1. Kliping : Letusan gunung merapi
Di susun oleh : Azhar ilyana . S .
Kelas : 9.8
2. Bayangkan betapabesarnyakerusakan atau kerugian yang
ditimbulkan akibattragediTsunamiAceh, Gempa Yogyakarta,
Letusan Gunung Merapi dan bencanaalam lainnya yang
menimbulkan kerusakanatau kerugian yang katastropik
(catastrophe) yang sangatbesar,tidak hanya korbanjiwa namun
kerugian harta benda yang sangatluar biasa hingga membuat
mereka kehilanganasa untuk bangkitkembali.
Menurutpara ahli, Indonesiaterletak dipertemuandua lempeng
bumi Euronesiadan lempeng Australia yang sangatrentan
bergerak,Indonesia jugamemilikigunung berapiaktif yang sangat
banyak sehingga Indonesia sangatrentan terhadap risiko-risiko
tersebut,bahkan sepanjangtahun 2005 s/d 2007 dikenalsebagai
tahun bencana alam untuk Indonesia mulaidari Gempa Bumi,
Letusan Gunung Berapidan Tsunami belum lagi termasuk banjir,
tanah longsor dan lainnya.
3. Korban Tewas Letusan Gunung Merapi
Menjadi 194
Merapi dilihat dari Dusun Brobogan, Cangkringantampak sedang erupsi,
Rabu (10/11)dengan menyemburkan hujan abu dan awanpanas yang
mengarah pada sisibarat gunung.
Sejak Gunung Merapi meletus pertama 26 Oktober hingga kini 11
November 2010, sudahmenewaskan194 orang dan 360557mengungsidi
DIY dan Jateng.
Berdasarkandata yang diperoleh dari BadanNasionalpenanggulangan
Bencana (BNPB)hari ini dapat dirinci bahwa korban meninggalterbanyak
di Kabupaten Sleman Yogyakarta denganjumlah 163 orang. Orang yang
meninggal di Sleman diakibatkanluka bakarakibat awanpanas atau
wedhus gembel sebanyak 141 orang dan non luka bakar22 orang.
Sementara di Jawa Tengahlima warga Klaten meninggal akibatluka
bakardan sebanyak 26 lainnya meninggalakibat non luka bakar.Selain
itu, saatini, 498 orang menjalani rawatinap di sejumlah rumah sakitbaik
4. di Jawa Tengahmaupun Yogyakarta. Sedangkan370.028 pengungsi
tersebardi 687 titik pengungsian.
BerdasarlanlaporanKepala PusatVulkanologidan MitigasiBencana
Geologi(PVMBG)hingga sore ini, hasil pengamatanvisual menjelaskan
suara gemuruh terdengardengan intensitas lemah dan hujan abu dengan
intensitas ringan-lebat teramati di sektorBaratDaya hingga BaratLaut.
Asap terlihat dengan tinggi 800 meter dari puncak Gunung Merapi
condong ke arah Barat hingga Barat Laut.Teramatiguguran ke arah Kali
Gendol dengan jarak luncur 1 km pada pukul 10.35 WIB.
Dari CCTV yang dipasang di Deles, teramatiawanpanas denganjarak
luncur 3 km ke arah Kali Gendol pada pukul 05.20 WIB. Teramatikolom
asapberwarna putih kecoklatanbertekanankuat.
Letusan Gunung Merapi, Yogyakarta, melemahmeskipun aktivitasnya
masih tinggi. Masyarakatdiminta tetap waspada. Tak ada yang bisa
meramalkansecara pastiaktivitasnya.
Menurut Kepala PusatVulkanologi dan MitigasiBencana, BadanGeologi,
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Surono, intensitas letusan
mulai menurun dibandikan letusanpada 5 Novemberlalu.
"Letusanmerapi tidak pernah berhenti sejak 3 November lalu. Namun,
mulai mengalami penurunan tingkat letusan sejak 5 Novemberini," ujar
Surono. Meskipun begitu, ia menilai bahwa masyarakatharus tetap
waspada dan warga pengungsianbelum diperbolehkan untuk pulang.
