1. 1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Bahasa merupakan sarana komunikasi bagi manusia. Manusia sebagai
makhluk sosial dapat berhubungan secara efektif melalui bahasa. Pengungkapan
perasaan, pendapat, dan bahkan dengan bahasa manusia berfikir. Komunikasi
akan lancar dan tidak menimbulkan kesalahpahaman apabila manusia terampil
berbahasa. Karenanya, manusia perlu meningkatkan keterampilan berbahasa baik
secara lisan maupun secara tertulis. Komunikasi dikatakan berhasil apabila pesan
yang disampaikan pembicara dapat dipahami oleh penyimak sesuai dengan
maksud pembicara.
Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial,
dan emosional disetiap individu. Keterampilan berbahasa erat kaitannya dengan
proses berfikir yang mendasari bahasa. Penggunaan bahasa oleh seseorang
mencerminkan pikirannya. Semakin cerah dan jelas pikiran seseorang, maka
semakin terampil pula seseorang berbahasa. Melatih keterampilan berbahasa
berarti melatih keterampilan berfikir (Dawson & Tarigan dalam Vismaia, Kartimi
& Sutari;1997).
Keterampilan berbahasa menuntut adanya pengetahuan dan pengalaman
dalam berbahasa maupun nonkebahasaan. Pengetahuan berbahasa belum dianggap
lengkap apabila tidak diikuti dengan pengalaman berbahasa. Pengalaman
2. 2
berbahasa hanya bisa didapat melalui latihan intensif sehingga dapat
mengembangkan potensi yang ada pada diri seseorang.
Lembaga pendidikan khususnya Sekolah Dasar memberikan kesempatan
kepada setiap individu untuk mengembangkan keterampilan berbahasa. Salah satu
bidang studi yang ditawarkan kurikulum yakni melalui mata pelajaran Bahasa
Indonesia, peserta didik diharapkan dapat mengembangkan potensinaya sesuai
dengan kemampuan, kebutuhan, dan minatnya. Pembelajaran bahasa diarahkan
untuk meningkatkan kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi dalam
Bahasa Indonesia baik secara lisan maupun secara tertulis.
Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik dapat
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, keperibadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan
yang diperlukan dirinya, masyarakat, Bangsa, dan Negara.
Mengkaji konsep di atas tentang kemampuan peserta didik memiliki
keterampilan, maka berarti proses pendidikan berujung pada pembentukan sikap,
pengembangan kecerdasan atau intelektual, dan pengembangan keterampilan
sesuai dengan kebutuhannya. Karenanya, ketika guru memberikan pembelajaran
bahasa maka seharusnya guru berfikir bagaimana pembelajaran dapat membentuk
sikap, kecerdasan, dan keterampilan peserta didik sesuai dengan tujuan
pendidikan.
3. 3
Pada prinsipnya tujuan pembelajaran bahasa adalah peserta didik
terampil berbahasa seperti terampil menyimak, terampil menulis, terampil
membaca, dan terampil berbicara. Keempat keterampilan tersebut tidak bisa
dipisahkan satu sama lain. Pada pelaksanaan di dalam proses pembalajaran, semua
keterampilan tersebut bekerja bersama-sama. Dengan kata lain, lebih banyak
asfek keterampilan berbahasa yang terlibat maka akan lebih baik hasil suatu
pembelajaran.
Keterampilan menyimak merupakan salah satu kegiatan berbahasa yang
peranannya sangat primer di Dunia Pendidikan. Bagi peserta didik yang kurang
mampu menyimak akan mendapat hambatan dalam menerima materi yang
disampaikan. Kemampuan menyimak yang efektif, efisien, dan kritis sangat
esensial bagi keberhasilan peserta didik.
Beberapa permasalahan yang menjadi hambatan dalam proses
pembelajaran khususnya di SDN 16 Mataram siswa kelas V (Lima) diantaranya;
1) jumlah peserta didik terlalu banyak yakni 45 siswa, sehingga suasana kelas
dalam proses pembelajaran ribut dan tidak terkendali, 2) peserta didik tidak
memiliki kesiapan menyimak ketika mengikuti pembelajaran, khususnya
menyimak teks cerita, 3) alat bantu belum merata untuk setiap bahan
pembelajaran, 4) buku pembelajaran tentang menyimak masih langka, dan 5) guru
berasumsi bahwa pembelajaran menyimak tidak perlu direncanakan karena
keterampilan menyimak akan dikuasai peserta didik dengan sendirinya.
Berdasarkan rincian permasalahan di atas dapat disimpulkan bahwa
pelaksanaan pembelajaran tidak terlaksana secara optimal sehingga kemampuan
4. 4
menyimak peserta didik rendah. Karenanya, guru sebagai tenaga pendidik perlu
mempertimbangkan penggunaan strategi yang tepat untuk menyempurnakan dan
mengoptimalkan pembelajaran.
Salah satu alternative yang dapat dilakukan guru untuk meningkatkan
keterampilan menyimak peserta didik dalam pembelajaran adalah menggunakan
Strategi Ekspositori (SE). Strategi Ekspositori (SE) merupakan strategi
pembelajaran yang menekankan kepada proses penyampaian materi secara verbal
lisan dari seorang guru kepada sekelompok siswa dengan maksud agar siswa
dapat mnguasai pelajaran secara optimal.
Berdasarkan latar belakang dan permasalahan pembelajaran yang telah
dipaparkan, peneliti tertarik membahas tentang peningkatan keterampilan
menyimak dengan Strategi Ekspositori (SE). Beranjak dari ketertarikan peneliti
terhadap kenyataan dan permasalahan tersebut, maka peneliti menyusun judul
penelitian sbb; Peningkatan Keterampilan Menyimak Mata Pelajaran Bahasa
Indonesia Dengan Strategi Ekspositori (SE) Pada Siswa SDN 16 Mataram Tahun
Ajaran 2009/2010.
Permasalahan lain yang mengahadirkan pokok bahasan penelitian ini
adalah kurangnya ditemukan penelitian sebelumnya yang terkait dengan
permasalahan keterampilan menyimak peserta didik dalam proses pembelajaran.
Karenanya, pokok bahasan ini penting untuk dikaji lebih lanjut.
1.2. Rumusan Masalah
5. 5
Bagaimanakah Penerapan Strategi Ekspositori (SE) untuk
Meningkatkan Keterampilan Menyimak Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Pada
Siswa Kelas V (Lima) Sekolah Dasar Negeri 16 Mataram Tahun Pelajaran
2009/2010?.
1.3. Tujuan Penelitian
Untuk Mengetahui Penerapan Strategi Ekspositori (SE) dalam
meningkatkan Keterampilan Menyimak Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Pada
Siswa Kelas V (Lima) Sekolah Dasar Negeri 16 Mataram Tahun Pelajaran
2009/2010.
Tujuan penelitian ini dijabarkan menjadi lebih khusus yakni sbb;
1.3.1. Mengetahui kinerja guru dalam pembelajaran keterampilan
menyimak mata pelajaran Bahasa Indonesia dengan
penerapan Strategi Ekspositori (SE).
1.3.2. Mengetahui proses belajar siswa kelas V (Lima) SDN 16
Mataram dalam pembelajaran keterampilan menyimak mata
pelajaran Bahasa Indonesia dengan penerapan Strategi
Ekspositori (SE).
1.3.3. Mengetahui hasil belajar siswa kelas V (Lima) SDN 16
Mataram dalam pembelajaran keterampilan menyimak mata
pelajaran Bahasa Indonesia dengan penerapan Strategi
Ekspositori (SE).
6. 6
1.4. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi semua pihak
yang terkait. Pada lembaga pendidikan khususnya Sekolah Dasar, manfaat
penelitian ini diutamakan bagi siswa, bagi guru dan bagi sekolah. Manfaat
penelitian ini dirincikan sbb;
1.4.1. Bagi siswa
Manfaat penelitian bagi siswa adalah; 1) peserta didik memperoleh
model pembelajaran yang tepat sehingga dapat meningkatkan keterampilan
menyimak, 2) proses pembelajaran yang dilakukan peserta didik menjadi lebih
bermakna, dan 3) mempermudah peserta didik menerima materi pelajaran
khususnya asfek menyimak mata pelajaran Bahasa Indonesia.
1.4.2. Bagi guru
Manfaat penelitian bagi guru adalah; 1) menyediakan strategi
pembelajaran keterampilan menyimak sebagai pertimbangan untuk diterapkan
dalam proses pembelajaran, 2) membekali guru tentang konsep Strategi
Ekspositori (SE) sehingga dapat menambah pengetahuan, dan 3) sebagai salah
satu pilihan bagi guru untuk mengatasi permasalahan pembelajaran Bahasa
Indonesia, khususnya pada asfek menyimak.
1.4.3. Bagi sekolah
Manfaat penelitian bagi sekolah adalah; 1) tercapainya standar kelulusan
yang ditetapkan sekolah, khususnya mata pelajaran Bahasa Indonesia, dan 2)
meningkatkan mutu pembelajaran dengan memperkaya strategi pembelajaran
untuk diterapkan oleh staf pendidik.
7. 7
1.5. Definisi Operasional
1.5.1. Menyimak
Akhadi-at (1992), menyatakan bahwa menyimak adalah suatu proses
yang mencakup kegiatan mendengarkan bunyi bahasa, mengidentifikasi,
mengintepretasikan, dan mereaksi atas makna yang terkandung di dalamnya.
Menyimak adalah suatu proses mendengarkan dan menangkap makna
pesan dengan penuh perhatian, pemahaman, interpretasi lambang-lambang lisan,
dan apresiasi untuk mendapatkan fakta, makna isi, serta mereaksi (merespon) atas
makna yang terkandung di dalamnya.
1.5.2. Strategi Pembelajaran
Kemp (dalam Sanjaya; 2008) menjelaskan bahwa strategi pembelajaran
adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar
tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien.
Strategi pembelajaran adalah perencanaan kegiatan tentang prosedur
pembelajaran sebagai jambatan untuk menyampaikan materi pelajaran sehingga
guru mudah menyampaikan dan peserta didik mudah memahaminya.
1.5.3. Strategi Ekspositori (SE)
Sanjaya (2008) Strategi Ekspositori (SE) adalah strategi pembelajaran
yang menekankan kepada proses penyampaian materi secara verbal lisan dari guru
kepada sekelompok peserta didik dengan maksud agar peserta didik dapat
menguasai materi pelajaran secara optimal.
Strategi Ekspositori (SE) adalah perencanaan rangkaian kegiatan
pembelajaran yang menekankan penyampaian informasi secara verbal lisan dari
8. 8
seorang guru terhadap sekelompok siswa. Peran siswa pada strategi ini adalah
menyimak untuk memahami materi pelajaran yang disampaikan.
1.6. Keterbatasan Penelitian
Bahasan kajian pada penelitian ini dirincikan sbb; 1) variabel harapan
penelitian ini membahas tentang peningkatan keterampilan menyimak peserta
didik, dan 2) variabel tindakan penelitian ini adalah penerapan Strategi
Ekspositori (SE) pada pembelajaran keterampilan menyimak.
1.7. Kerangka Pemecahan Masalah
Pada bagian latar belakang telah disebutkan bahwa penggunaan Strartegi
Ekspositori (SE) terdiri dari 5 (lima) tahapan, yaitu; 1) persiapan (preparation),
penyajian (presentation), 3) menghubungkan (corelation), 4) menyimpulkan
(generalation), dan 5) penerapan (aplication).
Pelaksanaan tahapan-tahapan Strategi Ekspositori (SE) dalam
pembelajaran keterampilan menyimak, memerlukan persiapan dan pelaksanaan
yang maksimal untuk memperoleh hasil yang diharapkan. Pada penelitian ini,
untuk mengetahui keberhasilan pelaksnaan Strategi Ekspositori (SE) peneliti
mempersiapkan instruiment penilaian.
Pelaksanaan tahapan Strategi Ekspositori (SE) pada penelitian ini
merupakan langkah pemecahan permasalahan peserta didik dalam proses
pembelajaran. Pelaksanaan tahapan-tahapan Strategi Elspositori (SE),
keterampilan menyimak peserta didik dapat diukur menggunakan instrument
9. 9
penilaian hasil maupun instrument penilaian proses. Instrument penilaian ini
disediakan untuk peserta didik secara berkelompok. Pelaksana/pengambilan data
untuk penilaian keterampilan menyimak dilakukan oleh peneliti bersama rekan
sejawat dan guru kelas selaku kolaborator.
