SlideShare una empresa de Scribd logo
1 de 108
Descargar para leer sin conexión
ANALISIS SISTEM PENGAMBILAN KEPUTUSAN
PADA KEBIJAKAN KETAHANAN PANGAN
DI KABUPATEN BONE BOLANGO
SKRIPSI
MUHAMMAD FIQRI
NIM : 6144 10 006
JURUSAN AGRIBISNIS
FAKULTAS ILMU-ILMU PERTANIAN
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2015
ANALISIS SISTEM PENGAMBILAN KEPUTUSAN
PADA KEBIJAKAN KETAHANAN PANGAN
DI KABUPATEN BONE BOLANGO
MUHAMMAD FIQRI
NIM : 6144 10 006
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
Gelar Sarjana Pertanian Jurusan Agribisnis
JURUSAN AGRIBISNIS
FAKULTAS ILMU-ILMU PERTANIAN
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2015
i
ABSTRAK
Muhammad Fiqri, 6144 10 006. Analisis Sistem Pengambilan Keputusan Pada
Kebijakan Ketahanan Pangan di Kabupaten Bone Bolango. Dibawah bimbingan
Wawan K. Tolinggi dan Amelia Murtisari.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui perencanaan dan perumusan kebijakan
ketahanan pangan di Kabupaten Bone Bolango dan mengetahui pengaruh sistem
pengambilan keputusan pada kebijakan ketahanan pangan di Kabupaten Bone Bolango.
Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Bone Bolango dari bulan Oktober 2014 sampai
pada bulan Desember 2014. Metode yang digunakan dalam pengumpulan data yaitu
metode survei dimana pengumpulan data dilakukan dengan wawancara dan observasi.
Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan metode purposive sampling.
Data dianalisis dengan menggunakan metode deskribtif dan metode analisis Structural
Equation Model (SEM) dengan menggunakan model analisis jalur (Path Analysis)
melalui bantuan perangkat Amos 22. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa program
ketahanan pangan di Kabupaten Bone Bolango pada saat ini masih bergantung pada
program nasional ketahanan pangan. Hal ini dapat dilihat dengan jelas bahwa program
peningkatan ketahanan pangan Kabupaten Bone Bolango mengacu pada program
ketahanan pangan nasional yang terdiri dari (1) Pengembangan dan pendampingan desa
mandiri pangan, (2) Pengembangan lumbung pangan desa. Indikator yang paling
berpengaruh dalam ketahanan pangan yaitu ketersediaan dengan standardized koefisien
parameter sebesar 0,90. Indikator yang paling berpengaruh dalam perumusan kebijakan
yaitu pengaruh lingkungan dengan standardized koefisien parameter sebesar 0,67.
Terdapat pengaruh antara ketahanan pangan yang terdiri dari distribusi, ketersediaan, dan
konsumsi terhadap perumusan kebijakan itu sendiri, hal ini dapat terlihat pada
standardized koefisien parameter sebesar 1,00 sehingga terdapat pengaruh antara
ketahanan pangan yang terdiri dari distribusi, ketersediaan, dan konsumsi terhadap
perumusan kebijakan itu sendiri.
Kata Kunci : Ketahanan Pangan, Perumusan Kebijakan, Bone Bolango, Structural
Equating Model (SEM), Path Analysis, Amos 22, Indikator,
Standardized Koefisien Parameter
ii
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kecamatan Kabila Kabupaten Gorontalo Provinsi Gorontalo
pada tanggal 12 Maret 1992. Penulis merupakan anak pertama dari Bapak Rahman N.
Bau dan Ibu Khadjara N. Deti
Penulis mengawali pendidikan formal di TK Kartika pada Tahun 1998, kemudian
melanjutkan pendidikan formal di SDN Timbuolo pada Tahun 2004, dan Sekolah
Menengah Pertama di SMP Negeri 2 Kabila pada Tahun 2007, serta menyelesaikan
pendidikan Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 1 Kabila pada Tahun 2010.
Pada tahun 2010, penulis melanjutkan studi belajar program sarjana di
Universitas Negeri Gorontalo pada Program Studi Agribisnis, Jurusan Agribisnis,
Fakultas Ilmu – ilmu Pertanian. Selama menjadi mahasiswa, penulis pernah menjadi
peserta Orientasi Mahasiswa Baru (ORASIMARU) Universitas Negeri Gorontalo tahun
2010, menjadi peserta Townhall Meeting Diplomasi RI-Amerika Selatan dalam Kerangka
FEALAC Tahun 2013 di Universitas Negeri Gorontalo, dan menjadi peserta Kuliah Kerja
Sibermas (KKS) Tahun 2013 di Desa Imbodu Kec. Randangan Kabupaten Pohuwato.
iii
SURAT PERNYATAAN
Yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : Muhammad Fiqri
NIM : 6144 10 006
Tempat/Tanggal Lahir : Kabila Kab. Gorontalo 12 Maret 1992
Jenis Kelamin : Laki-laki
Program Studi : S1 Agribisnis
Fakultas/Jurusan : Pertanian/Agribisnis
Alamat : Desa Timbuolo, Kecamatan Botupingge
Kabupaten Bone Bolango
Dengan ini menyatakan sesungguhnya bahwa skripsi yang disusun untuk memenuhi
salah satu persyaratan dalam menempuh ujian akhir di Universitas Negeri Gorontalo,
merupakan hasil karya saya sendiri. Adapun bagian-bagian tertentu dalam penulisan yang
dikutip dari hasil karya orang lain telah dituliskan sumbernya dengan jelas sesuai dengan
norma, kaidah, etika penulisan ilmiah dan buku pedoman penulisan karya ilmiah
Universitas Negeri Gorontalo. Apabila dikemudian hari ditemukan seluruh atau sebagian
skripsi ini bukan hasil karya saya sendiri, maka saya bersedia diberi sangsi akademik.
Demikian surat pernyataan ini dibuat tampa ada unsur paksaan dari pihak manapun.
Gorontalo, Januari 2015
Muhammad Fiqri
NIM : 6144 10 006
iv
PERSETUJUAN PEMBIMBING
ANALISIS SISTEM PENGAMBILAN KEPUTUSAN
PADA KEBIJAKAN KETAHANAN PANGAN
DI KABUPATEN BONE BOLANGO
MUHAMMAD FIQRI
614 410 006
Skripsi ini telah disetujui dan disidangkan dihadapan
Komisi Ujian Sidang pada tanggal 8 Januri 2015
Disetujui
Komisi Pembimbing
Wawan K. Tolinggi, SP. M.Si Amelia Murtisari, SP. M.Sc
Ketua Anggota
Diketahui
Menyetujui Mengetahui
Ketua Dekan
Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian
Dr. Amir Halid, SE, M.Si Dr. Moh. Ikbal Bahua, SP.
M.Si
NIP. 197201092005011002 NIP. 197204252001121003
v
HALAMAN PENGESAHAN
Judul Skripsi : Analisis Sistem Pengambilan Keputusan Pada Kebijakan
Ketahanan Pangan di Kabupaten Bone Bolango
Nama : Muhammad Fiqri
NIM : 6144 10 006
Jurusan : S1 Agribisnis
Telah disidangkan dan dipertahankan dihadapan dewan penguji
Hari/Tanggal : Kamis / 8 Januari 2015
Waktu : 08.00 WITA
Dewan Penguji :
1. Wawan K. Tolinggi SP, M.Si 1…………………………..
2. Amelia Murtisari SP, M.Sc 2…………………………..
3. Dr. Amir Halid SE, M.Si 3…………………………..
4. Supriyo Imran SP, M.Si 4…………………………..
5. Ria Indriani SP, M.Si 5…………………………..
Gorontalo, 13 Januari 2015
Dekan Fakultas Pertanian
Dr. Moh. Ikbal Bahua, SP, M.Si
NIP. 197204252001121003
vi
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
“Bukankah Kami telah melapangkan untukmu dadamu? Dan Kami telah
menghilangkan daripadamu bebanmu, yang memberatkan punggungmu. Dan Kami
tinggikan bagimu sebutan (nama)mu, karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada
kemudahan. Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila
kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh
(urusan) yang lain. Dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap.” (QS.
Al Insyirah: 1-8)
Kegagalan juga menyenangkan, hidup dengan kepercayaan bahwa cobaan itu berguna
untuk menempa diri sendiri (Jiraiya – Naruto Shippuden)
Banyak kegagalan dalam hidup ini dikarenakan orang-orang tidak menyadari betapa
dekatnya mereka dengan keberhasilan saat mereka menyerah.
(Thomas Alva Edison)
Jangan mudah putus asa, karena jalan hidup yang kita lalui tak selamanya mulus
(Rosse – Full Metal Alchemist)
Dulu aku disini, dan kata – kata ini membimbingku hingga sampai akhir
(Muhammad Fiqri)
Untuk Ayahku Rahman N. Bau dan Ibuku Khadjara N. Deti yang dalam lelah mereka
selalu mendoakan yang terbaik untukku, adik-adikku Mohamad Rizki Bau, Sitty Nur
Amalia Bau, Mohamad Alfitra Bau, Keluarga, Sahabat yang selalu mendoakanku,
memberi motivasi, dan dorongan selama penyelesaian studiku
Untuk Alumi SMA N. 1 KABILA yang memberikan dorongan dan semangat dalam
penyelesaian skripsi ini
Untuk Himpunan Mahasiswa Agribisnis (HIMAGRI) yang senantiasa memberikan
dorongan dan dukungan demi kelancaran studi akhirku dimulai dari ujian proposal
sampai ujian skripsi baik secara langsung dan tidak langsung
Teruntuk dia yang tersayang “Fitrayini Saleh” yang dalam senyumnya selalu
memberikan motivasi dalam penyelesaian skripsi ini
ALMAMATERKU TERCINTA
TEMPATKU MENIMBA ILMU
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
vii
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena
dengan rakhmat dan hidayah-NYA proposal penelitian dengan judul: “Analisis
Sistem Pengambilan Keputusan Pada Kebijakan Ketahan Pangan di Kabupaten
Bone Bolango” dapat diselesaikan.
Proposal penelitian ini merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi
sebelum melanjutkan ke tahap seminar hasil dan skripsi. Tujuan penulisan skripsi
ini adalah merumuskan sistem pengambilan keputusan pada kebijakan ketahanan
pangan di Kabupaten Bone Bolango
Ucapan terima kasih yang sebesarbesarnya penulis sampaikan kepada :
1. Bapak Dr. Syamsu Qamar Badu M.Pd selaku Rektor Universitas Negeri
Gorontalo
2. Bapak Dr. Moh. Ikbal Bahua SP. M.Si selaku Dekan Fakultas Pertanian
Universitas Negeri Gorontalo
3. Bapak Dr. Amir Halid SE. M.Si selaku Ketua Jurusan Agribisnis Fakultas
Pertanian Universitas Negeri Gorontalo
4. Bapak Wawan K. Tolinggi SP. M.Si selaku pembimbing satu sekaligus
penasehat akademik dan Ibu Amelia Murtisari SP. M.Sc selaku pembimbing
dua
5. Staf Dosen Jurusan Agribisnis Fakultas Ilmu Pertanian Universitas Negeri
Gorontalo yang tidak dapat disebutkan satu per satu
6. Bapak Femy Monoarfa selaku Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Bone
Bolango
7. Bapak Rasjid Majhur selaku Kepala Badan Pusat Statistik Kabupaten Bone
Bolango
8. Bapak Fitri Gobel selaku Kepala Balai Penyuluhan Pertanian, Perikanan,
Peternakan, dan Kehutanan Kabupaten Bone Bolango
9. Bapak Saiful Umar selaku Kepala Badan Perencanaan dan Pembangunan
Daerah Kabupaten Bone Bolango
viii
10. Orang tuaku Rahman N. Bau dan Khadjara N. Deti yang teristimewa karena
telah mendidikku, memberi motivasi, dan senantiasa mendoakanku dalam
setiap langkahku
11. Adik-adikku yang terkasih dan tersayang Mohamad Rizki Bau, Siti
Nur’amalia Bau, Mohamad Alfitra Bau.
12. Keluarga yang selalu senantiasa memberikan motivasi
13. Teman dan sahabatku Muttaqin, Irma Tanaiyo, Zulfadli Miu, Silvana
Abdulah, dan Frandiansyah Botutihe
14. Teman- teman Alumi SMP N. 2 Kabila yaitu Yayan igirisa, Maskun Usman,
Abd. Gani, Ardi Pantu, Rizal Ishak, Prawiro Lasoma (Ipan), Sali W. Dama
(Nila)
15. Teman-teman alumi SMA N. 1 Kabila khususnya kelas XII. Ilmu Alam 1
yaitu Ria Hulukati, Sinta Ma’ruf, Windi Lakoro, Nur Laila Ulfa Samauna
(Ulfa), Meywulan Sari Sidiki (Ulan), Puspita NS Baladraf (Tira), Isran K.
Yusuf, Acin, Pipit Pakaya, Abd. Fajri Utiarahman (Eryo), Ikbal Pakaya, Lia
Yuliana Gani, Cindy Tsasil Lasulika (Sisi), Hardiyanti Lestari (Tari), Kartika
A. Uloli (Tika), Fajriani Monoarfa (Riri), Khairunisa Y. Mohamad (Nisa),
Izmy, Febi, Nani, Irwan Bumulo, Zeze, Masrina Ismail (Rina), Mentari I.
Hadjarati (Ayi), Zubaida Maku (Ida), Elisa, Vidya Vrifanti Hidayat, Irawan
Pomalingo, dan Pristian Akuba (Erwin)
16. Teman-teman Jurusan Agribisnis teristimewa Angkatan 2010 khususnya
kelas Agribisnis A yang selama ini memberikan dukungan dan motivasi yaitu
Ernawati, Silvia, Alin, Inton, Alan, Orin, Asti, Lina, Yayu, Beyin, Ola, Ria,
Ain, Junites, Awi, Linda, Melan, Milga, Yul, Wawan, Ogel, Eko, Ahmad,
Ramdan, Hermanto, Didik, Eki, Yunus, Nunu (Scub), Anto, Adit, Mega, Riri.
17. Teman-teman Jurusan Agribisnis teristimewa Angkatan 2010 khususnya
kelas Agribisnis B yaitu Karmila, Fahriani, Eva, Maya, Mun, Nur, Aksa,
Yeni, Fatma, Yowan, Intan, Isna, Femi, Tia, Ulan, Putri, Ela, Udin, Tias,
Roki, Muhlis, Eza, Ucin, Agus W, Agus B, Ismail P. Ismail A, Arfa, Thalib.
18. Teman-teman Himpunan Mahasiswa Jurusan Agribisnis baik yang angkatan
2011, 2012, dan 2013 yang tidak bisa disebutkan satu per satu
ix
19. Teman-teman Agroteknologi yaitu Nidal, Afni, Replin, Romin, Pomi, Rian,
Agus, Irma, Siti, dan beberapa pihak yang tidak disebutkan satu persatu.
20. Teman – teman D’Niny dan Daboribo
21. Beberapa pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu
Penulis menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan dalam
penyusunan karya tulis ini, sehingga masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu,
penulis menerima kritik dan saran serta masukan sebagai bahan perbaikan
Gorontalo, Januari 2014
Penulis
x
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL
ABSTRAK ......................................................................................................... i
RIWAYAT HIDUP........................................................................................... ii
SURAT PERNYATAAN .................................................................................. iii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................................... iv
HALAMAN PENGESAHAN........................................................................... v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN.................................................................... vi
KATA PENGANTAR....................................................................................... vii
DAFTAR ISI...................................................................................................... x
DAFTAR TABEL ............................................................................................. xii
DAFTAR GAMBAR.........................................................................................xiv
DAFTAR LAMPIRAN..................................................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................. 1
A. Latar Belakang ................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .............................................................................. 5
C. Tujuan Penelitian................................................................................ 5
D. Manfaat Penelitian.............................................................................. 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA....................................................................... 6
A. Ketahanan Pangan.............................................................................. 6
B. Sistem Pengambilan Keputusan ......................................................... 9
C. Analisis Jalur (Path Analysis) ............................................................ 12
D. Penelitian Terdahulu .......................................................................... 16
E. Kerangka Pemikiran Teoritis.............................................................. 19
F. Hipotesis Penelitian ............................................................................ 20
BAB III METODE PENELITIAN .................................................................. 21
A. Lokasi dan Waktu Penelitian.............................................................. 21
B. Jenis Penelitian................................................................................... 21
C. Jenis dan Sumber Data ....................................................................... 21
D. Tehnik Pengambilan Sampel.............................................................. 21
E. Tehnik Pengumpulan Data ................................................................. 22
xi
F. Tehnik Analisis Data........................................................................... 23
G. Defenisi Operasional Variabel ........................................................... 26
BAB IV PEMBAHASAN.................................................................................. 29
A. Gambaran Umum Lokasi Peneitian.................................................... 29
B. Program Ketahanan Pangan di Kabupaten Bone Bolango ................. 41
C. Pengaruh Program Ketahanan Pangan di Kabupaten
Bone Bolango ..................................................................................... 50
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN............................................................ 66
A. Kesimpulan......................................................................................... 66
B. Saran................................................................................................... 67
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................ 68
xii
DAFTAR TABEL
Nomor Teks Halaman
1. Luas Wilayah dan Banyaknya Desa/Kelurahan di
Kabupaten Bone Bolango 2012 - 2013................................. 30
2. Perkembangan Penduduk dan Kepadatan Penduduk di
Kabupaten Bone Bolango 2009 - 2012................................. 31
3. Jumlah Penduduk Menurut Kecamatan dan Jenis Kelamin
di Kabupaten Bone Bolango 2012 - 2013............................. 32
4. Jumlah Murid SD,SMP, SMA Menurut Kecamatan di
Kabupaten Bone Bolango 2012 - 2013................................. 34
5. Jumlah Sarana dan Prasarana Pendidikan di Kabupaten
Bone Bolango 2010 - 2012 ................................................... 35
6. Perkembangan Tanaman Pangan di Kabupaten
Bone Bolango........................................................................ 36
7. Identitas Responden Penganbil Kebijakan di Kabupaten
Bone Bolango........................................................................ 37
8. Identitas Responden Berdasarkan Umur.............................. 39
9. Identitas Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan........ 40
10. Identitas Responden Berdasarkan Pengalaman
Berusahatani 37..................................................................... 41
11. Daftar Afinitas Program Pengembanga Desa Mandiri
Pangan di Kabupaten Bone Bolango..................................... 44
12. Daftar Afinitas Program Pengembangan Lumbung Pangan
Desa di Kabupaten Bone Bolango ........................................ 47
13. Konstruk Analisis Jalur Sistem Pengambilan Keputusan
Pada Kebijakan Ketahanan Pangan di Kabupaten
Bone Bolango........................................................................ 52
14. Computation Degrees of freedom ........................................ 53
15. Nilai Chi – Square ............................................................... 54
16. Nilai CMIN .......................................................................... 54
17. Baseline Comparation ......................................................... 54
18. Regression Weights: (Group number 1 - Default model)
Distribusi............................................................................... 56
19. Regression Weights: (Group number 1 - Default model)
Ketersediaan.......................................................................... 57
20. Regression Weights: (Group number 1 - Default model)
Konsumsi .............................................................................. 58
xiii
DAFTAR TABEL
Nomor Teks Halaman
21. Regression Weights: (Group number 1 - Default model)
Tujuan .................................................................................. 60
22. Regression Weights: (Group number 1 - Default model)
Resiko................................................................................... 61
23. Regression Weights: (Group number 1 - Default model)
Pengaruh Lingkungan .......................................................... 62
24. Regression Weights: (Group number 1 - Default model)
Pengaruh Sistem Pengambilan Keputusan pada
Kebijakan Ketahanan Pangan di Kabupaten
Bone Bolango........................................................................64
25. Standardized Regression Weights : (Group number 1 -
Default model) Pengaruh Sistem Pengambilan
Kebutusan pada Kebijakan Ketahanan Pangan di
Kabupaten Bone Bolango .....................................................65
xiv
DAFTAR GAMBAR
Nomor Teks Halaman
1. Model Sederhana Analisis Jalur........................................... 15
2. Analisis Sistem Pengambilan Keputusan Pada
Kebijakanan Ketahanan Pangan di Kabupaten
Bone Bolango....................................................................... 19
3. Model Struktur Analisis Jalur .............................................. 24
4. Diagram Analisis Jalur Sistem Pengambilan Keputusan
pada Kebijakan Ketahanan Pangan di Kabupaten
Bone Bolango....................................................................... 51
5. Model diagram analisis jalur distribusi (X1) ....................... 55
6. Model diagram analisis jalur ketersediaan (X2) .................. 57
7. Model diagram analisis jalur konsumsi (X3)....................... 58
8. Model diagram analisis jalur tujuan (X4) ............................ 59
9. Model diagram analisis jalur Resiko (X5) ........................... 61
10. Model diagram analisis jalur pengaruh lingkungan (X6) .... 62
11. Model Diagram Analisis Jalur Sistem Pengambilan
Keputusan pada Kebijakan Ketahanan Pangan
di Kabupaten Bone Bolango ................................................ 63
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Teks Halaman
1. Kuisioner Penelitian............................................................. 71
2. Identitas Responden di Kabupaten Bone Bolango............... 77
3. Indikator Ketahanan Pangan ................................................ 78
4. Indikator Perumusan Kebijakan........................................... 79
5. Data Olahan Indikator Ketahanan Pangan dan Indikatror
Perumusan Kebijakan........................................................... 80
6. Hasil Analisis Sistem Pengambilan Keputusan Pada
Kebijakan Ketahanan Pangan di Kabupaten
Bone Bolango....................................................................... 81
7. Dokumentasi Responden Pengambil Kebijakan .................. 83
8. Dokumentasi Responden Petani........................................... 85
1
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pertanian merupakan kebudayaan yang pertama kali dikembangkan manusia
sebagai respon terhadap tantangan kelangsungan hidup yang berangsur menjadi
sukar karena semakin menipisnya sumber pangan di alam bebas akibat laju
pertambahan manusia (Nurmala Dkk, 2012 : 19 ). Pertanian adalah sejenis proses
produksi khusus yang didasarkan atas proses pertumbuhan dan hewan (Satari,
1999) dalam (Nurmala Dkk, 2012 : 19 )
Sektor pertanian di negara-negara berkembang (development country)
peranannya sangat besar sekali karena merupakan mata pencaharian pokok
sebagian besar penduduknya. Peranan sektor pertanian dalam perekonomian
dalam suatu negara dapat dilihat dari besarnya presentase Produk Domestik Bruto
(PDB) dari sektor pertanian negara tersebut. Makin besar kontribusi sektor
pertanian terhadap PDB-nya berarti negara tersebut masih tergolong atau
termasuk negara agraris , sebaliknya apabila kontribusi sektor pertanian terhadap
PDB, sebaliknya apabla kontribusi sektor pertanian terhadap PDB persentasenya
kecil maka negara tersebut disebut negara industri.
Kontribusi sektor pertanian dinegara kita dari tahun ke tahun persentasinya
terus menurun searah dengan melajunya perkembangan sektor industri yang terus
meningkat. Sebelum tahun tujuh puluan, persentase PDB dari sektor pertanian
masih diatas 50%, pada tahun 1993 menjadi 17,88% dan pada tahun 1995 hanya
mencapai 17.10%, sejak krisis ekonomi melanda Indonesia pada tahun 1997
kontribusi sektor pertanian terhadap PDB cenderung meningkat khususnya ekspor
non migas (Nurmala Dkk, 2012 : 95).
Pangan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia, oleh karena itu
pemenuhan atas pangan yang cukup, bergizi dan aman merupakan hak asasi setiap
rakyat Indonesia untuk mewujudkan sumberdaya manusia yang berkualitas
sehingga pembangunan nasional dapat dilaksanakan secara optimal.
2
Pembangunan ketahanan pangan diselenggarakan untuk pemenuhan
kebutuhan dasar manusia yang memberikan manfaat secara adil dan merata
didasarkan kemandirian dan tidak bertentangan dengan keyakinan masyarakat.
Proses pembangunan ketahanan pangan dilaksanakan secara bertahap, melalui
proses pemberdayaan masyarakat. Salah satu syarat utama dalam pemberdayaan
masyarakat, harus dikenali dan dimengerti terlebih dahulu potensinya, sehingga
dapat dicarikan peluang dan alternatif, agar potensi tersebut dapat dimanfaatkan
secara optimal agar tingkat ketahanan pangannya dapat ditingkatkan (Husaini,
2012 : 1)
Peranan sektor pertanian di Indonesia sangat penting dilihat dari keharusannya
memenuhi kebutuhan pangan penduduk yang pada tahun 2005 berjumlah 219,3
juta, dan diprediksikan terus bertambah sebesar 1,25% (Nainggolan, 2006 : 78)
dalam (Purwaningsih, 2008 : 1). Pemerintah harus melaksanakan kebijakan
pangan, yaitu : menjamin ketahanan pangan yang meliputi pasokan, diversivikasi,
keamanan, kelembagaan, dan organisasi pangan. Kebijakan ini deperlukan untuk
meningkatkan kemandirian pangan. Pembangunan yang mengabaikan
keswadayaan dalam kebutuhan dasar penduduknya akan menjadi sangat
tergantung pada Negara lain dan itu berarti menjadi Negara yag tidak berdaulat
(Arifin,2004) dalam (Purwaningsih, 2008 : 1).
Ketahanan pangan harus mencakup faktor ketersediaan, distribusi, dan
konsumsi. Faktor ketersediaan pangan berfungsi menjamin pasokan pangan untuk
memenuhi kebutuhan penduduk, baik dari segi kualitas, keragaman dan
keamanannya. Distribusi berfungsi mewujudkan sistem distribusi yang efektif dan
efisien untuk menjamin agar masyarakat dapat memperoleh pangan dalam jumlah,
kualitas dan keberlanjutan yang cukup dengan harga yang terjangkau. Sedangkan
faktor konsumsi berfungsi mengarahkan agar pola kemanfaatan pangan secara
nasional memenuhi kaidah mutu, keragaman, kandungan gizi, keamanan dan
kehalalannya (Prabowo, 2010 : 2 )
Namun perkembangan kebijakan ketahanan pangan Indonesia saat ini tidak
lebih baik dari kebijakan ketahaan pangan pada masa orde baru. Hal ini terlihat
dari tercapainya swasembada pangan pada masa tersebut, berbanding terbalik
3
dengan keadaan sekarang, dimana untuk menjaga ketahanan pangan nasional
pemerintah mengeluarkan kebijakan impor pangan, dimana hal ini membawa
konsekuensi semakin bergantungnya kita pada kebijakan tersebut.
Produksi pangan tergantung pada faktor seperti iklim, jenis tanah, curah hujan,
irigasi dan komponen produksi pertanian yang digunakan bahkan insentif bagi
para petani untuk menghasilkan pangan. Pangan menjadi tolak ukur ketersediaan
pangan yang meliputi produk serelia, kacang-kacangan, minyak nabati, sayur-
sayuran, buah-buahan, rempah, gula, dan produk hewani. Karena porsi utama dari
kebutuhan kalori harian berasal dari sumber pangan karbohidrat, maka digunakan
analisa kecukupan pangan adalah karbohidrat yang bersumber dari produksi
pangan serelia, yaitu padi, jagung, dan umbi-umbian (Dinas Pertanian dan
Ketahanan Pangan Provinsi Gorontalo, 2011 : 11)
Pemerintah provinsi Gorontalo melalui program agropolitan menetapkan
komoditi jagung sebagai komodi andalan yang diharapkan dapat menjawab
tantangan peningkatan ketersediaan pangan berkelanjutan dengan menerapkan
aplikasi teknologi perluasan areal tanam dan peningkatan nilai produksi persatuan
hektar lahan (Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Gorontalo, 2011 :
11).
Produksi padi Provinsi Gorontalo mengalami peningkatan setip tahun sejak
tahun 2006 sampai pada tahun 2009. Peningkatan jumlah produksi ini terutama
disebabkan oleh peningkatan luas panen dan produktivitas. Seiring dengan
meningkatnya luas area tanam dan produksi jagung, produksi jagung meningkat
setiap tahunnya sampai dengan tahun 2008. Namun demikian pada tahun 2009
terjadi penurunan yang cukup tajam sebesar 184,488 ton. Penurunan jumlah
produksi ini berkaitan dengan berkurangnya luas panen sebesar 20% (31,683 ha)
serta turunnya produktifitas sebesar 5,34% (2,57 kuintal/ha). Rata-rata produksi
ubi kayu dan ubi jalar Provinsi Gorontalo cenderung fluktuatif. Fluktuatif rata-rata
produksi tahun ini seperti halnya komoditas serelia, erat kaitannya dengan
berkurangnya luas area panen dan menurunnya produktivitas (Dinas Pertanian dan
Ketahanan Pangan Provinsi Gorontalo, 2011 : 12)
4
Melihat bagaimana program Pemerintah Provinsi Gorontalo yang lebih
cenderung keproduksi jagung, maka hal ini menimbulkan masalah yang nyata.
Karena sebagian sebesar konsumsi pangan masyarakat cenderung ke komoditas
padi dalam hal ini beras yang menjadi sebagai sumber karbohidrat yang utama,
apalagi jika tidak diimbangi dengan peningkatan produktivitas padi tentunya ini
akan menjadi masalah kerawanan pangan.
Produksi padi rata-rata di tingkat kabupaten cenderung mengalami
peningkatan sejak tahun 2005. Kecuali di Kabupaten Bone Bolango dan Kota
Gorontalo. Kabupaten Gorontalo, sebagai daerah sentra padi di Provinsi
Gorontalo, sempat mengalami penurunan produksi hingga 20% yang disebabkan
oleh pemekaran sebagian wilayah Kabupaten tersebut menjadi kabupaten
Gorontalo Utara. Namun demikian pada tahun 2009 produksi padi di Kabupaten
ini kembali meningkat seiring dengan meningkatnya luas panen dan produktivitas
(Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Gorontalo, 2011 : 13)
Produktivitas di Kabupaten Bone Bolango terbilang sedikit sekali dalam
memenuhi kebutuhan pangan daerah, sehingga untuk itu Kabupaten Bone
Bolango tergolong kabupaten rawan pangan. Hal ini tentunya akan berpengaruh
terhadap kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah Kabupaten Bone Bolango
terkait dengan ketahanan pangan nasional, sehingga setiap kali mengeluarkan
kebijakan tentang ketahanan pangan terdapat beberapa kendala yang menghadang
misalnya masalah produksi, harga, distribusi, kemudahan kredit, penyelundupan,
serta penyelewengan dari oknum-oknum terkait.
Bertolak dari program ketahanan pangan nasional, aspek ketersediaan pangan
tergantung pada sumberdaya alam, fisik, dan manusia, sehingga dibutuhkan
sistem pengambilan keputusan terkait kebijakan yang akan dikeluarkan. Masalah
sistem pengambilan keputusan terletak dari peraturan tentang bagaimann tujuan
yang hendak dicapai itu terwujud, dengan melalui dukungan informasi dan data
yang diperoleh secara akurat, sehingga pemerintah Kabupaten Bone Bolango
dalam hal ini dituntut mampu menguasai sistem pengambilan keputusan yang
akan digunakan dalam mengeluarkan kebijakan ketahanan pangan.
5
Namun tidak semua kebijakan yang dikeluarkan dapat dilaksanakan, hal ini
dapat dilihat dari skala prioritas dan ketersediaan sumberdaya dari kebijakan
tersebut, sehingga menjadi permasalahanya yaitu analisis sistem pengambilan
keputusan pada kebijakan ketahanan pangan di Kabupaten Bone Bolango. Atas
dasar itu, maka peneliti tertarik untuk meneliti analisis sistem pengambilan
keputusan pada kebijakan ketahanan pangan di Kabupaten Bone Bolango.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pada uraian latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan
permasalahan yaitu :
1. Bagaimana program kebijakan ketahanan pangan di Kabupaten Bone
Bolango ?
2. Indikator apa yang berpengaruh pada ketahanan pangan dan perumusan
kebijakan
C. Tujuan penelitian
1. Mengetahui program ketahanan pangan di Kabupaten Bone Bolango
2. Mengetahui indikator apa yang berpengaruh pada ketahanan pangan dan
perumusan kebijakan
D. Manfaat Penelitian
Sedangkan manfaat yang dapat direkomendasikan dari penelitian ini
adalah :
1. Sebagai sumber data dan informasi bagi pihak yang terkait dengan
perencanaan ketahanan pangan nasional
2. Sebagai bahan masukan kepada Pemerintah Daerah dalam rangka
pengambilan kebijakan ketahanan pangan di Kabupaten Bone Bolengo
3. Sebagai informasi bagi penelitian lanjutan
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Ketahanan Pangan
Ketahanan pangan merupakan suatu hal yang utama dalam pembangunan guna
mencapai kesejahteraan masyarakat, upaya pencapaian ketahanan pangan yang
telah menjadi perhatian pada lingkup nasional dan internasional. Kerentanan atas
pangan dapat mengakibatkan rendahnya kualitas hidup masyarakat, baik pada
aspek fisik, kesehatan, sosial maupun ekonomi (Prihatin Dkk, 2012 : 2). Jika
konsumsi pangan tidak tercukupi, khususnya pangan karbohidrat yang merupakan
sumber energi maka akan rentan terjadi rawan pangan yang pada akhirnya dapat
menurunkan kualitas hidup manusia (Apriani dan Biliawati, 2001 : 2 ).
Kerawanan pangan merupakan salah satu kondisi ketidakcukupan pangan
yang dialami daerah, masyarakat, atau rumah tangga pada waktu tertentu untuk
memenuhi standar kebutuhan fisiologis bagi pertumbuhan dan kesehatan
masyarakat (Ariningsih dan Rachman, 2008 : 2)
Menurut Sari dan Prishardoyo (2009 : 3), suatu daerah dikatakan rawan
pangan dapat diukur dengan banyaknya jumlah rumah tangga prasejahtera yang
relatif masih banyak karena alasan ekonomi, status gizi masyarakatnya yang
ditunjukan oleh status gizi balitanya, ketersediaan pangan daerah dan kerentanan
pangan.
Oleh Karena itu peningkatan ketahanan pangan tentunya menjadi motor
penggerak yang akan memperkuat fokus-fokus pembangunan, terutama fokus
pengentasan kemiskinan dan peningkatan luas sumber daya manusia (Predi, 2012
: 1). Berdasarkan Pola Pangan Harapan (PPH), kecukupan energi yang diperoleh
dari pangan karbohidrat adalah 50% untuk kelompok serelia dan 6% untuk
kelompok umbi-umbian. Hal tersebut menunjukan posisi penting pangan sumber
karbohidrat dan kecukupan energi penduduk. Selain itu, berdasarkan Susenas
2005, 43,61% kecukupan protein penduduk Indonesia berasal dari beras. Karena
itu, ketidakcukupan pangan sumber karbohidrat bisa menjadi peringatan
kewaspadaan pangan paling dini (Apriani dan Baliwati, 2011 : 1)
7
Dimensi ketahanan pangan nasional mencakup aspek ketersediaan,distribusi,
dan konsumsi, serta keamanan pangan . Pada aspek ketersediaan pangan termasuk
elemen : produksi domestik, impor, ekspor, cadangan dan transfer pangan dari
pihak atau Negara lain. Adanya elemen ekspor-impor pada aspek keersediaan
pangan menunjukan bahwa kinerja ketahanan pangan nasional tidak terlepas dari
dinamika peran perdagangan internasional, khususnya perdagangan komoditas
pangan (Hardono Dkk, 2004 : 2)
Ketahanan panan pada tingkat rumah tangga merupakan landasan bagi
ketahanan pangan masyarakat, yang selanjutnya menjadi pilar bagi ketahanan
pangan daerah dan nasional. Berdasarkan pemahaman tersebut maka salah satu
prioritas utama pembangunan ketahanan pangan adalah memberdayakan
masyarakat agar mereka mampu menanggulangi masalah pangannya secara
mandiri serta mewujudkan ketahanan pangan rumah tangganya secara
berkelanjutan (Dewan Ketahanan Pangan, 2006 : 1)
Ketahanan pangan dapat pula terwujud apabila secara umum telah terpenuhi
dua aspek sekaligus. Pertama adalah tersedianya pangan yang cukup dan merata
untuk seluruh penduduk. Kedua, setiap penduduk mempunyai akses fisik dan
ekonomi terhadap pangan untuk memenuhi kecukupan gizi guna menjalani
kehidupan yang sehat dan produktif dari hari ke hari (Dewan Ketahanan Pangan,
2006 : 1)