Gunung Merapi telah memuntahkan abu dan awan panas sejak akhir
5. Oktober. Ratusanorang meninggal akibatterkena gas panas mendidih dan
tertimpa batuan besar. Tidak hanya itu, ratusan ribu penduduk telah
pindah ke tempat pengungsiandarurat.
Menurut DR Armi Susandi MT, WakilKetua Pokja Adaptasi Dewan
NasionalPerubahanIklim dan pengajarFakultas Ilmu dan Teknologi
Kebumian di ITB, letusan Gunung Merapi yang melemah hanya terkait
dengan pelepasansisa-sisa energi. Namun, para ahli tidak bisa mengetahui
apakahenergiyang besar sudah keluar atau belum.
"Apalagi, aktivitas di dalam Gunung Merapi masih tinggi berarti masih
ada energidisana. Tapi, kalaumereka mengatakantekananletusan
menurun ini merupakan kabarbaik karena letusan tidak akanterjadi tiba-
tiba karena energidikeluarkansedikit demi sedikit," kata Armi.
Meskipun begitu, Armi menilai bahwa saatini masih terlalu dini untuk
menilai apakahke depannya Merapitidak lagi mengeluarkanletusan yang
besar? Butuh waktu dua sampai tiga minggu untuk menarik kesimpulan.
Jika tolak ukur sejak 5 November maka ini masih terlalu dini.
"Bisa jadi letusan malah lebih besar. Karenanya, kita hanya bisa
menunggu," tegas Armi. Banyaknya letusandengan kadar yang rendah di
Merapi merupakan kabarbaik. Justru kalau tidak ada aktivitas yang
perlu dikhawatirkan. "Semakinbesardorongantentu semakinbesar pula
kerusakan,"tandasnya.
Armi mengakui bahwa kejadian alam, terutama letusangunung berapi,
sulit dideteksikarena manusia tidak tahu jumlah atau volume magma di
perut bumi. Para ahli seismologihanya berpatokanalat pengukur getaran
gempa sehingga tidak bisa melakukanprediksi.
"Ini cuma diketahui dalam hitungan menit. Kita tahu itu akanmeletus
atau tidak. Makanya kita lihat tumbuhan atau hewan. Tsunami, gempa
bumi dan vulkanologitidak bisa prediksi karena tidak ada seorang pun
yang tahu."
Meskipun begitu, masyarakatbisa mengetahui tingkat letusan
berdasarkanpengamatan. Jika semburan awandebu cukup tinggi berarti
ada doronganbesaruntuk mengeluarkanmateri bumi. Di sisi lain, jika
awantidak terlalu tinggi, letusan lebih rendah karena energikeluarsecara
perlahan.
KeadaanGunung Merapi, dinilai Armi, bisa digolongkanaman jika
6. letusan dan aktivitas Merapitelah benar-benar turun. Jangka waktuyang
diberikan dari penghentian aktivitas pun setidaknya dua bulan.
Kepala PusatVulkanologidan MitigasiBencana GeologiBadanGeologi
Surono mengatakanada sejumlah ahli vulkanologidan geologidari
beberapa negara ingin membantu melakukanpemantauan aktivitas
Merapi. Sejumlah ahli vulkanologidan geologitersebutberasaldari
Jepang, Amerika Serikatdan Prancis.
Berdasarkandata BNPB, jumlah korban meninggal akibatletusan Merapi
sejak 26 Oktobersampaisekarang 151 orang, terdiri 135 orang di wilayah
DIY dan 16 orang di Jawa Tengah. Sedangkanjumlah pengungsi
seluruhnya 320.090 jiwa. Letusanmerusak 291 rumah dan satu tanggul
jebol di Desa Ngeposakibatluapan lahar dingin.
