SlideShare una empresa de Scribd logo
1 de 21
Descargar para leer sin conexión
ZONASI LAHAN DAN PEMANFAATANNYA
(Studi Tentang Kebijakan Tata Ruang dan Implementasinya di Kota Malang)

Dosen Pembimbing :
Bpk. Heru Ribawanto, Drs.MS
Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Kebijakan Pembangunan Perkotaan

Disusun oleh :
Septinia Eka Silviana

115030101111069

Kelas F

JURUSAN ADMINISTRASI PUBLIK
FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2014
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia sebagai negara berkembang masih mengalami permasalahan
besar dalam perkembangan kota-kotanya. Fenomena pembangunan tata ruang
kota yang semakin pelik membuat pemanfaatan lahan semakin minim. Lahan
merupakan sumber daya pembangunan yang memiliki karakteristik unik, seperti
luas yang relatif karena perubahan luas akbibat proses alami dan proses artifisial
sangat kecil; memiliki sifat fisik (jenis batuan, kandungan mineral, dan
sebagainya) dengan kesesuaian dalam menampung kegiatan masyarakat yang
cenderung spesifik. Oleh karena itu lahan perlu diarahkan untuk dimanfaatkan
dalam kegiatan yang paling sesuai dengan sifat fisiknya serta di kelola agar
mampu menampung kegiatan masyarakat yang terus berkembang. Dalam
mengefisiensikan alokasi pemanfaatan lahan, diperlukan rencana untuk kebutuhan
seluruh sektor kegiatan masyarakat, baik kebutuhan saat ini maupun kegiatan di
masa mendatang. Rencana tata ruang merupakan bentuk rencana yang telah
mempertimbangkan kepentingan berbagai sektor kegiatan masyarakat dalam
mengalokasikan lahan/ruang beserta sumber daya yang terkandung di dalamnya
(bersifat komprehensif)
Sesuai dari makna dari rencana tata ruang merupakan dasar bagi
pemanfaatan ruang/lahan. Rencana tata ruang adalah produk rencana yang berisi
rencana pengembangan struktur ruang dan rencana pola pemanfaatan ruang yang
hendak dicapai pada akhir tahun perencanaan. Struktur ruang dibentuk oleh sistem
pusat kegiatan dan sistem jaringan prasarana yang mencakup sistem jaringan
transportasi (darat, laut, udara), sistem jaringan energi dan kelistrikan, sistem
jaringan telekomunikasi, dan sistem jaringan sumber daya air. Sedangkan pola
pemanfaatan ruang adalah gambaran alokasi ruang untuk berbagai jenis
pemanfaatan lahan yang direncanakan. Rencana tata ruang yang berkualitas
merupakan prasyarat dalam penyelenggaraan penataan ruang. Namun demikian
rencana tata ruang tersebut harus dibarengi dengan pengendalian pemanfaatan

1
ruang yang tegas dan konsisten untuk menjamin agar pemanfaatan ruang/lahan
dapat tetap sesuai dengan rencana tata ruang yang telah ditetapkan. Wujud
struktural pemanfaatan ruang adalah susunan unsur-unsur pembentuk rona
lingkungan alam, lingkungan sosial, dan lingkungan buatan yang secara hirarkis
dan struktural berhubungan satu dengan yang lainnya membentuk tata ruang.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana pendeskripsian zonasi lahan dan pemanfaatannya di Kota
Malang?
2. Apa saja kebijakan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) serta
bagaimana implementasinya di Kota Malang?
3. Bagaimana prosedur atau mekanisme dalam penyusunan Rencana Tata
Ruang Wilayah Kota Malang (RTRW) serta apa hambatan kebijakan
RTRW tersebut?
1.3 Tujuan
1. Untuk menjelaskan deskripsi atas zonasi lahan dan pemanfaatannya di
Kota Malang
2. Untuk mengetahui apa saja kebijakan Rencana Tata Ruang Wilayah
(RTRW) dan bagaimana Implementasinya di Kota Malang
3. Menguraikan tahapan prosedur atau mekanisme dalam penyusunan
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) dan memberikan ulasan
hambatan dari kebijakan RTRW tersebut
1.4 Manfaat
1. Manfaat Akademis
a. Sebagai tambahan pengetahuan terkait dengan kebijakan RTRW
b. Sebagai

tambahan

pengetahuan

terkait

dengan

uraian

pengimplementasian kebijakan dari RTRW tersebut
2. Manfaat Praktis
Sebagai sarana sosialisasi atau bahan bacaan bagi masyarakat agar
bisa

mengetahui

secara

jelas

bagaimana

zonasi

lahan

dan

pemanfaatannya di Kota Malang

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kebijakan Publik
2.1.1 Definisi Kebijakan Publik
Kebijakan publik adalah studi tentang apa yang dilakukan pemerintah,
mengapa pemerintah mengambil tindakan tersebut, dan akibat dari
tindakan tersebut (Parsons, 2006).
2.1.2 Siklus Kebijakan Publik
Secara garis besar siklus kebijakan publik memiliki beberapa tahapan.
Tahap pertama dalam siklus kebijakan ialah penyusunan agenda (agenda
setting). Tahap kedua dari siklus kebijakan ialah perumusan kebijakan
(policy formulation) atau kadang disebut adopsi kebijakan (policy
adoption). Tahap ketiga disebut

implementasi kebijakan (policy

implementation). Implementasi dapat dirumuskan sebagai suatu proses,
suatu output atau keluaran, atau suatu hasil akhir (outcome). Implementasi
mengacu pada serangkaian keputusan dan tindakan pemerintah yang
dimaksudkan untuk sesegera mungkin menghasilkan akibat-akibat
tertentu yang dikehendaki.
2.1.3 Implementasi Kebijakan Publik
Pendekatan yang digunakan dalam menganalisis implementasi
kebijakan tentang sertifikasi guru adalah teori yang dikemukakan oleh
George C. Edwards III. Ada empat variabel dalam kebijakan publik yaitu
komunikasi, sumberdaya, sikap, dan struktur birokrasi.
2.2 Lahan dan Penggunaan Lahan
Lahan adalah suatu lingkungan fisik terdiri atas tanah, iklim, relief,
hidrologi, vegetasi, dan benda-benda yang ada di atasnya yang selanjutnya
semua faktor-faktor tersebut mempengaruhi penggunaan lahan. Termasuk
di dalamnya juga hasil kegiatan manusia, baik masa lampau maupun
sekarang (FAO. 1975, dalam Arsyad, 1989). Penggunaan lahan (land use)
dapat diartikan sebagai campur tangan manusia terhadap lahan, baik secara

3
menetap maupun berkala untuk memenuhi kebutuhan hidup baik material
maupun spiritual (Arsyad, 1989, Talkurputra, et.al. 1996).
Penggunaan lahan dapat dikelompokkan ke dalam dua golongan
besar, yaitu penggunaan lahan pertanian dan penggunaan lahan bukan
pertanian. Penggunaan lahan pertanian dibedakan secara garis besar ke
dalam macam penggunaan lahan berdasarkan penyediaan air dan lahan
yang diusahakan. Berdasarkan hal itu dikenal macam penggunaan lahan
seperti sawah, tegalan, kebun, kebun campuran, lalang, perkebunan dan
hutan. Penggunaan lahan bukan pertanian dapat dibedakan ke dalam
penggunaan kota atau desa (pemukiman), industri, rekreasi dan sebagainya
(Arsyad, 2000).
2.3 Zona Lahan dan Struktur Ruang Kota
Zona adalah kawasan atau area yang memiliki fungsi dan
karakteristik lingkungan yang spesifik. Zonasi terhadap lahan adalah salah
satu hal penting dalam kegiatan perencanaan wilayah. Bintarto (1989)
menjelaskan bahwa perkembangan kota dapat dilihat dari aspek zona-zona
yang berada di dalam wilayah perkotaan. Perkembangan kota terlihat dari
penggunaan lahan yang membentuk zona-zona tertentu dalam ruang
perkotaan. Zonasi ini muncul karena terdapat perbedaan nilai lahan akibat
munculnya pembagian lahan (zoning) sesuai dengan kebutuhan dan fungsi
lahan tersebut.
Struktur ruang merupakan suatu susunan pusat-pusat permukiman,
sistem jaringan serta sistem prasarana maupun sarana yang berfungsi
sebagai pendukung kegiatan sosial-ekonomi

yang

secara

hirarki

berhubungan fungsional. Struktur ruang kota dipengaruhi oleh beberapa
faktor. Di antaranya adalah fungsi pemerintah dan lembaga publik, pasar
lahan yang kompetitif, dan perilaku social masyarakat kota tersebut.
Berikut ini adalah teori – teori struktur ruang kota yang meliputi:
1. Teori Konsentris
Teori ini dikemukakan oleh Burgess. Menurutnya kota mengalami
perkembangan dari inti di tengah atau pusat kota. Kemudian meluas ke
tepi-tepi dan keluar. Bentuknya menjadi lingkaran-lingkaran berlapis yang

4
terdiri dari inti kota yaitu Central Business District (CBD), daerah
peralihan, permukiman sederhana, perumahan elite, dan wilayah komuter.
2. Teori Sektor
Homer Hoyt adalah penemu teori ini. Ia berpendapat bahwa
perkembangan kota lebih kepada sektor-sektor tertentu daripada lingkaran.
Perkembangan yang terjadi di dalam kota berangsur-angsur menghasilkan
kembali sektor-sektor yang sama terlebih dahulu. Inti dari konsep ini
adalah saling melengkapi.
3. Teori Pusat Berganda
Teori ini merupakan gabungan dan pengembangan dari teori
konsentris dan teori sektor. Dikemukakan oleh Harris dan Ullman dalam
buku Reading in Urban Geography. Teori pusat berganda menjelaskan
bahwa pertumbuhan kota yang bermula dari pusat kota menjadi rumit
karena muncul pusat-pusat tambahan yang masing-masing berfungsi
menjadi kutub pertumbuhan. Lalu muncul tata guna lahan yang
melengkapi fungsional pusat kota tersebut. Menurut Von Thunen, terdapat
perbedaan zona lahan dan struktur kota menjelaskan bahwa kegiatan
tertentu hanya mampu dibiayai dengan tingkat tertentu. Selain itu harga
lahan dipengaruhi oleh jarak terhadap titik pusat (dalam hal ini CBD).
Harga lahan juga dipengaruhi oleh aksesbilitas yang dikendalikan oleh
transportasi. Semakin mudah suatu lokasi untuk dicapai dan berhubungan
dengan pusat kota, maka harga lahannya semakin tinggi.

5
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Deskripsi atas zonasi lahan dan pemanfaatannya di Kota Malang
Secara garis besar Pulau Jawa dengan luas kurang lebih 132.000 km2
dibagi menjadi 3 daerah geografis, yaitu:
1. Dataran rendah yang sempit dan kurang subur di Pantai Selatan.
2. daerah pedalaman dengan tanah vulkanisnya yang subur, terbentang
dari barat ke Timur dan seringkali terputus oleh puncak-puncak gunung
dengan ketinggian kurang lebih 3000 m.
3. Dataran rendah pantai Utara yang subur karena terbentuk dari endapanendapan lumpur yang dibawa oleh sungai-sungai selama ribuan tahun.
Malang sebagai salah satu kota di Jawa Timur mempunyai letak
geografis yang strategis, sekaligus juga indah. Inilah salah satu modal bagi
kota kecil di pedalaman ini untuk tumbuh menjadi kota kedua terbesar di Jawa
Timur setelah Surabaya. Pada tahun 1900 Malang masih merupakan kota
kabupaten kecil di pedalaman. Sampai tahun 1900-an Malang adalah ibukota
Kabupaten Malang, yang merupakan bagian dari Karisidenan Pasuruan. Pada
tahun 1800, jumlah penduduknya hanya 12.040 jiwa, dan pada tahun 1905
baru 29.541 jiwa (Karsten, 1935: 66). Jadi selama 105 tahun jumlah
penduduknya hanya bertambah 2,45 kali lipat. Bandingkan selama 10 tahun
(1920-1930) penduduk kota Malang bertambah lebih dari 2 kali lipat, yaitu
pada tahun 1920 sebesar 42.981 jiwa, dan pada tahun 1930 berjumlah 86.645
jiwa (Karsten, 1935:66) . Luas wilayahnya pada tahun 1914 baru mencapai
1503 Ha (Staadsgemeente Malang, 1939). Perkembangan yang pesat telah
menggeser citra Malang sebagai kota terindah di Hindia Belanda sebelum
perang dunia kedua. Kini bertebaran pusat-pusat perdagangan (commercial
centre) bernuansa modern. Penataan kawasan cenderung menghilangkan
bangunan-bangunan kuno yang mempunyai nilai sejarah.

