Dokumen tersebut membahas tentang hematinika atau obat pembentuk darah. Terdapat tiga jenis hematinika yaitu zat besi, vitamin B12, dan asam folat yang diperlukan untuk membentuk sel darah merah. Kekurangan ketiga zat tersebut dapat menyebabkan anemia, yang ada dua jenisnya yaitu anemia feriprive karena kekurangan zat besi dan anemia megaloblaster karena kekurangan vitamin B12 atau asam folat.
2. Hematinika atau obat-obat pembentuk darah yaitu
obat-obat yang khusus digunakan untuk merangsang
atau memperbaiki proses pembentukan sel darah
merah ( erythropoesis).
Sel darah merah dibentuk dalam sumsum tulang
pipih, untuk itu dibutuhkan zat besi, vitamin B12 dan
asam folat.
Zat besi untuk membentuk hemoglobin,
vitamin B12 dan asam folat untuk membentuk sel
darah merah.
Zat tersebut diperoleh dari makanan dan ditimbun
dalam jaringan, terutama hati dan sumsum tulang.
Vitamin B12 dapat disintesa dalam usus besar oleh
bakteri, tapi tak dapat memenuhi kebutuhan tubuh,
sebab vitamin ini terikat dalam protein dan
penyerapannya berlangsung dalam ileum.
3. ANEMIA
Anemia adalah keadaan dimana kadar Hb
dan atau eritrosit berkurang. Orang
dikatakan menderita anemi bila kadar Hb
kurang dari 8 mmol/lt pada pria atau 7
mmol/lt pada wanita.
Ada dua jenis anemia yaitu :
Anemia Feriprive
Anemia Megaloblaster
4. Anemia Feriprive
Disebabkan oleh kekurangan zat besi, dengan
tanda-tanda Hb dibawah normal(hypochrom),
eritrosit lebih kecil (microcyter), anemi ini sering
disebut dengan anemi hypochrom, anemi
microcyter, anemi sekunder.
Anemia Megaloblaster
Disebabkan ole kekurangan vitamin B12 atau
asam folat, dengan tanda-tanda sel darah merah
membesar (macrocyter) dengan kadar Hb normal
atau lebih tinggi (hyperchrom), disebut juga anemi
primer. Dalam keadaan yang lebih berat disebut
anemia pernisiosa
7. Anemia lainnya
Merupakan bentuk anemia serius yang tak ada
hubungannya dengan kekurangan zat besi maupun
vitamin. Termasuk kedalam golongan ini adalah :
Anemia aplastis, yaitu eritrosit atau unsur darah lainnya
tidak terbentuk. Penyebabnya antara lain faktor keturunan
(disebut juga anemia aplastis primer atau congenital);
rusaknya tulang akibat efek samping obat seperti
kloramfenikol, karbimazol, sitostatika (disebut juga anemia
aplastis sekunder).
Anemia hemolitis, yaitu eritrosit rusak, Hb dilarutkan dala
serum dan dieksresikan lewat urin, misalnya malaria
tropika..
8. PENGOBATAN
Berhubung anemi hanya merupakan gejala, maka
sebelum melakukan pengobatan perlu ditentukan
jenis anemi dengan menentukan kadar zat besi,
vitamin B12 dan asam folat, agar dapat diberikan
terapi yang tepat.
Anemi feriprive dapat dihilangkan dengan
pemberian preparat besi, sedangkan
penyebabnya mungkin tetap ada misalnya tumor
atau borok lambung yang juga harus diobati,
sebab bila hanya memberi preparat besi tanpa
mengobati penyebabnya, anemi tidak akan bisa
diatasi.
Zat-zat anti Anemi :
9. Asam Folat
Sumbernya sayuran berwarna hijau, hati, ragi, buah-buahan.
Dalam bahan makanan asam folat terdapat dalam
senywa konjugasi (poliglutamat). Senyawa ini dalam hati
akan diuraikan oleh enzim dan direduksi menjadi zat
aktifnya (tetra hidro folic acid). Zat ini untuk sintesa DNA
dan RNA serta pembelahan sel.