DAMPAK LETUSAN MERAPI
Bandara Masih Tutup,
Pariwisata Lumpuh
Sejak ditutup untuk penerbangan komersial pada Jumat (5/11)
akibat letusan Gunung Merapi, belum ada lagi aktivitas
penerbangan di Bandara Internasional Adi Sutjipto,
Yogyakarta. Hingga kemarin, kegiatan penerbangan seperti
adanya pesawat yang tinggal landas maupun mendarat belum
terlihat.
"Sampai hari ini memang belum ada maskapai
penerbangan yang membuka kembali penerbangan ke
Yogyakarta. Kami tidak tahu sampai kapan. Yang jelas,
mayoritas maskapai penerbangan tidak melayani
penerbangan dari dan ke Yogyakarta hingga 9 November
2010," kata salah satu staf di Bandara Adi Sutjipto,
Yogyakarta, kemarin.
Calon penumpang yang antre untuk pengembalian uang
tiket juga sudah jauh menurun. Jika pada dua hari
sebelumnya terlihat ratusan penumpang yang melakukan
pengembalian, maka kemarin hanya terlihat puluhan
orang.
Loket penjualan tiket pesawat hingga hari ini juga masih
tutup, seperti Merpati, Malaysia Airlines, dan Batavia
Airlines. Sedangkan loket yang buka dan melayani
pengembalian uang pembelian tiket dari para calon
penumpang, di antaranya Garuda Indonesia, Air Asia,
7. Expressair, Sriwijaya, Lion Air, Wings Air, dan Mandala
Air.
Di loket Garuda Indonesia misalnya, di bagian depan
tertempel tulisan semua penerbangan dibatalkan. Hal
sama juga terdapat di loket Batavia Air yang terpampang
tulisan "Tidak Melayani Penerbangan dari dan Menuju
Yogyakarta sampai 9 November 2010". Seperti
diberitakan sebelumnya, aktivitas di Bandara Adi Sutjipto
lumpuh akibat landasan pacu diselimuti abu vulkanik.
Di tempat terpisah, Asosiasi Tour and Travel Agen
Indonesia (Asita) menyatakan, penutupan Bandara Adi
Sutjipto akibat letusan Gunung Merapi berdampak
signifikan terhadap sektor pariwisata Yogyakarta.
"Semenjak Bandara Adi Sutjipto ditutup untuk
penerbangan komersial, dampaknya sangat besar
terhadap pariwisata Yogyakarta," kata Ketua Asita DI
Yogyakarta Edwin Ismedi Himna.
Kondisi ini, menurut dia, dinilai sangat wajar. Ini karena
wisatawan pasti merasakan kekhawatiran untuk
melakukan perjalanan ke Yogyakarta. Apalagi situasi di
Yogyakarta dan Jawa Tengah memang belum kondusif.
"Namun, pihak Asita, PHRI (Perhimpunan Hotel dan
Restoran Indonesia), serta pihak Angkasa Pura I
(pengelola bandara) tetap melakukan komunikasi dengan
berbagai pihak. Kami, pelaku usaha pariwisata di
Yogyakarta, siap menerima kembali kedatangan
wisatawan yang tertunda jika kondisi sudah kembali
kondusif," tuturnya.
Sementara itu, sebanyak tujuh bandara komersial di Jawa
berpotensi terkena dampak semburan abu vulkanik
Gunung Merapi, yang berlokasi di perbatasan DI
Yogyakarta dan Jawa Tengah. Debu halus yang
bertaburan di udara ini dikhawatirkan terhisap mesin
pesawat, sehingga mengakibatkan kerusakan dan
mengancam penerbangan.
Direktur Jenderal Perhubungan Udara Kementerian
Perhubungan Harry Bhakti S Gumay mengatakan,
ancaman abu vulkanik Gunung Api terhadap bandara di
Jawa tergantung pada arah tiupan angin. Saat ini posisi
arah angin berdasarkan data Badan Meteorologi,
Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) berhembus ke utara
8. dan selatan. Paling dikhawatirkan bila arah angin bertiup
kencang ke arah barat daya, di mana abu vulkanik akan
mengarah ke Bandara Internasional Soekarno-Hatta.
