SlideShare una empresa de Scribd logo
1 de 10
Descargar para leer sin conexión
PENGARUH TEKNIK PENUGASAN DALAM PENDEKATAN PEMBELAJARAN DAN KECERDASAN
                   EMOSIONAL TERHADAP KEMAMPUAN MENULIS PUISI
                             Studi Eksperimen di SMAN 1 Leuwiliang Bogor (2010)
                                                       Marlina1

                             Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Jakarta
                                             literaterama@gmail.com
                                                       Abstrak

        Kegiatan menulis sebagai kegiatan produktif mengharuskan penggunaan otak kiri dan otak kanan
secara seimbang. Termasuk kegiatan menulis puisi yang mengharuskan seorang penulis menciptakan
sebuah puisi dengan mengonsentrasikan segala pikiran dan perasaan dalam bentuk bahasa. Dalam
pembelajaran menulis puisi di SMA, pembelajaran tidak bisa hanya difokuskan pada hasil. Lebih dari itu,
para pengajar harus mengombinasikan pembelajaran yang secara nyata sebuah proses yang
berkesinambungan mulai dari proses hingga pada hasil. Untuk menciptakan pembelajaran semacam itu,
tentulah diperlukan pemilihan pendekatan yang tepat. Pendekatan Kontekstual sebagai pendekatan yang
memiliki tujuh komponen di dalamnya dianggap sebagai pendekatan yang sesuai digunakan untuk tujuan
tersebut. Termasuk dalam pembelajaran menulis puisi. Melalui pendekatan tersebut, para pengajar salah
satunya dapat menggunakan penugasan yang beragam, seperti penugasan individu dan penugasan
kelompok. Mengingat para peserta didik juga memiliki keberagaman tingkat kecerdasan emosional yang
cukup berpengaruh terhadap proses maupun hasil pembelajaran. Untuk mengetahui pengaruh teknik
penugasan dalam pendekatan pembelajaran dan kecerdasan emosional terhadap kemampuan menulis
puisi peserta didik SMA Negeri 1 Leuwiliang Bogor, penelitian yang menggunakan metode eksperimen
dengan desain dua faktorial ini dilakukan terhadap sebanyak 68 peserta didik di SMAN 1 Leuwiliang
Bogor. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan untuk kemampuan
menulis puisi antara peserta didik yang belajar menggunakan teknik penugasan kelompok dalam
Pendekatan Kontekstual (A1) dan peserta didik yang belajar menggunakan teknik penugasan individu
dalam Pendekatan Kontekstual (A2). Pengaruh interaksi tersebut sangat signifikan antara pendekatan
pembelajaran dan kecerdasan emosional terhadap kemampuan menulis puisi pada peserta didik yang
menjadi kelompok perlakuan, yakni Fh = 34,04 > Ft = 4,08 (0,05). Berdasarkan hasil tersebut dapat
disimpulkan bahwa dalam pembelajaran menulis puisi, pengajar sebaiknya memilih teknik penugasan
kelompok untuk peserta didik dengan kecerdasan emosional tinggi dan teknik penugasan individu untuk
peserta didik dengan kecerdasan emosional rendah.


Kata kunci: menulis puisi, teknik penugasan , Pendekatan Kontekstual, kecerdasan emosional




1
    Marlina, M.Pd. Pengajar di Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Jakarta
Pendahuluan

       Menulis bukanlah sebuah kegiatan yang mudah. Tidak semua orang mampu dengan mudah
menyampaikan ide yang dimilikinya dalam bentuk tulisan. Untuk menghasilkan tulisan yang baik,
seseorang harus dapat memanfaatkan kedua belahan otak, yakni otak kanan (emosional) dan otak kiri
(logika) (Porter, 2000: 178). Dengan demikian, keseimbangan penggunaan emosi dan logika akan
memengaruhi hasil yang diperoleh secara maksimal dalam tulisan yang dihasilkan.

       Demikian halnya dalam menulis puisi. Dinyatakan bahwa “puisi adalah bentuk karya sastra yang
mengungkapkan pikiran dan perasaan penyair secara imajinatif dan disusun dengan mengkonsentrasikan
semua kekuatan bahasa dengan pengkonsentrasian struktur fisik dan struktur batinnya” (Waluyo, 1987:25).
Hal ini menjelaskan bahwa ketika seseorang bergelut dengan puisi, baik sebagai penulis maupun seorang
apresiator puisi, kedua unsur berupa pikiran dan perasaan itu harus benar-benar dilibatkan. Melalui
kegiatan berbahasa, kegiatan menulis puisi memaksa penulisnya untuk mengonsentrasikan diri pada alam
pikiran yang tidak dapat dilepaskan dari perasaannya. Demikian juga pada kemampuan berbahasanya,
baik dari tampilan luar maupun isi jiwa dari puisi tersebut. Seseorang yang menulis puisi harus
memperhatikan bahasa yang digunakan dalam puisinya.

       Secara umum, menulis puisi termasuk dalam sebuah kegiatan produktif yang mengharuskan ada
produk yang dihasilkan berupa puisi (Waluyo, 2003:44). Sebagai bagian dari kegiatan produktif, menulis
puisi termasuk dalam kegiatan apresiasi tingkat tinggi yang membutuhkan penguasaan baik secara materi,
teknik, maupun penerapan kaidah-kaidah penulisan puisi yang harus diterapkannya dalam praktik menulis
puisi. Adapun    hal-hal yang harus diketahui ketika menulis puisi mencakup kemampuan dalam
menentukan tema, perasaan, nada dan suasana, amanat, dan unsur pencitraan (Djojossuroto, 2009: 25).

       Demikian halnya dalam pembelajaran di sekolah, khususnya SMA, kegiatan menulis puisi juga
merupakan pembelajaran produktif berbahasa yang mengharuskan para siswa untuk menghasilkan
sebuah karya berupa puisi. Untuk sampai pada kegiatan produktif tersebut maka para peserta didik harus
diberi sajian pembelajaran yang tidak hanya berfokus pada hasil, namun harus juga memperhatikan
sederetan proses untuk akhirnya sampai pada sebuah hasil. Dengan demikian, seorang pengajar harus
mampu memilih sebuah pendekatan pembelajaran yang tepat guna menciptakan ketercapaian kedua hal
tersebut dalam pembelajaran menulis puisi.
Salah satu pendekatan pembelajaran yang mengacu pada proses pembelajaran adalah
Pendekatan Kontekstual. Pendekatan ini merupakan pendekatan yang tidak hanya berpusat pada hasil,
namun terlebih pada proses belajar mengajar. Dengan pendekatan ini pengajar dapat menciptakan iklim
pembelajaran yang berlangsung secara alamiah dalam bentuk kegiatan peserta didik bekerja dan
mengalami, bukan sekadar mengalihkan pengetahuan dari guru kepada peserta didik. Seperti dinyatakan
bahwa pada Pendekatan Kontekstual ini dalam proses pembelajarannya, strategi pembelajaran lebih
dipentingkan daripada hasil, sehingga apa yang dipelajari peserta didik akan benar-benar membekas
dalam diri mereka (Gulo, 2002: 5-6). Pembelajaran ini juga sangat efektif diterapkan dalam semua
pembelajaran, termasuk dalam pembelajaran menulis puisi.