6
Tabel 1 Luas Wilayah Kota Malang
No.

Kecamatan

Luas (Km2)

1.

Kedungkandang

36,89

2.

Klojen

8,83

3.

Blimbing

17,77

4.

Lowokwaru

22,60

5.

Sukun

20,97

Total

110,06

Sumber : Litbang Kompas diolah dari BPS Kota Malang 2001

Dengan perkembangan tersebut mendorong pengembangan wilayah ke
arah pinggiran kota yang disertai dengan infrastruktur kota yang dibutuhkan.
Namun dalam tahapannya harus memperhatikan perkembangan Kota Malang
yang sudah ada. Rangkaian proses perkembangan tata ruang sangat
mempengaruhi struktur tata ruang yang ada sekarang maupun yang akan
datang. Untuk itu perlu mengetahui perkembangan Kota Malang dan produkproduk rencananya agar penataan ruang tahap selanjutnya berkesinambungan.

Gambar 1.1 Peta Struktur Ruang Kota Malang

7
3.2 Kebijakan

Rencana

Tata

Ruang

Wilayah

(RTRW)

dan

Implementasinya di Kota Malang
 Penataan ruang wilayah Kota Malang, bertujuan :
a. Mewujudkan Kota Malang sebagai kota pendidikan yang berkualitas
dengan peningkatan pertumbuhan ekonomi yang didukung sektor
penunjang pariwisata serta sektor industri, perdagangan dan jasa agar
tercipta kota yang aman, nyaman, produktif dan berkelanjutan;
b. Terwujudnya prasarana dan sarana kota yang berkualitas, dalam jumlah

yang layak, berkesinambungan dan dapat diakses oleh seluruh warga
kota.
 Kebijakan dan Strategi Struktur Ruang Wilayah Kota Malang
Menurut Peraturan Daerah Kota Malang Nomor 4 Tahun 2011
Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Malang Tahun 20102030
Kebijakan struktur ruang wilayah Kota Malang, meliputi :
a. Pemantapan Kota Malang sebagai Pusat Kegiatan Nasional (PKN);


Kebijakan Pemantapan Kota Malang sebagai Pusat Kegiatan Nasional
(PKN) diarahkan pada kesiapan dan kenyamanan Kota Malang sebagai
kota yang melayani kegiatan skala nasional.



Strategi Pemantapan Kota Malang sebagai Pusat Kegiatan Nasional
(PKN), meliputi :
a) mendorong kemudahan aksesibilitas terhadap kegiatan skala nasional;
b) mengembangkan sektor perdagangan dan jasa yang siap melayani
kegiatan nasional.

b. Pengembangan Kota Malang sebagai Pusat Pelayanan Berskala Regional;


Kebijakan Pengembangan Kota Malang sebagai Pusat Pelayanan Berskala
Regional diarahkan pada kemudahan akses dan pelayanan Kota Malang
sebagai daya tarik kegiatan skala regional.



Strategi Pengembangan Kota Malang sebagai Pusat Pelayanan Berskala
Regional, meliputi :
a) mendorong kemudahan aksesibilitas pelayanan skala regional;
b) mendukung pengembangan transportasi kereta api komuter;

8
c) mengarahkan kegiatan pelayanan sosial, budaya, ekonomi dan/atau
administrasi masyarakat pada skala regional;
d) mengarahkan perkembangan perdagangan dan jasa pada jalur
regional;
e) mengarahkan perkembangan kegiatan industri dan pergudangan pada
kawasan perbatasan kota;
f) mendorong

pertumbuhan

sektor-sektor

strategis

dengan

mengutamakan perkembangan ekonomi lokal;
g) meningkatkan pengembangan kawasan yang cenderung menjadi
aglomerasi fasilitas pelayanan regiona
c. Pengembangan Kota Malang sebagai Pusat Pelayanan Kawasan Andalan
Malang Raya;


Kebijakan Pengembangan Kota Malang sebagai Pusat Pelayanan Kawasan
Andalan Malang Raya diarahkan pada kerja sama kawasan Malang Raya
untuk peningkatan ekonomi masyarakat Kota Malang.



Strategi Pengembangan Kota Malang sebagai Pusat Pelayanan Kawasan
Andalan Malang Raya, meliputi :
a) mendorong sektor pendukung pariwisata yang melayani kawasan
Malang Raya;
b) mendorong pertumbuhan dan perkembangan kawasan budidaya yang
mendukung pelayanan Malang Raya;
c) menjalin kerja sama dengan daerah otonom kawasan Malang Raya
untuk memantapkan pelayanan dan pengembangan kota;
d) meningkatkan kegiatan dan pelayanan sektor perdagangan dan jasa
yang mengarah pada pendukung sektor pariwisata.

d. Pengembangan Sistem Pusat Pelayanan Kota Malang;


Kebijakan Pengembangan Sistem Pusat Pelayanan Kota Malang diarahkan
pada harmonisasi perkembangan kegiatan dan pelayanan yang berjenjang,
skala regional dan/atau skala wilayah kota, skala sub wilayah kota, dan
skala lingkungan wilayah kota.



Strategi Pengembangan Sistem Pusat Pelayanan Kota Malang, meliputi :

9
a) menetapkan dan memantapkan kawasan alun-alun sebagai pusat
pelayanan kota;
b) menetapkan pembagian wilayah Kota Malang menjadi 5 (lima) sub
pusat pelayanan kota;
c) mengembangkan sub pusat pelayanan Kota secara merata;
d) mengembangkan pusat-pusat lingkungan yang melayani skala
lingkungan wilayah kota secara proporsional;
e) menghubungkan antar sub pusat kota dan antara masing-masing sub
pusat kota dengan pusat kota melalui jaringan jalan berjenjang dengan
pola pergerakan merata;
f) mendorong pertumbuhan dan perkembangan kawasan budidaya yang
mendukung pelayanan pusat kota dan sub pusat kota secara
berimbang;
g) mengarahkan sentra-sentra budidaya yang mendukung pelayanan
skala pusat kota dan sub pusat kota;
h) mengembangkan jaringan pusat kota, sub pusat kota, dan pusat
lingkungan yang berhierarki dan tersebar secara berimbang dan saling
terkait menjadi satu kesatuan sistem kota menuju pusat kota;
i) mendorong pembangunan dan pengembangan pusat-pusat lingkungan
yang selaras dan seimbang;
j) mengembangkan kegiatan pelayanan sosial, budaya, ekonomi dan atau
administrasi masyarakat pada sub wilayah kota secara merata.
e. Pengembangan Prasarana Wilayah Kota, terdiri dari :
1. Sistem dan jaringan transportasi;
2. Sistem prasarana sumber daya air; dan
3. Sistem dan Jaringan Utilitas Perkotaan.


Kebijakan pengembangan prasarana wilayah Kota Malang diarahkan pada
pengembangan

dan

penataan

sistem

jaringan

prasarana

utama

transportasi, jaringan prasarana lainnya, dan infrastruktur kota untuk
peningkatan layanan masyarakat Kota Malang dan menghindari disparitas
perkembangan kawasan antar sub wilayah kota.


Untuk mencapai tujuan ditetapkan kebijakan sebagai berikut :

10
a. penyediaan prasarana dan sarana kota yang terintegrasi secara hierarki sesuai
dengan standar yang berlaku;
b. penyediaan utilitas kota yang terintegrasi secara hierarki sesuai dengan standar
yang berlaku;
c. pelaksanaan konservasi kawasan lindung dan sumber daya air, serta
pengembangan RTH untuk keseimbangan ekologi kota;
d. peningkatan luas RTH sebagai upaya peningkatan kualitas kehidupan kota;
e. pengarahan perkembangan kawasan perumahan sesuai dengan karakteristik
kawasan;
f. peran serta dalam mitigasi dan adaptasi dampak perubahan iklim.


Strategi Pengembangan prasarana wilayah Kota Malang, meliputi :

a. mengembangkan sistem prasarana utama berupa jaringan transportasi jalan raya
dalam mendukung pertumbuhan dan pemerataan pembangunan sub pusat kota,
dengan upaya :


mengatur rute arus pergerakan/lalu lintas melalui peraturan khusus, berupa
pengalihan rute pada jam-jam khusus untuk menghindari penumpukan
jumlah pergerakan;



mengkondisikan kembali fungsi-fungsi jalan untuk kesesuaian antara
kondisi fisik dengan persyaratan pada masing-masing fungsi jaringan
jalan;



membangun jaringan jalan lingkar yang dapat mengakomodasi kebutuhan
masyarakat;



meningkatkan kapasitas ruas jalan utama kota.

b. mengembangkan sarana transportasi, dengan upaya :


meningkatkan kualitas dan kuantitas pelayanan angkutan umum;



mengadakan angkutan umum massal meliputi angkutan umum bus metro,
bus kota dan kereta api komuter;



membangun halte khusus untuk bus metro, bus kota, dan angkutan kota
(angkot) sebagai tempat menaikkan dan menurunkan penumpang dan
berfungsi untuk mencegah kemacetan;



meningkatkan kualitas dan kuantitas fasilitas penunjang beroperasinya
sarana transportasi.

11
c. mengembangkan prasarana transportasi, dengan upaya :


meningkatkan dan memperbaiki kualitas sarana dan prasarana terminal dan
sub terminal;



mengalihfungsikan Terminal Gadang menuju ke Terminal Hamid Rusdi;



membangun terminal kargo di sekitar jalan lingkar sebagai terminal
angkutan barang;

Gambar 1.2 Peta Struktur Ruang Kota Malang
 Implementasi di Kota Malang
Persoalan penataan ruang merupakan suatu isu kebijakan yang
sangat menarik untuk diperbincangkan sebab dalam persoalan ini terdapat
banyak kepentingan- kepentingan yang turut dalam pelaksanaan suatu
kebijakan. Oleh karena banyaknya kepentingan tersebut maka menjadi
menarik bahwa persoalan penataan ruang terbuka hijau seringkali terjadi
tarik ulur antar aktor-aktor kebijakan. Pelaksanaan kebijakan ini berdasar
pada regulasi pemerintah yakni dalam Perda No.7 Tahun 2001 tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Malang.
Pelaksana kebijakan ini adalah melibatkan unsur pemerintah
sebagai konseptor bidang pembangunan seperti Badan Perencanaan
Pembangunan Daerah (BAPPEDA) serta unsur teknis yaitu Dinas
12
Kebersihan dan Pertamanan. Di samping juga akademisi, swasta dan
masyarakat sebagai pelaksana kebijakan. Hasil dari beberapa penelitian
yang dicermati keberadaan RTH Kota Malang saat ini masih belum
sepenuhnya memenuhi proporsi 30% luasan RTH kawasan perkotaan
sebagaimana disyaratkan dalam UU No.26 tahun 2007 tentang Penataan
Ruang. Hal ini disebabkan ploting-ploting RTH selama ini belum
maksimal dilakukan sehingga masih terdapat RTH produktif yang
terbengkalai di kawasan perkotaan. Selain itu bahwa dalam pelaksanaan
kebijakan penataan RTH Kota Malang juga masih menyimpan beragam
persoalan lain seperti alih fungsi lahan menjadi kawasan terbangun,
penebangan liar, pembangunan yang tidak memperhatikan kondisi
lingkungan dan sebagainya.
Perda RTRW (Rencana Tata Ruang Wilayah) No 7 Tahun 2001,
yang berlaku hingga tahun 2010 harus diakui sudah tidak memiliki
relevansi dengan pola pembangunan di Kota Malang. Perda ‘impoten’
tersebut lebih banyak dilanggar daripada dipatuhi dan dijadikan acuan
pembangunan. Kewibawaan perangkat hukum tata ruang dan perangkat
perijinan berada di bawah bayang-bayang rupiah. Ironisnya, tidak ada
yang merasa jengah dengan kenyataan ini. Sepertinya memang harus
dilakukan evaluasi secara menyeluruh dan secepatnya, sebelum terlanjur
semua aset publik berubah menjadi aset-aset ekonomi. Bisa jadi ini
memang karena Perda RTRW sudah kehilangan relevansi, atau bisa jadi
juga karena faktor mentalitas makelar pemerintah Malang yang lebih suka
menjual dan menggandaikan aset-aset publik daripada memberdayakan
dan melestarikannya buat kepentingan publik yang lebih besar.