Pembangunan ketahanan pangan adalah terwujudnya kemandirian pangan
yang cukup dan berkelanjutan bagi seluruh penduduk melalui proses produksi
dalam negeri. Ketersediaan pangan (disuatu daerah dan suatu saat tertentu) dapat
dipenuhi dari tiga sumber, yaitu produksi dalam negeri, impor pangan, dan
cadangan pangan. Ketersediaan pangan untuk memenuhi kebutuhan pangan
diupayakan melalui produksi dalam negeri termasuk cadangan pangan. Impor
pangan merupakan pilihan terakhir jika kelangkaan produksi pangan (Garditjo dan
Rauf, 2009) dalam (Lantarsih dkk, 2011 : 3)
Menurut Dewan Ketahanan Pangan (2006 : 2), pembangunan ketahanan
pangan ditujuan untuk memperkuat ketahanan pangan ditingkat mikro/tingkat
rumah tangga dan individu serta tingkat makro/nasional sebagao berikut :
8
1. Mempertahankan ketersediaan energi per kapita minimal 2.200 kilo
kalori/hari, dan penyedia protein per kapita minimal 57.
2. Meningkatkan konsumsi pangan perkapita untuk memenuhi kecukupan
energi minimal 2.000 kilo kalori/hari dan protein sebesar 52 gram/hari
3. Meningkatkan kualitas konsumsi pangan masyarakat dengan skor Pola
Pangan Harapan (PPH) minimal 80 (padi-padian 275g, umbi-umbian
100g, pangan hewani 150g, kacang-kacangan 35g sayur dan buah 250g)
4. Meningkatkan keamanan, mutu dan higiene pangan yang dikonsumsi
masyarakat
5. Mengurangi jumlah atau persentase penduduk rawan pangan kronis (yang
mengonsumsi kurang dari 80% AKG) dan penduduk miskin minimal 1%
pertahun ; termasuk di dalamnya ibu hamil yang mengalami anemia gizi
dan balita dengan gizi kurang
6. Meningkatkan kemandirian pangan melalui pencapaian swasembada beras
berkelanjutan, swasembada jagung pada tahun 2007 , swasembada kedelai
pada tahun 2015, swasembada gula pada tahun 2009 dan swasembada
daging sapi pada tahun 2010 ; serta membatasi impor pangan utama di
bawah 10% dari kebutuhan pangan nasional
7. Meningkatkan kemampuan pengelolaan cadangan pangan pemerintah
daerah dan pemerintah pusat
8. Meningkatkan kemampuan pengelolaan cadangan pangan pemerintah
daerah dan pusat.
9. Meningkatnya jangkauan jaringan distibusi dan pemasaran pangan ke
seluruh daerah
10. Meningkatnya kemampuan nasional dalam mengenali, mengantisipasi dan
menangani secara dini serta dalam melakukan tanggap darurat terhadap
masalah kerawanan pangan dan gizi.
9
B. Sistem Pengambilan Keputusan
Pengambilan keputusan adalah ilmu, karena aktivitas tersebut memiliki
sejumlah cara, metode atau pendekatan tertentu yagn bersifat sistematis, teratur
dan terarah. Pendekatan atau langkah-langkah pengambilan keputusan dikatakan
sistematis kerena terdapatnya sejumlah langka A-Z yang jelas dalam menjawab
masalah. Kejelasan langkah tersebut menjadikan pengambilan keputusan bersifat
teratur dan terarah, yang berarti aktifitas tersebut selalu diarahkan untuk
menghasilkan solusi serta tindakan yang tegas bagi pencapaian tujuan
(Dermawan, 2012 : 2)
Ilmu pengambilan keputusan didasarkan atas penerapan gaya pemikiran yang
dianut oleh seseorang dan persepsinya atas lingkungan dan masalah. Paradigma
pengambilan keputusan yang dianut pada saat ini adalah pengambilan keputusan
merupakan ilmu yang menerapkan sejumlah pendekatan penelitian ilmiah
(scientific research approach) dalam bentuk teknik-teknik pengambilan keputusan
atas dasar perhitungan sistematis atau statistik (Dermawan, 2013 : 2)
Pengambilan keputusan merupakan ilmu dan seni yang harus dicari, dipelajari,
dimiliki dan dikembangkan secara mendalam oleh setiap orang. Bila manusia
gagal menguasai bidang tersebut, maka muncullah beragam masalah. Masalah
yang muncul dalam pencapaian tujuan dapat dihubungkan dengan
ketidakmampuan kita dalam melakukan pengambilan keputusan, dalam
menentukan pilihan yang tepat. Pengambilan keputusan disebut sebagai seni
karena kegiatan tersebut selalu dihadapkan pada sejumlah peristiwa yang
memiliki karakteristik keunikan tersendiri (Dermawan, 2013 :2-3)
Menurut Dermawan (2013 : 8) dalam pengambilan keputusan terdapat tipe-
tipe dalam pengambilan keputusan, antara lain yaitu :
1. Tipe keputusan terprogram dan tidak terprogram
Keputusan terprogram atau terstruktur merupakan keputusan bersifat
rutin, menjadi berulang-ulang. Karakteristik dari keputusan ini sangat
akrual, karena keputusan sejenis ini merupakan perwujudan kumulatif dari
langkah-langkah penyelesaian masalah yang terjadi secara berulang.
10
Keputusan tidak terprogram merupakan kategori keputusan yang
berkaitan erat dengan kondisi lingkungan kegiatan bisnis yang tidak pasti
dan sangat dinamis. Pengambilan keputusan selalu dihadapkan pada
sejumlah masalah baru yang sulit diramalkan
2. Tipe keputusan atas dorongan pencapaian dan tarikan lingkungan
Pengambilan keputusan atas dasar cara pandang ini barangkat dari
terdapatnya sesuatu yang harus diselesaikan dan terdapatnya masalah yang
harus dipecahkan. Sesuatu yang harus diselesaikan dengan mengisyaratkan
keberadaan karakteristik : rutinitas, maupun tidak. Sedangkan masalah
yang harus diselesaikan menandakan bahwa keputusan muncul seolah
“ditarik” oleh kekuatan lingkungan.
Pengambilan keputusan merupakan daya dorongan kegiatan operasional
organisasi. Proses pengambilan keputusan yang merupakan kegiatan rutin dari
organisasi menyediakan sejumlah alternatif solusi dan konsekuensi dari setiap
solusi atas masalah. Menurut Dermawan (2013 : 97) terdapat beberapa model
pengambilan keputusan, yaitu model pengambilan keputusan menurut dua
pandangan, model pengambilan keputusan berdasarkan pandangan rasionalitas,
model pengambilan keputusan berdasarkan pandangan rasionalitas yang dibatasi,
model pengambilan keputusan yang tidak terstruktur.
Pengambilan keputusan merupakan sebuah kajian yang rumit, dan terus
berkembang. Maka sejumlah teknik yang diperkenalkan merupakan teknik yang
relatif sederhana, mudah dipahami dan mudah ditersapkan dalam kehidupan
keseharian (Dermawan, 2013 : 171)
Menurut Dermawan (2013 : 171) terdapat beberapa teknik dalam
pengambilan keutusan, antara lain yaitu :
1. Analisis Diagram Pareto (Pareto Analysis)
Analisis pareto merupakan sebuah teknik pengambilan keputusan yang
bertujuan untuk menemukan perubahan yang akan memberikan manfaat
terbesar bagi pengambilan keputusan. Teknik ini berguna dalam kondisi
terdapatnya kondisi sejumlah alternatif solusi dan tindakan yang
memungkinkan dapat dipilih
11
2. Analisis Perbandingan Sepasang (Paired Comparison Analysis)
Teknik ini memudahkan proses paemilihan masalah yang paling
penting untuk diselesaikan, atau memilih alternatif solusi yang paling akan
mendatangkan manfaat besar.
3. Analisis Jaringan (Grid Analysis)
Teknik pengambilan keputusan ini merupakan teknik yang berguna
menentukan pilihan atas satu alternatif solusi. Dimana penggunaan yang
paling efektif adalah bila kita dihadapkan pada sejumlah alternatif solusi
yang menarik, serta terdapatnya beragam faktor yang harus
dipertimbangkan dalam pengambilan keputusan.
4. Teknik Implikasi Plus-Minus (Plus-Minus Implication, PMI)
Teknik pengambilan keputusan PMI menimbang implikasi plus dan
minus dari suatu pilihan, solusi atau tindakan. Teknik ini digunakan untuk
melihak konsekuensi plus-minus atau pro-kontra dari suatu keputusan
yang akan diambil.
5. Analisis Kekuatan Lapangan (Force Field Analysis)
Teknik ini dipakai untuk melihat seluruh kekuatan yang mendukung
dan mengahambat sebuah keputusan. Teknik ini dapat dikatakan sebagai
metode khusus menimbang pandangan pro dan kontra atas sebuah pilihan
6. Analisis Biaya dan Manfaat (Cost/Benefit Analysis)
Teknik analisis biaya dan manfaat merupakan teknik yang digunakan
untuk memutuskan kemungkinan membuat perubahan atas alternatif
pilihan yang telah dipertimbangkan. Analisis biaya dan manfaat pada
umumnya dilakukan dengan menerapkan teknik analisis keuangan.
Seluruh biaya dan manfaat dikonversi menjadi uang sebagai denominator
utama.
12
C. Analisis Jalur (Path Analysis)
Structural Equating Modeling (SEM) adalah tehnik statistik multivariat yang
merupakan kombinasi antara analisisfaktor dan analisis regresi (korelasi), yang
bertujuan untuk menguji hubungan-hubungan antar variabel yang ada pada sebuah
model, baik itu antar indikator dengan konstruknya ataupun hubungan antar
konstruk (Santoso, 2014 : 14)
SEM lebih digunakan untuk melakukan confirmatiry analysis daripada
exploratory analysis. Sebuah model dibuat berdasar teori tertentu, kemudian SEM
digunakan untuk menguji apakah model tersebut dapat diterima atau ditolak.
Disini model yang dibuat berdasarkan teori tertentu, sehingga SEM tidak
digunakan untuk membangun model baru tampa ada dasar teori yang sudah ada
sebelumnya. Menurut Santoso (2014 : 14) Ada beberapa tahapan pokok yang akan
dilalui untuk menggunakan SEM dalam sebuah penelitian, antara lain :
1. Membuat sebuah model SEM
Pada tahapan ini, sebuah model dengan dasar teori tertentu dibuat
baik dalam bentuk equating (persamaan-persamaan matematis) maupun
dalam bentuk diagram (gambar).
2. Menyiapkan desain dan pengumpulan data
Setelah model dibuat, sebelum model diuji, akan dilakukan
pengujian asumsi-asumsi yang seharusnya dipenuhi dalam SEM,
perlakuan dalam missing data (jika ada dan cukup banyak),
mengumpulkan data, dan sebagainya.
3. Model identification
Setelah sebuah model dibuat dan desain sudah ditentukan, pada
model dilakukan uji identifikasi apakah model dapat dianalisis lebih
lanjut.
4. Menguji Model (model testing dan model estimation)
Setelah model dibuat dan dapat diidentifikasi, tahapan selanjutnya
dengan menguji measurement model, kemudian menguji structural model.
Dari pengujian measurement model akan didapat keeratan hubungan antar
13
indikator dengan konstruknya. Jika measurement model dianggap valid,
pengujian dilanjutkan ke structural model untuk memperoleh sejumlah
korelasi yang menunjukkan hubungan antar konstruk. Termasuk dalam
kegiatan ini adalah kemungkinan dilakukan model respecfication pada
model SEM.
Salah satu keunggulan analisis SEM adalah kemampuannya untuk mengolah
model yang memiliki variabel laten menggunakan path analysis. Kemampuan
mengolah sejumlah variabel laten secara bersamaan tidak dapat dilakukan pada
metode statistik multivariat populer seperti regresi berganda. Analisis regresi
berganda hanya dapat mengukur variabel manifes dan bukan variabel laten.
Menurut Kerlinger (1990) dalam Sudaryono (2010 : 4) mengatakan bahwa
yang dimaksud dengan analisis jalur (Path Analysis) adalah suatu bentuk terapan
dari analisis multi regresi. Dalam hal ini digunakan diagram jalur kompleks.
Dengan menggunakannya dapat dihitung besarnya pengaruh langsung dari
variabel-variabel bebas terhadap suatu variabel terikat. Pengaruh itu tercermin
dalam apa yang disebut sebagai koefisien jalur (Path coefisients) yang
sesungguhnya merupakan koefisien regresi yang telah dibakukan.
Jadi secara umum prosedur analisis jalur dapat diformulasikan sebagai sebuah
estimasi koefisien dari seperangkat persamaan struktural linear yang
menggambarkan hubungan sebab akibat (cause and effect relationship) yang
dihipotesiskan oleh peneliti. Meskipun tidak esensial dalam analisis numerical,
tetapi sangat berguna jika pola-pola hubungan kausal antar variabel ditampilkan
dalam bentuk gambar, yang dikeal dengan diagram jalur (Sudaryono, 2010 : 4)
Dalam pembangkitan atau pembuatan model path analysis dari regresi
berganda sebenarnya bukan merupakan teknik langsung untuk mengatasi
multikolinearitas dalam fungsi regresi, tetapi untuk “melacak” peranan yang
sesungguhnya dari variabel-variabel penjelas itu. Dengan model path analysis
akan dapat diketahui berapa besarnya pengaruh langsung dan pengaruh tidak
langusung yang sebenarnya dari variabel independen (X) terhadap veriabel
dependen (Y) (Sapariyah, 2007 : 7).
14
Pada analisis jalur berlaku suatu aturan yang disebut sebagai the first law
(Kenny 1979 dalam Matondang : 2), yaitu sebagai berikut :
Dimana pxy koefisien jalur dari variabel x, terhadap variabel y dan 𝜌yz
adalah korelasi antara variabel y dan variabel z. Secara verbal rumus tersebut
menyatakan bahwa untuk mendapatkan korelasi antara variabel z dan variabel
endogen y, sama dengan jumlah perkatian setiap parameter untuk setiap variabel
yang mempengaruhi variabel y dengan korelasi setiap variabel tersebut dengan
variabel prediktor z.
Pada dasarnya metode analisis lintas (path analysis) merupakan bentuk
analisis regresi linier terstruktur berkenaan dengan variabel-variabel baku
(standardized variables) dalam suatu sistem tertutup (closed system) yang secara
formal bersifat lengkap. Dengan demikian, analisis lintas dapat dipandang sebagai
suatu analisis struktural yang membahas hubungan kausal di antara variabel-
variabel dalam sistem tertutup (Sudaryono, 2010 : 10)
Apabila suatu model hubungan kausal antara variabel tak bebas Y dan
variabel-variabel bebas Xi, untuk i = 1, 2,…, p; telah disfesifikasikan secara tepat
berdasarkan teori yang ada, maka dapat diselidiki hubungan kausal atau sebab-
akibat dengan menggunakan analisis lintas. Pada dasarnya koefisien lintas (path
coefficient) juga merupakan koefisien beta (β) atau koefisien regresi baku, di
mana berdasarkan analisis lintas dapat diketahui pengaruh langsung (direct effect)
dari setiap variabel bebas yang dibakukan (ZY), serta pengaruh tidak langsung
(indirect effect) dari variabel bebas baku ZXi melalui variabel bebas baku ZXj (di
mana i ≠ j) di dalam model hubungan kausal tersebut (Sudaryono, 2010 : 10)
Analisis jalur merupakan pengembangan model regresi yang digunakan untuk
menguju kesesuaian(fit) dari matrik korelasi dari dua model atau lebih yang
dibandingkan oleh peneliti. Model biasanya digambarkan dengan lingkaran dan
anak panah menunjukan hubungan kausalitas (Ghozali, 2008 : 21).
pxy= Σpxy.𝜌yz
15
Dalam membangun diagram jalur (path diagram), hubungan antar konstruk
ditunjukkan dengan garis satu anak panah yang menunjukan hubungan kausalitas
(regresi) dari konstruk satu ke konstruk lain. Garis dengan dua anak panah
menunjukan hubungan korelasi atau kovarian antar konstruk (Ghozali, 2008 : 21)
1 2
λY1X1 λY2X1
r1
λY1X2
λY2X1
Gambar 1. Model sederhana analisis jalur
Penjelasan gambar diatas dapat dilihat sebagai berikut :
1. Terdapat dua variabel exogen yaitu X1 dan X2 dan terdapat dua variabel
endogen yaitu Y1 dan Y2
2. Antar variabel exogen harus dikovariankan dengan saling menghubungkan
kedua variabel ini dengan 2 anak panah
3. Semua variabel endogen harus diberi error
4. Koefisien regrei antar variabel exogen dengan variabel endogen diberi
simbol landa (λ) dengan cara memberi notasi pada variabel endogen ke
exogen :
a. Dari X1 ke Y1 = λY1X1
b. Dari X2 ke Y1 = λY1X2
c. Dari X1 ke Y2 = λY2X1
d. Dari X2 ke Y2 = λY2X2
X1
X2
Y2Y1
16
D. Penelitian Terdahulu
Dari hasil penelitian Akhmad Mun’im (2012) yang berjudul “Analisis
Pengaruh Faktor Ketersediaan, Akses Dan Penyerapan Pangan Terhadap
Ketahanan Pangan Di Kabupaten Surplus Pangan : Pendekatan Partial Least
Square Path Modeling” dengan tujuan mengidentifikasi variabel-variabel yang
terdapat dalam faktor ketersediaan, akses, penyerapan, dan ketahanan pangan di
kabupaten surplus pangan tahun 2007 dan mengetahui faktor ketersediaan, akses,
penyerapan, dan ketahanan pangan di kabupaten surplus pangan tahun 2007.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan menujukan bahwa penelitian ini
menggunakan dua pendekatan, yaitu analisis deskriptif dan analisis interinsik.
Analisis deskriptif yang digunakan dalam penelitian ini disajikan dalam
menggunakan tabel dan grafik, sedangkan analisis interinsik pada penelitian ini
menggunkan metode analisis Partial Least Square Path Modeling (PLS-PM).
PLS-PM merupakan metode statistik yang digunakan untuk analisis structural
menggunakan variabel laten. Berdasarkan metode analisis diatas kesimpulan yang
didapatkan yaitu ketersediaan pangan yang berlebih di kabupaten surplus pangan
tidak diiringi dengan akses pangan yang memadai dan penyerapan pangan yang
maksimal sehingga dikabupaten yang surplus pangan masih ditemukan adanya
kabupaten yang terindikasi rawan pangan. Berdasarkan faktor ketersediaan
pangan, sebaran pada kelompok kabupaten rawan pangan lebih baik dibandingkan
dengan kabupaten tahan pangan. Namun berdasarkan faktor akses pangan, sebaran
kelompok kabupaten tahan pangan lebih baik dibandingkan dengan kabupaten
rawan pangan. Ketahanan pangan dikabupaten surplus pangan ditahun 2007 lebih
dipengaruhi oleh faktor akses pangan daripada faktor penyerapan pangan,
sedangkan faktor ketersediaan pangan tidak memberikan pengaruh yang
bermakna terhadap ketahanan pangan.
Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Tanziha dan Herdiana (2009)
tentang “Analisis Jalur Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ketahanan Pangan
Rumah Tangga Di Kabupaten Lebak, Provinsi Banten” dengan tujuan untuk
menganalisis konsumsi dan prevalensi rumah tangga tahan dan rawan pangan,
17
menganalisis hubungan faktor sosial ekonomi sebagai akses pangan dengan
ketahanan pangan rumah tangga, dan menganalisis faktor sosial ekonomi yang
berpengaruh langsung dan tidak langsung terhadap ketahanan pangan rumah
tangga. Berdasarkan penelitian yang dilakukan menunjukan metode yang
digunakan yaitu proses pengolahan data meliputi, editing, coding, entry dan
analisis. Untuk mengukur hubungan antar variabel analisis menggunakan analisis
korelasi pearson dan rank spearman, sedangkan untuk mengukur antar variabel-
variabel penelitian dianalisis dengan menggunakan analisis jalur. Prevalensi
rumah tangga tahan pangan adalah 62.4%, rawan pangan 37.6% yang terdiri dari
25.7% rumah tangga rawan pangan berat, 6.9% rumah tangga rawan pangan
ringan dan 5% rumah tanggan rawan pangan sedang. Tidak terdapat hubungan
yang signifikan antara pendidikan KRT, pendidikan IRT, pengetahuan gizi ibu
dan dukungan sosial dengan ketahanan pangan rumah tangga. Terdapat hubungan
yang signifikan antara jumlah anggota rumah tangga dan pengeluaran perkapita
dengan ketahanan pangan rumah tangga. Pengaruh langsung terbesar terhadap
ketahanan pangan rumah tangga adalah pengeluaran rumah tangga. Jalur tidak
langsung yang paling berpengaruh terhadap ketahanan pangan rumah tangga
adalah dimulai dari penurunan jumlah anggota rumah tangga - pengeluaran per
kapita - ketahanan pangan rumah tangga.
Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Erniati, Sutiarso, dan Sudira (2013)
tentang “Penyusunan Sistem Pendukung Keputusan Untuk Menetapkan Indeks
Ketahanan Pangan Di Tingkat Rumah Tangga Dan Wilayah : Studi Kasus Di
Desa Srimartani Kecamatan Piyungan Kabupaten Bantul Provinsi D.I
Yogyakarta” dengan tujuan untuk membangun instrument (seperangkat software)
Sistem Pendukung Keputusan (SPK) untuk penetapan indeks ketahanan pangan
ditingkat rumah tangga dan wilayah yang digunakan sebagai masukan kategori
dalam peta serta SPK berupa alternatif kebijakan yang perlu dilakukan terkait
masalah ketahanan di Desa Srimartani Kecamatan Piyungan Kabupaten Bantul
Provinsi D.I Yogyakarta. Berdasarkan penelitian yang dilakukan menujukan
metode yang digunakan yaitu menggunakan diagram alir dengan beberapa
tahapan. Berdasarkan hasil analisis terhadap indreks ketahanan pangan di tingkat
18
rumah tangga menunjukan : 1 dusun rawan pangan; 6 dusun rentan pangan; 10
dusun tahan pangan. Sedangkan berdasarkan indeks ketahanan pangan di tingkat
wilayah, situasi ketahanan pangan di Desa Srimartani cukup baik, ditunjukan
dengan indeks kurang dari 0,48 artinya semua dusun di Desa Srimartani masuk
ketegori cukup tahan, tahan dan sangat tahan. Dari hasil analisis tersebut,
disarankan agar aparat kepala desa dan pemerintah dapat melakukan monitoring
situasi/kondisi wilayah secara berkala. Untuk dusun yang termasuk kategori
rawan pangan, program SPK memberikan rekomendasi kepada pemerintah dan
aparat desa agar mememrikan bantuan langsung/bantuan tunai
.
19
E. Kerangka Pemikiran Teoritis
Berdasarkan penelitian yang dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa alur
kerangka pemikiran teoritis “Analisis Sistem Pengambilan Keputusan Pada
Kebijakan Ketahanan Pangan Di Kabupaten Bone Bolango Provinsi Gorontalo”
dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
Gambar 2. Analisis Sistem Pengambilan Keputusan Pada Kebijakan Ketahanan
Pangan Kabupaten Bone Bolango
Ketahanan Pangan
Nasional
Program Ketahanan Pangan
Kerawanan Pangan
Ketahanan Pangan
1. Distribusi
2. Ketersediaan
3. Konsumsi
Perumusan Kebijakan
1. Tujuan
2. Masalah yang
dihadapi
3. Pengaruh Lingkungan
Kebijakan Ketahanan
Pangan
Pengaruh Sistem
Pengambilan Keputusan
Pada Kebijakan
20
Ketahanan pangan merupakan salah satu faktor penentu dalam stabilitas
nasional suatu Negara, baik dibidang ekonomi, keamanan, politik dan sosial. Oleh
sebab itu, ketahanan pangan merupakan program utama dalam pembangunan
pertanian saat ini dan masa mendatang. Ketahanan pangan harus tetap terjaga agar
tidak dapat menimbulkan kerawanan pangan. Kerawaman pangan biasanya akan
berakibat terhadap menurunnya taraf hidup masyarakat (kemiskinan) serta
kekurangan gizi yang diakibatkan oleh kelangkaan bahan pangan. Untuk menjaga
kerawanan pangan tidak terjadi maka pemerintah membuat program ketahanan
pangan sehingga kerawangan pangan dapat diatasi. Program yang telah ada
dilaksanakan berdasarkan tingkat keperluannya karena ada kemungkinan dalam
pelaksanaan program ketahanan panganterkendala dengan sumber daya sehingga
dibutuhkan beberapa kebijakan yang dalam melaksanakan program yang benar-
benar diperlukan. Dalam menentukan kebijakan yang akan diambil diperlukan
sistem pengambilan keputusan yang terencana sehingga kebijakan yang telah
dilakukan berpengaruh pada ketahanan pangan di Kabupaten Bone Bolango
F. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan penelitian yang akan dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa
sistem pengambilan keputusan berpengaruh terhadap kebijakan ketahanan pangan
di Kabupaten Bone Bolango
21
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dari Oktober 2014 sampai Desember 2014.
Lokasi penelitian bertempat di Kabupaten Bone Bolango. Kabupaten Bone
Bolango dipilih sebagai lokasi penelitian karena Kabupaten Bone Bolango
termasuk daerah yang memiliki masalah kerawanan pangan.
B. Jenis Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian yang hendak dicapai, jenis penelitian yang
akan digunakan adalah penelitian survey. Penelitian survey adalah penelitian yang
dilakukan secara langsung serta mengambil sample dari satu populasi dan
menggunakan kuisioner sebagai alat pengumpul data yang pokok.
C. Jenis dan Sumber Data
Jenis data dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data
primer adalah sumber data yang diperoleh langsung dari sumber asli (tidak
melalui media perantara). Data primer dapat berupa opini subjek (orang) secara
individual atau kelompok, hasil observasi terhadap suatu benda (fisik), kejadian
atau kegiatan, dan hasil pengujian. Metode yang digunakan untuk mendapatkan
data primer yaitu : (1) metode survei dan (2) metode observasi. Data primer
didapatkan dari instansi-instansi terkait. Data sekunder yaitu Data sekunder
merupakan sumber data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak langsung
melalui media perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak lain). Data sekunder
umumnya berupa bukti, catatan atau laporan historis yang telah tersusun dalam
arsip (data dokumenter) yang dipublikasikan dan yang tidak dipublikasikan.
D. Teknik Pengambilan Sampel
Populasi merupakan totalitas dari semua objek atau individu yang memiliki
karakteristik tertentu, jelas dan lengkap yang akan diteliti (Hasan, 2002) dalam
22
Mujib (2010 : 36). Populasi penelitian adalah seluruh instansi di Kabupaten Bone
Bolango dan seluruh Kelompok Tani yang ada di Kabupaten Bone Bolango.
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto, 2002) dalam
Mujib (2010 : 37). Pemilihan responden (sampel) dilakukan secara sengaja
(purposive sampling) yaitu sampel ditetapkan secara sengaja oleh peneliti
didasarkan atas kriteria atau pertimbangan tertentu (Wirartha, 2006) dalam
Susanti (2008 : 28) sehingga yang menjadi sampel dalam penelitian ini yaitu
Intansi Kabupaten Bone Bolango yang terdiri Dinas Pertanian Kabupaten Bone
Bolango, Balai Penyuluhan Pertanian, Peternakan, Perikanan dan Kehutanan
Kabupaten Bone Bolango, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten
Bone Bolango, dan Badan Pusat Statistik Kabupaten Bone Bolango serta
Kelompok Tani terdiri dari kelompok tani di Kecamatan Suwawa Selatan,
Botupingge, Kabila, Suwawa, Bulango Selatan, Bulango Timur, Bulango Utara,
Tapa, dan Tilongkabila.
E. Teknik Pengumpulan Data
Adapun teknik pengumpulan data yang dipergunakan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut :
1. Teknik pengumpulan data primer dengan menggunakan instrumen (alat)
antara lain : observasi, interview dan kuisioner.
2. Teknik pengumpulan data sekunder dari sumber - sumber yang dianggap
relevan dengan tujuan penelitian yakni : Dinas Pertanian Kabupaten Bone
Bolango, Balai Penyuluhan Pertanian, Peternakan, Perikanan dan
Kehutanan Kabupaten Bone Bolango, Badan Perencanaan Pembangunan
Daerah Kabupaten Bone Bolango, Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten
Bone Bolango, Kelompok Tani Kecamatan Suwawa Selatan, Botupingge,
Kabila, Suwawa, Bulango Selatan, Bulango Timur, Bulango Utara, Tapa,
Tilongkabila.
23
F. Teknik Analisis Data
Penelitian ini menggunakan 2 analisis yaitu metode analisis deskribitif dan
metode analisis Structural Equation Model (SEM) dengan menggunakan model
analisis jalur (Path Analysis) melalui bantuan perangkat Amos 22. Metode
analisis deskriptif digunakan untuk mengetahui perencanaan dan perumusan
kebijakan ketahanan pangan di Kabupaten Bone Bolango
Untuk menganalisis pengaruh sistem pengambilan keputusan pada kebijakan
ketahanan pangan di Kabupaten Bone Bolango terhadap petani digunakan model
analisis jalur (Path Analysis). Path analysis (analisis jalur) atau sering dikenal juga
sebagai analisis lintasan atau analisis sidik. Dalam analisis jalur akan dicoba untuk
mengurutkan variabel - variabel bebas (Xn) atau variabel penentu (independent
variable) dengan dibantu skala likert 1 – 5 untuk setiap kuisioner dari yang
dibagaikan kepada responden, berdasarkan skala perioritas atau sesuai dengan
urutan waktu dalam mempengaruhi variabel tak bebas (dependent variable) atau
variabel tergantung (Y). (Sapriyah, 2007 : 5)
Model path analysis dapat dilakukan berdasarkan asumsi-asumsi (Siregar,
2006) dalam Sapriyah (2007 : 5) sebagai berikut :
1. Hubungan antar variabel harus liniear dan adiktif
2. Semua variabel residu tidak boleh berkorelasi dengan lainnya
3. Pola hubungan antar variabel adalah rekuratif atau (rekrusif)
4. Tingkat skala pengukuran data semua variabel bersatu minimal interval
5. Tidak terjadi kesalahan pengukuran
Untuk menganalisis sistem pengambilan keputusan pada kebijakan ketahanan
pangan di Kabupaten Bone Bolango digunakan metode Structural Equation
Model (SEM) dengan model analisis jalur (path analysis) melalui bantuan
perangkat lunak Amos dengan formulasi sebagai berikut :
24
λZX1
r2 λYX1
r1 λYX2 λZX
r3 λYX3 λZX4 λZX6
λZX3 λZX5
r4 r5
r6
Gambar 2. Model Struktur Analisis Jalur
Berdasarkan model analisis jalur diatas maka dapat disimpulkan persamaan
yang dapat dipakai yaitu :
Dimana : Y atau Z = Koefisien pengukur hubungan antara variabel
endogen dengan eksogen
λ = Koefisien yang mengukur hubungan antar variabel
dependen (endogen) dan variabel independen
(eksogen)
Y = Variabel dependen (endogen)
x = Variabel independen (eksogen)
 = Varibel residu
Berdasarkan persamaan diatas maka dapat dijelaskan bahwa simbol X
merupakan variabel bebas (independen) dan Y adalah variabel terikat (dependen).
X1
X2
X3
Y1 Y2
Y = λYX1X1+λYX2X2+λYX3X3.........+1
Z = λZX1X1+λZX3X3+λZYY……….+2
X4 X5 X6
25
Disamping varibael-variabel tersebut, masih ada satu variabel residu yang diberi
simbol  sehingga dapat diketahui bahwa ketahanan pangan (Y1) meliputi
beberapa faktor dan indikator, yaitu :
1. Distribusi (X1) yaitu kegiatan proses penyaluran sebagai prasyarat untuk
menjamin agar seluruh rumah tangga dapat memperoleh pangan dalam
jumlah dan kualitas yang cukup sepanjang waktu, dengan harga yang
terjangkau. Distribusi dipengaruhi oleh beberapa indikator, yaitu :
a) Lokasi (X1.1)
b) Lembaga Pemasaran (X1.2)
c) Sarana dan Prasarana (X1.3)
2. Ketersediaan (X2) yaitu mencakup masalah produksi, stok, impor dan
ekspor, yang harus dikelola sedemikian rupa, sehingga walaupun produksi
pangan sebagaian bersifat musiman, terbatas dan tersebar antar wilayah,
pangan yang tersedia bagi keluarga harus cukup volume dan jenisnya,
serta stabil dari waktu kewaktu. Ketersediaan dipegaruhi oleh beberapa
indicator, yaitu :
a) Produk Domestik (X2.1)
b) Impor Pangan (X2.2)
c) Cadangan Pangan (X2.3)
3. Konsumsi (X3) yaitu menyangkut pendidikan masyarakat agar
mempunyai pengetahuan gizi dan kesehatan yang baik, sehingga dapat
mengelola konsumsi individu secara optimal sesuai dengan tingkat
kebutuhannya. Konsumsi dipengaruhi oleh beberapa indikator, yaitu :
a) Jumlah (X3.1)
b) Kualitas atau mutu (X3.2)
c) Harga (X3.3)
Sedangkan untuk perencanaan dan perumusan kebijakan (Y2) dapat
dipengaruhi oleh beberapa faktor dan indikator, yaitu :
1. Tujuan (X1) yaitu langkah pertama dalam membuat perencanaan sehingga
dalam pelaksanaannya nanti terarah sesuai dengan tujuan dan hasil yang
ingin dicapai. Tujuan dipengaruhi oleh beberapa indikator, yaitu :
26
a) Pemenuhan kebutuhan (X1.1)
b) Stabilitas ketersediaan (X1.2)
c) Kecukupan ketersediaan (X1.3)
2. Masalah yang dihadapi (X2) yaitu suatu kendala atau persoalan yang harus
dipecahkan agar tercapainya tujuan dengan hasil yang maksimal. Masalah
yang dihadapi dipengaruhi oleh beberapa indikator, yaitu :
a) Hambatan (X2.1)
b) Resiko (X2.2)
3. Pengaruh Lingkungan (X3) yaitu suatu keadaan dimana segala sesuatu
yang diputuskan dipengaruhi oleh lingkungan sekitar dalam hal ini
lingkungan organisasi. Pengaruh lingkungan dipengaruhi oleh beberapa
indikator, yaitu :
a) Budaya (X3.1)
b) Struktur organisasi (X3.2)
c) Sistem komunikasi dalam organisasi (X3.3)
d) Gaya kepemimpinan organisasi (X3.4)
G. Defenisi Operasional Variabel
Definisi operasional variabel adalah penarikan batasan yang lebih
menjelaskan ciri-ciri spesifik yang lebih substantif dari suatu konsep. Defenisi
operasional dari variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Distribusi (X1) yaitu kegiatan proses penyaluran pangan yang dilakukan
sebagai upaya pemenuhan kebutuhan pangan di Kabupaten Bone Bolango
2. Lokasi (X1.1) yaitu tempat atau posisi dilakukannya pendistribusian
kebutuhan pangan di Kabupaten Bone Bolango
3. Lembaga Pemasaran (X1.2) yaitu badan usaha atau organisasi yang
bertanggung jawab terhadap kegiatan distribusi kebutuhan pangan di
Kabupaten Bone Bolango.
4. Sarana dan Prasarana (X1.3) yaitu segala sesuatu yang dapat mendukung
kegiatan distribusi kebutuhan pangan di Kabupaten Bone Bolango
27
5. Ketersediaan (X2) yaitu suatu keadaan dimana pangan benar-benar cukup
dalam hal jumlah dan jenisnya untuk memenuhi kebutuhan masyarakat di
Kabupaten Bone Bolango.
6. Produk Domestik (X2.1) yaitu hasil produksi dari pangan di Kabupaten
Bone Bolango itu sendiri.
7. Impor Pangan (X2.2) yaitu usaha untuk mendatangkan pangan yang
berasal dari daerah lain ataupun dari negara lain di Kabupaten Bone
Bolango
8. Cadangan Pangan (X2.3) yaitu suatu keadaan dimana produksi pangan
disimpan sebagai upaya menghindari kerawanan pangan di Kabupaten
Bone Bolango
9. Konsumsi (X3) yaitu setiap kegiatan memanfaatkan kebutuhan pangan
untuk memenuhi dan mengelola konsumsi individu secara optimal sesuai
dengan tingkat kebutuhannya di Kabupaten Bone Bolango
10. Jumlah (X3.1) yaitu besaran ketersediaan pangan di Kabupaten Bone
Bolango yang dinyatakan dalam angka atau jumlah
11. Kualitas atau mutu (X3.2) yaitu tingkatan baik atau tidak jenis pangan
yang dikonsumsi di Kabupaten Bone Bolango
12. Harga (X3.3) yaitu suatu nilai tukar pangan di Kabupaten Bone Bolango
yang dapat menentukan tingkat konsumsi masyarakat
13. Tujuan (X1) yaitu perencanaan dan pelaksanaan yang terarah dalam
menentukan kebijakan ketahanan pangan di Kabupaten Bone Bolango
sehingga sesuai dengan hasil yang diinginkan dalam memenuhi kebutuhan
pangan masyarakat.
14. Pemenuhan kebutuhan (X1.1) yaitu terciptanya kepuasan jasmani
masyarakat dalam kebutuhan pangan di Kabupaten Bone Bolango.
Pemenuhan kebutuhan pangan di Kabupaten Bone Bolango dilakukan
dengan skala prioritas
15. Stabilitas ketersediaan (X1.2) yaitu seimbangnya cadangan pangan sebagai
upaya kebijakan ketahanan pangan di Kabupaten Bone Bolango
28
16. Kecukupan ketersediaan (X1.3) yaitu terjaminnya kebutuhan pangan
masyarakat di Kabupaten Bone Bolango
17. Masalah yang dihadapi (X2) yaitu suatu kendala atau persoalan yang harus
dipecahkan dalam pemenuhan kebutuhan pangan di Kabupaten Bone
Bolango agar tercapainya tujuan ketahanan pangan dengan hasil yang
maksimal
18. Hambatan (X2.1) yaitu masalah yang terjadi selama proses pemenuhan
kebutuhan pangan di Kabupaten Bone Bolango
19. Resiko (X2.2) yaitu akibat atau konsekuensi yang diterima dalam
perencanaan dan perumusan kebijakan ketahanan pangan di Kabupaten
Bone Bolango
20. Pengaruh Lingkungan (X3) yaitu perencanaan dan perumusan kebijakan
ketahanan pangan di Kabupaten Bone Bolango oleh lingkungan atau
organisasi tertentu
21. Budaya (X3.1) yaitu keseluruhan dari pengetahuan, sikap dan cara berfikir
dari pengambil kebijakan dan perumusan perencanaan ketahanan pangan
di Kabupaten Bone Bolango
22. Struktur organisasi (X3.2) yaitu hubungan antara tiap-tiap posisi dari yang
ada pada pengambil kebijakan dan perencanaan perumusan ketahanan
pangan di Kabupaten Bone Bolango. Biasanya struktur organisasi menjadi
pemisah kegiatan pekerjaan antara yang satu dengan yang lain.
23. Sistem komunikasi dalam organisasi (X3.3) yaitu proses penyampaian
pesan atau hubungan dalam setiap organisasi untuk merumuskan
perencanaan kebijakan ketahanan pangan di Kabupaten Bone Bolango
baik secara langsung atau tidak langsung.
24. Gaya kepemimpinan organisasi (X3.4) yaitu menggambarkan kombinasi
yang konsisten dari keterampilan organisasi dalam menentukan
perencanaan dan perumusan kebijakan ketahanan pangan di Kabupaten
Bone Bolango.
29
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
1. Letak Geografis dan Luas Wilayah
Kabupaten Bone Bolango merupakan salah satu diantara 6 kabupaten/kota
yang berada dalam wilayah Provinsi Gorontalo yang memiliki luas wilayah
sebesar 1.984,31 Km2. Sebagian besar wilayah (48,65%) terletak pada ketinggian
antara 100-500 meter di atas permukaan laut. Secara geografis wilayah Kabupaten