       Dalam pendekatan ini, terdapat tujuh komponen yang harus terintegrasi dalam sebuah proses
pembelajaran. Ketujuh komponen tersebut adalah konstruktivisme (Constructivism), bertanya
(Questioning), menemukan (inquiry), masyarakat belajar (Learning Community), pemodelan (Modelling),
refleksi (reflection), dan penilaian sebenarnya (Authentic Assasement) (Akademik LPMP Sulawesi
Selatan). Ketujuh komponen tersebut dapat diterapkan dalam langkah-langkah praktis sebagai berikut:

       1) Kaitkan setiap mata pelajaran yang ingin diajarkan kepada anak didik, dengan seorang tokoh
           yang sukses dalam menerapkan mata pelajaran tersebut.
       2) Kisahkan terlebih dahulu riwayat hidup sang tokoh atau temukan cara-cara sukses yang
           ditempuh sang tokoh dalam menerapkan ilmu yang dimilikinya
       3) Rumuskan dan tunjukkan manfaat yang jelas dan spesifik kepada anak didik berkaitan dengan
           ilmu (mata pelajaran) yang akan diajarkan kepada mereka.
       4) Upayakanlah agar ilmu yang dipelajari di sekolah dapat memotivasi anak didik untuk
           mengulang, dan terutama mengaitkannya dengan kehidupan keseharian mereka.
       5) Berikan kebebasan kepada setiap anak didik untuk mengkonstruksi ilmu-ilmu yang
           diterimanya secara subjektif sehingga anak didik dapat menemukan sendiri cara belajar
           alamiah yang cocok dengan dirinya.
       6) Galilah kekayaan emosi yang ada pada diri setiap anak didik dan biarkan mereka
           mengekspresikannya dengan bebas.
       7) Bimbing mereka untuk menggunakan emosi-dalam setiap menerima pelajaran atau dalam
          kegiatan lain di sekolah-sehingga diri anak didik penuh arti (tidak sia-sia dalam belajar di
          sekolah) (Hernowo, 2005: 93)

       Bila ditelaah dengan baik, langkah-langkah dalam Pendekatan Kontekstual tersebut sangat baik
digunakan untuk mengasah kecerdasan emosional peserta didik. Misalnya kemampuan dalam memotivasi
diri, menyelesaikan konflik, dan membangun kerja sama sebagai salah satu kegiatan yang menonjolkan
kecerdasan interpersonal dan kecerdasan intrapersonal peserta didik. Mengingat bahwa hal-hal tersebut
termasuk dalam bentuk yang dapat mengukur kecerdasan emosional peserta didik. Dengan demikian akan
terlihat bagaimana pengaruh kecerdasan emosional melalui sebuah interaksi yang terjadi dalam kegiatan
pembelajaran yang diciptakan melalui Pendekatan Kontekstual.

       Kecerdasan emosional sendiri merupakan kemampuan seperti halnya kemampuan untuk
memotivasi diri sendiri dan bertahan menghadapi frustrasi; untuk mengontrol impuls dan menunda
kepuasan; untuk mengatur suasana hati seseorang dan untuk menjaga tekanan dari keterbatasan
pemikiran; untuk berempati dan berharap. Tidak seperti IQ, dengan hampir seratus tahun sejarah
penelitian dengan ratusan ribu orang Adapun lima wilayah emosi mencakup kemampuan sebagai berikut:

1) mengenali diri yaitu mengenai perasaan sewaktu perasaan itu terjadi. Ini merupakan dasar kecerdasan
   emosional yaitu kemampuan untuk memantau perasaan dari waktu ke waktu.
2) Mengelola emosi, yaitu kemampuan menangani perasaan agar perasaan dapat terungkap dengan
   tepat. Ini tergantung pada kesadaran diri seperti kemampuan untuk menghadapi badai emosi dan
   dapat memperkirakan berapa lama emosi berlangsung.

3) Memotivasi diri sendiri, yaitu kemampuan menata emosi sebagai alat untuk mencapai tujuan.

4) Mengenali emosi orang lain, yaitu kemampuan bergaul berdasarkan kesadaran diri emosionalnya.

5) Membina hubungan, yaitu kemampuan untuk dapat mengelola emosi orang lain.

   (Goleman, 1995)

       Untuk mengukur hasil pembelajaran, pengajar dapat memilih dua jenis teknik penugasan yang
berbeda, yakni penugasan individu dan penugasan kelompok. Hal ini sejalan dengan Pendekatan
Kontekstual yang merupakan acuan dasar dalam penelitian ini. Peserta didik dengan tingkat kecerdasan
emosional berbeda, tentu membutuhkan proses pelaksanaan kegiatan belajar mengajar yang juga berbeda
pula. Dalam hal ini, komponen sistem pembelajaran kontekstual yang mengedepankan kegiatan belajar
mandiri dan kerja sama dapat menjadi acuan untuk membedakan peserta didik yang memiliki kecerdasan
emosional tinggi dan peserta didik yang memiliki kecerdasan emosional rendah. Melalui dua komponen
sistem pengajaran dan pembelajaran ini, akan terlihat pemilihan teknik penugasan yang tepat untuk
digunakan pada masing-masing peserta didik dengan kecerdasan emosional yang berbeda.
Dengan menggunakan dua teknik penugasan yang berbeda ini akan terlihat kemampuan peserta
didik yang memiliki kecerdasan emosional rendah dan yang memiliki kecerdasan emosional tinggi
sehingga akan terlihat bentuk penugasan yang lebih baik bagi dua tingkat kecerdasan tersebut.

Metode Penelitian

        Variabel-variabel penelitian ini adalah teknik penugasan dalam pendekatan pembelajaran (variabel
terikat (X1)) dan kecerdasan emosional (variabel terikat (X2)) dan kemampuan menulis puisi (variabel
bebas (Y)).

        Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan

menggunakan desain dua faktorial.

                                                   Tabel 1
                                          Desain Faktorial Penelitian
      Teknik Penugasan        dalam        Teknik Penugasan                Teknik Penugasan
              Pendekatan Kontekstual        Kelompok dalam                 Individu dalam
                                            Pendekatan Kontekstual         Pendekatan
                                            (A1)                           Kontekstual
Kecerdasan emosional                                                       (A2)
Kecerdasan Emosional Tinggi (B1)                       (A1B1)                       (A2B1)
Kecerdasan Emosional Rendah (B2)                       (A1B2)                       (A2B2)
Keterangan:
A1B1      : kelompok yang memiliki kecerdasan emosional tinggi yang belajar menggunakan teknik
          penugasan kelompok dalam Pendekatan Kontekstual
A1 B2     : Kelompok yang memiliki kecedasan emosional rendah yang belajar menggunakan teknik
          penugasan kelompok dalam Pendekatan Kontekstual
A2B1      : kelompok yang memiliki kecerdasan emosional tinggi yang belajar menggunakan teknik
          penugasan individu dalam Pendekatan Kontekstual
A2B2      : kelompok yang memiliki kecerdasan emosional rendah yang belajar menggunakan
          Pendekatan Kontekstual dengan teknik penugasan individu dalam Pendekatan Kontekstual

        Responden dalam penelitian ini adalah peserta didik SMAN 1 Leuwiliang Bogor sebanyak 68
peserta didik (2 kelas belajar). Penarikan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik stage
random sampling, yakni dengan memilih secara acak kelas yang akan dijadikan sampel penelitian.
Pemilihan dilakukan dengan cara mengundi delapan kelas yang ada dan memilih dua kelas sebagai kelas
penelitian. Dua kelas yang terpilih akan diundi lagi menjadi kelas yang mendapatkan kegiatan
pembelajaran menulis puisi menggunakan Teknik penugasan kelompok dan kelas yang mendapatkan
pembelajaran menulis puisi menggunakan Teknik penugasan individu.

         Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan tes menulis puisi (Y) dan tes kecerdasan
emosional (X2). Tes kemampuan menulis puisi dengan aspek penilaian pada: (1) kesesuaian tema dengan
isi, (2) Kedalaman gagasan, (3) Ketepatan diksi, (4) Tipografi, (5) Irama dalam puisi, dan (6) Orisinalitas
karya. Sementara itu, tes kecerdasan emosional menggunakan kuesioner dengan skala likert skor 1-4.
Adapun skor ini dinyatakan dengan pernyataan selalu (skor 4), sering, (skor 3), kadang-kadang (skor 2),
dan tidak pernah (skor 1).

Hasil Penelitian

         Rata-rata hasil skor menulis puisi peserta didik kelas X di SMAN 1 Leuwiliang menggunakan
pendekatan pembelajaran (teknik penugasan kelompok dan teknik penugasan individu) berdasarkan
tingkat kecerdasan emosional disajikan dalam tabee berikut.

                                                 Tabel 2
                                   Deskripsi Data Hasil Menulis Puisi

                                  Pendekatan CTL
                                                                                Total
    EI             keterangan              Penugasan              Penugasan
                                            Kelompok                Individu
                        N                          11                     11                       22
    Tinggi              ΣX                        956                    907                     1863
    (B1)
                     Rata-rata                  86,91                  82,45                   169,36
                       SD                        3,62                   5,68                      9,3
                       Var                       9,59                   25,1                    34,69


                       ΣX2                     83604,9              76128,75               159733,65
                        N                            11                   11                       22
    Rendah              ΣX                         570                   717                    1287
    (B2)
                     Rata-rata                   51,82                 65,18                      117
                       SD                           5,4                 3,57                     8,97
                       Var                       22,12                  9,34                   31,46


                       ΣX2                    28932,67              46502,75                 75435,42
N                        22                     22                   44
    Total                 ΣX                     1526                   1624                 3150
                       Rata-rata
                         SD                       9,02                   9,25                18,27
                         Var                     31,71                  34,44                66,15

                         ΣX2                112537,57                122631,5            235169,07


        Tabel tersebut menjelaskan bahwa rata-rata skor menulis puisi peserta didik dengan kecerdasan
emosinal tinggi yang belajar menggunakan teknik penugasan individu adalah 82, 45. Untuk peserta didik
dengan kecerdasan emosional yang sama menggunakan teknik penugasn kelompok adalah 86, 91.
Sementara itu, untuk peserta didik dengan kecerdasan emosional rendah yang belajar menggunakan
teknik penugasan individu adalah 65,18 dan yang menggunakan teknik penugasan kelompok 51,82.

        Selanjutnya, untuk melihat perbedaan pengaruh pendekatan pembelajaran (teknik penugasan
kelompok dan teknik penugasan individu) serta kecerdasan emosional terhadap kemampuan menulis puisi
peserta didik table digunakan uji Anava Dua Jalur. Hasil perhitungan yang telah dilakukan dirangkum
dalam tabel berikut.

                                                 Tabel 3
ANAVA Dua Jalur untuk Melihat Pengaruh Teknik Penugasan dalam Pendekatan Pembelajaran dan
          Kecerdasan Emosional terhadap Kemampuan Menulis Puisi Peserta Didik

                                                                                Ftabel

 Sumber Variasi                Dk           JK             RJK        Fh        5%           1%
                                                                      8,51
 Antarkolom                    2-1=1        218,28         218,28
                                                                      293,98                 7,31
 Antarbaris                    2-1 =1       7540,36        7540,36
 Interaksi (kolom         X                                           34,04
 baris)                        1X1 = 1      873,09         873,09
 Antarkelompok                 3            8631,73        2877,24
                                            1025,98        25,65                 4,08
                               44 - (2X2) =
 Dalam kelompok                40
 Total                         44 - 1 = 43  4225,49
Keterangan
dk: derajat kebebasan
JK: jumlah kuadrat
RJK: Rata-rata jumlah kuadrat
        Berdasarkan perhitungan ANAVA pada tabel tersebut dapat dilihat bahwa Fhitung untuk faktor
interaksi adalah 34,04 lebih besar daripada Ftabel = 4,08 untuk = 0,05 dan Ft= 7,31 untuk = 0,01.

                                               Gambar 1
  Interaksi Pendekatan Pembelajaran dan Kecerdasan Emosional terhadap Kemampuan Menulis
                                      Puisi Peserta Didik




Berdasarkan gambar tersebut diketahui bahwa nilai menulis puisi peserta didik yang belajar menggunakan
teknik penugasan kelompok berdasarkan pengelompokkan tingkat kecerdasan emosional adalah dengan
nilai tertinggi 93 dan nilai terendah 44,33. Untuk peserta didik yang belajar menggunakan teknik
penugasan individu berdasarkan pengelompokkan tingkat kecerdasan emosional adalah dengan nilai
tertinggi 91,67 dan nilai terendah 59, 33. Dengan demikian, pengaruh interaksinya dapat dilihat pada
gambar tersebut.

        Dari hasil interaksi tersebut maka dapat dikatakan bahwa pembelajaran menulis puisi untuk
peserta didik kelas X pada sekolah tersebut lebih baik menggunakan teknik penugasan kelompok dalam
Pendekatan Kontekstual untuk peserta didik yang memiliki kecerdasan emosional tinggi dan menggunakan
teknik penugasan individu dalam Pendekatan Kontekstual bagi peserta didik yang memiliki kecerdasan
emosional rendah.

Kesimpulan dan Saran

        Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa dalam pembelajaran bahasa
Indonesia, khususnya untuk pembelajaran menulis puisi selain ditentukan oleh penggunaan teknik
penugasan dalam pendekatan pembelajaran juga didukung oleh kecerdasan emosional peserta didik. Bagi
peserta didik yang memiliki kecerdasan emosional tinggi dapat digunakan teknik penugasan kelompok
dalam Pendekatan Kontekstual, sedangkan untuk peserta didik yang memiliki kecerdasan emosional
rendah dapat digunakan teknik penugasan individu dalam Pendekatan Kontekstual.

        Disarankan kepada para pengajar bahasa Indonesia, khususnya dalam pembelajaran menulis
puisi di SMA agar menggunakan variasi dalam bentuk penugasan. Penugasan individu dan penugasan
berkelompok akan berpengaruh terhadap kegiatan belajar mengajar, mengingat para peserta didik juga
memiliki keberagaman dari segi tingkat kecerdasan emosional. Selain itu, para pengajar sebaiknya juga
mempertimbangkan makna pembelajaran tersebut bagi kehidupan sehari-hari peserta didik baik dalam
kehidupan sekarang maupun kehidupan yang akan datang.

Daftar Pustaka

Akademik LPMP Sulawesi Selatan. Pendekatan Kontekstual/Contextual Teaching and Learning, (Online),
    (http://www.bpupg.go.id/buletin/akademik.php)
DePorter, Bobbi dan Mike Hernackle. Quantum Learning. Bandung:Kaifa. 2000.
Djojosuroto, Kinayati. Menulis Puisi Sebuah Panorama Pembelajaran. Jakarta: Emdje Logos. 2009.
Goleman, Daniel . Emotional Intelligence. New York Toronto London Sydney Auckland: Bantam Books.
    1995.
Gulo, W. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Grasindo. 2002.
Hernowo. Menjadi Guru yang Mau dan Mampu Mengajar dengan Menggunakan Pendekatan Kontekstual.
      Bandung : Mizan. 2005.
Waluyo, Herman J. Teori dan Apresiasi Puisi. Jakarta:Penerbit Erlangga. 1987.
Waluyo, Herman J. Apresiasi Puisi untuk Pelajar dan Mahasiswa. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
    2003.
Filename:               Contoh artikel hasil penelitian
Directory:              D:JBSIMKUSTIS BARU
Template:               C:Documents and SettingsmarlinApplication
     DataMicrosoftTemplatesNormal.dotm
Title:
Subject:
Author:                 marlin
Keywords:
Comments:
Creation Date:          1/20/2013 8:27:00 AM
Change Number:          3
Last Saved On:          1/20/2013 4:09:00 PM
Last Saved By:          marlin
Total Editing Time:     173 Minutes
Last Printed On:        1/20/2013 4:11:00 PM
As of Last Complete Printing
     Number of Pages: 9
     Number of Words: 2,758 (approx.)
     Number of Characters:      15,725 (approx.)

