Sanimas di Gang Segina, Denpasar berhasil mengatasi persoalan sanitasi dan lingkungan yang sehat di kawasan padat penduduk tersebut. IPAL yang ditanam di bawah jalan mampu menangani limbah rumah tangga 196 KK dengan aman dan efisien, sehingga mencegah pencemaran lingkungan. Kualitas hidup warga pun meningkat berkat sanitasi yang baik.
Memaknai Profesionalisme dan Independensi Pengelolaan Kawasan Andalan Era Oto...
Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Khusus Maret 2010. Tema SANIMAS. Bagian Kedua (dari Tiga bagian)
1. Sukses Sanimas dari
Sebuah
Gang
U
murnya belum lagi dua lama makin menghilang. Sejak
tahun, tapi ia sudah Januari 2006, saat fasilitas Sanimas
lincah berlari-lari. dengan sarana perpipaan komunal
Dengan celana pendek yang bermuara di IPAL yang berada
berwarna hijau dan di badan jalan itu diresmikan,
kaos putih bergambar, ia berpose tak pernah ada masalah dengan
dengan sangat percaya diri saat keamanan atau kekuatan IPAL
Percik mengarahkan lensa kamera dalam menahan beban yang lalu
ke wajahnya. Ia menguncupkan lalang di atasnya. Jangan heran jika
jari-jari di kedua tangannya lalu para ibu tak pernah khawatir anak-
meletakkannya di dekat bola anaknya berlarian atau bermain di
matanya, seperti sedang mengenakan atas IPAL itu, tanpa ada sedikit pun
kaca mata. Ia melompat-lompat kekhawatiran anak-anaknya akan
dengan kedua kakinya tepat di atas terperosok seperti halnya kerap
besi yang menjadi penutup lubang terdengar anak-anak lain terperosok
bak Instalasi Pengolahan Air Limbah tangki septik yang rapuh.
(IPAL) milik fasilitas Sanimas di Gang Dinas Pekerjaan Umum, Denpasar,
Segina, Pemecutan Kelod, Denpasar. sendiri tidak keberatan jika badan
ZEN
Ibunya duduk mengawasi dari jalan itu ditanami bangunan IPAL.
jarak tidak begitu jauh, sembari Situasi tidak memungkinkan Dinas PU sendiri memberikan
duduk di depan sebuah kios kecil menggunakan lahan lain karena tanggapan yang cepat dan akomodatif
yang menjual kebutuhan rumah seperti halnya di kawasan padat di dalam membicarakan apa saja yang
tangga. Tak terlihat ada kekhawatiran perkotaan, masalah yang biasanya diperlukan dalam perijinan. Salah
anaknya akan terperosok pada IPAL muncul adalah lahan. Ini juga terjadi satu yang akhirnya harus dipenuhi
yang isinya penuh dengan tinja itu. di Gang Segina. Mereka sudah adalah konstruksi IPAL harus kuat
Sementara dua anak lain dengan melakukan inventarisasi lahan, menahan beban karena itu tetap akan
gesit melaju di atas sepedanya, juga mencari kiranya ada lahan yang bisa digunakan sebagai jalan.
melintasi besi-besi bundar yang digunakan. Hasilnya ternyata nihil. PU meminta agar lokasi IPAL di
menjadi lubang penutup IPAL. Lahan yang bisa digunakan hanyalah badan jalan itu tetap bisa menahan
“Dulu kami sempat khawatir, badan jalan. Akhirnya, disepakati beban minimal 10 ton. Soalnya
termasuk juga saya, apakah IPAL bahwa lahan yang digunakan adalah memang jalan itu akan digunakan
yang ditanam di bawah jalan itu bisa badan jalan. lagi setelah IPAL ditutup dan Sanimas
aman? Khawatir kalau ada kendaraan Dengan segera surat permohonan sudah beroperasi.
yang anjlok atau anak-anak yang akan menggunakan badan jalan sebagai BaliFokus lantas
terperosok,” kata ibu sang anak tadi. lokasi IPAL diajukan kepada Dinas membantu menyiapkan
Tapi kekhawatiran itu makin Pekerjaan Umum (PU) setempat. rancangan
121 Praktik Unggulan
2. konstruksi untuk memenuhi standar warga tak bisa menggali lebih dari nama Segina Asri sebagai KSM di sana
yang diminta oleh PU yaitu konstruksi 1,5 meter. Lebih dari 1,5 meter dirasa sudah cukup layak disandang.
struktur bangunannya harus bisa kedalamannya, galian yang akan Dalam refleksi Andi Maryono,
menahan minimal 10 ton. digunakan untuk tangki septik Ketua KSM Segina Asri: “Kalau
Sanimas di Pemecutan Kelod itu sudah mengeluarkan air. kampung ini masih kumuh, bau, dan
mulai dibangun pada September Kemungkinan ini terkait dengan lingkungannya tidak sehat, mungkin
2005. Proses pembangunannya struktur tanah di sana yang dulunya nama kata ‘asri’ dari nama ‘Segina
lancar dan praktis tidak menemui daerah resapan air. Tanahnya dulu Asri’ tidak layak digunakan. Tapi,
hambatan yang berarti. Tidak relatif gembur, mirip dengan kawasan sekarang, Anda bisa lihat sendiri,
mengherankan jika pada Januari 2006 yang dulunya adalah rawa-rawa. Tidak gang-gang di sini relatif bersih. Got-
fasilitas Sanimas di kampung tersebut mengherankan jika galian sedalam 1,5 got kecil yang ada di depan rumah
sudah bisa langsung beroperasi meter saja sudah ada keluaran airnya. atau di sela rumah juga sudah tidak
dan digunakan oleh warga. Hingga Kondisi itu diperparah oleh lagi bau, bahkan seringkali kering,
kini, Sanimas di Pemecutan Kelod lingkungan yang memang padat dan sehingga tidak lagi menjadi sumber
setidaknya melayani 196 KK dengan rapat. Bahkan, beberapa blok rumah penyakit. Nyamuk jadi berkurang,
total jumlah warga sebanyak 448 di antaranya digunakan sebagai kalau tidak malah hilang sama sekali.
jiwa. Untuk melayani jumlah warga lokasi industri rumahan produk Jadi, kata ‘Asri’ layaklah digunakan,”
sebanyak itu, dibutuhkan sekitar 176 sarung pantai. Kebanyakan limbah kata Andi Maryono.
SR (Sambungan Rumah). sisa produksi dari situ juga dibuang Sejak beroperasi pada Januari
Sejak diresmikan, fasilitas Sanimas ke selokan. Selain membuat kondisi 2006, tidak banyak masalah berarti
yang dikelola Kelompok Swadaya
REPRO PU
Masyarakat (KSM) Segina Asri ini
mampu menjawab kebutuhan warga
di sana untuk mengatasi persoalan
sanitasi. Berbeda dengan lokasi
Sanimas yang lain yang kebanyakan
rumahnya belum memiliki jamban
pribadi dan membuang limbah tinja
ke sungai, di sini warga sejak dulu
sudah banyak yang memiliki tangki
septik.
Hanya saja, tangki septik belum
memenuhi standar kesehatan
karena tidak kedap air. Ini berbahaya
karena bisa mencemari tanah dan
mengganggu kualitas air. Selain itu,
tangki septik warga sendiri sudah
banyak yang bermasalah. Jika sedang
musim hujan, air dari tangki septik
itu sering naik kembali dan keluar
melalui lubang jamban. Artinya
mudah bocor oleh air sehingga dalam air selokan makin buruk, situasi terkait pengelolaan dan perawatan
waktu singkat bisa langsung penuh itu juga membuat selokan menjadi fasilitas Sanimas di Segina Asri,
oleh air jika curah hujan sedang sumber bau tidak sedap yang cukup Pemecutan Kelod ini. Paling
tinggi. mengganggu penciuman bagi orang- hanya diperlukan rutinitas dalam
Warga bisa saja menggali dengan orang yang lewat di sekitar sana. penyedotan di IPAL pada musim
lebih dalam untuk memecahkan Masalah itu sekarang relatif bisa hujan. Ini diperlukan karena kalau
persoalan tersebut, tapi solusi itu pun diatasi setelah dibangunnya fasilitas tidak dilakukan penyedotan secara
tidak bisa memecahkan masalah. Sanimas dengan sistem perpipaan berkala, air bisa naik kembali ke
Masalahnya adalah komunal yang IPAL-nya tertanam lubang kloset di rumah-rumah. Selain
di sana di badan jalan itu. Berkat itu pula, masalah itu tidak ada lagi kendala
Praktik Unggulan 122
3. yang berarti. Tidak ada pula persoalan disepakati iuran naik menjadi 5 ribu air tersaring sekitar 20 liter per hari.
seperti bau yang keluar dari IPAL. rupiah per bulan. Kualitas airnya sendiri sudah diuji
Masih ada persoalan satu dua Kenaikan iuran itu tidak di laboratarium dan hasilnya sangat
kejadian di mana pipa sambungan mengalami hambatan, baik dalam baik serta layak konsumsi. Kendati
rumah itu tersumbat dan macet. permufakatannya maupun eksekusi demikian, para pengguna fasilitas BSF
Masalahnya karena warga masih di lapangan. Petugas yang memungut tetap disarankan untuk merebus air
belum memahami benar bahwa iuran relatif tidak mengalami lebih dulu.
pipa-pipa yang menuju IPAL itu kesulitan karena warga mayoritas bisa Dengan menggunakan teknologi
tidak boleh dimasuki benda-benda dibilang kooperatif. Dari iuran itulah BSF, keluarga yang bergabung dengan
padat yang bisa menghambat laju air biaya operasional dan perawatan penggunaan BSF bisa menghemat
limbah menuju IPAL. Jika membandel, Sanimas terpenuhi. Per bulan, banyak dalam pengeluaran untuk
resikonya akan macet atau tersumbat. rata-rata dibutuhkan dana sebesar memenuhi kebutuhan air minum
Ini pada awal-awal beroperasi sekitar 400 ribu rupiah. Sementara bersih. Sebelum menggunakan BSF,
Sanimas terjadi beberapa kali. Tapi honorariun REPRO
PU mereka rata-rata harus menghabiskan
ini bisa diatasi secara perlahan- dana sebesar 100 ribuan untuk
lahan karena untuk membeli air minum galonan dalam
satu bulan. Sejak diperkenalkan BSF,
pengeluaran itu bisa dikurangi secara
signifikan.
Pengelolaan Sanimas yang baik,
manajemen keuangan yang rapi,
kinerja pengurus KSM yang rajin
serta pengembangan masuknya BSF
membuat Gang Segina Asri relatif
mengalami perkembangan yang
sangat menggembirakan. Kualitas
lingkungan lebih sehat, angka
penderita muntaber atau demam
berdarah menurun, kebiasaan
buang air besar sembarang sudah
berkurang drastis dan bahkan
hampir hilang.
