SlideShare una empresa de Scribd logo
1 de 6
BINA PENATUA KLASIS JAKARTA UTARA DI
GKI SERANG, 17 Maret 2007
TAFSIR DAN KHOTBAH LEKSIONARI
KEBAKTIAN MINGGU GKI
Oleh: Pdt. Yohanes Bambang Mulyono 1
)
1. Pengantar
Persidangan Majelis Sinode ke XIV Gereja Kristen Indonesia di Denpasar, Bali berhasil menetapkan
Liturgi dengan pembacaan Alkitab secara leksionari. Maksud pola pembacaan secara leksionari berarti
pembacaan Alkitab yang semula hanya satu bacaan saja, kini menjadi 4 pembacaan dengan perincian
sebagai berikut:
- Bacaan 1 : Perjanjian Lama
- Antar Bacaan : Mazmur
- Bacaan II : Surat Rasuli
- Bacaan III : Injil
Pertanyaan yang muncul adalah apakah suatu khotbah dengan pembacaan Leksionari tersebut,
pengkhotbah atau pendeta harus mengkhotbahkan keempat bacaan tersebut? Ada anggapan bahwa pola
khotbah yang berupaya mengkait-kaitkan keempat bacaan tersebut merupakan suatu pemaksaan tafsir.
Dalam hal ini kita harus mengakui bahwa kita baru pertama kali menggunakan pola pembacaan secara
leksionari, sehingga dapat dipahami timbul kesimpangsiuran dan kesalahpahaman. Karena kita semua
pada prinsipnya sedang belajar dan terus belajar, agar pemberitaan firman Tuhan dalam seluruh kebaktian
GKI makin dapat menyentuh dan memampukan seluruh anggota jemaat untuk melaksanakan
pembangunan jemaat dan memiliki spiritualitas iman Kristen yang dewasa.
2. Bahan Khotbah Secara Leksionari
Ada suatu anggapan bahwa yang dikhotbahkan dalam suatu kebaktian hanyalah salah satu bagian
dari Alkitab saja, misal dari bacaan I saja, atau dari bacaan II. Ada juga yang mengatakan bahwa yang layak
dikhotbahkan hanyalah bacaan III yaitu Injil. Saya kira anggapan atau pandangan tersebut memiliki
landasan teologis dan tafsir yang cukup dapat dipertanggungjawabkan. Sebab dengan memfokuskan diri
kepada salah satu bacaan dari ketiga atau keempat bacaan yang tersedia, kita dapat menggali suatu tafsir
Alkitabiah yang lebih mendalam. Tetapi muncul suatu pertanyaan, benarkah pembacaan Alkitab yang
tersedia hanyalah sekedar suatu pembacaan liturgis belaka, sehingga kita tidak memperdulikan apakah
anggota jemaat dapat mengerti dan memahami dari apa yang telah mereka baca dalam suatu ibadah?
Ataukah anggota jemaat hanya terpaksa wajib untuk membaca bahan-bahan Alkitab secara leksionaris
karena telah diputuskan oleh PMS ke XIV GKI?
Apabila kita memperhatikan buku “The Lectionary Commentary”, Theological Exegesis for
Sunday’s Texts dengan editor Roger E. Van Harn sangat jelas bahwa yang dikhotbahkan dalam kebaktian
Minggu hanyalah Injil belaka. Memang fokus utama dari Leksionari dalam arus pemikiran ini adalah Injil.
Sebab melalui Injil, umat percaya dapat mengenal sejarah keselamatan Allah yang secara paripurna
dinyatakan oleh Tuhan Yesus Kristus. Dalam buku yang berjudul “Memberitakan Injil Kerajaan” ulasan Injil
1
). Pdt. Yohanes Bambang Mulyono melayani di GKI Perniagaan Jakarta, dan saat ini masih menjabat sebagai Ketua Komisi Rancangan Khotbah
dan Bahan Pemahaman Alkitab GKI.
1
BINA PENATUA KLASIS JAKARTA UTARA DI
GKI SERANG, 17 Maret 2007
hari MInggu Tahun A, B, dan C untuk Masa Khusus dan buku “Inilah Yesus Kristus” ulasan Injil hari Minggu
Tahun A, B dan C untuk Masa Biasa tulisan Dr. Martin Harun, OFM dari Lembaga Biblika Indonesia sangat
jelas hanya mengulas bahan-bahan dari kitab Injil saja. Tetapi dalam pemahaman secara kanonik,
pandangan tersebut perlu dipertanyakan secara kritis yaitu benarkah kitab Injil-Injil menempati posisi
tertinggi dan karena itu selain Injil yaitu kitab-kitab lain seperti Alkitab Perjanjian Lama, kitab Mazmur,
dan surat-surat para rasul tidak boleh ditafsirkan dan dikhotbahkan dalam kebaktian hari Minggu?
Dalam buku “The Minister’s Manual 2007 yang diedit oleh James W. Cox dan Lee McGlone, kita
dapat melihat bahwa khotbah leksionari ternyata tidak hanya diambil dari Injil saja. Misal untuk Minggu
tanggal 7 Januari 2007, bahan khotbah diambil dari Yes. 43:1-7 dengan topik: “The Turn of a New Year”.
Kemudian untuk hari Minggu tanggal 14 Januari 2007 sebagai “Lectionary Message”-nya diambil dari I Kor.
12:1-11 dengan judul: “The Believer and Spiritual Gift”. Jadi bahan khotbah (pemberitaan firman) secara
leksionari ternyata dapat diambil dari salah satu ketiga bacaaan yang tersedia, dengan demikian khotbah
dalam kebaktian hari Minggu bukan hanya diambil dari kitab Injil saja. Dalam pemikiran ini, kita selaku
gereja wajib memperlakukan semua kitab dalam Alkitab sejajar dan masing-masing kitab tersebut
memiliki kewibawaan yang setara.
3. Pola Ekesegese Leksionari
Pola eksegese leksionari (ilmu tafsir secara leksionaris) pada prinsipnya saya pahami dan
didefinisikan, yaitu sebagai: “pola tafsir alkitabiah yang berusaha menggali teks-teks yang tersedia
secara leksionaris, yang mana setiap teks dari keempat bacaan leksionaris pada hakikatnya memiliki
latar-belakang historis, pemikiran dan makna teologis yang berbeda. Namun dari penggalian tafsir
alkitabiah yang dilakukan secara eksegetis tersebut kita mau belajar mendengar untuk memahami
