SlideShare una empresa de Scribd logo
1 de 32
Laporan Kasus



           BENIGN PROSTAT HYPERPLASI &
                   HIDRONEFROSIS




                        Pembimbing :
                    Dr. Amukti Wahana Sp.B




                        Disusun oleh :
                      Rangga Pragasta SS
                         2051210020




                   LAB. ILMU BEDAH UMUM
                RSUD KANJURUHAN KEPANJEN
       FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM MALANG
                            2012


                              1
KATA PENGANTAR


       Puji dan syukur senantiasa kita panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala
nikmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah Laporan kasus
bedah umum dengan judul “ Benign Prostat Hiperplasi dan hidronefrosis” tepat pada
waktunya.
     Laporan ini dibuat untuk memenuhi tugas kepaniteraan klinik Ilmu Bedah, untuk
menambah wawasan mengenai penatalaksanaan penyakit di bidang bedah. Penulis
menyadari bahwa penulisan dalam makalah ini masih jauh dari sempurna. Kritik dan
saran untuk penyempurnaan semoga telaah ini dapat berguna dan memberikan manfaat
bagi kita semua. Amin.




                                                 Kepanjen, 10 Mei 2012




                                                         Penulis




                                        2
BAB I
                                 PENDAHULUAN


1.1    LATAR BELAKANG

       Pembesaran prostat benigna atau lebih dikenal sebagai BPH sering diketemukan
pada pria yang menapak usia lanjut1. Istilah BPH atau benign prostatic hyperplasia
sebenarnya merupakan istilah histopatologis, yaitu terdapat hiperplasia sel-sel stroma
dan sel-sel epitel kelenjar prostat. Hiperplasia prostat benigna ini dapat dialami oleh
sekitar 70% pria di atas usia 60 tahun. Angka ini akan meningkat hingga 90% pada pria
berusia di atas 80 tahun. Meskipun jarang mengancam jiwa, BPH memberikan keluhan
yang menjengkelkan dan mengganggu aktivitas sehari-hari. Keadaan ini akibat dari
pembesaran kelenjar prostat atau benign prostate enlargement (BPE) yang
menyebabkan terjadinya obstruksi pada leher buli-buli dan uretra atau dikenal sebagai
bladder outlet obstruction (BOO). Obstruksi yang khusus disebabkan oleh pembesaran
kelenjar prostat disebut sebagai benign prostate obstruction (BPO). Obstruksi ini lama
kelamaan dapat menimbulkan perubahan struk-tur buli-buli maupun ginjal sehingga
menye-babkan komplikasi pada saluran kemih atas maupun bawah.
       Keluhan yang disampaikan oleh pasien BPH seringkali berupa LUTS (lower
urinary tract symptoms) yang terdiri atas gejala obstruksi (voiding symptoms) maupun
iritasi (storage symptoms) yang meliputi: frekuensi miksi meningkat, urgensi, nokturia,
pancaran miksi lemah dan sering terputus-putus (intermitensi), dan merasa tidak puas
sehabis miksi, dan tahap selanjutnya terjadi retensi urine. Hubungan antara BPH dengan
LUTS sangat kompleks. Tidak semua pasien BPH mengeluhkan gangguan miksi dan
sebaliknya tidak semua keluhan miksi disebabkan oleh BPH. Banyak sekali faktor yang
diduga berperan dalam proliferasi/pertumbuhan jinak kelenjar prostat, tetapi pada
dasarnya BPH tumbuh pada pria yang menginjak usia tua dan masih mempunyai testis
yang masih berfungsi normal menghasilkan testosteron. Di samping itu pengaruh
hormon lain (estrogen, prolaktin), diet tertentu, mikrotrauma, dan faktor-faktor
lingkungan diduga berperan dalam proliferasi selsel kelenjar prostat secara tidak
langsung. Faktor faktor tersebut mampu mempengaruhi sel-sel prostat untuk
mensintesis protein growth factor, yang selanjutnya protein inilah yang berperan dalam
memacu terjadinya proliferasi sel-sel kelenjar prostat. Fakor-faktor yang mampu


                                          3
meningkatkan sintesis protein growth factor dikenal sebagai faktor ekstrinsik sedangkan
protein growth factor dikenal sebagai factor intrinsik yang menyebabkan hiperplasia
kelenjar prostat.
         Terapi yang akan diberikan pada pasien tergantung pada tingkat keluhan pasien,
komplikasi yang terjadi, sarana yang tersedia, dan pilihan pasien. Di berbagai daerah di
Indonesia kemampuan melakukan diagnosis dan modalitas terapi pasien BPH tidak
sama karena perbedaan fasilitas dan sumber daya manusia di tiap-tiap daerah. Walaupun
demikian dokter di daerah terpencilpun diharapkan dapat menangani pasien BPH
dengan sebaik-baiknya. Penyusunan guidelines di berbagai negara maju ternyata
berguna bagi para dokter maupun spesialis urologi dalam menangani kasus BPH dengan
benar.


1.2      BATASAN MASALAH
                Laporan Kasus ini berisi tentang Anamnesa, pemeriksaan fisik, gejala
         pasien, serta penatalaksanaan BPH atau benign prostatic hyperplasia. Laporan
         ini juga membahas sedikit mengenai BPH secara umum.


1.3      TUJUAN PENULISAN
         Penulisan Laporan Kasus ini bertujuan untuk:
         -   Melaporkan pasien dengan diagnose BPH.
         -   Meningkatkan kemampuan dalam penulisan ilmiah di bidang kedokteran.
         -   Memenuhi salah satu tugas Kepaniteraan Klinik di Bagian Ilmu Bedah
             Fakultas Kedokteran Universitas Islam Malang RSUD Kanjuruhan Kepanjen
             Malang.




                                           4
BAB II
                                  LAPORAN KASUS


2.1   IDENTITAS
      Nama          : Tn. AR
      Umur          : 60 tahun
      Jenis kelamin : Laki-laki
      Alamat        : Jl. Malang
      Pekerjaan     : Pensiunan guru
      Pendidikan    : tamat SMA
      Agama         : Islam
      St.Perkawinan: Menikah
      Suku          : Jawa
      Tgl. Berobat : 4 April 2012
      No. Register :


2.2   ANAMNESA
      Keluhan Utama:
      Susah BAK sejak ± 2 bulan yang lalu.


      Riwayat Penyakit Sekarang:
         Sejak ± 2 bulan yang lalu pasien merasakan susah buang air kecil. Pasien
      juga merasa susah untuk memulai BAK, dan terkadang harus disertai dengan
      mengedan untuk buang air kacil, pancaran semakin lama dirasa melemah dan
      kadang pasien mengalami kencing tiba-tiba berhenti dan lancar kembali.
      Sebelumnya pasien           juga merasakan anyang-anyangen tapi sekarang
      menghilang, pasien menceritakan bahwa dirinya sering bekali-kali ke kamar
      kecil dikarenakan hasrat ingin buang air kecil akan tetapi saat di kamar kecil
      hanya keluar beberapa tetes saja dan merasa kurang puas, selain itu pasien
      mengaku sering terganggu tidurnya dikarenakan kekamar mandi untuk buang air
      kecil, keluhan yang lain juga kadang terasa menetes padahal pasien telah buang
      air kecil 15 menit yang lalu. Keluhan lain adalah pasien merasakan pegal-pegal



                                          5
pada daerah pinggang yang hilang timbul. Kemudian pasien memeriksakan diri
      ke puskesmas dan dipasang kateter. Jika kateter dilepas, pasien tidak bisa BAK.
      pasien tidak merasakan pusing, mual, muntah, BAB (+) normal, tidak dirasa
      nyeripada daerah tertentu, kencing darah (-) , Panas (-).


      Riwayat penyakit dahulu
      Sebelumnya pasien tidak pernah mengalami kejadian serupa seperti sekarang.
      tidak ada riwayat kencing keluar batu.
      -   Diabetes Melitus : disangkal
      -   Hipertensi         : disangkal
      -   Alergi             : disangkal
      -   Batuk lama         : disangkal


      Riwayat penyakit keluarga
      -   Riwayat sakit denga gejala serupa         : Tidak diketahui
      -   Diabetes Melitus                          : Tidak diketahui
      -   Hipertensi                                : Tidak diketahui
      -   Alergi                                    : Tidak diketahui


      Riwayat Kebiasaan
      -   Makan                     : 3 x sehari.
      -   Minum air putih           : Jarang.
      -   Rokok                     : (+)
      -   Alkohol                   : (-)
      -   Obat tanpa resep dokter : (-)
      -   Jamu                      : (-)
      -   Olahraga                  : (-)


2.3   PEMERIKSAAN FISIK
      Status Present
      Tidak tampak sakit, kesadaran compos mentis (GCS E 4V5M6), status gizi kesan
      cukup.



                                            6
Tanda Vital
Tensi            : 120/80 mmHg
Nadi             : 88 x/menit, isi cukup
Pernafasan       : 28x/menit, regular, Kusmaull (-), Cheyne-Stokes (-)
Suhu             : 36,1o C
Kepala
Bentuk : normocephali
Rambut : warna putih beruban, distribusi merata
Mata
Sklera Ikterik          : -/-
Conjuctiva Anemis       : -/-
Telinga
Bentuk                  : normotia
Secret                  : -/-
Hidung
Tidak ada deviasi septum
Sekret                  : -/-
Mulut dan tenggorokan
Bibir                   : tidak kering dan tidak cyanosis
Tonsil                  : T1/T1
Pharing                 : tidak hiperemi
Leher
Trakea lurus di tengah, tidak teraba pembesaran KGB
Paru
Suara nafas vesikuler, ronchi -/-, wheezing -/-
Jantung
Auskultasi: Bunyi jantung I dan II reguler, murmur (-), gallop (-)
Abdomen
Inspeksi : abdomen datar, tidak tampak adanya massa
Palpasi : teraba masa kistik pada supra simpisis
Perkusi : timpani.
Auskultasi : bising usus (+) normal



                                       7
Status lokalisata
              Pemeriksaan      dalam (digital     rectal   examina-tion)   :   sfingter   ani
      mencengkeram kuat, mukosa licin, ampula rectum tidak kolaps, teraba prostat
      kenyal, kanan dan kiri simetris, tidak berbenjol-benjol, nyeri tekan (-), sulcus
      medianus teraba datar.


2.4   PEMERIKSAAN PENUNJANG
      Lab darah lengkap : 3 april 2012
      Hb                     : 13, 7 g/dl
      Hct                    : 42,0 %
      Eritrosit              : 5,17 juta/cmm
      Leukosit               : 11.760
      Hitung jenis           : 4 / 0/ 59/ 30 /7
      LED                    : 82 mm/jam
      Trombosit              : 228.000 sel/cmm
      Masa perdarahan        : 1’00’’ menit
      Masa pembekuan         : 8’00’’ menit
      GDS                    : 112 mg/dl
      SGOT                   : 25 U/L
      SGPT                   : 50 U/L
      Ureum                  : 78 mg/dl
      Kreatinin              : 1,70 mg/dl
      Kesimpulan             : LED meningkat, azotemia, tidak mengesankan
      adanya CKD
      USG prostat tanggal 2 April 2011
      Hepar          : dbn
      Lien           : dbn
      Ren Dx         : ukuran 10 x 6,1 cm, intensias echocortex meningkat
                     Batas cortex medulla kabur, sistema pelvico calyceal dilatasi
                     grade 2 , tak tampak batu
      Ren Sin        : ukuran 11 x 5,2 cm, intensias echocortex meningkat
                     Batas cortex medulla kabur, sistema pelvico calyceal dilatasi



                                              8
grade 1 , tak tampak batu
      VU              : ukuran normal, dinding menebal, batu (-)
      Prostat         : kesan intravesical uk 5 x 3,5 x 5 cm. Echoparencym homogen


      Kesan           : hidronefrosis dextra grade II dan sinistra grade I e/c post
      renal dengan kesan intravesical prostat hyperplasia


2.3   RESUME
                Pasien Tn.AR ♂ umur 60 tahun datang ke poli bedah RSUD Kanjuruhan
      Kepanjen dengan keluhan        Sejak ± 1 bulan yang lalu pasien merasakan susah
      buang air kecil. Pasien juga merasa susah untuk memulai BAK, dan terkadang
      harus disertai dengan mengedan untuk buang air kacil, pancaran semakin lama
      dirasa melemah dan kadang pasien mengalami kencing tiba-tiba berhenti dan
      lancar kembali. Sebelumnya pasien           juga merasakan anyang-anyangen tapi
      sekarang menghilang, pasien menceritakan bahwa dirinya sering bekali-kali ke
      kamar kecil dikarenakan hasrat ingin buang air kecil akan tetapi saat di kamar
      kecil hanya keluar beberapa tetes saja dan merasa kurang puas, selain itu pasien
      mengaku sering terganggu tidurnya dikarenakan kekamar mandi untuk buang air
      kecil, keluha yang lain juga kadang terasa menetes padahal pasien telah buang
      air kecil 15 menit yang lalu. Keluhan lain adalah pasien merasakan pegal-pegal
      pada daerah pinggang yang hilang timbul Kemudian pasien memeriksakan diri
      ke dokter dan dipasang kateter, BAK melalui kateter, kadang-kadang batuk.
                  Dari Pemeriksaan dalam didapatkan sfingter ani mencengkeram kuat,
      mukosa licin, ampula rectum tidak kolaps, teraba prostat kenyal, kanan dan kiri
      tidak simetris, nyeri tekan (-), sulcus medianus tidak teraba, tidak berbenjol-
      benjol. Dari pemeriksaan laboratorium, didapatkan LED meningkat dan
      azotemia. Sedangkan hasil pemeriksaan USG didapatkan hidronefrosis dextra
      grade II dan sinistra grade I e/c post renal dengan kesan intravesical prostat
      hyperplasia.




