SlideShare una empresa de Scribd logo
1 de 30
Descargar para leer sin conexión
KATA PENGANTAR

Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 47 Tahun 2008 tentang
Wajib Belajar, Instruksi Presiden nomor 5 tahun 2006 tentang Gerakan Nasional
Percepatan Penuntasan Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun dan
Pemberantasan Buta Aksara merupakan indikasi yang sangat nyata upaya
Pemerintah Indonesia dalam peningkatan mutu sumberdaya manusia agar mampu
bersaing dalam era keterbukaan dan globalisasi.
Di lingkungan Direktorat Pembinaan SMP Ditjen Mandikdasmen, Kementerian
Pendidikan Nasional, diantara dampak realisasi dari peraturan-peraturan
perundangan tersebut dapat diukur dari Angka Partisipasi Kasar (APK)
SMP/MTs/Sederajat pada akhir tahun 2009 mencapai 98,11%. Angka ini melebihi
target yang diharapkan dapat dicapai akhir tahun 2008, yaitu 95.0%. Dengan telah
tercapainya target APK di atas, maka orientasi pembinaan pendidikan pada jenjang
SMP lebih ditekankan pada peningkatan mutu pendidikan.
Dalam rangka peningkatan mutu tersebut, Direktorat Pembinaan SMP telah
menyusun berbagai kebijakan dan strategi yang kemudian dijabarkan dalam bentuk
program dan kegiatan yang dilaksanakan secara terpadu dan terkoordinasi. Dengan
kebijakan dan program tersebut, diharapkan misi 5 K Kementerian Pendidikan
Nasional terkait dengan Ketersediaan, Keterjangkauan, Kualitas, Kesetaraan dan
Kepastian juga diharapkan dapat terpenuhi.
Agar program dan/atau kegiatan tersebut dapat mencapai target yang telah
ditetapkan, sesuai dengan prosedur dan ketentuan yang ada, Direktorat Pembinaan
SMP menerbitkan berbagai Buku Panduan Pelaksanaan untuk masing-masing
program dan/atau kegiatan, baik yang pengelolaannya di tingkat pusat, provinsi,
kabupaten/kota, maupun yang dilaksanakan langsung oleh sekolah.
Dengan buku panduan ini diharapkan pihak-pihak terkait dengan penyelenggaraan
program di semua tingkatan dapat memahami dan melaksanakan dengan amanah,
efektif dan efisien seluruh proses kegiatan mulai dari penyiapan rencana,
pelaksanaan, sampai dengan monitoring, evaluasi dan pelaporannya.
Akhirnya, kami mengharapkan agar semua pihak terkait mempelajari dengan
seksama dan menjadikannya sebagai pedoman serta acuan dalam pelaksanaan
seluruh program atau kegiatan pembangunan pendidikan pada jenjang Sekolah
Menengah Pertama tahun anggaran 2010.
                                               Jakarta, Januari 2010
                                               Direktur Pembinaan
                                               Sekolah Menengah Pertama,




                                               Didik Suhardi, SH., M.Si
                                               NIP. 196312031983031004



                                       iii
DAFTAR ISI



KATA PENGANTAR............................................................................................. iii
DAFTAR ISI ............................................................................................................ v
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................ 1
    A.      Latar Belakang ........................................................................................... 1
    B.      Tujuan ........................................................................................................ 3
BAB II KONSEP PEMBELAJARAN PADA BRIDGING COURSE..................... 5
    A.      Konsep Bridging Course ............................................................................ 5
    B.      Pola Pembelajaran Pada Program Bridging Course ................................... 9
BAB III POLA PENGATURAN DAN PELAKSANAAN PROGRAM
BRIDGING COURSE DI SEKOLAH ................................................................... 13
    A. Pengaturan Program Bridging Course di Sekolah .................................... 13
    B. Desain Pelaksanaan Bridging Course di Sekolah..................................... 14
    C. Tahap Pelaksanaan Perluasan Pelaksanaan Bridging Course................... 16
    D. Unsur-Unsur Derkait dengan Perluasan Pelaksanaan Program
    Bridging Course................................................................................................. 20
BAB IV PENUTUP................................................................................................ 21
Lampiran: Contoh program pelatihan/pembekalan bridging course....................... 20




                                                       v
Belajar Untuk Masa Depanku




                                             BAB I
                                         PENDAHULUAN


A.          Latar Belakang
            Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan adalah tingkat
            kesiapan lulusan SD ketika memasuki jenjang SMP. Keragaman dan
            rendahnya mutu pendidikan di SD menyebabkan lulusan SD tidak siap
            mengikuti pendidikan di SMP. Pola pendidikan yang saat ini
            berlangsung memberi kemungkinan lulusan SD, walaupun dengan
            dengan tingkat penguasaan “terbatas” dapat lulus dan berhak
            melanjutkan ke SMP. Kondisi seperti itu kemudian menjadi masalah
            bagi guru di SMP, yakni kesulitan memulai pelajaran karena bekal
            awal yang dimiliki oleh siswa (lulusan SD) tidak memadai untuk
            mengikuti pelajaran di SMP.
            Siswa baru SMP yang kurang siap mengikuti pelajaran baru, dan
            terutama ketidakmerataan kesiapan juga terjadi di sebagian besar
            sekolah. Ketidakmerataan mutu SD dan rendahnya mutu di sebagian
            SD menjadi penyebab pokok. Dengan adanya program Wajib Belajar
            sekolah tidak dapat menolak lulusan SD yang memiliki bekal awal
            yang tidak memadai, sehingga akhirnya mereka tidak siap mengikuti
            pelajaran baru di SMP.
            Untuk mengatasi masalah tersebut, perlu dicari jalan keluar agar siswa
            baru di SMP siap untuk mengikuti pelajaran ketika tahun pelajaran
            dimulai. Mengingat mutu lulusan SD belum optimal, maka perlu
            dilakukan program bridging course (BC) di awal tahun pelajaran SMP
            supaya siswa baru siap untuk mengikuti pelajaran di SMP dengan
            baik. Program BC ini adalah semacam program matrikulasi untuk
            meningkatkan kemampuan awal siswa di tingkat SMP. Pelaksanaan
            BC dapat diintegrasikan dengan masa orientasi siswa (MOS) bagi
            siswa baru atau dapat pula dilaksanakan secara terpisah dari kegiatan
            MOS.
            Pada tahun 2003 telah diujicobakan program BC di 4 (empat) sekolah,
            yaitu SMPN 1 Cisarua, SMPN 1 Parung, SMPN 1 Taktakan Serang
            dan SMPN 16 Bekasi. Hasil uji coba tersebut sangat
            menggembirakan. Tes sebelum dan sesudah mengikuti BC
            menunjukkan hasil yang signifikan pada seluruh mata pelajaran,
            walaupun dari nilai nominalnya masih belum cukup mencolok. Dari
            isian kuesioner siswa justru memberikan gambaran yang memberikan



                                                                                      1
QEC24711   - Panduan Pelaksanaan Bridging Course SMP
Belajar Untuk Masa Depanku




    harapan. Sebagian besar siswa menyatakan senang mengikuti program
    BC dan merasa yakin dapat mengikuti pelajaran dengan baik di SMP,
    serta tidak merasa takut terhadap mata pelajaran yang selama ini
    dianggap sulit, yaitu Matematika dan Fisika.
    Para guru dan kepala sekolah juga menyatakan bahwa siswa menjadi
    lebih yakin, karena materi BC lebih mirip dengan mengulang
    pelajaran SD secara singkat dan kemudian disambungkan dengan
    pelajaran awal di SMP. Pola pembelajaran juga menyenangkan,
    sehingga siswa merasa nyaman terhadap mata pelajaran.
    Pada tahun 2004 telah dilaksanakan perluasan pelaksanaan BC pada
    25 SMP yang tersebar di 13 provinsi, yaitu Bangka Belitung,
    Sumatera Selatan, Bengkulu, Lampung, Banten, Jawa Barat, Jawa
    Tengah, Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan Barat,
    Kalimantan Selatan, dan Sulawesi Selatan. Walaupun tidak dilakukan
    monitoring pada awalnya, laporan tertulis yang disusun oleh pihak
    sekolah menunjukkan bahwa program BC memberikan dampak
    signifikan terhadap kesiapan siswa baru untuk mengikuti pelajaran di
    kelas VII. Sekolah juga melaporkan bahwa MOS menjadi menarik,
    karena ada kegiatan yang terkait langsung dengan persiapan pelajaran.
    Pada tahun 2006, pelaksanaan program BC diperluas lagi menjadi 246
    SMP yang tersebar di 30 provinsi. Hasil analisis terhadap monitoring
    dan evaluasi yang dilakukan pada tahun 2006 dan laporan yang
    dikirimkan oleh beberapa sekolah menunjukkan bahwa program BC
    memberi manfaat yang sangat baik. Namun demikian, terdapat catatan
    bahwa sekolah mengalami kesulitan keuangan dalam menggandakan
    bahan tercetak satu set untuk setiap siswa baru, sehingga proses
    pembelajaran ketika program BC dilaksanakan belum dapat berjalan
    secara ideal. Perkembangan program BC cukup menggembirakan.
    Sejak tahun 2006 sampai sekarang, lebih banyak sekolah yang
    mengimplementasikan program BC. Pola dan materi BC yang
    diterapkan di sekolah juga berkembang sesuai dengan kebutuhan
    siswa dan potensi sekolah.
    Kekurangsiapan siswa untuk mengikuti pelajaran baru juga terjadi
    pada saat pembelajaran MIPA bilingual dilaksanakan, terutama di
    SMP RSBI. Dalam Kurikulum SD tidak ada mata pelajaran Bahasa
    Inggris, meskipun terdapat SD yang memberikannya dalam bentuk
    muatan lokal. Akibatnya bekal awal bahasa Inggris siswa kurang
    memadai untuk mengikuti pelajaran MIPA dengan pengantar bahasa
    Inggris, dan yang lebih menyulitkan adalah bekal awal tersebut sangat



2
                                                       Direktorat PSMP -   QEC24711   ”
Belajar Untuk Masa Depanku




            berbeda antara siswa satu dengan siswa yang lainnya. Oleh karena itu,
            program BC juga penting dilakukan untuk siswa baru yang mengikuti
            program bilingual.


B.          Tujuan
            Tujuan utama dilaksanakannya program BC adalah menyiapkan siswa
            baru di SMP, sehingga memiliki kesiapan memadai dalam mengikuti
            pelajaran. Tujuan ini dapat dirinci sebagai berikut:
            1.      Meningkatkan bekal awal siswa baru SMP dengan cara
                    membahas materi-materi esensial (misalnya materi di SD) yang
                    sangat penting untuk persiapan mengikuti pelajaran di SMP.
            2.      Menyamakan bekal awal siswa baru SMP, agar antara satu siswa
                    dengan siswa lainnya tidak jauh berbeda, sehingga guru lebih
                    mudah dalam memulai pelajaran.




                                                                                      3
QEC24711   - Panduan Pelaksanaan Bridging Course SMP
Belajar Untuk Masa Depanku




                              BAB II
             KONSEP PEMBELAJARAN PADA BRIDGING COURSE


  A. Konsep Bridging Course
            Program BC merupakan program pembelajaran pada beberapa mata
            pelajaran yang dilaksanakan untuk meningkatkan bekal kemampuan
            awal siswa baru SMP, sehingga pada saat pembelajaran, siswa dapat
            mengikuti pelajaran dengan baik, lancar, dan mampu menguasai
            materi pelajaran secara optimal.
            Bekal awal sangat penting bagi siswa dalam proses pembelajaran.
            Bekal awal tersebut akan berfungsi sebagai “modal” dalam memahami
            informasi yang dipelajari. Proses pemahaman pada dasarnya
            merupakan interaksi secara asimilasi atau akomodasi informasi yang
            baru diterima dengan bekal awal yang telah dimiliki sebelumnya.
            Sebagai contoh, ketika siswa SD belajar perkalian, maka mereka akan
            menggunakan kemampuan penjumlahan berulang sebagai bekal awal.
            Jika siswa belum menguasai penjumlahan, maka mereka akan sangat
            sulit mempelajari perkalian. Oleh karena itu, banyak ahli menyebut
            penjumlahan sebagai prasyarat belajar perkalian. Pola tersebut juga
            terjadi pada topik-topik pada mata pelajaran Matematika dan mata
            pelajaran lainnya.
            Secara teoretik, orang belajar pada dasarnya merupakan proses
            pengembangan skema berpikir yang bertolak dari skema yang telah
            ada sebelumnya. Makin dekat antara skema berpikir yang telah
            dimiliki dengan skema yang dipelajari akan semakin mudah orang
            belajar. Proses belajar pada dasarnya merupakan proses asimilasi dari
            skema yang telah ada, yaitu perluasan “skema” lama akibat adanya
            penambahan informasi baru. Misalnya kita telah memahami tentang
            peta jalan raya di kota Jakarta. Setelah itu, kita mempelajari peta jalan
            kereta api sehingga kita dapat menggabungkan kedua peta tersebut
            dan dapat mengetahui cara naik kereta api dari stasiun jatinegara turun
            di stasiun kota dan akan ke ancol naik angkutan kota.
            Proses belajar dapat juga merupakan proses akomodasi, yaitu jika
            informasi baru mengubah atau mengoreksi skema lama menjadi
            skema baru. Misalnya semula kita telah belajar dan menyimpulkan
            bahwa ikan paus berkembang biak dengan cara bertelur karena
            termasuk jenis ikan. Kemudian belajar tentang ikan secara lebih
            mendalam dan menjumpai informasi bahwa ikan paus berkembang


                                                                                        5
QEC24711   - Panduan Pelaksanaan Bridging Course SMP
“Belajar Untuk Masa Depanku”




    biak dengan beranak karena termasuk mamalia. Dengan demikian,
    terjadi perubahan skema berpikir dari ikan paus termasuk jenis ikan
    menjadi ikan paus termasuk jenis mamalia. Jika terjadi perubahan
    pemahaman secara utuh, yaitu bahwa ikan paus termasuk mamalia,
    walaupun bentuk ikan, tetapi berkembang biak dengan cara beranak,
    seperti pada ciri mamalia. Berarti telah terjadi proses akomodasi pada
    skema berpikir siswa.
    Baik proses asimilasi maupun akomodasi memerlukan skema lama
    yang secara sederhana disebut bekal awal atau prasyarat. Kelemahan
    atau kekurangan bekal awal akan menyulitkan siswa belajar karena
    yang bersangkutan tidak memiliki skema berpikir yang dapat
    dikaitkan dengan apa yang dipelajari. Jika dipaksakan, informasi akan
    dihafal tanpa pemahaman dan dalam waktu cepat akan mudah
    dilupakan. Pola pembelajaran seperti itu akan menyebabkan
    pendidikan tidak bermakna (meaningless), karena siswa tidak
    memahami apa yang sedang dipelajari. Di samping itu, pembelajaran
    menjadi penumpukan informasi tanpa disertai pemaknaan dan
    perangkaian antara berbagai fakta, konsep, dan teori. Akibatnya siswa
    akan menjadi sangat terbebani ketika belajar.
    Seperti dinyatakan oleh Ausuble, pembelajaran haruslah berlangsung
    secara bermakna (meaningful) bagi anak, agar yang bersangkutan
    merasakan manfaat dari apa yang dipelajari, sehingga dapat
    menumbuhkan motivasi belajar mereka. Belajar bermakna dapat
    terjadi jika anak memahami apa yang dipelajari atau mengerti kaitan
    antara satu konsep dengan konsep lainnya sehingga menjadi suatu
    rangkaian konsep yang komprehensif.
    Proses pembelajaran sebenarnya merupakan proses pengolahan
    informasi, yaitu siswa yang sedang belajar mengolah informasi yang
    diperoleh dari bacaan, penjelasan guru, dan fenomena yang diamati
    dari lingkungan. Proses pengolahan informasi tersebut dapat dilihat
    pada bagan berikut.