Bone Bolango berbatasan dengan :
1. Sebelah Utara berbatasan langsung dengan Kabupaten Gorontalo Utara
2. Sebelah Selatan berbatasan langsung dengan teluk tomini
3. Sebelah Timur berbatasan langsung dengan Kabupaten Bolmong Selatan
4. Sebelah Barat berbatasan dengan Kota Gorontalo dan Kabupaten
Gorontalo
Wilayah Kabupaten Bone Bolango terdapat 2 (dua) Satuan Wilayah
Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (SWP DAS) yakni DAS Bone dan DAS
Bolango. Kedua DAS di wilayah Kabupaten Bone Bolango tersebut bermuara di
Kota Gorontalo. DAS Bone merupakan DAS terbesar dan memiliki kawasan
hutan terbesar di Kabupaten Bone Bolango jika dibandingkan dengan DAS
Bolango. Wilayah Kabupaten Bone Bolango ini dilalui oleh beberapa Daerah
Aliran Sungai (DAS). DAS terbesar yang melalui wilayah tersebut adalah DAS
Bone dan Bolango, dimana Kecamatan yang dilalui adalah Kecamatan Suwawa,
Kecamatan Kabila dan Kecamatan Tapa. Luas DAS ini adalah ± 265.000 Ha
dengan panjang sungai utama 100 Km yang bermuara ke Teluk Tomini.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2003 tentang pembentukan
kabupaten Bone Bolango dan Pohuwato, Kabupaten Bone Bolango terdiri dari 4
kecamatan yaitu Tapa, Kabila, Suwawa dan Bone Pantai yang terdiri dari 63
desa/kelurahan definitif. Pada tahu 2006 jumlah kecamatan di Kabupaten Bone
Bolango menjadi 10 kecamatan dengan 89 desa/kelurahan definitif. Kemudian
30
pada tahun 2012 jumlah kecamatan bertambah menjadi 18 kecamatan dengan 165
desa sebagaimana Tabel 1. berikut :
Tabel 1. Luas Wilayah dan Banyaknya Desa/Kelurahan di Kabupaten
Bone Bolango 2012 - 2013
NO Kecamatan Jumlah Desa
Luas
Km2
%
1 Tapa 7 Desa 64, 41 3.25
2 Bulango Utara 9 Desa 176,09 8,87
3 Bulango Selatan 10 Desa 9,87 0,5
4 Bulango timur 5 Desa 10,82 0,55
5 Bulango Ulu 6 Desa 78,41 3,95
6 Kabila 5 Kelurahan 7 Desa 193,45 9,75
7 Botupingge 9 Desa 47,11 2,37
8 Tilongkabila 14 Desa 79,74 4,02
9 Suwawa 10 Desa 33,51 1,69
10 Suwawa Selatan 8 Desa 33,51 1,69
11 Suwawa Timur 9 Desa 103,28 5,2
12 Suwawa Tengah 6 Desa 64,7 3,26
13 Bone Pantai 13 desa 161,82 8,15
14 Kabila Bone 9 Desa 143,51 7,23
15 Bone Raya 10 Desa 64,12 3,23
16 Bone 14 Desa 72,71 3,66
17 Bulawa 9 Desa 111,01 5,59
18 Pinogu 5 Desa 385,92 19,45
Sumber : BPS Kabupaten Bone Bolango 2012
Berdasarkan Tabel 1. diatas dapat dilihat bahwa kecamatan yang memiliki
desa paling banyak yaitu Kecamatan Tilongkabila dan Kecamatan Bone dengan
14 Desa untuk tiap-tiap kecamatan, sedangkan untuk kecamatan yang memiliki
desa paling sedikit yaitu Kecamatan Pinogu dan Bulango Timur dengan 5 Desa
untuk tiap-tiap kecamatan. Sedangkan untuk kecamatan yang memiliki luas
wilayah terbesar yaitu Kecamatan Pinogu dengan luas wilayah 385,92 Km2
dan
Kecamatan Kabila 193,45 Km2
.
2. Keadaan Penduduk
Pertumbuhan penduduk menjadi perhatian pemerintah saat ini terkait dengan
adanya hubungan yang linier antara pertumbuhan penduduk dengan angka
kemiskinan atau peningkatan kesejahteraan masyarakat. Ketika pertumbuhan
31
penduduk menjadi modal dalam faktor produksi dan semakin bertambahnya akan
semakin meningkatkan output produksi, maka kondisi ini menandakan bahwa
penduduk memiliki kedudukan sebagai aset.
Berdasarkan data Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Bone
Bolango, tahun 2012 jumlah penduduk Kabupaten Bone Bolango terjadi
peningkatan sebesar 160.118 jiwa dari tahun 2011 sejumlah 150.139 jiwa atau
meningkat 6 % dengan kepadatan berkisar 85 jiwa/km2. Data kependudukan
Kabupaten Bone Bolango selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 2. berikut :
Tabel 2. Perkembangan Penduduk dan Kepadatan Penduduk di Kabupaten Bone
Bolango 2009 - 2012
NO Tahun
Penduduk
(Jiwa)
Kepadatan
(Km2
)
1 2009 123.666 67 Jiwa
2 2010 145.802 71 Jiwa
3 2011 150.139 77 Jiwa
4 2012 160.118 81 Jiwa
Sumber : BPS Kabupaten Bone Bolango 2012
Berdasarkan Tabel 2. diatas dapat dilihat bahwa perkembangan penduduk dan
kepadatan penduduk Kabupaten Bone Bolango pada tahun 2009 yaitu 123.666
jiwa dengan kepadatan 67 jiwa Km2
. Pada tahun 2010 145.802 jiwa dengan
kepadatan 71 jiwa Km2
. Pada tahun 2011 150.139 jiwa dengan kepadatan 77 jiwa
Km2
. Pada tahun 2012 160.118 jiwa dengan kepadatan 81 jiwa Km2
.
Perbandingan jumlah penduduk antara laki-laki dan perempuan dari tahun
2009 sampai dengan 2012, tidak menunjukkan perbedaan angka yang signifikan,
terbukti dengan angka sex ratio untuk setiap kecamatan yang berkisar antara
1.01%-0,99%, seperti digambarkan Tabel 3. sebagai berikut :
32
Tabel 3. Jumlah Penduduk Menurut Kecamatan dan Jenis Kelamin di
Kabupaten Bone Bolango 2012 - 2013
NO Kecamatan
Jumlah Penduduk Rasio
Jenis
KelaminLaki-
laki
Perempuan Jumlah
1 Tapa 3.917 4.059 7.976 97
2 Bulango Utara 3.835 3.806 7.641 101
3 Bulango Selatan 5.313 5.401 10.714 98
4 Bulango timur 2.760 2.823 5.583 98
5 Bulango Ulu 2.084 1.921 4.005 108
6 Kabila 11.550 11.877 23.427 97
7 Botupingge 3.229 3.165 6.394 102
8 Tilongkabila 8.814 9.082 17.896 97
9 Suwawa 6.253 6.237 12.490 100
10 Suwawa Selatan 2.744 2.648 5.392 104
11 Suwawa Timur 2.803 2.598 5.401 108
12 Suwawa Tengah 3.224 3.118 6.342 103
13 Bone Pantai 5.660 5.532 11.192 102
14 Kabila Bone 5.913 5.534 11.447 107
15 Bone Raya 3.458 3.285 6.743 105
16 Bone 5.020 4.795 9.815 105
17 Bulawa 2.807 2.637 5.444 106
18 Pinogu 1.150 1.066 2.216 108
Kab. Bone Bolango 80.534 79.584 160.118 101
Sumber : BAPPEDA Kabupaten Bone Bolango, 2012
Berdasarkan Tabel 3. diatas dapat dilihat bahwa jumlah penduduk terbanyak
berada di Kecamatan Kabila dengan jumlah penduduk laki-laki 11.550 jiwa dan
perempuan 11.877 jiwa sedangkan jumlah penduduk yang paling sedikit berada di
Kecamatan Pinogu dengan jumlah penduduk laki-laki 1.150 jiwa dan perempuan
1.066 jiwa.
33
3. Pendidikan
Pendidikan merupakan salah satu sektor yang berada pada rantai kemiskinan.
Dapat dikatakan, pendidikan menentukan masa depan seseorang atau masyarakat
dalam lingkup wilayah. Oleh karena itu peran pemerintah dari tingkat daerah
hingga pusat sangat dibutuhkan dalam rangka optimalisasi sektor pendidikan guna
memutus mata rantai kemiskinan.
Upaya peningkatan mutu pendidikan yang ingin dicapai di kabupaten Bone
Bolango dimaksudkan untuk menghasilkan manusia seutuhnya. Sedangkan
perluasan kesempatan belajar dimaksud agar penduduk usia sekolah setiap tahun
mengalami peningkatan sejalan dengan laju pertumbuhan penduduk untuk dapat
memperoleh kesempatan pendidikan yang seluas-luasnya. Pelaksanaan
pembangunan pendidikan di Kabupaten Bone Bolango selama ini mengalami
perubahan yang fluktuatif dari tahun ke tahun.
Sebagaimana yang diamanatkan oleh Rencana Pembangunan Jangka Panjang
(RPJP) Nasional dan RPJM Nasional serta RPJMD Kabupaten Bone Bolango,
maka sasaran pembangunan pendidikan dititikberatkan pada peningkatan mutu
dan perluasan kesempatan belajar di semua jenjang pendidikan, yaitu mulai dari
TK sampai dengan SMA seperti pada Tabel 4. dibawah ini
34
Tabel 4. Jumlah Murid SD, SMP, SMA Menurut Kecamatan di Kabupaten Bone
Bolango 2012 - 2013
NO Kecamatan SD SMP SMA Jumlah
1 Tapa 955 549 429 1.933
2 Bulango Utara 942 318 0 1.260
3 Bulango Selatan 1 052 0 0 1.052
4 Bulango Timur 487 146 0 633
5 Bulango Ulu 619 147 0 766
6 Kabila 2 753 815 875 4.443
7 Botupingge 637 286 0 923
8 Tilongkabila 1 737 439 0 2.176
9 Suwawa 1 393 829 525 2.222
10 Suwawa Selatan 693 126 0 819
11 Suwawa Timur 1 083 313 0 1.396
12 Suwawa Tengah 745 0 0 745
13 Pinogu *) *) *) *)
14 Bone Pantai 1 628 505 395 2.133
15 Kabila Bone 1 399 316 0 1.715
16 Bone Raya 815 346 0 1.161
17 Bone 1 348 357 174 1.879
18 Bulawa 711 220 0 931
Kab. Bone Bolango 18.997 5.712 2.398 26.187
Catatan : *) Data masih mengikuti kecamatan induk
Sumber : BAPPEDA Kabupaten Bonebolango 2012 - 2013
Berdasarkan Tabel 4. diatas dapat dilihat bahwa kecamatan yang memiliki
jumlah murid terbanyak yaitu Kecamatan Kabila dengan 4.443 murid yang terdiri
dari 2.753 murid SD, 815 murid SMP, dan 875 murid SMA. Sedangkan
kecamatan yang memiliki jumlah murid paling sedikit yaitu Kecamatan Bulango
Timur yang terdiri dari 487 murid SD, 146 murid SMP dan tidak ada sama sekali
untuk murid SMA
Perkembangan indikator ketersediaan sarana dan prasarana pendidikan antara
tahun 2009 sampai dengan 2012 menunjukkan adanya peningkatan dari setiap
jenis sarana prasarana pendidikan. Jumlah sarana dan prasarana pendidikan yang
dimiliki oleh pemerintah Kabupaten Bone Bolango memang masih jauh dari
memadai, baik dari segi kualitas maupun kuantitasnya. Namun dalam rangka
memenuhi standar pelayanan pendidikan yang paripurna kepada anak didik,
keterbatasan tersebut bukanlah merupakan hambatan utama. Kondisi sarana
pendidikan di Kabupaten Bone Bolango dapat dilihat pada Tabel 5. berikut ini :
35
Tabel 5. Jumlah Sarana dan Prasarana Pendidikan di Kabupaten
Bone Bolango tahun 2010 – 2012
NO Tahun
Sarana Pendidikan (Unit)
TK SD/MI SMP/M.Ts SMA/MA
1 2010 102 138 39 17
2 2011 124 138 39 17
3 2012 125 138 39 17
Sumber : PEMDA Kabupaten Bone Bolango 2013
Berdasarkan Tabel 5. Diatas dapat dilihat bahwa terjadi perkembangan
jumlah sarana dan prasarana untuk TK pada tahun 2010 sebesar 102, tahun 2011
sebesar 124, pada tahun 2012 sebesar 125. Sedangkan untuk tingka SD/MI sampai
pada tingkat SMA/MA tidak terjadi perkembangan sarana dan prasarana.
4. Keadaan Pertanian
Kabupaten Bone Bolango memiliki potensi pertanian tanaman pangan yang
cukup bervariasi meliputi padi, jagung, kacang tanah, kacang hijau dan umbi-
umbian. Pertanian merupakan sektor yang memberikan kontribusi PDRB terbesar
dan banyak menyerap tenaga kerja. Jenis Komoditi pertanian yang paling banyak
produksinya adalah padi dan jagung. Jumlah produksi padi pada tahun 2012
sebanyak 29.243 Ton dengan produktivitas 5,4 Ton/Ha dan jumlah produksi
jagung sebanyak 23.581 Ton dengan produktivitas 4.1 ton. Data perkembangan
tanaman tersebut dapat dilihat pada Tabel 6. Sebagai berikut :
Tabel 6. Perkembangan Tanaman Pangan di Kabupaten Bone Bolango Tahun
2009 – 2012
NO
Jenis Komoditas
(Produksi/Ton)
2009 2010 2011 2012
1 Padi 23.569 19.656 30.180,2 29.243
2 Jagung 17.434 18.267 18.946,2 23.581
3 Kacang Tanah 243 191 113 110
4 Kacang Hijau 13,3 15,2 19 85
5 Ubi Jalar 707 910 238 180
6 Ubi Kayu 1.120 135 430 217
Sumber : PEMDA Kabupaten Bone Bolango 2012 – 2013
36
Berdasarkan Tabel 6. diatas dapat dilihat bahwa perkembangan tanaman
pangan untuk komoditas padi tidak tetap hasil produksinya yaitu pada tahun 2009
sebesar 23.569 ton/ha, pada tahun 2010 19.656 ton/ha, pada tahun 2011 30.180,2
ton/ha dan pada tahun 2012 29.243 ton/ha. Lain halnya dengan produktivitas
komoditas jagung yang meningkat tiap tahunnya, yaitu pada tahun 2009 sebesar
17.434 ton/ha, tahun 2010 sebesar 18.267 ton/ha, pada tahun 2011 sebesar
18.946,2 ton/ha, pada tahun 2011 23.581 ton/ha. Untuk produksi kacang tanah
terus mengalami penurunan tiap tahunnya, yaitu pada tahun 2009 sebesar 243
ton/ha, pada tahun 2010 sebesar 191 ton/ha, pada tahun 2010 sebesar 113 ton/ha,
pada tahun 2012 sebesar 110 ton/ha. Produksi kacang hijau juga mengalami
peningkatan yang cukup besar, yaitu tahun 2009 sebesar 13,3 ton/ha, tahun 2010
sebesar 15,2 ton/ha, pada tahun 2011 sebesar 19 ton/ha, dan pada tahun 2012 85
ton/ha. Produksi ubi jalar mengalami fluktuasi, yaitu pada tahun 2009-2010
meningkat dari 707 ton/ha menjadi 910 ton/ha namun pada tahun 2011-2012
mengalami penurunan produksi sebesar 238 ton/ha menjadi 180 ton/ha. Sama
halnya dengan produksi ubi kayu yag fluktuasi, yaitu pada tahun 2009 sebesar
1.120 ton/ha, pada tahun 2010 sebesar 135 ton/ha, pada tahun 2011 sebesar 430
ton/ha, dan pada tahun 2012 menjadi 217 ton/ha.
5. Identitas Responden
Identitas responden menggambarkan keadaan dan status dari seseorang.
Biasanya identitas responden berisi nama, usia, latar belakang pendidikan, dan
latar belakang pekerjaan. Responden dalam penelitian ini terbagi atas 2 bagian
yaitu pengambil dan perumus kebijakan ketahanan pangan di Kabupaten Bone
Bolango dan kelompok tani sebagai obyek kebijakan.
a. Identitas Responden Pengambil Kebijakan
Identitas responden pengambil kebijakan dalam hal ketahanan
pangan di Kabupaten Bone Bolango dapat dilihat sebagai berikut :
37
Tabel 7. Identitas Responden Pengambil Kebijakan di Kabupaten Bone
Bolango 2013
NO Nama Instansi Umur Pendidikan
Lama
Bekerja
1 Femy Monoarfa Dinas Pertanian 55 Thn S2 27 Thn
2 I Wayan Cenik Dinas Pertanian 52 Thn S1 32 Thn
3 Fitri Gobel BP4K 53 Thn S1 30 Thn
4 Saiful Umar BAPPEDA 45 Thn S2 17 Thn
5 Rasjid Majhur BPS 49 Thn S1 21 Thn
Sumber : Data primer setelah diolah, 2014
Berdasarkan Tabel 7. Diatas dapat dilihat bahwa identitas responden
pengambil kebijakan di Kabupaten Bone Bolango terdiri sebagai berikut :
1. Umur
Umur atau usia adalah satuan waktu yang mengukur keberadaan
suatu benda atau mahluk, baik yang hidup maupun yang mati. Umur
biasanya memberikan gambaran fisik seseorang. Biasanya semakin
tua umur dari pengambil kebijakan maka semakin luas pola pikir dan
kemampuan mengambil keputusan. Berdasarkan Tabel 7. diatas
dapat dilihat bahwa Bapak Femy Monoarfa memiliki umur 52 tahun
dengan demikian bahwa dapat disimpulkan dengan umur sedemikian
maka tingat pola pikir dan luasan pengetahuan pengambilan
keputusan semakin baik.
2. Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan adalah tahapan pendidikan yang ditetapkan
berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik, tujuan yang akan
dicapai dan kemauan yang dikembangkan. Biasanya pengaruh
tingkat pendidikan pada pengambil kebijakan yaitu kemampuan
dalam bersikap, serta dapat dengan mudah menyerap informasi dan
mengimplementasikannya. Berdasarkan Tabel 7. diatas Bapak Femy
Monoarfa dan Bapak Saiful Umar memiliki tingkat pendidikan
paling tinggi yaitu S2, dengan demikian kemampuan menyerap
informasi dan mengimplementasikan keputusan semakin baik.
38
3. Pengalaman Bekerja
Pengalaman kerja adalah proses pembentukan pengetahuan atau
keterampilan tentang metode suatu pekerjaan karena keterlibatan
karyawan tersebut dalam pelaksanaan tugas pekerjaan. Biasanya
bagi pengambil kebijakan pengalaman bekerja memberikan mereka
kemampuan analisis dan manipulatif sehingga dapat digunakan
dalam proses pengambilan kebijakan maupun perumusan kebijakan.
Berdasarkan Tabel 7. diatas dapat dilihat bahwa Bapak I Wayan
Cenik memiliki pengalaman bekerja selama 30 tahun, hal ini mampu
memberikan kemampuan analisis dalam perumusan kebijakan akan
semakin baik.
b. Identitas Responden Kelompok Tani
Identitas responden kelompok tani sebagai objek kebijakan terdiri
dari berbagai kelompok tani yang ada di Kabupaten Bone Bolango.
Kolompok tani ini dipilih karena sebagian besar bantuan program
ketahanan pangan paling banyak dibagikan secara kelompok daripada
kepada petani itu sendiri.
1. Umur
Umur diartikan dengan lamanya keberadaan seseorang diukur
dalam satuan waktu di pandang dari segi kronologik, individu
normal yang memperlihatkan derajat perkembangan anatomis dan
fisiologi. Makin muda umur petani, cenderung memiliki fisik yang
kuat dan dinamis dalam mengelola usahataninya, selain itu petani
yang lebih muda mempunyai keberanian untuk menanggung resiko
dalam mencoba inovasi baru. Berbeda dengan petani yang memiliki
umur yang lebih tua, hal ini dapat dilihat dari kemampuan mereka
mengambil keputusan yang baik berdasarkan pengalaman yang telah
dilalui. Identitas responden kelompok tani berdasarkan umur dapat
dilihat pada tabel sebagai berikut :
39
Tabel 8. Identitas Responden Berdasarkan Umur
NO
Umur
(Tahun)
Jumlah Persentase
1 20 – 30 1 3,33
2 31 – 40 3 10
3 41 – 50 20 66,67
4 51 – 60 5 16,67
5 > 60 1 3,33
Total 30 100
Sumber : Data primer setelah diolah, 2014
Berdasarkan Tabel 8. diatas dapat dilihat kisaran umur petani
antara 20 – 31 tahun berjumlah 1 orang, umur petani 31 – 40 tahun
berjumlah 3 orang, umur petani 41-50 tahun berjumlah 20 orang,
umur petani 51 – 60 tahun berjumlah 5 orang, dan umur petani > 60
tahun berjumlah 1 orang.
2. Tingkat Pendidikan
Pendidikan adalah suatu proses pengalaman. Karena kehidupan
adalah pertumbuhan, pendidikan berarti membantu pertumbuhan
batin tanpa dibatasi oleh usia. Proses pertumbuhan ialah proses
menyesuaikan pada tiap-tiap fase serta menambahkan kecakapan di
dalam perkembangan seseorang. Pendidikan yang relatif lebih tinggi
menyebabkan petani lebih dinamis. Mereka yang berpendidikan
tinggi relatif lebih cepat dalam melakukan inovasi dalam usahatani
agar hasil yang didapatkan lebih efektif dan efisien. Tingkat
pendidikan yang rendah pada umumnya kurang menyenangi inovasi
sehingga sikap mental untuk menambah ilmu pengetahuan
khususunya ilmu pertanian kurang. Identitas responden berdasarkan
tingkat pendidikan dapat dilihat pada tabel berikut :
40
Tabel 9. Identitas Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan
NO Pendidikan Jumlah Persentase
1 S2 0 0
2 S1 2 6,66
3 SMA 8 26,67
4 SMP 6 20
5 SD 14 46,67
Total 30 100
Sumber : Data primer setelah diolah, 2014
Berdasarkan Tabel 9. diatas dapat dilihat bahwa tingkat
pendidikan petani S1 sejumlah 2 orang, tingkat pendidikan petani
SMA sejumlah 8 orang, tingkat pendidikan petani SMP sejumlah 6
orang, dan tingkat pendidikan petani SD sejumlah 14 orang.
3. Pengalaman Berusahatani
Pengalaman adalah kejadian yang pernah dialami (dijalani,
dirasai, ditanggung) baik yang sudah lama atau baru saja terjadi.
Pengalaman berusahatani merupakan faktor penentu dalam
keberhasilan usahatani. Semakin lama usahatani yang dilakukan
maka semakin banyak pengalaman yang diperoleh. Semakin banyak
pengalaman maka petani semakin banyak memiliki kemampuan
dalam mengelola usahataninya sehingga dapat meningkatkan
pendapatan usahatani yang sedang dikembangkan. Identitas
responden berdasarkan pengalaman berusaha tani dapat diihat pada
tabel sebagai berikut :
Tabel 10. Identitas Responden Berdasarkan Pengalaman
Berusahatani
NO
Pengalaman
Berusahatani
(Tahun)
Jumlah Persentase
1 < 10 1 3,33
2 10 – 16 4 13,33
3 17 – 23 6 20
4 24 – 30 16 53,34
5 > 30 3 10
Total 30 100
Sumber : Data primer setelah diolah, 2014
41
Berdasarkan Tabel 10. Diatas dapat dilihat bahwa pengalaman
berusahatani yang kurang dari 10 tahu sejumlah1 orang, pengalaman
berusahatani kisaran 10-16 tahun sejumlah 4 orang, pengalaman
berusahatani kisaran 17-23 tahun sejumlah 6 orang, pengalaman
berusahatani kisaran 24-30 tahun sejumlah 16 orang, dan
pengalaman berusahatani lebih dari 30 tahun sejumlah 3 orang.
B. Program Kebijakan Ketahanan Pangan di Kabupaten Bone
Bolango
Pengembangan ketahanan pangan di Kabupaten Bone Bolango pada saat ini
masih bergantung pada program nasional ketahanan pangan. Hal ini dapat dilihat
dengan jelas bahwa program peningkatan ketahanan pangan Kabupaten Bone
Bolango mengacu pada program ketahanan pangan nasional. Pembangunan
disektor pertanian khususnya bidang ketahanan pangan sangat sulit dilaksanakan
mengingat anggaran yang terbatas.
Tahun 2014 merupakan tahun terakhir pelaksanaan program dan kegiatan
ketahanan pangan sesuai dengan Rencana Strategis Badan Ketahanan Pangan
Tahun 2010-2014. Program yang dilaksanakan oleh Badan Ketahanan Pangan
adalah Program Peningkatan Diversifikasi dan Ketahanan Pangan Masyarakat,
sesuai dengan tugas dan fungsi Badan Ketahanan Pangan yang tercantum dalam
Peraturan Menteri Pertanian Nomor: 61/Permentan/OT.140/10/2010 tentang:
Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pertanian. Program tersebut mencakup 4
(empat) kegiatan, yaitu: (1) Pengembangan Ketersediaan dan Penanganan
Kerawanan Pangan; (2) Pengembangan Distribusi dan Stabilisasi Harga Pangan;
(3) Pengembangan Penganekaragaman Konsumsi dan Peningkatan Keamanan
Pangan Segar; dan (4) Dukungan Manajemen dan Teknis lainnya pada Badan
Ketahanan Pangan.
Pelaksanaan kegiatan tahun 2014 merupakan lanjutan dari kegiatan tahun
sebelumnya, dengan program-program aksinya sebagai berikut :
1. Program aksi pada kegiatan Pengembangan Penganekaragaman
Konsumsi Pangan dan Peningkatan Keamanan Pangan Segar, diarahkan
42
pada Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan (P2KP) yang
meliputi: (1) Optimalisasi Pemanfaatan Pekarangan Melalui Konsep
Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) dan Promosi; (2) Model
Pengembangan Pangan Pokok Lokal; serta (3) Promosi dan Sosialisasi
PPKP.
2. Program aksi pada kegiatan Pengembangan Sistem Distribusi dan
Stabilitas Harga Pangan, yaitu : (1) Penguatan Lembaga Distribusi
Pangan Masyarakat (LDPM); dan (2) Pengembangan Lumbung Pangan
Masyarakat.
3. Program aksi pada kegiatan Pengembangan Ketersediaan dan
Penanganan Kerawanan Pangan yaitu : Pengembangan Kawasan Mandiri
Pangan, Pengembangan Desa Mandiri Pangan, dan Pengembangan
Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi (SKPG).
Program ketahanan pangan nasional inilah kemudian menjadi acuan program
ketahanan pangan Kabupaten Bone Bolango dengan tidak merubah format
program ketahanan pangan nasional. Berdasarkan program ketahanan pangan
nasional maka diperlukan kebijakan yang akan diambil oleh pemerintah
Kabupaten Bone Bolango terkait ketahanan pangan. Program ketahanan pangan di
kabupaten bone bolango terdiri atas empat program yang meliputi ; (1) Program
aksi pada kegiatan penganekaragaman konsumsi pangan dan peningkatan
keamanan pangan segar, (2) Program aksi pada kegiatan pengembangan sistem
distribusi dan stabilitas harga pangan, (3) Program aksi pada kegiatan
pengembangan ketersediaan dan penanganan kerawanan pangan. Secara garis
besar tiga program inilah yang telah dirumuskan oleh pemerintah Kabupaten Bone
Bolango sebagai upaya peningkatan ketahanan pangan. Adapaun program
ketahanan pangan beserta rincian anggaran APBN 2014 yang dilaksanakan di
Kabupaten Bone Bolango terdiri dari :
1. Pengembangan dan Pendampingan Desa Mandiri Pangan
Kegiatan Desa Mandiri Pangan bertujuan untuk meningkatkan
kemampuan masyarakat desa dalam pengembangan usaha produktif
berbasis sumber daya lokal, peningkatan ketersediaan pangan,
43
peningkatan daya beli dan akses pangan rumah tangga, untuk dapat
memenuhi kecukupan gizi rumah tangga. Apabila pelaksanaan ini
dilaksanakan secara meluas, maka kegiatan Desa Mandiri Pangan akan
berdampak terhadap penurunan tingkat kerawanan pangan dan gizi
masyarakat miskin di pedesaan.
Desa Mandiri Pangan adalah desa/kelurahan yang masyarakatnya
mempunyai kemampuan untuk mewujudkan ketahanan pangan dan gizi
melalui pengembangan subsistem ketersediaan, subsistem distribusi, dan
subsistem konsumsi pangan dengan memanfaatkan sumberdaya setempat
secara berkelanjutan.
Kawasan Mandiri Pangan adalah kawasan yang dibangun dengan
melibatkan keterwakilan masyarakat yang berasal dari kampungkampung
terpilih, untuk menegakkan masyarakat miskin/rawan pangan menjadi
kaum mandiri.
Kegiatan Desa Mandiri Pangan merupakan salah satu upaya
penanggulangan kemiskinan. Sesuai dengan Peraturan Presiden Nomor
13 tahun 2009 tentang Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan yaitu :
(1) Penanggulangan kemiskinan adalah kebijakan dan program
pemerintah pusat dan daerah yang dilakukan secara sistematis, terencana,
dan bersinergi dengan dunia usaha dan masyarakat untuk mengurangi
jumlah penduduk miskin dalam rangka meningkatkan derajat
kesejahteraan rakyat; dan (2) Program penanggulangan kemiskinan
adalah kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah pusat dan daerah, dunia
usaha, serta masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat
miskin, serta pemberdayaan usaha ekonomi mikro dan kecil.
Pelaksanaan kegiatan Desa Mandiri Pangan yaitu terdiri dari : (1)
Pemberdayaan masyarakat miskin, (2) Penguatan kelembagaan
masyarakat dan pemerintah desa, (3) Pengembangan sistem ketahanan
pangan, dan (4) Peningkatan koordinasi lintas sektor untuk mendukung
pembangunan dan pengembangan sarana dan prasarana pedesaan.
Adapun program Desa Mandiri Pangan yang dilaksanakan di kecamatan
44
yang diwakili oleh satu desa di Kabupaten Bone Bolango dapat dilihat
pada tabel berikut :
Tabel 11. Daftar Afinitas Program Pengembangan Desa Mandiri Pangan
di Kabupaten Bone Bolango
NO Kecamatan Desa Sumber Dana
1 Bulango Utara Kopi APBN
2 Bulango Timur Bulotalangi Timur APBN
3 Bulango Ulu Tolomato APBN
4 Suwawa Tengah Ilomata APBN
5 Tapa Dunggala APBN
6 Tilongkabila Lonuo APBN
7 Kabila Bone Olele APBN
Sumber : Dinas Pertanian, Perkebunan, dan Ketahanan Pangan Kabupaten Bone
Bolang, 2013
Berdasarkan Tabel 11. diatas dapat dilihat bahwa tidak semua
kecamatan dan desa yang ada di Kabupaten Bone Bolango dapat
termasuk pada program pengembangan dan pendampingan Desa Mandiri
Pangan (DEMAPAN), hal ini sesuai dengan Pedoman Umum
(PENDUM) Desa Mandiri Pangan (DEMAPAN).
Pemerintah Kabupaten Bone Bolango khususnya Dinas Pertanian,
Perkebunanan dan Ketahanan Pangan Kabupaten Bone Bolango
mengharapkan dengan adanya program DEMAPAN ini dapat
meningkatkan potensi pertanian di Kabupaten Bone Bolango. Hal ini
sesuai dengan program unggulan 2011 - 2015 pemerintah Kabupaten
Bone Bolango dalam bidang pertanian dan perikanan serta sejalan
dengan agenda pembangunan III yaitu mewujudkan pertumbuhan dan
struktur ekonomi yang kokoh dan dinamis.
Program Pengembangan dan Pendampingan desa mandiri pangan di
Kabupaten Bone Bolango sasaran utamanya adalah Rumah Tangga
Miskin (RTS) di desa rawan pangan, sehingga dengan adanya program
ini Kabupaten Bone Bolango khususnya daerah yang dipilih sebagai
pusat dari program Pengembangan dan Pendampingan desa mandiri
pangan dapat dilihat hasilnya sebagai berikut :
45
1. Terjadi perubahan pola pikir masyarakat tentang kebutuhan pangan
tiap individu
2. Meningkatnya keterampilan dalam budidaya tanaman pangan, serta
aksebilitas pangan pada tiap desa
3. Meningkatnya pendapatan dan daya beli masyarakat
4. Berkembangnya modal usaha pada setiap kelompok, khususnya
kelompok tani yang bergerak dalam bidang tanaman pangan
5. Terwujud ketahanan pangan dan gizi masyarakat sehingga
terbentuknya lembaga layanan kesehatan dan gizi masyarakat
pedesaan.
Dalam pelaksanaan program Pengembangan dan Pendampingan desa
mandiri pangan tidak serta merta berjalan sesuai yang diinginkan, hal ini
dapat terjadi karena pada tiap daerah yang menjadi pusat program dari
tersebut memiliki karakteristik yang berbeda-beda, antara lain :
1. Angka kemiskinan pada tiap desa yang menjadi pusat program
Pengembangan dan Pendampingan desa mandiri pangan berbeda-
beda, hal ini dapat berpengaruh pada tingkat daya beli masyarakat
tiap desa.
2. Rendahnya kemampuan sumberdaya manusia terkait keterampilan
dalam budidaya tanaman pangan, hal ini dapat menimbulkan
terbatasnya akses pangan oleh masyarakat.
3. Rendahnya dukungan sarana dan prasarana khususnya sarana
transportasi, hal ini dapat menimbulkan rendahnya aksebilitas
kebutuhan pangan pada tiap desa.
2. Pengembangan Lumbung Pangan Desa
Dalam rangka mewujudkan pemenuhan kebutuhan akan pangan bagi
seluruh penduduk di suatu wilayah, maka ketersediaan pangan menjadi
sasaran utama dalam kebijakan pangan bagi pemerintahan suatu negara.
Ketersediaan pangan tersebut dapat dipenuhi dari tiga sumber, yaitu: (1)
produksi dalam negeri; (2) pemasukan pangan; dan (3) cadangan pangan.
Bila terjadi kesenjangan antara produksi dengan kebutuhan pangan di
46
suatu wilayah dapat diatasi dengan melepas cadangan pangan, oleh sebab
itu cadangan pangan merupakan salah satu komponen penting dalam
ketersediaan pangan.
Beberapa alasan yang mendasari Pengembangan Lumbung Pangan
Masyarakat adalah : (1) Bank Dunia pada tahun 2008 memperingatkan
bahwa cadangan pangan Indonesia berada dalam titik terendah sehingga
bisa menjadi masalah serius jika tidak diatasi sejak awal mengingat
cadangan pangan dunia turun hampir setengahnya; (2) situasi iklim di
Indonesia saat ini tidak menentu dan kurang bersahabat telah
menyebabkan bencana (longsor, banjir, kekeringan), sehingga menuntut
manajemen cadangan pangan yang efektif dan efisien agar dapat
mengatasi kerawanan pangan; (3) masa panen tidak merata antar waktu
dan daerah mengharuskan adanya cadangan pangan; dan (4) banyaknya
kejadian darurat memerlukan adanya cadangan pangan untuk penanganan
pasca bencana, penanganan rawan pangan, dan bantuan pangan wilayah.
Disamping itu, cadangan pangan juga dapat digunakan untuk
mengantisipasi kemungkinan terjadinya kekurangan pangan yang bersifat
sementara yang disebabkan gangguan atau terhentinya pasokan bahan
pangan, misalnya karena putusnya prasarana dan sarana transportasi
akibat bencana alam.
Pengembangan Lumbung Pangan Masyarakat bertujuan untuk : (1)
Meningkatkan volume stok cadangan pangan di kelompok lumbung
pangan untuk menjamin akses dan kecukupan pangan bagi anggotanya
terutama yang mengalami kerawanan pangan; (2) Meningkatkan
kemampuan pengurus dan anggota kelompok dalam pengelolaan
cadangan pangan; (3) Meningkatkan fungsi kelembagaan cadangan
pangan masyarakat dalam penyediaan pangan secara optimal dan
berkelanjutan.
Berangkat dari program Lumbung Pangan Masyarakat maka dengan
ini Pemerintah Kabupaten Bone Bolango dengan sedikit modifikasi
membuat program dalam bentuk pengembangan lumbung pangan desa
47
namun dengan tidak merubah format dari program nasional
pengembangan lumbung pangan masyarakat. Adapun pelaksanaan
program lumbung pangan desa di Kabupaten Bone Bolango dilihat pada
tabel berikut :
Tabel 12. Daftar Afinitas Program Pengembangan Lumbung Pangan
Desa di Kabupaten Bone Bolango
NO Kecamatan
Desa
(Jumlah)
Sumber Dana
1 Kabila 4 APBN
2 Tilongkabila 6 APBN
3 Suwawa 1 APBN
4 Bulango Timur 2 APBN
5 Bulango Selatan 2 APBN
Sumber : Dinas Pertanian, Perkebunan dan Ketahanan Pangan Kabupaten Bone
Bolango, 2013
Berdasarkan Tabel 12. diatas dapat dilihat bahwa program
pengembangan lumbung pangan desa Kecamatan Kabila terdiri dari
empat desa antara lain ; Desa Oluhuta, Desa Oluhuta Utara, Desa Padengo
dan Desa Tanggilingo. Pengembangan lumbung pangan desa Kecamatan
Tilongkabila terdiri dari enam desa antara lain ; Desa Toto Utara, Desa
Meranti, Desa Motilango, Desa Bongoime, Desa Bongopini, dan Desa
Iloheluma. Pengembangan lumbung pangan desa Kecamatan Suwawa
hanya terdiri satu desa yaitu Desa Bube Baru. Pengembangan lumbung
pangan desa Kecamatan Bulango Timur terdiri dari dua desa antara lain ;
Desa Bulotalangi, dan Desa Bulotalangi Barat. Pengembangan lumbung
pangan desa Kecamatan Bulango Selatan terdiri dari dua desa antara lain ;
Desa Huntu Utara dan Desa Huntu Selatan.
Pengembangan lumbung pangan desa di Kabupaten Bone Bolango
diharapkan mampu meningkatkan stok volume cadangan pangan di
kelompok lumbung pangan untuk menjamin akses dan kecukupan pangan,
meningkatkan kemampuan pengurus dan anggota kelompok dalam
pengelolaan cadangan pangan, serta meningkatkan fungsi kelembagaan
cadangan pangan masyarakat dalam penyediaan pangan secara optimal
dan bekerlanjutan.
Analisis sistem pengambilan keputusan pada kebijakan ketahanan pangan di kab. bone bolango
Analisis sistem pengambilan keputusan pada kebijakan ketahanan pangan di kab. bone bolango
Analisis sistem pengambilan keputusan pada kebijakan ketahanan pangan di kab. bone bolango
Analisis sistem pengambilan keputusan pada kebijakan ketahanan pangan di kab. bone bolango
Analisis sistem pengambilan keputusan pada kebijakan ketahanan pangan di kab. bone bolango
Analisis sistem pengambilan keputusan pada kebijakan ketahanan pangan di kab. bone bolango
Analisis sistem pengambilan keputusan pada kebijakan ketahanan pangan di kab. bone bolango
Analisis sistem pengambilan keputusan pada kebijakan ketahanan pangan di kab. bone bolango
Analisis sistem pengambilan keputusan pada kebijakan ketahanan pangan di kab. bone bolango
Analisis sistem pengambilan keputusan pada kebijakan ketahanan pangan di kab. bone bolango
Analisis sistem pengambilan keputusan pada kebijakan ketahanan pangan di kab. bone bolango
Analisis sistem pengambilan keputusan pada kebijakan ketahanan pangan di kab. bone bolango
Analisis sistem pengambilan keputusan pada kebijakan ketahanan pangan di kab. bone bolango
Analisis sistem pengambilan keputusan pada kebijakan ketahanan pangan di kab. bone bolango
Analisis sistem pengambilan keputusan pada kebijakan ketahanan pangan di kab. bone bolango
Analisis sistem pengambilan keputusan pada kebijakan ketahanan pangan di kab. bone bolango
Analisis sistem pengambilan keputusan pada kebijakan ketahanan pangan di kab. bone bolango
Analisis sistem pengambilan keputusan pada kebijakan ketahanan pangan di kab. bone bolango
Analisis sistem pengambilan keputusan pada kebijakan ketahanan pangan di kab. bone bolango
Analisis sistem pengambilan keputusan pada kebijakan ketahanan pangan di kab. bone bolango
Analisis sistem pengambilan keputusan pada kebijakan ketahanan pangan di kab. bone bolango
Analisis sistem pengambilan keputusan pada kebijakan ketahanan pangan di kab. bone bolango
Analisis sistem pengambilan keputusan pada kebijakan ketahanan pangan di kab. bone bolango
Analisis sistem pengambilan keputusan pada kebijakan ketahanan pangan di kab. bone bolango
Analisis sistem pengambilan keputusan pada kebijakan ketahanan pangan di kab. bone bolango
Analisis sistem pengambilan keputusan pada kebijakan ketahanan pangan di kab. bone bolango
Analisis sistem pengambilan keputusan pada kebijakan ketahanan pangan di kab. bone bolango
Analisis sistem pengambilan keputusan pada kebijakan ketahanan pangan di kab. bone bolango
Analisis sistem pengambilan keputusan pada kebijakan ketahanan pangan di kab. bone bolango
Analisis sistem pengambilan keputusan pada kebijakan ketahanan pangan di kab. bone bolango
Analisis sistem pengambilan keputusan pada kebijakan ketahanan pangan di kab. bone bolango
Analisis sistem pengambilan keputusan pada kebijakan ketahanan pangan di kab. bone bolango
Analisis sistem pengambilan keputusan pada kebijakan ketahanan pangan di kab. bone bolango
Analisis sistem pengambilan keputusan pada kebijakan ketahanan pangan di kab. bone bolango
Analisis sistem pengambilan keputusan pada kebijakan ketahanan pangan di kab. bone bolango
Analisis sistem pengambilan keputusan pada kebijakan ketahanan pangan di kab. bone bolango
Analisis sistem pengambilan keputusan pada kebijakan ketahanan pangan di kab. bone bolango
Analisis sistem pengambilan keputusan pada kebijakan ketahanan pangan di kab. bone bolango
Analisis sistem pengambilan keputusan pada kebijakan ketahanan pangan di kab. bone bolango
Analisis sistem pengambilan keputusan pada kebijakan ketahanan pangan di kab. bone bolango
Analisis sistem pengambilan keputusan pada kebijakan ketahanan pangan di kab. bone bolango
Analisis sistem pengambilan keputusan pada kebijakan ketahanan pangan di kab. bone bolango
Analisis sistem pengambilan keputusan pada kebijakan ketahanan pangan di kab. bone bolango