                                           9
2.5       DIAGNOSIS
          Diagnosis Kerja
          BPH dan hidronefrosis dextra grade 2 sinistra grade 1
          Diagnosis Banding
          karsinoma prostat, Neurogenic bladder, Acute prostatitis.
          Dasar Diagnosis
          -       Anamnesa : sejak ± 1 bulan yang lalu pasien merasakan susah buang air
                  kecil. Pancaran melemah dan terkadang harus disertai dengan mengedan
          -       Pada pasien didapatkan Hesitansi, Pancaran lemah, Intermitensi, Miksi tidak
                  puas, Terminal dribbling, disuria.
          -       IPSS (International Prostate Symptom Score)
                                             Kurang
                                                                      Kadang-
                                             dari          Kurang                Lebih
                                    Tidak                             kadang                Hampir
Dalam 1 bulan terakhir                       sekali        dari                  dari                Skor
                                    pernah                            (sekitar              selalu
                                             dalam         setengah              setengah
                                                                      50%)
                                             lima hari
1. Seberapa sering anda
   merasa masih ada sisa 0                   1             2          3          4          5        5
   selesai kencing?
2. Seberapa sering Anda
   harus kembali kencing
   dalam waktu kurang 0                      1             2          3          4          5        3
   dari       2    jam    setelah
   selesai kencing?
3. Seberapa sering Anda
   mendapatkan            bahwa
                                    0        1             2          3          4          5
   Anda kencing terputus-                                                                            4
   putus?
4. Seberapa sering tidak
   bisa                  menahan
                                    0        1             2          3          4          5
   keinginan               untuk                                                                     4
   kencing?
5. Seberapa                sering
   pancaran kencing Anda 0                   1             2          3          4          5        4
   lemah?



                                                      10
6. Seberapa sering Anda
    harusmengejan       untuk 0            1             2         3            4         5
                                                                                                    4
    mulai kencing?

7. Seberapa sering Anda
    harus     bangun    untuk
    kencing, sejak mulai
                                 0         1             2         3            4         5
    tidur pada malam hari                                                                           3
    hingga bangun di pagi
    hari?

Skor IPSS Total (pertanyaan 1 sampai 7) =           27

                                                                                Pada
                                                         Pada
                                 Senang                                         umumnya   Tidak     Buruk
                                           Senang        umumnya   Biasa saja
                                 sekali                                         tidak     bahagia   sekali
                                                         Puas
                                                                                puas
Seandainya Anda harus
enghabiskan sisa        hidup
dengan       fungsi    kencing                                                            √
seperti saat ini, agaimana
perasaan Anda?


-           Pemeriksaan dalam        : sfingter ani mencengkeram kuat, mukosa licin, ampula
         rectum tidak kolaps, teraba prostat kenyal, kanan dan kiri tidak simetris, nyeri
         tekan (-), sulcus medianus tidak teraba, tidak berbenjol-benjol.


2.6 DISKUSI
               Berdasarkan data tersebut di atas pasien ini di diagnose Pembesaran prostat
    jinak (BPH) kategori berat. Hal-hal yang mendukung diagnosis tersebut berdasarkan
    anamnesa adalah sejak ± 1 bulan yang lalu pasien merasakan susah buang air kecil.
    Pancaran melemah dan terkadang harus disertai dengan mengedan dan juga pada
    pasien didapatkan Hesitansi (susah memulai miksi), Pancaran lemah, Intermitensi
    (kencing tiba-tiba berhenti dan lancar kembali), Miksi tidak puas, Terminal
    dribbling (menetes setelah miksi), disuria (rasa tidak enak saat kencing).
    Pemeriksaan dalam            didapatkan sfingter ani mencengkeram kuat, mukosa licin,

                                                11
ampula rectum tidak kolaps, teraba prostat kenyal, kanan dan kiri tidak simetris,
      nyeri tekan (-), sulcus medianus tidak teraba, tidak berbenjol-benjol. Dan di
      kategorikan berat karena skor IPSS = 27
             Diagnosis banding dari kasus ini adalah karsinoma prostat, Neurogenic
      bladder, Acute prostatitis.
             Karsinoma prostat dijadikan diagnosis banding didasarkan pada anamnesa
      dari pasien merasakan susah buang air kecil. Pasien juga merasa susah untuk
      memulai BAK, dan terkadang harus disertai dengan mengedan untuk buang air
      kacil, pancaran semakin lama dirasa melemah dan kadang pasien mengalami
      kencing tiba-tiba berhenti dan lancar kembali, dan disingkirkan dikarenakan pada
      rectal touser karsinoma prostatharusnya didapatkan konsistensi prostat keras dan
      teraba nodul, dan mungkin antara lobus prostat tidak simetri.
             Neurogenic bladder dijadikan diagnosis banding didasarkan pada anamnesa
      dari pasien merasakan, pancaran semakin lama dirasa melemah dan kadang pasien
      mengalami kencing tiba-tiba berhenti dan lancar kembali. keluha lain juga kadang
      terasa menetes padahal pasien telah buang air kecil 15 menit yang lalu. akan tetapi
      disingkirkan dikarenakan pada Neurogenic bladder bisa terjadi akibat Penyakit,
      Cedera, Cacat bawaan pada otak, medula spinalis atau saraf yang menuju ke
      kandung kemih, saraf yang keluar dari kandung kemih maupun keduanya, dan itu
      tidak di dapatkan pada pasien tersebut.
             Acute prostatitis dijadikan diagnosis banding didasarkan pada anamnesa dari
      pasien yang menceritakan bahwa dirinya sering bekali-kali ke kamar kecil
      dikarenakan hasrat ingin buang air kecil akan tetapi saat di kamar kecil hanya keluar
      beberapa tetes saja dan merasa kurang puas, selain itu pasien mengaku sering
      terganggu tidurnya dikarenakan kekamar mandi untuk buang air kecil, akan tetapi
      Acute prostatitis disingkirkan dikarenakan pada acute prostatitis sering sering
      menggigil, demam, sakit di punggung bawah dan daerah kelamin, nyeri tubuh, dan
      dibuktikan dengan adanya infeksi saluran kemih (sebagaimana dibuktikan oleh
      keberadaan sel-sel darah putih dan bakteri dalam urin).
2.7      PENATALAKSANAAN

Non operatif
Non medikamentosa


                                                12
KIE : Pengaturan gaya hidup yang meliputi, Jangan mengkonsumsi kopi atau alcohol
Kurangi makanan dan minuman yang mengiritasi buli-buli (kopi, coklat), Kurangi
makanan pedas atau asin, Jangan menahan kencing terlalu lama


Medikamentosa
Per oral : Penghambat 5α-reduktase (finasterid) mengurangi volume prostat dengan
menurunkan kadar hormon testosterone.

Operatif : Pro operasi (prostatektomi)




                                         13
BAB III
                               PEMBAHASAN BPH


3.1   PENDAHULUAN
              Kelenjar prostat adalah organ tubuh pria yang terletak di sebelah inferior
      bulibuli dan membungkus uretra posterior.1 Paling sering mengalami
      pembesaran, baik jinak maupun ganas.2 Bila mengalami pembesaran, organ ini
      membuntu uretra pars prostatika dan menghambat aliran urin keluar dari buli-
      buli.1 Benign Prostate Hyperplasia (BPH) merupakan Pembesaran Prostat Jinak
      (PPJ) yang menghambat aliran urin dari buli-buli.3 Pembesaran ukuran prostat
      ini akibat adanya hyperplasia stroma dan sel epitelial mulai dari zona
      periurethra.3,4




      Gambar 1. Perbedaan aliran urin dari buli-buli pada prostat normal dan prostat
      yang mengalami pembesaran. Bentuk kelenjar prostat sebesar buah kenari
      dengan berat normal pada orang dewasa ± 20 gram. Mc Neal (1976) membagi
      kelenjar prostat dalam beberapa zona, antara lain: zona perifer, zona sentral,
      zona transisional, zona fibromuskuler anterior dan zona periurethra. Sebagian
      besar   hiperplasia   prostat   terdapat   pada   zona   transisional,   sedangkan
      pertumbuhan karsinoma prostat berasal dari zona perifer.1,6




                                          14
3.2   ETIOLOGI dan PATOFISIOLOGI

             Hingga sekarang, penyebab BPH masih belum dapat diketahui secara
      pasti,tetapi beberapa hipotesis menyebutkan bahwa BPH erat kaitannya dengan
      peningkatan kadar dihidrotestosteron (DHT) dan proses penuaan. Beberapa
      hipotesis yang diduga sebagai penyebab timbulnya hiperplasia prostat

      1. Teori dihidrotestosteron

             Pertumbuhan    kelenjar prostat   sangat tergantung pada        hormone
      testosteron. Dimana pada kelenjar prostat, hormon ini akan dirubah menjadi
      metabolit aktif dihidrotestosteron (DHT) dengan bantuan enzim 5 α – reduktase.
      DHT inilah yang secara langsung memicu m-RNA di dalam sel-sel kelenjar
      prostat untuk mensintesis protein growth factor yang memacu pertumbuhan
      kelenjar prostat. 1




      Gambar 2. Perubahan Testosteron menjadi Dihidrotesteron oleh enzim
      5 α – reduktase.


             Pada berbagai penelitian, aktivitas enzim 5 α – reduktase dan jumlah
      reseptor androgen lebih banyak pada BPH. Hal ini menyebabkan sel-sel prostat
      menjadi lebih sensitif terhadap DHT sehingga replikasi sel lebih banyak terjadi
      dibandingkan dengan prostat normal.




                                        15
Gambar 3. Teori Dihidrotestosteron dalam Hiperplasia Prostat


2. Ketidakseimbangan antara estrogen-testosteron

       Pada usia yang makin tua, kadar testosteron makin menurun, sedangkan
kadar estrogen relatif tetap, sehingga perbandingan estrogen : testosteron relatif
meningkat. Estrogen di dalam prostat berperan dalam terjadinya proliferasi sel-
sel kelenjar prostat dengan cara meningkatkan sensitivitas sel-sel prostat
terhadap rangsangan hormon androgen,meningkatkan jumlah reseptor androgen
dan menurunkan jumlah kematian sel-sel prostat (apoptosis). Akibatnya, dengan
testosteron yang menurun merangsang terbentuknya sel-sel baru, tetapi sel-sel
prostat yang telah ada mempunyai umur yang lebih panjang sehingga massa
prostat menjadi lebih besar.1




                                    16
3. Interaksi stroma-epitel

           Cunha (1973) membuktikan bahwa diferensiasi dan pertumbuhan selsel
    epitel prostat secara tidak langsung dikontrol oleh sel-sel stroma melalui suatu
    mediator (growth factor). Setelah sel stroma mendapatkan stimulasi dari DHT
    dan estradiol, sel-sel stroma mensintesis suatu growth factor yang selanjutnya
    mempengaruhi sel stroma itu sendiri, yang menyebabkan terjadinya proliferasi
    sel-sel epitel maupun stroma.1


    4. Berkurangnya kematian sel prostat

           Apoptosis sel pada sel prostat adalah mekanisme fisiologik homeostatis
    kelenjar prostat. Pada jaringan nomal, terdapat keseimbangan antara laju
    proliferasi sel dengan kematian sel. Berkurangnya jumlah sel-sel prostat yang
    apoptosis menyebabkan jumlah sel-sel prostat secara keseluruhan makin
    meningkat sehingga mengakibatkan pertambahan massa prostat. Diduga hormon
    androgen berperan dalam menghambat proses kematian sel karena setelah
    dilakukan kastrasi, terjadi peningkatan aktivitas kematian sel kelenjar prostat.1


    5. Teori sel stem

           Untuk mengganti sel-sel yang telah mengalami apoptosis, selalu dibentuk
    sel-sel baru. Dalam kelenjar prostat dikenal suatu sel stem, yaitu sel yang
    mempunyai kemampuan berproliferasi sangat ekstensif. Kehidupan sel ini
    bergantung pada hormon androgen, dimana jika kadarnya menurun (misalnya
    pada kastrasi), menyebabkan terjadinya apoptosis. Sehingga terjadinya
    proliferasi sel-sel pada BPH diduga sebagai ketidaktepatan aktivitas sel stem
    sehingga terjadi produksi yang berlebihan sel stroma maupun sel epitel.1


PATOFISIOLOGI HIPERPLASIA PROSTAT

           Pembesaran prostat menyebabkan terjadinya penyempitan lumen uretra
    pars prostatika dan menghambat aliran urin sehingga menyebabkan tingginya
    tekanan intravesika. Untuk dapat mengeluarkan urin, buli-buli harus


                                        17
berkontraksi lebih kuat guna melawan tahanan, menyebabkan terjadinya
      perubahan anatomik buli-buli, yakni: hipertropi otot destrusor, trabekulasi,
      terbentuknya selula, sakula, dan divertikel buli-buli. Perubahan struktur pada
      buli-buli tersebut dirasakan sebagai keluhan pada saluran kemih bagian bawah
      atau Lower Urinary Tract Symptoms(LUTS).
             Tekanan intravesika yang tinggi diteruskan ke seluruh bagian buli-buli
      tidak terkecuali pada kedua muara ureter. Tekanan pada kedua muara ureter ini
      menimbulkan aliran balik dari buli-buli ke ureter atau terjadinya refluks
      vesikoureter.   Jika   berlangsung     terus   akan   mengakibatkan   hidroureter,
      hidronefrosis bahkan jatuh ke dalam gagal ginjal.1


3.3   Manifestasi Klinis
      Anamnesa
      1. Keluhan pada saluran kemih bagian bawah
             Manifestasi klinis timbul akibat peningkatan intrauretra yang pada
      akhirnya dapat menyebabkan sumbatan aliran urin secara bertahap. Meskipun
      manifestasi dan beratnya penyakit bervariasi, tetapi ada beberapa hal yang
      menyebabkan penderita datang berobat, yakni adanya LUTS.4
      Keluhan LUTS terdiri atas gejala obstruksi dan gejala iritatif.
             Gejala obstruksi antara lain: hesitansi, pancaran miksi melemah,
      intermitensi, miksi tidak puas, menetes setelah miksi. Sedangkan gejala iritatif
      terdiri dari: frekuensi, nokturia, urgensi dan disuri.1
             Untuk menilai tingkat keparahan dari LUTS, bebeapa ahli/organisasi
      urologi membuat skoring yang secara subjektif dapat diisi dan dihitung sendiri
      oleh pasien.
             Sistem skoring yang dianjurkan oleh WHO adalah international
      Prostatic Symptom Score (IPSS). Sistem skoring IPSS terdiri atas 7 pertanyaan
      yang berhubungan dengan keluhan LUTS dan 1 pertanyaan yang berhubungan
      dengan kualitas hidup pasien. Dari skor tersebut dapat dikelompokkan gejala
      LUTS dalam 3 derajat, yaitu:




                                           18
Ringan             : skor 0-7
                  Sedang             : skor 8-19
                  Berat              : skor 20-35


IPSS (International Prostate Symptom Score)
                                             Kurang
                                             dari                     Kadang-
                                                           Kurang                Lebih
                                 Tidak       sekali                   kadang                Hampir
Dalam 1 bulan terakhir                                     dari                  dari                Skor
                                 pernah      dalam                    (sekitar              selalu
                                                           setengah              setengah
                                             lima                     50%)
                                             hari
1. Seberapa sering anda
  merasa masih ada sisa 0                    1             2          3          4          5        5
   selesai kencing?
2. Seberapa sering Anda
  harus kembali kencing
  dalam waktu kurang 0                       1             2          3          4          5        3
  dari    2    jam     setelah
   selesai kencing?
3. Seberapa sering Anda
  mendapatkan          bahwa
                                 0           1             2          3          4          5
  Anda kencing terputus-                                                                             4
   putus?
4. Seberapa sering tidak
  bisa               menahan
                                 0           1             2          3          4          5
  keinginan             untuk                                                                        4
   kencing?
5. Seberapa            sering
  pancaran kencing Anda 0                    1             2          3          4          5        4
  lemah?