6
                                                        “Direktorat PSMP -   QEC24711   ”
Belajar Untuk Masa Depanku




                              ATAU KEBUTUHAN?




                                                                        DAPAT DIPAHAMI
                               SESUAI DG HOBI?




                                                                          SARINGAN II:
                                 SARINGAN I:
           STIMULUS
                                                   YA    MEMORI                          YA      MEMORI
                                                         JANGKA                                  JANGKA
                                                         PENDEK                                  PANJANG




                                                 TIDAK                                   TIDAK




                  TIDAK ADA PERHATIAN                             TERLUPAKAN

                                        Bagan 1: Proses Pengolahan Informasi


            Pada gambar tersebut tampak bahwa informasi yang di terima berupa
            stimulus akan disaring oleh sebuah penyaring untuk menguji apakah
            menarik perhatian atau tidak. Jika tidak mampu menarik perhatian
            seseorang, informasi akan segera hilang (terabaikan). Sebagai contoh,
            ketika penjual mi goreng lewat di depan rumah sambil menawarkan,
            tetapi kita tidak menaruh perhatian karena baru makan. Ini berarti
            bahwa informasi adanya mi goreng tidak mampu menarik perhatian
            kita.
            Ketertarikan seseorang terhadap stimulus informasi, biasanya terkait
            dengan dua hal, yaitu (1) sesuai dengan kebutuhan saat itu, dan (2)
            sesuai dengan hobinya. Pada contoh di atas, kita tidak memberikan
            perhatian ketika ada penjual mi goreng yang lewat, karena sedang
            kenyang. Sebaliknya jika kita sedang lapar, maka kita akan segera
            tertarik jika ada penjual makanan yang lewat. Jika motor kita sedang
            rusak dan kita kebingungan memperbaiki, kemudian di TV ada
            penjelasan cara mereparasi motor, maka kita akan tertarik. Sebab,
            informasi itu sedang kita perlukan, seperti halnya adanya penjual mi
            goreng pada saat kita sedang lapar.




                                                                                                    7
QEC24711   - Panduan Pelaksanaan Bridging Course SMP
“Belajar Untuk Masa Depanku”




    Seseorang yang mempunyai hobi bermain catur akan segera tertarik
    ketika TV menayangkan pertandingan catur. Sebaliknya bagi orang
    yang tidak mempunyai hobi catur, tayangan pertandingan catur tidak
    akan menarik perhatiannya. Seorang anak kecil yang hobi main
    layang-layang akan segera tertarik, jika diajak membuat layang-
    layang. Sebaliknya, bagi anak yang tidak mempunyai hobi bermain
    layang-layang akan kurang tertarik ketika diajak membuat layang-
    layang.
    Jika mampu menarik perhatian seseorang, maka informasi tersebut
    akan masuk memori jangka pendek (short-term memory). Artinya
    informasi tersebut sudah masuk ke ingatan kita, walaupun memori
    jangka pendek sangat mudah terlupakan. Selanjutnya informasi akan
    masuk ke saringan berikutnya dan diuji apakah dapat dipahami oleh
    yang bersangkutan atau tidak.
    Tahap ini sangat kritis, karena seringkali informasi yang diminati
    tidak dapat dipahami. Misalnya kita tertarik dengan informasi tentang
    reparasi sepeda motor di TV, tetapi ternyata informasinya begitu rumit
    sehingga kita tidak paham. Akhirnya kita akan meninggalkan
    tayangan tersebut dan informasinya segera terlupakan. Sebaliknya,
    jika tayangan tentang reparasi sepeda motor tersebut dapat kita
    pahami, kita akan tertarik mengikuti terus dan akhirnya menjadi
    “pengetahuan baru” bagi kita. Pengetahuan baru seperti itu akan
    tersimpan dalam memori jangka panjang yang dapat diungkap
    kembali jika diperlukan. Misalnya jika suatu saat motor kita rusak
    lagi, kita akan mencoba mengingat kembali penjelasan di TV atau
    bahkan pengalaman kita membetulkan sepeda motor pada masa lalu.
    Pertanyaannya, bagaimana caranya agar informasi itu dapat mudah
    dipahami oleh seseorang? Nah, di sinilah pentingnya bekal awal
    sebagaimana disinggung pada bagian terdahulu. Intinya untuk
    mempelajari sesuatu, siswa memerlukan bekal awal yang cukup,
    berupa pengetahuan lain yang terkait dan menjadi dasar apa yang saat
    ini dipelajari. Dalam istilah pendidikan seringkali bekal awal tersebut
    disebut sebagai prasyarat, yaitu pengetahuan yang menjadi prasyarat
    untuk mempelajari sesuatu. Pada contoh di atas, penjumlahan
    berulang merupakan prasyarat untuk belajar perkalian.
    Terkait dengan prinsip di atas, penting diingat bahwa menurut Piaget,
    perkembangan berpikir siswa SMP kelas VII pada umumnya masih
    pada taraf operasi konkrit. Bahkan menurut hasil-hasil penelitian di
    Indonesia, banyak siswa SMP masih dalam taraf berfikir konkrit.



8
                                                         “Direktorat PSMP -   QEC24711   ”
Belajar Untuk Masa Depanku




            Artinya siswa sudah mampu melakukan operasi atau manipulasi tetapi
            berdasarkan obyek fisik yang konkrit. Dengan demikian, setiap
            penjelasan yang diberikan harus bertitik tolak dari fenomena fisik
            yang sudah diketahui atau dipahami siswa.
            Di samping prasyarat pengetahuan sebagai bekal awal, keberhasilan
            siswa ketika belajar juga dipengaruhi oleh faktor lain, misalnya
            keyakinan dia mampu menguasai apa yang sedang dipelajari dan
            kesungguhan dalam belajar. Jika pada saat belajar, siswa sudah
            merasa tidak akan mampu menguasai apa yang dipelajari, maka akan
            terjadi apa yang sering disebut “kalah sebelum bertanding”. Artinya,
            siswa sudah takut atau menyerah sebelum berusaha.
            Ketakutan seperti itu seringkali disebabkan oleh pengalaman yang
            lalu. Misalnya pada waktu lalu, seseorang selalu kesulitan belajar
            matematika, maka dia seakan sudah merasa akan mengalami kesulitan
            juga ketika akan belajar topik Matematika berikutnya. Akibatnya, dia
            seakan menyerah sebelum mulai belajar dan pada akhirnya tidak
            berusaha secara maksimal.
            Kesungguhan dalam belajar terkait dengan kadar intensitas saat
            belajar. Siswa yang sungguh-sungguh dalam belajar, akan belajar
            dengan intensitas tinggi. Oleh karena itu, walaupun dia duduk belajar
            dalam waktu yang sama dengan teman lainnya (misalnya 120 menit),
            sesungguhnya dia belajar dalam waktu yang lebih banyak, karena
            selama 120 menit tersebut dia bersungguh-sungguh. Siswa yang tidak
            sungguh-sungguh, seringkali “mencuri” waktu belajar untuk
            memikirkan hal lain. Misalnya ketika sedang mengerjakan soal
            Matematika, dia memikirkan bermain bola.
            Kesungguhan belajar antara lain disebabkan keyakinan apakah yang
            dipelajari bermanfaat bagi dirinya. Jika siswa merasa apa yang
            dipelajari memberi manfaat tinggi, dia akan belajar dengan sungguh-
            sungguh, sebaliknya jika tidak memberi manfaat akan malas dalam
            belajar.


  B. Pola Pembelajaran pada Program Bridging Course
            Cara melaksanakan pembelajaran dalam program BC terkait erat
            dengan upaya agar siswa belajar dengan mudah, penuh keyakinan
            akan mampu menguasai apa yang dipelajari dan sungguh-sungguh
            dalam belajar. Prinsip pembelajaran yang dapat memunculkan tiga hal
            di atas, antara lain: (1) pembelajaran kontekstual, (2) pembelajaran



                                                                                     9
QEC24711   - Panduan Pelaksanaan Bridging Course SMP
“Belajar Untuk Masa Depanku”




     yang menyenangkan (joyful learning), dan (3) pembelajaran
     berdasarkan masalah. Tentu masih banyak pola pembelajaran lain
     yang dapat digunakan sesuai dengan karakteristik anak didik dan
     kondisi sekolah serta lingkungannya.
     Pembelajaran kontekstual artinya pembelajaran yang dikaitkan
     dengan konteks kehidupan siswa dan konteks apa yang sudah
     diketahui oleh siswa. Misalnya ketika guru IPS menerangkan hukum
     permintaan dan penawaran dalam ekonomi, dalam mengajar guru
     memulai dengan meminta siswa membandingkan harga buah-buahan
     pada saat musim panen dan pada saat tidak musim panen. Tentu siswa
     paham bahwa pada saat musim panen harga buah lebih murah
     dibanding pada saat tidak panen. Hal serupa juga terjadi pada harga
     barang-barang lainnya. Fenomena yang sudah diketahui sebelumnya
     itu dapat digunakan sebagai awalan dan konteks untuk menjelaskan
     hukum permintaan dan penawaran.
     Bahkan pada tahap tertentu pola pembelajaran kontekstual dapat
     diteruskan dengan mendorong siswa menarik kesimpulan sendiri,
     sehingga seakan-akan mereka menemukan “teori” atau “hukum” baru.
     Misalnya ketika siswa menyebutkan “ya saat panen produksi buah
     mangga banyak sehingga harganya turun”. Setelah itu siswa dapat
     dipancing dan didorong untuk membandingkan jumlah penawaran dan
     permintaan, sehingga dapat menyimpulkan “ketika jumlah penawaran
     melebihi permintaan harga akan turun, sementara jika penawaran
     lebih sedikit dibanding permintaan harga akan naik.” Ketika itu guru
     dapat menyebutkan “itulah hukum penawaran dan permintaan dan
     kalian telah menemukan sendiri”. Tentu mereka akan bangga, karena
     merasa mampu menemukan hukum itu tanpa diajari oleh orang lain.
     Kebanggaan seperti itu menumbuhkan kepercayaan diri dan motivasi
     belajar.
     Pembelajaran yang menyenangkan artinya pembelajaran yang
     dapat membuat siswa senang dan bukan merasa terpaksa ikut
     pelajaran. Agar siswa senang dalam belajar, maka prinsip pemrosesan
     informasi patut diperhatikan. Siswa akan menyenangi situasi belajar
     jika apa yang dipelajari sesuai dengan apa yang diperlukan atau sesuai
     dengan hobinya, paling tidak terkait dengan apa yang dibutuhkan atau
     hobinya. Di samping itu, siswa akan senang belajar jika situasinya
     menyenangkan. Oleh karena itu, sangat penting bagi guru untuk
     mengkaitkan pembelajaran dengan apa yang pada umumnya disenangi
     oleh siswa dan menyelipkan humor yang dapat menarik perhatian
     siswa.



10
                                                         “Direktorat PSMP -   QEC24711   ”
Belajar Untuk Masa Depanku




            Siswa SMP kelas VII pada umumnya masih dalam taraf berpikir
            operasional konkrit sehingga pembelajaran yang pada umumnya
            disenangi adalah yang terkait atau paling tidak dapat dikaitkan atau
            mengambil contoh kehidupan remaja sehari-hari. Adapun pokok
            bahasan yang sedang dipelajari akan menjadi menarik bagi siswa jika
            dikaitkan kehidupan mereka sehari-hari.
            Interaksi antar teman juga merupakan aktivitas yang disenangi oleh
            remaja seusia siswa SMP. Oleh karena itu, aktivitas kelompok
            merupakan sesuatu yang menyenangkan bagi mereka. Jika proses
            pembelajaran dapat diwujudkan dalam kerja kelompok atau paling
            tidak siswa dapat mendiskusikan dengan teman akan membuat situasi
            pembelajaran lebih menyenangkan.
            Pembelajaran berdasarkan masalah artinya pembelajaran
            didasarkan pada problema sehari-hari dan dalam pembelajaran siswa
            diajak untuk memecahkannya. Melalui pembelajaran semacam itu
            siswa akan merasa ditantang untuk mengajukan gagasan. Biasanya
            akan muncul berbagai gagasan dan siswa akan saling memberikan
            alasan dari gagasan yang diajukan. Dalam proses pembahasan gagasan
            itu akan terjadi interaksi dan pemaduan gagasan yang pada akhirnya
            mengarah pada saling melengkapi. Siswa biasanya sangat senang
            karena merasa mampu memecahkan masalah yang diberikan.
            Contoh pembelajaran berdasarkan masalah adalah kegiatan belajar
            tentang cara mengatur kebersihan di sekolah. Mata pelajaran PKn
            dapat menggunakan masalah kebersihan sekolah sebagai tema untuk
            membahas topik tanggung jawab sosial. Tema kebersihan juga dapat
            digunakan sebagai tema Matematika dalam topik yang sesuai.
            Kegiatan yang paling pokok dalam pembelajaran berdasarkan masalah
            adalah dicari masalah sehari-hari yang dihadapi siswa, kemudian
            masalah itu dipecahkan dengan topik yang akan diajarkan.
            Karena bekal awal siswa baru SMP pada umumnya sangat beragam,
            maka pembelajaran kooperatif (cooperative learning) sangat cocok
            untuk diterapkan. Pada pola ini siswa dikelompokkan dalam
            kelompok setara, tetapi anggota masing-masing kelompok terdiri dari
            individu yang heterogen dilihat dari bekal awalnya. Sederhananya,
            dalam setiap kelompok terdapat siswa yang pandai, sedang dan
            kurang. Selama pembelajaran, setiap kelompok dirancang untuk
            bekerjasama dan didorong agar semua anggota kelompok memahami
            apa yang dipelajari. Penilaian bukan hanya berdasarkan atas
            pemahaman masing-masing anggota kelompok, tetapi juga



                                                                                    11
QEC24711   - Panduan Pelaksanaan Bridging Course SMP
“Belajar Untuk Masa Depanku”




     pemahaman kelompok. Artinya nilai kelompok akan berpengaruh
     terhadap penilaian individu yang menjadi anggotanya. Jadi siswa yang
     pandai akan terimbas oleh nilai siswa yang kurang pandai, jika siswa
     tersebut tetap tidak paham materi yang dipelajari pada saat penilaian.




12
                                                         “Direktorat PSMP -   QEC24711   ”
Belajar Untuk Masa Depanku




                                  BAB III
                     POLA PENGATURAN DAN PELAKSANAAN
                    PROGRAM BRIDGING COURSE DI SEKOLAH


  A. Pengaturan Program Bridging Course di Sekolah
            Seperti yang sudah diuraikan sebelumnya, program BC dilaksanakan
            dengan tujuan untuk meningkatkan bekal awal siswa SMP, sehingga
            pada saat pembelajaran untuk kurikulum SMP, siswa dapat mengikuti
            kegiatan dengan baik. Oleh karena itu, seharusnya program BC
            dilaksanakan sebelum kegiatan pembelajaran dimulai. Selain itu, BC
            dapat juga dilaksanakan untuk penyiapan program tertentu. Misalnya
            BC bahasa Inggris untuk mempersiapkan siswa-siswa yang akan
            mengikuti program pembelajaran dalam bahasa Inggris.
            Pada awal tahun pelajaran, sekolah sudah memiliki program Masa
            Orientasi Siswa (MOS) yang bertujuan untuk mengenalkan siswa
            yang baru lulus SD kepada situasi kehidupan dan pembelajaran di
            SMP. Dengan demikian, antara MOS dan BC memiliki kaitan yang
            erat. MOS lebih berfokus pada kehidupan secara umum di sekolah,
            sementara BC berfokus pada peningkatan bekal awal siswa. Oleh
            karena itu keduanya dapat dan sebaiknya diintegrasikan menjadi
            kegiatan penyiapan siswa baru agar lebih siap mengikuti kegiatan
            pembelajaran baik yang menyangkut materi ajar (lewat BC) maupun
            kehidupan sosial di sekolah (lewat MOS). Namun demikian, sekolah
            dapat mengalokasikan waktu yang lebih lama dari waktu yang
            diperuntukkan pada program MOS. Untuk keperluan tersebut, sekolah
            dapat    melakukan     koordinasi   dengan   Dinas    Pendidikan
            Kabupaten/Kota setempat untuk keperluan pembinaan.
            Mekanisme pengintegrasian program BC dengan MOS di sekolah,
            sangat tergantung pada program yang direncanakan oleh sekolah.
            Sekolah dapat mengatur sesuai dengan kondisi sekolah dan
            karakteristik siswa baru. Sebagai contoh, BC dapat dijadikan topik
            yang dibahas, sedangkan cara pembahasan dalam kehidupan sehari-
            hari di sekolah menerapkan prinsip MOS. Tentu saja ada beberapa
            substansi MOS yang juga perlu untuk diangkat menjadi topik,
            misalnya topik mengenal diri yang berasal dari MOS dipadukan
            dengan topik PKn atau bahkan Matematika. di SD yang dianggap
            sukar oleh siswa.




