SlideShare una empresa de Scribd logo
1 de 39
Oleh Kelompok III :
Maria Immaculata C.B. Sri Nala
Irmawati Deden
Nuzulya Rahmadhani Jessi Yores
Adrianus Pandong Fredyrikus Carlokum
Hendranus Suprianto Yovita Sela Parubang
S1 Keperawatan
STIKES GRAHA EDUKASI MAKASSAR
2012/2013
Gagal Jantung Kongestif Page 2
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang
Maha Esa karena atas berkat dan pertolongan-Nya, kami dapat
menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.
Makalah ini berisi tentang konsep medis dan konsep keperawatan
dari Sistem Kardiovaskuler. Makalah ini menjelaskan secara terperinci
tentang Gagal Jantung Kongestif.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan
untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun dari pembaca demi penyempurnaan makalah ini kedepan.
Harapan kami semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita
semua khususnya kita selaku Mahasiswa Keperawatan.
Makassar, 10 Juni 2013
Penyusun
Gagal Jantung Kongestif Page 3
DAFTAR ISI
Kata Pengantar................................................................................2
Daftar Isi ..........................................................................................3
Bab I Pendahuluan..........................................................................4
1. Latar Belakang...........................................................................4
2. Tujuan ........................................................................................6
3. BAb II Tinjauan Pustaka.............................................................7
1. Konsep Medis.......................................................................7
1.1. Definisi .......................................................................7
1.2. Etiologi .......................................................................8
1.3. Manifestasi Klinis ....................................................10
1.4. Patofisiologi .............................................................12
1.5. Pemeriksaan Penunjang..........................................13
1.6. Komplikasi................................................................13
1.7. Penatalaksanaan Dan Penanganan.........................14
2. Konsep Keperawatan..........................................................19
2.1. Pengkajian ............................................................... 19
2.2. Diagnosa Keperawatan............................................ 27
2.3. Intervensi Dan Rasional........................................... 27
2.4. Implementasi............................................................ 35
2.5. Evaluasi ................................................................... 36
Bab III Penutup..............................................................................37
1. Kesimpulan.........................................................................37
2. Saran ..................................................................................38
Daftar Pustaka...............................................................................39
Gagal Jantung Kongestif Page 4
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Gagal jantung menjadi masalah kesehatan masyarakat yang utama
pada beberapa negara industri maju dan negara berkembang seperti
Indonesia. Sindroma gagal jantung ini merupakan masalah yang penting
pada usia lanjut, dikarenakan prevalensi yang tinggi dengan prognosis
yang buruk. Prevalensi gagal jantung kongestif akan meningkat seiring
dengan meningkatnya populasi usia lanjut, karena populasi usia lanjut
dunia bertambah dengan cepat dibanding penduduk dunia seluruhnya,
malahan relatif bertambah besar pada Negara berkembang termasuk
Indonesia.
Penyakit jantung dewasa ini merupakan penyebab paling utama
keadaan sakit dan kematian bangsa berindustri maju. Di Amerika Serikat,
penyakit jantung menujukkan angka kematian dua kali lipat dari pada
kanker (penyebab kematian kedua paling sering), yang merupakan kira-
kira 37% sebab kematian. Kira-kira 88% di sebabkan karena penyakit
jantung iskemia (ICHD) yang juga merupakan penyakit jantung koroner
(CHD).
Dari data tersebut di dapat tanda-tanda terang dengan jumlah
kematian sebagai akibat penyakit jantung yang dilaporkan berkurang
dalam hampir dua decade terakhir ini, yang kenyataannya sebagian besar
disebabkan penurunan angka kematian. Kematian sebagai akibat
penyakit jantung biasanya disebabkan karena gangguan irama jantung
atau kelemahan pemompaan progresif. Sering yang satu menyebabkan
penyakit jantung yang lain.
Gagal Jantung Kongestif Page 5
Semua penyakit jantung dapat disertai berbagai macam aritmi
seperti fibrilasi atrium, ekstrasistol atau takikardi hidup penderita.
Gangguan irama jantung terjadi bila jalur konduksi normal dihambat oleh
nekrosis, radang, dan fibrosis maupun bila kesalahan metabolism lokal
menimbulkan fokus iritasi listrik. Meskipun aritmia terjadi secara dramatik,
sukar untuk diidentifikasi lesi patologi yang khas. Selain itu semua
penyakit jantung utama, bila dalam keadaan parah dapat berpengaruh
pada kapasitas fungsi pemompa. Melalui litasan apa pun sindrom klinik
yang dikenal sebagai kegagalan jantung kogestif (CHF), dapat
menimbulkan dan mendominasi gambaran klinik.
Karena akibat akhir ini semua bentuk penyakit jantung utama ini
berupa sidrom kompleks dengan variasi dampak maka CHF dibahas
secara terinci sebelum memasuki bahasan penyakit. Gagal jantung
adalah sindrom klinik dengan abnormalitas dari struktur atau fungsi
jantung sehingga mengakibatkan ketidakmampuan jantung untuk
memompa darah ke jaringan dalam memenuhi kebutuhan metabolisme
tubuh.
Ciri penting dari definisi ini adalah gagal didefinisikan relatif
terhadap kebutuhan metabolik tubuh dan penekanan arti kata gagal
ditujukan pada fungsi pompa jantung secara keseluruhan. Diagnosis dini
dan identifikasi etiologi dari pasien gagal jantung kongestif sangat
diperlukan karena banyak kondisi yang menyerupai sindroma gagal
jantung ini pada usia dewasa maupun usia lanjut.
Gagal Jantung Kongestif Page 6
2. Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah :
1. Untuk mengetahui konsep medis dari gagal jantung kongestif
berupa:
Definisi
Etiologi
Manifestasi Klinis
Patofisiologi
Pemeriksaan Penunjang
Komplikasi
Penatalaksanaan dan Penanganan
2. Untuk mengetahui konsep keperawatan dari gagal jantung
kongestif berupa:
Pengkajian
Diagnosa keperawatan
Intervensi dan rasional
Implementasi
Evaluasi
Gagal Jantung Kongestif Page 7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Konsep Medis
1.1. Definisi
CHF adalah suatu kegagalan jantung dalam memompa darah
untuk memenuhi kebutuhan tubuh (Purnawan Junadi, 1982).
Kegagalan jantung kongestif adalah suatu kegagalan pemompaan
(di mana cardiac output tidak mencukupi kebutuhan metabolik tubuh), hal
ini mungkin terjadi sebagai akibat akhir dari gangguan jantung, pembuluh
darah atau kapasitas oksigen yang terbawa dalam darah yang
mengakibatkan jantung tidak dapat mencukupi kebutuhan oksigen pada
berbagai organ (Ni Luh Gede Yasmin, 1993).
Gagal jantung kongestif (CHF) adalah keadaan patofisiologis
berupa kelainan fungsi jantung, sehingga jantung tidak mampu memompa
darah untuk memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan atau
kemampuannya hanya ada kalau disertai peninggian volume diastolik
secara abnormal. Penamaan gagal jantung kongestif yang sering
digunakan kalau terjadi gagal jantung sisi kiri dan sisi kanan (Mansjoer,
2001).
Gagal jantung kongestif adalah ketidakmampuan jantung untuk
memompa darah dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan
jaringan terhadap oksigen dan nutrien. (Diane C. Baughman dan Jo Ann
C. Hockley, 2000)
Gagal Jantung Kongestif Page 8
Suatu keadaan patofisiologi adanya kelainan fungsi jantung
berakibat jantung gagal memompakan darah untuk memenuhi kebutuhan
metabolisme jaringan dan atau kemampuannya hanya ada kalau disertai
peninggian tekanan pengisian ventrikel kiri (Braundwald).
Gagal jantung kongestif adalah ketidakmampuan jantung untuk
memompa darah yang adekuat untuk memenuhi kebutuhan jaringan akan
oksigen dan nutrisi (Smeltzer & Bare, 2001), Waren & Stead dalam
Sodeman,1991), Renardi, 1992).
1.2. Etiologi
Mekanisme yang mendasari terjadinya gagal jantung kongestif
meliputi gangguan kemampuan konteraktilitas jantung, yang
menyebabkan curah jantung lebih rendah dari curah jantung normal.
Tetapi pada gagal jantung dengan masalah yang utama terjadi adalah
kerusakan serabut otot jantung, volume sekuncup berkurang dan curah
jantung normal masih dapat dipertahankan. Volume sekuncup adalah
jumlah darah yang dipompa pada setiap konteraksi tergantung pada tiga
faktor yaitu :
1. Preload adalah jumlah darah yang mengisi jantung berbanding
langsung dengan tekanan yang ditimbulkan oleh panjangnya
regangan serabut otot jantung.
2. Konteraktillitas mengacu pada perubahan kekuatan konteraksi
yang terjadi pada tingkat sel dan berhubungan dengan perubahan
panjang serabut jantung dan kadar kalsium
Gagal Jantung Kongestif Page 9
3. Afterload mengacu pada besarnya tekanan venterikel yang harus
dihasilkan untuk memompa darah melawan perbedaan tekanan
yang ditimbulkan oleh tekanan arteriol. Pada gagal jantung, jika
salah satu atau lebih faktor ini terganggu, maka curah jantung
berkurang (Brunner and Suddarth 2002).
Gagal jantung kongestif juga dapat disebabkan oleh :
Kelainan otot jantung : Gagal jantung sering terjadi pada penderita
kelainan otot jantung, disebabkan menurunnya kontraktilitas jantung.
Kondisi yang mendasari penyebab kelainan fungsi otot mencakup
ateriosklerosis koroner, hiprtensi arterial, dan penyakit degeneratif atau
inflamasi.
1. Aterosklerosis koroner
Mengakibatkan disfungsi miokardium karena terganggunya aliran darah
ke otot jantung. Terjadi hipoksia dan asidosis (akibat penumpukan asam
laktat). Infark miokardium (kematian sel jantung) biasanya mendahului
terjadinya gagal jantung. Peradangan dan penyakit miokardium
degeneratif, berhubungan dengan gagal jantung karena kondisi yang
secara langsung merusak serabut jantung, menyebabkan kontraktilitaas
menurun.
2. Hipertensi sistemik atau pulmonal (peningkatan afterload)
Meningkatkan beban kerja jantung dan pada gilirannya mngakibatkan
hipertrofi serabut otot jantung.
3. Peradangan dan penyakit myocardium degenerative
Berhubungan dengan gagal jantung karena kondisi ini secara langsung
merusak serabut jantung, menyebabkan kontraktilitas menurun.
Gagal Jantung Kongestif Page 10
4. Penyakit jantung lain
Gagal jantung dapat terjadi sebagai akibat penyakit jantung yang
sebenarnya, yang ssecara langsung mempengaruhi jantung. Mekanisme
biasanya terlibat mencakup gangguan aliran darah yang masuk jantung
(stenosis katup semiluner), ketidakmampuan jantung untuk mengisi darah
(tamponade, perikardium, perikarditif konstriktif, atau stenosis AV),
peningkatan mendadak afteer load.
5. Faktor sistemik
Terdapat sejumlah besar faktor yang berperan dalam perkembangan dan
beratnya gagal jantung. Meningkatnya laju metabolism (misal : demam,
tirotoksikosis ), hipoksia dan anemia perlukan peningkatan curah jantung
untuk memenuhi kebutuhan oksigen sistemik. Hipoksia dan anemia juga
dapat menurunkan suplai oksigen ke jantung. Asidosis respiratorik atau
metabolik dan abnormalita elektronik dapat menurunkan kontraktilitas
jantung. Grade gagal jantung menurut New york Heart Associaion terbagi
menjadi 4 kelainan fungsional, yaitu :
1. Timbul gejala sesak pada aktifitas fisik berat
2. Timbul gejala sesak pada aktifitas fisik sedang
3. Timbul gejala sesak pada aktifitas ringan
4. Timbul gejala sesak pada aktifitas sangat ringan/ istirahat
1.3. Manifestasi Klinis
Menurut Arif masjoer 2001 Gejala yang muncul sesuai dengan
gejala jantung kiri diikuti gagal jantung kanan dapat terjadinya di dada
karana peningkatan kebutuhan oksigen. Pada pemeriksaan fisik
ditemukan tanda – tanda gejala gagal jantung kongestif biasanya terdapat
bunyi derap dan bising akibat regurgitasi mitral.
Gagal Jantung Kongestif Page 11
Tanda dominan Meningkatnya volume intravaskuler. Kongestif
jaringan akibat tekanan arteri dan vena meningkat akibat penurunan
curah jantung. Manifestasi kongesti dapat berbeda tergantung pada
kegagalan ventrikel mana yang terjadi .
1. Gagal jantung kiri :
Kongesti paru menonjol pada gagal ventrikel kiri karena ventrikel kiri
tak mampu memompa darah yang datang dari paru. Manifestasi klinis
yang terjadi yaitu :
a. Dispnu
Terjadi akibat penimbunan cairan dalam alveoli dan mengganggu
pertukaran gas. Dapat terjadi ortopnu. Beberapa pasien dapat
mengalami ortopnu pada malam hari yang dinamakan Paroksimal
Nokturnal Dispnea ( PND).
b. Batuk
c. Cheynes stokes
d. Orthopnea
e. Kogestif vena pulmonalis
f. Mudah lelah
Terjadi karena curah jantung yang kurang yang menghambat jaringan
dari sirkulasi normal dan oksigen serta menurunnya pembuangan sisa
hasil katabolisme, juga terjadi karena meningkatnya energi yang
digunakan untuk bernafas dan insomnia yang terjadi karena distress
pernafasan dan batuk.
g. Kegelisahan dan kecemasan
Terjadi akibat gangguan oksigenasi jaringan, stress akibat kesakitan
bernafas dan pengetahuan bahwa jantung tidak berfungsi dengan
baik.
Gagal Jantung Kongestif Page 12
2. Gagal jantung kanan:
a. Kongestif jaringan perifer dan viseral.
b. Edema ekstrimitas bawah (edema dependen), biasanya edema
pitting, penambahan berat badan.
c. Hepatomegali dan nyeri tekan pada kuadran kanan atas abdomen
terjadi akibat pembesaran vena di hepar.
d. Anorexia dan mual, terjadi akibat pembesaran vena dan statis
vena dalam rongga abdomen.
e. Nokturia
f. Kelemahan
g. Nausea
h. Ascites
i. Tanda-tanda penyakit kronik
1.4. Patofisiologi
Kelainan intrinsic pada kontraktilitas miokardium yang khas pada
gagal jantung iskemik, mengganggu kemampuan pengosongan ventrikel
yang efektif. Kontraktilitas ventrikel kiri yang menurun mengurangi curah
sekuncup, dan meningkatkan volume residu ventrikel. Dengan
meningkatnya EDV (volume akhir diastolic ventrikel), maka terjadi pula
pengingkatan tekanan akhir diastolic ventrikel kiri (LVEDP). Derajat
peningkatan tekanan tergantung dari kelenturan ventrikel.
Dengan meningkatnya LVEDP, maka terjadi pula peningkatan
tekanan atrium kiri (LAP) karena atrium dan ventrikel berhubungan
langsung selama diastole. Peningkatan LAP diteruskan ke belakang ke
dalam anyaman vascular paru-paru, meningkatkan tekanan kapiler dan
vena paru-paru. Jika tekanan hidrostatik dari anyaman kapiler paru-paru
melebihi tekanan onkotik vascular, maka akan terjadi transudasi cairan ke
dalam intertisial. Jika kecepatan transudasi cairan melebihi kecepatan
drainase limfatik, maka akan terjadi edema intertisial.
Gagal Jantung Kongestif Page 13
Peningkatan tekanan lebih lanjut dapat mengakibatkan cairan
merembes ke dalam alveoli dan terjadilah edema paru-paru. Tekanan
arteria paru-paru dapat meningkat sebagai respon terhadap peningkatan
kronis tekanan vena paru. Hipertensi pulmonary meningkatkan tahanan
terhadap ejeksi ventrikel kanan. Serentetan kejadian seperti yang terjadi
pada jantung kiri, juga akan terjadi pada jantung kanan, di mana akhirnya
akan terjadi kongesti sistemik dan edema.
Perkembangan dari kongesti sistemik atau paru-paru dan edema
dapat dieksaserbasi oleh regurgitasi fungsional dari katup-katup
trikuspidalis atau mitralis bergantian. Regurgitasi fungsional dapat
disebabkan oleh dilatasi dari annulus katup atrioventrikularis, atau
perubahan-perubahan pada orientasi otot papilaris dan korda tendinae
yang terjadi sekunder akibat dilatasi ruang (smeltzer 2001).
Patofisiologi Gagal Jantung Kanan
Gangguan fungsi pompa ventrikel
Curah jantung kanan menurun dan
tekanan akhir systole ventrikel meningkat
Bendungan pada vena-vena sistemik,
tekanan vena kava meningkat
Hambatan arus balik vena
Bendungan Sistemik
Gagal Jantung Kongestif Page 14
Patofisiologi Gagal Jantung Kiri
Gagal jantung kogestif (Cogestive Health Failure / CHF) => Gabungan
gagal jantung kanan dan kiri.
1.5. Pemeriksaan Penunjang
1. Foto torax dapat mengungkapkan adanya pembesaran jantung,
oedema atau efusi pleura yang menegaskan diagnosa CHF.
2. EKG dapat mengungkapkan adanya tachicardi, hipertrofi bilik jantung
dan iskemi (jika disebabkan AMI), Ekokardiogram
3. Pemeriksaan Lab meliputi : Elektrolit serum yang mengungkapkan
kadar natrium yang rendah sehingga hasil hemodelusi darah dari
