2. KEKUATAN PENELITIAN KUALITATIF
• 1. MEMAHAMI PROSES
– Memahami proses terjadinya berbagai peristiwa dan tindakan. Dalam hal ini ada
yang menganggap bahwa yang menarik di dalam studi-studi kualitatif adalah bukan
semata-mata hasil studinya (outcome) melainkan juga prosesnya, yaitu proses yang
mengarah kepada terjadinya hasil (outcome).
– Kajian tentang proses partisipasi masyarakat dalam pembuatan perda.
– Kajian tentang proses/dinamika partai politik dalam pemilihan ketua partai.
– Kajian tentrang proses pembuatan keputusan di tingkat manajemen
suatu kegiatan usaha
3. KEKUATAN PENELITIAN KUALITATIF
• 2. MENDESKRIPSIKAN POLA-POLA (PATTERN) TERTENTU
– Selain hal-hal diatas, pendekatan kualitatif sesuai untuk digunakan ketika
penelitian memerlukan informasi yang menggambarkan pola-pola tertentu,
misalnya pola relasi kekuasaan (power) di dalam suatu masyarakat/partai
politik, pola penguasaan dan ketergantungan terhadap sumber daya
(alam/ekonomi) serta pola pengelolaannya, pola pengelolaan
limbah/sampah yang dilakukan masyarakat atau industri, pola tata-niaga
suatu produk pertanian, dan sebagainya. Hal-hal seperti ini, sulit atau tidak
sesuai dilakukan dengan pendekatan kuantitatif.
– Lebih dari itu, secara umum, menurut Patton (1990), metode kualitatif
memungkinkan si peneliti untuk melakukan studi tentang issue tertentu
secara mendalam dan terperinci.
4. KEKUATAN PENELITIAN KUALITATIF
• 3. MEMBANGUN CAUSAL EXPLANATIONS
– Berbeda dari pendekatan kuantitatif yang mencoba menjelaskan,
misalnya "apakah dan sejauhmana variabel X menyebabkan
variabel Y", penelitian kualitatif mencoba mempertanyakan
"bagaimana X memainkan peranan dalam menyebabkan terjadinya
Y, proses apa yang mengaitkan X dan Y".
– Contoh:
• Dinamika sosial dan partisipasi masyarakat dalam perancangan
perda.
5. KEKUATAN PENELITIAN KUALITATIF
• 4. MEMAHAMI MAKNA TERTENTU (MEANING)
– Dalam hal ini, pengertian meaning mencakup kognisi, affect, intentions,
atau hal-hal lain yang dimaksud oleh si peneliti sebagai perspektif
partisipan.
– Dalam konteks pengelolaan kawasan berbahaya Gunung Merapi,
diperlukan pemahaman tentang misalnya apa “makna” kawasan bagi
masyarakat yang tinggal di sekitarnya.
– Dalam konteks pengembangan pariwisata, cultural attractions,
diperlukan pemahaman tentang misalnya “makna” keberadaan hutan
larangan bagi masyarakat Kampung Naga di Tasikmalaya. Pemahaman
ini akan menjadi masukan bagi perencanaan wisata: pola kunjungan
wisata, dsb
6. KEKUATAN PENELITIAN KUALITATIF
• 5. MEMAHAMI CONTEXT TERTENTU
– Memahami context tertentu di mana partisipannya
melakukan berbagai tindakan, dan memahami pengaruh dari
context tertentu itu terhadap tindakan-tindakan mereka
(partisipan).
– Pengelolaan Taman Nasional Laut sering/mungkin
dihadapkan pada persoalan sosial berupa “perilaku-perilaku”
masyarakat yang “destruktif” terhadap kelestarian SDA yang
menjadi faktor penting dalam kegiatan wisata alam. Misalnya
penangkapan ikan dengan menggunakan bom/racun di
kawasan terumbu karang. Dalam hal ini, perencana harus
memahami mengapa hal seperti itu terjadi, dan bagaimana
memecahkan persoalannya agar semua pihak “diuntungkan”.
