Dokumen tersebut memberikan informasi mengenai kasus pasien wanita berusia 66 tahun dengan keluhan nyeri perut dan benjolan pada lipat paha kiri. Berdasarkan pemeriksaan fisik ditemukan benjolan pada lipat paha kiri yang didiagnosis sebagai hernia femoralis inkarserata. Pasien kemudian menjalani tindakan herniorafi dan pemulihan pasca operasi.
1. I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. P
Umur : 66 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Basik 01/02 Biliryo Ngablak
Pekerjaan : Petani
No.CM : 11-12-196877
II. ANAMNESIS
1. Keluhan utama : Nyeri perut
2. Riwayat Penyakit Sekarang (RPS)
Pasien datang ke IGD RSUD Salatiga dengan keluhan nyeri perut.
Perut terasa melilit terutama di bagian ulu hati dan perut bagian bawah.
Pasien merasa mual dan muntah. BAB cair 1 kali, lendir (-), darah (-).
Keluhan dirasakan sejak satu hari ini.
Satu hari SMRS terdapat benjolan pada lipat paha kiri tidak dapat
masuk kembali, terasa nyeri. Benjolan sewarna kulit. Pasien mengeluhkan
nyeri perut, terasa melilit terutama pada daerah ulu hati. Pasien merasa mual,
muntah 2x, muntahan seperti apa yang dimakan. Perut terasa kembung.BAB
(-) sejak 1 hari ini. Pasien tidak dapat kentut. BAK sedikit.
Pasien bekerja sebagai petani, setiap hari bekerja di sawah, dan
terkadang mengangkat beban berat. Riwayat batuk lama disangkal. Riwayat
mengejan saat BAB dan BAK disangkal.
3. Riwayat Penyakit Dahulu
- Batuk kronik tidak ada
- Riwayat trauma pada alat genitalia tidak ada
- Riwayat operasi pada daerah abdomen tidak ada
- Riwayat operasi pada daerah genital eksterna tidak ada
- Riwayat hipertensi, DM disangkal
1
2. 4. Riwayat Penyakit Keluarga
- Tidak ada keluarga yang mempunyai penyakit sama.
III. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum : lemah, tampak kesakitan
Kesadaran : compos mentis
Vital Sign :
Tekanan darah : 120 / 80 mmHg
Nadi : 80 x/mnt
Respirasi : 24 x/mnt
Suhu : 37°C (aksila)
A. Status umum
- Kulit : warna kulit sawo matang, tidak ikterik, tidak sianosis,tugor
cukup
- Kepala : simetris, mesochepal, distribusi rambut merata
- Muka : simitris, tidak ada jejas dan bekas luka.
- Mata : konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), pupil isokor 3
mm, reflek cahaya (+/+) normal .
- Hidung : deviasi septum(-), discharge (-)
- Mulut : bibir tidak kering, lidah tidak kotor
- Telinga : simetris, serume kanan kiri (+), tidak ada kelainan bentuk
- Mulut/ gigi: bibir kering (-), lidah tidak kotor
Pemeriksaan Leher
Inspeksi : Trachea di tengah
Palpasi : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan kelenjar limfe.
2
3. Pemeriksaan Thorax
Jantung
Inspeksi : simetris, Ictus cordis tidak tampak
Palpasi : Ictus cordis tidak kuat angkat
Perkusi : Batas kiri atas : ICS II LMC sinistra
Batas kanan atas : ICS II LPS dextra
Batas kiri bawah : ICS V LMC sinistra
Batas kanan bawah : ICS IV LPS dextra
Auskultasi : S1 > S2 reguler Murmur (-), Gallop (-)
Paru
Inspeksi : dinding dada simetris pada saat statis dan dinamis
Retraksi tidak ada ,ketinggalan gerak tidak ada.
Palpasi : simetris, vokal fremitus kanan=kiri, ketinggalan gerak
tidak ada .
Perkusi : Sonor kedua lapang paru
Auskultasi : suara dasar : vesikuler
suara tambahan : tidak ada
Pemeriksaan Abdomen
Inspeksi : distended (+),darm countor tidak ada,Darm
steifung tidak ada,venektasi tidak ada,sikatrik tidak ada.
Auskultasi : Bising usus (+) , metalic sound (+), barborigmi (+)
Palpasi : perut teraba tegang, Nyeri tekan (+) epigastrik, hepar
dan lien tidak teraba, defans muskular (-),tidak teraba
massa,ballotement tidak ada,buli-buli tidak teraba .
Perkusi : hipertimpani diseluruh lapangan abdomen
Pemeriksaan Extremitas :
Superior : kanan : udem (-), sianosis (-), tonus otot cukup
kiri : udem (-), sianosis (-), tonus otot cukup
Inferior : kanan : udem (-), sianosis (-), tonus otot cukup
3
4. kiri : udem (-), sianosis (-), tonus otot cukup
Reflek :
Ektremitas superior : RF : +/+ normal, RP : -/-
Ektremitas inferior : RF : +/+ normal, RP : -/-
B. Status Lokalis
1. REGIO FEMORALIS SINISTRA
Inspeksi : Asimetris pada kedua sisi lipat paha, Benjolan ukuran ±
3 x 5 cm pada lipat paha kiri dibawah ligamentum inguinale di
medial V. femoralis dan lateral tuberkulum pubikum.,berbentuk
lonjong, sewarna kulit.