pesan dan makna teologis dari keempat teks yang tersedia sehingga kita dapat memiliki pemahaman
teologis yang lebih utuh dan menyeluruh. Dengan demikian kita selaku gereja dapat menyampaikan
kebenaran firman Tuhan yang relevan dengan kehidupan jemaat”.
Dengan definisi yang saya maksudkan di atas dalam pola eksegese leksionari adalah:
1. Tiap-tiap teks yaitu khususnya dari ketiga bacaan Alkitab yaitu: Perjanjian Lama, surat dari para
rasul, dan Injil harus ditafsirkan sesuai dengan kaidah-kaidah tafsir (eksegese) yang berlaku.
2. Karena pembacaan secara leksionari berputar setiap tiga tahun,maka hasil tafsir tersebut perlu
memfokuskan diri kepada tema dan tujuan yang telah dirumuskan.
3. Apabila dari hasil tafsir terhadap salah satu dari keempat teks leksionari ternyata bertentangan
dengan tema atau tujuan yang telah dirumuskan, sebaiknya tema atau tujuan yang didukung oleh
salah satu teks yang menjadi acuan khotbah. Dalam hal ini bahan khotbah atau pemberitaan
firman Tuhan cukup diambil dari satu kitab saja.
4. Pengkhotbah atau pendeta tidak perlu memaksakan hubungan ide atau makna teologis dari ketiga
atau keempat teks Alkitab dalam pemberitaan firmannya.
5. Namun apabila dari hasil tafsir yang telah dilakukan secara benar dan bertanggungjawab si
pengkhotbah atau pendeta dapat menemukan hubungan dari ketiga atau keempat teks bacaan,
maka “penemuan” terhadap hubungan-hubungan ide/pesan teologis tersebut perlu
dikomunikasikan si pengkhotbah kepada anggota jemaat dalam pemberitaan firmannya.
2
BINA PENATUA KLASIS JAKARTA UTARA DI
GKI SERANG, 17 Maret 2007
6. Khotbah leksionaris bukan sekedar suatu pemberitaan firman yang hanya mampu untuk melihat
hubungan ide dan pesan dari ketiga atau keempat bacaan yang tersedia, tetapi juga yang tak
kalah pentingnya adalah apakah dari hasil tafsir yang telah dilakukan si pengkhotbah juga mampu
melihat secara tepat hubungan firman Tuhan yang ditafsirkan itu dengan pergumulan dan
kehidupan nyata anggota jemaat.
7. Pola tafsir atau eksegese leksionari bukan sekedar suatu upaya penafsiran akademis terhadap
ketiga atau keempat teks bacaan, tetapi yang dibutuhkan adalah suatu upaya tafsir yang
bertanggungjawab dan reflektif-teologis, sehingga mampu menggugah, memotivasi, membekali
dan membangun spiritualitas anggota jemaat yang mendengarkan firman Tuhan tersebut.
4. Pembangunan Jemaat
Tugas utama dari kehidupan berjemaat adalah melaksanakan pembangunan jemaat. Sebagaimana
yang telah dirumuskan dalam Tata Laksana GKI pasal 52, makna dari salah satu pembangunan jemaat
adalah: “pemberdayaan seluruh anggota GKI dan kelompok-kelompok pelayanan dalam jemaat dengan
mendayagunakan talenta-talenta yang dikaruniakan oleh Tuhan kepada mereka serta memanfaatkan
potensi-potensi dan kemungkinan-kemungkinan yang ada dalam jemaat itu” (Talak GKI 52:2.a). Dalam hal
ini saya memahami bahwa melalui pemberitaan firman Tuhan setiap kebaktian hari Minggu pada
prinsipnya kita sedang melaksanakan upaya pemberdayaan kepada seluruh jemaat. Dalam konteks
pemberitaan firman secara leksionaris, saya memahami makna pemberdayaan untuk menciptakan
pembangunan jemaat, yaitu sebagai:
a. Anggota jemaat berperan serta secara aktif dalam pembacaan Alkitab.
b. Anggota jemaat diajak mempersiapkan kebaktian dan pemahaman terhadap firman Tuhan dengan
terlebih dahulu membaca firman Tuhan dari keempat bacaan yang tersedia.
c. Anggota jemaat diajak untuk mampu melihat hubungan suatu teks dengan teks lain, dan pada
pihak lain anggota jemaat juga diajak bersikap jeli dan kritis untuk melihat perbedaan-perbedaan
teologis yang dikemukakan oleh keempat bacaan leksionari tersebut.
d. Anggota jemaat makin terlatih untuk menyikapi suatu khotbah yang bermutu dan sungguh-
sungguh dipersiapkan secara matang, serta mampu disampaikan secara etis, relevan dan
bertanggungjawab.
e. Anggota jemaat terdorong untuk membaca Alkitab secara lebih kontinyu melalui pembacaan
Alkitab secara leksionaris setiap hari (daily readings), sehinggga mereka makin menyerap nilai-nilai
firman Tuhan dalam kehidupan dan pergumulan mereka.
5. Mazmur Untuk Didaraskan saja?
Kitab Mazmur telah menjadi bagian dari pembacaan leksionaris. Tetapi bagaimana dengan
pembacaan kitab Mazmur yang umumnya hanya dijadikan sebagai antar bacaan belaka? Apakah dengan
pola pembacaan leksionari, kita selaku gereja Tuhan tidak pernah lagi mengkhotbahkan kitab Mazmur
dalam kebaktian-kebaktian kita?
Pembacaan kitab Mazmur dalam pola pembacaan leksionari disebut sebagai antar bacaan untuk
menanggapi bacaan pertama dari firman Tuhan, yaitu yang diambil dari Alkitab Perjanjian Lama. Bentuk
3
BINA PENATUA KLASIS JAKARTA UTARA DI
GKI SERANG, 17 Maret 2007
tanggapan dengan kitab Mazmur tersebut dapat berupa bacaan,atau nyanyian. Nyanyian Mazmur
tersebut dapat kita lihat dalam buku nyanyian yang pernah digunakan oleh sinode-sinode GKI wilayah
sebelum mereka menyatukan diri sebagai jemaat GKI, yaitu “Mazmur dan Nyanyian Rohani”. Dalam hal ini
saya pribadi memiliki pandangan sebagai berikut:
1. Kita dapat setuju bahwa letak atau tempat kitab Mazmur dalam pembacaan secara leksionaris
merupakan antar bacaan untuk menanggapi pembacaan Alkitab Perjanjian Lama.
2. Walau kitab Mazmur dalam tradisi umat Israel dan gereja awal lebih cenderung untuk didaraskan
dalam suatu acara ibadah, namun perlu diingat bahwa berulang-ulang kitab-kitab Perjanjidan
Baru mengutip kitab Mazmur sebagai rujukan nubuat terhadap kehidupan dan karya Kristus (misal
Kis. 4:25-26 dikutip dari Mzm. 2:1-2; Kis. 13:35 dikutip dari Mzm. 16:10; Mat. 27:46 dan ayat
paralel dari Mzm. 22:2, dan sebagainya). Jadi menurut pemahaman saya, kitab Mazmur bukan
sekedar kumpulan nyanyian ibadah, tetapi kitab Mazmur juga memiliki tempat sebagai kitab
pengajaran iman yang sejajar dengan kitab-kitab kanonik yang lain.
3. Sebagai gereja, selama ini kita telah banyak belajar dan menggali kekayaan teologis, spiritualitas
dan hikmat dari kitab Mazmur.
4. Tafsir kitab Mazmur merupakan khasanah dari ilmu biblika yang terus berkembang, sehingga kita
juga perlu bertanggungjawab untuk terus mengembangkan kemampuan untuk memahami dan
menafsirkan kitab Mazmur.
5. Bahan-bahan khotbah selain diambil dari ketiga bacaan, yaitu dari Alkitab Perjanjian Lama, surat
rasuli dan Injil juga perlu dijadwal secara bersengaja teratur bahan-bahan dari kitab Mazmur.
6. Kedudukan kitab Mazmur dalam pembacaan dan penafsiran secara leksionaris dapat memiliki
hubungan ide, maksud, dan makna secara teologis dengan ketiga bacaan leksionaris lainnya;
tetapi juga kitab Mazmur pada prinsipnya dapat berdiri sendiri dan berwibawa untuk
menyampaikan pengajaran firman Tuhan.
Dengan pemikiran tersebut di atas, saya pribadi beranggapan bahwa kedudukan kitab Mazmur
dalam liturgi GKI bukanlah sekedar untuk didaraskan atau dibacakan sebagai tanggapan terhadap
bacaan pertama. Tetapi selain berfungsi sebagai antar bacaan, kitab Mazmur juga perlu diberi tempat
sebagai dasar pemberitaan firman Tuhan dalam berbagai bentuk kebaktian yang diselenggarakan oleh
jemaat-jemaat di lingkungan GKI.
6. Penutup
Suatu khotbah yang lahir dari eksegese leksionari diharapkan oleh anggota jemaat dapat menjadi
suatu khotbah yang efektif, relevan, menyentuh hati dan komunikatif. Karena itu maksud dari khotbah
leksionari bukanlah suatu khotbah yang berpanjang-lebar menguraikan tafsiran tiap-tiap teks.
Pengkhotbah atau pendeta wajib menggali dan menafsir seluas dan sedalam mungkin terhadap bahan-
bahan teks Alkitab, tetapi dia juga harus tetap arif dan kontekstual dengan kebutuhan dan kemampuan
anggota jemaat. Itu sebabnya suatu eksegese leksionari bertujuan untuk menjadi media dari inkarnasi
firman yang hidup dan yang memampukan anggota jemaat sebagai pelaku-pelaku firman Tuhan. Ini
berarti eksegese leksionari bukanlah tujuan pada dirinya, tetapi hanyalah alat yang perlu terus-menerus
4
BINA PENATUA KLASIS JAKARTA UTARA DI
GKI SERANG, 17 Maret 2007
diasah, dilatih dan dikembangkan agar setiap anggota jemaat dimampukan untuk berjumpa dengan Allah
melalui pemberitaan firman.
Pada akhirnya suatu pemberitaan firman yang lahir dari suatu eksegese apapun termasuk
eksegese leksionari bukan segala-galanya. Sebab dalam melaksanakan pemberitaan firman yang berhasil
sangat ditentukan pula oleh faktor mental, spiritual, kesiapan materi, kemampuan mengkomunikasikan,
dan kejelian untuk memahami persoalan hidup jemaat. Tetapi semua hal yang baik tersebut juga tidak
dapat mencapai tujuan dari pelaksanaan suatu kebaktian, manakala tidak didukung oleh unsur-unsur
liturgi dan pemimpin liturgi lainnya. Jika demikian, tiada jalan lain kecuali kita harus sungguh-sungguh
mempersiapkan segala sesuatu dalam pelaksanaan suatu kebaktian baik melalui persiapan secara pribadi
maupun persiapan secara kolektif dengan semua pihak sebagai tim kerja yang berkomitmen dan antusias
untuk melaksanakan kebaktian yang berkenan kepadaNya. Tuhan memberkati pelayanan kita bersama!
5
BINA PENATUA KLASIS JAKARTA UTARA DI
GKI SERANG, 17 Maret 2007
diasah, dilatih dan dikembangkan agar setiap anggota jemaat dimampukan untuk berjumpa dengan Allah
melalui pemberitaan firman.
Pada akhirnya suatu pemberitaan firman yang lahir dari suatu eksegese apapun termasuk
eksegese leksionari bukan segala-galanya. Sebab dalam melaksanakan pemberitaan firman yang berhasil
sangat ditentukan pula oleh faktor mental, spiritual, kesiapan materi, kemampuan mengkomunikasikan,
dan kejelian untuk memahami persoalan hidup jemaat. Tetapi semua hal yang baik tersebut juga tidak
dapat mencapai tujuan dari pelaksanaan suatu kebaktian, manakala tidak didukung oleh unsur-unsur
liturgi dan pemimpin liturgi lainnya. Jika demikian, tiada jalan lain kecuali kita harus sungguh-sungguh
mempersiapkan segala sesuatu dalam pelaksanaan suatu kebaktian baik melalui persiapan secara pribadi
maupun persiapan secara kolektif dengan semua pihak sebagai tim kerja yang berkomitmen dan antusias
untuk melaksanakan kebaktian yang berkenan kepadaNya. Tuhan memberkati pelayanan kita bersama!
5