adanya kelebihan retensi air, K, Na, Cl, Ureum, gula darah.
Aliran darah ke atrium dan ventrikel kiri
menurun atau terjadi gangguan fungsi pompa
Curah jantung kiri menurun dan tekanan
akhir diastole ventrikel kiri meningkat
Bendungan vena pulmonalis
Edema paru => Gangguan system pernapasan
Bendungan Sistemik
Gagal Jantung Kongestif Page 15
1.6. Komplikasi
1. Kematian
2. Edema pulmoner akut
3. Cardiogenik syok
4. Gagal atau infrak paru (gagal nafas)
1.7. Penatalaksanaan medis Dan Penanganan
 Penatalaksanaan medis
1. Tujuan pengobatan adalah :
a. Dukung istirahat untuk mengurangi beban kerja jantung.
b. Meningkatkan kekuatan dan efisiensi kontraktilitas miokarium
dengan preparat farmakologi.
c. Membuang penumpukan air tubuh yang berlebihan dengan cara
memberikan terapi antidiuretik, diet dan istirahat.
d. Mengatasi keadaan yang reversible, termasuk tiroksikosis,
miksedema, dan aritmia digitalisasi
e. Meningkatkan oksigenasi dengan pemberian oksigen, usahakan
agar PaCO2 sekitas 60-100 mmHg(saturai O2 90 – 98 %) dan
menurunkan konsumsi O2 melalui istirahat atau pembatasan
aktivitas
2. Terapi Farmakologis :
a. Glikosida jantung.
b. Digitalis, meningkatkan kekuatan kontraksi otot jantung dan
memperlambat frekuensi jantung. Efek yang dihasilkan :
peningkatan curah jantung, penurunan tekanan vena dan volume
darah dan peningkatan diuresisidan mengurangi edema
c. Terapi diuretik.
Gagal Jantung Kongestif Page 16
d. Diberikan untuk memacu eksresi natrium dan air mlalui ginjal.
Penggunaan harus hati – hati karena efek samping hiponatremia
dan hipokalemia
e. Terapi vasodilator.
f. Obat-obat fasoaktif digunakan untuk mengurangi impadansi
tekanan terhadap penyemburan darah oleh ventrikel. Obat ini
memperbaiki pengosongan ventrikel dan peningkatan kapasitas
vena sehingga tekanan engisian ventrikel kiri dapat dituruinkan.
g. Dosis digitalis :
 Digoksin oral digitalisasi cepat 0,5-2 mg dalam 4-6 dosis selama
24 jam dan dilanjutkan 2x0,5 mg selama 2-4 hari
Digoksin iv 0,75 mg dalam 4 dosis selama 24 jam
Cedilanid> iv 1,2-1,6 mg selama 24 jam
 Dosis penunjang untuk gagal jantung : digoksin 0,25 mg sehari.
Untuk pasien usia lanjut dan gagal ginjal dosis disesuaikan.
 Dosis penunjang digoksin untuk fiblilasi atrium 0,25 mg.
 Digitalisasi cepat diberikan untuk mengatasi edema pulmonal
akut yang berat :
Digoksin : 1-1,5 mg iv perlahan-lahan
Cedilanid> 0,4-0,8 mg iv perlahan-lahan
h. Cara pemberian digitalis
Dosis dan cara pemberian digitali bergantung pada beratnya gagal
jantung. Pada gagal jantung berat dengan sesak napas hebat dan
takikardi lebih dari 120/menit, biasanya diberikan digitalis cepat.
Pada gagal jantung ringan diberikan digitalis lambat. Pemberian
digitalis per oral paling sering dilakukan karena paling aman.
Pemberian dosis besar tidak selalu perlu, kecuali bila diperlukan
efek meksimal secepatnya, misalnya pada fibrilasi atrium rapi
respone.
Gagal Jantung Kongestif Page 17
Dengan pemberian oral dosis biasa (pemeliharaan), kadar
terapeutik dalam plasma dicapai dalam waktu 7 hari.
Pemberian secara iv hanya dilakukan pada keadaan darurat, harus
dengan hati-hati, dan secara perlahan-lahan.
i. Menurunkan beban jantung
Menurunkan beban awal dengan diet rendah garam, diuretic (mis :
furosemid 40-80 mg, dosis penunjang rata-rata 20 mg), dan
vasodilator (vasodilator, mis : nitrogliserin 0,4-0,6 mg sublingual
atau 0,2-2 ug/kgBB/menit IV, nitroprusid 0,5-1 ug/kgBB/menit IV,
prazosin per oral 2-5 mg, dan penghambat ACE : captopril 2x6,25
mg).
j. Morfin, diberikan untuk mengurangi sesak napas pada asma
cardial, tetapi hati-hati depresi pernapasan.
k. Terapi vasodilator dan natrium nitropurisida, obat-obatan vasoaktif
merupakan pengobatan utama pada penatalaksanaan gagal
jantung untuk mengurangi impedansi (tekanan) terhadap
penyemburan darah oleh ventrikel.
 Penanganan
Gagal jantung ditangani dengan tindakan umum untuk mengurangi
beban kerja jantung dan manipulasi selektif terhadap ketiga penentu
utama dari fungsi miokardium, baik secar sendiri-sendiri maupun
gabungan dari : beban awal, kontraktilitas dan beban akhir. Penanganan
biasanya dimulai ketika gejala-gejala timbul pada saat beraktivitas biasa.
Rejimen penanganan secar progresif ditingkatkan sampai mencapai
respon klinik yang diinginkan. Eksaserbasi akut dari gagal jantung atau
perkembangan menuju gagal jantung yang berat dapat menjadi alasan
untuk dirawat dirumah sakit atau mendapat penanganan yang lebih
agresif .
Gagal Jantung Kongestif Page 18
Pembatasan aktivitas fisik yang ketat merupakan tindakan awal
yang sederhan namun sangat tepat dalam pennganan gagal jantung.
Tetapi harus diperhatikan jangan sampai memaksakan larngan yang tak
perlu untuk menghindari kelemahan otot-otot rangka. Kini telah diketahui
bahwa kelemahan otot rangka dapat meningkatkan intoleransi terhadap
latihan fisik. Tirah baring dan aktifitas yang terbatas juga dapat
menyebabkan flebotrombosis. Pemberian antikoagulansia mungkin
diperlukan pada pembatasan aktifitas yang ketat untuk mengendalikan
gejala.
Gagal Jantung Kongestif Page 19
2. Konsep Medis
2.1. Pengkajian
1. Identitas klien
a. Keluhan Utama
Keluhan utama klien dengan gagal jantung adalah kelemahan saat
beraktivitas dan sesak napas.
b. Riwayat Penyakit Saat Ini
Pengkajian RPS yang mendukung keluhan utama dilakukan
dengan mengajukan serangkaian pertanyaan mengenai kelemahan fisik
klien secara PQRST, yaitu :
Provoking Incident : Kelemahan fisik terjadi setelah melakukan
aktivitas ringan sampai berat, sesuai derajat gangguan pada jantung.
Quality of Pain : seperti apa keluhan kelemahan dalam melakukan
aktivitas yang dirasakan atau digambarkan klien. Biasanya setiap
beraktivitas klien merasakan sesak napas (dengan menggunakan alat
atau otot bantu pernafasan).
Region : radiation, relief : Apakah kelemahan fisik bersifat lokal
atau memengaruhi keseluruhan sistem otot rangka dan apakah disertai
ketidakmampuan dalam melakukan pergerakan.
Severity (Scale) of Pain : Kaji rentang kemampuan klien dalam
melakukan aktivitas sehari-hari. Biasanya kemampuan klien dalam
beraktivitas menurun sesuai derajat gangguan perfusi yang dialami organ.
Time : Sifat mula timbulnya (onset), keluhan kelemahan
beraktivitas biasanya timbul perlahan. Lama timbulnya (durasi) kelemahan
saat beraktivitas biasanya setiap saat, baik saat istirahat maupun saat
beraktivitas.
Gagal Jantung Kongestif Page 20
c. Riwayat Penyakit Dahulu
Pengkajian RPD yang mendukung dikaji dengan menanyakan
apakah sebelumnya klien pernah menderita nyeri dada, hipertensi,
iskemia miokardium, infark miokardium, diabetes melitus, dan
hiperlipidemia.
Tanyakan mengenai obat-obatan yang biasa diminum oleh klien
pada masa yang lalu dan masih relevan dengan kondisi saat ini. Obat-
obatan ini meliputi obat diruretik, nitrat, penghambat beta, serta
antihipertensi. Catat adanya efek samping yang terjadi di masa lalu, alergi
obat, dan reaksi alergi yang timbul. Sering kali klien menafsirkan suatu
alergi sebagai efek samping obat.
d. Riwayat Keluarga
Perawat menanyakan tentang penyakit yang pernah dialami oleh
keluarga, anggota keluarga yang meninggal terutama pada usia produktif,
dan penyebab kematiannya. Penyaki jantung iskemik pada orang tua
yang timbulnya pada usia muda merupakan faktor risiko utama terjadinya
penyakit jantung iskemik pada keturunannya.
e. Riwayat Pekerjaan dan Pola Hidup
Perawat menanyakan situasi tempat klien bekerja dan
lingkungannya. Kebiasaan sosial dengan menanyakan kebiasaan dan
pola hidup misalnya minum alkohol atau obat tertentu. Kebiasaan
merokok dengan menanyakan tentang kebiasaan merokok, sudah berapa
lama, berapa batang per hari, dan jenis rokok.
Di samping pertanyaan-pertanyaan tersebut, data biografi juga
merupakan data yang perlu diketahui, yaitu dengan menanyakan nama,
umur, jenis kelamin, tempat tinggal, suku, dan agama yang dianut oleh
klien. Saat mengajukan pertanyaan kepada klien, hendaknya diperhatikan
kondisi klien.
Gagal Jantung Kongestif Page 21
Bila klien dalam keadaan kritis, maka pertanyaan yang diajukan
bukan pertanyaan terbuka tetapi pertanyaan tertutup yaitu pertanyaan
yang jawabannya “Ya” atau “Tidak” atau pertanyaan yang dapat dijawab
dengan gerakan tubuh, yaitu mengangguk atau menggelengkan kepala
sehingga tidak memerlukan energi yang besar.
f. Pengkajian Psikososial
Perubahan integritas ego yang ditemukan pada klien adalah klien
menyangkal, takut mati, perasaan ajal sudah dekat, marah pada
penyakit/perawatan yang tak perlu, kuatir tentang keluarga, pekerjaan,
dan keuangan. Kondisi ini ditandai dengan sikap menolak, menyangkal,
cemas, kurang kontak mata, gelisah, marah, perilaku, menyerang, dan
fokus pada diri sendiri.
Interaksi sosial dikaji terhadap adanya stres karena keluarga,
pekerjaan, kesulitan biaya ekonomi, dan kesulitan koping dengan stresor
yang ada. Kegelisahan dan kecemasan terjadi akibat gangguan
oksigenasi jaringan, stres akibat kesakitan bernafas dan pengetahuan
bahwa jantung tidak berfungsi dengan baik. Penurunan lebih lanjut dari
curah jantung dapat terjadi ditandai dengan adanya keluhan insomnia
atau tampak kebingungan.
2. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum
Pada pemeriksaan keadaan umum, kesadaran klien gagal jantung
biasanya baik atau compos mentis dan akan berubah sesuai tingkat
gangguan perfusi sistem saraf pusat.
a. Breathing
Kongesti Vaskular Pulmonal, gejala-gejalanya yaitu :
 Dispnea : Dikarakteristikan dengan pernafasan cepat, dangkal dan
keadaan yang menunjukkan bahwa klien sulit mendapatkan udara
yang cukup, yang menekan klien.
Gagal Jantung Kongestif Page 22
 Ortopnea : Ketidakmampuan untuk berbaring datar karena dispnea,
adalah keluhan umum lain dari gagal ventrikel kiri yang
berhubungan dengan kongesti vaskular pulmonal.
 Dispnea Nokturnal Paroksismal (DNP) : Keluhan yang dikenal baik
oleh klien yaitu klien biasanya terbangun di tengah malam karena
mengalami nafas pendek yang hebat. Dispnea nokturnal
paroksismal diperkirakan disebabkan oleh perpindahan cairan dari
jaringan ke dalam kompartemen intravaskular sebagai akibat dari
posisi telentang. Dengan peningkatan tekanan hidrostatik ini,
sejumlah cairan keluar masuk ke area jaringan secara normal.
Namun, dengan posisi telentang.
 Batuk iritatif : Salah satu gejala dari kongesti vaskular pulmonal
yang sering tidak menjadi perhatian tetapi dapat merupakan gejala
dominan. Batuk ini dapat produktif tetapi biasanya kering dan batuk
pendek. Gejala ini dihubungkan dengan kongestif mukosa bronkial
dan berhubungan dengan peningkatan produksi mukus.
 Edema Pulmonal akut : Gambaran klinis paling bervariasi
dihubungkan dengan kongesti vaskular pulmonal. Edema pulmonal
akut ini terjadi bila tekanan kapiler pulmonal melebihi tekanan yang
cenderung mempertahankan cairan di dalam saluran vaskular
(kurang lebih 30 mmHg). Edema pulmonal akut dicirikan oleh
dispnea hebat, batuk, ortopnea, ansietas, sianosis, berkeringat,
kelainan bunyi pernafasan, dan sangat nyeri dada dan sputum
berwarna merah muda, berbusa yang keluar dari mulut. Ini
memerlukan kedaruratan medis dan harus ditangani dengan cepat
dan tepat.
b. Blood
 Inspeksi : Tentang adanya parut pada dada, keluhan kelemahan
fisik, dan adanya edema ekstremitas.
 Palpasi : Denyut nadi perifer melemah. Thrill biasanya ditemukan.
Gagal Jantung Kongestif Page 23
 Auskultasi : Tekanan darah biasanya menurun akibat penurunan
volume sekuncup. Bunyi jantung tambahan akibat kelainan katup
biasanya ditemukan apabila penyebab gagal jantung adalah
kelainan katup.
 Perkusi : Batas jantung mengalami pergeseran yang menunjukkan
adanya hipertrofi jantung (kardiomegali)
 Penurunan Curah Jantung : Gejala ini mungkin timbul pada tingkat
curah jantung rendah kronis dan merupakan keluhan utama klien.
Namun, gejala ini tidak spesifik dan sering dianggap sebagai
depresi, neurosis, atau keluhan fungsional. Oleh karena itu, kondisi
ini secara potensial merupakan indikator penting penyimpangan
fungsi pompa yang sering tidak diperhatikan dan klien juga diberi
keyakinan yang tidak tepat atau diberi tranquilizer atau sediaan
yang dapat meningkatkan suasana hati (mood).
 Bunyi Jantung dan Crackles : Tanda fisik yang berkaitan dengan
kegagalan ventrikel kiri yang dapat dikenal dengan mudah adalah
adanya bunyi jantung ketiga dan keempat (S3,S4) dan crackles
pada paru-paru. S4 atau gallop atrium, dihubungkan dengan dan
mengikuti kontraksi atrium dan terdengar paling baik dengan bell
stetoskop yang ditempatkan dengan tepat pada apeks jantung.
Klien diminta untuk berbaring pada posisi miring kiri untuk
mendapatkan bunyi.
Bunyi S4 ini terdengar sebelum bunyi jantung pertama (S1) dan
tidak selalu merupakan tanda pasti kegagalan kongestif, tetapi
dapat menunjukkan adanya penurunan komplians(peningkatan
kekakuan) Miokardium. Hal ini mungkin merupakan indikasi awal
(premonitori) menuju kegagalan.
Gagal Jantung Kongestif Page 24
Bunyi S4 umumnya ditemukan pada klien dengan infark
miokardium akut dan mungkin tidak mempunyai prognosis
bermakna, tetapi mungkin menunjukkan kegagalan yang baru
terjadi. S3 atau gallop ventrikel adalah tanda penting dari gagal
ventrikel kiri dan pada orang dewasa hampir tidak pernah
ditemukan kecuali jika ada penyakit jantung signifikan.
Crackles atau ronkhi basah halus secara umum terdengar pada
dasar posterior paru dan sering dikenal sebagai bukti gagal
ventrikel kiri, dan memang demikian sesungguhnya. Sebelum
crackles ditetapkan sebagai kegagalan pompa jantung, klien harus
diintruksikan untuk batuk dalam yang bertujuan membuka alveoli
basilaris yang mungkin mengalami kompresi karena berada di
bawah diafragma.
 Disritmia : Karena peningkatan frekuensi jantung adalah respons
awal jantung terhadap stres, sinus takikardia mungkin dicurigai dan
sering ditemukan pada pemeriksaan klien dengan kegagalan
pompa jantung.
 Distensi Vena Jugularis : Bila ventrikel kanan tidak mampu
berkompensasi terhadap kegagalan ventrikel. Kiri, akan terjadinya
dilatasi dari ruang ventrikel, peningkatan volume, dan tekanan pada
diastolik akhir ventrikel kanan, tahanan untuk mengisi ventrikel, dan
peningkatan lanjut pada tekanan atrium kanan. Peningkatan
tekanan ini akan diteruskan ke hulu vena kava dan dapat diketahui
dengan peningkatan pada tekanan vena jugularis.
 Kulit Dingin : Kegagalan arus darah ke depan (forward failure) pada
ventrikel kiri menimbulkan tanda-tanda yang menunjukkan
berkurangnya perfusi ke organ-organ. Karena darah dialihkan dari
organ-organ nonvital ke organ-organ vital seperti jantung dan otak
untuk mempertahankan perfusinya, maka manifestasi paling awal
dari gagal kedepan yang lebih lanjut adalah berkurangnya perfusi
organ-organ seperti kulit dan otot-otot rangka.
Gagal Jantung Kongestif Page 25
Kulit tampak pucat dan terasa dingin karena pembuluh darah
perifer mengalami vasokonstriksi dan kadar hemoglobin yang
tereduksi meningkat. Sehingga akan terjadi sianosis.
 Perubahan Nadi : Pemeriksaan denyut arteri selama gagal jantung
akan menunjukkan denyut yang cepat dan lemah. Denyut jantung
yang cepat atau takikardia, mencerminkan respons terhadap
perangsangan saraf simpatik. Penurunan yang bermakna dari
volume sekuncup dan adanya vasokonstriksi perifer akan
mengurangi tekanan nadi (perbedaan antara tekanan sistolik dan
diastolik) dan menghasilkan denyut yang lemah atau thready pulse.
Hipotensi sistolik ditemukan pada gagal jantung yang lebih
berat.Selain itu, pada gagal jantung kiri yang berat dapat timbul
pulsus alternans atau gangguan pulsasi, suatu perubahan dari
kekuatan denyut arteri.
c. Brain
Kesadaran klien biasanya compos mentis. Sering ditemukan
sianosis perifer apabila terjadi gangguan perfusi jaringan berat.
Pengkajian objektif klien meliputi wajah meringis, menangis, merintih,
meregang, dan menggeliat.
d. Bladder
Pengukuran volume output urine selalu dihubungkan dengan intake
cairan. Perawat perlu memonitor adanya oliguria karena merupakan tanda
awal dari syok kardiogenik. Adanya edema ekstremitas menunjukkan
adanya retensi cairan yang parah.
e. Bowel
 Hepatomegali dan nyeri tekan pada kuadran kanan atas abdomen
terjadi akibat pembesaran vena di hepar. Bila proses ini
berkembang, maka tekanan dalam pembuluh portal meningkat
sehingga cairan terdorong masuk ke rongga abdomen, suatu
kondisi yang dinamakan asites.
Gagal Jantung Kongestif Page 26