                                                                                  13
QEC24711   - Panduan Pelaksanaan Bridging Course SMP
Belajar Untuk Masa Depanku




     Apakah semua mata pelajaran perlu diikutkan dalam program BC atau
     hanya mata pelajaran tertentu? Sekolah yang harus menentukan hal
     ini. Prinsipnya program BC ingin membantu siswa baru SMP agar
     memiliki bekal awal cukup baik sehingga dapat mengikuti proses
     pembelajaran di SMP dengan baik. Pada mata pelajaran juga dipilih
     pokok bahasan atau topik yang pada umumnya sulit bagi siswa dan
     pokok bahasan yang merupakan prasyarat bagi pembahasan pokok
     bahasan lainnya. Namun harus dipahami bahwa waktu pelaksanaan
     BC tidak terlalu banyak. Pada ujicoba di Kabupaten Bogor, Serang
     dan Kota Bekasi, waktu yang digunakan bervariasi antara 1–2 minggu
     yang sudah diintegrasikan dengan program MOS. Namun demikian,
     sekolah dapat menentukan sendiri lama waktu yang diperlukan sesuai
     dengan kebutuhan sekolah tersebut.
     Dengan demikian, jadwal atau struktur program BC tidak harus
     seragam antara sekolah satu dengan lainnya, termasuk materi yang
     akan digunakan dalam program BC. Setiap sekolah dapat mengatur
     sesuai dengan karakteristik siswa baru dan kondisi sekolah sehingga
     siswa dapat mengikuti program dengan senang seperti yang
     diharapkan agar siswa dapat lebih siap untuk mengikuti program-
     program berikutnya di sekolah.


 B. Desain Pelaksanaan Bridging Course di Sekolah
     Pelaksanaan BC di sekolah perlu dirancang sedemikian rupa, yang
     dapat digunakan sebagai dasar pedoman sekolah dalam
     penyelenggaraannya. Perancangan yang baik akan menghasilkan dan
     mencapai tujuan BC seperti yang diinginkan.

     Seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa pelaksanaan BC menjadi
     satu dengan kegiatan masa orientasi siswa (MOS), meskipun tidak
     menutup kemungkinan dilaksanaan pada kegiatan-kegiatan lain selain
     pada saat MOS dengan tujuan yang juga berbeda. Misalnya pada saat
     waktu luang setelah kenaikan kelas, yang bertujuan untuk
     memberikan bekal umum kepada siswa untuk mempersiapkan materi
     di jenjang berikutnya. Oleh karena itu, untuk menjamin
     terselenggaranya BC dengan baik dan lancar perlu dibuat suatu desain
     atau rancangan yang memadukan antara kedua kegiatan tersebut.

     Sebagai suatu gambaran dalam perencanaan pelaksanaan BC di
     sekolah, perlu disusun komponen kegiatan pokok sebagai berikut:



14                                                              Direktorat PSMP
Belajar Untuk Masa Depanku




            1. Melaksanakan sosialisasi dan penjelasan tentang konsep dan
               penyelenggaraan BC kepada warga sekolah dan stakeholder
               dengan melibatkan Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota;
            2. Membentuk kepanitiaan untuk penyelenggaraan BC;
            3. Melaksanakan pre-test kepada siswa baru untuk mengetahui
               kompetensi atau kemampuan awal siswa;
            4. Melaksanakan pembelajaran kepada siswa sasaran dengan
               menggunakan materi (modul) yang telah disediakan sebelumnya,
               dengan rambu-rambu komponen dan kegiatan yang ada antara
               lain meliputi:
               a. Terdapat pembagian tugas antara pelaksanaan BC dengan
                    MOS, jika program BC disubstitusikan dengan kegiatan
                    MOS;
               b. Penyiapan atau pembekalan terhadp fasilitator atau guru yang
                    akan melaksanakan program BC untuk mata pelajaran
                    tertentu (sesuai dengan yang sudah diputuskan oleh sekolah);
               c. Terdapat        penjadwalan    yang     menjamin     terjadinya
                    pembelajaran yang menyenangkan, tidak membosankan,
                    tidak monoton;
               d. Penggunaan media pembelajaran yang tepat dan relevan;
               e. Penggunaan metode pembelajaran yang tepat dan relevan;
               f. Penggunaan sistem evaluasi yang tepat dan relevan;
               g. Penambahan sumber-sumber belajar yang relevan;
               h. Dan lain-lain komponen / kegiatan yang diperlukan.
            5. Melaksanakan post-test untuk mengetahui hasil pelaksanaan
               pembelajaran atau kompetensi/kemampuan siswa atau tanggapan
               siswa terhadap pelaksanaan program yang bertujuan untuk
               mengetahui kondisi peserta didik antara sebelum dan sesudah
               pelaksanaan BC;
            6. Melaksanakan monitoring dan evaluasi mulai dari persiapan,
               pelaksanaan, dan akhir kegiatan (purna BC);
            7. Membuat laporan yang berisi tentang: hasil-hasil BC dan
               penyelenggaraan BC, dengan dilampiri berbagai dokumen yang
               relevan termasuk beberapa rekomendasi untuk keperluan
               pelaksanaan program sejenis di masa yang akan datang. Laporan
               ini dibuat rangkap sesuai dengan kebutuhan yang diperuntukkan
               pada unsur-unsur dan dinas terkait, misalnya untuk: komite




                                                                                    15
QEC24711   - Panduan Pelaksanaan Bridging Course SMP
Belajar Untuk Masa Depanku




           sekolah, Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota, Dinas Pendidikan
           Propinsi, dan arsip sekolah.
     Penyelenggaraan program BC diharapkan dapat dibiayai sendiri oleh
     sekolah atau lembaga penyelenggara program. Besarnya dana yang
     diperlukan untuk menyelenggarakan program BC di sekolah
     tergantung kepada lama berlangsungnya program dan jumlah sasaran
     murid yang mengikuti program BC. Dana peruntukan dengan
     keperluan sebagai berikut: (1) biaya operasional persiapan program
     (misalnya: rapat), dan (2) biaya operasional pelaksanaan (misalnya:
     honor guru, transportasi, konsumsi, penggandaan materi, media, dan
     ATK).


 C. Tahap Pelaksanaan Perluasan Pelaksanaan Bridging Course
     Tahap Persiapan
     Pada tahap ini beberapa yang perlu dilaksanakan di antaranya adalah:
      a.    Kegiatan rapat-rapat persiapan sekolah termasuk melakukan
            koordinasi dengan pihak-pihak terkait. Pada tahap persiapan ini
            juga dilakukan penetapan mekanisme pelaksanaan program
            secara menyeluruh oleh sekolah berdasarkan hasil evaluasi
            terhadap program BC yang sudah dilakukan sebelumnya jika
            sekolah sudah pernah melakukan program ini.
      b.    Penentuan materi yang akan disampaikan pada saat BC.
            Penentuan materi ini sangat penting mengingat perlu disadari
            bahwa pola penyampaian materi dalam program BC ini berbeda
            dengan pola penyampaian materi pada pembelajaran yang biasa
            dilakukan. Oleh karena itu penentuan dan pengembangan materi
            harus dilakukan secara berhati-hati dengan mempertimbangkan
            tujuan program BC dilakukan. Materi yang telah dikembangkan
            kemudian digandakan oleh panitia pelaksana. Pada tahap ini juga
            akan    dilaksanakan     persiapan-persiapan  yang     bersifat
            administratif.
     Sosialisasi Program
     Sosialisasi yang dilakukan oleh sekolah dilakukan dalam bentuk rapat
     yang melibatkan warga sekolah termasuk Komite Sekolah dan unsur
     dari Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota. Sedangkan sosialisasi di
     tingkat pusat dilakukan melalui rapat koordinasi tingkat pusat yang
     diikuti oleh Kepala Dinas Pendidikan Provinsi dan Kepala Dinas



16                                                                Direktorat PSMP
Belajar Untuk Masa Depanku




            Pendidikan Kabupaten/Kota. Untuk sosialisasi tingkat provinsi
            dilaksanakan melalui rapat koordinasi tingkat provinsi yang diikuti
            oleh Ketua TTK, Subdin Program, dan Konsultan Kab/Kota.
            Sosialisasi tingkat Kabupaten/Kota dilakukan melalui rapat kerja yang
            diikuti oleh Kepala Sekolah SMP, Ketua Komite Sekolah, dan Dewan
            Pendidikan Kabupaten/Kota. Program ini sejak tahun 2007 sudah
            tidak disediakan dana dari pusat. Oleh karena itu mulai tahun 2007
            pelaksanaan program ini diserahkan ke sekolah secara mandiri,
            dengan      pengawasan     dan    koordinasi   Dinas      Pendidikan
            Kabupaten/Kota setempat.


            Tahap Verifikasi dan Penentuan Sekolah Pelaksana Program
            Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota dapat menentukan sekolah yang
            harus melaksanakan program ini. Namun demikian, sekolah dapat
            melakukan program ini secara mandiri asal daya dukung yang dimiliki
            oleh sekolah tersebut memungkinkan. Dalam penentuan sekolah yang
            harus melaksanakan program BC, Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota
            dapat menempuh mekanisme tertentu melalui tahapan verifikasi.
            Verifikasi dapat diawali dengan menentukan kriteria. Berdasarkan
            kriteria tersebut Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota melakukan seleksi
            terhadap SMP yang mengajukan proposal program BC, yakni dengan
            langkah berikut: (1) mengumpulkan proposal program penggalangan
            partisipasi masyarakat di bidang pendidikan dari berbagai lembaga,
            dan (2) berdasarkan proposal yang masuk, TTK melakukan seleksi
            proposal sesuai dengan ketentuan: (a) menilai proposal yang diajukan
            oleh lembaga, (b) melakukan kunjungan lapangan untuk melakukan
            verifikasi data dan program-program yang diusulkan oleh lembaga
            penyusun proposal, serta (c) berdasarkan hasil penilaian proposal dan
            verifikasi lapangan, tim membuat rangking lembaga calon pelaksana
            program. Selanjutnya Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota berdasarkan
            hasil seleksi tersebut menentukan sekolah-sekolah yang mampu atau
            selayaknya melaksanakan program BC.


            Tahap Pelatihan bagi Pelaksana Program
            Sekolah-sekolah yang baru memulai program BC, perlu mendapatkan
            pelatihan. Pelatihan bagi pelaksana program BC yang baru ini
            merupakan kegiatan yang sangat menentukan keberhasilan program
            ini. Dalam hal ini guru-guru, kepala sekolah, dan salah satu anggota



                                                                                    17
QEC24711   - Panduan Pelaksanaan Bridging Course SMP
Belajar Untuk Masa Depanku




     komite sekolah dari sekolah yang menjadi sasaran perluasan
     pelaksanaan BC adalah pihak pelaksana program yang perlu
     mengikuti pelatihan. Guru yang diikutsertakan untuk mengikuti
     pelatihan ini adalah guru yang akan memberikan BC kepada para
     siswa. Misalnya untuk program BC yang disubstitusikan dengan
     kegiatan MOS, dapat dilibatkan guru yang terdiri atas 5 (lima) mata
     pelajaran, yaitu: matematika, IPA (fisika, biologi), PKN, IPS
     (geografi, sejarah, ekonomi), dan bahasa Indonesia.
     Mengingat mulai tahun 2007, Direktorat Pembinaan SMP tidak lagi
     mengadakan pelatihan secara terpusat untuk sekolah-sekolah yang
     akan melaksanakan program ini, maka Dinas Pendidikan
     Kabupaten/Kota dapat melaksanakan kegiatan pelatihan dengan
     melibatkan sumber daya manusia yang berasal dari sekolah-sekolah
     yang sebelumnya sudah melaksanakan program BC. Untuk keperluan
     tersebut, Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota dapat memodifikasi
     struktur program yang selama ini diterapkan oleh Direktorat
     Pembinaan SMP (terlampir).
     Materi pelatihan lebih menekankan pada memberi pembekalam
     kepada sekolah (dalam hal ini kepala sekolah) dan guru dalam
     melaksanakan program BC. Untuk peserta kepala sekolah dan komite,
     materi lebih menitikberatkan pada perencanaan pelaksanaan BC
     dengan produk akhir adalah dihasilkannya proposal kegiatan BC
     termasuk mekanisme pelaksanaan BC di sekolah dan bagaimana
     mengevaluasi keterlaksanaan program ini di sekolah. Untuk guru mata
     pelajaran, lebih menitikberatkan pada memberikan pembekalan
     kepada mereka bagaimana penyampaian materi pembelajaran dalam
     program BC dengan konsep-konsep yang melandasinya.
     Instruktur dalam pelatihan ini dapat melibatkan para guru yang
     sebelumnya sudah melaksanakan program BC di sekolah atau para
     guru yang sudah mengembangkan materi untuk keperluan
     implementasi program BC di sekolah. Di samping itu, akan lebih baik
     jika pelatihan ini juga melibatkan instruktur dari perguruan tinggi
     yang memahami atau berkompeten dalam bidangnya. Pelatihan akan
     dilakukan dengan menggunakan metode ceramah, diskusi, dan kerja
     kelompok. Metode ceramah digunakan untuk materi tentang konsep
     BC. Melalui kegiatan diskusi diharapkan para peserta tidak akan
     merasa digurui. Melalui kerja kelompok, para peserta dikelompokkan
     sesuai dengan mata pelajaran yang diampu masing-masing. Di
     samping itu, para peserta dari kelompok mata pelajaran Biologi dan
     Fisika disatukan untuk memperoleh materi hakikat IPA dan IPA



18                                                             Direktorat PSMP
Belajar Untuk Masa Depanku




            terpadu, dan para peserta dari kelompok mata pelajaran Sejarah,
            Geografi, dan Ekonomi disatukan untuk memperoleh materi hakikat
            dan IPS terpadu. Kegiatan lain yang dilakukan adalah diskusi
            kelompok yang diikuti oleh kepala sekolah, dan komite sekolah.
            Diskusi dimaksudkan untuk membuat rancangan pelaksanaan program
            BC di masing-masing sekolah.


            Tahap Pelaksanaan Program
            Tahap ini merupakan tahap yang terpenting dalam pelaksanaan
            program BC. Pada tahap ini dilaksanakan kegiatan BC sebagaimana
            telah dirancang oleh masing-masing sekolah pelaksana program atas
            persetujuan dan koordinasi oleh Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota.
            Dalam tahap ini di masing-masing sekolah akan berlangsung beberapa
            kegiatan berikut: (a) konsolidasi program sekolah, (b) sosialisasi bagi
            warga sekolah, (c) proses pelaksanaan BC, serta (d) kegiatan-kegiatan
            lain yang mendukung kelancaran kegiatan BC.