Tidak mengherankan jika semua
itu KSM Segina Asri dinobatkan
sebagai juara I Sanimas Award untuk
tingkat kota Denpasar dan juara I
kasus seperti ini mudah ditemukan untuk operator sebesar 350 ribu pula untuk Sanimas Award tingkat
dari rumah mana asal sampah atau rupiah. provinsi. Untuk tingkat provinsi,
benda padat yang menghambat itu Setelah persoalan sanitasi mengalahkan KSM-KSM di wilayah
berasal. Dari situlah penghuni rumah terselesaikan, mereka kembali lain, seperti dari Gianyar, Tabanan,
ditunjukkan betapa ruginya efek membuka diri pada masuknya dan Singaraja.
yang ditimbulkan karena membuang teknologi baru pengolahan air minum “Hadiah uang dari Sanimas Award
sampah atau benda padat ke saluran rumah tangga (PAM-RT). BaliFokus itu kami sepakati masuk ke kas KSM
pipa. lagi-lagi memainkan peranannya. untuk digunakan bagi kepentingan
Warga sendiri tidak keberatan Dengan difasilitasi oleh BaliFokus warga sendiri. Semuanya, seperti
saat iuran per KK dinaikkan menjadi pula, pengurus KSM menggelar biasa, memang dari warga dan untuk
5 ribu rupiah per bulan. Dulunya, sosialisasi mengenai teknologi warga. Begitulah adanya kalau di
iuran yang disepakati antara KSM biosand-filter (BSF). sini, Mas,” pungkas Andi
sebagai pengelola Sanimas dan warga Dengan dana sebesar 400 ribu Maryono menutup
adalah sebesar 3 ribu rupiah. Karena rupiah, mereka bisa mendapatkan 1 pembicaraan. n
perkembangan banyak hal, akhirnya unit BSF yang mampu menyediakan
123 Praktik Unggulan
4. Ragam Praktik Unggulan
Teks dan foto diambil dari buku "Kisah Sukses Sanimas di Indonesia" (Departemen Pekerjaan Umum dan BORDA)
KSM Bunga Rampai KSM Joyoraharjan
Lokasi: Kampung Nelayan II, Bangka Lokasi: Joyoraharjan, Kota Surakarta
Sistem: MCK Plus++ Sistem: MCK Plus++
Pengguna: 129 KK/577 jiwa Pengguna: 300 jiwa
Mulai beroperasi: Juni 2007 Mulai beroperasi: Desember 2007
Keunggulan: Sanimas di Kampung Nelayan yang padat, Keunggulan: Sanimas yang
minim air bersih, rawan menyediakan air panas di setiap
penyakit yang medium kamar mandinya. Fasilitas itu
penyebarannya melalui menjadi salah satu favorit warga
air (waterbone disease). tiap kali menggunakan fasilitas
Sanimas membantu warga Sanimas. Air panas itu berasal
dalam mendapatkan air dari biogas yang merupakan hasil
bersih dan mengurangi olahan limbah yang terkumpul melalui fasilitas Sanimas.
resiko penyebaran penyakit
melalui air yang kotor. KSM Jagalan
Lokasi: Jagalan Lor, Kota Mojokerto
KSM Kelayan Tengah Sistem: MCK Plus++
Lokasi: Kelurahan Kelayan Tengah Banjarmasin Selatan, Pengguna: 400 jiwa
Kalimantan Selatan Mulai beroperasi: April 2006
Sistem: MCK Plus++ Keunggulan: Sanimas di sini
Pengguna: 79 KK/395 jiwa bekerja secara optimal melayani
Mulai beroperasi: Juli 2007 semua orang yang beraktivitas di
Keunggulan: Sanimas di pasar. Karena tingginya intensitas
bantaran sungai besar penggunaan fasilitas, tidak heran
dengan rumah warga yang jika saldo penghasilan MCK Plus++
kebanyakan berada di muka cukup besar sehingga menjadi salah satu lokasi Sanimas
air rawa. Setelah beroperasi, dengan penghasilan yang terbesar.
Sanimas berhasil dengan
baik mengurangi angka KSM Sari Mulyo
kakus terapung yang banyak terdapat di bantaran Lokasi: Kel. Kepek, Gunung Kidul
sungai. Fasilitas air di MCK Plus++ kerap digunakan untuk Sistem: perpipaan komunal pembuat tahu
kebutuhan air bersih rumah tangga. Pengguna: 14 industri rumah tangga pembuat tahu
Mulai beroperasi: Maret 2006
Keunggulan: Sanimas yang menampung dan mengolah
KSM Panji II limbah dari pabrik tahu. Biogas yang dihasilkan justru
Lokasi: Kampung Baru, Kepanjen, Kabupaten Malang diberikan kepada warga yang rata-rata bisa menhemat
Sistem: MCK Plus++ pengeluaran sebesar Rp. 60 ribu.
Pengguna: 97 KK/400 jiwa
Mulai beroperasi: April 2006
Keunggulan: Pihak Swasta, PT Jasa Tirta, membantu
pembangunannya untuk melindungi kualitas air Sungai
Brantas. Sejak ada Sanimas, tinja
yang dibuang ke Sungai Brantas
oleh warga berkurang secara
signifikan sehingga membantu
pemulihan kualitas air Sungai
Brantas.
Praktik Unggulan 124
5. KSM Sater KSM Sangkrah
Lokasi: Kelurahan Lawang Agung, Sungai Penuh, Lokasi: Sangkrah, Kota Surakarta
Kabupaten Kerinci Sistem: MCK Plus++
Sistem: MCK Plus++ Pengguna: 265 jiwa
Pengguna: 107 KK/535 KK Mulai beroperasi: Februari 2007
Mulai beroperasi: Februari 2008 Keunggulan: Sanimas yang
Keunggulan: Berhasil mengembalikan saluran irigasi diapit oleh sungai besar (Sungai
sebagai sumber Bengawan Solo) dan jalur kereta api yang masih dilintasi
pembagian air bagi kereta dan terletak tidak jauh dari lokasi pasar (Pasar
sawah dan ladang. Tunggul Sari). Konstruksinya dengan detail dan cermat
Sebelumnya, saluran memperhitungkan faktor getaran dari kereta api.
irigasi di dekat
kampung itu menjadi KSM Gondolayu
tempat favorit warga Lokasi: Kampung Gondolayu, Yogyakarta
melakukan aktivitas Sistem: MCK Plus++
buang air besar. Pengguna: 95 KK/324 jiwa
Mulai beroperasi: Maret 2008
KSM Padaidi Padaelo Keunggulan: Memadukan sistem MCK Plus++ dengan
Lokasi: Klandasan Ulu, Balikpapan Selatan, Balikpapan sistem perpipaan
Sistem: perpipaan komunal komunal di kawasan
Pengguna: 73 KK/300 jiwa padat di tepi Kali
Mulai beroperasi: April 2007 Code. Lokasi Sanimas
Keunggulan: Sanimas di daerah pantai. IPAL dibangun kemudian menjadi
di daerah pasang ruang publik di mana
surut yang warga berinteraksi
relatif sulit. untuk berbagai
Pembangunannya keperluan dan kegiatan.
mesti menunggu
air surut lebih dulu, KSM Pangrukti Luhur
kerap kali itu terjadi Lokasi: Kampung Bustaman, Tugu Muda, Semarang
tengah malam. Sistem: MCK Plus++
Padahal, rumah- Pengguna: 124 KK/235 JIWA
rumah warga Mulai beroperasi: April 2006
sendiri berbentuk Keunggulan: Kehadiran Sanimas memberi dampak
rumah panggung beraneka ragam. Di lokasi MCK Plus++, kini tersedia
karena faktor televisi, koran atau surat kabar, lemari es, balai RW sampai
pasang surut itu. fasilitas laundry. Sanimas terbukti bisa menjadi pemicu
banyak hal, bukan hanya aspek sanitasi saja yang teratasi.
KSM Baruah Batuah
Lokasi: Kelurahan Pelambuan, Banjarmasin Barat,
Banjarmasin
Sistem: MCK Plus++
Pengguna: 120 KK
Mulai beroperasi: Juli 2007
Keunggulan: Sanimas
ini berada di kawasan
perkampungan yang berada
di tengah rawa. Sanimas inilah
yang sukses mengurangi WC
terapung di pinggiran kampung.
125 Praktik Unggulan
6. Upaya Kota Mengarusutamakan
Pembangunan
Sanitasi
jamban-jamban tertentu hanya bisa yang akut dan kompleks itu dengan
diakses para pejabat dan orang-orang pelbagai cara dan pendekatan.
kulit putih. Bagaimana dengan kaum Beberapa di antaranya sudah mulai
bumiputera? Mereka hanya boleh mencoba membangun sistem sanitasi
pakai jamban biasa. skala perkotaan yang terpadu dengan
Sebuah artikel di surat kabar membangun Instalasi Pengolahan Air
Soeloeh Indonesia pada tahun 1927 Limbah (IPAL). Dibayangkan dengan
mencatat diskriminasi akses sanitasi sistem itu, jamban dari rumah-rumah
yang dialami warga bumiputera. terhubung dengan pipa-pipa yang
“Sebagian di antara kami yang akan menyalurkannya pada IPAL
mengenakan selendang asli (sarung) berskala kota itu tadi.
atau kopiah muslim,“ tulis artikel itu, Kota Surakarta, misalnya, sudah
“harus membuang hajat di jamban membangun dua lokasi IPAL di sisi
biasa.” utara dan selatan kota. Salah satunya
B
Sekali lagi, bisa dibayangkan berada di daerah Semanggi, Pasar
BOWO
seperti apa persoalan sanitasi Kliwon “Di sisi lain kami masih punya
isa dibayangkan seperti di perkotaan Indonesia di masa instalasi pengolahan limbah yang
apa persoalan sanitasi kini, saat jumlah penduduk sudah merupakan peninggalan Belanda. Dan
di Indonesia. Pada masa 20 kali lipat dibandingkan tahun itu coverage-nya masih jauh dari ideal
kolonial Hindia Belanda, 1630, saat tingkat kepadatan juga dalam konteks untuk bisa melayani
bahkan sejak abad 17, makin naik berlipat-lipat. Angka- warga kota Surakarta,” papar Ir. Sri
persoalan tinja sudah membuat angka hasil survei yang dilakukan Adyaksa, Kepala Badan Lingkungan
pusing pemerintah kolonial. Sampai- oleh ISSDP (Indonesia Sanitation Hidup Surakarta.
sampai, saking pusingnya mereka Sector Development Program) Untuk menambah cakupan yang
mengatasi persoalan tinja di Batavia, menggambarkan dengan tajam masih kurang ideal dari fasilitas
pada tahun 1630 dikeluarkan persoalan ini. Sekitar 37 persen warga IPLT, Surakarta sendiri mencoba
maklumat yang bersifat potong di Jakarta tidak tahu di mana letak mengadopsi program pengembangan
kompas: dilarang membuang tinja tangki septik di rumahnya dan dalam Sanimas sejak 2005. Pada tahun
sebelum pukul sembilan malam. survei nasional ada 80 persen tangki pertama itu, dibangun setidaknya
Maklumat itu dikenal dengan sebutan septik yang tidak pernah dikuras sejak 3 lokasi Sanimas di Surakarta. Sejak
“folhans nohas horas, neger uur pertama kali dibangun. 2005 itulah Surakarta tidak pernah
bloemen” alias “bunga-bunga pukul “Jakarta itu menjadi kota dengan absen mencoba mengentaskan
sembilan”. jumlah septic-tank terbanyak di persoalan sanitasi dengan
Hingga kolonialisme memasuki dunia. Sudah (layak) masuk Guinnes pengembangan program Sanimas.