10. 10
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1. Teori Menyimak
2.1.1. Definisi Menyimak
Menyimak sangat dekat maknanya dengan mendengar dan
mendengarkan. Akan tetapi, jika kita mengkajinya lebih jauh ketiganya memiliki
perbedaan pengertian. Beranjak dari asumsi tersebut banyak orang yang kurang
memperhatikan perbedaannya.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, mendengar mempunyai makna
dapat menangkap bunyi dengan telinga (dalam Vismaia, Kartimi & Sutari; 1997).
Mengkaji makna mendengar menurut kamus besar tersebut dapat dipahami bahwa
seseorang mendengar suara itu, tanpa ada unsur kesengajaan. Mendengarkan
memiliki arti mendengar akan sesuatu dengan sungguh-sungguh. Hal ini berarti
bahwa ada unsur kesengajaan dalam perbuatannya itu.
Menyimak memiliki makna mendengarkan atau memperhatikan baik-
baik apa yang diucapkan orang lain. Hal tersebut berarti bahwa faktor kesengajaan
dalam kegiatan menyimak sangat besar. Unsur kesengajaan dalam kegiatan
menyimak lebih besar daripada kegiatan mendengarkan, karena dalam kegiatan
menyimak ada usaha memahami apa yang disimaknya, sedangkan mendengarkan
tingkatan pemahaman belum ditingkatkan.
11. 11
Kegiatan menyimak bunyi bahasa yang tertangkap oleh alat pendengar
kemudian diidentifikasi dan dikelompokkan. Secara sederhana dapat dikatakan
bahwa menyimak merupakan suatu peristiwa penerimaan pesan, gagasan, pikiran
atau perasaan seseorang. Penerima pesan dapat memberi respon atau tanggapan
terhadap pembicaraan itu. Hal ini berarti telah terjadi peristiwa komunikasi
berbahasa antara pembicara dengan penyimak.
Anderson (dalam Vismaia, Kartimi & Sutari; 1997), keterampilan
menyimak merupakan kemampuan menangkap dan memainkan makna pesan baik
yang tersirat maupun tersurat yang terkandung dalam bunyi, unsur kemampuan
mengingat pesan juga merupakan persyaratan yang harus dipenuhi oleh
pengertian menyimak. Maka dengan menyimak dapat dibatasi sebagai proses
besar mendengarkan dan mengintepretasikan lambang-lambang lisan.
Tarigan (dalam Vismaia, Kartimi & Sutari; 1997), menyimak adalah
suatu proses kegiatan mendengarkan lambang-lambang lisan dengan penuh
perhatian, pemahaman, apresiasi, serta intepretasi untuk memperoleh informasi,
menangkap isi, serta memaknai makna komunikasi yang tidak disampaikan oleh
si pembicara melalui ujian atau bahasa lisan.
Akhadi-at (1992), menyatakan bahwa menyimak adalah suatu proses
yang mencakup kegiatan mendengarkan bunyi bahasa, mengidentifikasi,
mengintepretasikan, dan mereaksi atas makna yang terkandung di dalamnya.
Menyimak diartikan sebagai proses apresiasi penuh kesungguhan disertai
penelahaan untuk direspon.
12. 12
Mengkaji definisi yang dikemukakan para pakar di atas, dapat dipahami
bahwa menyimak merupakan suatu proses mendengarkan dan menangkap makna
pesan dengan penuh perhatian, pemahaman, interpretasi lambang-lambang lisan,
dan apresiasi untuk mendapatkan fakta, makna isi, serta mereaksi (merespon) atas
makna yang terkandung di dalamnya.
2.1.2. Tujuan Menyimak
Pada bagian sebelumnya telah dijelaskan bahwa menyimak merupakan
peristiwa penerimaan pesan, gagasan, atau pikiran seseorang. Pesan itu harus
dipahami dengan jelas oleh penyimak sebagai bukti ia memahami pesan itu, ia
harus bereaksi memberi tanggapan atau respon.
Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa menyimak
merupakan kegiatan yang disengaja, direncanakan, untuk mencapai proses tujuan.
Seseorang tidak akan menyimak apabila ia tidak mempunyai maksud untuk apa ia
menyimak. Sebaliknya sesorang pembicarapun melakukan kegiatan karena ada
tujuan yang diharapkan dari penyimaknya.
Aktivitas menyimak yang tidak tepat akan menimbulkan tujuan
menyimak yang tidak tercapai. Pada kegiatan menyimak ada dua asfek tujuan
yang perlu diperhatikan, yaitu; 1) adanya pemahaman dan tanggapan penyimak
terhadap pesan pembicara, 2) pemahaman dan tanggapan penyimak terhadap
pesan itu sesuai dengan kehendak pembicara ( Vismaia, Kartimi & Sutari; 1997).
Berdasarkan dua asfek tujuan menyimak tersebut, ( Vismaia, Kartimi &
Sutari; 1997) mengemukakan beberapa tujuan menyimak diantaranya; 1)
13. 13
mendapatkan fakta, 2) menganalisis fakta, 3) mengevaluasi fakta, 4) mendapatkan
inspirasi, dan 5) mendapatkan hiburan. Berikut uraian masing-masing tujuan
menyimak tersebut.
2.1.2.1. Mendapatkan fakta
Mendapatkan fakta dapat dilakukan melalui berbagai cara, bisa melalui
keterampilan membaca, bisa pula melalui keterampilan menyimak. Pemerolehan
informasi melalui membaca di Negara-Negara maju sudah sangat membudaya
baik melalui majalah, koran, maupun buku-buku lainnya. Akan tetapi, di Negara
berkembang khususnya Indonesia, pemerolehan informasi melalui membaca
belum populer dikalangan masyarakat. Sebagian besar seseorang lebih cendrung
mendapatkan informasi melalui kegiatan menyimak, baik melalui radio, televisi,
ceramah, dan sebagainya.
2.1.2.2. Menganalisis fakta
Menganalisis fakta merupakan proses menaksir informasi sampai pada
tingkat unsur-unsurnya, menaksir sebab akibat yang terkandung dalam fakta-fakta
itu. Tujuan ini muncul biasanya karena fakta yang diterima ingin dipahami
maknanya secara lebih mendalam. Proses menganalisis harus berlangsung secara
ajeg, artinya bahan simakan harus dipahami betul-betul maknanya.
2.1.2.3. Mengevaluasi fakta
Mengevaluasi fakta atau gagasan merupakan tujuan menyimak.
Penyimak yang kritis akan mengajukan pertanyaan sehubungan hasil analisisnya,
pertanyaan tersebut diantaranya; 1) cukup bernilaikah fakta-fakta yang
14. 14
diterimanya?, 2) akuratkah fakta-fakta tersebut?, dan 3) relevankah fakta-fakta itu
dengan pengetahuan penyimak?.
2.1.2.4. Mendapatkan inspirasi
Seseorang penyimak tidak hanya bertujuan untuk mendapatkan fakta,
akan tetapi selain itu tujuan menyimak adalah untuk mendapatkan inspirasi.
Seseorang mendengarkan ceramah atau diskusi ilmiah semata-mata untuk
mendapatkan inspirasi atau ilham. Cara-cara mendapatkan inspirasi disini dapat
diberikan contoh seperti seseorang yang menghadiri pertemuan, seminar, debat
dan sebagainya dengan tujuan untuk membangkitkan semangatnya.
2.1.2.5. Mendapatkan hiburan
Pada dasarnya manusia hidup memerlukan hiburan. Hiburan dapat
diperoleh melalui bermacam kegiatan termasuk kegiatan menyimak. Tentunya
bahan yang disimak dapat menyegarkan pikiran, menyenangkan hati, dan dapat
menghibur diri.
2.1.3. Unsur-Unsur Dasar Menyimak
Menyimak merupakan kegiatan yang cukup kompleks, karena sangat
tergantung pada berbagai unsur yang mendasarinya. Unsur-unsur menyimak
merupakan unsur yang fundamental mewujudkan adanya suatu peristiwa atau
kegiatan menyimak.
15. 15
Menciptakan kegiatan menyimak, unsur-unsur tersebut harus ada.
Unsur-unsur menyimak yang dimaksud diantaranya; 1) pembicara sebagai
sumber pesan, 2) penyimak sebagai penerima pesan, 3) bahan pembicaraan
sebagai unsur konsep, dan 4) bahasa lisan sebagai media (Vismaia, Kartimi &
Sutari; 1997).
2.1.4. Menyimak Komprehensif
Vismaia, Kartimi & Sutari (1997), salah satu tujuan menyimak ialah
menerima ransang untuk memahami suatu pesan tertentu. Mendengar untuk
memahami disebut menyimak komprehensif. Seseorang dapat dikatakan
penyimak komprehensif yang baik apabila mampu menerima, memperhatikan dan
memberikan makna dari pesan yang sedekat mungkin sama dengan pesan yang
disampaikan pembicara.
Beberapa tujuan menyimak yang telah diuraikan sebelumnya, dapat
diketahui bahwa menyimak komprehensiflah yang mendapat perhatian lebih
khusus, dengan alasan bahwa menyimak pemahaman bersifat testable (dapat
diuji). Berikut beberapa factor yang dapat mempengaruhi kemampuan menyimak
komprehensif yaitu ingatan, konsentrasi, dan kosakata.
2.1.4.1. Memori (Ingatan)
Berdasarkan teori skematis, seseorang tidak dapat memproses informasi
tanpa melibatkan ingatan. Menelaah konsep teori ini, dengan memori manusia
dapat menghubungkan konsep yang satu dengan konsep lainnya. Adapun memori
dalam diri kita memiliki tiga fungsi penting yaitu; 1) menyusun arah tentang apa
yang akan kita lakukan dalam aktivitas, 2) memberikan struktur baku terhadap
16. 16
pemahaman kita, dan 3) memberikan arah untuk mengingat pengalaman atau
pengetahuan dan informasi yang telah diketahui sebelumnya.
2.1.4.2. Konsentrasi
Variabel signifikan yang berpengaruh terhadap menyimak komprehensif
adalah kemampuan pendengar untuk berkonsentrasi atau menaruh item-item yang
akan diingat. Berkonsentrasi pada pesan yang dikirimkan oleh pembicara
merupakan tantangan utama yang dihadapi oleh penyimak.
2.1.4.3. Perbendaharaan kata
Kosakata yang dimiliki seseorang merupakan factor yang dapat
mempengaruhi kemampuan komprehensif penyimak. Berasumsi bahwa ukuran
kosakata merupakan variabel penting dalam pemahaman penyimak. Hal tersebut
disebabkan karena makna merupakan bagian integral dari proses menyiamak,
maka perlu memiliki kosakata yang cukup sehingga dapat mengembangkan
system kategori dan menekan sekecil mungkin kesalahan kategoris yang
dikembangkan dalam proses menyimak.
Kemampuan lain yang perlu dimiliki penyimak komprehensif adalah
kemampuan untuk menarik kesimpulan (implikasi). Kesimpulan adalah data yang
tidak disampaikan dalam pembicaraan melainkan disimpulkan saja. Seorang
penyimak yang baik harus dapat menyimak gagasan utama dan rinciannya.
Menghindari terjadinya kekeliruan dalam menyimak, berikut disajikan
langkah-langkah menarik kesimpukan diantaranya; 1) pahami gagasan-gagasan
secara keseluruahan, 2) berikan alasan gagasan yang telah disimpulkan, 3) aturlah
sedemikian rupa sehingga diperoleh kecocokan antar gagasan-gagasan yang
17. 17
disimpulkan, dan 4) pusatkan dasar pemikiran pada gagasan yang dinyatakan oleh
pembicara, dan jangan dikacaukan oleh opini serta perasaan pribadi.
2.1.5. Menyimak Dalam Pembelajaran
Perkembangan kemampuan menyimak bahasa lisan merupakan proses
panjang dan berkesinambungan. Kemampuan tidak akan diperoleh secara
otomatis, akan tetapi guru harus kontinu. Karenanya, tugas guru yang penting
adalah memperbanyak variasi kegiatan menyimak yang jelas tujuannya, terarah,
dan lengkap. Peserta didik harus sadar akan pentingnya latihan menyimak secara
terus-menerus.