            Tahap Monitoring, Evaluasi, dan Pelaporan
            Tahap ini digunakan untuk melihat apakah program yang telah
            direncanakan dapat berlangsung secara efektif dan efisien. Evaluasi
            semacam ini perlu dimasukkan ke dalam laporan akhir sehingga
            pihak-pihak yang akan menyelenggarakan kegiatan serupa dapat
            mengambil manfaat dari hasil evaluasi ini.
            Laporan setidak-tidaknya memuat:
            Bab I Pendahuluan, berisi latar belakang, tujuan program, sasaran, dan
            hasil yang diharapkan.
            Bab II Pelaksanaan, berisi persiapan kegiatan, proses pelaksanaan
            kegiatan, dan hasil yang dicapai.
            Bab III Pembahasan, berisi tentang hasil pelaksanaan kegiatan dan
            hambatan-hambatan yang terjadi selama pelaksanaan kegiatan, dan
            upaya-upaya yang telah dilakukan untuk mengatasi hambatan-
            hambatan yang terjadi.
            Bab IV Penutup, berisi kesimpulan dan rekomendasi.




                                                                                      19
QEC24711   - Panduan Pelaksanaan Bridging Course SMP
Belajar Untuk Masa Depanku




C. Unsur-Unsur terkait dengan Perluasan Pelaksanaan
   Program Bridging Course

     Pelaksana program ini adalah sekolah melalui persetujuan dan
     koordinasi dari Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota.
     Pelaksana di Kabupaten/Kota adalah Dinas Pendidikan
     Kabupaten/Kota dalam hal ini. Tim Teknis Kabupaten/Kota (TTK),
     dengan tugas pokok berikut.
     1. Menetapkan pedoman program.
     2. Melakukan pemetaan terhadap SMP yang siswa barunya
         mengalami kesulitan untuk mengikuti pelajaran di sekolah
         tersebut.
     3. Mensosialisasikan program kepada masyarakat di wilayahnya.
     4. Melakukan seleksi lembaga calon pelaksana program dengan
         langkah-langkah sebagai berikut: (a) menilai proposal yang
         diajukan oleh lembaga, (b) melakukan kunjungan lapangan untuk
         memverifikasi data dan program-program yang diusulkan oleh
         lembaga penyusun proposal, serta (c) berdasarkan hasil penilaian
         proposal dan verifikasi lapangan, tim membuat peringkat lembaga
         calon pelaksana program.
     5. Memberi masukan kepada lembaga yang mengajukan proposal
         program untuk merevisi proposalnya.
     6. Menerima proposal yang telah direvisi dari lembaga.
     7. Mengesahkan        proposal     program    dengan     melakukan
         penandatanganan berita acara pengesahan proposal.
     8. Memantau dan mengevaluasi penyaluran dana dan penggunaan
         dana program di wilayahnya masing-masing.
     9. Memantau dan mengevaluasi pelaksanaan program di wilayahnya.
     10. Memberikan pembinaan kepada lembaga pelaksana program
         terkait dengan pengembangan, pelaksanaan, dan penggunaan dana
         program.
     Pelaksana pada tingkat sekolah adalah panitia yang dibentuk oleh
     sekolah untuk melaksanakan program BC. Panitia tersebut memiliki
     tugas pokok sebagai berikut:
     1. Melakukan sosialisasi program ke berbagai pihak, terutama
        kepada orangtua siswa baru.


20                                                              Direktorat PSMP
Belajar Untuk Masa Depanku




            2. Menyusun rencana program.
            3. Menyerahkan proposal kepada TTK.
            4. Mengikuti perkembangan proses dan hasil seleksi proposal.
            5. Merevisi proposal program berdasarkan masukan dari TTK.
            6. Menyerahkan proposal yang telah direvisi kepada TTK.
            7. Memanfaatkan dana program untuk merealisasikan program
               seperti tertuang dalam proposal program yang telah disetujui oleh
               TTK.
            8. Membukukan semua jenis pemasukan dan pengeluaran dana
               program.
            9. Menyusun laporan pertanggungjawaban pelaksanaan program.




                                                                                    21
QEC24711   - Panduan Pelaksanaan Bridging Course SMP
Belajar Untuk Masa Depanku




                                                BAB IV
                                               PENUTUP


Pelaksanaan program BC yang diintegrasikan dengan kegiatan MOS ini
merupakan program yang dapat digunakan untuk menginisiasi agar proses
belajar mengajar selanjutnya di SMP dapat berlangsung lebih baik dengan
kesiapan awal siswa yang lebih baik dan relatif lebih seragam. Dengan
demikian, pola pengorganisasian dan pengelolaan kelas akan lebih mudah
sehingga prestasi belajar siswa dapat dicapai, termasuk mengurangi angka
drop out. Namun demikian pola pembinaan dari Dinas Pendidikan provinsi
dan Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota sangat diperlukan terkait dengan
pola pengaturan waktu antara MOS dan BC mengingat banyaknya masukan
dari lapangan bahwa program MOS di beberapa Kabupaten/Kota tidak
boleh diintegrasikan dengan program BC.




                                                                                21
QEC24711   - Panduan Pelaksanaan Bridging Course SMP
Belajar Untuk Masa Depanku




Lampiran:
Contoh program pelatihan/pembekalan bridging course

     Jadwal Pelaksanaan Pelatihan/Pembekalan Bridging Course

Hari/Tanggal     Waktu          Kegiatan           Pemateri         Keterangan
               14.00 -       Check in
               19.00-19.30   Pembukaan
      H-1                    Konsep Bridging     1 nara sumber    Pleno:
                             Course                               Kepala
               19.30 –                                            Sekolah,
               21.00                                              Komite
                                                                  Sekolah, Guru
                                                                  Mapel
                             Desain              1 nara sumber    Pleno: Kepala
                             Pelaksanaan                          Sekolah,
               07.30 –
                             Bridging Course                      Komite
               08.30
                             di Sekolah                           Sekolah, Guru
                                                                  Mapel
                             Diskusi             1 nara sumber    Kelompok per
                             Kelompok                             sekolah
               08.30 –       Perancangan
               09.30         Bridging Course
                             di tiap Kabupaten
                             / Kota
               09.30 –       ISTIMIN
               10.00
                             Melanjutkan         1 nara sumber    Kelompok per
      H-2                    Diskusi                              sekolah
                             Kelompok
               10.00 –
                             Perancangan
               12.00
                             Bridging Course
                             di tiap Kabupaten
                             / Kota
               12.00 –       ISHOMA
               13.30
                             Catatan : peserta
               13.30         masuk ke kelas
                             mapel




20                                                                  Direktorat PSMP
Belajar Untuk Masa Depanku




    Jadwal Pelatihan Bridging Course : Diskusi Kelompok Guru Mapel




                                                                              21
QEC24711   - Panduan Pelaksanaan Bridging Course SMP
Belajar Untuk Masa Depanku




22             Direktorat PSMP

Más contenido relacionado

La actualidad más candente

Program Kerja Kepala Sekolah
Program Kerja Kepala SekolahProgram Kerja Kepala Sekolah
Program Kerja Kepala Sekolah
Solikhin Gusoli
 
Panduan pembinaan smp terbuka 1
Panduan pembinaan smp terbuka 1Panduan pembinaan smp terbuka 1
Panduan pembinaan smp terbuka 1
Nandang Sukmara
 
Program tahunan sekolah 2013 2014
Program tahunan sekolah 2013 2014Program tahunan sekolah 2013 2014
Program tahunan sekolah 2013 2014
PASEBAN01
 
Rks presentasi
Rks presentasiRks presentasi
Rks presentasi
Zo Ri
 
Final juknis pendamp 2 juni 2014
Final juknis pendamp 2 juni  2014Final juknis pendamp 2 juni  2014
Final juknis pendamp 2 juni 2014
musdam farera
 
Final pedoman beasiswa s2-21032014-2
Final pedoman beasiswa s2-21032014-2Final pedoman beasiswa s2-21032014-2
Final pedoman beasiswa s2-21032014-2
Anwar Sanusi
 
Permen no-19-standar-pengelolaan-pendidikan
Permen no-19-standar-pengelolaan-pendidikanPermen no-19-standar-pengelolaan-pendidikan
Permen no-19-standar-pengelolaan-pendidikan
Sofyan Saputra
 

La actualidad más candente (19)

Buku 4 Panduan Lomba Akademik dan Ketrampilan Program Paket B
Buku 4 Panduan Lomba Akademik dan Ketrampilan Program Paket BBuku 4 Panduan Lomba Akademik dan Ketrampilan Program Paket B
Buku 4 Panduan Lomba Akademik dan Ketrampilan Program Paket B
 
Program Kerja Kepala Sekolah
Program Kerja Kepala SekolahProgram Kerja Kepala Sekolah
Program Kerja Kepala Sekolah
 
Panduan operasional bagi smp terbuka
Panduan operasional  bagi smp terbukaPanduan operasional  bagi smp terbuka
Panduan operasional bagi smp terbuka
 
Panduan pembinaan smp terbuka 1
Panduan pembinaan smp terbuka 1Panduan pembinaan smp terbuka 1
Panduan pembinaan smp terbuka 1
 
Program tahunan sekolah 2013 2014
Program tahunan sekolah 2013 2014Program tahunan sekolah 2013 2014
Program tahunan sekolah 2013 2014
 
Buku 5 panduan lomba motivasi belajar mandiri (lomojari) siswa smp terbuka
Buku 5 panduan lomba motivasi belajar mandiri (lomojari) siswa smp terbukaBuku 5 panduan lomba motivasi belajar mandiri (lomojari) siswa smp terbuka
Buku 5 panduan lomba motivasi belajar mandiri (lomojari) siswa smp terbuka
 
Rks presentasi
Rks presentasiRks presentasi
Rks presentasi
 
Instrument verifikasi validasi ktsp sman 1 ld 2
Instrument verifikasi validasi ktsp sman 1 ld 2Instrument verifikasi validasi ktsp sman 1 ld 2
Instrument verifikasi validasi ktsp sman 1 ld 2
 
Buku 2 Panduan Bantuan Ketrampilan Berbasis Kewirausahaan Program Paket B Tah...
Buku 2 Panduan Bantuan Ketrampilan Berbasis Kewirausahaan Program Paket B Tah...Buku 2 Panduan Bantuan Ketrampilan Berbasis Kewirausahaan Program Paket B Tah...
Buku 2 Panduan Bantuan Ketrampilan Berbasis Kewirausahaan Program Paket B Tah...
 
Final juknis pendamp 2 juni 2014
Final juknis pendamp 2 juni  2014Final juknis pendamp 2 juni  2014
Final juknis pendamp 2 juni 2014
 
penyusunan rencana kerja sekolah
penyusunan rencana kerja sekolahpenyusunan rencana kerja sekolah
penyusunan rencana kerja sekolah
 
Panduan Lokakarya Pendidikan UPT SMPN 2 Sungai Tarab
Panduan Lokakarya Pendidikan UPT SMPN 2 Sungai TarabPanduan Lokakarya Pendidikan UPT SMPN 2 Sungai Tarab
Panduan Lokakarya Pendidikan UPT SMPN 2 Sungai Tarab
 
Program final kerja kepala 1 tahun 2017
Program  final  kerja kepala  1 tahun 2017Program  final  kerja kepala  1 tahun 2017
Program final kerja kepala 1 tahun 2017
 
5. rencana kerja tahunan sekolah 2014
5. rencana kerja tahunan sekolah 20145. rencana kerja tahunan sekolah 2014
5. rencana kerja tahunan sekolah 2014
 
Final pedoman beasiswa s2-21032014-2
Final pedoman beasiswa s2-21032014-2Final pedoman beasiswa s2-21032014-2
Final pedoman beasiswa s2-21032014-2
 
Sk tim pengembang sekolah
Sk tim pengembang sekolahSk tim pengembang sekolah
Sk tim pengembang sekolah
 
Panduan penyelenggaraan pelaksanaan smp terbuka
Panduan penyelenggaraan pelaksanaan smp terbukaPanduan penyelenggaraan pelaksanaan smp terbuka
Panduan penyelenggaraan pelaksanaan smp terbuka
 
Contoh rkas
Contoh rkasContoh rkas
Contoh rkas
 
Permen no-19-standar-pengelolaan-pendidikan
Permen no-19-standar-pengelolaan-pendidikanPermen no-19-standar-pengelolaan-pendidikan
Permen no-19-standar-pengelolaan-pendidikan
 

Destacado

Φωτογραφίες πραγματική μαγεία!!
Φωτογραφίες πραγματική μαγεία!!Φωτογραφίες πραγματική μαγεία!!
Φωτογραφίες πραγματική μαγεία!!
Krokus kokkus
 
My advice to you نصيحتي اليك
My advice to you نصيحتي اليكMy advice to you نصيحتي اليك
My advice to you نصيحتي اليك
moath Al-Baltan
 
Garrofes
Garrofes Garrofes
Garrofes
lfaucon
 
Master 30 masculina (1ª y 2ª jornada)
Master 30 masculina (1ª y 2ª jornada)Master 30 masculina (1ª y 2ª jornada)
Master 30 masculina (1ª y 2ª jornada)
julian57
 
Snacks from indonesia amanda
Snacks from indonesia  amandaSnacks from indonesia  amanda
Snacks from indonesia amanda
British Council
 
Keth.barbosa_Revista_msg_ano1n5_twitterqueri_p8-17
Keth.barbosa_Revista_msg_ano1n5_twitterqueri_p8-17Keth.barbosa_Revista_msg_ano1n5_twitterqueri_p8-17
Keth.barbosa_Revista_msg_ano1n5_twitterqueri_p8-17
Keth Barbosa
 

Destacado (20)

Φωτογραφίες πραγματική μαγεία!!
Φωτογραφίες πραγματική μαγεία!!Φωτογραφίες πραγματική μαγεία!!
Φωτογραφίες πραγματική μαγεία!!
 
Italia 1
Italia 1Italia 1
Italia 1
 
Как дизайн влияет на продажи интернет-магазина
Как дизайн влияет на продажи интернет-магазинаКак дизайн влияет на продажи интернет-магазина
Как дизайн влияет на продажи интернет-магазина
 
Hoja de vida corporativa
Hoja de vida corporativaHoja de vida corporativa
Hoja de vida corporativa
 
Khal Drogo
Khal DrogoKhal Drogo
Khal Drogo
 
Apple Inc
Apple IncApple Inc
Apple Inc
 
2011 Hyundai Equus For Sale at Keffer Hyundai in Charlotte, North Carolina
2011 Hyundai Equus For Sale at Keffer Hyundai in Charlotte, North Carolina2011 Hyundai Equus For Sale at Keffer Hyundai in Charlotte, North Carolina
2011 Hyundai Equus For Sale at Keffer Hyundai in Charlotte, North Carolina
 
Presentatie Frans Leijnse - Wat doet de docent met onderzoek, wat doet onderz...
Presentatie Frans Leijnse - Wat doet de docent met onderzoek, wat doet onderz...Presentatie Frans Leijnse - Wat doet de docent met onderzoek, wat doet onderz...
Presentatie Frans Leijnse - Wat doet de docent met onderzoek, wat doet onderz...
 
