SlideShare una empresa de Scribd logo
1 de 110
BAB 1

                              PENDAHULUAN



1.1 Latar Belakang

          Keperawatan     geriatrik    adalah   cabang    keperawatan     yang

    memperhatikan pencegahan, diagnosis, dan terapi gangguan fisik dan

    psikologis pada lanjut usia dan dengan meningkatkan umur panjang.

    Pelayanan/ asuhan keperawatan gangguan mental pada lanjut usia

    memerlukan pengetahuan khusus karena kemungkinan perbedaan dalam

    manifestasi klinis, patogenesis, dan patofisiologi gangguan mental antara

    dewasa muda dan lanjut usia. Faktor penyulit pada pasien lanjut usia juga

    perlu dipertimbangkan; faktor-faktor tersebut adalah sering adanya penyakit

    dan kecacatan medis penyerta, pemakaian banyak medikasi, dan peningkatan

    kerentanan terhadap gangguan kognitif.

          Program Epoidiomological Catchment Area (ECA) dari National

    Institute of Mental Health telah menemukan bahwa gangguan mental yang

    paling sering pada lanjut usia adalah gangguan depresif, gangguan kognitif,

    fobia, dan gangguan pemakaian alkohol. Lanjut usia juga memiliki resiko

    tinggi untuk bunuh diri dan gejala psikiatrik akibat obat. Banyak gangguan

    mental pada lanjut usia dapat dicegah, dihilangkan, atau bahkan dipulihkan.

    Sejumlah faktor resiko psikososial juga mempredisposisikan lanjut usia

    kepada gangguan mental. Faktor resiko tersebut adalah hilangnya peranan

    sosial, hilangnya otonomi, kematian teman, atau sanak saudara, penurunan




MAKALAH KEPERAWATAN GERONTIK GANGGUAN PSIKOSIS PADA LANSIA                   1
kesehatan, peningkatan isolasi, keterbatasan finansial, dan penurunan fungsi

    kognitif.

             Saat ini sudah dapat diperkirakan bahwa 4 juta lansia di Amerika

    mengalami gangguan kejiwaan seperti demensia, psikosis, Penggunaan

    alcohol kronik, atau kondisi lainnya. Hal ini menyebabkan perawat dan

    tenaga kesehatan professional yang lain memiliki tanggung jawab yang lebih

    untuk merawat lansia dengan masalah kesehatan jiwa dan emosi. Kesehatan

    mental pada lansia dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti status fisiologi

    dan psikologi, kepribadian, sosial support, sosial ekonomi dan pola hidup.



1.2 Rumusan Masalah

    Apa yang disebut dengan Masalah kejiwaan: Gangguan Psikososial Pada

    Lansia ?



1.3 Tujuan

   1. Tujuan Umum

      Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami masalah : gangguan

      psikososial pada lansia sehingga dapat mempraktekkan pada masyarakat

   2. Tujuan Khusus

      a. Mengetahui konsep dasar gangguan psikosis pada lansia serta peran dan

        fungsi perawat dalam gerontik

      b. Mengetahui konsep dasar demensia pada lansia serta peran dan fungsi

        perawat dalam gerontik




MAKALAH KEPERAWATAN GERONTIK GANGGUAN PSIKOSIS PADA LANSIA                       2
c. Mengetahui konsep dasar delirium pada lansia serta peran dan fungsi

       perawat dalam gerontik

     d. Mengetahui konsep dasar perilaku kekerasan pada lansia serta peran dan

       fungsi perawat dalam gerontik

     e. Mengetahui konsep dasar gangguan depresi pada lansia serta peran dan

       fungsi perawat dalam gerontik

     f. Mengetahui konsep dasar post power syndrome pada lansia serta peran

       dan fungsi perawat dalam gerontik



1.4 Manfaat

   1. Manfaat Teoritis

      a. Sebagai   pengembangan bahan masukan atau pengkajian baru

        khususnya ilmu keperawatan gerontik

      b. Dapat menjadi acuan bagi pengkajian selanjutnya.

   2. Manfaat Praktis

      a. Manfaat bagi institusi

        Kepada institusi makalah ini diharapkan dapat dijadikan bahan

        literature atau reverensi pembuatan makalah selanjutnya.

      b. Manfaat bagi mahasiswa

        Kepada mahasiswa diharapkan sebagai sumber informasi dalam

        perubahan – perubahan pada lansia baik secara fisik, mental, spiritual,

        psikososial




MAKALAH KEPERAWATAN GERONTIK GANGGUAN PSIKOSIS PADA LANSIA                   3
1.5 Ruang Lingkup Penulisan

   Dalam penyusunan makalah ini, ruang lingkup pembahasannya adalah

  “Gangguan psikosis pada lanjut usia”.



1.6 Metode Penulisan

            Dalam penulisan makalah ini, kelompok kami menggunakan metode

   deskriptif sesuai dengan literature yang digunakan dengan cara mencari buku-

   buku sebagai referensi, membaca dan mempelajari buku- buku literature yang

   terkait dengan Gangguan psikosis pada lanjut usia. Kelompok juga mengambil

   beberapa referensi dari internet.



1.7 Sistematika Penulisan

            Makalah ini disusun secara sistematis terdiri dari 3 bab yaitu sebagai

   berikut:

  BAB 1        : Pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, rumusan masalah,

                tujuan umum, tujuan khusus,manfaat, ruang lingkup penulisan,

                metode penulisan dan sistematika penulisan.

  BAB II       : Pembahasan yang membahas tentang gangguan psikosis,

                 demensia, delirium, perilaku kekerasan, depresi pada lanjut usia

                 dan post power syndrom.

  BAB III      : Penutup yang terdiri dari simpulan, saran dan kritik




MAKALAH KEPERAWATAN GERONTIK GANGGUAN PSIKOSIS PADA LANSIA                      4
BAB 2

                                 PEMBAHASAN



2.1 GANGGUAN PSIKOSIS

  A. Pengertian

         Psikosa atau Psikosis atau Psikotik adalah suatu gangguan jiwa dengan

     kehilangan rasa kenyataan (“sense of reality). Hal ini diketahui dengan

     terdapatnya gangguan pada hidup perasaan (afek dan emosi), proses

     berfikir, dan psikomotorik dan kemauan, sedemikian rupa sehingga semua

     ini tidak sesuai dengan kenyataan lagi. Gangguan jiwa ini diakibatkan oleh

     organic ataupun fungsional. (Marramis, EF. 1995).

         Psikosa ditandai oleh perilaku yang agresif, hidup perasaan yang tidak

     sesuai, berkurangnya pengawasan impuls – impuls serta waham dan

     halusinasi. (Marramis, EF. 1995).

         Psikosis merupakan gangguan tilikan pribadi yang menyebabkan

     ketidakmampuan      seseorang    menilai   realita   dengan fantasi dirinya

     (Wikipedia, 10/11/12).

         Gangguan psikotik pada pasien usia lanjut juga sering ditandai dengan

     perilaku agresif dan merusak. Perilaku tersebut membuat anggota keluarga

     yang merawat pasien mengalami kesulitan dalam perawatan. Itu pula yang

     sering membuat pasien usia lanjut mengalami kekerasan dan penelantaran

     oleh keluarganya sendiri.




MAKALAH KEPERAWATAN GERONTIK GANGGUAN PSIKOSIS PADA LANSIA                    5
B. Faktor Resiko Terjadi Gangguan Psikotik

          Beberapa hal yang dapat meningkatkan risiko terjadinya gangguan

     psikotik pasien usia lanjut, yaitu:

     1. Peningkatan usia adalah berhubungan dengan deteriorasi korteks frontal

        dan temporal

     2. Perubahan neurokimia yang berhubungan dengan penuaan, isolasi sosial,

        defisit sensoris, penurunan kognitif, perubahan farmakokinetik dan

        farmakodinamik dan polifarmasi yang sering terjadi pada pasien usia

        lanjut.



  C. Etiologi

    a. Keturunan

    b. Endokrin

    c. Metabolisme

    d. Susunan saraf pusat

    e. Teori Adolf Meyer

    f. Teori Sigmund Freud

    g. Eugen Bleuler

    h. Teori lain



  D. Klasifikasi Gangguan Psikosis

   1. Psikosis Organik

          Adalah gangguan jiwa yang psikotik atau non – psikotik yang

      disebabkan oleh gangguan fungsi jaringan otak. Gangguan ini dapat




MAKALAH KEPERAWATAN GERONTIK GANGGUAN PSIKOSIS PADA LANSIA                  6
disebabkan oleh penyakit badaniah yang terutama mengenai otak (tumor

     otak, gangguan pembuluh darah otak, dsb). (Marramis, EF. 1995).

        Ada bermacam-macam psikosis organik (gangguan mental organik)

     dan pada umumnya dikelompokkan sebagai berikut :

     a. Psikosis Senil

        Psikosis karena lanjut usia kira-kira berlangsung sekitar usia 60-90

        tahun dan akan terjadi perubahan-perubahan jasmaniah dan mental yang

        sifatnya degeneratif sehingga ada kemunduran pada semua fungsi

        mental dan fisik. Jika perubahan – perubahan terjadi dengan cepat dan

        kuat maka terjadilah psikosis usia lanjut.

     b. Psikosis Akibat atau Berhubungan dengan Infeksi

        Kerusakan atau kehancuran jaringan otak dan sistem saraf oleh

        mikroorganisme yang menular mungkin menyebabkan reaksi-reaksi

        psikotik. Ganguan-gangguan terpenting di bidang ini adalah : infeksi

        sifilis, general paresis, juvenile paresis, AIDS, dan encephalitis.

     c. Psikosis Yang Berhubungan Dengan Kondisi Otak

        Dalam bagian ini dibicarakan beberapa psikosis, yakni psikosis akibat

        gangguan peredaran darah, psikosis akibat trauma, psikosis akibat

        tumor, dan psikosis akibat epilepsi.

     d. Psikosis Akibat Keracunan

        Toksin atau racun yang masuk kedalam tubuh melalui aliran darah

        sering menimbulkan reaksi-reaksi psikoti.

     e. Psikosis akibat gangguan metabolisme, pertumbuhan, makanan, atau

        fungsi endokrin




MAKALAH KEPERAWATAN GERONTIK GANGGUAN PSIKOSIS PADA LANSIA                    7
f. Psikosis akibat hereditas atau penyebabnya tidak diketahui tetapi

        berhubungan dengan perubahan organik

   2. Psikosis Fungsional

         Psikosis Fungsional adalah gangguan mental yang tidak disebabkan

     atau belum yang berhubungan dengan penyakit badaniah. (Marramis, EF.

     1995).

         Psikosis Fungsional adalah berat dan melibatkan seluruh kepribadian

     tanpa ada kerusakan jaringan. Gangguan-gangguan psikosis fungsional

     dianggap sebagai akibat dari hidup dengan stress emosional selama

     bertahun-tahun.

         Psikosis fungsional itu dibagi atas empat kelompok yaitu:

     a. Skizofrenia

              Gangguan jiwa skizofrenia merupakan gangguan jiwa yang berat

         dan gawat yang dapat dialami manusia sejak muda dan dapat berlanjut

         menjadi kronis dan lebih gawat ketika muncul pada lanjut usia (lansia)

         karena menyangkut perubahan pada segi fisik, psikologis dan sosial-

         budaya. Skizofrenia pada lansia angka prevalensinya sekitar 1% dari

         kelompok lanjut usia (lansia) (Dep.Kes.1992).

              Gangguan skizofrenia pada lanjut usia (lansia) ditandai oleh

         gangguan pada alam pikiran sehingga pasien memiliki pikiran yang

         kacau. Hal tersebut juga menyebabkan gangguan emosi sehingga

         emosi menjadi labil misalnya cemas, bingung, mudah marah, mudah

         salah faham dan sebagainya. Terjadi juga gangguan perilaku, yang

         disertai halusinasi, waham dan gangguan kemampuan dalam menilai




MAKALAH KEPERAWATAN GERONTIK GANGGUAN PSIKOSIS PADA LANSIA                   8
realita, sehingga penderita menjadi tak tahu waktu, tempat maupun

        orang.

           Ganguan skizofrenia berawal dengan keluhan halusinasi dan

        waham kejaran yang khas seperti mendengar pikirannya sendiri

        diucapkan dengan nada keras, atau mendengar dua orang atau lebih

        memperbincangkan diri si penderita sehingga ia merasa menjadi orang

        ketiga. Dalam kasus ini sangat perlu dilakukan pemeriksaan tinggkat

        kesadaran pasien (penderita), melalui pemeriksaan psikiatrik maupun

        pemeriksaan lain yang diperlukan. Karena banyaknya gangguan

        paranoid pada lanjut usia (lansia) maka banyak ahli beranggapan

        bahwa kondisi tersebut termasuk dalam kondisi psikosis fungsional

        dan sering juga digolongkan menjadi senile psikosis.

           Parafrenia merupkan gangguan jiwa yang gawat yang pertama kali

        timbul pada lanjut usia (lansia), (misalnya pada waktu menopause pada

        wanita). Gangguan ini sering dianggap sebagai kondisi diantara

        Skizofrenia paranoid di satu pihak dan gangguan depresif di pihak lain.

        Lebih sering terjadi pada wanita dengan kepribadian pramorbidnya

        (keadaan   sebelum    sakit)   dengan    ciri-ciri   paranoid   (curiga,

        bermusuhan) dan skizoid (aneh, bizar). Mereka biasanya tidak

        menikah atau hidup perkawinan dan sexual yang kurang bahagia, jika

        punya sedikit itupun sulit mengasuhnya sehingga anaknyapun tak

        bahagia dan biasanya secara khronik terdapat gangguan pendengaran.

        Umumnya banyak terjadi pada wanita dari kelas sosial rendah atau

        lebih rendah.




MAKALAH KEPERAWATAN GERONTIK GANGGUAN PSIKOSIS PADA LANSIA                    9
Gangguan skizofrenia sebenarnya dapat dibagi menjadi beberapa

        tipe, yaitu :

         1) Skizofrenia paranoid (curiga, bermusuhan, garang dsb)

         2) Skizofrenia katatonik (seperti patung, tidak mau makan, tidak mau

            minum, dsb)

         3) Skizofrenia hebefrenik (seperti anak kecil, merengek-rengek,

            minta-minta, dsb)

         4) Skizofrenia simplek (seperti gelandangan, jalan terus, kluyuran)

         5) Skizofrenia Latent (autustik, seperti gembel)

            Pada umumya, gangguan skizofrenia yang terjadi pada lansia

         adalah skizofrenia paranoid, simplek dan latent. Sulitnya dalam

         pelayanan keluarga, para lansia dengan gangguan kejiwaan tersebut

         menjadi kurang terurus karena perangainya dan tingkahlakunya yang

         tidak menyenangkan orang lain, seperti curiga berlebihan, galak,

         bersikap bermusuhan, dan kadang-kadang baik pria maupun wanita

         perilaku seksualnya sangat menonjol walaupun dalam bentuk

         perkataan yang konotasinya jorok dan porno (walaupun tidak selalu).

        Gejala – gejala skizofrenia menjadi 2 kelompok:

         1) Gejala Primer:

             Gangguan proses fikir

             Gangguan emosi

             Gangguan kemauan

             Otisme




MAKALAH KEPERAWATAN GERONTIK GANGGUAN PSIKOSIS PADA LANSIA                     10
2) Gejala sekunder:

             Waham

                    Menurut Mayer – Gross, waham terbagi dalam 2 kelompok

               yaitu waham primer yaitu timbul secara tidak logis sama sekali,

               tanpa penyebab apa – apa dari luar dan waham sekuder yaitu

               timbul logis kedengarannya dapat diikuti dan merupakan cara

               bagi penderita untuk menerangkan gejala – gejala skizofrenia

               lain. Waham dinamakan menurut isinya. Contoh: waham

               kebesaran, waham dosa, waham sindiran, dll

             Halusinasi.

                    Halusinasi adalah Persepsi didefinisikan sebagai suatu

               proses diterimanya rangsang sampai rangsang itu disadari dan

               dimengerti oleh penginderaan atau sensasi: proses penerimaan

               rangsang (Stuart, 2007).

             Gejala katatonik atau gangguan psikomotorik yang lain.

                    Yaitu keadaan gaduh gelisah.



     b. Psikosis Afektif

         Psikosis afektif yaitu dapat dilihat sebagai berikut:

          Gangguan pada afek dan emosi

          Setiap kali serangan tidak terjadi kecacatan dan setelah serangan

            terjadi kesembuhan penuh, terutama pada psikosa manic – depresif




MAKALAH KEPERAWATAN GERONTIK GANGGUAN PSIKOSIS PADA LANSIA                 11
Psikosis afektif dibagi dalam 2 jenis yaitu:

         1) Melankolia involusi

                  Pada psikosis ini seringa terjadi pada lansia perempuan pada

            umur 45 tahun dan pada lansia laki – laki pada usia 55 tahun.

            Karena pada waktu tersebut fungsi kelenjar – kelenjar endokrin

            dan reproduktif sudah mulai sangat berkurang. Terjadi perubahan

            yang besar pada badan dalam aktivitas metabolism dan vegetatif.

                  Pada periode ini penuh dengan stress psikofisiologis. Bila

            individu itu sebelumnya sudah tidak mantap jiwanya, maka mudah

            timbul   rasa      cemas,   depresi,   dan   paranoid.   Faktor   yang

            mempengaruhi dan memudahkan timbulnya melakolia involusi

            ialah yang berhubungan dengan usia lanjut dalam bidan social,

            psikologik, dan ekonomi, justru pada waktu api kehidupan sudah

            mulai padam, sehingga sering timbul rasa cemas.

            Gejala – gejala:

             Lekas marah

             Pesismis

             Mengeluh tentang insomnia

             Mulai tidak suka bekerja

             Sering menangis

             Ragu – ragu atau tidak dapat mengambil keputusan

             Penurunan minat, dan

             Menarik diri dari kehidupan social




MAKALAH KEPERAWATAN GERONTIK GANGGUAN PSIKOSIS PADA LANSIA                     12
2) Psikosis Manik - Depresif

                 Yaitu keadaan mania disusul dengan depresi, atau sebaliknya.

           Interval anatara dua fase tidak tentu lamanya, kadang – kadang

           lama, tetapi kadang – kadang tidak ada sama sekali, artinya satu

           jenis segera disusul oleh dua jenis yang lain. Segala macam

           kombinasi mungkin saja ada.

           Gejala – gejala psikosis manik – depresif:

           a) Jenis Mania

              Gangguan emosi: merasa senang dan terlalu optimistik

              Aktivitas yang berlebih – lebihan

              Gangguan proses fikir

           b)Jenis Depresif

              Gangguan emosi: tampak selalu lelah dan khawatir

              Penghambatan aktivitas

              Gangguan proses berfikir

              Keluhan badaniah yang menyertai ialah rasa lelah, perasaan

               teretkan pada kepala dan dada, sukar tidur, nafsu makan

               berkurang, dll

           c) Jenis Sirkular

                   Pada jenis ini terdapat episode mania dan depresi berganti –

             ganti, diselingi oleh suatu interval yang normal. Menurut

             perjanjian untuk memenuhi diagnose jenis ini, interval itu harus

             kurang dari 12 bulan. Bila lebih, maka didiagnosa sebagai jenis

             mania atau jenis depresi sendiri – sendiri.




MAKALAH KEPERAWATAN GERONTIK GANGGUAN PSIKOSIS PADA LANSIA                  13
c. Psikosis Paranoid

             Dalam kehidupan sehari – hari sifat curiga dimiliki oleh setiap

        orang, hanya pada yang satu lebih banyak daripada yang lain. Sifat ini

        adalah umum serta sudah ada sejak dahulu kala dan rupa – rupanya

        mempunyai peranan dalam mempertahankan diri sendiri dan umat

        manusia.



     d. Psikosis Reaktif

             Adalah psikosa fungsional yang timbul karena suatu stress

        psikologik yang biasanya datang dengan tiba – tiba dan dirasakan besar

        oleh penderita.

             Perbedaan kebudayaan, adat – istiadat, sosio – ekonomi dan

        individual dapat memberi arti yang berbeda – beda kepada berbagai hal

        dari lingkungan yang dapat menjadi faktor pencetus.

             Keadaan fisik juga dapat membuat individu itu lebih mudah

        terganggu kerena stress, umpamanya penyakit infeksi, kekurangan gizi,

        pemakaian obat – obat tertentu.

           Di dalam PPDGJ – 1 terdapat 4 jenis psikosis reaktif dibagi dalam 4

        jenis:

        1) Psikosis Depresi Reaktif

           Gejala utamanya adalah depresi, gejala – gejalanya menyerupai jenis

           depresi pada psikosis mania – depresif. Biasanya timbul sesudah

           kehilangan yang berarti, kematian, atau kekecewaan yang besar.




MAKALAH KEPERAWATAN GERONTIK GANGGUAN PSIKOSIS PADA LANSIA                  14
2) Gaduh Gelisah Reaktif

            Timbul karena tekanan emosional yang tidak dapat disalaurkan

            melalui cara yang lain sehingga terjadi dekompensasi mental,

            umpamanya sesudah percekcokan dalam rumah tangga. Penderita

            gaduh gelisah, banyak bicara, rebut, marah – marah, mondar –

            mandir, meyerupai keadaan mania.

         3) Kebingungan Reaktif

            Terjadi setelah kejadian – kejadian yang menyebabkan tekanan

            emosional yang hebat. Kadang – kadang didapati kesadaran yang

            berkabutdengan disorientasi, sukar diadakan komunikasi, roman

            muka kelihatan bingung, bingung mau berbuat apa, menjadi agresif.

         4) Reaksi Paranoid Akut

          Tiba – tiba timbul sikap paranoid yang hebat. Kadang – kadang hal ini

            menjadi waham paranoid. Sering terjadi karena keadaan yang

            dirasakan sebagai ancaman, umpamanya sesudah perselisihan di

            tempat pekerjaan.



  E. Ciri – Ciri Gangguan Psikotik

    Adapun ciri – ciri gangguan psikotik antara lain :

    1) Memiliki labilitas emosional.

    2) Menarik diri dari interaksi sosial.

    3) Tidak mampu bekerja sesuai fungsinya.

    4) Mengabaikan penampilan dan kebersihan diri.

    5) Mengalami penurunan daya ingat dan kognitif parah.




MAKALAH KEPERAWATAN GERONTIK GANGGUAN PSIKOSIS PADA LANSIA                  15
6)    Berpikir aneh, dangkal, berbicara tidak sesuai keadaan.

    7)    Mengalami kesulitan mengorientasikan waktu, orang dan tempat.

    8)    Sulit tidur dalam beberapa hari atau bisa tidur yang terlihat oleh

          keluarganya, tetapi pasien mesrasa sulit atau tidak bisa tidur.

    9)    Memiliki keengganan melakukan segala hal, mereka berusaha untuk

          tidak melakukan apa– apa bahkan marah jika diminta untuk melakukan

          apa – apa.

    10) Memiliki perilaku yang aneh misalnya, mengurung diri di kamar,

          berbicara sendiri, tertawa sendiri, marah berlebihan dengan stimulus

          ringan, tiba – tiba menangis, berjalan mondar – mandir, berjalan tanpa

          arah dan tujuan yang jelas.



  F. Strategi Perilaku Untuk Klien Psikosis

     Masalah                      Intervensi Keperawatan

         1. Ansietas              1. Ajarkan klien tentang gejala yang berhubungan

                                     dengan ansietas.

                                  2. Bantu klien untuk mengidentifikasi apa pemicu

                                     ansietas.

                                  3. Bantu       klien     untuk      menggunakan       teknik

                                     penatalaksanaan gejala dalam mengatasi ansietas.

                                  4. Kaji apakah ansietas merupakan suatu pemicu

                                     relaps,     jika    iya   buat   suatu   rencana    untuk

                                     mengurangi ansietas ketika berada pada tingkat

                                     sedang.



MAKALAH KEPERAWATAN GERONTIK GANGGUAN PSIKOSIS PADA LANSIA                          16
2. Depresi                1. Ajarkan klien tentang gejala yang berhubungan

                                  dengan depresi.

                                2. Bantu    klien       untuk       menggunakan        teknik

                                  penatalaksanaan gejala dalam mengatasi depresi.

                                3. Kaji apakah depresi merupakan suatu pemicu

                                  relaps,   jika      iya   buat    suatu    rencana    untuk

                                  mengurangi depresi ketika berada pada tingkat

                                  ringan, karena adanya korelasi yang kuar antara

                                  depresi dan kemampuan untuk melakukan aktivitas

                                  sehari-hari.

      3. Tidak         mampu 1. Tinjau pengalaman positif maupun negatif.

        belajar           dari 2. Identifikasi     faktor     apa     yang    menyebabkan

        pengalaman                keberhasilan atau kegagalan dalam membantu klien

                                  mencapai tujuan yang diinginkan.

      4. Masalah       terkait 1. Analisis setiap pengalaman untuk menentukan

        sebab akibat              pengalaman yang berhasil dan yang gagal.

                                2. Bantu klien untuk menyusun secara berurutan

                                  setiap kejadian yang berdampak pada setiap

                                  pengalamannya.

                                3. Pertimbangkan untuk melakukan latihan dalam

                                  memerankan suatu kejadian sebelum kejadian

                                  tersebut terjadi.

      5. Lambat         dalam 1. Berikan klien kesempatan untuk memproses dan

        memproses                 merespon informasi.



MAKALAH KEPERAWATAN GERONTIK GANGGUAN PSIKOSIS PADA LANSIA                         17
informasi          2. Minimalkan       kecemasan    yang    meningkatkan

                              kesulitan dalam memproses informasi.

                           3. Tunjukkan minat yang sungguh-sungguh dalam

                              mencoba memahami apa yang klien katakan.

                           4. Gunakan bahasa yang jelas dan sederhana ketika

                              berkomunikasi dengan klien.

      6. Sulit   mengambil 1. Bantu    klien   untuk   menetapkan    hasil   yang

        keputusan             ditentukan.