Más contenido relacionado

La actualidad más candente

Silabus Latihan Khotbah II - 2011
Silabus Latihan Khotbah II - 2011Silabus Latihan Khotbah II - 2011
Silabus Latihan Khotbah II - 2011
Gerry Atje
 
Pelatihan Menulis Renungan Kristen
Pelatihan Menulis Renungan KristenPelatihan Menulis Renungan Kristen
Pelatihan Menulis Renungan Kristen
SABDA
 

La actualidad más candente (18)

Makalah Dogmatika IV
Makalah Dogmatika IVMakalah Dogmatika IV
Makalah Dogmatika IV
 
Model Ibadah dan Unsur-unsur Ibadah yang Benar
Model Ibadah dan Unsur-unsur Ibadah yang BenarModel Ibadah dan Unsur-unsur Ibadah yang Benar
Model Ibadah dan Unsur-unsur Ibadah yang Benar
 
Silabus Latihan Khotbah II - 2011
Silabus Latihan Khotbah II - 2011Silabus Latihan Khotbah II - 2011
Silabus Latihan Khotbah II - 2011
 
Sharing Buku Online (KBBS)
Sharing Buku Online (KBBS)Sharing Buku Online (KBBS)
Sharing Buku Online (KBBS)
 
Teologi-Perjanjian-Baru_Allah
Teologi-Perjanjian-Baru_AllahTeologi-Perjanjian-Baru_Allah
Teologi-Perjanjian-Baru_Allah
 
Modul 2 pai xi lb
Modul 2 pai xi lbModul 2 pai xi lb
Modul 2 pai xi lb
 
Pelatihan Menulis Renungan Kristen
Pelatihan Menulis Renungan KristenPelatihan Menulis Renungan Kristen
Pelatihan Menulis Renungan Kristen
 
Makalah Teologi PB
Makalah Teologi PBMakalah Teologi PB
Makalah Teologi PB
 
SABDA MLC: Doktrin Alkitab Lanjutan
SABDA MLC: Doktrin Alkitab LanjutanSABDA MLC: Doktrin Alkitab Lanjutan
SABDA MLC: Doktrin Alkitab Lanjutan
 
Definisi khotbah by H. oroh
Definisi khotbah by H. oroh Definisi khotbah by H. oroh
Definisi khotbah by H. oroh
 
Aldi mbuik (makalah roh kudus adalah jaminan)
Aldi mbuik (makalah roh kudus adalah jaminan)Aldi mbuik (makalah roh kudus adalah jaminan)
Aldi mbuik (makalah roh kudus adalah jaminan)
 
Makalah kateketika peran gembala sebagai pendidik dalam pertumbuhan rohani je...
Makalah kateketika peran gembala sebagai pendidik dalam pertumbuhan rohani je...Makalah kateketika peran gembala sebagai pendidik dalam pertumbuhan rohani je...
Makalah kateketika peran gembala sebagai pendidik dalam pertumbuhan rohani je...
 
Ppt kelompok 3 dogmatika 4
Ppt kelompok 3 dogmatika 4Ppt kelompok 3 dogmatika 4
Ppt kelompok 3 dogmatika 4
 
Makalah dogmatika peran diakonia dalam gereja
Makalah dogmatika peran diakonia dalam gerejaMakalah dogmatika peran diakonia dalam gereja
Makalah dogmatika peran diakonia dalam gereja
 
Lectio Divina
Lectio DivinaLectio Divina
Lectio Divina
 
Makalah Teologi perjanjian baru, allah
Makalah Teologi perjanjian baru, allahMakalah Teologi perjanjian baru, allah
Makalah Teologi perjanjian baru, allah
 
Eksposisi Kisah Para Rasul 2:1-13, 14-21 Refleksi Pentakosta & Khotbah Petrus
Eksposisi Kisah Para Rasul 2:1-13, 14-21 Refleksi Pentakosta & Khotbah PetrusEksposisi Kisah Para Rasul 2:1-13, 14-21 Refleksi Pentakosta & Khotbah Petrus
Eksposisi Kisah Para Rasul 2:1-13, 14-21 Refleksi Pentakosta & Khotbah Petrus
 
Komunitas Baca Alkitab GPIB
Komunitas Baca Alkitab GPIBKomunitas Baca Alkitab GPIB
Komunitas Baca Alkitab GPIB
 

Destacado (8)

Penyerahan Alkitab Ybm
Penyerahan Alkitab YbmPenyerahan Alkitab Ybm
Penyerahan Alkitab Ybm
 
Tata Kebaktian Kaum Muda Mudi GKP Kramat
Tata Kebaktian Kaum Muda Mudi GKP KramatTata Kebaktian Kaum Muda Mudi GKP Kramat
Tata Kebaktian Kaum Muda Mudi GKP Kramat
 
Mat Ibadah Minggu Penj Ibadah Mg By Ybm
Mat Ibadah Minggu Penj Ibadah Mg By YbmMat Ibadah Minggu Penj Ibadah Mg By Ybm
Mat Ibadah Minggu Penj Ibadah Mg By Ybm
 
Panduan Teknis Liturgi Gki
Panduan Teknis Liturgi GkiPanduan Teknis Liturgi Gki
Panduan Teknis Liturgi Gki
 
Acara partangiangan bona taon raja oloan
Acara partangiangan bona taon raja oloanAcara partangiangan bona taon raja oloan
Acara partangiangan bona taon raja oloan
 
TATA IBADAH NATAL SPP/R GKE HOSIANNA TAHUN 2013
TATA IBADAH NATAL SPP/R GKE HOSIANNA TAHUN 2013TATA IBADAH NATAL SPP/R GKE HOSIANNA TAHUN 2013
TATA IBADAH NATAL SPP/R GKE HOSIANNA TAHUN 2013
 
