intelegensi guru baik dalam kemampuan 21
  • 22. guru dalam pengelola pembelajaran maupun kemampuan guru dalam penguasaan materi pembelajaran. Dampak Penerapan Pembelajaran Tematik Dampak dari penerapan pembelajaran tematik diketahui dengan melakukan evaluasi secara terpadu selama pembelajaran berlangsung. Tujuan evaluasi yang dilakukan sama seperti kegiatan evaluasi pada pembelajaran model lainnya yaitu untuk mengetahui perolehan perkembangan kemampuan siswa selama mengikuti proses pembelajaran. Menurut Ministry of Education Victoria (1986) aspek-aspek yang perlu diamati dan dinilai pada siswa selama pembelajaran terpadu adalah penguasaan konsep setiap bidang ilmu yang terkait, disamping itu juga penilaian dilakukan terhadap keterampilan siswa bertanya, interaksi siswa, keterampilan mengkomunikasikan gagasan, kemampuan membaca dan menulis serta ekspresi siswa dalam menerima pelajaran. Disamping itu Tim Pengembang PGSD (1996:38) mengungkapkan bahwa evaluasi dalam pembelajaran terpadu perlu diarahkan perhatian yang cukup banyak pada evaluasi dampak pengiring (nurturant effect) seperti kemampuan kerjasama, tenggang rasa, dependability, dan keholistikan persepsi. Berdasarkan pendapat tersebut, evaluasi yang dilakukan pada penelitian ini difokuskan pada aspek proses dan produk pembelajaran. Evaluasi terhadap proses pembelajaran terutama ditujukan untuk melihat dampak pengiring yang dihasilkan dari penerapan pembelajaran tematik terhadap siswa, seperti kemampuan bertanya, mengeluarkan pendapat dan bekerjasama. Sedangkan evaluasi terhadap produk pembelajaran dilakukan untuk mengetahui tingkat ketercapaian terhadap penguasaan materi yang diperoleh siswa dalam setiap ujicoba. Hasil evaluasi dari ujicoba yang dilakukan di sekolah baik, sedang dan kurang menunjukkan bahwa dari aspek proses pembelajaran, terlihat terjadinya peningkatan kemampuan siswa dalam bertanya, mengeluarkan pendapat dan bekerjasama. Meningkatnya kemampuan bertanya dan mengeluarkan pendapat siswa ini dikarenakan, pertama kemampuan guru dalam mengembangkan kedekatan diri guru terhadap siswa baik dari aspek sosial maupun emosi. Kedekatan guru dengan siswa baik dari aspek sosial maupun emosi ini terutama 22
  • 23. sangat terlihat ketika guru semakin mengembangkan kemampuan guru dalam hal mengembangkan rasa percaya diri siswa dan keterlibatan siswa dalam KBM. Di samping itu juga kemampuan guru dalam menghadapi perilaku siswa seperti bersikap ramah, luwes, terbuka, penuh pengertian dan sabar juga mengembangkan aspek emosi siswa terhadap guru. Kedua, dikarenakan kemampuan guru dalam mengembangkan materi dan metode pembelajaran. Pengembangan materi dan metode pembelajaran ini sangat terkait dengan proses pemilihan tema yang dekat dengan diri siswa. Sebagaimana diakui oleh guru di sekolah baik, sedang maupun kurang bahwa pemilihan tema yang sangat dekat dengan diri dan lingkungan siswa membuat guru lebih mudah untuk mengembangkan materi dan metode yang diberikan kepada siswa. Hal ini sebagaimana yang diungkapkan oleh Tim Pengembang PGSD (1997) bahwa perkembangan fisik individu tidak dapat dipisahkan dari perkembangan mental, sosial dan emosional atau sebaliknya dan perkembangan itu akan terpadu dengan pengalaman, kehidupan dan lingkungannya. Sejalan dengan meningkatnya aktivitas siswa dalam proses pembelajaran, kemampuan siswa terhadap penguasaan materi pembelajaran yang dapat diketahui dari tes hasil belajar yang dilakukan pada setiap akhir ujicoba juga mengalami peningkatan. Hasil ini menunjukkan bahwa penerapan pembelajaran tematik tidak hanya memberikan dampak terhadap aktivitas belajar siswa juga terhadap penguasaan materi pembelajaran. Bentuk Akhir Model Pembelajaran Tematik Selama dilakukan ujicoba penerapan model pembelajaran tematik mengalami beberapa perkembangan. Pada ujicoba pertama, penetapan jumlah indikator yang dilakukan baik pada sekolah baik, sedang dan kurang dirasakan tidak sesuai dengan alokasi waktu yang tersedia. Apalagi di kelas yang besar (di sekolah baik) karena selama ini belum pernah dilakukan metode pembelajaran kerja kelompok, guru membutuhkan waktu yang banyak dalam pengorganisasian kelas. Begitu pula pada ujicoba kedua, selain jumlah indikator, yang perlu diperhatikan dalam penetapan indikator adalah tingkat kedalaman dari indikator yang hendak dicapai. Berdasarkan hasil ujicoba satu dan dua, peneliti dan guru 23