Pengumpulan cairan dalam rongga abdomen ini dapat
menyebabkan tekanan pada diafragma sehingga klien dapat
mengalami distres pernafasan.
 Anoreksia (hilangnya selera makan ) dan mual terjadi akibat
pembesaran vena dan stasis vena di dalam rongga abdomen.
f. Bone
 Edema sering dipertimbangkan sebagai tanda gagal jantung yang
dapat dipercaya dan tentu saja, ini sering ditemukan bila gagal
ventrikel kanan telah terjadi. Ini sedikitnya merupakan tanda yang
dapat dipercaya bahwa telah terjadi disfungsi ventrikel.
Edema dimulai pada kaki dan tumit (edema dependen dan secara
bertahap akan meningkat hingga ke bagian tungkai dan paha
akhirnya ke genitalia eksterna dan tubuh bagian bawah). Pitting
edema merupakan cara pemeriksaan edema di masa edema akan
tetap cekung setelah penekanan ringan dengan ujung jari, dan
akan jelas terlihat setelah terjadi retensi cairan minimal sebanyak
4,5 kg.
 Mudah lelah, klien dengan gagal jantung akan cepat merasa lelah,
hal ini terjadi akibat curah jantung yang berkurang yang dapat
menghambat sirkulasi normal dan suplai oksigen ke jaringan dan
menghambat pembungan sisa hasil katabolisme. Gejala-gejala ini
dapat dipicu oleh ketidakseimbangan cairan dan elektrolit atau
anoreksia.
Gagal Jantung Kongestif Page 27
2.2. Diagnosa Keperawatan
1. Penurunan curah jantung b/d perubahan kontraktilitas miokardial atau
perubahan inotropik, perubahan frekuensi, irama dan konduksi listrik.
2. Gangguan pertukaran gas b/d kongesti paru, hipertensi pulmonal,
penurunan perifer yang mengakibatkan asidosis laktat dan penurunan
curah jantung.
3. Kelebihan volume cairan b/d berkurangnya curah jantung, retensi
cairan dan natrium oleh ginjal, hipoperfusi ke jaringan perifer dan
hipertensi pulmonal.
4. Ansietas b/d penyakit kritis, takut kematian atau kecacatan, perubahan
peran dalam lingkungan social atau ketidakmampuan yang permanen.
5. Intoleransi aktivitas b/d gaya hidup kurang gerak, keletihan, dan
insufisiensi oksigenasi sekunder akibat penurunan curah jantung.
2.3. Intervensi Keperawatan
1. Dx : Penurunan curah jantung b/d Perubahan kontraktilitas
miokardial/perubahan inotropik, Perubahan frekuensi, irama dan
konduksi listrik.
Ditandai dengan :
Peningkatan frekuensi jantung (takikardia), distrimia perubahan
gambaran pola EKG
Perubahan tekanan darah (TD) (hipotensi/hipertensi)
Bunyi jantug ekstra (S3,S4) tidak terdengar
Penurunan output urine
Nadi parifer tidak teraba, kulit dingin (kusam)
Diaforesis, ortopnea,
Krakles, distensi vena jugularis
Pembesaran hepar, edema ekstremitas, dan nyeri dada.
Gagal Jantung Kongestif Page 28
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam
di harapkan penurunan curah jantung dapat teratasidan tanda vital
dalam batas yang dapat diterima (distrimia terkontrol atau hilang),
dan bebas gejala gagal jantung (parameter hemodinamika dalam
batas normal), output urine adekuat.
Kriteria Hasil :
Klien akan melaporkan penurunan episode dispnea
Berperan dalam aktivitas yang dapat mengurangi beban kerja
jantung, tekanan darah dalam batas nrmal (120/80 mmHg, nadi
80x/menit), tidak terjadi aritmia, deyut jantung dan irama jantung
teratur, CRT kurang dari 3 detik, poduksi urine >30 mil/jam.
Intervensi Rasional
 Kaji dan lapor
penurunan curah
jantung
 ejadian mortalitas dan morbiditas
dengan MI yang lebih dari 24 jam
pertama.
 Catat bunyi jantung  S1 dan S2 mungkin lemah karena
menurunnya kerja pompa, irama gallop
umum (S3 dan S4) dihasilkan sebagai
aliran darah yang mengalir mlalui
serambi yang mengalami distensi.
penurunan kontraktilitas ventrikel.
Murmur dapat menunjukkan
inkompetensi/stenosis mitral.
 Auskultasi nadi apical
: kaji frekuensi, iram
jantung
 Biasnya terjadi takikardi (meskipun
pada saat istirahat) untuk
mengkompensasi
Gagal Jantung Kongestif Page 29
 Pantau TD  Pada GJK dini, sedng atu kronis
tekanan drah dapat meningkat. Pada
HCF lanjut tubuh tidak mampu lagi
mengkompensasi danhipotensi tidak
dapat norml lagi.
 Palpasi nadi perifer  Penurunan curah jantung dapat
menunjukkan menurunnya nadi radial,
popliteal, dorsalis, pedis dan posttibial.
Nadi mungkin cepat hilang atau tidak
teratur untuk dipalpasi dan pulse
alternan.
 Berikan oksigen
tambahan dengan
kanula nasal/masker
dan obat sesuai
indikasi (kolaborasi)
 Meningkatkn sediaan oksigen untuk
kebutuhan miokard untuk melawan
efek hipoksia/iskemia. Banyak obat
dapat digunakan untuk meningkatkan
volume sekuncup, memperbaiki
kontraktilitas dan menurunkan
kongesti.
2. Dx : Gangguan pertukaran gas b/d kongesti paru, hipertensi pulmonal,
penurunan perifer yang mengakibatkan asidosis laktat dan penurunan
curah jantung.
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam
di harapkan klien tidak mengalami gagguan pertukaran gas, ada
keluhan sesak atau terdapat perubahan respon sesak napas.
Kriteria Hasil :
 Klien menyatakan penurunan sesak napas dan tidak ada
penggunaan otot bantu napas
 Analisa gas darah dan TTV dalam batas normal
 Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih,
tidak ada sianosis dan dyspneu (mampu mengeluarkan sputum,
mampu bernafas dengan mudah, tidak ada pursed lips)
Gagal Jantung Kongestif Page 30
Intervensi Rasional
 Berikan tambahan
oksigen 6 liter/menit
 Untuk meningkatkan konsentrasi
oksigen dalam proses pertukaran
gas
 Pantau saturasi
(oksimetri), Ph, BE,
HCO3 dengan analisa
gas darah
 Untuk mengetahui tingkat
oksigenisasi pada jaringan sebagai
dampak adekuat tidaknya proses
pertukaran gas
 Koreksi keseimbangan
asam basa
 Mencegah asedosis yang dapat
memperberat fungsi pernafasan
 Cegah atelektasis dengan
melatih untuk batuk efektif
dan napas dalam
 Kongesti yang berat akan
memperburuk proses pertukaran gas
sehingga berdampak pada timbulnya
hipoksia.
 Ajarkan/anjurkan klien
batuk efektif, nafas
dalam.
 Membersihkan jalan nafas dan
memudahkan aliran oksigen
 Dorong perubahan
posisi.
 Membantu mencegah atelektasis
dan pneumonia.
 Pantau bunyi nafas,
catat krekles
 Menyatakan adanya kongesti
paru/pengumpulan secret
menunjukkan kebutuhan untuk
intervensi lanjut.
 Kolaborasi :
 RL 500 cc/24 jam
 Digoxin 1-0-0
 Meningkatkan kontraktilitas otot
jantung sehingga dapat mengurangi
timbulnya edema sehingga dapat
mencegah gangguan pertukaran
gas.
 Furosemind 2-1-0  Membantu mencegah terjadinya
retensi cairan dengan menghambat
ADH
Gagal Jantung Kongestif Page 31
3. Dx : Kelebihan volume cairan b/d berkurangnya curah jantung, retensi
cairan dan natrium oleh ginjal, hipoperfusi ke jaringan perifer dan
hipertensi pulmonal.
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam
di harapkan volume cairan kembali stabil dengan keseibangan
masukan dan pengeluaran.
Kriteria Hasil :
Terbebas dari edema, efusi, anaskara
Bunyi nafas bersih, tidak ada dyspneu/ortopneu
Memelihara tekanan vena sentral, tekanan kapiler paru, output
jantung dan vital sign dalam batas normal
Terbebas dari kelelahan, kecemasan atau kebingungan
Intervensi Rasional
 Pantau atau hitung
keseimbangan
pemasukan dan
pengeluaran selama 24
jam
 Terapi diuretic dapat disebabkan
oleh kehilangan cairan tiba-
tiba/berlebihan (hipovolemia)
meskipun edema/asites masih ada.
 Pantau TD dan CVP (bila
ada)
 Hipertensi dan peningkatan CVP
menunjukkan kelebihan cairan dan
dapat menunjukkan terjadinya
peningkatan kongesti paru, gagal
jantung.
 Kaji bisisng usus. Catat
keluhan anoreksia, mual,
distensi abdomen dan
konstipasi
 Kongesti visceral (terjadi pada GJK
lanjut) dapat mengganggu fungsi
gaster/intestinal.
Gagal Jantung Kongestif Page 32
 Pemberian obat sesuai
indikasi (kolaborasi)
 Terapi farmakologis dapat
diguanakan untuk meningkatkan
volume sekuncup, memperbaiki
kontaktilitas dan menurunkan
kongesti.
 Pemberian cairan IV,
pembatasan jumlah total
sesuaidengan indikasi,
hindari cairan garam.
 Karena adanya peningkatan
tekanan ventrikel kiri, klien tidak
dapat menoleransi peningkatan
volume cairan (preload), klien juga
mengeluarkan sedikit natrium yang
menyebabkan retensi cairan dan
meningkatkan kerja miokardium.
4. Dx : Ansietas b/d penyakit kritis, takut kematian atau kecacatan,
perubahan peran dalam lingkungan social atau ketidakmampuan yang
permanen.
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam
di harapkan klien mampu mengatasi atau menghilangkan perasaan
cemas atau ansietas.
Kriteria Hasil :
Klien mampu mengidentifikasi dan mengungkapkan gejala
cemas
Mengidentifikasi, mengungkapkan dan menunjukkan tehnik
untuk mengontol cemas
Vital sign dalam batas normal
Postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa tubuh dan tingkat
aktivitas menunjukkan berkurangnya kecemasan
Gagal Jantung Kongestif Page 33
Intervensi Rasional
 Kaji factor pemicu terjadinya
kecemasan pada klien
 Untuk mengetahui factor yang
sering memicu terjadinya
kecemasan.
 Ukur TTV klien  Kecemasan dapat
meningkatkan tekanan nadi
dan frekuensi pernapasan
klien.
 Berikan lingkungan yang
suportif
 Linkungan yang suportif dan
meberikan keyamanan pada
pasien dapat menurunkan
kecemasan pada pasien itu
pula
 Jelaskan dan berikan
dukungan pada pasien agar
tidak takut akan cemas
 Agar pasien dapat memahami
dampak dari kecemasan yang
di alaminya dan dapat
berpartisipasi mengurangi
kecemasanya.
5. Dx : Intoleransi aktivitas b/d gaya hidup kurang gerak, keletihan, tirah
baring lama atau immobilisasi, dan insufisiensi oksigenasi sekunder
akibat penurunan curah jantung.
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam
di harapkan klien dapat mentoleransi setiap aktivitas.
Kriteria Hasil :
Berpartisipasi dalam aktivitas fisik tanpa disertai peningkatan
tekanan darah, nadi dan RR
Mampu melakukan aktivitas sehari hari secara mandiri
berpartisipasi pada aktifitas yang diinginkan, dapat memenuhi
perawatan diri, menurunnya kelemahan dan kelelahan.
Gagal Jantung Kongestif Page 34
Intervensi Rasional
 Periksa tanda vital sebelum
dan segera setelah
aktivitas, khususnya bila
klien menggunakan
vasodilator, diuretic dan
penyekat beta.
 Hipotensi ortostatik dapat terjadi
dengan aktivitas karena efek obat
(vasodilasi), perpindahan cairan
(diuretic) atau pengaruh fungsi
jantung.
 Catat respons
kardiopulmonal terhadap
aktivitas, catat takikardi,
diritmia, dispnea
berkeringat dan pucat.
 Penurunan/ketidakmampuan
miokardium untuk meningkatkan
volume sekuncup selama aktivitas
dapat menyebabkan peningkatan
segera frekuensi jantung dan
kebutuhan oksigen juga
peningkatan kelelahan dan
kelemahan.
 Evaluasi peningkatan
intoleran aktivitas.
 Dapat menunjukkan peningkatan
dekompensasi jantung daripada
kelebihan aktivitas.
 Implementasi program
rehabilitasi
jantung/aktivitas
(kolaborasi)
 Peningkatan bertahap pada
aktivitas menghindari kerja
jantung/konsumsi oksigen
berlebihan. Penguatan dan
perbaikan fungsi jantung dibawah
stress, bila fungsi jantung tidak
dapat membaik kembali
Gagal Jantung Kongestif Page 35
2.4. Implementasi
Implementasi adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai
tujuan yang spesifik, tahap pelaksanaan dimulai setelah rencana tindakan
disusun dan ditujukan pada nursing orders untuk membantu klien
mencapai tujuan yang diharapkan. Oleh karena itu rencana tindakan yang
spesifik dilaksanakan untuk memodifikasi faktor-faktor yang
mempengaruhi masalah kesehatan klien (Nursalam, 2001).
Tindakan keperawatan dibedakan berdasarkan kewenangan dan
tanggung jawab perawat secara professional sebagaimana terdapat
dalam standar praktek keperawatan yaitu :
1. Independen
Adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh perawat tanpa perintah
dan petunjuk dari dokter, atau tenaga kesehatan lainya.
2. Interdependen
Adalah tindakan keperawatan yang menjelaskan suatu kegiatan
yang memerlukan kerja sama dengan tenaga kesehatan lainya,
misalnya tenaga social, ahli gizi, fisioterapi dan dokter.
3. Dependen
Tindakan dependen berhubungan dengan pelaksanaan rencana
tindakan medis. Tindakan tersebut menandakan suatu cara dimana
tindakan medis dilaksanakan. (Nursalam, 2001).
Gagal Jantung Kongestif Page 36
2.5. Evaluasi
1. Klien akan melaporkan penurunan episode dispnea dan klien dapat
berperan dalam aktivitas yang dapat mengurangi beban kerja jantung,
selain itu TTD dalam batas normal.
2. Klien tidak mengalami gagguan pertukaran gas, ada keluhan sesak
atau terdapat perubahan respon sesak napas.
 Klien menyatakan penurunan sesak napas dan tidak ada
penggunaan otot bantu napas
 Analisa gas darah dan TTV dalam batas normal
 Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih,
tidak ada sianosis dan dyspneu (mampu mengeluarkan sputum,
mampu bernafas dengan mudah, tidak ada pursed lips)
3. Volume cairan kembali stabil dengan keseibangan masukan dan
pengeluaran.
 Terbebas dari edema, efusi, anaskara
 Bunyi nafas bersih, tidak ada dyspneu/ortopneu
 Memelihara tekanan vena sentral, tekanan kapiler paru, output
jantung dan vital sign dalam batas normal
 Terbebas dari kelelahan, kecemasan atau kebingungan
4. klien dapat mengatasi dan menghilangkan perasaan cemas atau
ansietas.
 Klien mampu mengidentifikasi dan mengungkapkan gejala cemas,
dan menunjukkan tehnik untuk mengontol cemas
 Postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa tubuh dan tingkat aktivitas
menunjukkan berkurangnya kecemasan
5. Klien dapat mentoleransi aktivitas sehari-hari.
 Berpartisipasi dalam aktivitas fisik tanpa disertai peningkatan
tekanan darah, nadi dan RR
 Mampu melakukan aktivitas sehari hari secara mandiri
Gagal Jantung Kongestif Page 37
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Gagal jantung kongestif adalah ketidakmampuan jantung untuk
memompa darah dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan
jaringan terhadap oksigen dan nutrien. (Diane C. Baughman dan Jo Ann
C. Hockley, 2000).
Gagal jantung kongestif (CHF) adalah keadaan patofisiologis
berupa kelainan fungsi jantung, sehingga jantung tidak mampu memompa
darah untuk memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan atau
kemampuannya hanya ada kalau disertai peninggian volume diastolik
secara abnormal. Penamaan gagal jantung kongestif yang sering
digunakan kalau terjadi gagal jantung sisi kiri dan sisi kanan (Mansjoer,
2001).
Jadi, gagal jantung kongestif (CHF) adalah keadaan patofisiologis
berupa kelainan fungsi jantung, sehingga jantung tidak mampu memompa
darah dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolism
jaringan.
Gagal jantung ditangani dengan tindakan umum untuk mengurangi
beban kerja jantung dan manipulasi selektif terhadap ketiga penentu
utama dari fungsi miokardium, baik secara sendiri-sendiri maupun
gabungan dari : beban awal, kontraktilitas dan beban akhir.
Pembatasan aktivitas fisik yang ketat merupakan tindakan awal
yang sederhan namun sangat tepat dalam pennganan gagal jantung.
Tetapi harus diperhatikan jangan sampai memaksakan larangan yng tak
perlu untuk menghindari kelemahan otot-otot rangka.
Gagal Jantung Kongestif Page 38
2. Saran
Kami yakin dalam penyusunan makalah dan askep (asuhan
keperawatan) ini belum begitu sempurna karena kami dalam tahap
belajar, maka dari itu kami berharap bagi kawan-kawan semua bias
memberi saran dan usul serta kritikan yang baik dan membangun
sehingga, makalah ini menjadi sederhana dan bermanfaat. Dan apabila
ada kesalahan dan kejanggalan kami mohon maaf karena kami hanyalah
memiliki ilmu dan kemampuan yang terbatas. Semoga askep ini dapat
pula menambah wawasan bagi mahasiswa lain.
Gagal Jantung Kongestif Page 39
DAFTAR PUSTAKA
http://nandarnurse.blogspot.com/2013/03/10/asuhan-keperawatan-
askep-gagal-jantung.html
Nanda Nurse. 2013. Asuhan Keperawatan Askep Gagal Jantung.
diakses at blogspot, 10 maret 2013
http://keperawatanners.wordpress.com/2012/09/21/askep-gagal-
jantung-kongestif-chf/
Keperawatan Ners. 2013. Askep Gagal Jantung Kongestif. diakses
at wordpress, 21 september 2012
http://thelostamasta.blogspot.com/2012/05/02/diagnosa-
keperawatan-serta-aplikasi-noc.html
Thelostamasta. 2013. Diagnosa Keperawatan Serta Aplikasi NOC.
diakses at blogspot, 02 mei 2012
http://kumpulanaskep.com/blog/2011/06/12/asuhan-keperawatan-
gagal-jantung-congestif-heart-failure-chf-dengan-nanda-noc-nic/
Kumpulan Askep. 2013. Asuhan Keperawatan Gagal Jantung
Congestif Heart Failure Chf Dengan Nanda NOC NIC. diakses at
blogspot, 12 juni 2011
Robbins, Kumar. 1995. Patologi II Edisi 4, EGC; Jakarta
http://eprints.undip.ac.id/22675/1/Desta.pdf
Wilkinson J.M, dan Ahern N.R. 2013. Buku Saku Diagnosa
Keperawatan Edisi 9, EGC ; Jakarta

