"GEJALA ALAM ABIOTIK" Menganalisis Macam-Macam Banjir ( IPA SMK KELAS X)
Banjir
1. Banjir
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Karena banjir aktivitas masyarakat terhenti
Banjir adalah peristiwa terbenamnya daratan oleh air.[1] Peristiwa banjir timbul jika air
menggenangi daratan yang biasanya kering.[2] Banjir pada umumnya disebabkan oleh air
sungai yang meluap ke lingkungan sekitarnya sebagai akibat curah hujan yang tinggi.[1]
Kekuatan banjir mampu merusak rumah dan menyapu fondasinya.[3] Air banjir juga
membawa lumpur berbau yang dapat menutup segalanya setelah air surut.[3] Banjir adalah
hal yang rutin.[4] Setiap tahun pasti datang.[4] Banjir, sebenarnya merupakan fenomena
kejadian alam "biasa" yang sering terjadi dan dihadapi hampir di seluruh negara-negara
di dunia, termasuk Indonesia.[5] Banjir sudah temasuk dalam urutan bencana besar, karena
meminta korban besar.[6]
Ciri-Ciri Banjir
Bencana banjir memiliki ciri-ciri dan akibat sebagai berikut.[7]
• Banjir biasanya terjadi saat hujan deras yang turun terus menerus sepanjang hari.
• Air menggenangi tempat-tempat tertentu dengan ketinggian tertentu.
• Banjir dapat mengakibatkan hanyutnya rumah-rumah, tanaman, hewan, dan
manusia.
• Banjir mengikis permukaan tanah sehingga terjadi endapan tanah di tempat-
tempat yang rendah.
• Banjir dapat mendangkalkan sungai, kolam, atau danau.
• Sesudah banjir, lingkungan menjadi kotor oleh endapan tanah dan sampah.
• Banjir dapat menyebabkan korban jiwa, luka berat, luka ringan, atau hilangnya
orang.
• Banjir dapat menyebabkan kerugian yg besar baik secara moril maupun materiil.
Jenis-Jenis Banjir
Berdasarkan sumber air yang menjadi [penampung]] di bumi, jenis banjir dibedakan
menjadi tiga, yaitu banjir sungai, banjir danau, dan banjir laut pasang.[8]
• Banjir Sungai
Terjadi karena air sungai meluap.
• Banjir Danau
2. Terjadi karena air danau meluap atau bendungannya jebol.
• Banjir Laut pasang
Terjadi antara lain akibat adanya badai dan gempa bumi.
Banjir merugikan banyak pihak
Penyebab Terjadinya Banjir
Secara umum, penyebab terjadinya banjir adalah sebagai berikut.[2]
• Penebangan hutan secara liar tanpa disertai reboisasi,
• Pendangkalan sungai,
• Pembuangan sampah yang sembarangan, baik ke aliran sungai mapupun gotong
royong,
• Pembuatan saluran air yang tidak memenuhi syarat,
• Pembuatan tanggul yang kurang baik,
• Air laut, sungai, atau danau yang meluap dan menggenangi daratan.
Dampak Dari Banjir
Banjir dapat menimbulkan kerusakan lingkungan hidup berupa:[1]
1. Rusaknya areal pemukiman penduduk,
2. Sulitnya mendapatkan air bersih, dan
3. Rusaknya sarana dan prasarana penduduk.
Banjir adalah dimana suatu daerah dalam keadaan tergenang oleh air dalam jumlah
yang begitu besar. Sedangkan banjir bandang adalah banjir yang datang secara tiba-
tiba yang disebabkan oleh karena tersumbatnya sungai maupun karena pengundulan
hutan disepanjang sungai sehingga merusak rumah-rumah penduduk maupun
menimbulkan korban jiwa.
Bencana banjir hampir setiap musim penghujan melanda Indonesia. Berdasarkan nilai
kerugian dan frekuensi kejadian bencana banjir terlihat adanya peningkatan yang
cukup berarti. Kejadian bencana banjir tersebut sangat dipengaruhi oleh faktor alam
berupa curah hujan yang diatas normal dan adanya pasang naik air laut. Disamping itu
faktor ulah manusia juga berperan penting seperti penggunaan lahan yang tidak tepat
(pemukiman di daerah bantaran sungai, di daerah resapan, penggundulan hutan, dan
sebagainya), pembuangan sampah ke dalam sungai, pembangunan pemukiman di
daerah dataran banjir dan sebagainya.
3. Kenali Penyebab Banjir
• Curah hujan tinggi
• Permukaan tanah lebih rendah dibandingkan muka air laut.
• Terletak pada suatu cekungan yang dikelilingi perbukitan dengan pengaliran air
keiuar sempit.
• Banyak pemukiman yang dibangun pada dataran sepanjang sungai.
• Aliran sungai tidak lancar akibat banyaknya sampah serta bangunan di pinggir
sungai.
• Kurangnya tutupan lahan di daerah hulu sungai.