Palpasi : Nyeri tekan (+),teraba massa,konsistensi
kenyal,permukaan licin,isi hernia tidak dapat direposisi
fingger test (-)
IV. RESUME
A. Anamnesis
- pasien perempuan, usia 66 tahun
- terdapat benjolan pada lipat paha kiri, sewarna kulit, tidak dapat
dimasukkan kembali, terasa nyeri
- mual
- muntah 2 x, muntahan seperti apa yang dimakan
- BAB (-)
- Kentut (-)
- Pekerjaan sebagai petani, riwayat angkat berat (+)
- Riwayat batuk lama (-)
B. Pemeriksaan Fisik
Status generalis : Dalam batas normal
Status abdomen:
Inspeksi : distended (+),darm countor tidak ada,Darm
4
5. steifung tidak ada,venektasi tidak ada,sikatrik tidak ada.
Auskultasi : Bising usus (+) , metalic sound (+), barborigmi (+)
Palpasi : perut teraba tegang, Nyeri tekan (+) epigastrik, hepar dan lien
tidak teraba, defans muskular (-),tidak teraba massa, ballotement tidak
ada,buli-buli tidak teraba .
Perkusi : Timpani diseluruh lapangan abdomen
Status Lokalis
Regio Inguinal sinistra
Inspeksi : Asimetris pada kedua sisi lipat paha, Benjolan ukuran ± 3 x 5
cm pada lipat paha kiri dibawah ligamentum inguinale di medial V.
femoralis dan lateral tuberkulum pubikum, berbentuk lonjong, sewarna
kulit.
Palpasi : Nyeri tekan (+),teraba massa,konsistensi
kenyal,permukaan licin,isi hernia tidak dapat direposisi
fingger test (-)
V. DIAGNOSIS BANDING
Hernia inguinalis inkarserata
Varises vena saphena
Lipoma
Limfadenopati femoral.
Hernia femoralis inkarserata
Ileus Obstruktif
VI. DIAGNOSIS KERJA
Hernia Femoralis Sinistra Inkarserata
Ileus obstruktif
VII. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Laboratorium
Angka Leukosit : 5,6 x 103 / µl
5
6. Jumlah Eritrosit : 4,90 x 103 / µl
Hemoglobin : 13,6 g/%
Hematokrit : 40,7 %
MCV : 83,1 FL
MCH : 27,8
MCHC : 33,4 g/dl
Jumlah Trombosit : 164 x 103 / µl
GDS : 155 mg/dl
Hitung Jenis
Eosinofil :0
Basofil :0
Batang :0
Segmen : 85
Lymposit :7
Monosit :8
VIII PENATALAKSANAAN
Hernio repair
IX PROGNOSIS
Dubia ad Bonam
XII. FOLLOW UP
13 / 7 / 11
S :perut terasa sebah (+), mual (-), muntah (-), nyeri post op (+), kentut (+), BAB (+)
dbn, BAK (+)
O :KU : cukup
Kes : compos mentis
TD : 100 / 80 mmHg
I : luka terbalut kasa, kering (+), jahitan (+) kering
6
7. A : peristaltic (+) dbn
P : nyeri tekan pada luka (+), nyeri ulu hati (+)
A :post herniorafi hari 1
P :injeksi ceftriaxone 2 x 1 gr
Injeksi ketorolac 2 x 1 ampul
Awasi tanda vital
14 / 7 / 11
S :perut terasa sebah (+), mual (+), muntah (-), nyeri ulu hati (-), nyeri post op (-),
BAB (+) dbn, BAK (+) dbn
O :KU : baik
Kes : compos mentis
TD : 90 / 70 mmHg
Status lokalis :
I : lika terbalut kasa, kering (+), rembes (-)
P : nyeri tekan (-)
A :post herniorafi hari 2
P :injeksi ceftriaxone 2 x 1 gr
Injeksi ketorolac 2 x 1 ampul
15 / 7 / 11
S :nyeri perut (-), mual (-), muntah (-), nyeri bekas luka op masih perih, BAB (+) dbn,
BAK (+) dbn, mobilisasi (+)
O :KU : baik
Kes : CM
TD : 120 / 70
Status lokalis :
I : luka terbalut kasa (+), kering (+)
P : nyeri tekanj (-)
A :post herniorafi hari 3
P :cefadroxil 2 x 500 mg
7
9. TINJAUAN PUSTAKA
I. HERNIA FEMORALIS
A. PENDAHULUAN
Hernia Femoralis, meskipun hanya meliputi 10 persen seluruh hernia daerah
lipat paha ( groin hernia), merupakan suatu keadaan patoligis yang sangat penting
oleh karena hingga 40 persen penderita penyakit ini datang di rumah sakit dalam
keadaan emergensi dengan strangulasi atau inkarserasi. Penderita – penderita
semacam ini memiliki angka mortalitas yang signifikan, samapi 20%, bahkan bisa
mencapai 60% bila terdapat segmen usus yang mengalami nekrosis (Nicholson et
al,1990;Brittenden et al,1991).
B. PENGERTIAN
Hernia Femoralis adalah suatu protrusi atau penonjolan lemak preperitoneal atau
organ intraperitoeal melalui pascia transversa yng lemah masuk kedalam annulus
femoralis can canalis femoralis (Skandalakis et al,1995). Hernia femoralis umumnya
dijumpai pada wanita tua, kejadian apda perempuan kira-kira 4 kali lelaki.. 10%
wanita dan 50% pria dengan hernia femoralis menderita atau akan mengidap hernia
inguinalis (Wantz,1994).
C. ANATOMI
Kelainan fundamental yang memungkinkan protrusi atan penonjolan kantong
peritoneal melalui dinding abdomen adalah adanya defek pada fascia transversa.