My advice to you نصيحتي اليك
My advice to you نصيحتي اليكMy advice to you نصيحتي اليك
My advice to you نصيحتي اليك
 
Garrofes
Garrofes Garrofes
Garrofes
 
Master 30 masculina (1ª y 2ª jornada)
Master 30 masculina (1ª y 2ª jornada)Master 30 masculina (1ª y 2ª jornada)
Master 30 masculina (1ª y 2ª jornada)
 
Questions & Concerns About The Us Implementing Agreement, Farhana Yamin, Ids
Questions & Concerns About The Us Implementing Agreement, Farhana Yamin, IdsQuestions & Concerns About The Us Implementing Agreement, Farhana Yamin, Ids
Questions & Concerns About The Us Implementing Agreement, Farhana Yamin, Ids
 
Kako postati predsednik Amerike uz pomoć Fejsbuka
Kako postati predsednik Amerike uz pomoć FejsbukaKako postati predsednik Amerike uz pomoć Fejsbuka
Kako postati predsednik Amerike uz pomoć Fejsbuka
 
Gebze Açılış Kampanyası 23-26 Şubat 2012
Gebze Açılış Kampanyası 23-26 Şubat 2012Gebze Açılış Kampanyası 23-26 Şubat 2012
Gebze Açılış Kampanyası 23-26 Şubat 2012
 
Snacks from indonesia amanda
Snacks from indonesia  amandaSnacks from indonesia  amanda
Snacks from indonesia amanda
 
Presentasjon Påfyll 03.03
Presentasjon Påfyll 03.03Presentasjon Påfyll 03.03
Presentasjon Påfyll 03.03
 
Generatory Przychodów - Sukcesy i porażki modeli biznesowych w Polsce
Generatory Przychodów - Sukcesy i porażki modeli biznesowych w PolsceGeneratory Przychodów - Sukcesy i porażki modeli biznesowych w Polsce
Generatory Przychodów - Sukcesy i porażki modeli biznesowych w Polsce
 
Al dain الدَيْن
Al dain الدَيْنAl dain الدَيْن
Al dain الدَيْن
 
Arbitration Law Economics And Politics Rafael De Conti De Conti Law Office 2011
Arbitration Law Economics And Politics Rafael De Conti De Conti Law Office 2011Arbitration Law Economics And Politics Rafael De Conti De Conti Law Office 2011
Arbitration Law Economics And Politics Rafael De Conti De Conti Law Office 2011
 
Keth.barbosa_Revista_msg_ano1n5_twitterqueri_p8-17
Keth.barbosa_Revista_msg_ano1n5_twitterqueri_p8-17Keth.barbosa_Revista_msg_ano1n5_twitterqueri_p8-17
Keth.barbosa_Revista_msg_ano1n5_twitterqueri_p8-17
 

Similar a Panduan pelaksanaan bridging course smp

Panduan pelaksanaan bridging course smp
Panduan pelaksanaan bridging course smpPanduan pelaksanaan bridging course smp
Panduan pelaksanaan bridging course smp
tonzchid
 
Pendidikan Menengah Universal
Pendidikan Menengah UniversalPendidikan Menengah Universal
Pendidikan Menengah Universal
gatothp
 
Program Kerja Ujian Sekolah 2021-2022.doc
Program Kerja Ujian Sekolah 2021-2022.docProgram Kerja Ujian Sekolah 2021-2022.doc
Program Kerja Ujian Sekolah 2021-2022.doc
SetiadiNurzaman2
 
Petunjuk Teknis bos SMK_2013
Petunjuk Teknis bos SMK_2013Petunjuk Teknis bos SMK_2013
Petunjuk Teknis bos SMK_2013
smkdasasemesta
 

Similar a Panduan pelaksanaan bridging course smp (20)

Panduan pelaksanaan bridging course smp
Panduan pelaksanaan bridging course smpPanduan pelaksanaan bridging course smp
Panduan pelaksanaan bridging course smp
 
Buku 8 panduan pemberian dana bantuan pelaksanaan program pendidikan keteram...
Buku 8  panduan pemberian dana bantuan pelaksanaan program pendidikan keteram...Buku 8  panduan pemberian dana bantuan pelaksanaan program pendidikan keteram...
Buku 8 panduan pemberian dana bantuan pelaksanaan program pendidikan keteram...
 
Panduan pelaksanaan pembelajaran kontekstual smp berbasis tik
Panduan pelaksanaan pembelajaran kontekstual smp berbasis tikPanduan pelaksanaan pembelajaran kontekstual smp berbasis tik
Panduan pelaksanaan pembelajaran kontekstual smp berbasis tik
 
20 materi
20 materi20 materi
20 materi
 
RKT 2022 SMK 12 Samarinda.pdf
RKT 2022 SMK 12 Samarinda.pdfRKT 2022 SMK 12 Samarinda.pdf
RKT 2022 SMK 12 Samarinda.pdf
 
Panduan penilaian SMA
Panduan penilaian SMAPanduan penilaian SMA
Panduan penilaian SMA
 
Panduan penilaian SMA
Panduan penilaian SMAPanduan penilaian SMA
Panduan penilaian SMA
 
Pendidikan Menengah Universal
Pendidikan Menengah UniversalPendidikan Menengah Universal
Pendidikan Menengah Universal
 
Buku pedoman arah peminatan
Buku pedoman arah peminatan Buku pedoman arah peminatan
Buku pedoman arah peminatan
 
Program Kerja Ujian Sekolah 2021-2022.doc
Program Kerja Ujian Sekolah 2021-2022.docProgram Kerja Ujian Sekolah 2021-2022.doc
Program Kerja Ujian Sekolah 2021-2022.doc
 
Buku 7 panduan pemberian dana batuan untuk biaya operasional smp terbuka
Buku 7  panduan pemberian dana batuan untuk biaya operasional smp terbukaBuku 7  panduan pemberian dana batuan untuk biaya operasional smp terbuka
Buku 7 panduan pemberian dana batuan untuk biaya operasional smp terbuka
 
Rks sd pmy 2014 2018
Rks sd pmy 2014 2018Rks sd pmy 2014 2018
Rks sd pmy 2014 2018
 
Petunjuk Teknis bos SMK_2013
Petunjuk Teknis bos SMK_2013Petunjuk Teknis bos SMK_2013
Petunjuk Teknis bos SMK_2013
 
16 bos sm_2013
16 bos sm_201316 bos sm_2013
16 bos sm_2013
 
LAPORAN_PENGAWAS.pdf
LAPORAN_PENGAWAS.pdfLAPORAN_PENGAWAS.pdf
LAPORAN_PENGAWAS.pdf
 
implementasi_kurikulum_merdeka_untuk_jenjang_SMP
implementasi_kurikulum_merdeka_untuk_jenjang_SMPimplementasi_kurikulum_merdeka_untuk_jenjang_SMP
implementasi_kurikulum_merdeka_untuk_jenjang_SMP
 
Buletin BNSP Edisi 1 Th 2012
Buletin BNSP Edisi 1 Th 2012Buletin BNSP Edisi 1 Th 2012
Buletin BNSP Edisi 1 Th 2012
 
Laporan andi yusup pdf
Laporan andi  yusup pdfLaporan andi  yusup pdf
Laporan andi yusup pdf
 
5c. rkt tahun 2011 2012 (1)
5c. rkt tahun 2011 2012 (1)5c. rkt tahun 2011 2012 (1)
5c. rkt tahun 2011 2012 (1)
 
24022020-Kebijakan_BOS_Mendukung_Merdeka_Belajar.pptx
24022020-Kebijakan_BOS_Mendukung_Merdeka_Belajar.pptx24022020-Kebijakan_BOS_Mendukung_Merdeka_Belajar.pptx
24022020-Kebijakan_BOS_Mendukung_Merdeka_Belajar.pptx
 

Más de Nandang Sukmara

Permendagri 079-2007 pedoman penyusunan rencana pencapaian spm
Permendagri 079-2007 pedoman penyusunan rencana pencapaian spmPermendagri 079-2007 pedoman penyusunan rencana pencapaian spm
Permendagri 079-2007 pedoman penyusunan rencana pencapaian spm
Nandang Sukmara
 
Pedoman%20 penyusunan%20perencanaan%20dan%20penganggaran%20sekolah%20madrasah...
Pedoman%20 penyusunan%20perencanaan%20dan%20penganggaran%20sekolah%20madrasah...Pedoman%20 penyusunan%20perencanaan%20dan%20penganggaran%20sekolah%20madrasah...
Pedoman%20 penyusunan%20perencanaan%20dan%20penganggaran%20sekolah%20madrasah...
Nandang Sukmara
 
Permendiknas no 15 tahun 2010 standar pelayanan minimal
Permendiknas no 15 tahun 2010 standar pelayanan minimalPermendiknas no 15 tahun 2010 standar pelayanan minimal
Permendiknas no 15 tahun 2010 standar pelayanan minimal
Nandang Sukmara
 
Pp 39 92 peranserta masyarakat
Pp 39 92 peranserta masyarakatPp 39 92 peranserta masyarakat
Pp 39 92 peranserta masyarakat
Nandang Sukmara
 
Perda nomor 20 2007 struktur organigram disdik
Perda nomor 20 2007 struktur organigram disdikPerda nomor 20 2007 struktur organigram disdik
Perda nomor 20 2007 struktur organigram disdik
Nandang Sukmara
 
Permendiknas 50 2007_standar_pengelolaan
Permendiknas 50 2007_standar_pengelolaanPermendiknas 50 2007_standar_pengelolaan
Permendiknas 50 2007_standar_pengelolaan
Nandang Sukmara
 
Pp no 47 t ahun 2008 wajar dikdas
Pp no 47 t ahun 2008 wajar dikdasPp no 47 t ahun 2008 wajar dikdas
Pp no 47 t ahun 2008 wajar dikdas
Nandang Sukmara
 
Pp no 47 t ahun 2008 wajar dikdas
Pp no 47 t ahun 2008 wajar dikdasPp no 47 t ahun 2008 wajar dikdas
Pp no 47 t ahun 2008 wajar dikdas
Nandang Sukmara
 
Pp no 66 tahun 2010 pengelolaan pendidikan nas
Pp no  66 tahun 2010 pengelolaan pendidikan nasPp no  66 tahun 2010 pengelolaan pendidikan nas
Pp no 66 tahun 2010 pengelolaan pendidikan nas
Nandang Sukmara
 
Permen no 19 t ahun 2007 standar pengelolaan
Permen no 19 t ahun 2007 standar pengelolaanPermen no 19 t ahun 2007 standar pengelolaan
Permen no 19 t ahun 2007 standar pengelolaan
Nandang Sukmara
 
Paparan sosialisasi pedoman perhitungan
Paparan sosialisasi pedoman perhitunganPaparan sosialisasi pedoman perhitungan
Paparan sosialisasi pedoman perhitungan
Nandang Sukmara
 

Más de Nandang Sukmara (20)

Untitled Presentation
Untitled PresentationUntitled Presentation
Untitled Presentation
 
Ad hasil rapat tgl 3 5 3012
Ad hasil rapat tgl 3 5 3012Ad hasil rapat tgl 3 5 3012
Ad hasil rapat tgl 3 5 3012
 
Permendagri 079-2007 pedoman penyusunan rencana pencapaian spm
Permendagri 079-2007 pedoman penyusunan rencana pencapaian spmPermendagri 079-2007 pedoman penyusunan rencana pencapaian spm
Permendagri 079-2007 pedoman penyusunan rencana pencapaian spm
 
Pedoman%20 penyusunan%20perencanaan%20dan%20penganggaran%20sekolah%20madrasah...
Pedoman%20 penyusunan%20perencanaan%20dan%20penganggaran%20sekolah%20madrasah...Pedoman%20 penyusunan%20perencanaan%20dan%20penganggaran%20sekolah%20madrasah...
Pedoman%20 penyusunan%20perencanaan%20dan%20penganggaran%20sekolah%20madrasah...
 
Permendiknas no 15 tahun 2010 standar pelayanan minimal
Permendiknas no 15 tahun 2010 standar pelayanan minimalPermendiknas no 15 tahun 2010 standar pelayanan minimal
Permendiknas no 15 tahun 2010 standar pelayanan minimal
 
Pp 39 92 peranserta masyarakat
Pp 39 92 peranserta masyarakatPp 39 92 peranserta masyarakat
Pp 39 92 peranserta masyarakat
 
Perda nomor 20 2007 struktur organigram disdik
Perda nomor 20 2007 struktur organigram disdikPerda nomor 20 2007 struktur organigram disdik
Perda nomor 20 2007 struktur organigram disdik
 
Pp38
Pp38Pp38
Pp38
 
Masterplan pendidikan
Masterplan pendidikanMasterplan pendidikan
Masterplan pendidikan
 
Permendiknas 50 2007_standar_pengelolaan
Permendiknas 50 2007_standar_pengelolaanPermendiknas 50 2007_standar_pengelolaan
Permendiknas 50 2007_standar_pengelolaan
 
Pp 47 2008
Pp 47 2008Pp 47 2008
Pp 47 2008
 
Pp no 47 t ahun 2008 wajar dikdas
Pp no 47 t ahun 2008 wajar dikdasPp no 47 t ahun 2008 wajar dikdas
Pp no 47 t ahun 2008 wajar dikdas
 
Pp no 47 t ahun 2008 wajar dikdas
Pp no 47 t ahun 2008 wajar dikdasPp no 47 t ahun 2008 wajar dikdas
Pp no 47 t ahun 2008 wajar dikdas
 
Pp no 66 tahun 2010 pengelolaan pendidikan nas
Pp no  66 tahun 2010 pengelolaan pendidikan nasPp no  66 tahun 2010 pengelolaan pendidikan nas
Pp no 66 tahun 2010 pengelolaan pendidikan nas
 
Lampiran iii br
Lampiran iii brLampiran iii br
Lampiran iii br
 
Lampiran ii br
Lampiran ii brLampiran ii br
Lampiran ii br
 
Lampiran i br
Lampiran i brLampiran i br
Lampiran i br
 
Permen no 19 t ahun 2007 standar pengelolaan
Permen no 19 t ahun 2007 standar pengelolaanPermen no 19 t ahun 2007 standar pengelolaan
Permen no 19 t ahun 2007 standar pengelolaan
 
Perka bkn nomor_19_tahun_2011pedoman_umum_penyusunan_kebutuhan_pegawai_negeri...
Perka bkn nomor_19_tahun_2011pedoman_umum_penyusunan_kebutuhan_pegawai_negeri...Perka bkn nomor_19_tahun_2011pedoman_umum_penyusunan_kebutuhan_pegawai_negeri...
Perka bkn nomor_19_tahun_2011pedoman_umum_penyusunan_kebutuhan_pegawai_negeri...
 
Paparan sosialisasi pedoman perhitungan
Paparan sosialisasi pedoman perhitunganPaparan sosialisasi pedoman perhitungan
Paparan sosialisasi pedoman perhitungan
 

