Dokumen tersebut membahas mengenai upaya industrialisasi perikanan budidaya di Kepulauan Riau melalui penerapan konsep blue economy. Potensi besar perikanan budidaya di Kepulauan Riau belum dimanfaatkan dengan optimal. Diperlukan pengembangan kawasan minapolitan dan peningkatan nilai tambah hasil perikanan untuk mendukung ketahanan pangan dan pembangunan ekonomi berkelanjutan di Kepulauan Riau.
1. INDUSTRIALISASI PERIKANAN BUDIDAYA KEPULAUAN
RIAU MELALUI PENERAPAN KONSEP BLUE ECONOMY
Syamsul Akbar1 dan Romi Novriadi2
1) Dinas Kelautan dan Perikanan Kep. Riau
2) Balai Budidaya Laut Batam
2. Permasalahan Global
Millennium Development Goals
Tujuan?
Target?
Eradicate extreme
poverty and hunger
Separuh masyarakat dunia, antara tahun 1990 dan 2015,
memiliki pendapatan kurang dari US$ 1 / hari
Separuh masyarakat dunia, antara tahun 1990 dan 2015,
menderita kelaparan
Jumlah penduduk dunia tahun 2050 akan mencapai 9
milyar
Bagaimana kemampuan suplai pangan dunia?
4. Kebutuhan Pangan Per Komoditas
Sumber: Linehan, V., Thorpe, S., Andrews, N., Kim, Y. & Beanini, F., Food demand to 2050
5. Kontribusi Perikanan Budidaya terhadap penyediaan pangan dunia
Dari beberapa sistem produksi pangan dunia:
BUDIDAYA PERIKANAN
Telah menjadi sektor produksi pangan yang berkembang
pesat sejak 25 tahun terakhir
Dan diterima secara luas sebagai salah satu cara untuk mengatasi krisis
pangan dunia, utamanya di negara-negara berkembang termasuk Asia
7. Akuakultur memiliki peningkatan produksi 8,2% per tahun dibandingkan
perikanan tangkap yang stabil 1,3% per tahun dan memiliki kontribusi
sebesar 2,6% per tahun untuk total produksi daging dunia (FAO, 2013)
10. AKUAKULTUR
Akuakultur : kegiatan untuk memproduksi biota (organisme)
akuatik di lingkungan terkontrol dalam rangka mendapatkan
keuntungan (profit).
Produk Akuakultur
11. PRODUKSI AKUAKULTUR UNTUK KOMODITAS UTAMA
Fish 30 mT (55% in value)
molluscs 14 mT (15 % in value)
crustaceans 4 mT (20% in value) seaweeds 16 mT (10% in value)
15. POTENSI AKUAKULTUR INDONESIA
1. Garis pantai = 81.000 km
2. Memiliki hamparan
terumbu karang (±85.000
km2) terluas di dunia
3. Potensi produksinya = 65
juta ton/th
4. Realisasi produksinya = 0,5
juta ton (sangat rendah)
th. 2000
Target Produksi Akuakultur 2014: 16.891.000 ton
17. POTENSI BUDIDAYA KEPULAUAN RIAU
KAB. NATUNA :
KAB. KEP. ANAMBAS:
a.RTP Tangkap : 36.653
a.RTP Tangkap : 5.735
- Kapal Motor : 17.509 unit
- Kapal Motor : 2566 unit
- Perahu Motor Tempel : - Perahu Motor Tempel : - Perahu Tanpa Motor : 1.109 unit
- Perahu Tanpa Motor : 595 unit
b.RTP Budidaya Perikanan : 426
b.RTP Budidaya Perikanan : 426
- Komoditi : Kerapu, Napoleon, Rumput Laut
- Komoditi : Kerapu, Napoleon, Rumput Laut
- Potensi : 26.414 Ha mariculture, 507 Ha payau & 22 Ha
- Potensi : 20.998 Ha mariculture, 25 Ha payau
tawar
- Pemanfaatan : 32,58 Ha mariculture
- Pemanfaatan : 11.461 Ha mariculture,
c. Kawasan Minapolitan :
- Kec. Siantan Tengah, Kecamatan Palmatak, Kecamatan Siantan Timur dan
Kecamatan Siantan
KAB. KARIMUN :
a.RTP Tangkap : 12.168
- Kapal Motor : 2.974 unit
- Perahu Motor Tempel : 1.131 unit
KAB. BINTAN :
- Perahu Tanpa Motor : 1.060 unit
a.RTP Tangkap : 9.770
b.RTP Budidaya Perikanan : 497
- Kapal Motor :3.405 unit