Apabila guru menuntut kepada peserta didik untuk menanggapi setiap
penuturan atau pembicaraan, maka dengan sendirinya peserta didik akan berusaha
menyimak dengan sebaik-baiknya. Berkaitan dengan hal tersebut, guru harus
memberikan kesempatan kepada peserta didik agar berani berbicara atau
merespon lebih banyak dari apa yang disimaknya.
Pada sebuah lembaga pendidikan, menyimak sudah menjadi bagian dari
pembelajaran bahasa. Akan tetapi, kebanyakan guru, para ahli berasumsi bahwa
pembelajaran keterampilan menyimak tidak perlu direncanakan tersendiri. Bahkan
ada anggapan bahwa keterampilan menyimak akan dikuasai dengan sendirinya
apabila pembelajaran lainnya telah berjalan dengan baik. Pengkajian, penelahaan,
18. 18
dan penelitian mengenai keterampilan menyimakpun sangat langka (Tarigan;
1987).
Suyatno (2004) menyebutkan langkah-langkah pelaksanaan
pembelajaran keterampilan menyimak diantaranya; 1) guru memberikan
pengantar singkat tentang pelaksanaan pembelajaran, 2) bacakan teks cerita yang
telah dipersiapkan, 3) siswa menyimak teks cerita, 4) siswa secara berkelompok
mengidentifikasi teks cerita, 5) siswa mendiskusikan hasil identifikasi hasil
diskusi, 6) siswa melaporkan hasil diskusi di depan kelas, dan 7) siswa
menyimpulkan pembelajaran hari itu.
Berdasarkan uraian langkah-langkah yang diuraikan Suyatno diatas,
dapat dipahami bahwa pembelajaran keterampilan menyimak perlu mendapatkan
perhatian lebih besar oleh staf pengajar agar hasil pembelajaran tercapai secara
maksimal.
2.2. Teori Strategi Ekspositori (SE)
2.2.1. Definisi Strategi
Penggunaan strategi pada dasarnya adalah untuk memperoleh
kesuksesan atau keberhasilan dalam mencapai tujuan. Mengkaji konsep strategi
berkaitan dengan Dunia Pendidikan, David (dalam Sanjaya; 2008) menyatakan
bahwa strategi merupakan perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan
yang didesain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.
Menelaah konsep strategi yang diungkapkan di atas, ada dua hal yang
perlu dipahami yaitu; pertama, strategi pembelajaran merupakan rencana
19. 19
tindakaan (rangkaian tindakan) termasuk penggunaan metode dan media yang
digunakan dalam pemabelajaran. Kedua, strategi disusun untuk mencapai tujuan
tertentu, artinya arah dari semua keputusan penyusunan strategi adalah untuk
pencapaian tujuan.
Kemp (dalam Sanjaya; 2008) menjelaskan bahwa strategi pembelajaran
adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar
tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien. Senada dengan
pendapat tersebut, Dik & Cary (dalam Sanjaya; 2008) menyebutkan bahwa
strategi pembelajaran adalah suatu set materi dan prosedur pembelajaran yang
digunakan secara bersama-sama untuk menimbulkan hasil belajar siswa.
Berdasarkan definisi para ahli di atas dapat dipahami bahwa strategi
pembelajaran adalah perencanaan kegiatan yang disusun oleh guru yang berisi
tentang prosedur pembelajaran sebagai jambatan untuk menyampaikan materi
pelajaran sehingga guru mudah menyampaikan dan peserta didik mudah
memahaminya.
2.2.2. Definisi Strategi Ekspositori (SE)
Sanjaya (2008) Strategi Ekspositori (SE) adalah strategi pembelajaran
yang menekankan kepada proses penyampaian materi secara verbal lisan dari guru
kepada sekelompok peserta didik dengan maksud agar peserta didik dapat
menguasai materi pelajaran secara optimal. Roy Killen (dalam Sanjaya; 2008)
menamakan strategi ekspositori ini dengan istilah strategi pembelajaran lansung
(direct intruction). Mengapa demikian? Karena dalam strategi ini materi pelajaran
20. 20
disampaikan lansung oleh guru. Strategi ekspositori juga sering disebut dengan
istilah strategi “chalk and talk”.
David (dalam Pentatito Gunowibowo; 1998) menyatakan bahwa Strategi
Ekspositori (SE) merupakan cara mengajar yang paling efektif dan efisien dalam
menanamkan belajar bermakna. Dimyati dan Mudjiono (1999) mengatakan bahwa
Strategi Ekspositori (SE) adalah memindahkan pengetahuan, keterampilan, dan
nilai-nilai kepada siswa. Peranan guru yang penting adalah 1) menyusun program
pembelajaran, 2) memberi informasi yang benar, 3) pemberi fasilitas yang baik, 4)
pembimbing siswa dalam perolehan informasi yang benar, dan 5) penilai prolehan
informasi. Sedangkan peranan siswa adalah 1) pencari informasi yang benar, 2)
pemakai media dan sumber yang benar, dan 3) menyelesaikan tugas dengan
penilaian guru.
Mengakaji definisi Strategi Ekspositori (SE) yang diungkapkan para ahli
diatas dapat disimpulkan bahwa Strategi Ekspositori (SE) adalah perencanaan
pembelajaran yang menekankan pada penyampaian materi secara verbal lisan oleh
guru terhadap sekelompok siswa. Materi yang disampaikan guru dalam bentuk
jadi sehingga peserta didik hanya dituntut untuk menguasainya.
Berdasarkan pendapat di atas, Strategi Ekspositori (SE) yang digunakan
dalam penelitian ini adalah mengombinasikan metode ceramah, tanya jawab dan
pemberian tugas. Pemberian tugas diberikan guru berupa soal-soal yang
dikerjakan secara kelompok. Hasil belajar yang dievaluasi adalah luas dan jumlah
pengetahuan, keterampilan, dan nilai yang dikuasai siswa. Pada umumnya alat
21. 21
evaluasi hasil belajar yang digunakan adalah tes yang telah dibakukan atau tes
buatan guru.
Karakteristik strategi ekspositori (SE) adalah sbb; 1) Strategi Ekspositori
(SE) dilakukan dengan cara menyampaikan materi pelajaran secara verbal atau
penuturan, 2) biasanya materi yang disampaikan adalah materi yang sudah jadi,
seperti data, fakta, dan konsep-konsep tertentu yang harus dipahami oleh siswa,
dan 3) tujuan utamanya adalah penguasaan materi pelajaran itu sendiri. Artinya,
setelah proses pembelajaran berakhir siswa diharapkan dapat memahaminya
dengan benar dengan cara mengungkapkan kembali materi yang telah diuraikan
(Sanjaya; 2008).
Sanjaya (2008) Strategi Ekspositori (SE) akan efektif manakala; 1) guru
akan menyampaikan bahan-bahan baru serta kaitannya dengan yang akan
dipelajari siswa, 2) apabila guru menginginkan agar siswa mempunyai gaya
model intelektual tertentu, misalnya materi yang bersifat ingatan sehingga peserta
didik dapat mengungkapkannya kembali, 3) jika ingin membangkitkan
keingintahuan peserta didik, 4) apabila peserta didik memiliki tingkat kesulitan
yang sama, dan 5) jika lingkungan tidak mendukung menggunakan strategi yang
berpusat pada siswa.
2.2.3. Prinsip-Prinsip Penggunaan Strategi Ekspositori (SE)
Penggunaan Strategi Ekspositori (SE) terdapat beberapa prinsip yang
harus diperhatikan oleh setiap guru. Prinsip tersebut diantaranya; 1) berorientasi
pada tujuan, 2) prinsip komunikasi, dan 3) prinsip kesiapan (sanjaya; 2008).
22. 22
2.2.3.1. Berorientasi pada tujuan
Sebelum guru menerapkan Strategi Ekspositori, terlebih dahulu guru
harus merumuskan tujuan pembelajaran secara jelas dan terukur. Seperti cerita
pada umumnya, tujuan pembelajaran harus dirumuskan dalam bentuk tingkah laku
yang dapat diukur. Hal ini sangat penting untuk dipahami, karena tujuan yang
spesifik memungkinkan guru mengontrol efektifitas penggunaan strategi
pembelajaran.
2.2.3.2. Prinsip komunikasi
Pada prinsip ini guru berfungsi sebagai sumber pesan dan siswa sebagai
penerima pesan. Sebagai suatu strategi pembelajaran yang menekanakan pada
proses penyampaian, maka prinsip komunikasi merupakan prinsip yang sangat
penting untuk diperhatikan. Artinya, bagaimana upaya yang bisa dilakukan agar
setiap guru dapat menghilangkan setiap gangguan yang bisa mengganggu proses
komunikasi.
2.2.3.3. Prinsip kesiapan
Kesiapan merupakan hukum belajar. Setiap individu akan merespon
dengan cepat setiap stimulus apabila sudah memiliki kesiapan. Karenanya,
sebelum guru menyampaikan informasi, perlu diyakinkan bahwa otak peserta
didik telah tersedia file yang akan disampaikan atau belum.
2.2.4. Tahapan Penerapan Strategi Ekspositori (SE)
Sanjaya (2008) tahapan penerapan Strategi Ekspositori adalah sbb; 1)
tahap persiapan (preparation), 2) tahap penyajian (presentation), 3) tahap
23. 23
menghubungkan (correlation), 4) tahap menyimpulkan (generalation), dan 5)
tahap penerapan (aplication).
2.2.4.1. Persiapan (Preparation)
Persiapan (Preparation) merupakan langkah mempersiapkan siswa
untuk menerima pelajaran. Keberhasilan pelaksanaan kegiatannya bergantung
pada tahap persiapan. Adapun tujuan yang ingin dicapai pada tahap persiapan ini
adalah sbb; 1) mengajak siswa keluar dari kondisi mental yang pasif, 2)
membangkitkan motivasi dan minat belajar siswa, 3) meransang dan menggugah
rasa ingin tahu siswa, dan 4) menciptakan suasana dan iklim pembelajaran yang
terbuka.
2.2.4.2. Penyajian (Presentation)
Penyajian (Presentation), merupakan langkah penyajian materi pelajaran
sesuai dengan persiapan yanag telah dilakukan. Hal yang harus dipikirkan guru
pada tahap penyajian ini adalah bagaimana agar materi pelajaran agar dapat
dengan mudah ditangkap dan dipahami oleh siswa.
2.2.4.3. Korelasi (Corelation)
Korelasi (Corelation), merupakan langkah menghubungkan materi
pelajaran dengan pengalaman siswa atau dengan hal-hal lain yang memungkinkan
siswa dapat menangkap keterkaitannya dalam struktur pengetahuan yang telah
dimilikinya. Langkah korelasi bertujuan untuk memberikan makna terhadap
materi pelajaran, baik makna untuk memperbaiki struktur pengetahuan yang telah
dimilikinya maupun makna untuk meningkatkan kualitas kemampuan berfikir dan
kemampuan motorik siswa.
24. 24
2.2.4.4. Menyimpulkan (Generalazation)
Menyimpulkan (Generalazation), merupakan tahapan memahami inti
(core) dari materi pelajaran yang telah disajikan. Tahap menyimpulkan
merupakan langkah yang sangat penting pada Strategi Ekspositiri, sebab siswa
akan dapat mengambil intisari dari proses penyajian materi pelajaran.
2.2.4.5. Mengaplikasikan (Aplication)
Mengaplikasikan (Aplication), merupakan langkah unjuk kemampuan
siswa setelah mereka menyimak penjelasan guru. Melalui langkah ini guru dapat
mengumpulkan informasi tentang penguasaan dan pemahaman materi pelajaran
oleh siswa. Teknik yang dapat dilakukan pada langkah ini adalah; 1) membuat
tugas yang relevan dengan materi yang telah disajikan, dan 2) memberikan tes
yang sesuai dengan dengan materi pelajaran yang telah disajikan.