Panduan pelaksanaan bridging course smp

  • 1. KATA PENGANTAR Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 47 Tahun 2008 tentang Wajib Belajar, Instruksi Presiden nomor 5 tahun 2006 tentang Gerakan Nasional Percepatan Penuntasan Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun dan Pemberantasan Buta Aksara merupakan indikasi yang sangat nyata upaya Pemerintah Indonesia dalam peningkatan mutu sumberdaya manusia agar mampu bersaing dalam era keterbukaan dan globalisasi. Di lingkungan Direktorat Pembinaan SMP Ditjen Mandikdasmen, Kementerian Pendidikan Nasional, diantara dampak realisasi dari peraturan-peraturan perundangan tersebut dapat diukur dari Angka Partisipasi Kasar (APK) SMP/MTs/Sederajat pada akhir tahun 2009 mencapai 98,11%. Angka ini melebihi target yang diharapkan dapat dicapai akhir tahun 2008, yaitu 95.0%. Dengan telah tercapainya target APK di atas, maka orientasi pembinaan pendidikan pada jenjang SMP lebih ditekankan pada peningkatan mutu pendidikan. Dalam rangka peningkatan mutu tersebut, Direktorat Pembinaan SMP telah menyusun berbagai kebijakan dan strategi yang kemudian dijabarkan dalam bentuk program dan kegiatan yang dilaksanakan secara terpadu dan terkoordinasi. Dengan kebijakan dan program tersebut, diharapkan misi 5 K Kementerian Pendidikan Nasional terkait dengan Ketersediaan, Keterjangkauan, Kualitas, Kesetaraan dan Kepastian juga diharapkan dapat terpenuhi. Agar program dan/atau kegiatan tersebut dapat mencapai target yang telah ditetapkan, sesuai dengan prosedur dan ketentuan yang ada, Direktorat Pembinaan SMP menerbitkan berbagai Buku Panduan Pelaksanaan untuk masing-masing program dan/atau kegiatan, baik yang pengelolaannya di tingkat pusat, provinsi, kabupaten/kota, maupun yang dilaksanakan langsung oleh sekolah. Dengan buku panduan ini diharapkan pihak-pihak terkait dengan penyelenggaraan program di semua tingkatan dapat memahami dan melaksanakan dengan amanah, efektif dan efisien seluruh proses kegiatan mulai dari penyiapan rencana, pelaksanaan, sampai dengan monitoring, evaluasi dan pelaporannya. Akhirnya, kami mengharapkan agar semua pihak terkait mempelajari dengan seksama dan menjadikannya sebagai pedoman serta acuan dalam pelaksanaan seluruh program atau kegiatan pembangunan pendidikan pada jenjang Sekolah Menengah Pertama tahun anggaran 2010. Jakarta, Januari 2010 Direktur Pembinaan Sekolah Menengah Pertama, Didik Suhardi, SH., M.Si NIP. 196312031983031004 iii
  • 2.
  • 3. DAFTAR ISI KATA PENGANTAR............................................................................................. iii DAFTAR ISI ............................................................................................................ v BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................ 1 A. Latar Belakang ........................................................................................... 1 B. Tujuan ........................................................................................................ 3 BAB II KONSEP PEMBELAJARAN PADA BRIDGING COURSE..................... 5 A. Konsep Bridging Course ............................................................................ 5 B. Pola Pembelajaran Pada Program Bridging Course ................................... 9 BAB III POLA PENGATURAN DAN PELAKSANAAN PROGRAM BRIDGING COURSE DI SEKOLAH ................................................................... 13 A. Pengaturan Program Bridging Course di Sekolah .................................... 13 B. Desain Pelaksanaan Bridging Course di Sekolah..................................... 14 C. Tahap Pelaksanaan Perluasan Pelaksanaan Bridging Course................... 16 D. Unsur-Unsur Derkait dengan Perluasan Pelaksanaan Program Bridging Course................................................................................................. 20 BAB IV PENUTUP................................................................................................ 21 Lampiran: Contoh program pelatihan/pembekalan bridging course....................... 20 v
  • 4.
  • 5. Belajar Untuk Masa Depanku BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan adalah tingkat kesiapan lulusan SD ketika memasuki jenjang SMP. Keragaman dan rendahnya mutu pendidikan di SD menyebabkan lulusan SD tidak siap mengikuti pendidikan di SMP. Pola pendidikan yang saat ini berlangsung memberi kemungkinan lulusan SD, walaupun dengan dengan tingkat penguasaan “terbatas” dapat lulus dan berhak melanjutkan ke SMP. Kondisi seperti itu kemudian menjadi masalah bagi guru di SMP, yakni kesulitan memulai pelajaran karena bekal awal yang dimiliki oleh siswa (lulusan SD) tidak memadai untuk mengikuti pelajaran di SMP. Siswa baru SMP yang kurang siap mengikuti pelajaran baru, dan terutama ketidakmerataan kesiapan juga terjadi di sebagian besar sekolah. Ketidakmerataan mutu SD dan rendahnya mutu di sebagian SD menjadi penyebab pokok. Dengan adanya program Wajib Belajar sekolah tidak dapat menolak lulusan SD yang memiliki bekal awal yang tidak memadai, sehingga akhirnya mereka tidak siap mengikuti pelajaran baru di SMP. Untuk mengatasi masalah tersebut, perlu dicari jalan keluar agar siswa baru di SMP siap untuk mengikuti pelajaran ketika tahun pelajaran dimulai. Mengingat mutu lulusan SD belum optimal, maka perlu dilakukan program bridging course (BC) di awal tahun pelajaran SMP supaya siswa baru siap untuk mengikuti pelajaran di SMP dengan baik. Program BC ini adalah semacam program matrikulasi untuk meningkatkan kemampuan awal siswa di tingkat SMP. Pelaksanaan BC dapat diintegrasikan dengan masa orientasi siswa (MOS) bagi siswa baru atau dapat pula dilaksanakan secara terpisah dari kegiatan MOS. Pada tahun 2003 telah diujicobakan program BC di 4 (empat) sekolah, yaitu SMPN 1 Cisarua, SMPN 1 Parung, SMPN 1 Taktakan Serang dan SMPN 16 Bekasi. Hasil uji coba tersebut sangat menggembirakan. Tes sebelum dan sesudah mengikuti BC menunjukkan hasil yang signifikan pada seluruh mata pelajaran, walaupun dari nilai nominalnya masih belum cukup mencolok. Dari isian kuesioner siswa justru memberikan gambaran yang memberikan 1 QEC24711 - Panduan Pelaksanaan Bridging Course SMP
  • 6. Belajar Untuk Masa Depanku harapan. Sebagian besar siswa menyatakan senang mengikuti program BC dan merasa yakin dapat mengikuti pelajaran dengan baik di SMP, serta tidak merasa takut terhadap mata pelajaran yang selama ini dianggap sulit, yaitu Matematika dan Fisika. Para guru dan kepala sekolah juga menyatakan bahwa siswa menjadi lebih yakin, karena materi BC lebih mirip dengan mengulang pelajaran SD secara singkat dan kemudian disambungkan dengan pelajaran awal di SMP. Pola pembelajaran juga menyenangkan, sehingga siswa merasa nyaman terhadap mata pelajaran. Pada tahun 2004 telah dilaksanakan perluasan pelaksanaan BC pada 25 SMP yang tersebar di 13 provinsi, yaitu Bangka Belitung, Sumatera Selatan, Bengkulu, Lampung, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, dan Sulawesi Selatan. Walaupun tidak dilakukan monitoring pada awalnya, laporan tertulis yang disusun oleh pihak sekolah menunjukkan bahwa program BC memberikan dampak signifikan terhadap kesiapan siswa baru untuk mengikuti pelajaran di kelas VII. Sekolah juga melaporkan bahwa MOS menjadi menarik, karena ada kegiatan yang terkait langsung dengan persiapan pelajaran. Pada tahun 2006, pelaksanaan program BC diperluas lagi menjadi 246 SMP yang tersebar di 30 provinsi. Hasil analisis terhadap monitoring dan evaluasi yang dilakukan pada tahun 2006 dan laporan yang dikirimkan oleh beberapa sekolah menunjukkan bahwa program BC memberi manfaat yang sangat baik. Namun demikian, terdapat catatan bahwa sekolah mengalami kesulitan keuangan dalam menggandakan bahan tercetak satu set untuk setiap siswa baru, sehingga proses pembelajaran ketika program BC dilaksanakan belum dapat berjalan secara ideal. Perkembangan program BC cukup menggembirakan. Sejak tahun 2006 sampai sekarang, lebih banyak sekolah yang mengimplementasikan program BC. Pola dan materi BC yang diterapkan di sekolah juga berkembang sesuai dengan kebutuhan siswa dan potensi sekolah. Kekurangsiapan siswa untuk mengikuti pelajaran baru juga terjadi pada saat pembelajaran MIPA bilingual dilaksanakan, terutama di SMP RSBI. Dalam Kurikulum SD tidak ada mata pelajaran Bahasa Inggris, meskipun terdapat SD yang memberikannya dalam bentuk muatan lokal. Akibatnya bekal awal bahasa Inggris siswa kurang memadai untuk mengikuti pelajaran MIPA dengan pengantar bahasa Inggris, dan yang lebih menyulitkan adalah bekal awal tersebut sangat 2 Direktorat PSMP - QEC24711 ”
  • 7. Belajar Untuk Masa Depanku berbeda antara siswa satu dengan siswa yang lainnya. Oleh karena itu, program BC juga penting dilakukan untuk siswa baru yang mengikuti program bilingual. B. Tujuan Tujuan utama dilaksanakannya program BC adalah menyiapkan siswa baru di SMP, sehingga memiliki kesiapan memadai dalam mengikuti pelajaran. Tujuan ini dapat dirinci sebagai berikut: 1. Meningkatkan bekal awal siswa baru SMP dengan cara membahas materi-materi esensial (misalnya materi di SD) yang sangat penting untuk persiapan mengikuti pelajaran di SMP. 2. Menyamakan bekal awal siswa baru SMP, agar antara satu siswa dengan siswa lainnya tidak jauh berbeda, sehingga guru lebih mudah dalam memulai pelajaran. 3 QEC24711 - Panduan Pelaksanaan Bridging Course SMP
  • 8.
  • 9. Belajar Untuk Masa Depanku BAB II KONSEP PEMBELAJARAN PADA BRIDGING COURSE A. Konsep Bridging Course Program BC merupakan program pembelajaran pada beberapa mata pelajaran yang dilaksanakan untuk meningkatkan bekal kemampuan awal siswa baru SMP, sehingga pada saat pembelajaran, siswa dapat mengikuti pelajaran dengan baik, lancar, dan mampu menguasai materi pelajaran secara optimal. Bekal awal sangat penting bagi siswa dalam proses pembelajaran. Bekal awal tersebut akan berfungsi sebagai “modal” dalam memahami informasi yang dipelajari. Proses pemahaman pada dasarnya merupakan interaksi secara asimilasi atau akomodasi informasi yang baru diterima dengan bekal awal yang telah dimiliki sebelumnya. Sebagai contoh, ketika siswa SD belajar perkalian, maka mereka akan menggunakan kemampuan penjumlahan berulang sebagai bekal awal. Jika siswa belum menguasai penjumlahan, maka mereka akan sangat sulit mempelajari perkalian. Oleh karena itu, banyak ahli menyebut penjumlahan sebagai prasyarat belajar perkalian. Pola tersebut juga terjadi pada topik-topik pada mata pelajaran Matematika dan mata pelajaran lainnya. Secara teoretik, orang belajar pada dasarnya merupakan proses pengembangan skema berpikir yang bertolak dari skema yang telah ada sebelumnya. Makin dekat antara skema berpikir yang telah dimiliki dengan skema yang dipelajari akan semakin mudah orang belajar. Proses belajar pada dasarnya merupakan proses asimilasi dari skema yang telah ada, yaitu perluasan “skema” lama akibat adanya penambahan informasi baru. Misalnya kita telah memahami tentang peta jalan raya di kota Jakarta. Setelah itu, kita mempelajari peta jalan kereta api sehingga kita dapat menggabungkan kedua peta tersebut dan dapat mengetahui cara naik kereta api dari stasiun jatinegara turun di stasiun kota dan akan ke ancol naik angkutan kota. Proses belajar dapat juga merupakan proses akomodasi, yaitu jika informasi baru mengubah atau mengoreksi skema lama menjadi skema baru. Misalnya semula kita telah belajar dan menyimpulkan bahwa ikan paus berkembang biak dengan cara bertelur karena termasuk jenis ikan. Kemudian belajar tentang ikan secara lebih mendalam dan menjumpai informasi bahwa ikan paus berkembang 5 QEC24711 - Panduan Pelaksanaan Bridging Course SMP
  • 10. “Belajar Untuk Masa Depanku” biak dengan beranak karena termasuk mamalia. Dengan demikian, terjadi perubahan skema berpikir dari ikan paus termasuk jenis ikan menjadi ikan paus termasuk jenis mamalia. Jika terjadi perubahan pemahaman secara utuh, yaitu bahwa ikan paus termasuk mamalia, walaupun bentuk ikan, tetapi berkembang biak dengan cara beranak, seperti pada ciri mamalia. Berarti telah terjadi proses akomodasi pada skema berpikir siswa. Baik proses asimilasi maupun akomodasi memerlukan skema lama yang secara sederhana disebut bekal awal atau prasyarat. Kelemahan atau kekurangan bekal awal akan menyulitkan siswa belajar karena yang bersangkutan tidak memiliki skema berpikir yang dapat dikaitkan dengan apa yang dipelajari. Jika dipaksakan, informasi akan dihafal tanpa pemahaman dan dalam waktu cepat akan mudah dilupakan. Pola pembelajaran seperti itu akan menyebabkan pendidikan tidak bermakna (meaningless), karena siswa tidak memahami apa yang sedang dipelajari. Di samping itu, pembelajaran menjadi penumpukan informasi tanpa disertai pemaknaan dan perangkaian antara berbagai fakta, konsep, dan teori. Akibatnya siswa akan menjadi sangat terbebani ketika belajar. Seperti dinyatakan oleh Ausuble, pembelajaran haruslah berlangsung secara bermakna (meaningful) bagi anak, agar yang bersangkutan merasakan manfaat dari apa yang dipelajari, sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar mereka. Belajar bermakna dapat terjadi jika anak memahami apa yang dipelajari atau mengerti kaitan antara satu konsep dengan konsep lainnya sehingga menjadi suatu rangkaian konsep yang komprehensif. Proses pembelajaran sebenarnya merupakan proses pengolahan informasi, yaitu siswa yang sedang belajar mengolah informasi yang diperoleh dari bacaan, penjelasan guru, dan fenomena yang diamati dari lingkungan. Proses pengolahan informasi tersebut dapat dilihat pada bagan berikut. 6 “Direktorat PSMP - QEC24711 ”
  • 11. Belajar Untuk Masa Depanku ATAU KEBUTUHAN? DAPAT DIPAHAMI SESUAI DG HOBI? SARINGAN II: SARINGAN I: STIMULUS YA MEMORI YA MEMORI JANGKA JANGKA PENDEK PANJANG TIDAK TIDAK TIDAK ADA PERHATIAN TERLUPAKAN Bagan 1: Proses Pengolahan Informasi Pada gambar tersebut tampak bahwa informasi yang di terima berupa stimulus akan disaring oleh sebuah penyaring untuk menguji apakah menarik perhatian atau tidak. Jika tidak mampu menarik perhatian seseorang, informasi akan segera hilang (terabaikan). Sebagai contoh, ketika penjual mi goreng lewat di depan rumah sambil menawarkan, tetapi kita tidak menaruh perhatian karena baru makan. Ini berarti bahwa informasi adanya mi goreng tidak mampu menarik perhatian kita. Ketertarikan seseorang terhadap stimulus informasi, biasanya terkait dengan dua hal, yaitu (1) sesuai dengan kebutuhan saat itu, dan (2) sesuai dengan hobinya. Pada contoh di atas, kita tidak memberikan perhatian ketika ada penjual mi goreng yang lewat, karena sedang kenyang. Sebaliknya jika kita sedang lapar, maka kita akan segera tertarik jika ada penjual makanan yang lewat. Jika motor kita sedang rusak dan kita kebingungan memperbaiki, kemudian di TV ada penjelasan cara mereparasi motor, maka kita akan tertarik. Sebab, informasi itu sedang kita perlukan, seperti halnya adanya penjual mi goreng pada saat kita sedang lapar. 7 QEC24711 - Panduan Pelaksanaan Bridging Course SMP