13
3. Prosedur atau mekanisme dalam penyusunan Rencana Tata Ruang
Wilayah Kota Malang (RTRW) serta apa hambatan kebijakan
RTRW
 Prosedur Penyusunan RTRW Kota
Prosedur penyusunan RTRW kota merupakan pentahapan yang harus
dilalui dalam proses penyusunan RTRW kota sampai dengan proses legalisasi
RTRW kota yang melibatkan:


instansi terkait pemerintah daerah kota,



instansi terkait pemerintah provinsi,



dewan perwakilan rakyat daerah,



masyarakat, dan



instansi terkait pemerintah pusat.
Masyarakat yang menjadi pemangku kepentingan dalam penyusunan

RTRW kota meliputi:


orang perseorangan atau kelompok orang;



organisasi masyarakat tingkat kota atau yang memiliki cakupan wilayah
layanan satu kota atau lebih dari kota yang sedang melakukan penyusunan
RTRW kota;



perwakilan organisasi masyarakat tingkat kota dan kabupaten/kota yang
berdekatan secara sistemik (memiliki hubungan interaksi langsung) dari
daerah yang dapat terkena dampak dari penataan ruang di daerah yang
sedang disusun RTRW kota-nya; dan



perwakilan organisasi masyarakat tingkat kota dan kabupaten/kota dari
daerah yang dapat memberikan dampak bagi penataan ruang di daerah
yang sedang disusun RTRW kotanya.
Prosedur RTRW
Prosedur penyusunan RTRW kota meliputi:



Pembentukan tim penyusun RTRW kota yang beranggotakan unsur-unsur
dari pemerintah daerah kota, khususnya dalam lingkup Badan Koordinasi
Penataan Ruang Daerah (BKPRD) kota yang bersangkutan;



Pelaksanaan penyusunan RTRW kota;

14


Pelibatan peran masyarakat di tingkat kota dalam penyusunan RTRW kota
di setiap tahapan kegiatan.
Pelibatan Peran Masyarakat
Pelibatan peran masyarakat di tingkat kota dalam penyusunan
RTRW kota dilakukan pada setiap tahapan, yaitu:
Tahap persiapan
Pada tahap persiapan Pemerintah telah melibatkan masyarakat
secara pasif dengan pemberitaan mengenai informasi penataan ruang
melalui:


media massa (televisi, radio, surat kabar, majalah);



brosur, leaflet, flyers, surat edaran, buletin, jurnal, buku;



kegiatan

pameran,

pemasangan

poster,

pamflet,

papan

pengumuman, billboard;


kegiatan

kebudayaan

(misal:

pagelaran

wayang

dengan

menyisipkan informasi yang ingin disampaikan di dalamnya);


multimedia (video, VCD, DVD);



website;



ruang pamer atau pusat informasi; dan/atau



pertemuan terbuka dengan masyarakat/kelompok masyarakat.

Tahap Pengumpulan Data
Pada tahap pengumpulan data, peran masyarakat/ organisasi
masyarakat akan lebih aktif dalam bentuk:


pemberian

data

&

informasi

kewilayahan

yang

diketahui/dimiliki datanya;


pendataan untuk kepentingan penatan ruang yang diperlukan;



pemberian masukan, aspirasi, dan opini awal usulan rencana
penataan ruang; dan



identifikasi potensi dan masalah penataan ruang.
Media yang digunakan untuk mendapatkan infomasi/masukan

dapat melalui:


kotak aduan;



pengisian kuesioner, wawancara;

15


website, surat elektronik, form aduan, polling, telepon, pesan
singkat/SMS;



pertemuan terbuka atau public hearings;



kegiatan workshop, focus group disscussion (FGD);



penyelenggaraan konferensi; dan/atau



ruang pamer atau pusat informasi.

Tahap Perumusan Konsepsi RTRW
Pada tahap perumusan konsepsi RTRW kota, masyarakat terlibat
secara aktif dan bersifat dialogis/komunikasi dua arah. Dialog dilakukan
antara lain melalui konsultasi publik, workshop, FGD, seminar, dan bentuk
komunikasi dua arah lainnya. Pada kondisi keterlibatan masyarakat dalam
penyelenggaraan penataan ruang telah lebih aktif, maka dalam penyusunan
RTRW kota dapat memanfaatkan lembaga/forum yang telah ada seperti:
a) satuan kerja (task force/technical advisory committee);
b) steering committee;
c) forum delegasi; dan/atau
d) forum pertemuan antar pemangku kepentingan.
Tahap Pembahasan Raperda tentang RTRW
Pembahasan raperda tentang RTRW kota oleh pemangku kepentingan
ditingkat kota. Pada tahap pembahasan raperda ini, masyarakat dapat berperan
dalam bentuk pengajuan usulan, keberatan, dan sanggahan terhadap raperda
tentang RTRW kota melalui:


media massa (televisi, radio, surat kabar, majalah);



website resmi lembaga pemerintah yang berkewenangan menyusun
RTRW kota;



surat terbuka di media massa;



kelompok kerja (working group/public advisory group); dan/atau



diskusi/temu warga (public

hearings/meetings),

konsultasi publik,

workshops, charrettes, seminar, konferensi, dan panel.
 Tantangan dan Hambatan
Di dalam upaya percepatan penyelesaian renc ana tata ruang, terdapat pula
tantangan dan hambatan. Hal-hal yang menjadi tantangan antara lain adalah : (1)

16
Target Besar Ditjen Penataan Ruang di tahun 2011. Pendampingan penyelesaian
rencana tata ruang yang tidak hanya sampai pada persetujuan substansi, tetapi
sampai rencana tata ruang tersebut di-Perda-kan merupakan tantangan terbesar
yang menegaskan program percepatan penyelesaian ini sangat dibutuhkan. (2)
Rencana tata ruang juga sudah harus mengakomodasi program MP3EI yang sudah
mulai berjalan, sehingga di dalam rencana tata ruangnya, sektor-sektor unggulan
harus terinformasi dan terakomodir dengan baik di dalam perencanaan tata
ruangnya.

(3)

Tercapainya keterpaduan pengembangan wilayah

dengan

keterpaduan antar sektor dan keterpaduan rencana tata ruang wilayah dengan
RTRWN. Sebagai alat keterpaduan pembangunan lintas sektor, maka rencana tata
ruang ke depannya akan menjadi sangat penting. Karena itu di dalam
penyusunannya harus mempertimbangkan peraturan masing-masing sektor yang
terkait, agar proses persetujuan substansi di pusat tidak menghambat keluarnya
perda RTRW provinsi/kabupaten/kota.
Sedangkan hambatan yang ditemui dalam upaya percepatan ini antara lain
permasalahan pelepasan atau perubahan fungsi kawasan hutan yang tertuang
dalam Ranperda RTRW. Beberapa daerah masih mengalami permasalahan pada
penetapan kawasan hutan dimana proses tim terpadu masih berjalan. Hambatan
yang terakhir – yang paling mendasar tetapi merupakan hambatan terbesar–
adalah masih kurangnya pemahaman akan pentingnya rencana tata ruang di dalam
pengembangan wilayah.

17
BAB IV
PENUTUP
1. Kesimpulan
Struktur ruang merupakan suatu susunan pusat-pusat permukiman,
sistem jaringan serta sistem prasarana maupun sarana yang berfungsi sebagai
pendukung kegiatan sosial-ekonomi yang secara hirarki berhubungan
fungsional. Perda RTRW (Rencana Tata Ruang Wilayah) No 7 Tahun 2001,
yang berlaku hingga tahun 2010 harus diakui sudah tidak memiliki relevansi
dengan pola pembangunan di Kota Malang. Perda ‘impoten’ tersebut lebih
banyak dilanggar daripada dipatuhi dan dijadikan acuan pembangunan.
Persoalan penataan ruang yang mana merupakan suatu isu kebijakan harus
dikaji ulang dan dianalis agar perencanaan dan penataan awal tata ruang
sesuai dengan pengimplemntasiannya pada lapangan.
2. Saran
Kepada Pemerintah Kabupaten disarankan hal-hal sebagai berikut :
a. RTRW Kabupaten agar digunakan secara optimal sebagai acuan dalam
penyusunan program pembangunan daerah.
b. Melengkapi RTRW Kabupaten dengan penetapan kriteria rinci dan
geometrik bagi pemanfaatan ruang, dan instrumen mekanisme atau tata
kerja pelaksanaan dalam rangka proses perizinan.
c. Memperjelas fungsi tugas Dinas/Instansi yang seharusnya memiliki
kewenangan penuh dalam menindaklanjuti pelaksanaan manfaat ruang.
d. Melaksanakan

penegakan

hukum

(Law

enforcement)

terhadap

penyimpangan tata ruang dengan cara : (i) memberikan dasar hukum
yang jelas dan kuat dalam bentuk Peraturan Daerah tentang Tata Ruang,
dan (ii) mengefektifkan pengawasan terhadap implementasi tata ruang
dan perizinan bangunan oleh Polisi Pamong Praja.
e. Meningkatkan peran serta masyarakat dan swasta dalam proses
penyusunan, implementasi dan pengawasan tata ruang, misalnya
dengan memperluas informasi penataan ruang kepada masyarakat.
Sedangkan kepada Pemerintah Pusat dan Propinsi agar membantu
meningkatkan

kemampuan

teknis

aparat

perencanaan

di

daerah

18
dalambentuk asistensi dan pelatihan, serta membuat pedoman standar dan
petunjuk teknis yang lengkap dalam perencananaan dan pemanfaatan tata
ruang wilayah.