  • 24. akhirnya melakukan pertimbangan yang lebih dalam terhadap penentuan indikator yang terkait dalam tema dengan alokasi waktu yang tersedia. Pemilihan tema dilakukan dengan mempertimbangkan kedekatan tema dengan diri dan lingkungan siswa. Tujuannya agar siswa dapat menghubungkan pengalaman yang mereka dapatkan di sekolah dengan kehidupan mereka sehari- hari. Disamping juga untuk memberikan motivasi atau ketertarikan siswa dalam belajar. Berdasarkan hasil ujicoba diketahui bahwa melalui tema-tema yang dikembangkan, siswa menjadi termotivasi dalam mengikuti pembelajaran. Hal ini dapat dilihat dari aktivitas belajar mereka dalam hal bertanya, mengungkapkan pendapat dan bekerjasama yang cenderung meningkat di tiap ujicoba. Berdasarkan hasil ujicoba, pemilihan tema masih sepenuhnya ditentukan oleh guru. Guru belum mengikutsertakan siswa dalam penentuan tema. Walaupun begitu, guru di sekolah baik dan sedang sudah mencoba untuk tidak menyodorkan langsung tema yang telah ditentukan oleh guru. Guru berusaha untuk mengeksplorasi pengalaman siswa yang mengarah pada tema terlebih dahulu. Setelah itu baru menegaskan tema yang akan dipelajari oleh siswa pada hari itu. Pada sekolah kurang, kondisi ini belum terjadi. Guru menyodorkan tema terlebih dahulu kepada siswa, baru kemudian melakukan tanya jawab dengan siswa terkait dengan tema yang menjadi fokus pembelajaran. Pemilihan tema yang dekat dengan diri dan lingkungan siswa juga mempengaruhi pengembangan materi dan metode pembelajaran yang dilakukan oleh guru. Guru mengakui bahwa pemilihan tema yang dekat dengan diri dan lingkungan siswa memudahkan guru dalam mengeksplorasi pengalaman yang dimiliki oleh siswa dan mengaitkan materi antar mata pelajaran . Selain itu juga guru menjadi lebih kreatif dalam mengembangkan materi dan metode pembelajaran. Seperti pada waktu pemilihan tema rekreasi, guru lebih mudah mengeksplorasi pengalaman siswa karena tempat rekreasi yang berupa lingkungan alam sangat dekat dengan lingkungan diri siswa. Prosedur pembelajaran dilakukan dengan menggunakan tiga tahap pembelajaran yaitu kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan akhir pembelajaran. Pada kegiatan awal dilakukan kegiatan penginformasian tema, tujuan dan kegiatan 24
  • 25. pembelajaran yang akan dilakukan oleh siswa. Pada kegiatan inti, kegiatan pembelajaran diawali dengan penyampaian pertanyaan pemandu yang dituliskan di papan tulis. Tujuannya untuk membantu siswa yang belum lancar membaca. Jika semua siswa telah mempunyai kemampuan membaca yang cukup baik, maka pertanyaan pemandu tidak perlu dituliskan di papan tulis, seperti yang dilakukan oleh guru di sekolah baik. Menurut Subroto dan Herawati (2004:1.10) pertanyaan pemandu merupakan serangkaian kunci hubungan antar pokok bahasan atau subpokok bahasan dalam satu bidang atau antarbidang. Selain itu juga, pertanyaan pemandu ini penting dalam memberikan arahan kegiatan yang akan dikerjakan oleh murid. Oleh karena itu, pertanyaan pemandu, selain berfungsi membantu guru untuk mengaitkan materi yang terkait juga dapat membantu guru untuk meningkatkan motivasi dan minat siswa untuk mencari dan menemukan jawaban serta menarik perhatian siswa dalam belajar. Kegiatan inti dilakukan dengan metode pembelajaran yang mengacu pada aktivitas belajar siswa. Kegiatan inti diakhiri dengan penguatan terhadap materi pembelajaran melalui diskusi bersama antara guru dan siswa. Penguatan ini dapat berfungsi untuk membangkitkan pengertian lama yang telah dimiliki siswa agar diterapkan dengan pengertian baru, mendorong siswa menggunakan pengetahuan yang telah dimiliki untuk memecahkan masalah-masalah yang sedang dibahas (aplikasi). Selain itu juga membantu siswa menginterpretasi dan mengorganisasi pengetahuan dan pengalamannya dalam bentuk prinsip dan generalisasi yang lebih luas. Pada kegiatan akhir, dilakukan evaluasi pembelajaran dengan memberikan pertanyaan yang bersifat terbatas dan terbuka. Bentuk pertanyaan ini dapat dilakukan mengingat kemampuan siswa dalam hal membaca dan menulis di sekolah baik, sedang dan kurang sudah cukup baik, akan tetapi jika masih terdapat siswa yang belum mempunyai kemampuan yang baik dalam membaca dan menulis, evaluasi pembelajaran tidak harus dilakukan dengan cara tertulis. Gambaran akan penerapan model pembelajaran tematik akhir dapat dilihat pada tabel 1 berikut ini. 25