Más contenido relacionado

La actualidad más candente

Makalah gagal jantung 2
Makalah gagal jantung 2Makalah gagal jantung 2
Makalah gagal jantung 2Warnet Raha
 
ASKEP HIPERTENSI
ASKEP HIPERTENSIASKEP HIPERTENSI
ASKEP HIPERTENSIMas Mawon
 
Askep penyakit jantung koroner AKPER PEMKAB MUNA
Askep penyakit jantung koroner  AKPER PEMKAB MUNA Askep penyakit jantung koroner  AKPER PEMKAB MUNA
Askep penyakit jantung koroner AKPER PEMKAB MUNA Operator Warnet Vast Raha
 
Syok hipovolemik
Syok hipovolemikSyok hipovolemik
Syok hipovolemikgustians
 
ASKEP VENTRICULAR SEPTAL DEFECT (VSD)
ASKEP VENTRICULAR SEPTAL DEFECT (VSD)ASKEP VENTRICULAR SEPTAL DEFECT (VSD)
ASKEP VENTRICULAR SEPTAL DEFECT (VSD)Sulistia Rini
 
Askep Kolitis Ulseratif
Askep Kolitis UlseratifAskep Kolitis Ulseratif
Askep Kolitis UlseratifSri Nala
 
Keseimbangan cairan dan elektrolit
Keseimbangan cairan dan elektrolitKeseimbangan cairan dan elektrolit
Keseimbangan cairan dan elektrolitViodeta Viodeta
 
LAPORAN PENDAHULUAN DIABETES MELITUS
LAPORAN PENDAHULUAN DIABETES MELITUSLAPORAN PENDAHULUAN DIABETES MELITUS
LAPORAN PENDAHULUAN DIABETES MELITUSMenanti Senja
 
ASKEP DISPEPSIA
ASKEP DISPEPSIAASKEP DISPEPSIA
ASKEP DISPEPSIAMas Mawon
 
Dokumentasi Pengkajian Keperawatan
Dokumentasi Pengkajian Keperawatan Dokumentasi Pengkajian Keperawatan
Dokumentasi Pengkajian Keperawatan Amalia Senja
 
Pemeriksaan fisik sistem perkemihan
Pemeriksaan fisik sistem perkemihanPemeriksaan fisik sistem perkemihan
Pemeriksaan fisik sistem perkemihanChristian Paomey
 
GAGAL JANTUNG KONGESTIF DAN HIPERTENSI
GAGAL JANTUNG KONGESTIF DAN HIPERTENSIGAGAL JANTUNG KONGESTIF DAN HIPERTENSI
GAGAL JANTUNG KONGESTIF DAN HIPERTENSISulistia Rini
 
St elevasi miokard infark
St elevasi miokard infarkSt elevasi miokard infark
St elevasi miokard infarkDwi Handayani
 
Asuhan keperawatan klien dengan faringitis shinttttta
Asuhan keperawatan klien dengan faringitis shintttttaAsuhan keperawatan klien dengan faringitis shinttttta
Asuhan keperawatan klien dengan faringitis shintttttasaharwakumoro
 

La actualidad más candente (20)

Makalah gagal jantung 2
Makalah gagal jantung 2Makalah gagal jantung 2
Makalah gagal jantung 2
 
askep demam rematik
askep demam rematikaskep demam rematik
askep demam rematik
 
ASKEP HIPERTENSI
ASKEP HIPERTENSIASKEP HIPERTENSI
ASKEP HIPERTENSI
 
Askep penyakit jantung koroner AKPER PEMKAB MUNA
Askep penyakit jantung koroner  AKPER PEMKAB MUNA Askep penyakit jantung koroner  AKPER PEMKAB MUNA
Askep penyakit jantung koroner AKPER PEMKAB MUNA
 
Syok hipovolemik
Syok hipovolemikSyok hipovolemik
Syok hipovolemik
 
ASKEP VENTRICULAR SEPTAL DEFECT (VSD)
ASKEP VENTRICULAR SEPTAL DEFECT (VSD)ASKEP VENTRICULAR SEPTAL DEFECT (VSD)
ASKEP VENTRICULAR SEPTAL DEFECT (VSD)
 
Askep Kolitis Ulseratif
Askep Kolitis UlseratifAskep Kolitis Ulseratif
Askep Kolitis Ulseratif
 
Keseimbangan cairan dan elektrolit
Keseimbangan cairan dan elektrolitKeseimbangan cairan dan elektrolit
Keseimbangan cairan dan elektrolit
 
LAPORAN PENDAHULUAN DIABETES MELITUS
LAPORAN PENDAHULUAN DIABETES MELITUSLAPORAN PENDAHULUAN DIABETES MELITUS
LAPORAN PENDAHULUAN DIABETES MELITUS
 
ASKEP DISPEPSIA
ASKEP DISPEPSIAASKEP DISPEPSIA
ASKEP DISPEPSIA
 
Dokumentasi Pengkajian Keperawatan
Dokumentasi Pengkajian Keperawatan Dokumentasi Pengkajian Keperawatan
Dokumentasi Pengkajian Keperawatan
 
Pemeriksaan fisik sistem perkemihan
Pemeriksaan fisik sistem perkemihanPemeriksaan fisik sistem perkemihan
Pemeriksaan fisik sistem perkemihan
 
Laporan kasus gastritis
Laporan kasus gastritisLaporan kasus gastritis
Laporan kasus gastritis
 
Sindroma koroner akut
Sindroma koroner akutSindroma koroner akut
Sindroma koroner akut
 
GAGAL JANTUNG KONGESTIF DAN HIPERTENSI
GAGAL JANTUNG KONGESTIF DAN HIPERTENSIGAGAL JANTUNG KONGESTIF DAN HIPERTENSI
GAGAL JANTUNG KONGESTIF DAN HIPERTENSI
 
St elevasi miokard infark
St elevasi miokard infarkSt elevasi miokard infark
St elevasi miokard infark
 
Asuhan keperawatan klien dengan faringitis shinttttta
Asuhan keperawatan klien dengan faringitis shintttttaAsuhan keperawatan klien dengan faringitis shinttttta
Asuhan keperawatan klien dengan faringitis shinttttta
 
Laporan pendahuluan nyeri
Laporan pendahuluan nyeri Laporan pendahuluan nyeri
Laporan pendahuluan nyeri
 