Protrusi kantong peritoneal melewati posterior dari iliopubic tract dan ligamentum
inguinale, anterior dari ligamentum Cooper, medial dari vena femoralis dan tepat di
lateral dari pelekat dinding inguinal posterior (aponeurosis tranversus) dan fascia
transvers) pada ligamentum Cooper. Setelah melalui annulus femoralis penonjolan
turun sampai muncul pada fossa ovalis (Ponka & Brush,1971)
9
10. Lytle (cit. Ponka & Brush,1971) telah melakukan penelitian yang baik perihal
patalogis dari hernia femoralis. Ia mempersamakan canalis femorlis sebagai suatu
ruangan berbentuk dengan panjang kira-kira 1.5 cm dengan basis di anulus femoralis
setinggi ligamnetum Cooper.
Batas-batas canalis femoralis adalah lateral, vena femoralis, posterior,
ligamentum pectineale (ligamnentum Cooper; anterior, iliopubic tract dan ligamnetum
ingiunale (ligamentum Poupart); medial, insersi aponeurosis musculus
transversusbdominis dan fascia transversa dan ligamentum lacunare tau ligamentum
Gimbernat (Skandalakis et al,1995).
Kanalis femoralis terletak medial dari v. femoralis di dalam lacuna vasorum,
dorsal dari ligamentum inguinalis, tempat v. safena magna bermuara di dalam v.
femoralis.Foramen ini sempit dan dibatasi oleh tepi yang keras dan tajam. Batas
kranioventral dibentuk oleh ligamentum inguinalis, kaudodorsal oleh pinggir os pubis
dari ligamentum ikliopectonale (ligamentum cooper), sebelah lateral oleh sarung
v.femoralis, dan disebelah medial oleh ligamentum lakunare Gimbernati. Hernia
femoralis keluar melalui lacuna vasorum kaudal dari ligamentum inguinale.Keadaan
anatomi ini sering mengakibatkan inkarserasi hernia femoralis.
D. ETIOLOGI
Meskipun terdapat banyak literature membicarakan pokok permasalahan
etiologi hernia femoralis, namun belum terdapat kesepakan pendapat.Sampai tahun
1923 masih dianut teori adanya kantong peritoneal kongnital sebagai penyebab
terjadinya hernia femoralis.Menurut McVay & savage (1961) etiologi fundamental
dari hernia femoralis adalah anulus femoralis yang melebar.Dari penelitian terhadap
600 kadaver disimpulkan bahwa etiologi primer hernia femoralis adalah sempitnya
perlekatan dinding posterior inguinal pada ligamentum iliopectineale (ligamentum
Cooper) dengan akibat melebarnya anulus femoralis.Sedangkan etioligi sekundernya
adalah peningkatan tekanan intraabdominal yang mendorong lemak preperitoneal
masuk kedalam anulus femoralis yang melebar secara congenital.
10
11. E. GAMBARAN KLINIS
Hernia femoralis dapat memberikan gambaran klinis yang bervariasi.Bila tidak
mengalami komplikasi, biasanya muncul sebagai benjolan yang dapat direduksi pada
lipat paha medial di kaudal dari ligamentum inguinale.Bila benjola cukup besar,
acapkali meluas ke krainal ligamentum ingunale, sehingga dapat dikelirukan dengan
hernia ingunalis.sebaliknya bila ukurannya cukup kecil, terutama pada penderita
gemuk, benjolan bisa jadi tidak terdeteksi.
Keluhan biasanya berupa benjolan di lipat paha yang muncul terutama pada
waktu melakukan kegiatan yang menaikkan tekanan intra abdomen seperti
mengangkat barang dan batuk.Benjolan ini hilang pada waktu berbaring. Sering
penderita ke dokter atau rumah sakit dengan hernia strangulate. Pada pemeriksaan
fisik didapatkan benjolan di lipat paha di bawah ligamentum inguinale di medial vena
femoralis dan lateral tuberkulum pubikum. Tidak jarang yang lebih jelas adalah tanda
sumbatan usus, sedangkan benjolan dilipat paha tidak ditemukan, karena kecilnya atau
karena penderita gemuk.
Oleh karena lehernya yang sempit, hernia femoralis sangat mudah mengalami
inkarserasi dan strangulasi; timbul rasa nyeri dengan atau tanpa tanda-tanda ileus. Dari
hasil penelitiannya pada 216 penderita, Ponka dan Brush (1971) memperlihatkan
bahwa hernia femorlis dapat memberikan gambaran klinis dalam bentuk :
(1) benjolan tidak dapat direduksi dan nyeri;
(2) tidak dapat direduksi dan tanpa nyeri;
(3) dapat direduksi dan tidak nyeri;
(4) dapat direduksi dan nyeri;
(5) hanya rasa nyeri tanpa ada benjolan;
(6) muncul tanda-tanda ileus.
Dalam hal diagnosis banding, benjolan pada hernia femoralis harus dibedakan
dengan hernia inguinalis, varises vena saphena, lipoma, dan limfadenopati femoral.
F. PENATALAKSANAAN
Pada prinsipnya teknik operasi pada hernia femoralis dapat dikelompokan dalam
tiga tipe ;
11
12. (1) low approach (pendekatan bawah) melalui irisan dibawah ligamentum
inguinale, meliputi teknisk Bassini dan Kirschner;
(2) high approach (pendekatan atas) melalui irisan di atas ligamentum inguinale,
meliputi teknik oschowitz dan Lotheissen-McVay; dan
(3) preperitoneal approach (pendekatan preperitoneal) yang meliputi teknik
MvEvedy dan Henry.
