1. || 1 dari 10 ||
Copyleft 2007 – 1428
〉ŒΗΤΩΤ™Ψ∏ΗΤΥφΤΤ±√≅†ΩΤ⊇ }ŒΗΤΩΤΨ⇒ΗΤΩΤ∈ τŒΗΤςℵ≠Ψ⊃ΗΤΩΤš γˆ∼Ω⊕<∏ΠΨ√ †Ω∧ΨŠ ς↵÷Ψ⊃Ωš &ϑðΣ/≅…
Sebab itu maka Wanita yang saleh, ialah yang taat kepada Allah lagi
memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah
memelihara (mereka)
.(QS. An-Nisa’(4):34).
Dalam ayat ini setidaknya ada tiga karakteristik utama wanita
muslimah yang ditampilkan oleh Allah , di antaranya sebagai berikut;
Pertama, shalihat yaitu beribadah kepada Allah Ta'ala dengan penuh
keikhlasan hanya mengharap ridha-Nya semata, bukan sanjungan dan pujian
manusia. Dan dalam beribadah kepada-Nya, ia selalu mencontohi Rasulullah
. Ibadah secara etimologi berarti merendahkan diri serta tunduk dan
patuh. Sedangkan menurut Istilah seperti yang dikatakan oleh Syekhul Islam
Ibnu Taimiyah,” ibadah adalah sebuatan yang mencakup seluruh apa yang
dicintai dan diridhai oleh Allah , baik berupa ucapan atau perbuatan, yang
dzahir maupun yang batin.
Ibadah bisa dibagi menjadi tiga macam yaitu; A)- Ibadah Qalbiyah
(hati) seperti khauf (takut), Raja’ (mengharap), mahabbah (cinta), Tawakkal,
Ragbah (senang). B)- Ibadah badaniyah (badan) seperti shalat, puasa, zakat,
haji. C)- Ibadah lisaniyah (lisan), seperti zikir, membaca al-Qur’an dan
lainnya. Dengan demikian ibadah mencakup seluruh tingkah laku dan
ucapan seorang mukmin jika itu diniatkan mendekatkan diri kepada Allah.
Bahkan adat dan kebiasaan yang mubah bisa menjadi Ibadah apabila
2. || 2 dari 10 ||
Copyleft 2007 – 1428
diniatkan sebagai bekal untuk taat kepada Allah. Seperti tidur, makan,
mencari nafkah dan lainnya.
Kesalahan persepsi tentang ibadah bisa terjadi dengan cara
mengurangi makna ibadah serta membatasi pelaksanaannya pada ibadah
ritual dan syiar-syiar tertentu saja. Tidak ada ibadah yang berkaitan dengan
masalah sosial, akhlak dan muamalah. Begitu juga mereka yang berlebih-
lebihan dalam masalah ibadah, sehingga yang sunah kadang dianggap
wajib, atau yang mubah (boleh) dianggap haram. Ibadah yang benar harus
berlandaskan pada tiga filar yang utama yaitu; A)- Al-Hubb (cinta), yang
harus dibarengi dengan sikap rendah diri. B)- Al-Khauf (takut), yang harus
dibarengi dengan rasa raja (harap). C)- Ar’raja’ (mengharap).
Syekhul Islam Ibnu Taimiyah berkata, “Dienullah adalah
menyembahnya dengan taat dan tunduk kepadaNya. Akan tetapi ibadah
yang diperintahkan mengandung makna tunduk dan cinta. Siapa yang
tunduk kepada seseorang dengan perasaan benci kepadanya maka ia
bukanlah menghamba (menyembah) kepadanya. Dan jika ia menyukai
sesuatu tetapi tidak tunduk kepadanya maka diapun tidak menghamba
padanya. Karena itu tidak cukup salah satu dari keduanya dalam beribadah
kepada Allah, tetapi hendaknya Allah lebih dicintainya dari segala sesuatu
dan Allah lebih diagungkan dari segalanya. Tidak ada yang berhak
mendapatkan kecintaan dan ketundukan yang sempurna selain Allah ”.
(Majmu’ Tauhid Najdiyah, hal.542)
Syekhul Islam berkata, “ Inti agama adalah dua yaitu kita tidak
menyembah kecuali kepada Allah, dan tidak menyembah Allah kecuali
dengan apa yang disyariatkan Allah .