Más contenido relacionado

La actualidad más candente

Bahasa sebagai sistem
Bahasa sebagai sistemBahasa sebagai sistem
Bahasa sebagai sistem
Ester Emilia
 
karakteristik umum bahasa indonesia keilmuan
karakteristik umum bahasa indonesia keilmuankarakteristik umum bahasa indonesia keilmuan
karakteristik umum bahasa indonesia keilmuan
Anang Dwi Purwanto
 
Pancasila dalam Kajian Sejarah Bangsa Indonesia
Pancasila dalam Kajian Sejarah Bangsa IndonesiaPancasila dalam Kajian Sejarah Bangsa Indonesia
Pancasila dalam Kajian Sejarah Bangsa Indonesia
Riska Yuliatiningsih
 
Makalah individu
Makalah individuMakalah individu
Makalah individu
taufiq99
 
Contoh Proposal PKMK
Contoh Proposal PKMKContoh Proposal PKMK
Contoh Proposal PKMK
Hery budiyanto
 
CONTOH PROPOSAL PKM-GAGASAN TERTULIS (PKM-GT) (DIDANAI DIKTI 2017)
CONTOH PROPOSAL PKM-GAGASAN TERTULIS (PKM-GT) (DIDANAI DIKTI 2017)CONTOH PROPOSAL PKM-GAGASAN TERTULIS (PKM-GT) (DIDANAI DIKTI 2017)
CONTOH PROPOSAL PKM-GAGASAN TERTULIS (PKM-GT) (DIDANAI DIKTI 2017)
Meda Aji Saputro
 
Perbandingan pancasila dengan ideologi ideologi lainnya
Perbandingan pancasila dengan ideologi ideologi lainnyaPerbandingan pancasila dengan ideologi ideologi lainnya
Perbandingan pancasila dengan ideologi ideologi lainnya
Adrian Ekstrada
 

La actualidad más candente (20)

Kalimat efektif ppt
Kalimat efektif pptKalimat efektif ppt
Kalimat efektif ppt
 
Contoh Modul
Contoh Modul Contoh Modul
Contoh Modul
 
Cover Makalah Ilmu Lingkungan
Cover Makalah Ilmu LingkunganCover Makalah Ilmu Lingkungan
Cover Makalah Ilmu Lingkungan
 
Bahasa sebagai sistem
Bahasa sebagai sistemBahasa sebagai sistem
Bahasa sebagai sistem
 
Tugas paper
Tugas paperTugas paper
Tugas paper
 
karakteristik umum bahasa indonesia keilmuan
karakteristik umum bahasa indonesia keilmuankarakteristik umum bahasa indonesia keilmuan
karakteristik umum bahasa indonesia keilmuan
 
Pancasila dalam Kajian Sejarah Bangsa Indonesia
Pancasila dalam Kajian Sejarah Bangsa IndonesiaPancasila dalam Kajian Sejarah Bangsa Indonesia
Pancasila dalam Kajian Sejarah Bangsa Indonesia
 
Laporan hasil analisis
Laporan hasil analisisLaporan hasil analisis
Laporan hasil analisis
 
Format penulisan laporan
Format penulisan laporanFormat penulisan laporan
Format penulisan laporan
 
CONTOH BIODATA PENULIS DAN MOTTO DALAM SKRIPSI
 CONTOH BIODATA PENULIS DAN MOTTO DALAM SKRIPSI CONTOH BIODATA PENULIS DAN MOTTO DALAM SKRIPSI
CONTOH BIODATA PENULIS DAN MOTTO DALAM SKRIPSI
 
Makalah individu
Makalah individuMakalah individu
Makalah individu
 
Contoh Proposal PKMK
Contoh Proposal PKMKContoh Proposal PKMK
Contoh Proposal PKMK
 
Contoh karya tulis ilmiah lengkap
Contoh karya tulis ilmiah lengkapContoh karya tulis ilmiah lengkap
Contoh karya tulis ilmiah lengkap
 
Sumber Historis, Sosiologis, Politis Pancasila sebagai Sistem Etika
Sumber Historis, Sosiologis, Politis Pancasila sebagai Sistem EtikaSumber Historis, Sosiologis, Politis Pancasila sebagai Sistem Etika
Sumber Historis, Sosiologis, Politis Pancasila sebagai Sistem Etika
 
Ciri-ciri Teks Akademik
Ciri-ciri Teks AkademikCiri-ciri Teks Akademik
Ciri-ciri Teks Akademik
 
CONTOH JURNAL SKRIPSI GUNADARMA
CONTOH JURNAL SKRIPSI GUNADARMACONTOH JURNAL SKRIPSI GUNADARMA
CONTOH JURNAL SKRIPSI GUNADARMA
 
Kata pengantar, abstrak dan daftar isi
Kata pengantar, abstrak dan daftar isiKata pengantar, abstrak dan daftar isi
Kata pengantar, abstrak dan daftar isi
 
CONTOH PROPOSAL PKM-GAGASAN TERTULIS (PKM-GT) (DIDANAI DIKTI 2017)
CONTOH PROPOSAL PKM-GAGASAN TERTULIS (PKM-GT) (DIDANAI DIKTI 2017)CONTOH PROPOSAL PKM-GAGASAN TERTULIS (PKM-GT) (DIDANAI DIKTI 2017)
CONTOH PROPOSAL PKM-GAGASAN TERTULIS (PKM-GT) (DIDANAI DIKTI 2017)
 
Perbandingan pancasila dengan ideologi ideologi lainnya
Perbandingan pancasila dengan ideologi ideologi lainnyaPerbandingan pancasila dengan ideologi ideologi lainnya
Perbandingan pancasila dengan ideologi ideologi lainnya
 
Makalah shalat
Makalah shalatMakalah shalat
Makalah shalat
 

Similar a Contoh artikel hasil penelitian baru

Teknik dan langkah langkah pengajaran puisi visiuniversal
Teknik dan langkah langkah pengajaran puisi   visiuniversalTeknik dan langkah langkah pengajaran puisi   visiuniversal
Teknik dan langkah langkah pengajaran puisi visiuniversal
Manusia Tertindas
 
Konsep pembelajaran seni terpadu (lengkap) ok 1
Konsep pembelajaran seni terpadu (lengkap) ok 1Konsep pembelajaran seni terpadu (lengkap) ok 1
Konsep pembelajaran seni terpadu (lengkap) ok 1
saeful_4h13
 

Similar a Contoh artikel hasil penelitian baru (20)

Makalah bahasa
Makalah bahasaMakalah bahasa
Makalah bahasa
 
Teknik dan langkah langkah pengajaran puisi visiuniversal
Teknik dan langkah langkah pengajaran puisi   visiuniversalTeknik dan langkah langkah pengajaran puisi   visiuniversal
Teknik dan langkah langkah pengajaran puisi visiuniversal
 
Artikel PTK
Artikel PTKArtikel PTK
Artikel PTK
 
Metode Peta Pikiran (Mind Mapping) dalam Pembelajaran Menulis Narasi Bahasa I...
Metode Peta Pikiran (Mind Mapping) dalam Pembelajaran Menulis Narasi Bahasa I...Metode Peta Pikiran (Mind Mapping) dalam Pembelajaran Menulis Narasi Bahasa I...
Metode Peta Pikiran (Mind Mapping) dalam Pembelajaran Menulis Narasi Bahasa I...
 