Más contenido relacionado

La actualidad más candente

Logframe : Kerangka Logis
Logframe : Kerangka LogisLogframe : Kerangka Logis
Logframe : Kerangka Logis
Arsad Rahim Ali
 
Menyusun materi penyuluhan
Menyusun materi penyuluhanMenyusun materi penyuluhan
Menyusun materi penyuluhan
wika_wibowo
 
Penyuluhan Pertanian
Penyuluhan Pertanian Penyuluhan Pertanian
Penyuluhan Pertanian
Sri Wahyuni
 
Pengembangan ekonomi kreatif indonesia
Pengembangan ekonomi kreatif indonesiaPengembangan ekonomi kreatif indonesia
Pengembangan ekonomi kreatif indonesia
Togar Simatupang
 

La actualidad más candente (20)

Logframe : Kerangka Logis
Logframe : Kerangka LogisLogframe : Kerangka Logis
Logframe : Kerangka Logis
 
Contoh Penerapan Agenda Setting & Perumusan Kebijakan
Contoh Penerapan Agenda Setting & Perumusan KebijakanContoh Penerapan Agenda Setting & Perumusan Kebijakan
Contoh Penerapan Agenda Setting & Perumusan Kebijakan
 
Menyusun materi penyuluhan
Menyusun materi penyuluhanMenyusun materi penyuluhan
Menyusun materi penyuluhan
 
Paradigma Pembangunan
Paradigma PembangunanParadigma Pembangunan
Paradigma Pembangunan
 
Meramal kebijakan
Meramal kebijakan Meramal kebijakan
Meramal kebijakan
 
Ppt Metodologi Penelitian: 3. Rumusan Masalah & Tujuan Penelitian | Kelas: 6A...
Ppt Metodologi Penelitian: 3. Rumusan Masalah & Tujuan Penelitian | Kelas: 6A...Ppt Metodologi Penelitian: 3. Rumusan Masalah & Tujuan Penelitian | Kelas: 6A...
Ppt Metodologi Penelitian: 3. Rumusan Masalah & Tujuan Penelitian | Kelas: 6A...
 