  • 26. MODEL PEMBELAJARAN TEMATIK AKHIR Disain : a. Tema Pembelajaran • Tema ditentukan berdasarkan hasil analisis standar kompetensi dan kompetensi dasar dengan mempertimbangkan kedekatan tema dengan diri dan lingkungan siswa • Tema diperinci menjadi sub-sub tema yang akan dijadikan topik pembelajaran b. Jaringan tema • Jaringan tema dibuat untuk menghubungkan kompetensi dasar dan indikator dengan tema pemersatu. Jaringan tema ini dikembangkan sesuai dengan alokasi waktu setiap tema. c. Tujuan Pembelajaran • Dikembangkan berdasarkan indikator pembelajaran yang terkait dengan tema. Dalam penentuan indikator pembelajaran harus dipertimbangkan jumlah indikator yang hendak dicapai dan kedalaman indikator dengan alokasi waktu yang tersedia. d. Materi dan Sumber Pembelajaran • Materi dikembangkan berdasarkan kompetensi dasar dan indikator yang hendak dicapai. • Sumber pembelajaran dari teks bacaan dan lingkungan yang dekat dengan pengalaman siswa dan terkait dengan tema yang dipelajari. e. Prosedur Pembelajaran 1. Kegiatan awal • Menginformasikan tema dan sub tema yang akan dipelajari • Menjelaskan tujuan dan kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan 2. Kegiatan inti • Memberikan pertanyaan pemandu yang berfungsi untuk membangkitkan motivasi belajar siswa dan mengkaitkan materi pembelajaran • Memberikan tugas atau kegiatan-kegiatan kepada siswa yang terkait dengan tema dan mengutamakan perolehan pengalaman langsung pada diri siswa. • Memberikan laporan hasil kegiatan siswa • Melakukan penguatan dengan membahas bersama-sama kegiatan yang telah dilakukan siswa 3. Kegiatan akhir • Merumuskan kesimpulan akhir dari sub tema atau topik yang dibahas • Melakukan postest f. Evaluasi : dilakukan dengan memberikan pertanyaan yang bersifat uraian terbatas dan terbuka. Sebagai catatan, evaluasi tertulis dapat dilakukan jika siswa seudah mempunyai kemampuan membaca dan menulis yang cukup baik. Implementasi : a. Kegiatan Awal • Guru menginformasikan tema pembelajaran yang akan dipelajari • Guru menginformasikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai dan kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan b. Kegiatan Inti • Guru memberikan pertanyaan pemandu dengan menuliskan di papan tulis • Guru mengarahkan siswa untuk melakukan tugas yang terkait dengan pencapaian tujuan pembelajaran • Siswa melaporkan hasil kegiatan yang telah dilakukan • Guru memberikan penguatan terhadap hasil pekerjaan siswa c. Kegiatan Akhir • Guru memberikan kesimpulan akhir dari pembelajaran yang telah dilakukan • Siswa melakukan tes akhir pembelajaran 26
  • 27. Faktor-Faktor yang Mendukung dan Menghambat Pelaksanaan Pembelajaran Tematik Keberhasilan proses pembelajaran ditentukan oleh banyak faktor, diantaranya adalah guru, siswa, sarana dan prasarana serta lingkungan. Berdasarkan hasil temuan penelitian yang diperoleh pada tahap ujicoba maupun pelaksanaan ujicoba dapat diketahui bahwa faktor-faktor ini juga dapat menghambat dan mendukung keberhasilan penerapan model pembelajaran tematik. a. Guru Guru merupakan komponen yang sangat menentukan dalam implementasi model pembelajaran tematik. Keberhasilan penerapan model pembelajaran tematik ini terutama berhubungan dengan kualitas atau kemampuan yang dimiliki oleh guru. Berikut ini beberapa aspek yang mempengaruhi kemampuan guru dalam mengimplementasikan pembelajaran tematik. 