2. ASTRI CAHYANI P 27224012 132
DIAN RATNASARI P 27224012 136
LILIS SRIYANI N. P 27224012 149
RADHIYATAM M. P 27224012 156
RENI DEVI N.S. P 27224012 158
KELOMPOK 7
3. • Peritonitis adalah peradangan
yang biasanya disebabkan oleh
infeksi pada selaput rongga
perut(peritoneum).
• Peritoneum adalah selaput
tipis dan jernih yang
membungkus organ perut dan
dinding perut sebelah dalam.
PERITONITIS
(Radang Selaput Rongga Perut)
4. ETIOLOGI
1. Bakteri : E.coli, klebsiella, proteus dan pseudomonas.
2. Organisme berasl dari penyakit saluran
gastrointestinal atau pada wanita dari organ
reproduktif internal.
3. Sumber eksternal seperti : cedera atau trauma,
inflamasi yang luas dari organ di luar area
peritoneum.
4. Penyakit-penyakit yang lain seperti
appendicitis, ulkus peptikum, divertikulitis dan
perforasi usus.
5. Proses pembedahan : bedah abdominal dan dialysis
peritoneal. (Smeltzer,S.C,2001).
6. a. Peritonitis Bakterial Primer
Merupakan peritonitis akibat kontaminasi bakterial secara hematogen
pada cavum peritoneum dan tidak ditemukan fokus infeksi dalam
abdomen. Penyebabnya bersifat monomikrobial, biasanya E. Coli,
Sreptococus atau Pneumococus. Peritonitis bakterial primer dibagi
menjadi dua, yaitu:
1. Spesifik : misalnya Tuberculosis
2. Non spesifik: misalnya pneumonia non tuberculosis an Tonsilitis.
Faktor resiko yang berperan pada peritonitis ini adalah
adanya malnutrisi, keganasan intraabdomen, imunosupresi
dan splenektomi. Kelompok resiko tinggi adalah pasien dengan sindrom
nefrotik, gagal ginjal kronik, lupus eritematosus sistemik, dan
sirosis hepatis dengan asites.
7. Peritonitis Bakterial Akut Sekunder
(Supurativa)
• Peritonitis yang mengikuti suatu infeksi akut atau perforasi
tractusi gastrointestinal atau tractus urinarius. Pada umumnya
organisme tunggal tidak akan menyebabkan peritonitis yang fatal.
Sinergisme dari multipel organisme dapat memperberat terjadinya
infeksi ini. Bakteri anaerob, khususnya spesies Bacteroides,
dapat memperbesar pengaruh bakteri aerob dalam
menimbulkan infeksi.
Selain itu luas dan lama kontaminasi suatu bakteri juga
dapat memperberat suatu peritonitis. Kuman dapat berasal dari:
• Luka/trauma penetrasi, yang membawa kuman dari luar masuk ke
dalam cavum peritoneal.
• Perforasi organ-organ dalam perut, contohnya peritonitis
yang disebabkan oleh bahankimia, perforasi usus sehingga feces
keluar dari usus.
• Komplikasi dari proses inflamasi organ-organ intra
abdominal, misalnya appendisitis.
8. Peritonitis tersier
• Peritonitis yang disebabkan oleh jamur
• Peritonitis yang sumber kumannya tidak dapat
ditemukan.
• Merupakan peritonitis yang disebabkan oleh
iritan langsung, seperti misalnya empedu,
getah lambung, getah pankreas, dan urine.
9. Patofisiologi
• Peritonitis disebabkan oleh kebocoran isi dari organ
abdomen ke dalam rongga bdomen sebagai akibat dari
inflamasi, infeksi, iskemia, trauma atau perforasi
tumor. Terjadinya proliferasi bacterial, terjadinya
edema jaringan dan dalam waktu singkat terjadi
eksudasi cairan. Cairan dalam rongga peritoneal
menjadi keruh dengan peningkatan jumlah protein, sel
darah putih, debris seluler dan darah. Respons segera
dari saluran usus adalah hipermotilitas, diikuti oleh
ileus paralitik disertai akumulasi udara dan cairan
dalam usus.
10. Manifestassi Klinis
Tanda-tanda peritonitis relative sama dengan
infeksi berat yaitu demam tinggi atau pasien
yang sepsis bisa menjadi hipotermia, tatikardi,
dehidrasi hingga menjadi hipotensi. Nyeri
abdomen yang hebat . Dinding perut akan
terasa tegang karena mekanisme antisipasi
penderita secara tidak sadar
untuk menghindari palpasinya yang
menyakinkan atau tegang karena
iritasi peritoneum.