Pada teknik Bassini, hernioplasti dilakukan dengan menjahitkan ligamentum
inguinale pada fascia pectinia yang menutup musculus pectineus. Sedangkan pada
teknik Kirschner ligamentum inguinale dijahitkan pad ligamentum Cooper dengan
menggunakan teknik Bassini, Wheeler (1975) sampai sempel 23 penderita
mendapatkan angka kekambuhan sebesar 4,4% sedangkan dengan teknik Kirschner,
Ponka dan Brush (1971) mendapatkan angka kekambuhan sebesar 2,3% dari 44
sampel. Ponka dan Brush (1971) menganjurkan untuk tidak menggunakan pendekatan
bahwa bila dicurigai adanya strangulasi dan hernia inguinalis yang menyertai.
Pada teknik Moschowitz, hernioplati dilakukan dengan menjahitkan ligamentum
inguinale pada ligamentum Cooper (ligamentum iliopectiniale).Menurut Ponka dan
Brush (1971) teknik ini terbukti manakal sudut yang terbentuk ligamnetum inguinale
dan ligamentum iliopectineale cukup besar dan jarak kedua struktur tersebut terlalu
jauh.Mereka mendapatkan angka kekambuhan sebesar 9% dari 46 penderita.Pada
Teknik McVay-Lotheissen dilakukan penjahitan tendon dan arcus aponeurosis
transverses pada ligamentum Cooper. Dengan teknik ini adanya hernia inguinalis yang
menyertai hernia femoralis dapat direperasi pada saat yang sama. Ponka dan Brush
(1971) dengan sempel 124 penderita mendapatkan angka kekambuhan 7,3% akan
tetapi pada penelitian yang lain, Wheeler (1975) dengan sempel 7 penderita
mendapatkan angka kekambuhan yang jauh kebih besar (43%) dengan menggunakan
teknik ini.
Pada teknik Henry dilakukan insisi median dari umbilicus sampai symphisis
pubis diperdalam sampai ruang preperitoneal.Hernioplasti dilakukan dengan menjahit
iliopubic tract pada ligamentum Cooper.Bila defek terlalu luas dapat dipasang
mesh.Teknik ini memungkinkan reparasi hernia femoralis kontralateral yang belum
12
13. manifest pada saat yang sama. Dari 44 penderita yang sioperasi dengan teknik ini
Berliner et al (1992) mendapatkan angka kekambuhan 0%
Teknik McEvedy merupakan varisasi dari pendekatan preperitoneal, yang
pertama kali dideskripsikan oleh Henry dan Chetale.Dilakukan insisi vertical
sepanjang tepi leteral musculus rectus sampai ruang preperitoneal.variasi irisan yang
lainadalah insisi transversal dan oblik. Anulus femoralis ditutup dengan menjahitkan
conjoint tendon pada ligamentum Cooper. Dengan teknik ini Wheeler (1975)
mendapatkan angka kekambuhan sebesar 12,5% dari 32 sampel.
II. ILEUS OBSTRUKTIF
A. PENDAHULUAN
Hambatan pasase usus dapat disebabkan oleh obstruksi lumen usus atau oleh
gangguan peristaltis.Obstruksi usus disebut juga obstruksi mekanik.Penyumbatan
dapat terjadi dimana saja di sepanjang usus.Pada obstruksi usus harus dibedakan lagi
obstruksi sederhana dan obstruksi strangulata.Obstruksi usus yang disebabkan oleh
hernia, invaginasi, adhesi dan volvulus mungkin sekali disertai strangulasi, sedangkan
obstruksi oleh tumor atau askariasis adalah obstruksi sederhana yang jarang
menyebabkan strangulasi.
Pada bayi dan bayi baru lahir, penyumbatan usus biasanya disebabkan oleh
cacat lahir, massa yang keras dari isi usus (mekonium) atau ususnya berputar
(volvulus).Invaginasi merupakan penyebab tersering dari sumbatan usus akut pada
anak, dan sumbatan usus akut ini merupakan salah satu tindakan bedah darurat yang
sering terjadi pada anak.
Penyebab obstruksi kolon yang paling sering ialah karsinoma terutama pada
daerah rektosigmoid dan kolon kiri distal.Tanda obstruksi usus merupakan tanda
lanjut (late sign) dari karsinoma kolon. Obstruksi ini adalah obstruksi usus mekanik
total yang tidak dapat ditolong dengan cara pemasangan tube lambung, puasa dan
infus. Akan tetapi harus segera ditolong dengan operasi (laparatomi).Umumnya gejala
pertama timbul karena penyulit yaitu gangguan faal usus berupa gangguan sistem
saluran cerna, sumbatan usus, perdarahan atau akibat penyebaran tumor.Biasanya
nyeri hilang timbul akibat adanya sumbatan usus dan diikuti muntah-muntah dan perut
13
14. menjadi distensi/kembung.Bila ada perdarahan yang tersembunyi, biasanya gejala
yang muncul anemia, hal ini sering terjadi pada tumor yang letaknya pada usus besar
sebelah kanan.
B. DEFENISI
Obstruksi usus (mekanik) adalah keadaan dimana isi lumen saluran cerna tidak
bisa disalurkan ke distal atau anus karena ada sumbatan/hambatan yang disebabkan
kelainan dalam lumen usus, dinding usus atau luar usus yang menekan atau kelainan
vaskularisasi pada suatu segmen usus yang menyebabkan nekrose segmen usus
tersebut.