6. Seberapa sering Anda
  harusmengejan         untuk 0              1             2          3          4          5
                                                                                                     4
  mulai kencing?

7. Seberapa sering Anda 0                    1             2          3          4          5
  harus       bangun    untuk
  kencing, sejak mulai


                                                      19
tidur pada malam hari                                                                         3
   hingga bangun di pagi
   hari?

Skor IPSS Total (pertanyaan 1 sampai 7) =        27
                                                                             Pada
                                                      Pada
                               Senang                                        umumnya   Tidak     Buruk
                                        Senang        umumnya   Biasa saja
                               sekali                                        tidak     bahagia   sekali
                                                      Puas
                                                                             puas
Seandainya Anda harus
enghabiskan sisa     hidup
dengan     fungsi   kencing
seperti saat ini, agaimana
perasaan Anda?


         2. Gejala pada saluran kemih bagian atas
                 Keluhan dapat berupa gejala obstruksi antara lain, nyeri pinggang,
         benjolan di pinggang (hidronefrosis) dan demam (infeksi, urosepsis).1
         3. Gejala diluar saluran kemih
                 Tidak jarang pasien berobat ke dokter karena mengeluh adanya hernia
         inguinalis atau hemoroid, yang timbul karena sering mengejan pada saat miksi
         sehingga mengakibatkan peningkatan tekanan intraabdominal.1


Pemeriksaan Fisik
         Pada pemeriksaan fisik mungkin didapatkan buli-buli yang penuh dan teraba
massa kistik si daerah supra simpisis akibat retensi urin.1 Pemeriksaan colok dubur atau
Digital Rectal Examination (DRE) merupakan pemeriksaan fisik yang penting pada
BPH, karena dapat menilai tonus sfingter ani, pembesaran atau ukuran prostat dan
kecurigaan adanya keganasan seperti nodul atau perabaan yang keras. Pada pemeriksaan
ini dinilai besarnya prostat, konsistensi, cekungan tengah, simetri, indurasi, krepitasi
dan ada tidaknya nodul.1,4,9
         Colok dubur pada BPH menunjukkan konsistensi prostat kenyal, seperti meraba
ujung hidung, lobus kanan dan kiri simetris, dan tidak didapatkan nodul.
         Sedangkan pada karsinoma prostat, konsistensi prostat keras dan teraba nodul,
dan mungkin antara lobus prostat tidak simetri.1


                                            20
Gambar 4. Pemeriksaan Colok Dubur5


Pemeriksaan Laboratorium
       Sedimen urin diperiksa untuk mencari kemungkinan adanya proses infeksi atau
inflamasi pada saluran kemih.1 Obstruksi uretra menyebabkan bendungan saluran kemih
sehingga menganggu faal ginjal karena adanya penyulit seperti hidronefrosis
menyebabkan infeksi dan urolithiasis.1,9 Pemeriksaan kultur urin berguna untuk mencari
jenis kuman yang menyebabkan infeksi dan sekaligus menentukan sensitivitas kuman
terhadap beberapa antimikroba yang diujikan.
       Pemeriksaan sitologi urin digunakan untuk pemeriksaan sitopatologi sel-sel
uroteliumyang terlepas dan terikut urin. Pemeriksaan gula darah untuk mendeteksi
adanya diabetes mellitus yang dapat menimbulkan kelainan persarafan pada buli-buli.
Jika dicurigai adanya keganasan prostat perlu diperiksa penanda tumor prostat (PSA).1




Pencitraan
       Foto polos perut berguna untuk mencari adanya batu opak di saluran kemih,
batu/kalkulosa prostat atau menunjukkan bayangan buli-buli yang penuh terisi urin,
yang merupakan tanda retensi urin. Pemeriksaan IVP dapat menerangkan adanya :



                                          21
•   kelainan ginjal atau ureter (hidroureter atau hidronefrosis)
          •   memperkirakan besarnya kelenjar prostat yang ditunjukkan dengan
              indentasi prostat (pendesakan buli-buli oleh kelenjar prostat) atau ureter
              bagian distal yang berbentuk seperti mata kail (hooked fish)
          •   penyulit yang terjadi pada buli-buli, yakni: trabekulasi, divertikel, atau
              sakulasi buli-buli
              Pemeriksaan IVP tidak lagi direkomendasikan pada BPH.1 Pemeriksaan
       USG secara Trans Rectal Ultra Sound (TRUS), digunakan untuk mengetahui
       besar dan volume prostat , adanya kemungkinan pembesaran prostat maligna
       sebagai petunjuk untuk melakukan biopsi aspirasi prostat, menentukan jumlah
       residual urin dan mencari kelainan lain pada buli-buli. Pemeriksaan Trans
       Abdominal Ultra Sound (TAUS) dapat mendeteksi adanya hidronefrosis ataupun
       kerusakan ginjal akibat obstruksi BPH yang lama.(purnomo, de jong)




       Gambar 5. TransRectal Ultra Sound (TRUS)5




Pemeriksaan lain
Pemeriksaan derajat obstruksi prostat dapat diperkirakan dengan mengukur:1,9
   -   residual urin, diukur dengan kateterisasi setelah miksi atau dengan pemeriksaan
       ultrasonografi setelah miksi



                                           22
-   pancaran urin (flow rate), dengan menghitung jumlah urin dibagi dengan
          lamanya miksi berlangsung (ml/detik) atau dengan uroflowmetri.


3.4       PENATALAKSANAAN
          Tujuan terapi:
                   - memperbaiki keluhan miksi
                   - meningkatkan kualitas hidup
                   - mengurangi obstruksi infravesika
                   - mengembalikan fungsi ginjal
                   - mengurangi volume residu urin setelah miksi
                   - mencegah progressivitas penyakit


          1. Watchful waiting
          Pilihan tanpa terapi ini untuk pasien BPH dengan skor IPSS<7, yaitu keluhan
          ringan yang tidak menganggu aktivitas sehari-hari. Pasien hanya diberikan
          edukasi mengenai hal-hal yang dapat memperburuk keluhan :1
            - Jangan mengkonsumsi kopi atau alkohol
            - Kurangi makanan dan minuman yang mengiritasi buli-buli (kopi, coklat)
            - Kurangi makanan pedas atau asin
            - Jangan menahan kencing terlalu lama


          2. Medikamentosa
          Tujuan:
               -    mengurangi resistensi otot polos prostat dengan adrenergik α blocker
               -    mengurangi volume prostat dengan menurunkan kadar hormon
                    testosterone melalui penghambat 5α-reduktase
               •    Selain itu, masih ada terapi fitofarmaka yang masih belum jelas
                    mekanisme kerjanya.1
          3. Operasi
          Pasien BPH yang mempunyai indikasi pembedahan:
               •    Tidak menunjukkan pebaikan setelah terapi medikamentosa
               •    Mengalami retensi urin


                                              23
•   Infeksi Saluran Kemih berulang
            •   Hematuri
            •   Gagal ginjal
            •   Timbulnya batu saluran kemih atau penyulit lain akibat obstruksi
                saluran kemih bagian bawah
Jenis pembedahan yang dapat dilakukan:
Transurethral reseksi prostat (TURP)
       TURP telah menjadi prosedur umum untuk pembesaran prostat selama bertahun-
tahun, dan merupakan operasi yang dibandingkan perlakuan lainnya. Dengan TURP,
dokter bedah tempat lingkup yang menyala khusus (resectoscope) ke dalam uretra Anda
dan menggunakan alat pemotong kecil untuk menghapus semua kecuali bagian luar
prostat (reseksi prostat. TURP umumnya mengurangi gejala cepat; kebanyakan pria
memiliki aliran urin kuat dalam beberapa hari. Setelah TURP, ada risiko pendarahan,
infeksi, dan Anda mungkin memerlukan kateter untuk menguras kandung kemih Anda
selama tiga sampai lima hari setelah prosedur. Anda akan bisa hanya melakukan
kegiatan ringan sampai Anda sembuh. Prosedur ini umumnya digunakan untuk
mengobati prostat lebih kecil. Namun, lebih baru dan kurang perawatan invasif (terapi
minimal invasif) menjadi lebih umum. Operasi minimal invasif pada umumnya
memiliki risiko yang lebih rendah dari efek samping atau komplikasi, dan memerlukan
waktu pemulihan kurang dari tidak TURP atau jenis operasi invasive.Meskipun
demikian, TURP masih merupakan pilihan pengobatan terbaik untuk beberapa orang.




Transurethral sayatan dari prostat (TUIP atau TIP)
       operasi ini adalah pilihan jika Anda memiliki kelenjar prostat agak membesar
atau kecil, terutama jika Anda memiliki masalah kesehatan yang membuat operasi lain
terlalu berisiko. Seperti TURP, TUIP melibatkan instrumen khusus yang dimasukkan

                                         24
melalui uretra. Tapi bukannya menghilangkan jaringan prostat, ahli bedah membuat satu
atau dua luka kecil di kelenjar prostat untuk membuka saluran di uretra - sehingga lebih
mudah untuk urin melewatinya.


Open prostatektomi
       Jenis operasi ini umumnya dilakukan jika Anda memiliki prostat sangat besar,
kandung kemih kerusakan atau faktor komplikasi lain, seperti batu kandung kemih. Ini
disebut terbuka karena ahli bedah membuat sayatan di perut bagian bawah untuk
mencapai prostat. Buka prostatektomi adalah pengobatan yang paling efektif untuk pria
dengan pembesaran prostat yang parah, tetapi memiliki resiko tinggi efek samping dan
komplikasi. Pada umumnya memerlukan kunjungan singkat di rumah sakit dan
berhubungan dengan risiko tinggi memerlukan transfusi darah.




Operasi Pembedahan laser

           Laser (juga disebut terapi laser) menggunakan energi laser tinggi untuk
menghancurkan atau menghapus jaringan prostat lebatLaser bedah umumnya segera
meredakan gejala dan memiliki risiko efek samping yang lebih rendah daripada TURP.
Beberapa operasi laser dapat digunakan pada pria yang tidak harus memiliki prosedur
prostat lain karena mereka mengambil obat pengencer darah.

Pembedahan laser dapat dilakukan dengan berbagai jenis laser dan dengan cara yang
berbeda.



                                          25
•   Prosedur Ablatif (termasuk penguapan) menghapus jaringan prostat menekan
       uretra dengan membakar begitu saja, sambil aliran urin. prosedur ablatif dapat
       menyebabkan iritasi gejala urin setelah operasi dan mungkin perlu diulang di
       beberapa titik.

   •   Prosedur Enucleative serupa untuk membuka prostatektomi, tapi dengan risiko
       yang lebih sedikit. Prosedur ini biasanya menghapus semua prostat jaringan
       memblokir aliran urin, dan mencegah pertumbuhan kembali jaringan. Salah satu
       manfaat dari prosedur enucleative adalah bahwa jaringan prostat dihapus dapat
       diperiksa untuk kanker prostat dan kondisi lainnya.

Jenis pembedahan laser meliputi:
   •   Ablasi laser Holmium dari prostat (HoLAP)
   •   Visual laser ablasi dari prostat (VLAP)
   •   Laser Holmium enucleation dari prostat (HoLEP)
   •   Fotosensitif penguapan dari prostat (PVT)


HIDRONEFROSIS

Definisi
       Hidronefrosis adalah penggembungan ginjal akibat tekanan batik terhadap ginjal
karena aliran air kemih tersumbat.




       Ada 4 grade hidronefrosis,

       a) Hidronefrosis derajat 1. Calices berbentuk blunting, alias tumpul.




                                           26
b) Hidronefrosis derajat 2. Calices berbentuk flattening, alias mendatar.

       c) Hidronefrosis derajat 3. Calices berbentuk clubbing, alias menonjol.

       d) Hidronefrosis derajat 4. Calices berbentuk ballooning, alias menggembung.

Penyebab / Etiologi
       Hidronefrosis biasanya terjadi akibat adanya sumbatan pada sambungan
ureteropelvik (sambungan antara ureter dan pelvis renalis):
•      Kelainan struktural, misalnya jika masuknya ureter ke dalam pelvis renalis
       terlalu tinggi
•              Lilitan pada sambungan ureteropelvik akibat ginjal bergeser ke bawah
•              Batu di dalam pelvis renalis
•      Penekanan pada ureter oleh : jaringan fibros, arteri atau vena yang letaknya
       abnormal, tumor.

       Hidronefrosis juga bisa terjadi akibat adanya penyumbatan dibawah sambungan
ureteropelvik atau karma arus batik air kemih dari kandung kemih:
•                          Batu di dalam ureter
•                          Tumor di dalam atau di dekat ureter
•      Penyempitan ureter akibat cacat bawaan, cedera, infeksi, terapi penyinaran atau
       pembedahan
•                          Kelainan pada otot atau saraf di kandung kemih atau ureter
•      Pembentukan jaringan fibrosa di dalam atau di sekeliling ureter akibat
       pembedahan, rontgen atau obat-obatan (terutama metisergid)
•                          Ureterokel (penonjolan ujung bawah ureter ke dalam
                           kandung kemih)
•                          Kanker kandung kemih, leper rahim, rahim, prostat atau
                           organ panggul lainnya
•      Sumbatan yang menghalangi aliran air kemihh dari kandung kemih ke uretra
       akibat pembesaran prostat, peradangan atau kanker
•                          Arus batik air kemih dari kandung kemih akibat cacat
                           bawaan atau cedera


                                              27
•       Infeksi saluran kemih yang berat, yang untuk sementara waktu menghalangi
        kontraksi ureter.