Tindak tutur direktif pendidik dalam interaksi belajar mengajar
Tindak tutur direktif pendidik dalam interaksi belajar mengajarTindak tutur direktif pendidik dalam interaksi belajar mengajar
Tindak tutur direktif pendidik dalam interaksi belajar mengajar
 
Bbm 4
Bbm 4Bbm 4
Bbm 4
 
Teori bahasa
Teori bahasaTeori bahasa
Teori bahasa
 
MIFTAHUZ ZUHAN-Paket-3.2.docx
MIFTAHUZ ZUHAN-Paket-3.2.docxMIFTAHUZ ZUHAN-Paket-3.2.docx
MIFTAHUZ ZUHAN-Paket-3.2.docx
 
M uas
M uasM uas
M uas
 
Konsep pembelajaran seni terpadu (lengkap) ok 1
Konsep pembelajaran seni terpadu (lengkap) ok 1Konsep pembelajaran seni terpadu (lengkap) ok 1
Konsep pembelajaran seni terpadu (lengkap) ok 1
 
Pertemuan 1
Pertemuan 1Pertemuan 1
Pertemuan 1
 
Pertemuan 1
Pertemuan 1Pertemuan 1
Pertemuan 1
 
Strategi kognitif kel3 pak rohmat
Strategi kognitif kel3 pak rohmatStrategi kognitif kel3 pak rohmat
Strategi kognitif kel3 pak rohmat
 
KPS3014
KPS3014KPS3014
KPS3014
 
Ctl 1
Ctl 1Ctl 1
Ctl 1
 
Power point
Power pointPower point
Power point
 
Psikolinguistik
Psikolinguistik Psikolinguistik
Psikolinguistik
 
studi wacana-pengajaran wacana
studi wacana-pengajaran wacanastudi wacana-pengajaran wacana
studi wacana-pengajaran wacana
 
simulasi mengajar pembelajaran terpadu.pdf
simulasi mengajar pembelajaran terpadu.pdfsimulasi mengajar pembelajaran terpadu.pdf
simulasi mengajar pembelajaran terpadu.pdf
 
Nota bmm-3116
Nota bmm-3116Nota bmm-3116
Nota bmm-3116
 

Más de Marliena An

Panduan pembakuan istilah
Panduan pembakuan istilahPanduan pembakuan istilah
Panduan pembakuan istilah
Marliena An
 
Pedoman umum pembentukan istilah_pbn
Pedoman umum pembentukan istilah_pbnPedoman umum pembentukan istilah_pbn
Pedoman umum pembentukan istilah_pbn
Marliena An
 
Kamus tesaurus bahasa-indonesia
Kamus tesaurus bahasa-indonesiaKamus tesaurus bahasa-indonesia
Kamus tesaurus bahasa-indonesia
Marliena An
 
Pedoman umum ejaan-yang_disempurnakan
Pedoman umum ejaan-yang_disempurnakanPedoman umum ejaan-yang_disempurnakan
Pedoman umum ejaan-yang_disempurnakan
Marliena An
 
Psikologi Sastra Novel "Cala Ibi"
Psikologi Sastra Novel "Cala Ibi"Psikologi Sastra Novel "Cala Ibi"
Psikologi Sastra Novel "Cala Ibi"
Marliena An
 
Proposal Penelitian Tindakan Kelas
Proposal Penelitian Tindakan KelasProposal Penelitian Tindakan Kelas
Proposal Penelitian Tindakan Kelas
Marliena An
 
Gaya dan Strategi Belajar
Gaya dan Strategi Belajar Gaya dan Strategi Belajar
Gaya dan Strategi Belajar
Marliena An
 
Pragmatik Lintas Budaya
Pragmatik Lintas Budaya Pragmatik Lintas Budaya
Pragmatik Lintas Budaya
Marliena An
 
Kreativitas dan Keterampilan Menulis
Kreativitas dan Keterampilan MenulisKreativitas dan Keterampilan Menulis
Kreativitas dan Keterampilan Menulis
Marliena An
 
Penilaian Buku Pelajaran
Penilaian Buku PelajaranPenilaian Buku Pelajaran
Penilaian Buku Pelajaran
Marliena An
 
Resepsi sastra film
Resepsi sastra filmResepsi sastra film
Resepsi sastra film
Marliena An
 
Pengembangan Materi Ajar
Pengembangan Materi AjarPengembangan Materi Ajar
Pengembangan Materi Ajar
Marliena An
 
Metodologi Pembelajaran
Metodologi PembelajaranMetodologi Pembelajaran
Metodologi Pembelajaran
Marliena An
 
Pengembangan Tes Kosakata dengan Ancangan Descrete
Pengembangan Tes Kosakata dengan Ancangan DescretePengembangan Tes Kosakata dengan Ancangan Descrete
Pengembangan Tes Kosakata dengan Ancangan Descrete
Marliena An
 

Más de Marliena An (17)

Panduan pembakuan istilah
Panduan pembakuan istilahPanduan pembakuan istilah
Panduan pembakuan istilah
 
Pedoman umum pembentukan istilah_pbn
Pedoman umum pembentukan istilah_pbnPedoman umum pembentukan istilah_pbn
Pedoman umum pembentukan istilah_pbn
 
Kamus tesaurus bahasa-indonesia
Kamus tesaurus bahasa-indonesiaKamus tesaurus bahasa-indonesia
Kamus tesaurus bahasa-indonesia
 
Pedoman umum ejaan-yang_disempurnakan
Pedoman umum ejaan-yang_disempurnakanPedoman umum ejaan-yang_disempurnakan
Pedoman umum ejaan-yang_disempurnakan
 
Psikologi Sastra Novel "Cala Ibi"
Psikologi Sastra Novel "Cala Ibi"Psikologi Sastra Novel "Cala Ibi"
Psikologi Sastra Novel "Cala Ibi"
 
Proposal Penelitian Tindakan Kelas
Proposal Penelitian Tindakan KelasProposal Penelitian Tindakan Kelas
Proposal Penelitian Tindakan Kelas
 
Gaya dan Strategi Belajar
Gaya dan Strategi Belajar Gaya dan Strategi Belajar
Gaya dan Strategi Belajar
 
Seminar Proposal Tesis
Seminar Proposal TesisSeminar Proposal Tesis
Seminar Proposal Tesis
 
Pragmatik Lintas Budaya
Pragmatik Lintas Budaya Pragmatik Lintas Budaya
Pragmatik Lintas Budaya
 
Kreativitas dan Keterampilan Menulis
Kreativitas dan Keterampilan MenulisKreativitas dan Keterampilan Menulis
Kreativitas dan Keterampilan Menulis
 
Penilaian Buku Pelajaran
Penilaian Buku PelajaranPenilaian Buku Pelajaran
Penilaian Buku Pelajaran
 
Resepsi sastra film
Resepsi sastra filmResepsi sastra film
Resepsi sastra film
 
Pengembangan Materi Ajar
Pengembangan Materi AjarPengembangan Materi Ajar
Pengembangan Materi Ajar
 
Metodologi Pembelajaran
Metodologi PembelajaranMetodologi Pembelajaran
Metodologi Pembelajaran
 