abad 20, persoalan tinja di perkotaan Book of Record,” ujar Nugroho Tri Dari segi anggaran, Pemerintah
ternyata belum juga beres. Kali ini, Utomo, Koordinator ISSDP. Surakarta punya semangat untuk
situasi diperparah oleh diskriminasi terus mengentaskan persoalan
rasial. Sudah jamak terjadi di kantor- ******* sanitasi. Jika pada 2007 dianggarkan
kantor dagang ada Beberapa kota sudah mencoba Rp 26 miliar, tahun berikutnya
aturan untuk mengatasi persoalan sanitasi menjadi Rp 27 miliar. Pada 2009,
Praktik Unggulan 126
7. angka itu turun sedikit kembali kabupaten Tabanan, kabupaten “Program tersebut akan terealisasi
menjadi 26 milyar. Penurunan itu Gianyar, dan kabupaten Buleleng. pada tahun anggaran 2010, dengan
bukan karena pemerintah berkurang Bersamaan dengan itu, Denpasar dana pendamping oleh pemkot
perhatiannya pada soal sanitasi, sudah membangun fasilitas IPAL sebesar Rp3 miliar,” kata Anak Agung
tapi pada saat itu pemerintah Kota untuk skala perkotaan. Denpasar Bagus Sudharsana, Kepala Badan
Surakarta mencoba fokus pada adalah satu dari tujuh kota yang Lingkungan Hidup Kota Denpasar.
penanganan persoalan banjir yang sudah memiliki IPAL berskala Kota lain yang patut diberi
mulai akut dan butuh pemecahan perkotaan. Tujuh kota lainnya adalah apresiasi adalah kota Blitar. Bersama
serius. adalah Jakarta, Medan, Bandung, enam kota lainnya di Jawa Timur,
Kampanye pentingnya sanitasi Cirebon, Solo, Jogja, dan Banjarmasin. kota Blitar sudah mengembangkan
juga mulai merambah ke kalangan Di antara delapan kota itu, program Sanimas sejak 2003, tahun
anak muda dan pelajar. Pada Denpasar adalah kota dengan IPAL pertama di mana program Sanimas
ulang tahun Surakarta ke-264, yang cakupan atau coverage-nya mulai dikembangkan di Indonesia.
Mereka memulai pengembangan
Sanimas itu di wilayah yang bisa
dibilang “kawasan merah” yaitu
di Sukorejo. Kawasan yang berada
di dekat terminal itu bukan hanya
padat penduduknya, tapi juga
rawan, banyak preman dan dihuni
oleh gelandangan dan pengemis.
Program Sanimas ternyata berhasil
dikembangkan di sana. Itu membuat
pemerintah kota Blitar lebih optimis
saat mencoba untuk yang berikutnya.
Kalau di kawasan seperti Sukorejo
saja sudah berhasil, tentu di kawasan
lain yang lebih familiar akan relatif
lebih mudah, begitulah kira-kira
asumsinya.
Hingga sekarang, Sanimas
terus dikembangkan tiap tahun,
tanpa putus. Minimal satu Sanimas
BOWO
dibangun per tahun di Blitar. Mereka
pemerintah misalnya mengadakan yang terbesar. Menurut Nugroho juga sukses dengan Sanimas di
lomba karikatur mengenai sanitasi. Tri Utomo, cakupan yang sudah pondok pesantren yaitu di Pondok
Lomba ini ditujukan kepada para dilayani oleh IPAL di Denpasar sudah Pesantren (PP) Nurul Ulum yang
pelajar setingkat SMP dan SMA. mencapai sepertiga total wilayahnya. jumlah santrinya mencapai hampir
Dengan itulah, pemerintah Surakarta Itu angka yang terbesar dibandingkan seribu orang.
berharap, perilaku hidup sehat bisa kota-kota lain, tapi itu pun masih jauh Nilai lebih dari kota Blitar adalah
dimulai sedini mungkin. dari ideal. inisiatif pemerintah Blitar untuk
Denpasar adalah contoh lain dari Ikhtiar yang cukup masif dari selalu mengedepankan konsep
kota yang sudah mulai membangun pemerintah kota Denpasar itulah pemberdayaan masyarakatnya.
IPAL berskala perkotaan. Sejak yang membuat mereka diganjar Konsep pemberdayaan masyarakat
2003, Denpasar sendiri sudah penghargaan sebagai Kota Pionir selalu menjadi gatra pelaksanaan
mengembangkan program Sanimas Percepatan Pembangunan Sanitasi pembangunan di Blitar, terutama
di wilayahnya. Hingga kini, Denpasar Permukiman pada Desember 2009 sejak diterapkannya otonomi daerah.
menjadi contoh bagi kawasan lain di lalu. Penghargaan itu membuat Mereka memulainya jauh
Bali untuk mengembangkan Sanimas. Denpasar mendapat hadiah berupa sebelum ada Sanimas.
Wilayah lain di Bali yang sudah dana bantuan sebesar 3 milyar Salah satu caranya adalah
mengembangkan Sanimas adalah rupiah untuk pengembangan sanitasi. dengan
127 Praktik Unggulan
8. memberikan dana block grant yang program adaptasi perubahan iklim diharuskan memiliki tangki septik
harus diperebutkan oleh kelurahan- bersama Bandar Lampung dan yang memenuhi standar. Sementara
kelurahan. Mereka berlomba Semarang. Untuk kota kecil sendiri developer yang sedang membangun
menawarkan program yang jenis dan hanya Blitar. perumahan juga diwajibkan
konsepnya bahkan disiapkan oleh Menurut Ir. Made Sukawardika, membangun sistem sanitasi terpadu
masyarakat sendiri. Kepala Badan Perencanaan dan bisa dipadukan dengan sistem
Itu sebabnya, ketika ada tawaran Pembangunan (Bappeda Kota sanitasi skala perkotaan yang sudah
pengembangan konsep Sanimas yang Blitar) pihaknya sedang merancang dibangun.
juga mensyaratkan adanya partisipasi semacam “kampung iklim” dan sudah Regulasi seperti itu patut
dan pemberdayaan masyarakat, ada tiga kandidat kampungnya. dipertimbangkan di semua kota.
kota Blitar tidak mengalami Sanimas yang berbasis kolektivitas Perumahan-perumahan memang
kesulitan untuk menerapkannya. dan pemberdayaan jadi contoh biasanya memiliki jamban pribadi di
Tidak mengherankan jika Blitar sekaligus pelajaran bagi Blitar untuk masing-masing rumah. Hanya saja,
terus berinisiatif mengembangkan mengaplikasikan gagasan “kampung sistemnya masih terlalu konvensional
Sanimas bahkan kendati tidak ada iklim”. Konsepnya pun berbasis yaitu satu tangki septik untuk satu
dana hibah dari luar negeri yang masyarakat, seperti Sanimas. Lokasi- rumah. Selain tidak kedap air, jarak
bisa mereka terima seperti saat lokasi kandidat “kampung iklim” juga tangki septik dengan rumah maupun
ujicoba Sanimas 2003. Blitar cukup yang sebelumnya sudah merasakan jarak antartangki septik juga terlalu
percaya diri dengan APBD mereka konsep pemberdayaan masyarakat berdekatan. Ini membuat perumahan
sendiri karena mereka yakin bahwa yang partisipatoris seperti Sanimas. yang bangunannya bagus itu pun
dengan konsep pemberdayaan yang Sementara Banjarmasin, satu tetap akan rentan dengan persoalan
mensyaratkan adanya partisipasi dari delapan kota yang sudah kesehatan.
warga maka pembangunan apa pun mulai membangun sistem sanitasi Pendeknya: di atas tanahnya saja
akan jauh lebih murah ketimbang terpadu berskala perkotaan, juga perumahan-perumahan itu terlihat
pembangunan yang sifatnya top sudah menerapkan regulasi yang bersih dan sehat, tapi bagaimana
down. ketat terkait pembangunan rumah- dengan di bawah tanahnya? n
Khusus sanitasi, Blitar sudah rumah baru. Di sana, rumah-
membentuk pokja, yaitu pokja rumah yang akan dibangun
sanitasi, dari mulai tingkat kota,
kecamatan sampai
BORDA
kelurahan. Pokja di
tingkat kelurahan itu
bukan KSM pengelola
Sanimas, melainkan
untuk memonitoring satu
kelurahan yang memiliki
lebih dari satu fasilitas
Sanimas.
Pengalaman kota Blitar
dalam menerapkan konsep
pemberdayaan masyarakat
dalam penanganan sanitasi
membuat Blitar berani
selangkah lebih maju dengan
mengintegrasikan pemecahan
persoalan sanitasi ini dengan
program perubahan iklim atau
climate change. Pada 2009
Blitar memang terpilih sebagai
kota percontohan
BORDA
Praktik Unggulan 128
10. Sisi Lain
s
ahasil
im r
S aelalu Be n
Tak S
H
ujan baru saja reda saat Percik tiba di
RW 2, kelurahan Bakalan, kecamatan
Bugul Kidul, Pasuruan. Di kampung yang
dekat dengan sungai Kalimas inilah lokasi
Sanimas pertama di kota Pasuruan berada.
Mulai beroperasi sejak 2003, Sanimas yang menggunakan rupiah saja. Tidak pernah naik. Saya sendiri yang dulu
sarana perpipaan komunal ini sudah tujuh tahun lamanya bertanggungjawab soal iuran ini karena jabatan saya di
melayani warga. KSM memang sebagai bendahara,” urai Nur Hasyim yang
Percik diterima oleh Nur Hasyim, Ketua KSM Kalimas, sore itu mengenakan baju batik dengan warna dasar
di kediamannya yang berdekatan dengan bangunan coklat.
mesjid. Dia adalah ketua KSM Kalimas yang kedua. Sesampainya di lokasi IPAL, Nur Hasyim menjelaskan
Orang pertama yang menjadi ketua KSM, termasuk saat beberapa hal teknis terkait kondisi dan situasi IPAL di
memasuki masa persiapan dan pembangunan, namanya kampungnya. Percik lantas kembali bertanya padanya soal
Buang, meninggal dunia pada 2006. Nur Hasyim akhirnya iuran yang macet itu. Ia bercerita, dulu sempat menerima
dipercaya oleh pengurus KSM lainnya untuk menggantikan masukan agar iuran itu dinaikkan. “Pak Surur dari BORDA
posisi Buang. Sebelum menjadi Ketua KSM, dia menjabat pernah bilang iuran 3 ribu itu terlalu kecil. Tapi mau
sebagai bendahara KSM. bagaimana lagi? Lha, wong, segitu saja sudah susah
Sembari menyusuri gang-gang di sekitar rumahnya ditariknya,” katanya lagi.
menuju lokasi Instalasi Pengolahan Air Limbah, dia Ia mengaku sudah banyak cara yang coba diterapkan
bercerita sejumlah kesulitan yang dihadapi sejak menjabat untuk mengatasi persoalan ini, tapi tetap saja warga
sebagai Ketua KSM. Yang paling menyolok adalah masih relatif susah dilibatkan untuk berpartisipasi. Ini
partisipasi warga yang mulai menurun. Ia menuturkan, tentu saja menyulitkan proses pengelolaan dan perawatan
sudah setahun lebih tak ada lagi penarikan iuran. Petugas fasilitas Sanimas. Padahal, kalau ada pipa sambungan
yang menarik iuran seringkali gagal menagih iuran dari rumah yang tersumbat, tetap saja mereka minta bantuan
warga yang rumahnya terhubung dengan Sanimas. pengurus KSM. “Tapi kalau disuruh iuran, itu susahnya
Besaran iurannya sebenarnya tidak terlalu besar. minta ampun,” ungkapnya lagi.