1) Pandangan dan pemahaman guru terhadap pembelajaran tematik Pandangan dan pemahaman guru terhadap pembelajaran tematik akan sangat mempengaruhi guru dalam penerapan pembelajaran tematik. Guru yang menganggap mengajar hanya sebatas menyampaikan materi pelajaran akan berbeda dengan guru yang menganggap mengajar adalah suatu proses pemberian bantuan kepada peserta didik. Kondisi ini pula yang terlihat pada penelitian tentang implementasi pembelajaran tematik. Terdapat perbedaan keberhasilan pembelajaran baik dari sisi proses maupun produk pembelajaran di sekolah baik, sedang maupun kurang. Kondisi ini terjadi dapat dipahami karena guru di sekolah baik, sedang, maupun kurang memiliki pandangan yang berbeda terhadap mengajar. Sebagaimana terungkap pada waktu studi awal, guru sekolah sedang memiliki pendapat bahwa tujuan memberikan pengajaran kepada siswa SD adalah untuk mengubah perilaku murid ke arah yang lebih baik. Sedangkan guru di sekolah baik dan kurang memiliki pandangan bahwa tujuan mengajar adalah untuk memberikan materi pelajaran sesuai dengan kurikulum. Perbedaan ini akhirnya mempengaruhi kemampuan guru dalam menerapkan strategi pembelajaran. Guru yang memiliki 27
  • 28. pandangan berorientasi pada materi cenderung menerapkan pembelajaran dengan pola satu arah. Kurang memberikan kebebasan kepada siswa untuk berkreasi dalam pembelajaran. Kondisi ini tentunya pula akan mempengaruhi kualitas pembelajaran yang dilakukan oleh guru. Berdasarkan hasil studi awal yang terungkap melalui kuisioner dan wawancara terhadap guru, dapat diketahui pula bahwa pemahaman guru terhadap pembelajaran tematik baik dalam perancangan maupun penerapannya masih sangat kurang. Kurangnya pemahaman guru terhadap pembelajaran tematik ini terjadi pada semua guru, baik guru di sekolah, sedang, maupun kurang. Kondisi ini sangat mempengaruhi proses penerapan selama ujicoba dilakukan. Hal ini terlihat pada waktu observasi penerapan pembelajaran tematik pada saat ujicoba awal. Semua guru terlihat kaku dan bingung dalam memadukan materi pelajaran yang terkait dengan tema, akan tetapi setelah dilakukan beberapa kali ujicoba baru terlihat guru tidak lagi kaku. 2) Latar belakang pendidikan guru Berdasarkan hasil stui awal dapat diketahui bahwa latar belakang pendidikan terakhir yang dimiliki oleh guru seluruhnya adalah dari Sekolah Pendidikan Guru (SPG) atau setara dengan Sekolah Menengah Atas (SMA). Dua orang guru diantaranya sedang mengikuti kuliah penyetaran untuk jenjang pendidikan D2 PGSD. Kondisi ini menunjukkan bahwa secara akademik, ketiga responden penelitian belum memenuhi kualifikasi akademik pendidikan minimum diploma empat (D-IV) atau sarjana (S-1) seperti disyaratkan dalam Peraturan Pemerintah No 19 tahun 2005 bab VI pasal 28 tentang standar pendidik dan tenaga kependidikan. Latar belakang pendidikan yang dimiliki oleh guru saat ini tentunya sangat mempengaruhi keberhasilan penerapan model pembelajaran tematik. Apalagi mengingat kesempatan yang diberikan kepada guru untuk menambah pengetahuan dan keterampilan tentang penerapan model pembelajaran tematik masih sangat kurang. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Wachidi (2000:183) bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan seorang guru akan semakin mudah menangkap dan memahami esensi dan isi inovasi yang sedang berjalan di sekolah. 28
  • 29. 3) Pengalamam mengajar Pengalaman mengajar guru yang menjadi subjek penelitian berbeda-beda. Dua orang responden guru yaitu guru sekolah sedang dan kurang memiliki pengalaman mengajar kurang dari 10 tahun. Sedangkan guru sekolah baik memiliki pengalaman mengajar lebih dari 10 tahun. Kondisi ini tentunya sangat mempengaruhi keberhasilan penerapan model pembelajaran tematik. Hal ini terutama berhubungan dengan tingkat kepahaman guru akan karakteristik siswa SD terutama di kelas rendah dan penguasaan guru terhadap keterampilan mengajar. Diasumsikan guru yang memiliki pengalaman mengajar lama akan memiliki tingkat kepahaman akan karakteristik siswa dan penguasaan terhadap keterampilan mengajar yang lebih jika dibandingkan dengan guru yang baru memiliki pengalaman mengajar yang sedikit. b. Faktor siswa Siswa adalah organisme yang unik yang berkembang sesuai dengan tahap perkembangannya. Perkembangan anak adalah perkembangan seluruh aspek kepribadiannya, akan tetapi tempo dan irama perkembangan masing-masing anak pada setiap aspek tidak selalu sama. Perbedaan perkembangan ini pula yang terlihat pada siswa yang menjadi subjek penelitian di sekolah kategori baik, sedang maupun kurang. Dilihat dari usia biologis siswa di sekolah