Ileus obstruktif = ileus mekanik = ileus dinamik. Suatu penyumbatan mekanis
pada usus dimana merupakan penyumbatan yang sama sekali menutup atau
mengganggu jalannya isi usus.
C. EPIDEMIOLOGI
Hernia strangulata adalah salah satu keadaan darurat yang sering dijumpai oleh
dokter bedah dan merupakan penyebab obstruksi usus terbanyak.Mc Iver mencatat
44% dari obstruksi mekanik usus disebabkan oleh hernia eksterna yang mengalami
strangulasi. Di RSCM, pada tahun 1989, Kartowisastro dan Wiriasoekarta melaporkan
58% kasus obstruksi mekanik usus halus disebabkan oleh hernia.
Sutjipto (1990) dalam penelitiannya mengungkapkan indikasi relaparatomi
karena obstruksi usus akibat adhesi sebesar 17,7%. Walaupun di negara berkembang
seperti di Indonesia, adhesi bukanlah sebagai penyebab utama terjadinya obstruksi
usus.Penyebab tersering obstruksi usus di Indonesia, khususnya di RSUPNCM, adalah
hernia, baik sebagai penyebab obstruksi sederhana (51%) maupun obstruksi usus
strangulasi (63%).
Adhesi pasca operasi timbul setelah terjadi cedera pada permukaan jaringan,
sebagai akibat insisi, kauterisasi, jahitan atau mekanisme trauma lainnya. Dari laporan
terakhir pasien yang telah menjalani sedikitnya sekali operasi intra abdomen, akan
berkembang adhesi satu hingga lebih dari sepuluh kali. Obstruksi usus merupakan
salah satu konsekuensi klinik yang penting.Di negara maju, adhesi intraabdomen
14
15. merupakan penyebab terbanyak terjadinya obstruksi usus.Pada pasien digestif yang
memerlukan tindakan reoperasi, 30-41% disebabkan obstruksi usus akibat
adhesi.Untuk obstruksi usus halus, proporsi ini meningkat hingga 65-75%.
D. KLASIFIKASI
Klasifikasi obstruksi usus berdasarkan :
1. Kecepatan timbul (speed of onset)
Akut, kronik, kronik dengan serangan akut
2. Letak sumbatan
Obstruksi tinggi, bila mengenai usus halus (dari gaster sampai ileum terminal)
Obstruksi rendah, bila mengenai usus besar (dari ileum terminal sampai anus)
3. Sifat sumbatan
Simple obstruction : sumbatan tanpa disertai gangguan aliran darah
Strangulated obstruction : sumbatan disertai gangguan aliran darah sehingga
timbul nekrosis, gangren dan perforasi
4. Etiologi
Kelainan dalam lumen, di dalam dinding dan di luar dinding usus
E. ETIOLOGI
Obstruksi usus halus dapat disebabkan oleh :
Perlekatan usus atau adhesi, dimana pita fibrosis dari jaringan ikat menjepit usus.
Jaringan parut karena ulkus, pembedahan terdahulu atau penyakit Crohn.
Hernia inkarserata, usus terjepit di dalam pintu hernia
Neoplasma.
Intususepsi.
Volvulus.
Benda asing, kumpulan cacing askaris
Batu empedu yang masuk ke usus melalui fistula kolesisenterik.
Penyakit radang usus, striktur, fibrokistik dan hematoma.
Obstruksi Usus Besar
15
16. Kira-kira 15% obstruksi usus terjadi di usus besar.Obstruksi dapat terjadi di setiap
bagian kolon tetapi paling sering di sigmoid.
Penyebabnya adalah :
Karsinoma.
Volvulus.
Kelainan divertikular (Divertikulum Meckel), Penyakit Hirschsprung
Inflamasi.
Tumor jinak.
Impaksi fekal.
F. PATOGENESIS
Usus di bagian distal kolaps, sementara bagian proksimal berdilatasi.Usus
yang berdilatasi menyebabkan penumpukan cairan dan gas, distensi yang menyeluruh
menyebabkan pembuluh darah tertekan sehingga suplai darah berkurang (iskemik),
dapat terjadi perforasi.Dilatasi dan dilatasi usus oleh karena obstruksi menyebabkan
perubahan ekologi, kuman tumbuh berlebihan sehingga potensial untuk terjadi
translokasi kuman.Gangguan vaskularisasi menyebabkan mortalitas yang tinggi, air
dan elektrolit dapat lolos dari tubuh karena muntah.Dapat terjadi syok hipovolemik,
absorbsi dari toksin pada usus yang mengalami strangulasi.
Dinding usus halus kuat dan tebal, karena itu tidak timbul distensi berlebihan
atau ruptur.Dinding usus besar tipis, sehingga mudah distensi.Dinding sekum
merupakan bagian kolon yang paling tipis, karena itu dapat terjadi ruptur bila terlalu
tegang.Gejala dan tanda obstruksi usus halus atau usus besar tergantung kompetensi
valvula Bauhini.Bila terjadi insufisiensi katup, timbul refluks dari kolon ke ileum
terminal sehingga ileum turut membesar.
Pengaruh obstruksi kolon tidak sehebat pengaruh pada obstruksi usus halus
karena pada obstruksi kolon, kecuali pada volvulus, hampir tidak pernah terjadi
strangulasi.Kolon merupakan alat penyimpanan feses sehingga secara relatif fungsi
kolon sebagai alat penyerap sedikit sekali.Oleh karena itu kehilangan cairan dan
elektrolit berjalan lambat pada obstruksi kolon distal.