19
DAFTAR PUSTAKA

Perda Kota Malang Nomor 4 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Kota Malang Tahun 2010-2030
http://sitidearakhmania.wordpress.com/2012/10/03/zona-lahan-dan-strukturruang-kota/
http://www.penataanruang.com/prosedur-rtrw1.html
http://catatan27hukum.blogspot.com/2012/04/hak-atas-lingkungan-hidupkrisis.html
http://puslit2.petra.ac.id/ejournal/index.php/ars/article/download/16166/16158
http://www.penataanruang.net/taru/sejarah/BAB%208.5%20footer.pdf
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/20126/3/Chapter%20II.pdf
http://www.jdih.setjen.kemendagri.go.id/files/KOTA_MALANG_4_2011.pdf

20

Más contenido relacionado

La actualidad más candente

Review RDTR Kota Simpang Ampek
Review RDTR Kota Simpang AmpekReview RDTR Kota Simpang Ampek
Review RDTR Kota Simpang Ampekhenny ferniza
 
RENCANA PEMBANGUNAN KAWASAN PERMUKIMAN PRIORITAS (RPKPP) KAWASAN PERKOTAAN MA...
RENCANA PEMBANGUNAN KAWASAN PERMUKIMAN PRIORITAS (RPKPP) KAWASAN PERKOTAAN MA...RENCANA PEMBANGUNAN KAWASAN PERMUKIMAN PRIORITAS (RPKPP) KAWASAN PERKOTAAN MA...
RENCANA PEMBANGUNAN KAWASAN PERMUKIMAN PRIORITAS (RPKPP) KAWASAN PERKOTAAN MA...TPRP Strategic Partner
 
DRAFT RPP RENCANA PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LH
DRAFT RPP RENCANA PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LH DRAFT RPP RENCANA PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LH
DRAFT RPP RENCANA PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LH LAKSMI WIJAYANTI
 
Rencana Detail Tata Ruang Wilayah Kota
Rencana Detail Tata Ruang Wilayah KotaRencana Detail Tata Ruang Wilayah Kota
Rencana Detail Tata Ruang Wilayah KotaPenataan Ruang
 
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyumas
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten BanyumasRencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyumas
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten BanyumasPenataan Ruang
 
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/Kota
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/KotaPedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/Kota
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/KotaPenataan Ruang
 
Pedoman teknis analisis aspek fisik dan lingkungan, ekonomi, serta sosial bud...
Pedoman teknis analisis aspek fisik dan lingkungan, ekonomi, serta sosial bud...Pedoman teknis analisis aspek fisik dan lingkungan, ekonomi, serta sosial bud...
Pedoman teknis analisis aspek fisik dan lingkungan, ekonomi, serta sosial bud...infosanitasi
 
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang Kabupaten
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang KabupatenPedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang Kabupaten
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang KabupatenPenataan Ruang
 
Materi kuliah-tata-ruang-dan-perencanaan-lingkungan1
Materi kuliah-tata-ruang-dan-perencanaan-lingkungan1Materi kuliah-tata-ruang-dan-perencanaan-lingkungan1
Materi kuliah-tata-ruang-dan-perencanaan-lingkungan1laboratorium pwkuinam
 
Propil kawasan kumuh makassar
Propil kawasan kumuh makassarPropil kawasan kumuh makassar
Propil kawasan kumuh makassarArham Bahar
 
Peraturan Penataan Ruang RDTR
Peraturan Penataan Ruang  RDTRPeraturan Penataan Ruang  RDTR
Peraturan Penataan Ruang RDTRhenny ferniza
 
Sni 03 1733-2004 v.2 tata cara perencanaan lingkungan perumahan di perkotaan
Sni 03 1733-2004 v.2 tata cara perencanaan lingkungan perumahan di perkotaanSni 03 1733-2004 v.2 tata cara perencanaan lingkungan perumahan di perkotaan
Sni 03 1733-2004 v.2 tata cara perencanaan lingkungan perumahan di perkotaanArdita Putri Usandy
 
Identifikasi isu strategis_hn
Identifikasi isu strategis_hnIdentifikasi isu strategis_hn
Identifikasi isu strategis_hnalizias_boys
 
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Malang
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota MalangRencana Tata Ruang Wilayah Kota Malang
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota MalangPenataan Ruang
 
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Batang
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten BatangRencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Batang
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten BatangPenataan Ruang
 
Peraturan Menteri PU No.20 Tahun 2007
Peraturan Menteri PU No.20 Tahun 2007Peraturan Menteri PU No.20 Tahun 2007
Peraturan Menteri PU No.20 Tahun 2007Yogan Daru Prabowo
 
06-Penyelenggaraan-Tata-Ruang-PP-16-th-2021-dan-Persetujuan-Bangunan-Gedung-P...
06-Penyelenggaraan-Tata-Ruang-PP-16-th-2021-dan-Persetujuan-Bangunan-Gedung-P...06-Penyelenggaraan-Tata-Ruang-PP-16-th-2021-dan-Persetujuan-Bangunan-Gedung-P...
06-Penyelenggaraan-Tata-Ruang-PP-16-th-2021-dan-Persetujuan-Bangunan-Gedung-P...egyd welyn
 
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bantul
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten BantulRencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bantul
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten BantulPenataan Ruang
 

La actualidad más candente (20)

Review RDTR Kota Simpang Ampek
Review RDTR Kota Simpang AmpekReview RDTR Kota Simpang Ampek
Review RDTR Kota Simpang Ampek
 
RENCANA PEMBANGUNAN KAWASAN PERMUKIMAN PRIORITAS (RPKPP) KAWASAN PERKOTAAN MA...
RENCANA PEMBANGUNAN KAWASAN PERMUKIMAN PRIORITAS (RPKPP) KAWASAN PERKOTAAN MA...RENCANA PEMBANGUNAN KAWASAN PERMUKIMAN PRIORITAS (RPKPP) KAWASAN PERKOTAAN MA...
RENCANA PEMBANGUNAN KAWASAN PERMUKIMAN PRIORITAS (RPKPP) KAWASAN PERKOTAAN MA...
 
Bab ii tinjauan kebijakan 2504
Bab ii tinjauan kebijakan 2504Bab ii tinjauan kebijakan 2504
Bab ii tinjauan kebijakan 2504
 
DRAFT RPP RENCANA PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LH
DRAFT RPP RENCANA PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LH DRAFT RPP RENCANA PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LH
DRAFT RPP RENCANA PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LH
 
Rencana Detail Tata Ruang Wilayah Kota
Rencana Detail Tata Ruang Wilayah KotaRencana Detail Tata Ruang Wilayah Kota
Rencana Detail Tata Ruang Wilayah Kota
 
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyumas
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten BanyumasRencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyumas
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyumas
 
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/Kota
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/KotaPedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/Kota
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/Kota
 
Pedoman teknis analisis aspek fisik dan lingkungan, ekonomi, serta sosial bud...
Pedoman teknis analisis aspek fisik dan lingkungan, ekonomi, serta sosial bud...Pedoman teknis analisis aspek fisik dan lingkungan, ekonomi, serta sosial bud...
Pedoman teknis analisis aspek fisik dan lingkungan, ekonomi, serta sosial bud...
 
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang Kabupaten
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang KabupatenPedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang Kabupaten
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang Kabupaten
 
Materi kuliah-tata-ruang-dan-perencanaan-lingkungan1
Materi kuliah-tata-ruang-dan-perencanaan-lingkungan1Materi kuliah-tata-ruang-dan-perencanaan-lingkungan1
Materi kuliah-tata-ruang-dan-perencanaan-lingkungan1
 
Propil kawasan kumuh makassar
Propil kawasan kumuh makassarPropil kawasan kumuh makassar
Propil kawasan kumuh makassar
 
Peraturan Penataan Ruang RDTR
Peraturan Penataan Ruang  RDTRPeraturan Penataan Ruang  RDTR
Peraturan Penataan Ruang RDTR
 
Sni 03 1733-2004 v.2 tata cara perencanaan lingkungan perumahan di perkotaan
Sni 03 1733-2004 v.2 tata cara perencanaan lingkungan perumahan di perkotaanSni 03 1733-2004 v.2 tata cara perencanaan lingkungan perumahan di perkotaan
Sni 03 1733-2004 v.2 tata cara perencanaan lingkungan perumahan di perkotaan
 
Identifikasi isu strategis_hn
Identifikasi isu strategis_hnIdentifikasi isu strategis_hn
Identifikasi isu strategis_hn
 
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Malang
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota MalangRencana Tata Ruang Wilayah Kota Malang
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Malang
 
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Batang
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten BatangRencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Batang
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Batang
 
Peraturan Zonasi
Peraturan ZonasiPeraturan Zonasi
Peraturan Zonasi
 
Peraturan Menteri PU No.20 Tahun 2007
Peraturan Menteri PU No.20 Tahun 2007Peraturan Menteri PU No.20 Tahun 2007
Peraturan Menteri PU No.20 Tahun 2007
 
06-Penyelenggaraan-Tata-Ruang-PP-16-th-2021-dan-Persetujuan-Bangunan-Gedung-P...
06-Penyelenggaraan-Tata-Ruang-PP-16-th-2021-dan-Persetujuan-Bangunan-Gedung-P...06-Penyelenggaraan-Tata-Ruang-PP-16-th-2021-dan-Persetujuan-Bangunan-Gedung-P...
06-Penyelenggaraan-Tata-Ruang-PP-16-th-2021-dan-Persetujuan-Bangunan-Gedung-P...
 
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bantul
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten BantulRencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bantul
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bantul
 

Destacado

Perspektif kmb
Perspektif kmbPerspektif kmb
Perspektif kmbmateri-x2
 
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Malang
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten MalangRencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Malang
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten MalangPenataan Ruang
 
Aplikasi GIS dalam penataan ruang
Aplikasi GIS dalam penataan ruangAplikasi GIS dalam penataan ruang
Aplikasi GIS dalam penataan ruangMusnanda Satar
 
Paparan+fungsi+ekologi+dan+ekonomi+dalam+tata+ruang
Paparan+fungsi+ekologi+dan+ekonomi+dalam+tata+ruangPaparan+fungsi+ekologi+dan+ekonomi+dalam+tata+ruang
Paparan+fungsi+ekologi+dan+ekonomi+dalam+tata+ruangRianuz Gombal
 
Dampak Lingkungan Akibat Lahan Penambangan Batubara Di Daerah Kalimantan Selatan
Dampak Lingkungan Akibat Lahan Penambangan Batubara Di Daerah Kalimantan SelatanDampak Lingkungan Akibat Lahan Penambangan Batubara Di Daerah Kalimantan Selatan
Dampak Lingkungan Akibat Lahan Penambangan Batubara Di Daerah Kalimantan SelatanFarhan Luqman Al-Hakim
 
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Pekalongan
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten PekalonganRencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Pekalongan
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten PekalonganPenataan Ruang
 
Materi kuliah pengantar ilmu ekonomi
Materi kuliah  pengantar  ilmu ekonomiMateri kuliah  pengantar  ilmu ekonomi
Materi kuliah pengantar ilmu ekonomiIhrom Lestari
 
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Surabaya
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota SurabayaRencana Tata Ruang Wilayah Kota Surabaya
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota SurabayaPenataan Ruang
 
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi DKI Jakarta
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi DKI JakartaRencana Tata Ruang Wilayah Provinsi DKI Jakarta
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi DKI JakartaPenataan Ruang
 
2015 Upload Campaigns Calendar - SlideShare
2015 Upload Campaigns Calendar - SlideShare2015 Upload Campaigns Calendar - SlideShare
2015 Upload Campaigns Calendar - SlideShareSlideShare
 
What to Upload to SlideShare
What to Upload to SlideShareWhat to Upload to SlideShare
What to Upload to SlideShareSlideShare
 
Getting Started With SlideShare
Getting Started With SlideShareGetting Started With SlideShare
Getting Started With SlideShareSlideShare
 

Destacado (17)

kebijakan tata ruang
kebijakan tata ruangkebijakan tata ruang
kebijakan tata ruang
 
Perspektif kmb
Perspektif kmbPerspektif kmb
Perspektif kmb
 
Analisis pembangunan kota malang
Analisis pembangunan kota malangAnalisis pembangunan kota malang
Analisis pembangunan kota malang
 
Arsitektur bauhaus
Arsitektur bauhausArsitektur bauhaus
Arsitektur bauhaus
 
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Malang
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten MalangRencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Malang
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Malang
 
Aplikasi GIS dalam penataan ruang
Aplikasi GIS dalam penataan ruangAplikasi GIS dalam penataan ruang
Aplikasi GIS dalam penataan ruang
 
Paparan+fungsi+ekologi+dan+ekonomi+dalam+tata+ruang
Paparan+fungsi+ekologi+dan+ekonomi+dalam+tata+ruangPaparan+fungsi+ekologi+dan+ekonomi+dalam+tata+ruang
Paparan+fungsi+ekologi+dan+ekonomi+dalam+tata+ruang
 
Analisis pembangunan kota malang
Analisis pembangunan kota malangAnalisis pembangunan kota malang
Analisis pembangunan kota malang
 