2.2.5. Keunggulan & Kelemahan Strategi Ekspositori (SE)
Keunggulan Strategi Ekspositori (SE) sbb; 1) guru bisa mengontrol
urutan dan keluasan materi pembelajaran, sehingga mengetahui sampai sejauh
mana siswa menguasai pelajaran, 2) Strategi Ekspositori (SE) dianggap sangat
efektif apabila materi yang harus dikuasai siswa cukup luas, sementara alokasi
waktu yang tersedia sedikit, 3) Strategi Ekspositori (SE) bisa digunakan untuk
jumlah siswa dan ukuran kelas yang besar, dan 4) peserta didik dapat melihat dan
mengobservasi melalui pelaksanaan demonstrasi (Sanjaya; 2008).
25. 25
Kelemahan Strategi Ekspositori (SE); 1) Strategi Ekspositori (SE) hanya
cocok digunkan pada siswa yang memiliki kemampuan mendengar secara baik, 2)
Strategi Ekspositori (SE) tidak dapat melayani perbedaan individu, 3) sulit
mengembangkan kemampuan peserta didik dalam hal kemampuan sosialisasi,
interpersonal, dan berfikir kritis, dan 4) keberhasilan Strategi Ekspositori (SE)
tergantung kemampuan guru (Sanjaya; 2008).
2.3. Kerangka Berfikir
Permasalahan pembelajaran pada mata pelajaran Bahasa Indonesia
khususnya keterampilan menyimak tidak terlepas dari lemahnya penggunaan
strategi pembelajaran yang diterapkan pendidik. Minimnya literature tentang
menyimak merupakan salah satu kendala yang dirasakan pendidik dalam upaya
mengatasi permasalahan pembelajaran keterampilan menyimak. Karenanya,
strategi pembelajaran keterampilan menyimak perlu dikaji secara mendalam dan
ilmiah dalam upaya mengatasi rendahnya mutu pembelajaran.
Salah satu upaya untuk mengatasi rendahnya mutu pembelajaran adalah
pendidik mempertimbangkan berbagai strategi pembelajaran yang sesuai dengan
bahan pembelajaran menyimak. Pertimbangan berbagai strategi pembelajaran
merupakan tugas dan kewajiban pokok yang harus dilakukan guru sebagai
pemerhati pendidikan.
Berdasarkan paparan diatas, upaya peningkatan pembelajaran
keterampilan menyimak mata pelajaran Bahasa Indonesia dapat diwujudkan
dengan berbagai pertimbangan penggunaan strategi pembelajaran. Salah satu
26. 26
strategi pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik bahan pembelajaran
keterampilan menyimak adalah konsep Strategi Ekspositori (SE). konsep Strategi
Ekspositori memiliki kesesuaian dengan bahan mata pelajaran Bahasa Indonesia
khususnya asfek menyimak.
Kesesuaian antara Strategi Ekspositori (SE) dengan bahan pelajaran
keterampilan menyimak mata pelajaran Bahasa Indonesia dapat diketahui melalui
karakteristik Strategi Ekspositori. Seperti yang telah dirincikan pada bagian
sebelumnya, karakteristik Strategi Ekspositori (SE) adalah sbb; 1) Strategi
Ekspositori dilakukan dengan cara menyampaikan materi pelajaran secara verbal
atau penuturan, 2) biasanya materi yang disampaikan adalah materi yang sudah
jadi, seperti data, fakta, dan konsep-konsep tertentu yang harus dipahami oleh
siswa, dan 3) tujuan utamanya adalah penguasaan materi pelajaran itu sendiri.
Artinya, setelah proses pembelajaran berakhir siswa diharapkan dapat
memahaminya dengan benar dengan cara mengungkapkan kembali materi yang
telah diuraikan (Sanjaya; 2008).
Berdaasarkan paparan karakteristik SE di atas, dapat dipahami bahwa
hasil belajar siswa ditekankan pada proses keterampila menyimak. Melalui bahan
pelajaran yang secara utuh dan penerapan langkah-langkah SE secara maksimal,
siswa diharapkan dapat memahami informasi, fakta, dan konsep-konsep yang
terkandung di dalamnya. Selain itu juga siswa diharapkan dapat mengungkapkan
kemabali tentang apa saja yang telah dipahaminya.
27. 27
BAB III
PELAKSANAAN PENELITIAN
3.1. Pendekatan Penelitian
Berdasarkan permasalahan dan tujuan penelitian yang telah dipaparakan,
penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif dengan rancangan
penelitian tindakan kelas. Penggunaan rancangan ini didasarkan pada kesesuaian
antara karakteristik penelitian tindakan kelas dengan tujuan penelitian yaitu
peningkatan keterampilan menyimak menggunakan Strategi Ekspositori (SE)
mata pelajaran Bahasa Indonesia selama proses pembelajaran di kelas.
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) merupakan jenis penelitian tindakan
yang pelaksanaannya di kelas. Maksud dan tujuannya adalah untuk memperbaiki
kualitas pembelajaran. Dikatakan jenis PTK karena penelitian melakukan
tindakan peningkatan keterampilan menyimak mata pelajaran Bahasa Indonesia
dengan Strategi Ekspositori (SE) pada siswa kelas V (lima) SDN 16 Mataram
tahun ajaran 2009/2010.
28. 28
3.2. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan selama 2 minggu pada awal bulan januari tahun
pelajaran 2010. Tempat penelitian ini adalah di SDN 16 Mataram. Tempat
penenelitian dipilih karena beberapa pertimbangan yakni; 1) factor efektif dan
efisiensi bagi peneliti karena sekolah dekat dengan tempat tinggal peneliti, 2)
pelaksanaan penelitian dapat dilaksanakan setiap saat (sesuai jadwal), dan 3)
memudahkan peneliti terkait dengan segala sesuatu yang berhubungan dengan
kegiatan penelitian.
3.3. Subyek dan Observer Penelitian
Subyek penelitian adalah kelas V (lima) SDN 16 Mataram. Siswa kelas
V (lima) terdiri dari satu kelas yang berjumlah 45 siswa. Jumalah peserta didik
laki sebanyak 24 siswa, sedangkan jumlah peserta didik putri sebanyak 21 siswi.
Pada penelitian ini semua peserta didik terlibat dalam penelitian.
Observer pada penelitian ini adalah rekan sejawat dan guru kelas V
(lima). Pilihan terhadap observer pada penelitian ini berdasarkan atas 1)
kedekatan peneliti dengan teman sejawat dan 2) bimbingan guru kelas yaitu siswa
kelas V (lima) agar dapat mempermudah proses penelitian.
3.4. Prosedur Penelitian
Kurt Lwin (Ghony 2008), Konsep pokok penelitian terdiri dari 4 (empat)
komponen, yaitu; 1) perencanaan (planning), 2) tindakan (acting), 3) pengamatan
(observing), dan 4) refleksi (reflectimg).
29. 29
Berdasarkan konsep model penelitian di atas, pokok penelitian ini terdiri
dari 4 (empat) langkah diantarnya; 1) perencanaan, 2) pelaksanaan 3) observasi,
dan 4) refleksi. Keempat langkah tersebut, peneliti melaksanakannya dalam 2
(dua) tahap siklus. Berikut adalah uraian dari kedua siklus tersebut.
3.4.1. SIKLUS-I
3.4.1.1. Perencanaan
Kegiatan pada tahap ini peneliti mempersiapkan perlengkapan
pembelajaran seperti rencana pembelajaran, materi yaitu teks cerita, Lembar Kerja
Siswa (LKS), dan instrument penelitian. Pada tahap ini peneliti juga
mempersiapkan tempat catatan-catatan khusus tentang tingkah laku siswa yang
tidak terduga sewaktu mengikuti pembelajaran.
3.4.1.2. Pelaksanaan
Kegiatan pada tahap ini adalah pelaksanaan Rencana Pembelajaran
(RP) yang telah dipersiapkan sebelumnya oleh peneliti. Pelaksanaan Rencana
pembelajaran sesuai dengan tindakan yang diberikan yaitu menggunakan Strategi
Ekspositori (SE).
3.4.1.3. Observasi
Pada pelaksanaan rencana pembelajaran, mitra penelitian selaku tim
kolaborator bersama peneliti melakukan observasi yaitu dengan mengisi
instrument penelitan yang telah dipersiapkan. Pada kegiatan ini semua kegiatan
siswa dicatat selama mengikuti proses pembelajaran.
30. 30
3.4.1.4. Refleksi
Kegiatan pada tahap ini adalah peneliti bersama kolaborator
menganalisis data hasil observasi yang telah dilakukan. Branjak dari analisis data
dilanjutkan dengan melakukan refleksi yaitu pengkajian kembali tindakan yang
telah dilakukan selama pelaksanaan Strategi Ekspositori (SE).
3.4.2. SIKLUS-II
3.4.2.1. Perencanaan
Kegiatan pada tahap ini peneliti melakukan pembenahan kekurangan
pelaksanaan siklus pertama berdasarkan hasil refleksi. Pada tahap ini, kegiatannya
sama seperti siklus pertama yaitu mempersiapkan perlengkapan pembelajaran
seperti rencana pembelajaran, materi, Lembar Kerja Siswa (LKS) beserta
instrument yang telah dipersiapkan.
3.4.2.2. Pelaksanaan
Kegiatan pada tahap ini adalah pelaksanaan Rencana Pembelajaran
(RP). Bahan pelajaran/materi yang disampaiakan pada siklus II berbeda dengan
siklus pertama. Pelaksanaan Rencana pembelajaran sesuai dengan tindakan yang
diberikan yaitu menggunakan Strategi Ekspositori (SE).
3.4.2.3. Observasi
31. 31
Pada pelaksanaan rencana pembelajaran, mitra penelitian selaku tim
kolaborator bersama peneliti melakukan observasi yaitu dengan mengisi
instrument penelitan yang telah dipersiapkan. Pada kegiatan ini semua kegiatan
siswa dicatat selama mengikuti proses pembelajaran.
3.4.2.4. Refleksi
Kegiatan pada tahap ini adalah peneliti menganalisis data hasil
observasi yang telah dilakukan. Branjak dari analisis data kemudian dilanjutkan
dengan melakukan refleksi yaitu pengkajian kembali tindakan yang telah
dilakukan selama pelaksanaan Strategi Ekspositori (SE), sehingga diperoleh data
baru.
Secara skematis pelaksanaan pokok langkah penelitian Siklus-I dan
Siklius-II dapat digambarkan sbb;
PELAKSANAAN
PELAKSANAAN
PERENCANAAN
PERENCANAAN SIKLUS-I
SIKLUS-I OBSERVASI
OBSERVASI
REFLEKSI
REFLEKSI
32. 32
PELAKSANAAN
PELAKSANAAN
PERENCANAAN
PERENCANAAN SIKLUS-II
SIKLUS-II OBSERVASI
OBSERVASI
REFLEKSI
REFLEKSI
3.5. Indikator Kinerja
Keberhasilan Penggunaan Strategi Ekspositori (SE) oleh peneliti
diantaranya; 1) mempersiapkan peserta didik menerima pelajaran, 2)
menyampaikan materi pelajaran, 3) menghubungkan materi pelajaran dengan
pengalaman peserta didik, dan 4) unjuk kemampuan siswa setelah menyimak
materi pelajaran, dan 5) menyimpulkan pokok bahan pelajaran melalui pemberian
tugas.
Pencapaian peningkatan keterampilan menyimak diantaranya; 1) kondisi
mental peserta didik siap mengikuti pembelajaran, 2) motivasi peserta didik
meningkat, 3) keaktifan peserta didik tinggi, 4) konsentrasi dan keseriusan peserta
didik optimal, 5) kemampuan peserta didik menangkap bahan simakan, 6)
kemampuan peserta didik menyampaikan hasil simakan, dan 7) kemampuan
peserta didik menyimpulkan pokok bahan pelajaran.
3.6. Instrument Penelitian
Pada bagian ini disajikan tentang; 1) kisi-kisi instrument penilaian
penggunaan Strategi Ekspositori (SE), 2) instrument pedoman penilaian
penggunaan Strategi Ekspositori (SE), 3) kisi-kisi instrument penilaian
pencapaian keterampilan menyimak, 4) instrument pedoman penilaian proses
33. 33
pencapaian keterampilan menyimak, dan 5) instrument pedoman penilaian hasil
pencapaian keterampilan menyimak.