7. KEKUATAN PENELITIAN KUALITATIF
• 6. MENGIDENTIFIKASI UNANTICIPATED PHENOMENA
– Mengidentifikasi gejala dan pengaruh yang tidak terantisipasi
sebelumnya, dan membuat teori-teori baru yang mengembangkan
teori sebelumnya.
– Dalam studi kuantitatif, misalnya tentang dampak ekonomi PHBM
terhadap kehidupan masyarakat, sering digunakan kuesioner atau
angket sebagai alat untuk mengumpulkan data. Daftar pertanyaan
ini, seringkali tidak dapat menghasilkan informasi yang lengkap
karena banyak gejala sosial yang tidak tercakup di dalam kuesioner
yang perlu ditanyakan kepada responden. Untuk menghindari hal ini,
eksplorasi dengan pendekatan kualitatif akan sangat membantu
mengungkap gejala sosial apa saja yang ada dan perlu ditanyakan
kepada responden untuk dilihat kecenderungannya (regularities).
8. FORMAT USULAN PENELITIAN/SKRIPSI/THESIS
FORMAT I FORMAT II (LAIN)
LATAR BELAKANG INTRODUKSI/
PENGANTAR
RUMUSAN
MASALAH/IDENTIFIKASI
MASALAH RESEARCH CONTEXT
(KONTEKS PENELITIAN/
TUJUAN PENELITIAN KONSEPTUAL)
MANFAAT PENELITIAN
KAJIAN PUSTAKA RESEARCH QUESTIONS /
RUMUSAN MASALAH
KERANGKA PEMIKIRAN
METODE PENELITIAN METODE PENELITIAN
9. DISAIN PENELITIAN KUALITATIF
PROPOSAL
Pendahuluan
Konteks Konseptual/
Konteks Penelitian
Rumusan Masalah
Metode Penelitian
Validitas
Implikasi
10. DISAIN PENELITIAN KUALITATIF - PENDAHULUAN
• Berisi uraian tentang gejala yang menjadi latar
belakang dari penelitian:
• Partisipasi masyarakat dalam pemilihan umum
• Ketidakpuasan terhadap kinerja birokrasi dan persoalan
akuntabilitas pelayanan publik
• Pengembangan strategi perusahaan
11. DISAIN PENELITIAN KUALITATIF - PENDAHULUAN
• Maxwell (1996): dalam bagian ini harus dengan jelas dinyatakan
maksud/tujuan (purposes) dari si peneliti:
– Personal purposes: adalah hal-hal yang sifatnya pribadi yang memotivasi
peneliti untuk melakukan penelitian; misalnya ketertarikan terhadap suatu
fenomena yang unik, keinginan untuk terlibat dalam suatu penelitian tertentu,
atau keinginan untuk meningkatkan karir.
– Practical purposes: berbicara tentang kepentingan praktis dari penelitian
untuk, misalnya, mengubah sesuatu atau mencapai suatu tujuan.
– Research purposes:
• menguraikan tujuan penelitian untuk mendapatkan pemahaman (understanding)
tentang sesuatu,
• untuk memperoleh wawasan/gagasan (insight) tentang apa yang sedang terjadi dan
mengapa hal itu terjadi.
• Eksplorasi …, Deskripsi …, Eksplanasi ….
12. DISAIN PENELITIAN KUALITATIF –
KONTEKS KONSEPTUAL/ KONTEKS PENELITIAN
• Bagian ini sering disebut tinjauan kepustakaan (literature review).
Tapi bukan sekadar “tempelean” teori atau bahkan definisi yang
tidak jelas relevansinya.
• Juga bukan semata-mata untuk menunjukkan pengetahuan
(familiarity) si peneliti tentang berbagai kepustakaan dalam area
studi tertentu, sehingga uraian bisa sangat panjang dan seringkali
menjadi tidak relevan dengan pokok persoalan penelitian.