11. Lanjut..
– Syok (neurogenik, hipovolemik atau septik) terjadi pada
beberpa penderita peritonitis umum.
– Demam
– Distensi abdomen
– Nyeri tekan abdomen dan rigiditas yang lokal, difus, atrofi
umum, tergantung pada perluasan iritasi peritonitis.
– Bising usus tak terdengar pada peritonitis umum dapat
terjadi pada daerah yang jauh dari lokasi peritonitisnya.
– Nausea
– Vomiting
– Penurunan peristaltik.
12. Tanda-Tanda Peritonitis, yaitu sebagai
berikut :
æ Demam tinggi
æ Pasien yang sepsis bisa menjadi hipotermia
æ Takikardi
æ Dehidrasi
æ Hipotensi
14. Pemeriksaan Diagnostik
a. Test laboratorium
1. Leukositosis
2. Hematokrit meningkat
3. Asidosis metabolic (dari hasil pemeriksaan
laboratorium pada pasien peritonitis didapatkan
PH =7.31, PCO2= 40, BE= -4 )
15. b. X. Ray
Dari tes X Ray didapat foto polos
abdomen 3posisi (anterior,
posterior, lateral), didapatkan:
• Illeus merupakan penemuan yang
tak khas pada peritonitis.
• Usus halus dan usus besar dilatasi.
• Udara bebas dalam rongga
abdomen terlihat pada kasus
perforasi.
16. Gambaran Radiologis
• Posisi tidur, untuk melihat distribusi usus, preperitonial fat,
ada tidaknya penjalaran. Gambaran yang diperoleh yaitu
pelebaran usus di proksimal daerah obstruksi, penebalan
dinding usus, gambaran seperti duri ikan (Herring bone
appearance).
• Posisi LLD, untuk melihat air fluid level dan kemungkinan
perforasi usus. Dari air fluid level dapat diduga gangguan
pasase usus. Bila air fluid level pendek berarti ada ileus
letak tinggi, sedang jika panjang-panjang kemungkinan
gangguan di kolon.Gambaran yang diperoleh adalah adanya
udara bebas infra diafragma dan air fluid level.
• Posisi setengah duduk atau berdiri. Gambaran radiologis
diperoleh adanya air fluid level dan step ladder
appearance.
17. Penatalaksanaan
1. Penggantian cairan, koloid dan elektrolit merupakan focus utama
dari penatalaksanaan medik.
2. Analgesik untuk nyeri, antiemetik untuk mual dan muntah.
3. Intubasi dan penghisap usus untuk menghilangkan distensi
abdomen.
4. Terapi oksigen dengan nasal kanul atau masker untuk
memperbaiki fungsi ventilasi.
5. Therapi antibiotik
6. Prosedur Bedah Evaluasi bedah sebaiknya segera dilakukan karena
eksplorasi bedah mungkin diperlukan untuk mengevaluasi adanya
organ dalam yang mengalami perforasi
7. Tujuan utama tindakan bedah adalah untuk membuang materi
penginfeksi dan diarahkan pada eksisi, reseksi, perbaikan, dan
drainase
19. Faktor-faktor yang harus diperhatikan
1. Akses ke dalam kavum peritoneum harus cukup luas untuk
menjamin lapangan operasi yang adekuat.
2. Kultur bakteri untuk pemeriksaan aerob dan anaerob perlu
dilakukan. Cairan eksudasi dari kavum abdomen harus disedot
keluar
3. Sumber infeksi harus ditemukan dan dihilangkan.
4. Seluruh abdomen harus diperiksa untuk memisahkan perlekatan
usus dan mengangkat abses kecil.
5. Dilakukan dekompresi pada usus halus yang distensi dengan
mengevakuasi isinya melalui lambung dengan suction
6. Kavum abdomen diirigasi dengan beberapa liter RL atau saline
untuk mengeluarkan kebocoran isi usus, fibrin, darah, dan bakteri.
7. Dinding abdomen harus ditutup dengan hati-hati karena dalam
keadaan tegang.
8. Perawatan pasca operasi meliputi antibiotika, drainase
gastrointestinal,dan terapi suportif.