Askep diare
Askep diareAskep diare
Askep diare
 
DHF
DHFDHF
DHF
 

Similar a GJKKonsep

Makalah gagal jantung 2
Makalah gagal jantung 2Makalah gagal jantung 2
Makalah gagal jantung 2Warnet Raha
 
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GAGAL JANTUNG.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GAGAL JANTUNG. ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GAGAL JANTUNG.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GAGAL JANTUNG. pjj_kemenkes
 
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GAGAL JANTUNG.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GAGAL JANTUNG. ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GAGAL JANTUNG.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GAGAL JANTUNG. pjj_kemenkes
 
Makalah gagal jantung kongestif (chf)
Makalah gagal jantung kongestif (chf)Makalah gagal jantung kongestif (chf)
Makalah gagal jantung kongestif (chf)KANDA IZUL
 
PPT Klmpk 4 Inggris.pptx
PPT Klmpk 4 Inggris.pptxPPT Klmpk 4 Inggris.pptx
PPT Klmpk 4 Inggris.pptxishmah2
 
Word seminar rs. muhammadiyah palembang (repaired)
Word seminar rs. muhammadiyah palembang (repaired)Word seminar rs. muhammadiyah palembang (repaired)
Word seminar rs. muhammadiyah palembang (repaired)Paranse Elsando
 
Makalah gagal jantung
Makalah gagal jantungMakalah gagal jantung
Makalah gagal jantungWarnet Raha
 
Makalah gagal jantung
Makalah gagal jantungMakalah gagal jantung
Makalah gagal jantungWarnet Raha
 

Similar a GJKKonsep (20)

Makalah gagal jantung 2
Makalah gagal jantung 2Makalah gagal jantung 2
Makalah gagal jantung 2
 
Makalah gagal jantung 2
Makalah gagal jantung 2Makalah gagal jantung 2
Makalah gagal jantung 2
 
Makalah gagal jantung 2
Makalah gagal jantung 2Makalah gagal jantung 2
Makalah gagal jantung 2
 
Makalah gagal jantung 2
Makalah gagal jantung 2Makalah gagal jantung 2
Makalah gagal jantung 2
 
Makalah gagal jantung
Makalah gagal jantungMakalah gagal jantung
Makalah gagal jantung
 
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GAGAL JANTUNG.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GAGAL JANTUNG. ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GAGAL JANTUNG.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GAGAL JANTUNG.
 
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GAGAL JANTUNG.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GAGAL JANTUNG. ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GAGAL JANTUNG.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GAGAL JANTUNG.
 
Makalah gagal jantung kongestif (chf)
Makalah gagal jantung kongestif (chf)Makalah gagal jantung kongestif (chf)
Makalah gagal jantung kongestif (chf)
 
PPT Klmpk 4 Inggris.pptx
PPT Klmpk 4 Inggris.pptxPPT Klmpk 4 Inggris.pptx
PPT Klmpk 4 Inggris.pptx
 
Makalah penyakit jantung koroner
Makalah penyakit jantung koronerMakalah penyakit jantung koroner
Makalah penyakit jantung koroner
 
Word seminar rs. muhammadiyah palembang (repaired)
Word seminar rs. muhammadiyah palembang (repaired)Word seminar rs. muhammadiyah palembang (repaired)
Word seminar rs. muhammadiyah palembang (repaired)
 
Askep chv (gagal jantung)
Askep chv (gagal jantung)Askep chv (gagal jantung)
Askep chv (gagal jantung)
 
Askep gagal jantung kongesti
Askep gagal jantung kongestiAskep gagal jantung kongesti
Askep gagal jantung kongesti
 
Askep gagal jantung kongesti
Askep gagal jantung kongestiAskep gagal jantung kongesti
Askep gagal jantung kongesti
 
Makalah gagal jantung
Makalah gagal jantungMakalah gagal jantung
Makalah gagal jantung
 
Makalah gagal jantung
Makalah gagal jantungMakalah gagal jantung
Makalah gagal jantung
 
Makalah gagal jantung
Makalah gagal jantungMakalah gagal jantung
Makalah gagal jantung
 
Makalah gagal jantung
Makalah gagal jantungMakalah gagal jantung
Makalah gagal jantung
 
Makalah gagal jantung
Makalah gagal jantungMakalah gagal jantung
Makalah gagal jantung
 
Makalah gagal jantung
Makalah gagal jantungMakalah gagal jantung
Makalah gagal jantung
 

Más de Sri Nala

Askep Retinoblastoma
Askep RetinoblastomaAskep Retinoblastoma
Askep RetinoblastomaSri Nala
 
Askep Mastoiditis
Askep MastoiditisAskep Mastoiditis
Askep MastoiditisSri Nala
 
Askep Karsinoma Laring
Askep Karsinoma LaringAskep Karsinoma Laring
Askep Karsinoma LaringSri Nala
 
Askep disentri
Askep disentriAskep disentri
Askep disentriSri Nala
 
Asuhan Keperawatan Hiperparatiroid dan Hipoparatiroid
Asuhan Keperawatan Hiperparatiroid dan HipoparatiroidAsuhan Keperawatan Hiperparatiroid dan Hipoparatiroid
Asuhan Keperawatan Hiperparatiroid dan HipoparatiroidSri Nala
 
Askep Chusing Sindrom
Askep Chusing SindromAskep Chusing Sindrom
Askep Chusing SindromSri Nala
 
Askep addison disease
Askep addison diseaseAskep addison disease
Askep addison diseaseSri Nala
 
Teknik mobilisasi pada pasien dekubitus
Teknik mobilisasi pada pasien dekubitusTeknik mobilisasi pada pasien dekubitus
Teknik mobilisasi pada pasien dekubitusSri Nala
 
Narkolepsi dan sleep apnea
Narkolepsi dan sleep apneaNarkolepsi dan sleep apnea
Narkolepsi dan sleep apneaSri Nala
 
Askep pada pasien apnea sleep
Askep pada pasien apnea sleepAskep pada pasien apnea sleep
Askep pada pasien apnea sleepSri Nala
 
stenosis aorta dan mitral
stenosis aorta dan mitralstenosis aorta dan mitral
stenosis aorta dan mitralSri Nala
 
Stenosis nanda oleh kelompok III
Stenosis nanda oleh kelompok IIIStenosis nanda oleh kelompok III
Stenosis nanda oleh kelompok IIISri Nala
 

Más de Sri Nala (12)

Askep Retinoblastoma
Askep RetinoblastomaAskep Retinoblastoma
Askep Retinoblastoma
 
Askep Mastoiditis
Askep MastoiditisAskep Mastoiditis
Askep Mastoiditis
 
Askep Karsinoma Laring
Askep Karsinoma LaringAskep Karsinoma Laring
Askep Karsinoma Laring
 
Askep disentri
Askep disentriAskep disentri
Askep disentri
 
Asuhan Keperawatan Hiperparatiroid dan Hipoparatiroid
Asuhan Keperawatan Hiperparatiroid dan HipoparatiroidAsuhan Keperawatan Hiperparatiroid dan Hipoparatiroid
Asuhan Keperawatan Hiperparatiroid dan Hipoparatiroid
 
Askep Chusing Sindrom
Askep Chusing SindromAskep Chusing Sindrom
Askep Chusing Sindrom
 
Askep addison disease
Askep addison diseaseAskep addison disease
Askep addison disease
 
Teknik mobilisasi pada pasien dekubitus
Teknik mobilisasi pada pasien dekubitusTeknik mobilisasi pada pasien dekubitus
Teknik mobilisasi pada pasien dekubitus
 
Narkolepsi dan sleep apnea
Narkolepsi dan sleep apneaNarkolepsi dan sleep apnea
Narkolepsi dan sleep apnea
 
Askep pada pasien apnea sleep
Askep pada pasien apnea sleepAskep pada pasien apnea sleep
Askep pada pasien apnea sleep
 
stenosis aorta dan mitral
stenosis aorta dan mitralstenosis aorta dan mitral
stenosis aorta dan mitral
 
Stenosis nanda oleh kelompok III
Stenosis nanda oleh kelompok IIIStenosis nanda oleh kelompok III
Stenosis nanda oleh kelompok III
 