Patofisioloigi

           Obstruksi pada aliran normal urin menyebabkan urin mengalir balik, sehingga
    tekanan di ginjal meningkat. Jika obstruksi terjadi di uretra atau kandung kemih,
    tekanan balik akan mempengaruhi kedua ginjal, tetapi jika obstruksi terjadi di salah
    satu ureter akibat adanya batu atau kekakuan maka hanya satu ginjal saja yang rusak.
           Obstruksi parsial atau intermiten dapat disebabkan oleh batu renal yang
    terbentuk di piala ginjal tetapi masuk ke ureter dan menghambatnya. Obstruksi dapat
    diakibatkan oleh tumor yang menekan ureter atau berkas jaringan parut akibat abses
    atau inflamasi dekat ureter dan menjepit saluran tersebut. Gangguan dapat sebagai
    akibat dari bentuk abnormal di pangkal ureter atau posisi ginjal yang salah, yang
    menyebabkan ureter berpilin atau kaku. Pada pria lansia , penyebab tersering adalah
    obstruksi uretra pada pintu kandung kemih akibat pembesaran prostat. Hidronefrosis
    juga dapat terjadi pada kehamilan akibat pembesaran uterus.
           Apapun penyebabnya adanya akumulasi urin di piala ginjal akan
    menyebabkan distensi piala dan kaliks ginjal. Pada saat ini atrofi ginjal terjadi.
    Ketika salah satu ginjal sedang mengalami kerusakan bertahap, maka ginjal yang lain
    akan membesar secara bertahap (hipertropi kompensatori), akhirnya fungsi renal
    terganggu.


Manifestasi Klinis
    •   Nyeri yang luar biasa di daerah tulang rusuk dan tulang panggul (kolik renalis)
         hidronefrosis akut.
    •   Tidak ada gejala atau nyeri tumpul  hidronefrosis kronik
    •   Demam
    •   Mual
    •   Muntah




                                           28
Diagnosa
   •   Massa di daerah antara tulang rusuk dan tulang panggul à terutama jika ginjal
       membesar.
   •   USG  gambaran ginjal, ureter, kandung ginjal.
   •   Sistoskopi  kandung kemih dilihat secara langsung
   •   Laboratorium  Biasanya kadar urea karena ginjal tidak mampu membuang
       limbah metabolik.


Komplikasi

   •   Gagal ginjal
   •   Batu saluran kemih

Penatalaksanaan

   •   Pada hidronefrosis akut:
       - Jika fungsi ginjal telah menurun, infeksi menetap atau nyeri yang hebat, maka
       air kemih yang terkumpul diatas penyumbatan segera dikeluarkan (biasanya
       melalui sebuah jarum yang dimasukkan melalui kulit).
       - Jika terjadi penyumbatan total, infeksi yang serius atau terdapat batu, maka
       bisa dipasang kateter pada pelvis renalis untuk sementara waktu.
       · Hidronefrosis kronis diatasi dengan mengobati penyebab dan mengurangi
       penyumbatan air kemih. Ureter yang menyempit atau abnormal bisa diangkat
       melalui pembedahan dan ujung-ujungnya disambungkan kembali.
       - Kadang perlu dilakukan pembedahan untuk membebaskan ureter dari jaringan
       fibrosa.
       - Jika sambungan ureter dan kandung kemih tersumbat, maka dilakukan
       pembedahan untuk melepaskan ureter dan menyambungkannya kembali di sisi
       kandung kemih yang berbeda.

   •   Jika uretra tersumbat, maka pengobatannya meliputi:
       - Terapi hormonal untuk kanker prostat
       - Pembedahan


                                          29
- Melebarkan uretra dengan dilator.

•   Sindroma nefrotik adalah kondisi yang ditandai dengan kelebihan protein di
    dalam urin, bahan kimia lainnya, serta adanya edema. Walaupun sindroma
    nefrotik bukan merupakan penyakit tersendiri, hal ini berkaitan dengan
    kerusakan kapiler di ginjal dan menandakan adanya kerusakan ginjal.
    Kemungkinan untuk perbaikan sangat bervariasi, tergantung pada penyebab
    penyakit bersangkutan. Sindroma dapat mengakibatkan gagal ginjal.

Prognosa

       Pembedahan     pada   hidronefrosis     akut   biasanya   jika   infeksi   dapat
dikendalikan dan ginjal berfungsi dengan baik. Prognosis untuk hidronefrosis
kronis belum visa dipastikan.




                                          30
BAB IV
                                    PENUTUP


4.1   KESIMPULAN
             Pasien Tn.AR ♂ umur 65 tahun datang ke poli bedah RSUD Kanjuruhan
      Kepanjen dengan keluhan      Sejak ± 1 bulan yang lalu pasien merasakan susah
      buang air kecil. Pasien juga merasa susah untuk memulai BAK, dan terkadang
      harus disertai dengan mengedan untuk buang air kacil, pancaran semakin lama
      dirasa melemah dan kadang pasien mengalami kencing tiba-tiba berhenti dan
      lancar kembali. Sebelumnya pasien       juga merasakan anyang-anyangen tapi
      sekarang menghilang, pasien menceritakan bahwa dirinya sering bekali-kali ke
      kamar kecil dikarenakan hasrat ingin buang air kecil akan tetapi saat di kamar
      kecil hanya keluar beberapa tetes saja dan merasa kurang puas, selain itu pasien
      mengaku sering terganggu tidurnya dikarenakan kekamar mandi untuk buang air
      kecil, keluha yang lain juga kadang terasa menetes padahal pasien telah buang
      air kecil 15 menit yang lalu. Keluhan lain adalah pasien merasakan pegal-pegal
      pada daerah pinggang yang hilang timbul. Kemudian pasien memeriksakan diri
      ke dokter dan dipasang kateter, BAK melalui kateter, kadang-kadang batuk.
                Dari Pemeriksaan dalam didapatkan sfingter ani mencengkeram kuat,
      mukosa licin, ampula rectum tidak kolaps, teraba prostat kenyal, kanan dan kiri
      tidak simetris, nyeri tekan (-), sulcus medianus tidak teraba, tidak berbenjol-
      benjol. Dari pemeriksaan laboratorium, didapatkan LED meningkat dan
      azotemia. Sedangkan hasil pemeriksaan USG didapatkan hidronefrosis dextra
      grade II dan sinistra grade I e/c post renal dengan kesan intravesical prostat
      hyperplasia.




                                         31
DAFTAR PUSTAKA


1. Purnomo. Dasar-Dasar Urologi, Edisi Kedua. Jakarta: CV.Sagung Seto. 2007. 69-
      85
2.      Birowo        &      Rahardjo.         Pembesaran         Prostat       Jinak.       2000.
      http://fkui.co.id/urologi/ppj.mht [diakses april 2011]
3. Leveillee. Prostate Hyperplasia, Benign. 2006. http://www.emedicine.com.
      [diakses april 2011]
4. Fadlol & Mochtar. Prediksi Volume Prostat pada Penderita Pembesaran Prostat
      Jinak. Indonesian J of Surgery 2005; XXXIII-4; 139-145
5.     Anonim.       Normal        Prostate        and   Benign      Prostate      Hyperplasia.
      2008.http://www_med_nyu_edu/healthwise/media/medical/nci/cdr0000462221
      /jpg.mht
6. Kim & Belldegrun (eds). Urology Dalam Schwartz’s Manual Of Surgery,
      8thEdition, Brunicardi et al (eds). USA: Mc Graw-Hill Medical Publishing
      Division. 2006. 1036-1060
7. Suryawisesa, Malawat, Bustan. Hubungan Faktor Geografis Terhadap Skor
      Gejala Prostat Internasional (IPSS) Pada Komunitas Suku Makassar Usia
      Lanjut Tahun 1998. Ropanasuri 1998; XXVI – 4; 1-10
8. Anonim.          The   Development         of    Benign   Prostate       Hiperplasia.     1998.
      http://www_lef_org/magazine/graphics/pros1mar98_jpg.mht.                  [diakses      april
      2011]
9. Sjamjuhidayat & De Jong. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta: EGC. 2005. 782
10.           Pheonix         5.         Transurethral            Prostatectomy.             2002.
      http://www_phoenix5_org/glossary/graphics-turp/NIDDK/gif.mht                         [diakses
      april 2011]




                                              32

Más contenido relacionado

La actualidad más candente

Pemeriksaan Jantung Pada Anak
Pemeriksaan Jantung Pada AnakPemeriksaan Jantung Pada Anak
Pemeriksaan Jantung Pada AnakSyscha Lumempouw
 
Orkitis (Orchitis) - Presentasi Kasus
Orkitis (Orchitis) - Presentasi KasusOrkitis (Orchitis) - Presentasi Kasus
Orkitis (Orchitis) - Presentasi KasusAris Rahmanda
 
Kolelitiasis,kolestasis,kolesistitis
Kolelitiasis,kolestasis,kolesistitisKolelitiasis,kolestasis,kolesistitis
Kolelitiasis,kolestasis,kolesistitisyudhasetya01
 
Laporan Kasus BPH
Laporan Kasus BPHLaporan Kasus BPH
Laporan Kasus BPHKharima SD
 
206432773 case-varicella-kulkel-1
206432773 case-varicella-kulkel-1206432773 case-varicella-kulkel-1
206432773 case-varicella-kulkel-1homeworkping7
 
Check list pemeriksaan neurologi 1
Check list pemeriksaan neurologi 1Check list pemeriksaan neurologi 1
Check list pemeriksaan neurologi 1cokordawahyu
 
Dermatitis kontak alergi
Dermatitis kontak alergiDermatitis kontak alergi
Dermatitis kontak alergiUsqi Krizdiana
 
Bedah minor ; eksisi clavus
Bedah minor ; eksisi clavusBedah minor ; eksisi clavus
Bedah minor ; eksisi clavusAsep Hermana
 
mekanisme pembentukan bilirubin
mekanisme pembentukan bilirubinmekanisme pembentukan bilirubin
mekanisme pembentukan bilirubinhanarisha
 
EKG, Hipertrofi Jantung
EKG, Hipertrofi JantungEKG, Hipertrofi Jantung
EKG, Hipertrofi JantungADam Raeyoo
 
Penatalaksanaan Kejang Demam - Konsensus IDAI
Penatalaksanaan Kejang Demam - Konsensus IDAIPenatalaksanaan Kejang Demam - Konsensus IDAI
Penatalaksanaan Kejang Demam - Konsensus IDAISeascape Surveys
 
225881539 appendisitis-akut-laporan-kasus
225881539 appendisitis-akut-laporan-kasus225881539 appendisitis-akut-laporan-kasus
225881539 appendisitis-akut-laporan-kasusaauyahilda
 
Pendekatan diagnosis limfadenopati
Pendekatan diagnosis limfadenopatiPendekatan diagnosis limfadenopati
Pendekatan diagnosis limfadenopatiMerdy Prianda
 
Apendisitis akut & kronik
Apendisitis akut & kronikApendisitis akut & kronik
Apendisitis akut & kronikAnna Lestari
 
Buku Saku Lintas Diare, edisi-2011
Buku Saku Lintas Diare, edisi-2011Buku Saku Lintas Diare, edisi-2011
Buku Saku Lintas Diare, edisi-2011Surya Amal
 

La actualidad más candente (20)

Pemeriksaan Jantung Pada Anak
Pemeriksaan Jantung Pada AnakPemeriksaan Jantung Pada Anak
Pemeriksaan Jantung Pada Anak
 
Orkitis (Orchitis) - Presentasi Kasus
Orkitis (Orchitis) - Presentasi KasusOrkitis (Orchitis) - Presentasi Kasus
Orkitis (Orchitis) - Presentasi Kasus
 
Case hernia putri
Case hernia putriCase hernia putri
Case hernia putri
 
Overview syok
Overview syokOverview syok
Overview syok
 
Kolelitiasis,kolestasis,kolesistitis
Kolelitiasis,kolestasis,kolesistitisKolelitiasis,kolestasis,kolesistitis
Kolelitiasis,kolestasis,kolesistitis
 
Laporan Kasus BPH
Laporan Kasus BPHLaporan Kasus BPH
Laporan Kasus BPH
 
206432773 case-varicella-kulkel-1
206432773 case-varicella-kulkel-1206432773 case-varicella-kulkel-1
206432773 case-varicella-kulkel-1
 
Check list pemeriksaan neurologi 1
Check list pemeriksaan neurologi 1Check list pemeriksaan neurologi 1
Check list pemeriksaan neurologi 1
 
Laporan kasus ii
Laporan kasus iiLaporan kasus ii
Laporan kasus ii
 
Resusitasi cairan
Resusitasi cairanResusitasi cairan
Resusitasi cairan
 
Dermatitis kontak alergi
Dermatitis kontak alergiDermatitis kontak alergi
Dermatitis kontak alergi
 
Bedah minor ; eksisi clavus
Bedah minor ; eksisi clavusBedah minor ; eksisi clavus
Bedah minor ; eksisi clavus
 
mekanisme pembentukan bilirubin
mekanisme pembentukan bilirubinmekanisme pembentukan bilirubin
mekanisme pembentukan bilirubin
 
EKG, Hipertrofi Jantung
EKG, Hipertrofi JantungEKG, Hipertrofi Jantung
EKG, Hipertrofi Jantung
 
Penatalaksanaan Kejang Demam - Konsensus IDAI
Penatalaksanaan Kejang Demam - Konsensus IDAIPenatalaksanaan Kejang Demam - Konsensus IDAI
Penatalaksanaan Kejang Demam - Konsensus IDAI
 
225881539 appendisitis-akut-laporan-kasus
225881539 appendisitis-akut-laporan-kasus225881539 appendisitis-akut-laporan-kasus
225881539 appendisitis-akut-laporan-kasus
 
Pendekatan diagnosis limfadenopati
Pendekatan diagnosis limfadenopatiPendekatan diagnosis limfadenopati
Pendekatan diagnosis limfadenopati
 
Apendisitis akut & kronik
Apendisitis akut & kronikApendisitis akut & kronik
Apendisitis akut & kronik
 
Buku Saku Lintas Diare, edisi-2011
Buku Saku Lintas Diare, edisi-2011Buku Saku Lintas Diare, edisi-2011
Buku Saku Lintas Diare, edisi-2011
 
Stilah untuk suara nafas
Stilah untuk suara nafasStilah untuk suara nafas
Stilah untuk suara nafas
 

Destacado

Penatalaksanaan medis hidronefrosis
Penatalaksanaan medis hidronefrosisPenatalaksanaan medis hidronefrosis
Penatalaksanaan medis hidronefrosisMiranti Nur Fitriana
 
136215506 hidronefrosis-segi-radiologi
136215506 hidronefrosis-segi-radiologi136215506 hidronefrosis-segi-radiologi
136215506 hidronefrosis-segi-radiologi. .
 