                           2. Bantu klien dalam memprioritaskan tujuan dan

                              menggolongkannya kedalam tujuan jangka pendek

                              dan jangka panjang.

                           3. Bantu klien dalam menetapkan batas waktu

                              pencapaian setiap tujuan.

                           4. Bantu klien dalam menyusun langkah-langkah

                              konkret dan sederhana untuk mencapai tujuan yang

                              diinginkan.

                           5. Pastikan langkah-langkah sederhana itu dapat

                              dicapai klien dan sesuai dengan budaya dan nilai

                              klien.




MAKALAH KEPERAWATAN GERONTIK GANGGUAN PSIKOSIS PADA LANSIA              18
2.2 DEMENSIA

 A. Definisi

         Demensia merupakan sindrom yang ditandai oleh berbagai gangguan

    fungsi kognitif tanpa gangguan kesadaran. Gangguan fungsi kognitif antara

    lain pada intelegensi, belajar dan daya ingat, bahasa, pemecahan masalah,

    orientasi, persepsi, perhatian dan konsentrasi, penyesuaian, dan kemampuan

    bersosialisasi. (Arif Mansjoer, 1999)

         Pada usia muda, demensia bisa terjadi secara mendadak jika cedera

    hebat,     penyakit   atau   zat-zat   racun (misalnya   karbon monoksida)

    menyebabkan hancurnya sel-sel otak.

         Tetapi demensia biasanya timbul secara perlahan dan menyerang usia

    diatas 60 tahun. Namun demensia bukan merupakan bagian dari proses

    penuaan yang normal. Sejalan dengan bertambahnya umur, maka perubahan

    di dalam otak bisa menyebabkan hilangnya beberapa ingatan (terutama

    ingatan jangka pendek) dan penurunan beberapa kemampuan belajar.

    Perubahan normal ini tidak mempengaruhi fungsi.

         Lupa pada usia lanjut bukan merupakan pertanda dari demensia

    maupun penyakit Alzheimer stadium awal. Demensia merupakan penurunan

    kemampuan mental yang lebih serius, yang makin lama makin parah. Pada

    penuaan normal, seseorang bisa lupa akan hal-hal yang detil; tetapi penderita

    demensia bisa lupa akan keseluruhan peristiwa yang baru saja terjadi.




MAKALAH KEPERAWATAN GERONTIK GANGGUAN PSIKOSIS PADA LANSIA                    19
B. Etiologi

         Penyebab demensia yang reversible sangat penting diketahui karena

    pengobatan yang baik pada penderita dapat kembali menjalankan kehidupan

    sehari-hari yang normal. Untuk mengingat berbagai keadaan tersebut telah

    dibuat suatu “jembatan keledai”sebagai berikut :

     D  Drug (obat)

          Obat sedative

          Obat penenang minor atau mayor

          Obat anti konvulsan

          Obat anti depresan

          Obat anti hipertensi

          Obat anti aritmia

     E  Emotional (gangguan emosi, ex: depresi)

     M  Metabolik dan endokrin

          Seperti : DM

          Hipoglikemi

          Gangguan ginjal

          Gangguan hepar

          Gangguan tiroid

          Gangguan elektrolit

     E  Eye & Ear (Disfungsi mata dan telinga)

     N  Nutrilional

          Kekurangan vitamin B6 (pellagra)

          Kekurangan vitamin B1 (sindrom wernicke)




MAKALAH KEPERAWATAN GERONTIK GANGGUAN PSIKOSIS PADA LANSIA               20
Kekurangan vitamin B12 (anemia pernisiosa)

          Kekurangan asam folat

     T  Tumor dan trauma

     I  Infeksi

          Ensefalitis oleh virus, contoh : herpes simplek

          Bakteri, contoh : oleh pnemokok

          TBC

          Parasit

          Fungus

          Abses otak, dan

          Neurosifilis

     A Arterosklerosis (komplikasi penyakit arterosklerosis, missal : infark

          miokard, gagal jantung, dan alkohol)

     Penyebab dari demensia non reversible :

     1. Penyakit Degeneratif (kemunduran fungsi sel):

        a. Penyakit Alzheimer

           Alzheimer adalah kondisi dimana sel saraf pada otak mengalami

           kematian sehingga membuat signal dari otak tidak dapat di

           transmisikan sebagaimana mestinya (Grayson, C. 2004). Penderita

           Alzheimer mengalami gangguan memori, kemampuan membuat

           keputusan dan juga penurunan proses berpikir. Sekitar 50-60%

           penderita demensia disebabkan karena penyakit Alzheimer.




MAKALAH KEPERAWATAN GERONTIK GANGGUAN PSIKOSIS PADA LANSIA                21
b. Demensia Yang Berhubungan Dengan Badan Lewy

          Penyakit Jisim Lewy adalah suatudemensia yang secara klinis mirip

          dengan penyakit Alzheimer dan sering ditandai oleh adanya

          halusinasi, gambaran Parkinsonisme, dan gejala ekstrapiramidal.

          Inklusi Jisim Lewy ditemukan di daerah korteks serebri.

        c. Penyakit Pick

          Bagian putih subkortikal.dengan pengurangan subtansia grisea.

          Penyakit Pick ditandai atrofi yang lebih banyak dalam daerah

          frontotemporal. Daerah tersebut mengalami kehilangan neuronal,

          gliosis dan adanya badan Pick neuronal, yang merupakan massa

          elemen sitoskeletal.

        d. Penyakit Huntington

          Penyakit Huntington secara klasik dikaitkan dengan perkembangan

          demensia. Demensia pada penyakit ini terlihat sebagai demensia tipe

          subkortikal yang ditandai dengan abnormalitas motorik yang lebih

          menonjol dan gangguan kemampuan berbahasa yang lebih ringan

          dibandingkan demensia tipe kortikal.      Demensia pada penyakit

          Huntington menunjukkan perlambatan psikomotor dan kesulitan

          dalam mengerjakan pekerjaan yang kompleks, akan tetapi memori,

          bahasa, dan tilikan relatif utuh pada stadium awal dan pertengahan

          penyakit.

        e. Kelumpuhan Supranuklear Progresif




MAKALAH KEPERAWATAN GERONTIK GANGGUAN PSIKOSIS PADA LANSIA                22
f. Penyakit Parkinson

         Parkinsonisme merupakan penyakit pada ganglia basalis yang

         biasanya dikaitkan dengan demensia dan depresi. Diperkirakan 20

         hingga 30 persen pasien dengan penyakit Parkinson mengalami

         gangguan kemampuan kognitif. Gerakan lambat pada pasien dengan

         penyakit Parkinson sejajar dengan perlambatan berpikir pada beberapa

         pasien, suatu gambaran yang sering disebut oleh para klinis sebagai

         bradifrenia.

     2. Penyakit Vaskuler :

        a. Penyakit serebrovaskuler oklusif (demensia multi-infark)

        b. Penyakit binswanger

             Dikenal juga sebagai ensefalopati arteriosklerotik subkortikal,

         ditandai dengan ditemukannya infark-infark (nekrosis iskemik) kecil

         pada subtansia alba yang juga mengenai daerah korteks serebri

        c. Embolisme serebral

        d. Arteritis

        e. Anoreksia sekunder akibat henti jantung, gagal jantung akibat

           intoksikasi karbon monoksida

     3. Demensia Traumatic

         Perlukaan karnio-serebral

         Demensia pugilistika

                 gangguan     day   ingat   dan   konsentrasi   serta   perubahan

            kepribadian yang diakibatkan oleh kontusio serebral berulag, seperti

            yang dialami oleh para petinju.




MAKALAH KEPERAWATAN GERONTIK GANGGUAN PSIKOSIS PADA LANSIA                    23
4. Infeksi

           Syndrome defisiensi imun dapatan (AIDS)

           Infeksi opportunistic

           Penyakit creutzfeld-jacob progresif

           Kokeonsefalopatimulti fokal progresif

           Demenesia pasca ensefalitis



  C. Manifestasi Klinis

    Tanda dan Gejala dari Penyakit Demensia antara lain :

    1. Rusaknya seluruh jajaran fungsi kognitif.

    2. Awalnya gangguan daya ingat jangka pendek.

    3. Gangguan kepribadian dan perilaku (mood swings).

    4. Defisit neurologi dan fokal.

    5. Mudah tersinggung, bermusuhan, agitasi dan kejang.

    6. Gangguan psikotik : halusinasi, ilusi, waham, dan paranoid.

    7. Keterbatasan dalam ADL (Activities of Daily Living)

    8. Menurunnya daya ingat yang terus terjadi. Pada penderita demensia,

       “lupa” menjadi bagian keseharian yang tidak bisa lepas.

    9. Gangguan orientasi waktu dan tempat, misalnya: lupa hari, minggu,

       bulan, tahun, tempat penderita demensia berada

    10. Penurunan dan ketidakmampuan menyusun kata menjadi kalimat yang

       benar, menggunakan kata yang tidak tepat untuk sebuah kondisi,

       mengulang kata atau cerita yang sama berkali-kali




MAKALAH KEPERAWATAN GERONTIK GANGGUAN PSIKOSIS PADA LANSIA            24
11. Ekspresi yang berlebihan, misalnya menangis berlebihan saat melihat

       sebuah drama televisi, marah besar pada kesalahan kecil yang dilakukan

       orang lain, rasa takut dan gugup yang tak beralasan. Penderita demensia

       kadang tidak mengerti mengapa perasaan-perasaan tersebut muncul.

    12. Adanya perubahan perilaku, seperti : acuh tak acuh, menarik diri dan

       gelisah



  D. Karakteristik Demensia

         Menurut John (1994) bahwa lansia yang mengalami demensia juga

    akan mengalami keadaan yang sama seperti orang depresi yaitu akan

    mengalami defisit aktivitas kehidupan sehari-hari (AKS). Gejala yang sering

    menyertai demensia adalah ;

    a. Gejala awal

        Kinerja mental menurun

        Fatigue

        Mudah lupa

        Gagal dalam tugas

    b. Gejala lanjut

        Gangguan kognitif

        Gangguan efektif

        Gangguan perilaku

    c. Gejala umum

        Mudah lupa

        Aktivitas sehari-hari terganggu




MAKALAH KEPERAWATAN GERONTIK GANGGUAN PSIKOSIS PADA LANSIA                  25
 Disorientasi

        Cepat marah

        Kurang konsentrasi

        Resti jatuh



  E. Klasifikasi Demensia

    1. Menurut Kerusakan Struktur Otak

       a. Tipe Alzheimer

             Alzheimer adalah kondisi dimana sel saraf pada otak mengalami

         kematian sehingga membuat signal dari otak tidak dapat di

         transmisikan sebagaimana mestinya (Grayson, C. 2004). Penderita

         Alzheimer mengalami gangguan memori, kemampuan membuat

         keputusan dan juga penurunan proses berpikir. Sekitar 50-60%

         penderita demensia disebabkan karena penyakit Alzheimer.

             Biasanya timbul antara usia 50-60 tahun. Yang disebabkan oleh

         adanya degenerasi korteks yang difus pada otak dilapisan luar,

         terutama didaerah frontal dan temporal. Atrofi otak ini dapat dilihat

         pada pneumonesefalogram , system ventrikel membesar serta banyak

         hawa disubaracnoid. Penyakit ini dimulai pelan ekali tidak ada cirri

         khas pada gangguan intelegensi atau kelaianan prilaku. Terdapat

         disorientasi, gangguan ingatan, emosi yang lebih, kekelieuan dalam

         berhitung, dan pembicaraan sehari-hari dapat etrjadi afasi, perseferasi (

         mengulang-ulang perkataan , perbuatan tanpa guna), pembicaraan

         logoklonia ( pengulangan tiap suku kata akhir serta tidak teratur ), dan




MAKALAH KEPERAWATAN GERONTIK GANGGUAN PSIKOSIS PADA LANSIA                     26
bila sudah berat maka penderita tidak dapat dimengert lagi. Ada yang

         jadi gelisah dan hiperaktif.



      b. Demensia Vascular

            Demensia tipe vascular disebabkan oleh gangguan sirkulasi darah

         di otak dan setiap penyebab atau faktor resiko stroke dapat berakibat

         terjadinya demensia. Depresi bisa disebabkan karena lesi tertentu di

         otak akibat gangguan sirkulasi darah otak, sehingga depresi dapat

         diduga sebagai demensia vaskular.



    2. Menurut Umur:

      a. Demensia senilis ( usia >65tahun)

            Kekurangan      peredaran    darah   ke   otak   serta   pengurangan

         metabolisme dan O2 yang menyertainya merupakan penyebab

         kalainan anatomis diotak. Otak mengecil terdapat suatu atrofi umum,

         terutama pada daerah frontal.

      b. Demensia prasenilis (usia <65tahun)

            Seperti namanya, maka gangguan ini gejala utamanya adalah

         seperti sebelum masa senile.



    3. Menurut perjalanan penyakit

      a. Reversibel (mengalami perbaikan)

      b. Ireversibel (Normal pressure hydrocephalus, subdural hematoma,

         vit.B, Defisiensi, Hipotiroidisma, intoxikasi Pb)




MAKALAH KEPERAWATAN GERONTIK GANGGUAN PSIKOSIS PADA LANSIA                   27
Pada demensia tipe ini terdapat pembesaran vertrikel dengan

      meningkatnya cairan serebrospinalis, hal ini menyebabkan adanya :

       1) Gangguan gaya jalan (tidak stabil, menyeret).

       2) Inkontinensia urin.

       3) Demensia.



    4. Menurut sifat klinis:

     a. Demensia proprius

     b. Pseudo-demensia

        Gangguan mental depresi yang disertai memburuknya konsentrasi dan

        daya ingat, sehingga mirip dengan orang demensia.




MAKALAH KEPERAWATAN GERONTIK GANGGUAN PSIKOSIS PADA LANSIA                28
F. PATWAY OF DEMENTIA
             Faktor          Infeksi       Lingkungan            imunologi          trauma
             genetik         virus




         Kakusutan neuro fibrilar                                         Hilangnya serat-serat
         yang difus dan plak senilis                                      koligernik di korteks

                                                                 Penurunan sel neuron
         Atropi otak
                                                                 kolinergik yang berproyeksi di
                                                                 bimokampus dan amigdala
         Degenerasi neuron
         irreversible                                                            Kelainan neuro
                                                                                 transmiter

                       Alzheimer                           Asetilkolin



   Penurun        Gangguan      Gangguan        Gangguan        Peruba       Perubahan       Kehilangan
   an Daya        kognitif      memori          fungsi          han          perilaku        fungsi
   Ingat                                        bahasa          intelek                      neurologis/
                                                                tual                         tonus otot



Penurunan          Mudah          Muncul gejala            1. Kehilangan                 Perubahan
kemampuan          lupa           neuro psikiatrik            kemampuan                  pola eliminasi
melakukan                                                     menyelesaikan              urine/ alvi
aktifitas                                                     masalah
                             Perubahan
                                                           2. Perubahan
                             nafsu makan
                                                              mengawasi
                                                                                          Koping
                                                              keadaan
Kurang                                                                                    individu
                                                              kompleks dan
perawatan diri         resiko tinggi terhadap                                             tidak efektif
                                                              berfikir
(makan, minum,         perubahan nutrisi
                                                              abstrak
berpakaian,            kurang dari kebutuhan
                                                           3. Emosi labil,               - Perubahan
hygiene)               tubuh
                                                              pelupa, apatis,              proses pikir
                                                              loss deep                  - Hambatan
                                                              memory                       interaksi sosial
    Kesulitan tidur
                           Perubahan resepsi,                                            - Hambatan
                           transmisi dan             Sindrom                               komunikasi
     Perubahan             integrasi sensori         stress                                verbal
     pola tidur                                      relokasi

                     Perubahan
      MAKALAH KEPERAWATAN GERONTIK GANGGUAN PSIKOSIS PADA LANSIA
                     persepsi                                                                   29
                     sensori
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG

   a. Pemeriksaan penunjang : (Asosiasi Alzheimer Indonesia,2003)

     1) Pemeriksaan laboratorium rutin.

        Pemeriksaan laboratorium hanya dilakukan begitu diagnosis klinis

        demensia ditegakkan untuk membantu pencarian etiologi demensia

        khususnya pada demensia reversible, walaupun 50% penyandang

        demensia adalah demensia Alzheimer dengan hasil laboratorium

        normal,   pemeriksaan      laboratorium     rutin   sebaiknya     dilakukan.

        Pemeriksaan    laboratorium    yang   rutin     dikerjakan      antara   lain:

        pemeriksaan darah lengkap, urinalisis, elektrolit serum, kalsium darah,

        ureum, fungsi hati, hormone tiroid, kadar asam folat

     2) Pemeriksaan cairan otak.

        Pungsi lumbal diindikasikan bila klinis dijumpai awitan demensia akut,

        penyandang dengan imuno supresan, dijumpai rangsangan meningen

        dan panas, demensia presentasi atipikal, hidrosefalus normotensif, tes

        sifilis (+), penyengatan meningeal pada CT scan.

     3) Sebagai suatu esesmen awal pemeriksaan Status Mental Mini (MMSE)

        adalah test yang paling banyak dipakai.

        a. Pemeriksaan untuk menguji aspek-aspek kognitif dari fungsi mental

          Nilai maksimum score         Pertanyaan

          Orientasi

                                       (tahun) (musim) (tanggal) (hari) (bulan apa
          5
                                      sekarang)

          5                           Dimana kita : (negara bagian) (wilayah) (kota)



MAKALAH KEPERAWATAN GERONTIK GANGGUAN PSIKOSIS PADA LANSIA                         30
(rumah sakit) (lantai)

         Registrasi

                                   Nama 3 objek : 1 detik untuk mengatakan

                                   masing-masing. Kemudian tanyakan klien

                                   ketiga        objek      setelah     anda         telah

         3                         mengatakannya.beri        1   poin   untuk    setiap

                                   jawaban benar. Kemudian ulangi sampai ia

                                   mempelajari ketiganya. Jumlahkan percobaan

                                   dan catat.

         Perhatian dan kalkulasi

                                   Seri 7’s. 1 poin untuk setiap kebenaran

         5                         Berhenti setelah 5 jawaban. Bergantian eja

                                   “kata” ke belakang

         Mengingat

                                   Minta untuk mengulang ketiga objek di atas
         3
                                   Beri 1 poin untuk setiap kebenaran

         Bahasa

                                   Nama pensil dan melihat (2 poin)

         9                         Mengulang hal berikut : “task ada jika, dan,

                                   atau tetapi” (1 poin)

                                   Nilai total




MAKALAH KEPERAWATAN GERONTIK GANGGUAN PSIKOSIS PADA LANSIA                      31
Kaji tingkat kesadaran sepanjang kontinum :



         Compos mentis        apatis      somnolen           soporus      koma

         Keterangan :

         Nilai maksimal 30, nilai 21 atau kurang biasanya indikasi adanya

         kerusakan kognitif yang memerlukan penyelidikan lanjut. Kriteria

         demensia :

         Ringan : 21-30

         Sedang : 11-20

         Berat : < 10



       b. Pemeriksaan portabel untuk status mental (PPSM = MMSE = Mini

         Mental State Examination)

          Daftar pertanyaan                      Penilaian

         1. Tanggal berapakah hari ini? 0-2 kesalahan = baik

             (bulan, tahun)                      3-4 kesalahan = gangguan intelek

         2. Hari apakah ini?                     ringan

         3. Apakah nama tempat ini?              5-7 kesalahan = gangguan intelek

         4. Berapa       nomor         telepon sedang

             bapak/ibu? (bila tidak ada 8-10 kesalahan = gangguan intelek

             telepon, dijalan apakah rumah berat

             bapak/ibu?)

         5. Berapa umur bapak/ibu?                  Bila penderita tak pernah sekolah,

         6. Kapan       bapak/ibu       lahir?      nilai kesalahan diperoleh +1 dari



MAKALAH KEPERAWATAN GERONTIK GANGGUAN PSIKOSIS PADA LANSIA                    32
(tanggal, bulan, tahun)             nilai di atas

          7. Siapakah     nama     gubernur       Bila penderita sekolah lebih dari

              kita? (walikota, lurah, camat)      SMA,            kesalahan         yang

          8. Siapakah nama gadis ibu              diperbolehkan -1 dari nilai di atas

              anda?

          9. Hitung mindur 3-3, mulai dari

              20




  H. PENATALAKSANAAN

    1. Farmakoterapi

      Sebagian besar kasus demensia tidak dapat disembuhkan.

      a. Untuk mengobati demensia alzheimer digunakan obat - obatan

         antikoliesterase seperti Donepezil , Rivastigmine , Galantamine ,

         Memantine

      b. Dementia vaskuler membutuhkan obat -obatan anti platelet seperti

         Aspirin , Ticlopidine , Clopidogrel untuk melancarkan aliran darah ke

         otak sehingga memperbaiki gangguan kognitif.

      c. Demensia karena stroke yang berturut-turut tidak dapat diobati, tetapi

         perkembangannya bisa diperlambat atau bahkan dihentikan dengan

         mengobati tekanan darah tinggi atau kencing manis yang berhubungan

         dengan stroke.

      d. Jika hilangnya ingatan disebabakan oleh depresi, diberikan obat anti-

         depresi seperti Sertraline dan Citalopram.



MAKALAH KEPERAWATAN GERONTIK GANGGUAN PSIKOSIS PADA LANSIA                     33
e. Untuk mengendalikan agitasi dan perilaku yang meledak-ledak, yang

         bisa menyertai demensia stadium lanjut, sering digunakanobat anti-

         psikotik (misalnya Haloperidol , Quetiapine dan Risperidone). Tetapi

         obat ini kurang efektif dan menimbulkan efek samping yang serius.

         Obat anti-psikotik efektif diberikan kepada penderita yang mengalami

         halusinasi atau paranoid.



    2. Intervensi non obat

     a. Intervensi lingkungan

       1) Penyesuaian fisik (bentuk ruangan, warna, alat yang tersedia)

       2) Penyesuaian waktu (membuat jadual rutin)

       3) Penyesuaian lingkungan malam hari (mandi air hangat, tidur teratur)

       4) Penyesuaian indra (mata, telinga)

       5) Penyesuaian nutrisi (makan makanan dengan gizi seimbang)

     b. Intervensi perilaku

        Wandering

         1) Yakinkan dimana keberadaan pasien

         2) Berikan keleluasaan bergerak di dalam dan di luar rumah

         3) Gelang pengenal “hendaya memory”

        Agitasi dan agresifitas

         1) Hindari situasi yang memprovokasi

         2) Hindari argumentasi

         3) Sikap kita tenang dan mantap

         4) Alihka perhatian kenal lain




MAKALAH KEPERAWATAN GERONTIK GANGGUAN PSIKOSIS PADA LANSIA                 34
Sikap dan pertanyaan yang berulang

        1) Tenang, dengarkan dengan baik, jawab dengan penuh pengertian.

          Bila masih berulang, acuhkan dan usahakan alihkan ke hal yang

          menarik.

        Perilaku seksual yang tidak wajar/sesuai

        1) Tenang dan bimbing pasien keruang pribadinya

        2) Alihkan ke hal yang menarik perhatiannya

        3) Bila didapatkan dalam keadaan telanjang, berilah pakaian atau

          selimut untuk menutup badannya. Bantu mengenakan baju kembali.

     c. Intervensi psikologis

        1) Psiko terapi individual

        2) Psiko terapi kelompok

        3) Psiko terapi keluarga

     d. Intervesi untuk “care giver” (pengasuh) yang diperlukan :

        1) Dukungan mental

        2) Pengembangan kemampuan adaptasi dan peningkatan kemandirian

        3) Kemampuan menerima kenyataan

     e. Intervensi yang dilakukan untuk mengatasi mudah lupa :

        1) Lakukan latihan terus-menerus, berulang-ulang

        2) Tingkatkan perhatian

        3) Asosiasikan hal yang diingat dengan hal yang sudah ada dalam otak

     f. Aktivitas keagamaan

     g. Mengembangkan hobi yang ada, seperti: melukis, main musik,

        berkebun, fotografi.




MAKALAH KEPERAWATAN GERONTIK GANGGUAN PSIKOSIS PADA LANSIA                 35
2.3 DELIRIUM

  A. Definisi

          Delirium adalah suatu sindrom yang mencakup gangguan kesadaran

    yang disertai dengan perubahan kognisi. Delirium biasanya terjadi dalam

    waktu singkat, kadang-kadang tidak lebih dari beberapa jam, berfluktuasi

    atau berubah sepanjang hari. Klien sulit memberikan perhatian, mudah

    terdistraksi, disorientasi, dan dapat mengalami gangguan sensori seperti

    ilusi, salah interpretasi, atau halusinasi. Suara keras dari kereta cucian,

    dilorong dapat dislah artikan sebagai suara tembakan (salah interpretasi),

    kabel listrik yang terletak dilantai dapat terlihat seperti ular (ilusi), atau

    individu dapat melihat malaikat melayang diudara ketika tidak ada sesuatu

    disana (halusinansi). Kadang-kadang individu juga mengalami gangguan

    siklus tidur-bangun, perubahan aktivitas psikomotor, dan gangguan

    emosional seperti ansietas, takut, iritabilitas, euforia, atau apati (DSM-IV-

    TR,2000).



  B. Gejala delirium:

    1. Sulit memberikan perhatian

    2. Mudah terdistraksi

    3. Disorientasi

    4. Dapat mengalami gangguan sensori seperti ilusi, salah interpretasi, atau

       halusinasi

    5. Dapat mengalami gangguan siklus tidur-bangun

    6. Perubahan aktivitas psikomotor




MAKALAH KEPERAWATAN GERONTIK GANGGUAN PSIKOSIS PADA LANSIA                     36
7. Dapat mengalami ansietas, takut, iritabilitas, euforia, atau apati

         Kira-kira 10% sampai 15% individu yang berada di rumah sakit karena

    kondisi medis umum mengalami delirium pada waktu tertentu. Delirium

    biasa terjadi pada klien lansia yang sakit akut. Kira-kira 30% sampai 50%

    klien geriatri yang sakit akut menjadi delirium pada suatu waktu selama

    dirawat dirumah sakit. Faktor resiko untuk perkembangan delirium

    mencakup peningkatan keparahan penyakit fisik, usia tua, dan kerusakan

    kognitif dasar (misalnya, seperti terlihat demensia; Caine & Lyness, 2000).