“Sejak pertama kali beroperasi, di sini Sebenarnya ia tidak terlalu mepersoalkan perkara itu.
iuran hanya sebesar 3 ribu Ia hanya berharap warga mau menjaga fasilitas Sanimas
130
11. uang itu pun tidak cukup, aku Hasyim, terpaksa cuma dua
operator saja yang bekerja. Operator satunya mau tidak
mau terpaksa tidak dilibatkan.
Hasyim sendiri bertekad untuk terus mempertahankan
Sanimas ini. Bersama orang-orang yang masih peduli
dan menjadi pengurus KSM, Hasyim berharap bisa
membangkitkan lagi partisipasi warga. Pengurus KSM
sendiri sudah menunjuk orang baru sebagai petugas
yang akan menarik iuran dari warga. Petugas itu akan
mendatangi rumah per rumah sebanyak tiga kali setiap
bulannya untuk berjaga-jaga jika ada warga yang enggan
membayar saat ditagih pertama kali. Untuk kunjungan
kedua dan ketiga, Hasyim berencana akan mendampingi
langsung petugas yang ditunjuk itu.
Kasus seperti ini sebenarnya bukan hanya terjadi
di Pasuruan. Tahun lalu, lokasi Sanimas di Pekalongan,
tepatnya di kelurahan Panjang Baru, juga terkendala
dengan penarikan iuran ini. Lurah Panjang Baru waktu
itu, Joko Setiawan, menyebutkan warga tidak lancar
membayar kewajibannya. Padahal besaran iuran itu
tidak terlalu besar, hanya 3 ribu rupiah per bulan, sama
ran seperti yang terjadi di KSM Kalimas pimpinan Nur
Kesada a Hasyim.
warg p
da
terha nya Memang, kesadaran warga terhadap pentingnya
ng
penti ipasi partisipasi tidak selalu merata, juga tidak selalu stabil.
partis elalu Banyak contoh di mana tahun-tahun pertama semua
ti dak s juga serba lancar, tapi lama kelamaan, setelah merasa
erata, lalu
ZEN
m tidak ada masalah apa-apa, mulailah fase di mana
yang sudah dibangun lama itu. Minimal, ti dak seil penarikan iuran itu mulai tidak lancar lagi. Mungkin
katanya, tidak membuang sampah- stab warga merasa tanpa membayar iuran pun mereka
sampah padat ke jamban. Tapi masih masih bisa membuang air besar ke jamban di
saja ada sampah padat dengan berbagai rumahnya sendiri tanpa ada gangguan dan permasalahan.
bentuk yang masuk ke pipa. Ini membuat pipa-pipa Hampir di setiap lokasi Sanimas yang dikunjungi Percik,
itu tersumbat dan jika sudah begitu tetap juga Nur Hasyim terutama yang menggunakan sarana perpipaan komunal,
yang turun tangan. selalu ada warga yang agak susah saat ditarik iuran. Tapi,
Pengelolaan dan perawatan Sanimas di Bakalan ini di lokasi-lokasi itu, jumlahnya tidak signifkan. Artinya,
memang tetap ditangani Nur Hasyim. Ia sendiri, kendati proporsi antara warga yang aktif dan susah dalam iuran itu
berstatus sebagai Ketua KSM, seringkali turun langsung masih jauh lebih besar warga yang kooperatif.
jika ada persoalan. Bukan sekali dua dia turun ke IPAL “Di sini paling ya cuma dua atau tiga rumah saja
untuk mengambil benda-benda padat yang menyumbat yang kadang agak susah. Harus lebih dari sekali ditagih,
pipa. minimal dua kali atau kadang sampai tiga kali. Tapi ya
“Sebenarnya ada dua operator yaitu Pak Sarnam dan akhirnya tetap membayar. Mungkin mereka memang
Pak Yusuf, tapi karena tidak ada iuran yang rutin, saya sedang kesulitan keuangan, makanya terpaksa menunda
sendiri bingung untuk membayar honor mereka,” ujar membayar iuran,” aku Suyatmi, warga yang ditunjuk
Hasyim lagi. sebagai petugas iuran Sanimas di Kampung Penca
IPAL Sanimas di Bakalan sendiri sudah disedot tiga kali. (penyandang cacar), Kadipiro, Surakarta.
Dua kali masih menggunakan dana iuran karena waktu Kasus di KSM Kalimas Pasuruan sendiri menunjukkan
itu masih lancar. Penyedotan yang terakhir itu baru bisa kendati ada persoalan di dalam partisipasi
dilakukan saat ada warga baru yang menyambungkan warga dalam bentuk iuran, fasilitas Sanimas
jamban di rumahnya dengan IPAL. Dari dana itulah mereka sendiri masih berfungsi dengan baik. Lepas
bisa menyedot untuk yang ketiga kalinya. Tapi karena dari apakah warga cukup rutin
131 Sisi Lain
12. ZEN
yang memang membutuhkan MCK Plus++, malah lebih
dekat dari perumahan warga yang orangnya relatif lebih
tinggi pendapatannya dan sudah banyak yang memiliki
septic tank di rumah. Jadi praktis MCK Plus++ di lokasi
itu tidak maksimal penggunaannya. Terlalu sedikit yang
menggunakan,” papar Abdullah Basri, Koordinator BEST di
Jawa Timur.
Jika penentuan lokasi lahan itu tidak memper itung
h
kan dengan teliti dan tepat sebaran para penggunanya,
besar kemungkinan warga akan sulit atau malas untuk
menggunakan lokasi MCK Plus++, seperti yang diceritakan
oleh Abdullah Basri di atas.
“Seumpama saja waktu itu warga bisa diarahkan untuk
mencari dan menggunakan lahan lain yang lebih dekat
dengan lokasi pemukiman mereka sendiri, mungkin MCK
di sana bisa lebih maksimal lagi digunakan. Mungkin ini
terjadi karena di lapangan banyak orang yang tidak cukup
sabar untuk secara perlahan-lahan menemukan lahan
pengganti atau mencari peluang-peluang lainnya,” ujar
Abdullah Basri lagi.
Faktor kesabaran ini menjadi penting dalam tahapan
pemberdayaan masyarakat sebelum bangunan
Sanimas dibangun. Berbeda dengan
pengerjaan bangunan yang relatif
bisa diprediksi berapa lama
ada Selalu waktu pengerjaannya, aspek
yan warga
su g ag sosialisasi, pemberdayaan dan
a
dita sah saa k penyiapan masyarakat itu tidak bisa
rik i t dipastikan waktunya. Setiap lokasi
uran
berbeda-beda tingkat pemahaman
dan penerimaannya, juga berbeda-beda
pula tingkat resistensinya. Ada lokasi yang
mudah dimasuki gagasan baru, termasuk gagasan
mau membayar iuran atau tidak, mereka setidaknya dan konsep Sanimas, ada lokasi yang alot dan susah untuk
tetap bisa menikmati keberadaan jamban pribadi yang dimasuki konsep pembangunan berbasis masyarakat
terhubung dengan pipa-pipa menuju IPAL komunal. seperti Sanimas.
Problem yang lebih serius sebenarnya bukan di soal Sayangnya, tidak semua pihak punya cukup kesabaran
iuran. Beberapa lokasi Sanimas di tempat lain, kendati untuk mengikuti tahapan-tahapan yang sudah menjadi
sarananya masih berfungsi dengan baik, sayangnya justru standar dalam pengembangan Sanimas, terutama dalam
ada yang mangkrak dan tidak maksimal penggunaannya. aspek pemberdayaan masyarakatnya. Tidak terkecuali
Beberapa di antaranya adalah soal rasio pengguna yang instansi pemerintah sendiri.
tidak ideal atau terlalu rendah sehingga dana besar untuk Ir. Handy B. Legowo, dari Direktorat Penyehatan
membangun Sanimas terkesan mubazir. Lingkungan Permukiman, Ditjen Cipta Karya, Departemen
“Di Sidoarjo sendiri sempat ada persoalan dalam Pekerjaan Umum (PU), sendiri mengakui hal itu terjadi
penentuan tanah yang akan digunakan sebagai lokasi MCK di PU. “Di PU sendiri, konsep pemberdayaan masyarakat
Plus++. Mulanya warga sepakat di tanah yang dekat aliran yang partisipatoris itu memang hal baru. Bahkan sampai
sungai, tapi tidak dapat izin dari dinas perairan karena sekarang masih ada yang tetap bilang hal itu sebagai
memang tidak boleh membangun di daerah sempadan buang-buang waktu. Dulu itu kan otak saya otak top-
sungai. Akhirnya mereka mencari lokasi tanah yang lain. down. Di otak saya cuma buat desain yang bagus, tidak
Sayangnya tanah pengganti itu justru agak terlalu memikirkan masyakarat mau terima apa tidak,
jauh dari perumahan warga yang penting dibangun dulu saja. Terserah masyarakat
Sisi Lain 132
13. mau terima apa tidak,” urainya saat mengenang awal- materialnya jelek. Banyak yang tidak tepat sasaran.
awal masuknya konsep pemberdayaan masyarakat di Banyak kawasan yang tidak memenuhi kriteria. Ini karena
lingkungan PU. efek sanitasi yang pembangunannya diserahkan pada
Handy B. Legowo juga mengaku sering menemukan kontraktor dengan sistem kontraktual,” ujar Sony.
pemerintah daerah yang tidak cukup sabar mengikuti Ada lokasi yang dulu mengajukan diri untuk menerima
tahapan-tahapan Sanimas. Penentuan lokasi yang terpilih Sanimas tapi tidak terpilih, tapi justru terpilih dalam
sebagai penerima Sanimas sebenarnya panjang dan pembangunan sanitasi DAK. Menurut Novri Hendra
melibatkan kompetisi di antara beberapa kandidat calon Perdana, TFL di Mojokerto, enam lokasi pembangunan
penerima. Tapi, katanya, di daerah-daerah yang utamanya sanitasi DAK pada 2009 di Mojokerto justru merupakan
baru mengenal dan mengembangkan Sanimas tahapan itu lokasi yang dulu tidak terpilih dalam Sanimas.
dilewati. “Di kawasan Mblotho (kecamatan Prajurit Kulon), ada
“Ada yang langsung saja menunjuk lokasinya, lokasi MCK Plus++ yang letaknya lebih dari 100 meter dari
karena pertimbangan-pertimbangan tertentu. Kadang perumahan warga. Lha nanti siapa yang mau pakai? Di
pertimbangan subyektif karena di sana ada Mbah-nya Pekuncen, ada lokasi Sanimas yang rasio penggunanya itu
atau apa, tapi kadang juga karena memang tidak sabar tampaknya akan sangat rendah, di bawah 10 KK. Ini kan
untuk mengikuti tahapan-tahapan itu,” urai Handy lagi. mubazir,” beber Novri
lagi.