GJKKonsep

  • 1. Oleh Kelompok III : Maria Immaculata C.B. Sri Nala Irmawati Deden Nuzulya Rahmadhani Jessi Yores Adrianus Pandong Fredyrikus Carlokum Hendranus Suprianto Yovita Sela Parubang S1 Keperawatan STIKES GRAHA EDUKASI MAKASSAR 2012/2013
  • 2. Gagal Jantung Kongestif Page 2 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan pertolongan-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Makalah ini berisi tentang konsep medis dan konsep keperawatan dari Sistem Kardiovaskuler. Makalah ini menjelaskan secara terperinci tentang Gagal Jantung Kongestif. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca demi penyempurnaan makalah ini kedepan. Harapan kami semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua khususnya kita selaku Mahasiswa Keperawatan. Makassar, 10 Juni 2013 Penyusun
  • 3. Gagal Jantung Kongestif Page 3 DAFTAR ISI Kata Pengantar................................................................................2 Daftar Isi ..........................................................................................3 Bab I Pendahuluan..........................................................................4 1. Latar Belakang...........................................................................4 2. Tujuan ........................................................................................6 3. BAb II Tinjauan Pustaka.............................................................7 1. Konsep Medis.......................................................................7 1.1. Definisi .......................................................................7 1.2. Etiologi .......................................................................8 1.3. Manifestasi Klinis ....................................................10 1.4. Patofisiologi .............................................................12 1.5. Pemeriksaan Penunjang..........................................13 1.6. Komplikasi................................................................13 1.7. Penatalaksanaan Dan Penanganan.........................14 2. Konsep Keperawatan..........................................................19 2.1. Pengkajian ............................................................... 19 2.2. Diagnosa Keperawatan............................................ 27 2.3. Intervensi Dan Rasional........................................... 27 2.4. Implementasi............................................................ 35 2.5. Evaluasi ................................................................... 36 Bab III Penutup..............................................................................37 1. Kesimpulan.........................................................................37 2. Saran ..................................................................................38 Daftar Pustaka...............................................................................39
  • 4. Gagal Jantung Kongestif Page 4 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Gagal jantung menjadi masalah kesehatan masyarakat yang utama pada beberapa negara industri maju dan negara berkembang seperti Indonesia. Sindroma gagal jantung ini merupakan masalah yang penting pada usia lanjut, dikarenakan prevalensi yang tinggi dengan prognosis yang buruk. Prevalensi gagal jantung kongestif akan meningkat seiring dengan meningkatnya populasi usia lanjut, karena populasi usia lanjut dunia bertambah dengan cepat dibanding penduduk dunia seluruhnya, malahan relatif bertambah besar pada Negara berkembang termasuk Indonesia. Penyakit jantung dewasa ini merupakan penyebab paling utama keadaan sakit dan kematian bangsa berindustri maju. Di Amerika Serikat, penyakit jantung menujukkan angka kematian dua kali lipat dari pada kanker (penyebab kematian kedua paling sering), yang merupakan kira- kira 37% sebab kematian. Kira-kira 88% di sebabkan karena penyakit jantung iskemia (ICHD) yang juga merupakan penyakit jantung koroner (CHD). Dari data tersebut di dapat tanda-tanda terang dengan jumlah kematian sebagai akibat penyakit jantung yang dilaporkan berkurang dalam hampir dua decade terakhir ini, yang kenyataannya sebagian besar disebabkan penurunan angka kematian. Kematian sebagai akibat penyakit jantung biasanya disebabkan karena gangguan irama jantung atau kelemahan pemompaan progresif. Sering yang satu menyebabkan penyakit jantung yang lain.
  • 5. Gagal Jantung Kongestif Page 5 Semua penyakit jantung dapat disertai berbagai macam aritmi seperti fibrilasi atrium, ekstrasistol atau takikardi hidup penderita. Gangguan irama jantung terjadi bila jalur konduksi normal dihambat oleh nekrosis, radang, dan fibrosis maupun bila kesalahan metabolism lokal menimbulkan fokus iritasi listrik. Meskipun aritmia terjadi secara dramatik, sukar untuk diidentifikasi lesi patologi yang khas. Selain itu semua penyakit jantung utama, bila dalam keadaan parah dapat berpengaruh pada kapasitas fungsi pemompa. Melalui litasan apa pun sindrom klinik yang dikenal sebagai kegagalan jantung kogestif (CHF), dapat menimbulkan dan mendominasi gambaran klinik. Karena akibat akhir ini semua bentuk penyakit jantung utama ini berupa sidrom kompleks dengan variasi dampak maka CHF dibahas secara terinci sebelum memasuki bahasan penyakit. Gagal jantung adalah sindrom klinik dengan abnormalitas dari struktur atau fungsi jantung sehingga mengakibatkan ketidakmampuan jantung untuk memompa darah ke jaringan dalam memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh. Ciri penting dari definisi ini adalah gagal didefinisikan relatif terhadap kebutuhan metabolik tubuh dan penekanan arti kata gagal ditujukan pada fungsi pompa jantung secara keseluruhan. Diagnosis dini dan identifikasi etiologi dari pasien gagal jantung kongestif sangat diperlukan karena banyak kondisi yang menyerupai sindroma gagal jantung ini pada usia dewasa maupun usia lanjut.
  • 6. Gagal Jantung Kongestif Page 6 2. Tujuan Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah : 1. Untuk mengetahui konsep medis dari gagal jantung kongestif berupa: Definisi Etiologi Manifestasi Klinis Patofisiologi Pemeriksaan Penunjang Komplikasi Penatalaksanaan dan Penanganan 2. Untuk mengetahui konsep keperawatan dari gagal jantung kongestif berupa: Pengkajian Diagnosa keperawatan Intervensi dan rasional Implementasi Evaluasi
  • 7. Gagal Jantung Kongestif Page 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Konsep Medis 1.1. Definisi CHF adalah suatu kegagalan jantung dalam memompa darah untuk memenuhi kebutuhan tubuh (Purnawan Junadi, 1982). Kegagalan jantung kongestif adalah suatu kegagalan pemompaan (di mana cardiac output tidak mencukupi kebutuhan metabolik tubuh), hal ini mungkin terjadi sebagai akibat akhir dari gangguan jantung, pembuluh darah atau kapasitas oksigen yang terbawa dalam darah yang mengakibatkan jantung tidak dapat mencukupi kebutuhan oksigen pada berbagai organ (Ni Luh Gede Yasmin, 1993). Gagal jantung kongestif (CHF) adalah keadaan patofisiologis berupa kelainan fungsi jantung, sehingga jantung tidak mampu memompa darah untuk memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan atau kemampuannya hanya ada kalau disertai peninggian volume diastolik secara abnormal. Penamaan gagal jantung kongestif yang sering digunakan kalau terjadi gagal jantung sisi kiri dan sisi kanan (Mansjoer, 2001). Gagal jantung kongestif adalah ketidakmampuan jantung untuk memompa darah dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan jaringan terhadap oksigen dan nutrien. (Diane C. Baughman dan Jo Ann C. Hockley, 2000)
  • 8. Gagal Jantung Kongestif Page 8 Suatu keadaan patofisiologi adanya kelainan fungsi jantung berakibat jantung gagal memompakan darah untuk memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan dan atau kemampuannya hanya ada kalau disertai peninggian tekanan pengisian ventrikel kiri (Braundwald). Gagal jantung kongestif adalah ketidakmampuan jantung untuk memompa darah yang adekuat untuk memenuhi kebutuhan jaringan akan oksigen dan nutrisi (Smeltzer & Bare, 2001), Waren & Stead dalam Sodeman,1991), Renardi, 1992). 1.2. Etiologi Mekanisme yang mendasari terjadinya gagal jantung kongestif meliputi gangguan kemampuan konteraktilitas jantung, yang menyebabkan curah jantung lebih rendah dari curah jantung normal. Tetapi pada gagal jantung dengan masalah yang utama terjadi adalah kerusakan serabut otot jantung, volume sekuncup berkurang dan curah jantung normal masih dapat dipertahankan. Volume sekuncup adalah jumlah darah yang dipompa pada setiap konteraksi tergantung pada tiga faktor yaitu : 1. Preload adalah jumlah darah yang mengisi jantung berbanding langsung dengan tekanan yang ditimbulkan oleh panjangnya regangan serabut otot jantung. 2. Konteraktillitas mengacu pada perubahan kekuatan konteraksi yang terjadi pada tingkat sel dan berhubungan dengan perubahan panjang serabut jantung dan kadar kalsium
  • 9. Gagal Jantung Kongestif Page 9 3. Afterload mengacu pada besarnya tekanan venterikel yang harus dihasilkan untuk memompa darah melawan perbedaan tekanan yang ditimbulkan oleh tekanan arteriol. Pada gagal jantung, jika salah satu atau lebih faktor ini terganggu, maka curah jantung berkurang (Brunner and Suddarth 2002). Gagal jantung kongestif juga dapat disebabkan oleh : Kelainan otot jantung : Gagal jantung sering terjadi pada penderita kelainan otot jantung, disebabkan menurunnya kontraktilitas jantung. Kondisi yang mendasari penyebab kelainan fungsi otot mencakup ateriosklerosis koroner, hiprtensi arterial, dan penyakit degeneratif atau inflamasi. 1. Aterosklerosis koroner Mengakibatkan disfungsi miokardium karena terganggunya aliran darah ke otot jantung. Terjadi hipoksia dan asidosis (akibat penumpukan asam laktat). Infark miokardium (kematian sel jantung) biasanya mendahului terjadinya gagal jantung. Peradangan dan penyakit miokardium degeneratif, berhubungan dengan gagal jantung karena kondisi yang secara langsung merusak serabut jantung, menyebabkan kontraktilitaas menurun. 2. Hipertensi sistemik atau pulmonal (peningkatan afterload) Meningkatkan beban kerja jantung dan pada gilirannya mngakibatkan hipertrofi serabut otot jantung. 3. Peradangan dan penyakit myocardium degenerative Berhubungan dengan gagal jantung karena kondisi ini secara langsung merusak serabut jantung, menyebabkan kontraktilitas menurun.
  • 10. Gagal Jantung Kongestif Page 10 4. Penyakit jantung lain Gagal jantung dapat terjadi sebagai akibat penyakit jantung yang sebenarnya, yang ssecara langsung mempengaruhi jantung. Mekanisme biasanya terlibat mencakup gangguan aliran darah yang masuk jantung (stenosis katup semiluner), ketidakmampuan jantung untuk mengisi darah (tamponade, perikardium, perikarditif konstriktif, atau stenosis AV), peningkatan mendadak afteer load. 5. Faktor sistemik Terdapat sejumlah besar faktor yang berperan dalam perkembangan dan beratnya gagal jantung. Meningkatnya laju metabolism (misal : demam, tirotoksikosis ), hipoksia dan anemia perlukan peningkatan curah jantung untuk memenuhi kebutuhan oksigen sistemik. Hipoksia dan anemia juga dapat menurunkan suplai oksigen ke jantung. Asidosis respiratorik atau metabolik dan abnormalita elektronik dapat menurunkan kontraktilitas jantung. Grade gagal jantung menurut New york Heart Associaion terbagi menjadi 4 kelainan fungsional, yaitu : 1. Timbul gejala sesak pada aktifitas fisik berat 2. Timbul gejala sesak pada aktifitas fisik sedang 3. Timbul gejala sesak pada aktifitas ringan 4. Timbul gejala sesak pada aktifitas sangat ringan/ istirahat 1.3. Manifestasi Klinis Menurut Arif masjoer 2001 Gejala yang muncul sesuai dengan gejala jantung kiri diikuti gagal jantung kanan dapat terjadinya di dada karana peningkatan kebutuhan oksigen. Pada pemeriksaan fisik ditemukan tanda – tanda gejala gagal jantung kongestif biasanya terdapat bunyi derap dan bising akibat regurgitasi mitral.
  • 11. Gagal Jantung Kongestif Page 11 Tanda dominan Meningkatnya volume intravaskuler. Kongestif jaringan akibat tekanan arteri dan vena meningkat akibat penurunan curah jantung. Manifestasi kongesti dapat berbeda tergantung pada kegagalan ventrikel mana yang terjadi . 1. Gagal jantung kiri : Kongesti paru menonjol pada gagal ventrikel kiri karena ventrikel kiri tak mampu memompa darah yang datang dari paru. Manifestasi klinis yang terjadi yaitu : a. Dispnu Terjadi akibat penimbunan cairan dalam alveoli dan mengganggu pertukaran gas. Dapat terjadi ortopnu. Beberapa pasien dapat mengalami ortopnu pada malam hari yang dinamakan Paroksimal Nokturnal Dispnea ( PND). b. Batuk c. Cheynes stokes d. Orthopnea e. Kogestif vena pulmonalis f. Mudah lelah Terjadi karena curah jantung yang kurang yang menghambat jaringan dari sirkulasi normal dan oksigen serta menurunnya pembuangan sisa hasil katabolisme, juga terjadi karena meningkatnya energi yang digunakan untuk bernafas dan insomnia yang terjadi karena distress pernafasan dan batuk. g. Kegelisahan dan kecemasan Terjadi akibat gangguan oksigenasi jaringan, stress akibat kesakitan bernafas dan pengetahuan bahwa jantung tidak berfungsi dengan baik.
  • 12. Gagal Jantung Kongestif Page 12 2. Gagal jantung kanan: a. Kongestif jaringan perifer dan viseral. b. Edema ekstrimitas bawah (edema dependen), biasanya edema pitting, penambahan berat badan. c. Hepatomegali dan nyeri tekan pada kuadran kanan atas abdomen terjadi akibat pembesaran vena di hepar. d. Anorexia dan mual, terjadi akibat pembesaran vena dan statis vena dalam rongga abdomen. e. Nokturia f. Kelemahan g. Nausea h. Ascites i. Tanda-tanda penyakit kronik 1.4. Patofisiologi Kelainan intrinsic pada kontraktilitas miokardium yang khas pada gagal jantung iskemik, mengganggu kemampuan pengosongan ventrikel yang efektif. Kontraktilitas ventrikel kiri yang menurun mengurangi curah sekuncup, dan meningkatkan volume residu ventrikel. Dengan meningkatnya EDV (volume akhir diastolic ventrikel), maka terjadi pula pengingkatan tekanan akhir diastolic ventrikel kiri (LVEDP). Derajat peningkatan tekanan tergantung dari kelenturan ventrikel. Dengan meningkatnya LVEDP, maka terjadi pula peningkatan tekanan atrium kiri (LAP) karena atrium dan ventrikel berhubungan langsung selama diastole. Peningkatan LAP diteruskan ke belakang ke dalam anyaman vascular paru-paru, meningkatkan tekanan kapiler dan vena paru-paru. Jika tekanan hidrostatik dari anyaman kapiler paru-paru melebihi tekanan onkotik vascular, maka akan terjadi transudasi cairan ke dalam intertisial. Jika kecepatan transudasi cairan melebihi kecepatan drainase limfatik, maka akan terjadi edema intertisial.
  • 13. Gagal Jantung Kongestif Page 13 Peningkatan tekanan lebih lanjut dapat mengakibatkan cairan merembes ke dalam alveoli dan terjadilah edema paru-paru. Tekanan arteria paru-paru dapat meningkat sebagai respon terhadap peningkatan kronis tekanan vena paru. Hipertensi pulmonary meningkatkan tahanan terhadap ejeksi ventrikel kanan. Serentetan kejadian seperti yang terjadi pada jantung kiri, juga akan terjadi pada jantung kanan, di mana akhirnya akan terjadi kongesti sistemik dan edema. Perkembangan dari kongesti sistemik atau paru-paru dan edema dapat dieksaserbasi oleh regurgitasi fungsional dari katup-katup trikuspidalis atau mitralis bergantian. Regurgitasi fungsional dapat disebabkan oleh dilatasi dari annulus katup atrioventrikularis, atau perubahan-perubahan pada orientasi otot papilaris dan korda tendinae yang terjadi sekunder akibat dilatasi ruang (smeltzer 2001). Patofisiologi Gagal Jantung Kanan Gangguan fungsi pompa ventrikel Curah jantung kanan menurun dan tekanan akhir systole ventrikel meningkat Bendungan pada vena-vena sistemik, tekanan vena kava meningkat Hambatan arus balik vena Bendungan Sistemik
  • 14. Gagal Jantung Kongestif Page 14 Patofisiologi Gagal Jantung Kiri Gagal jantung kogestif (Cogestive Health Failure / CHF) => Gabungan gagal jantung kanan dan kiri. 1.5. Pemeriksaan Penunjang 1. Foto torax dapat mengungkapkan adanya pembesaran jantung, oedema atau efusi pleura yang menegaskan diagnosa CHF. 2. EKG dapat mengungkapkan adanya tachicardi, hipertrofi bilik jantung dan iskemi (jika disebabkan AMI), Ekokardiogram 3. Pemeriksaan Lab meliputi : Elektrolit serum yang mengungkapkan kadar natrium yang rendah sehingga hasil hemodelusi darah dari adanya kelebihan retensi air, K, Na, Cl, Ureum, gula darah. Aliran darah ke atrium dan ventrikel kiri menurun atau terjadi gangguan fungsi pompa Curah jantung kiri menurun dan tekanan akhir diastole ventrikel kiri meningkat Bendungan vena pulmonalis Edema paru => Gangguan system pernapasan Bendungan Sistemik