Acara ibadah natal dan tahun baru keluarga besar gr.situmeang 2011
Acara ibadah natal dan tahun baru keluarga besar gr.situmeang 2011Acara ibadah natal dan tahun baru keluarga besar gr.situmeang 2011
Acara ibadah natal dan tahun baru keluarga besar gr.situmeang 2011
 
Contoh tata ibadah natal
Contoh tata ibadah natalContoh tata ibadah natal
Contoh tata ibadah natal
 

Similar a Tapsir

DEFINISI KHOTBAH by H. Oroh oke
DEFINISI KHOTBAH by H. Oroh okeDEFINISI KHOTBAH by H. Oroh oke
DEFINISI KHOTBAH by H. Oroh oke
Herwan Oroh
 
POWER POIN SEMINAR PROPOSAL PDT. J SIAGIAN.pptx
POWER POIN SEMINAR PROPOSAL PDT. J SIAGIAN.pptxPOWER POIN SEMINAR PROPOSAL PDT. J SIAGIAN.pptx
POWER POIN SEMINAR PROPOSAL PDT. J SIAGIAN.pptx
Yog'z Panjaitan
 
Presentasi Praktik Spiritualitas Lectio Divina (Julius).pptx
Presentasi Praktik Spiritualitas Lectio Divina (Julius).pptxPresentasi Praktik Spiritualitas Lectio Divina (Julius).pptx
Presentasi Praktik Spiritualitas Lectio Divina (Julius).pptx
zoecaesar1
 
Dapatkah Alkitab Dipercaya (Seri Kurios)
Dapatkah Alkitab Dipercaya (Seri Kurios)Dapatkah Alkitab Dipercaya (Seri Kurios)
Dapatkah Alkitab Dipercaya (Seri Kurios)
Katalis Media-Literatur
 
Dokumen keesaan gereja
Dokumen keesaan gerejaDokumen keesaan gereja
Dokumen keesaan gereja
Nelly Iwamony
 

Similar a Tapsir (20)

SEKILAS JEJAK HISTORIS LEKTOR.docx
SEKILAS JEJAK HISTORIS LEKTOR.docxSEKILAS JEJAK HISTORIS LEKTOR.docx
SEKILAS JEJAK HISTORIS LEKTOR.docx
 
Makalah dogmatika peran diakonia dalam gereja
Makalah dogmatika peran diakonia dalam gerejaMakalah dogmatika peran diakonia dalam gereja
Makalah dogmatika peran diakonia dalam gereja
 
Sekolah Sabat - Triwulan 2 Pelajaran 6.
Sekolah Sabat - Triwulan 2 Pelajaran 6.Sekolah Sabat - Triwulan 2 Pelajaran 6.
Sekolah Sabat - Triwulan 2 Pelajaran 6.
 
MATERI KHOTBAH.pptx
MATERI KHOTBAH.pptxMATERI KHOTBAH.pptx
MATERI KHOTBAH.pptx
 
DEFINISI KHOTBAH by H. Oroh oke
DEFINISI KHOTBAH by H. Oroh okeDEFINISI KHOTBAH by H. Oroh oke
DEFINISI KHOTBAH by H. Oroh oke
 
Kotbah yang efektif
Kotbah yang efektifKotbah yang efektif
Kotbah yang efektif
 
Bagaimana Belajar Alkitab? Baca Gali Alkitab
Bagaimana Belajar Alkitab?   Baca Gali AlkitabBagaimana Belajar Alkitab?   Baca Gali Alkitab
Bagaimana Belajar Alkitab? Baca Gali Alkitab
 
jurnal richard adyputra.docx
jurnal richard adyputra.docxjurnal richard adyputra.docx
jurnal richard adyputra.docx
 
Penyerahan Alkitab_dlm liturgi GKI
Penyerahan Alkitab_dlm liturgi GKIPenyerahan Alkitab_dlm liturgi GKI
Penyerahan Alkitab_dlm liturgi GKI
 
POWER POIN SEMINAR PROPOSAL PDT. J SIAGIAN.pptx
POWER POIN SEMINAR PROPOSAL PDT. J SIAGIAN.pptxPOWER POIN SEMINAR PROPOSAL PDT. J SIAGIAN.pptx
POWER POIN SEMINAR PROPOSAL PDT. J SIAGIAN.pptx
 
Temu Anggota KBBS April 2022
Temu Anggota KBBS April 2022Temu Anggota KBBS April 2022
Temu Anggota KBBS April 2022
 
Presentasi Praktik Spiritualitas Lectio Divina (Julius).pptx
Presentasi Praktik Spiritualitas Lectio Divina (Julius).pptxPresentasi Praktik Spiritualitas Lectio Divina (Julius).pptx
Presentasi Praktik Spiritualitas Lectio Divina (Julius).pptx
 
PERANAN GEREJA DALAM JEMAAT MASA KINI
PERANAN GEREJA DALAM  JEMAAT  MASA KINI PERANAN GEREJA DALAM  JEMAAT  MASA KINI
PERANAN GEREJA DALAM JEMAAT MASA KINI
 
Dapatkah Alkitab Dipercaya (Seri Kurios)
Dapatkah Alkitab Dipercaya (Seri Kurios)Dapatkah Alkitab Dipercaya (Seri Kurios)
Dapatkah Alkitab Dipercaya (Seri Kurios)
 
Bab 1 sap teologi penggembalaan
Bab 1  sap teologi penggembalaanBab 1  sap teologi penggembalaan
Bab 1 sap teologi penggembalaan
 
Bab 1 sap teologi penggembalaan
Bab 1  sap teologi penggembalaanBab 1  sap teologi penggembalaan
Bab 1 sap teologi penggembalaan
 
PPPB.pptx
PPPB.pptxPPPB.pptx
PPPB.pptx
 
Dokumen keesaan gereja
Dokumen keesaan gerejaDokumen keesaan gereja
Dokumen keesaan gereja
 
Tugas ulasan buku tihfani
Tugas ulasan buku tihfaniTugas ulasan buku tihfani
Tugas ulasan buku tihfani
 
Pel. 11 Gereja Sebagai Persekutuan
Pel. 11 Gereja Sebagai PersekutuanPel. 11 Gereja Sebagai Persekutuan
Pel. 11 Gereja Sebagai Persekutuan
 