    Anak-anak dapat lebih rentan terhadap delirium, terutama ketika hal tersebut

    berkaitan dengan penyakit demam atau obat tertentu, seperti obat

    antikolinergik (DSM-IV-TR,2000).



  C. Penyebab Delirium

         Delirium hampir selalu diakibatkan oleh gangguan atau penyakit

    fisiologis, metabolik, atau serebral yang dapat diidentifikasi, intoksikasi

    obat, atau putus obat. Penyebab delirium sering klali diakibatkan oleh

    penyebab multipel yang memerlukan pemeriksaan fisik secara cermat dan

    menyeluruh serta pemeriksaan labolatorium untuk menentukan penyebab

    yang tepat.

    Penyebab delirium yang paling umum

     Fisiologis atau metabolik     :hipoksemia,    gangguan     elektrolit,   gagal

      ginjal atau hati, hipoglikemia atau hiperglikemia, dehidrasi, deprivasi

      tidur, gangguan tiroid atau glukokortikoid, defisiensi tiamin atau vitamin

      B12, vitamin C, niasin atau defisiensi protein, syok kardiovaskular, tumor




MAKALAH KEPERAWATAN GERONTIK GANGGUAN PSIKOSIS PADA LANSIA                       37
otak, cedera kepala, dan pajanan terhadap bensin, pelarut cat, insektisida,

       dan zat terkait.

     Infeksi

        Sistemik : sepsis, infeksi saluran kemih, pneumonia                Serebral,

        meningitis, ensefalitis, HIV, sifilis

        Terkait obat : Intoksikasi : antikolinergik, litium, alkohol, sedatif dan

        hipnotik

        Putus obat : alkohol, sedatif, dan hipnotik

        Reaksi terhadap anestesi, obat yang diresepkan atau obat terlarang.



  D. Pertimbangan Budaya

          Individu dari latar belakang budaya yang berbeda yang berbeda

    mungkin tidak mengetahui informasi yang dimintai untuk mengkaji memori,

    seperti nama mantan presiden Indonesia. Orientasi, seperti penempatan dan

    tempat, dapat dianggap berbeda pada budaya lain, dan kegagalan dalam

    mengetahui informasi ini tidak boleh disalahartikan sebagai diorientasi

    (DSM-IV-TR,2000). Beberapa budaya juga tidak merayakan ulang tahun

    sehingga    beberapa      individu    dapat   mengalami    kesulitan      dalam

    memberitahukan tanggal lahir mereka.



  E. Terapi Dan Prognosis

          Terapi utama untuk delirium adalah mengidentifikasi dan mengatasi

    setiap kondisi medis peyebab atau yang berperan. Delirium hampir selalu

    merupakan kondisi sementara yang sembuh apabila penyebab yang




MAKALAH KEPERAWATAN GERONTIK GANGGUAN PSIKOSIS PADA LANSIA                       38
mendasarinya berhasil diatasi. Akan tetapi, beberapa penyebab delirium,

    seperti cidera kepala atau ensefalitis, dapat menyebabkan klien mengalami

    gangguan kognitif, perilaku, atau emosional, bahkan setelah penyebab yang

    mendasarinya diatasi.



  F. Psikofarmakologi

         Klien yang mengalami delirium hipoaktif dan tenang tidak

    memerlukan terapi farmaklologis yang spesifik, kecuali yang diindikasikan

    untuk kondisi kausatif. Akan tetapi, banyak klien delirium menunjukkan

    agitasi psikomotor intermiten atau persisten yang dapat menganggu terapi

    yang efektif atau menimbulkan resiko terhadap keamanan klien. Sedasi

    untuk mencegah cedera-diri akibat kurang hati-hati dapat diindikasikan.

    Antipsikokotik seperti haloperidol (Haldol) dapat digunakan dalam dosis 0,5

    sampai 1 mg untuk mengurangi agitasi. Sedatif dan benzodiazepin dihindari

    karena obat-obatan tersebut dapat mempeburuk delirium (Caine &

    Lyness,2000). Klien dengan gangguan fungsi hati atau ginjal dapat

    mengalami kesulitan memetabolisme atau mengekskresikan sedatif.

    Pengecualiannya adalah delirium akibat putus alkohol, yang biasanya

    diobati dengan benzodazepin.



  G. Terapi Medis Lain

         Ketika penyebab yang mendasari delirium dapat diatasi, klien juga

    dapat memerlukan tindakan fisik pendukung lain. Asupan makanan dan

    cairan yang adekuat dan bergizi akan mempercepat penyembuhan. Cairan




MAKALAH KEPERAWATAN GERONTIK GANGGUAN PSIKOSIS PADA LANSIA                  39
intravena atau bahkan nutrisi parenteral total mungkin diperlukan jika

    kondisi fisik klien memburuk dan klien tidak dapat makan dan minum.

         Jika klien menjadi agitasi dan mengancam akan mencabut slang

    intravena atau kateter, restrein fisik mungkin diperlukan sehingga terapi

    medis yang dibutuhkan dapat berlanjut. Restrein digunakan hanya jika

    diperlukan dan tetap dipasang tidak lebih dari waktu yang       diperlukan

    karena restrein dapat meningkatkan agitasi klien.



  H. Aplikasi Proses Keperawatan Delirium

         Tujuan terapi untuk klien delirium adalah mengidentifikasi dan

    mengatasi penyebab yang mendasari delirium. Fokus asuhan keperawatan

    adalah memenuhi kebutuhan fisiologis dan psikologis dan psikologis klien

    serta mempertahankan keamanannya. Perilaku, mood, dan tingkat kesadaran

    klien dapat berfluktuasi dengan cepat sepanjang hari. Oleh karena itu,

    perawat harus mengkaji klien secara kontinu untuk mengenali perubahan-

    perubahan ini dan merencanakan asuhan keperawatan yang sesuai.



  I. PENGKAJIAN

    Riwayat

         Karena penyebab delirium sering terkait dengan penyakit medis,

    alkohol, atau obat lain, perawat perlu mendapatkan riwayat keseluruhan area

    ini. Perawat mungkin perlu mendapatkan informasi dari anggota keluarga

    jika kemampuan klien untuk memberikan data yang akurat terganggu.




MAKALAH KEPERAWATAN GERONTIK GANGGUAN PSIKOSIS PADA LANSIA                  40
Informasi tentang obat-obatan harus mencakup obat yang diresepkan,

    alkohol, obat terlarang, dan obat bebas. Meskipun banyak individu mungkin

    menganggap obat yang diresepkan dan obat bebas relatif aman, kombinasi

    obat atau dosis standar obat dapat mengakibatkan delirium, terutama pada

    lansia (Mentes,1995). Jenis obat yang dapat menyebabkan delirium.

    Kombinasi obat-obatan ini secara signifikan meningkatkan resiko delirium.

    Obat-obatan yang menyebabkan delirium:

     1. Antikonvulsan

     2. Antikolinergik

     3. Antidepresan

     4. Antihistamin

     5. Antipsikotik

     6. Aspirin

     7. Barbiturat

     8. Benzodiazepin

     9. Glikosida jantung

     10. Simetidin (Tagamet)

     11. Agens hipoglikemik

     12. Insulin

     13. Narkotik

     14. Propanolol (Inderal)

     15. Reserpin

     16. Diuretik tiazid

     Diadaptasi dari McEvoy, R.B. (Ed).




MAKALAH KEPERAWATAN GERONTIK GANGGUAN PSIKOSIS PADA LANSIA                 41
Penampilan Umum dan Perilaku Motorik

         Klien delirium sering mengalami gangguan perilaku psikomotor. Klien

    mungkin gelisah dan hiperaktif, sering menarik-narik seprai atau berupaya

    bangun dari tempat tidur secara mendadak dan tidak terkoordinasi.

    Sebaliknya, klien dapat mengalami perilaku motorik yang lambat, tampak

    lesu dan letargi dengan sedikit gerakan.

         Bicara juga dapat dipengaruhi, yaitu menjadi kurang koheren dan lebih

    sulit dimengerti ketika delirium memburuk. Klien dapat mengulang –ulang

    satu topik atau bahasan, berbicara melantur dan sulit untuk diikuti, atau

    mengalami logorea yang cepat, terpaksa, dan biasanya lebih keras dari

    normal. Kadang-kadang klien dapat berteriak atau menjerit terutama pada

    malam hari (Burney-Puckett,1996).



    Mood dan Afek

         Klien delirium sering mengalami perubahan mood dengan cepat dan

    tidak dapat diperkirakan. Rentang respons emosional yang luas mungkin

    terjadi, seperti ansietas, takut, iritabilitas, marah, euforia, dan apati.

    Perubahan mood dan emosi ini biasanya tidak terkait dengan lingkunga

    klien. Ketika klien merasa sangat takut dan merasa terancam, klien mungkin

    melawan untuk melindungi dirinya dari bahaya yang dirasakan.



    Proses dan Isi Pikir

         Meskipun klien delirium mengalami perubahan kognisi, sulit bagi

    perawat untuk mengkaji perubahan ini secara akurat dan menyeluruh.




MAKALAH KEPERAWATAN GERONTIK GANGGUAN PSIKOSIS PADA LANSIA                 42
Ketidakmampuan klien yang nyata untuk mempertahankan perhatian

    menyebabkan kesulitan dalam mengkaji proses dan isi pikir klien. Isi pikir

    klien sering tidak terkait dengan situasi, atau bicaranya tidak logis dan sulit

    dimengerti. Perawat dapat menanyakan bagaimana persaan klien dan klien

    akan bergumam tentang cuaca. Proses pikir esring mengalami disorganisasi

    dan tidak masuk akal. Pikiran juga dapat terpecah (tidak berkaitan dan tidak

    lengkap). Klien juga dapat memperlihatkan pikiran waham yang meyakini

    bahwa perubahan persepsi sensorinya adalah nyata.



    Sensoriun dan proses intelektual

         Tanda utama delirium dan sering kali tanda awal delirium adalah

    perubahan tingkat kesadaran yang jarang stabil dan biasanya berfluktuasi

    sepanjang hari. Klien biasanya terorientasi terhadap waktu dan tempat.

    Klien menunjukkan penurunan kesadaran terhadap lingkungan atau situasi

    dan dapat berokus pada stimulus yang tidak berakitan, seperti warna sprei

    atau ruangan. Klien juga mudah terdistraksi oleh suara, orang, atau

    mispersepsi sensorinya.

         Klien tidak dapat memfokuskan, mempertahankan, atau mengubah

    perhatiannya secara efektif dan terdapat kesukaran memori yang baru dan

    yang sangat baru (DSM-IV-TR, 2000). Hal ini berarti bahwa perawat harus

    dapat menanyakan atau memberikan arahan secara berulang-ulang,

    meskipun kemudian klien mungkin tidak mampu melakukan hal-hal yang

    diminta.




MAKALAH KEPERAWATAN GERONTIK GANGGUAN PSIKOSIS PADA LANSIA                      43
Klien sering mengalami salah interpretasi, ilusi, dan halusinasi.

    Mispersepsi dan ilusi, keduanya berdasarkan pada beberapa stimulus aktual

    di   lingkungan,    klien    dapat   mendengar   bantingan    pintu   dan

    meniterpretasikanbya sebagai suara tembakan atau melihat perawat

    mengambil kantong intravena dan beranggapan bahwa perawat akan

    menyerangnya. Contoh ilusi yang umum mencakuppikiran klien bahwa

    selang intravena atau kabel listrik adalah seekor ular, atau salah mengira

    perawat sebagai salah satu anggota keluarga. Halusinasi penglihatan: klien

    “melihat” benda-benda yang tidak ada stimulusnya dalam realitas, seperti

    malaikat atau gambaran yang mengerikan melayang di atas tempat tidur.

    Ketika lebih mampu berpikir jernih, beberapa klien dapat menyadari bahwa

    mengalami mispersepsi sensori. Akan tetapi, klien lainnya benar-benar

    meyakini salah interpretasi mereka sebagai hal yang benar dan tidak dapat

    diyakinkan hal sebaliknya.



    Penilaian dan daya tilik

         Penilaian klien mengalami gangguan. Klien sering tidak dapat

    menyadari situasi yang potensial membahayakan dan tidak dapat bertindak

    demi kepentingan terbaik mereka sendiri. Misalnya klien mungkin mencoba

    mencabut slang intravena atau kateter urine secara berulang-ulang sehingga

    menyebabkan nyeri dan mengganggu terapi yang penting.

         Daya tilik bergantung pada keparahan delirium. Klien yang mengalami

    delirium ringan dapat mengenali bahwa ia bingung, sedang mendapatkan




MAKALAH KEPERAWATAN GERONTIK GANGGUAN PSIKOSIS PADA LANSIA                 44
terapi, dan mungkin akan sembuh. Akan tetapi, klien yang mengalami

    delirium berat dapat tidak memliki daya tilik dalam situasi saat ini.



    Peran dan hubungan

         Klien tidak mungkin menjalankan perannya selama proses delirium.

    Akan tetapi, kebanyakan klien mencapai kembali tingkat fungsi sebelumnya

    dan tidak mengalami maslah yang lama dengan peran atau hubungan akibat

    delirium.



    Konsep diri

          Meskipun delirium tidak memiliki pengaruh langsung pada konsep

    diri, klien sering merasa takut atau merasa terancam. Apabila klien

    menyadari situasi, ia dapat merasa tidak berdaya untuk melakukan sesuatu

    yang dapat mengubah situasi tersebut. Apabila delirium terjadi akibat

    penggunaan alkohol atau obat terlarang atau penggunaan berlebihan obat

    yang diresepkan, klien dapat merasa bersalah, malu, dan terhina atau

    berpikir “saya adalah orang jahat; saya lakukan hal ini pada diri saya

    sendiri.”. hal ini menandakan kemungkinan masalah konsep diri dalam

    jangka panjang.



    Pertimbangan fisiologis dan perawatan diri

         Klien delirium paling sering mengalami gangguan siklus tidur-bangun.

    Hal ini dapat mencakup sulit tidur, mengantuk pada siang hari, agitasi di

    malam hari, atau bahkan pola terjaga siang hari/tidur malam hari yang biasa




MAKALAH KEPERAWATAN GERONTIK GANGGUAN PSIKOSIS PADA LANSIA                  45
menjadi terbalik secara komplet (DSM-IV-TR, 2000). Kadang-kadang klien

    dapat juga gagal untuk menyadari atau mengabaikan isyarat internal tubuh,

    seperti rasa lapar, haus, atau keinginan untuk berkemih atau defekasi.



  II. ANALISA DATA

    Diagnosis keperawatan utama untuk klien yang mengalami delirium adalah:

     1. Risiko cidera

     2. Konfusi akut

    Diagnosis tambahan yang biasanya dipilih berdasarkan pengkajian klien

    adalah :

     1. Perubahan Persepsi Sensori

     2. Perubahan Proses Pikir

     3. Gangguan Pola Tidur

     4. Risiko Kekurangan Volume Cairan

     5. Resiko Perubahan Nutrisi: Kurang Dari Kebutuhan Tubuh.



  III. IDENTIFIKASI HASIL

    Hasil terapi untuk klien yang mengalami delirium dapat mencakup:

     1. Klien akan bebas dari cidera

     2. Klien akan menunjukkan peningkatan orientasi dan kontak realitas.

     3. Klien akan mempertahankan keseimbangan keseimbangan aktivitas dan

       istirahat yang adekuat

     4. Klien akan mempertahankan keseimbangan cairan dan nutrisi yang ade

     5. Klien akan kembali ketingkat fungsi optimal




MAKALAH KEPERAWATAN GERONTIK GANGGUAN PSIKOSIS PADA LANSIA                   46
IV. INTERVENSI

     1. Meningkatkan keamanan klien

        Ajarkan klien untuk meminta bantuan dalam melakukan aktivitas

        (bangun daru tempat tidur, pergi ke kamar mandi).

        Lakukan pengawasan yang ketat untuk menjamin keamanan selama

        aktivitas ini.

        Cepat berespons terhadap panggilan klien untuk meminta bantuan.

     2. Mengatasi kebingungan klien

        Bicara dengan klien dengan sikap yang tenang, suara yang pelan dan

        jelas, menggunakan kalimat yang sederhana.

        Berikan waktu yang cukup bagi klien untuk memahami dan berespons.

        Izinkan klien untuk mengambil keputusan sesuai kemampuannya.

        Berikan isyarat verbal orientasi ketika berbicara dengan klien.

        Gunakan sentuhan supportif jika tepat.

     3. Mengendalikan lingkungan untuk mengurangi kelebihan sensori

        Minimalkan suara berisik di lingkungan (televisi, radio).

        Pantau respons klien terhadap pengunjung; jelaskan kepada keluarga

        dan teman bahwa klien dapat memerlukan kunjungsn yang tenang satu

        per satu.

        Validasi ansietas dan rasa takut klien, tetapi jangan kuatkan mispresepsi

        klien.

     4. Meningkatkan tidur dan nutrisi yang tepat

        Pantau pola eliminasi dan tidur.




MAKALAH KEPERAWATAN GERONTIK GANGGUAN PSIKOSIS PADA LANSIA                    47
Pantau asupan makanan dan cairan; berikan bantuan atau dorongan

        untuk makan dan minum yang cukup.

        Berikan bantuan ke kamar mandi secara periodik apabila klien tidak

        meminta.

        Cegah tidur siang untuk membantu tidur pada malam hari.

        Dorong melakukan olahraga pada siang hari, seperti duduk dikursi,

        berjalan dikoridor, atau aktivitas lain yang dapat klien lakukan.

     5. Memberikan penyuluhan pada klien atau keluarga

        Pantau kondisi kesehatan kronis secara cermat.

        Kunjungi dokter secara teratur.

        Periksa kedokter sebelum menggunakan obat yang tidak diresepkan

        Hindari penggunaan obat penenang dan alkohol

        Pertahankan diet yang bergizi

        Tidur yang cukup



  V. EVALUASI

    Keberhasilan   terapi   penyebab      yang   mendasari   delirium       biasanya

    mengembalikan klien ke tingkat fungsi sebelumnya. Klien dan pemberi

    perawatan atau keluarga perlu memahami oraktik perawatan kesehatan yang

    penting untuk mencegah rekuensi delirium. Hal ini, mencakup pemantauan

    kondisi kesehatan yang kronis, penggunaan obat-obatan yang cermat, atau

    berhenti menggunakan alkohol atau obat lain.




MAKALAH KEPERAWATAN GERONTIK GANGGUAN PSIKOSIS PADA LANSIA                       48
Gambaran kasus klinis : delirium

    Pada suatu sore di bulan agustus yang panas dan lembap, petugas 911

    menerima telepon yang meminta ambulans untuk seorang wanita tua yang

    mengalami kolaps di trotoar daerah pemukiman. Menurut tetangga yang

    berkumpul ditempat kejadian, wanita tua tersebut telah berjalan-jalan di

    sekitar daerah itu sejak pagi-pagi sekali. Tidak ada seorang pun yang

    menganalnya dan beberapa tetangga mencoba mendekatinya untuk

    menawarkan bantuan atau memberikan petunjuk. Wanita tua itu tidak mau

    atau tidak mau menyebutkan nama atau alamatnya; kebanyakan bicaranya

    kacau dan sulit dimengerti. Ia tidak membawa dompet atau identitas apapun.

    Akhirnya ia kolaps dan tampak tidak sadar sehingga mereka menghubungi

    layanan kedaruratan.

    Wanita itu dibawa ke ruang kedaruratan. Ia berkeringat sangat banyak dan

    mengalami demam 103,2°F dan dehidrasi berat. Terapi intravena mulai

    dilakukan untuk mengganti cairan dan elektrolit. Selimut dingin dipakai

    untuk menurunkan suhu tubuhnya dan ia dipantau secara ketat selama

    beberapa jam kemudian. Ketika wanita itu mulai sadar, ia kebingungan dan

    tidak dapat memberikan informasi yang berguna tentang dirinya. Bicaranya

    tetap kacau dan membingungkan. Beberapa kali ia mencoba untuk turun

    dari tempat tidur dan mencabut slang intravenanya sehingga restrein

    digunakan untuk mencegah cedera dan memungkinkan terapi terus

    berlanjut.

    Pada akhir hari kedua dirumah sakit, ia dapat memberikan nama, alamat,

    dan beberapa keadaan sekitar kejadian secara akurat. Ia ingat bahwa ia




MAKALAH KEPERAWATAN GERONTIK GANGGUAN PSIKOSIS PADA LANSIA                 49
sedang berkebun di halaman belakangnya pada siang hari dan merasa sangat

    panas. Ia ingat berpikir bahwa ia harus kembali ke dalam rumah untuk

    mengambil minuman dingin dan beristirahat. Itu merupakan hal terakhir

    yang ia ingat.



    Rencana asuhan keperawatan untuk klien delirium

    Diagnosis keperawatan –          konfusi akut

                             Awitan mendadak sekelompok perubahan global

                             dan sementara serta gangguan dalam perhatian,

                             kognisi, aktivitas psikomotor, tingkat kesadaran,

                             dan/atau siklus tidur/bangun.

    Data pengkajian

        Penilaian yang buruk

        Gangguan kognitif

        Kerusakan memori

        Daya tilik kurang atau terbatas

        Kehilangan kendali diri

        Tidak mampu menyadari bahaya

        Ilusi

        Halusinasi

        Perubahan mood

    Kriteria hasil

    Klien akan :      - bebas dari cedera

                      -   Meningkatkan kontak realitas



MAKALAH KEPERAWATAN GERONTIK GANGGUAN PSIKOSIS PADA LANSIA                 50
-     Mengalami distres yang minimal terkait dengan

                           kebingungan

    Implementasi

    Intervensi keperawatan                        Rasional

    1. Jangan membiarkan klien memikul 1. Keamanan klien merupakan suatu

       tanggung jawab atas keputusan atau           prioritas.     Klien     mungkin        tidak

       tindakan apabila klien berada dalam          mampu membedakan secara akurat,

       keadaan tidak aman.                          tindakan atau situasi yang potensial

                                                    membahayakan.

    2. Apabila       diperlukan        batasan 2. Klien         mempunyai        hak    untuk

       perilakua    atau    tindakan     klien,     mendapatkan           informasi    tentang

       jelaskan batasan, konsekuensi, dan           restriksi      dan       alasan    batasan

       alasannya dengan jelas, dalam batas          diperlukan.

       kemampuan            klien        untuk

       memahaminya.

    3. Libatkan    klien    dalam     membuat 3. Kepatuhan                terhadap      terapi

       rencana     atau    keputusan     sesuai     meningkat apabila klien terlibat

       kemampuannya untuk berpartisipasi.           secara emosional di dalamnya.

    4. Berikan     umpan      balik    faktual 4. Klien harus menyadari perilakunya

       terhadap mispersepsi, waham, atau            sebelum klien dapat mengambil

       halusinasi klien.                            tindakan        untuk       memodifikasi

                                                    perilaku tersebut.

    5. Sampaikan kepada klien dengan 5. Ketika                   diberikan     umpan        balik

       cara yang sesuai fakta bahwa orang           dengan         cara        yang         tidak



MAKALAH KEPERAWATAN GERONTIK GANGGUAN PSIKOSIS PADA LANSIA                             51
lain tidak terlibat dalam interpretasi      mengahkimi, klien dapat meras

       klien.                                      perasaannya tervalidasi, sementara

                                                   menyadari bahwa orang lain tidak

                                                   berespons terhadap stimulus yang

                                                   sama dengan cara yang sama.

    6. Kaji klien setiap hari atau lebih 6. Klien yang mengalami masalah

       sering apabila diperlukan untuk             organik        cenderung        sering

       mengetahui tingkat fungsinya.               mengalami fluktuasi kemampuan.

    7. Izinkan    klien      untuk   mengambil 7. Pengambilan                  keputusan

       keputusan sesuai kemampuannya.              meningkatkan               partisipasi,

                                                   kemandirian, dan harga diri klien.

    8. Bantu      klien      untuk   menyusun 8. Aktivitas yang rutin atau yang

       kegiatan      rutin      harian    yang     menjadi bagian kebiasaan klien

       mencakup hygiene, aktivitas dan             tidak membutuhkan keputusan yang

       sebagainya.                                 terus     menerus   tentang    apakah

                                                   melakukan tugas tertentu atau tidak.




2.4 PERILAKU KEKERASAN

  A. Pengertian

          Agression is harsh physical or verbal action that reflect rage, hostility,

    and potential for physical or verbal destructiveness (Varcarolis,2006:490).

    Agresi adalah sikap atau perilaku kasar atau kata-kata yang menggambarkan




MAKALAH KEPERAWATAN GERONTIK GANGGUAN PSIKOSIS PADA LANSIA                       52
perilaku amuk, permusuhan, dan potensi untuk merusak secara fisik atau

    dengan kata- kata.

         Perilaku kekerasan merupakan respon terhadap stressor yang dihadapi

    oleh seseorang, yang di tunjukkan dengan perilaku actual melakukan

    kekerasan, baik pada diri sendiri, orang lai maupun lingkungan, secara

    verbal maupun nonverbal, bertujuan untuk melukai orang lainsecara fisik

    maupun psikologis. (Berkowitz, 2000).

         Penganiayaan lansia adalah perilaku semena- mena terhadap lansia

    anggota keluarga atau orang-orang yang merawat mereka. Penganiayaan

    tersebut mencakup penganiayaan fisik dan seksual, penganiayaan psikologis,

    pengabaian diri, pengabaian, eksploitasi financial, menolak terapi medis

    yang adekuat.