Zat Besi (Fe)
Dalam makanan zat besi terikat sebagai feri kompleks,
tetapi dalam lambung diubah menjadi fero klorida.
Resobsinya hanya berlangsung dalam duodenum, dalam
lingkungan asam , garam fero lebih mudah larut. Setelah
diserab dalam darah , maka akan bergabung dalam
protein menjadi feritin yang disimpan sebagai cadangan,
sebagian diangkut ke dalam sumsum tulang, hati dan sel-sel
lain untuk sintesa hemoglobin dan enzim zat besi
(metalo enzim). Kebutuhan zat besi sehari 1-2 mg.
10. Gejala kekurangan zat besi seperti anemia
hipokrom, yaitu pucat, letih dan lesu, jari-jari
dingin, jantung berdebar, nyeri lidah, kuku
dan kulit keriput. Defisiensi ini dapat
diberikan garam-garam ferro per-oral, misal
ferro fumarat, ferro sulfas, ferro klorida dan
lainnya.
Pemberian parenteral jika ada kelainan
lambung (perdarahan) atau rangsangan
yang hebat. Lagi pula ada bahaya over
dosis, sedangkan per-oral tidak akan terjadi
over dosis sebab ada ritangan kontrol usus,
kecuali pada anak-anak dimana kontrol usus
belum sempurna.
11. Vitamin B12 (Cyanocobalamin)
Sumber vitamin ini adalah makanan dari hewani :
hati, daging, telur susu dalam bentuk ikatan
dengan protein. Kebutuhan orang sehari 2-5
mcg.
Dalam lambung vitamin B12 dilepas dari ikatan
kompleknya dari protein oleh HCl yang segera
diikat oleh glukoprotein yang disebut intrinsik
faktor (Castle 1929) yang dihasilkan oleh
mukosa lambung bagian dasar. Dengan
pengikatan ini zat tersebut baru dapat diserap
oleh reseptor spesifik di usus halus (ileum).
Setelah diserab vitamin B12 diangkut dan
ditimbun dalam hati yang secara bertahap
dilepas sesuai kebutuhan tubuh. Defisiensi
vitamin B12 dengan gejal-gejala megaloblaster,
nyeri lidah, degenerasi otak, sumsum tulang,
depresi psikis. Pengobatan terutama dengan
injeksi oral vitamin B12 dengan kombinasi
intrinsik faktor (serbuk pylorus).
12.
13. ANEMIA PADA KEHAMILAN
Meskipun kebutuhan harian zat besi mengalami
peningkatan pada kehamilan, suplementasi rutin zat besi
tak diperlukan jika wanita tampak aktif memiliki gizi yang
baik dan makan makanan yang bergizi seimbang. Jika
terdapat bukti adanya defisiensi zat besi, tablet oral
suplemen zat besi dapat diberikan, karena tak ada bukti
bahwa pemberian suplemen tersebut dalam dosis terapi
membahayakan janin yang sedang tumbuh.
Kadar hemoglobin dibawah 8 gram/100 ml
pernah disertai dengan peningkatan resiko
enselopati neonatal di negara-negara
berkembang (Ellis et al, 2000). Konsentrasi
feritin serum yang rendah , khususnya dalam
trisemester pertama, pernah berkaitan dengan
peningkatan vaskularisasi serta ukuran plsenta,
retardasi pertumbuhan intrauteri dan berat
lahir yang rendah (Hindmarsh et al, 2000).
14. Efek Samping Terapi Zat Besi
Suplemen oral zat besi dapat
menyebabkan mual, muntah, kram
lambung, nyeri ulu hati dn konstipasi
(kadang diare). Namun derajat mual yang
ditimbulkan oleh setiap preparat
bergantung pada jumlah elemen zat besi
yang diserap. Takaran zat besi diatas 60
mg dapat menimbulkan efek samping yang
tidak bisa diterima ibu hamil sehingga
terjadi ketidak patuhan pemakaian obat
(Shatrugna et al, 1999).