3.6.1. Kisi-kisi instrument penilaian penggunaan
Strategi ekspositori (SE)
Berikut disajikan kisi-kisi penilaian penggunaan Strategi Ekspositori
(SE). Kisi-kisi instrument penilaian penggunaan Strategi Ekspositori (SE) dapat
dilihat melalui tabel berikut;
Tabel 1 Kisi-Kisi Instrument Penilaian Penggunaan Strategi Ekspositori (SE)
No Asfek Pernyataan Jumlah Item
1 Pesiapan Mempersiapkan peserta didik menerima
3 item
(preparation) pelajaran
2 Penyajian Penyampaian materi pelajaran
2 item
(presentation)
3 Korelasi Menghubungkan materi pelajaran dengan
1item
(correlation) pengalaman peserta didik
4 Mengaplikasikan Unjuk kemampuan siswa setelah menyimak
1 item
(application) materi pelajaran
5 Menyimpulkan Menyimpulkan bahan pelajaran
1 Item
(generalation)
3.6.2. Instrument pedoman penilaian penggunaan SE
Pada bagian ini disajikan instrument pedoman pengamatan tentang hal
apa saja yang perlu diamati dalam penggunaan Srategi Ekspositiri (SE). Pedoman
penelitian penggunaan Strategi Ekspositori (SE) dapat dilhat melalui tabel
berikut;
Tabel 2 Instrument Pedoman Penilaian Penggunaan Strategi Ekspositori (SE)
Skala
No Tahap Pernyataan
4 3 2 1
1 Pesiapan Guru melakukan apersepsi
34. 34
(preparation) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
Guru menyampaikan materi pokok
2 Penyajian Guru mengkondisikan siswa agar siap
(presentation) menyimak
Guru menyampaikan materi pelajaran
(memaca teks cerita) yang telah
dipersiapkan
3 Korelasi Guru bersama peserta didik melakukan
(correlation) tanya jawab
4 Mengaplikasikan Guru membimbing siwa menyelesaikan
(application) tugas
5 Menyimpulkan Guru bersama siswa Menyimpulkan
(generalation) bahan pelajaran
Jumlah Perolehan
SKOR = x 100
Jumlah Maximum
3.6.3. Kisi-kisi instrument penilaian pencapaian
keterampilan menyimak
Kisi-kisi instrument penilaian pencapaian keterampilan menyimak dapat
dilihat melalui tabel berikut;
Tabel 3 Kisi-Kisi Instrumen Penilaian Pencapaian Keterampilan Menyimak
Jumlah
Tahap Pernyataan
No Item
1 Pesiapan Kesiapan peserta didik ketika akan menyimak 1 item
(preparation) informasi atau/cerita (penilaian proses)
2 Penyajian Keseriusan peserta didik menyimak 1 item
(presentation) informasi/cerita (penilaian proses)
3 Mengaplikasikan Keaktifan peserta didik memberikan pendapat 1 item
(application) dalam satu kelompok sewaktu menyelsaikan
tugas kelompok (penilaian proses)
Kesesuaian & kelengkapan ringkasan (penilaian 1 item
hasil)
Penggunaan bahasa ringkasan (penilaian hasil) 1 item
Ketepatan urutan cerita ringkasan (penilaian 1 item
hasil)
3.6.4. Instrument pedoman penilaian proses
pencapaian keterampilan menyimak
35. 35
Pedoman penilaian proses keterampilan menyimak peserta didik dapat
dilhat melalui tabel berikut;
Tabel 4 Istrument Pedoman Penilaian Proses Pencapaian Keterampilan
Menyimak
ASFEK PENGAMATAN DAN SKOR
Kesiapan Keseriusan Keaktifan
Kelompok kurang tidak kurang tidak kurang tidak Nilai
siap serius aktif
siap siap serius serius aktif aktif
3 2 1 3 2 1 3 2 1
I
II
III
IV
V
VI
VII
VIII
IX
X
XI
Jumlah Perolehan
SKOR = x 100
Jumlah Maximum
DESKRIPTOR
Siap : seluruh anggota kelompok mempersiapkan diri untuk menyimak.
Kurang Siap : sebagian anggota kelompok mempersiapkan diri untuk menyimak
Tidak Siap : semua anggota kelompok kelihatan tidak mempersiapkan diri untuk
menyimak
Serius : semua anggota kelompok bersungguh-sungguh menyimak cerita yang
dibacakan dan mencatat hal-hal penting.
36. 36
Kurang Serius : sebagian anggota kelompok bersungguh-sungguh menyimak
cerita yang dibacakan dan mencatat hal-hal penting.
Tidak Serius : semua anggota kelompok kelihatan tidak bersungguh-sungguh
menyimak cerita yang dibacakan dan mencatat hal-hal penting
Aktif : semua anggota kelompok ikut serta memberikan pendapat dalam
mengerjakan tugas.
Kurang Aktif : sebagian anggota kelompok memberikan pendapat dalam
pengerjaan tugas.
Tidak Aktif : semua anggota kelompok kelihatan tidak diam dan tidak membahas
tugas yang diberikan.
3.6.5. Instrument pedoman penilaian hasil pencapaian
keterampilan menyimak
Pada bagian ini disajikan instrument pedoman pengamatan penilaian
hasil dan deskripsinya. Pedoman penilaian hasil keterampilan menyimak peserta
didik dapat dilhat melalui tabel berikut;
Tabel 5 Instrumen Pedoman Penilaian Hasil Pencapaian Keterampilan
Menyimak
ASPEK PENILAIAN Total Nilai
.KELOMPOK Kesesuaian Isi Penggunaan Ketepatan urutan
bahasa cerita
I
II
III
IV
V
VI
VII
37. 37
VIII
IX
X
XI
Jumlah Perolehan
SKOR = x 100
Jumlah Maximum
DESKRIPTOR
Tabel 6 Deskripsi Penilaian Hasil Pencapaian Keterampilan Menyimak
Asfek Yang kualifikasi
Deskriptor Dan Skor
NO Dinilai 3 2 1
1 Kesesuaian isi Semua ringkasan kalimat menunjukkan isi cerita
teks (3)
Beberapa ringkasan kalimat menunjukkan isi
cerita teks (2)
Tidak ada ringkasan kalimat yang menunjukkan
isi cerita teks (1)
2 Penggunaan Kalimat yang digunakan mudah dipahami (3)
bahasa Sebagian kalimat ringkasan rancu (2)
Semua kalimat ringkasan rancu (1)
3 Ketepatan Urutan cerita pada kalimat ringkasan tepat dengan
teks cerita (3)
Ada bagian urutan ringkasan cerita teks
bertukaran (2)
Semua urutan cerita pada ringkasan tidak tepat
dengan urutan teks crita (1)
3.7. Analisis Data
Penelitian ini menggunakan analisis dan interaktif yang dikembangkan
oleh Miles & Huberman dalam proposal penelitian (Mansyur, Y., ). Analisis
tersebut menyatakan sejumlah langkah, yaitu; 1) menelaah data, 2) mereduksi
data, 3) menyajikan data, dan 4) menyimpulkan. Pada pelaksanaannya, analisis
data merupakan proses siklus sehingga langkah-langkah analisis saling terkait.
Hal ini dilakukan selama proses pengumpulan data dalam penelitian.
3.7.1. Telaah data
38. 38
Penelahaan data diawali dengan mentranskripsikan data hasil
pengamatan pelaksanaan pembelajaran. Langkah selanjutnya adalah hasil
transkripsi data dianalisis diikuti dengan penyimpulan.
3.7.2. Reduksi data
Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah mengidentifikasi hasil
pengamatan penelitian baik hasil pemberian tindakan maupun hasil tugas peserta
didik. Kegiatan yang dilakukan adalah pengategorian data dan pengklasifikasian
data. Data tersebut perlu disederhanakan untuk memudahkan membuat
kesimpulan.
3.7.3. Penyajian data
Hasil reduksi data merupakan bahan penyajian data. Penyajian data
dilakukan dengan menampilkan satuan-satuan informasi secara sistematis
sehingga memungkinkan peneliti sampai kepada gambaran untuk melakukan
penyimpulan. Data yang disajikan berupa hasil instrument penggunaan Strategi
Ekspositori (SE), pencapaian keterampilan proses dan hasil peserta didik.
3.7.4. Penyimpulan
Penyimpulan merupakan kegiatan interpretasi sebelum dihasilkan suatu
temuan. Pada kegiatan ini peneliti menafsirkan data yang telah terkumpul diikuti
dengan mengecek keabsahan hasil analisis data dengan cara melakukan tukar
pendapat dengan rekan sejawat dan guru kelas selaku kolaborator.
Taraf keberhasilan pemberian tindakan dan rambu-rambu analisis hasil
belajar siswa dalam KBM keterampilan menyimak mata pelajaran Bahasa
Indonesia dengan Strategi Ekspositori (SE).
39. 39
Tabel 7 Taraf Keberhasilan KBM
Pencapaian Tujuan Tingkat Keberhasilan
Skor/Nilai Kualifikasi
Pembelajaran Pembelajaran
85-100 4 Sangat baik Berhasil
75-84 3 Baik Berhasil
65-74 2 Cukup Baik Berhasil
55-64 1 Kurang Baik Belum Berhasil
Tabel 8 Rambu–Rambu Analisis Hasil Belajar Siswa
Pencapaian Tujuan Tingkat Keberhasilan
Kualifikasi
Pembelajaran Pembelajaran
85-100 Sangat baik Berhasil
75-84 Baik Berhasil
65-74 Cukup Baik Berhasil
55-64 Kurang Baik Belum Berhasil
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Deskripsi Data
Bab ini memaparkan hasil penelitian dan pembahasan berdasarkan pada
tindakan siklus-siklus penelitian. Paparan data hasil penelitian disesuaikan dengan
permasalahan dan pemberian tindakan mencakup; 1) data perencanaan, 2) data
pelaksanaan pembelajaran, 3) data observasi, dan 3) data hasil refleksi.
Uraian data hasil penelitian ini berdasarkan pada data yang dikumpulkan
peneliti bersama kolaborator. Data hasil penelitian ini diambil melalui
pengamatan peneliti bersama kolaborator menggunakan instrument penelitian
40. 40
proses pembelajaran dan instrument penelitian hasil pembelajaran. Instrument
penilaian proses terdiri dari dua jenis yaitu di peruntukkan untuk pendidik dan
siswa. Sedangkan untuk memperoleh data hasil pembelajaran siswa disediakan
dua buah LKS. Berikut diuraikan data hasil penelitian pada masing-masing setiap
siklus beserta pembahasan.
4.2. Deskripsi Hasil penelitian siklus I
4.2.1. Perencanaan
Pada tahap perencanaan siklus I, hal-hal yang dilakukan peneliti adalah
1) mempersiapkan Rencana Pembelajaran (RP), 2) mempersiapkan materi
pembelajaran, 3) mempersiapkan Lembar Kerja Siswa (LKS), dan 4)
mempersiapkan instrument penelitian. Pada tahap ini juga peneliti menentukan
kelompok siswa bersama anggota kelompoknya secara acak. Berikut uraian dari
keempat komponen perencanaan tersebut.
Pertama; penyusunan Rencana Pembelajaran (RP) pada siklus ini
dibuat untuk satu kali pertemuan dengan alokasi waktu 3 kali 35 menit (3 jam
pelajaran). Ke-dua; materi pembelajaran pada penelitian ini berupa teks cerita
yang dikutip dari “Dongeng Anak Sedunia” (oleh Bambang Subagya). Persiapan
materi pembelajaran disediakan untuk setiap kelompok mendapatkan satu teks
cerita. Ke-tiga; pembuatan Lembar Kerja Siswa (LKS) pada siklus ini didasarkan
dengan mengkaji tujuan pembelajaran. Persiapan jumlah LKS disediakan
berdasarkan jumlalah kelompok. Ke-empat; instrument penelitian yang
dipersiapkan pada penelitian ini adalah instrument untuk penerapan strategi SE
dan instrument proses serta hasil pembelajaran untuk siswa.
41. 41
4.2.2. Pelaksanaan
Tahap pelaksanaan siklus I dilaksanakan oleh peneliti bersama
kolaborator. Peran peneliti disini adalah sebagai pendidik yaitu menerapkan
Rencana Pembelajaran (RP) dengan Stratergi Ekspositori (SE). Pada waktu proses
pembelajaran rekan sejawat bersama guru kelas selaku kolaborator berperan
sebagai pengamat terhadap kinerja guru dan aktivitas siswa. Subjek penelitian
pada siklus I diikuti 43 peserta didik dari 45 peserta didik yang telah ditetapkan.