Pengembangan Tes Kosakata dengan Ancangan Descrete
Pengembangan Tes Kosakata dengan Ancangan DescretePengembangan Tes Kosakata dengan Ancangan Descrete
Pengembangan Tes Kosakata dengan Ancangan Descrete
 
Analisis Kesalahan Berbahasa
Analisis Kesalahan BerbahasaAnalisis Kesalahan Berbahasa
Analisis Kesalahan Berbahasa
 
Analisis Kontrastif Pembentukan Kata Kerja
Analisis Kontrastif Pembentukan Kata KerjaAnalisis Kontrastif Pembentukan Kata Kerja
Analisis Kontrastif Pembentukan Kata Kerja
 

Contoh artikel hasil penelitian baru

  • 1. PENGARUH TEKNIK PENUGASAN DALAM PENDEKATAN PEMBELAJARAN DAN KECERDASAN EMOSIONAL TERHADAP KEMAMPUAN MENULIS PUISI Studi Eksperimen di SMAN 1 Leuwiliang Bogor (2010) Marlina1 Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Jakarta literaterama@gmail.com Abstrak Kegiatan menulis sebagai kegiatan produktif mengharuskan penggunaan otak kiri dan otak kanan secara seimbang. Termasuk kegiatan menulis puisi yang mengharuskan seorang penulis menciptakan sebuah puisi dengan mengonsentrasikan segala pikiran dan perasaan dalam bentuk bahasa. Dalam pembelajaran menulis puisi di SMA, pembelajaran tidak bisa hanya difokuskan pada hasil. Lebih dari itu, para pengajar harus mengombinasikan pembelajaran yang secara nyata sebuah proses yang berkesinambungan mulai dari proses hingga pada hasil. Untuk menciptakan pembelajaran semacam itu, tentulah diperlukan pemilihan pendekatan yang tepat. Pendekatan Kontekstual sebagai pendekatan yang memiliki tujuh komponen di dalamnya dianggap sebagai pendekatan yang sesuai digunakan untuk tujuan tersebut. Termasuk dalam pembelajaran menulis puisi. Melalui pendekatan tersebut, para pengajar salah satunya dapat menggunakan penugasan yang beragam, seperti penugasan individu dan penugasan kelompok. Mengingat para peserta didik juga memiliki keberagaman tingkat kecerdasan emosional yang cukup berpengaruh terhadap proses maupun hasil pembelajaran. Untuk mengetahui pengaruh teknik penugasan dalam pendekatan pembelajaran dan kecerdasan emosional terhadap kemampuan menulis puisi peserta didik SMA Negeri 1 Leuwiliang Bogor, penelitian yang menggunakan metode eksperimen dengan desain dua faktorial ini dilakukan terhadap sebanyak 68 peserta didik di SMAN 1 Leuwiliang Bogor. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan untuk kemampuan menulis puisi antara peserta didik yang belajar menggunakan teknik penugasan kelompok dalam Pendekatan Kontekstual (A1) dan peserta didik yang belajar menggunakan teknik penugasan individu dalam Pendekatan Kontekstual (A2). Pengaruh interaksi tersebut sangat signifikan antara pendekatan pembelajaran dan kecerdasan emosional terhadap kemampuan menulis puisi pada peserta didik yang menjadi kelompok perlakuan, yakni Fh = 34,04 > Ft = 4,08 (0,05). Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa dalam pembelajaran menulis puisi, pengajar sebaiknya memilih teknik penugasan kelompok untuk peserta didik dengan kecerdasan emosional tinggi dan teknik penugasan individu untuk peserta didik dengan kecerdasan emosional rendah. Kata kunci: menulis puisi, teknik penugasan , Pendekatan Kontekstual, kecerdasan emosional 1 Marlina, M.Pd. Pengajar di Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Jakarta
  • 2. Pendahuluan Menulis bukanlah sebuah kegiatan yang mudah. Tidak semua orang mampu dengan mudah menyampaikan ide yang dimilikinya dalam bentuk tulisan. Untuk menghasilkan tulisan yang baik, seseorang harus dapat memanfaatkan kedua belahan otak, yakni otak kanan (emosional) dan otak kiri (logika) (Porter, 2000: 178). Dengan demikian, keseimbangan penggunaan emosi dan logika akan memengaruhi hasil yang diperoleh secara maksimal dalam tulisan yang dihasilkan. Demikian halnya dalam menulis puisi. Dinyatakan bahwa “puisi adalah bentuk karya sastra yang mengungkapkan pikiran dan perasaan penyair secara imajinatif dan disusun dengan mengkonsentrasikan semua kekuatan bahasa dengan pengkonsentrasian struktur fisik dan struktur batinnya” (Waluyo, 1987:25). Hal ini menjelaskan bahwa ketika seseorang bergelut dengan puisi, baik sebagai penulis maupun seorang apresiator puisi, kedua unsur berupa pikiran dan perasaan itu harus benar-benar dilibatkan. Melalui kegiatan berbahasa, kegiatan menulis puisi memaksa penulisnya untuk mengonsentrasikan diri pada alam pikiran yang tidak dapat dilepaskan dari perasaannya. Demikian juga pada kemampuan berbahasanya, baik dari tampilan luar maupun isi jiwa dari puisi tersebut. Seseorang yang menulis puisi harus memperhatikan bahasa yang digunakan dalam puisinya. Secara umum, menulis puisi termasuk dalam sebuah kegiatan produktif yang mengharuskan ada produk yang dihasilkan berupa puisi (Waluyo, 2003:44). Sebagai bagian dari kegiatan produktif, menulis puisi termasuk dalam kegiatan apresiasi tingkat tinggi yang membutuhkan penguasaan baik secara materi, teknik, maupun penerapan kaidah-kaidah penulisan puisi yang harus diterapkannya dalam praktik menulis puisi. Adapun hal-hal yang harus diketahui ketika menulis puisi mencakup kemampuan dalam menentukan tema, perasaan, nada dan suasana, amanat, dan unsur pencitraan (Djojossuroto, 2009: 25). Demikian halnya dalam pembelajaran di sekolah, khususnya SMA, kegiatan menulis puisi juga merupakan pembelajaran produktif berbahasa yang mengharuskan para siswa untuk menghasilkan sebuah karya berupa puisi. Untuk sampai pada kegiatan produktif tersebut maka para peserta didik harus diberi sajian pembelajaran yang tidak hanya berfokus pada hasil, namun harus juga memperhatikan sederetan proses untuk akhirnya sampai pada sebuah hasil. Dengan demikian, seorang pengajar harus mampu memilih sebuah pendekatan pembelajaran yang tepat guna menciptakan ketercapaian kedua hal tersebut dalam pembelajaran menulis puisi.