Laporan pendahuluan nefrolitiasis
Laporan pendahuluan nefrolitiasisLaporan pendahuluan nefrolitiasis
Laporan pendahuluan nefrolitiasisMasykur Khair
 
04. slide adaptasi neonatus
04. slide adaptasi neonatus04. slide adaptasi neonatus
04. slide adaptasi neonatusJoni Iswanto
 

Destacado (9)

Penatalaksanaan medis hidronefrosis
Penatalaksanaan medis hidronefrosisPenatalaksanaan medis hidronefrosis
Penatalaksanaan medis hidronefrosis
 
136215506 hidronefrosis-segi-radiologi
136215506 hidronefrosis-segi-radiologi136215506 hidronefrosis-segi-radiologi
136215506 hidronefrosis-segi-radiologi
 
Makalah penyakit gigi
Makalah penyakit gigiMakalah penyakit gigi
Makalah penyakit gigi
 
bph dan vesiclithiasis
bph dan vesiclithiasis bph dan vesiclithiasis
bph dan vesiclithiasis
 
Batu ginjal
Batu ginjalBatu ginjal
Batu ginjal
 
Laporan pendahuluan nefrolitiasis
Laporan pendahuluan nefrolitiasisLaporan pendahuluan nefrolitiasis
Laporan pendahuluan nefrolitiasis
 
04. slide adaptasi neonatus
04. slide adaptasi neonatus04. slide adaptasi neonatus
04. slide adaptasi neonatus
 
104250978 case-bph
104250978 case-bph104250978 case-bph
104250978 case-bph
 
Bph
BphBph
Bph
 

Similar a Laporan Kasus BPH dan Hidronefrosis

Lapsus interna ckd
Lapsus interna ckdLapsus interna ckd
Lapsus interna ckdRenitaArdani
 
PPT KEL. 4 BPH.pptx
PPT KEL. 4 BPH.pptxPPT KEL. 4 BPH.pptx
PPT KEL. 4 BPH.pptxRahmaIke
 
anemia-ec-hemoroid_compress.pdf
anemia-ec-hemoroid_compress.pdfanemia-ec-hemoroid_compress.pdf
anemia-ec-hemoroid_compress.pdfrendra33
 
diare dan contoh kasus.pptx
diare dan contoh kasus.pptxdiare dan contoh kasus.pptx
diare dan contoh kasus.pptxrickyhutagalung1
 
HYPERTENSI EMERGENCY.pptx
HYPERTENSI EMERGENCY.pptxHYPERTENSI EMERGENCY.pptx
HYPERTENSI EMERGENCY.pptxMutiananda4
 
LAPSUS sindrom nefrotik ANNISA RIZKA.pptx
LAPSUS sindrom nefrotik ANNISA RIZKA.pptxLAPSUS sindrom nefrotik ANNISA RIZKA.pptx
LAPSUS sindrom nefrotik ANNISA RIZKA.pptxAnnisaRizkaFauziah
 
83355370 presus-infeksi-saluran-kemih
83355370 presus-infeksi-saluran-kemih83355370 presus-infeksi-saluran-kemih
83355370 presus-infeksi-saluran-kemihTracey Rompas
 
Mini CEX BPH.pptx
Mini CEX BPH.pptxMini CEX BPH.pptx
Mini CEX BPH.pptxFransYensen
 
Case Report diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang ppt
Case Report diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang pptCase Report diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang ppt
Case Report diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang pptSyscha Lumempouw
 
Laporan Kasus Geriatri.pptx
Laporan Kasus Geriatri.pptxLaporan Kasus Geriatri.pptx
Laporan Kasus Geriatri.pptxMeldyMuzadaElfa1
 
Thalasemia Case Report
Thalasemia Case ReportThalasemia Case Report
Thalasemia Case ReportPhil Adit R
 
Kedokteran Komunitas Case Hipertensi
Kedokteran Komunitas Case HipertensiKedokteran Komunitas Case Hipertensi
Kedokteran Komunitas Case HipertensiZollananda
 
238831077 case-report-heg-selvia
238831077 case-report-heg-selvia238831077 case-report-heg-selvia
238831077 case-report-heg-selviahomeworkping4
 

Similar a Laporan Kasus BPH dan Hidronefrosis (20)

Lapsus interna ckd
Lapsus interna ckdLapsus interna ckd
Lapsus interna ckd
 
PPT KEL. 4 BPH.pptx
PPT KEL. 4 BPH.pptxPPT KEL. 4 BPH.pptx
PPT KEL. 4 BPH.pptx
 
anemia-ec-hemoroid_compress.pdf
anemia-ec-hemoroid_compress.pdfanemia-ec-hemoroid_compress.pdf
anemia-ec-hemoroid_compress.pdf
 
diare dan contoh kasus.pptx
diare dan contoh kasus.pptxdiare dan contoh kasus.pptx
diare dan contoh kasus.pptx
 
HYPERTENSI EMERGENCY.pptx
HYPERTENSI EMERGENCY.pptxHYPERTENSI EMERGENCY.pptx
HYPERTENSI EMERGENCY.pptx
 
Gout arhtritis
Gout arhtritis Gout arhtritis
Gout arhtritis
 
JC fatih.pptx
JC fatih.pptxJC fatih.pptx
JC fatih.pptx
 
Kasus Sistem Saraf
Kasus Sistem SarafKasus Sistem Saraf
Kasus Sistem Saraf
 
LAPSUS sindrom nefrotik ANNISA RIZKA.pptx
LAPSUS sindrom nefrotik ANNISA RIZKA.pptxLAPSUS sindrom nefrotik ANNISA RIZKA.pptx
LAPSUS sindrom nefrotik ANNISA RIZKA.pptx
 
83355370 presus-infeksi-saluran-kemih
83355370 presus-infeksi-saluran-kemih83355370 presus-infeksi-saluran-kemih
83355370 presus-infeksi-saluran-kemih
 
Mini CEX BPH.pptx
Mini CEX BPH.pptxMini CEX BPH.pptx
Mini CEX BPH.pptx
 
Case Report diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang ppt
Case Report diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang pptCase Report diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang ppt
Case Report diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang ppt
 
Laporan Kasus Geriatri.pptx
Laporan Kasus Geriatri.pptxLaporan Kasus Geriatri.pptx
Laporan Kasus Geriatri.pptx
 
Thalasemia Case Report
Thalasemia Case ReportThalasemia Case Report
Thalasemia Case Report
 
Kedokteran Komunitas Case Hipertensi
Kedokteran Komunitas Case HipertensiKedokteran Komunitas Case Hipertensi
Kedokteran Komunitas Case Hipertensi
 
Cardiac sirosis
Cardiac sirosisCardiac sirosis
Cardiac sirosis
 
Ppt case bp david
Ppt case bp davidPpt case bp david
Ppt case bp david
 
CR Naura - Intususepsi.pptx
CR Naura - Intususepsi.pptxCR Naura - Intususepsi.pptx
CR Naura - Intususepsi.pptx
 
TUTKLIN KDS.pptx
TUTKLIN KDS.pptxTUTKLIN KDS.pptx
TUTKLIN KDS.pptx
 
238831077 case-report-heg-selvia
238831077 case-report-heg-selvia238831077 case-report-heg-selvia
238831077 case-report-heg-selvia
 

Último

PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.pptPERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.pptika291990
 
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANSEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANYayahKodariyah
 
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfStrategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfhsetraining040
 
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannPelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannandyyusrizal2
 
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptx
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptxILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptx
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptxfania35
 
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docxpuskesmasseigeringin
 
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.pptPERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.pptbekamalayniasinta
 
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptxSediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptxwisanggeni19
 
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).pptMATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).pptbambang62741
 
Update 2023 Tentang Sepsis Dan Syok Pada Pasien Dewasa
Update 2023 Tentang Sepsis Dan Syok Pada Pasien DewasaUpdate 2023 Tentang Sepsis Dan Syok Pada Pasien Dewasa
Update 2023 Tentang Sepsis Dan Syok Pada Pasien DewasaErdinataKusuma1
 
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptxrachmatpawelloi
 
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdfLaporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdfHilalSunu
 
Keperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptx
Keperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptxKeperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptx
Keperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptxrachmatpawelloi
 
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinanDwiNormaR
 
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANAN
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANANETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANAN
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANANDianFitriyani15
 
05. PPT Pelayanan Kefarmasian Penggunanan Obat Bimbingan.pptx
05. PPT Pelayanan Kefarmasian Penggunanan Obat Bimbingan.pptx05. PPT Pelayanan Kefarmasian Penggunanan Obat Bimbingan.pptx
05. PPT Pelayanan Kefarmasian Penggunanan Obat Bimbingan.pptxssuser1f6caf1
 
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar KeperawatanHaslianiBaharuddin
 
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/mamateri kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/maGusmaliniEf
 
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod SurabayaToko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabayaajongshopp
 
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptanatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptRoniAlfaqih2
 

Último (20)

PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.pptPERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
 
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANSEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
 
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfStrategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
 
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannPelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
 
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptx
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptxILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptx
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptx
 
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx
 
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.pptPERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
 
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptxSediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
 
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).pptMATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
 
Update 2023 Tentang Sepsis Dan Syok Pada Pasien Dewasa
Update 2023 Tentang Sepsis Dan Syok Pada Pasien DewasaUpdate 2023 Tentang Sepsis Dan Syok Pada Pasien Dewasa
Update 2023 Tentang Sepsis Dan Syok Pada Pasien Dewasa
 
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
 
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdfLaporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
 
Keperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptx
Keperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptxKeperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptx
Keperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptx
 
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
 
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANAN
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANANETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANAN
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANAN
 
05. PPT Pelayanan Kefarmasian Penggunanan Obat Bimbingan.pptx
05. PPT Pelayanan Kefarmasian Penggunanan Obat Bimbingan.pptx05. PPT Pelayanan Kefarmasian Penggunanan Obat Bimbingan.pptx
05. PPT Pelayanan Kefarmasian Penggunanan Obat Bimbingan.pptx
 
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
 
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/mamateri kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
 
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod SurabayaToko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
 
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptanatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
 