Muslimah juga tidak menyekutukan Allah dalam ibadahnya baik
Syirik Akbar (besar), yaitu menyekutukan-Nya dalam do’a, sebagaimana
firman-Nya,”Maka apabila mereka naik kapal, mereka berdo’a kepada Allah
dengan memurnikan ketaatan kepadaNya, tetapi tatkala Allah
3. || 3 dari 10 ||
Copyleft 2007 – 1428
menyelamatkan mereka sampai ke darat tiba-tiba mereka kembali
mempersekutukan Allah”, (QS. al-Ankabut;65)
Atau syirik dalam niat dengan menjadikan tujuan amalnya hanya
semata untuk dunia, Allah berfirman, “Barangsiapa yang menghendaki
kehidupan dunia dan perhiasannya, niscaya kami berikan kepada mereka
balasan pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna dan mereka di dunia
tidak akan dirugikan”, (QS.Hud;15)
Syirik dalam ketaatan dengan memberi ketaatan yang sama antara
Allah dengan makhluk-Nya, Sebagaimana firman-Nya, ”Mereka menjadikan
orang-orang alim dan pendeta mereka sebagai tuhan-tuhan selain Allah”,
(QS.at-Taubah;31)
Syirik dalam cinta dengan mencintai selain Allah menyamai
cintanya kepada Allah , sebagaimana firman-Nya,” Dan di antara manusia
ada yang menjadikan sekutu-sekutu selain Allah, mereka mencintainya
seperti mencintai Allah”, (QS. al- Baqarah;165).
Kedua; syirik Ashghar (kecil), yaitu beberapa perbuatan yang yang
disebutkan oleh Al-Qur’an dan hadits sebagai syirik tetapi tidak termasuk
syirik besar seperti bersumpah dengan selain Allah dan riya’
sebagaimana hadits Nabi yang artinya, “Sesungguhnya perkara yang paling
aku khawatir kepada kalian adalah syirik kecil yaitu riya’, (HR.Ahmad)
Ketiga; Syirik khofi (samar) , yaitu syirik yang terselubung seperti
yang digambarkan oleh Rasulullah dalam sabdanya, “Bagaimana sekiranya
aku beritau kalian tentang sesuatu yang lebih aku takuti (terjadi) pada
kalian daripada AL-Masih Ad-Dajjal?, mereka menjawab, Ya, wahai
Rasulullah!. Beliau bersabda, “Syirik yang samar, seperti seorang yang
berdiri lalu dia melakukan shalat maka dia perbagus shalatnya karena dia
melihat ada orang lain yang melihatnya”, ( HR.Ahmad , dari Abi Sa’id Al-
Khudri). Dalam riwayat al-Hakim Rasulullah pernah mengilustrasikan
syirik itu lebih samar dari semut yang merayap di atas batu hitam di tengah
4. || 4 dari 10 ||
Copyleft 2007 – 1428
malam yang gelap- gulita. Oleh sebab itu beliau mengajarkan do’a sebagai
berikut;
ﹶﻻ ِﻱﺬﹶﻟﹼﺍ ِﺐﻧﱠﺬﺍﻟ ﻦِﻣ ﻙﺮِﻔﻐﺘﺳﹶﺍﻭ ﻢﹶﻠﻋﹶﺍ ﺎﻧﺃﻭ ﹰﺎﺌﻴﺷ ﻙِﺮﺸﻧ ﹾﻥﹶﺃ ﻚِﺑ ﹸﺫﻮﻋﹶﺃ ﻲِﺇﻧﻢﻬﱠﻠﻟﹶﺍ
ﻢﹶﻠﻋﹶﺃ
Artinya, “Ya Allah! Aku berlindung kepada-Mu dari segala perbuatan syirik
yang kuketahui, dan aku memohon ampunan-Mu dari dosa yang tidak
kuketahui”.