MENGENAL METODE DAN TEHNIK (RRA) & (PRA) SEBAGAI PENDEKATAN PARTISIPATIF
MENGENAL METODE DAN TEHNIK (RRA) & (PRA) SEBAGAI PENDEKATAN  PARTISIPATIFMENGENAL METODE DAN TEHNIK (RRA) & (PRA) SEBAGAI PENDEKATAN  PARTISIPATIF
MENGENAL METODE DAN TEHNIK (RRA) & (PRA) SEBAGAI PENDEKATAN PARTISIPATIF
 
PERENCANAAN PROGRAM PENYULUHAN
PERENCANAAN PROGRAM PENYULUHAN PERENCANAAN PROGRAM PENYULUHAN
PERENCANAAN PROGRAM PENYULUHAN
 
Merancang Policy Brief
Merancang Policy BriefMerancang Policy Brief
Merancang Policy Brief
 
Evaluasi Formatif dan Sumatif
Evaluasi Formatif dan SumatifEvaluasi Formatif dan Sumatif
Evaluasi Formatif dan Sumatif
 
Penyusunan Indikator dan Target
Penyusunan Indikator dan TargetPenyusunan Indikator dan Target
Penyusunan Indikator dan Target
 
Analisis Kebijakan Publik
Analisis Kebijakan PublikAnalisis Kebijakan Publik
Analisis Kebijakan Publik
 
Ringkasan Buku Public Dr. Riant Nugroho
Ringkasan Buku Public Dr. Riant NugrohoRingkasan Buku Public Dr. Riant Nugroho
Ringkasan Buku Public Dr. Riant Nugroho
 
Bab 5 Administrasi Pembangunan Dosen Pengampu Dr. Bambang Kusbandrijo,M.Si
Bab 5 Administrasi Pembangunan Dosen Pengampu Dr. Bambang Kusbandrijo,M.SiBab 5 Administrasi Pembangunan Dosen Pengampu Dr. Bambang Kusbandrijo,M.Si
Bab 5 Administrasi Pembangunan Dosen Pengampu Dr. Bambang Kusbandrijo,M.Si
 
ToR pelatihan peningkatan masyarakat dalam perlindungan keanekaragaman hayati
ToR pelatihan peningkatan masyarakat dalam perlindungan keanekaragaman hayatiToR pelatihan peningkatan masyarakat dalam perlindungan keanekaragaman hayati
ToR pelatihan peningkatan masyarakat dalam perlindungan keanekaragaman hayati
 
Analisis Kebijakan Publik
Analisis Kebijakan PublikAnalisis Kebijakan Publik
Analisis Kebijakan Publik
 
Partisipasi masyarakat
Partisipasi masyarakatPartisipasi masyarakat
Partisipasi masyarakat
 
Teori swot
Teori swotTeori swot
Teori swot
 
Penyuluhan Pertanian
Penyuluhan Pertanian Penyuluhan Pertanian
Penyuluhan Pertanian
 
Pengembangan ekonomi kreatif indonesia
Pengembangan ekonomi kreatif indonesiaPengembangan ekonomi kreatif indonesia
Pengembangan ekonomi kreatif indonesia
 

Similar a Analisis sistem pengambilan keputusan pada kebijakan ketahanan pangan di kab. bone bolango

SKRIPSI HUBUNGAN PENYULUHAN PERTANIAN DENGAN PRODUKTIVITAS KERJA PETANI SAYUR...
SKRIPSI HUBUNGAN PENYULUHAN PERTANIAN DENGAN PRODUKTIVITAS KERJA PETANI SAYUR...SKRIPSI HUBUNGAN PENYULUHAN PERTANIAN DENGAN PRODUKTIVITAS KERJA PETANI SAYUR...
SKRIPSI HUBUNGAN PENYULUHAN PERTANIAN DENGAN PRODUKTIVITAS KERJA PETANI SAYUR...
Ana Puja Prihatin
 
Sri hariyadi kipa 2014
Sri hariyadi kipa 2014Sri hariyadi kipa 2014
Sri hariyadi kipa 2014
Sri Hariyadi
 
04520016 dwi-kameluh-agustina.ps
04520016 dwi-kameluh-agustina.ps04520016 dwi-kameluh-agustina.ps
04520016 dwi-kameluh-agustina.ps
08552723782
 
101338 rina kusumawati-fkik
101338 rina kusumawati-fkik101338 rina kusumawati-fkik
101338 rina kusumawati-fkik
Ucu Solihin
 
Hambatan belajar bio
Hambatan belajar bioHambatan belajar bio
Hambatan belajar bio
HeppiNiwer
 

Similar a Analisis sistem pengambilan keputusan pada kebijakan ketahanan pangan di kab. bone bolango (20)

SKRIPSI HUBUNGAN PENYULUHAN PERTANIAN DENGAN PRODUKTIVITAS KERJA PETANI SAYUR...
SKRIPSI HUBUNGAN PENYULUHAN PERTANIAN DENGAN PRODUKTIVITAS KERJA PETANI SAYUR...SKRIPSI HUBUNGAN PENYULUHAN PERTANIAN DENGAN PRODUKTIVITAS KERJA PETANI SAYUR...
SKRIPSI HUBUNGAN PENYULUHAN PERTANIAN DENGAN PRODUKTIVITAS KERJA PETANI SAYUR...
 
halaman cover
halaman coverhalaman cover
halaman cover
 
Boraks pd bakso
Boraks pd baksoBoraks pd bakso
Boraks pd bakso
 
Sri hariyadi kipa 2014
Sri hariyadi kipa 2014Sri hariyadi kipa 2014
Sri hariyadi kipa 2014
 
04520016 dwi-kameluh-agustina.ps
04520016 dwi-kameluh-agustina.ps04520016 dwi-kameluh-agustina.ps
04520016 dwi-kameluh-agustina.ps
 
101338 rina kusumawati-fkik
101338 rina kusumawati-fkik101338 rina kusumawati-fkik
101338 rina kusumawati-fkik
 
Skripsi 12
Skripsi  12Skripsi  12
Skripsi 12
 
6113
61136113
6113
 
Apd
ApdApd
Apd
 
Kti amalia febriyani
Kti amalia febriyaniKti amalia febriyani
Kti amalia febriyani
 
FAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGGUNAAN KONTRASEPSI HORMONAL PADA ...
FAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGGUNAAN KONTRASEPSI HORMONAL PADA ...FAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGGUNAAN KONTRASEPSI HORMONAL PADA ...
FAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGGUNAAN KONTRASEPSI HORMONAL PADA ...
 
Kti agustina akbid ykn
Kti agustina akbid yknKti agustina akbid ykn
Kti agustina akbid ykn
 
Kti agustina akbid ykn
Kti agustina akbid yknKti agustina akbid ykn
Kti agustina akbid ykn
 
FAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGGUNAAN KONTRASEPSI HORMONAL PADA ...
FAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGGUNAAN KONTRASEPSI HORMONAL PADA ...FAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGGUNAAN KONTRASEPSI HORMONAL PADA ...
FAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGGUNAAN KONTRASEPSI HORMONAL PADA ...
 
Kti agustina akbid ykn
Kti agustina akbid yknKti agustina akbid ykn
Kti agustina akbid ykn
 
Sukses terbesar dalam hidupku
Sukses terbesar dalam hidupkuSukses terbesar dalam hidupku
Sukses terbesar dalam hidupku
 
Penilaian standar rumah sakit (7)
Penilaian standar rumah sakit (7)Penilaian standar rumah sakit (7)
Penilaian standar rumah sakit (7)
 
Hambatan belajar bio
Hambatan belajar bioHambatan belajar bio
Hambatan belajar bio
 
Pneumoni balita
Pneumoni balitaPneumoni balita
Pneumoni balita
 
GAMBARAN KEJADIAN BAYI PREMATUR DI RUMAH SAKIT BHAYANGKARA MAPPAOUDANG MAKASS...
GAMBARAN KEJADIAN BAYI PREMATUR DI RUMAH SAKIT BHAYANGKARA MAPPAOUDANG MAKASS...GAMBARAN KEJADIAN BAYI PREMATUR DI RUMAH SAKIT BHAYANGKARA MAPPAOUDANG MAKASS...
GAMBARAN KEJADIAN BAYI PREMATUR DI RUMAH SAKIT BHAYANGKARA MAPPAOUDANG MAKASS...
 

Último

Kisi kisi Ujian sekolah mata pelajaran IPA 2024.docx
Kisi kisi Ujian sekolah mata pelajaran IPA 2024.docxKisi kisi Ujian sekolah mata pelajaran IPA 2024.docx
Kisi kisi Ujian sekolah mata pelajaran IPA 2024.docx
FitriaSarmida1
 
KISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docx
KISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docxKISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docx
KISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docx
DewiUmbar
 
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.pptHAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
nabilafarahdiba95
 
.....................Swamedikasi 2-2.pptx
.....................Swamedikasi 2-2.pptx.....................Swamedikasi 2-2.pptx
.....................Swamedikasi 2-2.pptx
furqanridha
 
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptxContoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
IvvatulAini
 
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).pptKenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
novibernadina
 
1. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 2024
1. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 20241. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 2024
1. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 2024
DessyArliani
 

Último (20)

Penyuluhan DM Tipe II Kegiatan Prolanis.ppt
Penyuluhan DM Tipe II Kegiatan Prolanis.pptPenyuluhan DM Tipe II Kegiatan Prolanis.ppt
Penyuluhan DM Tipe II Kegiatan Prolanis.ppt
 
PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...
PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...
PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...
 
Aksi Nyata Menyebarkan (Pemahaman Mengapa Kurikulum Perlu Berubah) Oleh Nur A...
Aksi Nyata Menyebarkan (Pemahaman Mengapa Kurikulum Perlu Berubah) Oleh Nur A...Aksi Nyata Menyebarkan (Pemahaman Mengapa Kurikulum Perlu Berubah) Oleh Nur A...
Aksi Nyata Menyebarkan (Pemahaman Mengapa Kurikulum Perlu Berubah) Oleh Nur A...
 
Kisi kisi Ujian sekolah mata pelajaran IPA 2024.docx
Kisi kisi Ujian sekolah mata pelajaran IPA 2024.docxKisi kisi Ujian sekolah mata pelajaran IPA 2024.docx
Kisi kisi Ujian sekolah mata pelajaran IPA 2024.docx
 
MODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
AKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTX
AKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTXAKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTX
AKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTX
 
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
 
KISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docx
KISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docxKISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docx
KISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docx
 
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
 
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKAKELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
 
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.pptHAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
 
MODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
.....................Swamedikasi 2-2.pptx
.....................Swamedikasi 2-2.pptx.....................Swamedikasi 2-2.pptx
.....................Swamedikasi 2-2.pptx
 
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptxContoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
 
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptxBab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
 
Prakarsa Perubahan dan kanvas ATAP (1).pptx
Prakarsa Perubahan dan kanvas ATAP (1).pptxPrakarsa Perubahan dan kanvas ATAP (1).pptx
Prakarsa Perubahan dan kanvas ATAP (1).pptx
 
Skenario Lokakarya 2 Pendidikan Guru Penggerak
Skenario Lokakarya 2 Pendidikan Guru PenggerakSkenario Lokakarya 2 Pendidikan Guru Penggerak
Skenario Lokakarya 2 Pendidikan Guru Penggerak
 
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).pptKenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
 
Pengenalan Figma, Figma Indtroduction, Figma
Pengenalan Figma, Figma Indtroduction, FigmaPengenalan Figma, Figma Indtroduction, Figma
Pengenalan Figma, Figma Indtroduction, Figma
 
1. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 2024
1. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 20241. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 2024
1. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 2024
 

Analisis sistem pengambilan keputusan pada kebijakan ketahanan pangan di kab. bone bolango