Laporan Kasus BPH dan Hidronefrosis

  • 1. Laporan Kasus BENIGN PROSTAT HYPERPLASI & HIDRONEFROSIS Pembimbing : Dr. Amukti Wahana Sp.B Disusun oleh : Rangga Pragasta SS 2051210020 LAB. ILMU BEDAH UMUM RSUD KANJURUHAN KEPANJEN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM MALANG 2012 1
  • 2. KATA PENGANTAR Puji dan syukur senantiasa kita panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala nikmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah Laporan kasus bedah umum dengan judul “ Benign Prostat Hiperplasi dan hidronefrosis” tepat pada waktunya. Laporan ini dibuat untuk memenuhi tugas kepaniteraan klinik Ilmu Bedah, untuk menambah wawasan mengenai penatalaksanaan penyakit di bidang bedah. Penulis menyadari bahwa penulisan dalam makalah ini masih jauh dari sempurna. Kritik dan saran untuk penyempurnaan semoga telaah ini dapat berguna dan memberikan manfaat bagi kita semua. Amin. Kepanjen, 10 Mei 2012 Penulis 2
  • 3. BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pembesaran prostat benigna atau lebih dikenal sebagai BPH sering diketemukan pada pria yang menapak usia lanjut1. Istilah BPH atau benign prostatic hyperplasia sebenarnya merupakan istilah histopatologis, yaitu terdapat hiperplasia sel-sel stroma dan sel-sel epitel kelenjar prostat. Hiperplasia prostat benigna ini dapat dialami oleh sekitar 70% pria di atas usia 60 tahun. Angka ini akan meningkat hingga 90% pada pria berusia di atas 80 tahun. Meskipun jarang mengancam jiwa, BPH memberikan keluhan yang menjengkelkan dan mengganggu aktivitas sehari-hari. Keadaan ini akibat dari pembesaran kelenjar prostat atau benign prostate enlargement (BPE) yang menyebabkan terjadinya obstruksi pada leher buli-buli dan uretra atau dikenal sebagai bladder outlet obstruction (BOO). Obstruksi yang khusus disebabkan oleh pembesaran kelenjar prostat disebut sebagai benign prostate obstruction (BPO). Obstruksi ini lama kelamaan dapat menimbulkan perubahan struk-tur buli-buli maupun ginjal sehingga menye-babkan komplikasi pada saluran kemih atas maupun bawah. Keluhan yang disampaikan oleh pasien BPH seringkali berupa LUTS (lower urinary tract symptoms) yang terdiri atas gejala obstruksi (voiding symptoms) maupun iritasi (storage symptoms) yang meliputi: frekuensi miksi meningkat, urgensi, nokturia, pancaran miksi lemah dan sering terputus-putus (intermitensi), dan merasa tidak puas sehabis miksi, dan tahap selanjutnya terjadi retensi urine. Hubungan antara BPH dengan LUTS sangat kompleks. Tidak semua pasien BPH mengeluhkan gangguan miksi dan sebaliknya tidak semua keluhan miksi disebabkan oleh BPH. Banyak sekali faktor yang diduga berperan dalam proliferasi/pertumbuhan jinak kelenjar prostat, tetapi pada dasarnya BPH tumbuh pada pria yang menginjak usia tua dan masih mempunyai testis yang masih berfungsi normal menghasilkan testosteron. Di samping itu pengaruh hormon lain (estrogen, prolaktin), diet tertentu, mikrotrauma, dan faktor-faktor lingkungan diduga berperan dalam proliferasi selsel kelenjar prostat secara tidak langsung. Faktor faktor tersebut mampu mempengaruhi sel-sel prostat untuk mensintesis protein growth factor, yang selanjutnya protein inilah yang berperan dalam memacu terjadinya proliferasi sel-sel kelenjar prostat. Fakor-faktor yang mampu 3
  • 4. meningkatkan sintesis protein growth factor dikenal sebagai faktor ekstrinsik sedangkan protein growth factor dikenal sebagai factor intrinsik yang menyebabkan hiperplasia kelenjar prostat. Terapi yang akan diberikan pada pasien tergantung pada tingkat keluhan pasien, komplikasi yang terjadi, sarana yang tersedia, dan pilihan pasien. Di berbagai daerah di Indonesia kemampuan melakukan diagnosis dan modalitas terapi pasien BPH tidak sama karena perbedaan fasilitas dan sumber daya manusia di tiap-tiap daerah. Walaupun demikian dokter di daerah terpencilpun diharapkan dapat menangani pasien BPH dengan sebaik-baiknya. Penyusunan guidelines di berbagai negara maju ternyata berguna bagi para dokter maupun spesialis urologi dalam menangani kasus BPH dengan benar. 1.2 BATASAN MASALAH Laporan Kasus ini berisi tentang Anamnesa, pemeriksaan fisik, gejala pasien, serta penatalaksanaan BPH atau benign prostatic hyperplasia. Laporan ini juga membahas sedikit mengenai BPH secara umum. 1.3 TUJUAN PENULISAN Penulisan Laporan Kasus ini bertujuan untuk: - Melaporkan pasien dengan diagnose BPH. - Meningkatkan kemampuan dalam penulisan ilmiah di bidang kedokteran. - Memenuhi salah satu tugas Kepaniteraan Klinik di Bagian Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Islam Malang RSUD Kanjuruhan Kepanjen Malang. 4
  • 5. BAB II LAPORAN KASUS 2.1 IDENTITAS Nama : Tn. AR Umur : 60 tahun Jenis kelamin : Laki-laki Alamat : Jl. Malang Pekerjaan : Pensiunan guru Pendidikan : tamat SMA Agama : Islam St.Perkawinan: Menikah Suku : Jawa Tgl. Berobat : 4 April 2012 No. Register : 2.2 ANAMNESA Keluhan Utama: Susah BAK sejak ± 2 bulan yang lalu. Riwayat Penyakit Sekarang: Sejak ± 2 bulan yang lalu pasien merasakan susah buang air kecil. Pasien juga merasa susah untuk memulai BAK, dan terkadang harus disertai dengan mengedan untuk buang air kacil, pancaran semakin lama dirasa melemah dan kadang pasien mengalami kencing tiba-tiba berhenti dan lancar kembali. Sebelumnya pasien juga merasakan anyang-anyangen tapi sekarang menghilang, pasien menceritakan bahwa dirinya sering bekali-kali ke kamar kecil dikarenakan hasrat ingin buang air kecil akan tetapi saat di kamar kecil hanya keluar beberapa tetes saja dan merasa kurang puas, selain itu pasien mengaku sering terganggu tidurnya dikarenakan kekamar mandi untuk buang air kecil, keluhan yang lain juga kadang terasa menetes padahal pasien telah buang air kecil 15 menit yang lalu. Keluhan lain adalah pasien merasakan pegal-pegal 5
  • 6. pada daerah pinggang yang hilang timbul. Kemudian pasien memeriksakan diri ke puskesmas dan dipasang kateter. Jika kateter dilepas, pasien tidak bisa BAK. pasien tidak merasakan pusing, mual, muntah, BAB (+) normal, tidak dirasa nyeripada daerah tertentu, kencing darah (-) , Panas (-). Riwayat penyakit dahulu Sebelumnya pasien tidak pernah mengalami kejadian serupa seperti sekarang. tidak ada riwayat kencing keluar batu. - Diabetes Melitus : disangkal - Hipertensi : disangkal - Alergi : disangkal - Batuk lama : disangkal Riwayat penyakit keluarga - Riwayat sakit denga gejala serupa : Tidak diketahui - Diabetes Melitus : Tidak diketahui - Hipertensi : Tidak diketahui - Alergi : Tidak diketahui Riwayat Kebiasaan - Makan : 3 x sehari. - Minum air putih : Jarang. - Rokok : (+) - Alkohol : (-) - Obat tanpa resep dokter : (-) - Jamu : (-) - Olahraga : (-) 2.3 PEMERIKSAAN FISIK Status Present Tidak tampak sakit, kesadaran compos mentis (GCS E 4V5M6), status gizi kesan cukup. 6
  • 7. Tanda Vital Tensi : 120/80 mmHg Nadi : 88 x/menit, isi cukup Pernafasan : 28x/menit, regular, Kusmaull (-), Cheyne-Stokes (-) Suhu : 36,1o C Kepala Bentuk : normocephali Rambut : warna putih beruban, distribusi merata Mata Sklera Ikterik : -/- Conjuctiva Anemis : -/- Telinga Bentuk : normotia Secret : -/- Hidung Tidak ada deviasi septum Sekret : -/- Mulut dan tenggorokan Bibir : tidak kering dan tidak cyanosis Tonsil : T1/T1 Pharing : tidak hiperemi Leher Trakea lurus di tengah, tidak teraba pembesaran KGB Paru Suara nafas vesikuler, ronchi -/-, wheezing -/- Jantung Auskultasi: Bunyi jantung I dan II reguler, murmur (-), gallop (-) Abdomen Inspeksi : abdomen datar, tidak tampak adanya massa Palpasi : teraba masa kistik pada supra simpisis Perkusi : timpani. Auskultasi : bising usus (+) normal 7
  • 8. Status lokalisata Pemeriksaan dalam (digital rectal examina-tion) : sfingter ani mencengkeram kuat, mukosa licin, ampula rectum tidak kolaps, teraba prostat kenyal, kanan dan kiri simetris, tidak berbenjol-benjol, nyeri tekan (-), sulcus medianus teraba datar. 2.4 PEMERIKSAAN PENUNJANG Lab darah lengkap : 3 april 2012 Hb : 13, 7 g/dl Hct : 42,0 % Eritrosit : 5,17 juta/cmm Leukosit : 11.760 Hitung jenis : 4 / 0/ 59/ 30 /7 LED : 82 mm/jam Trombosit : 228.000 sel/cmm Masa perdarahan : 1’00’’ menit Masa pembekuan : 8’00’’ menit GDS : 112 mg/dl SGOT : 25 U/L SGPT : 50 U/L Ureum : 78 mg/dl Kreatinin : 1,70 mg/dl Kesimpulan : LED meningkat, azotemia, tidak mengesankan adanya CKD USG prostat tanggal 2 April 2011 Hepar : dbn Lien : dbn Ren Dx : ukuran 10 x 6,1 cm, intensias echocortex meningkat Batas cortex medulla kabur, sistema pelvico calyceal dilatasi grade 2 , tak tampak batu Ren Sin : ukuran 11 x 5,2 cm, intensias echocortex meningkat Batas cortex medulla kabur, sistema pelvico calyceal dilatasi 8
  • 9. grade 1 , tak tampak batu VU : ukuran normal, dinding menebal, batu (-) Prostat : kesan intravesical uk 5 x 3,5 x 5 cm. Echoparencym homogen Kesan : hidronefrosis dextra grade II dan sinistra grade I e/c post renal dengan kesan intravesical prostat hyperplasia 2.3 RESUME Pasien Tn.AR ♂ umur 60 tahun datang ke poli bedah RSUD Kanjuruhan Kepanjen dengan keluhan Sejak ± 1 bulan yang lalu pasien merasakan susah buang air kecil. Pasien juga merasa susah untuk memulai BAK, dan terkadang harus disertai dengan mengedan untuk buang air kacil, pancaran semakin lama dirasa melemah dan kadang pasien mengalami kencing tiba-tiba berhenti dan lancar kembali. Sebelumnya pasien juga merasakan anyang-anyangen tapi sekarang menghilang, pasien menceritakan bahwa dirinya sering bekali-kali ke kamar kecil dikarenakan hasrat ingin buang air kecil akan tetapi saat di kamar kecil hanya keluar beberapa tetes saja dan merasa kurang puas, selain itu pasien mengaku sering terganggu tidurnya dikarenakan kekamar mandi untuk buang air kecil, keluha yang lain juga kadang terasa menetes padahal pasien telah buang air kecil 15 menit yang lalu. Keluhan lain adalah pasien merasakan pegal-pegal pada daerah pinggang yang hilang timbul Kemudian pasien memeriksakan diri ke dokter dan dipasang kateter, BAK melalui kateter, kadang-kadang batuk. Dari Pemeriksaan dalam didapatkan sfingter ani mencengkeram kuat, mukosa licin, ampula rectum tidak kolaps, teraba prostat kenyal, kanan dan kiri tidak simetris, nyeri tekan (-), sulcus medianus tidak teraba, tidak berbenjol- benjol. Dari pemeriksaan laboratorium, didapatkan LED meningkat dan azotemia. Sedangkan hasil pemeriksaan USG didapatkan hidronefrosis dextra grade II dan sinistra grade I e/c post renal dengan kesan intravesical prostat hyperplasia. 9
  • 10. 2.5 DIAGNOSIS Diagnosis Kerja BPH dan hidronefrosis dextra grade 2 sinistra grade 1 Diagnosis Banding karsinoma prostat, Neurogenic bladder, Acute prostatitis. Dasar Diagnosis - Anamnesa : sejak ± 1 bulan yang lalu pasien merasakan susah buang air kecil. Pancaran melemah dan terkadang harus disertai dengan mengedan - Pada pasien didapatkan Hesitansi, Pancaran lemah, Intermitensi, Miksi tidak puas, Terminal dribbling, disuria. - IPSS (International Prostate Symptom Score) Kurang Kadang- dari Kurang Lebih Tidak kadang Hampir Dalam 1 bulan terakhir sekali dari dari Skor pernah (sekitar selalu dalam setengah setengah 50%) lima hari 1. Seberapa sering anda merasa masih ada sisa 0 1 2 3 4 5 5 selesai kencing? 2. Seberapa sering Anda harus kembali kencing dalam waktu kurang 0 1 2 3 4 5 3 dari 2 jam setelah selesai kencing? 3. Seberapa sering Anda mendapatkan bahwa 0 1 2 3 4 5 Anda kencing terputus- 4 putus? 4. Seberapa sering tidak bisa menahan 0 1 2 3 4 5 keinginan untuk 4 kencing? 5. Seberapa sering pancaran kencing Anda 0 1 2 3 4 5 4 lemah? 10
  • 11. 6. Seberapa sering Anda harusmengejan untuk 0 1 2 3 4 5 4 mulai kencing? 7. Seberapa sering Anda harus bangun untuk kencing, sejak mulai 0 1 2 3 4 5 tidur pada malam hari 3 hingga bangun di pagi hari? Skor IPSS Total (pertanyaan 1 sampai 7) = 27 Pada Pada Senang umumnya Tidak Buruk Senang umumnya Biasa saja sekali tidak bahagia sekali Puas puas Seandainya Anda harus enghabiskan sisa hidup dengan fungsi kencing √ seperti saat ini, agaimana perasaan Anda? - Pemeriksaan dalam : sfingter ani mencengkeram kuat, mukosa licin, ampula rectum tidak kolaps, teraba prostat kenyal, kanan dan kiri tidak simetris, nyeri tekan (-), sulcus medianus tidak teraba, tidak berbenjol-benjol. 2.6 DISKUSI Berdasarkan data tersebut di atas pasien ini di diagnose Pembesaran prostat jinak (BPH) kategori berat. Hal-hal yang mendukung diagnosis tersebut berdasarkan anamnesa adalah sejak ± 1 bulan yang lalu pasien merasakan susah buang air kecil. Pancaran melemah dan terkadang harus disertai dengan mengedan dan juga pada pasien didapatkan Hesitansi (susah memulai miksi), Pancaran lemah, Intermitensi (kencing tiba-tiba berhenti dan lancar kembali), Miksi tidak puas, Terminal dribbling (menetes setelah miksi), disuria (rasa tidak enak saat kencing). Pemeriksaan dalam didapatkan sfingter ani mencengkeram kuat, mukosa licin, 11