Tindakan Untuk Mengurangi Dampak Banjir
• Penataan daerah aliran sungai secara terpadu dan sesuai fungsi lahan.
• Pembangunan sistem pemantauan dan peringatan dini pada bagian sungai yang
sering menimbulkan banjir.
• Tidak membangun rumah dan pemukiman di bantaran sungai serta daerah
banjir.
• Tidak membuang sampah ke dalam sungai. Mengadakan Program Pengerukan
sungai.
• Pemasangan pompa untuk daerah yang lebih rendah dari permukaan laut.
• Program penghijauan daerah hulu sungai harus selalu dilaksanakan serta
mengurangi aktifitas di bagian sungai rawan banjir.
Yang Harus Dilakukan Sebelum Banjir
Di Tingkat Warga
• Bersama aparat terkait dan pengurus RT/RW terdekat bersihkan lingkungan
sekitar Anda, terutama pada saluran air atau selokan dari timbunan sampah.
• Tentukan lokasi Posko Banjir yang tepat untuk mengungsi lengkap dengan
fasilitas dapur umum dan MCK, berikut pasokan air bersih melalui koordinasi
dengan aparat terkait, bersama pengurus RT/RW di lingkungan Anda.
• Bersama pengurus RT/RW di lingkungan Anda, segera bentuk tim
penanggulangan banjir di tingkat warga, seperti pengangkatan Penanggung
Jawab Posko Banjir.
• Koordinasikan melalui RT/RW, Dewan Kelurahan setempat, dan LSM untuk
pengadaan tali, tambang, perahu karet dan pelampung guna evakuasi.
• Pastikan pula peralatan komunikasi telah siap pakai, guna memudahkan
mencari informasi, meminta bantuan atau melakukan konfirmasi.
Di Tingkat Keluarga
• Simak informasi terkini melalui TV, radio atau peringatan Tim Warga tentang
curah hujan dan posisi air pada pintu air.
4. • Lengkapi dengan peralatan keselamatan seperti: radio baterai, senter, korek
gas dan lilin, selimut, tikar, jas hujan, ban karet bila ada.
• Siapkan bahan makanan mudah saji seperti mi instan, ikan asin, beras,
makanan bayi, gula, kopi, teh dan persediaan air bersih.
• Siapkan obat-obatan darurat seperti: oralit, anti diare, anti influenza.
• Amankan dokumen penting seperti: akte kelahiran, kartu keluarga, buku
tabungan, sertifikat dan benda-benda berharga dari jangkauan air dan tangan
jahil.
Yang Harus Dilakukan Saat Banjir
• Matikan aliran listrik di dalam rumah atau hubungi PLN untuk mematikan aliran
listrik di wilayah yang terkena bencana,
• Mengungsi ke daerah aman sedini mungkin saat genangan air masih
memungkinkan untuk diseberangi.
• Hindari berjalan di dekat saluran air untuk menghindari terseret arus banjir. Segera
mengamankan barang-barang berharga ketempat yang lebih tinggi.
• Jika air terus meninggi hubungi instansi yang terkait dengan penanggulangan bencana seperti
Kantor Kepala Desa, Lurah ataupun Camat.
Yang Harus Dilakukan Setelah Banjir
• Secepatnya membersihkan rumah, dimana lantai pada umumnya tertutup lumpur dan gunakan
antiseptik untuk membunuh kuman penyakit.
• Cari dan siapkan air bersih untuk menghindari terjangkitnya penyakit diare yang sering berjangkit
setelah kejadian banjir.
• Waspada terhadap kemungkinan binatang berbisa seperti ular dan lipan, atau binatang penyebar
penyakit seperti tikus, kecoa, lalat, dan nyamuk.
• Usahakan selalu waspada apabila kemungkinan terjadi banjir susulan.
TIPS MENGHADAPI BANJIR
Ada beberapa hal yang perlu anda ketahui untuk mencegah banjir, menghadapi banjir dan
ketika sesudah banjir. Berikut ini adalah tipsnya:
SEBELUM BANJIR
• Kerja bakti membersihkan saluran air
• Melaksanakan kegiatan 3M (Menguras, Menutup dan Menimbun) benda-benda
yang dapat menjadi sarang nyamuk
• Membuang sampah pada tempatnya
• Menyediakan bak penyimpanan air bersih
SAAT BANJIR
5. • Evakuasi keluarga ketempat yang lebih tinggi
• Matikan peralatan listrik/sumber listrik
• Amankan barang-barang berharga dan dokumen penting ke tempat yang aman
• Ikut mendirikan tenda pengungsian, pembuatan dapur umum
• Terlibat dalam pendistribusian bantuan
• Mengusulkan untuk mendirikan pos kesehatan
• Menggunakan air bersih dengan efisien
SESUDAH BANJIR
• Membersihkan tempat tinggal dan lingkungan rumah
• Melakukan pembrantasan sarang nyamuk ( PSN )
• Terlibat dalam kaporitisasi sumur gali
• Terlibat dalam perbaikan jamban dan saluran pembuangan air limbah (SPAL)
Kenapa Bandung Banjir ?