  • 1. ANALISIS SISTEM PENGAMBILAN KEPUTUSAN PADA KEBIJAKAN KETAHANAN PANGAN DI KABUPATEN BONE BOLANGO SKRIPSI MUHAMMAD FIQRI NIM : 6144 10 006 JURUSAN AGRIBISNIS FAKULTAS ILMU-ILMU PERTANIAN UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO 2015
  • 2. ANALISIS SISTEM PENGAMBILAN KEPUTUSAN PADA KEBIJAKAN KETAHANAN PANGAN DI KABUPATEN BONE BOLANGO MUHAMMAD FIQRI NIM : 6144 10 006 Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana Pertanian Jurusan Agribisnis JURUSAN AGRIBISNIS FAKULTAS ILMU-ILMU PERTANIAN UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO 2015
  • 3. i ABSTRAK Muhammad Fiqri, 6144 10 006. Analisis Sistem Pengambilan Keputusan Pada Kebijakan Ketahanan Pangan di Kabupaten Bone Bolango. Dibawah bimbingan Wawan K. Tolinggi dan Amelia Murtisari. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui perencanaan dan perumusan kebijakan ketahanan pangan di Kabupaten Bone Bolango dan mengetahui pengaruh sistem pengambilan keputusan pada kebijakan ketahanan pangan di Kabupaten Bone Bolango. Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Bone Bolango dari bulan Oktober 2014 sampai pada bulan Desember 2014. Metode yang digunakan dalam pengumpulan data yaitu metode survei dimana pengumpulan data dilakukan dengan wawancara dan observasi. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan metode purposive sampling. Data dianalisis dengan menggunakan metode deskribtif dan metode analisis Structural Equation Model (SEM) dengan menggunakan model analisis jalur (Path Analysis) melalui bantuan perangkat Amos 22. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa program ketahanan pangan di Kabupaten Bone Bolango pada saat ini masih bergantung pada program nasional ketahanan pangan. Hal ini dapat dilihat dengan jelas bahwa program peningkatan ketahanan pangan Kabupaten Bone Bolango mengacu pada program ketahanan pangan nasional yang terdiri dari (1) Pengembangan dan pendampingan desa mandiri pangan, (2) Pengembangan lumbung pangan desa. Indikator yang paling berpengaruh dalam ketahanan pangan yaitu ketersediaan dengan standardized koefisien parameter sebesar 0,90. Indikator yang paling berpengaruh dalam perumusan kebijakan yaitu pengaruh lingkungan dengan standardized koefisien parameter sebesar 0,67. Terdapat pengaruh antara ketahanan pangan yang terdiri dari distribusi, ketersediaan, dan konsumsi terhadap perumusan kebijakan itu sendiri, hal ini dapat terlihat pada standardized koefisien parameter sebesar 1,00 sehingga terdapat pengaruh antara ketahanan pangan yang terdiri dari distribusi, ketersediaan, dan konsumsi terhadap perumusan kebijakan itu sendiri. Kata Kunci : Ketahanan Pangan, Perumusan Kebijakan, Bone Bolango, Structural Equating Model (SEM), Path Analysis, Amos 22, Indikator, Standardized Koefisien Parameter
  • 4. ii RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Kecamatan Kabila Kabupaten Gorontalo Provinsi Gorontalo pada tanggal 12 Maret 1992. Penulis merupakan anak pertama dari Bapak Rahman N. Bau dan Ibu Khadjara N. Deti Penulis mengawali pendidikan formal di TK Kartika pada Tahun 1998, kemudian melanjutkan pendidikan formal di SDN Timbuolo pada Tahun 2004, dan Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri 2 Kabila pada Tahun 2007, serta menyelesaikan pendidikan Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 1 Kabila pada Tahun 2010. Pada tahun 2010, penulis melanjutkan studi belajar program sarjana di Universitas Negeri Gorontalo pada Program Studi Agribisnis, Jurusan Agribisnis, Fakultas Ilmu – ilmu Pertanian. Selama menjadi mahasiswa, penulis pernah menjadi peserta Orientasi Mahasiswa Baru (ORASIMARU) Universitas Negeri Gorontalo tahun 2010, menjadi peserta Townhall Meeting Diplomasi RI-Amerika Selatan dalam Kerangka FEALAC Tahun 2013 di Universitas Negeri Gorontalo, dan menjadi peserta Kuliah Kerja Sibermas (KKS) Tahun 2013 di Desa Imbodu Kec. Randangan Kabupaten Pohuwato.
  • 5. iii SURAT PERNYATAAN Yang bertanda tangan dibawah ini : Nama : Muhammad Fiqri NIM : 6144 10 006 Tempat/Tanggal Lahir : Kabila Kab. Gorontalo 12 Maret 1992 Jenis Kelamin : Laki-laki Program Studi : S1 Agribisnis Fakultas/Jurusan : Pertanian/Agribisnis Alamat : Desa Timbuolo, Kecamatan Botupingge Kabupaten Bone Bolango Dengan ini menyatakan sesungguhnya bahwa skripsi yang disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam menempuh ujian akhir di Universitas Negeri Gorontalo, merupakan hasil karya saya sendiri. Adapun bagian-bagian tertentu dalam penulisan yang dikutip dari hasil karya orang lain telah dituliskan sumbernya dengan jelas sesuai dengan norma, kaidah, etika penulisan ilmiah dan buku pedoman penulisan karya ilmiah Universitas Negeri Gorontalo. Apabila dikemudian hari ditemukan seluruh atau sebagian skripsi ini bukan hasil karya saya sendiri, maka saya bersedia diberi sangsi akademik. Demikian surat pernyataan ini dibuat tampa ada unsur paksaan dari pihak manapun. Gorontalo, Januari 2015 Muhammad Fiqri NIM : 6144 10 006
  • 6. iv PERSETUJUAN PEMBIMBING ANALISIS SISTEM PENGAMBILAN KEPUTUSAN PADA KEBIJAKAN KETAHANAN PANGAN DI KABUPATEN BONE BOLANGO MUHAMMAD FIQRI 614 410 006 Skripsi ini telah disetujui dan disidangkan dihadapan Komisi Ujian Sidang pada tanggal 8 Januri 2015 Disetujui Komisi Pembimbing Wawan K. Tolinggi, SP. M.Si Amelia Murtisari, SP. M.Sc Ketua Anggota Diketahui Menyetujui Mengetahui Ketua Dekan Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian Dr. Amir Halid, SE, M.Si Dr. Moh. Ikbal Bahua, SP. M.Si NIP. 197201092005011002 NIP. 197204252001121003
  • 7. v HALAMAN PENGESAHAN Judul Skripsi : Analisis Sistem Pengambilan Keputusan Pada Kebijakan Ketahanan Pangan di Kabupaten Bone Bolango Nama : Muhammad Fiqri NIM : 6144 10 006 Jurusan : S1 Agribisnis Telah disidangkan dan dipertahankan dihadapan dewan penguji Hari/Tanggal : Kamis / 8 Januari 2015 Waktu : 08.00 WITA Dewan Penguji : 1. Wawan K. Tolinggi SP, M.Si 1………………………….. 2. Amelia Murtisari SP, M.Sc 2………………………….. 3. Dr. Amir Halid SE, M.Si 3………………………….. 4. Supriyo Imran SP, M.Si 4………………………….. 5. Ria Indriani SP, M.Si 5………………………….. Gorontalo, 13 Januari 2015 Dekan Fakultas Pertanian Dr. Moh. Ikbal Bahua, SP, M.Si NIP. 197204252001121003
  • 8. vi MOTTO DAN PERSEMBAHAN “Bukankah Kami telah melapangkan untukmu dadamu? Dan Kami telah menghilangkan daripadamu bebanmu, yang memberatkan punggungmu. Dan Kami tinggikan bagimu sebutan (nama)mu, karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain. Dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap.” (QS. Al Insyirah: 1-8) Kegagalan juga menyenangkan, hidup dengan kepercayaan bahwa cobaan itu berguna untuk menempa diri sendiri (Jiraiya – Naruto Shippuden) Banyak kegagalan dalam hidup ini dikarenakan orang-orang tidak menyadari betapa dekatnya mereka dengan keberhasilan saat mereka menyerah. (Thomas Alva Edison) Jangan mudah putus asa, karena jalan hidup yang kita lalui tak selamanya mulus (Rosse – Full Metal Alchemist) Dulu aku disini, dan kata – kata ini membimbingku hingga sampai akhir (Muhammad Fiqri) Untuk Ayahku Rahman N. Bau dan Ibuku Khadjara N. Deti yang dalam lelah mereka selalu mendoakan yang terbaik untukku, adik-adikku Mohamad Rizki Bau, Sitty Nur Amalia Bau, Mohamad Alfitra Bau, Keluarga, Sahabat yang selalu mendoakanku, memberi motivasi, dan dorongan selama penyelesaian studiku Untuk Alumi SMA N. 1 KABILA yang memberikan dorongan dan semangat dalam penyelesaian skripsi ini Untuk Himpunan Mahasiswa Agribisnis (HIMAGRI) yang senantiasa memberikan dorongan dan dukungan demi kelancaran studi akhirku dimulai dari ujian proposal sampai ujian skripsi baik secara langsung dan tidak langsung Teruntuk dia yang tersayang “Fitrayini Saleh” yang dalam senyumnya selalu memberikan motivasi dalam penyelesaian skripsi ini ALMAMATERKU TERCINTA TEMPATKU MENIMBA ILMU UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
  • 9. vii KATA PENGANTAR Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena dengan rakhmat dan hidayah-NYA proposal penelitian dengan judul: “Analisis Sistem Pengambilan Keputusan Pada Kebijakan Ketahan Pangan di Kabupaten Bone Bolango” dapat diselesaikan. Proposal penelitian ini merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi sebelum melanjutkan ke tahap seminar hasil dan skripsi. Tujuan penulisan skripsi ini adalah merumuskan sistem pengambilan keputusan pada kebijakan ketahanan pangan di Kabupaten Bone Bolango Ucapan terima kasih yang sebesarbesarnya penulis sampaikan kepada : 1. Bapak Dr. Syamsu Qamar Badu M.Pd selaku Rektor Universitas Negeri Gorontalo 2. Bapak Dr. Moh. Ikbal Bahua SP. M.Si selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Negeri Gorontalo 3. Bapak Dr. Amir Halid SE. M.Si selaku Ketua Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Negeri Gorontalo 4. Bapak Wawan K. Tolinggi SP. M.Si selaku pembimbing satu sekaligus penasehat akademik dan Ibu Amelia Murtisari SP. M.Sc selaku pembimbing dua 5. Staf Dosen Jurusan Agribisnis Fakultas Ilmu Pertanian Universitas Negeri Gorontalo yang tidak dapat disebutkan satu per satu 6. Bapak Femy Monoarfa selaku Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Bone Bolango 7. Bapak Rasjid Majhur selaku Kepala Badan Pusat Statistik Kabupaten Bone Bolango 8. Bapak Fitri Gobel selaku Kepala Balai Penyuluhan Pertanian, Perikanan, Peternakan, dan Kehutanan Kabupaten Bone Bolango 9. Bapak Saiful Umar selaku Kepala Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah Kabupaten Bone Bolango
  • 10. viii 10. Orang tuaku Rahman N. Bau dan Khadjara N. Deti yang teristimewa karena telah mendidikku, memberi motivasi, dan senantiasa mendoakanku dalam setiap langkahku 11. Adik-adikku yang terkasih dan tersayang Mohamad Rizki Bau, Siti Nur’amalia Bau, Mohamad Alfitra Bau. 12. Keluarga yang selalu senantiasa memberikan motivasi 13. Teman dan sahabatku Muttaqin, Irma Tanaiyo, Zulfadli Miu, Silvana Abdulah, dan Frandiansyah Botutihe 14. Teman- teman Alumi SMP N. 2 Kabila yaitu Yayan igirisa, Maskun Usman, Abd. Gani, Ardi Pantu, Rizal Ishak, Prawiro Lasoma (Ipan), Sali W. Dama (Nila) 15. Teman-teman alumi SMA N. 1 Kabila khususnya kelas XII. Ilmu Alam 1 yaitu Ria Hulukati, Sinta Ma’ruf, Windi Lakoro, Nur Laila Ulfa Samauna (Ulfa), Meywulan Sari Sidiki (Ulan), Puspita NS Baladraf (Tira), Isran K. Yusuf, Acin, Pipit Pakaya, Abd. Fajri Utiarahman (Eryo), Ikbal Pakaya, Lia Yuliana Gani, Cindy Tsasil Lasulika (Sisi), Hardiyanti Lestari (Tari), Kartika A. Uloli (Tika), Fajriani Monoarfa (Riri), Khairunisa Y. Mohamad (Nisa), Izmy, Febi, Nani, Irwan Bumulo, Zeze, Masrina Ismail (Rina), Mentari I. Hadjarati (Ayi), Zubaida Maku (Ida), Elisa, Vidya Vrifanti Hidayat, Irawan Pomalingo, dan Pristian Akuba (Erwin) 16. Teman-teman Jurusan Agribisnis teristimewa Angkatan 2010 khususnya kelas Agribisnis A yang selama ini memberikan dukungan dan motivasi yaitu Ernawati, Silvia, Alin, Inton, Alan, Orin, Asti, Lina, Yayu, Beyin, Ola, Ria, Ain, Junites, Awi, Linda, Melan, Milga, Yul, Wawan, Ogel, Eko, Ahmad, Ramdan, Hermanto, Didik, Eki, Yunus, Nunu (Scub), Anto, Adit, Mega, Riri. 17. Teman-teman Jurusan Agribisnis teristimewa Angkatan 2010 khususnya kelas Agribisnis B yaitu Karmila, Fahriani, Eva, Maya, Mun, Nur, Aksa, Yeni, Fatma, Yowan, Intan, Isna, Femi, Tia, Ulan, Putri, Ela, Udin, Tias, Roki, Muhlis, Eza, Ucin, Agus W, Agus B, Ismail P. Ismail A, Arfa, Thalib. 18. Teman-teman Himpunan Mahasiswa Jurusan Agribisnis baik yang angkatan 2011, 2012, dan 2013 yang tidak bisa disebutkan satu per satu
  • 11. ix 19. Teman-teman Agroteknologi yaitu Nidal, Afni, Replin, Romin, Pomi, Rian, Agus, Irma, Siti, dan beberapa pihak yang tidak disebutkan satu persatu. 20. Teman – teman D’Niny dan Daboribo 21. Beberapa pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu Penulis menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan dalam penyusunan karya tulis ini, sehingga masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis menerima kritik dan saran serta masukan sebagai bahan perbaikan Gorontalo, Januari 2014 Penulis
  • 12. x DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL ABSTRAK ......................................................................................................... i RIWAYAT HIDUP........................................................................................... ii SURAT PERNYATAAN .................................................................................. iii PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................................... iv HALAMAN PENGESAHAN........................................................................... v MOTTO DAN PERSEMBAHAN.................................................................... vi KATA PENGANTAR....................................................................................... vii DAFTAR ISI...................................................................................................... x DAFTAR TABEL ............................................................................................. xii DAFTAR GAMBAR.........................................................................................xiv DAFTAR LAMPIRAN..................................................................................... xv BAB I PENDAHULUAN.................................................................................. 1 A. Latar Belakang ................................................................................... 1 B. Rumusan Masalah .............................................................................. 5 C. Tujuan Penelitian................................................................................ 5 D. Manfaat Penelitian.............................................................................. 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA....................................................................... 6 A. Ketahanan Pangan.............................................................................. 6 B. Sistem Pengambilan Keputusan ......................................................... 9 C. Analisis Jalur (Path Analysis) ............................................................ 12 D. Penelitian Terdahulu .......................................................................... 16 E. Kerangka Pemikiran Teoritis.............................................................. 19 F. Hipotesis Penelitian ............................................................................ 20 BAB III METODE PENELITIAN .................................................................. 21 A. Lokasi dan Waktu Penelitian.............................................................. 21 B. Jenis Penelitian................................................................................... 21 C. Jenis dan Sumber Data ....................................................................... 21 D. Tehnik Pengambilan Sampel.............................................................. 21 E. Tehnik Pengumpulan Data ................................................................. 22
  • 13. xi F. Tehnik Analisis Data........................................................................... 23 G. Defenisi Operasional Variabel ........................................................... 26 BAB IV PEMBAHASAN.................................................................................. 29 A. Gambaran Umum Lokasi Peneitian.................................................... 29 B. Program Ketahanan Pangan di Kabupaten Bone Bolango ................. 41 C. Pengaruh Program Ketahanan Pangan di Kabupaten Bone Bolango ..................................................................................... 50 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN............................................................ 66 A. Kesimpulan......................................................................................... 66 B. Saran................................................................................................... 67 DAFTAR PUSTAKA........................................................................................ 68
  • 14. xii DAFTAR TABEL Nomor Teks Halaman 1. Luas Wilayah dan Banyaknya Desa/Kelurahan di Kabupaten Bone Bolango 2012 - 2013................................. 30 2. Perkembangan Penduduk dan Kepadatan Penduduk di Kabupaten Bone Bolango 2009 - 2012................................. 31 3. Jumlah Penduduk Menurut Kecamatan dan Jenis Kelamin di Kabupaten Bone Bolango 2012 - 2013............................. 32 4. Jumlah Murid SD,SMP, SMA Menurut Kecamatan di Kabupaten Bone Bolango 2012 - 2013................................. 34 5. Jumlah Sarana dan Prasarana Pendidikan di Kabupaten Bone Bolango 2010 - 2012 ................................................... 35 6. Perkembangan Tanaman Pangan di Kabupaten Bone Bolango........................................................................ 36 7. Identitas Responden Penganbil Kebijakan di Kabupaten Bone Bolango........................................................................ 37 8. Identitas Responden Berdasarkan Umur.............................. 39 9. Identitas Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan........ 40 10. Identitas Responden Berdasarkan Pengalaman Berusahatani 37..................................................................... 41 11. Daftar Afinitas Program Pengembanga Desa Mandiri Pangan di Kabupaten Bone Bolango..................................... 44 12. Daftar Afinitas Program Pengembangan Lumbung Pangan Desa di Kabupaten Bone Bolango ........................................ 47 13. Konstruk Analisis Jalur Sistem Pengambilan Keputusan Pada Kebijakan Ketahanan Pangan di Kabupaten Bone Bolango........................................................................ 52 14. Computation Degrees of freedom ........................................ 53 15. Nilai Chi – Square ............................................................... 54 16. Nilai CMIN .......................................................................... 54 17. Baseline Comparation ......................................................... 54 18. Regression Weights: (Group number 1 - Default model) Distribusi............................................................................... 56 19. Regression Weights: (Group number 1 - Default model) Ketersediaan.......................................................................... 57 20. Regression Weights: (Group number 1 - Default model) Konsumsi .............................................................................. 58
  • 15. xiii DAFTAR TABEL Nomor Teks Halaman 21. Regression Weights: (Group number 1 - Default model) Tujuan .................................................................................. 60 22. Regression Weights: (Group number 1 - Default model) Resiko................................................................................... 61 23. Regression Weights: (Group number 1 - Default model) Pengaruh Lingkungan .......................................................... 62 24. Regression Weights: (Group number 1 - Default model) Pengaruh Sistem Pengambilan Keputusan pada Kebijakan Ketahanan Pangan di Kabupaten Bone Bolango........................................................................64 25. Standardized Regression Weights : (Group number 1 - Default model) Pengaruh Sistem Pengambilan Kebutusan pada Kebijakan Ketahanan Pangan di Kabupaten Bone Bolango .....................................................65
  • 16. xiv DAFTAR GAMBAR Nomor Teks Halaman 1. Model Sederhana Analisis Jalur........................................... 15 2. Analisis Sistem Pengambilan Keputusan Pada Kebijakanan Ketahanan Pangan di Kabupaten Bone Bolango....................................................................... 19 3. Model Struktur Analisis Jalur .............................................. 24 4. Diagram Analisis Jalur Sistem Pengambilan Keputusan pada Kebijakan Ketahanan Pangan di Kabupaten Bone Bolango....................................................................... 51 5. Model diagram analisis jalur distribusi (X1) ....................... 55 6. Model diagram analisis jalur ketersediaan (X2) .................. 57 7. Model diagram analisis jalur konsumsi (X3)....................... 58 8. Model diagram analisis jalur tujuan (X4) ............................ 59 9. Model diagram analisis jalur Resiko (X5) ........................... 61 10. Model diagram analisis jalur pengaruh lingkungan (X6) .... 62 11. Model Diagram Analisis Jalur Sistem Pengambilan Keputusan pada Kebijakan Ketahanan Pangan di Kabupaten Bone Bolango ................................................ 63
  • 17. xv DAFTAR LAMPIRAN Nomor Teks Halaman 1. Kuisioner Penelitian............................................................. 71 2. Identitas Responden di Kabupaten Bone Bolango............... 77 3. Indikator Ketahanan Pangan ................................................ 78 4. Indikator Perumusan Kebijakan........................................... 79 5. Data Olahan Indikator Ketahanan Pangan dan Indikatror Perumusan Kebijakan........................................................... 80 6. Hasil Analisis Sistem Pengambilan Keputusan Pada Kebijakan Ketahanan Pangan di Kabupaten Bone Bolango....................................................................... 81 7. Dokumentasi Responden Pengambil Kebijakan .................. 83 8. Dokumentasi Responden Petani........................................... 85
  • 18.
  • 19. 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertanian merupakan kebudayaan yang pertama kali dikembangkan manusia sebagai respon terhadap tantangan kelangsungan hidup yang berangsur menjadi sukar karena semakin menipisnya sumber pangan di alam bebas akibat laju pertambahan manusia (Nurmala Dkk, 2012 : 19 ). Pertanian adalah sejenis proses produksi khusus yang didasarkan atas proses pertumbuhan dan hewan (Satari, 1999) dalam (Nurmala Dkk, 2012 : 19 ) Sektor pertanian di negara-negara berkembang (development country) peranannya sangat besar sekali karena merupakan mata pencaharian pokok sebagian besar penduduknya. Peranan sektor pertanian dalam perekonomian dalam suatu negara dapat dilihat dari besarnya presentase Produk Domestik Bruto (PDB) dari sektor pertanian negara tersebut. Makin besar kontribusi sektor pertanian terhadap PDB-nya berarti negara tersebut masih tergolong atau termasuk negara agraris , sebaliknya apabila kontribusi sektor pertanian terhadap PDB, sebaliknya apabla kontribusi sektor pertanian terhadap PDB persentasenya kecil maka negara tersebut disebut negara industri. Kontribusi sektor pertanian dinegara kita dari tahun ke tahun persentasinya terus menurun searah dengan melajunya perkembangan sektor industri yang terus meningkat. Sebelum tahun tujuh puluan, persentase PDB dari sektor pertanian masih diatas 50%, pada tahun 1993 menjadi 17,88% dan pada tahun 1995 hanya mencapai 17.10%, sejak krisis ekonomi melanda Indonesia pada tahun 1997 kontribusi sektor pertanian terhadap PDB cenderung meningkat khususnya ekspor non migas (Nurmala Dkk, 2012 : 95). Pangan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia, oleh karena itu pemenuhan atas pangan yang cukup, bergizi dan aman merupakan hak asasi setiap rakyat Indonesia untuk mewujudkan sumberdaya manusia yang berkualitas sehingga pembangunan nasional dapat dilaksanakan secara optimal.
  • 20. 2 Pembangunan ketahanan pangan diselenggarakan untuk pemenuhan kebutuhan dasar manusia yang memberikan manfaat secara adil dan merata didasarkan kemandirian dan tidak bertentangan dengan keyakinan masyarakat. Proses pembangunan ketahanan pangan dilaksanakan secara bertahap, melalui proses pemberdayaan masyarakat. Salah satu syarat utama dalam pemberdayaan masyarakat, harus dikenali dan dimengerti terlebih dahulu potensinya, sehingga dapat dicarikan peluang dan alternatif, agar potensi tersebut dapat dimanfaatkan secara optimal agar tingkat ketahanan pangannya dapat ditingkatkan (Husaini, 2012 : 1) Peranan sektor pertanian di Indonesia sangat penting dilihat dari keharusannya memenuhi kebutuhan pangan penduduk yang pada tahun 2005 berjumlah 219,3 juta, dan diprediksikan terus bertambah sebesar 1,25% (Nainggolan, 2006 : 78) dalam (Purwaningsih, 2008 : 1). Pemerintah harus melaksanakan kebijakan pangan, yaitu : menjamin ketahanan pangan yang meliputi pasokan, diversivikasi, keamanan, kelembagaan, dan organisasi pangan. Kebijakan ini deperlukan untuk meningkatkan kemandirian pangan. Pembangunan yang mengabaikan keswadayaan dalam kebutuhan dasar penduduknya akan menjadi sangat tergantung pada Negara lain dan itu berarti menjadi Negara yag tidak berdaulat (Arifin,2004) dalam (Purwaningsih, 2008 : 1). Ketahanan pangan harus mencakup faktor ketersediaan, distribusi, dan konsumsi. Faktor ketersediaan pangan berfungsi menjamin pasokan pangan untuk memenuhi kebutuhan penduduk, baik dari segi kualitas, keragaman dan keamanannya. Distribusi berfungsi mewujudkan sistem distribusi yang efektif dan efisien untuk menjamin agar masyarakat dapat memperoleh pangan dalam jumlah, kualitas dan keberlanjutan yang cukup dengan harga yang terjangkau. Sedangkan faktor konsumsi berfungsi mengarahkan agar pola kemanfaatan pangan secara nasional memenuhi kaidah mutu, keragaman, kandungan gizi, keamanan dan kehalalannya (Prabowo, 2010 : 2 ) Namun perkembangan kebijakan ketahanan pangan Indonesia saat ini tidak lebih baik dari kebijakan ketahaan pangan pada masa orde baru. Hal ini terlihat dari tercapainya swasembada pangan pada masa tersebut, berbanding terbalik
  • 21. 3 dengan keadaan sekarang, dimana untuk menjaga ketahanan pangan nasional pemerintah mengeluarkan kebijakan impor pangan, dimana hal ini membawa konsekuensi semakin bergantungnya kita pada kebijakan tersebut. Produksi pangan tergantung pada faktor seperti iklim, jenis tanah, curah hujan, irigasi dan komponen produksi pertanian yang digunakan bahkan insentif bagi para petani untuk menghasilkan pangan. Pangan menjadi tolak ukur ketersediaan pangan yang meliputi produk serelia, kacang-kacangan, minyak nabati, sayur- sayuran, buah-buahan, rempah, gula, dan produk hewani. Karena porsi utama dari kebutuhan kalori harian berasal dari sumber pangan karbohidrat, maka digunakan analisa kecukupan pangan adalah karbohidrat yang bersumber dari produksi pangan serelia, yaitu padi, jagung, dan umbi-umbian (Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Gorontalo, 2011 : 11) Pemerintah provinsi Gorontalo melalui program agropolitan menetapkan komoditi jagung sebagai komodi andalan yang diharapkan dapat menjawab tantangan peningkatan ketersediaan pangan berkelanjutan dengan menerapkan aplikasi teknologi perluasan areal tanam dan peningkatan nilai produksi persatuan hektar lahan (Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Gorontalo, 2011 : 11). Produksi padi Provinsi Gorontalo mengalami peningkatan setip tahun sejak tahun 2006 sampai pada tahun 2009. Peningkatan jumlah produksi ini terutama disebabkan oleh peningkatan luas panen dan produktivitas. Seiring dengan meningkatnya luas area tanam dan produksi jagung, produksi jagung meningkat setiap tahunnya sampai dengan tahun 2008. Namun demikian pada tahun 2009 terjadi penurunan yang cukup tajam sebesar 184,488 ton. Penurunan jumlah produksi ini berkaitan dengan berkurangnya luas panen sebesar 20% (31,683 ha) serta turunnya produktifitas sebesar 5,34% (2,57 kuintal/ha). Rata-rata produksi ubi kayu dan ubi jalar Provinsi Gorontalo cenderung fluktuatif. Fluktuatif rata-rata produksi tahun ini seperti halnya komoditas serelia, erat kaitannya dengan berkurangnya luas area panen dan menurunnya produktivitas (Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Gorontalo, 2011 : 12)
  • 22. 4 Melihat bagaimana program Pemerintah Provinsi Gorontalo yang lebih cenderung keproduksi jagung, maka hal ini menimbulkan masalah yang nyata. Karena sebagian sebesar konsumsi pangan masyarakat cenderung ke komoditas padi dalam hal ini beras yang menjadi sebagai sumber karbohidrat yang utama, apalagi jika tidak diimbangi dengan peningkatan produktivitas padi tentunya ini akan menjadi masalah kerawanan pangan. Produksi padi rata-rata di tingkat kabupaten cenderung mengalami peningkatan sejak tahun 2005. Kecuali di Kabupaten Bone Bolango dan Kota Gorontalo. Kabupaten Gorontalo, sebagai daerah sentra padi di Provinsi Gorontalo, sempat mengalami penurunan produksi hingga 20% yang disebabkan oleh pemekaran sebagian wilayah Kabupaten tersebut menjadi kabupaten Gorontalo Utara. Namun demikian pada tahun 2009 produksi padi di Kabupaten ini kembali meningkat seiring dengan meningkatnya luas panen dan produktivitas (Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Gorontalo, 2011 : 13) Produktivitas di Kabupaten Bone Bolango terbilang sedikit sekali dalam memenuhi kebutuhan pangan daerah, sehingga untuk itu Kabupaten Bone Bolango tergolong kabupaten rawan pangan. Hal ini tentunya akan berpengaruh terhadap kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah Kabupaten Bone Bolango terkait dengan ketahanan pangan nasional, sehingga setiap kali mengeluarkan kebijakan tentang ketahanan pangan terdapat beberapa kendala yang menghadang misalnya masalah produksi, harga, distribusi, kemudahan kredit, penyelundupan, serta penyelewengan dari oknum-oknum terkait. Bertolak dari program ketahanan pangan nasional, aspek ketersediaan pangan tergantung pada sumberdaya alam, fisik, dan manusia, sehingga dibutuhkan sistem pengambilan keputusan terkait kebijakan yang akan dikeluarkan. Masalah sistem pengambilan keputusan terletak dari peraturan tentang bagaimann tujuan yang hendak dicapai itu terwujud, dengan melalui dukungan informasi dan data yang diperoleh secara akurat, sehingga pemerintah Kabupaten Bone Bolango dalam hal ini dituntut mampu menguasai sistem pengambilan keputusan yang akan digunakan dalam mengeluarkan kebijakan ketahanan pangan.
  • 23. 5 Namun tidak semua kebijakan yang dikeluarkan dapat dilaksanakan, hal ini dapat dilihat dari skala prioritas dan ketersediaan sumberdaya dari kebijakan tersebut, sehingga menjadi permasalahanya yaitu analisis sistem pengambilan keputusan pada kebijakan ketahanan pangan di Kabupaten Bone Bolango. Atas dasar itu, maka peneliti tertarik untuk meneliti analisis sistem pengambilan keputusan pada kebijakan ketahanan pangan di Kabupaten Bone Bolango. B. Rumusan Masalah Berdasarkan pada uraian latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan yaitu : 1. Bagaimana program kebijakan ketahanan pangan di Kabupaten Bone Bolango ? 2. Indikator apa yang berpengaruh pada ketahanan pangan dan perumusan kebijakan C. Tujuan penelitian 1. Mengetahui program ketahanan pangan di Kabupaten Bone Bolango 2. Mengetahui indikator apa yang berpengaruh pada ketahanan pangan dan perumusan kebijakan D. Manfaat Penelitian Sedangkan manfaat yang dapat direkomendasikan dari penelitian ini adalah : 1. Sebagai sumber data dan informasi bagi pihak yang terkait dengan perencanaan ketahanan pangan nasional 2. Sebagai bahan masukan kepada Pemerintah Daerah dalam rangka pengambilan kebijakan ketahanan pangan di Kabupaten Bone Bolengo 3. Sebagai informasi bagi penelitian lanjutan
  • 24. 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Ketahanan Pangan Ketahanan pangan merupakan suatu hal yang utama dalam pembangunan guna mencapai kesejahteraan masyarakat, upaya pencapaian ketahanan pangan yang telah menjadi perhatian pada lingkup nasional dan internasional. Kerentanan atas pangan dapat mengakibatkan rendahnya kualitas hidup masyarakat, baik pada aspek fisik, kesehatan, sosial maupun ekonomi (Prihatin Dkk, 2012 : 2). Jika konsumsi pangan tidak tercukupi, khususnya pangan karbohidrat yang merupakan sumber energi maka akan rentan terjadi rawan pangan yang pada akhirnya dapat menurunkan kualitas hidup manusia (Apriani dan Biliawati, 2001 : 2 ). Kerawanan pangan merupakan salah satu kondisi ketidakcukupan pangan yang dialami daerah, masyarakat, atau rumah tangga pada waktu tertentu untuk memenuhi standar kebutuhan fisiologis bagi pertumbuhan dan kesehatan masyarakat (Ariningsih dan Rachman, 2008 : 2) Menurut Sari dan Prishardoyo (2009 : 3), suatu daerah dikatakan rawan pangan dapat diukur dengan banyaknya jumlah rumah tangga prasejahtera yang relatif masih banyak karena alasan ekonomi, status gizi masyarakatnya yang ditunjukan oleh status gizi balitanya, ketersediaan pangan daerah dan kerentanan pangan. Oleh Karena itu peningkatan ketahanan pangan tentunya menjadi motor penggerak yang akan memperkuat fokus-fokus pembangunan, terutama fokus pengentasan kemiskinan dan peningkatan luas sumber daya manusia (Predi, 2012 : 1). Berdasarkan Pola Pangan Harapan (PPH), kecukupan energi yang diperoleh dari pangan karbohidrat adalah 50% untuk kelompok serelia dan 6% untuk kelompok umbi-umbian. Hal tersebut menunjukan posisi penting pangan sumber karbohidrat dan kecukupan energi penduduk. Selain itu, berdasarkan Susenas 2005, 43,61% kecukupan protein penduduk Indonesia berasal dari beras. Karena itu, ketidakcukupan pangan sumber karbohidrat bisa menjadi peringatan kewaspadaan pangan paling dini (Apriani dan Baliwati, 2011 : 1)