Tapsir

  • 1. BINA PENATUA KLASIS JAKARTA UTARA DI GKI SERANG, 17 Maret 2007 TAFSIR DAN KHOTBAH LEKSIONARI KEBAKTIAN MINGGU GKI Oleh: Pdt. Yohanes Bambang Mulyono 1 ) 1. Pengantar Persidangan Majelis Sinode ke XIV Gereja Kristen Indonesia di Denpasar, Bali berhasil menetapkan Liturgi dengan pembacaan Alkitab secara leksionari. Maksud pola pembacaan secara leksionari berarti pembacaan Alkitab yang semula hanya satu bacaan saja, kini menjadi 4 pembacaan dengan perincian sebagai berikut: - Bacaan 1 : Perjanjian Lama - Antar Bacaan : Mazmur - Bacaan II : Surat Rasuli - Bacaan III : Injil Pertanyaan yang muncul adalah apakah suatu khotbah dengan pembacaan Leksionari tersebut, pengkhotbah atau pendeta harus mengkhotbahkan keempat bacaan tersebut? Ada anggapan bahwa pola khotbah yang berupaya mengkait-kaitkan keempat bacaan tersebut merupakan suatu pemaksaan tafsir. Dalam hal ini kita harus mengakui bahwa kita baru pertama kali menggunakan pola pembacaan secara leksionari, sehingga dapat dipahami timbul kesimpangsiuran dan kesalahpahaman. Karena kita semua pada prinsipnya sedang belajar dan terus belajar, agar pemberitaan firman Tuhan dalam seluruh kebaktian GKI makin dapat menyentuh dan memampukan seluruh anggota jemaat untuk melaksanakan pembangunan jemaat dan memiliki spiritualitas iman Kristen yang dewasa. 2. Bahan Khotbah Secara Leksionari Ada suatu anggapan bahwa yang dikhotbahkan dalam suatu kebaktian hanyalah salah satu bagian dari Alkitab saja, misal dari bacaan I saja, atau dari bacaan II. Ada juga yang mengatakan bahwa yang layak dikhotbahkan hanyalah bacaan III yaitu Injil. Saya kira anggapan atau pandangan tersebut memiliki landasan teologis dan tafsir yang cukup dapat dipertanggungjawabkan. Sebab dengan memfokuskan diri kepada salah satu bacaan dari ketiga atau keempat bacaan yang tersedia, kita dapat menggali suatu tafsir Alkitabiah yang lebih mendalam. Tetapi muncul suatu pertanyaan, benarkah pembacaan Alkitab yang tersedia hanyalah sekedar suatu pembacaan liturgis belaka, sehingga kita tidak memperdulikan apakah anggota jemaat dapat mengerti dan memahami dari apa yang telah mereka baca dalam suatu ibadah? Ataukah anggota jemaat hanya terpaksa wajib untuk membaca bahan-bahan Alkitab secara leksionaris karena telah diputuskan oleh PMS ke XIV GKI? Apabila kita memperhatikan buku “The Lectionary Commentary”, Theological Exegesis for Sunday’s Texts dengan editor Roger E. Van Harn sangat jelas bahwa yang dikhotbahkan dalam kebaktian Minggu hanyalah Injil belaka. Memang fokus utama dari Leksionari dalam arus pemikiran ini adalah Injil. Sebab melalui Injil, umat percaya dapat mengenal sejarah keselamatan Allah yang secara paripurna dinyatakan oleh Tuhan Yesus Kristus. Dalam buku yang berjudul “Memberitakan Injil Kerajaan” ulasan Injil 1 ). Pdt. Yohanes Bambang Mulyono melayani di GKI Perniagaan Jakarta, dan saat ini masih menjabat sebagai Ketua Komisi Rancangan Khotbah dan Bahan Pemahaman Alkitab GKI. 1
  • 2. BINA PENATUA KLASIS JAKARTA UTARA DI GKI SERANG, 17 Maret 2007 hari MInggu Tahun A, B, dan C untuk Masa Khusus dan buku “Inilah Yesus Kristus” ulasan Injil hari Minggu Tahun A, B dan C untuk Masa Biasa tulisan Dr. Martin Harun, OFM dari Lembaga Biblika Indonesia sangat jelas hanya mengulas bahan-bahan dari kitab Injil saja. Tetapi dalam pemahaman secara kanonik, pandangan tersebut perlu dipertanyakan secara kritis yaitu benarkah kitab Injil-Injil menempati posisi tertinggi dan karena itu selain Injil yaitu kitab-kitab lain seperti Alkitab Perjanjian Lama, kitab Mazmur, dan surat-surat para rasul tidak boleh ditafsirkan dan dikhotbahkan dalam kebaktian hari Minggu? Dalam buku “The Minister’s Manual 2007 yang diedit oleh James W. Cox dan Lee McGlone, kita dapat melihat bahwa khotbah leksionari ternyata tidak hanya diambil dari Injil saja. Misal untuk Minggu tanggal 7 Januari 2007, bahan khotbah diambil dari Yes. 43:1-7 dengan topik: “The Turn of a New Year”. Kemudian untuk hari Minggu tanggal 14 Januari 2007 sebagai “Lectionary Message”-nya diambil dari I Kor. 12:1-11 dengan judul: “The Believer and Spiritual Gift”. Jadi bahan khotbah (pemberitaan firman) secara leksionari ternyata dapat diambil dari salah satu ketiga bacaaan yang tersedia, dengan demikian khotbah dalam kebaktian hari Minggu bukan hanya diambil dari kitab Injil saja. Dalam pemikiran ini, kita selaku gereja wajib memperlakukan semua kitab dalam Alkitab sejajar dan masing-masing kitab tersebut memiliki kewibawaan yang setara. 