  • 12. ampula rectum tidak kolaps, teraba prostat kenyal, kanan dan kiri tidak simetris, nyeri tekan (-), sulcus medianus tidak teraba, tidak berbenjol-benjol. Dan di kategorikan berat karena skor IPSS = 27 Diagnosis banding dari kasus ini adalah karsinoma prostat, Neurogenic bladder, Acute prostatitis. Karsinoma prostat dijadikan diagnosis banding didasarkan pada anamnesa dari pasien merasakan susah buang air kecil. Pasien juga merasa susah untuk memulai BAK, dan terkadang harus disertai dengan mengedan untuk buang air kacil, pancaran semakin lama dirasa melemah dan kadang pasien mengalami kencing tiba-tiba berhenti dan lancar kembali, dan disingkirkan dikarenakan pada rectal touser karsinoma prostatharusnya didapatkan konsistensi prostat keras dan teraba nodul, dan mungkin antara lobus prostat tidak simetri. Neurogenic bladder dijadikan diagnosis banding didasarkan pada anamnesa dari pasien merasakan, pancaran semakin lama dirasa melemah dan kadang pasien mengalami kencing tiba-tiba berhenti dan lancar kembali. keluha lain juga kadang terasa menetes padahal pasien telah buang air kecil 15 menit yang lalu. akan tetapi disingkirkan dikarenakan pada Neurogenic bladder bisa terjadi akibat Penyakit, Cedera, Cacat bawaan pada otak, medula spinalis atau saraf yang menuju ke kandung kemih, saraf yang keluar dari kandung kemih maupun keduanya, dan itu tidak di dapatkan pada pasien tersebut. Acute prostatitis dijadikan diagnosis banding didasarkan pada anamnesa dari pasien yang menceritakan bahwa dirinya sering bekali-kali ke kamar kecil dikarenakan hasrat ingin buang air kecil akan tetapi saat di kamar kecil hanya keluar beberapa tetes saja dan merasa kurang puas, selain itu pasien mengaku sering terganggu tidurnya dikarenakan kekamar mandi untuk buang air kecil, akan tetapi Acute prostatitis disingkirkan dikarenakan pada acute prostatitis sering sering menggigil, demam, sakit di punggung bawah dan daerah kelamin, nyeri tubuh, dan dibuktikan dengan adanya infeksi saluran kemih (sebagaimana dibuktikan oleh keberadaan sel-sel darah putih dan bakteri dalam urin). 2.7 PENATALAKSANAAN Non operatif Non medikamentosa 12
  • 13. KIE : Pengaturan gaya hidup yang meliputi, Jangan mengkonsumsi kopi atau alcohol Kurangi makanan dan minuman yang mengiritasi buli-buli (kopi, coklat), Kurangi makanan pedas atau asin, Jangan menahan kencing terlalu lama Medikamentosa Per oral : Penghambat 5α-reduktase (finasterid) mengurangi volume prostat dengan menurunkan kadar hormon testosterone. Operatif : Pro operasi (prostatektomi) 13
  • 14. BAB III PEMBAHASAN BPH 3.1 PENDAHULUAN Kelenjar prostat adalah organ tubuh pria yang terletak di sebelah inferior bulibuli dan membungkus uretra posterior.1 Paling sering mengalami pembesaran, baik jinak maupun ganas.2 Bila mengalami pembesaran, organ ini membuntu uretra pars prostatika dan menghambat aliran urin keluar dari buli- buli.1 Benign Prostate Hyperplasia (BPH) merupakan Pembesaran Prostat Jinak (PPJ) yang menghambat aliran urin dari buli-buli.3 Pembesaran ukuran prostat ini akibat adanya hyperplasia stroma dan sel epitelial mulai dari zona periurethra.3,4 Gambar 1. Perbedaan aliran urin dari buli-buli pada prostat normal dan prostat yang mengalami pembesaran. Bentuk kelenjar prostat sebesar buah kenari dengan berat normal pada orang dewasa ± 20 gram. Mc Neal (1976) membagi kelenjar prostat dalam beberapa zona, antara lain: zona perifer, zona sentral, zona transisional, zona fibromuskuler anterior dan zona periurethra. Sebagian besar hiperplasia prostat terdapat pada zona transisional, sedangkan pertumbuhan karsinoma prostat berasal dari zona perifer.1,6 14
  • 15. 3.2 ETIOLOGI dan PATOFISIOLOGI Hingga sekarang, penyebab BPH masih belum dapat diketahui secara pasti,tetapi beberapa hipotesis menyebutkan bahwa BPH erat kaitannya dengan peningkatan kadar dihidrotestosteron (DHT) dan proses penuaan. Beberapa hipotesis yang diduga sebagai penyebab timbulnya hiperplasia prostat 1. Teori dihidrotestosteron Pertumbuhan kelenjar prostat sangat tergantung pada hormone testosteron. Dimana pada kelenjar prostat, hormon ini akan dirubah menjadi metabolit aktif dihidrotestosteron (DHT) dengan bantuan enzim 5 α – reduktase. DHT inilah yang secara langsung memicu m-RNA di dalam sel-sel kelenjar prostat untuk mensintesis protein growth factor yang memacu pertumbuhan kelenjar prostat. 1 Gambar 2. Perubahan Testosteron menjadi Dihidrotesteron oleh enzim 5 α – reduktase. Pada berbagai penelitian, aktivitas enzim 5 α – reduktase dan jumlah reseptor androgen lebih banyak pada BPH. Hal ini menyebabkan sel-sel prostat menjadi lebih sensitif terhadap DHT sehingga replikasi sel lebih banyak terjadi dibandingkan dengan prostat normal. 15
  • 16. Gambar 3. Teori Dihidrotestosteron dalam Hiperplasia Prostat 2. Ketidakseimbangan antara estrogen-testosteron Pada usia yang makin tua, kadar testosteron makin menurun, sedangkan kadar estrogen relatif tetap, sehingga perbandingan estrogen : testosteron relatif meningkat. Estrogen di dalam prostat berperan dalam terjadinya proliferasi sel- sel kelenjar prostat dengan cara meningkatkan sensitivitas sel-sel prostat terhadap rangsangan hormon androgen,meningkatkan jumlah reseptor androgen dan menurunkan jumlah kematian sel-sel prostat (apoptosis). Akibatnya, dengan testosteron yang menurun merangsang terbentuknya sel-sel baru, tetapi sel-sel prostat yang telah ada mempunyai umur yang lebih panjang sehingga massa prostat menjadi lebih besar.1 16
  • 17. 3. Interaksi stroma-epitel Cunha (1973) membuktikan bahwa diferensiasi dan pertumbuhan selsel epitel prostat secara tidak langsung dikontrol oleh sel-sel stroma melalui suatu mediator (growth factor). Setelah sel stroma mendapatkan stimulasi dari DHT dan estradiol, sel-sel stroma mensintesis suatu growth factor yang selanjutnya mempengaruhi sel stroma itu sendiri, yang menyebabkan terjadinya proliferasi sel-sel epitel maupun stroma.1 4. Berkurangnya kematian sel prostat Apoptosis sel pada sel prostat adalah mekanisme fisiologik homeostatis kelenjar prostat. Pada jaringan nomal, terdapat keseimbangan antara laju proliferasi sel dengan kematian sel. Berkurangnya jumlah sel-sel prostat yang apoptosis menyebabkan jumlah sel-sel prostat secara keseluruhan makin meningkat sehingga mengakibatkan pertambahan massa prostat. Diduga hormon androgen berperan dalam menghambat proses kematian sel karena setelah dilakukan kastrasi, terjadi peningkatan aktivitas kematian sel kelenjar prostat.1 5. Teori sel stem Untuk mengganti sel-sel yang telah mengalami apoptosis, selalu dibentuk sel-sel baru. Dalam kelenjar prostat dikenal suatu sel stem, yaitu sel yang mempunyai kemampuan berproliferasi sangat ekstensif. Kehidupan sel ini bergantung pada hormon androgen, dimana jika kadarnya menurun (misalnya pada kastrasi), menyebabkan terjadinya apoptosis. Sehingga terjadinya proliferasi sel-sel pada BPH diduga sebagai ketidaktepatan aktivitas sel stem sehingga terjadi produksi yang berlebihan sel stroma maupun sel epitel.1 PATOFISIOLOGI HIPERPLASIA PROSTAT Pembesaran prostat menyebabkan terjadinya penyempitan lumen uretra pars prostatika dan menghambat aliran urin sehingga menyebabkan tingginya tekanan intravesika. Untuk dapat mengeluarkan urin, buli-buli harus 17
  • 18. berkontraksi lebih kuat guna melawan tahanan, menyebabkan terjadinya perubahan anatomik buli-buli, yakni: hipertropi otot destrusor, trabekulasi, terbentuknya selula, sakula, dan divertikel buli-buli. Perubahan struktur pada buli-buli tersebut dirasakan sebagai keluhan pada saluran kemih bagian bawah atau Lower Urinary Tract Symptoms(LUTS). Tekanan intravesika yang tinggi diteruskan ke seluruh bagian buli-buli tidak terkecuali pada kedua muara ureter. Tekanan pada kedua muara ureter ini menimbulkan aliran balik dari buli-buli ke ureter atau terjadinya refluks vesikoureter. Jika berlangsung terus akan mengakibatkan hidroureter, hidronefrosis bahkan jatuh ke dalam gagal ginjal.1 3.3 Manifestasi Klinis Anamnesa 1. Keluhan pada saluran kemih bagian bawah Manifestasi klinis timbul akibat peningkatan intrauretra yang pada akhirnya dapat menyebabkan sumbatan aliran urin secara bertahap. Meskipun manifestasi dan beratnya penyakit bervariasi, tetapi ada beberapa hal yang menyebabkan penderita datang berobat, yakni adanya LUTS.4 Keluhan LUTS terdiri atas gejala obstruksi dan gejala iritatif. Gejala obstruksi antara lain: hesitansi, pancaran miksi melemah, intermitensi, miksi tidak puas, menetes setelah miksi. Sedangkan gejala iritatif terdiri dari: frekuensi, nokturia, urgensi dan disuri.1 Untuk menilai tingkat keparahan dari LUTS, bebeapa ahli/organisasi urologi membuat skoring yang secara subjektif dapat diisi dan dihitung sendiri oleh pasien. Sistem skoring yang dianjurkan oleh WHO adalah international Prostatic Symptom Score (IPSS). Sistem skoring IPSS terdiri atas 7 pertanyaan yang berhubungan dengan keluhan LUTS dan 1 pertanyaan yang berhubungan dengan kualitas hidup pasien. Dari skor tersebut dapat dikelompokkan gejala LUTS dalam 3 derajat, yaitu: 18
  • 19. Ringan : skor 0-7 Sedang : skor 8-19 Berat : skor 20-35 IPSS (International Prostate Symptom Score) Kurang dari Kadang- Kurang Lebih Tidak sekali kadang Hampir Dalam 1 bulan terakhir dari dari Skor pernah dalam (sekitar selalu setengah setengah lima 50%) hari 1. Seberapa sering anda merasa masih ada sisa 0 1 2 3 4 5 5 selesai kencing? 2. Seberapa sering Anda harus kembali kencing dalam waktu kurang 0 1 2 3 4 5 3 dari 2 jam setelah selesai kencing? 3. Seberapa sering Anda mendapatkan bahwa 0 1 2 3 4 5 Anda kencing terputus- 4 putus? 4. Seberapa sering tidak bisa menahan 0 1 2 3 4 5 keinginan untuk 4 kencing? 5. Seberapa sering pancaran kencing Anda 0 1 2 3 4 5 4 lemah? 6. Seberapa sering Anda harusmengejan untuk 0 1 2 3 4 5 4 mulai kencing? 7. Seberapa sering Anda 0 1 2 3 4 5 harus bangun untuk kencing, sejak mulai 19
  • 20. tidur pada malam hari 3 hingga bangun di pagi hari? Skor IPSS Total (pertanyaan 1 sampai 7) = 27 Pada Pada Senang umumnya Tidak Buruk Senang umumnya Biasa saja sekali tidak bahagia sekali Puas puas Seandainya Anda harus enghabiskan sisa hidup dengan fungsi kencing seperti saat ini, agaimana perasaan Anda? 2. Gejala pada saluran kemih bagian atas Keluhan dapat berupa gejala obstruksi antara lain, nyeri pinggang, benjolan di pinggang (hidronefrosis) dan demam (infeksi, urosepsis).1 3. Gejala diluar saluran kemih Tidak jarang pasien berobat ke dokter karena mengeluh adanya hernia inguinalis atau hemoroid, yang timbul karena sering mengejan pada saat miksi sehingga mengakibatkan peningkatan tekanan intraabdominal.1 Pemeriksaan Fisik Pada pemeriksaan fisik mungkin didapatkan buli-buli yang penuh dan teraba massa kistik si daerah supra simpisis akibat retensi urin.1 Pemeriksaan colok dubur atau Digital Rectal Examination (DRE) merupakan pemeriksaan fisik yang penting pada BPH, karena dapat menilai tonus sfingter ani, pembesaran atau ukuran prostat dan kecurigaan adanya keganasan seperti nodul atau perabaan yang keras. Pada pemeriksaan ini dinilai besarnya prostat, konsistensi, cekungan tengah, simetri, indurasi, krepitasi dan ada tidaknya nodul.1,4,9 Colok dubur pada BPH menunjukkan konsistensi prostat kenyal, seperti meraba ujung hidung, lobus kanan dan kiri simetris, dan tidak didapatkan nodul. Sedangkan pada karsinoma prostat, konsistensi prostat keras dan teraba nodul, dan mungkin antara lobus prostat tidak simetri.1 20
  • 21. Gambar 4. Pemeriksaan Colok Dubur5 Pemeriksaan Laboratorium Sedimen urin diperiksa untuk mencari kemungkinan adanya proses infeksi atau inflamasi pada saluran kemih.1 Obstruksi uretra menyebabkan bendungan saluran kemih sehingga menganggu faal ginjal karena adanya penyulit seperti hidronefrosis menyebabkan infeksi dan urolithiasis.1,9 Pemeriksaan kultur urin berguna untuk mencari jenis kuman yang menyebabkan infeksi dan sekaligus menentukan sensitivitas kuman terhadap beberapa antimikroba yang diujikan. Pemeriksaan sitologi urin digunakan untuk pemeriksaan sitopatologi sel-sel uroteliumyang terlepas dan terikut urin. Pemeriksaan gula darah untuk mendeteksi adanya diabetes mellitus yang dapat menimbulkan kelainan persarafan pada buli-buli. Jika dicurigai adanya keganasan prostat perlu diperiksa penanda tumor prostat (PSA).1 Pencitraan Foto polos perut berguna untuk mencari adanya batu opak di saluran kemih, batu/kalkulosa prostat atau menunjukkan bayangan buli-buli yang penuh terisi urin, yang merupakan tanda retensi urin. Pemeriksaan IVP dapat menerangkan adanya : 21
  • 22. kelainan ginjal atau ureter (hidroureter atau hidronefrosis) • memperkirakan besarnya kelenjar prostat yang ditunjukkan dengan indentasi prostat (pendesakan buli-buli oleh kelenjar prostat) atau ureter bagian distal yang berbentuk seperti mata kail (hooked fish) • penyulit yang terjadi pada buli-buli, yakni: trabekulasi, divertikel, atau sakulasi buli-buli Pemeriksaan IVP tidak lagi direkomendasikan pada BPH.1 Pemeriksaan USG secara Trans Rectal Ultra Sound (TRUS), digunakan untuk mengetahui besar dan volume prostat , adanya kemungkinan pembesaran prostat maligna sebagai petunjuk untuk melakukan biopsi aspirasi prostat, menentukan jumlah residual urin dan mencari kelainan lain pada buli-buli. Pemeriksaan Trans Abdominal Ultra Sound (TAUS) dapat mendeteksi adanya hidronefrosis ataupun kerusakan ginjal akibat obstruksi BPH yang lama.(purnomo, de jong) Gambar 5. TransRectal Ultra Sound (TRUS)5 Pemeriksaan lain Pemeriksaan derajat obstruksi prostat dapat diperkirakan dengan mengukur:1,9 - residual urin, diukur dengan kateterisasi setelah miksi atau dengan pemeriksaan ultrasonografi setelah miksi 22