Banjir Bandung Selatan
Bandung merupakan kota dengan elevasi yang cukup tinggi yaitu rata-rata sekitar ±768 m
di atas permukaan laut rata-rata (dpl) (mean sea level). Daerah utara Kota Bandung pada
umumnya lebih tinggi daripada daerah selatan. Rata-rata ketinggian di sebelah utara
adalah ±1050 dpl, sedangkan di bagian selatan adalah ±675 dpl. Bandung dikelilingi oleh
pegunungan yang membuat Bandung menjadi semacam cekungan (Bandung Basin).
Kalau bandung kota yang cukup tinggi kenapa bisa banjir ?
Banjir tidak hanya di dataran rendah.
Air akan cenderung mengalir bila morfologinya curam, dan mengalir pelan bila
morfologinya landai. Dengan demikian kalau ada daerah landaian air akan cenderung
menggenang. Ketika air sudah tidak mengalir dengan baik maka disitulah kemungkinan
terjadi banjir.
Bagaimana dengan sekitar Bandung Selatan ?
6. Warna hijau dataran rendah, warna coklat dataran tinggi.
Bandung memang berada di daerah tinggian. Namun kalau diperhatikan morfologinya,
maka Bandung Selatan merupakan sebuah landaian. Bahkan terkesan mendatar.
Morfologi yang datar dan dikelilingi tinggian ini sering disebutkan sebagai Cekungan
Bandung (Bandung Basin). Batuan yang ada dibawa Bandung selatan ini diperkirakan
hasil dari pengendapan sebuah danau.
Ya sebuah danau … mungkin pembaca pernah mendengan Danau Bandung. Bandung
Selatan memang dahulu berupa danau. Bahkan sudah diselidiki endapannya yang
menunjukkan bahwa Danau Bandung ini dahulu terisi air.
Kapan Danau ini mengering ?
Bandung Danau Purba
Menurut M.A.C. Dam (1994) the Late Quaternary Evolution of the Bandung Basin:
endapan terakhir (termuda) danau Bandung dg absolut dating C-14 berumur 16.000 tahun
yang lalu!
7. Diperkirakan danau Bandung sudah tidak ada (kering) sejak 16.000 tahun yang lalu. Pak
Budi Brahmantyo seorang dosen ITB, yakin ketika manusia Dago Pakar atau Manusia
Pawon hidup (3 – 6 ribu th yl), dataran Bandung hanya tinggal rawa-rawa yang luas,
tetapi bukan danau. Hingga sekarang masih tersisa banyak ranca dan nama daerah
berawalan ranca (alias rawa) di cekungan Bandung.
Jadi walaupun Bandung terletak didaerah tinggian tetap saja memungkinkan terjadi
banjir.
Bencana Banjir
Ramalan malapetaka untuk Indonesia selagi tingakatan air laut meninggi.
Setelah gelombang pasang minggu lalu melewati dinding perbatasan, jalan utama menuju
bandara Jakarta pun tertutup. Beberapa ramalan untuk Indonesia dikeluarkan oleh
konferensi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di Bali jika tingakatan air laut terus
meninggi:
• Bandara Jakarta akan tenggelam pada tahun 2035.
• Sekitar 25% wilayah Jakarta dapat hilang di tahun 2050.
• Surabaya dan Semarang akan banjir secara tetap pada tahun 2080.
• Ibukota Indonesia terpaksa dipindahkan ke Bandung.
• Dua ribu pulau bisa habis di tahun 2030.
• 400,000 km kuadrat luas daratan lenyap pada tahun 2080, termasuk sekitar 10%
dari Papua, dan 5% dari Jawa dan Sumatra (di pesisir utara).
Begitu ujar Nicholas Stern, pengarang "The Stern Report" (2006) mengenai perubahan
iklim:
Negara kepulauan sangat rawan terhadap peningkatan air laut dan badai. Indonesia
termasuk Negara yang amat rawan.
Menurut sebuah laporan iklim PBB, suhu dunia diperkirakan akan bertambah diantara 1.1
dan 6.4 derajat Celsius (2.0 dan 11.5 derajat Fahrenheit) sementara tingkatan air laut
diantara 18 cm dan 59 cm (7 dan 23 inci) diabad ini.
Armi Susandi, seorang meteorologis di Institut Teknologi Bandung (ITB),
memperkirakan tingkatan air laut akan naik dengan rata-rata 0.5 cm per tahun sampai
2080, sementara kecepatan perendaman Jakarta akan lebih tinggi karena tempatnya yang
pas berada diatas tingkatan laut, yakni 0.87 cm per tahun.
Indonesia akan menjadi lebih miskin karena hilangnya pulau-pulau. Hal ini disebabkan
oleh perhubungan ke sumber-sumber mineral yang akan menjadi lebih sulit, bahkan
mustahil, dengan dipotongnya 5% dari Produk Domestik Bruto (PDB) per tahun.