3. Pola Ekesegese Leksionari Pola eksegese leksionari (ilmu tafsir secara leksionaris) pada prinsipnya saya pahami dan didefinisikan, yaitu sebagai: “pola tafsir alkitabiah yang berusaha menggali teks-teks yang tersedia secara leksionaris, yang mana setiap teks dari keempat bacaan leksionaris pada hakikatnya memiliki latar-belakang historis, pemikiran dan makna teologis yang berbeda. Namun dari penggalian tafsir alkitabiah yang dilakukan secara eksegetis tersebut kita mau belajar mendengar untuk memahami pesan dan makna teologis dari keempat teks yang tersedia sehingga kita dapat memiliki pemahaman teologis yang lebih utuh dan menyeluruh. Dengan demikian kita selaku gereja dapat menyampaikan kebenaran firman Tuhan yang relevan dengan kehidupan jemaat”. Dengan definisi yang saya maksudkan di atas dalam pola eksegese leksionari adalah: 1. Tiap-tiap teks yaitu khususnya dari ketiga bacaan Alkitab yaitu: Perjanjian Lama, surat dari para rasul, dan Injil harus ditafsirkan sesuai dengan kaidah-kaidah tafsir (eksegese) yang berlaku. 2. Karena pembacaan secara leksionari berputar setiap tiga tahun,maka hasil tafsir tersebut perlu memfokuskan diri kepada tema dan tujuan yang telah dirumuskan. 3. Apabila dari hasil tafsir terhadap salah satu dari keempat teks leksionari ternyata bertentangan dengan tema atau tujuan yang telah dirumuskan, sebaiknya tema atau tujuan yang didukung oleh salah satu teks yang menjadi acuan khotbah. Dalam hal ini bahan khotbah atau pemberitaan firman Tuhan cukup diambil dari satu kitab saja. 4. Pengkhotbah atau pendeta tidak perlu memaksakan hubungan ide atau makna teologis dari ketiga atau keempat teks Alkitab dalam pemberitaan firmannya. 5. Namun apabila dari hasil tafsir yang telah dilakukan secara benar dan bertanggungjawab si pengkhotbah atau pendeta dapat menemukan hubungan dari ketiga atau keempat teks bacaan, maka “penemuan” terhadap hubungan-hubungan ide/pesan teologis tersebut perlu dikomunikasikan si pengkhotbah kepada anggota jemaat dalam pemberitaan firmannya. 2
  • 3. BINA PENATUA KLASIS JAKARTA UTARA DI GKI SERANG, 17 Maret 2007 6. Khotbah leksionaris bukan sekedar suatu pemberitaan firman yang hanya mampu untuk melihat hubungan ide dan pesan dari ketiga atau keempat bacaan yang tersedia, tetapi juga yang tak kalah pentingnya adalah apakah dari hasil tafsir yang telah dilakukan si pengkhotbah juga mampu melihat secara tepat hubungan firman Tuhan yang ditafsirkan itu dengan pergumulan dan kehidupan nyata anggota jemaat. 7. Pola tafsir atau eksegese leksionari bukan sekedar suatu upaya penafsiran akademis terhadap ketiga atau keempat teks bacaan, tetapi yang dibutuhkan adalah suatu upaya tafsir yang bertanggungjawab dan reflektif-teologis, sehingga mampu menggugah, memotivasi, membekali dan membangun spiritualitas anggota jemaat yang mendengarkan firman Tuhan tersebut. 4. Pembangunan Jemaat Tugas utama dari kehidupan berjemaat adalah melaksanakan pembangunan jemaat. Sebagaimana yang telah dirumuskan dalam Tata Laksana GKI pasal 52, makna dari salah satu pembangunan jemaat adalah: “pemberdayaan seluruh anggota GKI dan kelompok-kelompok pelayanan dalam jemaat dengan mendayagunakan talenta-talenta yang dikaruniakan oleh Tuhan kepada mereka serta memanfaatkan potensi-potensi dan kemungkinan-kemungkinan yang ada dalam jemaat itu” (Talak GKI 52:2.a). Dalam hal ini saya memahami bahwa melalui pemberitaan firman Tuhan setiap kebaktian hari Minggu pada prinsipnya kita sedang melaksanakan upaya pemberdayaan kepada seluruh jemaat. Dalam konteks pemberitaan firman secara leksionaris, saya memahami makna pemberdayaan untuk menciptakan pembangunan jemaat, yaitu sebagai: a. Anggota jemaat berperan serta secara aktif dalam pembacaan Alkitab. b. Anggota jemaat diajak mempersiapkan kebaktian dan pemahaman terhadap firman Tuhan dengan terlebih dahulu membaca firman Tuhan dari keempat bacaan yang tersedia. c. Anggota jemaat diajak untuk mampu melihat hubungan suatu teks dengan teks lain, dan pada pihak lain anggota jemaat juga diajak bersikap jeli dan kritis untuk melihat perbedaan-perbedaan teologis yang dikemukakan oleh keempat bacaan leksionari tersebut. d. Anggota jemaat makin terlatih untuk menyikapi suatu khotbah yang bermutu dan sungguh- sungguh dipersiapkan secara matang, serta mampu disampaikan secara etis, relevan dan bertanggungjawab. e. Anggota jemaat terdorong untuk membaca Alkitab secara lebih kontinyu melalui pembacaan Alkitab secara leksionaris setiap hari (daily readings), sehinggga mereka makin menyerap nilai-nilai firman Tuhan dalam kehidupan dan pergumulan mereka. 5. Mazmur Untuk Didaraskan saja? Kitab Mazmur telah menjadi bagian dari pembacaan leksionaris. Tetapi bagaimana dengan pembacaan kitab Mazmur yang umumnya hanya dijadikan sebagai antar bacaan belaka? Apakah dengan pola pembacaan leksionari, kita selaku gereja Tuhan tidak pernah lagi mengkhotbahkan kitab Mazmur dalam kebaktian-kebaktian kita? Pembacaan kitab Mazmur dalam pola pembacaan leksionari disebut sebagai antar bacaan untuk menanggapi bacaan pertama dari firman Tuhan, yaitu yang diambil dari Alkitab Perjanjian Lama. Bentuk 3