DAK Sanitasi Percik sendiri
Tahapan-tahapan yang dilewati itu belakangan sering menemukan lokasi MCK
disorotkan pada program sanitasi yang dibangun dengan Plus++ dengan dana
dana DAK (Dana Alokasi Khusus) yang menggunakan DAK di kelurahan Wates,
sistem kontraktual. Di situ, para kontraktor yang kecamatan Magersari,
kota Mojokerto. Di sana,
ada beberapa bagian
yang sudah rusak padahal
sama sekali belum
diresmikan dan belum
digunakan. Pantauan
Percik menemukan,
ZEN
semen di halaman depan
itu sudah mengelupas
memenangkan lelang diberi wewenang untuk sehingga batu batanya
membangun fasilitas sanitasi yang pilihan terlihat. Belum lagi
teknologinya mirip dengan Sanimas. keretakan di bagian samping. Bahkan di bagian bak kontrol
Di Mojokerto, misalnya, ini sempat menjadi isu sendiri ada yang amblas beberapa sentimeter.
yang hangat dan menjadi wacana politis yang cukup Sukid, warga di sekitar lokasi MCK yang juga mengaku
menghebohkan. Seturut Sony Basuki, Senior TFL untuk ditunjuk oleh Dinas PU untuk menjaga sementara waktu,
wilayah Jawa Timur bagian Barat sekaligus anggota Komisi menyebutkan bahwa listriknya sempat korsletting. “Saya
II DPRD kota Mojokerto, banyak masalah yang muncul, sampai harus keluar biaya sendiri untuk mengganti saklar.
terutama dalam aspek partisipasi dan pemberdayaan Ini kan aneh. Saya belum pakai, tapi kok malah sudah
masyarakatnya serta penentuan lokasi. harus keluar duit. Saya juga tidak tahu kapan
“Orang tahunya kalau Sanimas itu prosesnya panjang, ini akan bisa dioperasikan. Sampai sekarang
warga dilibatkan, termasuk dalam kontrol kualitas belum ada kabar,” urai Sukid saat ditemui
bangunan dan materialnya. Banyak yang mengeluh Percik. n
133 Sisi Lain
14. Kabar AKSANSI
AKSANSI dan
Keberlanjutan Sanimas
A
KSANSI adalah singkatan dari Asosiasi KSM bertempat di kantor BORDA Yogyakarta. Mereka
Sanimas Seluruh Indonesia. KSM atau mendiskusikan mulai dari logo, latar belakang, tujuan,
Kelompok Swadaya Masyarakat adalah bentuk organisasi, kepengurusan, dan aturan-aturan
organisasi yang dibentuk oleh masyarakat di terkait keorganisasian. Setelah anggaran dasar selesai,
lokasi berdirinya fasilitas Sanimas. KSM inilah diadakan pertemuan di Yogyakarta dan draft anggaran
yang sehari-hari menjadi pengelola fasilitas Sanimas. dasar tersebut disyahkan.
Mereka dipilih oleh warga dan terbentuk sebelum Program pertama yang disepakati adalah pendataan
bangunan Sanimas mulai dibangun. seluruh KSM Sanimas yang ada di Jawa dan Bali dan
AKSANSI sendiri merupakan kelanjutan program membuat database sederhana. Kedua, masing-masing
Sanimas yang sudah tdierapkan di lebih dari 100 kota/ anggota Pokja mendorong terbentuknya AKSANSI tingkat
kabupaten di 25 provinsi. Kelahiran AKSANSI didasari provinsi, syukur bisa sampai tingkat kota/kabupaten,
kesadaran akan pentingnya dukungan untuk keberlanjutan khususnya yang jumlah Sanimas-nya sudah cukup banyak.
operasional dan pemeliharaan Sanimas. BORDA bersama Ketiga, merintis Sanimas Award tingkat provinsi.
BaliFokus, BEST, dan LPTP memfasilitasi pembentukan AKSANSI daerah yang terbentuk pertama kali adalah di
AKSANSI sejak akhir tahun 2006 dan secara resmi berdiri Bali, disusul Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara Barat, yang
pada 9 Januari 2008 di Yogyakarta. difasilitasi oleh Balifokus dan Jawa Tengah yang difasilitasi
Tujuan utama AKSANSI adalah menjamin oleh LPTP. Umumnya pemerintah kota/kabupaten dan
kkeberlanjutan operasional dan pemeliharaan Sanimas, pemerintah propinsi, bahkan Departemen PU mendukung
serta membantu pemerintah dalam mempromosikan adanya AKSANSI agar mudah dalam pendampingan. Dan
percepatan akses terhadap sanitasi yang berkelanjutan mereka menunggu kiprah dari AKSANSI tersebut.
bagi penduduk miskin perkotaan. AKSANSI wilayah Bali, misalnya, bekerja sama dengan
Tugas pertama AKSANSI adalah membentuk komite BaliFokus serta difasilitasi oleh Dinas Pekerjaan Umum
kecil yang disebut Pokja yang diberi wewenang untuk Provinsi Bali dan BORDA, mengadakan seminar setengah
menyusun draft aturan atau regulasi AKSANSI. Komite ini hari pada 17 April 2008 yang berlangsung di Hotel Inna,
terdiri dari enam orang yang mewakili wilayah Jawa dan Bali. Acara dihadiri delapan KSM di wilayah Bali, di
Bali, yakni Provinsi Bali, Jawa Timur, Jawa Tengah, DIY, antaranya dari Tabanan, Buleleng, Gianyar, dan Denpasar.
Jawa Barat dan Banten. Mereka bekerja selama kurang Acara juga dihadiri perwakilan dari Bappeda, Dinas
lebih satu tahun, dengan mengadakan Pekerjaan Umum dan Dinas Kesehatan Provinsi Bali serta
pertemuan rutin 2 bulanan beberapa perwakilan Dinas kota dan Kabupaten yang
134
15. sudah mengembangkan Sanimas. dari tiga hal: aspek teknis, keuangan dan kelembagaan.
Momen tahun 2008 memang menjadi titik penting Asumsinya, Sanimas akan bisa berkelanjutan apabila
karena dijadikan sebagai Tahun Sanitasi Internasional ketiga hal tersebut berjalan dengan baik.
(International Sanitation Year). Peluncuran dan Ketagori dibagi berdasarkan jenis sarana sanitasi yang
pengenalan AKSANSI sangat strategis dalam konteks ini. dipilih: sistem perpipaan, MCK, Sanimas
KSM muncul dari pemukiman masyarakat berpenghasilan untuk Pesantren serta sanitasi untuk industri
rendah di perkotaan. Dan AKSANSI menunjukkan rumah tangga. Penilaian juga dilakukan
adanya inisiatif, kesadaran dan pemahaman dengan sistem pembobotan: semakin
serta kapasitas masyarakat berpenghasilan lah ram tua usia sarana sanitasi yang dibangun
Sa rog
tu pSANSI
rendah tentang sanitasi tidak seperti yang maka akan semakin tinggi bobotnya.
dibayangkan sebelumnya. sa AK ah Berdasar kondisi tersebut kemudian
Sejak 2003, Sanimas telah dilaksanakan di al elar
ad gg hasilnya dibuat skor: KSM dengan
tidak kurang dari 195 lokasi yang tersebar di 86 n s skor tertinggi yang jadi terbaik.
kota / kabupaten. Sampai sekarang ada sekitar meanimad Jumlah KSM pemenang ditentukan
395 KSM yang mengelola fasilitas Sanimas. Dan S war berdasar kemampuan pendanaan
AKSANSI merupakan wadah bagi KSM untuk saling
A masing-masing.
bertukar pengalaman dalam mengelola Sanimas Sanimas award bisa dilakukan
secara berkelanjutan. Sudah selayaknya juga apabila tingkat kota/kabupaten, tingkat provinsi atau
semua stakeholder, terutama pemerintah, menjaga tingkat nasional. Yang sudah memberikan Sanimas
kesinambungan layanan sanitasi bagi masyarakat miskin. Award adalah Provinsi Bali, Jawa Tengah dan DIY, dan
AKSANSI juga dapat difungsikan membantu untuk tingkat kota baru Kota Denpasar.
monitoring pelaksanaan dan pengelolaan Sanimas, Tim juri terdiri dari AKSANSI, pemda provinsi (untuk
terutama dalam aspek operasional dan maintenance. Ini tingkat provinsi) diwakili Dinas PU, serta LSM Pendamping.
diperlukan karena pemerintah dan LSM tidak punya cukup Dan di tingkat kota diwakili oleh dinas tingkat kota/
tenaga dan waktu untuk melakukan itu secara rutin dan kabupaten.
berkala. Untuk membiayai kegiatan Sanimas Award ini,
AKSANSI memperoleh dukungan dari BORDA melalui
Sanimas Award Balifokus, LPTP dan BEST serta bantuan dana dari Satker
Salah satu program kerja AKSANSI adalah menggelar PLP Pripinsi dan walikota. Untuk tahun 2010. AKSANSI
Sanimas Award, suatu penghargaan yang diberikan Bali bahkan sudah mendapatkan komitmen dari wakil
kepada kelompok swadaya masyarakat (KSM) pengelola gubernur Bali untuk penyelenggaraan Sanimas Award
Sanimas dan operator yang berprestasi. Prestasi diukur 2010. Mudah-mudahan propinsi lain akan menyusul. n
BORDA
135 Kabar AKSANSI
16. AKSANSI
di Berbagai Daerah
BORDA
dengan agenda yang sama
dengan di NTB.