- Komoditi : Kerapu, Kakap, Bawal Bintang, Rumput Laut, Lele,
- Perahu Motor Tempel : 188 unit
- Potensi : 57.443 Ha mariculture, 490 Ha payau & 287 Ha tawar
- Perahu Tanpa Motor : 1.352 unit
- Pemanfaatan : .255 Ha mariculture, 8 ha payau & 60 Ha tawar
b.RTP Budidaya Perikanan : 704
c. Kawasan Minapolitan :
Komoditi : Kerapu, Udang, Lele
- Kec. Moro
Potensi :44.200 Ha mariculture, 250 ha payau & 195 tawar Pemanfaatan : 34,63 Ha
KOTA BATAM :
c. Kawasan Minapolitan :
a. RTP Tangkap : 20.396
Kec. Bintan Timur, Kec. Mantang dan Kec. Bintan Pesisir
- Kapal Motor : 4.404 unit
- Perahu Motor Tempel : 5.735 unit
- Perahu Tanpa Motor : 382 unit
b.RTP Budidaya Perikanan : 5.493
KOTA TANJUNGPINANG :
- Komoditi : Kerapu, Bawal Bintang, Lele, Rumput laut
a.RTP Tangkap : 2.984
- Potensi : 61.132 Ha mariculture, 288 ha tawar & 39 ha payau
Jumlah Armada
- Pemanfaatan : .21.400 Ha mariculture, 2 Ha payau & 2.995 Ha tawar
- Kapal Motor : 476
c. Kawasan Minapolitan :
- Perahu Motor Tempel : 301 unit
- Perahu Tanpa Motor : 820 unit
- Kecamatan Kota Galang
b.RTP Budidaya Perikanan : 417
- Komoditi : Kerapu, Lele, Ikan Hias
- Potensi :. 20 Ha, payau & 60 ha tawar
- Pemanfaatan : 11 Ha tawar
KAB. LINGGA :
a.RTP Tangkap : 8.766
- Kapal Motor : 2.917 unit
- Perahu Motor Tempel : 191 unit
- Perahu Tanpa Motor : 2.666 unit
b.RTP Budidaya Perikanan : 1000
- Komoditi : Rumput Laut, Kerapu, Udang, Lele
- Potensi : 245.952 Ha mariculture, 983 Ha payau, 105 Ha tawar
- Pemanfaatan : 1.200 Ha mariculture, 20 Ha payau & 17 Ha tawar
18. POTENSI BUDIDAYA KEPULAUAN RIAU
Kabupaten/
Kota
Bintan
Batam
Karimun
Natuna
Anambas
Lingga
Tanjungpinang
Jumlah
Luas Daratan
(Ha)
194.613
211.772
287.320
205.845
59.014
23.920
77.027
Budidaya Laut (Ha)
Pesisir
6.684,0
10.709,7
10.210,7
6.021,3
1.992,7
19.053,6
0
54.672,1
Laut Lepas
37.517,1
50.422,0
47.232,2
20.393,1
19.005,2
226.538,4
0
401.107,9
Budidaya Darat (Ha)
Air Payau
250
288
190
507
0
828
0
2.063
Air Tawar
1430
1191
1106
1063
1091
1124
1101
8.111,21
Sumber : Hasil Kajian Identifikasi Potensi Sumberdaya Kelautan dan
Perikanan Prov. Kepri (DKP Kepri, 2011)
KERAPU MACAN
BAWAL BINTANG
KAKAP PUTIH
Hamparan KJA di Pulau Tiga Kab. Natuna
Bantuan Provinsi Kepri Tahun 2011
19. POTENSI BUDIDAYA KEPULAUAN RIAU
Budidaya Laut
0,50%
Tingkat pemanfaatan lahan
budidaya laut (2.218 Ha)
Tingkat pemanfaatan lahan
budidaya air tawar(3.155,76Ha)
Budidaya Air Tawar
Peluang pengembangan
budidaya laut (453.562 Ha)
99,5%
38,90 %
61,09%
Peluang pengembangan
budidaya air tawar(4.955,45Ha)
Potensi lahan budidaya
laut (455.780 Ha)
Tingkat pemanfaatan lahan
budidaya air payau(69,1 Ha)
Potensi lahan budidaya
air tawar(8.111,21Ha)
3,34 %
Budidaya Payau
96,65 %
Peluang pengembangan
budidaya air payau (1.993,9 Ha)
Potensi lahan budidaya
air payau (2.063 Ha)
19
20. • Pengembangan Perikanan Budidaya
• Sampai dengan Tahun 2013 Pengembangan Perikanan Budidaya telah dilakukan
pembinaan-pembinaan pelaku usaha dan juga dibantu sarana prasarana
pembudidaya ikan laut berupa :
• Bantuan benih dan Keramba Jaring Apung, s/d Tahun 2012 dibantu 500 unit
kantong Keramba Jaring Apung berbahan HDPE untuk 280 KK Perikanan Budidaya
di Kepri. dan di tahun 2013 ini kembali dibantu 500 Unit KJA HDPE untuk 345 RTP
Pembudidaya.