         Individu yang menganiaya lansia hampi selalu merupakan orang yang

    merawat lansia tersebut, atau lansia bergantung pada mereka dalam beberapa

    hal. Kebanyakan kasus penganiayaan lansia terjadi ketika salah satu lansia

    merawat pasangannya. Tipe penganiayaan pasangan ini biasanya terjadi

    selama bertahun- tahun setelah disabilitas membuat pasagannya yang

    dianiaya tidak mampu merawat dirinya sendiri. Apabila penganiaya adalah

    anak yang sudah dewasa, anak lelaki memiliki kemungkinan dua kali lebih

    besar sebagai pelaku dari pada anak perempuan



  B. Gambaran Klinis

         Korban dapat mengalami fraktur atau memar, tidak memiliki kacamata

    atau alat bantu dengar yang mereka butuhkan, tidak medapatkan makanan,




MAKALAH KEPERAWATAN GERONTIK GANGGUAN PSIKOSIS PADA LANSIA                 53
cairan, atau obat-obatan, atau mungkin di restrein dikursi atau tempat tidur.

    Penganiaya    dapat      menggunakan    sumber   financial   korban    untuk

    kesenangannya sendiri, sementara lansia tidak dapat membeli makanan dan

    obat- obatan. Perawatan medis itu sendiri tidak diberikan pada lansia yang

    menderita penyakit akut atau kronis. Pengabaian diri adalah kegagalan

    lansia untuk memenuhi kebutuhannya sendiri.



  C. Proses Terjadinya Perilaku Kekerasan

    1. Faktor Predisposisi

     a. Teori Biologik

        1) Neurologik factor, beragam kompnen dari sistem syaraf seperti

           synap, neurotransmitter, dendrite, axon terminalis, mempunyai peran

           terminalis yang mempunyai peran memfasilitasi atau menghambat

           rangsangan dari pesan – pesan yang akan mempengaruhi sifat

           agresif. Sistem limbic sangat terlibat dalam menstimulasi timbulnya

           perilaku bermusuhan dan respon agresif.

        2) Genetic factor, adanya factor gen yan diturunkan melalui orang tua,

           menjadi potensi perilaku agresif . menurut riset Kazuo Murakami

           (2007) dalam gen manusia terdapat dormant (potensi) agresif yang

           sedang tidur dan akan bangun jika terstimulasi olehh factor

           eksternal.

        3) Cyrcardian Rhytm (irama sikardian tubuh),memegang peranan pada

           individu. Menurut penelitian pada jam-jam tertentu manusia

           mengalami peningkatan cortisol treutama pada jam-jam sibuk seperti




MAKALAH KEPERAWATAN GERONTIK GANGGUAN PSIKOSIS PADA LANSIA                    54
menjelang masuk kerja dan menjelang berakhirnya pekerjaan sekitar

           jam 9 dan jam !3. pada jam tertentu orang lebih mudah terstimulasi

           untuk bersifat agresif.

       4) Biochemistry factor (Faktor biokimia tubuh )seperti neurotransmitter

           di otak (epineprin, norepineprine, dopamine, asetilkolin, dan

           serotonin) sangat berperan dalam penyampaian informasi melalui

           sistem persyarafan daam tubuh, adanya stimulasi dari luar tubuh

           yang dianggap mengancam atau membahayakan dihantar mellui

           neurotransmitter ke otak dan meresponnya melalui sebuah efferent.

           Peningkatan hormone androgen dan oreepineprine serta penurunan

           serotonin dan GABA pada cairan cerebrospinal vertebra dapat

           menjadi factor predisposisi terjadinya perilaku agresif.

       5) Brain area disorder, gangguan pada sistem limbic dan lobus

           temporal, sindrom otak organik, tumor otak, trauma otak, penyakit

           ensefalitis, epilepsy ditemikan sangat berpengaruh terhadap perilaku

           agresif dan tindak kekerasan.



     b. Teori psikologik

       1) Teori psikoanalisa

           Agresivitas dan kekerasan dapat dipengaruhi oleh riwayat tumbuh

           kembang seseorang (life span history).teoriini menjelaskan bawa

           adanya ketidakpuasan fase oral antara usia 0-2 tahun dimana anak

           tidak dapat mendapat kasih saying dan pemenuhan kebutuhan air

           susu yang cukup cenderung mengembangkan sikap agresif dan




MAKALAH KEPERAWATAN GERONTIK GANGGUAN PSIKOSIS PADA LANSIA                  55
bermusuhan         setelah     dewasa     sebagai      kompensasi     adanya

           ketidakpercayaan adanya lingkungannya. Tidak terpenuhinya rasa

           nyaman dapat mengakibatkan tidak berkembangnya ego dan

           membuat konsep diriyang rendah.

       2) Imitation, modeling, and information processing theory

           Menurut teori ini perilaku kekerasan bisa berkembang dalam

           lingkungan yang menolerir kekerasan. Adanya contoh, model dan

           perilaku    yang      ditiru    dari    media   atau     lingkungan    skitar

           memungkinkan individu meniru perilaku tersebut

       3) Learning theory

           Perilaku kekerasan merupakan hasil belajar individu terhadap

           lingkungan terdekatnya. Ia mengamati bagaimana respon seseorang

           saat menerima kekecewaan dan mengamati bagaimana orang marah.



     c. Teori sosiokultural

              Dalam buaya tertentu seperti rebutan berkah, rebutan uang receh,

        sesaji atau kototan kerbau di keratin, serta ritual-ritualyang cenderung

        mengarah pada kemusrikan secara tidak langsung turut memupuksikap

        agresif dan ingin menang sendiri.kontrol masyarakat yang rendah dan

        kecenderungan menerima perilaku kekerasan sebagai cara penyelesaian

        masalah dalam masyarakat merupakan factor predisposisi terjadinnya

        perilaku kekerasan.




MAKALAH KEPERAWATAN GERONTIK GANGGUAN PSIKOSIS PADA LANSIA                           56
d. Aspek religlusitas

              Dalam tujuan religlusitas, kemarahan dan agresivitas merupakan

       dorongan dan bisikan system yang sangat menyukai kerusakan agar

       manusia menyesal (devil support), semua bentuk kekerasan adalah

       bisikan setan melalui pembuluh darah ke jantung, otak, dan organ vital

       manusia lain yang dituruti manusia sebagai bentuk kompensasi bahwa

       kebutuhan dirinya terancam dan harus dipenuhi tanpa meibatkan akal.



    2. Faktor Presipitasi

      Factor-faktor pencetus perilaku kekerasa sering berkaitan dengan :

      a. Ekspresi diri, ingin menunjukan eksistensi diri ataisinbol solidaritas

         seperti dalam sebuah konser, penonton, sepak bola, genk sekoah,

         perkelahian missal, dsb

      b. Ekspresi dari tidak terpenuhinya kebutuhan dasar dan kondisi social

         ekonomi.

      c. Kesuitan dalam mengkomunikasikan sesuatu dalam keluarga serta

         tidak membiasakan dialog untuk memecahkan masalah cenderung

         melakukan kekerasan dalam menyelesaikan konflik.

      d. Ketidaksiapan ibu dalam merawat anaknya dan ketidakmampuan

         menempatkan dirinya sebagai serang yang dewasa.

      e. Adanya riwayat perilaku anti social meliputi penyalahgunaan obat dan

         alkoholisme dan tidak mampu menontrol emosi saat menghadapi

         frusta.




MAKALAH KEPERAWATAN GERONTIK GANGGUAN PSIKOSIS PADA LANSIA                   57
f. Kematian anggota keluarga yang terpenting, kehilangan pekerjaan,

         perunahan tahap perkembangan, atau perubahan tahap perkembangan

         keluarga.



  D. Rentang Respon Marah

         Perilaku kekerasan merupakan suatu rentang emosi dan ungkapan

     marah yang dimanifestasikan dalam bentuk komunikasi dan proses

     penyampaian pesan dari individu. Orang yang mengalami kemarahan

     sebenarnya ingin menyampaikan pesan bahwa ia “tidak setuju, tersinggung,

     merasa tidak diangap, merasa tidak diturut atau diremehkan.” Rentang

     respon marah individu dimulai dari respon normal (asertif) sampai pada

     respon yang sangat tidak normal (maladaptif).



     Respon Adaptif                                    Respon Maladaptif



    Asertif           Frustasi      Pasif            Agresif            Kekerasan

    Klien     mampu klien gagal klien        merasa Klien               perasaan

    mengungkapka      mencapai      tidak      dapat mengekspresika     marah dan

    n marah tanpa tujuan            mengungkapka     n secara fisik, bermusuha

    menyalahkan       kepuasan / n       perasaanya, tapi         masih n        yang

    orang lain dan saat marah tidak         berdaya terkontrol,         sangat kuat

    memberikan        dan     tidak dan menyerah     mendorong          dan hilang

    kelegaan          dapat                          orang         lain control,

                      menemuka                       dengan ancaman     disertai




MAKALAH KEPERAWATAN GERONTIK GANGGUAN PSIKOSIS PADA LANSIA                  58
n alternatif                                              amuk,

                                                                                  merusak

                                                                                  lingkungan.




  E. Pengkajian Perilaku Asertif, Pasif, dan Agresif

          Perawat perlu memahami dan membedakan berbagai prilaku yang

    ditampilkan klien. Hali ini dapat dianalisa dari perbandingan berikut :

     Asertif           Pasif                  Asertif                Agresif

     Isi pembicaraan   Negatif,               Positif                Menyombongkan

                       merendahkan            menawarkan diri , diri, merendahkan

                       diri, Misalnya :       misalnya :             orang            lain

                       “Biasakah       saya “    Saya       mampu, misalnya :

                       melakukan        hal saya        bisa,   anda “Kamu pasti tidak

                       itu?                   boleh, anda dapat”     bisa, kamu selalu

                       Bisakah         anda                          melanggar,     kamu

                       melakukannya ?                                tidak         pernah

                                                                     menurut,       kamu

                                                                     tidak akan bisa”

     Tekanan suara     Lambat,                sedang                 Keras ngotot

                       mengeluh

     Posisi Badan      Menundukkan            Tegap dan santai       Kaku,      condong

                       kepala                                        kedepan




MAKALAH KEPERAWATAN GERONTIK GANGGUAN PSIKOSIS PADA LANSIA                          59
Jarak            Menjaga        jarak Mempertahankan     Siap dengan jarak

                      dengan         sikap jarakyang nyaman   akan    menyerang

                      mengabaikan                             orang lain

     Penampilan       Loyo,          tidak Sikap tenang       Mengancam,

                      dapat tenang                            posisi menyerang

     Kontak mata      Sedikit/       sama Mempertahankan      Mata melotot dan

                      sekali tidak         kontak mata sesuai dipertahankan.

                                           dengan hubungan




  F. Pengkajian Mekanisme Koping Klien

         Perawat perlu mengidentifikasikan mekanisme koping klien, sehingga

    dapat membantu klien untuk mengembangkan mekanisme koping yang

    konstruktif dalam mengekspresikan marahnya. Mekanisme koping yang

    umu digunakan adalah mekaisme pertahanan ego seperti displacement(dapat

    mengungkapkan kemarahan pada objrlyang salah, misalnya pada saat marah

    pada dosen, mahasiswa mengungkapkan kemarahan dengan memukul

    tembok. Proyeksi yaitu kemarahan dimana secara verbal mengalihkan

    kesalahan diri sendiripada orang lain yang dianggap berkaitan. Mekanisme

    koping lainnya adalah represi, dimana individu merasa seolah-olah tidak

    marah dan tidak kesal, ia tidak mencoba menyampaikannya kepada orang

    terdekat atau ekspress feeling, sehingga rasa marahnya tidak terungkap dan

    ditekan sampai ia melupakannya.




MAKALAH KEPERAWATAN GERONTIK GANGGUAN PSIKOSIS PADA LANSIA                 60
Perilaku   kekerasan    biasanya   diawali   dengan   situasi   berduka

    berkepanjangan dari seseorang karena ditinggal oleh seseorang yang

    dianggap sangat berpengaruh dalam hidupnya. Bila kondisi tersebut tidak

    berakhir dapat menyebabkan perasan harga diri rendah sehingga sulit untuk

    bergaul dengan orang lain.



  G. Diagnosa Keperawatan

    1. Perilaku Kekerasan

    2. Resiko Mencderai Diri Sendiri, orang lain dan lingkungan

    3. Perubahan Persepsi Sensori : halusinansi

    4. Harga Diri Rendah Kronis

    5. Isolasi Sosial

    6. Berduka Disfungsional

    7. Inefektif proses terapi

    8. Koping keluarga inefektif



  H. Tanda dan Gejala

    Perawat dapat mengidentifikasi dan mengobservasi tanda da gejala perilaku

    kekerasan :

    1. Fisik

      a. Muka merah dan tegang

      b. Mata melotot/pandangan tajam

      c. Tangan mengepal

      d. Rahang mengatup




MAKALAH KEPERAWATAN GERONTIK GANGGUAN PSIKOSIS PADA LANSIA                   61
e. Wajah memerah dan tegang

     f. Postur tubuh kaku

     g. Pandangan tajam

     h. Mengatupkan rahang dengan kuat

     i. Mengepalkan tangan

     j. Jalan mondar-mandir

    2. Verbal

     a. Bicara kasar

     b. Suara tinggi, membentak atau berteriak

     c. Mengancam verbal atau fisik

     d. Mengumpat dengan kata-kata kotor

     e. Suara keras

     f. Ketus

    3. Perilaku

     a. Melempar atau memukul benda/orang lain

     b. Menyerang orang lain

     c. Merusak lingkungan

     d. Amuk/agresif

    4. Emosi

     Tidakadekuat, tidak nyaman, rasa terganggu, dendam dan jengkel, tidak

     berdaya, bermusuhan,. Mengamuk, ingin berkelahi, menyalahkan an

     meuntut.

    5. Intelektual

     Mendominasi, cerewet. Kasar, berdebat, meremehkan, sarkasme




MAKALAH KEPERAWATAN GERONTIK GANGGUAN PSIKOSIS PADA LANSIA             62
6.Spiritual

      Merasa diri berkuasa, merasa diri benar, Mengkritik pendapat orang lain,

      menyinggung perasaan orang lain, tidak peduli dan kasar.

    7.Social

      Menarik diri, pengasigan, penolakan, kekerasan, ejekan, sindiran.

    8.Perhatian

      Bolos, mencuri, melarikan diri, penyimpangan seksual.



  I. Tindakan Keperawatan

  1. Bina hubungan saling percaya

      Dalam memebina hubungan saling percaya perlu dipertimbangkan agar

      klien merasa aman dan nyaman saat berinteraksi dengan perawat:

      a. Mengcapkan salam terapeutik

      b. Berjabat tangan

      c. Menjelaskan tujuan interaksi

      d. Membuat kontrak topic, waktu dan tempat setiap kali bertemu dengan

         klien.

  2. Diskusikan bersama klien mengenai penyebab perilaku kekerasan saat ini

      dan yang lalu.

  3. Diskusikan perasaan klien jikaterjadi penyebab perilaku kekerasan:

      a. Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara fisik

      b. Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara social

      c. Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara intelektual

      d. Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara spiritual.




MAKALAH KEPERAWATAN GERONTIK GANGGUAN PSIKOSIS PADA LANSIA                   63
4. Diskusikan bersama klien yag biasa dilakukan pada saat marah secara

      verbal terhadap orang lain, terhadap diri sendiri, terhadap lingkungan.

  5. Diskusikan dengan klien akibat perilakunya.

  6. Diskusikan bersama klien cara mengontrol perilaku kekerasa secara fisik :

      distraksi melalui pekerjaan seperti membersihkan lantai, membuat batako,

      olah raga, dan sebagainya.

  7. Diskusikan bersama klien cara mengontrol perilaku kekerasan secara

      asertif.

  8. Diskuskan bersama klien cara mengontrol perilaku kekerasan secara

      spiritual: sholat/berdoa sesuai keyakian pasien



2.5 DEPRESI PADA LANSIA

  A. Pengertian Depresi

            Depresi merupakan satu masa terganggunya fungsi manusia yang

    berkaitan dengan alam perasaan yag sedih dan gejala penyertanya, termasuk

    perubahan pada pola tidur dan nafsu makan, psikomotor, konsentrasi,

    kelelahan, rasa putus asa dan tak berdaya, serta gagasan bunuh diri (Kaplan

    dan Sadock, 1998). Depresi adalah suatu perasaan sedih dan pesimis yang

    berhubungan dengan suatu penderitaan. Dapat berubah serangan yang

    ditujukan pada diri sendiri atau perasaan marah yang dalam (Nugroho,

    2000). Menurut Hudak & Gallo (1996), gangguan depresi merupakan

    keluhan umum pada lanjut usia dan merupakan penyebab tindakan bunuh

    diri.




MAKALAH KEPERAWATAN GERONTIK GANGGUAN PSIKOSIS PADA LANSIA                      64
Depresi adalah gangguan alam perasaan yang ditandai oleh kesedihan,

    harga diri rendah, rasa bersalah, putus asa, perasaan kosong (Keliat,1996).

    Sedangkan menurut Hawari (1996), depresi adalah bentuk gangguan bentuk

    gangguan kejiwaan pada alam perasaan (mood), yang ditandai kemurungan,

    kelesuan, ketidakgairahan hidup, perasaan tidak berguna dan putus asa.



  B. Tanda dan Gejala Depresi pada Lansia

    Samiun (2006) menggambarkan gejala-gejala depresi pada lansia:

    a. Kognitif

          Sekurang-kurangnya ada 6 proses kognitif pada lansia yang

      menunjukkan gejala depresi. Pertama, Individu yang mengalami depresi

      memiliki self-esteem yang sangat rendah. Mereka berfikir tidak adekuat,

      tidak mampu, merasa dirinya tidak berarti, merasa rendah diri dan merasa

      bersalah terhadap kegagalan yang dialami. Kedua, Lansia selalu pesimis

      dalam menghadapi masalah dan segala sesuatu yang dijalaninya menjdi

      buruk dan kepercayaan terhadap dirinya yang tidak adekuat. Ketiga,

      Memiliki motivasi yang kurang dalam mejalani hidupnya, selalu meminta

      bantuan dan melihat semuanya gagal dan sia-sia sehingga merasa tidak

      ada gunanya berusaha. Keempat, Membesar-besarkan masalah dan selalu

      pesimistik menghadapi masalah. Kelima, Proses berpikirnya menjadi

      lambat, performance intelektualnya berkurang. Keenam, Generalisasi dari

      gejala depresi, harga diri rendah, pesimisme dan kurangnya motivasi




MAKALAH KEPERAWATAN GERONTIK GANGGUAN PSIKOSIS PADA LANSIA                   65
b. Afektif

         Lansia yang mengalami depresi merasa tertekan, murung, sedih, putus

      asa, kehilangan semangat dan muram. Sering merasa terisolasi, ditolak

      dan tidak dicintai.

    c. Somatik

         Masalah somatik yang sering dialami lansia yang mengalami depresi

      seperti pola tidur yang terganggu (insomnia), gangguan pola makan dan

      dorongan seksual berkurang. lansia lebih rentan terhadap penyakit karena

      sistem kekebalan tubuhnya melemah, selain karena aging process juga

      karena orang yang mengalami depresi menghasilkan sel darah putih yang

      kurang (Schleifer et all, 1984; Samiun, 2006)

    d. Psikomotor

         Gejala psikomotor pada lansia depresi yang dominan adalah retardasi

      motor. Sering duduk dengan terkulai dan tatapan kosong tanpa ekspresi,

      berbicara sedikit dengan kalimat datar dan sering menghentikan

      pembicaraan karena tidak memilki tenaga atau minat yang cukup untuk

      menyelesaikan kalimat itu.

         Dalam pengkajian depresi pada lansia menurut Sadavoy et all (2004)

      gejala-gejala Depresi dirangkum dalam SIGECAPS yaitu gangguan pola

      tidur (sleep) pada lansia yang dapat berubah keluhan sukar tidur, mimpi

      buruk dan bangun dini dan tidak bisa tidur lagi, penurunan minat dan

      aktivitas (interest), rasa bersalah dan menyalahkan diri (guilty), merasa

      cepat lelah dan tidak mempunyai tenaga (energy), penurunan konsentrasi

      dan proses pikir (concentration), nafsu makan menurun (appetite),




MAKALAH KEPERAWATAN GERONTIK GANGGUAN PSIKOSIS PADA LANSIA                  66
gerakan lambat dan sering duduk terkulai (psychomotor) dan penelantaran

      diri serta ide bunuh diri (suicidaly).

      Sedangkan menurut Kelliat (1996) perilaku yang berhubungan dengan

  depresi meliputi beberapa aspek seperti :

  a. Afektif

     Kemarahan,      ansietas,    apatis,   kekesalan,   penyangkalan    perasaan,

     kemurungan, rasa bersalah, ketidakdayaan, kepetusasaan, kesepian, harga

     diri rendah, kesedihan.

  b. Fisiologik

     Nyeri abdomen, anoreksia, sakit punggung, konstipasi, pusing, keletihan,

     gangguan       pencernaan,       insomnia,     perubahan    haid,     makan

     berlebihan/kurang, gangguan tidur, dan perubahan berat badan.

  c. Kognitif

     Ambivalensi, kebingungan, ketidakmampuan berkonsentrasi, kehilangan

     minat dan motivasi, menyalahkan diri sendiri, mencela diri, pikiran yang

     deskrutif tentang diri sendiri, pesimis, ketidakpastian.

  d. Perilaku

     Agresif, agitasi, alkoholisme, perubahan tingkat aktivitas, kecanduan obat,

     intoleransi, mudah tersinggung, kurang spontalitas, sangat tergantung,

     kebersihan diri yang kurang, isolasi sosial, mudah menangis, dan menarik

     diri.




MAKALAH KEPERAWATAN GERONTIK GANGGUAN PSIKOSIS PADA LANSIA                     67
Menurut PPDGJ – III (Maslim, 1997), tingkatan depresi ada 3 berdasarkan

  gejala – gejala yaitu :

  1) Depresi Ringan

      Gejala:

      a. Kehilangan minat dan kegembiraan

      b. Berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan mudah lelah

         (rasa lelah yang nyata sesudah kerja sedikit saja) dan menurunya

         aktivitas

      c. Konsentrasi dan perhatian yang kurang

      d. Harga diri dan kepercayaan diri yang kurang

      e. Lamanya gejala tersebut berlangsung sekurang – kurangnya 2 minggu

      f. Hanya sedikit kesulitan dalam pekerjaan dan kegiatan sosial yang biasa

         dilakukanya

  2) Depresi Sedang

      Gejala:

      a. Kehilangan minat dan kegembiraan

      b. Berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan mudah lelah

         (rasa lelah yang nyata sesudah kerja sedikit saja) dan menurunya

         aktivitas

      c. Konsentrasi dan perhatian yang kurang

      d. Harga diri dan kepercayaan diri yang kurang

      e. Gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna

      f. Pandangan masa depan yang suram dan pesimitis

      g. Lamanya gejala tersebut berlangsung sekurang – kurangnya 2 minggu




MAKALAH KEPERAWATAN GERONTIK GANGGUAN PSIKOSIS PADA LANSIA                  68
h. Mengadaptasi kesulitan untuk meneruskan kegiatan sosial pekerjaan

        dan urusan tumah tangga

  3) Depresi Berat

      Gejala:

      a. Mood depresif

      b. Kehilangan minat dan kegembiraan

      c. Berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan mudah lelah

        (rasa lelah yg nyata sesudah kerja sedikit saja) dan menurunya aktivitas

      d. Konsentrasi dan perhatian yang kurang

      e. Gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna

      f. Pandangan masa depan yang suram dan pesimitis

      g. Perbuatan yang membahayakan dirinya sendiri atau bunuh diri

      h. Tidur tenganggu disertai waham, halusinasi

      i. Lamanya gejala tersebut berlangsung selama 2 minggu



  C. Penyebab Depresi pada Lanjut Usia

    Menurut Stuart dan Sundeen (1998), faktor penyebab depresi adalah :

     a. Faktor predisposisi :

       1. Faktor genetik, dianggap mempengaruhi gangguan transmisi gangguan

         afektif melalui riwayat keluarga dan keturunan.

       2. Teori agresi menyerang kedalam, menunjukkan bahwa depresi terjadi

         karena perasaan marah yang ditunjukkan kepada diri sendiri.

       3. Teori kehilangan obyek, menunjukkan kepada perpisahan traumatika

         individu dengan benda atau yang sangat berarti.