  • 25. 7 Dimensi ketahanan pangan nasional mencakup aspek ketersediaan,distribusi, dan konsumsi, serta keamanan pangan . Pada aspek ketersediaan pangan termasuk elemen : produksi domestik, impor, ekspor, cadangan dan transfer pangan dari pihak atau Negara lain. Adanya elemen ekspor-impor pada aspek keersediaan pangan menunjukan bahwa kinerja ketahanan pangan nasional tidak terlepas dari dinamika peran perdagangan internasional, khususnya perdagangan komoditas pangan (Hardono Dkk, 2004 : 2) Ketahanan panan pada tingkat rumah tangga merupakan landasan bagi ketahanan pangan masyarakat, yang selanjutnya menjadi pilar bagi ketahanan pangan daerah dan nasional. Berdasarkan pemahaman tersebut maka salah satu prioritas utama pembangunan ketahanan pangan adalah memberdayakan masyarakat agar mereka mampu menanggulangi masalah pangannya secara mandiri serta mewujudkan ketahanan pangan rumah tangganya secara berkelanjutan (Dewan Ketahanan Pangan, 2006 : 1) Ketahanan pangan dapat pula terwujud apabila secara umum telah terpenuhi dua aspek sekaligus. Pertama adalah tersedianya pangan yang cukup dan merata untuk seluruh penduduk. Kedua, setiap penduduk mempunyai akses fisik dan ekonomi terhadap pangan untuk memenuhi kecukupan gizi guna menjalani kehidupan yang sehat dan produktif dari hari ke hari (Dewan Ketahanan Pangan, 2006 : 1) Pembangunan ketahanan pangan adalah terwujudnya kemandirian pangan yang cukup dan berkelanjutan bagi seluruh penduduk melalui proses produksi dalam negeri. Ketersediaan pangan (disuatu daerah dan suatu saat tertentu) dapat dipenuhi dari tiga sumber, yaitu produksi dalam negeri, impor pangan, dan cadangan pangan. Ketersediaan pangan untuk memenuhi kebutuhan pangan diupayakan melalui produksi dalam negeri termasuk cadangan pangan. Impor pangan merupakan pilihan terakhir jika kelangkaan produksi pangan (Garditjo dan Rauf, 2009) dalam (Lantarsih dkk, 2011 : 3) Menurut Dewan Ketahanan Pangan (2006 : 2), pembangunan ketahanan pangan ditujuan untuk memperkuat ketahanan pangan ditingkat mikro/tingkat rumah tangga dan individu serta tingkat makro/nasional sebagao berikut :
  • 26. 8 1. Mempertahankan ketersediaan energi per kapita minimal 2.200 kilo kalori/hari, dan penyedia protein per kapita minimal 57. 2. Meningkatkan konsumsi pangan perkapita untuk memenuhi kecukupan energi minimal 2.000 kilo kalori/hari dan protein sebesar 52 gram/hari 3. Meningkatkan kualitas konsumsi pangan masyarakat dengan skor Pola Pangan Harapan (PPH) minimal 80 (padi-padian 275g, umbi-umbian 100g, pangan hewani 150g, kacang-kacangan 35g sayur dan buah 250g) 4. Meningkatkan keamanan, mutu dan higiene pangan yang dikonsumsi masyarakat 5. Mengurangi jumlah atau persentase penduduk rawan pangan kronis (yang mengonsumsi kurang dari 80% AKG) dan penduduk miskin minimal 1% pertahun ; termasuk di dalamnya ibu hamil yang mengalami anemia gizi dan balita dengan gizi kurang 6. Meningkatkan kemandirian pangan melalui pencapaian swasembada beras berkelanjutan, swasembada jagung pada tahun 2007 , swasembada kedelai pada tahun 2015, swasembada gula pada tahun 2009 dan swasembada daging sapi pada tahun 2010 ; serta membatasi impor pangan utama di bawah 10% dari kebutuhan pangan nasional 7. Meningkatkan kemampuan pengelolaan cadangan pangan pemerintah daerah dan pemerintah pusat 8. Meningkatkan kemampuan pengelolaan cadangan pangan pemerintah daerah dan pusat. 9. Meningkatnya jangkauan jaringan distibusi dan pemasaran pangan ke seluruh daerah 10. Meningkatnya kemampuan nasional dalam mengenali, mengantisipasi dan menangani secara dini serta dalam melakukan tanggap darurat terhadap masalah kerawanan pangan dan gizi.
  • 27. 9 B. Sistem Pengambilan Keputusan Pengambilan keputusan adalah ilmu, karena aktivitas tersebut memiliki sejumlah cara, metode atau pendekatan tertentu yagn bersifat sistematis, teratur dan terarah. Pendekatan atau langkah-langkah pengambilan keputusan dikatakan sistematis kerena terdapatnya sejumlah langka A-Z yang jelas dalam menjawab masalah. Kejelasan langkah tersebut menjadikan pengambilan keputusan bersifat teratur dan terarah, yang berarti aktifitas tersebut selalu diarahkan untuk menghasilkan solusi serta tindakan yang tegas bagi pencapaian tujuan (Dermawan, 2012 : 2) Ilmu pengambilan keputusan didasarkan atas penerapan gaya pemikiran yang dianut oleh seseorang dan persepsinya atas lingkungan dan masalah. Paradigma pengambilan keputusan yang dianut pada saat ini adalah pengambilan keputusan merupakan ilmu yang menerapkan sejumlah pendekatan penelitian ilmiah (scientific research approach) dalam bentuk teknik-teknik pengambilan keputusan atas dasar perhitungan sistematis atau statistik (Dermawan, 2013 : 2) Pengambilan keputusan merupakan ilmu dan seni yang harus dicari, dipelajari, dimiliki dan dikembangkan secara mendalam oleh setiap orang. Bila manusia gagal menguasai bidang tersebut, maka muncullah beragam masalah. Masalah yang muncul dalam pencapaian tujuan dapat dihubungkan dengan ketidakmampuan kita dalam melakukan pengambilan keputusan, dalam menentukan pilihan yang tepat. Pengambilan keputusan disebut sebagai seni karena kegiatan tersebut selalu dihadapkan pada sejumlah peristiwa yang memiliki karakteristik keunikan tersendiri (Dermawan, 2013 :2-3) Menurut Dermawan (2013 : 8) dalam pengambilan keputusan terdapat tipe- tipe dalam pengambilan keputusan, antara lain yaitu : 1. Tipe keputusan terprogram dan tidak terprogram Keputusan terprogram atau terstruktur merupakan keputusan bersifat rutin, menjadi berulang-ulang. Karakteristik dari keputusan ini sangat akrual, karena keputusan sejenis ini merupakan perwujudan kumulatif dari langkah-langkah penyelesaian masalah yang terjadi secara berulang.
  • 28. 10 Keputusan tidak terprogram merupakan kategori keputusan yang berkaitan erat dengan kondisi lingkungan kegiatan bisnis yang tidak pasti dan sangat dinamis. Pengambilan keputusan selalu dihadapkan pada sejumlah masalah baru yang sulit diramalkan 2. Tipe keputusan atas dorongan pencapaian dan tarikan lingkungan Pengambilan keputusan atas dasar cara pandang ini barangkat dari terdapatnya sesuatu yang harus diselesaikan dan terdapatnya masalah yang harus dipecahkan. Sesuatu yang harus diselesaikan dengan mengisyaratkan keberadaan karakteristik : rutinitas, maupun tidak. Sedangkan masalah yang harus diselesaikan menandakan bahwa keputusan muncul seolah “ditarik” oleh kekuatan lingkungan. Pengambilan keputusan merupakan daya dorongan kegiatan operasional organisasi. Proses pengambilan keputusan yang merupakan kegiatan rutin dari organisasi menyediakan sejumlah alternatif solusi dan konsekuensi dari setiap solusi atas masalah. Menurut Dermawan (2013 : 97) terdapat beberapa model pengambilan keputusan, yaitu model pengambilan keputusan menurut dua pandangan, model pengambilan keputusan berdasarkan pandangan rasionalitas, model pengambilan keputusan berdasarkan pandangan rasionalitas yang dibatasi, model pengambilan keputusan yang tidak terstruktur. Pengambilan keputusan merupakan sebuah kajian yang rumit, dan terus berkembang. Maka sejumlah teknik yang diperkenalkan merupakan teknik yang relatif sederhana, mudah dipahami dan mudah ditersapkan dalam kehidupan keseharian (Dermawan, 2013 : 171) Menurut Dermawan (2013 : 171) terdapat beberapa teknik dalam pengambilan keutusan, antara lain yaitu : 1. Analisis Diagram Pareto (Pareto Analysis) Analisis pareto merupakan sebuah teknik pengambilan keputusan yang bertujuan untuk menemukan perubahan yang akan memberikan manfaat terbesar bagi pengambilan keputusan. Teknik ini berguna dalam kondisi terdapatnya kondisi sejumlah alternatif solusi dan tindakan yang memungkinkan dapat dipilih
  • 29. 11 2. Analisis Perbandingan Sepasang (Paired Comparison Analysis) Teknik ini memudahkan proses paemilihan masalah yang paling penting untuk diselesaikan, atau memilih alternatif solusi yang paling akan mendatangkan manfaat besar. 3. Analisis Jaringan (Grid Analysis) Teknik pengambilan keputusan ini merupakan teknik yang berguna menentukan pilihan atas satu alternatif solusi. Dimana penggunaan yang paling efektif adalah bila kita dihadapkan pada sejumlah alternatif solusi yang menarik, serta terdapatnya beragam faktor yang harus dipertimbangkan dalam pengambilan keputusan. 4. Teknik Implikasi Plus-Minus (Plus-Minus Implication, PMI) Teknik pengambilan keputusan PMI menimbang implikasi plus dan minus dari suatu pilihan, solusi atau tindakan. Teknik ini digunakan untuk melihak konsekuensi plus-minus atau pro-kontra dari suatu keputusan yang akan diambil. 5. Analisis Kekuatan Lapangan (Force Field Analysis) Teknik ini dipakai untuk melihat seluruh kekuatan yang mendukung dan mengahambat sebuah keputusan. Teknik ini dapat dikatakan sebagai metode khusus menimbang pandangan pro dan kontra atas sebuah pilihan 6. Analisis Biaya dan Manfaat (Cost/Benefit Analysis) Teknik analisis biaya dan manfaat merupakan teknik yang digunakan untuk memutuskan kemungkinan membuat perubahan atas alternatif pilihan yang telah dipertimbangkan. Analisis biaya dan manfaat pada umumnya dilakukan dengan menerapkan teknik analisis keuangan. Seluruh biaya dan manfaat dikonversi menjadi uang sebagai denominator utama.
  • 30. 12 C. Analisis Jalur (Path Analysis) Structural Equating Modeling (SEM) adalah tehnik statistik multivariat yang merupakan kombinasi antara analisisfaktor dan analisis regresi (korelasi), yang bertujuan untuk menguji hubungan-hubungan antar variabel yang ada pada sebuah model, baik itu antar indikator dengan konstruknya ataupun hubungan antar konstruk (Santoso, 2014 : 14) SEM lebih digunakan untuk melakukan confirmatiry analysis daripada exploratory analysis. Sebuah model dibuat berdasar teori tertentu, kemudian SEM digunakan untuk menguji apakah model tersebut dapat diterima atau ditolak. Disini model yang dibuat berdasarkan teori tertentu, sehingga SEM tidak digunakan untuk membangun model baru tampa ada dasar teori yang sudah ada sebelumnya. Menurut Santoso (2014 : 14) Ada beberapa tahapan pokok yang akan dilalui untuk menggunakan SEM dalam sebuah penelitian, antara lain : 1. Membuat sebuah model SEM Pada tahapan ini, sebuah model dengan dasar teori tertentu dibuat baik dalam bentuk equating (persamaan-persamaan matematis) maupun dalam bentuk diagram (gambar). 2. Menyiapkan desain dan pengumpulan data Setelah model dibuat, sebelum model diuji, akan dilakukan pengujian asumsi-asumsi yang seharusnya dipenuhi dalam SEM, perlakuan dalam missing data (jika ada dan cukup banyak), mengumpulkan data, dan sebagainya. 3. Model identification Setelah sebuah model dibuat dan desain sudah ditentukan, pada model dilakukan uji identifikasi apakah model dapat dianalisis lebih lanjut. 4. Menguji Model (model testing dan model estimation) Setelah model dibuat dan dapat diidentifikasi, tahapan selanjutnya dengan menguji measurement model, kemudian menguji structural model. Dari pengujian measurement model akan didapat keeratan hubungan antar
  • 31. 13 indikator dengan konstruknya. Jika measurement model dianggap valid, pengujian dilanjutkan ke structural model untuk memperoleh sejumlah korelasi yang menunjukkan hubungan antar konstruk. Termasuk dalam kegiatan ini adalah kemungkinan dilakukan model respecfication pada model SEM. Salah satu keunggulan analisis SEM adalah kemampuannya untuk mengolah model yang memiliki variabel laten menggunakan path analysis. Kemampuan mengolah sejumlah variabel laten secara bersamaan tidak dapat dilakukan pada metode statistik multivariat populer seperti regresi berganda. Analisis regresi berganda hanya dapat mengukur variabel manifes dan bukan variabel laten. Menurut Kerlinger (1990) dalam Sudaryono (2010 : 4) mengatakan bahwa yang dimaksud dengan analisis jalur (Path Analysis) adalah suatu bentuk terapan dari analisis multi regresi. Dalam hal ini digunakan diagram jalur kompleks. Dengan menggunakannya dapat dihitung besarnya pengaruh langsung dari variabel-variabel bebas terhadap suatu variabel terikat. Pengaruh itu tercermin dalam apa yang disebut sebagai koefisien jalur (Path coefisients) yang sesungguhnya merupakan koefisien regresi yang telah dibakukan. Jadi secara umum prosedur analisis jalur dapat diformulasikan sebagai sebuah estimasi koefisien dari seperangkat persamaan struktural linear yang menggambarkan hubungan sebab akibat (cause and effect relationship) yang dihipotesiskan oleh peneliti. Meskipun tidak esensial dalam analisis numerical, tetapi sangat berguna jika pola-pola hubungan kausal antar variabel ditampilkan dalam bentuk gambar, yang dikeal dengan diagram jalur (Sudaryono, 2010 : 4) Dalam pembangkitan atau pembuatan model path analysis dari regresi berganda sebenarnya bukan merupakan teknik langsung untuk mengatasi multikolinearitas dalam fungsi regresi, tetapi untuk “melacak” peranan yang sesungguhnya dari variabel-variabel penjelas itu. Dengan model path analysis akan dapat diketahui berapa besarnya pengaruh langsung dan pengaruh tidak langusung yang sebenarnya dari variabel independen (X) terhadap veriabel dependen (Y) (Sapariyah, 2007 : 7).
  • 32. 14 Pada analisis jalur berlaku suatu aturan yang disebut sebagai the first law (Kenny 1979 dalam Matondang : 2), yaitu sebagai berikut : Dimana pxy koefisien jalur dari variabel x, terhadap variabel y dan 𝜌yz adalah korelasi antara variabel y dan variabel z. Secara verbal rumus tersebut menyatakan bahwa untuk mendapatkan korelasi antara variabel z dan variabel endogen y, sama dengan jumlah perkatian setiap parameter untuk setiap variabel yang mempengaruhi variabel y dengan korelasi setiap variabel tersebut dengan variabel prediktor z. Pada dasarnya metode analisis lintas (path analysis) merupakan bentuk analisis regresi linier terstruktur berkenaan dengan variabel-variabel baku (standardized variables) dalam suatu sistem tertutup (closed system) yang secara formal bersifat lengkap. Dengan demikian, analisis lintas dapat dipandang sebagai suatu analisis struktural yang membahas hubungan kausal di antara variabel- variabel dalam sistem tertutup (Sudaryono, 2010 : 10) Apabila suatu model hubungan kausal antara variabel tak bebas Y dan variabel-variabel bebas Xi, untuk i = 1, 2,…, p; telah disfesifikasikan secara tepat berdasarkan teori yang ada, maka dapat diselidiki hubungan kausal atau sebab- akibat dengan menggunakan analisis lintas. Pada dasarnya koefisien lintas (path coefficient) juga merupakan koefisien beta (β) atau koefisien regresi baku, di mana berdasarkan analisis lintas dapat diketahui pengaruh langsung (direct effect) dari setiap variabel bebas yang dibakukan (ZY), serta pengaruh tidak langsung (indirect effect) dari variabel bebas baku ZXi melalui variabel bebas baku ZXj (di mana i ≠ j) di dalam model hubungan kausal tersebut (Sudaryono, 2010 : 10) Analisis jalur merupakan pengembangan model regresi yang digunakan untuk menguju kesesuaian(fit) dari matrik korelasi dari dua model atau lebih yang dibandingkan oleh peneliti. Model biasanya digambarkan dengan lingkaran dan anak panah menunjukan hubungan kausalitas (Ghozali, 2008 : 21). pxy= Σpxy.𝜌yz
  • 33. 15 Dalam membangun diagram jalur (path diagram), hubungan antar konstruk ditunjukkan dengan garis satu anak panah yang menunjukan hubungan kausalitas (regresi) dari konstruk satu ke konstruk lain. Garis dengan dua anak panah menunjukan hubungan korelasi atau kovarian antar konstruk (Ghozali, 2008 : 21) 1 2 λY1X1 λY2X1 r1 λY1X2 λY2X1 Gambar 1. Model sederhana analisis jalur Penjelasan gambar diatas dapat dilihat sebagai berikut : 1. Terdapat dua variabel exogen yaitu X1 dan X2 dan terdapat dua variabel endogen yaitu Y1 dan Y2 2. Antar variabel exogen harus dikovariankan dengan saling menghubungkan kedua variabel ini dengan 2 anak panah 3. Semua variabel endogen harus diberi error 4. Koefisien regrei antar variabel exogen dengan variabel endogen diberi simbol landa (λ) dengan cara memberi notasi pada variabel endogen ke exogen : a. Dari X1 ke Y1 = λY1X1 b. Dari X2 ke Y1 = λY1X2 c. Dari X1 ke Y2 = λY2X1 d. Dari X2 ke Y2 = λY2X2 X1 X2 Y2Y1
  • 34. 16 D. Penelitian Terdahulu Dari hasil penelitian Akhmad Mun’im (2012) yang berjudul “Analisis Pengaruh Faktor Ketersediaan, Akses Dan Penyerapan Pangan Terhadap Ketahanan Pangan Di Kabupaten Surplus Pangan : Pendekatan Partial Least Square Path Modeling” dengan tujuan mengidentifikasi variabel-variabel yang terdapat dalam faktor ketersediaan, akses, penyerapan, dan ketahanan pangan di kabupaten surplus pangan tahun 2007 dan mengetahui faktor ketersediaan, akses, penyerapan, dan ketahanan pangan di kabupaten surplus pangan tahun 2007. Berdasarkan penelitian yang dilakukan menujukan bahwa penelitian ini menggunakan dua pendekatan, yaitu analisis deskriptif dan analisis interinsik. Analisis deskriptif yang digunakan dalam penelitian ini disajikan dalam menggunakan tabel dan grafik, sedangkan analisis interinsik pada penelitian ini menggunkan metode analisis Partial Least Square Path Modeling (PLS-PM). PLS-PM merupakan metode statistik yang digunakan untuk analisis structural menggunakan variabel laten. Berdasarkan metode analisis diatas kesimpulan yang didapatkan yaitu ketersediaan pangan yang berlebih di kabupaten surplus pangan tidak diiringi dengan akses pangan yang memadai dan penyerapan pangan yang maksimal sehingga dikabupaten yang surplus pangan masih ditemukan adanya kabupaten yang terindikasi rawan pangan. Berdasarkan faktor ketersediaan pangan, sebaran pada kelompok kabupaten rawan pangan lebih baik dibandingkan dengan kabupaten tahan pangan. Namun berdasarkan faktor akses pangan, sebaran kelompok kabupaten tahan pangan lebih baik dibandingkan dengan kabupaten rawan pangan. Ketahanan pangan dikabupaten surplus pangan ditahun 2007 lebih dipengaruhi oleh faktor akses pangan daripada faktor penyerapan pangan, sedangkan faktor ketersediaan pangan tidak memberikan pengaruh yang bermakna terhadap ketahanan pangan. Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Tanziha dan Herdiana (2009) tentang “Analisis Jalur Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ketahanan Pangan Rumah Tangga Di Kabupaten Lebak, Provinsi Banten” dengan tujuan untuk menganalisis konsumsi dan prevalensi rumah tangga tahan dan rawan pangan,
  • 35. 17 menganalisis hubungan faktor sosial ekonomi sebagai akses pangan dengan ketahanan pangan rumah tangga, dan menganalisis faktor sosial ekonomi yang berpengaruh langsung dan tidak langsung terhadap ketahanan pangan rumah tangga. Berdasarkan penelitian yang dilakukan menunjukan metode yang digunakan yaitu proses pengolahan data meliputi, editing, coding, entry dan analisis. Untuk mengukur hubungan antar variabel analisis menggunakan analisis korelasi pearson dan rank spearman, sedangkan untuk mengukur antar variabel- variabel penelitian dianalisis dengan menggunakan analisis jalur. Prevalensi rumah tangga tahan pangan adalah 62.4%, rawan pangan 37.6% yang terdiri dari 25.7% rumah tangga rawan pangan berat, 6.9% rumah tangga rawan pangan ringan dan 5% rumah tanggan rawan pangan sedang. Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara pendidikan KRT, pendidikan IRT, pengetahuan gizi ibu dan dukungan sosial dengan ketahanan pangan rumah tangga. Terdapat hubungan yang signifikan antara jumlah anggota rumah tangga dan pengeluaran perkapita dengan ketahanan pangan rumah tangga. Pengaruh langsung terbesar terhadap ketahanan pangan rumah tangga adalah pengeluaran rumah tangga. Jalur tidak langsung yang paling berpengaruh terhadap ketahanan pangan rumah tangga adalah dimulai dari penurunan jumlah anggota rumah tangga - pengeluaran per kapita - ketahanan pangan rumah tangga. Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Erniati, Sutiarso, dan Sudira (2013) tentang “Penyusunan Sistem Pendukung Keputusan Untuk Menetapkan Indeks Ketahanan Pangan Di Tingkat Rumah Tangga Dan Wilayah : Studi Kasus Di Desa Srimartani Kecamatan Piyungan Kabupaten Bantul Provinsi D.I Yogyakarta” dengan tujuan untuk membangun instrument (seperangkat software) Sistem Pendukung Keputusan (SPK) untuk penetapan indeks ketahanan pangan ditingkat rumah tangga dan wilayah yang digunakan sebagai masukan kategori dalam peta serta SPK berupa alternatif kebijakan yang perlu dilakukan terkait masalah ketahanan di Desa Srimartani Kecamatan Piyungan Kabupaten Bantul Provinsi D.I Yogyakarta. Berdasarkan penelitian yang dilakukan menujukan metode yang digunakan yaitu menggunakan diagram alir dengan beberapa tahapan. Berdasarkan hasil analisis terhadap indreks ketahanan pangan di tingkat
  • 36. 18 rumah tangga menunjukan : 1 dusun rawan pangan; 6 dusun rentan pangan; 10 dusun tahan pangan. Sedangkan berdasarkan indeks ketahanan pangan di tingkat wilayah, situasi ketahanan pangan di Desa Srimartani cukup baik, ditunjukan dengan indeks kurang dari 0,48 artinya semua dusun di Desa Srimartani masuk ketegori cukup tahan, tahan dan sangat tahan. Dari hasil analisis tersebut, disarankan agar aparat kepala desa dan pemerintah dapat melakukan monitoring situasi/kondisi wilayah secara berkala. Untuk dusun yang termasuk kategori rawan pangan, program SPK memberikan rekomendasi kepada pemerintah dan aparat desa agar mememrikan bantuan langsung/bantuan tunai .
  • 37. 19 E. Kerangka Pemikiran Teoritis Berdasarkan penelitian yang dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa alur kerangka pemikiran teoritis “Analisis Sistem Pengambilan Keputusan Pada Kebijakan Ketahanan Pangan Di Kabupaten Bone Bolango Provinsi Gorontalo” dapat dilihat pada gambar dibawah ini. Gambar 2. Analisis Sistem Pengambilan Keputusan Pada Kebijakan Ketahanan Pangan Kabupaten Bone Bolango Ketahanan Pangan Nasional Program Ketahanan Pangan Kerawanan Pangan Ketahanan Pangan 1. Distribusi 2. Ketersediaan 3. Konsumsi Perumusan Kebijakan 1. Tujuan 2. Masalah yang dihadapi 3. Pengaruh Lingkungan Kebijakan Ketahanan Pangan Pengaruh Sistem Pengambilan Keputusan Pada Kebijakan
  • 38. 20 Ketahanan pangan merupakan salah satu faktor penentu dalam stabilitas nasional suatu Negara, baik dibidang ekonomi, keamanan, politik dan sosial. Oleh sebab itu, ketahanan pangan merupakan program utama dalam pembangunan pertanian saat ini dan masa mendatang. Ketahanan pangan harus tetap terjaga agar tidak dapat menimbulkan kerawanan pangan. Kerawaman pangan biasanya akan berakibat terhadap menurunnya taraf hidup masyarakat (kemiskinan) serta kekurangan gizi yang diakibatkan oleh kelangkaan bahan pangan. Untuk menjaga kerawanan pangan tidak terjadi maka pemerintah membuat program ketahanan pangan sehingga kerawangan pangan dapat diatasi. Program yang telah ada dilaksanakan berdasarkan tingkat keperluannya karena ada kemungkinan dalam pelaksanaan program ketahanan panganterkendala dengan sumber daya sehingga dibutuhkan beberapa kebijakan yang dalam melaksanakan program yang benar- benar diperlukan. Dalam menentukan kebijakan yang akan diambil diperlukan sistem pengambilan keputusan yang terencana sehingga kebijakan yang telah dilakukan berpengaruh pada ketahanan pangan di Kabupaten Bone Bolango F. Hipotesis Penelitian Berdasarkan penelitian yang akan dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa sistem pengambilan keputusan berpengaruh terhadap kebijakan ketahanan pangan di Kabupaten Bone Bolango
  • 39. 21 BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dari Oktober 2014 sampai Desember 2014. Lokasi penelitian bertempat di Kabupaten Bone Bolango. Kabupaten Bone Bolango dipilih sebagai lokasi penelitian karena Kabupaten Bone Bolango termasuk daerah yang memiliki masalah kerawanan pangan. B. Jenis Penelitian Berdasarkan tujuan penelitian yang hendak dicapai, jenis penelitian yang akan digunakan adalah penelitian survey. Penelitian survey adalah penelitian yang dilakukan secara langsung serta mengambil sample dari satu populasi dan menggunakan kuisioner sebagai alat pengumpul data yang pokok. C. Jenis dan Sumber Data Jenis data dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer adalah sumber data yang diperoleh langsung dari sumber asli (tidak melalui media perantara). Data primer dapat berupa opini subjek (orang) secara individual atau kelompok, hasil observasi terhadap suatu benda (fisik), kejadian atau kegiatan, dan hasil pengujian. Metode yang digunakan untuk mendapatkan data primer yaitu : (1) metode survei dan (2) metode observasi. Data primer didapatkan dari instansi-instansi terkait. Data sekunder yaitu Data sekunder merupakan sumber data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak lain). Data sekunder umumnya berupa bukti, catatan atau laporan historis yang telah tersusun dalam arsip (data dokumenter) yang dipublikasikan dan yang tidak dipublikasikan. D. Teknik Pengambilan Sampel Populasi merupakan totalitas dari semua objek atau individu yang memiliki karakteristik tertentu, jelas dan lengkap yang akan diteliti (Hasan, 2002) dalam
  • 40. 22 Mujib (2010 : 36). Populasi penelitian adalah seluruh instansi di Kabupaten Bone Bolango dan seluruh Kelompok Tani yang ada di Kabupaten Bone Bolango. Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto, 2002) dalam Mujib (2010 : 37). Pemilihan responden (sampel) dilakukan secara sengaja (purposive sampling) yaitu sampel ditetapkan secara sengaja oleh peneliti didasarkan atas kriteria atau pertimbangan tertentu (Wirartha, 2006) dalam Susanti (2008 : 28) sehingga yang menjadi sampel dalam penelitian ini yaitu Intansi Kabupaten Bone Bolango yang terdiri Dinas Pertanian Kabupaten Bone Bolango, Balai Penyuluhan Pertanian, Peternakan, Perikanan dan Kehutanan Kabupaten Bone Bolango, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Bone Bolango, dan Badan Pusat Statistik Kabupaten Bone Bolango serta Kelompok Tani terdiri dari kelompok tani di Kecamatan Suwawa Selatan, Botupingge, Kabila, Suwawa, Bulango Selatan, Bulango Timur, Bulango Utara, Tapa, dan Tilongkabila. E. Teknik Pengumpulan Data Adapun teknik pengumpulan data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Teknik pengumpulan data primer dengan menggunakan instrumen (alat) antara lain : observasi, interview dan kuisioner. 2. Teknik pengumpulan data sekunder dari sumber - sumber yang dianggap relevan dengan tujuan penelitian yakni : Dinas Pertanian Kabupaten Bone Bolango, Balai Penyuluhan Pertanian, Peternakan, Perikanan dan Kehutanan Kabupaten Bone Bolango, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Bone Bolango, Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Bone Bolango, Kelompok Tani Kecamatan Suwawa Selatan, Botupingge, Kabila, Suwawa, Bulango Selatan, Bulango Timur, Bulango Utara, Tapa, Tilongkabila.
  • 41. 23 F. Teknik Analisis Data Penelitian ini menggunakan 2 analisis yaitu metode analisis deskribitif dan metode analisis Structural Equation Model (SEM) dengan menggunakan model analisis jalur (Path Analysis) melalui bantuan perangkat Amos 22. Metode analisis deskriptif digunakan untuk mengetahui perencanaan dan perumusan kebijakan ketahanan pangan di Kabupaten Bone Bolango Untuk menganalisis pengaruh sistem pengambilan keputusan pada kebijakan ketahanan pangan di Kabupaten Bone Bolango terhadap petani digunakan model analisis jalur (Path Analysis). Path analysis (analisis jalur) atau sering dikenal juga sebagai analisis lintasan atau analisis sidik. Dalam analisis jalur akan dicoba untuk mengurutkan variabel - variabel bebas (Xn) atau variabel penentu (independent variable) dengan dibantu skala likert 1 – 5 untuk setiap kuisioner dari yang dibagaikan kepada responden, berdasarkan skala perioritas atau sesuai dengan urutan waktu dalam mempengaruhi variabel tak bebas (dependent variable) atau variabel tergantung (Y). (Sapriyah, 2007 : 5) Model path analysis dapat dilakukan berdasarkan asumsi-asumsi (Siregar, 2006) dalam Sapriyah (2007 : 5) sebagai berikut : 1. Hubungan antar variabel harus liniear dan adiktif 2. Semua variabel residu tidak boleh berkorelasi dengan lainnya 3. Pola hubungan antar variabel adalah rekuratif atau (rekrusif) 4. Tingkat skala pengukuran data semua variabel bersatu minimal interval 5. Tidak terjadi kesalahan pengukuran Untuk menganalisis sistem pengambilan keputusan pada kebijakan ketahanan pangan di Kabupaten Bone Bolango digunakan metode Structural Equation Model (SEM) dengan model analisis jalur (path analysis) melalui bantuan perangkat lunak Amos dengan formulasi sebagai berikut :
  • 42. 24 λZX1 r2 λYX1 r1 λYX2 λZX r3 λYX3 λZX4 λZX6 λZX3 λZX5 r4 r5 r6 Gambar 2. Model Struktur Analisis Jalur Berdasarkan model analisis jalur diatas maka dapat disimpulkan persamaan yang dapat dipakai yaitu : Dimana : Y atau Z = Koefisien pengukur hubungan antara variabel endogen dengan eksogen λ = Koefisien yang mengukur hubungan antar variabel dependen (endogen) dan variabel independen (eksogen) Y = Variabel dependen (endogen) x = Variabel independen (eksogen)  = Varibel residu Berdasarkan persamaan diatas maka dapat dijelaskan bahwa simbol X merupakan variabel bebas (independen) dan Y adalah variabel terikat (dependen). X1 X2 X3 Y1 Y2 Y = λYX1X1+λYX2X2+λYX3X3.........+1 Z = λZX1X1+λZX3X3+λZYY……….+2 X4 X5 X6
  • 43. 25 Disamping varibael-variabel tersebut, masih ada satu variabel residu yang diberi simbol  sehingga dapat diketahui bahwa ketahanan pangan (Y1) meliputi beberapa faktor dan indikator, yaitu : 1. Distribusi (X1) yaitu kegiatan proses penyaluran sebagai prasyarat untuk menjamin agar seluruh rumah tangga dapat memperoleh pangan dalam jumlah dan kualitas yang cukup sepanjang waktu, dengan harga yang terjangkau. Distribusi dipengaruhi oleh beberapa indikator, yaitu : a) Lokasi (X1.1) b) Lembaga Pemasaran (X1.2) c) Sarana dan Prasarana (X1.3) 2. Ketersediaan (X2) yaitu mencakup masalah produksi, stok, impor dan ekspor, yang harus dikelola sedemikian rupa, sehingga walaupun produksi pangan sebagaian bersifat musiman, terbatas dan tersebar antar wilayah, pangan yang tersedia bagi keluarga harus cukup volume dan jenisnya, serta stabil dari waktu kewaktu. Ketersediaan dipegaruhi oleh beberapa indicator, yaitu : a) Produk Domestik (X2.1) b) Impor Pangan (X2.2) c) Cadangan Pangan (X2.3) 3. Konsumsi (X3) yaitu menyangkut pendidikan masyarakat agar mempunyai pengetahuan gizi dan kesehatan yang baik, sehingga dapat mengelola konsumsi individu secara optimal sesuai dengan tingkat kebutuhannya. Konsumsi dipengaruhi oleh beberapa indikator, yaitu : a) Jumlah (X3.1) b) Kualitas atau mutu (X3.2) c) Harga (X3.3) Sedangkan untuk perencanaan dan perumusan kebijakan (Y2) dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor dan indikator, yaitu : 1. Tujuan (X1) yaitu langkah pertama dalam membuat perencanaan sehingga dalam pelaksanaannya nanti terarah sesuai dengan tujuan dan hasil yang ingin dicapai. Tujuan dipengaruhi oleh beberapa indikator, yaitu :
  • 44. 26 a) Pemenuhan kebutuhan (X1.1) b) Stabilitas ketersediaan (X1.2) c) Kecukupan ketersediaan (X1.3) 2. Masalah yang dihadapi (X2) yaitu suatu kendala atau persoalan yang harus dipecahkan agar tercapainya tujuan dengan hasil yang maksimal. Masalah yang dihadapi dipengaruhi oleh beberapa indikator, yaitu : a) Hambatan (X2.1) b) Resiko (X2.2) 3. Pengaruh Lingkungan (X3) yaitu suatu keadaan dimana segala sesuatu yang diputuskan dipengaruhi oleh lingkungan sekitar dalam hal ini lingkungan organisasi. Pengaruh lingkungan dipengaruhi oleh beberapa indikator, yaitu : a) Budaya (X3.1) b) Struktur organisasi (X3.2) c) Sistem komunikasi dalam organisasi (X3.3) d) Gaya kepemimpinan organisasi (X3.4) G. Defenisi Operasional Variabel Definisi operasional variabel adalah penarikan batasan yang lebih menjelaskan ciri-ciri spesifik yang lebih substantif dari suatu konsep. Defenisi operasional dari variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Distribusi (X1) yaitu kegiatan proses penyaluran pangan yang dilakukan sebagai upaya pemenuhan kebutuhan pangan di Kabupaten Bone Bolango 2. Lokasi (X1.1) yaitu tempat atau posisi dilakukannya pendistribusian kebutuhan pangan di Kabupaten Bone Bolango 3. Lembaga Pemasaran (X1.2) yaitu badan usaha atau organisasi yang bertanggung jawab terhadap kegiatan distribusi kebutuhan pangan di Kabupaten Bone Bolango. 4. Sarana dan Prasarana (X1.3) yaitu segala sesuatu yang dapat mendukung kegiatan distribusi kebutuhan pangan di Kabupaten Bone Bolango
  • 45. 27 5. Ketersediaan (X2) yaitu suatu keadaan dimana pangan benar-benar cukup dalam hal jumlah dan jenisnya untuk memenuhi kebutuhan masyarakat di Kabupaten Bone Bolango. 6. Produk Domestik (X2.1) yaitu hasil produksi dari pangan di Kabupaten Bone Bolango itu sendiri. 7. Impor Pangan (X2.2) yaitu usaha untuk mendatangkan pangan yang berasal dari daerah lain ataupun dari negara lain di Kabupaten Bone Bolango 8. Cadangan Pangan (X2.3) yaitu suatu keadaan dimana produksi pangan disimpan sebagai upaya menghindari kerawanan pangan di Kabupaten Bone Bolango 9. Konsumsi (X3) yaitu setiap kegiatan memanfaatkan kebutuhan pangan untuk memenuhi dan mengelola konsumsi individu secara optimal sesuai dengan tingkat kebutuhannya di Kabupaten Bone Bolango 10. Jumlah (X3.1) yaitu besaran ketersediaan pangan di Kabupaten Bone Bolango yang dinyatakan dalam angka atau jumlah 11. Kualitas atau mutu (X3.2) yaitu tingkatan baik atau tidak jenis pangan yang dikonsumsi di Kabupaten Bone Bolango 12. Harga (X3.3) yaitu suatu nilai tukar pangan di Kabupaten Bone Bolango yang dapat menentukan tingkat konsumsi masyarakat 13. Tujuan (X1) yaitu perencanaan dan pelaksanaan yang terarah dalam menentukan kebijakan ketahanan pangan di Kabupaten Bone Bolango sehingga sesuai dengan hasil yang diinginkan dalam memenuhi kebutuhan pangan masyarakat. 14. Pemenuhan kebutuhan (X1.1) yaitu terciptanya kepuasan jasmani masyarakat dalam kebutuhan pangan di Kabupaten Bone Bolango. Pemenuhan kebutuhan pangan di Kabupaten Bone Bolango dilakukan dengan skala prioritas 15. Stabilitas ketersediaan (X1.2) yaitu seimbangnya cadangan pangan sebagai upaya kebijakan ketahanan pangan di Kabupaten Bone Bolango