Dampak Lingkungan Akibat Lahan Penambangan Batubara Di Daerah Kalimantan Selatan
Dampak Lingkungan Akibat Lahan Penambangan Batubara Di Daerah Kalimantan SelatanDampak Lingkungan Akibat Lahan Penambangan Batubara Di Daerah Kalimantan Selatan
Dampak Lingkungan Akibat Lahan Penambangan Batubara Di Daerah Kalimantan Selatan
 
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Pekalongan
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten PekalonganRencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Pekalongan
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Pekalongan
 
Ekonomi mikro
Ekonomi mikroEkonomi mikro
Ekonomi mikro
 
Materi kuliah pengantar ilmu ekonomi
Materi kuliah  pengantar  ilmu ekonomiMateri kuliah  pengantar  ilmu ekonomi
Materi kuliah pengantar ilmu ekonomi
 
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Surabaya
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota SurabayaRencana Tata Ruang Wilayah Kota Surabaya
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Surabaya
 
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi DKI Jakarta
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi DKI JakartaRencana Tata Ruang Wilayah Provinsi DKI Jakarta
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi DKI Jakarta
 
2015 Upload Campaigns Calendar - SlideShare
2015 Upload Campaigns Calendar - SlideShare2015 Upload Campaigns Calendar - SlideShare
2015 Upload Campaigns Calendar - SlideShare
 
What to Upload to SlideShare
What to Upload to SlideShareWhat to Upload to SlideShare
What to Upload to SlideShare
 
Getting Started With SlideShare
Getting Started With SlideShareGetting Started With SlideShare
Getting Started With SlideShare
 

Similar a KPP : Kebijakan Tata Ruang dan Implementasinya di Kota Malang

Kamis geo xii kd 3.1 konsep wilayah dan tata ruang
Kamis  geo xii kd 3.1 konsep wilayah dan tata ruangKamis  geo xii kd 3.1 konsep wilayah dan tata ruang
Kamis geo xii kd 3.1 konsep wilayah dan tata ruangRiyanAdita
 
Lingkup Penataan dan Perencanaan Ruang & Profesi Perencana
Lingkup Penataan dan Perencanaan Ruang & Profesi PerencanaLingkup Penataan dan Perencanaan Ruang & Profesi Perencana
Lingkup Penataan dan Perencanaan Ruang & Profesi PerencanaFauzan Barnanda
 
bahan-ajar-kd-3.1-konsep-wilayah-dan-tata-ruang.pdf
bahan-ajar-kd-3.1-konsep-wilayah-dan-tata-ruang.pdfbahan-ajar-kd-3.1-konsep-wilayah-dan-tata-ruang.pdf
bahan-ajar-kd-3.1-konsep-wilayah-dan-tata-ruang.pdfSerlinaNumba
 
ringkasan buku Perencanaan pembangunan wilayah
ringkasan buku Perencanaan pembangunan wilayahringkasan buku Perencanaan pembangunan wilayah
ringkasan buku Perencanaan pembangunan wilayahikas11
 
15. Kls XII ; Konsep Wilayah.pptx
15. Kls XII ; Konsep Wilayah.pptx15. Kls XII ; Konsep Wilayah.pptx
15. Kls XII ; Konsep Wilayah.pptxziahahmed1
 
Dirjen pr sttnas-yogya
Dirjen pr sttnas-yogyaDirjen pr sttnas-yogya
Dirjen pr sttnas-yogyaAzmi Haz
 
Slide Seminar Hasil (Skripsi)
Slide Seminar Hasil (Skripsi)Slide Seminar Hasil (Skripsi)
Slide Seminar Hasil (Skripsi)Nuky Yanuari
 
Ppt kd 3.1 konsep wilayah dan tata ruang
Ppt kd 3.1  konsep wilayah dan tata ruangPpt kd 3.1  konsep wilayah dan tata ruang
Ppt kd 3.1 konsep wilayah dan tata ruangRahmat261158
 
PPT KD 3.1 KONSEP WILAYAH DAN TATA RUANG (1).pdf
PPT KD 3.1  KONSEP WILAYAH DAN TATA RUANG (1).pdfPPT KD 3.1  KONSEP WILAYAH DAN TATA RUANG (1).pdf
PPT KD 3.1 KONSEP WILAYAH DAN TATA RUANG (1).pdfirkhamarkhanuljamil
 
Ppwp 1a
Ppwp 1aPpwp 1a
Ppwp 1agunjul
 
Proposal sidang transformasi spasial dan sosial ekonomi kawasan sekitar bin...
Proposal sidang   transformasi spasial dan sosial ekonomi kawasan sekitar bin...Proposal sidang   transformasi spasial dan sosial ekonomi kawasan sekitar bin...
Proposal sidang transformasi spasial dan sosial ekonomi kawasan sekitar bin...Shahnaz Acrydiena
 
paras candika muliansyah (16102123)
paras candika muliansyah (16102123)paras candika muliansyah (16102123)
paras candika muliansyah (16102123)parascandikamuliansy
 
ppt nazsywa nurfatiha.pptx
ppt nazsywa nurfatiha.pptxppt nazsywa nurfatiha.pptx
ppt nazsywa nurfatiha.pptxNazsywaNurfatiha
 
Konsep Wilayah dan Perwilayahan Kelas XII.pptx
Konsep Wilayah dan Perwilayahan Kelas XII.pptxKonsep Wilayah dan Perwilayahan Kelas XII.pptx
Konsep Wilayah dan Perwilayahan Kelas XII.pptxOnnyBudiAntika1
 

Similar a KPP : Kebijakan Tata Ruang dan Implementasinya di Kota Malang (20)

Kamis geo xii kd 3.1 konsep wilayah dan tata ruang
Kamis  geo xii kd 3.1 konsep wilayah dan tata ruangKamis  geo xii kd 3.1 konsep wilayah dan tata ruang
Kamis geo xii kd 3.1 konsep wilayah dan tata ruang
 
Tugas etika 2 bu isma
Tugas etika 2 bu ismaTugas etika 2 bu isma
Tugas etika 2 bu isma
 
2993693.ppt
2993693.ppt2993693.ppt
2993693.ppt
 
Lingkup Penataan dan Perencanaan Ruang & Profesi Perencana
Lingkup Penataan dan Perencanaan Ruang & Profesi PerencanaLingkup Penataan dan Perencanaan Ruang & Profesi Perencana
Lingkup Penataan dan Perencanaan Ruang & Profesi Perencana
 
bahan-ajar-kd-3.1-konsep-wilayah-dan-tata-ruang.pdf
bahan-ajar-kd-3.1-konsep-wilayah-dan-tata-ruang.pdfbahan-ajar-kd-3.1-konsep-wilayah-dan-tata-ruang.pdf
bahan-ajar-kd-3.1-konsep-wilayah-dan-tata-ruang.pdf
 
ringkasan buku Perencanaan pembangunan wilayah
ringkasan buku Perencanaan pembangunan wilayahringkasan buku Perencanaan pembangunan wilayah
ringkasan buku Perencanaan pembangunan wilayah
 
15. Kls XII ; Konsep Wilayah.pptx
15. Kls XII ; Konsep Wilayah.pptx15. Kls XII ; Konsep Wilayah.pptx
15. Kls XII ; Konsep Wilayah.pptx
 
Dirjen pr sttnas-yogya
Dirjen pr sttnas-yogyaDirjen pr sttnas-yogya
Dirjen pr sttnas-yogya
 
Pembangunan regional mteri pak iman
Pembangunan regional mteri pak imanPembangunan regional mteri pak iman
Pembangunan regional mteri pak iman
 
Slide Seminar Hasil (Skripsi)
Slide Seminar Hasil (Skripsi)Slide Seminar Hasil (Skripsi)
Slide Seminar Hasil (Skripsi)
 
Ppt kd 3.1 konsep wilayah dan tata ruang
Ppt kd 3.1  konsep wilayah dan tata ruangPpt kd 3.1  konsep wilayah dan tata ruang
Ppt kd 3.1 konsep wilayah dan tata ruang
 
PPT KD 3.1 KONSEP WILAYAH DAN TATA RUANG (1).pdf
PPT KD 3.1  KONSEP WILAYAH DAN TATA RUANG (1).pdfPPT KD 3.1  KONSEP WILAYAH DAN TATA RUANG (1).pdf
PPT KD 3.1 KONSEP WILAYAH DAN TATA RUANG (1).pdf
 
Ppwp 1a
Ppwp 1aPpwp 1a
Ppwp 1a
 
Proposal sidang transformasi spasial dan sosial ekonomi kawasan sekitar bin...
Proposal sidang   transformasi spasial dan sosial ekonomi kawasan sekitar bin...Proposal sidang   transformasi spasial dan sosial ekonomi kawasan sekitar bin...
Proposal sidang transformasi spasial dan sosial ekonomi kawasan sekitar bin...
 
Wilayah dan Tata Ruang ..pptx
Wilayah dan Tata Ruang ..pptxWilayah dan Tata Ruang ..pptx
Wilayah dan Tata Ruang ..pptx
 
paras candika muliansyah (16102123)
paras candika muliansyah (16102123)paras candika muliansyah (16102123)
paras candika muliansyah (16102123)
 
ppt nazsywa nurfatiha.pptx
ppt nazsywa nurfatiha.pptxppt nazsywa nurfatiha.pptx
ppt nazsywa nurfatiha.pptx
 
875 2137-1-sm
875 2137-1-sm875 2137-1-sm
875 2137-1-sm
 
geo.pptx
geo.pptxgeo.pptx
geo.pptx
 
Konsep Wilayah dan Perwilayahan Kelas XII.pptx
Konsep Wilayah dan Perwilayahan Kelas XII.pptxKonsep Wilayah dan Perwilayahan Kelas XII.pptx
Konsep Wilayah dan Perwilayahan Kelas XII.pptx
 

Último

MTK BAB 5 PENGOLAHAN DATA (Materi 2).pptx
MTK BAB 5 PENGOLAHAN DATA (Materi 2).pptxMTK BAB 5 PENGOLAHAN DATA (Materi 2).pptx
MTK BAB 5 PENGOLAHAN DATA (Materi 2).pptxssuser0239c1
 
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmm
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmmaksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmm
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmmeunikekambe10
 
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisKelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisNazla aulia
 
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxPPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxHeruFebrianto3
 
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdfShintaNovianti1
 
TPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikan
TPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikanTPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikan
TPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikanNiKomangRaiVerawati
 
Dinamika perwujudan Pancasila sebagai Dasar Negara dan Pandangan Hidup Bangsa
Dinamika perwujudan Pancasila sebagai Dasar Negara dan Pandangan Hidup BangsaDinamika perwujudan Pancasila sebagai Dasar Negara dan Pandangan Hidup Bangsa
Dinamika perwujudan Pancasila sebagai Dasar Negara dan Pandangan Hidup BangsaEzraCalva
 
Panduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdf
Panduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdfPanduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdf
Panduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdfandriasyulianto57
 
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...MarwanAnugrah
 
Catatan di setiap Indikator Fokus Perilaku
Catatan di setiap Indikator Fokus PerilakuCatatan di setiap Indikator Fokus Perilaku
Catatan di setiap Indikator Fokus PerilakuHANHAN164733
 
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptxalat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptxRioNahak1
 
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam KelasMembuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam KelasHardaminOde2
 
Modul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum MerdekaModul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum MerdekaAbdiera
 
5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdf
5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdf5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdf
5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdfWahyudinST
 
SKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptx
SKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptxSKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptx
SKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptxg66527130
 
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...Kanaidi ken
 
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxJurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxBambang440423
 
Teknik Menjawab Kertas P.Moral SPM 2024.pptx
Teknik Menjawab Kertas P.Moral SPM  2024.pptxTeknik Menjawab Kertas P.Moral SPM  2024.pptx
Teknik Menjawab Kertas P.Moral SPM 2024.pptxwongcp2
 
Kisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPS
Kisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPSKisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPS
Kisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPSyudi_alfian
 
Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdf
Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdfBuku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdf
Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdfWahyudinST
 

Último (20)