16
17. G. MANIFESTASI KLINIS
Obstruksi sederhana
Obstruksi usus halus merupakan obstruksi saluran cerna tinggi, artinya disertai
dengan pengeluaran banyak cairan dan elektrolit baik di dalam lumen usus bagian oral
dari obstruksi, maupun oleh muntah.Gejala penyumbatan usus meliputi nyeri kram
pada perut, disertai kembung. Pada obstruksi usus halus proksimal akan timbul gejala
muntah yang banyak, yang jarang menjadi muntah fekal walaupun obstruksi
berlangsung lama. Nyeri bisa berat dan menetap.Nyeri abdomen sering dirasakan
sebagai perasaan tidak enak di perut bagian atas.Semakin distal sumbatan, maka
muntah yang dihasilkan semakin fekulen.
Tanda vital normal pada tahap awal, namun akan berlanjut dengan dehidrasi
akibat kehilangan cairan dan elektrolit. Suhu tubuh bisa normal sampai demam.
Distensi abdomen dapat dapat minimal atau tidak ada pada obstruksi proksimal dan
semakin jelas pada sumbatan di daerah distal.Bising usus yang meningkat dan
“metallic sound” dapat didengar sesuai dengan timbulnya nyeri pada obstruksi di
daerah distal.
2. Obstruksi disertai proses strangulasi
Gejalanya seperti obstruksi sederhana tetapi lebih nyata dan disertai dengan
nyeri hebat.Hal yang perlu diperhatikan adalah adanya skar bekas operasi atau
hernia.Bila dijumpai tanda-tanda strangulasi berupa nyeri iskemik dimana nyeri yang
sangat hebat, menetap dan tidak menyurut, maka dilakukan tindakan operasi segera
untuk mencegah terjadinya nekrosis usus.
3. Obstruksi mekanis
Di kolon timbul perlahan-lahan dengan nyeri akibat sumbatan biasanya terasa
di epigastrium.Nyeri yang hebat dan terus menerus menunjukkan adanya iskemia atau
peritonitis.Borborygmus dapat keras dan timbul sesuai dengan nyeri.Konstipasi atau
obstipasi adalah gambaran umum obstruksi komplit.Muntah lebih sering terjadi pada
penyumbatan usus besar.Muntah timbul kemudian dan tidak terjadi bila katup
ileosekal mampu mencegah refluks. Bila akibat refluks isi kolon terdorong ke dalam
usus halus, akan tampak gangguan pada usus halus. Muntah fekal akan terjadi
kemudian. Pada keadaan valvula Bauchini yang paten, terjadi distensi hebat dan
17
18. sering mengakibatkan perforasi sekum karena tekanannya paling tinggi dan
dindingnya yang lebih tipis. Pada pemeriksaan fisis akan menunjukkan distensi
abdomen dan timpani, gerakan usus akan tampak pada pasien yang kurus, dan akan
terdengar metallic sound pada auskultasi. Nyeri yang terlokasi, dan terabanya massa
menunjukkan adanya strangulasi.
H. DIAGNOSIS
Pada anamnesis obstruksi tinggi sering dapat ditemukan penyebab misalnya
berupa adhesi dalam perut karena pernah dioperasi atau terdapat hernia.Gejala umum
berupa syok, oliguri dan gangguan elektrolit.Selanjutnya ditemukan meteorismus dan
kelebihan cairan di usus, hiperperistaltis berkala berupa kolik yang disertai mual dan
muntah.Kolik tersebut terlihat pada inspeksi perut sebagai gerakan usus atau kejang
usus dan pada auskultasi sewaktu serangan kolik, hiperperistaltis kedengaran jelas
sebagai bunyi nada tinggi.Penderita tampak gelisah dan menggeliat sewaktu kolik dan
setelah satu dua kali defekasi tidak ada lagi flatus atau defekasi. Pemeriksaan dengan
meraba dinding perut bertujuan untuk mencari adanya nyeri tumpul dan
pembengkakan atau massa yang abnormal. Gejala permulaan pada obstruksi kolon
adalah perubahan kebiasaan buang air besar terutama berupa obstipasi dan kembung
yang kadang disertai kolik pada perut bagian bawah.Pada inspeksi diperhatikan
pembesaran perut yang tidak pada tempatnya misalnya pembesaran setempat karena
peristaltis yang hebat sehingga terlihat gelombang usus ataupun kontur usus pada
dinding perut.Biasanya distensi terjadi pada sekum dan kolon bagian proksimal karena
bagian ini mudah membesar.
Dengan stetoskop, diperiksa suara normal dari usus yang berfungsi (bising
usus). Pada penyakit ini, bising usus mungkin terdengar sangat keras dan bernada
tinggi, atau tidak terdengar sama sekali.
Nilai laboratorium pada awalnya normal, kemudian akan terjadi
hemokonsentrasi, leukositosis, dan gangguan elektrolit. Pada pemeriksaan radiologis,
dengan posisi tegak, terlentang dan lateral dekubitus menunjukkan gambaran anak
tangga dari usus kecil yang mengalami dilatasi dengan air fluid level. Pemberian
kontras akan menunjukkan adanya obstruksi mekanis dan letaknya. Pada ileus
18
19. obstruktif letak rendah jangan lupa untuk melakukan pemeriksaan rektosigmoidoskopi
dan kolon (dengan colok dubur dan barium in loop) untuk mencari
penyebabnya.Periksa pula kemungkinan terjadi hernia.