MAKALAH KEPERAWATAN GERONTIK GANGGUAN PSIKOSIS PADA LANSIA                    69
Stresor Psikologik Lansia
Stresor Psikologik Lansia
Stresor Psikologik Lansia
Stresor Psikologik Lansia
Stresor Psikologik Lansia
Stresor Psikologik Lansia
Stresor Psikologik Lansia
Stresor Psikologik Lansia
Stresor Psikologik Lansia
Stresor Psikologik Lansia
Stresor Psikologik Lansia
Stresor Psikologik Lansia
Stresor Psikologik Lansia
Stresor Psikologik Lansia
Stresor Psikologik Lansia
Stresor Psikologik Lansia
Stresor Psikologik Lansia
Stresor Psikologik Lansia
Stresor Psikologik Lansia
Stresor Psikologik Lansia
Stresor Psikologik Lansia
Stresor Psikologik Lansia
Stresor Psikologik Lansia
Stresor Psikologik Lansia
Stresor Psikologik Lansia
Stresor Psikologik Lansia
Stresor Psikologik Lansia
Stresor Psikologik Lansia
Stresor Psikologik Lansia
Stresor Psikologik Lansia
Stresor Psikologik Lansia
Stresor Psikologik Lansia
Stresor Psikologik Lansia
Stresor Psikologik Lansia
Stresor Psikologik Lansia
Stresor Psikologik Lansia
Stresor Psikologik Lansia
Stresor Psikologik Lansia
Stresor Psikologik Lansia
Stresor Psikologik Lansia
Stresor Psikologik Lansia

Más contenido relacionado

La actualidad más candente

definisi,jenis,dan manifestasi skizofrenia
definisi,jenis,dan manifestasi skizofreniadefinisi,jenis,dan manifestasi skizofrenia
definisi,jenis,dan manifestasi skizofrenia
renny anggraini
 

La actualidad más candente (17)

Askep alzaimer (4)
Askep alzaimer (4)Askep alzaimer (4)
Askep alzaimer (4)
 
Kel. 7 askep demensia AKPER PEMKAB MUNA
Kel. 7 askep demensia  AKPER PEMKAB MUNA Kel. 7 askep demensia  AKPER PEMKAB MUNA
Kel. 7 askep demensia AKPER PEMKAB MUNA
 
Alzheimer
AlzheimerAlzheimer
Alzheimer
 
Askep alzheimer AKPER PEMDA MUNA
Askep alzheimer AKPER PEMDA MUNA Askep alzheimer AKPER PEMDA MUNA
Askep alzheimer AKPER PEMDA MUNA
 
239722178 ho
239722178 ho239722178 ho
239722178 ho
 
Kp 3.1.41 gangguan mental organik
Kp 3.1.41 gangguan mental organikKp 3.1.41 gangguan mental organik
Kp 3.1.41 gangguan mental organik
 
Gangguan mental organik
Gangguan mental organikGangguan mental organik
Gangguan mental organik
 
Kel. 8 askep demensia AKPER PEMKAB MUNA
Kel. 8 askep demensia  AKPER PEMKAB MUNA Kel. 8 askep demensia  AKPER PEMKAB MUNA
Kel. 8 askep demensia AKPER PEMKAB MUNA
 
Psikologi Klinis_Skizofrenia
Psikologi Klinis_SkizofreniaPsikologi Klinis_Skizofrenia
Psikologi Klinis_Skizofrenia
 
Dementia alzheimer by dr Banon Suko, SpS
Dementia alzheimer by dr Banon Suko, SpSDementia alzheimer by dr Banon Suko, SpS
Dementia alzheimer by dr Banon Suko, SpS
 
SCHIZOPHRENIA/SKIZOPRENIA
SCHIZOPHRENIA/SKIZOPRENIASCHIZOPHRENIA/SKIZOPRENIA
SCHIZOPHRENIA/SKIZOPRENIA
 
Definisi dan Jenis Skizofrenia
Definisi dan Jenis SkizofreniaDefinisi dan Jenis Skizofrenia
Definisi dan Jenis Skizofrenia
 
definisi,jenis,dan manifestasi skizofrenia
definisi,jenis,dan manifestasi skizofreniadefinisi,jenis,dan manifestasi skizofrenia
definisi,jenis,dan manifestasi skizofrenia
 
skizofrenia
skizofreniaskizofrenia
skizofrenia
 
Membongkar 13 mitos tentang skizofrenia
Membongkar 13 mitos tentang skizofreniaMembongkar 13 mitos tentang skizofrenia
Membongkar 13 mitos tentang skizofrenia
 
Penyebab Skizofrenia, Cara Kerja Obat, dan Penanganannya di Puskesmas
Penyebab Skizofrenia, Cara Kerja Obat, dan Penanganannya di PuskesmasPenyebab Skizofrenia, Cara Kerja Obat, dan Penanganannya di Puskesmas
Penyebab Skizofrenia, Cara Kerja Obat, dan Penanganannya di Puskesmas
 
Skizofrenia
Skizofrenia Skizofrenia
Skizofrenia
 

Destacado (14)

Modul 2 kb 1 pengkajian perawatan lansia
Modul 2 kb 1 pengkajian perawatan lansiaModul 2 kb 1 pengkajian perawatan lansia
Modul 2 kb 1 pengkajian perawatan lansia
 
Pathwaysefusipleura
PathwaysefusipleuraPathwaysefusipleura
Pathwaysefusipleura
 
Askep gerontik rini print
Askep gerontik rini printAskep gerontik rini print
Askep gerontik rini print
 
100681759 skripsi-keperawatan
100681759 skripsi-keperawatan100681759 skripsi-keperawatan
100681759 skripsi-keperawatan
 
Askep menjelang kematian
Askep menjelang kematianAskep menjelang kematian
Askep menjelang kematian
 
Asuhan Keperawatan Gerontik
Asuhan Keperawatan GerontikAsuhan Keperawatan Gerontik
Asuhan Keperawatan Gerontik
 
Konsep keperawatan kesehatan lanjut usia
Konsep keperawatan kesehatan lanjut usiaKonsep keperawatan kesehatan lanjut usia
Konsep keperawatan kesehatan lanjut usia
 
Konsep dasar keperawatan gerontik
Konsep dasar keperawatan gerontikKonsep dasar keperawatan gerontik
Konsep dasar keperawatan gerontik
 
Keperawatan gerontik
Keperawatan gerontikKeperawatan gerontik
Keperawatan gerontik
 
Asuhan keperawatan komunitas kelompok khusus lansia
Asuhan keperawatan komunitas kelompok khusus lansiaAsuhan keperawatan komunitas kelompok khusus lansia
Asuhan keperawatan komunitas kelompok khusus lansia
 
Homecare lansia
Homecare lansiaHomecare lansia
Homecare lansia
 
54098757 asuhan-keperawatan-lansia
54098757 asuhan-keperawatan-lansia54098757 asuhan-keperawatan-lansia
54098757 asuhan-keperawatan-lansia
 
Makalah kelainan metabolisme
Makalah kelainan metabolismeMakalah kelainan metabolisme
Makalah kelainan metabolisme
 
Latihan soal uji kompetensi perawat
Latihan soal uji kompetensi perawatLatihan soal uji kompetensi perawat
Latihan soal uji kompetensi perawat
 

Similar a Stresor Psikologik Lansia

Similar a Stresor Psikologik Lansia (20)

Makalah depresi
Makalah depresiMakalah depresi
Makalah depresi
 
Makalah depresi
Makalah depresiMakalah depresi
Makalah depresi
 
Makalah depresi (2)
Makalah depresi (2)Makalah depresi (2)
Makalah depresi (2)
 
Makalah depresi (5)
Makalah depresi (5)Makalah depresi (5)
Makalah depresi (5)
 
Informasi gangguan jiwa
Informasi gangguan jiwaInformasi gangguan jiwa
Informasi gangguan jiwa
 
Psikososial kom
Psikososial komPsikososial kom
Psikososial kom
 
Aplikasi MODEL ADAPTASI ROY
Aplikasi MODEL ADAPTASI ROYAplikasi MODEL ADAPTASI ROY
Aplikasi MODEL ADAPTASI ROY
 
Makalah depresi (4)
Makalah depresi (4)Makalah depresi (4)
Makalah depresi (4)
 
Makalah depresi (6)
Makalah depresi (6)Makalah depresi (6)
Makalah depresi (6)
 
Makalah depresi (3)
Makalah depresi (3)Makalah depresi (3)
Makalah depresi (3)
 
Cytokines and depression translate (2)
Cytokines and depression translate (2)Cytokines and depression translate (2)
Cytokines and depression translate (2)
 
Makalah sik odgj
Makalah sik odgjMakalah sik odgj
Makalah sik odgj
 
Makalah sik odgj
Makalah sik odgjMakalah sik odgj
Makalah sik odgj
 
Makalah ega
Makalah egaMakalah ega
Makalah ega
 
Makalah sik odgj dikonversi
Makalah sik odgj dikonversiMakalah sik odgj dikonversi
Makalah sik odgj dikonversi
 
Penyajian Data SIK
Penyajian Data SIKPenyajian Data SIK
Penyajian Data SIK
 
Makalah sik odgj dikonversi
Makalah sik odgj dikonversiMakalah sik odgj dikonversi
Makalah sik odgj dikonversi
 
Makalah sik odgj dikonversi
Makalah sik odgj dikonversiMakalah sik odgj dikonversi
Makalah sik odgj dikonversi
 
Makalah sik odgj
Makalah sik odgjMakalah sik odgj
Makalah sik odgj
 
Makalah SIK
Makalah SIKMakalah SIK
Makalah SIK
 

Más de Rahma Setya (6)

Post Power Syndrom
Post Power SyndromPost Power Syndrom
Post Power Syndrom
 
Ageing proses
Ageing prosesAgeing proses
Ageing proses
 
Gouth Athritis (Asam Urat)
Gouth Athritis (Asam Urat)Gouth Athritis (Asam Urat)
Gouth Athritis (Asam Urat)
 
Meningitis
Meningitis Meningitis
Meningitis
 
Kekurangan cairan
Kekurangan cairanKekurangan cairan
Kekurangan cairan
 
Pendidikan Kesehatan Masyarakat
Pendidikan Kesehatan MasyarakatPendidikan Kesehatan Masyarakat
Pendidikan Kesehatan Masyarakat
 

Último

Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
pipinafindraputri1
 
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptxBAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
JuliBriana2
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
ssuser35630b
 

Último (20)

Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat UI 2024
Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat  UI 2024Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat  UI 2024
Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat UI 2024
 
algoritma dan pemrograman komputer, tugas kelas 10
algoritma dan pemrograman komputer, tugas kelas 10algoritma dan pemrograman komputer, tugas kelas 10
algoritma dan pemrograman komputer, tugas kelas 10
 
MODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
 
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxPendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
 
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
 
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKAKELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
 
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
 
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptxBAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
 
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdfAksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
 
Kanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdf
Kanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdfKanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdf
Kanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdf
 
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxPEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
 
Stoikiometri kelas 10 kurikulum Merdeka.ppt
Stoikiometri kelas 10 kurikulum Merdeka.pptStoikiometri kelas 10 kurikulum Merdeka.ppt
Stoikiometri kelas 10 kurikulum Merdeka.ppt
 
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
 
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
 
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptxBab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
 
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdfSalinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
 
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxKontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
 
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi SelatanSosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
 