Pemotongan inipun belum memasukkan perhitungan dari hilangnya lahan dan pekerjaan
8. karena jutaan orang yang harus pindah dari daratan rendah ke tempat-tempat yang lebih
tinggi.
Sebuah penelitian IIED menyatakan 42 juta orang di Indonesia yang hidup di daerah
kurang dari 10 meter diatas batas laut adalah mereka yang akan paling dirugikan oleh
meningkatnya air laut.
Sebuah penelitian terpisah oleh Program Lingkungan PBB di tahun 1992 menunjukkan
bahwa hanya dua lokasi di Jawa dapat membuat 81,000 petani kehilangan sawah dan
perikanannya, sekaligus 43,000 pekerja ladang dari usahanya dengan perubahan keadaan
laut ini.
Banjir Jakarta Jangan Sekedar Banjir Janji
(inilah.com/Wirasatria)
Serahkan pada ahlinya. Itulah tagline politik yang dijadikan identitas Fauzi Bowo
ketika Pilkada Jakarta tiga tahun silam.
Berbagai harapan tumpah ruah dialamatkan kepada pemimpin baru Jakarta. Masyarakat
berharap pembangunan di Jakarta membawa kesejahteraan masyarakat.
Namun, fakta dilapangan berbeda seratus derajat, gerak pembangunan di Ibu Kota Jakarta
nampak bagai berjalan tanpa memperhatikan sisi kemanusiaan yang beradab.
Berbagai penggusuran kian marak. Berbagai aturan yang sempit dan kontroversial seperti
Perda Tibum (ketertiban umum), Perda Merokok dan persoalan serius namun klasik
seperti ’banjir’ hingga kini masih membayangi Jakarta. Untuk Perda dan aturan, kita bisa
memaklumi pandangan dasar Perda tersebut.
Namun untuk banjir, masyarakat Jakarta pasti setuju bahwa persoalan ini belum selesai
hingga akarnya. Praktis, hampir tiap tahun masyarakat mendengar banjir janji para
pejabat di DKI namun miskin bukti.
Banjir kemudian menjadi persoalan yang seolah-olah tidak bisa diselesaikan secara
efektif oleh Pemda DKI. Padahal, Jakarta memiliki siklus banjir lima tahunan yang
9. merugikan. Pada tahun 2002 banjir di Jakarta ditaksir merugikan perekonomian sebesar 4
triliun rupiah.
Aktivitas warga Jakarta-pun ikut terganggu, efektivitas roda pemerintah dan ekonomi
terkendala karena akses menuju pusat kota tertutup genangan banjir Jakarta. Kemudian,
jadilah kota Jakarta kota seribu banjir dan sejuta janji untuk menyelesaikannya.
Guna mengatasi permasalahan banjir Jakarta, Pemda DKI Jakarta mengeluarkan sejumlah
kebijakan yang selanjutnya dituangkan dalam Perda-Perda, seperti kebijakan ekonomi,
sosial, budaya, politik, penataan kota, pendirian bangunan, pengolahan limbah dan lain
sebagainya.
Dalam suatu kesempatan, Gubernur menyampaikan beberapa kebijakan yang diambil
untuk mengatasi banjir. Pemerintah DKI sendiri dalam lima tahun yang akan datang akan
melaksanakan pembangunan, peningkatan, normalisasi, pemeliharaan serta
pengoperasian sarana dan prasarana pengendali banjir dan drainase, termasuk dalam
rencana Pemprov DKI adalah perbaikan dan mengembangkan sistem polder dan
penyelesaian kanal banjir timur.
Dalam Masterplan pengendalian banjir, Pemda DKI meminta pemerintah pusat untuk
konsisten meminimalkan dampak pencemaran lingkungan seiring dengan gencarnya
pembangunan di Indonesia khususnya Jakarta, serta mengajak seluruh elemen warga
Jakarta untuk bersama menjaga lingkungan kebersihan Jakarta, termasuk pengendalian
sampah.
Volume sampah Jakarta 6.000 ton perhari, maka ketika banjir jumlahnya bisa mencapai
9.000 – 10.000 ton. Namun, menyalahkan sampah dari rumah masyarakat sekitar kali
tentu tidak tepat mengingat masalah banjir Jakarta begitu kompleks dan rumit.
Untuk itu diperlukan solusi komperhensif dan kebijakan sistematis yang dikeluarkan oleh
Pemda DKI. Masyarakat menilai, Pemda DKI justru ingin mengkir dari persoalan ini lalu
menyerahkan masalah banjir Jakarta kepada masyarakat dan pemerintah pusat.
Menyerahkan persoalan banjir Jakarta pada masyarakat, mengindikasikan jika Pemda
DKI gagal mengemban amanah kepemimpinan, yang perlu kita ingat bersama bahwa
banjir tidak semata-mata persoalan hujan atau tidak hujan, melainkan telah bergeser ke
dalam ranah kebijakan pembangunan pemerintah.