  • 4. BINA PENATUA KLASIS JAKARTA UTARA DI GKI SERANG, 17 Maret 2007 tanggapan dengan kitab Mazmur tersebut dapat berupa bacaan,atau nyanyian. Nyanyian Mazmur tersebut dapat kita lihat dalam buku nyanyian yang pernah digunakan oleh sinode-sinode GKI wilayah sebelum mereka menyatukan diri sebagai jemaat GKI, yaitu “Mazmur dan Nyanyian Rohani”. Dalam hal ini saya pribadi memiliki pandangan sebagai berikut: 1. Kita dapat setuju bahwa letak atau tempat kitab Mazmur dalam pembacaan secara leksionaris merupakan antar bacaan untuk menanggapi pembacaan Alkitab Perjanjian Lama. 2. Walau kitab Mazmur dalam tradisi umat Israel dan gereja awal lebih cenderung untuk didaraskan dalam suatu acara ibadah, namun perlu diingat bahwa berulang-ulang kitab-kitab Perjanjidan Baru mengutip kitab Mazmur sebagai rujukan nubuat terhadap kehidupan dan karya Kristus (misal Kis. 4:25-26 dikutip dari Mzm. 2:1-2; Kis. 13:35 dikutip dari Mzm. 16:10; Mat. 27:46 dan ayat paralel dari Mzm. 22:2, dan sebagainya). Jadi menurut pemahaman saya, kitab Mazmur bukan sekedar kumpulan nyanyian ibadah, tetapi kitab Mazmur juga memiliki tempat sebagai kitab pengajaran iman yang sejajar dengan kitab-kitab kanonik yang lain. 3. Sebagai gereja, selama ini kita telah banyak belajar dan menggali kekayaan teologis, spiritualitas dan hikmat dari kitab Mazmur. 4. Tafsir kitab Mazmur merupakan khasanah dari ilmu biblika yang terus berkembang, sehingga kita juga perlu bertanggungjawab untuk terus mengembangkan kemampuan untuk memahami dan menafsirkan kitab Mazmur. 5. Bahan-bahan khotbah selain diambil dari ketiga bacaan, yaitu dari Alkitab Perjanjian Lama, surat rasuli dan Injil juga perlu dijadwal secara bersengaja teratur bahan-bahan dari kitab Mazmur. 6. Kedudukan kitab Mazmur dalam pembacaan dan penafsiran secara leksionaris dapat memiliki hubungan ide, maksud, dan makna secara teologis dengan ketiga bacaan leksionaris lainnya; tetapi juga kitab Mazmur pada prinsipnya dapat berdiri sendiri dan berwibawa untuk menyampaikan pengajaran firman Tuhan. Dengan pemikiran tersebut di atas, saya pribadi beranggapan bahwa kedudukan kitab Mazmur dalam liturgi GKI bukanlah sekedar untuk didaraskan atau dibacakan sebagai tanggapan terhadap bacaan pertama. Tetapi selain berfungsi sebagai antar bacaan, kitab Mazmur juga perlu diberi tempat sebagai dasar pemberitaan firman Tuhan dalam berbagai bentuk kebaktian yang diselenggarakan oleh jemaat-jemaat di lingkungan GKI. 6. Penutup Suatu khotbah yang lahir dari eksegese leksionari diharapkan oleh anggota jemaat dapat menjadi suatu khotbah yang efektif, relevan, menyentuh hati dan komunikatif. Karena itu maksud dari khotbah leksionari bukanlah suatu khotbah yang berpanjang-lebar menguraikan tafsiran tiap-tiap teks. Pengkhotbah atau pendeta wajib menggali dan menafsir seluas dan sedalam mungkin terhadap bahan- bahan teks Alkitab, tetapi dia juga harus tetap arif dan kontekstual dengan kebutuhan dan kemampuan anggota jemaat. Itu sebabnya suatu eksegese leksionari bertujuan untuk menjadi media dari inkarnasi firman yang hidup dan yang memampukan anggota jemaat sebagai pelaku-pelaku firman Tuhan. Ini berarti eksegese leksionari bukanlah tujuan pada dirinya, tetapi hanyalah alat yang perlu terus-menerus 4
  • 5. BINA PENATUA KLASIS JAKARTA UTARA DI GKI SERANG, 17 Maret 2007 diasah, dilatih dan dikembangkan agar setiap anggota jemaat dimampukan untuk berjumpa dengan Allah melalui pemberitaan firman. Pada akhirnya suatu pemberitaan firman yang lahir dari suatu eksegese apapun termasuk eksegese leksionari bukan segala-galanya. Sebab dalam melaksanakan pemberitaan firman yang berhasil sangat ditentukan pula oleh faktor mental, spiritual, kesiapan materi, kemampuan mengkomunikasikan, dan kejelian untuk memahami persoalan hidup jemaat. Tetapi semua hal yang baik tersebut juga tidak dapat mencapai tujuan dari pelaksanaan suatu kebaktian, manakala tidak didukung oleh unsur-unsur liturgi dan pemimpin liturgi lainnya. Jika demikian, tiada jalan lain kecuali kita harus sungguh-sungguh mempersiapkan segala sesuatu dalam pelaksanaan suatu kebaktian baik melalui persiapan secara pribadi maupun persiapan secara kolektif dengan semua pihak sebagai tim kerja yang berkomitmen dan antusias untuk melaksanakan kebaktian yang berkenan kepadaNya. Tuhan memberkati pelayanan kita bersama! 5
  • 6. BINA PENATUA KLASIS JAKARTA UTARA DI GKI SERANG, 17 Maret 2007 diasah, dilatih dan dikembangkan agar setiap anggota jemaat dimampukan untuk berjumpa dengan Allah melalui pemberitaan firman. Pada akhirnya suatu pemberitaan firman yang lahir dari suatu eksegese apapun termasuk eksegese leksionari bukan segala-galanya. Sebab dalam melaksanakan pemberitaan firman yang berhasil sangat ditentukan pula oleh faktor mental, spiritual, kesiapan materi, kemampuan mengkomunikasikan, dan kejelian untuk memahami persoalan hidup jemaat. Tetapi semua hal yang baik tersebut juga tidak dapat mencapai tujuan dari pelaksanaan suatu kebaktian, manakala tidak didukung oleh unsur-unsur liturgi dan pemimpin liturgi lainnya. Jika demikian, tiada jalan lain kecuali kita harus sungguh-sungguh mempersiapkan segala sesuatu dalam pelaksanaan suatu kebaktian baik melalui persiapan secara pribadi maupun persiapan secara kolektif dengan semua pihak sebagai tim kerja yang berkomitmen dan antusias untuk melaksanakan kebaktian yang berkenan kepadaNya. Tuhan memberkati pelayanan kita bersama! 5