  • 12. “Belajar Untuk Masa Depanku” Seseorang yang mempunyai hobi bermain catur akan segera tertarik ketika TV menayangkan pertandingan catur. Sebaliknya bagi orang yang tidak mempunyai hobi catur, tayangan pertandingan catur tidak akan menarik perhatiannya. Seorang anak kecil yang hobi main layang-layang akan segera tertarik, jika diajak membuat layang- layang. Sebaliknya, bagi anak yang tidak mempunyai hobi bermain layang-layang akan kurang tertarik ketika diajak membuat layang- layang. Jika mampu menarik perhatian seseorang, maka informasi tersebut akan masuk memori jangka pendek (short-term memory). Artinya informasi tersebut sudah masuk ke ingatan kita, walaupun memori jangka pendek sangat mudah terlupakan. Selanjutnya informasi akan masuk ke saringan berikutnya dan diuji apakah dapat dipahami oleh yang bersangkutan atau tidak. Tahap ini sangat kritis, karena seringkali informasi yang diminati tidak dapat dipahami. Misalnya kita tertarik dengan informasi tentang reparasi sepeda motor di TV, tetapi ternyata informasinya begitu rumit sehingga kita tidak paham. Akhirnya kita akan meninggalkan tayangan tersebut dan informasinya segera terlupakan. Sebaliknya, jika tayangan tentang reparasi sepeda motor tersebut dapat kita pahami, kita akan tertarik mengikuti terus dan akhirnya menjadi “pengetahuan baru” bagi kita. Pengetahuan baru seperti itu akan tersimpan dalam memori jangka panjang yang dapat diungkap kembali jika diperlukan. Misalnya jika suatu saat motor kita rusak lagi, kita akan mencoba mengingat kembali penjelasan di TV atau bahkan pengalaman kita membetulkan sepeda motor pada masa lalu. Pertanyaannya, bagaimana caranya agar informasi itu dapat mudah dipahami oleh seseorang? Nah, di sinilah pentingnya bekal awal sebagaimana disinggung pada bagian terdahulu. Intinya untuk mempelajari sesuatu, siswa memerlukan bekal awal yang cukup, berupa pengetahuan lain yang terkait dan menjadi dasar apa yang saat ini dipelajari. Dalam istilah pendidikan seringkali bekal awal tersebut disebut sebagai prasyarat, yaitu pengetahuan yang menjadi prasyarat untuk mempelajari sesuatu. Pada contoh di atas, penjumlahan berulang merupakan prasyarat untuk belajar perkalian. Terkait dengan prinsip di atas, penting diingat bahwa menurut Piaget, perkembangan berpikir siswa SMP kelas VII pada umumnya masih pada taraf operasi konkrit. Bahkan menurut hasil-hasil penelitian di Indonesia, banyak siswa SMP masih dalam taraf berfikir konkrit. 8 “Direktorat PSMP - QEC24711 ”
  • 13. Belajar Untuk Masa Depanku Artinya siswa sudah mampu melakukan operasi atau manipulasi tetapi berdasarkan obyek fisik yang konkrit. Dengan demikian, setiap penjelasan yang diberikan harus bertitik tolak dari fenomena fisik yang sudah diketahui atau dipahami siswa. Di samping prasyarat pengetahuan sebagai bekal awal, keberhasilan siswa ketika belajar juga dipengaruhi oleh faktor lain, misalnya keyakinan dia mampu menguasai apa yang sedang dipelajari dan kesungguhan dalam belajar. Jika pada saat belajar, siswa sudah merasa tidak akan mampu menguasai apa yang dipelajari, maka akan terjadi apa yang sering disebut “kalah sebelum bertanding”. Artinya, siswa sudah takut atau menyerah sebelum berusaha. Ketakutan seperti itu seringkali disebabkan oleh pengalaman yang lalu. Misalnya pada waktu lalu, seseorang selalu kesulitan belajar matematika, maka dia seakan sudah merasa akan mengalami kesulitan juga ketika akan belajar topik Matematika berikutnya. Akibatnya, dia seakan menyerah sebelum mulai belajar dan pada akhirnya tidak berusaha secara maksimal. Kesungguhan dalam belajar terkait dengan kadar intensitas saat belajar. Siswa yang sungguh-sungguh dalam belajar, akan belajar dengan intensitas tinggi. Oleh karena itu, walaupun dia duduk belajar dalam waktu yang sama dengan teman lainnya (misalnya 120 menit), sesungguhnya dia belajar dalam waktu yang lebih banyak, karena selama 120 menit tersebut dia bersungguh-sungguh. Siswa yang tidak sungguh-sungguh, seringkali “mencuri” waktu belajar untuk memikirkan hal lain. Misalnya ketika sedang mengerjakan soal Matematika, dia memikirkan bermain bola. Kesungguhan belajar antara lain disebabkan keyakinan apakah yang dipelajari bermanfaat bagi dirinya. Jika siswa merasa apa yang dipelajari memberi manfaat tinggi, dia akan belajar dengan sungguh- sungguh, sebaliknya jika tidak memberi manfaat akan malas dalam belajar. B. Pola Pembelajaran pada Program Bridging Course Cara melaksanakan pembelajaran dalam program BC terkait erat dengan upaya agar siswa belajar dengan mudah, penuh keyakinan akan mampu menguasai apa yang dipelajari dan sungguh-sungguh dalam belajar. Prinsip pembelajaran yang dapat memunculkan tiga hal di atas, antara lain: (1) pembelajaran kontekstual, (2) pembelajaran 9 QEC24711 - Panduan Pelaksanaan Bridging Course SMP
  • 14. “Belajar Untuk Masa Depanku” yang menyenangkan (joyful learning), dan (3) pembelajaran berdasarkan masalah. Tentu masih banyak pola pembelajaran lain yang dapat digunakan sesuai dengan karakteristik anak didik dan kondisi sekolah serta lingkungannya. Pembelajaran kontekstual artinya pembelajaran yang dikaitkan dengan konteks kehidupan siswa dan konteks apa yang sudah diketahui oleh siswa. Misalnya ketika guru IPS menerangkan hukum permintaan dan penawaran dalam ekonomi, dalam mengajar guru memulai dengan meminta siswa membandingkan harga buah-buahan pada saat musim panen dan pada saat tidak musim panen. Tentu siswa paham bahwa pada saat musim panen harga buah lebih murah dibanding pada saat tidak panen. Hal serupa juga terjadi pada harga barang-barang lainnya. Fenomena yang sudah diketahui sebelumnya itu dapat digunakan sebagai awalan dan konteks untuk menjelaskan hukum permintaan dan penawaran. Bahkan pada tahap tertentu pola pembelajaran kontekstual dapat diteruskan dengan mendorong siswa menarik kesimpulan sendiri, sehingga seakan-akan mereka menemukan “teori” atau “hukum” baru. Misalnya ketika siswa menyebutkan “ya saat panen produksi buah mangga banyak sehingga harganya turun”. Setelah itu siswa dapat dipancing dan didorong untuk membandingkan jumlah penawaran dan permintaan, sehingga dapat menyimpulkan “ketika jumlah penawaran melebihi permintaan harga akan turun, sementara jika penawaran lebih sedikit dibanding permintaan harga akan naik.” Ketika itu guru dapat menyebutkan “itulah hukum penawaran dan permintaan dan kalian telah menemukan sendiri”. Tentu mereka akan bangga, karena merasa mampu menemukan hukum itu tanpa diajari oleh orang lain. Kebanggaan seperti itu menumbuhkan kepercayaan diri dan motivasi belajar. Pembelajaran yang menyenangkan artinya pembelajaran yang dapat membuat siswa senang dan bukan merasa terpaksa ikut pelajaran. Agar siswa senang dalam belajar, maka prinsip pemrosesan informasi patut diperhatikan. Siswa akan menyenangi situasi belajar jika apa yang dipelajari sesuai dengan apa yang diperlukan atau sesuai dengan hobinya, paling tidak terkait dengan apa yang dibutuhkan atau hobinya. Di samping itu, siswa akan senang belajar jika situasinya menyenangkan. Oleh karena itu, sangat penting bagi guru untuk mengkaitkan pembelajaran dengan apa yang pada umumnya disenangi oleh siswa dan menyelipkan humor yang dapat menarik perhatian siswa. 10 “Direktorat PSMP - QEC24711 ”
  • 15. Belajar Untuk Masa Depanku Siswa SMP kelas VII pada umumnya masih dalam taraf berpikir operasional konkrit sehingga pembelajaran yang pada umumnya disenangi adalah yang terkait atau paling tidak dapat dikaitkan atau mengambil contoh kehidupan remaja sehari-hari. Adapun pokok bahasan yang sedang dipelajari akan menjadi menarik bagi siswa jika dikaitkan kehidupan mereka sehari-hari. Interaksi antar teman juga merupakan aktivitas yang disenangi oleh remaja seusia siswa SMP. Oleh karena itu, aktivitas kelompok merupakan sesuatu yang menyenangkan bagi mereka. Jika proses pembelajaran dapat diwujudkan dalam kerja kelompok atau paling tidak siswa dapat mendiskusikan dengan teman akan membuat situasi pembelajaran lebih menyenangkan. Pembelajaran berdasarkan masalah artinya pembelajaran didasarkan pada problema sehari-hari dan dalam pembelajaran siswa diajak untuk memecahkannya. Melalui pembelajaran semacam itu siswa akan merasa ditantang untuk mengajukan gagasan. Biasanya akan muncul berbagai gagasan dan siswa akan saling memberikan alasan dari gagasan yang diajukan. Dalam proses pembahasan gagasan itu akan terjadi interaksi dan pemaduan gagasan yang pada akhirnya mengarah pada saling melengkapi. Siswa biasanya sangat senang karena merasa mampu memecahkan masalah yang diberikan. Contoh pembelajaran berdasarkan masalah adalah kegiatan belajar tentang cara mengatur kebersihan di sekolah. Mata pelajaran PKn dapat menggunakan masalah kebersihan sekolah sebagai tema untuk membahas topik tanggung jawab sosial. Tema kebersihan juga dapat digunakan sebagai tema Matematika dalam topik yang sesuai. Kegiatan yang paling pokok dalam pembelajaran berdasarkan masalah adalah dicari masalah sehari-hari yang dihadapi siswa, kemudian masalah itu dipecahkan dengan topik yang akan diajarkan. Karena bekal awal siswa baru SMP pada umumnya sangat beragam, maka pembelajaran kooperatif (cooperative learning) sangat cocok untuk diterapkan. Pada pola ini siswa dikelompokkan dalam kelompok setara, tetapi anggota masing-masing kelompok terdiri dari individu yang heterogen dilihat dari bekal awalnya. Sederhananya, dalam setiap kelompok terdapat siswa yang pandai, sedang dan kurang. Selama pembelajaran, setiap kelompok dirancang untuk bekerjasama dan didorong agar semua anggota kelompok memahami apa yang dipelajari. Penilaian bukan hanya berdasarkan atas pemahaman masing-masing anggota kelompok, tetapi juga 11 QEC24711 - Panduan Pelaksanaan Bridging Course SMP
  • 16. “Belajar Untuk Masa Depanku” pemahaman kelompok. Artinya nilai kelompok akan berpengaruh terhadap penilaian individu yang menjadi anggotanya. Jadi siswa yang pandai akan terimbas oleh nilai siswa yang kurang pandai, jika siswa tersebut tetap tidak paham materi yang dipelajari pada saat penilaian. 12 “Direktorat PSMP - QEC24711 ”
  • 17. Belajar Untuk Masa Depanku BAB III POLA PENGATURAN DAN PELAKSANAAN PROGRAM BRIDGING COURSE DI SEKOLAH A. Pengaturan Program Bridging Course di Sekolah Seperti yang sudah diuraikan sebelumnya, program BC dilaksanakan dengan tujuan untuk meningkatkan bekal awal siswa SMP, sehingga pada saat pembelajaran untuk kurikulum SMP, siswa dapat mengikuti kegiatan dengan baik. Oleh karena itu, seharusnya program BC dilaksanakan sebelum kegiatan pembelajaran dimulai. Selain itu, BC dapat juga dilaksanakan untuk penyiapan program tertentu. Misalnya BC bahasa Inggris untuk mempersiapkan siswa-siswa yang akan mengikuti program pembelajaran dalam bahasa Inggris. Pada awal tahun pelajaran, sekolah sudah memiliki program Masa Orientasi Siswa (MOS) yang bertujuan untuk mengenalkan siswa yang baru lulus SD kepada situasi kehidupan dan pembelajaran di SMP. Dengan demikian, antara MOS dan BC memiliki kaitan yang erat. MOS lebih berfokus pada kehidupan secara umum di sekolah, sementara BC berfokus pada peningkatan bekal awal siswa. Oleh karena itu keduanya dapat dan sebaiknya diintegrasikan menjadi kegiatan penyiapan siswa baru agar lebih siap mengikuti kegiatan pembelajaran baik yang menyangkut materi ajar (lewat BC) maupun kehidupan sosial di sekolah (lewat MOS). Namun demikian, sekolah dapat mengalokasikan waktu yang lebih lama dari waktu yang diperuntukkan pada program MOS. Untuk keperluan tersebut, sekolah dapat melakukan koordinasi dengan Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota setempat untuk keperluan pembinaan. Mekanisme pengintegrasian program BC dengan MOS di sekolah, sangat tergantung pada program yang direncanakan oleh sekolah. Sekolah dapat mengatur sesuai dengan kondisi sekolah dan karakteristik siswa baru. Sebagai contoh, BC dapat dijadikan topik yang dibahas, sedangkan cara pembahasan dalam kehidupan sehari- hari di sekolah menerapkan prinsip MOS. Tentu saja ada beberapa substansi MOS yang juga perlu untuk diangkat menjadi topik, misalnya topik mengenal diri yang berasal dari MOS dipadukan dengan topik PKn atau bahkan Matematika. di SD yang dianggap sukar oleh siswa. 13 QEC24711 - Panduan Pelaksanaan Bridging Course SMP
  • 18. Belajar Untuk Masa Depanku Apakah semua mata pelajaran perlu diikutkan dalam program BC atau hanya mata pelajaran tertentu? Sekolah yang harus menentukan hal ini. Prinsipnya program BC ingin membantu siswa baru SMP agar memiliki bekal awal cukup baik sehingga dapat mengikuti proses pembelajaran di SMP dengan baik. Pada mata pelajaran juga dipilih pokok bahasan atau topik yang pada umumnya sulit bagi siswa dan pokok bahasan yang merupakan prasyarat bagi pembahasan pokok bahasan lainnya. Namun harus dipahami bahwa waktu pelaksanaan BC tidak terlalu banyak. Pada ujicoba di Kabupaten Bogor, Serang dan Kota Bekasi, waktu yang digunakan bervariasi antara 1–2 minggu yang sudah diintegrasikan dengan program MOS. Namun demikian, sekolah dapat menentukan sendiri lama waktu yang diperlukan sesuai dengan kebutuhan sekolah tersebut. Dengan demikian, jadwal atau struktur program BC tidak harus seragam antara sekolah satu dengan lainnya, termasuk materi yang akan digunakan dalam program BC. Setiap sekolah dapat mengatur sesuai dengan karakteristik siswa baru dan kondisi sekolah sehingga siswa dapat mengikuti program dengan senang seperti yang diharapkan agar siswa dapat lebih siap untuk mengikuti program- program berikutnya di sekolah. B. Desain Pelaksanaan Bridging Course di Sekolah Pelaksanaan BC di sekolah perlu dirancang sedemikian rupa, yang dapat digunakan sebagai dasar pedoman sekolah dalam penyelenggaraannya. Perancangan yang baik akan menghasilkan dan mencapai tujuan BC seperti yang diinginkan. Seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa pelaksanaan BC menjadi satu dengan kegiatan masa orientasi siswa (MOS), meskipun tidak menutup kemungkinan dilaksanaan pada kegiatan-kegiatan lain selain pada saat MOS dengan tujuan yang juga berbeda. Misalnya pada saat waktu luang setelah kenaikan kelas, yang bertujuan untuk memberikan bekal umum kepada siswa untuk mempersiapkan materi di jenjang berikutnya. Oleh karena itu, untuk menjamin terselenggaranya BC dengan baik dan lancar perlu dibuat suatu desain atau rancangan yang memadukan antara kedua kegiatan tersebut. Sebagai suatu gambaran dalam perencanaan pelaksanaan BC di sekolah, perlu disusun komponen kegiatan pokok sebagai berikut: 14 Direktorat PSMP