Anggapan tersebut dalam batas tertentu dapat “menyesatkan”
(lihat juga Maxwell 1996)
13. DISAIN PENELITIAN KUALITATIF –
KONTEKS KONSEPTUAL/ KONTEKS PENELITIAN
• Tujuan/kegunaan dari bagian ini adalah:
• Maxwell (1996):
– Pertama: bukan semata-mata meninjau (review) sekumpulan
kepustakaan tertentu, melainkan untuk memperlihatkan bagaimana
keterkaitan penelitian dengan teori yang ada dan atau penelitian
yang telah dilakukan, dan bagaimana penelitian itu (akan)
memberikan kontribusi terhadap pemahaman tentang suatu pokok
persoalan;
– kedua, untuk menjelaskan kerangka teoritis yang menjadi dasar studi
(1996).
14. DISAIN PENELITIAN KUALITATIF –
KONTEKS KONSEPTUAL/ KONTEKS PENELITIAN
• Creswell (1994), literatur dalam suatu penelitian berfungsi untuk:
– menguraikan/menjelaskan hasil-hasil studi yang berhubungan
dengan studi yang akan atau sedang dilakukan,
– mengaitkan studi ke diskusi yang lebih luas dalam kajian
suatu topik, mengisi kekosongan (gap) dan memperluas studi-
studi terdahulu,
– menjadi bahan untuk membangun kerangka studi ( kerangka
pemikiran) – [Dalam penelitian yang bersifat hipotetikal]
15. DISAIN PENELITIAN KUALITATIF –
RUMUSAN MASALAH / PERTANYAAN PENELITIAN
• Secara umum, dalam konteks penelitian, fungsi pertanyaan
penelitian adalah untuk menjelaskan apa yang akan dipelajari
atau dicoba untuk difahami.
• Perumusan masalah penelitian, biasanya menguraikan gejala
sosial yang berlangsung pada kasus atau setting yang akan
diteliti.
• Pertanyaan penelitian sebenarnya merupakan perwujudan dari
perumusan masalah penelitian. Dalam bagian ini peneliti
merumuskan masalah penelitiannya yang kemudian diwujudkan
dalam bentuk pertanyaan penelitian.
16. DISAIN PENELITIAN KUALITATIF –
METODE PENELITIAN
• Uraian metode, dalam arti sempit, berisi penjelasan tentang
macam studi yang akan dilakukan (studi kasus atau komparatif)
• Pengumpulan data
• Analisis data
• Validitas
– Kebenaran (correctness) atau kredibilitas (credibility) dari suatu
deskripsi, interpretasi, dan kesimpulan atau lainnya
– Secara khusus ada dua macam validity threats, yaitu bias peneliti dan
reaktifitas. Bias peneliti berkaitan dengan pemilihan data yang sesuai
dengan teori atau konsep yang dibangun, sehingga menghasilkan
kesimpulan seperti yang diharapkan oleh si peneliti. Sedangkan
reaktifitas adalah pengaruh dari kehadiran si peneliti terhadap setting
atau kelompok individu yang dipelajari.
17. PENGUMPULAN DATA - SAMPLING
• Sampling: purposeful sampling.
• Patton (1990) mengemukakan bahwa
– berbeda dari pendekatan kuantitatif yang melihat logika dan kekuatan
probability sampling tergantung dari pemilihan sampel yang dilakukan
secara benar-benar acak (random) dan representative secara statistik
sehingga memungkinkan melakukan generalisasi sampel terhadap
populasi yang lebih besar,
– logika dan kekuatan purposeful sampling terletak pada pemilihan
kasus-kasus yang kaya informasi (information-rich cases) untuk studi
mendalam.
– Kasus-kasus kaya-informasi diperoleh dari orang-orang tertentu yang
memungkinkan peneliti mempelajari berbagai issue sentral yang
penting bagi tujuan penelitian.