Stresor Psikologik Lansia

  • 1. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keperawatan geriatrik adalah cabang keperawatan yang memperhatikan pencegahan, diagnosis, dan terapi gangguan fisik dan psikologis pada lanjut usia dan dengan meningkatkan umur panjang. Pelayanan/ asuhan keperawatan gangguan mental pada lanjut usia memerlukan pengetahuan khusus karena kemungkinan perbedaan dalam manifestasi klinis, patogenesis, dan patofisiologi gangguan mental antara dewasa muda dan lanjut usia. Faktor penyulit pada pasien lanjut usia juga perlu dipertimbangkan; faktor-faktor tersebut adalah sering adanya penyakit dan kecacatan medis penyerta, pemakaian banyak medikasi, dan peningkatan kerentanan terhadap gangguan kognitif. Program Epoidiomological Catchment Area (ECA) dari National Institute of Mental Health telah menemukan bahwa gangguan mental yang paling sering pada lanjut usia adalah gangguan depresif, gangguan kognitif, fobia, dan gangguan pemakaian alkohol. Lanjut usia juga memiliki resiko tinggi untuk bunuh diri dan gejala psikiatrik akibat obat. Banyak gangguan mental pada lanjut usia dapat dicegah, dihilangkan, atau bahkan dipulihkan. Sejumlah faktor resiko psikososial juga mempredisposisikan lanjut usia kepada gangguan mental. Faktor resiko tersebut adalah hilangnya peranan sosial, hilangnya otonomi, kematian teman, atau sanak saudara, penurunan MAKALAH KEPERAWATAN GERONTIK GANGGUAN PSIKOSIS PADA LANSIA 1
  • 2. kesehatan, peningkatan isolasi, keterbatasan finansial, dan penurunan fungsi kognitif. Saat ini sudah dapat diperkirakan bahwa 4 juta lansia di Amerika mengalami gangguan kejiwaan seperti demensia, psikosis, Penggunaan alcohol kronik, atau kondisi lainnya. Hal ini menyebabkan perawat dan tenaga kesehatan professional yang lain memiliki tanggung jawab yang lebih untuk merawat lansia dengan masalah kesehatan jiwa dan emosi. Kesehatan mental pada lansia dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti status fisiologi dan psikologi, kepribadian, sosial support, sosial ekonomi dan pola hidup. 1.2 Rumusan Masalah Apa yang disebut dengan Masalah kejiwaan: Gangguan Psikososial Pada Lansia ? 1.3 Tujuan 1. Tujuan Umum Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami masalah : gangguan psikososial pada lansia sehingga dapat mempraktekkan pada masyarakat 2. Tujuan Khusus a. Mengetahui konsep dasar gangguan psikosis pada lansia serta peran dan fungsi perawat dalam gerontik b. Mengetahui konsep dasar demensia pada lansia serta peran dan fungsi perawat dalam gerontik MAKALAH KEPERAWATAN GERONTIK GANGGUAN PSIKOSIS PADA LANSIA 2
  • 3. c. Mengetahui konsep dasar delirium pada lansia serta peran dan fungsi perawat dalam gerontik d. Mengetahui konsep dasar perilaku kekerasan pada lansia serta peran dan fungsi perawat dalam gerontik e. Mengetahui konsep dasar gangguan depresi pada lansia serta peran dan fungsi perawat dalam gerontik f. Mengetahui konsep dasar post power syndrome pada lansia serta peran dan fungsi perawat dalam gerontik 1.4 Manfaat 1. Manfaat Teoritis a. Sebagai pengembangan bahan masukan atau pengkajian baru khususnya ilmu keperawatan gerontik b. Dapat menjadi acuan bagi pengkajian selanjutnya. 2. Manfaat Praktis a. Manfaat bagi institusi Kepada institusi makalah ini diharapkan dapat dijadikan bahan literature atau reverensi pembuatan makalah selanjutnya. b. Manfaat bagi mahasiswa Kepada mahasiswa diharapkan sebagai sumber informasi dalam perubahan – perubahan pada lansia baik secara fisik, mental, spiritual, psikososial MAKALAH KEPERAWATAN GERONTIK GANGGUAN PSIKOSIS PADA LANSIA 3
  • 4. 1.5 Ruang Lingkup Penulisan Dalam penyusunan makalah ini, ruang lingkup pembahasannya adalah “Gangguan psikosis pada lanjut usia”. 1.6 Metode Penulisan Dalam penulisan makalah ini, kelompok kami menggunakan metode deskriptif sesuai dengan literature yang digunakan dengan cara mencari buku- buku sebagai referensi, membaca dan mempelajari buku- buku literature yang terkait dengan Gangguan psikosis pada lanjut usia. Kelompok juga mengambil beberapa referensi dari internet. 1.7 Sistematika Penulisan Makalah ini disusun secara sistematis terdiri dari 3 bab yaitu sebagai berikut: BAB 1 : Pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, rumusan masalah, tujuan umum, tujuan khusus,manfaat, ruang lingkup penulisan, metode penulisan dan sistematika penulisan. BAB II : Pembahasan yang membahas tentang gangguan psikosis, demensia, delirium, perilaku kekerasan, depresi pada lanjut usia dan post power syndrom. BAB III : Penutup yang terdiri dari simpulan, saran dan kritik MAKALAH KEPERAWATAN GERONTIK GANGGUAN PSIKOSIS PADA LANSIA 4
  • 5. BAB 2 PEMBAHASAN 2.1 GANGGUAN PSIKOSIS A. Pengertian Psikosa atau Psikosis atau Psikotik adalah suatu gangguan jiwa dengan kehilangan rasa kenyataan (“sense of reality). Hal ini diketahui dengan terdapatnya gangguan pada hidup perasaan (afek dan emosi), proses berfikir, dan psikomotorik dan kemauan, sedemikian rupa sehingga semua ini tidak sesuai dengan kenyataan lagi. Gangguan jiwa ini diakibatkan oleh organic ataupun fungsional. (Marramis, EF. 1995). Psikosa ditandai oleh perilaku yang agresif, hidup perasaan yang tidak sesuai, berkurangnya pengawasan impuls – impuls serta waham dan halusinasi. (Marramis, EF. 1995). Psikosis merupakan gangguan tilikan pribadi yang menyebabkan ketidakmampuan seseorang menilai realita dengan fantasi dirinya (Wikipedia, 10/11/12). Gangguan psikotik pada pasien usia lanjut juga sering ditandai dengan perilaku agresif dan merusak. Perilaku tersebut membuat anggota keluarga yang merawat pasien mengalami kesulitan dalam perawatan. Itu pula yang sering membuat pasien usia lanjut mengalami kekerasan dan penelantaran oleh keluarganya sendiri. MAKALAH KEPERAWATAN GERONTIK GANGGUAN PSIKOSIS PADA LANSIA 5
  • 6. B. Faktor Resiko Terjadi Gangguan Psikotik Beberapa hal yang dapat meningkatkan risiko terjadinya gangguan psikotik pasien usia lanjut, yaitu: 1. Peningkatan usia adalah berhubungan dengan deteriorasi korteks frontal dan temporal 2. Perubahan neurokimia yang berhubungan dengan penuaan, isolasi sosial, defisit sensoris, penurunan kognitif, perubahan farmakokinetik dan farmakodinamik dan polifarmasi yang sering terjadi pada pasien usia lanjut. C. Etiologi a. Keturunan b. Endokrin c. Metabolisme d. Susunan saraf pusat e. Teori Adolf Meyer f. Teori Sigmund Freud g. Eugen Bleuler h. Teori lain D. Klasifikasi Gangguan Psikosis 1. Psikosis Organik Adalah gangguan jiwa yang psikotik atau non – psikotik yang disebabkan oleh gangguan fungsi jaringan otak. Gangguan ini dapat MAKALAH KEPERAWATAN GERONTIK GANGGUAN PSIKOSIS PADA LANSIA 6
  • 7. disebabkan oleh penyakit badaniah yang terutama mengenai otak (tumor otak, gangguan pembuluh darah otak, dsb). (Marramis, EF. 1995). Ada bermacam-macam psikosis organik (gangguan mental organik) dan pada umumnya dikelompokkan sebagai berikut : a. Psikosis Senil Psikosis karena lanjut usia kira-kira berlangsung sekitar usia 60-90 tahun dan akan terjadi perubahan-perubahan jasmaniah dan mental yang sifatnya degeneratif sehingga ada kemunduran pada semua fungsi mental dan fisik. Jika perubahan – perubahan terjadi dengan cepat dan kuat maka terjadilah psikosis usia lanjut. b. Psikosis Akibat atau Berhubungan dengan Infeksi Kerusakan atau kehancuran jaringan otak dan sistem saraf oleh mikroorganisme yang menular mungkin menyebabkan reaksi-reaksi psikotik. Ganguan-gangguan terpenting di bidang ini adalah : infeksi sifilis, general paresis, juvenile paresis, AIDS, dan encephalitis. c. Psikosis Yang Berhubungan Dengan Kondisi Otak Dalam bagian ini dibicarakan beberapa psikosis, yakni psikosis akibat gangguan peredaran darah, psikosis akibat trauma, psikosis akibat tumor, dan psikosis akibat epilepsi. d. Psikosis Akibat Keracunan Toksin atau racun yang masuk kedalam tubuh melalui aliran darah sering menimbulkan reaksi-reaksi psikoti. e. Psikosis akibat gangguan metabolisme, pertumbuhan, makanan, atau fungsi endokrin MAKALAH KEPERAWATAN GERONTIK GANGGUAN PSIKOSIS PADA LANSIA 7
  • 8. f. Psikosis akibat hereditas atau penyebabnya tidak diketahui tetapi berhubungan dengan perubahan organik 2. Psikosis Fungsional Psikosis Fungsional adalah gangguan mental yang tidak disebabkan atau belum yang berhubungan dengan penyakit badaniah. (Marramis, EF. 1995). Psikosis Fungsional adalah berat dan melibatkan seluruh kepribadian tanpa ada kerusakan jaringan. Gangguan-gangguan psikosis fungsional dianggap sebagai akibat dari hidup dengan stress emosional selama bertahun-tahun. Psikosis fungsional itu dibagi atas empat kelompok yaitu: a. Skizofrenia Gangguan jiwa skizofrenia merupakan gangguan jiwa yang berat dan gawat yang dapat dialami manusia sejak muda dan dapat berlanjut menjadi kronis dan lebih gawat ketika muncul pada lanjut usia (lansia) karena menyangkut perubahan pada segi fisik, psikologis dan sosial- budaya. Skizofrenia pada lansia angka prevalensinya sekitar 1% dari kelompok lanjut usia (lansia) (Dep.Kes.1992). Gangguan skizofrenia pada lanjut usia (lansia) ditandai oleh gangguan pada alam pikiran sehingga pasien memiliki pikiran yang kacau. Hal tersebut juga menyebabkan gangguan emosi sehingga emosi menjadi labil misalnya cemas, bingung, mudah marah, mudah salah faham dan sebagainya. Terjadi juga gangguan perilaku, yang disertai halusinasi, waham dan gangguan kemampuan dalam menilai MAKALAH KEPERAWATAN GERONTIK GANGGUAN PSIKOSIS PADA LANSIA 8
  • 9. realita, sehingga penderita menjadi tak tahu waktu, tempat maupun orang. Ganguan skizofrenia berawal dengan keluhan halusinasi dan waham kejaran yang khas seperti mendengar pikirannya sendiri diucapkan dengan nada keras, atau mendengar dua orang atau lebih memperbincangkan diri si penderita sehingga ia merasa menjadi orang ketiga. Dalam kasus ini sangat perlu dilakukan pemeriksaan tinggkat kesadaran pasien (penderita), melalui pemeriksaan psikiatrik maupun pemeriksaan lain yang diperlukan. Karena banyaknya gangguan paranoid pada lanjut usia (lansia) maka banyak ahli beranggapan bahwa kondisi tersebut termasuk dalam kondisi psikosis fungsional dan sering juga digolongkan menjadi senile psikosis. Parafrenia merupkan gangguan jiwa yang gawat yang pertama kali timbul pada lanjut usia (lansia), (misalnya pada waktu menopause pada wanita). Gangguan ini sering dianggap sebagai kondisi diantara Skizofrenia paranoid di satu pihak dan gangguan depresif di pihak lain. Lebih sering terjadi pada wanita dengan kepribadian pramorbidnya (keadaan sebelum sakit) dengan ciri-ciri paranoid (curiga, bermusuhan) dan skizoid (aneh, bizar). Mereka biasanya tidak menikah atau hidup perkawinan dan sexual yang kurang bahagia, jika punya sedikit itupun sulit mengasuhnya sehingga anaknyapun tak bahagia dan biasanya secara khronik terdapat gangguan pendengaran. Umumnya banyak terjadi pada wanita dari kelas sosial rendah atau lebih rendah. MAKALAH KEPERAWATAN GERONTIK GANGGUAN PSIKOSIS PADA LANSIA 9
  • 10. Gangguan skizofrenia sebenarnya dapat dibagi menjadi beberapa tipe, yaitu : 1) Skizofrenia paranoid (curiga, bermusuhan, garang dsb) 2) Skizofrenia katatonik (seperti patung, tidak mau makan, tidak mau minum, dsb) 3) Skizofrenia hebefrenik (seperti anak kecil, merengek-rengek, minta-minta, dsb) 4) Skizofrenia simplek (seperti gelandangan, jalan terus, kluyuran) 5) Skizofrenia Latent (autustik, seperti gembel) Pada umumya, gangguan skizofrenia yang terjadi pada lansia adalah skizofrenia paranoid, simplek dan latent. Sulitnya dalam pelayanan keluarga, para lansia dengan gangguan kejiwaan tersebut menjadi kurang terurus karena perangainya dan tingkahlakunya yang tidak menyenangkan orang lain, seperti curiga berlebihan, galak, bersikap bermusuhan, dan kadang-kadang baik pria maupun wanita perilaku seksualnya sangat menonjol walaupun dalam bentuk perkataan yang konotasinya jorok dan porno (walaupun tidak selalu). Gejala – gejala skizofrenia menjadi 2 kelompok: 1) Gejala Primer:  Gangguan proses fikir  Gangguan emosi  Gangguan kemauan  Otisme MAKALAH KEPERAWATAN GERONTIK GANGGUAN PSIKOSIS PADA LANSIA 10
  • 11. 2) Gejala sekunder:  Waham Menurut Mayer – Gross, waham terbagi dalam 2 kelompok yaitu waham primer yaitu timbul secara tidak logis sama sekali, tanpa penyebab apa – apa dari luar dan waham sekuder yaitu timbul logis kedengarannya dapat diikuti dan merupakan cara bagi penderita untuk menerangkan gejala – gejala skizofrenia lain. Waham dinamakan menurut isinya. Contoh: waham kebesaran, waham dosa, waham sindiran, dll  Halusinasi. Halusinasi adalah Persepsi didefinisikan sebagai suatu proses diterimanya rangsang sampai rangsang itu disadari dan dimengerti oleh penginderaan atau sensasi: proses penerimaan rangsang (Stuart, 2007).  Gejala katatonik atau gangguan psikomotorik yang lain. Yaitu keadaan gaduh gelisah. b. Psikosis Afektif Psikosis afektif yaitu dapat dilihat sebagai berikut:  Gangguan pada afek dan emosi  Setiap kali serangan tidak terjadi kecacatan dan setelah serangan terjadi kesembuhan penuh, terutama pada psikosa manic – depresif MAKALAH KEPERAWATAN GERONTIK GANGGUAN PSIKOSIS PADA LANSIA 11
  • 12. Psikosis afektif dibagi dalam 2 jenis yaitu: 1) Melankolia involusi Pada psikosis ini seringa terjadi pada lansia perempuan pada umur 45 tahun dan pada lansia laki – laki pada usia 55 tahun. Karena pada waktu tersebut fungsi kelenjar – kelenjar endokrin dan reproduktif sudah mulai sangat berkurang. Terjadi perubahan yang besar pada badan dalam aktivitas metabolism dan vegetatif. Pada periode ini penuh dengan stress psikofisiologis. Bila individu itu sebelumnya sudah tidak mantap jiwanya, maka mudah timbul rasa cemas, depresi, dan paranoid. Faktor yang mempengaruhi dan memudahkan timbulnya melakolia involusi ialah yang berhubungan dengan usia lanjut dalam bidan social, psikologik, dan ekonomi, justru pada waktu api kehidupan sudah mulai padam, sehingga sering timbul rasa cemas. Gejala – gejala:  Lekas marah  Pesismis  Mengeluh tentang insomnia  Mulai tidak suka bekerja  Sering menangis  Ragu – ragu atau tidak dapat mengambil keputusan  Penurunan minat, dan  Menarik diri dari kehidupan social MAKALAH KEPERAWATAN GERONTIK GANGGUAN PSIKOSIS PADA LANSIA 12
  • 13. 2) Psikosis Manik - Depresif Yaitu keadaan mania disusul dengan depresi, atau sebaliknya. Interval anatara dua fase tidak tentu lamanya, kadang – kadang lama, tetapi kadang – kadang tidak ada sama sekali, artinya satu jenis segera disusul oleh dua jenis yang lain. Segala macam kombinasi mungkin saja ada. Gejala – gejala psikosis manik – depresif: a) Jenis Mania  Gangguan emosi: merasa senang dan terlalu optimistik  Aktivitas yang berlebih – lebihan  Gangguan proses fikir b)Jenis Depresif  Gangguan emosi: tampak selalu lelah dan khawatir  Penghambatan aktivitas  Gangguan proses berfikir  Keluhan badaniah yang menyertai ialah rasa lelah, perasaan teretkan pada kepala dan dada, sukar tidur, nafsu makan berkurang, dll c) Jenis Sirkular Pada jenis ini terdapat episode mania dan depresi berganti – ganti, diselingi oleh suatu interval yang normal. Menurut perjanjian untuk memenuhi diagnose jenis ini, interval itu harus kurang dari 12 bulan. Bila lebih, maka didiagnosa sebagai jenis mania atau jenis depresi sendiri – sendiri. MAKALAH KEPERAWATAN GERONTIK GANGGUAN PSIKOSIS PADA LANSIA 13
  • 14. c. Psikosis Paranoid Dalam kehidupan sehari – hari sifat curiga dimiliki oleh setiap orang, hanya pada yang satu lebih banyak daripada yang lain. Sifat ini adalah umum serta sudah ada sejak dahulu kala dan rupa – rupanya mempunyai peranan dalam mempertahankan diri sendiri dan umat manusia. d. Psikosis Reaktif Adalah psikosa fungsional yang timbul karena suatu stress psikologik yang biasanya datang dengan tiba – tiba dan dirasakan besar oleh penderita. Perbedaan kebudayaan, adat – istiadat, sosio – ekonomi dan individual dapat memberi arti yang berbeda – beda kepada berbagai hal dari lingkungan yang dapat menjadi faktor pencetus. Keadaan fisik juga dapat membuat individu itu lebih mudah terganggu kerena stress, umpamanya penyakit infeksi, kekurangan gizi, pemakaian obat – obat tertentu. Di dalam PPDGJ – 1 terdapat 4 jenis psikosis reaktif dibagi dalam 4 jenis: 1) Psikosis Depresi Reaktif Gejala utamanya adalah depresi, gejala – gejalanya menyerupai jenis depresi pada psikosis mania – depresif. Biasanya timbul sesudah kehilangan yang berarti, kematian, atau kekecewaan yang besar. MAKALAH KEPERAWATAN GERONTIK GANGGUAN PSIKOSIS PADA LANSIA 14
  • 15. 2) Gaduh Gelisah Reaktif Timbul karena tekanan emosional yang tidak dapat disalaurkan melalui cara yang lain sehingga terjadi dekompensasi mental, umpamanya sesudah percekcokan dalam rumah tangga. Penderita gaduh gelisah, banyak bicara, rebut, marah – marah, mondar – mandir, meyerupai keadaan mania. 3) Kebingungan Reaktif Terjadi setelah kejadian – kejadian yang menyebabkan tekanan emosional yang hebat. Kadang – kadang didapati kesadaran yang berkabutdengan disorientasi, sukar diadakan komunikasi, roman muka kelihatan bingung, bingung mau berbuat apa, menjadi agresif. 4) Reaksi Paranoid Akut Tiba – tiba timbul sikap paranoid yang hebat. Kadang – kadang hal ini menjadi waham paranoid. Sering terjadi karena keadaan yang dirasakan sebagai ancaman, umpamanya sesudah perselisihan di tempat pekerjaan. E. Ciri – Ciri Gangguan Psikotik Adapun ciri – ciri gangguan psikotik antara lain : 1) Memiliki labilitas emosional. 2) Menarik diri dari interaksi sosial. 3) Tidak mampu bekerja sesuai fungsinya. 4) Mengabaikan penampilan dan kebersihan diri. 5) Mengalami penurunan daya ingat dan kognitif parah. MAKALAH KEPERAWATAN GERONTIK GANGGUAN PSIKOSIS PADA LANSIA 15
  • 16. 6) Berpikir aneh, dangkal, berbicara tidak sesuai keadaan. 7) Mengalami kesulitan mengorientasikan waktu, orang dan tempat. 8) Sulit tidur dalam beberapa hari atau bisa tidur yang terlihat oleh keluarganya, tetapi pasien mesrasa sulit atau tidak bisa tidur. 9) Memiliki keengganan melakukan segala hal, mereka berusaha untuk tidak melakukan apa– apa bahkan marah jika diminta untuk melakukan apa – apa. 10) Memiliki perilaku yang aneh misalnya, mengurung diri di kamar, berbicara sendiri, tertawa sendiri, marah berlebihan dengan stimulus ringan, tiba – tiba menangis, berjalan mondar – mandir, berjalan tanpa arah dan tujuan yang jelas. F. Strategi Perilaku Untuk Klien Psikosis Masalah Intervensi Keperawatan 1. Ansietas 1. Ajarkan klien tentang gejala yang berhubungan dengan ansietas. 2. Bantu klien untuk mengidentifikasi apa pemicu ansietas. 3. Bantu klien untuk menggunakan teknik penatalaksanaan gejala dalam mengatasi ansietas. 4. Kaji apakah ansietas merupakan suatu pemicu relaps, jika iya buat suatu rencana untuk mengurangi ansietas ketika berada pada tingkat sedang. MAKALAH KEPERAWATAN GERONTIK GANGGUAN PSIKOSIS PADA LANSIA 16
  • 17. 2. Depresi 1. Ajarkan klien tentang gejala yang berhubungan dengan depresi. 2. Bantu klien untuk menggunakan teknik penatalaksanaan gejala dalam mengatasi depresi. 3. Kaji apakah depresi merupakan suatu pemicu relaps, jika iya buat suatu rencana untuk mengurangi depresi ketika berada pada tingkat ringan, karena adanya korelasi yang kuar antara depresi dan kemampuan untuk melakukan aktivitas sehari-hari. 3. Tidak mampu 1. Tinjau pengalaman positif maupun negatif. belajar dari 2. Identifikasi faktor apa yang menyebabkan pengalaman keberhasilan atau kegagalan dalam membantu klien mencapai tujuan yang diinginkan. 4. Masalah terkait 1. Analisis setiap pengalaman untuk menentukan sebab akibat pengalaman yang berhasil dan yang gagal. 2. Bantu klien untuk menyusun secara berurutan setiap kejadian yang berdampak pada setiap pengalamannya. 3. Pertimbangkan untuk melakukan latihan dalam memerankan suatu kejadian sebelum kejadian tersebut terjadi. 5. Lambat dalam 1. Berikan klien kesempatan untuk memproses dan memproses merespon informasi. MAKALAH KEPERAWATAN GERONTIK GANGGUAN PSIKOSIS PADA LANSIA 17
  • 18. informasi 2. Minimalkan kecemasan yang meningkatkan kesulitan dalam memproses informasi. 3. Tunjukkan minat yang sungguh-sungguh dalam mencoba memahami apa yang klien katakan. 4. Gunakan bahasa yang jelas dan sederhana ketika berkomunikasi dengan klien. 6. Sulit mengambil 1. Bantu klien untuk menetapkan hasil yang keputusan ditentukan. 2. Bantu klien dalam memprioritaskan tujuan dan menggolongkannya kedalam tujuan jangka pendek dan jangka panjang. 3. Bantu klien dalam menetapkan batas waktu pencapaian setiap tujuan. 4. Bantu klien dalam menyusun langkah-langkah konkret dan sederhana untuk mencapai tujuan yang diinginkan. 5. Pastikan langkah-langkah sederhana itu dapat dicapai klien dan sesuai dengan budaya dan nilai klien. MAKALAH KEPERAWATAN GERONTIK GANGGUAN PSIKOSIS PADA LANSIA 18
  • 19. 2.2 DEMENSIA A. Definisi Demensia merupakan sindrom yang ditandai oleh berbagai gangguan fungsi kognitif tanpa gangguan kesadaran. Gangguan fungsi kognitif antara lain pada intelegensi, belajar dan daya ingat, bahasa, pemecahan masalah, orientasi, persepsi, perhatian dan konsentrasi, penyesuaian, dan kemampuan bersosialisasi. (Arif Mansjoer, 1999) Pada usia muda, demensia bisa terjadi secara mendadak jika cedera hebat, penyakit atau zat-zat racun (misalnya karbon monoksida) menyebabkan hancurnya sel-sel otak. Tetapi demensia biasanya timbul secara perlahan dan menyerang usia diatas 60 tahun. Namun demensia bukan merupakan bagian dari proses penuaan yang normal. Sejalan dengan bertambahnya umur, maka perubahan di dalam otak bisa menyebabkan hilangnya beberapa ingatan (terutama ingatan jangka pendek) dan penurunan beberapa kemampuan belajar. Perubahan normal ini tidak mempengaruhi fungsi. Lupa pada usia lanjut bukan merupakan pertanda dari demensia maupun penyakit Alzheimer stadium awal. Demensia merupakan penurunan kemampuan mental yang lebih serius, yang makin lama makin parah. Pada penuaan normal, seseorang bisa lupa akan hal-hal yang detil; tetapi penderita demensia bisa lupa akan keseluruhan peristiwa yang baru saja terjadi. MAKALAH KEPERAWATAN GERONTIK GANGGUAN PSIKOSIS PADA LANSIA 19
  • 20. B. Etiologi Penyebab demensia yang reversible sangat penting diketahui karena pengobatan yang baik pada penderita dapat kembali menjalankan kehidupan sehari-hari yang normal. Untuk mengingat berbagai keadaan tersebut telah dibuat suatu “jembatan keledai”sebagai berikut : D  Drug (obat) Obat sedative Obat penenang minor atau mayor Obat anti konvulsan Obat anti depresan Obat anti hipertensi Obat anti aritmia E  Emotional (gangguan emosi, ex: depresi) M  Metabolik dan endokrin Seperti : DM Hipoglikemi Gangguan ginjal Gangguan hepar Gangguan tiroid Gangguan elektrolit E  Eye & Ear (Disfungsi mata dan telinga) N  Nutrilional Kekurangan vitamin B6 (pellagra) Kekurangan vitamin B1 (sindrom wernicke) MAKALAH KEPERAWATAN GERONTIK GANGGUAN PSIKOSIS PADA LANSIA 20
  • 21. Kekurangan vitamin B12 (anemia pernisiosa) Kekurangan asam folat T  Tumor dan trauma I  Infeksi Ensefalitis oleh virus, contoh : herpes simplek Bakteri, contoh : oleh pnemokok TBC Parasit Fungus Abses otak, dan Neurosifilis A Arterosklerosis (komplikasi penyakit arterosklerosis, missal : infark miokard, gagal jantung, dan alkohol) Penyebab dari demensia non reversible : 1. Penyakit Degeneratif (kemunduran fungsi sel): a. Penyakit Alzheimer Alzheimer adalah kondisi dimana sel saraf pada otak mengalami kematian sehingga membuat signal dari otak tidak dapat di transmisikan sebagaimana mestinya (Grayson, C. 2004). Penderita Alzheimer mengalami gangguan memori, kemampuan membuat keputusan dan juga penurunan proses berpikir. Sekitar 50-60% penderita demensia disebabkan karena penyakit Alzheimer. MAKALAH KEPERAWATAN GERONTIK GANGGUAN PSIKOSIS PADA LANSIA 21
  • 22. b. Demensia Yang Berhubungan Dengan Badan Lewy Penyakit Jisim Lewy adalah suatudemensia yang secara klinis mirip dengan penyakit Alzheimer dan sering ditandai oleh adanya halusinasi, gambaran Parkinsonisme, dan gejala ekstrapiramidal. Inklusi Jisim Lewy ditemukan di daerah korteks serebri. c. Penyakit Pick Bagian putih subkortikal.dengan pengurangan subtansia grisea. Penyakit Pick ditandai atrofi yang lebih banyak dalam daerah frontotemporal. Daerah tersebut mengalami kehilangan neuronal, gliosis dan adanya badan Pick neuronal, yang merupakan massa elemen sitoskeletal. d. Penyakit Huntington Penyakit Huntington secara klasik dikaitkan dengan perkembangan demensia. Demensia pada penyakit ini terlihat sebagai demensia tipe subkortikal yang ditandai dengan abnormalitas motorik yang lebih menonjol dan gangguan kemampuan berbahasa yang lebih ringan dibandingkan demensia tipe kortikal. Demensia pada penyakit Huntington menunjukkan perlambatan psikomotor dan kesulitan dalam mengerjakan pekerjaan yang kompleks, akan tetapi memori, bahasa, dan tilikan relatif utuh pada stadium awal dan pertengahan penyakit. e. Kelumpuhan Supranuklear Progresif MAKALAH KEPERAWATAN GERONTIK GANGGUAN PSIKOSIS PADA LANSIA 22
  • 23. f. Penyakit Parkinson Parkinsonisme merupakan penyakit pada ganglia basalis yang biasanya dikaitkan dengan demensia dan depresi. Diperkirakan 20 hingga 30 persen pasien dengan penyakit Parkinson mengalami gangguan kemampuan kognitif. Gerakan lambat pada pasien dengan penyakit Parkinson sejajar dengan perlambatan berpikir pada beberapa pasien, suatu gambaran yang sering disebut oleh para klinis sebagai bradifrenia. 2. Penyakit Vaskuler : a. Penyakit serebrovaskuler oklusif (demensia multi-infark) b. Penyakit binswanger Dikenal juga sebagai ensefalopati arteriosklerotik subkortikal, ditandai dengan ditemukannya infark-infark (nekrosis iskemik) kecil pada subtansia alba yang juga mengenai daerah korteks serebri c. Embolisme serebral d. Arteritis e. Anoreksia sekunder akibat henti jantung, gagal jantung akibat intoksikasi karbon monoksida 3. Demensia Traumatic  Perlukaan karnio-serebral  Demensia pugilistika gangguan day ingat dan konsentrasi serta perubahan kepribadian yang diakibatkan oleh kontusio serebral berulag, seperti yang dialami oleh para petinju. MAKALAH KEPERAWATAN GERONTIK GANGGUAN PSIKOSIS PADA LANSIA 23
  • 24. 4. Infeksi  Syndrome defisiensi imun dapatan (AIDS)  Infeksi opportunistic  Penyakit creutzfeld-jacob progresif  Kokeonsefalopatimulti fokal progresif  Demenesia pasca ensefalitis C. Manifestasi Klinis Tanda dan Gejala dari Penyakit Demensia antara lain : 1. Rusaknya seluruh jajaran fungsi kognitif. 2. Awalnya gangguan daya ingat jangka pendek. 3. Gangguan kepribadian dan perilaku (mood swings). 4. Defisit neurologi dan fokal. 5. Mudah tersinggung, bermusuhan, agitasi dan kejang. 6. Gangguan psikotik : halusinasi, ilusi, waham, dan paranoid. 7. Keterbatasan dalam ADL (Activities of Daily Living) 8. Menurunnya daya ingat yang terus terjadi. Pada penderita demensia, “lupa” menjadi bagian keseharian yang tidak bisa lepas. 9. Gangguan orientasi waktu dan tempat, misalnya: lupa hari, minggu, bulan, tahun, tempat penderita demensia berada 10. Penurunan dan ketidakmampuan menyusun kata menjadi kalimat yang benar, menggunakan kata yang tidak tepat untuk sebuah kondisi, mengulang kata atau cerita yang sama berkali-kali MAKALAH KEPERAWATAN GERONTIK GANGGUAN PSIKOSIS PADA LANSIA 24