• Pengembangan perikanan air payau berupa tambak udang dan bandeng dilakukan
di Bintan seluas 5 Ha dan di Lingga seluas 20 Ha yang dikelola 100 RTP
pembudidaya.
• Mulai Tahun 2010 juga telah dibantu pakan untuk pembudidaya ikan sejumlah
3.600 Kg untuk 60 RTP pembudidaya, tahun 2011 dibantu kembali pakan lele
sejumlah : 2480 Kg untuk 31 RTP di Tanjungpinang, 4720 Kg untuk 59 RTP di Bintan
dan di tahun 2013 ini dibantu pengadaan 4 unit HSRT beserta kelengkapan, pakan,
benih,dll
Panen perdana tambak
udang/bandeng di Lingga
KJA bantuan untuk
pembudidaya di Natuna
Tahun 2012
21. TANTANGAN PEMBANGUNAN KELAUTAN
DAN PERIKANAN
Akses permodalan bagi usaha bidang kelautan dan perikanan
terbatas
Kondisi sarana dan prasarana kelautan dan perikanan kurang
optimal
Tingkat pendidikan dan keterampilan pelaku utama/usaha
masih perlu ditingkatkan
Sistem pendataan bidang kelautan dan perikanan di pusat dan
daerah masih perlu dibenahi
Pembiayaan Pemerintah (APBN dan APBD) terbatas
Terdapat 2,17 juta Rumah Tangga Miskin (RTM) di wilayah
pesisir dan 17,08% diantaranya bermata pencaharian
perikanan *
Diperlukan perubahan pendekatan, dari pendekatan ‘masalah’ menjadi pendekatan
‘solusi’, yang dilakukan oleh semua pemegang kepentingan
* Sumber : Sekretariat Pokja Pengendali PNPM
21
22. FOKUS PEMBANGUNAN KELAUTAN
DAN PERIKANAN
1.
2.
3.
Industrialisasi kelautan dan perikanan dengan pendekatan
ekonomi biru/blue economy
Peningkatan nilai tambah dan sinergi hulu-hilir usaka
ekonomi kelautan dan perikanan berbasis komoditas dan
kawasan
Pembenahan sistem dan manajemen
Pengembangan kawasan Minapolitan
Evaluasi kegiatan Minapolitan dan tindak lanjut
percepatan pengembangannya melalui strategi
indutrialisasi
PNPM Mandiri Kelautan dan Perikanan dan program
Peningkatan Kehidupan Nelayan dalam rangka pelaksanaan
MP3KI
Evaluasi dampak PNPM Mandiri KP
Pelaksanaan PUMP, PUGAR dan PDPT sesuai roadmap
dan kriteria yang telah ditetapkan
Pelaksanaan program PKN di 200 lokasi PPI serta
memastikan kegiatan lintas sektor dapat terlaksana 22
23. FOKUS PEMBANGUNAN KELAUTAN
DAN PERIKANAN
4.
5.
6.
Pengembangan sarana dan prasarana kelautan dan
perikanan, termasuk dalam rangka mendukung MP3EI di 3
Koridor Ekonomi
Pengembangan infrastruktur perikanan berkoordinasi
dengan Pemda dan lintas K/L
Grounbreaking di 3 Koridor Ekonomi MP3EI
Penguatan litbang dan peningkatan kapasitas SDM KP dan
penguatan penyuluhan
Perluasan jangkauan Iptekmas
Inovasi litbang
Pelatihan dan penyuluhan
Peningkatan mutu pendidikan
Pengembangan karantina ikan dan pengendalian mutu
Peningkatan mutu produk
Pengendalian impor ikan
23
24. FOKUS PEMBANGUNAN KELAUTAN
DAN PERIKANAN
7.
Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan
Mendorong Pemda untuk penetapan KKP
Pelaksanaan COREMAP III
8.
Peningkatan kualitas lingkungan di pulau-pulau kecil berbasis
masyarakat
Rehabilitasi ekosistem pesisir
Bantuan sarana prasarana di pulau-pulau kecil
9.
Pengawasan pemanfaatan sumber daya kelautan dan
perikanan
Pembangunan sarana pengawas
Pengembangan sistem pengawasan dan pemberdayaan
Pokmaswas
24
25. INDUSTRIALISASI KELAUTAN DAN PERIKANAN DENGAN PENDEKATAN EKONOMI
BIRU/BLUE ECONOMY
Tranformasi Ekomoni :
Dari ’Berbasis SDA’ menuju ‘Berbasis SDA, Industri, dan Jasa’
Berbasis SDA
•
•
•
•
Keunggulan
komparatif
Peningkatan
produksi
(volume)
Sus-sistem
terputus
Subsisten
Berbasis SDA, Industri, dan Jasa
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
Keunggulan kompetitif berbasis
keunggulan komparatif
Sinergitas pemangku pekentingan :
KKP incorporated
Konektivitas
Inovatif
Peningkatan nilai
tambah, value, daya saing :
lapangan kerja
Produk primer bermutu/bahan
baku industri/produk olahan
Limbah menjadi produk daur
ulang bernilai ekonomi
Berorientasi pasar domestik dan
internasional
Integrasi hulu-hilir
Multiplier effect : pendapatan
3 Sasaran KKP
1. Pertumbuhan
ekonomi
nasional
(pertumbuhan
PDB, nilai ekspor,
ketahanan
pangan)
2. Manfaat bagi
pelaku (NTN,
lapangan kerja)
3. Ramah
lingkungan (zero
waste,
keberlanjutan)
25
26. SINERGI PENGEMBANGAN KEBIJAKAN
MINAPOLITAN, INDUSTRIALISASI DAN BLUE ECONOMY
PARADIGMA
EKONOMI
KELAUTAN &
PERIKANAN
BERKELANJUTAN
BLUE
ECONOMY
PERCEPATAN:
PENINGKATAN
NILAI TAMBAH
DAN DAYA SAING
INDUSTRIALISASI
KP
BASIS:
WILAYAH DAN
KAWASAN
MINAPOLITAN
EKONOMI BERBASIS KP
26
27. KONSEP BLUE ECONOMY
• TUJUAN:
– Peningkatan efisiensi sumberdaya alam
– Peningkatan nilai tambah dan diversifikasi produk dengan
prinsip: efisiensi SDA tanpa limbah
– Peningkatan pendapatan masyarakat
– Perluasan lapangan kerja
• PENDEKATAN:
– Integrasi sistem produksi lintas core business (bisnis utama)
– Konektivitas Bisnis (rantai nilai dan rantai pasok) dan
– Infrastruktur terintegrasi
• KOMODITAS DAN PRODUK UNGGULAN:
– Multiple commodities and products
– Penciptaan pasar baru (new market
• BERKELANJUTAN: Berwawasan lingkungan
28. ELEMEN BLUE ECONOMY
1. BEYOND SUSTAINABILITY:
1) Nature efficiency
2) Zero waste: leave nothing to waste – waste for one is a food for another waste from one process is resource of energy for the other
3) Social inclusiveness: self-sufficiency for all – social equity-more job, more
opportunities for the poor
4) Cyclic systems of production: endless generation to regeneration, balancing
production and consumption
5) Open-ended innovation and adaptation: the principles of the law of physics
and continuous natural adaptation
2. SHIFTING ECONOMIC PARADIGM:
1) System thinking: learning from nature – using the logic of ecosystems
2) Changing the way of doing business:
• Redefining core business: core business defined by core competence
• Endless innovation: innovation creates opportunities
• Vision and Creativity
29. PENJELASAN ELEMEN BLUE ECONOMY
• KEBERLANJUTAN PLUS:
– Efisiensi sumberdaya alam
– Tanpa limbah - tidak ada sisa untuk limbah: limbah dari satu
proses menjadi bahan baku dari proses produksi yang lain
– Kepedulian sosial: lebih banyak hasil-lebih banyak penyerapan