  • 46. 28 16. Kecukupan ketersediaan (X1.3) yaitu terjaminnya kebutuhan pangan masyarakat di Kabupaten Bone Bolango 17. Masalah yang dihadapi (X2) yaitu suatu kendala atau persoalan yang harus dipecahkan dalam pemenuhan kebutuhan pangan di Kabupaten Bone Bolango agar tercapainya tujuan ketahanan pangan dengan hasil yang maksimal 18. Hambatan (X2.1) yaitu masalah yang terjadi selama proses pemenuhan kebutuhan pangan di Kabupaten Bone Bolango 19. Resiko (X2.2) yaitu akibat atau konsekuensi yang diterima dalam perencanaan dan perumusan kebijakan ketahanan pangan di Kabupaten Bone Bolango 20. Pengaruh Lingkungan (X3) yaitu perencanaan dan perumusan kebijakan ketahanan pangan di Kabupaten Bone Bolango oleh lingkungan atau organisasi tertentu 21. Budaya (X3.1) yaitu keseluruhan dari pengetahuan, sikap dan cara berfikir dari pengambil kebijakan dan perumusan perencanaan ketahanan pangan di Kabupaten Bone Bolango 22. Struktur organisasi (X3.2) yaitu hubungan antara tiap-tiap posisi dari yang ada pada pengambil kebijakan dan perencanaan perumusan ketahanan pangan di Kabupaten Bone Bolango. Biasanya struktur organisasi menjadi pemisah kegiatan pekerjaan antara yang satu dengan yang lain. 23. Sistem komunikasi dalam organisasi (X3.3) yaitu proses penyampaian pesan atau hubungan dalam setiap organisasi untuk merumuskan perencanaan kebijakan ketahanan pangan di Kabupaten Bone Bolango baik secara langsung atau tidak langsung. 24. Gaya kepemimpinan organisasi (X3.4) yaitu menggambarkan kombinasi yang konsisten dari keterampilan organisasi dalam menentukan perencanaan dan perumusan kebijakan ketahanan pangan di Kabupaten Bone Bolango.
  • 47. 29 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1. Letak Geografis dan Luas Wilayah Kabupaten Bone Bolango merupakan salah satu diantara 6 kabupaten/kota yang berada dalam wilayah Provinsi Gorontalo yang memiliki luas wilayah sebesar 1.984,31 Km2. Sebagian besar wilayah (48,65%) terletak pada ketinggian antara 100-500 meter di atas permukaan laut. Secara geografis wilayah Kabupaten Bone Bolango berbatasan dengan : 1. Sebelah Utara berbatasan langsung dengan Kabupaten Gorontalo Utara 2. Sebelah Selatan berbatasan langsung dengan teluk tomini 3. Sebelah Timur berbatasan langsung dengan Kabupaten Bolmong Selatan 4. Sebelah Barat berbatasan dengan Kota Gorontalo dan Kabupaten Gorontalo Wilayah Kabupaten Bone Bolango terdapat 2 (dua) Satuan Wilayah Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (SWP DAS) yakni DAS Bone dan DAS Bolango. Kedua DAS di wilayah Kabupaten Bone Bolango tersebut bermuara di Kota Gorontalo. DAS Bone merupakan DAS terbesar dan memiliki kawasan hutan terbesar di Kabupaten Bone Bolango jika dibandingkan dengan DAS Bolango. Wilayah Kabupaten Bone Bolango ini dilalui oleh beberapa Daerah Aliran Sungai (DAS). DAS terbesar yang melalui wilayah tersebut adalah DAS Bone dan Bolango, dimana Kecamatan yang dilalui adalah Kecamatan Suwawa, Kecamatan Kabila dan Kecamatan Tapa. Luas DAS ini adalah ± 265.000 Ha dengan panjang sungai utama 100 Km yang bermuara ke Teluk Tomini. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2003 tentang pembentukan kabupaten Bone Bolango dan Pohuwato, Kabupaten Bone Bolango terdiri dari 4 kecamatan yaitu Tapa, Kabila, Suwawa dan Bone Pantai yang terdiri dari 63 desa/kelurahan definitif. Pada tahu 2006 jumlah kecamatan di Kabupaten Bone Bolango menjadi 10 kecamatan dengan 89 desa/kelurahan definitif. Kemudian
  • 48. 30 pada tahun 2012 jumlah kecamatan bertambah menjadi 18 kecamatan dengan 165 desa sebagaimana Tabel 1. berikut : Tabel 1. Luas Wilayah dan Banyaknya Desa/Kelurahan di Kabupaten Bone Bolango 2012 - 2013 NO Kecamatan Jumlah Desa Luas Km2 % 1 Tapa 7 Desa 64, 41 3.25 2 Bulango Utara 9 Desa 176,09 8,87 3 Bulango Selatan 10 Desa 9,87 0,5 4 Bulango timur 5 Desa 10,82 0,55 5 Bulango Ulu 6 Desa 78,41 3,95 6 Kabila 5 Kelurahan 7 Desa 193,45 9,75 7 Botupingge 9 Desa 47,11 2,37 8 Tilongkabila 14 Desa 79,74 4,02 9 Suwawa 10 Desa 33,51 1,69 10 Suwawa Selatan 8 Desa 33,51 1,69 11 Suwawa Timur 9 Desa 103,28 5,2 12 Suwawa Tengah 6 Desa 64,7 3,26 13 Bone Pantai 13 desa 161,82 8,15 14 Kabila Bone 9 Desa 143,51 7,23 15 Bone Raya 10 Desa 64,12 3,23 16 Bone 14 Desa 72,71 3,66 17 Bulawa 9 Desa 111,01 5,59 18 Pinogu 5 Desa 385,92 19,45 Sumber : BPS Kabupaten Bone Bolango 2012 Berdasarkan Tabel 1. diatas dapat dilihat bahwa kecamatan yang memiliki desa paling banyak yaitu Kecamatan Tilongkabila dan Kecamatan Bone dengan 14 Desa untuk tiap-tiap kecamatan, sedangkan untuk kecamatan yang memiliki desa paling sedikit yaitu Kecamatan Pinogu dan Bulango Timur dengan 5 Desa untuk tiap-tiap kecamatan. Sedangkan untuk kecamatan yang memiliki luas wilayah terbesar yaitu Kecamatan Pinogu dengan luas wilayah 385,92 Km2 dan Kecamatan Kabila 193,45 Km2 . 2. Keadaan Penduduk Pertumbuhan penduduk menjadi perhatian pemerintah saat ini terkait dengan adanya hubungan yang linier antara pertumbuhan penduduk dengan angka kemiskinan atau peningkatan kesejahteraan masyarakat. Ketika pertumbuhan
  • 49. 31 penduduk menjadi modal dalam faktor produksi dan semakin bertambahnya akan semakin meningkatkan output produksi, maka kondisi ini menandakan bahwa penduduk memiliki kedudukan sebagai aset. Berdasarkan data Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Bone Bolango, tahun 2012 jumlah penduduk Kabupaten Bone Bolango terjadi peningkatan sebesar 160.118 jiwa dari tahun 2011 sejumlah 150.139 jiwa atau meningkat 6 % dengan kepadatan berkisar 85 jiwa/km2. Data kependudukan Kabupaten Bone Bolango selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 2. berikut : Tabel 2. Perkembangan Penduduk dan Kepadatan Penduduk di Kabupaten Bone Bolango 2009 - 2012 NO Tahun Penduduk (Jiwa) Kepadatan (Km2 ) 1 2009 123.666 67 Jiwa 2 2010 145.802 71 Jiwa 3 2011 150.139 77 Jiwa 4 2012 160.118 81 Jiwa Sumber : BPS Kabupaten Bone Bolango 2012 Berdasarkan Tabel 2. diatas dapat dilihat bahwa perkembangan penduduk dan kepadatan penduduk Kabupaten Bone Bolango pada tahun 2009 yaitu 123.666 jiwa dengan kepadatan 67 jiwa Km2 . Pada tahun 2010 145.802 jiwa dengan kepadatan 71 jiwa Km2 . Pada tahun 2011 150.139 jiwa dengan kepadatan 77 jiwa Km2 . Pada tahun 2012 160.118 jiwa dengan kepadatan 81 jiwa Km2 . Perbandingan jumlah penduduk antara laki-laki dan perempuan dari tahun 2009 sampai dengan 2012, tidak menunjukkan perbedaan angka yang signifikan, terbukti dengan angka sex ratio untuk setiap kecamatan yang berkisar antara 1.01%-0,99%, seperti digambarkan Tabel 3. sebagai berikut :
  • 50. 32 Tabel 3. Jumlah Penduduk Menurut Kecamatan dan Jenis Kelamin di Kabupaten Bone Bolango 2012 - 2013 NO Kecamatan Jumlah Penduduk Rasio Jenis KelaminLaki- laki Perempuan Jumlah 1 Tapa 3.917 4.059 7.976 97 2 Bulango Utara 3.835 3.806 7.641 101 3 Bulango Selatan 5.313 5.401 10.714 98 4 Bulango timur 2.760 2.823 5.583 98 5 Bulango Ulu 2.084 1.921 4.005 108 6 Kabila 11.550 11.877 23.427 97 7 Botupingge 3.229 3.165 6.394 102 8 Tilongkabila 8.814 9.082 17.896 97 9 Suwawa 6.253 6.237 12.490 100 10 Suwawa Selatan 2.744 2.648 5.392 104 11 Suwawa Timur 2.803 2.598 5.401 108 12 Suwawa Tengah 3.224 3.118 6.342 103 13 Bone Pantai 5.660 5.532 11.192 102 14 Kabila Bone 5.913 5.534 11.447 107 15 Bone Raya 3.458 3.285 6.743 105 16 Bone 5.020 4.795 9.815 105 17 Bulawa 2.807 2.637 5.444 106 18 Pinogu 1.150 1.066 2.216 108 Kab. Bone Bolango 80.534 79.584 160.118 101 Sumber : BAPPEDA Kabupaten Bone Bolango, 2012 Berdasarkan Tabel 3. diatas dapat dilihat bahwa jumlah penduduk terbanyak berada di Kecamatan Kabila dengan jumlah penduduk laki-laki 11.550 jiwa dan perempuan 11.877 jiwa sedangkan jumlah penduduk yang paling sedikit berada di Kecamatan Pinogu dengan jumlah penduduk laki-laki 1.150 jiwa dan perempuan 1.066 jiwa.
  • 51. 33 3. Pendidikan Pendidikan merupakan salah satu sektor yang berada pada rantai kemiskinan. Dapat dikatakan, pendidikan menentukan masa depan seseorang atau masyarakat dalam lingkup wilayah. Oleh karena itu peran pemerintah dari tingkat daerah hingga pusat sangat dibutuhkan dalam rangka optimalisasi sektor pendidikan guna memutus mata rantai kemiskinan. Upaya peningkatan mutu pendidikan yang ingin dicapai di kabupaten Bone Bolango dimaksudkan untuk menghasilkan manusia seutuhnya. Sedangkan perluasan kesempatan belajar dimaksud agar penduduk usia sekolah setiap tahun mengalami peningkatan sejalan dengan laju pertumbuhan penduduk untuk dapat memperoleh kesempatan pendidikan yang seluas-luasnya. Pelaksanaan pembangunan pendidikan di Kabupaten Bone Bolango selama ini mengalami perubahan yang fluktuatif dari tahun ke tahun. Sebagaimana yang diamanatkan oleh Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Nasional dan RPJM Nasional serta RPJMD Kabupaten Bone Bolango, maka sasaran pembangunan pendidikan dititikberatkan pada peningkatan mutu dan perluasan kesempatan belajar di semua jenjang pendidikan, yaitu mulai dari TK sampai dengan SMA seperti pada Tabel 4. dibawah ini
  • 52. 34 Tabel 4. Jumlah Murid SD, SMP, SMA Menurut Kecamatan di Kabupaten Bone Bolango 2012 - 2013 NO Kecamatan SD SMP SMA Jumlah 1 Tapa 955 549 429 1.933 2 Bulango Utara 942 318 0 1.260 3 Bulango Selatan 1 052 0 0 1.052 4 Bulango Timur 487 146 0 633 5 Bulango Ulu 619 147 0 766 6 Kabila 2 753 815 875 4.443 7 Botupingge 637 286 0 923 8 Tilongkabila 1 737 439 0 2.176 9 Suwawa 1 393 829 525 2.222 10 Suwawa Selatan 693 126 0 819 11 Suwawa Timur 1 083 313 0 1.396 12 Suwawa Tengah 745 0 0 745 13 Pinogu *) *) *) *) 14 Bone Pantai 1 628 505 395 2.133 15 Kabila Bone 1 399 316 0 1.715 16 Bone Raya 815 346 0 1.161 17 Bone 1 348 357 174 1.879 18 Bulawa 711 220 0 931 Kab. Bone Bolango 18.997 5.712 2.398 26.187 Catatan : *) Data masih mengikuti kecamatan induk Sumber : BAPPEDA Kabupaten Bonebolango 2012 - 2013 Berdasarkan Tabel 4. diatas dapat dilihat bahwa kecamatan yang memiliki jumlah murid terbanyak yaitu Kecamatan Kabila dengan 4.443 murid yang terdiri dari 2.753 murid SD, 815 murid SMP, dan 875 murid SMA. Sedangkan kecamatan yang memiliki jumlah murid paling sedikit yaitu Kecamatan Bulango Timur yang terdiri dari 487 murid SD, 146 murid SMP dan tidak ada sama sekali untuk murid SMA Perkembangan indikator ketersediaan sarana dan prasarana pendidikan antara tahun 2009 sampai dengan 2012 menunjukkan adanya peningkatan dari setiap jenis sarana prasarana pendidikan. Jumlah sarana dan prasarana pendidikan yang dimiliki oleh pemerintah Kabupaten Bone Bolango memang masih jauh dari memadai, baik dari segi kualitas maupun kuantitasnya. Namun dalam rangka memenuhi standar pelayanan pendidikan yang paripurna kepada anak didik, keterbatasan tersebut bukanlah merupakan hambatan utama. Kondisi sarana pendidikan di Kabupaten Bone Bolango dapat dilihat pada Tabel 5. berikut ini :
  • 53. 35 Tabel 5. Jumlah Sarana dan Prasarana Pendidikan di Kabupaten Bone Bolango tahun 2010 – 2012 NO Tahun Sarana Pendidikan (Unit) TK SD/MI SMP/M.Ts SMA/MA 1 2010 102 138 39 17 2 2011 124 138 39 17 3 2012 125 138 39 17 Sumber : PEMDA Kabupaten Bone Bolango 2013 Berdasarkan Tabel 5. Diatas dapat dilihat bahwa terjadi perkembangan jumlah sarana dan prasarana untuk TK pada tahun 2010 sebesar 102, tahun 2011 sebesar 124, pada tahun 2012 sebesar 125. Sedangkan untuk tingka SD/MI sampai pada tingkat SMA/MA tidak terjadi perkembangan sarana dan prasarana. 4. Keadaan Pertanian Kabupaten Bone Bolango memiliki potensi pertanian tanaman pangan yang cukup bervariasi meliputi padi, jagung, kacang tanah, kacang hijau dan umbi- umbian. Pertanian merupakan sektor yang memberikan kontribusi PDRB terbesar dan banyak menyerap tenaga kerja. Jenis Komoditi pertanian yang paling banyak produksinya adalah padi dan jagung. Jumlah produksi padi pada tahun 2012 sebanyak 29.243 Ton dengan produktivitas 5,4 Ton/Ha dan jumlah produksi jagung sebanyak 23.581 Ton dengan produktivitas 4.1 ton. Data perkembangan tanaman tersebut dapat dilihat pada Tabel 6. Sebagai berikut : Tabel 6. Perkembangan Tanaman Pangan di Kabupaten Bone Bolango Tahun 2009 – 2012 NO Jenis Komoditas (Produksi/Ton) 2009 2010 2011 2012 1 Padi 23.569 19.656 30.180,2 29.243 2 Jagung 17.434 18.267 18.946,2 23.581 3 Kacang Tanah 243 191 113 110 4 Kacang Hijau 13,3 15,2 19 85 5 Ubi Jalar 707 910 238 180 6 Ubi Kayu 1.120 135 430 217 Sumber : PEMDA Kabupaten Bone Bolango 2012 – 2013
  • 54. 36 Berdasarkan Tabel 6. diatas dapat dilihat bahwa perkembangan tanaman pangan untuk komoditas padi tidak tetap hasil produksinya yaitu pada tahun 2009 sebesar 23.569 ton/ha, pada tahun 2010 19.656 ton/ha, pada tahun 2011 30.180,2 ton/ha dan pada tahun 2012 29.243 ton/ha. Lain halnya dengan produktivitas komoditas jagung yang meningkat tiap tahunnya, yaitu pada tahun 2009 sebesar 17.434 ton/ha, tahun 2010 sebesar 18.267 ton/ha, pada tahun 2011 sebesar 18.946,2 ton/ha, pada tahun 2011 23.581 ton/ha. Untuk produksi kacang tanah terus mengalami penurunan tiap tahunnya, yaitu pada tahun 2009 sebesar 243 ton/ha, pada tahun 2010 sebesar 191 ton/ha, pada tahun 2010 sebesar 113 ton/ha, pada tahun 2012 sebesar 110 ton/ha. Produksi kacang hijau juga mengalami peningkatan yang cukup besar, yaitu tahun 2009 sebesar 13,3 ton/ha, tahun 2010 sebesar 15,2 ton/ha, pada tahun 2011 sebesar 19 ton/ha, dan pada tahun 2012 85 ton/ha. Produksi ubi jalar mengalami fluktuasi, yaitu pada tahun 2009-2010 meningkat dari 707 ton/ha menjadi 910 ton/ha namun pada tahun 2011-2012 mengalami penurunan produksi sebesar 238 ton/ha menjadi 180 ton/ha. Sama halnya dengan produksi ubi kayu yag fluktuasi, yaitu pada tahun 2009 sebesar 1.120 ton/ha, pada tahun 2010 sebesar 135 ton/ha, pada tahun 2011 sebesar 430 ton/ha, dan pada tahun 2012 menjadi 217 ton/ha. 5. Identitas Responden Identitas responden menggambarkan keadaan dan status dari seseorang. Biasanya identitas responden berisi nama, usia, latar belakang pendidikan, dan latar belakang pekerjaan. Responden dalam penelitian ini terbagi atas 2 bagian yaitu pengambil dan perumus kebijakan ketahanan pangan di Kabupaten Bone Bolango dan kelompok tani sebagai obyek kebijakan. a. Identitas Responden Pengambil Kebijakan Identitas responden pengambil kebijakan dalam hal ketahanan pangan di Kabupaten Bone Bolango dapat dilihat sebagai berikut :
  • 55. 37 Tabel 7. Identitas Responden Pengambil Kebijakan di Kabupaten Bone Bolango 2013 NO Nama Instansi Umur Pendidikan Lama Bekerja 1 Femy Monoarfa Dinas Pertanian 55 Thn S2 27 Thn 2 I Wayan Cenik Dinas Pertanian 52 Thn S1 32 Thn 3 Fitri Gobel BP4K 53 Thn S1 30 Thn 4 Saiful Umar BAPPEDA 45 Thn S2 17 Thn 5 Rasjid Majhur BPS 49 Thn S1 21 Thn Sumber : Data primer setelah diolah, 2014 Berdasarkan Tabel 7. Diatas dapat dilihat bahwa identitas responden pengambil kebijakan di Kabupaten Bone Bolango terdiri sebagai berikut : 1. Umur Umur atau usia adalah satuan waktu yang mengukur keberadaan suatu benda atau mahluk, baik yang hidup maupun yang mati. Umur biasanya memberikan gambaran fisik seseorang. Biasanya semakin tua umur dari pengambil kebijakan maka semakin luas pola pikir dan kemampuan mengambil keputusan. Berdasarkan Tabel 7. diatas dapat dilihat bahwa Bapak Femy Monoarfa memiliki umur 52 tahun dengan demikian bahwa dapat disimpulkan dengan umur sedemikian maka tingat pola pikir dan luasan pengetahuan pengambilan keputusan semakin baik. 2. Tingkat Pendidikan Tingkat pendidikan adalah tahapan pendidikan yang ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik, tujuan yang akan dicapai dan kemauan yang dikembangkan. Biasanya pengaruh tingkat pendidikan pada pengambil kebijakan yaitu kemampuan dalam bersikap, serta dapat dengan mudah menyerap informasi dan mengimplementasikannya. Berdasarkan Tabel 7. diatas Bapak Femy Monoarfa dan Bapak Saiful Umar memiliki tingkat pendidikan paling tinggi yaitu S2, dengan demikian kemampuan menyerap informasi dan mengimplementasikan keputusan semakin baik.
  • 56. 38 3. Pengalaman Bekerja Pengalaman kerja adalah proses pembentukan pengetahuan atau keterampilan tentang metode suatu pekerjaan karena keterlibatan karyawan tersebut dalam pelaksanaan tugas pekerjaan. Biasanya bagi pengambil kebijakan pengalaman bekerja memberikan mereka kemampuan analisis dan manipulatif sehingga dapat digunakan dalam proses pengambilan kebijakan maupun perumusan kebijakan. Berdasarkan Tabel 7. diatas dapat dilihat bahwa Bapak I Wayan Cenik memiliki pengalaman bekerja selama 30 tahun, hal ini mampu memberikan kemampuan analisis dalam perumusan kebijakan akan semakin baik. b. Identitas Responden Kelompok Tani Identitas responden kelompok tani sebagai objek kebijakan terdiri dari berbagai kelompok tani yang ada di Kabupaten Bone Bolango. Kolompok tani ini dipilih karena sebagian besar bantuan program ketahanan pangan paling banyak dibagikan secara kelompok daripada kepada petani itu sendiri. 1. Umur Umur diartikan dengan lamanya keberadaan seseorang diukur dalam satuan waktu di pandang dari segi kronologik, individu normal yang memperlihatkan derajat perkembangan anatomis dan fisiologi. Makin muda umur petani, cenderung memiliki fisik yang kuat dan dinamis dalam mengelola usahataninya, selain itu petani yang lebih muda mempunyai keberanian untuk menanggung resiko dalam mencoba inovasi baru. Berbeda dengan petani yang memiliki umur yang lebih tua, hal ini dapat dilihat dari kemampuan mereka mengambil keputusan yang baik berdasarkan pengalaman yang telah dilalui. Identitas responden kelompok tani berdasarkan umur dapat dilihat pada tabel sebagai berikut :
  • 57. 39 Tabel 8. Identitas Responden Berdasarkan Umur NO Umur (Tahun) Jumlah Persentase 1 20 – 30 1 3,33 2 31 – 40 3 10 3 41 – 50 20 66,67 4 51 – 60 5 16,67 5 > 60 1 3,33 Total 30 100 Sumber : Data primer setelah diolah, 2014 Berdasarkan Tabel 8. diatas dapat dilihat kisaran umur petani antara 20 – 31 tahun berjumlah 1 orang, umur petani 31 – 40 tahun berjumlah 3 orang, umur petani 41-50 tahun berjumlah 20 orang, umur petani 51 – 60 tahun berjumlah 5 orang, dan umur petani > 60 tahun berjumlah 1 orang. 2. Tingkat Pendidikan Pendidikan adalah suatu proses pengalaman. Karena kehidupan adalah pertumbuhan, pendidikan berarti membantu pertumbuhan batin tanpa dibatasi oleh usia. Proses pertumbuhan ialah proses menyesuaikan pada tiap-tiap fase serta menambahkan kecakapan di dalam perkembangan seseorang. Pendidikan yang relatif lebih tinggi menyebabkan petani lebih dinamis. Mereka yang berpendidikan tinggi relatif lebih cepat dalam melakukan inovasi dalam usahatani agar hasil yang didapatkan lebih efektif dan efisien. Tingkat pendidikan yang rendah pada umumnya kurang menyenangi inovasi sehingga sikap mental untuk menambah ilmu pengetahuan khususunya ilmu pertanian kurang. Identitas responden berdasarkan tingkat pendidikan dapat dilihat pada tabel berikut :
  • 58. 40 Tabel 9. Identitas Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan NO Pendidikan Jumlah Persentase 1 S2 0 0 2 S1 2 6,66 3 SMA 8 26,67 4 SMP 6 20 5 SD 14 46,67 Total 30 100 Sumber : Data primer setelah diolah, 2014 Berdasarkan Tabel 9. diatas dapat dilihat bahwa tingkat pendidikan petani S1 sejumlah 2 orang, tingkat pendidikan petani SMA sejumlah 8 orang, tingkat pendidikan petani SMP sejumlah 6 orang, dan tingkat pendidikan petani SD sejumlah 14 orang. 3. Pengalaman Berusahatani Pengalaman adalah kejadian yang pernah dialami (dijalani, dirasai, ditanggung) baik yang sudah lama atau baru saja terjadi. Pengalaman berusahatani merupakan faktor penentu dalam keberhasilan usahatani. Semakin lama usahatani yang dilakukan maka semakin banyak pengalaman yang diperoleh. Semakin banyak pengalaman maka petani semakin banyak memiliki kemampuan dalam mengelola usahataninya sehingga dapat meningkatkan pendapatan usahatani yang sedang dikembangkan. Identitas responden berdasarkan pengalaman berusaha tani dapat diihat pada tabel sebagai berikut : Tabel 10. Identitas Responden Berdasarkan Pengalaman Berusahatani NO Pengalaman Berusahatani (Tahun) Jumlah Persentase 1 < 10 1 3,33 2 10 – 16 4 13,33 3 17 – 23 6 20 4 24 – 30 16 53,34 5 > 30 3 10 Total 30 100 Sumber : Data primer setelah diolah, 2014
  • 59. 41 Berdasarkan Tabel 10. Diatas dapat dilihat bahwa pengalaman berusahatani yang kurang dari 10 tahu sejumlah1 orang, pengalaman berusahatani kisaran 10-16 tahun sejumlah 4 orang, pengalaman berusahatani kisaran 17-23 tahun sejumlah 6 orang, pengalaman berusahatani kisaran 24-30 tahun sejumlah 16 orang, dan pengalaman berusahatani lebih dari 30 tahun sejumlah 3 orang. B. Program Kebijakan Ketahanan Pangan di Kabupaten Bone Bolango Pengembangan ketahanan pangan di Kabupaten Bone Bolango pada saat ini masih bergantung pada program nasional ketahanan pangan. Hal ini dapat dilihat dengan jelas bahwa program peningkatan ketahanan pangan Kabupaten Bone Bolango mengacu pada program ketahanan pangan nasional. Pembangunan disektor pertanian khususnya bidang ketahanan pangan sangat sulit dilaksanakan mengingat anggaran yang terbatas. Tahun 2014 merupakan tahun terakhir pelaksanaan program dan kegiatan ketahanan pangan sesuai dengan Rencana Strategis Badan Ketahanan Pangan Tahun 2010-2014. Program yang dilaksanakan oleh Badan Ketahanan Pangan adalah Program Peningkatan Diversifikasi dan Ketahanan Pangan Masyarakat, sesuai dengan tugas dan fungsi Badan Ketahanan Pangan yang tercantum dalam Peraturan Menteri Pertanian Nomor: 61/Permentan/OT.140/10/2010 tentang: Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pertanian. Program tersebut mencakup 4 (empat) kegiatan, yaitu: (1) Pengembangan Ketersediaan dan Penanganan Kerawanan Pangan; (2) Pengembangan Distribusi dan Stabilisasi Harga Pangan; (3) Pengembangan Penganekaragaman Konsumsi dan Peningkatan Keamanan Pangan Segar; dan (4) Dukungan Manajemen dan Teknis lainnya pada Badan Ketahanan Pangan. Pelaksanaan kegiatan tahun 2014 merupakan lanjutan dari kegiatan tahun sebelumnya, dengan program-program aksinya sebagai berikut : 1. Program aksi pada kegiatan Pengembangan Penganekaragaman Konsumsi Pangan dan Peningkatan Keamanan Pangan Segar, diarahkan
  • 60. 42 pada Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan (P2KP) yang meliputi: (1) Optimalisasi Pemanfaatan Pekarangan Melalui Konsep Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) dan Promosi; (2) Model Pengembangan Pangan Pokok Lokal; serta (3) Promosi dan Sosialisasi PPKP. 2. Program aksi pada kegiatan Pengembangan Sistem Distribusi dan Stabilitas Harga Pangan, yaitu : (1) Penguatan Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat (LDPM); dan (2) Pengembangan Lumbung Pangan Masyarakat. 3. Program aksi pada kegiatan Pengembangan Ketersediaan dan Penanganan Kerawanan Pangan yaitu : Pengembangan Kawasan Mandiri Pangan, Pengembangan Desa Mandiri Pangan, dan Pengembangan Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi (SKPG). Program ketahanan pangan nasional inilah kemudian menjadi acuan program ketahanan pangan Kabupaten Bone Bolango dengan tidak merubah format program ketahanan pangan nasional. Berdasarkan program ketahanan pangan nasional maka diperlukan kebijakan yang akan diambil oleh pemerintah Kabupaten Bone Bolango terkait ketahanan pangan. Program ketahanan pangan di kabupaten bone bolango terdiri atas empat program yang meliputi ; (1) Program aksi pada kegiatan penganekaragaman konsumsi pangan dan peningkatan keamanan pangan segar, (2) Program aksi pada kegiatan pengembangan sistem distribusi dan stabilitas harga pangan, (3) Program aksi pada kegiatan pengembangan ketersediaan dan penanganan kerawanan pangan. Secara garis besar tiga program inilah yang telah dirumuskan oleh pemerintah Kabupaten Bone Bolango sebagai upaya peningkatan ketahanan pangan. Adapaun program ketahanan pangan beserta rincian anggaran APBN 2014 yang dilaksanakan di Kabupaten Bone Bolango terdiri dari : 1. Pengembangan dan Pendampingan Desa Mandiri Pangan Kegiatan Desa Mandiri Pangan bertujuan untuk meningkatkan kemampuan masyarakat desa dalam pengembangan usaha produktif berbasis sumber daya lokal, peningkatan ketersediaan pangan,
  • 61. 43 peningkatan daya beli dan akses pangan rumah tangga, untuk dapat memenuhi kecukupan gizi rumah tangga. Apabila pelaksanaan ini dilaksanakan secara meluas, maka kegiatan Desa Mandiri Pangan akan berdampak terhadap penurunan tingkat kerawanan pangan dan gizi masyarakat miskin di pedesaan. Desa Mandiri Pangan adalah desa/kelurahan yang masyarakatnya mempunyai kemampuan untuk mewujudkan ketahanan pangan dan gizi melalui pengembangan subsistem ketersediaan, subsistem distribusi, dan subsistem konsumsi pangan dengan memanfaatkan sumberdaya setempat secara berkelanjutan. Kawasan Mandiri Pangan adalah kawasan yang dibangun dengan melibatkan keterwakilan masyarakat yang berasal dari kampungkampung terpilih, untuk menegakkan masyarakat miskin/rawan pangan menjadi kaum mandiri. Kegiatan Desa Mandiri Pangan merupakan salah satu upaya penanggulangan kemiskinan. Sesuai dengan Peraturan Presiden Nomor 13 tahun 2009 tentang Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan yaitu : (1) Penanggulangan kemiskinan adalah kebijakan dan program pemerintah pusat dan daerah yang dilakukan secara sistematis, terencana, dan bersinergi dengan dunia usaha dan masyarakat untuk mengurangi jumlah penduduk miskin dalam rangka meningkatkan derajat kesejahteraan rakyat; dan (2) Program penanggulangan kemiskinan adalah kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah pusat dan daerah, dunia usaha, serta masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat miskin, serta pemberdayaan usaha ekonomi mikro dan kecil. Pelaksanaan kegiatan Desa Mandiri Pangan yaitu terdiri dari : (1) Pemberdayaan masyarakat miskin, (2) Penguatan kelembagaan masyarakat dan pemerintah desa, (3) Pengembangan sistem ketahanan pangan, dan (4) Peningkatan koordinasi lintas sektor untuk mendukung pembangunan dan pengembangan sarana dan prasarana pedesaan. Adapun program Desa Mandiri Pangan yang dilaksanakan di kecamatan
  • 62. 44 yang diwakili oleh satu desa di Kabupaten Bone Bolango dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 11. Daftar Afinitas Program Pengembangan Desa Mandiri Pangan di Kabupaten Bone Bolango NO Kecamatan Desa Sumber Dana 1 Bulango Utara Kopi APBN 2 Bulango Timur Bulotalangi Timur APBN 3 Bulango Ulu Tolomato APBN 4 Suwawa Tengah Ilomata APBN 5 Tapa Dunggala APBN 6 Tilongkabila Lonuo APBN 7 Kabila Bone Olele APBN Sumber : Dinas Pertanian, Perkebunan, dan Ketahanan Pangan Kabupaten Bone Bolang, 2013 Berdasarkan Tabel 11. diatas dapat dilihat bahwa tidak semua kecamatan dan desa yang ada di Kabupaten Bone Bolango dapat termasuk pada program pengembangan dan pendampingan Desa Mandiri Pangan (DEMAPAN), hal ini sesuai dengan Pedoman Umum (PENDUM) Desa Mandiri Pangan (DEMAPAN). Pemerintah Kabupaten Bone Bolango khususnya Dinas Pertanian, Perkebunanan dan Ketahanan Pangan Kabupaten Bone Bolango mengharapkan dengan adanya program DEMAPAN ini dapat meningkatkan potensi pertanian di Kabupaten Bone Bolango. Hal ini sesuai dengan program unggulan 2011 - 2015 pemerintah Kabupaten Bone Bolango dalam bidang pertanian dan perikanan serta sejalan dengan agenda pembangunan III yaitu mewujudkan pertumbuhan dan struktur ekonomi yang kokoh dan dinamis. Program Pengembangan dan Pendampingan desa mandiri pangan di Kabupaten Bone Bolango sasaran utamanya adalah Rumah Tangga Miskin (RTS) di desa rawan pangan, sehingga dengan adanya program ini Kabupaten Bone Bolango khususnya daerah yang dipilih sebagai pusat dari program Pengembangan dan Pendampingan desa mandiri pangan dapat dilihat hasilnya sebagai berikut :
  • 63. 45 1. Terjadi perubahan pola pikir masyarakat tentang kebutuhan pangan tiap individu 2. Meningkatnya keterampilan dalam budidaya tanaman pangan, serta aksebilitas pangan pada tiap desa 3. Meningkatnya pendapatan dan daya beli masyarakat 4. Berkembangnya modal usaha pada setiap kelompok, khususnya kelompok tani yang bergerak dalam bidang tanaman pangan 5. Terwujud ketahanan pangan dan gizi masyarakat sehingga terbentuknya lembaga layanan kesehatan dan gizi masyarakat pedesaan. Dalam pelaksanaan program Pengembangan dan Pendampingan desa mandiri pangan tidak serta merta berjalan sesuai yang diinginkan, hal ini dapat terjadi karena pada tiap daerah yang menjadi pusat program dari tersebut memiliki karakteristik yang berbeda-beda, antara lain : 1. Angka kemiskinan pada tiap desa yang menjadi pusat program Pengembangan dan Pendampingan desa mandiri pangan berbeda- beda, hal ini dapat berpengaruh pada tingkat daya beli masyarakat tiap desa. 2. Rendahnya kemampuan sumberdaya manusia terkait keterampilan dalam budidaya tanaman pangan, hal ini dapat menimbulkan terbatasnya akses pangan oleh masyarakat. 3. Rendahnya dukungan sarana dan prasarana khususnya sarana transportasi, hal ini dapat menimbulkan rendahnya aksebilitas kebutuhan pangan pada tiap desa. 2. Pengembangan Lumbung Pangan Desa Dalam rangka mewujudkan pemenuhan kebutuhan akan pangan bagi seluruh penduduk di suatu wilayah, maka ketersediaan pangan menjadi sasaran utama dalam kebijakan pangan bagi pemerintahan suatu negara. Ketersediaan pangan tersebut dapat dipenuhi dari tiga sumber, yaitu: (1) produksi dalam negeri; (2) pemasukan pangan; dan (3) cadangan pangan. Bila terjadi kesenjangan antara produksi dengan kebutuhan pangan di
  • 64. 46 suatu wilayah dapat diatasi dengan melepas cadangan pangan, oleh sebab itu cadangan pangan merupakan salah satu komponen penting dalam ketersediaan pangan. Beberapa alasan yang mendasari Pengembangan Lumbung Pangan Masyarakat adalah : (1) Bank Dunia pada tahun 2008 memperingatkan bahwa cadangan pangan Indonesia berada dalam titik terendah sehingga bisa menjadi masalah serius jika tidak diatasi sejak awal mengingat cadangan pangan dunia turun hampir setengahnya; (2) situasi iklim di Indonesia saat ini tidak menentu dan kurang bersahabat telah menyebabkan bencana (longsor, banjir, kekeringan), sehingga menuntut manajemen cadangan pangan yang efektif dan efisien agar dapat mengatasi kerawanan pangan; (3) masa panen tidak merata antar waktu dan daerah mengharuskan adanya cadangan pangan; dan (4) banyaknya kejadian darurat memerlukan adanya cadangan pangan untuk penanganan pasca bencana, penanganan rawan pangan, dan bantuan pangan wilayah. Disamping itu, cadangan pangan juga dapat digunakan untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya kekurangan pangan yang bersifat sementara yang disebabkan gangguan atau terhentinya pasokan bahan pangan, misalnya karena putusnya prasarana dan sarana transportasi akibat bencana alam. Pengembangan Lumbung Pangan Masyarakat bertujuan untuk : (1) Meningkatkan volume stok cadangan pangan di kelompok lumbung pangan untuk menjamin akses dan kecukupan pangan bagi anggotanya terutama yang mengalami kerawanan pangan; (2) Meningkatkan kemampuan pengurus dan anggota kelompok dalam pengelolaan cadangan pangan; (3) Meningkatkan fungsi kelembagaan cadangan pangan masyarakat dalam penyediaan pangan secara optimal dan berkelanjutan. Berangkat dari program Lumbung Pangan Masyarakat maka dengan ini Pemerintah Kabupaten Bone Bolango dengan sedikit modifikasi membuat program dalam bentuk pengembangan lumbung pangan desa
  • 65. 47 namun dengan tidak merubah format dari program nasional pengembangan lumbung pangan masyarakat. Adapun pelaksanaan program lumbung pangan desa di Kabupaten Bone Bolango dilihat pada tabel berikut : Tabel 12. Daftar Afinitas Program Pengembangan Lumbung Pangan Desa di Kabupaten Bone Bolango NO Kecamatan Desa (Jumlah) Sumber Dana 1 Kabila 4 APBN 2 Tilongkabila 6 APBN 3 Suwawa 1 APBN 4 Bulango Timur 2 APBN 5 Bulango Selatan 2 APBN Sumber : Dinas Pertanian, Perkebunan dan Ketahanan Pangan Kabupaten Bone Bolango, 2013 Berdasarkan Tabel 12. diatas dapat dilihat bahwa program pengembangan lumbung pangan desa Kecamatan Kabila terdiri dari empat desa antara lain ; Desa Oluhuta, Desa Oluhuta Utara, Desa Padengo dan Desa Tanggilingo. Pengembangan lumbung pangan desa Kecamatan Tilongkabila terdiri dari enam desa antara lain ; Desa Toto Utara, Desa Meranti, Desa Motilango, Desa Bongoime, Desa Bongopini, dan Desa Iloheluma. Pengembangan lumbung pangan desa Kecamatan Suwawa hanya terdiri satu desa yaitu Desa Bube Baru. Pengembangan lumbung pangan desa Kecamatan Bulango Timur terdiri dari dua desa antara lain ; Desa Bulotalangi, dan Desa Bulotalangi Barat. Pengembangan lumbung pangan desa Kecamatan Bulango Selatan terdiri dari dua desa antara lain ; Desa Huntu Utara dan Desa Huntu Selatan. Pengembangan lumbung pangan desa di Kabupaten Bone Bolango diharapkan mampu meningkatkan stok volume cadangan pangan di kelompok lumbung pangan untuk menjamin akses dan kecukupan pangan, meningkatkan kemampuan pengurus dan anggota kelompok dalam pengelolaan cadangan pangan, serta meningkatkan fungsi kelembagaan cadangan pangan masyarakat dalam penyediaan pangan secara optimal dan bekerlanjutan.