18. PENGUMPULAN DATA - SAMPLING
• Maxwell (1996), ada empat tujuan digunakannya sampel purposif:
– pertama, untuk mencapai keterwakilan (representativeness) dari
setting, individu-individu, aktifitas yang dipilih;
– kedua, untuk menggambarkan secara memadai heterogenitas
populasi. Ini bertujuan agar kesimpulan yang dibuat mencakup semua
variasi yang ada;
– ketiga, memilih sampel untuk dengan sengaja menguji kasus-kasus
yang kritis terhadap teori yang dijadikan acuan pada awal studi;
– keempat, membangun perbandingan-perbandingan untuk
menggambarkan alasan atas perbedaan yang terjadi antara setting
atau individu.
19. PENGUMPULAN DATA – SAMPLING STRATEGIES
• 1. Extreme or deviant case sampling: bertujuan mempelajari
manifestasi yang sangat tidak biasa dari suatu fenomena,
misalnya sukses yang menakjubkan, dsb.
• 2. Stratified purposeful sampling: menggambarkan karakteristik
kelompok-kelompok tertentu untuk diperbandingkan.
• 3. Snowball or chain sampling: mengidentifikasi kasus-kasus
tertentu melalui sejumlah orang yang dihubungi secara
berangkai.
20. PENGUMPULAN DATA – SAMPLING STRATEGIES
• 4. Criterion sampling: menggambarkan kasus dari kelompok
yang memenuhi kriteria tertentu, misalnya kelompok miskin di
perkotaan (dalam kaitannya dengan partisipasi dalam pemilu)
• 5. Opportunistic sampling: menggambarkan kasus-kasus yang
diketahui di lapangan dengan mewawancarai orang-orang yang
terkait dengan kasus-kasus itu, tanpa direncanakan
sebelumnya.
21. PENGUMPULAN DATA – UKURAN SAMPEL
• Salah satu persoalan yang cukup penting dalam pendekatan
kualitatif adalah issue tentang ukuran sampel .
– Berapa banyak jumlah informan harus diwawancacarai dalam studi
kualitatif?
– Apakah jumlah sampel yang relatif kecil dapat menjamin validitas
penelitian?
• Pertanyaan-pertanyaan seperti ini sering menyeret peneliti
untuk menuliskan jumlah sampel tertentu dalam proposal
penelitiannya.
22. PENGUMPULAN DATA – UKURAN SAMPEL
• Berkaitan dengan jumlah sampel, yang perlu diketahui adalah
bahwa tidak ada aturan khusus tentang jumlah sampel dalam
pendekatan kualitatif.
• Jumlah sampel tergantung dari apa yang ingin diketahui oleh
peneliti, mengapa hal itu ingin diketahui, dan sumber daya yang
dimiliki untuk melakukan studi.
• Validitas, manfaat, atau wawasan yang diperoleh dari
pendekatan kualitatif lebih terkait dengan kasus-kasus terpilih
yang kaya-informasi daripada jumlah sampel (lihat Patton 1990).
• Namun demikian, tidak berarti bahwa peneliti bisa dengan
seenaknya menentukan jumlah sampel yang sedikit dengan
tanpa penjelasan atau strategi yang dapat menjaga validitas data
atau penelitian.
23. PENGUMPULAN DATA –
PERSOALAN DALAM PENELITIAN KUALITATIF
• Key Informant Bias: yaitu kecenderungan peneliti untuk
menggantungkan sebagian besar informasi dari satu atau
sejumlah kecil informan.
• Kelompok-kelompok di dalam masyarakat/budaya
memperlihatkan keragaman,
• Homogenitas tidak bisa dijadikan asumsi lagi.
24. PENGUMPULAN DATA –
PERSOALAN DALAM PENELITIAN KUALITATIF
• Upaya mengatasi persoalan Key Informant Bias:
– 1. Triangulasi data, yaitu memanfaatkan berbagai sumber
data.