I. DIAGNOSIS BANDING
Pada ileus paralitik nyeri yang timbul lebih ringan tetapi konstan dan difus,
dan terjadi distensi abdomen.Ileus paralitik, bising usus tidak terdengar dan tidak
terjadi ketegangan dinding perut. Bila ileus disebabkan oleh proses inflamasi akut,
akan ada tanda dan gejala dari penyebab primer tersebut. Gastroenteritis akut,
apendisitis akut, dan pankreatitis akut juga dapat menyerupai obstruksi usus
sederhana.
J. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan laboratorium tidak mempunyai ciri-ciri khusus.Pada urinalisa,
berat jenis bisa meningkat dan ketonuria yang menunjukkan adanya dehidrasi dan
asidosis metabolik.Leukosit normal atau sedikit meningkat, jika sudah tinggi
kemungkinan sudah terjadi peritonitis.Kimia darah sering adanya gangguan elektrolit.
Foto polos abdomen sangat bernilai dalam menegakkan diagnosa ileus
obstruksi. Sedapat mungkin dibuat pada posisi tegak dengan sinar mendatar.Posisi
datar perlu untuk melihat distribusi gas, sedangkan sikap tegak untuk melihat batas
udara dan air serta letak obstruksi.Secara normal lambung dan kolon terisi sejumlah
kecil gas tetapi pada usus halus biasanya tidak tampak.
Gambaran radiologi dari ileus berupa distensi usus dengan multiple air fluid
level, distensi usus bagian proksimal, absen dari udara kolon pada obstruksi usus
halus. Obstruksi kolon biasanya terlihat sebagai distensi usus yang terbatas dengan
gambaran haustra, kadang-kadang gambaran massa dapat terlihat. Pada gambaran
radiologi, kolon yang mengalami distensi menunjukkan gambaran seperti „pigura‟ dari
dinding abdomen.
Kemampuan diagnostik kolonoskopi lebih baik dibandingkan pemeriksaan
barium kontras ganda.Kolonoskopi lebih sensitif dan spesifik untuk mendiagnosis
neoplasma dan bahkan bisa langsung dilakukan biopsi.
19
20. K. KOMPLIKASI
Pada obstruksi kolon dapat terjadi dilatasi progresif pada sekum yang berakhir
dengan perforasi sekum sehingga terjadi pencemaran rongga perut dengan akibat
peritonitis umum.
L. PENATALAKSANAAN
Tujuan utama penatalaksanaan adalah dekompresi bagian yang mengalami
obstruksi untuk mencegah perforasi.Tindakan operasi biasanya selalu
diperlukan.Menghilangkan penyebab obstruksi adalah tujuan kedua.Kadang-kadang
suatu penyumbatan sembuh dengan sendirinya tanpa pengobatan, terutama jika
disebabkan oleh perlengketan.Penderita penyumbatan usus harus di rawat di rumah
sakit.
1. Persiapan
Pipa lambung harus dipasang untuk mengurangi muntah, mencegah aspirasi
dan mengurangi distensi abdomen (dekompresi).Pasien dipuasakan, kemudian
dilakukan juga resusitasi cairan dan elektrolit untuk perbaikan keadaan umum.Setelah
keadaan optimum tercapai barulah dilakukan laparatomi.Pada obstruksi parsial atau
karsinomatosis abdomen dengan pemantauan dan konservatif.
2. Operasi
Operasi dapat dilakukan bila sudah tercapai rehidrasi dan organ-organ vital
berfungsi secara memuaskan.Tetapi yang paling sering dilakukan adalah pembedahan
sesegera mungkin. Tindakan bedah dilakukan bila :
Strangulasi
Obstruksi lengkap
Hernia inkarserata
Tidak ada perbaikan dengan pengobatan konservatif (dengan pemasangan
NGT, infus, oksigen dan kateter)
3. Pasca Bedah
Pengobatan pasca bedah sangat penting terutama dalam hal cairan dan
elektrolit.Kita harus mencegah terjadinya gagal ginjal dan harus memberikan kalori
20
21. yang cukup.Perlu diingat bahwa pasca bedah usus pasien masih dalam keadaan
paralitik.
L. PROGNOSIS
Mortalitas ileus obstruktif ini dipengaruhi banyak faktor seperti umur, etiologi,
tempat dan lamanya obstruksi.Jika umur penderita sangat muda ataupun tua maka
toleransinya terhadap penyakit maupun tindakan operatif yang dilakukan sangat
rendah sehingga meningkatkan mortalitas.Pada obstruksi kolon mortalitasnya lebih
tinggi dibandingkan obstruksi usus halus.
III. PEMBAHASAN
Pada tersebut didiagnosis hernia femoralis sinistra inkarserata berdasarkan
gejala dan tanda klinis yang ditemukan. Pada anamnesis didapatkan pasien perempuan
usia 66 tahun datang dengan keluhan nyeri perut. Nyeri pert terutama pada bagian
uluhati dan perut bagian bawah.Nyeri ini sudah dirasakan sejak 1 hari ini.Pasien juga
didapatkan mual dan muntah.Pasien tidak dapat BAB dan kentut sejak 1 hari
ini.Diketahui pada pada pasien didapatkan benjolan pada lipat paha kiri yang muncul
tiba-tiba sejka 1 hari ini.Benjolan terasa nyeri dan tidak dapat dimasukkan kembali.