baik, sedang maupun kurang rata- rata diantara tujuh sampai dengan delapan tahun, akan tetapi setiap siswa memiliki kemampuan belajar yang berbeda. Menurut Sanjaya (2006:52) kemampuan belajar siswa dapat dikelompokkan pada siswa berkemampuan tinggi, sedang dan rendah. Siswa yang termasuk berkemampuan tinggi biasanya ditunjukkan oleh motivasi yang tinggi dalam belajar, perhatian dan keseriusan dalam mengikuti pelajaran, dan lain-lain. Sebaliknya siswa yang tergolong pada kemampuan rendah ditandai dengan kurang motivasi belajar, tidak adanya keseriusan dalam mengikuti pelajaran, termasuk menyelesaikan tugas dan sebagainya. Berdasarkan kriteria pengelompokkan tersebut, dari hasil obeservasi diketahui bahwa siswa yang termasuk dalam kelompok berkemampuan rendah di 29
  • 30. sekolah kategori baik ada lima orang (13%), sekolah sedang satu orang (10%) dan di sekolah kurang ada tiga orang (20%). Perbedaan-perbedaan semacam ini tentunya membutuhkan perlakuan yang berbeda pula baik dalam penempatan atau pengelompokan siswa maupun dalam perlakuan guru dalam menyesuaikan gaya belajar. c. Sarana dan prasarana Berdasarkan hasil observasi dan studi dokumentasi yang dilakukan pada studi awal, diketahui bahwa ketiga sekolah yang menjadi lokasi penelitian pada umumnya telah memenuhi syarat minimal sebagai suatu pusat pendidikan, karena tiap sekolah telah memiliki ruang kelas, ruang kepala sekolah, ruang guru, kamar kecil (WC) dan halaman tempat dilakukannya aktivitas di luar kelas. Apalagi dalam penerapan model pembelajaran tematik tidak dibutuhkan sarana yang spesifik untuk menunjang keberhasilan penerapan pembelajaran tematik. Artinya dengan sarana yang dimiliki oleh ketiga sekolah saat ini, model tersebut dapat diimplementasikan. Selain itu juga sekolah telah dilengkapi dengan prasarana yang memadai, seperti penerangan dan jalan menuju sekolah yang cukup baik. Dalam keadaan minimal, kondisi ini tentunya tidak menghambat penerapan pembelajaran tematik. Pembelajaran tematik dapat terlaksana dengan baik pada sekolah kategori baik sedang maupun kurang, yang memiliki perbedaan secara nyata dari sisi kelengkapan sarana prasarananya. Sekolah kategori baik memiliki kelengkapan sarana prasarana yang sudah cukup memadai untuk menunjang keberhasilan penerapan pembelajaran tematik. Hal ini juga disepakati oleh guru yang menyatakan bahwa kelengkapan sarana dan prasarana yang telah dimiliki oleh guru di sekolah kategori baik saat ini dirasakan sudah cukup memadai. Pendapat ini tidak sama dengan guru di sekolah kategori sedang maupun kurang yang menyatakan bahwa sarana dan prasarana yang dimiliki oleh sekolah mereka saat ini diarasakan masih kurang. Kondisi ini dapat dipahami karena kelengkapan sarana dan prasarana akan membantu guru dalam penyelenggaraan proses pembebelajaran. Menurut Sanjaya (2006:53) keuntungan bagi sekolah yang memiliki kelengkapan sarana dan 30
  • 31. prasarana adalah pertama dapat menumbuhkan gairah dan motivasi guru mengajar, kedua dapat memberikan berbagai pilihan pada siswa untuk belajar. d. Lingkungan Faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi penerapan model pembelajaran tematik dan menjadi fokus dalam penelitian ini adalah dilihat dari dukungan kepemimpinan yang dilakukan oleh kepala sekolah. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan terhadap guru, diketahui bahwa pada umumnya respon kepala sekolah di tiap sekolah baik, sedang maupun kurang, sesungguhnya cukup baik. Ketiga responden menyatakan bahwa kepala sekolah cukup mendukung guru jika terdapat kesempatan ataupun peluang yang diterima oleh guru untuk menambah wawasan atau keterampilan mereka sebagai seorang guru. Seperti misalnya ketika peneliti mengutarakan maksud peneliti untuk melakukan ujicoba penerapan model pembelajaran tematik. Menurut guru, kepala sekolah sangat mendukung dan memberikan motivasi kepada mereka untuk menerima tawaran tersebut, akan tetapi proses bimbingan secara langsung yang diberikan oleh kepala sekolah terhadap guru, terutama yang berhubungan dengan penerapan pembelajaran tematik tidak pernah mereka dapatkan. Kondisi ini dapat dipahami, bahwa menurut penuturan kepala sekolah yang diperoleh dari