– 2. Triangulasi peneliti, yaitu melibatkan berbagai peneliti
yang berbeda latar belakang ilmunya.
– 3. Triangulasi teori, yaitu menggunakan perspektif yang
berbeda untuk menginterpretasi satu set data.
– 4. Triangulasi metodologi, yaitu penggunaan berbagai
metode untuk mempelajari suatu persoalan.
25. PENGUMPULAN DATA – TEKNIK
• Observasi (pengamatan)
• Wawancara
• Data sekunder:
– Pengumpulan data sekunder dilakukan untuk mempercepat
pemahaman peneliti tentang kondisi lapangan serta informasi apa
saja yang harus dikumpulkan.
26. PENGUMPULAN DATA – TEKNIK OBSERVASI
• Observasi:
– Observasi non-partisipastif (non-participant
observation)
– Observasi partisipatif (participant observation)
27. PENGUMPULAN DATA – TEKNIK OBSERVASI
• Ada lima alasan mengapa perlu dilakukan pengumpulan data
dengan pengamatan, terutama pengamatan terlibat (partisipant
observation), yaitu [Bernard, 1988]:
– 1. Pengamatan terlibat bukan semata-mata suatu cara pengumpulan data
kualitatif. Dalam kenyataannya pengamatan terlibat bukan benar-benar
metode melainkan suatu strategi yang memfasilitasi pengumpulan data di
lapangan.
– 2. Pengamatan terlibat mengurangi persoalan reaktifitas—orang-orang
mengubah perilakunya ketika mengetahui sedang diamati—yang seringkali
mempengaruhi validitas data/penelitian.
– 3. Pengamatan terlibat membantu peneliti memformulasi pertanyaan-
pertanyaan sensitif dalam bahasa lokal.
– 4. Pengamatan terlibat memberikan kepada si peneliti suatu pemahaman
intuitif tentang apa yang sedang terjadi pada suatu masyarakat/kebudayaan
yang diteliti dan memungkinkan peneliti berbicara dengan yakin tentang arti
data.
– 5. Banyak masalah penelitian tidak dapat dipecahkan/didekati secara
memadai oleh cara apapun kecuali pengamatan terlibat.
28. PENGUMPULAN DATA – WAWANCARA
• a. Wawancara informal:
– Wawancara yang dicirikan oleh tidak terstrukturnya wawancara atau
tidak adanya kontrol terhadap wawancara.
– Proses wawancara ini dapat terjadi secara tidak disengaja: kapan
dan di mana saja.
– Wawancara seperti ini barangkali sama dengan apa yang dikatakan
oleh Koentjaraningrat (1977) sebagai wawancara sambil lalu (casual
interview).
29. PENGUMPULAN DATA – WAWANCARA
• b. Wawancara tidak terstruktur:
– Proses wawancara yang direncanakan dengan mewawancarai
informan, namun dalam pelaksanaannya tidak terlalu
diatur/dikontrol.
– Issue yang akan ditanyakan/didiskusikan disiapkan terlebih dahulu,
namun dalam pelaksanaannya informan memiliki kebebasan untuk
mengekspresikannya dalam terminologi-terminologi mereka.
– Wawancara juga bisa berkembang kepada berbagai issue yang
tidak direncanakan sebelumnya.
– Proses wawancara dengan informan yang sama bisa terjadi
berulang-ulang, terlebih bila peneliti memiliki waktu yang cukup
luang.
30. PENGUMPULAN DATA – WAWANCARA
• c. W awancara semi struktur:
– W awancara yang dilakukan dengan issue yang telah disiapkan
dan dalam prosesnya pewawancara bersikap agak "mengatur"
jalannya wawancara.
– Dalam wawancara ini digunakan pedoman wawancara yang berisi
hal-hal yang perlu ditanyakan secara sistematis, walaupun dalam
pelaksaannya kemungkinan tidak seteratur seperti yang
direncanakan.
– W awancara semistruktur biasanya dilakukan bila peneliti tidak
memiliki cukup waktu untuk berulang-ulang melakukan wawancara
dengan informan yang sama.