  • 3. Salah satu pendekatan pembelajaran yang mengacu pada proses pembelajaran adalah Pendekatan Kontekstual. Pendekatan ini merupakan pendekatan yang tidak hanya berpusat pada hasil, namun terlebih pada proses belajar mengajar. Dengan pendekatan ini pengajar dapat menciptakan iklim pembelajaran yang berlangsung secara alamiah dalam bentuk kegiatan peserta didik bekerja dan mengalami, bukan sekadar mengalihkan pengetahuan dari guru kepada peserta didik. Seperti dinyatakan bahwa pada Pendekatan Kontekstual ini dalam proses pembelajarannya, strategi pembelajaran lebih dipentingkan daripada hasil, sehingga apa yang dipelajari peserta didik akan benar-benar membekas dalam diri mereka (Gulo, 2002: 5-6). Pembelajaran ini juga sangat efektif diterapkan dalam semua pembelajaran, termasuk dalam pembelajaran menulis puisi. Dalam pendekatan ini, terdapat tujuh komponen yang harus terintegrasi dalam sebuah proses pembelajaran. Ketujuh komponen tersebut adalah konstruktivisme (Constructivism), bertanya (Questioning), menemukan (inquiry), masyarakat belajar (Learning Community), pemodelan (Modelling), refleksi (reflection), dan penilaian sebenarnya (Authentic Assasement) (Akademik LPMP Sulawesi Selatan). Ketujuh komponen tersebut dapat diterapkan dalam langkah-langkah praktis sebagai berikut: 1) Kaitkan setiap mata pelajaran yang ingin diajarkan kepada anak didik, dengan seorang tokoh yang sukses dalam menerapkan mata pelajaran tersebut. 2) Kisahkan terlebih dahulu riwayat hidup sang tokoh atau temukan cara-cara sukses yang ditempuh sang tokoh dalam menerapkan ilmu yang dimilikinya 3) Rumuskan dan tunjukkan manfaat yang jelas dan spesifik kepada anak didik berkaitan dengan ilmu (mata pelajaran) yang akan diajarkan kepada mereka. 4) Upayakanlah agar ilmu yang dipelajari di sekolah dapat memotivasi anak didik untuk mengulang, dan terutama mengaitkannya dengan kehidupan keseharian mereka. 5) Berikan kebebasan kepada setiap anak didik untuk mengkonstruksi ilmu-ilmu yang diterimanya secara subjektif sehingga anak didik dapat menemukan sendiri cara belajar alamiah yang cocok dengan dirinya. 6) Galilah kekayaan emosi yang ada pada diri setiap anak didik dan biarkan mereka mengekspresikannya dengan bebas. 7) Bimbing mereka untuk menggunakan emosi-dalam setiap menerima pelajaran atau dalam kegiatan lain di sekolah-sehingga diri anak didik penuh arti (tidak sia-sia dalam belajar di sekolah) (Hernowo, 2005: 93) Bila ditelaah dengan baik, langkah-langkah dalam Pendekatan Kontekstual tersebut sangat baik digunakan untuk mengasah kecerdasan emosional peserta didik. Misalnya kemampuan dalam memotivasi diri, menyelesaikan konflik, dan membangun kerja sama sebagai salah satu kegiatan yang menonjolkan kecerdasan interpersonal dan kecerdasan intrapersonal peserta didik. Mengingat bahwa hal-hal tersebut termasuk dalam bentuk yang dapat mengukur kecerdasan emosional peserta didik. Dengan demikian akan
  • 4. terlihat bagaimana pengaruh kecerdasan emosional melalui sebuah interaksi yang terjadi dalam kegiatan pembelajaran yang diciptakan melalui Pendekatan Kontekstual. Kecerdasan emosional sendiri merupakan kemampuan seperti halnya kemampuan untuk memotivasi diri sendiri dan bertahan menghadapi frustrasi; untuk mengontrol impuls dan menunda kepuasan; untuk mengatur suasana hati seseorang dan untuk menjaga tekanan dari keterbatasan pemikiran; untuk berempati dan berharap. Tidak seperti IQ, dengan hampir seratus tahun sejarah penelitian dengan ratusan ribu orang Adapun lima wilayah emosi mencakup kemampuan sebagai berikut: 1) mengenali diri yaitu mengenai perasaan sewaktu perasaan itu terjadi. Ini merupakan dasar kecerdasan emosional yaitu kemampuan untuk memantau perasaan dari waktu ke waktu. 2) Mengelola emosi, yaitu kemampuan menangani perasaan agar perasaan dapat terungkap dengan tepat. Ini tergantung pada kesadaran diri seperti kemampuan untuk menghadapi badai emosi dan dapat memperkirakan berapa lama emosi berlangsung. 3) Memotivasi diri sendiri, yaitu kemampuan menata emosi sebagai alat untuk mencapai tujuan. 4) Mengenali emosi orang lain, yaitu kemampuan bergaul berdasarkan kesadaran diri emosionalnya. 5) Membina hubungan, yaitu kemampuan untuk dapat mengelola emosi orang lain. (Goleman, 1995) Untuk mengukur hasil pembelajaran, pengajar dapat memilih dua jenis teknik penugasan yang berbeda, yakni penugasan individu dan penugasan kelompok. Hal ini sejalan dengan Pendekatan Kontekstual yang merupakan acuan dasar dalam penelitian ini. Peserta didik dengan tingkat kecerdasan emosional berbeda, tentu membutuhkan proses pelaksanaan kegiatan belajar mengajar yang juga berbeda pula. Dalam hal ini, komponen sistem pembelajaran kontekstual yang mengedepankan kegiatan belajar mandiri dan kerja sama dapat menjadi acuan untuk membedakan peserta didik yang memiliki kecerdasan emosional tinggi dan peserta didik yang memiliki kecerdasan emosional rendah. Melalui dua komponen sistem pengajaran dan pembelajaran ini, akan terlihat pemilihan teknik penugasan yang tepat untuk digunakan pada masing-masing peserta didik dengan kecerdasan emosional yang berbeda.
  • 5. Dengan menggunakan dua teknik penugasan yang berbeda ini akan terlihat kemampuan peserta didik yang memiliki kecerdasan emosional rendah dan yang memiliki kecerdasan emosional tinggi sehingga akan terlihat bentuk penugasan yang lebih baik bagi dua tingkat kecerdasan tersebut. Metode Penelitian Variabel-variabel penelitian ini adalah teknik penugasan dalam pendekatan pembelajaran (variabel terikat (X1)) dan kecerdasan emosional (variabel terikat (X2)) dan kemampuan menulis puisi (variabel bebas (Y)). Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan menggunakan desain dua faktorial. Tabel 1 Desain Faktorial Penelitian Teknik Penugasan dalam Teknik Penugasan Teknik Penugasan Pendekatan Kontekstual Kelompok dalam Individu dalam Pendekatan Kontekstual Pendekatan (A1) Kontekstual Kecerdasan emosional (A2) Kecerdasan Emosional Tinggi (B1) (A1B1) (A2B1) Kecerdasan Emosional Rendah (B2) (A1B2) (A2B2) Keterangan: A1B1 : kelompok yang memiliki kecerdasan emosional tinggi yang belajar menggunakan teknik penugasan kelompok dalam Pendekatan Kontekstual A1 B2 : Kelompok yang memiliki kecedasan emosional rendah yang belajar menggunakan teknik penugasan kelompok dalam Pendekatan Kontekstual A2B1 : kelompok yang memiliki kecerdasan emosional tinggi yang belajar menggunakan teknik penugasan individu dalam Pendekatan Kontekstual A2B2 : kelompok yang memiliki kecerdasan emosional rendah yang belajar menggunakan Pendekatan Kontekstual dengan teknik penugasan individu dalam Pendekatan Kontekstual Responden dalam penelitian ini adalah peserta didik SMAN 1 Leuwiliang Bogor sebanyak 68 peserta didik (2 kelas belajar). Penarikan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik stage random sampling, yakni dengan memilih secara acak kelas yang akan dijadikan sampel penelitian. Pemilihan dilakukan dengan cara mengundi delapan kelas yang ada dan memilih dua kelas sebagai kelas penelitian. Dua kelas yang terpilih akan diundi lagi menjadi kelas yang mendapatkan kegiatan