MTK BAB 5 PENGOLAHAN DATA (Materi 2).pptx
MTK BAB 5 PENGOLAHAN DATA (Materi 2).pptxMTK BAB 5 PENGOLAHAN DATA (Materi 2).pptx
MTK BAB 5 PENGOLAHAN DATA (Materi 2).pptx
 
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmm
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmmaksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmm
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmm
 
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisKelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
 
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxPPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
 
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
 
TPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikan
TPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikanTPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikan
TPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikan
 
Dinamika perwujudan Pancasila sebagai Dasar Negara dan Pandangan Hidup Bangsa
Dinamika perwujudan Pancasila sebagai Dasar Negara dan Pandangan Hidup BangsaDinamika perwujudan Pancasila sebagai Dasar Negara dan Pandangan Hidup Bangsa
Dinamika perwujudan Pancasila sebagai Dasar Negara dan Pandangan Hidup Bangsa
 
Panduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdf
Panduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdfPanduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdf
Panduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdf
 
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
 
Catatan di setiap Indikator Fokus Perilaku
Catatan di setiap Indikator Fokus PerilakuCatatan di setiap Indikator Fokus Perilaku
Catatan di setiap Indikator Fokus Perilaku
 
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptxalat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
 
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam KelasMembuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
 
Modul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum MerdekaModul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
 
5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdf
5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdf5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdf
5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdf
 
SKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptx
SKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptxSKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptx
SKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptx
 
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
 
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxJurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
 
Teknik Menjawab Kertas P.Moral SPM 2024.pptx
Teknik Menjawab Kertas P.Moral SPM  2024.pptxTeknik Menjawab Kertas P.Moral SPM  2024.pptx
Teknik Menjawab Kertas P.Moral SPM 2024.pptx
 
Kisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPS
Kisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPSKisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPS
Kisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPS
 
Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdf
Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdfBuku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdf
Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdf
 