  • 23. - pancaran urin (flow rate), dengan menghitung jumlah urin dibagi dengan lamanya miksi berlangsung (ml/detik) atau dengan uroflowmetri. 3.4 PENATALAKSANAAN Tujuan terapi: - memperbaiki keluhan miksi - meningkatkan kualitas hidup - mengurangi obstruksi infravesika - mengembalikan fungsi ginjal - mengurangi volume residu urin setelah miksi - mencegah progressivitas penyakit 1. Watchful waiting Pilihan tanpa terapi ini untuk pasien BPH dengan skor IPSS<7, yaitu keluhan ringan yang tidak menganggu aktivitas sehari-hari. Pasien hanya diberikan edukasi mengenai hal-hal yang dapat memperburuk keluhan :1 - Jangan mengkonsumsi kopi atau alkohol - Kurangi makanan dan minuman yang mengiritasi buli-buli (kopi, coklat) - Kurangi makanan pedas atau asin - Jangan menahan kencing terlalu lama 2. Medikamentosa Tujuan: - mengurangi resistensi otot polos prostat dengan adrenergik α blocker - mengurangi volume prostat dengan menurunkan kadar hormon testosterone melalui penghambat 5α-reduktase • Selain itu, masih ada terapi fitofarmaka yang masih belum jelas mekanisme kerjanya.1 3. Operasi Pasien BPH yang mempunyai indikasi pembedahan: • Tidak menunjukkan pebaikan setelah terapi medikamentosa • Mengalami retensi urin 23
  • 24. Infeksi Saluran Kemih berulang • Hematuri • Gagal ginjal • Timbulnya batu saluran kemih atau penyulit lain akibat obstruksi saluran kemih bagian bawah Jenis pembedahan yang dapat dilakukan: Transurethral reseksi prostat (TURP) TURP telah menjadi prosedur umum untuk pembesaran prostat selama bertahun- tahun, dan merupakan operasi yang dibandingkan perlakuan lainnya. Dengan TURP, dokter bedah tempat lingkup yang menyala khusus (resectoscope) ke dalam uretra Anda dan menggunakan alat pemotong kecil untuk menghapus semua kecuali bagian luar prostat (reseksi prostat. TURP umumnya mengurangi gejala cepat; kebanyakan pria memiliki aliran urin kuat dalam beberapa hari. Setelah TURP, ada risiko pendarahan, infeksi, dan Anda mungkin memerlukan kateter untuk menguras kandung kemih Anda selama tiga sampai lima hari setelah prosedur. Anda akan bisa hanya melakukan kegiatan ringan sampai Anda sembuh. Prosedur ini umumnya digunakan untuk mengobati prostat lebih kecil. Namun, lebih baru dan kurang perawatan invasif (terapi minimal invasif) menjadi lebih umum. Operasi minimal invasif pada umumnya memiliki risiko yang lebih rendah dari efek samping atau komplikasi, dan memerlukan waktu pemulihan kurang dari tidak TURP atau jenis operasi invasive.Meskipun demikian, TURP masih merupakan pilihan pengobatan terbaik untuk beberapa orang. Transurethral sayatan dari prostat (TUIP atau TIP) operasi ini adalah pilihan jika Anda memiliki kelenjar prostat agak membesar atau kecil, terutama jika Anda memiliki masalah kesehatan yang membuat operasi lain terlalu berisiko. Seperti TURP, TUIP melibatkan instrumen khusus yang dimasukkan 24
  • 25. melalui uretra. Tapi bukannya menghilangkan jaringan prostat, ahli bedah membuat satu atau dua luka kecil di kelenjar prostat untuk membuka saluran di uretra - sehingga lebih mudah untuk urin melewatinya. Open prostatektomi Jenis operasi ini umumnya dilakukan jika Anda memiliki prostat sangat besar, kandung kemih kerusakan atau faktor komplikasi lain, seperti batu kandung kemih. Ini disebut terbuka karena ahli bedah membuat sayatan di perut bagian bawah untuk mencapai prostat. Buka prostatektomi adalah pengobatan yang paling efektif untuk pria dengan pembesaran prostat yang parah, tetapi memiliki resiko tinggi efek samping dan komplikasi. Pada umumnya memerlukan kunjungan singkat di rumah sakit dan berhubungan dengan risiko tinggi memerlukan transfusi darah. Operasi Pembedahan laser Laser (juga disebut terapi laser) menggunakan energi laser tinggi untuk menghancurkan atau menghapus jaringan prostat lebatLaser bedah umumnya segera meredakan gejala dan memiliki risiko efek samping yang lebih rendah daripada TURP. Beberapa operasi laser dapat digunakan pada pria yang tidak harus memiliki prosedur prostat lain karena mereka mengambil obat pengencer darah. Pembedahan laser dapat dilakukan dengan berbagai jenis laser dan dengan cara yang berbeda. 25
  • 26. Prosedur Ablatif (termasuk penguapan) menghapus jaringan prostat menekan uretra dengan membakar begitu saja, sambil aliran urin. prosedur ablatif dapat menyebabkan iritasi gejala urin setelah operasi dan mungkin perlu diulang di beberapa titik. • Prosedur Enucleative serupa untuk membuka prostatektomi, tapi dengan risiko yang lebih sedikit. Prosedur ini biasanya menghapus semua prostat jaringan memblokir aliran urin, dan mencegah pertumbuhan kembali jaringan. Salah satu manfaat dari prosedur enucleative adalah bahwa jaringan prostat dihapus dapat diperiksa untuk kanker prostat dan kondisi lainnya. Jenis pembedahan laser meliputi: • Ablasi laser Holmium dari prostat (HoLAP) • Visual laser ablasi dari prostat (VLAP) • Laser Holmium enucleation dari prostat (HoLEP) • Fotosensitif penguapan dari prostat (PVT) HIDRONEFROSIS Definisi Hidronefrosis adalah penggembungan ginjal akibat tekanan batik terhadap ginjal karena aliran air kemih tersumbat. Ada 4 grade hidronefrosis, a) Hidronefrosis derajat 1. Calices berbentuk blunting, alias tumpul. 26
  • 27. b) Hidronefrosis derajat 2. Calices berbentuk flattening, alias mendatar. c) Hidronefrosis derajat 3. Calices berbentuk clubbing, alias menonjol. d) Hidronefrosis derajat 4. Calices berbentuk ballooning, alias menggembung. Penyebab / Etiologi Hidronefrosis biasanya terjadi akibat adanya sumbatan pada sambungan ureteropelvik (sambungan antara ureter dan pelvis renalis): • Kelainan struktural, misalnya jika masuknya ureter ke dalam pelvis renalis terlalu tinggi • Lilitan pada sambungan ureteropelvik akibat ginjal bergeser ke bawah • Batu di dalam pelvis renalis • Penekanan pada ureter oleh : jaringan fibros, arteri atau vena yang letaknya abnormal, tumor. Hidronefrosis juga bisa terjadi akibat adanya penyumbatan dibawah sambungan ureteropelvik atau karma arus batik air kemih dari kandung kemih: • Batu di dalam ureter • Tumor di dalam atau di dekat ureter • Penyempitan ureter akibat cacat bawaan, cedera, infeksi, terapi penyinaran atau pembedahan • Kelainan pada otot atau saraf di kandung kemih atau ureter • Pembentukan jaringan fibrosa di dalam atau di sekeliling ureter akibat pembedahan, rontgen atau obat-obatan (terutama metisergid) • Ureterokel (penonjolan ujung bawah ureter ke dalam kandung kemih) • Kanker kandung kemih, leper rahim, rahim, prostat atau organ panggul lainnya • Sumbatan yang menghalangi aliran air kemihh dari kandung kemih ke uretra akibat pembesaran prostat, peradangan atau kanker • Arus batik air kemih dari kandung kemih akibat cacat bawaan atau cedera 27
  • 28. Infeksi saluran kemih yang berat, yang untuk sementara waktu menghalangi kontraksi ureter. Patofisioloigi Obstruksi pada aliran normal urin menyebabkan urin mengalir balik, sehingga tekanan di ginjal meningkat. Jika obstruksi terjadi di uretra atau kandung kemih, tekanan balik akan mempengaruhi kedua ginjal, tetapi jika obstruksi terjadi di salah satu ureter akibat adanya batu atau kekakuan maka hanya satu ginjal saja yang rusak. Obstruksi parsial atau intermiten dapat disebabkan oleh batu renal yang terbentuk di piala ginjal tetapi masuk ke ureter dan menghambatnya. Obstruksi dapat diakibatkan oleh tumor yang menekan ureter atau berkas jaringan parut akibat abses atau inflamasi dekat ureter dan menjepit saluran tersebut. Gangguan dapat sebagai akibat dari bentuk abnormal di pangkal ureter atau posisi ginjal yang salah, yang menyebabkan ureter berpilin atau kaku. Pada pria lansia , penyebab tersering adalah obstruksi uretra pada pintu kandung kemih akibat pembesaran prostat. Hidronefrosis juga dapat terjadi pada kehamilan akibat pembesaran uterus. Apapun penyebabnya adanya akumulasi urin di piala ginjal akan menyebabkan distensi piala dan kaliks ginjal. Pada saat ini atrofi ginjal terjadi. Ketika salah satu ginjal sedang mengalami kerusakan bertahap, maka ginjal yang lain akan membesar secara bertahap (hipertropi kompensatori), akhirnya fungsi renal terganggu. Manifestasi Klinis • Nyeri yang luar biasa di daerah tulang rusuk dan tulang panggul (kolik renalis)  hidronefrosis akut. • Tidak ada gejala atau nyeri tumpul  hidronefrosis kronik • Demam • Mual • Muntah 28
  • 29. Diagnosa • Massa di daerah antara tulang rusuk dan tulang panggul à terutama jika ginjal membesar. • USG  gambaran ginjal, ureter, kandung ginjal. • Sistoskopi  kandung kemih dilihat secara langsung • Laboratorium  Biasanya kadar urea karena ginjal tidak mampu membuang limbah metabolik. Komplikasi • Gagal ginjal • Batu saluran kemih Penatalaksanaan • Pada hidronefrosis akut: - Jika fungsi ginjal telah menurun, infeksi menetap atau nyeri yang hebat, maka air kemih yang terkumpul diatas penyumbatan segera dikeluarkan (biasanya melalui sebuah jarum yang dimasukkan melalui kulit). - Jika terjadi penyumbatan total, infeksi yang serius atau terdapat batu, maka bisa dipasang kateter pada pelvis renalis untuk sementara waktu. · Hidronefrosis kronis diatasi dengan mengobati penyebab dan mengurangi penyumbatan air kemih. Ureter yang menyempit atau abnormal bisa diangkat melalui pembedahan dan ujung-ujungnya disambungkan kembali. - Kadang perlu dilakukan pembedahan untuk membebaskan ureter dari jaringan fibrosa. - Jika sambungan ureter dan kandung kemih tersumbat, maka dilakukan pembedahan untuk melepaskan ureter dan menyambungkannya kembali di sisi kandung kemih yang berbeda. • Jika uretra tersumbat, maka pengobatannya meliputi: - Terapi hormonal untuk kanker prostat - Pembedahan 29
  • 30. - Melebarkan uretra dengan dilator. • Sindroma nefrotik adalah kondisi yang ditandai dengan kelebihan protein di dalam urin, bahan kimia lainnya, serta adanya edema. Walaupun sindroma nefrotik bukan merupakan penyakit tersendiri, hal ini berkaitan dengan kerusakan kapiler di ginjal dan menandakan adanya kerusakan ginjal. Kemungkinan untuk perbaikan sangat bervariasi, tergantung pada penyebab penyakit bersangkutan. Sindroma dapat mengakibatkan gagal ginjal. Prognosa Pembedahan pada hidronefrosis akut biasanya jika infeksi dapat dikendalikan dan ginjal berfungsi dengan baik. Prognosis untuk hidronefrosis kronis belum visa dipastikan. 30
  • 31. BAB IV PENUTUP 4.1 KESIMPULAN Pasien Tn.AR ♂ umur 65 tahun datang ke poli bedah RSUD Kanjuruhan Kepanjen dengan keluhan Sejak ± 1 bulan yang lalu pasien merasakan susah buang air kecil. Pasien juga merasa susah untuk memulai BAK, dan terkadang harus disertai dengan mengedan untuk buang air kacil, pancaran semakin lama dirasa melemah dan kadang pasien mengalami kencing tiba-tiba berhenti dan lancar kembali. Sebelumnya pasien juga merasakan anyang-anyangen tapi sekarang menghilang, pasien menceritakan bahwa dirinya sering bekali-kali ke kamar kecil dikarenakan hasrat ingin buang air kecil akan tetapi saat di kamar kecil hanya keluar beberapa tetes saja dan merasa kurang puas, selain itu pasien mengaku sering terganggu tidurnya dikarenakan kekamar mandi untuk buang air kecil, keluha yang lain juga kadang terasa menetes padahal pasien telah buang air kecil 15 menit yang lalu. Keluhan lain adalah pasien merasakan pegal-pegal pada daerah pinggang yang hilang timbul. Kemudian pasien memeriksakan diri ke dokter dan dipasang kateter, BAK melalui kateter, kadang-kadang batuk. Dari Pemeriksaan dalam didapatkan sfingter ani mencengkeram kuat, mukosa licin, ampula rectum tidak kolaps, teraba prostat kenyal, kanan dan kiri tidak simetris, nyeri tekan (-), sulcus medianus tidak teraba, tidak berbenjol- benjol. Dari pemeriksaan laboratorium, didapatkan LED meningkat dan azotemia. Sedangkan hasil pemeriksaan USG didapatkan hidronefrosis dextra grade II dan sinistra grade I e/c post renal dengan kesan intravesical prostat hyperplasia. 31
  • 32. DAFTAR PUSTAKA 1. Purnomo. Dasar-Dasar Urologi, Edisi Kedua. Jakarta: CV.Sagung Seto. 2007. 69- 85 2. Birowo & Rahardjo. Pembesaran Prostat Jinak. 2000. http://fkui.co.id/urologi/ppj.mht [diakses april 2011] 3. Leveillee. Prostate Hyperplasia, Benign. 2006. http://www.emedicine.com. [diakses april 2011] 4. Fadlol & Mochtar. Prediksi Volume Prostat pada Penderita Pembesaran Prostat Jinak. Indonesian J of Surgery 2005; XXXIII-4; 139-145 5. Anonim. Normal Prostate and Benign Prostate Hyperplasia. 2008.http://www_med_nyu_edu/healthwise/media/medical/nci/cdr0000462221 /jpg.mht 6. Kim & Belldegrun (eds). Urology Dalam Schwartz’s Manual Of Surgery, 8thEdition, Brunicardi et al (eds). USA: Mc Graw-Hill Medical Publishing Division. 2006. 1036-1060 7. Suryawisesa, Malawat, Bustan. Hubungan Faktor Geografis Terhadap Skor Gejala Prostat Internasional (IPSS) Pada Komunitas Suku Makassar Usia Lanjut Tahun 1998. Ropanasuri 1998; XXVI – 4; 1-10 8. Anonim. The Development of Benign Prostate Hiperplasia. 1998. http://www_lef_org/magazine/graphics/pros1mar98_jpg.mht. [diakses april 2011] 9. Sjamjuhidayat & De Jong. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta: EGC. 2005. 782 10. Pheonix 5. Transurethral Prostatectomy. 2002. http://www_phoenix5_org/glossary/graphics-turp/NIDDK/gif.mht [diakses april 2011] 32