Dua siswa yang tidak mengikuti penelitian mempunyai izin tidak dapat mengikuti
pelajaran karena alasan tertentu. Langkah-langkah pelaksanaan siklus I
dipaparkan Sbb;
4.2.2.1. Apersepsi (tahap persiapan)
Kegiatan pada tahap ini pendidik mengajukan pertanyaan terhadap siswa
tentang dongeng yang pernah didengar siswa. Tujuan dari kegiatan ini adalah
mempersiapkan siswa agar siap menerima bahan pelajaran yang akan diberikan.
Dengan kegiatan apersepsi ini, siswa diharapkan memiliki dasar pemahaman
untuk mengikuti pelajaran.
4.2.2.2. Memotivasi (tahap persiapan)
Memotivasi siswa dalam proses pembelajaran penting dilakukan.
Pemberian motivasi oleh pendidik dapat menciptakan dan meningkatkan
semangat siswa dalam mengikuti pembelajaran. Kegiatan pada tahap ini pendidik
menyampaikan tujuan pembelajaran dan menyampaikan materi pokok yang akan
dipelajari. Tujuan penyampaian tujuan pembelajaran yang disampaikan pendidik
berdasarkan tujuan yang telah dirumuskan dalam RP.
42. 42
Berikut kutipan tujuan yang disampaikan pendidik dalam proses
pembelajaran; “jika anak-anak rajin menyimak dongeng, maka kalian nanti bisa
membuat dongeng baru atau membuat cerita lain lalu”. Selanjutnya pendidik
menjelaskan tujuan sesuai dengan pembelajaran yang akan disampaikan secara
singakat.
4.2.2.3. Membacakan teks cerita (tahap peyajian)
Penyajian bahan pembelajaran dilakukan pendidik dengan membacakan
teks cerita. Pada kesempatan ini, pendidik membacakan teks cerita untuk siswa
untuk dipahamiya. Jika siswa kelihatan masih belum memahami teks cerita,
pendidk perlu membacakannya kembali sehangga siswa betul-betul kelihatan
paham. Pada tahap ini kolaborator menggunakan instrument proses untuk
mengamati aktivitas siswa.
4.2.2.4. Tanya jawab (tahap korelasi)
Pada tahap ini pendidik dengan siswa, dan siswa dengan siswa
berinteraksi untuk menghubungkan pengetahuan siswa yang dimiliki dengan
cerita yang telah disimaknya. Proses interaksi dilakukan dengan tanya jawab
bekaitan dengan isi teks cerita dan pengalaman siswa. Hal lain yang perlu
diperhatikan pendidik setelah proses tanya jawab siswa diharapkan mempunyai
pemahaman yang mendalam tentang teks cerita.
4.2.2.5. Pemberian tugas dan penyampaian (tahap aplikasi)
Kegiatan pada tahap ini pendidik membagikan masing-masing kelompok
LKS I dan LKS II yang telah dipersiapkan sebelumnya. Pembagian LKS
dilakukan secara berurutan yaitu dimulai dari LKS I kemudian dilanjutkan dengan
43. 43
pembagian LKS II. Siswa menyelsaikan LKS I setelah mereka menyimak teks
cerita dan setelah melakukan tanya jawab. Sedangkan penyelsaian LKS II
dilkukan setelah siswa mencermati kembali teks cerita yang dibagikan pendidik.
Siswa mencermati teks cerita membacanya dalam satu kelompok.
Peran pendidik disini adalah mengaawasi dan membimbing siswa dalam
penyelsaian tugas. Sedangkan mitra peneliti perannya disini disamping
mengamati kinerja pendidik, kegiatannya adalah mengamati jalannya penyelsaian
tugas oleh siswa menggunakan lembar observasi yaitu instrument penilaian proses
untuk siswa dalam kelompok.
Pada tahap ini juga, siswa melaporkan hasil tugas yang telah dikerjakan
bersama anggota kelompok. Cara pelaporan hasil tugas dilakukan masing-masing
kelompok melalui perwakilan yang dituentukannya. Ketika salah satu kelompok
melaporkan hasil tugasnya, kelompok lain menyimaknya. Kegiatan tersebut
dilakukan secara bergantian. Peran pendidik disini adalah memberikan penguatan
tanggapan atas hasil laporan yang telah disampaikan masing-masing siswa.
4.2.2.6. Refleksi dan penyimpulan bahan pelajaran (tahap penyimpulan)
Refleksi dilakukan pendidik bersama siswa dengan meninjau kemabali
bahan pembelajaran yang telah dilakukan. Pendidik disini menuntun siswa untuk
mengingat informasi penting yang terdapat dalam teks cerita. Peninjauan
informasi ditekankan pendidik secara berurutan agar siswa betul-betul
memahaminya.
Penyimpulan bahan pelajaran dilakukan secara lisan setelah melakukan
refleksi. Penyimpulan bahan pelajaran ditekan dengan melihat inti bahan
44. 44
pelajaran. Selain itu juga, pendidik bersama siswa menyimpulkan bahan pelajaran
berdasarkan amanat-amanat yang terkandung didalam teks cerita.
4.2.3. Observasi
Observasi dilakukan untuk mendapatkan data pengamatan pendidik dan
siswa sebagai bahan acuan evaluasi proses pembelajaran. Seperti yang telah
diuraikan sebelumnya pengamatan dilakukan terhadap; 1) kinerja pendidik selama
melaksanakan proses pembelajaran, 2) pengamatan terhadap kegiatan siswa
selama mengikuti pembelajaran , 3) penilaian hasil belajar siswa.
4.2.3.1.1. Pengamatan terhadap kinerja pendidik saat KBM
Pada waktu kegiatan belajar mengajar berlangsung, guru kelas selaku
kolaborator mengamati aktivitas pendidik. Hasil kinerja pendidik sewaktu
menerapkan RP dalam pembelajaran dapat dilihat melalui tabel berikut.
Table 9 Hasil Observasi Kegiatan Penedidik Saat KBM
Skala
No Tahap Pernyataan
4 3 2 1
1 Pesiapan Pendidik melakukan apersepsi √
(preparation) Pendidik menyampaikan tujuan √
pembelajaran
Pendidik menyampaikan materi pokok √
2 Penyajian Pendidik mengkndisikan agar siap
(presentation) √
menyimak
Pendidik menyampaikan materi pelajaran
√
(membaca teks cerita) yang telah
dipersiapkan
3 Korelasi Pendidik bersama peserta didik
(correlation) √
melakukan tanya jawab
4 Mengaplikasikan Pendidik membimbing siwa
(application) √
menyelesaikan tugas
5 Menyimpulkan Pendidik bersama siswa Menyimpulkan
(generalation) √
bahan pelajaran
Jumlah Perolehan 27
Jumlah Maksimum 32
45. 45
Nilai Rata-Rata 84.37
Tabel 9 menunjukkan bahwa tingkat keberhasilan pendidik sewaktu
proses pembelajaran dengan Strategi Ekspositori memiliki nilai rata-rata 84.37
dengan kategori baik. Mengkaji bagian-bagian hasil kinerja pendidik yang
disajikan pada tabel di atas, diketahui bahwa selama proses pembelajaran
berlangsung, skala atau poin pendidik yang paling rendah adalah pada saat
menyimpulkan yang berkategori cukup baik. Berdasarkan hasil tersebut
disimpulkan bahwa peneliti bersama kolaborator perlu meninjau kembali proses
pembelajaran khususnya kegiatan menyimpulkan.
4.2.3.1.2. Pengamatan terhadap kegiatan siswa
Pada waktu yang bersamaan dengan pengamatan terhadap kinerja
pendidik, rekan sejawat selaku mitra peneliti melakukan pengamatan terhadap
aktivitas siswa selama mengikuti proses pembelajaran. Hasil analisis pengamatan
terhadap aktivitas siswa dapat dilihat melalui tabel berikut;
Tabel 10 Keberhasilan Penilaian Proses
Kategori Keberhasilan Penilaian Proses Siswa Dalam Pembelajaran
Sangat Baik Baik Cukup Kurang
85-100 75-84 65-74 55-64
Berhasil Berhasil Berhasil Belum Berhasil
28 siswa 12 siswa 3 siswa -
Tabel 10 menunjukkan bahwa keberhasilan proses pembelajaran dengan
Strategi Ekspositori dari 43 siswa tentang menyimak cerita terdapat 28 siswa atau
65.11 % dengan kategori sangat baik (berhasil), terdapat 12 siswa atau 27.90 %
dengan kategori baik (berhasil), terdapat 3 siswa atau 6.5 % dengan kategori
cukup baik (berhasil), dan tidak terdapat siswa dengan kategori kurang (belum
berhasil).
46. 46
4.2.3.1.3. Hasil belajar siswa
Hasil belajar siswa setelah mengikuti pembelajaran diambil
menggunakan instrument penilaian hasil. Analisis terhadap hasil belajar siswa
dilakukan peneliti setelah proses pembelajaran berakhir. Hasil analisis terhadap
hasil belajar siswa dapat diketahui melalui tabel penilaian hasil LKS I dan tabel
penilaian hasil LKS II berikut ini;
Tabel 11 Penilaian Hasil LKS I
Kategori Keberhasilan Penilaian Hasil (LKS I) Siswa Dalam Pembelajaran
Sangat Baik Baik Cukup Kurang
85-100 75-84 65-74 55-64
Berhasil Berhasil Berhasil Belum Berhasil
39 siswa - - 4 siswa
Table 11 menunjukkan bahwa keberhasilan hasil pembelajaran (LKS I)
tentang menyimak cerita dengan Strategi Ekspositori dari 43 siswa terdapat 39
siswa atau 90.69 % dengan kategori sangat baik (berhasil), tidak terdapat siswa
dengan kategori baik maupun siswa dengan kategori cukup baik, dan terdapat 4
siswa atau 9.30 % dengan kategori kurang (belum berhasil).
Table 12 Penilaian Hasil (LKS II)
Kategori Keberhasilan Penilaian Hasil (LKS II) Siswa Dalam Pembelajaran
Sangat Baik Baik Cukup Kurang
85-100 75-84 65-74 55-64
Berhasil Berhasil Berhasil Belum Berhasil
28 siswa 15 siswa - -
Keberhasilan siswa dalam penilaian hasil (LKS II) tentang menyimak
teks cerita dengan Strategi Ekspositori pada tabel 12 menunjukkan bahwa dari 43
47. 47
siswa terdapat 28 siswa atau 65.11 % dengan kategori sangat baik (berhasil),
terdapat 15 siswa atau 34.88 % dengan kategori baik (berhasil), dan tidak terdapat
siswa dengan kategori cukup (berhasil) maupun kurang (belum berhasil).
4.2.4. Refleksi
Refleksi pembelajaran siklus I difokuskan pada tiga kategori yakni; 1)
refleksi pada tahap perencanaan pembelajaran, 2) refleksi pada tahap pelaksanaan
pembelajaran, 3) refleksi pada tahap observasi. Berikut uraian hasil refleksi dari
ketiga kategori tersebut.
4.2.4.1.1. Refleksi pada tahap perencanaan
Refleksi pada tahap perencanaan sbb; 1) perencanaan pembelajaran
berupa Rencana Pembelajaran (RP) tetap dipertahankan pada siklus berikutnya, 2)
sekenario pembelajaran yang dituangkan dalam langkah-langkah Rencana
Pembelajaran perlu ditinjau kembali. Hal ini perlu dilakukan karena pada saat
siswa mencari tampat duduk bersama satu kelompok membutuhkan waktu yang
banyak, dan 3) format LKS serta instrument penelitian tetap dipertahankan.
4.2.4.1.2. Refleksi pada tahap pelaksanaan
Refleksi pada tahap pelaksanaan sbb; 1) pada tahap persiapan, tahap
korelasi, dan tahap mengaplikan dalam penerapan langkah-langkah SE oleh
pendidik perlu dimaksimalkan, 2) pada tahap penyajian bahan pelajaran pendidik
tetap mempertahankannya, dan 3) pada tahap menyimpulkan yang tertuang dalam
RP perlu ditinjau kembali. Hal trsebut disebabkan karena siswa masih belum
48. 48
maksimal dalam menyimpulkan bahan pelajaran dengan sendirinya, sehingga
pendidik perlu memaksimalkan kinerjanya.