"Seluruh bandara di Jawa memiliki potensi terkena
dampak semburan debu vulkanik merapi. Kami selalu
melakukan pemantauan secara terus-menerus terhadap
semua informasi cuaca dari BMKG dan Badan Geologi,"
katanya, usai menandatangani nota kesepahaman tentang
pelayanan informasi awan abu vulkanik dengan Kepala
BMKG Sri Woro B Harijono dan Kepala Badan Geologi
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) R
Sukhyar.
Menurut Harry, saat ini, Bandara Adi Sutjipto secara resmi
ditutup hingga 15 November 2010. Ini dilakukan setelah
sebelumnya diterapkan kebijakan buka-tutup di
pelabuhan udara internasional tersebut. Penutupan
operasional bandara sendiri dilakukan terkait
pertimbangan keselamatan penerbangan, salah satunya
dengan menerbitkan notifikasi ke penerbang (notice to
airman/notam) sebagai aspek legalitas. Ini seperti yang
dilakukan terhadap Bandara Adi Sutjipto.
9. Hati-hati...Abu Vulkanik Merapi Bisa Tersimpan di Awan
Abu vulkanik GunungMerapi
Abu vulkanik yang banyak mengandung silica yang tajam dan
runcing bisa "tersimpan" di awan, dan dikhawatirkan dapat
mengganggu penerbangan. "Kandungan silica yang mencapai
56 persen dalam abu vulkanik GunungMerapi saat ini
setelah melayang-layang akhirnya kemungkinan sebagian
'terjebak' di awan," kata pakar geologi dari Universitas
Gadjah Mada Agus Hendratno di Yogyakarta, Kamis.
Ia menyebutkan abu vulkanik sebagai partikel berukuran
kurang dari dua milimeter, dan titik leburnya 600 derajat
Celcius itu, setelah terlontar ke atas atau letusan vertikal
setinggi 7-8 kilometer (seperti dirilis Balai Penyelidikan dan
Pengembangan Teknologi Kegunungapian Yogyakarta),
terbawa angin ke berbagai arah. "Namun, dalam beberapa
pekan terakhir angin lebih sering ke barat dan barat daya,"
katanya.
Menurut dia, abu vulkanik yang melayang-layang terbawa
angin itu, bisa sampai ke mana-mana. "Jika kemudian
sebagian abu vulkanik 'terjebak' di awan, atau bahkan
'tersimpan' di awan, padahal awan mengandung uap air,
10. tentunya daya lekatnya semakin kuat jika menempel di
badan pesawat terbang, misalnya," katanya.
Agus mengkhawatirkan jika ada pesawat terbang pada
ketinggian 3.000 feet melintas di gumpalan awan yang
banyak menyimpan abu vulkanik, apabila abu vulkanik
tersebut menempel di kaca depan, kaca itu tiba-tiba bisa
menjadi buram sehingga mengganggu pandangan pilot. "Jika
jarak pandang pilot terbatas, tentu bisa membahayakan
penerbangan," katanya.
Ia mengatakan silica dalam abu vulkanik sifatnya runcing
dan tajam, sehingga abu vulkanik dalam jumlah banyak
kemudian diterjang pesawat dengan kecepatan tinggi, tentu
bisa menyebabkan kaca di depan pilot tergores dengan
bidang yang lebar, sehingga kaca tersebut berkurang
ketebalannya. "Kondisi ini pasti akan mempengaruhi
'performa' pesawat terbang," katanya.Agus Hendratno
menyebutkan saat Gunung Galunggung meletus pada 1982,
waktu itu abu vulkaniknya diduga mengganggu pesawat
terbang yang kebetulan melintas di udara wilayah Jawa
Barat. "Ketika itu sebuah pasawat terbang dari Malaysia
dengan tujuan Jakarta, saat berada di posisi 177 kilometer
timur Jakarta, tiba-tiba mesin pesawat terganggu, dan diduga
karena abu vulkanik dari gunung tersebut," katanya.