Kedua, Qhanithat (taat). Al-Hafidz Imaduddin Abil Fida’ Ismail Ibnu
Katsir menulis perkataan Ibnu Abbas, bahwa yang dimaksud dengan
Qhanithat dalam ayat ini adalah taat kepada suaminya. karena lafadz ayat
ini umum, maka taat yang dimaksud juga meliputi taat kepada kedua orang
tua, sebagaimana firman Allah , “ Dan Tuhanmu telah memerintahkan
supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat
baik kepada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di
antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam
pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah mengatakan kepada keduanya
perkataan ”ah”, dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkan
kepada mereka perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah dirimu terhadap
mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah; “Wahai
Tuhanku kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah
mendidik aku waktu kecil”. (QS.Al -Isra’; 23-24)
Ibu dan bapak adalah orang yang pertama setelah Allah yang
berjasa mewujudkan kita di dunia. Tidak ada seorangpun setelah Nabi Adam
dan Nabi Isa yang terlahir tanpa proses kedua orang tua. Perjalanan panjang
sejak dari setetes mani, menjadi darah kemudian segumpal daging yang
akhirnya menjadi manusia yang sempurna membutuhkan perjuangan yang
berat dari mereka berdua. Al-Qur’an sendiri mengilustrasikan perjuangan
5. || 5 dari 10 ||
Copyleft 2007 – 1428
berat tersebut dengan lafaz “Wahnan Ala Wahnin” (lemah di atas
kelemahan), (QS.Lukman;13), di ayat lain dengan kata-kata “Hamalathu
Kurhan wa Wadha’athu Kurhan” (Mengandungnya dengan susah dan
melahirkan dengan susah pula). (QS.Al-Ahqaf;15).
Allah menceritakan semuanya dengan tujuan sebagaimana di akhir
ayat, agar setiap anak manusia bisa bersyukur kepada Allah dan kepada
orang tuanya. Bersyukur kepada Allah kata Syekh As-Sa’di,”Yaitu dengan
beribadah kepada Allah yang menciptakanya dan jangan sampai
keberadaannya di dunia untuk maksiat kepada Allah. Adapun bersyukur
kepada orang tua yaitu dengan berbuat baik dan taat kepada keduanya.
(Taisir Karimurrahman; hal. 597).
Kewajiban berbuat baik kepada orang tua diperintahkan oleh Allah
dengan menggunakan lafaz “Wawasshaina” (Kami wasiatkan) kepada
manusia (QS.Al-Ankabut;8, Lukman;14). Ini dimaksudkan agar manusia
tetap ingat kepada kewajiban tersebut apapun profesi dan kedudukannya
kelak. Juga Allah mensejajarkan perintah berbuat baik pada orang tua,
dengan kewajiban beribadah kepada-Nya (QS.Isra’; 23), menunjukkan
betapa agungnya perintah tersebut. Maka ketika Rasulullah ditanya
perbuatan apa yang paling afdhal, beliau menjawab setelah shalat di awal
waktu adalah berbakti pada orang tua (HR.Bukhari Muslim).
Suatu hari di musim haji seorang laki-laki menggendong ibunya
ketika tawaf dalam keadaan yang berdesakan. Ia bertanya kepada Ibnu
Umar,”Apakah dengan ini aku sudah membalas jasa ibuku ?”. Ibnu Umar
menjawab,“Belum, sekalipun setetes air susunya. Dan seorang tidak akan
mungkin bisa membalas jasa kedua orang tuanya kata Rasulullah, kecuali
ia dapatkan bapaknya tertawan menjadi budak kemudian dia tebus dan
memerdekakannya. (HR.Muslim).
Sebagai orang yang mengandung, melahirkan dan menyusui bahkan
sampai dua tahun (QS.Al-Baqarah;233), ibu mestinya mendapatkan
6. || 6 dari 10 ||
Copyleft 2007 – 1428
perlakuan yang lebih dibandingkan ayah. Seorang laki-laki bertanya kepada
Rasulullah ,”Siapakah orang yang paling berhak untuk dilayani dengan
sebaik-baiknya ?”. Beliau menjawab “Ibumu !”. “Lalu siapa lagi ?”. Beliau
menjawab,“Ibumu !”. “Lalu siapa lagi ?”, Beliau menjawab ,“Ibumu !”. “Lalu
siapa lagi ?”. Beliau menjawab,“Bapakmu !”. (HR.Bukhari Muslim).
Mentaati orang tua kata Imam Ahmad diwajibkan pada semua yang
mubah (dibolehkan dalam agama). Kalau orang tua melarang melakukan
sesuatu atau memerintahkan melakukan sesuatu sekalipun itu dalam
masalah pribadi, anak harus mentaatinya. Seperti seorang ibu yang
memerintahkan anaknya untuk menceraikan isterinya yang tidak taat dan
tidak bisa berbuat baik pada mertuanya, ia harus melakukannya.