  • 15. Gagal Jantung Kongestif Page 15 1.6. Komplikasi 1. Kematian 2. Edema pulmoner akut 3. Cardiogenik syok 4. Gagal atau infrak paru (gagal nafas) 1.7. Penatalaksanaan medis Dan Penanganan  Penatalaksanaan medis 1. Tujuan pengobatan adalah : a. Dukung istirahat untuk mengurangi beban kerja jantung. b. Meningkatkan kekuatan dan efisiensi kontraktilitas miokarium dengan preparat farmakologi. c. Membuang penumpukan air tubuh yang berlebihan dengan cara memberikan terapi antidiuretik, diet dan istirahat. d. Mengatasi keadaan yang reversible, termasuk tiroksikosis, miksedema, dan aritmia digitalisasi e. Meningkatkan oksigenasi dengan pemberian oksigen, usahakan agar PaCO2 sekitas 60-100 mmHg(saturai O2 90 – 98 %) dan menurunkan konsumsi O2 melalui istirahat atau pembatasan aktivitas 2. Terapi Farmakologis : a. Glikosida jantung. b. Digitalis, meningkatkan kekuatan kontraksi otot jantung dan memperlambat frekuensi jantung. Efek yang dihasilkan : peningkatan curah jantung, penurunan tekanan vena dan volume darah dan peningkatan diuresisidan mengurangi edema c. Terapi diuretik.
  • 16. Gagal Jantung Kongestif Page 16 d. Diberikan untuk memacu eksresi natrium dan air mlalui ginjal. Penggunaan harus hati – hati karena efek samping hiponatremia dan hipokalemia e. Terapi vasodilator. f. Obat-obat fasoaktif digunakan untuk mengurangi impadansi tekanan terhadap penyemburan darah oleh ventrikel. Obat ini memperbaiki pengosongan ventrikel dan peningkatan kapasitas vena sehingga tekanan engisian ventrikel kiri dapat dituruinkan. g. Dosis digitalis :  Digoksin oral digitalisasi cepat 0,5-2 mg dalam 4-6 dosis selama 24 jam dan dilanjutkan 2x0,5 mg selama 2-4 hari Digoksin iv 0,75 mg dalam 4 dosis selama 24 jam Cedilanid> iv 1,2-1,6 mg selama 24 jam  Dosis penunjang untuk gagal jantung : digoksin 0,25 mg sehari. Untuk pasien usia lanjut dan gagal ginjal dosis disesuaikan.  Dosis penunjang digoksin untuk fiblilasi atrium 0,25 mg.  Digitalisasi cepat diberikan untuk mengatasi edema pulmonal akut yang berat : Digoksin : 1-1,5 mg iv perlahan-lahan Cedilanid> 0,4-0,8 mg iv perlahan-lahan h. Cara pemberian digitalis Dosis dan cara pemberian digitali bergantung pada beratnya gagal jantung. Pada gagal jantung berat dengan sesak napas hebat dan takikardi lebih dari 120/menit, biasanya diberikan digitalis cepat. Pada gagal jantung ringan diberikan digitalis lambat. Pemberian digitalis per oral paling sering dilakukan karena paling aman. Pemberian dosis besar tidak selalu perlu, kecuali bila diperlukan efek meksimal secepatnya, misalnya pada fibrilasi atrium rapi respone.
  • 17. Gagal Jantung Kongestif Page 17 Dengan pemberian oral dosis biasa (pemeliharaan), kadar terapeutik dalam plasma dicapai dalam waktu 7 hari. Pemberian secara iv hanya dilakukan pada keadaan darurat, harus dengan hati-hati, dan secara perlahan-lahan. i. Menurunkan beban jantung Menurunkan beban awal dengan diet rendah garam, diuretic (mis : furosemid 40-80 mg, dosis penunjang rata-rata 20 mg), dan vasodilator (vasodilator, mis : nitrogliserin 0,4-0,6 mg sublingual atau 0,2-2 ug/kgBB/menit IV, nitroprusid 0,5-1 ug/kgBB/menit IV, prazosin per oral 2-5 mg, dan penghambat ACE : captopril 2x6,25 mg). j. Morfin, diberikan untuk mengurangi sesak napas pada asma cardial, tetapi hati-hati depresi pernapasan. k. Terapi vasodilator dan natrium nitropurisida, obat-obatan vasoaktif merupakan pengobatan utama pada penatalaksanaan gagal jantung untuk mengurangi impedansi (tekanan) terhadap penyemburan darah oleh ventrikel.  Penanganan Gagal jantung ditangani dengan tindakan umum untuk mengurangi beban kerja jantung dan manipulasi selektif terhadap ketiga penentu utama dari fungsi miokardium, baik secar sendiri-sendiri maupun gabungan dari : beban awal, kontraktilitas dan beban akhir. Penanganan biasanya dimulai ketika gejala-gejala timbul pada saat beraktivitas biasa. Rejimen penanganan secar progresif ditingkatkan sampai mencapai respon klinik yang diinginkan. Eksaserbasi akut dari gagal jantung atau perkembangan menuju gagal jantung yang berat dapat menjadi alasan untuk dirawat dirumah sakit atau mendapat penanganan yang lebih agresif .
  • 18. Gagal Jantung Kongestif Page 18 Pembatasan aktivitas fisik yang ketat merupakan tindakan awal yang sederhan namun sangat tepat dalam pennganan gagal jantung. Tetapi harus diperhatikan jangan sampai memaksakan larngan yang tak perlu untuk menghindari kelemahan otot-otot rangka. Kini telah diketahui bahwa kelemahan otot rangka dapat meningkatkan intoleransi terhadap latihan fisik. Tirah baring dan aktifitas yang terbatas juga dapat menyebabkan flebotrombosis. Pemberian antikoagulansia mungkin diperlukan pada pembatasan aktifitas yang ketat untuk mengendalikan gejala.
  • 19. Gagal Jantung Kongestif Page 19 2. Konsep Medis 2.1. Pengkajian 1. Identitas klien a. Keluhan Utama Keluhan utama klien dengan gagal jantung adalah kelemahan saat beraktivitas dan sesak napas. b. Riwayat Penyakit Saat Ini Pengkajian RPS yang mendukung keluhan utama dilakukan dengan mengajukan serangkaian pertanyaan mengenai kelemahan fisik klien secara PQRST, yaitu : Provoking Incident : Kelemahan fisik terjadi setelah melakukan aktivitas ringan sampai berat, sesuai derajat gangguan pada jantung. Quality of Pain : seperti apa keluhan kelemahan dalam melakukan aktivitas yang dirasakan atau digambarkan klien. Biasanya setiap beraktivitas klien merasakan sesak napas (dengan menggunakan alat atau otot bantu pernafasan). Region : radiation, relief : Apakah kelemahan fisik bersifat lokal atau memengaruhi keseluruhan sistem otot rangka dan apakah disertai ketidakmampuan dalam melakukan pergerakan. Severity (Scale) of Pain : Kaji rentang kemampuan klien dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Biasanya kemampuan klien dalam beraktivitas menurun sesuai derajat gangguan perfusi yang dialami organ. Time : Sifat mula timbulnya (onset), keluhan kelemahan beraktivitas biasanya timbul perlahan. Lama timbulnya (durasi) kelemahan saat beraktivitas biasanya setiap saat, baik saat istirahat maupun saat beraktivitas.
  • 20. Gagal Jantung Kongestif Page 20 c. Riwayat Penyakit Dahulu Pengkajian RPD yang mendukung dikaji dengan menanyakan apakah sebelumnya klien pernah menderita nyeri dada, hipertensi, iskemia miokardium, infark miokardium, diabetes melitus, dan hiperlipidemia. Tanyakan mengenai obat-obatan yang biasa diminum oleh klien pada masa yang lalu dan masih relevan dengan kondisi saat ini. Obat- obatan ini meliputi obat diruretik, nitrat, penghambat beta, serta antihipertensi. Catat adanya efek samping yang terjadi di masa lalu, alergi obat, dan reaksi alergi yang timbul. Sering kali klien menafsirkan suatu alergi sebagai efek samping obat. d. Riwayat Keluarga Perawat menanyakan tentang penyakit yang pernah dialami oleh keluarga, anggota keluarga yang meninggal terutama pada usia produktif, dan penyebab kematiannya. Penyaki jantung iskemik pada orang tua yang timbulnya pada usia muda merupakan faktor risiko utama terjadinya penyakit jantung iskemik pada keturunannya. e. Riwayat Pekerjaan dan Pola Hidup Perawat menanyakan situasi tempat klien bekerja dan lingkungannya. Kebiasaan sosial dengan menanyakan kebiasaan dan pola hidup misalnya minum alkohol atau obat tertentu. Kebiasaan merokok dengan menanyakan tentang kebiasaan merokok, sudah berapa lama, berapa batang per hari, dan jenis rokok. Di samping pertanyaan-pertanyaan tersebut, data biografi juga merupakan data yang perlu diketahui, yaitu dengan menanyakan nama, umur, jenis kelamin, tempat tinggal, suku, dan agama yang dianut oleh klien. Saat mengajukan pertanyaan kepada klien, hendaknya diperhatikan kondisi klien.
  • 21. Gagal Jantung Kongestif Page 21 Bila klien dalam keadaan kritis, maka pertanyaan yang diajukan bukan pertanyaan terbuka tetapi pertanyaan tertutup yaitu pertanyaan yang jawabannya “Ya” atau “Tidak” atau pertanyaan yang dapat dijawab dengan gerakan tubuh, yaitu mengangguk atau menggelengkan kepala sehingga tidak memerlukan energi yang besar. f. Pengkajian Psikososial Perubahan integritas ego yang ditemukan pada klien adalah klien menyangkal, takut mati, perasaan ajal sudah dekat, marah pada penyakit/perawatan yang tak perlu, kuatir tentang keluarga, pekerjaan, dan keuangan. Kondisi ini ditandai dengan sikap menolak, menyangkal, cemas, kurang kontak mata, gelisah, marah, perilaku, menyerang, dan fokus pada diri sendiri. Interaksi sosial dikaji terhadap adanya stres karena keluarga, pekerjaan, kesulitan biaya ekonomi, dan kesulitan koping dengan stresor yang ada. Kegelisahan dan kecemasan terjadi akibat gangguan oksigenasi jaringan, stres akibat kesakitan bernafas dan pengetahuan bahwa jantung tidak berfungsi dengan baik. Penurunan lebih lanjut dari curah jantung dapat terjadi ditandai dengan adanya keluhan insomnia atau tampak kebingungan. 2. Pemeriksaan Fisik Keadaan umum Pada pemeriksaan keadaan umum, kesadaran klien gagal jantung biasanya baik atau compos mentis dan akan berubah sesuai tingkat gangguan perfusi sistem saraf pusat. a. Breathing Kongesti Vaskular Pulmonal, gejala-gejalanya yaitu :  Dispnea : Dikarakteristikan dengan pernafasan cepat, dangkal dan keadaan yang menunjukkan bahwa klien sulit mendapatkan udara yang cukup, yang menekan klien.
  • 22. Gagal Jantung Kongestif Page 22  Ortopnea : Ketidakmampuan untuk berbaring datar karena dispnea, adalah keluhan umum lain dari gagal ventrikel kiri yang berhubungan dengan kongesti vaskular pulmonal.  Dispnea Nokturnal Paroksismal (DNP) : Keluhan yang dikenal baik oleh klien yaitu klien biasanya terbangun di tengah malam karena mengalami nafas pendek yang hebat. Dispnea nokturnal paroksismal diperkirakan disebabkan oleh perpindahan cairan dari jaringan ke dalam kompartemen intravaskular sebagai akibat dari posisi telentang. Dengan peningkatan tekanan hidrostatik ini, sejumlah cairan keluar masuk ke area jaringan secara normal. Namun, dengan posisi telentang.  Batuk iritatif : Salah satu gejala dari kongesti vaskular pulmonal yang sering tidak menjadi perhatian tetapi dapat merupakan gejala dominan. Batuk ini dapat produktif tetapi biasanya kering dan batuk pendek. Gejala ini dihubungkan dengan kongestif mukosa bronkial dan berhubungan dengan peningkatan produksi mukus.  Edema Pulmonal akut : Gambaran klinis paling bervariasi dihubungkan dengan kongesti vaskular pulmonal. Edema pulmonal akut ini terjadi bila tekanan kapiler pulmonal melebihi tekanan yang cenderung mempertahankan cairan di dalam saluran vaskular (kurang lebih 30 mmHg). Edema pulmonal akut dicirikan oleh dispnea hebat, batuk, ortopnea, ansietas, sianosis, berkeringat, kelainan bunyi pernafasan, dan sangat nyeri dada dan sputum berwarna merah muda, berbusa yang keluar dari mulut. Ini memerlukan kedaruratan medis dan harus ditangani dengan cepat dan tepat. b. Blood  Inspeksi : Tentang adanya parut pada dada, keluhan kelemahan fisik, dan adanya edema ekstremitas.  Palpasi : Denyut nadi perifer melemah. Thrill biasanya ditemukan.
  • 23. Gagal Jantung Kongestif Page 23  Auskultasi : Tekanan darah biasanya menurun akibat penurunan volume sekuncup. Bunyi jantung tambahan akibat kelainan katup biasanya ditemukan apabila penyebab gagal jantung adalah kelainan katup.  Perkusi : Batas jantung mengalami pergeseran yang menunjukkan adanya hipertrofi jantung (kardiomegali)  Penurunan Curah Jantung : Gejala ini mungkin timbul pada tingkat curah jantung rendah kronis dan merupakan keluhan utama klien. Namun, gejala ini tidak spesifik dan sering dianggap sebagai depresi, neurosis, atau keluhan fungsional. Oleh karena itu, kondisi ini secara potensial merupakan indikator penting penyimpangan fungsi pompa yang sering tidak diperhatikan dan klien juga diberi keyakinan yang tidak tepat atau diberi tranquilizer atau sediaan yang dapat meningkatkan suasana hati (mood).  Bunyi Jantung dan Crackles : Tanda fisik yang berkaitan dengan kegagalan ventrikel kiri yang dapat dikenal dengan mudah adalah adanya bunyi jantung ketiga dan keempat (S3,S4) dan crackles pada paru-paru. S4 atau gallop atrium, dihubungkan dengan dan mengikuti kontraksi atrium dan terdengar paling baik dengan bell stetoskop yang ditempatkan dengan tepat pada apeks jantung. Klien diminta untuk berbaring pada posisi miring kiri untuk mendapatkan bunyi. Bunyi S4 ini terdengar sebelum bunyi jantung pertama (S1) dan tidak selalu merupakan tanda pasti kegagalan kongestif, tetapi dapat menunjukkan adanya penurunan komplians(peningkatan kekakuan) Miokardium. Hal ini mungkin merupakan indikasi awal (premonitori) menuju kegagalan.
  • 24. Gagal Jantung Kongestif Page 24 Bunyi S4 umumnya ditemukan pada klien dengan infark miokardium akut dan mungkin tidak mempunyai prognosis bermakna, tetapi mungkin menunjukkan kegagalan yang baru terjadi. S3 atau gallop ventrikel adalah tanda penting dari gagal ventrikel kiri dan pada orang dewasa hampir tidak pernah ditemukan kecuali jika ada penyakit jantung signifikan. Crackles atau ronkhi basah halus secara umum terdengar pada dasar posterior paru dan sering dikenal sebagai bukti gagal ventrikel kiri, dan memang demikian sesungguhnya. Sebelum crackles ditetapkan sebagai kegagalan pompa jantung, klien harus diintruksikan untuk batuk dalam yang bertujuan membuka alveoli basilaris yang mungkin mengalami kompresi karena berada di bawah diafragma.  Disritmia : Karena peningkatan frekuensi jantung adalah respons awal jantung terhadap stres, sinus takikardia mungkin dicurigai dan sering ditemukan pada pemeriksaan klien dengan kegagalan pompa jantung.  Distensi Vena Jugularis : Bila ventrikel kanan tidak mampu berkompensasi terhadap kegagalan ventrikel. Kiri, akan terjadinya dilatasi dari ruang ventrikel, peningkatan volume, dan tekanan pada diastolik akhir ventrikel kanan, tahanan untuk mengisi ventrikel, dan peningkatan lanjut pada tekanan atrium kanan. Peningkatan tekanan ini akan diteruskan ke hulu vena kava dan dapat diketahui dengan peningkatan pada tekanan vena jugularis.  Kulit Dingin : Kegagalan arus darah ke depan (forward failure) pada ventrikel kiri menimbulkan tanda-tanda yang menunjukkan berkurangnya perfusi ke organ-organ. Karena darah dialihkan dari organ-organ nonvital ke organ-organ vital seperti jantung dan otak untuk mempertahankan perfusinya, maka manifestasi paling awal dari gagal kedepan yang lebih lanjut adalah berkurangnya perfusi organ-organ seperti kulit dan otot-otot rangka.
  • 25. Gagal Jantung Kongestif Page 25 Kulit tampak pucat dan terasa dingin karena pembuluh darah perifer mengalami vasokonstriksi dan kadar hemoglobin yang tereduksi meningkat. Sehingga akan terjadi sianosis.  Perubahan Nadi : Pemeriksaan denyut arteri selama gagal jantung akan menunjukkan denyut yang cepat dan lemah. Denyut jantung yang cepat atau takikardia, mencerminkan respons terhadap perangsangan saraf simpatik. Penurunan yang bermakna dari volume sekuncup dan adanya vasokonstriksi perifer akan mengurangi tekanan nadi (perbedaan antara tekanan sistolik dan diastolik) dan menghasilkan denyut yang lemah atau thready pulse. Hipotensi sistolik ditemukan pada gagal jantung yang lebih berat.Selain itu, pada gagal jantung kiri yang berat dapat timbul pulsus alternans atau gangguan pulsasi, suatu perubahan dari kekuatan denyut arteri. c. Brain Kesadaran klien biasanya compos mentis. Sering ditemukan sianosis perifer apabila terjadi gangguan perfusi jaringan berat. Pengkajian objektif klien meliputi wajah meringis, menangis, merintih, meregang, dan menggeliat. d. Bladder Pengukuran volume output urine selalu dihubungkan dengan intake cairan. Perawat perlu memonitor adanya oliguria karena merupakan tanda awal dari syok kardiogenik. Adanya edema ekstremitas menunjukkan adanya retensi cairan yang parah. e. Bowel  Hepatomegali dan nyeri tekan pada kuadran kanan atas abdomen terjadi akibat pembesaran vena di hepar. Bila proses ini berkembang, maka tekanan dalam pembuluh portal meningkat sehingga cairan terdorong masuk ke rongga abdomen, suatu kondisi yang dinamakan asites.