hasil wawancara, diketahui bahwa kepala sekolah sendiri belum memiliki pemahaman yang cukup akan perancangan dan penerapan model pembelajaran tematik di kelas rendah. Masing-masing kepala sekolah mengakui pernah mendapatkan workshop tentang pembelajaran tematik dari Dinas Pendidikan Kabupaten setempat, akan tetapi karena keterbatasan waktu dan jumlah peserta yang banyak, kepala sekolah mengatakan tidak mendapatkan pengetahuan yang memadai dari workshop tersebut. Akhirnya tindakan yang dilakukan oleh kepala sekolah untuk membantu guru adalah ada yang menggunakan cara dengan menambah buku sumber pelajaran bagi guru, mendorong guru untuk aktif dalam kegiatan KKG maupun membantu guru dalam perancangan pembelajaran tematik 31
  • 32. D. SIMPULAN DAN SARAN 1. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan pada bagian sebelumnya dapat diambil kesimpulan bahwa : a. Langkah pertama yang dilakukan dalam mendesain pembelajaran tematik adalah menentukan tema dan subtema berdasarkan hasil analisis terhadap standar kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD) yang sudah ditetapkan dalam standar isi. Dalam penentuan tema yang harus diperhatikan adalah kedekatan tema dengan diri dan lingkungan siswa. Selanjutnya tema digunakan sebagai alat pemadu konsep atau materi pelajaran yang terkait dengan tetap memperhatikan aspek perkembangan peserta didik. Langkah terakhir dari desain pembelajaran tematik ini adalah perancangan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang memuat tujuan pembelajaran khusus (indikator) yang akan dicapai dalam satu tema atau subtema, dan langkah- langkah yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam penentuan langkah-langkah yang akan dilakukan dalam proses pembelajaran mencakup pemilihan materi, metode, media serta penentuan alat evaluasi pembelajaran. Diharapkan dengan adanya perancangan rencana pelaksanaan pembelajaran tematik pembelajaran yang dilakukan akan lebih bermakna. Berikut ini adalah desain generik model pembelajaran tematik yang dihasilkan dari hasil uji coba di tiga sekolah. Desain model pembelajaran tematik Pertama adalah menentukan tema dan subtema berdasarkan hasil analisis standar kompetensi dan kompetensi dasar dengan mempertimbangkan kedekatan tema dengan diri dan lingkungan siswa. Menentukan jaringan tema untuk menghubungkan kompetensi dasar dan indikator dengan tema pemersatu. Jaringan tema ini dikembangkan sesuai dengan alokasi waktu yang tersedia untuk setiap tema. 32
  • 33. Tujuan pembelajaran dikembangkan berdasarkan indikator pembelajaran yang terkait dengan tema dengan mempertimbangkan jumlah indikator dan kedalaman indikator dengan alokasi waktu yang tersedia. Materi dan sumber pembelajaran dikembangkan berdasarkan kompetensi dasar dan indikator yang hendak dicapai dengan memanfaatkan sumber daya lingkungan yang ada disekitar siswa. Perencanaan prosedur pembelajaran dilakukan dengan menggunakan tiga tahap pembelajaran yaitu kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan akhir pembelajaran. Evaluasi dilakukan secara terpadu dalam proses pembelajaran, baik yang bersifat proses maupun produk hasil belajar, dengan mempertimbangkan kemampuan membaca dan menulis siswa. b. Pembelajaran tematik merupakan salah satu pembelajaran yang menekankan pada aktivitas siswa dalam pelaksanaannya. Keaktivan siswa ini sangat bergantung pada kemampuan guru dalam mengorganisasi materi pembelajaran dan kelas selama pembelajaran itu berlangsung. Pemilihan tema yang dekat dengan diri dan lingkungan siswa sangat membantu guru dalam menerapkan pembelajaran di kelas dan dapat membangkitkan motivasi siswa dalam belajar. Penerapan model pembelajaran tematik dilakukan dengan menggunakan tiga tahap pembelajaran yaitu kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan akhir pembelajaran. Pada kegiatan awal dilakukan kegiatan penginformasian tema, tujuan dan kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan oleh siswa. Pada kegiatan inti, kegiatan pembelajaran diawali dengan penyampaian pertanyaan pemandu yang dituliskan di papan tulis. Tujuannya untuk membantu siswa yang belum lancar membaca. Setelah itu, kegiatan inti dilakukan dengan metode pembelajaran yang mengacu pada aktivitas belajar siswa dengan tujuan utama mengembangkan kemampuan membaca, menulis dan berhitung siswa. Kegiatan inti diakhiri dengan 33