Sebagaimana yang diceritakan oleh Abdullah bin Umar bahwa bapaknya
Umar bin Khattab pernah menyuruhnya untuk menceraikan isterinya yang
sangat dia cintai. Ketika itu diadukan kepada Rasulullah, beliau bersabda,
“Ceraikanlah isterimu !” (HR.Abu Daud dan Tirmidzi, shahih).
Bahkan seorang tidak boleh mengorbankan hak orang tuanya
sekalipun dengan tujuan ibadah Selama ibadah itu bukan hal yang wajib.
Ada seorang yang datang kepada Rasulullah meminta ikut berjihad untuk
mencari ridha Allah. Nabi bertanya,“Apakah orang tuamu masih hidup ?”.
Dia menjawab,“Ya”. Nabi bersabda,“Maukah engkau mencari ridha Allah ?.
Pulanglah dan perbaikilah cara berbaktimu pada keduanya !” (HR.Bukhari
Muslim). Dalam riwayat lain Nabi bersabda,“Pulanglah dan berjihadlah
pada keduanya”, (HR.Bukhari Muslim). Maksudnya berjihad dengan cara
berbuat baik kepadanya. Hadits ini menunjukkan agungnya kedudukan
orang tua. Berbuat baik kepadanya lebih utama daripada jihad fisabilillah.
Dan kalau jihad itu Fardhhu Kifayah maka diharamkan seorang anak pergi
tanpa seizin kedua orang tuanya (Riyadhusshalihin; 137).
Sekalipun orang tua berbeda agama, seorang anak tetap
berkewajiban untuk berbuat baik kepadanya. (QS. Lukman;15). Asma’ binti
Abu Bakar pernah mengadukan ibunya yang non muslim kepada Rasulullah
7. || 7 dari 10 ||
Copyleft 2007 – 1428
yang selalu datang kepadanya minta untuk minta diperlakukan dengan baik.
Nabi bersabda,“Perlakukanlah ibumu dengan cara yang baik”, (HR.Bukhari
Muslim). Dan berbuat baik kepada keduanya masih diwajibkan sekalipun
mereka sudah meninggal dunia. Seorang sahabat bertanya kepada Nabi,
apakah masih ada hak orang tuanya setelah ia meninggal dunia. Nabi
menjawab,“Mendoakannya, memohonkan ampunan untuknya, dan
menyambung persahabatan yang pernah dia bina di masa hayatnya”.
(HR.Ahmad )
Begitu agungnya kedudukan orang tua, maka Allah melarang
untuk durhaka kepada keduanya. Sekalipun hanya dengan perkataan,“Uffin
!” (ah), (QS.Isra’; 23). Ibnu Katsir dalam menafsirkan ayat ini
mengatakan,“Jangan mereka mendengar kata yang tidak baik darimu
walaupun sekedar perkataan “ah”, yaitu perkataan yang sangat sepele.
Jangan pula keluar darimu perbuatan yang tidak layak baginya. Tetapi
sebaliknya mengatakan perkataan yang lunak dan berisi penghormatan
dan do’a baginya”,(Tafsir Al-Qur’an Al-Adzim;III/50).
Rasulullah menganggap, durhaka kepada orang tua, termasuk salah
satu dosa besar. (HR.Bukhari Muslim). Dan akibat kedurhakaannya, seorang
anak bisa merasakannya semenjak di dunia. Kita masih mengingat kisah Si
Malin Kundang anak durhaka. Syekh Athiyah Muhammad Salim, seorang
guru besar di Masjid Nabawi pernah bercerita kepada penulis, ketika beliau
menjabat sebagai Ketua Mahkamah Syariah di Madinah. Beliau pernah
mengadili seorang anak yang membunuh ayahnya dengan cara
menyembelihnya di balik batu besar di tengah padang pasir. Ketika ditanya
kenapa melakukan pembunuhan itu dan kenapa memilih tempat di sana ?.
Anak tersebut menjawab,”Sebelum saya membunuhnya, ayah saya
berkata,”Di sinilah aku dulu juga membunuh ayahku”.