Pada pemeriksaan fisik region abdomen didapatkan distensi, bising usus (+),
metallic sound (+), perut teraba tegang dan nyeri tekan, hipertimpani
padaperkusi.pada pemeriksaan status lokalis region inguinalis sinistra didapatkan
benjolan berbentuk lonjong sewarna kulit ukuran ± 3 x5 cm, konsistensi kenyal, tiak
dapat dimasukkan kembali dan terasa nyeri. Pada pemeriksaan laboratorium darah
rutin dalam batas normal, pemeriksaan foto roentgen tidak dilakukan.
Pada pasien tersubut lebih menonjol gejala-gejala gangguan pasase usus,
sehingga selain hernia femoralis sinistra inkarserata, pasien tersebut dapat didiagnosis
ileus obstruksi.Ileus obstruksi yang terjadi karena adanya jepitan isi hernia oleh cincin
hernia.Pada pasien ini memerlukan penanganan segera untuk segera membebaskan isi
hernia.
Pada ileus usus di bagian distal kolaps, sementara bagian proksimal
berdilatasi.Usus yang berdilatasi menyebabkan penumpukan cairan dan gas, distensi
yang menyeluruh menyebabkan pembuluh darah tertekan sehingga suplai darah
21
22. berkurang (iskemik), dapat terjadi perforasi.Dilatasi dan dilatasi usus oleh karena
obstruksi menyebabkan perubahan ekologi, kuman tumbuh berlebihan sehingga
potensial untuk terjadi translokasi kuman.Gangguan vaskularisasi menyebabkan
mortalitas yang tinggi, air dan elektrolit dapat lolos dari tubuh karena muntah.Dapat
terjadi syok hipovolemik, absorbsi dari toksin pada usus yang mengalami strangulasi.
Gejala penyumbatan usus meliputi nyeri kram pada perut, disertai kembung.
Pada obstruksi usus halus proksimal akan timbul gejala muntah yang banyak, yang
jarang menjadi muntah fekal walaupun obstruksi berlangsung lama. Nyeri bisa berat
dan menetap.Nyeri abdomen sering dirasakan sebagai perasaan tidak enak di perut
bagian atas.Semakin distal sumbatan, maka muntah yang dihasilkan semakin
fekulen.Muntah lebih sering terjadi pada penyumbatan usus besar.Muntah timbul
kemudian dan tidak terjadi bila katup ileosekal mampu mencegah refluks. Bila akibat
refluks isi kolon terdorong ke dalam usus halus, akan tampak gangguan pada usus
halus. Muntah fekal akan terjadi kemudian.
Tujuan utama penatalaksanaan adalah dekompresi bagian yang mengalami
obstruksi untuk mencegah perforasi.Tindakan operasi biasanya selalu
diperlukan.Menghilangkan penyebab obstruksi adalah tujuan kedua.Kadang-kadang
suatu penyumbatan sembuh dengan sendirinya tanpa pengobatan, terutama jika
disebabkan oleh perlengketan. Pada pasien ini dilakukan hernia repair segera untuk
menghilangkan jepitan pada usus. Dengan tidak adanya jepitan pada usus aliran
pasase usus dapat kembali normal, sehingga ileus dapat sembuh. Hernia repair
dilakukan dengan segera sebelum terjadinya strangulasi. Pada pasien ini diberikan
antibiotic broads spectrum golongan broad sepectrum bertujuan sebagai profilaksis
tidakan pasca bedah, untuk mencegah infeksi sekunder pasca bedah. Dan diberi obat
pengurang nyeri untuk mengurangi nyeri pasca operasi.
22
23. DAFTAR PUSTAKA
Andrew NJ.1981. Presentation and outcome of strangulated external hernia in a
district general hospital.Br j Surg. 68:329-332.
Bebdavid R. 1989. Femoral hernia: Primary versus recurrence. int Surg. 74:99-100.
Berliner SD, Burson LC, Wise L. 1992. The Henry operation for incarcerated and
strangulated femoral hernia. arch surg. 127:314-316.
Brittenden J, Heys SD, Eremin O. 1991. Femoral hernia: mortlity and morbidity
following elective and emergency surgery. J R Coll Surg Edinb.36:86-88.
Chamary VL. 1993. Femoral hernia: Intestinal obstruction is an unrecognized source
of morbidity and mortalty. Br j Surg. 8:230-232.
McVay CB, Savage LE. 1961. Etiology of femoral hernia. Ann Surg. 154:25-32.
Nicholson S, Keane TE, Devlin HB. 1990. Femoral hernia: an avoidable source of
surgi calmortalty. Br j Surg. 77:307-308.
Ponka JL, Brush BE. 1971. Problem of femoral hernia, Arch Surg. 102:417-423.
Skandalakis JE, Skandalakis PN, Skandalakis LJ. 1995. Abdominal Wall and
Hernias.In: Surgical and technique A Pocket Manual. New York: Springer-
Verlag, 123-203.
Tasker DG. 1982. Femoral hernia: a continuing source of avoidable mortalty. Br J
Clin Pract.36:141-144
Waddington RT, 1971. Femoral hernia: A recent appraisal. Br j Surg. 58:920-922.
Wantz GE. 1994. Abdominal Wall Hernia. In: Schwartz, S.I., Shires, G.T., Spencer,
F.C., eds. Principles of Surgery. New York: McGraw-Hill. 1517-1544.
Wheeler MH. 1975. Femoral hernia: analyses of the result of surgical treatment. Proc
R Soc Med. 68:177-178.
Sjamsuhidajat, R., dan Wim de Jong, 2005.Buku Ajar Ilmu Bedah, Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
23