Sebelumnya juga
dilakukan di Semarang untuk
pembentukan AKSANSI Wilayah
Jawa Tengah yang difasilitasi
oleh LPTP. Namun untuk
Jawa Tengah belum dibentuk
kepengurusan karena sementara
mempercayakan kepada wakil
Jawa Tengah yang masuk
sebagai salah satu anggota Pokja
AKSANSI yaitu Simanto dari KSM
Sanimas Perumahan Penyandang
Cacat dan Seniman Solo. Bahkan
K
AKSANSI Jawa Tengah pada akhir
2009 sudah berhasil melakukan
ebutuhan untuk melestarikan Sanimas yang kegiatan penilaian dalam rangka Sanimas Award tahun
sudah dibangun agar tetap berkelanjutan 2009.
sudah menjadi kebutuhan banyak KSM yang Pembentukan AKSANSI daerah yang pertama kali
sehari-sehari mengelola sarana Sanimas. dilakukan adalah di Propinsi Bali yang sudah dibentuk
Mereka ingin memperoleh masukan, saran dan sejak tahun 2008 atas dampingan dari BaliFokus. Adapun
pembelajaran sekaligus bertukar pengalaman dari KSM pengurus yang terpilih adalah Andi Maryono (Ketua) dari
yang di daerah lain. Oleh karena itu di beberapa provinsi KSM Segina Asri Kota Denpasar, Sekretaris Huda Nuryanto
sekarang telah dibentuk AKSANSI. (Sekretaris) dari KSM Pucuk sari Denpasar, dan Nengah
Kabar terbaru, NTB telah berhasil membentuk Jelantik (Bendahara) dari KSM Kusuma Bangsa Denpasar.
AKSANSI pada tanggal 10 Desember 2010 di Mataram. Bahkan AKSANSI Bali sudah berhasil melakukan penilaian
Pertemuan dihadiri seluruh KSM di NTB, diawali dengan untuk Sanimas Award sebanyak 2 kali, untuk tahun 2008
sharing informasi tentang pengelolaan Sanimas dari dan 2009.
masing-masing KSM, diskusi pemecahan masalah yang Untuk operasional kegiatan, AKSANSI Bali
dihadapi, input materi dari BaliFokus, penyusunan mendapatkan dukungan dari Pemda Provinsi melalui wakil
rencana tindak lanjut, termasuk pembentukan AKSANSI Gubernur. AKSANSI Bali relatif menjadi yang paling aktif di
Wilayah NTB dan pengurusnya. Mereka bersepakat untuk antara AKSANSI yang lain. Sedangkan pembentukannya,
melakukan pertemuan setidaknya satu kali tiap tahun dan termasuk di provinsi lain dibiayai bersama antara BORDA
menyelenggarakan Sanimas Award tahun 2010. dengan Satker PLP-PU di provinsi bersangkutan.
Pada hari kedua dilanjutkan pertemuan dengan Pembentukan AKSANSI daerah rata-rata baru bisa
pemda-pemda dan provinsi. Agenda yang dibahas adalah dilakukan setelah lahirnya AKSANSI pada tahun 2006 di
membahas rencana Pemda untuk pelaksanaan Sanimas Yogyakarta, yang didasari oleh kepedulian para pengurus
tahun berikutnya, pengenalan pengurus AKSANSI, diskusi KSM yang setiap tahun sampai tahun 2006 selalu
tentang kemungkinan support pemda dan provinsi kepada melakukan pertemuan sekali/tahun, yang kemudian
AKSANSI Wilayah NTB. mereka bersepakat untuk merintis AKSANSI dengan
Pertemuan yang sama juga dilakukan di Makassar menunjuk wakil-wakil dari tiap propinsi untuk menjadi
pada tanggal 5 November 2010. Pertemuan salah satu anggota Pokja untuk menggodok format
juga dilakukan dalam 2 hari, AKSANSI mau seperti apa. n
Kabar AKSANSI 136
17. KSM
Segina Asri
Terbaik se-Bali
B
ZEN
ertempat di beberapa pertanyaan terkait persoalan operasional
Gedung Santhi dan pemeliharaan prasarana, bagaimana pengguna
Graha, Walikota memelihara sistem dan infrastruktur. Setiap pertanyaan
Denpasar, dan jawaban dalam setiap aspek pilihan mencerminkan
Ida Bagus kondisi dan nilai yang berbeda.
Rai Dharmawijaya, Tim penilai sendiri terdiri dari beberapa stakeholder
menyerahkan Karya yang terkait dan terlibat dengan pengembangan Sanimas
Anugrah Sanimas di Bali yaitu Satker PLP PU Provinsi Bali, BaliFokus dan
(Sanimas Award) 2009 AKSANSI (Asosiasi KSM Sanimas Seluruh Indonesia)
untuk tingkat Kota wilayah Denpasar. Satker PLP PU Provinsi Bali diwakili
Denpasar pada 14 oleh Gede Surya, BaliFokus diwakili oleh Yudi dan Made
September 2009. Arsana Widyarta, sementara dari AKSANSI Bali diwakili
Pada kesempatan itu, koordinatornya sendiri yaitu Andi Maryono.
Walikota didampingi KSM Segina Asri dan KSM Buana Asri sebagai Juara I
langsung oleh dan Juara II berhak untuk maju ke lomba Sanimas Award
Kepala Badan tingkat Provinsi Bali mewakili kota Denpasar. Penghargaan
Lingkungan Hidup untuk tingkat kota Denpasar ini adalah tindak lanjut dari
Kota Denpasar, Sanimas Award 2008 yang pada waktu itu hanya bisa
Ir.A.A.Bagus dilaksanakan untuk tingkat Provinsi Bali saja.
Sudharsana, Pada lomba Sanimas Award untuk tingkat Provinsi Bali
dan Direktur 2009, KSM Segina Asri ternyata kembali menjadi yang
BaliFokus, terbaik. Juara II jatuh kepada KSM Indah Lestari dari Delod
Yuyun Ismawati. Peken, kabupaten Tabanan. Sementara KSM Tegal Mawar
Adapun para pemenang Bersemi dari Banjar Bali, kabupaten Buleleng meraih Juara
Sanimas Award 2009 tingkat Kota III. Adapun Juara Harapan diraih oleh KSM Bunga Indah
Denpasar adalah KSM Segina Asri (Pamecutan Kelod, Lestari dari Banjar Kelod Kauh, kabupaten Gianyar.
Denpasar Barat) yang berhak menggondol piala dan Tujuan diselenggarakan Sanimas Award ini adalah
uang pembinaan sebesar dua juta rupiah. Juara II jatuh untuk memberikan penghargaan atau apresiasi kepada
kepada KSM Buana Asri (Tegal Kerta, Denpasar Barat) yang masyarakat, terutama Kelompok Swadaya Masyarakat
berhak membawa piala dan uang pembinaan sebesar (KSM) dan para operator Sanimas, yang telah secara aktif
1,5 juta rupiah. Sementara untuk juara harapan jatuh ke ikut berpartisipasi dalam upaya perbaikan lingkungan
tangan KSM Pucuk Sari yang berhak atas piala dan uang hidup melalui penanganan sanitasi di daerah perkotaan di
pembinaan sebesar 1 juta rupiah. Indonesia.
Sanimas Award 2009 untuk tingkat Kota Denpasar ini Rencananya, Sanimas Award ini juga akan
diikuti oleh empat KSM (Kelompok Swadaya Masyarakat) diselenggarakan di wilayah-wilayah lain yang sudah
yaitu KSM Pucuk Sari dari Kecamatan Ubung, KSM Kusuma mengembangkan Sanimas, baik itu di tingkat kabupaten/
Bangsa dari Desa Pemecutan Kaja, KSM Segina Asri dari kotamadya maupun di tingkat provinsi. Ke depan, Sanimas
Desa Pemecutan Kelod dan KSM Bhuana Asri dari Desa Award ini juga dilengkapi dengan kategori-kategori lain
Tegal Kertha. secara lebih lengkap dan spesifik, seperti untuk
Aspek-aspek yang menjadi penilaian para dewan juri kategori TFL terbaik, KSM dengan sistem MCK
di antaranya adalah aspek teknis, aspek kelembagaan Plus++ terbaik mau un KSM dengan sistem
p
dan aspek keuangan. Dalam setiap aspek evaluasi, ada perpipaan komunal terbaik. n
137 Kabar AKSANSI
18. S
ZEN
ore itu, menjelang maghrib, Bali. Tak hanya itu, ia juga terlibat sebagai salah satu Ketua KSM paling
di depan sebuah kios kecil, aktif dalam pembentukan AKSANSI aktif di seantero Bali. Sebelum
Andi Maryono mengenakan di tingkat pusat. Boleh dibilang, Andi menggagas AKSANSI dan menjadi
baju koko berwarna biru Maryono adalah salah satu founding Koordinator AKSANSI wilayah Provinsi
terang lengkap dengan fathers AKSANSI. Bali, ia adalah Ketua KSM Segina
peci putih yang sangat bersih. Duduk “Saya ikut menggagas AKSANSI. Asri, pengelola fasilitas Sanimas yang
di bangku sebuah kios kecil, ia Saat rapat pembentukan AKSANSI berada di Gang Segina, Pemecutan
mengacungkan telunjuknya ke arah pada 2006, salah satu hasilnya Kelod, Denpasar Barat. Lubang-
lubang penutup Instalasi Pengolahan adalah dibentuk Pokja yang tugasnya lubang IPAL yang tadi ditunjuk oleh
Air Limbah (IPAL) yang tertanam di mempersiapkan draft Anggaran Andi Maryono adalah IPAL dari
bawah badan jalan. Ujarnya, “Ke Dasar AKSANSI. Ada lima orang yang Sanimas yang pengelolaannya ia
depan, AKSANSI akan membantu para ditunjuk. Salah satunya adalah saya. pimpin sendiri.
operator yang sehari-hari mengurusi Empat lainnya adalah Pak Pangki Sebagai koordinator AKSANSI
lubang-lubang IPAL dan tetek bengek dari Mojokerto, Pak Simanto dari wilayah Provinsi Bali, Andi Maryono
perawatan fasilitas Sanimas lainnya.” Surakarta, Pak Arief dari Yogyakarta dibantu oleh Huda. Orang terakhir
AKSANSI atau Asosiasi KSM dan Pak Mumuy dari Jawa Barat. ini adalah operator fasilitas Sanimas
Sanimas Seluruh Indonesia adalah Masing-masing mewakili provinsinya di Pucuk Sari, Ubung, Denpasar. Di
wadah bagi para pengurus KSM masing-masing. Kami bertemu AKSANSI wilayah Provinsi Bali, Huda
(Kelompok Swadaya Masyarakat) yang secara rutin dua bulan sekali. Pada ditunjuk sebagai sekretaris. Jangan
sehari-hari menjadi pengelola fasilitas pertemuan yang berlangsung sekitar heran jika Huda ke mana-mana selalu
Sanimas yang kini sudah tersebar akhir 2007 itulah akhirnya Anggaran membawa flash disk. “Untuk jaga-jaga
di ratusan kota di Indonesia. Andi Dasar AKSANSI bisa disahkan,” jika ada orang yang butuh informasi
Maryono sendiri adalah Koordinator paparnya lagi dengan jelas. dan data soal Sanimas, seperti Anda
AKSANSI untuk wilayah Andi Maryono ditunjuk untuk sekarang ini,” ujar Huda kepada tim
Provinsi mewakili Bali karena dia dianggap Percik.