tenaga kerja-lebih banyak peluang bagi orang miskin
– Sistem produksi siklus (non linier) dengan prinsip generasi dan
regerasi
– Inovasi tanpa batas
• PERUBAHAN PARADIGMA EKONOMI
– Berfikir sistemik mengikuti cara bekerja alam semesta
– Perubahan cara berbisnis: multi produk-multi kompetensi
30. CONTOH MODEL KEGIATAN UNGGULAN
DALAM RANGKA SINERGI PENGEMBANGAN
MINAPOLITAN, INDUSTRIALISASI DAN BLUE ECONOMY
1. Swasembada garam yang diperkuat dengan
industri olahan untuk garam industri di
Madura
2. Industri olahan terpadu Tuna Tongkol
Cakalang (TTC) di Bitung
3. Industri olahan udang di Karawang Jawa
Barat
30
31. UPAYA YANG PERLU DILAKUKAN :
Kawasan pertumbuhan ekonomi :
•
Pembangunan kawasan khusus berbasiskan partisipasi sektor usaha
kelautan dan perikanan
•
Desain pemberian insentif dan perlakuan khusus untuk mengundang
sektor usaha membangun kawasan pertumbuhan ekonomi
•
Membantu penyediaan areal/lahan bagi penanam modal
Daya saing dan de bottle necking :
•
Simplifikasi perijinan dan peraturan daerah yang menunjang iklim
investasi
•
Insentif pajak daerah
•
Peningkatan kualitas pelayanan terhadap penanam modal
•
Mendukung sektor unggulan di daerah masing-masing
Infrastruktur dan konektivitas :
•
Penyediaan lahan bagi infrastruktur
•
Kerjasama antardaerah dalam pembangunan infrastruktur dan
konektivitas
•
Perubahan mindset masyarakat untuk mendukung pembangunan
infrastruktur dan konektivitas
32. PERHITUNGAN USAHA PRODUKSI BUDIDAYA:
Ikan lele
The costs associated with the running of a 300 tonnes Catfish farm (euro/kg). Costs are the average of
the data a number of catfish farms active in The Netherlands in 2005. Revenues for farmers selling to
processing companies were 0.80 to 1.10 euro/kg.
Year
Unit
Production costs:
Fry
Feed
Other (water, electricty, waste water,…)
Subtotal 1
Maintenance & miscellaneous
Labor
Subtotal 2
Depreciation
Interest payments
Subtotal 3
Total Cost
Feed conversion (mean)
1996
2005
€/kg
%
€ /kg
%
0.12
0.69
0.18
0.99
0.12
0.22
0.34
0.06
0.06
0.12
8%
48%
13%
69%
8%
15%
23%
4%
4%
8%
0.12
0.61
0.2
0.93
0.13
0.15
0.28
0.11
0.036
0.15
9%
45%
15%
69%
10%
11%
21%
8%
3%
11%
1.44
100%
1.36
100%
0.85
33. Biaya produksi Ikan Eel
Costs associated with the running of an eel farm (euro/kg). Production capacity is related to the surface of
the bassins of the farm. Generally speaking, producing capacity of a farm is 200 kg/m². experienced farmers
can reach densities of 250 kg/m². Costs associated with the disposal of manure are not taken into account.
An eel farm empties the manure or sludge tanks twice a year. The way in which the sludge is disposed
of, varies greatly between farms.
Year
Unit
Production costs:
Fry
Feed
Other (water, electricty, waste water,…)
Subtotal 1
Maintenance & miscellaneous
Labor
Subtotal 2
Depreciation
Interest payments
Subtotal 3
Total Cost
Feed conversion (mean)
1995
2003
€/kg
%
€ /kg
%
0.55
1.45
0.86
2.86
0.45
0.68
1.13
0.3
1.82
2.12
9%
24%
14%
47%
7%
11%
18%
0,0491
30%
35%
0.72
1.70
1.05
3.47
0.23
0.56
0.79
0.3
0.26
0.56
15%
35%
22%
72%
5%
12%
16%
0,062241
5%
12%
6.11
100%
4.82
100%
1,4
PENTINGNYA SINERGI DAN HARMONISASI PEMBANGUNAN ANTARA PEMERINTAH PUSAT DAN DAERAH[DIHARAPKAN RAKORNAS DAN SIDANG KELOMPOK DAPAT MEMBAHAS DAN MEREKOMENDASIKAN TINDAK LANJUT BERSAMA]