Allah mengajarkan do’a untuk orang tua,” Ya, Allah ! Tunjukilah
aku untuk mensyukuri nikmat-Mu yang telah Engkau berikan kepadaku dan
kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang salih yang
8. || 8 dari 10 ||
Copyleft 2007 – 1428
engkau ridhai; berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan)
kepada anak cucuku. (QS.Al-Ahqaf;15)
Juga taat kepada pemimpin dan siapaun selama tidak mengajak
kepada kemaksiatan, Rasulullah bersabda,” Tidak boleh ta’at kepada
makhluk, dalam maksiat kepada Khaliq (Allah). Juga tidak boleh taat pada
orang tua dalam kemaksiatan, atau mengajak kepada kemusyrikan
(QS.Lukman;15 ).
Bagi seorang isteri ta’at kepada suami merupakan sebuah ibadah dan
kewajiban. Rasulullah bersabda, “Apabila wanita telah shalat lima waktu,
dan puasa di bulan Ramadhan, menjaga kemaluannya, dan mentaati
suaminya, maka dikatakan kepadanya; masuklah ke surga lewat pintu mana
yang disuka”, (HR.Ahmad dari Abdurrahman bin Auf).
Dari Abu Hurairah, Rasulullah bersabda,”Kalau wanita diajak oleh
suaminya ke ranjang, kemudian dia menolak maka malaikat akan
melaknatnya sampai pagi”, (HR.Bukhari Muslim).
Semuanya ini karena besarnya tanggungjawab suami kepada isteri,
sehingga dia berhak mendapatkan perlakuan dan hak seperti itu.
Ketiga, Hafidzaat (menjaga diri). Islam memuliakan wanita muslimah
dari kedzaliman jahiliyah yang memperbudak wanita bahkan membunuh
anak-anak wanitanya, sebagaimana firman Allah , “Dan apabila seseorang
dari mereka diberi kabar dengan (kelahiran) anak perempuan, hitamlah
(merah padamlah) mukanya, dan dia sangat marah. ia menyembunyikan
dirinya dari orang banyak, disebabkan buruknya berita yang disampaikan
kepadanya. apakah dia akan memeliharanya dengan menanggung
kehinaan ataukah akan menguburkannya ke dalam tanah (hidup-hidup)
Ketahuilah, alangkah buruknya apa yang mereka tetapkan itu. (QS. An-
Nahl (16):58-59).
Al-Qur’an sangat memperhatikan prinsip-prinsip kesetaraan jender
sebagaimana yang bisa dianalisa dengan lewat beberapa variabel sebagai
9. || 9 dari 10 ||
Copyleft 2007 – 1428
standar di antaranya; laki-laki dan perempuan sama-sama sebagai hamba
Allah yang mempunyai potensi dan peluang yang sama untuk menjadi
hamba yang ideal (muttaqin), (QS. 49:13). Penghargaan dan balasan yang
akan diperoleh oleh hamba adalah sama tanpa melihat status jendernya,
(QS.16:97). Sama-sama berpotensi untuk meraih prestasi di dunia dan di
akherat, (QS.3:195), (QS.4:124), (QS.16:97), (QS.40:40). Beberapa bentuk
kekhususan yang diberikan kepada laki-laki seperti sebagai qawwamah
(pelindung) bagi perempuan, (QS.4:34), mendaptakan warisan yang lebih,
(QS.4:11), diperkenankan poligami bagi yang memenuhi persyaratan,
(QS.4:3), tidaklah menyebakan laki-laki menjadi hamba yang utama, tetapi
harus dipahami sebagai bentuk tanggung jawab yang lebih besar kepada
laki-laki dalam kapasitasnya yang mempunyai peran publik dan sosial yang
lebih dari perempuan.
Untuk menjaga kehormatan dan kesucian itulah, Allah
memerintahkan muslimah untuk menutup auratnya dan tidak dipamerkan
kepada orang yang bukan mahramnya. Allah berfirman, » Katakanlah
kepada wanita yang beriman:"Hendaklah mereka menahan pandangan
mereka, dan memelihara kemaluan mereka, dan janganlah mereka
menampakkan perhiasan mereka kecuali yang (biasa) nampak dari
mereka.Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung kedada mereka,
dan janganlah menampakkan perhiasan mereka, kecuali kepada suami
mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera
mereka, atau putera-putera suami mereka, atau saudara-saudara mereka,
atau putera-putera saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara
perempuan mereka, atau wanita-wanita Islam, atau budak-budak yang
mereka miliki atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai
keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang
aurat wanita.Dan janganlah mereka memukulkan kaki mereka agar
diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan.Dan bertaubatlah kepada
Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung. (QS. al-Nur