  • 19. Belajar Untuk Masa Depanku 1. Melaksanakan sosialisasi dan penjelasan tentang konsep dan penyelenggaraan BC kepada warga sekolah dan stakeholder dengan melibatkan Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota; 2. Membentuk kepanitiaan untuk penyelenggaraan BC; 3. Melaksanakan pre-test kepada siswa baru untuk mengetahui kompetensi atau kemampuan awal siswa; 4. Melaksanakan pembelajaran kepada siswa sasaran dengan menggunakan materi (modul) yang telah disediakan sebelumnya, dengan rambu-rambu komponen dan kegiatan yang ada antara lain meliputi: a. Terdapat pembagian tugas antara pelaksanaan BC dengan MOS, jika program BC disubstitusikan dengan kegiatan MOS; b. Penyiapan atau pembekalan terhadp fasilitator atau guru yang akan melaksanakan program BC untuk mata pelajaran tertentu (sesuai dengan yang sudah diputuskan oleh sekolah); c. Terdapat penjadwalan yang menjamin terjadinya pembelajaran yang menyenangkan, tidak membosankan, tidak monoton; d. Penggunaan media pembelajaran yang tepat dan relevan; e. Penggunaan metode pembelajaran yang tepat dan relevan; f. Penggunaan sistem evaluasi yang tepat dan relevan; g. Penambahan sumber-sumber belajar yang relevan; h. Dan lain-lain komponen / kegiatan yang diperlukan. 5. Melaksanakan post-test untuk mengetahui hasil pelaksanaan pembelajaran atau kompetensi/kemampuan siswa atau tanggapan siswa terhadap pelaksanaan program yang bertujuan untuk mengetahui kondisi peserta didik antara sebelum dan sesudah pelaksanaan BC; 6. Melaksanakan monitoring dan evaluasi mulai dari persiapan, pelaksanaan, dan akhir kegiatan (purna BC); 7. Membuat laporan yang berisi tentang: hasil-hasil BC dan penyelenggaraan BC, dengan dilampiri berbagai dokumen yang relevan termasuk beberapa rekomendasi untuk keperluan pelaksanaan program sejenis di masa yang akan datang. Laporan ini dibuat rangkap sesuai dengan kebutuhan yang diperuntukkan pada unsur-unsur dan dinas terkait, misalnya untuk: komite 15 QEC24711 - Panduan Pelaksanaan Bridging Course SMP
  • 20. Belajar Untuk Masa Depanku sekolah, Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota, Dinas Pendidikan Propinsi, dan arsip sekolah. Penyelenggaraan program BC diharapkan dapat dibiayai sendiri oleh sekolah atau lembaga penyelenggara program. Besarnya dana yang diperlukan untuk menyelenggarakan program BC di sekolah tergantung kepada lama berlangsungnya program dan jumlah sasaran murid yang mengikuti program BC. Dana peruntukan dengan keperluan sebagai berikut: (1) biaya operasional persiapan program (misalnya: rapat), dan (2) biaya operasional pelaksanaan (misalnya: honor guru, transportasi, konsumsi, penggandaan materi, media, dan ATK). C. Tahap Pelaksanaan Perluasan Pelaksanaan Bridging Course Tahap Persiapan Pada tahap ini beberapa yang perlu dilaksanakan di antaranya adalah: a. Kegiatan rapat-rapat persiapan sekolah termasuk melakukan koordinasi dengan pihak-pihak terkait. Pada tahap persiapan ini juga dilakukan penetapan mekanisme pelaksanaan program secara menyeluruh oleh sekolah berdasarkan hasil evaluasi terhadap program BC yang sudah dilakukan sebelumnya jika sekolah sudah pernah melakukan program ini. b. Penentuan materi yang akan disampaikan pada saat BC. Penentuan materi ini sangat penting mengingat perlu disadari bahwa pola penyampaian materi dalam program BC ini berbeda dengan pola penyampaian materi pada pembelajaran yang biasa dilakukan. Oleh karena itu penentuan dan pengembangan materi harus dilakukan secara berhati-hati dengan mempertimbangkan tujuan program BC dilakukan. Materi yang telah dikembangkan kemudian digandakan oleh panitia pelaksana. Pada tahap ini juga akan dilaksanakan persiapan-persiapan yang bersifat administratif. Sosialisasi Program Sosialisasi yang dilakukan oleh sekolah dilakukan dalam bentuk rapat yang melibatkan warga sekolah termasuk Komite Sekolah dan unsur dari Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota. Sedangkan sosialisasi di tingkat pusat dilakukan melalui rapat koordinasi tingkat pusat yang diikuti oleh Kepala Dinas Pendidikan Provinsi dan Kepala Dinas 16 Direktorat PSMP
  • 21. Belajar Untuk Masa Depanku Pendidikan Kabupaten/Kota. Untuk sosialisasi tingkat provinsi dilaksanakan melalui rapat koordinasi tingkat provinsi yang diikuti oleh Ketua TTK, Subdin Program, dan Konsultan Kab/Kota. Sosialisasi tingkat Kabupaten/Kota dilakukan melalui rapat kerja yang diikuti oleh Kepala Sekolah SMP, Ketua Komite Sekolah, dan Dewan Pendidikan Kabupaten/Kota. Program ini sejak tahun 2007 sudah tidak disediakan dana dari pusat. Oleh karena itu mulai tahun 2007 pelaksanaan program ini diserahkan ke sekolah secara mandiri, dengan pengawasan dan koordinasi Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota setempat. Tahap Verifikasi dan Penentuan Sekolah Pelaksana Program Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota dapat menentukan sekolah yang harus melaksanakan program ini. Namun demikian, sekolah dapat melakukan program ini secara mandiri asal daya dukung yang dimiliki oleh sekolah tersebut memungkinkan. Dalam penentuan sekolah yang harus melaksanakan program BC, Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota dapat menempuh mekanisme tertentu melalui tahapan verifikasi. Verifikasi dapat diawali dengan menentukan kriteria. Berdasarkan kriteria tersebut Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota melakukan seleksi terhadap SMP yang mengajukan proposal program BC, yakni dengan langkah berikut: (1) mengumpulkan proposal program penggalangan partisipasi masyarakat di bidang pendidikan dari berbagai lembaga, dan (2) berdasarkan proposal yang masuk, TTK melakukan seleksi proposal sesuai dengan ketentuan: (a) menilai proposal yang diajukan oleh lembaga, (b) melakukan kunjungan lapangan untuk melakukan verifikasi data dan program-program yang diusulkan oleh lembaga penyusun proposal, serta (c) berdasarkan hasil penilaian proposal dan verifikasi lapangan, tim membuat rangking lembaga calon pelaksana program. Selanjutnya Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota berdasarkan hasil seleksi tersebut menentukan sekolah-sekolah yang mampu atau selayaknya melaksanakan program BC. Tahap Pelatihan bagi Pelaksana Program Sekolah-sekolah yang baru memulai program BC, perlu mendapatkan pelatihan. Pelatihan bagi pelaksana program BC yang baru ini merupakan kegiatan yang sangat menentukan keberhasilan program ini. Dalam hal ini guru-guru, kepala sekolah, dan salah satu anggota 17 QEC24711 - Panduan Pelaksanaan Bridging Course SMP
  • 22. Belajar Untuk Masa Depanku komite sekolah dari sekolah yang menjadi sasaran perluasan pelaksanaan BC adalah pihak pelaksana program yang perlu mengikuti pelatihan. Guru yang diikutsertakan untuk mengikuti pelatihan ini adalah guru yang akan memberikan BC kepada para siswa. Misalnya untuk program BC yang disubstitusikan dengan kegiatan MOS, dapat dilibatkan guru yang terdiri atas 5 (lima) mata pelajaran, yaitu: matematika, IPA (fisika, biologi), PKN, IPS (geografi, sejarah, ekonomi), dan bahasa Indonesia. Mengingat mulai tahun 2007, Direktorat Pembinaan SMP tidak lagi mengadakan pelatihan secara terpusat untuk sekolah-sekolah yang akan melaksanakan program ini, maka Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota dapat melaksanakan kegiatan pelatihan dengan melibatkan sumber daya manusia yang berasal dari sekolah-sekolah yang sebelumnya sudah melaksanakan program BC. Untuk keperluan tersebut, Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota dapat memodifikasi struktur program yang selama ini diterapkan oleh Direktorat Pembinaan SMP (terlampir). Materi pelatihan lebih menekankan pada memberi pembekalam kepada sekolah (dalam hal ini kepala sekolah) dan guru dalam melaksanakan program BC. Untuk peserta kepala sekolah dan komite, materi lebih menitikberatkan pada perencanaan pelaksanaan BC dengan produk akhir adalah dihasilkannya proposal kegiatan BC termasuk mekanisme pelaksanaan BC di sekolah dan bagaimana mengevaluasi keterlaksanaan program ini di sekolah. Untuk guru mata pelajaran, lebih menitikberatkan pada memberikan pembekalan kepada mereka bagaimana penyampaian materi pembelajaran dalam program BC dengan konsep-konsep yang melandasinya. Instruktur dalam pelatihan ini dapat melibatkan para guru yang sebelumnya sudah melaksanakan program BC di sekolah atau para guru yang sudah mengembangkan materi untuk keperluan implementasi program BC di sekolah. Di samping itu, akan lebih baik jika pelatihan ini juga melibatkan instruktur dari perguruan tinggi yang memahami atau berkompeten dalam bidangnya. Pelatihan akan dilakukan dengan menggunakan metode ceramah, diskusi, dan kerja kelompok. Metode ceramah digunakan untuk materi tentang konsep BC. Melalui kegiatan diskusi diharapkan para peserta tidak akan merasa digurui. Melalui kerja kelompok, para peserta dikelompokkan sesuai dengan mata pelajaran yang diampu masing-masing. Di samping itu, para peserta dari kelompok mata pelajaran Biologi dan Fisika disatukan untuk memperoleh materi hakikat IPA dan IPA 18 Direktorat PSMP
  • 23. Belajar Untuk Masa Depanku terpadu, dan para peserta dari kelompok mata pelajaran Sejarah, Geografi, dan Ekonomi disatukan untuk memperoleh materi hakikat dan IPS terpadu. Kegiatan lain yang dilakukan adalah diskusi kelompok yang diikuti oleh kepala sekolah, dan komite sekolah. Diskusi dimaksudkan untuk membuat rancangan pelaksanaan program BC di masing-masing sekolah. Tahap Pelaksanaan Program Tahap ini merupakan tahap yang terpenting dalam pelaksanaan program BC. Pada tahap ini dilaksanakan kegiatan BC sebagaimana telah dirancang oleh masing-masing sekolah pelaksana program atas persetujuan dan koordinasi oleh Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota. Dalam tahap ini di masing-masing sekolah akan berlangsung beberapa kegiatan berikut: (a) konsolidasi program sekolah, (b) sosialisasi bagi warga sekolah, (c) proses pelaksanaan BC, serta (d) kegiatan-kegiatan lain yang mendukung kelancaran kegiatan BC. Tahap Monitoring, Evaluasi, dan Pelaporan Tahap ini digunakan untuk melihat apakah program yang telah direncanakan dapat berlangsung secara efektif dan efisien. Evaluasi semacam ini perlu dimasukkan ke dalam laporan akhir sehingga pihak-pihak yang akan menyelenggarakan kegiatan serupa dapat mengambil manfaat dari hasil evaluasi ini. Laporan setidak-tidaknya memuat: Bab I Pendahuluan, berisi latar belakang, tujuan program, sasaran, dan hasil yang diharapkan. Bab II Pelaksanaan, berisi persiapan kegiatan, proses pelaksanaan kegiatan, dan hasil yang dicapai. Bab III Pembahasan, berisi tentang hasil pelaksanaan kegiatan dan hambatan-hambatan yang terjadi selama pelaksanaan kegiatan, dan upaya-upaya yang telah dilakukan untuk mengatasi hambatan- hambatan yang terjadi. Bab IV Penutup, berisi kesimpulan dan rekomendasi. 19 QEC24711 - Panduan Pelaksanaan Bridging Course SMP
  • 24. Belajar Untuk Masa Depanku C. Unsur-Unsur terkait dengan Perluasan Pelaksanaan Program Bridging Course Pelaksana program ini adalah sekolah melalui persetujuan dan koordinasi dari Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota. Pelaksana di Kabupaten/Kota adalah Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota dalam hal ini. Tim Teknis Kabupaten/Kota (TTK), dengan tugas pokok berikut. 1. Menetapkan pedoman program. 2. Melakukan pemetaan terhadap SMP yang siswa barunya mengalami kesulitan untuk mengikuti pelajaran di sekolah tersebut. 3. Mensosialisasikan program kepada masyarakat di wilayahnya. 4. Melakukan seleksi lembaga calon pelaksana program dengan langkah-langkah sebagai berikut: (a) menilai proposal yang diajukan oleh lembaga, (b) melakukan kunjungan lapangan untuk memverifikasi data dan program-program yang diusulkan oleh lembaga penyusun proposal, serta (c) berdasarkan hasil penilaian proposal dan verifikasi lapangan, tim membuat peringkat lembaga calon pelaksana program. 5. Memberi masukan kepada lembaga yang mengajukan proposal program untuk merevisi proposalnya. 6. Menerima proposal yang telah direvisi dari lembaga. 7. Mengesahkan proposal program dengan melakukan penandatanganan berita acara pengesahan proposal. 8. Memantau dan mengevaluasi penyaluran dana dan penggunaan dana program di wilayahnya masing-masing. 9. Memantau dan mengevaluasi pelaksanaan program di wilayahnya. 10. Memberikan pembinaan kepada lembaga pelaksana program terkait dengan pengembangan, pelaksanaan, dan penggunaan dana program. Pelaksana pada tingkat sekolah adalah panitia yang dibentuk oleh sekolah untuk melaksanakan program BC. Panitia tersebut memiliki tugas pokok sebagai berikut: 1. Melakukan sosialisasi program ke berbagai pihak, terutama kepada orangtua siswa baru. 20 Direktorat PSMP
  • 25. Belajar Untuk Masa Depanku 2. Menyusun rencana program. 3. Menyerahkan proposal kepada TTK. 4. Mengikuti perkembangan proses dan hasil seleksi proposal. 5. Merevisi proposal program berdasarkan masukan dari TTK. 6. Menyerahkan proposal yang telah direvisi kepada TTK. 7. Memanfaatkan dana program untuk merealisasikan program seperti tertuang dalam proposal program yang telah disetujui oleh TTK. 8. Membukukan semua jenis pemasukan dan pengeluaran dana program. 9. Menyusun laporan pertanggungjawaban pelaksanaan program. 21 QEC24711 - Panduan Pelaksanaan Bridging Course SMP
  • 26.
  • 27. Belajar Untuk Masa Depanku BAB IV PENUTUP Pelaksanaan program BC yang diintegrasikan dengan kegiatan MOS ini merupakan program yang dapat digunakan untuk menginisiasi agar proses belajar mengajar selanjutnya di SMP dapat berlangsung lebih baik dengan kesiapan awal siswa yang lebih baik dan relatif lebih seragam. Dengan demikian, pola pengorganisasian dan pengelolaan kelas akan lebih mudah sehingga prestasi belajar siswa dapat dicapai, termasuk mengurangi angka drop out. Namun demikian pola pembinaan dari Dinas Pendidikan provinsi dan Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota sangat diperlukan terkait dengan pola pengaturan waktu antara MOS dan BC mengingat banyaknya masukan dari lapangan bahwa program MOS di beberapa Kabupaten/Kota tidak boleh diintegrasikan dengan program BC. 21 QEC24711 - Panduan Pelaksanaan Bridging Course SMP
  • 28. Belajar Untuk Masa Depanku Lampiran: Contoh program pelatihan/pembekalan bridging course Jadwal Pelaksanaan Pelatihan/Pembekalan Bridging Course Hari/Tanggal Waktu Kegiatan Pemateri Keterangan 14.00 - Check in 19.00-19.30 Pembukaan H-1 Konsep Bridging 1 nara sumber Pleno: Course Kepala 19.30 – Sekolah, 21.00 Komite Sekolah, Guru Mapel Desain 1 nara sumber Pleno: Kepala Pelaksanaan Sekolah, 07.30 – Bridging Course Komite 08.30 di Sekolah Sekolah, Guru Mapel Diskusi 1 nara sumber Kelompok per Kelompok sekolah 08.30 – Perancangan 09.30 Bridging Course di tiap Kabupaten / Kota 09.30 – ISTIMIN 10.00 Melanjutkan 1 nara sumber Kelompok per H-2 Diskusi sekolah Kelompok 10.00 – Perancangan 12.00 Bridging Course di tiap Kabupaten / Kota 12.00 – ISHOMA 13.30 Catatan : peserta 13.30 masuk ke kelas mapel 20 Direktorat PSMP
  • 29. Belajar Untuk Masa Depanku Jadwal Pelatihan Bridging Course : Diskusi Kelompok Guru Mapel 21 QEC24711 - Panduan Pelaksanaan Bridging Course SMP
  • 30. Belajar Untuk Masa Depanku 22 Direktorat PSMP