  • 6. pembelajaran menulis puisi menggunakan Teknik penugasan kelompok dan kelas yang mendapatkan pembelajaran menulis puisi menggunakan Teknik penugasan individu. Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan tes menulis puisi (Y) dan tes kecerdasan emosional (X2). Tes kemampuan menulis puisi dengan aspek penilaian pada: (1) kesesuaian tema dengan isi, (2) Kedalaman gagasan, (3) Ketepatan diksi, (4) Tipografi, (5) Irama dalam puisi, dan (6) Orisinalitas karya. Sementara itu, tes kecerdasan emosional menggunakan kuesioner dengan skala likert skor 1-4. Adapun skor ini dinyatakan dengan pernyataan selalu (skor 4), sering, (skor 3), kadang-kadang (skor 2), dan tidak pernah (skor 1). Hasil Penelitian Rata-rata hasil skor menulis puisi peserta didik kelas X di SMAN 1 Leuwiliang menggunakan pendekatan pembelajaran (teknik penugasan kelompok dan teknik penugasan individu) berdasarkan tingkat kecerdasan emosional disajikan dalam tabee berikut. Tabel 2 Deskripsi Data Hasil Menulis Puisi Pendekatan CTL Total EI keterangan Penugasan Penugasan Kelompok Individu N 11 11 22 Tinggi ΣX 956 907 1863 (B1) Rata-rata 86,91 82,45 169,36 SD 3,62 5,68 9,3 Var 9,59 25,1 34,69 ΣX2 83604,9 76128,75 159733,65 N 11 11 22 Rendah ΣX 570 717 1287 (B2) Rata-rata 51,82 65,18 117 SD 5,4 3,57 8,97 Var 22,12 9,34 31,46 ΣX2 28932,67 46502,75 75435,42
  • 7. N 22 22 44 Total ΣX 1526 1624 3150 Rata-rata SD 9,02 9,25 18,27 Var 31,71 34,44 66,15 ΣX2 112537,57 122631,5 235169,07 Tabel tersebut menjelaskan bahwa rata-rata skor menulis puisi peserta didik dengan kecerdasan emosinal tinggi yang belajar menggunakan teknik penugasan individu adalah 82, 45. Untuk peserta didik dengan kecerdasan emosional yang sama menggunakan teknik penugasn kelompok adalah 86, 91. Sementara itu, untuk peserta didik dengan kecerdasan emosional rendah yang belajar menggunakan teknik penugasan individu adalah 65,18 dan yang menggunakan teknik penugasan kelompok 51,82. Selanjutnya, untuk melihat perbedaan pengaruh pendekatan pembelajaran (teknik penugasan kelompok dan teknik penugasan individu) serta kecerdasan emosional terhadap kemampuan menulis puisi peserta didik table digunakan uji Anava Dua Jalur. Hasil perhitungan yang telah dilakukan dirangkum dalam tabel berikut. Tabel 3 ANAVA Dua Jalur untuk Melihat Pengaruh Teknik Penugasan dalam Pendekatan Pembelajaran dan Kecerdasan Emosional terhadap Kemampuan Menulis Puisi Peserta Didik Ftabel Sumber Variasi Dk JK RJK Fh 5% 1% 8,51 Antarkolom 2-1=1 218,28 218,28 293,98 7,31 Antarbaris 2-1 =1 7540,36 7540,36 Interaksi (kolom X 34,04 baris) 1X1 = 1 873,09 873,09 Antarkelompok 3 8631,73 2877,24 1025,98 25,65 4,08 44 - (2X2) = Dalam kelompok 40 Total 44 - 1 = 43 4225,49 Keterangan dk: derajat kebebasan
  • 8. JK: jumlah kuadrat RJK: Rata-rata jumlah kuadrat Berdasarkan perhitungan ANAVA pada tabel tersebut dapat dilihat bahwa Fhitung untuk faktor interaksi adalah 34,04 lebih besar daripada Ftabel = 4,08 untuk = 0,05 dan Ft= 7,31 untuk = 0,01. Gambar 1 Interaksi Pendekatan Pembelajaran dan Kecerdasan Emosional terhadap Kemampuan Menulis Puisi Peserta Didik Berdasarkan gambar tersebut diketahui bahwa nilai menulis puisi peserta didik yang belajar menggunakan teknik penugasan kelompok berdasarkan pengelompokkan tingkat kecerdasan emosional adalah dengan nilai tertinggi 93 dan nilai terendah 44,33. Untuk peserta didik yang belajar menggunakan teknik penugasan individu berdasarkan pengelompokkan tingkat kecerdasan emosional adalah dengan nilai tertinggi 91,67 dan nilai terendah 59, 33. Dengan demikian, pengaruh interaksinya dapat dilihat pada gambar tersebut. Dari hasil interaksi tersebut maka dapat dikatakan bahwa pembelajaran menulis puisi untuk peserta didik kelas X pada sekolah tersebut lebih baik menggunakan teknik penugasan kelompok dalam Pendekatan Kontekstual untuk peserta didik yang memiliki kecerdasan emosional tinggi dan menggunakan
  • 9. teknik penugasan individu dalam Pendekatan Kontekstual bagi peserta didik yang memiliki kecerdasan emosional rendah. Kesimpulan dan Saran Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa dalam pembelajaran bahasa Indonesia, khususnya untuk pembelajaran menulis puisi selain ditentukan oleh penggunaan teknik penugasan dalam pendekatan pembelajaran juga didukung oleh kecerdasan emosional peserta didik. Bagi peserta didik yang memiliki kecerdasan emosional tinggi dapat digunakan teknik penugasan kelompok dalam Pendekatan Kontekstual, sedangkan untuk peserta didik yang memiliki kecerdasan emosional rendah dapat digunakan teknik penugasan individu dalam Pendekatan Kontekstual. Disarankan kepada para pengajar bahasa Indonesia, khususnya dalam pembelajaran menulis puisi di SMA agar menggunakan variasi dalam bentuk penugasan. Penugasan individu dan penugasan berkelompok akan berpengaruh terhadap kegiatan belajar mengajar, mengingat para peserta didik juga memiliki keberagaman dari segi tingkat kecerdasan emosional. Selain itu, para pengajar sebaiknya juga mempertimbangkan makna pembelajaran tersebut bagi kehidupan sehari-hari peserta didik baik dalam kehidupan sekarang maupun kehidupan yang akan datang. Daftar Pustaka Akademik LPMP Sulawesi Selatan. Pendekatan Kontekstual/Contextual Teaching and Learning, (Online), (http://www.bpupg.go.id/buletin/akademik.php) DePorter, Bobbi dan Mike Hernackle. Quantum Learning. Bandung:Kaifa. 2000. Djojosuroto, Kinayati. Menulis Puisi Sebuah Panorama Pembelajaran. Jakarta: Emdje Logos. 2009. Goleman, Daniel . Emotional Intelligence. New York Toronto London Sydney Auckland: Bantam Books. 1995. Gulo, W. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Grasindo. 2002. Hernowo. Menjadi Guru yang Mau dan Mampu Mengajar dengan Menggunakan Pendekatan Kontekstual. Bandung : Mizan. 2005. Waluyo, Herman J. Teori dan Apresiasi Puisi. Jakarta:Penerbit Erlangga. 1987. Waluyo, Herman J. Apresiasi Puisi untuk Pelajar dan Mahasiswa. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. 2003.
  • 10. Filename: Contoh artikel hasil penelitian Directory: D:JBSIMKUSTIS BARU Template: C:Documents and SettingsmarlinApplication DataMicrosoftTemplatesNormal.dotm Title: Subject: Author: marlin Keywords: Comments: Creation Date: 1/20/2013 8:27:00 AM Change Number: 3 Last Saved On: 1/20/2013 4:09:00 PM Last Saved By: marlin Total Editing Time: 173 Minutes Last Printed On: 1/20/2013 4:11:00 PM As of Last Complete Printing Number of Pages: 9 Number of Words: 2,758 (approx.) Number of Characters: 15,725 (approx.)