KPP : Kebijakan Tata Ruang dan Implementasinya di Kota Malang

  • 1. ZONASI LAHAN DAN PEMANFAATANNYA (Studi Tentang Kebijakan Tata Ruang dan Implementasinya di Kota Malang) Dosen Pembimbing : Bpk. Heru Ribawanto, Drs.MS Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Kebijakan Pembangunan Perkotaan Disusun oleh : Septinia Eka Silviana 115030101111069 Kelas F JURUSAN ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2014
  • 2. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara berkembang masih mengalami permasalahan besar dalam perkembangan kota-kotanya. Fenomena pembangunan tata ruang kota yang semakin pelik membuat pemanfaatan lahan semakin minim. Lahan merupakan sumber daya pembangunan yang memiliki karakteristik unik, seperti luas yang relatif karena perubahan luas akbibat proses alami dan proses artifisial sangat kecil; memiliki sifat fisik (jenis batuan, kandungan mineral, dan sebagainya) dengan kesesuaian dalam menampung kegiatan masyarakat yang cenderung spesifik. Oleh karena itu lahan perlu diarahkan untuk dimanfaatkan dalam kegiatan yang paling sesuai dengan sifat fisiknya serta di kelola agar mampu menampung kegiatan masyarakat yang terus berkembang. Dalam mengefisiensikan alokasi pemanfaatan lahan, diperlukan rencana untuk kebutuhan seluruh sektor kegiatan masyarakat, baik kebutuhan saat ini maupun kegiatan di masa mendatang. Rencana tata ruang merupakan bentuk rencana yang telah mempertimbangkan kepentingan berbagai sektor kegiatan masyarakat dalam mengalokasikan lahan/ruang beserta sumber daya yang terkandung di dalamnya (bersifat komprehensif) Sesuai dari makna dari rencana tata ruang merupakan dasar bagi pemanfaatan ruang/lahan. Rencana tata ruang adalah produk rencana yang berisi rencana pengembangan struktur ruang dan rencana pola pemanfaatan ruang yang hendak dicapai pada akhir tahun perencanaan. Struktur ruang dibentuk oleh sistem pusat kegiatan dan sistem jaringan prasarana yang mencakup sistem jaringan transportasi (darat, laut, udara), sistem jaringan energi dan kelistrikan, sistem jaringan telekomunikasi, dan sistem jaringan sumber daya air. Sedangkan pola pemanfaatan ruang adalah gambaran alokasi ruang untuk berbagai jenis pemanfaatan lahan yang direncanakan. Rencana tata ruang yang berkualitas merupakan prasyarat dalam penyelenggaraan penataan ruang. Namun demikian rencana tata ruang tersebut harus dibarengi dengan pengendalian pemanfaatan 1
  • 3. ruang yang tegas dan konsisten untuk menjamin agar pemanfaatan ruang/lahan dapat tetap sesuai dengan rencana tata ruang yang telah ditetapkan. Wujud struktural pemanfaatan ruang adalah susunan unsur-unsur pembentuk rona lingkungan alam, lingkungan sosial, dan lingkungan buatan yang secara hirarkis dan struktural berhubungan satu dengan yang lainnya membentuk tata ruang. 1.2 Rumusan Masalah 1. Bagaimana pendeskripsian zonasi lahan dan pemanfaatannya di Kota Malang? 2. Apa saja kebijakan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) serta bagaimana implementasinya di Kota Malang? 3. Bagaimana prosedur atau mekanisme dalam penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Malang (RTRW) serta apa hambatan kebijakan RTRW tersebut? 1.3 Tujuan 1. Untuk menjelaskan deskripsi atas zonasi lahan dan pemanfaatannya di Kota Malang 2. Untuk mengetahui apa saja kebijakan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) dan bagaimana Implementasinya di Kota Malang 3. Menguraikan tahapan prosedur atau mekanisme dalam penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) dan memberikan ulasan hambatan dari kebijakan RTRW tersebut 1.4 Manfaat 1. Manfaat Akademis a. Sebagai tambahan pengetahuan terkait dengan kebijakan RTRW b. Sebagai tambahan pengetahuan terkait dengan uraian pengimplementasian kebijakan dari RTRW tersebut 2. Manfaat Praktis Sebagai sarana sosialisasi atau bahan bacaan bagi masyarakat agar bisa mengetahui secara jelas bagaimana zonasi lahan dan pemanfaatannya di Kota Malang 2
  • 4. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kebijakan Publik 2.1.1 Definisi Kebijakan Publik Kebijakan publik adalah studi tentang apa yang dilakukan pemerintah, mengapa pemerintah mengambil tindakan tersebut, dan akibat dari tindakan tersebut (Parsons, 2006). 2.1.2 Siklus Kebijakan Publik Secara garis besar siklus kebijakan publik memiliki beberapa tahapan. Tahap pertama dalam siklus kebijakan ialah penyusunan agenda (agenda setting). Tahap kedua dari siklus kebijakan ialah perumusan kebijakan (policy formulation) atau kadang disebut adopsi kebijakan (policy adoption). Tahap ketiga disebut implementasi kebijakan (policy implementation). Implementasi dapat dirumuskan sebagai suatu proses, suatu output atau keluaran, atau suatu hasil akhir (outcome). Implementasi mengacu pada serangkaian keputusan dan tindakan pemerintah yang dimaksudkan untuk sesegera mungkin menghasilkan akibat-akibat tertentu yang dikehendaki. 2.1.3 Implementasi Kebijakan Publik Pendekatan yang digunakan dalam menganalisis implementasi kebijakan tentang sertifikasi guru adalah teori yang dikemukakan oleh George C. Edwards III. Ada empat variabel dalam kebijakan publik yaitu komunikasi, sumberdaya, sikap, dan struktur birokrasi. 2.2 Lahan dan Penggunaan Lahan Lahan adalah suatu lingkungan fisik terdiri atas tanah, iklim, relief, hidrologi, vegetasi, dan benda-benda yang ada di atasnya yang selanjutnya semua faktor-faktor tersebut mempengaruhi penggunaan lahan. Termasuk di dalamnya juga hasil kegiatan manusia, baik masa lampau maupun sekarang (FAO. 1975, dalam Arsyad, 1989). Penggunaan lahan (land use) dapat diartikan sebagai campur tangan manusia terhadap lahan, baik secara 3
  • 5. menetap maupun berkala untuk memenuhi kebutuhan hidup baik material maupun spiritual (Arsyad, 1989, Talkurputra, et.al. 1996). Penggunaan lahan dapat dikelompokkan ke dalam dua golongan besar, yaitu penggunaan lahan pertanian dan penggunaan lahan bukan pertanian. Penggunaan lahan pertanian dibedakan secara garis besar ke dalam macam penggunaan lahan berdasarkan penyediaan air dan lahan yang diusahakan. Berdasarkan hal itu dikenal macam penggunaan lahan seperti sawah, tegalan, kebun, kebun campuran, lalang, perkebunan dan hutan. Penggunaan lahan bukan pertanian dapat dibedakan ke dalam penggunaan kota atau desa (pemukiman), industri, rekreasi dan sebagainya (Arsyad, 2000). 2.3 Zona Lahan dan Struktur Ruang Kota Zona adalah kawasan atau area yang memiliki fungsi dan karakteristik lingkungan yang spesifik. Zonasi terhadap lahan adalah salah satu hal penting dalam kegiatan perencanaan wilayah. Bintarto (1989) menjelaskan bahwa perkembangan kota dapat dilihat dari aspek zona-zona yang berada di dalam wilayah perkotaan. Perkembangan kota terlihat dari penggunaan lahan yang membentuk zona-zona tertentu dalam ruang perkotaan. Zonasi ini muncul karena terdapat perbedaan nilai lahan akibat munculnya pembagian lahan (zoning) sesuai dengan kebutuhan dan fungsi lahan tersebut. Struktur ruang merupakan suatu susunan pusat-pusat permukiman, sistem jaringan serta sistem prasarana maupun sarana yang berfungsi sebagai pendukung kegiatan sosial-ekonomi yang secara hirarki berhubungan fungsional. Struktur ruang kota dipengaruhi oleh beberapa faktor. Di antaranya adalah fungsi pemerintah dan lembaga publik, pasar lahan yang kompetitif, dan perilaku social masyarakat kota tersebut. Berikut ini adalah teori – teori struktur ruang kota yang meliputi: 1. Teori Konsentris Teori ini dikemukakan oleh Burgess. Menurutnya kota mengalami perkembangan dari inti di tengah atau pusat kota. Kemudian meluas ke tepi-tepi dan keluar. Bentuknya menjadi lingkaran-lingkaran berlapis yang 4
  • 6. terdiri dari inti kota yaitu Central Business District (CBD), daerah peralihan, permukiman sederhana, perumahan elite, dan wilayah komuter. 2. Teori Sektor Homer Hoyt adalah penemu teori ini. Ia berpendapat bahwa perkembangan kota lebih kepada sektor-sektor tertentu daripada lingkaran. Perkembangan yang terjadi di dalam kota berangsur-angsur menghasilkan kembali sektor-sektor yang sama terlebih dahulu. Inti dari konsep ini adalah saling melengkapi. 3. Teori Pusat Berganda Teori ini merupakan gabungan dan pengembangan dari teori konsentris dan teori sektor. Dikemukakan oleh Harris dan Ullman dalam buku Reading in Urban Geography. Teori pusat berganda menjelaskan bahwa pertumbuhan kota yang bermula dari pusat kota menjadi rumit karena muncul pusat-pusat tambahan yang masing-masing berfungsi menjadi kutub pertumbuhan. Lalu muncul tata guna lahan yang melengkapi fungsional pusat kota tersebut. Menurut Von Thunen, terdapat perbedaan zona lahan dan struktur kota menjelaskan bahwa kegiatan tertentu hanya mampu dibiayai dengan tingkat tertentu. Selain itu harga lahan dipengaruhi oleh jarak terhadap titik pusat (dalam hal ini CBD). Harga lahan juga dipengaruhi oleh aksesbilitas yang dikendalikan oleh transportasi. Semakin mudah suatu lokasi untuk dicapai dan berhubungan dengan pusat kota, maka harga lahannya semakin tinggi. 5
  • 7. BAB III PEMBAHASAN 3.1 Deskripsi atas zonasi lahan dan pemanfaatannya di Kota Malang Secara garis besar Pulau Jawa dengan luas kurang lebih 132.000 km2 dibagi menjadi 3 daerah geografis, yaitu: 1. Dataran rendah yang sempit dan kurang subur di Pantai Selatan. 2. daerah pedalaman dengan tanah vulkanisnya yang subur, terbentang dari barat ke Timur dan seringkali terputus oleh puncak-puncak gunung dengan ketinggian kurang lebih 3000 m. 3. Dataran rendah pantai Utara yang subur karena terbentuk dari endapanendapan lumpur yang dibawa oleh sungai-sungai selama ribuan tahun. Malang sebagai salah satu kota di Jawa Timur mempunyai letak geografis yang strategis, sekaligus juga indah. Inilah salah satu modal bagi kota kecil di pedalaman ini untuk tumbuh menjadi kota kedua terbesar di Jawa Timur setelah Surabaya. Pada tahun 1900 Malang masih merupakan kota kabupaten kecil di pedalaman. Sampai tahun 1900-an Malang adalah ibukota Kabupaten Malang, yang merupakan bagian dari Karisidenan Pasuruan. Pada tahun 1800, jumlah penduduknya hanya 12.040 jiwa, dan pada tahun 1905 baru 29.541 jiwa (Karsten, 1935: 66). Jadi selama 105 tahun jumlah penduduknya hanya bertambah 2,45 kali lipat. Bandingkan selama 10 tahun (1920-1930) penduduk kota Malang bertambah lebih dari 2 kali lipat, yaitu pada tahun 1920 sebesar 42.981 jiwa, dan pada tahun 1930 berjumlah 86.645 jiwa (Karsten, 1935:66) . Luas wilayahnya pada tahun 1914 baru mencapai 1503 Ha (Staadsgemeente Malang, 1939). Perkembangan yang pesat telah menggeser citra Malang sebagai kota terindah di Hindia Belanda sebelum perang dunia kedua. Kini bertebaran pusat-pusat perdagangan (commercial centre) bernuansa modern. Penataan kawasan cenderung menghilangkan bangunan-bangunan kuno yang mempunyai nilai sejarah. 6
  • 8. Tabel 1 Luas Wilayah Kota Malang No. Kecamatan Luas (Km2) 1. Kedungkandang 36,89 2. Klojen 8,83 3. Blimbing 17,77 4. Lowokwaru 22,60 5. Sukun 20,97 Total 110,06 Sumber : Litbang Kompas diolah dari BPS Kota Malang 2001 Dengan perkembangan tersebut mendorong pengembangan wilayah ke arah pinggiran kota yang disertai dengan infrastruktur kota yang dibutuhkan. Namun dalam tahapannya harus memperhatikan perkembangan Kota Malang yang sudah ada. Rangkaian proses perkembangan tata ruang sangat mempengaruhi struktur tata ruang yang ada sekarang maupun yang akan datang. Untuk itu perlu mengetahui perkembangan Kota Malang dan produkproduk rencananya agar penataan ruang tahap selanjutnya berkesinambungan. Gambar 1.1 Peta Struktur Ruang Kota Malang 7
  • 9. 3.2 Kebijakan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) dan Implementasinya di Kota Malang  Penataan ruang wilayah Kota Malang, bertujuan : a. Mewujudkan Kota Malang sebagai kota pendidikan yang berkualitas dengan peningkatan pertumbuhan ekonomi yang didukung sektor penunjang pariwisata serta sektor industri, perdagangan dan jasa agar tercipta kota yang aman, nyaman, produktif dan berkelanjutan; b. Terwujudnya prasarana dan sarana kota yang berkualitas, dalam jumlah yang layak, berkesinambungan dan dapat diakses oleh seluruh warga kota.  Kebijakan dan Strategi Struktur Ruang Wilayah Kota Malang Menurut Peraturan Daerah Kota Malang Nomor 4 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Malang Tahun 20102030 Kebijakan struktur ruang wilayah Kota Malang, meliputi : a. Pemantapan Kota Malang sebagai Pusat Kegiatan Nasional (PKN);  Kebijakan Pemantapan Kota Malang sebagai Pusat Kegiatan Nasional (PKN) diarahkan pada kesiapan dan kenyamanan Kota Malang sebagai kota yang melayani kegiatan skala nasional.  Strategi Pemantapan Kota Malang sebagai Pusat Kegiatan Nasional (PKN), meliputi : a) mendorong kemudahan aksesibilitas terhadap kegiatan skala nasional; b) mengembangkan sektor perdagangan dan jasa yang siap melayani kegiatan nasional. b. Pengembangan Kota Malang sebagai Pusat Pelayanan Berskala Regional;  Kebijakan Pengembangan Kota Malang sebagai Pusat Pelayanan Berskala Regional diarahkan pada kemudahan akses dan pelayanan Kota Malang sebagai daya tarik kegiatan skala regional.  Strategi Pengembangan Kota Malang sebagai Pusat Pelayanan Berskala Regional, meliputi : a) mendorong kemudahan aksesibilitas pelayanan skala regional; b) mendukung pengembangan transportasi kereta api komuter; 8
  • 10. c) mengarahkan kegiatan pelayanan sosial, budaya, ekonomi dan/atau administrasi masyarakat pada skala regional; d) mengarahkan perkembangan perdagangan dan jasa pada jalur regional; e) mengarahkan perkembangan kegiatan industri dan pergudangan pada kawasan perbatasan kota; f) mendorong pertumbuhan sektor-sektor strategis dengan mengutamakan perkembangan ekonomi lokal; g) meningkatkan pengembangan kawasan yang cenderung menjadi aglomerasi fasilitas pelayanan regiona c. Pengembangan Kota Malang sebagai Pusat Pelayanan Kawasan Andalan Malang Raya;  Kebijakan Pengembangan Kota Malang sebagai Pusat Pelayanan Kawasan Andalan Malang Raya diarahkan pada kerja sama kawasan Malang Raya untuk peningkatan ekonomi masyarakat Kota Malang.  Strategi Pengembangan Kota Malang sebagai Pusat Pelayanan Kawasan Andalan Malang Raya, meliputi : a) mendorong sektor pendukung pariwisata yang melayani kawasan Malang Raya; b) mendorong pertumbuhan dan perkembangan kawasan budidaya yang mendukung pelayanan Malang Raya; c) menjalin kerja sama dengan daerah otonom kawasan Malang Raya untuk memantapkan pelayanan dan pengembangan kota; d) meningkatkan kegiatan dan pelayanan sektor perdagangan dan jasa yang mengarah pada pendukung sektor pariwisata. d. Pengembangan Sistem Pusat Pelayanan Kota Malang;  Kebijakan Pengembangan Sistem Pusat Pelayanan Kota Malang diarahkan pada harmonisasi perkembangan kegiatan dan pelayanan yang berjenjang, skala regional dan/atau skala wilayah kota, skala sub wilayah kota, dan skala lingkungan wilayah kota.  Strategi Pengembangan Sistem Pusat Pelayanan Kota Malang, meliputi : 9