  • 34. penguatan terhadap materi pembelajaran melalui diskusi bersama antara guru dan siswa. Pada kegiatan akhir, dilakukan evaluasi pembelajaran dengan memberikan pertanyaan yang bersifat terbatas dan terbuka serta memperhatikan kemampuan membaca dan menulis siswa. c. Perolehan hasil belajar siswa di sekolah kategori baik, sedang maupun kurang selama dilakukannya implementasi model pembelajaran tematik mengalami peningkatan. Peningkatan perolehan hasil belajar ini sejalan dengan terjadinya peningkatan terhadap kemampuan guru dalam mengimplementasikan pembelajaran tematik. Selain perolehan hasil belajar yang bersifat instruksional, penerapan model pembelajaran tematik ini juga memberikan peningkatan terhadap dampak pengiring (nurturant effect) pembelajaran seperti meningkatnya kemampuan siswa dalam bertanya, mengungkapkan pendapat dan bekerjasama. Peningkatan perolehan hasil belajar di tiap sekolah selama implementasi pembelajaran tematik berbeda-berbeda. Perbedaan ini disebabkan oleh banyaknya faktor yang mempengaruhi keberhasilan pembelajaran, seperti kemampuan guru, karakteristik siswa, ketersediaan sarana dan prasarana serta dukungan dari kepemimpinan kepala sekolah. d. Setelah dilakukan ujicoba di tiga sekolah kategori baik, sedang dan kurang diperoleh model pembelajaran tematik yang bersifat generik. Artinya model ini dimungkinkan untuk dapat diterapkan pada sekolah yang minimal memiliki kemiripan dengan karakteristik sekolah pada kategori kurang. Dalam penerapannya, model pembelajaran tematik yang bersifat generik tersebut dapat dilakukan dengan penyesuaian-penyesuaian, sesuai dengan karakteristik yang dimiliki oleh sekolah. Karakteristik sekolah terutama sekali berhubungan dengan faktor-faktor yang dapat mendukung dan menghambat pelaksanaan pembelajaran tematik. Faktor-faktor tersebut diantaranya adalah faktor guru, siswa, sarana prasarana dan lingkungan. Dukungan dari faktor- faktor inilah yang dapat membuat keberhasilan penerapan model pembelajaran tematik lebih dapat terlaksana. 34
  • 35. Berdasarkan hasil ujicoba yang telah dilakukan diperoleh beberapa prinsip yang dapat dijadikan sebagai pedoman dalam mengimplementasikan pembelajaran tematik di kelas rendah Sekolah Dasar. ▪ Pembelajaran tematik yang dilakukan akan lebih bermakna manakala tema yang diangkat adalah tema yang berasal dari lingkungan terdekat siswa karena dapat menimbulkan motivasi siswa dalam belajar. ▪ Proses pembelajaran dilakukan dengan berorientasi pada aktivitas siswa (student oriented) dimana siswa berperan sebagai subyek belajar. Oleh karena itu, kegiatan pembelajaran, organisasi kelas, materi pembelajaran, waktu belajar, alat belajar dan cara penilaian perlu beragam sesuai dengan karakteristik siswa. Artinya kegiatan belajar mengajar yang dilakukan memperhatikan bakat, minat, kemampuan, cara dan strategi belajar, motivasi belajar dan latar belakang sosial siswa. ▪ Kegiatan pembelajaran dilakukan dengan penekanan pada pemberian perolehan pengalaman langsung (learning by doing) terhadap siswa sehingga siswa terlatih untuk menemukan sendiri berbagai pengetahuan yang dipelajarinya. ▪ Kegiatan inti pada implementasi pembelajaran tematik lebih menekankan pada tujuan pengembangan kemampuan membaca, menulis dan berhitung siswa. ▪ Pemilihan media dan sumber belajar dilakukan dengan mempertimbangkan karakteristik dan kedekatan sumber belajar dengan siswa. ▪ Proses penilaian pembelajaran dilakukan secara terpadu dengan mempertimbangkan kemampuan membaca dan menulis siswa. 2. Saran Berdasarkan hasil temuan yang diperoleh peneliti selama berlangsungnya penelitian dan juga analisis terhadap hasil temuan tersebut, maka diperoleh beberapa hal yang dapat dijadikan sebagai saran terhadap pihak yang terkait, diantaranya adalah sebagai berikut : 35