Kabar AKSANSI 138
19. Seperti halnya Andi Maryono, terhitung kecil. Maka AKSANSI merasa juga akan terus mengembangkan
empat orang penggagas AKSANSI perlu memberikan semacam apresiasi Sanimas.
lain yang terlibat dalam Pokja kepada mereka. Biar bagaimana pun, Tak hanya itu, AKSANSI juga
pembentukan Anggaran Dasar mereka sudah membantu upaya berencana akan membantu tugas
AKSANSI itu juga menjadi koordinator pemerintah untuk aktif dalam soal monitoring lokasi Sanimas yang sudah
di provinsinya masing-masing. penanganan sanitasi dan perbaikan beroperasi. Bukan maksud AKSANSI
Mereka bekerja dengan struktur lingkungan di perkotaan, paling tidak untuk menggarap wilayah kerja para
yang tidak kaku. Kepemimpinannya dalam lingkup tempat tinggal mereka TFL (Tenaga Fasilitator Lapangan),
berlangsung secara kolektif. Sampai sendiri. tapi semata untuk membantu para
sekarang juga begitu. Masing-masing Ketika AKSANSI wilayah TFL yang sudah banyak bekerja pada
anggota Pokja yang lima di awal itu Provinsi Bali berdiri, barulah Andi tahapan pra-pembangunan.
diberi tugas untuk menghidupkan Maryono merasakan mulai adanya “Monitoring yang kami maksudkan
AKSANSI di masing-masing perhatian dari pemerintah. “Saat itu lebih ke area yang memang
provinsinya. kami mengadakan Sanimas Award kami sudah terbiasa melakukannya
Andi Maryono bercerita untuk tingkat Provinsi Bali maupun di Sanimas kami masing-masing,
tidak mudah menyusun dan tingkat Kota/Kabupaten, pemerintah yaitu dalam hal operasional dan
menyelenggarakan program-program memberikan bantuan dana. Tahun maintenance. Kami sudah terbiasa
AKSANSI. Kendala terbesarnya adalah kemarin kami dapat melakukannya sehari-
ketiadaan dana. Selama ini, kerja- bantuan sebesar Rp.12 hari di tempat masing-
kerja AKSANSI lebih banyak disokong juta untuk Sanimas Kendala masing. Mungkin ini bisa
oleh BORDA. BORDA itu pula yang Award,” kenang Andi terbesarnya membantu kurangnya
sedari awal menjadi inisiator sekaligus Maryono. adalah atau terbatasnya
penyokong terbesar pembentukan Semua dana itu dia- ketiadaan tenaga TFL,” papar Andi
AKSANSI. lokasikan terutama un- dana menjelaskan rencana
Ia mengaku, perhatian pemerintah tuk hadiah para peme- program AKSANSI ke
mulanya sama sekali tidak ada. nang Sanimas Award. depan.
“Mungkin karena pemerintah Untuk tingkat kota/kabupaten, kami Ia sendiri terus melakukan
itu tidak atau belum terlalu tahu memberikan hadiah sebesar Rp.2 koordinasi dengan pengurus
mengenai AKSANSI, berikut visi juta, Rp.1,75 juta, Rp.1,5 juta dan AKSANSI, setidaknya di wilayah
dan rencana program-program Rp.750 ribu untuk para pemenang Bali. Ia secara rutin memperbaharui
kerjanya. Ini barangkali menjadi dari juara I, II, III hingga juara ha informasi mengenai perkembangan
kendala tersendiri. Kami sendiri rapan. Sementara untuk pemenang operasionalisasi fasilitas-fasilitas
terus mencoba menyosialisasikan Sanimas Award tingkat Provinsi Bali Sanimas yang ada di Provinsi Bali,
keberadaan AKSANSI. LSM BaliFokus hadiahnya lebih besar yaitu Rp.2,5 tidak hanya di Denpasar.
ikut membantu hal itu dengan juta, Rp.2 juta, Rp.1,5 juta dan Rp.1 Tak hanya itu, ia juga aktif
mengadakan seminar setengah hari juta masing-masing untuk juara I, II, III menyokong dan mendorong wilayah-
pada April 2008. Waktu itu hadir dan juara harapan. wilayah lain yang belum membentuk
delapan KSM yang ada di Bali. Hadir Andi Maryono dan AKSANSI AKSANSI untuk segera melakukannya.
pula wakil dari pihak pemerintah,” berharap program-program ke depan “Saya baru-baru ini pergi ke Makasar.
papar Andi Maryono lagi. tidak hanya menyelenggarakan Sekitar bulan November 2009 saya
Setelah pertemuan itu, perhatian Sanimas Award. Mereka ingin ke Makasar untuk membantu teman-
pemerintah mulai muncul. Salah melangkah lebih jauh, termasuk teman di sana membentuk AKSANSI
satunya adalah menyokong program ikut mengusahakan agar untuk wilayah Provinsi Sulawesi
Sanimas Award yang dirancang oleh program Sanimas ini bisa terus Selatan. Bulan berikutnya, sekitar
AKSANSI bersama BORDA. Sanimas berkelanjutan. Caranya, mereka Desember 2009, saya juga pergi ke
Award dibuat mulanya sebagai upaya akan terus mengkampanyekan dan Nusa Tenggara Barat untuk tugas yang
memberi perhatian kepada para menyosialisasikan keberhasilan- sama dengan di Makasar. Di sana
pengurus KSM. Mereka dianggap keberhasilan Sanimas. Dengan itu saya berperan sebagai
sudah bekerja keras, kebanyakan diharapkan bukan hanya warga di fasilitator,” ujarnya
tidak diberi honor tetap, kecuali para tempat lain akan tertarik dengan dengan bangga. n
operator, itu pun dengan jumlah yang Sanimas, tapi diharapkan pemerintah
139 Kabar AKSANSI
20. Testimoni
Kisah
Sanimas dari
Balik Layar
P
emerintah sendiri bukanlah satu-satunya dipanggil oleh World Bank dan ditanya sejumlah
stakeholder dalam pengembangan Sanimas. hal terkait kemungkinan berhasil atau gagalnya
Sejak dimulai pada tahapan ujicoba, pengembangan Sanimas ini.
pemerintah –saat itu masih melalui “Kami bertiga (Andy Ulrich dan Teguh Sumiyarsa)
Bappenas—sudah bermitra dengan banyak dipanggil untuk menghadap ke World Bank. Kami ditanya,
kalangan, dari mulai lembaga donor (World Bank dan apakah kami yakin Sanimas bisa dilaksanakan. Pihak
AusAid) sampai beberapa LSM yang memang peduli World Bank mengungkapkan jangan-jangan Sanimas
dengan persoalan sanitasi, terutama BORDA dan mitranya hanyalah proyek jalan-jalan untuk berjualan konsep
seperti LPTP, BEST dan BALIFOKUS. perbaikan sanitasi,” kenang Ibnu.
Dalam fase mempersiapkan dimulainya tahap Waktu itu, Ibnu disarankan lebih baik mundur sejak
ujicoba sempat ada pertanyaan mengenai benarkah awal jika tidak yakin, mumpung masih ada waktu dan
Sanimas memang dibutuhkan oleh masyarakat. Ada program belum berjalan. “Kemudian Andy Ulrich hanya
kekhawatiran Sanimas tidak lebih dari program LSM untuk menjawab singkat: kami optimis bisa berhasil.”
meningkatkan posisi tawarnya di depan lembaga donor. Setelah tahap uji coba di enam daerah di Jawa Timur
Terlebih secara konsep, pada saat itu, Sanimas masih jauh dan satu daerah di Bali pada 2003 dianggap berhasil,
dari teruji, bisa dibilang belum terlalu matang. kehendak untuk melanjutkan pengembangan Sanimas
Ibnu Singgih Pranoto dari LPTP sebagai CBO Expert sama sekali tak berkurang kendati lembaga donor tidak
waktu itu menceritakan bagaimana dirinya sempat lagi memberikan dana hibah. Inisiatif dan komitmen
BORDA
140
21. kuat dari Bappenas untuk melanjutkan program Sanimas waktu kemudian , kami baru mengetahui kalau dana dari
membuat ketiadaan dana hibah dari lembaga donor pusat ini hanya bisa diberikan dalam bentuk material,
bukan menjadi persoalan. tidak bisa dalam bentuk tunai,” ungkap Oswar Mungkasa,
“Saat itu lembaga donor tidak lagi memberikan dana Koordinator Sekretariat Pokja AMPL.
hibah, kalau mau skemanya adalah pakai dana pinjaman. BORDA yang memang telah memiliki pengetahuan
Pak Basah Hernowo dari Bappenas, yang sejak awal dan pengalaman teknis di lapangan akhirnya menawarkan
memang membidani lahirnya Sanimas, bukan hanya solusi dengan memberikan pelatihan pada para Kelompok
bersikeras meneruskan Sanimas, tapi juga tidak mau Swadaya Masyarakat (KSM) mengenai kualitas material.
menerima pinjaman atau hutang dari lembaga donor,” “Oke, tidak apa-apa kalau pemerintah pusat hanya bisa
ujar Surur Wahyudi dari BORDA. memberikan material. Biar nanti kami yang melatih para
Itu sebabnya, setelah fase uji coba pertama pada 2003 KSM itu agar bisa mengontrol kualitas materialnya, karena
selesai, tahun 2004 menjadi satu fase krusial bagi Sanimas jika kualitas materialnya tidak standar maka kualitas
karena di situlah terjadi pemindahan atau BORDA
pengalihan dari dana hibah lembaga donor
menjadi dana pemerintah. Sebagian alokasi
dana yang tadinya dari lembaga donor
akhirnya digantikan oleh dana pemerintah
pusat melalui APBN.
“Ini sebetulnya mempermudah kami
dalam berkomunikasi dengan teman-teman
LSM lain. Karena memang juga harus diakui
teman-teman LSM sangat kritis terhadap
soal hutang pemerintah yang menjadi salah
satu penyebab krisis 1998. Saya sampaikan
kepada teman-teman, silakan dicek dan
diaudit, tidak ada sama sekali hutang dari
luar negeri yang dipakai untuk Sanimas,” urai
Surur Wahyudi lagi.
BORDA sebagai mitra
pemerintah sejak tahap uji coba
Sanimas pada 2003 mencatat
Saya sam
peran penting Pokja AMPL.
kepa paikan
Pokja inilah yang selama ini temada teman-
sesungguhnya berperan untuk dicek n, silakan
mengatur “irama” kerja di tidakdad diaudit,
an bangunan Sanimas juga akan menjadi jelek,” ujar Surur
sek i a sama
dari lalahutang
antara para stakeholder lagi.
yang terlibat dalam isu- u n
yang drp egeri Improvisasi semacam itulah yang membuat kendala-
isu AMPL, termasuk untuk S i akai kendala birokratis di lapangan, terlebih pada masa ujicoba
Sanimas, karena fungsi animas 2003 sampai 2004, bisa lebih mudah di atasi. Keberhasilan
POKJA AMPL memang melewati fase krusial pada 2003 saat tahap ujicoba dan
menjadi fasilitator dari fase krusial 2004 saat terjadi pengalihan pendanaan dari
beberapa departemen terkait untuk isu- lembaga donor ke pendanaan pemerintah, membuat
isu AMPL, terutama antara Bappenas dan PU, juga dengan Sanimas kian memiliki bentuk dan pola yang makin
pemerintah daerah. jelas. Keberhasilan ujicoba 2 kali di kota dan kabupaten
Di tahap awal tersebut, Pokja AMPL menyediakan yang sama, kemudian menarik minat Departemen
dana dari anggaran lain-lain (anggaran 69) sebagai Pekerjaan Umum, terutama melalui Susmono, Direktur
pengganti dana hibah AusAID di tahun sebelumnya. “Kita Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman,
menyisihkan dana 700 juta yang bersumber dari pos Ditjen Cipta Karya. Hal ini dengan mudah dapat
anggaran 69, dan langsung diberikan masing-masing Rp. dilakukan karena selama masa uji coba dan
100 juta ke tujuh kota/kabupaten yang berminat untuk replikasi awal, Departemen PU merupakan
replikasi Sanimas pada tahun 2004 itu. Tapi beberapa penanggungjawab pelaksanaan
141 Testimoni
22. Sanimas di pihak pemerintah. Selain itu, mereka juga
bagian dari Pokja AMPL.