Bagi pemerintah yang ‘rakus’ pembangunan tanpa melihat sisi lingkungan dan
kemanusiaan, maka dengan serta merta dan membabi buta mengeluarkan izin dan
peraturan untuk memudahkan berbagai pembangunan seperti gedung, mall, lapangan
golf, industri dan sebagainya tanpa mempertimbangan sisi ekologis daerahnya.
Singkatnya, Pemda DKI harus bertanggung jawab penuh dalam memenuhi rasa aman dan
nyaman penduduk Jakarta untuk terbebas dari banjir yang sering datang.
10. Dipilihnya Foke sebagai Gubernur Jakarta bukan tanpa sebab oleh masyarakat, sebab
warga Jakarta percaya sebagai ‘anak Betawi’ asli, diharapkan mampu menyelesaikan
masalah Jakarta.
Warga-pun berharap berbagai kebijakan yang diambil Pemda DKI dalam mengupayakan
banjir Jakarta harus pula memperhatikan sisi humanistik warga Jakarta. Tanpa adanya
upaya strategis dan bijaksana mengatasi banjir Jakarta, Pemda DKI akan dinilai skeptis
oleh rakyat.
Besar Kecil Normal
Banjir Karawang Karena Limpasan
Jatiluhur
TEMPO Interaktif, BANDUNG - Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah
(BPBD) Jawa Barat Udjwalprana Sigit mengatakan, penyebab banjir Karawang karena
hujan tidak tertampung Sungai Citarum dan bendungan. “Banjir itu karena curah hujan
tinggi yang tidak tertampung di bendungan dan sungai Citarum,” katanya di Bandung,
Selasa (23/3).
Kendati demikian, Sigit mengatakan, kondisi Waduk Jatiluhur sendiri aman. Pernyataan
itu disampaikannya menjawab beredarnya isu pesan pendek dan selebaran yang
menyebutkan bendungan itu bocor. Dia minta semua pihak agar tidak menyebarkan
pernyataan yang meresahkan dan membingungkan warga korban banjir di sana.
Sigit mengatakan, Jatiluhur berikut semua bendungan yang berada di Sungai Citarum
dalam kondisi aman. Air yang tertampung, masih dalam batas-batas toleransi daya
tampungnya. Jika memang terjadi apa pun di tiga waduk itu, lanjutnya, pemerintah akan
mengumumannya pada masyarakat. “Kalau Jatiluhur tidak aman, bermasalah, pasti ada
pengumuman khusus yang menyatakan itu, jadi bukan (informasi lewat) orang per orang
yang menyatakan itu tidak aman,” katanya.
Dia mengatakan, banjir yang terjadi saat ini hampir merata di sepanjang aliran Sungai
Citarum. Banjir yang terjadi, lanjutnya, akibat melimpahnya air dari badan Sungai
Citarum di sisi kiri dan kanan badan sungai. “Kita runut mulai dari Bandung sampai
Karawang, hingg Muara Gembong, semua itu yang di lingkaran kana-kiri Sungai
Citarum,” kata Sigit.
Sejumlah titik banjir kini menjadi menjadi tengah dipantau. Banjir itu tersebar di
sejumlah daerah di antaranya Bandung, sebagian Purwakarta, Karawang, Bekasi, dan
11. Cirebon. Sigit mengatakan, banjir yang terbanyak merendam permukiman warga berada
di Karawang dan Kabupaten Bandung. “Semua sudah diantisipasi, logisitik dan bantuan
kesehatan disiapkan, tidak ada alasan pengungsi kekurangan bahan makanan dan
logistik,” kata Sigit.
Sejumla kerugian tengah di data. Di antaranya, sawah yang terendam. Kendati potensi
gagal panen diperkirakan tidak terlalu besar karena sawah yang terendam banjir tidak
banyak. “Dinas Pertanian sedang mendata supaya cepat mengambil langkah
(mengantisispasinya),” kata Sigit.
Banjir
Angin Timur Laut bertiup dari Laut China Selatan sedang bermula. Masa inilah juga yang dikenali sebagai
musim tengkujuh. Secara automatis kita akan terbayang bagaimana lebatnya hujan yang akan turun. dan
yang paling membimbangkan ialah berlakunya banjir yang melibatkan nyawa dan harta-benda, istimewa
bagi negeri-negeri di Pantai Timur Semenanjung.
Kejadian banjir setiap tahun adalah perkara biasa kerana ia sudah menjadi peristiwa tahunan, tetapi jika
berlaku banjir besar seperti yang telah berlaku dalam tahun 1970 dan 1971 lalu, itu adalah satu soal lain
pula. Tetapi pengalaman banjir besar tahun 1970 dan 1971 (kira-kira 40 tahun selepas Bah Besar 1926),
orang begitu takut sekali bila menghadapi musim tengkujuh.