  • 36. a. Bagi guru sebagai praktisi yang akan menerapkan model pembelajaran tematik secara langsung. Guru sebagai pengembang dan pelaksana pembelajaran tematik di lapangan dituntut untuk memiliki pemahaman yang utuh tentang pembelajaran tematik, baik dari sisi perencanaan, pelaksanaan maupun evaluasi. Pemahaman dan kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran tematik akan semakin terasah bila guru senantiasa untuk melakukan refleksi diri terhadap pelaksanaan pembelajaran tematik yang diterapkan di kelas. Kolaborasi dengan guru kelas lain dalam bentuk team teaching atau diskusi dan simulasi microteaching dalam forum Kelompok Kerja Guru (KKG) dapat dilakukan untuk meningkatkan kinerja guru dalam pelaksanaan pembelajaran tematik. Diharapkan dengan semakin meningkatnya kemampuan guru dalam menerapkan pembelajaran tematik, maka hambatan yang dapat mempengaruhi penerapan pembelajaran tematik seperti faktor siswa, sarana dan prasarana serta lingkungan dapat dieliminir. b. Kepala Sekolah Peranan kepala sekolah dalam menerapkan pembelajaran tematik dapat dilakukan dengan memberikan fasilitasi terhadap guru dalam mengembangkan kemampuan guru untuk menerapkan pembelajaran tematik. Fasilitasi yang dilakukan oleh kepala sekolah dapat bersifat fisik seperti menyediakan sarana prasarana yang dibutuhkan guru dalam proses pembelajaran, dapat pula bersifat non fisik yaitu berupa dukungan moral dalam bentuk motivasi maupun pemberian kesempatan kepada guru untuk mengikuti pelatihan atau pendidikan yang dapat meningkatkan kemampuan profesionalime guru. c. Bagi Dinas Pendidikan Terkait Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa keberhasilan penerapan pembelajaran tematik di sekolah sangat ditentukan oleh kemampuan guru. Faktor-faktor lain seperti siswa, sarana dan prasarana serta lingkungan dapat dikurangi jika guru yang akan menerapkan 36
  • 37. pembelajaran tematik memiliki kemampuan yang tinggi. Kemampuan guru yang dimaksudkan disini adalah kemampuan dalam hal merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi pembelajaran tematik. Oleh karena itu dinas pendidikan harus meningkatkan kemampuan guru, baik melalui jenjang pendidikan formal maupun informal (pelatihan) mengingat penerapan model pembelajaran tematik membutuhkan pengetahuan dan pelatihan yang cukup memadai bagi guru sehingga upaya untuk menerapkan pembelajaran tematik lebih mudah tercapai. DAFTAR PUSTAKA Badan Standar Nasional Pendidikan. (2006). Model Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dan Model Silabus Mata Pelajaran SD/MI. Jakarta: BP. Cipta Jaya. Beane, J.A. (1997). Curriculum Integrated: Designing the Core of Democratic Education. New York: Teachers College, Columbia University. Blanck, JA. (1995) Curriculum Integration and Disipliner of Knowledge. Kappan: Phi Delta Fogarty, R. (1991). How to Integrate the Curriculum. USA: IRI/Sky Publishing Inc. Hamalik, O. (2006). Inovasi Pendidikan (Buku ke-1). Bahan kajian Perkuliahan Inovasi Pendidikan. Bandung: Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia Jacob, H.H., Ed. (1989). Interdisciplinary Curriculum: Design and Implementation. Alexandria, V.A.: ASCD. Meinbach, A.M., Rothlei, L., Fredericks, A.D. (1995). The Complete Guide to Thematic Units : Creating The Integrated Curriculum. Washington Street : Christopher-Gordon Publisher, Inc. Mikarsa, H.L., Taufik, A., Prianto, P.L. (2005). Pendidikan Anak Di SD. Buku Materi Pokok PGSD. Jakarta: Universitas Terbuka 37
  • 38. Miller, J.P. dan Seller, W. (1985). Curriculum: Perspectives and Practices. New York: Longman. Nasution, S. (1989). Kurikulum dan Pengajaran. Bandung: Bumi Aksara Raka, T.J. (1996). Pembelajaran Terpadu. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Sanjaya, W. (2006). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta : Kencana Prenada Media. Subroto, T.H. dan Herawati, I.S. (2004). Pembelajaran Terpadu. Materi Pokok PGSD. Jakarta: Pusat Penerbitan Universitas Terbuka. Sujanto, Agus (1986). Psikologi Perkembangan. Jakarta: PT Aksara baru Surya, H.M. (2002). Kapita Selekta Pendidikan SD. Jakarta: Pusat Penerbitan Universitas Terbuka Tilaar. (1998). Beberapa Agenda Reformasi Pendidikan Nasional dalam Perspektif Abad 21. Magelang : Penerbit Tera Indonesia Tim Pengembang PGSD dan S-2 Pendidikan Dasar. (1996/1997). Pembelajaran Terpadu. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. 38