  • 25. 11. Ekspresi yang berlebihan, misalnya menangis berlebihan saat melihat sebuah drama televisi, marah besar pada kesalahan kecil yang dilakukan orang lain, rasa takut dan gugup yang tak beralasan. Penderita demensia kadang tidak mengerti mengapa perasaan-perasaan tersebut muncul. 12. Adanya perubahan perilaku, seperti : acuh tak acuh, menarik diri dan gelisah D. Karakteristik Demensia Menurut John (1994) bahwa lansia yang mengalami demensia juga akan mengalami keadaan yang sama seperti orang depresi yaitu akan mengalami defisit aktivitas kehidupan sehari-hari (AKS). Gejala yang sering menyertai demensia adalah ; a. Gejala awal  Kinerja mental menurun  Fatigue  Mudah lupa  Gagal dalam tugas b. Gejala lanjut  Gangguan kognitif  Gangguan efektif  Gangguan perilaku c. Gejala umum  Mudah lupa  Aktivitas sehari-hari terganggu MAKALAH KEPERAWATAN GERONTIK GANGGUAN PSIKOSIS PADA LANSIA 25
  • 26.  Disorientasi  Cepat marah  Kurang konsentrasi  Resti jatuh E. Klasifikasi Demensia 1. Menurut Kerusakan Struktur Otak a. Tipe Alzheimer Alzheimer adalah kondisi dimana sel saraf pada otak mengalami kematian sehingga membuat signal dari otak tidak dapat di transmisikan sebagaimana mestinya (Grayson, C. 2004). Penderita Alzheimer mengalami gangguan memori, kemampuan membuat keputusan dan juga penurunan proses berpikir. Sekitar 50-60% penderita demensia disebabkan karena penyakit Alzheimer. Biasanya timbul antara usia 50-60 tahun. Yang disebabkan oleh adanya degenerasi korteks yang difus pada otak dilapisan luar, terutama didaerah frontal dan temporal. Atrofi otak ini dapat dilihat pada pneumonesefalogram , system ventrikel membesar serta banyak hawa disubaracnoid. Penyakit ini dimulai pelan ekali tidak ada cirri khas pada gangguan intelegensi atau kelaianan prilaku. Terdapat disorientasi, gangguan ingatan, emosi yang lebih, kekelieuan dalam berhitung, dan pembicaraan sehari-hari dapat etrjadi afasi, perseferasi ( mengulang-ulang perkataan , perbuatan tanpa guna), pembicaraan logoklonia ( pengulangan tiap suku kata akhir serta tidak teratur ), dan MAKALAH KEPERAWATAN GERONTIK GANGGUAN PSIKOSIS PADA LANSIA 26
  • 27. bila sudah berat maka penderita tidak dapat dimengert lagi. Ada yang jadi gelisah dan hiperaktif. b. Demensia Vascular Demensia tipe vascular disebabkan oleh gangguan sirkulasi darah di otak dan setiap penyebab atau faktor resiko stroke dapat berakibat terjadinya demensia. Depresi bisa disebabkan karena lesi tertentu di otak akibat gangguan sirkulasi darah otak, sehingga depresi dapat diduga sebagai demensia vaskular. 2. Menurut Umur: a. Demensia senilis ( usia >65tahun) Kekurangan peredaran darah ke otak serta pengurangan metabolisme dan O2 yang menyertainya merupakan penyebab kalainan anatomis diotak. Otak mengecil terdapat suatu atrofi umum, terutama pada daerah frontal. b. Demensia prasenilis (usia <65tahun) Seperti namanya, maka gangguan ini gejala utamanya adalah seperti sebelum masa senile. 3. Menurut perjalanan penyakit a. Reversibel (mengalami perbaikan) b. Ireversibel (Normal pressure hydrocephalus, subdural hematoma, vit.B, Defisiensi, Hipotiroidisma, intoxikasi Pb) MAKALAH KEPERAWATAN GERONTIK GANGGUAN PSIKOSIS PADA LANSIA 27
  • 28. Pada demensia tipe ini terdapat pembesaran vertrikel dengan meningkatnya cairan serebrospinalis, hal ini menyebabkan adanya : 1) Gangguan gaya jalan (tidak stabil, menyeret). 2) Inkontinensia urin. 3) Demensia. 4. Menurut sifat klinis: a. Demensia proprius b. Pseudo-demensia Gangguan mental depresi yang disertai memburuknya konsentrasi dan daya ingat, sehingga mirip dengan orang demensia. MAKALAH KEPERAWATAN GERONTIK GANGGUAN PSIKOSIS PADA LANSIA 28
  • 29. F. PATWAY OF DEMENTIA Faktor Infeksi Lingkungan imunologi trauma genetik virus Kakusutan neuro fibrilar Hilangnya serat-serat yang difus dan plak senilis koligernik di korteks Penurunan sel neuron Atropi otak kolinergik yang berproyeksi di bimokampus dan amigdala Degenerasi neuron irreversible Kelainan neuro transmiter Alzheimer Asetilkolin Penurun Gangguan Gangguan Gangguan Peruba Perubahan Kehilangan an Daya kognitif memori fungsi han perilaku fungsi Ingat bahasa intelek neurologis/ tual tonus otot Penurunan Mudah Muncul gejala 1. Kehilangan Perubahan kemampuan lupa neuro psikiatrik kemampuan pola eliminasi melakukan menyelesaikan urine/ alvi aktifitas masalah Perubahan 2. Perubahan nafsu makan mengawasi Koping keadaan Kurang individu kompleks dan perawatan diri resiko tinggi terhadap tidak efektif berfikir (makan, minum, perubahan nutrisi abstrak berpakaian, kurang dari kebutuhan 3. Emosi labil, - Perubahan hygiene) tubuh pelupa, apatis, proses pikir loss deep - Hambatan memory interaksi sosial Kesulitan tidur Perubahan resepsi, - Hambatan transmisi dan Sindrom komunikasi Perubahan integrasi sensori stress verbal pola tidur relokasi Perubahan MAKALAH KEPERAWATAN GERONTIK GANGGUAN PSIKOSIS PADA LANSIA persepsi 29 sensori
  • 30. G. PEMERIKSAAN PENUNJANG a. Pemeriksaan penunjang : (Asosiasi Alzheimer Indonesia,2003) 1) Pemeriksaan laboratorium rutin. Pemeriksaan laboratorium hanya dilakukan begitu diagnosis klinis demensia ditegakkan untuk membantu pencarian etiologi demensia khususnya pada demensia reversible, walaupun 50% penyandang demensia adalah demensia Alzheimer dengan hasil laboratorium normal, pemeriksaan laboratorium rutin sebaiknya dilakukan. Pemeriksaan laboratorium yang rutin dikerjakan antara lain: pemeriksaan darah lengkap, urinalisis, elektrolit serum, kalsium darah, ureum, fungsi hati, hormone tiroid, kadar asam folat 2) Pemeriksaan cairan otak. Pungsi lumbal diindikasikan bila klinis dijumpai awitan demensia akut, penyandang dengan imuno supresan, dijumpai rangsangan meningen dan panas, demensia presentasi atipikal, hidrosefalus normotensif, tes sifilis (+), penyengatan meningeal pada CT scan. 3) Sebagai suatu esesmen awal pemeriksaan Status Mental Mini (MMSE) adalah test yang paling banyak dipakai. a. Pemeriksaan untuk menguji aspek-aspek kognitif dari fungsi mental Nilai maksimum score Pertanyaan Orientasi (tahun) (musim) (tanggal) (hari) (bulan apa 5 sekarang) 5 Dimana kita : (negara bagian) (wilayah) (kota) MAKALAH KEPERAWATAN GERONTIK GANGGUAN PSIKOSIS PADA LANSIA 30
  • 31. (rumah sakit) (lantai) Registrasi Nama 3 objek : 1 detik untuk mengatakan masing-masing. Kemudian tanyakan klien ketiga objek setelah anda telah 3 mengatakannya.beri 1 poin untuk setiap jawaban benar. Kemudian ulangi sampai ia mempelajari ketiganya. Jumlahkan percobaan dan catat. Perhatian dan kalkulasi Seri 7’s. 1 poin untuk setiap kebenaran 5 Berhenti setelah 5 jawaban. Bergantian eja “kata” ke belakang Mengingat Minta untuk mengulang ketiga objek di atas 3 Beri 1 poin untuk setiap kebenaran Bahasa Nama pensil dan melihat (2 poin) 9 Mengulang hal berikut : “task ada jika, dan, atau tetapi” (1 poin) Nilai total MAKALAH KEPERAWATAN GERONTIK GANGGUAN PSIKOSIS PADA LANSIA 31
  • 32. Kaji tingkat kesadaran sepanjang kontinum : Compos mentis apatis somnolen soporus koma Keterangan : Nilai maksimal 30, nilai 21 atau kurang biasanya indikasi adanya kerusakan kognitif yang memerlukan penyelidikan lanjut. Kriteria demensia :  Ringan : 21-30  Sedang : 11-20  Berat : < 10 b. Pemeriksaan portabel untuk status mental (PPSM = MMSE = Mini Mental State Examination) Daftar pertanyaan Penilaian 1. Tanggal berapakah hari ini? 0-2 kesalahan = baik (bulan, tahun) 3-4 kesalahan = gangguan intelek 2. Hari apakah ini? ringan 3. Apakah nama tempat ini? 5-7 kesalahan = gangguan intelek 4. Berapa nomor telepon sedang bapak/ibu? (bila tidak ada 8-10 kesalahan = gangguan intelek telepon, dijalan apakah rumah berat bapak/ibu?) 5. Berapa umur bapak/ibu? Bila penderita tak pernah sekolah, 6. Kapan bapak/ibu lahir? nilai kesalahan diperoleh +1 dari MAKALAH KEPERAWATAN GERONTIK GANGGUAN PSIKOSIS PADA LANSIA 32
  • 33. (tanggal, bulan, tahun) nilai di atas 7. Siapakah nama gubernur Bila penderita sekolah lebih dari kita? (walikota, lurah, camat) SMA, kesalahan yang 8. Siapakah nama gadis ibu diperbolehkan -1 dari nilai di atas anda? 9. Hitung mindur 3-3, mulai dari 20 H. PENATALAKSANAAN 1. Farmakoterapi Sebagian besar kasus demensia tidak dapat disembuhkan. a. Untuk mengobati demensia alzheimer digunakan obat - obatan antikoliesterase seperti Donepezil , Rivastigmine , Galantamine , Memantine b. Dementia vaskuler membutuhkan obat -obatan anti platelet seperti Aspirin , Ticlopidine , Clopidogrel untuk melancarkan aliran darah ke otak sehingga memperbaiki gangguan kognitif. c. Demensia karena stroke yang berturut-turut tidak dapat diobati, tetapi perkembangannya bisa diperlambat atau bahkan dihentikan dengan mengobati tekanan darah tinggi atau kencing manis yang berhubungan dengan stroke. d. Jika hilangnya ingatan disebabakan oleh depresi, diberikan obat anti- depresi seperti Sertraline dan Citalopram. MAKALAH KEPERAWATAN GERONTIK GANGGUAN PSIKOSIS PADA LANSIA 33
  • 34. e. Untuk mengendalikan agitasi dan perilaku yang meledak-ledak, yang bisa menyertai demensia stadium lanjut, sering digunakanobat anti- psikotik (misalnya Haloperidol , Quetiapine dan Risperidone). Tetapi obat ini kurang efektif dan menimbulkan efek samping yang serius. Obat anti-psikotik efektif diberikan kepada penderita yang mengalami halusinasi atau paranoid. 2. Intervensi non obat a. Intervensi lingkungan 1) Penyesuaian fisik (bentuk ruangan, warna, alat yang tersedia) 2) Penyesuaian waktu (membuat jadual rutin) 3) Penyesuaian lingkungan malam hari (mandi air hangat, tidur teratur) 4) Penyesuaian indra (mata, telinga) 5) Penyesuaian nutrisi (makan makanan dengan gizi seimbang) b. Intervensi perilaku Wandering 1) Yakinkan dimana keberadaan pasien 2) Berikan keleluasaan bergerak di dalam dan di luar rumah 3) Gelang pengenal “hendaya memory” Agitasi dan agresifitas 1) Hindari situasi yang memprovokasi 2) Hindari argumentasi 3) Sikap kita tenang dan mantap 4) Alihka perhatian kenal lain MAKALAH KEPERAWATAN GERONTIK GANGGUAN PSIKOSIS PADA LANSIA 34
  • 35. Sikap dan pertanyaan yang berulang 1) Tenang, dengarkan dengan baik, jawab dengan penuh pengertian. Bila masih berulang, acuhkan dan usahakan alihkan ke hal yang menarik. Perilaku seksual yang tidak wajar/sesuai 1) Tenang dan bimbing pasien keruang pribadinya 2) Alihkan ke hal yang menarik perhatiannya 3) Bila didapatkan dalam keadaan telanjang, berilah pakaian atau selimut untuk menutup badannya. Bantu mengenakan baju kembali. c. Intervensi psikologis 1) Psiko terapi individual 2) Psiko terapi kelompok 3) Psiko terapi keluarga d. Intervesi untuk “care giver” (pengasuh) yang diperlukan : 1) Dukungan mental 2) Pengembangan kemampuan adaptasi dan peningkatan kemandirian 3) Kemampuan menerima kenyataan e. Intervensi yang dilakukan untuk mengatasi mudah lupa : 1) Lakukan latihan terus-menerus, berulang-ulang 2) Tingkatkan perhatian 3) Asosiasikan hal yang diingat dengan hal yang sudah ada dalam otak f. Aktivitas keagamaan g. Mengembangkan hobi yang ada, seperti: melukis, main musik, berkebun, fotografi. MAKALAH KEPERAWATAN GERONTIK GANGGUAN PSIKOSIS PADA LANSIA 35
  • 36. 2.3 DELIRIUM A. Definisi Delirium adalah suatu sindrom yang mencakup gangguan kesadaran yang disertai dengan perubahan kognisi. Delirium biasanya terjadi dalam waktu singkat, kadang-kadang tidak lebih dari beberapa jam, berfluktuasi atau berubah sepanjang hari. Klien sulit memberikan perhatian, mudah terdistraksi, disorientasi, dan dapat mengalami gangguan sensori seperti ilusi, salah interpretasi, atau halusinasi. Suara keras dari kereta cucian, dilorong dapat dislah artikan sebagai suara tembakan (salah interpretasi), kabel listrik yang terletak dilantai dapat terlihat seperti ular (ilusi), atau individu dapat melihat malaikat melayang diudara ketika tidak ada sesuatu disana (halusinansi). Kadang-kadang individu juga mengalami gangguan siklus tidur-bangun, perubahan aktivitas psikomotor, dan gangguan emosional seperti ansietas, takut, iritabilitas, euforia, atau apati (DSM-IV- TR,2000). B. Gejala delirium: 1. Sulit memberikan perhatian 2. Mudah terdistraksi 3. Disorientasi 4. Dapat mengalami gangguan sensori seperti ilusi, salah interpretasi, atau halusinasi 5. Dapat mengalami gangguan siklus tidur-bangun 6. Perubahan aktivitas psikomotor MAKALAH KEPERAWATAN GERONTIK GANGGUAN PSIKOSIS PADA LANSIA 36
  • 37. 7. Dapat mengalami ansietas, takut, iritabilitas, euforia, atau apati Kira-kira 10% sampai 15% individu yang berada di rumah sakit karena kondisi medis umum mengalami delirium pada waktu tertentu. Delirium biasa terjadi pada klien lansia yang sakit akut. Kira-kira 30% sampai 50% klien geriatri yang sakit akut menjadi delirium pada suatu waktu selama dirawat dirumah sakit. Faktor resiko untuk perkembangan delirium mencakup peningkatan keparahan penyakit fisik, usia tua, dan kerusakan kognitif dasar (misalnya, seperti terlihat demensia; Caine & Lyness, 2000). Anak-anak dapat lebih rentan terhadap delirium, terutama ketika hal tersebut berkaitan dengan penyakit demam atau obat tertentu, seperti obat antikolinergik (DSM-IV-TR,2000). C. Penyebab Delirium Delirium hampir selalu diakibatkan oleh gangguan atau penyakit fisiologis, metabolik, atau serebral yang dapat diidentifikasi, intoksikasi obat, atau putus obat. Penyebab delirium sering klali diakibatkan oleh penyebab multipel yang memerlukan pemeriksaan fisik secara cermat dan menyeluruh serta pemeriksaan labolatorium untuk menentukan penyebab yang tepat. Penyebab delirium yang paling umum  Fisiologis atau metabolik :hipoksemia, gangguan elektrolit, gagal ginjal atau hati, hipoglikemia atau hiperglikemia, dehidrasi, deprivasi tidur, gangguan tiroid atau glukokortikoid, defisiensi tiamin atau vitamin B12, vitamin C, niasin atau defisiensi protein, syok kardiovaskular, tumor MAKALAH KEPERAWATAN GERONTIK GANGGUAN PSIKOSIS PADA LANSIA 37
  • 38. otak, cedera kepala, dan pajanan terhadap bensin, pelarut cat, insektisida, dan zat terkait.  Infeksi Sistemik : sepsis, infeksi saluran kemih, pneumonia Serebral, meningitis, ensefalitis, HIV, sifilis Terkait obat : Intoksikasi : antikolinergik, litium, alkohol, sedatif dan hipnotik Putus obat : alkohol, sedatif, dan hipnotik Reaksi terhadap anestesi, obat yang diresepkan atau obat terlarang. D. Pertimbangan Budaya Individu dari latar belakang budaya yang berbeda yang berbeda mungkin tidak mengetahui informasi yang dimintai untuk mengkaji memori, seperti nama mantan presiden Indonesia. Orientasi, seperti penempatan dan tempat, dapat dianggap berbeda pada budaya lain, dan kegagalan dalam mengetahui informasi ini tidak boleh disalahartikan sebagai diorientasi (DSM-IV-TR,2000). Beberapa budaya juga tidak merayakan ulang tahun sehingga beberapa individu dapat mengalami kesulitan dalam memberitahukan tanggal lahir mereka. E. Terapi Dan Prognosis Terapi utama untuk delirium adalah mengidentifikasi dan mengatasi setiap kondisi medis peyebab atau yang berperan. Delirium hampir selalu merupakan kondisi sementara yang sembuh apabila penyebab yang MAKALAH KEPERAWATAN GERONTIK GANGGUAN PSIKOSIS PADA LANSIA 38
  • 39. mendasarinya berhasil diatasi. Akan tetapi, beberapa penyebab delirium, seperti cidera kepala atau ensefalitis, dapat menyebabkan klien mengalami gangguan kognitif, perilaku, atau emosional, bahkan setelah penyebab yang mendasarinya diatasi. F. Psikofarmakologi Klien yang mengalami delirium hipoaktif dan tenang tidak memerlukan terapi farmaklologis yang spesifik, kecuali yang diindikasikan untuk kondisi kausatif. Akan tetapi, banyak klien delirium menunjukkan agitasi psikomotor intermiten atau persisten yang dapat menganggu terapi yang efektif atau menimbulkan resiko terhadap keamanan klien. Sedasi untuk mencegah cedera-diri akibat kurang hati-hati dapat diindikasikan. Antipsikokotik seperti haloperidol (Haldol) dapat digunakan dalam dosis 0,5 sampai 1 mg untuk mengurangi agitasi. Sedatif dan benzodiazepin dihindari karena obat-obatan tersebut dapat mempeburuk delirium (Caine & Lyness,2000). Klien dengan gangguan fungsi hati atau ginjal dapat mengalami kesulitan memetabolisme atau mengekskresikan sedatif. Pengecualiannya adalah delirium akibat putus alkohol, yang biasanya diobati dengan benzodazepin. G. Terapi Medis Lain Ketika penyebab yang mendasari delirium dapat diatasi, klien juga dapat memerlukan tindakan fisik pendukung lain. Asupan makanan dan cairan yang adekuat dan bergizi akan mempercepat penyembuhan. Cairan MAKALAH KEPERAWATAN GERONTIK GANGGUAN PSIKOSIS PADA LANSIA 39
  • 40. intravena atau bahkan nutrisi parenteral total mungkin diperlukan jika kondisi fisik klien memburuk dan klien tidak dapat makan dan minum. Jika klien menjadi agitasi dan mengancam akan mencabut slang intravena atau kateter, restrein fisik mungkin diperlukan sehingga terapi medis yang dibutuhkan dapat berlanjut. Restrein digunakan hanya jika diperlukan dan tetap dipasang tidak lebih dari waktu yang diperlukan karena restrein dapat meningkatkan agitasi klien. H. Aplikasi Proses Keperawatan Delirium Tujuan terapi untuk klien delirium adalah mengidentifikasi dan mengatasi penyebab yang mendasari delirium. Fokus asuhan keperawatan adalah memenuhi kebutuhan fisiologis dan psikologis dan psikologis klien serta mempertahankan keamanannya. Perilaku, mood, dan tingkat kesadaran klien dapat berfluktuasi dengan cepat sepanjang hari. Oleh karena itu, perawat harus mengkaji klien secara kontinu untuk mengenali perubahan- perubahan ini dan merencanakan asuhan keperawatan yang sesuai. I. PENGKAJIAN Riwayat Karena penyebab delirium sering terkait dengan penyakit medis, alkohol, atau obat lain, perawat perlu mendapatkan riwayat keseluruhan area ini. Perawat mungkin perlu mendapatkan informasi dari anggota keluarga jika kemampuan klien untuk memberikan data yang akurat terganggu. MAKALAH KEPERAWATAN GERONTIK GANGGUAN PSIKOSIS PADA LANSIA 40
  • 41. Informasi tentang obat-obatan harus mencakup obat yang diresepkan, alkohol, obat terlarang, dan obat bebas. Meskipun banyak individu mungkin menganggap obat yang diresepkan dan obat bebas relatif aman, kombinasi obat atau dosis standar obat dapat mengakibatkan delirium, terutama pada lansia (Mentes,1995). Jenis obat yang dapat menyebabkan delirium. Kombinasi obat-obatan ini secara signifikan meningkatkan resiko delirium. Obat-obatan yang menyebabkan delirium: 1. Antikonvulsan 2. Antikolinergik 3. Antidepresan 4. Antihistamin 5. Antipsikotik 6. Aspirin 7. Barbiturat 8. Benzodiazepin 9. Glikosida jantung 10. Simetidin (Tagamet) 11. Agens hipoglikemik 12. Insulin 13. Narkotik 14. Propanolol (Inderal) 15. Reserpin 16. Diuretik tiazid Diadaptasi dari McEvoy, R.B. (Ed). MAKALAH KEPERAWATAN GERONTIK GANGGUAN PSIKOSIS PADA LANSIA 41
  • 42. Penampilan Umum dan Perilaku Motorik Klien delirium sering mengalami gangguan perilaku psikomotor. Klien mungkin gelisah dan hiperaktif, sering menarik-narik seprai atau berupaya bangun dari tempat tidur secara mendadak dan tidak terkoordinasi. Sebaliknya, klien dapat mengalami perilaku motorik yang lambat, tampak lesu dan letargi dengan sedikit gerakan. Bicara juga dapat dipengaruhi, yaitu menjadi kurang koheren dan lebih sulit dimengerti ketika delirium memburuk. Klien dapat mengulang –ulang satu topik atau bahasan, berbicara melantur dan sulit untuk diikuti, atau mengalami logorea yang cepat, terpaksa, dan biasanya lebih keras dari normal. Kadang-kadang klien dapat berteriak atau menjerit terutama pada malam hari (Burney-Puckett,1996). Mood dan Afek Klien delirium sering mengalami perubahan mood dengan cepat dan tidak dapat diperkirakan. Rentang respons emosional yang luas mungkin terjadi, seperti ansietas, takut, iritabilitas, marah, euforia, dan apati. Perubahan mood dan emosi ini biasanya tidak terkait dengan lingkunga klien. Ketika klien merasa sangat takut dan merasa terancam, klien mungkin melawan untuk melindungi dirinya dari bahaya yang dirasakan. Proses dan Isi Pikir Meskipun klien delirium mengalami perubahan kognisi, sulit bagi perawat untuk mengkaji perubahan ini secara akurat dan menyeluruh. MAKALAH KEPERAWATAN GERONTIK GANGGUAN PSIKOSIS PADA LANSIA 42
  • 43. Ketidakmampuan klien yang nyata untuk mempertahankan perhatian menyebabkan kesulitan dalam mengkaji proses dan isi pikir klien. Isi pikir klien sering tidak terkait dengan situasi, atau bicaranya tidak logis dan sulit dimengerti. Perawat dapat menanyakan bagaimana persaan klien dan klien akan bergumam tentang cuaca. Proses pikir esring mengalami disorganisasi dan tidak masuk akal. Pikiran juga dapat terpecah (tidak berkaitan dan tidak lengkap). Klien juga dapat memperlihatkan pikiran waham yang meyakini bahwa perubahan persepsi sensorinya adalah nyata. Sensoriun dan proses intelektual Tanda utama delirium dan sering kali tanda awal delirium adalah perubahan tingkat kesadaran yang jarang stabil dan biasanya berfluktuasi sepanjang hari. Klien biasanya terorientasi terhadap waktu dan tempat. Klien menunjukkan penurunan kesadaran terhadap lingkungan atau situasi dan dapat berokus pada stimulus yang tidak berakitan, seperti warna sprei atau ruangan. Klien juga mudah terdistraksi oleh suara, orang, atau mispersepsi sensorinya. Klien tidak dapat memfokuskan, mempertahankan, atau mengubah perhatiannya secara efektif dan terdapat kesukaran memori yang baru dan yang sangat baru (DSM-IV-TR, 2000). Hal ini berarti bahwa perawat harus dapat menanyakan atau memberikan arahan secara berulang-ulang, meskipun kemudian klien mungkin tidak mampu melakukan hal-hal yang diminta. MAKALAH KEPERAWATAN GERONTIK GANGGUAN PSIKOSIS PADA LANSIA 43
  • 44. Klien sering mengalami salah interpretasi, ilusi, dan halusinasi. Mispersepsi dan ilusi, keduanya berdasarkan pada beberapa stimulus aktual di lingkungan, klien dapat mendengar bantingan pintu dan meniterpretasikanbya sebagai suara tembakan atau melihat perawat mengambil kantong intravena dan beranggapan bahwa perawat akan menyerangnya. Contoh ilusi yang umum mencakuppikiran klien bahwa selang intravena atau kabel listrik adalah seekor ular, atau salah mengira perawat sebagai salah satu anggota keluarga. Halusinasi penglihatan: klien “melihat” benda-benda yang tidak ada stimulusnya dalam realitas, seperti malaikat atau gambaran yang mengerikan melayang di atas tempat tidur. Ketika lebih mampu berpikir jernih, beberapa klien dapat menyadari bahwa mengalami mispersepsi sensori. Akan tetapi, klien lainnya benar-benar meyakini salah interpretasi mereka sebagai hal yang benar dan tidak dapat diyakinkan hal sebaliknya. Penilaian dan daya tilik Penilaian klien mengalami gangguan. Klien sering tidak dapat menyadari situasi yang potensial membahayakan dan tidak dapat bertindak demi kepentingan terbaik mereka sendiri. Misalnya klien mungkin mencoba mencabut slang intravena atau kateter urine secara berulang-ulang sehingga menyebabkan nyeri dan mengganggu terapi yang penting. Daya tilik bergantung pada keparahan delirium. Klien yang mengalami delirium ringan dapat mengenali bahwa ia bingung, sedang mendapatkan MAKALAH KEPERAWATAN GERONTIK GANGGUAN PSIKOSIS PADA LANSIA 44
  • 45. terapi, dan mungkin akan sembuh. Akan tetapi, klien yang mengalami delirium berat dapat tidak memliki daya tilik dalam situasi saat ini. Peran dan hubungan Klien tidak mungkin menjalankan perannya selama proses delirium. Akan tetapi, kebanyakan klien mencapai kembali tingkat fungsi sebelumnya dan tidak mengalami maslah yang lama dengan peran atau hubungan akibat delirium. Konsep diri Meskipun delirium tidak memiliki pengaruh langsung pada konsep diri, klien sering merasa takut atau merasa terancam. Apabila klien menyadari situasi, ia dapat merasa tidak berdaya untuk melakukan sesuatu yang dapat mengubah situasi tersebut. Apabila delirium terjadi akibat penggunaan alkohol atau obat terlarang atau penggunaan berlebihan obat yang diresepkan, klien dapat merasa bersalah, malu, dan terhina atau berpikir “saya adalah orang jahat; saya lakukan hal ini pada diri saya sendiri.”. hal ini menandakan kemungkinan masalah konsep diri dalam jangka panjang. Pertimbangan fisiologis dan perawatan diri Klien delirium paling sering mengalami gangguan siklus tidur-bangun. Hal ini dapat mencakup sulit tidur, mengantuk pada siang hari, agitasi di malam hari, atau bahkan pola terjaga siang hari/tidur malam hari yang biasa MAKALAH KEPERAWATAN GERONTIK GANGGUAN PSIKOSIS PADA LANSIA 45
  • 46. menjadi terbalik secara komplet (DSM-IV-TR, 2000). Kadang-kadang klien dapat juga gagal untuk menyadari atau mengabaikan isyarat internal tubuh, seperti rasa lapar, haus, atau keinginan untuk berkemih atau defekasi. II. ANALISA DATA Diagnosis keperawatan utama untuk klien yang mengalami delirium adalah: 1. Risiko cidera 2. Konfusi akut Diagnosis tambahan yang biasanya dipilih berdasarkan pengkajian klien adalah : 1. Perubahan Persepsi Sensori 2. Perubahan Proses Pikir 3. Gangguan Pola Tidur 4. Risiko Kekurangan Volume Cairan 5. Resiko Perubahan Nutrisi: Kurang Dari Kebutuhan Tubuh. III. IDENTIFIKASI HASIL Hasil terapi untuk klien yang mengalami delirium dapat mencakup: 1. Klien akan bebas dari cidera 2. Klien akan menunjukkan peningkatan orientasi dan kontak realitas. 3. Klien akan mempertahankan keseimbangan keseimbangan aktivitas dan istirahat yang adekuat 4. Klien akan mempertahankan keseimbangan cairan dan nutrisi yang ade 5. Klien akan kembali ketingkat fungsi optimal MAKALAH KEPERAWATAN GERONTIK GANGGUAN PSIKOSIS PADA LANSIA 46
  • 47. IV. INTERVENSI 1. Meningkatkan keamanan klien Ajarkan klien untuk meminta bantuan dalam melakukan aktivitas (bangun daru tempat tidur, pergi ke kamar mandi). Lakukan pengawasan yang ketat untuk menjamin keamanan selama aktivitas ini. Cepat berespons terhadap panggilan klien untuk meminta bantuan. 2. Mengatasi kebingungan klien Bicara dengan klien dengan sikap yang tenang, suara yang pelan dan jelas, menggunakan kalimat yang sederhana. Berikan waktu yang cukup bagi klien untuk memahami dan berespons. Izinkan klien untuk mengambil keputusan sesuai kemampuannya. Berikan isyarat verbal orientasi ketika berbicara dengan klien. Gunakan sentuhan supportif jika tepat. 3. Mengendalikan lingkungan untuk mengurangi kelebihan sensori Minimalkan suara berisik di lingkungan (televisi, radio). Pantau respons klien terhadap pengunjung; jelaskan kepada keluarga dan teman bahwa klien dapat memerlukan kunjungsn yang tenang satu per satu. Validasi ansietas dan rasa takut klien, tetapi jangan kuatkan mispresepsi klien. 4. Meningkatkan tidur dan nutrisi yang tepat Pantau pola eliminasi dan tidur. MAKALAH KEPERAWATAN GERONTIK GANGGUAN PSIKOSIS PADA LANSIA 47