Beberapa buah negeri telah mula bersiap-siap bagi menghadapi banjir tahun ini. Begitu juga beberapa alat
pengesan banjir telah dipasang di negara kita untuk memberi amaran dan maklumat kepada orang ramai
jika berlakunya banjir. Walaupun pengetahuan sains dan teknologi telah banyak memberi sumbangan
kepada kesejahteraan hidup umat manusia, tetapi kita tidak harus melupakan atau menganggap sepi akan
beberapa petua atau tanda yang menjadi pegangan orang-orang terdahulu daripada kita.
Daripada pengalaman saya sendiri, dalam banjir tahun 1970 dan awal tahun 1971, serta pemerhatian saya
selepas itu dalam tahun 1972, 1973 dan 1974, saya merasakan bahawa beberapa petua atau tanda-tanda itu
boleh dijadikan panduan tentang kedatangan banjir. Petua atau tanda yang pertama yang telah diberitahu
kepada saya ialah dengan memerhatikan kegiatan semut di rumah-rumah kita. Menurut tanda ini --lama
sebelum banjir besar itu berlaku --semut-semut yang biasanya hidup dan bersarang di tanah atau pun di
daam tanah akan keluar dengan banyaknya beramai-ramai memanjat tiang dan dinding rumah kita. Semut
itu akan terus naik ke atas dan menuju pokok-pokok yang berhampiran rumah kita. Semut ini ialah dari
jenis semut hitam, akan berbuat begitu sampai berbulan-bulan lamanya dengan tiada putusnya berpindah
sambil membawa telur dan makanan mereka. Peristiwa ini telah saya alami sendiri, tetapi waktu itu saya
belum lagi mengetahui apakah alamatnya.
Setelah banjir 1970 kemudian diikuti oleh banjir 1971 yang kecil sedikit, peristiwa semut pindah itu
berulang lagi. Dalam banjir tahun 1971, semut-semut itu hanya memanjat dan membuat sarang di dalam
laci-laci meja dan almari. Rupanya banjir tahun itu hanya mencecah lantai sahaja. Menurut kajian sains
semut adalah sejenis serangga yang amat sensitif terhadap perubahan yang berlaku disekitarnya. Jadi, tidak
hairanlah jika semut-semut itu telah dapat mencium 'kehadiran' air yang berlebihan di sekitar sarangnya di
dalam tanah itu menyebabkan mereka berpindah semuanya sebelum banjir berlaku.
12. Petua atau tanda kedua yang juga telah saya perhatikan ialah dengan melihat bintang Belantik. Menurut
seorang tua yang tinggal di Kampung Tanjung Belengu, Temerloh, Encik Yusuf, berumur lebih kurang 70
tahun berkata, jika banjir akan berlaku kedudukan bintang Belantik ini akan kelihatan tersangat rendah di
ufuk hampir dengan kaki langit. Jika kedudukan bintang ini tinggi, insyaAllah, banjir besar tidak akan
berlaku dalam tahun itu. Daripada pengalaman saya selepas itu, tanda tersebut adalah benar setakat ini.
Petua atau tanda ketiga ialah ketika kejadian banjir itu sudah terlalu hampir. Tandanya ialah apabila
kedengaran suatu bunyi seperti letupan yang kuat yang menggegarkan yang dipanggil "Kepala Air'. Bunyi
ini menandakan kepala air telah pecah dan banjir besar sudah pasti berlaku. Dari apa yang saya alami
dalam banjir tahun 1970, memang ada kedengaran bunyi apa yang dinamakan "Kepala Air " itu.
Tanda-tanda yang saya sebutkan di atas itu adalah antara beberapa tanda mengikut kepercayaan orang tua-
tua. Mungkin ada banyak lagi tanda seumpama itu. Sebagai petua atau tanda-tanda, tidaklah saya
mendakwa bahawa semuanya yang tersebut itu seratus-peratus benar dan boleh dipercayai, tetapi sekurang-
kurangnya ia boleh menjadi panduan kepada kita semua ketika menghadapi musim tengkujuh yang akan
datang ini.
CARA-CARA MENGATASI BANJIR
Pelbagai cara dijalankan, antaranya:
Menyediakan Sistem Perparitan
Parit-parit yang telah cetek akibat daripada bahan-bahan kumuhan hendaklah sentiasa
dibersihkan. Dengan ini air limpahan dan hujan dapat dialirkan dengan baik.
Projek Pendalaman Sungai
Kebanyakan kejadian banjir berlaku kerana kecetekan sungai. Jika dahulu sungai mampu
mengalirkan sejumlah air yang banyak dalam sesuatu masa, kini pengaliran telah berkurangan.
Ini disebabkan proses pemendapan dan pembuangan bahan-bahan buangan.
Langkah untuk menangani masalah ini ialah dengan menjalankan proses pendalaman sungai
dengan mengorek semua lumpur dan kekotoran yang terdapat di sungai. Apabila proses ini
dilakukan, sungai bukan sahaja menjadi dalam tetapi mampu mengalirkan jumlah air hujan
dengan banyak.