4.2.4.1.3. Refleksi pada tahap observasi
Refleksi pada tahap ini yaitu pengamatan terhadap kinerja pendidik
sewaktu proses pembelajaran oleh kolaborator tetap dipertahankan. Karenanya,
penggunaan instrument penelitian pada penelitian berikutnya menggunakan
format pada siklus I.
Penerapan Strategi Ekspositori dalam pembelajaran keterampilan
menyimak pada siklus I dinyatakan berhasil. Hal tersebut dapat dilihat melalui
nilai rata-rata hasil transkrip (terlampir) nilai siswa dengan rata-rata total nilai
88.54 %. Beranjak dari hasil analisis data dan refleksi siklus I, untuk
memaksimalkan/memperbaiki kekurangan siklus I, maka pemberian tindakan
pada penelitian ini dilanjutkan dengan siklus II.
4.3. Hasil penelitian siklus II
4.3.1. Perencanaan
Berdasarkan hasil refleksi siklus I, pada tahap perencanaan siklus II
peneliti melakukan hal-hal sbb; 1) mempersiapkan Rencana Pembelajaran (RP),
2) mempersiapkan materi pembelajaran, 3) mempersiapkan Lembar Kerja Siswa
(LKS), dan 4) mempersiapkan instrument penelitian. Pada tahap ini peneliti tidak
menentukan anggota kelompok siswa secara acak. Berikut uraian dari komponen-
komponen perencanaan tersebut.
49. 49
Pertama; penyusunan Rencana Pembelajaran (RP) pada siklus ini
dibuat untuk satu kali pertemuan dengan alokasi waktu 3 kali 35 menit (3 jam
pelajaran). Ke-dua; materi pembelajaran pada penelitian ini berupa teks cerita
yang berjudul “Ikan Bujuk Tupai” (oleh Supryadi). Persiapan materi
pembelajaran disediakan untuk setiap kelompok mendapatkan satu teks cerita.
Ke-tiga; pembuatan Lembar Kerja Siswa (LKS) pada siklus ini didasarkan
dengan mengkaji tujuan pembelajaran yang tercantum dalam Rencana
Pembelajaran. Persiapan jumlah LKS disediakan berdasarkan jumlalah kelompok.
Ke-empat; instrument penelitian yang dipersiapkan pada penelitian ini adalah
instrument untuk penerapan strategi SE untuk pendidik dan instrument proses
serta hasil pembelajaran untuk siswa.
Perencanaan pembentukan kelompok pada siklus tidak di persiapkan
sewaktu tahap perencanaan. Penentuan/pembentukan kelompok siswa pada siklus
II direncanakn akan dilakukan secara spontan pada tahap pelaksanaan
pembelajaran berlansung. Teknik pembentukan kelompok diatur pendidik
bersama kolaborator yaitu siswa yang duduk di sap paling depan menghadap ke
belakang.
4.3.2. Pelaksanaan
Tahap pelaksanaan siklus II dilaksanakan oleh peneliti bersama
kolaborator. Peran peneliti pada tahap ini sama dengan siklus I sebagai pendidik
yaitu menerapkan Rencana Pembelajaran (RP) dengan Stratergi Ekspositori (SE).
Pada saat yang sama kolaborator melakukan pengamatan terhadap kinerja
50. 50
pendidik dan aktivitas siswa selama proses pembelajaran menggunakan
instrument yang telah sipersiapkan. Subjek penelitian pada siklus II diikuti 43
peserta didik dari 45 peserta didik yang telah ditetapkan. Dua siswa yang tidak
mengikuti penelitian mempunyai izin tidak dapat mengikuti pelajaran karena
alasan tertentu. Berdasarkan hasil refleksi siklus I, langkah-langkah pelaksanaan
siklus II dipaparkan Sbb;
4.3.2.1. Apersepsi (tahap persiapan)
Kegiatan pada tahap ini pendidik mengajukan pertanyaan terhadap siswa
tentang pembelajaran yang telah dipelajari pada siklus I. Tujuan dari kegiatan ini
adalah mengajak siswa mengingat kembali pembelajaran yang telah dilakukan
sebelumnya. Selain itu juga tujuannya adalah mempersiapkan siswa agar siap
menerima bahan pelajaran yang akan diberikan.
4.3.2.2. Memotivasi (tahap persiapan)
Kegiatan pada tahap ini guru memberikan motivasi terhadap siswa.
Pemberian motivasi oleh pendidik dapat menciptakan dan meningkatkan
semangat siswa dalam mengikuti pembelajaran. Kegiatan pada tahap ini pendidik
menyampaikan tujuan pembelajaran dan menyampaikan materi pokok yang akan
dipelajari. Tujuan penyampaian tujuan pembelajaran yang disampaikan pendidik
berdasarkan tujuan yang telah dirumuskan dalam RP.
Berdasarkan hasil refleksi pada siklus I, pemberian motivasi oleh
pendidik pada siklus II ini lebih dimaksimalkan sehingga peserta didik betul-betul
kelihatan bersemangat untuk menyimak dan mengikuti pembelajaran. Pada tahap
51. 51
ini juga, pendidik menyampaikan langkah-langkah kegiatan dalam pembelajaran
yang akan dilakukan oleh siswa.
4.3.2.3. Membacakan teks cerita (tahap peyajian)
Penyajian bahan pembelajaran dilakukan pendidik dengan membacakan
teks cerita. Pada kesempatan ini, pendidik membacakan teks cerita untuk siswa
untuk dipahamiya. Jika siswa kelihatan masih belum memahami teks cerita,
pendidk perlu membacakannya kembali sehangga siswa betul-betul kelihatan
paham.
4.3.2.4. Tanya jawab (tahap korelasi)
Pada tahap ini pendidik dengan siswa, dan siswa dengan siswa
berinteraksi untuk menghubungkan pengetahuan siswa yang dimiliki dengan
cerita yang telah disimaknya. Proses interaksi dilakukan dengan tanya jawab
bekaitan dengan isi teks cerita dan pengalaman siswa. Hal lain yang perlu
diperhatikan pendidik setelah proses tanya jawab siswa diharapkan mempunyai
pemahaman yang mendalam tentang teks cerita.
Berdasarkan refleksi pada siklus I, untuk mengoptimalkan proses tanya
jawab pendididik lebih menekanakan pertanyaan pada hal-hal yang berkaitan
dengan pertanyaan-pertanyaan yang terdapat dalam LKS I. Pemberian alokasi
pada proses tanya jawab pada siklus II lebih banyak daripada siklus I.
4.3.2.5. Pemberian tugas dan penyampaian (tahap aplikasi)
Berdasarkan hasil refleksi siklus I, sebelum siswa mengerjakan LKS I
dan LKS II, pembentukan kelompok dilakukan dengan teknik yang telah
dipersiapkan. Pembentukan kelompok pada siklus II ini, alokasi waktu yang
52. 52
diperlukan tidak terlalu banyak dibanding dengan siklus I karena siswa tidak
pindah dari tempat duduknya.
Beranjak dari pembentukan kelompok, kegiatan pada tahap ini pendidik
dibantu kolaborator membagikan masing-masing kelompok LKS I dan LKS II
yang telah dipersiapkan sebelumnya. Pembagian LKS dilakukan secara berurutan
yaitu dimulai dari LKS I kemudian dilanjutkan dengan pembagian LKS II. Siswa
menyelsaikan LKS I setelah mereka menyimak teks cerita dan setelah melakukan
tanya jawab. Sedangkan penyelsaian LKS II dilkukan setelah siswa mencermati
kembali teks cerita yang dibagikan pendidik. Siswa mencermati teks cerita
membacanya dalam satu kelompok.
Peran pendidik disini adalah mengaawasi dan membimbing siswa dalam
penyelsaian tugas. Sedangkan mitra peneliti perannya disini adalah mengamati
jalannya penyelsaian tugas oleh siswa menggunakan lembar observasi yaitu
instrument penilaian proses untuk siswa dalam kelompok.
Pada tahap ini juga, siswa melaporkan hasil tugas yang telah dikerjakan
bersama anggota kelompok. Cara pelaporan hasil tugas dilakukan masing-masing
kelompok melalui perwakilan yang dituentukannya. Ketika salah satu kelompok
melaporkan hasil tugasnya, kelompok lain menyimaknya. Hal tersebut dilakukan
secara bergantian. Peran pendidik disini adalah memberikan penguatan tanggapan
atas hasil laporan yang telah disampaikan masing-masing siswa.
4.3.2.6. Refleksi dan penyimpulan bahan pelajaran (tahap penyimpulan)
Refleksi dilakukan pendidik bersama siswa dengan meninjau kemabali
bahan pembalajaran yang telah dilakukan. Pendidik disini menuntun siswa untuk
53. 53
mengingat informasi penting yang terdapat dalam teks cerita. Peninjauan
informasi ditekankan pendidik secara berurutan agar siswa betul-betul
memahaminya.
Penyimpulan bahan pelajaran dilakukan secara lisan setelah melakukan
refleksi. Penyimpulan bahan pelajaran ditekankan dengan melihat inti bahan
pelajaran. Selain itu juga, pendidik bersama siswa menyimpulkan bahan pelajaran
berdasarkan amanat-amanat yang terkandung didalam teks cerita.
4.3.3. Observasi
Pengamatan pada siklus II ini tetap di pertahankan seperti pada siklus I
yaitu pengamatan terhadap kinerja pendidik dan siswa sebagai bahan acuan
evaluasi proses pembelajaran. Seperti yang telah diuraikan sebelumnya
pengamatan dilakukan terhadap; 1) kinerja pendidik selama melaksanakan proses
pembelajaran, 2) pengamatan terhadap kegiatan siswa selama mengikuti
pembelajaran , 3) penilaian hasil belajar siswa.
4.3.3.1. Pengamatan terhadap kinerja pendidik saat KBM
Pada waktu kegiatan belajar mengajar berlangsung, guru kelas selaku
kolaborator mengamati aktivitas pendidik. Hasil kinerja pendidik sewaktu
menerapkan RP dalam pembelajaran dapat dilihat melalui table berikut.
Tabel 13 Hasil Observasi Kegiatan Penedidik Saat KBM
Skala
No Tahap Pernyataan
4 3 2 1
54. 54
1 Pesiapan Pendidik melakukan apersepsi √
(preparation) Pendidik menyampaikan tujuan
√
pembelajaran
Pendidik menyampaikan materi pokok √
2 Penyajian Pendidik mengkndisikan agar siap
(presentation) √
menyimak
Pendidik menyampaikan materi pelajaran
√
(membaca teks cerita) yang telah
dipersiapkan
3 Korelasi Pendidik bersama peserta didik
(correlation) melakukan tanya jawab √
4 Mengaplikasikan Pendidik membimbing siwa
(application) √
menyelesaikan tugas
5 Menyimpulkan Pendidik bersama siswa Menyimpulkan
(generalation) √
bahan pelajaran
Jumlah Perolehan 30
Jumlah Maksimum 32
Nilai Rata-Rata 93.75
Tabel 13 menunjukkan bahwa tingkat keberhasilan pendidik sewaktu
proses pembelajaran dengan Strategi Ekspositori memiliki nilai rata-rata 93.75
dengan kategori sangat baik. Mengkaji bagian-bagian hasil kinerja pendidik pada
siklus II ini, baik secara rata-rata maupun secara bagian-bagian disimpulkan
bahwa kinerja pendidik senantiasa meningkat.
4.3.3.2. Pengamatan terhadap kegiatan siswa
Pada waktu yang bersamaan dengan pengamatan terhadap kinerja
pendidik, rekan sejawat selaku mitra peneliti melakukan pengamatan terhadap
aktivitas siswa selama mengikuti proses pembelajaran. Hasil anlaisis terhadap
aktivitas siswa dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 14 Keberhasilan Penilaian Proses
Kategori Keberhasilan Penilaian Proses Siswa Dalam Pembelajaran
Sangat Baik Baik Cukup Kurang
85-100 75-84 65-74 55-64
Berhasil Berhasil Berhasil Belum Berhasil
35 siswa 8 siswa - -
55. 55
Table 14 menunjukkan bahwa keberhasilan proses pembelajaran dengan
Strategi Ekspositori dari 43 siswa tentang menyimak cerita terdapat 35 siswa atau
81.39 % dengan kategori sangat baik (berhasil), terdapat 8 siswa atau 18.6 %
dengan kategori baik (berhasil), dan tidak terdapat siswa dengan kategori cukup
baik (berhasil) maupun siswa dengan kategori kurang (belum berhasil).