– Dalam wawancara ini, kemampuan pewawancara untuk melakukan
probing akan sangat membantu dalam memperoleh informasi yang
31. PENGUMPULAN DATA – W A W ANCARA
• Dalam wawancara, kemampuan pewawancara untuk
melakukan probing akan sangat membantu dalam
memperoleh informasi yang lengkap dan akurat.
• Dalam batas tertentu, biarkan informan mengarahkan
pembicaraan (let the informant lead)
32. ANALISIS DATA
Periode pengumpulan data
Reduksi data adalah proses pemilihan, focusing,
penyederhanaan, abstraksi, dan transformasi data
Antisipasi "mentah" yang ada dalam data lapangan.
Reduksi catatan Pasca
"Display" adalah kumpulan informasi yang terorganisasi:
teks naratif, Tampilan(quotes), matriks, tabel, grafik, bagan
kutipan (display) data
Pasca
(charts, causal flow charts), jejaring (networks), atau
taksonomi, dan sebagainya
Sejak awal pengumpulan data, peneliti mulai menentukan apa arti Pascasesuatu atau
Pembuatan kesimpulan/verifikasi dari
berbagai hal yang dikumpulkannya, mencatat regularities, menggambarkan pola,
penjelasan, penjelasan kausal, dan membuat proposisi.
Analisis data kualitatif adalah proses yang kontinu dan iteratif
Proses pembuatan kesimpulan sudah dimulai, tetapi peneliti "memperlakukannya"
sebagai temuan-temuan awal yang masih terbuka terhadap perubahan. Peneliti juga
masih bersikap skeptis. Dalam hal ini, kesimpulan "akhir" baru akan muncul setelah
tahap pengumpulan data berakhir.
33. INTERAKSI ANTAR KOMPONEN
Miles and Huberman, 1984
PENGUMPULAN
DATA
TAMPILAN
DATA
REDUKSI
DATA
KESIMPULAN/
VERIFIKASI
34. Pengelolaan Catatan Lapangan (Field Notes)
• Bernard (1988):
1. Jangan mencatat semua hal dalam 1 catatan yang panjang. Catat hal-
hal (informasi) yang dikumpulkan dalam beberapa catatan yang
ringkas/pendek.
2. Pisahkan catatan-catatan yang dibuat menjadi: field jottings, field
notes, field diary, dan field log.
• Field jottings adalah basis untuk membuat field notes
• Field diary mencatat hal-hal personal yang terjadi saat pengumpulan data
3. Tuliskan field jottings sesegara mungkin manakala menganggap
sesuatu penting untuk dicatat.
4. Tidak perlu khawatir bahwa pencatatan langsung (didepan informan
atau subjek lainnya) akan mengganggu informan atau subjek lainnya.
5. Don’t “sleep on” your notes (jangan menunda mencatat hal-hal yang
diperoleh, misalnya pada keesokan harinya)
35. Field notes
Vague and Overgeneralized Detailed and concrete notes
Notes
The client was quite hostile W hen Judy, the senior staff member told her that she
toward the staff person could not do what she wanted to do, the client began to
yell at Judy, telling her that she couldn’t control her life,
that she was on nothing but a “power trip,” that she’d
“like to beat the shift out of her,” and that she could just
“go to hell.” She shook her fist in Judy’s face and
stumped out of the room, leaving Judy standing there
with her mouth open, looking amazing.
The next student who came in The next student who came into the room was wearing
to take the test was very poorly clothes quite different from the three students who’d
dressed been in previously. The three previous students looked
liked they’d been groomed before they came to the
test. Their hair was combed, their clothes were clean
and pressed, the colors of their clothes matched, and
their clothes were in good condition. This new student
had on pants that were soiled with a hole or tear in one
knee and a thread bare seat. The flannel shirt was
wrinkled with one tail tucked into the pants and the
other tail hanging out. ….