Memelihara Hutan
Kegiatan pembalakan di mana penerokaan di kawasan pinggir sungai digemari menyebabkan
tanah terhakis dan runtuh ke sungai. Keadaan yang sama juga berlaku apabila aktiviti
pembalakan yang giat dilakukan di lereng-lereng bukit.
Oleh itu pemeliharaan hutan merupakan cara yang baik untuk mengatasi masalah banjir. Hutan
boleh dijadikan kawasan tadahan yang mampu menyerap air hujan daripada mengalir terus ke
bumi.
Hutan boleh berfungsi sebagai bunga karang (sponge) dengan menyerap air hujan dan mengalir
dengan perlahan-lahan ke anak-anak sungai. Ia juga bertindak sebagai penapis dalam
menentukan kebersihan dan kejernihan air. Hutan mampu menyerap air hujan pada kadar 20%.
Kemudian air hujan ini dibebaskan kembali ke atmosfera melalui sejatan pemeluwapan. Hanya
dengan ini sahaja pengurangan air hujan dapat dilakukan.
13. Mengawal Aktiviti Manusia
Banjir kilat yang berlaku terutamanya di bandar disebabkan pembuangan samapah dan sisa
industri ke sungai dan parit. Bagi menangani masalah ini, kesedaran kepada masyarakat perlu
didedahkan supaya aktiviti negatif ini tidak terus dilakukan seperti mengadakan kempen
mencintai sungai dan sebagainya.
Badan-badan tertentu juga harus bertanggungjawab menentukan sungai sentiasa bersih dan
tidak dijadikan tempat pembuangan sampah.
Kejadian banjir merupakan malapetaka yang tidak dapat dielakkan terutamanya apabila
membabitkan hujan lebat. Bagaimanapun usaha seharusnya dibuat untuk mengurangkan akibat
banjir. Manusia juga harus sentiasa berwaspada dengan kejadian ini.
FAKTOR-FAKTOR BERLAKU BANJIR
Banjir berlaku disebabkan oleh beberapa faktor. Antara faktor-faktor berlaku banjir adalah:-
1. Hujan yang berterusan.
Hujan yang berterusan tanpa berhenti-henti akan menyebabkan banjir berlaku. Di
kawasan-kawasan rendah, air hujan akan dialirkan ke sungai. Sungai yang dipenuhi air
akan melimpah keluar sehingga menyebabkan kawasan tanah rendah dipenuhi air.
2. Proses pembandaran.
Proses pembandaran menyebabkan banyak kawasan yang dipermodenkan. Kawasan-
kawasan tanah rendah telah ditebus guna dengan mengambil tanah dari kawasan bukit.
Ada juga anak-anak sungai yang ditimbus untuk dijadikan tapak bangunan.
Aktiviti-aktiviti seperti ini merupakan faktor penyebab berlakunya banjir. Jika dahulu anak-
anak sungai dan lembah dijadikan kawasan aliran air, kini kawasan tersebut telah
ditimbus dengan tanah. Apabila hujan turun, air akan mengalir dari kawasan bukit ke
kawasan yang rendah dan kemudian bertakung. Lama-kelamaan air akan bertambah
dan banjir kilat akan berlaku.
3. Hakisan sungai.
Hakisan sungai yang kerap berlaku disebabkan oleh dua faktor iaitu hakisan berlaku
secara semula jadi dan pembuangan sisa domestik manusia.
Faktor semula jadi berlaku apabila hujan turun dengan lebat, air akan mengalir deras and
menghakis tebing-tebing sungai. Akhirnya tanah tebing akan runtuh dan membentuk satu
mendapan di dasar sungai. Seterusnya sungai akan menjadi cetek.
Begitu juga dengan aktiviti manusia yang suka membuang sisa-sisa domestik seperti
sampah-sarap dan sisa-sisa industri ke dalam sungai boleh menyebabkan sungai
menjadi cetek dan pengaliran air tersekat.
Apabila hujan lebat turun, sungai yang telah menjadi cetek akibat hakisan semula jadi
atau pencemaran tidak dapat menampung atau megalirkan air hujan yang banyak.
Akhirnya air sungai akan melimpah ke tebing dan dengan ini banjir akan berlaku.
14. 4. Hutan tadahan.
Hutan merupakan satu kawasan yang menempatkan pelbagai jenis tumbuhan dan
haiwan. Selain itu hutan juga boleh dijadikan sebagai pengimbang ekosistem dunia
dengan merendahkan kadar suhu. Hutan menyerap air hujan yang turun ke permukaan
bumi dengan kadar antara dua peratus hingga 20%. Kemudian air yang diserap akan
dialirkan ke anak-anak pokok melalui akar. Ada juga proses pemeluwapan dilakukan
dengan membebaskan semula titisan-titisan air ke udara. Dengan ini berlaku kitaran air
secara semula jadi.
Pemusnahan hutan menyebabkan hujan terus turun ke bumi tanpa diserap oleh
tumbuhan. Hujan yang turun dengan lebat menyebabkan air mengalir dengan banyak ke
dalam sungai. Sungai tidak mendapat menampung air hujan dalam jumlah yang banyak.