4.3.3.3. Hasil belajar siswa
Hasil belajar siswa setelah mengikuti pembelajaran diambil
menggunakan instrument penilaian hasil. Analisis terhadap hasil belajar siswa
dilakukan peneliti setelah proses pembelajaran berakhir. Hasil analisis terhadap
hasil belajar siswa dapat diketahui melalui tabel penilaian hasil LKS I dan tabel
penilaian hasil LKS II berikut ini;
Tabel 15 Penilaian Hasil LKS I
Kategori Keberhasilan Penilaian Hasil (LKS I) Siswa Dalam Pembelajaran
Sangat Baik Baik Cukup Kurang
85-100 75-84 65-74 55-64
Berhasil Berhasil Berhasil Belum Berhasil
40 siswa 3 siswa - -
Tabel 15 menunjukkan bahwa keberhasilan hasil pembelajaran (LKS I)
tentang menyimak cerita dengan Strategi Ekspositori dari 43 siswa terdapat 40
siswa atau 93.02 % dengan kategori sangat baik (berhasil), terdapat 3 siswa atau
6.97 % dengan kategori baik (berhasil), dan tidak terdapat siswa dengan kategori
cukup (berhasil) maupun siswa dengan kategori kurang (belum berhasil).
Table 16 Penilaian Hasil (LKS II)
Kategori Keberhasilan Penilaian Hasil (LKS II) Siswa Dalam Pembelajaran
Sangat Baik Baik Cukup Kurang
85-100 75-84 65-74 55-64
Berhasil Berhasil Berhasil Belum Berhasil
40 siswa 3 siswa - -
56. 56
Keberhasilan siswa dalam penilaian hasil (LKS II) tentang menyimak
teks cerita dengan Strategi Ekspositori pada tabel 16 menunjukkan bahwa dari 43
siswa terdapat 40 siswa atau 93.02 % dengan kategori sangat baik (berhasil),
terdapat 3 siswa atau 6.97 % dengan kategori baik (berhasil), dan tidak terdapat
siswa dengan kategori cukup (berhasil) maupun siswa dengan kategori kurang
(belum berhasil).
4.3.4. Refleksi
Berdasarkan hasil data pada siklus II, Refleksi disini difokuskan pada
dua kategori yakni; 1) refleksi pada tahap perencanaan pembelajaran, dan 2)
refleksi pada tahap pelaksanaan pembelajaran. Berikut uraian hasil refleksi dari
ketiga kategori tersebut.
4.3.4.1. Refleksi pada tahap perencanaan
Refleksi pada tahap perencanaan pembelajaran Bahasa Indonesia
keterampilan menyimak dengan SE sbb; 1) perencanaan pembelajaran berupa
rencana pembelajaran (RP) tetap dipertahankan, 2) sekenario pembelajaran yang
dituangkan dalam langkah-langkah Rencana Pembelajaran telah terbukti nilainya
meningkat dan memuaskan. dan 3) format LKS untuk siswa serta instrument
penelitian baik untuk pendidik maupun untuk siswa tetap dipertahankan.
4.3.4.2. Refleksi pada tahap pelaksanaan
57. 57
Refleksi pada tahap pelaksanaan sbb; 1) pada tahap persiapan, tahap
korelasi, dan tahap mengaplikasikan dalam penerapan langkah-langkah SE oleh
pendidik dalam siklus II sudah sangat baik karena terbukti nilainya sangat
memuaskan, 2) pada tahap penyajian bahan pelajaran oleh pendidik tetap
dipertahankan, dan 3) pada tahap menyimpulkan yang tertuang dalam RP sudah
baik dan memuaskan.
4.4. Pembahasan
Pemabahasan hasil penelitian ini difokuskan pada hasil yang telah
dideskripsikan dan dikaitkan dengan teori-tori yang menjadi acuan. Berdasarkan
variable harapan pada penelitian ini tantang peningkatan keterampilan menyimak
pada mata pelajaran Bahasa Indonesia dengan variable tindakan yaitu penerapan
Strategi Ekspositori, maka yang menjadi objek pembahasan dianataranya; 1)
pembelajaran pada tahap perencanaan, 2) hasil observasi terhadap kinerja
pendidik, dan 3) hasil pengamatan terhadap aktivitas/proses belajar siswa, dan 4)
hasil pengamatan terhadap hasil belajara siswa.
4.4.1. Pembahasan pada tahap perecanaan
Komponen Rencana Pembelajaran pada penelitian ini baik pada siklus I
maupun Siklus II berisikan 1) identitas yaitu nama sekolah, mata pelajaran,
kelas/semester, dan alokasi waktu, 2) standar kompetensi, 3) kompetensi dasar, 4)
58. 58
indikator, 5) tujuan pembelajaran, 6) materi pembelajaran, 7) metode
pembelajaran, 8) langkah-langkah pembelajaran, 9) sumber belajar, 10) penilaian,
dan 11) instrument pembelajaran.
Mengkaji salah satu komponen Rencana Pembelajaran tersebut yaitu
tentang langkah-langkah pembelajaran pada bagian ke-delapan, dijelaskan bahwa
di bagian inilah tempat seknario pembelajaran. Isi dari seknario pembelajaran
merupakan tempat diterapkannya langkah-langkah penerapan Strategi Ekspositori
meliputi; 1) tahap persiapan (preparation), 2) tahap penyajian (prensentation), 3)
tahap menghubungkan (corelation), 4) tahap penerapan (aplikation), dan 5) tahap
menyimpulkan (generalation).
4.4.2. Pembahasan terhadap hasil kinerja pendidik
Pada tahap ini dibahas tentang kegiatan apersepsi, pemberian motivasi,
pengkondisisn siswa, penyajian materi, proses tanya jawab, pembimbingan
pendidik terhadap siswa, dan kegiatan menyimpulkan dalam proses
pembelajaran.
Berdasaarkan hasil analisis pengamatan terhadap kinerja pendidik pada
siklus I, menunjukkan jumlah perolehan dari 32 poin jumlah maksimum
diperoleh 27 poin, sehingga nilai rata-rata berjumlah 84.37 % dengan kategori
baik (berhasil). Sedangkan hasil analisis kinerja pendidik pada siklus II
menunjukkan bahwa jumlah perolehan dari 32 poin jumlah maksimum diperoleh
30 poin, sehingga total nilai rata-rata 93.75 % dengan kategori sangat baik
(berhasil). Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa kinerja pendidik selama
proses pembelajaran terjadi peningkatan yang berarti.
59. 59
Membahas hasil pengamatan terhadap kinerja pendidik secara lebih
rinci, pada bagian apersepsi, pengkondisisn siswa, penyajian materi, dan
pembimbingan siswa dalaam pembelajaran menunjukkan bahwa poin yang
diperoleh berkategori sangat baik (berhasil) yaitu pada siklus I maupun siklus II,
sehingga di pertahankan.
Pada awal pembelajaran, pemberian motivasi kepada siswa sangat
penting. Hal ini terjadi pada pembelajaran Bahasa Indonesia keterampilan
menyimak dengan Strategi Ekspositori. Motivasi di awal pembelajaran
sebagaimana yang dinyatakan Depoter (Dalam Aqib, Z., Kawentar, Maftuh, M.,
Sujak; 2008) bahwa setiap anak akan bersemangat belajarnya dika ada motivasi
dari luar. Karenanya, pendidik dalam pembelajaran selalu memberikan motivasi
kepada para siswa baik secara individu maupun secara kelompok.
Hasil penelitian tentang pendidik memberikan motivasi terhadap siswa
pada siklus I dengan kategori baik. Untuk memaksimalkan pemberian motivasi,
pada bagian refleksi siklus I ditinjau kembali oleh peneliti bersama kolaborator.
Pemberian motivasi pada siklus II berdasarkan hasil pengamatan memberikan
hasil yang memuaskan (terjadi peningkatan) dengan kategori sangat baik.
Sedangkan hasil proses tanya jawab menunjukkan bahwa pendidik memperoleh
hasil berkategori baik pada siklus I dan siklus II.
4.4.3. Pembahasan terhadap hasil aktivitas siswa
Pada bagian ini dibahas tentang penyajian hasil pengamatan aktivitas
siswa berdasarkan instrument penilaian proses. Berdasarkan hasil penelitian
dengan instrument pengamatan aktivitas siswa, ditemukan bahwa pada siklus I
60. 60
dari 43 siswa terdapat 28 siswa atau 61.11 % dengan kategori sangat baik
(berhasil), terdapat 12 siswa atau 27.9 % dengan kategori baik (berhasil), dan
terdapat 3 siswa atau 6.97 % dengan kategori cukup (berhasil). Sedangkan setelah
melakukan refleksi pada siklus I didapatkan hasil pengamatan pada siklus II dari
43 siswa terdapat 35 siswa atau 81.39 % dengan kategori sangat baik (berhasil)
dan terdapat 8 siswa atau 18.6 dengan kategori baik (berhasil).
Mengkaji uraian di atas tentang pengamatan aktivitas siswa dalam
pemberian tindakan penelitian keterampilan menyimak mata pelajaran Bahasa
Indonesia dengan Strategi Ekspositori, dapat disimpulkan bahwa terjadi
peningkatan keterampilan menyimak pada siswa.
4.4.4. Pembahasan terhadap hasil belajar siswa
Pebahasan pada tahap ini difokuskan pada unjuk kemampuan siswa.
Kegiatan siswa pada tahap ini adalah siswa mengerjakan tugas dalam satu
kelompok diikuti pelaporan hasil yang disampaikan dari perwakilan masing-
masing kelompok. Pada bagian ini dibahas tentang hasil belajar siswa berdasarkan
LKS I dan LKS II
Berdasarkan analisis pada siklus I terhadap penilaian hasil (LKS I)
diketahui bahwa dari 43 siswa terdapat 39 siswa atau 90.69 % dengan kategori
sangat baik (berhasil), dan terdapat 4 atau 9.3 % dengan kategori kurang (belum
berhasil). Sedangkan hasil analisis pada siklus II terhadap penilaian hasil (LKS I)
didapat bahwa dari 43 siswa terdapat 40 siswa ataau 93.02 % dengan kategori
sangat baik (berhasil) dan 3 siswa atau 6.97 % dengan kategori baik (berhasil).
61. 61
Dengan uraian tersebut dapat diketahui bahwa terjadi peningkatan yang berarti
pada pembelajaran keterampilan menyimak dengan Strategi Ekspositori.
Berdasarkan hasil analisis pada siklus I terhadap penilaian hasil (LKS II)
didapatkan bahwa dari 43 siswa terdapat 28 siswa 65.11 % dengan kategori sangat
baik (berhasil) dan terdapat 15 siswa atau 34.88 % dengan kategori baik
(berhsail). Sedangkan hasil analisis pada siklus II terhadap penilaian hasil (LKS
II) diketahui bahwa dari 43 siswa terdapat 40 siswa atau 93.02 % dengan kategori
sangat baik (berhasil), dan terdapat 3 siswa atau 6.97 % dengan kategori baik
(berhsil). Berdasarkan uraian hasil analisi sklus I dan siklus II tenatang LKS II
tersebut dapat disimpulkan bahwa terjadi peningkatan keterampilan menyimak
dengan Strategi Ekspositori.
BAB V
KESIMPIULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan data hasil penelitian dan pembahasan, peningkatan
keterampilan menyimak mata pelajaran Bahasa Indonisia pada siswa kelas V
(lima) SDN 16 Mataram dengan penerapan Strategi Ekspositori (SE) dapat
diambil kesimpulan sebagai berikut;
Latar belakang penelitian ini bedasarkan pada permasalahan rendahnya
kemampuan menyimak siswa Sekolah Dasar dalam menerima pelajaran,
khususnya mata pelajaran Bahasa Indonesia. Mengkaji permasalahan yang
dialami siswa tersebut, maka penulis berkeinginan menemukan solusi untuk