  • 48. Pantau asupan makanan dan cairan; berikan bantuan atau dorongan untuk makan dan minum yang cukup. Berikan bantuan ke kamar mandi secara periodik apabila klien tidak meminta. Cegah tidur siang untuk membantu tidur pada malam hari. Dorong melakukan olahraga pada siang hari, seperti duduk dikursi, berjalan dikoridor, atau aktivitas lain yang dapat klien lakukan. 5. Memberikan penyuluhan pada klien atau keluarga Pantau kondisi kesehatan kronis secara cermat. Kunjungi dokter secara teratur. Periksa kedokter sebelum menggunakan obat yang tidak diresepkan Hindari penggunaan obat penenang dan alkohol Pertahankan diet yang bergizi Tidur yang cukup V. EVALUASI Keberhasilan terapi penyebab yang mendasari delirium biasanya mengembalikan klien ke tingkat fungsi sebelumnya. Klien dan pemberi perawatan atau keluarga perlu memahami oraktik perawatan kesehatan yang penting untuk mencegah rekuensi delirium. Hal ini, mencakup pemantauan kondisi kesehatan yang kronis, penggunaan obat-obatan yang cermat, atau berhenti menggunakan alkohol atau obat lain. MAKALAH KEPERAWATAN GERONTIK GANGGUAN PSIKOSIS PADA LANSIA 48
  • 49. Gambaran kasus klinis : delirium Pada suatu sore di bulan agustus yang panas dan lembap, petugas 911 menerima telepon yang meminta ambulans untuk seorang wanita tua yang mengalami kolaps di trotoar daerah pemukiman. Menurut tetangga yang berkumpul ditempat kejadian, wanita tua tersebut telah berjalan-jalan di sekitar daerah itu sejak pagi-pagi sekali. Tidak ada seorang pun yang menganalnya dan beberapa tetangga mencoba mendekatinya untuk menawarkan bantuan atau memberikan petunjuk. Wanita tua itu tidak mau atau tidak mau menyebutkan nama atau alamatnya; kebanyakan bicaranya kacau dan sulit dimengerti. Ia tidak membawa dompet atau identitas apapun. Akhirnya ia kolaps dan tampak tidak sadar sehingga mereka menghubungi layanan kedaruratan. Wanita itu dibawa ke ruang kedaruratan. Ia berkeringat sangat banyak dan mengalami demam 103,2°F dan dehidrasi berat. Terapi intravena mulai dilakukan untuk mengganti cairan dan elektrolit. Selimut dingin dipakai untuk menurunkan suhu tubuhnya dan ia dipantau secara ketat selama beberapa jam kemudian. Ketika wanita itu mulai sadar, ia kebingungan dan tidak dapat memberikan informasi yang berguna tentang dirinya. Bicaranya tetap kacau dan membingungkan. Beberapa kali ia mencoba untuk turun dari tempat tidur dan mencabut slang intravenanya sehingga restrein digunakan untuk mencegah cedera dan memungkinkan terapi terus berlanjut. Pada akhir hari kedua dirumah sakit, ia dapat memberikan nama, alamat, dan beberapa keadaan sekitar kejadian secara akurat. Ia ingat bahwa ia MAKALAH KEPERAWATAN GERONTIK GANGGUAN PSIKOSIS PADA LANSIA 49
  • 50. sedang berkebun di halaman belakangnya pada siang hari dan merasa sangat panas. Ia ingat berpikir bahwa ia harus kembali ke dalam rumah untuk mengambil minuman dingin dan beristirahat. Itu merupakan hal terakhir yang ia ingat. Rencana asuhan keperawatan untuk klien delirium Diagnosis keperawatan – konfusi akut Awitan mendadak sekelompok perubahan global dan sementara serta gangguan dalam perhatian, kognisi, aktivitas psikomotor, tingkat kesadaran, dan/atau siklus tidur/bangun. Data pengkajian Penilaian yang buruk Gangguan kognitif Kerusakan memori Daya tilik kurang atau terbatas Kehilangan kendali diri Tidak mampu menyadari bahaya Ilusi Halusinasi Perubahan mood Kriteria hasil Klien akan : - bebas dari cedera - Meningkatkan kontak realitas MAKALAH KEPERAWATAN GERONTIK GANGGUAN PSIKOSIS PADA LANSIA 50
  • 51. - Mengalami distres yang minimal terkait dengan kebingungan Implementasi Intervensi keperawatan Rasional 1. Jangan membiarkan klien memikul 1. Keamanan klien merupakan suatu tanggung jawab atas keputusan atau prioritas. Klien mungkin tidak tindakan apabila klien berada dalam mampu membedakan secara akurat, keadaan tidak aman. tindakan atau situasi yang potensial membahayakan. 2. Apabila diperlukan batasan 2. Klien mempunyai hak untuk perilakua atau tindakan klien, mendapatkan informasi tentang jelaskan batasan, konsekuensi, dan restriksi dan alasan batasan alasannya dengan jelas, dalam batas diperlukan. kemampuan klien untuk memahaminya. 3. Libatkan klien dalam membuat 3. Kepatuhan terhadap terapi rencana atau keputusan sesuai meningkat apabila klien terlibat kemampuannya untuk berpartisipasi. secara emosional di dalamnya. 4. Berikan umpan balik faktual 4. Klien harus menyadari perilakunya terhadap mispersepsi, waham, atau sebelum klien dapat mengambil halusinasi klien. tindakan untuk memodifikasi perilaku tersebut. 5. Sampaikan kepada klien dengan 5. Ketika diberikan umpan balik cara yang sesuai fakta bahwa orang dengan cara yang tidak MAKALAH KEPERAWATAN GERONTIK GANGGUAN PSIKOSIS PADA LANSIA 51
  • 52. lain tidak terlibat dalam interpretasi mengahkimi, klien dapat meras klien. perasaannya tervalidasi, sementara menyadari bahwa orang lain tidak berespons terhadap stimulus yang sama dengan cara yang sama. 6. Kaji klien setiap hari atau lebih 6. Klien yang mengalami masalah sering apabila diperlukan untuk organik cenderung sering mengetahui tingkat fungsinya. mengalami fluktuasi kemampuan. 7. Izinkan klien untuk mengambil 7. Pengambilan keputusan keputusan sesuai kemampuannya. meningkatkan partisipasi, kemandirian, dan harga diri klien. 8. Bantu klien untuk menyusun 8. Aktivitas yang rutin atau yang kegiatan rutin harian yang menjadi bagian kebiasaan klien mencakup hygiene, aktivitas dan tidak membutuhkan keputusan yang sebagainya. terus menerus tentang apakah melakukan tugas tertentu atau tidak. 2.4 PERILAKU KEKERASAN A. Pengertian Agression is harsh physical or verbal action that reflect rage, hostility, and potential for physical or verbal destructiveness (Varcarolis,2006:490). Agresi adalah sikap atau perilaku kasar atau kata-kata yang menggambarkan MAKALAH KEPERAWATAN GERONTIK GANGGUAN PSIKOSIS PADA LANSIA 52
  • 53. perilaku amuk, permusuhan, dan potensi untuk merusak secara fisik atau dengan kata- kata. Perilaku kekerasan merupakan respon terhadap stressor yang dihadapi oleh seseorang, yang di tunjukkan dengan perilaku actual melakukan kekerasan, baik pada diri sendiri, orang lai maupun lingkungan, secara verbal maupun nonverbal, bertujuan untuk melukai orang lainsecara fisik maupun psikologis. (Berkowitz, 2000). Penganiayaan lansia adalah perilaku semena- mena terhadap lansia anggota keluarga atau orang-orang yang merawat mereka. Penganiayaan tersebut mencakup penganiayaan fisik dan seksual, penganiayaan psikologis, pengabaian diri, pengabaian, eksploitasi financial, menolak terapi medis yang adekuat. Individu yang menganiaya lansia hampi selalu merupakan orang yang merawat lansia tersebut, atau lansia bergantung pada mereka dalam beberapa hal. Kebanyakan kasus penganiayaan lansia terjadi ketika salah satu lansia merawat pasangannya. Tipe penganiayaan pasangan ini biasanya terjadi selama bertahun- tahun setelah disabilitas membuat pasagannya yang dianiaya tidak mampu merawat dirinya sendiri. Apabila penganiaya adalah anak yang sudah dewasa, anak lelaki memiliki kemungkinan dua kali lebih besar sebagai pelaku dari pada anak perempuan B. Gambaran Klinis Korban dapat mengalami fraktur atau memar, tidak memiliki kacamata atau alat bantu dengar yang mereka butuhkan, tidak medapatkan makanan, MAKALAH KEPERAWATAN GERONTIK GANGGUAN PSIKOSIS PADA LANSIA 53
  • 54. cairan, atau obat-obatan, atau mungkin di restrein dikursi atau tempat tidur. Penganiaya dapat menggunakan sumber financial korban untuk kesenangannya sendiri, sementara lansia tidak dapat membeli makanan dan obat- obatan. Perawatan medis itu sendiri tidak diberikan pada lansia yang menderita penyakit akut atau kronis. Pengabaian diri adalah kegagalan lansia untuk memenuhi kebutuhannya sendiri. C. Proses Terjadinya Perilaku Kekerasan 1. Faktor Predisposisi a. Teori Biologik 1) Neurologik factor, beragam kompnen dari sistem syaraf seperti synap, neurotransmitter, dendrite, axon terminalis, mempunyai peran terminalis yang mempunyai peran memfasilitasi atau menghambat rangsangan dari pesan – pesan yang akan mempengaruhi sifat agresif. Sistem limbic sangat terlibat dalam menstimulasi timbulnya perilaku bermusuhan dan respon agresif. 2) Genetic factor, adanya factor gen yan diturunkan melalui orang tua, menjadi potensi perilaku agresif . menurut riset Kazuo Murakami (2007) dalam gen manusia terdapat dormant (potensi) agresif yang sedang tidur dan akan bangun jika terstimulasi olehh factor eksternal. 3) Cyrcardian Rhytm (irama sikardian tubuh),memegang peranan pada individu. Menurut penelitian pada jam-jam tertentu manusia mengalami peningkatan cortisol treutama pada jam-jam sibuk seperti MAKALAH KEPERAWATAN GERONTIK GANGGUAN PSIKOSIS PADA LANSIA 54
  • 55. menjelang masuk kerja dan menjelang berakhirnya pekerjaan sekitar jam 9 dan jam !3. pada jam tertentu orang lebih mudah terstimulasi untuk bersifat agresif. 4) Biochemistry factor (Faktor biokimia tubuh )seperti neurotransmitter di otak (epineprin, norepineprine, dopamine, asetilkolin, dan serotonin) sangat berperan dalam penyampaian informasi melalui sistem persyarafan daam tubuh, adanya stimulasi dari luar tubuh yang dianggap mengancam atau membahayakan dihantar mellui neurotransmitter ke otak dan meresponnya melalui sebuah efferent. Peningkatan hormone androgen dan oreepineprine serta penurunan serotonin dan GABA pada cairan cerebrospinal vertebra dapat menjadi factor predisposisi terjadinya perilaku agresif. 5) Brain area disorder, gangguan pada sistem limbic dan lobus temporal, sindrom otak organik, tumor otak, trauma otak, penyakit ensefalitis, epilepsy ditemikan sangat berpengaruh terhadap perilaku agresif dan tindak kekerasan. b. Teori psikologik 1) Teori psikoanalisa Agresivitas dan kekerasan dapat dipengaruhi oleh riwayat tumbuh kembang seseorang (life span history).teoriini menjelaskan bawa adanya ketidakpuasan fase oral antara usia 0-2 tahun dimana anak tidak dapat mendapat kasih saying dan pemenuhan kebutuhan air susu yang cukup cenderung mengembangkan sikap agresif dan MAKALAH KEPERAWATAN GERONTIK GANGGUAN PSIKOSIS PADA LANSIA 55
  • 56. bermusuhan setelah dewasa sebagai kompensasi adanya ketidakpercayaan adanya lingkungannya. Tidak terpenuhinya rasa nyaman dapat mengakibatkan tidak berkembangnya ego dan membuat konsep diriyang rendah. 2) Imitation, modeling, and information processing theory Menurut teori ini perilaku kekerasan bisa berkembang dalam lingkungan yang menolerir kekerasan. Adanya contoh, model dan perilaku yang ditiru dari media atau lingkungan skitar memungkinkan individu meniru perilaku tersebut 3) Learning theory Perilaku kekerasan merupakan hasil belajar individu terhadap lingkungan terdekatnya. Ia mengamati bagaimana respon seseorang saat menerima kekecewaan dan mengamati bagaimana orang marah. c. Teori sosiokultural Dalam buaya tertentu seperti rebutan berkah, rebutan uang receh, sesaji atau kototan kerbau di keratin, serta ritual-ritualyang cenderung mengarah pada kemusrikan secara tidak langsung turut memupuksikap agresif dan ingin menang sendiri.kontrol masyarakat yang rendah dan kecenderungan menerima perilaku kekerasan sebagai cara penyelesaian masalah dalam masyarakat merupakan factor predisposisi terjadinnya perilaku kekerasan. MAKALAH KEPERAWATAN GERONTIK GANGGUAN PSIKOSIS PADA LANSIA 56
  • 57. d. Aspek religlusitas Dalam tujuan religlusitas, kemarahan dan agresivitas merupakan dorongan dan bisikan system yang sangat menyukai kerusakan agar manusia menyesal (devil support), semua bentuk kekerasan adalah bisikan setan melalui pembuluh darah ke jantung, otak, dan organ vital manusia lain yang dituruti manusia sebagai bentuk kompensasi bahwa kebutuhan dirinya terancam dan harus dipenuhi tanpa meibatkan akal. 2. Faktor Presipitasi Factor-faktor pencetus perilaku kekerasa sering berkaitan dengan : a. Ekspresi diri, ingin menunjukan eksistensi diri ataisinbol solidaritas seperti dalam sebuah konser, penonton, sepak bola, genk sekoah, perkelahian missal, dsb b. Ekspresi dari tidak terpenuhinya kebutuhan dasar dan kondisi social ekonomi. c. Kesuitan dalam mengkomunikasikan sesuatu dalam keluarga serta tidak membiasakan dialog untuk memecahkan masalah cenderung melakukan kekerasan dalam menyelesaikan konflik. d. Ketidaksiapan ibu dalam merawat anaknya dan ketidakmampuan menempatkan dirinya sebagai serang yang dewasa. e. Adanya riwayat perilaku anti social meliputi penyalahgunaan obat dan alkoholisme dan tidak mampu menontrol emosi saat menghadapi frusta. MAKALAH KEPERAWATAN GERONTIK GANGGUAN PSIKOSIS PADA LANSIA 57
  • 58. f. Kematian anggota keluarga yang terpenting, kehilangan pekerjaan, perunahan tahap perkembangan, atau perubahan tahap perkembangan keluarga. D. Rentang Respon Marah Perilaku kekerasan merupakan suatu rentang emosi dan ungkapan marah yang dimanifestasikan dalam bentuk komunikasi dan proses penyampaian pesan dari individu. Orang yang mengalami kemarahan sebenarnya ingin menyampaikan pesan bahwa ia “tidak setuju, tersinggung, merasa tidak diangap, merasa tidak diturut atau diremehkan.” Rentang respon marah individu dimulai dari respon normal (asertif) sampai pada respon yang sangat tidak normal (maladaptif). Respon Adaptif Respon Maladaptif Asertif Frustasi Pasif Agresif Kekerasan Klien mampu klien gagal klien merasa Klien perasaan mengungkapka mencapai tidak dapat mengekspresika marah dan n marah tanpa tujuan mengungkapka n secara fisik, bermusuha menyalahkan kepuasan / n perasaanya, tapi masih n yang orang lain dan saat marah tidak berdaya terkontrol, sangat kuat memberikan dan tidak dan menyerah mendorong dan hilang kelegaan dapat orang lain control, menemuka dengan ancaman disertai MAKALAH KEPERAWATAN GERONTIK GANGGUAN PSIKOSIS PADA LANSIA 58
  • 59. n alternatif amuk, merusak lingkungan. E. Pengkajian Perilaku Asertif, Pasif, dan Agresif Perawat perlu memahami dan membedakan berbagai prilaku yang ditampilkan klien. Hali ini dapat dianalisa dari perbandingan berikut : Asertif Pasif Asertif Agresif Isi pembicaraan Negatif, Positif Menyombongkan merendahkan menawarkan diri , diri, merendahkan diri, Misalnya : misalnya : orang lain “Biasakah saya “ Saya mampu, misalnya : melakukan hal saya bisa, anda “Kamu pasti tidak itu? boleh, anda dapat” bisa, kamu selalu Bisakah anda melanggar, kamu melakukannya ? tidak pernah menurut, kamu tidak akan bisa” Tekanan suara Lambat, sedang Keras ngotot mengeluh Posisi Badan Menundukkan Tegap dan santai Kaku, condong kepala kedepan MAKALAH KEPERAWATAN GERONTIK GANGGUAN PSIKOSIS PADA LANSIA 59
  • 60. Jarak Menjaga jarak Mempertahankan Siap dengan jarak dengan sikap jarakyang nyaman akan menyerang mengabaikan orang lain Penampilan Loyo, tidak Sikap tenang Mengancam, dapat tenang posisi menyerang Kontak mata Sedikit/ sama Mempertahankan Mata melotot dan sekali tidak kontak mata sesuai dipertahankan. dengan hubungan F. Pengkajian Mekanisme Koping Klien Perawat perlu mengidentifikasikan mekanisme koping klien, sehingga dapat membantu klien untuk mengembangkan mekanisme koping yang konstruktif dalam mengekspresikan marahnya. Mekanisme koping yang umu digunakan adalah mekaisme pertahanan ego seperti displacement(dapat mengungkapkan kemarahan pada objrlyang salah, misalnya pada saat marah pada dosen, mahasiswa mengungkapkan kemarahan dengan memukul tembok. Proyeksi yaitu kemarahan dimana secara verbal mengalihkan kesalahan diri sendiripada orang lain yang dianggap berkaitan. Mekanisme koping lainnya adalah represi, dimana individu merasa seolah-olah tidak marah dan tidak kesal, ia tidak mencoba menyampaikannya kepada orang terdekat atau ekspress feeling, sehingga rasa marahnya tidak terungkap dan ditekan sampai ia melupakannya. MAKALAH KEPERAWATAN GERONTIK GANGGUAN PSIKOSIS PADA LANSIA 60
  • 61. Perilaku kekerasan biasanya diawali dengan situasi berduka berkepanjangan dari seseorang karena ditinggal oleh seseorang yang dianggap sangat berpengaruh dalam hidupnya. Bila kondisi tersebut tidak berakhir dapat menyebabkan perasan harga diri rendah sehingga sulit untuk bergaul dengan orang lain. G. Diagnosa Keperawatan 1. Perilaku Kekerasan 2. Resiko Mencderai Diri Sendiri, orang lain dan lingkungan 3. Perubahan Persepsi Sensori : halusinansi 4. Harga Diri Rendah Kronis 5. Isolasi Sosial 6. Berduka Disfungsional 7. Inefektif proses terapi 8. Koping keluarga inefektif H. Tanda dan Gejala Perawat dapat mengidentifikasi dan mengobservasi tanda da gejala perilaku kekerasan : 1. Fisik a. Muka merah dan tegang b. Mata melotot/pandangan tajam c. Tangan mengepal d. Rahang mengatup MAKALAH KEPERAWATAN GERONTIK GANGGUAN PSIKOSIS PADA LANSIA 61
  • 62. e. Wajah memerah dan tegang f. Postur tubuh kaku g. Pandangan tajam h. Mengatupkan rahang dengan kuat i. Mengepalkan tangan j. Jalan mondar-mandir 2. Verbal a. Bicara kasar b. Suara tinggi, membentak atau berteriak c. Mengancam verbal atau fisik d. Mengumpat dengan kata-kata kotor e. Suara keras f. Ketus 3. Perilaku a. Melempar atau memukul benda/orang lain b. Menyerang orang lain c. Merusak lingkungan d. Amuk/agresif 4. Emosi Tidakadekuat, tidak nyaman, rasa terganggu, dendam dan jengkel, tidak berdaya, bermusuhan,. Mengamuk, ingin berkelahi, menyalahkan an meuntut. 5. Intelektual Mendominasi, cerewet. Kasar, berdebat, meremehkan, sarkasme MAKALAH KEPERAWATAN GERONTIK GANGGUAN PSIKOSIS PADA LANSIA 62
  • 63. 6.Spiritual Merasa diri berkuasa, merasa diri benar, Mengkritik pendapat orang lain, menyinggung perasaan orang lain, tidak peduli dan kasar. 7.Social Menarik diri, pengasigan, penolakan, kekerasan, ejekan, sindiran. 8.Perhatian Bolos, mencuri, melarikan diri, penyimpangan seksual. I. Tindakan Keperawatan 1. Bina hubungan saling percaya Dalam memebina hubungan saling percaya perlu dipertimbangkan agar klien merasa aman dan nyaman saat berinteraksi dengan perawat: a. Mengcapkan salam terapeutik b. Berjabat tangan c. Menjelaskan tujuan interaksi d. Membuat kontrak topic, waktu dan tempat setiap kali bertemu dengan klien. 2. Diskusikan bersama klien mengenai penyebab perilaku kekerasan saat ini dan yang lalu. 3. Diskusikan perasaan klien jikaterjadi penyebab perilaku kekerasan: a. Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara fisik b. Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara social c. Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara intelektual d. Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara spiritual. MAKALAH KEPERAWATAN GERONTIK GANGGUAN PSIKOSIS PADA LANSIA 63
  • 64. 4. Diskusikan bersama klien yag biasa dilakukan pada saat marah secara verbal terhadap orang lain, terhadap diri sendiri, terhadap lingkungan. 5. Diskusikan dengan klien akibat perilakunya. 6. Diskusikan bersama klien cara mengontrol perilaku kekerasa secara fisik : distraksi melalui pekerjaan seperti membersihkan lantai, membuat batako, olah raga, dan sebagainya. 7. Diskusikan bersama klien cara mengontrol perilaku kekerasan secara asertif. 8. Diskuskan bersama klien cara mengontrol perilaku kekerasan secara spiritual: sholat/berdoa sesuai keyakian pasien 2.5 DEPRESI PADA LANSIA A. Pengertian Depresi Depresi merupakan satu masa terganggunya fungsi manusia yang berkaitan dengan alam perasaan yag sedih dan gejala penyertanya, termasuk perubahan pada pola tidur dan nafsu makan, psikomotor, konsentrasi, kelelahan, rasa putus asa dan tak berdaya, serta gagasan bunuh diri (Kaplan dan Sadock, 1998). Depresi adalah suatu perasaan sedih dan pesimis yang berhubungan dengan suatu penderitaan. Dapat berubah serangan yang ditujukan pada diri sendiri atau perasaan marah yang dalam (Nugroho, 2000). Menurut Hudak & Gallo (1996), gangguan depresi merupakan keluhan umum pada lanjut usia dan merupakan penyebab tindakan bunuh diri. MAKALAH KEPERAWATAN GERONTIK GANGGUAN PSIKOSIS PADA LANSIA 64
  • 65. Depresi adalah gangguan alam perasaan yang ditandai oleh kesedihan, harga diri rendah, rasa bersalah, putus asa, perasaan kosong (Keliat,1996). Sedangkan menurut Hawari (1996), depresi adalah bentuk gangguan bentuk gangguan kejiwaan pada alam perasaan (mood), yang ditandai kemurungan, kelesuan, ketidakgairahan hidup, perasaan tidak berguna dan putus asa. B. Tanda dan Gejala Depresi pada Lansia Samiun (2006) menggambarkan gejala-gejala depresi pada lansia: a. Kognitif Sekurang-kurangnya ada 6 proses kognitif pada lansia yang menunjukkan gejala depresi. Pertama, Individu yang mengalami depresi memiliki self-esteem yang sangat rendah. Mereka berfikir tidak adekuat, tidak mampu, merasa dirinya tidak berarti, merasa rendah diri dan merasa bersalah terhadap kegagalan yang dialami. Kedua, Lansia selalu pesimis dalam menghadapi masalah dan segala sesuatu yang dijalaninya menjdi buruk dan kepercayaan terhadap dirinya yang tidak adekuat. Ketiga, Memiliki motivasi yang kurang dalam mejalani hidupnya, selalu meminta bantuan dan melihat semuanya gagal dan sia-sia sehingga merasa tidak ada gunanya berusaha. Keempat, Membesar-besarkan masalah dan selalu pesimistik menghadapi masalah. Kelima, Proses berpikirnya menjadi lambat, performance intelektualnya berkurang. Keenam, Generalisasi dari gejala depresi, harga diri rendah, pesimisme dan kurangnya motivasi MAKALAH KEPERAWATAN GERONTIK GANGGUAN PSIKOSIS PADA LANSIA 65
  • 66. b. Afektif Lansia yang mengalami depresi merasa tertekan, murung, sedih, putus asa, kehilangan semangat dan muram. Sering merasa terisolasi, ditolak dan tidak dicintai. c. Somatik Masalah somatik yang sering dialami lansia yang mengalami depresi seperti pola tidur yang terganggu (insomnia), gangguan pola makan dan dorongan seksual berkurang. lansia lebih rentan terhadap penyakit karena sistem kekebalan tubuhnya melemah, selain karena aging process juga karena orang yang mengalami depresi menghasilkan sel darah putih yang kurang (Schleifer et all, 1984; Samiun, 2006) d. Psikomotor Gejala psikomotor pada lansia depresi yang dominan adalah retardasi motor. Sering duduk dengan terkulai dan tatapan kosong tanpa ekspresi, berbicara sedikit dengan kalimat datar dan sering menghentikan pembicaraan karena tidak memilki tenaga atau minat yang cukup untuk menyelesaikan kalimat itu. Dalam pengkajian depresi pada lansia menurut Sadavoy et all (2004) gejala-gejala Depresi dirangkum dalam SIGECAPS yaitu gangguan pola tidur (sleep) pada lansia yang dapat berubah keluhan sukar tidur, mimpi buruk dan bangun dini dan tidak bisa tidur lagi, penurunan minat dan aktivitas (interest), rasa bersalah dan menyalahkan diri (guilty), merasa cepat lelah dan tidak mempunyai tenaga (energy), penurunan konsentrasi dan proses pikir (concentration), nafsu makan menurun (appetite), MAKALAH KEPERAWATAN GERONTIK GANGGUAN PSIKOSIS PADA LANSIA 66
  • 67. gerakan lambat dan sering duduk terkulai (psychomotor) dan penelantaran diri serta ide bunuh diri (suicidaly). Sedangkan menurut Kelliat (1996) perilaku yang berhubungan dengan depresi meliputi beberapa aspek seperti : a. Afektif Kemarahan, ansietas, apatis, kekesalan, penyangkalan perasaan, kemurungan, rasa bersalah, ketidakdayaan, kepetusasaan, kesepian, harga diri rendah, kesedihan. b. Fisiologik Nyeri abdomen, anoreksia, sakit punggung, konstipasi, pusing, keletihan, gangguan pencernaan, insomnia, perubahan haid, makan berlebihan/kurang, gangguan tidur, dan perubahan berat badan. c. Kognitif Ambivalensi, kebingungan, ketidakmampuan berkonsentrasi, kehilangan minat dan motivasi, menyalahkan diri sendiri, mencela diri, pikiran yang deskrutif tentang diri sendiri, pesimis, ketidakpastian. d. Perilaku Agresif, agitasi, alkoholisme, perubahan tingkat aktivitas, kecanduan obat, intoleransi, mudah tersinggung, kurang spontalitas, sangat tergantung, kebersihan diri yang kurang, isolasi sosial, mudah menangis, dan menarik diri. MAKALAH KEPERAWATAN GERONTIK GANGGUAN PSIKOSIS PADA LANSIA 67
  • 68. Menurut PPDGJ – III (Maslim, 1997), tingkatan depresi ada 3 berdasarkan gejala – gejala yaitu : 1) Depresi Ringan Gejala: a. Kehilangan minat dan kegembiraan b. Berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan mudah lelah (rasa lelah yang nyata sesudah kerja sedikit saja) dan menurunya aktivitas c. Konsentrasi dan perhatian yang kurang d. Harga diri dan kepercayaan diri yang kurang e. Lamanya gejala tersebut berlangsung sekurang – kurangnya 2 minggu f. Hanya sedikit kesulitan dalam pekerjaan dan kegiatan sosial yang biasa dilakukanya 2) Depresi Sedang Gejala: a. Kehilangan minat dan kegembiraan b. Berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan mudah lelah (rasa lelah yang nyata sesudah kerja sedikit saja) dan menurunya aktivitas c. Konsentrasi dan perhatian yang kurang d. Harga diri dan kepercayaan diri yang kurang e. Gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna f. Pandangan masa depan yang suram dan pesimitis g. Lamanya gejala tersebut berlangsung sekurang – kurangnya 2 minggu MAKALAH KEPERAWATAN GERONTIK GANGGUAN PSIKOSIS PADA LANSIA 68
  • 69. h. Mengadaptasi kesulitan untuk meneruskan kegiatan sosial pekerjaan dan urusan tumah tangga 3) Depresi Berat Gejala: a. Mood depresif b. Kehilangan minat dan kegembiraan c. Berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan mudah lelah (rasa lelah yg nyata sesudah kerja sedikit saja) dan menurunya aktivitas d. Konsentrasi dan perhatian yang kurang e. Gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna f. Pandangan masa depan yang suram dan pesimitis g. Perbuatan yang membahayakan dirinya sendiri atau bunuh diri h. Tidur tenganggu disertai waham, halusinasi i. Lamanya gejala tersebut berlangsung selama 2 minggu C. Penyebab Depresi pada Lanjut Usia Menurut Stuart dan Sundeen (1998), faktor penyebab depresi adalah : a. Faktor predisposisi : 1. Faktor genetik, dianggap mempengaruhi gangguan transmisi gangguan afektif melalui riwayat keluarga dan keturunan. 2. Teori agresi menyerang kedalam, menunjukkan bahwa depresi terjadi karena perasaan marah yang ditunjukkan kepada diri sendiri. 3. Teori kehilangan obyek, menunjukkan kepada perpisahan traumatika individu dengan benda atau yang sangat berarti. MAKALAH KEPERAWATAN GERONTIK GANGGUAN PSIKOSIS PADA LANSIA 69