Pada masa ini limpahan air sungai akan berlaku mengakibatkan banjir.
5. Sistem perparitan tidak terancang.
Masalah banjir yang sering melanda bandar adalah disebabkan kekurangan sistem perparitan
yang dibina serta ianya terlalu kecil dan cetek. Jumlah air yang banyak menyebabkan air
melimpah keluar dari parit menyebabkan banjir kilat berlaku.
KESAN-KESAN BANJIR
Banjir memberikan beberapa kesan yang tidak baik terhadap semua hidupan sehingga boleh
membawa kematian. Antara yang disebabkan oleh banjir adalah:
1. Kemusnahan Tanam-tanaman
Air banjir yang bertakung terlalu lama di kawasan pertanian menyebabkan tanaman mati.
Antara tanaman yang mudah mati adalah getah, koko, kepala sawit dan padi.
Kemusnahan tanam-tanaman ini akan merugikan para petani.
2. Kemusnahan Harta Benda
Banjir yang besar boleh menenggelamkan rumah kediaman serta menghayutkan serta
merosakkan barang-barang lain seperti barang-barang elektrik, kereta dan sebagainya.
Ini membawa kerugian besar kepada penduduk.
3. Penyakit
Kesan yang paling buruk dibawa oleh banjir adalah kesihatan manusia. Banjir yang
berlaku akan menyebabkan takungan najis keluar bersama-sama limpahan air. Najis ini
bertaburan di merata-rata tempat sehingga mengakibatkan pelbagai jenis penyakit
seperti taun dan malaria.
4. Kematian
Banjir juga boleh mengakibatkan kehilangan nyawa terutamanya di kawasan yang
rendah dan berhampiran dengan sungai.
5. Kerugian Kerajaan
15. Banjir sering merosakkan harta awam seperti jalan raya, bangunan, telefon, elektrik dan
mengakibatkan pelbagai jenis penyakit. Semua ini akan ditanggung oleh kerajaan
dengan memperbaiki kerosakkan dan membiayai kelengkapan perubatan. Kesemua ini
memerlukan kos penyelenggeraan yang tinggi.
Selain itu kerajaan juga terpaksa menyediakan pelbagai keperluan asas seperti makanan
dan minuman, ubat-ubatan disamping menyediakan petempatan sementara mangsa
banjir.
PERISTIWA-PERISTIWA BANJIR DI SABAH
Tahun 1996
Ribut Greg yang membawa hujan ribut ke Sabah pada 26 December 1996 telah menyebabkan
banjir di bahagian utara timuran Sabah (Keningau) dan telah mengorbankan banyak nyawa.
Kebanyakan mangsa adalah rakyat Indonesia yang bekerja di daerah tersebut.
Hujan lebat berserta dengan angin kencang telah mengakibatkan air Sungai Liawan, Sungai
Pampang, Sungai Sinagang dan Sungai Bayayo melimpah tebingnya. Kawasan-kawasan lain
yang turut menerima ancaman ribut ini adalah Tuaran, Papar, Kota Kinabalu, Penampang,
Tawau dan Sandakan.
Tahun 1997
Banjir kilat yang melanda ibu negeri dan Penampang pada 17 Mei 1997 menyebabkan
kebimbangan dan kesusahan serta kesesakan lalulintas di dalam dan sekitar bandar berikutan
hujan lebat bermula selepas jam 3.00 petang. Ia berterusan hingga lewat petang dan pada jam
8.00 malam.
Ramai pemandu terkandas di jalan-jalan, manakala para pejalan kaki enggan menaiki
perkhidmatan pengangkutan awam dengan pulang berjalan kaki.
Kebanyakan lokasi yang terlibat ialah kawasan-kawasan yang terdedah kepada banjir seperti
Putatan, Penampang, Luyang, Likas, Inanam dan Menggatal. Banjir ini berlaku disebabkan
sistem perparitan yang tidak sempurna.
Keadaan yang sama turut berlaku di Sandakan. Banjir ini dikatakan berlaku disebabkan oleh
pembinaan jalan yang menyebabkan parit-parit tersumbat. Kawasan yang terjejas adalah
kawasan perumahan yang mengakibatkan banyak perkakas rumah musnah.
Tahun 1999
Banjir yang paling teruk melanda Sabah berlaku pada 6 Januari 1999. Lebih 2000 penduduk di
tujuh daerah di Sabah telah dipindah ke beberapa pusat pemindahan sementara. Hujan lebat
turun lebih 10 jam tanpa berhenti mengakibatkan banjir besar. Daerah Penampang yang
merupakan kawasan yang paling teruk dilanda bencana tersebut. Mengikut laporan, 57 kawasan
di tujuh daerah terlibat itu adalah Kota Kinabalu sebanyak 12 kawasan, Penampang (22), Papar
(10), Kota Belud (7), Tuaran (5), Beaufort (3) dan Keningau (3).