  • 11. a) menetapkan dan memantapkan kawasan alun-alun sebagai pusat pelayanan kota; b) menetapkan pembagian wilayah Kota Malang menjadi 5 (lima) sub pusat pelayanan kota; c) mengembangkan sub pusat pelayanan Kota secara merata; d) mengembangkan pusat-pusat lingkungan yang melayani skala lingkungan wilayah kota secara proporsional; e) menghubungkan antar sub pusat kota dan antara masing-masing sub pusat kota dengan pusat kota melalui jaringan jalan berjenjang dengan pola pergerakan merata; f) mendorong pertumbuhan dan perkembangan kawasan budidaya yang mendukung pelayanan pusat kota dan sub pusat kota secara berimbang; g) mengarahkan sentra-sentra budidaya yang mendukung pelayanan skala pusat kota dan sub pusat kota; h) mengembangkan jaringan pusat kota, sub pusat kota, dan pusat lingkungan yang berhierarki dan tersebar secara berimbang dan saling terkait menjadi satu kesatuan sistem kota menuju pusat kota; i) mendorong pembangunan dan pengembangan pusat-pusat lingkungan yang selaras dan seimbang; j) mengembangkan kegiatan pelayanan sosial, budaya, ekonomi dan atau administrasi masyarakat pada sub wilayah kota secara merata. e. Pengembangan Prasarana Wilayah Kota, terdiri dari : 1. Sistem dan jaringan transportasi; 2. Sistem prasarana sumber daya air; dan 3. Sistem dan Jaringan Utilitas Perkotaan.  Kebijakan pengembangan prasarana wilayah Kota Malang diarahkan pada pengembangan dan penataan sistem jaringan prasarana utama transportasi, jaringan prasarana lainnya, dan infrastruktur kota untuk peningkatan layanan masyarakat Kota Malang dan menghindari disparitas perkembangan kawasan antar sub wilayah kota.  Untuk mencapai tujuan ditetapkan kebijakan sebagai berikut : 10
  • 12. a. penyediaan prasarana dan sarana kota yang terintegrasi secara hierarki sesuai dengan standar yang berlaku; b. penyediaan utilitas kota yang terintegrasi secara hierarki sesuai dengan standar yang berlaku; c. pelaksanaan konservasi kawasan lindung dan sumber daya air, serta pengembangan RTH untuk keseimbangan ekologi kota; d. peningkatan luas RTH sebagai upaya peningkatan kualitas kehidupan kota; e. pengarahan perkembangan kawasan perumahan sesuai dengan karakteristik kawasan; f. peran serta dalam mitigasi dan adaptasi dampak perubahan iklim.  Strategi Pengembangan prasarana wilayah Kota Malang, meliputi : a. mengembangkan sistem prasarana utama berupa jaringan transportasi jalan raya dalam mendukung pertumbuhan dan pemerataan pembangunan sub pusat kota, dengan upaya :  mengatur rute arus pergerakan/lalu lintas melalui peraturan khusus, berupa pengalihan rute pada jam-jam khusus untuk menghindari penumpukan jumlah pergerakan;  mengkondisikan kembali fungsi-fungsi jalan untuk kesesuaian antara kondisi fisik dengan persyaratan pada masing-masing fungsi jaringan jalan;  membangun jaringan jalan lingkar yang dapat mengakomodasi kebutuhan masyarakat;  meningkatkan kapasitas ruas jalan utama kota. b. mengembangkan sarana transportasi, dengan upaya :  meningkatkan kualitas dan kuantitas pelayanan angkutan umum;  mengadakan angkutan umum massal meliputi angkutan umum bus metro, bus kota dan kereta api komuter;  membangun halte khusus untuk bus metro, bus kota, dan angkutan kota (angkot) sebagai tempat menaikkan dan menurunkan penumpang dan berfungsi untuk mencegah kemacetan;  meningkatkan kualitas dan kuantitas fasilitas penunjang beroperasinya sarana transportasi. 11
  • 13. c. mengembangkan prasarana transportasi, dengan upaya :  meningkatkan dan memperbaiki kualitas sarana dan prasarana terminal dan sub terminal;  mengalihfungsikan Terminal Gadang menuju ke Terminal Hamid Rusdi;  membangun terminal kargo di sekitar jalan lingkar sebagai terminal angkutan barang; Gambar 1.2 Peta Struktur Ruang Kota Malang  Implementasi di Kota Malang Persoalan penataan ruang merupakan suatu isu kebijakan yang sangat menarik untuk diperbincangkan sebab dalam persoalan ini terdapat banyak kepentingan- kepentingan yang turut dalam pelaksanaan suatu kebijakan. Oleh karena banyaknya kepentingan tersebut maka menjadi menarik bahwa persoalan penataan ruang terbuka hijau seringkali terjadi tarik ulur antar aktor-aktor kebijakan. Pelaksanaan kebijakan ini berdasar pada regulasi pemerintah yakni dalam Perda No.7 Tahun 2001 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Malang. Pelaksana kebijakan ini adalah melibatkan unsur pemerintah sebagai konseptor bidang pembangunan seperti Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) serta unsur teknis yaitu Dinas 12
  • 14. Kebersihan dan Pertamanan. Di samping juga akademisi, swasta dan masyarakat sebagai pelaksana kebijakan. Hasil dari beberapa penelitian yang dicermati keberadaan RTH Kota Malang saat ini masih belum sepenuhnya memenuhi proporsi 30% luasan RTH kawasan perkotaan sebagaimana disyaratkan dalam UU No.26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang. Hal ini disebabkan ploting-ploting RTH selama ini belum maksimal dilakukan sehingga masih terdapat RTH produktif yang terbengkalai di kawasan perkotaan. Selain itu bahwa dalam pelaksanaan kebijakan penataan RTH Kota Malang juga masih menyimpan beragam persoalan lain seperti alih fungsi lahan menjadi kawasan terbangun, penebangan liar, pembangunan yang tidak memperhatikan kondisi lingkungan dan sebagainya. Perda RTRW (Rencana Tata Ruang Wilayah) No 7 Tahun 2001, yang berlaku hingga tahun 2010 harus diakui sudah tidak memiliki relevansi dengan pola pembangunan di Kota Malang. Perda ‘impoten’ tersebut lebih banyak dilanggar daripada dipatuhi dan dijadikan acuan pembangunan. Kewibawaan perangkat hukum tata ruang dan perangkat perijinan berada di bawah bayang-bayang rupiah. Ironisnya, tidak ada yang merasa jengah dengan kenyataan ini. Sepertinya memang harus dilakukan evaluasi secara menyeluruh dan secepatnya, sebelum terlanjur semua aset publik berubah menjadi aset-aset ekonomi. Bisa jadi ini memang karena Perda RTRW sudah kehilangan relevansi, atau bisa jadi juga karena faktor mentalitas makelar pemerintah Malang yang lebih suka menjual dan menggandaikan aset-aset publik daripada memberdayakan dan melestarikannya buat kepentingan publik yang lebih besar. 13
  • 15. 3. Prosedur atau mekanisme dalam penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Malang (RTRW) serta apa hambatan kebijakan RTRW  Prosedur Penyusunan RTRW Kota Prosedur penyusunan RTRW kota merupakan pentahapan yang harus dilalui dalam proses penyusunan RTRW kota sampai dengan proses legalisasi RTRW kota yang melibatkan:  instansi terkait pemerintah daerah kota,  instansi terkait pemerintah provinsi,  dewan perwakilan rakyat daerah,  masyarakat, dan  instansi terkait pemerintah pusat. Masyarakat yang menjadi pemangku kepentingan dalam penyusunan RTRW kota meliputi:  orang perseorangan atau kelompok orang;  organisasi masyarakat tingkat kota atau yang memiliki cakupan wilayah layanan satu kota atau lebih dari kota yang sedang melakukan penyusunan RTRW kota;  perwakilan organisasi masyarakat tingkat kota dan kabupaten/kota yang berdekatan secara sistemik (memiliki hubungan interaksi langsung) dari daerah yang dapat terkena dampak dari penataan ruang di daerah yang sedang disusun RTRW kota-nya; dan  perwakilan organisasi masyarakat tingkat kota dan kabupaten/kota dari daerah yang dapat memberikan dampak bagi penataan ruang di daerah yang sedang disusun RTRW kotanya. Prosedur RTRW Prosedur penyusunan RTRW kota meliputi:  Pembentukan tim penyusun RTRW kota yang beranggotakan unsur-unsur dari pemerintah daerah kota, khususnya dalam lingkup Badan Koordinasi Penataan Ruang Daerah (BKPRD) kota yang bersangkutan;  Pelaksanaan penyusunan RTRW kota; 14
  • 16.  Pelibatan peran masyarakat di tingkat kota dalam penyusunan RTRW kota di setiap tahapan kegiatan. Pelibatan Peran Masyarakat Pelibatan peran masyarakat di tingkat kota dalam penyusunan RTRW kota dilakukan pada setiap tahapan, yaitu: Tahap persiapan Pada tahap persiapan Pemerintah telah melibatkan masyarakat secara pasif dengan pemberitaan mengenai informasi penataan ruang melalui:  media massa (televisi, radio, surat kabar, majalah);  brosur, leaflet, flyers, surat edaran, buletin, jurnal, buku;  kegiatan pameran, pemasangan poster, pamflet, papan pengumuman, billboard;  kegiatan kebudayaan (misal: pagelaran wayang dengan menyisipkan informasi yang ingin disampaikan di dalamnya);  multimedia (video, VCD, DVD);  website;  ruang pamer atau pusat informasi; dan/atau  pertemuan terbuka dengan masyarakat/kelompok masyarakat. Tahap Pengumpulan Data Pada tahap pengumpulan data, peran masyarakat/ organisasi masyarakat akan lebih aktif dalam bentuk:  pemberian data & informasi kewilayahan yang diketahui/dimiliki datanya;  pendataan untuk kepentingan penatan ruang yang diperlukan;  pemberian masukan, aspirasi, dan opini awal usulan rencana penataan ruang; dan  identifikasi potensi dan masalah penataan ruang. Media yang digunakan untuk mendapatkan infomasi/masukan dapat melalui:  kotak aduan;  pengisian kuesioner, wawancara; 15
  • 17.  website, surat elektronik, form aduan, polling, telepon, pesan singkat/SMS;  pertemuan terbuka atau public hearings;  kegiatan workshop, focus group disscussion (FGD);  penyelenggaraan konferensi; dan/atau  ruang pamer atau pusat informasi. Tahap Perumusan Konsepsi RTRW Pada tahap perumusan konsepsi RTRW kota, masyarakat terlibat secara aktif dan bersifat dialogis/komunikasi dua arah. Dialog dilakukan antara lain melalui konsultasi publik, workshop, FGD, seminar, dan bentuk komunikasi dua arah lainnya. Pada kondisi keterlibatan masyarakat dalam penyelenggaraan penataan ruang telah lebih aktif, maka dalam penyusunan RTRW kota dapat memanfaatkan lembaga/forum yang telah ada seperti: a) satuan kerja (task force/technical advisory committee); b) steering committee; c) forum delegasi; dan/atau d) forum pertemuan antar pemangku kepentingan. Tahap Pembahasan Raperda tentang RTRW Pembahasan raperda tentang RTRW kota oleh pemangku kepentingan ditingkat kota. Pada tahap pembahasan raperda ini, masyarakat dapat berperan dalam bentuk pengajuan usulan, keberatan, dan sanggahan terhadap raperda tentang RTRW kota melalui:  media massa (televisi, radio, surat kabar, majalah);  website resmi lembaga pemerintah yang berkewenangan menyusun RTRW kota;  surat terbuka di media massa;  kelompok kerja (working group/public advisory group); dan/atau  diskusi/temu warga (public hearings/meetings), konsultasi publik, workshops, charrettes, seminar, konferensi, dan panel.  Tantangan dan Hambatan Di dalam upaya percepatan penyelesaian renc ana tata ruang, terdapat pula tantangan dan hambatan. Hal-hal yang menjadi tantangan antara lain adalah : (1) 16
  • 18. Target Besar Ditjen Penataan Ruang di tahun 2011. Pendampingan penyelesaian rencana tata ruang yang tidak hanya sampai pada persetujuan substansi, tetapi sampai rencana tata ruang tersebut di-Perda-kan merupakan tantangan terbesar yang menegaskan program percepatan penyelesaian ini sangat dibutuhkan. (2) Rencana tata ruang juga sudah harus mengakomodasi program MP3EI yang sudah mulai berjalan, sehingga di dalam rencana tata ruangnya, sektor-sektor unggulan harus terinformasi dan terakomodir dengan baik di dalam perencanaan tata ruangnya. (3) Tercapainya keterpaduan pengembangan wilayah dengan keterpaduan antar sektor dan keterpaduan rencana tata ruang wilayah dengan RTRWN. Sebagai alat keterpaduan pembangunan lintas sektor, maka rencana tata ruang ke depannya akan menjadi sangat penting. Karena itu di dalam penyusunannya harus mempertimbangkan peraturan masing-masing sektor yang terkait, agar proses persetujuan substansi di pusat tidak menghambat keluarnya perda RTRW provinsi/kabupaten/kota. Sedangkan hambatan yang ditemui dalam upaya percepatan ini antara lain permasalahan pelepasan atau perubahan fungsi kawasan hutan yang tertuang dalam Ranperda RTRW. Beberapa daerah masih mengalami permasalahan pada penetapan kawasan hutan dimana proses tim terpadu masih berjalan. Hambatan yang terakhir – yang paling mendasar tetapi merupakan hambatan terbesar– adalah masih kurangnya pemahaman akan pentingnya rencana tata ruang di dalam pengembangan wilayah. 17
  • 19. BAB IV PENUTUP 1. Kesimpulan Struktur ruang merupakan suatu susunan pusat-pusat permukiman, sistem jaringan serta sistem prasarana maupun sarana yang berfungsi sebagai pendukung kegiatan sosial-ekonomi yang secara hirarki berhubungan fungsional. Perda RTRW (Rencana Tata Ruang Wilayah) No 7 Tahun 2001, yang berlaku hingga tahun 2010 harus diakui sudah tidak memiliki relevansi dengan pola pembangunan di Kota Malang. Perda ‘impoten’ tersebut lebih banyak dilanggar daripada dipatuhi dan dijadikan acuan pembangunan. Persoalan penataan ruang yang mana merupakan suatu isu kebijakan harus dikaji ulang dan dianalis agar perencanaan dan penataan awal tata ruang sesuai dengan pengimplemntasiannya pada lapangan. 2. Saran Kepada Pemerintah Kabupaten disarankan hal-hal sebagai berikut : a. RTRW Kabupaten agar digunakan secara optimal sebagai acuan dalam penyusunan program pembangunan daerah. b. Melengkapi RTRW Kabupaten dengan penetapan kriteria rinci dan geometrik bagi pemanfaatan ruang, dan instrumen mekanisme atau tata kerja pelaksanaan dalam rangka proses perizinan. c. Memperjelas fungsi tugas Dinas/Instansi yang seharusnya memiliki kewenangan penuh dalam menindaklanjuti pelaksanaan manfaat ruang. d. Melaksanakan penegakan hukum (Law enforcement) terhadap penyimpangan tata ruang dengan cara : (i) memberikan dasar hukum yang jelas dan kuat dalam bentuk Peraturan Daerah tentang Tata Ruang, dan (ii) mengefektifkan pengawasan terhadap implementasi tata ruang dan perizinan bangunan oleh Polisi Pamong Praja. e. Meningkatkan peran serta masyarakat dan swasta dalam proses penyusunan, implementasi dan pengawasan tata ruang, misalnya dengan memperluas informasi penataan ruang kepada masyarakat. Sedangkan kepada Pemerintah Pusat dan Propinsi agar membantu meningkatkan kemampuan teknis aparat perencanaan di daerah 18
  • 20. dalambentuk asistensi dan pelatihan, serta membuat pedoman standar dan petunjuk teknis yang lengkap dalam perencananaan dan pemanfaatan tata ruang wilayah. 19
  • 21. DAFTAR PUSTAKA Perda Kota Malang Nomor 4 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Malang Tahun 2010-2030 http://sitidearakhmania.wordpress.com/2012/10/03/zona-lahan-dan-strukturruang-kota/ http://www.penataanruang.com/prosedur-rtrw1.html http://catatan27hukum.blogspot.com/2012/04/hak-atas-lingkungan-hidupkrisis.html http://puslit2.petra.ac.id/ejournal/index.php/ars/article/download/16166/16158 http://www.penataanruang.net/taru/sejarah/BAB%208.5%20footer.pdf http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/20126/3/Chapter%20II.pdf http://www.jdih.setjen.kemendagri.go.id/files/KOTA_MALANG_4_2011.pdf 20