  • 26. Gagal Jantung Kongestif Page 26 Pengumpulan cairan dalam rongga abdomen ini dapat menyebabkan tekanan pada diafragma sehingga klien dapat mengalami distres pernafasan.  Anoreksia (hilangnya selera makan ) dan mual terjadi akibat pembesaran vena dan stasis vena di dalam rongga abdomen. f. Bone  Edema sering dipertimbangkan sebagai tanda gagal jantung yang dapat dipercaya dan tentu saja, ini sering ditemukan bila gagal ventrikel kanan telah terjadi. Ini sedikitnya merupakan tanda yang dapat dipercaya bahwa telah terjadi disfungsi ventrikel. Edema dimulai pada kaki dan tumit (edema dependen dan secara bertahap akan meningkat hingga ke bagian tungkai dan paha akhirnya ke genitalia eksterna dan tubuh bagian bawah). Pitting edema merupakan cara pemeriksaan edema di masa edema akan tetap cekung setelah penekanan ringan dengan ujung jari, dan akan jelas terlihat setelah terjadi retensi cairan minimal sebanyak 4,5 kg.  Mudah lelah, klien dengan gagal jantung akan cepat merasa lelah, hal ini terjadi akibat curah jantung yang berkurang yang dapat menghambat sirkulasi normal dan suplai oksigen ke jaringan dan menghambat pembungan sisa hasil katabolisme. Gejala-gejala ini dapat dipicu oleh ketidakseimbangan cairan dan elektrolit atau anoreksia.
  • 27. Gagal Jantung Kongestif Page 27 2.2. Diagnosa Keperawatan 1. Penurunan curah jantung b/d perubahan kontraktilitas miokardial atau perubahan inotropik, perubahan frekuensi, irama dan konduksi listrik. 2. Gangguan pertukaran gas b/d kongesti paru, hipertensi pulmonal, penurunan perifer yang mengakibatkan asidosis laktat dan penurunan curah jantung. 3. Kelebihan volume cairan b/d berkurangnya curah jantung, retensi cairan dan natrium oleh ginjal, hipoperfusi ke jaringan perifer dan hipertensi pulmonal. 4. Ansietas b/d penyakit kritis, takut kematian atau kecacatan, perubahan peran dalam lingkungan social atau ketidakmampuan yang permanen. 5. Intoleransi aktivitas b/d gaya hidup kurang gerak, keletihan, dan insufisiensi oksigenasi sekunder akibat penurunan curah jantung. 2.3. Intervensi Keperawatan 1. Dx : Penurunan curah jantung b/d Perubahan kontraktilitas miokardial/perubahan inotropik, Perubahan frekuensi, irama dan konduksi listrik. Ditandai dengan : Peningkatan frekuensi jantung (takikardia), distrimia perubahan gambaran pola EKG Perubahan tekanan darah (TD) (hipotensi/hipertensi) Bunyi jantug ekstra (S3,S4) tidak terdengar Penurunan output urine Nadi parifer tidak teraba, kulit dingin (kusam) Diaforesis, ortopnea, Krakles, distensi vena jugularis Pembesaran hepar, edema ekstremitas, dan nyeri dada.
  • 28. Gagal Jantung Kongestif Page 28 Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam di harapkan penurunan curah jantung dapat teratasidan tanda vital dalam batas yang dapat diterima (distrimia terkontrol atau hilang), dan bebas gejala gagal jantung (parameter hemodinamika dalam batas normal), output urine adekuat. Kriteria Hasil : Klien akan melaporkan penurunan episode dispnea Berperan dalam aktivitas yang dapat mengurangi beban kerja jantung, tekanan darah dalam batas nrmal (120/80 mmHg, nadi 80x/menit), tidak terjadi aritmia, deyut jantung dan irama jantung teratur, CRT kurang dari 3 detik, poduksi urine >30 mil/jam. Intervensi Rasional  Kaji dan lapor penurunan curah jantung  ejadian mortalitas dan morbiditas dengan MI yang lebih dari 24 jam pertama.  Catat bunyi jantung  S1 dan S2 mungkin lemah karena menurunnya kerja pompa, irama gallop umum (S3 dan S4) dihasilkan sebagai aliran darah yang mengalir mlalui serambi yang mengalami distensi. penurunan kontraktilitas ventrikel. Murmur dapat menunjukkan inkompetensi/stenosis mitral.  Auskultasi nadi apical : kaji frekuensi, iram jantung  Biasnya terjadi takikardi (meskipun pada saat istirahat) untuk mengkompensasi
  • 29. Gagal Jantung Kongestif Page 29  Pantau TD  Pada GJK dini, sedng atu kronis tekanan drah dapat meningkat. Pada HCF lanjut tubuh tidak mampu lagi mengkompensasi danhipotensi tidak dapat norml lagi.  Palpasi nadi perifer  Penurunan curah jantung dapat menunjukkan menurunnya nadi radial, popliteal, dorsalis, pedis dan posttibial. Nadi mungkin cepat hilang atau tidak teratur untuk dipalpasi dan pulse alternan.  Berikan oksigen tambahan dengan kanula nasal/masker dan obat sesuai indikasi (kolaborasi)  Meningkatkn sediaan oksigen untuk kebutuhan miokard untuk melawan efek hipoksia/iskemia. Banyak obat dapat digunakan untuk meningkatkan volume sekuncup, memperbaiki kontraktilitas dan menurunkan kongesti. 2. Dx : Gangguan pertukaran gas b/d kongesti paru, hipertensi pulmonal, penurunan perifer yang mengakibatkan asidosis laktat dan penurunan curah jantung. Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam di harapkan klien tidak mengalami gagguan pertukaran gas, ada keluhan sesak atau terdapat perubahan respon sesak napas. Kriteria Hasil :  Klien menyatakan penurunan sesak napas dan tidak ada penggunaan otot bantu napas  Analisa gas darah dan TTV dalam batas normal  Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak ada sianosis dan dyspneu (mampu mengeluarkan sputum, mampu bernafas dengan mudah, tidak ada pursed lips)
  • 30. Gagal Jantung Kongestif Page 30 Intervensi Rasional  Berikan tambahan oksigen 6 liter/menit  Untuk meningkatkan konsentrasi oksigen dalam proses pertukaran gas  Pantau saturasi (oksimetri), Ph, BE, HCO3 dengan analisa gas darah  Untuk mengetahui tingkat oksigenisasi pada jaringan sebagai dampak adekuat tidaknya proses pertukaran gas  Koreksi keseimbangan asam basa  Mencegah asedosis yang dapat memperberat fungsi pernafasan  Cegah atelektasis dengan melatih untuk batuk efektif dan napas dalam  Kongesti yang berat akan memperburuk proses pertukaran gas sehingga berdampak pada timbulnya hipoksia.  Ajarkan/anjurkan klien batuk efektif, nafas dalam.  Membersihkan jalan nafas dan memudahkan aliran oksigen  Dorong perubahan posisi.  Membantu mencegah atelektasis dan pneumonia.  Pantau bunyi nafas, catat krekles  Menyatakan adanya kongesti paru/pengumpulan secret menunjukkan kebutuhan untuk intervensi lanjut.  Kolaborasi :  RL 500 cc/24 jam  Digoxin 1-0-0  Meningkatkan kontraktilitas otot jantung sehingga dapat mengurangi timbulnya edema sehingga dapat mencegah gangguan pertukaran gas.  Furosemind 2-1-0  Membantu mencegah terjadinya retensi cairan dengan menghambat ADH
  • 31. Gagal Jantung Kongestif Page 31 3. Dx : Kelebihan volume cairan b/d berkurangnya curah jantung, retensi cairan dan natrium oleh ginjal, hipoperfusi ke jaringan perifer dan hipertensi pulmonal. Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam di harapkan volume cairan kembali stabil dengan keseibangan masukan dan pengeluaran. Kriteria Hasil : Terbebas dari edema, efusi, anaskara Bunyi nafas bersih, tidak ada dyspneu/ortopneu Memelihara tekanan vena sentral, tekanan kapiler paru, output jantung dan vital sign dalam batas normal Terbebas dari kelelahan, kecemasan atau kebingungan Intervensi Rasional  Pantau atau hitung keseimbangan pemasukan dan pengeluaran selama 24 jam  Terapi diuretic dapat disebabkan oleh kehilangan cairan tiba- tiba/berlebihan (hipovolemia) meskipun edema/asites masih ada.  Pantau TD dan CVP (bila ada)  Hipertensi dan peningkatan CVP menunjukkan kelebihan cairan dan dapat menunjukkan terjadinya peningkatan kongesti paru, gagal jantung.  Kaji bisisng usus. Catat keluhan anoreksia, mual, distensi abdomen dan konstipasi  Kongesti visceral (terjadi pada GJK lanjut) dapat mengganggu fungsi gaster/intestinal.
  • 32. Gagal Jantung Kongestif Page 32  Pemberian obat sesuai indikasi (kolaborasi)  Terapi farmakologis dapat diguanakan untuk meningkatkan volume sekuncup, memperbaiki kontaktilitas dan menurunkan kongesti.  Pemberian cairan IV, pembatasan jumlah total sesuaidengan indikasi, hindari cairan garam.  Karena adanya peningkatan tekanan ventrikel kiri, klien tidak dapat menoleransi peningkatan volume cairan (preload), klien juga mengeluarkan sedikit natrium yang menyebabkan retensi cairan dan meningkatkan kerja miokardium. 4. Dx : Ansietas b/d penyakit kritis, takut kematian atau kecacatan, perubahan peran dalam lingkungan social atau ketidakmampuan yang permanen. Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam di harapkan klien mampu mengatasi atau menghilangkan perasaan cemas atau ansietas. Kriteria Hasil : Klien mampu mengidentifikasi dan mengungkapkan gejala cemas Mengidentifikasi, mengungkapkan dan menunjukkan tehnik untuk mengontol cemas Vital sign dalam batas normal Postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa tubuh dan tingkat aktivitas menunjukkan berkurangnya kecemasan
  • 33. Gagal Jantung Kongestif Page 33 Intervensi Rasional  Kaji factor pemicu terjadinya kecemasan pada klien  Untuk mengetahui factor yang sering memicu terjadinya kecemasan.  Ukur TTV klien  Kecemasan dapat meningkatkan tekanan nadi dan frekuensi pernapasan klien.  Berikan lingkungan yang suportif  Linkungan yang suportif dan meberikan keyamanan pada pasien dapat menurunkan kecemasan pada pasien itu pula  Jelaskan dan berikan dukungan pada pasien agar tidak takut akan cemas  Agar pasien dapat memahami dampak dari kecemasan yang di alaminya dan dapat berpartisipasi mengurangi kecemasanya. 5. Dx : Intoleransi aktivitas b/d gaya hidup kurang gerak, keletihan, tirah baring lama atau immobilisasi, dan insufisiensi oksigenasi sekunder akibat penurunan curah jantung. Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam di harapkan klien dapat mentoleransi setiap aktivitas. Kriteria Hasil : Berpartisipasi dalam aktivitas fisik tanpa disertai peningkatan tekanan darah, nadi dan RR Mampu melakukan aktivitas sehari hari secara mandiri berpartisipasi pada aktifitas yang diinginkan, dapat memenuhi perawatan diri, menurunnya kelemahan dan kelelahan.
  • 34. Gagal Jantung Kongestif Page 34 Intervensi Rasional  Periksa tanda vital sebelum dan segera setelah aktivitas, khususnya bila klien menggunakan vasodilator, diuretic dan penyekat beta.  Hipotensi ortostatik dapat terjadi dengan aktivitas karena efek obat (vasodilasi), perpindahan cairan (diuretic) atau pengaruh fungsi jantung.  Catat respons kardiopulmonal terhadap aktivitas, catat takikardi, diritmia, dispnea berkeringat dan pucat.  Penurunan/ketidakmampuan miokardium untuk meningkatkan volume sekuncup selama aktivitas dapat menyebabkan peningkatan segera frekuensi jantung dan kebutuhan oksigen juga peningkatan kelelahan dan kelemahan.  Evaluasi peningkatan intoleran aktivitas.  Dapat menunjukkan peningkatan dekompensasi jantung daripada kelebihan aktivitas.  Implementasi program rehabilitasi jantung/aktivitas (kolaborasi)  Peningkatan bertahap pada aktivitas menghindari kerja jantung/konsumsi oksigen berlebihan. Penguatan dan perbaikan fungsi jantung dibawah stress, bila fungsi jantung tidak dapat membaik kembali
  • 35. Gagal Jantung Kongestif Page 35 2.4. Implementasi Implementasi adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang spesifik, tahap pelaksanaan dimulai setelah rencana tindakan disusun dan ditujukan pada nursing orders untuk membantu klien mencapai tujuan yang diharapkan. Oleh karena itu rencana tindakan yang spesifik dilaksanakan untuk memodifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi masalah kesehatan klien (Nursalam, 2001). Tindakan keperawatan dibedakan berdasarkan kewenangan dan tanggung jawab perawat secara professional sebagaimana terdapat dalam standar praktek keperawatan yaitu : 1. Independen Adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh perawat tanpa perintah dan petunjuk dari dokter, atau tenaga kesehatan lainya. 2. Interdependen Adalah tindakan keperawatan yang menjelaskan suatu kegiatan yang memerlukan kerja sama dengan tenaga kesehatan lainya, misalnya tenaga social, ahli gizi, fisioterapi dan dokter. 3. Dependen Tindakan dependen berhubungan dengan pelaksanaan rencana tindakan medis. Tindakan tersebut menandakan suatu cara dimana tindakan medis dilaksanakan. (Nursalam, 2001).
  • 36. Gagal Jantung Kongestif Page 36 2.5. Evaluasi 1. Klien akan melaporkan penurunan episode dispnea dan klien dapat berperan dalam aktivitas yang dapat mengurangi beban kerja jantung, selain itu TTD dalam batas normal. 2. Klien tidak mengalami gagguan pertukaran gas, ada keluhan sesak atau terdapat perubahan respon sesak napas.  Klien menyatakan penurunan sesak napas dan tidak ada penggunaan otot bantu napas  Analisa gas darah dan TTV dalam batas normal  Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak ada sianosis dan dyspneu (mampu mengeluarkan sputum, mampu bernafas dengan mudah, tidak ada pursed lips) 3. Volume cairan kembali stabil dengan keseibangan masukan dan pengeluaran.  Terbebas dari edema, efusi, anaskara  Bunyi nafas bersih, tidak ada dyspneu/ortopneu  Memelihara tekanan vena sentral, tekanan kapiler paru, output jantung dan vital sign dalam batas normal  Terbebas dari kelelahan, kecemasan atau kebingungan 4. klien dapat mengatasi dan menghilangkan perasaan cemas atau ansietas.  Klien mampu mengidentifikasi dan mengungkapkan gejala cemas, dan menunjukkan tehnik untuk mengontol cemas  Postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa tubuh dan tingkat aktivitas menunjukkan berkurangnya kecemasan 5. Klien dapat mentoleransi aktivitas sehari-hari.  Berpartisipasi dalam aktivitas fisik tanpa disertai peningkatan tekanan darah, nadi dan RR  Mampu melakukan aktivitas sehari hari secara mandiri
  • 37. Gagal Jantung Kongestif Page 37 BAB III PENUTUP 1. Kesimpulan Gagal jantung kongestif adalah ketidakmampuan jantung untuk memompa darah dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan jaringan terhadap oksigen dan nutrien. (Diane C. Baughman dan Jo Ann C. Hockley, 2000). Gagal jantung kongestif (CHF) adalah keadaan patofisiologis berupa kelainan fungsi jantung, sehingga jantung tidak mampu memompa darah untuk memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan atau kemampuannya hanya ada kalau disertai peninggian volume diastolik secara abnormal. Penamaan gagal jantung kongestif yang sering digunakan kalau terjadi gagal jantung sisi kiri dan sisi kanan (Mansjoer, 2001). Jadi, gagal jantung kongestif (CHF) adalah keadaan patofisiologis berupa kelainan fungsi jantung, sehingga jantung tidak mampu memompa darah dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolism jaringan. Gagal jantung ditangani dengan tindakan umum untuk mengurangi beban kerja jantung dan manipulasi selektif terhadap ketiga penentu utama dari fungsi miokardium, baik secara sendiri-sendiri maupun gabungan dari : beban awal, kontraktilitas dan beban akhir. Pembatasan aktivitas fisik yang ketat merupakan tindakan awal yang sederhan namun sangat tepat dalam pennganan gagal jantung. Tetapi harus diperhatikan jangan sampai memaksakan larangan yng tak perlu untuk menghindari kelemahan otot-otot rangka.
  • 38. Gagal Jantung Kongestif Page 38 2. Saran Kami yakin dalam penyusunan makalah dan askep (asuhan keperawatan) ini belum begitu sempurna karena kami dalam tahap belajar, maka dari itu kami berharap bagi kawan-kawan semua bias memberi saran dan usul serta kritikan yang baik dan membangun sehingga, makalah ini menjadi sederhana dan bermanfaat. Dan apabila ada kesalahan dan kejanggalan kami mohon maaf karena kami hanyalah memiliki ilmu dan kemampuan yang terbatas. Semoga askep ini dapat pula menambah wawasan bagi mahasiswa lain.
  • 39. Gagal Jantung Kongestif Page 39 DAFTAR PUSTAKA http://nandarnurse.blogspot.com/2013/03/10/asuhan-keperawatan- askep-gagal-jantung.html Nanda Nurse. 2013. Asuhan Keperawatan Askep Gagal Jantung. diakses at blogspot, 10 maret 2013 http://keperawatanners.wordpress.com/2012/09/21/askep-gagal- jantung-kongestif-chf/ Keperawatan Ners. 2013. Askep Gagal Jantung Kongestif. diakses at wordpress, 21 september 2012 http://thelostamasta.blogspot.com/2012/05/02/diagnosa- keperawatan-serta-aplikasi-noc.html Thelostamasta. 2013. Diagnosa Keperawatan Serta Aplikasi NOC. diakses at blogspot, 02 mei 2012 http://kumpulanaskep.com/blog/2011/06/12/asuhan-keperawatan- gagal-jantung-congestif-heart-failure-chf-dengan-nanda-noc-nic/ Kumpulan Askep. 2013. Asuhan Keperawatan Gagal Jantung Congestif Heart Failure Chf Dengan Nanda NOC NIC. diakses at blogspot, 12 juni 2011 Robbins, Kumar. 1995. Patologi II Edisi 4, EGC; Jakarta http://eprints.undip.ac.id/22675/1/Desta.pdf Wilkinson J.M, dan Ahern N.R. 2013. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 9, EGC ; Jakarta