Surur Wahyudi dan Oswar sepakat bahwa momen
untuk replikasi atau lebih tepat disebut sebagai “ujicoba
ulang” itu dimulai pada seminar yang berlangsung di Bali
pada April 2004. Saat itu tujuh Pemda yang melaksanakan
Sanimas pada 2003 (Kota Denpasar, Kota Pasuruan,
Kabupaten Sidoarjo, Kabupaten Pamekasan, Kota
Mojokerto, Kota Blitar dan Kota Kediri) berkumpul setelah
selesai seminar karena kota dan kabupaten tersebut
sudah mengirimkan surat minat melalui BORDA dan
diteruskan ke Basah Hernowo selaku Direktur Permukiman
dan Perumahan BAPPENAS untuk ujicoba lanjutan.
Pertemuan tersebut difasilitasi oleh Oswar Mungkasa
dari Pokja AMPL dan juga dihadiri Alfred Lambertus dari
WSP. Dari pertemuan tersebut kemudian disepakati untuk
melakukan pertemuan lanjutan di Jakarta (BAPPENAS).
Keberhasilan ujicoba kedua itu, telah membuktikan
bahwa Sanimas bisa didanai melalui pendanaan bersama
antara APBN, APBD, masyarakat serta LSM/Donor.
“Di situlah saya ‘ditantang’ Pak Susmono, kalau tidak melatih mereka agar siap bekerja di lapangan rasanya
salah beliau masih menjadi Kasubdit Wilayah Tengah, sangat berat. Banyak sekali pengalaman program yang
bahwa kalau Sanimas di tujuh kota itu memang bisa kemudian gagal justru ketika di-scale up karena tidak siap
berhasil, bagaimana di kota lain? Kemudian jumlah SDM-nya. Tetapi rupanya beliau punya alasan tersendiri.
propinsi dan kota/kabupatennya ditambah dua yakni Jawa Beliau bilang bahwa kalau Sanimas cuma dilaksanakan di
Tengah dan Yogyakarta, sehingga tahun 2005 dilakukan bawah 10 lokasi itu tidak akan dilirik orang,” kenang Surur
di 4 provinsi, yakni Bali, Jawa Timur, Jawa Tengah dan pahit, yang waktu itu hanya berani berkeluh kesah kepada
DIY, sekaligus dilakukan beberapa penyempurnaan untuk Handy B. Legowo, staf Susmono yang juga sejak awal ikut
modul implementasinya, termasuk kelembagaan di membidani Sanimas.
pemerintah,” kenang Surur. BORDA tentu saja awalnya merasa keberatan dengan
Karena lokasi tambahan dinilai berhasil angka 100 lokasi per tahun. Sejak 2003, lokasi Sanimas
mengembangkan Sanimas, Departemen PU kemudian tidak lebih dari 10 - 15 per tahunnya. BORDA lantas
ingin mengembangkan dalam skala lebih massal dengan menawarkan separuhnya, sekitar 50 lokasi per tahun agar
mengusulkan 100 lokasi di tahun 2006 melalui APBN lebih manageable dan chance of success¬-nya lebih tinggi.
dengan format program dan pendanaan yang sudah “Tapi Pak Susmono malah bilang, oke kalau Anda cuma
dilakukan pada tahun 2005. Apalagi setelah Agus sanggup 50, sisanya biar PU nanti yang garap. Padahal,
Wijanarko, Dirjen Cipta Karya kala itu, melihat langsung kan, bukan begitu maksudnya,” lanjut Surur.
Sanimas di Kota Pasuruan. Setelah momentum itulah, kata Dari situlah repikasi Sanimas dalam skala masif mulai
Surur Wahyudi, Dirjen memberikan lampu hijau untuk dikembangkan pada 2006, kali ini langsung ditangani oleh
replikasi Sanimas dalam skala besar. Departemen PU, melalui Direktorat Pengembangan PLP,
Susmono, yang waktu itu sudah menjabat sebagai tidak lagi oleh Direktorat Permukiman dan Perumahan,
Direktur Pengembangan Penyehatan Lingkungan BAPPENAS. Replikasi Sanimas terus berlanjut hingga
Permukiman di Departemen PU merencanakan tahun sekarang, termasuk dengan sanitasi dari DAK pada 2010,
2006 Sanimas bisa dilaksanakan di 100 lokasi. yang namanya kemudian menjadi Sanitasi Lingkungan
“Saya ingat sekali pada waktu itu ‘dunia persanitasian’ Berbasis Masyarakat/SLBM, tetapi didalamnya tetap ada
di Indonesia seperti kebakaran jenggot, banyak pihak Sanimas.
pesimis, terus terang termasuk saya sendiri, karena Sekitar akhir 2005 atau awal 2006, ada dorongan
SDM tidak bisa disiapkan dalam waktu cepat. Mencari untuk mengganti nama Sanimas menjadi Sanitasi Berbasis
fasilitator dalam jumlah yang banyak dan dalam waktu Masyarakat. “Saya bilang kalau di Jawa banyak yang
singkat, apalagi untuk kerja di sektor yang namanya Slamet, katanya karena anak itu sakit-sakitan
kotor dan berbau, serta terus, nama anak itu diganti menjadi Slamet, dan anak
Testimoni 142
23. BORDA
mengenalkan, menginisiasi dan mengkampanyekan hal-hal
baru itu sebenarnya juga mengambil alih resiko jika ada
kegagalan. “Kalau satu departemen yang mengenalkan hal
baru dan ternyata gagal, resikonya besar dan implikasinya
juga kompleks. Kalau Pokja yang memulai, kalau pun
gagal, paling ya… cuma kami-kami di Pokja ini yang ‘merah
mukanya’,” papar Oswar.
BORDA sangat mengapresiasi peran Pokja AMPL ini.
Saat Jim Woodcock, WSP, tahun 2004 bertanya pada Surur
Wahyudi ihwal instansi atau departemen mana yang bisa
melaksanakan Sanimas, Surur dengan enteng menjawab:
Departemen Pokja AMPL. Tentu saja jawaban itu tidak
serius, karena Pokja AMPL jelas bukanlah departemen,
tapi jawaban itu setidaknya bisa memberikan gambaran
bagaimana apresiasi LSM terhadap inisiatif yang kuat
dari Pokja AMPL untuk mengakselerasi program-
program sanitasi, terutama Sanimas.
satu
Kaaauemkan en Tidak mengherankan jika banyak lembaga donor
l
rt l khususnya LSM internasional yang datang ke Pokja
dep genau dan
menl bar gagal,r Dalam refleksi Oswar, kerjasama dengan Pokja
untuk mengajak bekerjasama dalam bidang AMPL.
tersebut sehat wal-afiat dan tidak hayata besa
pernah sakit-sakitan lagi. Tetapi
tern onya
k
mungkin membuat lembaga-lembaga donor itu
kalau menggunakan logika tadi, resi bisa mendapatkan dua hal sekaligus. Pertama,
Sanimas kan tidak sakit, dan harap kerjasama dengan pemerintah dirasa penting karena
diingat bahwa Pemda-pemda saat itu biasanya kinerja sebuah program bisa lebih maksimal.
sedang menunggu buku Panduan Sanimas. Melalui Pokja AMPL mereka bisa merintis kerjasama
Kalau kemudian diberikan buku panduan lain tentu dengan pemerintah. Perlu diingat bahwa Pokja adalah
mereka akan bingung. Ibarat minta ikan dikasih tempe, lembaga yang terdiri dari beberapa instansi pemerintah,
atau sebaliknya, pasti mereka akan menolak,” kenang Bekerja sama dengan Pokja AMPL akan lebih mudah tanpa
Surur. perlu terbelenggu oleh birokrasi pemerintah yang berbelit-
Bagi Pokja AMPL sendiri yang sejak 2003 belit. Kedua, luasnya jaringan kerja Pokja AMPL memberi
menjadi sponsor utama mewakili pemerintah dalam peluang terjadinya kerjasama yang lebih luas tidak hanya
pengembangan Sanimas sama sekali tidak terganggu dengan pemerintah tetapi bahkan dengan LSM dan
dengan keterlibatan penuh PU dalam replikasi Sanimas lembaga donor lain..
sejak 2006. “Setelah Sanimas ditangani oleh PU, saya Sanimas sendiri akhirnya bisa dicatat sebagai salah
justru merasa lebih percaya diri lagi dengan Pokja AMPL. satu model kerjasama yang cukup baik antara pemerintah
Sebab, peran Pokja dengan demikian bisa dianggap dan LSM. Dalam sejarahnya, hubungan antara LSM dan
berhasil,” kenang Oswar Mungkasa. pemerintah itu tidak selalu mesra. Surur Wahyudi sendiri
Bukan maksud Pokja AMPL untuk menjadi menyadari persoalan itu. Dalam satu kesempatan, saat
pelaksana program pembangunan, tapi Pokja AMPL berbicara dengan para Satker Provinsi di Palembang
hanya menginisiasi satu program pembangunan yang pada 2006, ia berbicara pentingnya melibatkan LSM
sebelumnya tidak ada, seperti misalnya Sanimas dan dalam pengembangan Sanimas. Tanggapan para Satker
Community-Led Total Sanitation (CLTS) yang kemudian dari pemerintah rata-rata terkejut, defensif dan negatif.
menjadi Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) . Selain Mereka beranggapan LSM tidak lebih dari orang-orang
menginisiasi program, Pokja juga terlibat dalam kampanye yang hanya tukang demo dan mencari keuntungan dari
publik dari program-program baru itu. Jika akhirnya pemerintah.
Sanimas diambil alih oleh PU dalam pengembangannya, “Saya katakan pada mereka, jumlah LSM itu sama
maka bisa dibilang Pokja AMPL sudah berperan sesuai visi banyaknya dengan isu yang ada di Indonesia.
awalnya. Tiap isu pasti ada LSM-nya. Tapi dalam soal
“Saya jadi merasa percaya diri dengan Pokja AMPL ini,” sanitasi, saya bisa tunjukkan nama-nama
urai Oswar lagi. Oswar menambahkan, peran Pokja dalam LSM yang bagus dan terbukti
143 Testimoni