2. Mata kuliah ini mengajarkan berbagai
konsep dasar dan teori-teori ilmu sosial
terutama yang terkait dengan perspektif
sosiologi, antropologi, politik, ekonomi,
psikologi sosial, hukum, administrasi
publik, dan pengembangannya (prospek)
SUBSTANSI PEMBELAJARAN
TEORI ILMU-ILMU SOSIAL
3. POKOK BAHASAN
1. Daftar Bacaan (Referensi)
2. Konsep dan Teori
3. Memahami Teori Ilmu-Ilmu Sosial
4. Awal Sejarah Perkembangan Teori Ilmu-
Ilmu Sosial
5. Dasar Pengamatan Ilmu-Ilmu Sosial
6. Permasalahan Sosial
7. Kategorisasi Teori Ilmu-Ilmu Sosial
4. 8. Sifat Hubungan Antar Teori Ilmu-Ilmu
Sosial
9. Persyaratan Studi Teori Ilmu-Ilmu Sosial
10.Perspektif Perkembangan Teori Ilmu-
Ilmu Sosial
11.Anatomi dan Jenis Teori Ilmu Sosial
12.Paradigma Ilmu Sosial
13.Peta Teori Ilmu-Ilmu Sosial
14.Pertanyaan Besar Teori Ilmu-Ilmu Sosial,
tbk
5.
6. Agger, Ben, 2007, Teori Sosial Kritis: Kritik,
Penerapan dan Implikasinya, Yogyakarta, Kreasi
Wacana.
Baert, Patrick, 1998, Social Theory in the Twentieth
Century, Cambridge, Polity Press.
Beilharz, Peter,2002, Teori-Teori Sosial: Observasi
Kritis terhadap Para Filosof Terkemuka,
Yogyakarta, Pustaka Pelajar
Campbell, Tom, 1994, Tujuh Teori Sosial, Sketsa,
Penilaian, Perbandingan, Yogyakarta, Kanisius.
Craib, Ian, 1986, Teori-Teori Sosial Modern: Dari
Parson Sampai Habermas, Jakarta, Rajawali.
Delanty, Gerard, 1999, Social Theory in a Changing
World, Conception of Modernity, Cambridge,
Polity Press.
Doyle, Paul Johnson, 1986, Teori Sosiologi Klasik
Dan Modern, (Robert MZ Lawang, penterjemah),
Jilid 1,2, Jakarta, Gramedia.
7. Effendi, Sofian, dkk, 1996, Membangun Martabat
Manusia: Peranan Ilmu-Ilmu Sosial Dalam
Pembangunan, Yogyakarta, Gadjah Mada University
Press.
Giddens, Anthony, 2009, Problematika Utama dalam
Teori Sosial, Yogyakarta, Pustaka Pelajar.
Hardiman, F.Budi,1993, Menuju Masyarakat
Komunikatif, Ilmu, Masyarakat, Politik dan
Postmodernisme menurut Jurgen Habermas,
Yogyakarta, Kanius.
Hoogvelt, Ankie MM, 1995, Sosiologi Masyarakat
Sedang Berkembang, (Alimandan, Penyadur),
Jakarta, Rajawali.
Jackson, Stevi dan Jackie Jones, 2009, Teori-Teori
Feminis Kontemporer, Yogyakarta, Jalasutra.
Jones, Pip, 2009, Pengantar Teori-Teori Sosial,
Jakarta, Yayasan Obor Indonesia
8. Kuhn, Thomas,S, 2000, The Structure of Scientific
Revolutions: Peran Paradigma Dalam Revolusi
Sains, Bandung, Remaja Rosda Karya .
Lechte, John, 2001, 50 Filsuf Kontemporer: Dari
Strukturalisme sampai Postmodernitas,
Yogyakarta, Kanisius.
Polanyi, Michael, 1996, Segi Tak Terungkap Ilmu
Pengetahuan, Jakarta, Gramedia Pustaka Utama .
Ritzer, George, 2002, Sosiologi Ilmu Pengetahuan
Berparadigma Ganda, (Alimandan:Penyadur),
Cetakan ketiga, Jakarta, Rajawali .
------------------,2003, Teori Sosial Post Modern,
Yogyakarta, Kreasi Wacana.
Salim, Agus, 2001, Teori dan Paradigma Penelitian
Sosial: Dari Denzin Guba dan Penerapannya,
Yogyakarta, Tiara Wacana.
9. Sanderson, Stephen.K, 2000, Makro Sosiologi:
Sebuah Pendekatan Terhadap Realitas Sosial,
Jakarta, RajaGrafindo Persada.
Sindhunata, 1983, Dilema Usaha Manusia Rasional,
Jakarta, Gramedia
Soedjatmoko, 1984, Dimensi Manusia dalam
Pembangunan, Jakarta, LP3ES
Supardan, Dadang, 2008, Pengantar Ilmu Sosial:
Sebuah Kajian Pendekatan Struktural, Jakarta,
Bumi Aksara.
Suryono, Agus,2004, Pengantar Teori Pembangunan,
Malang, Universitas Negeri Malang, UM Press.
------------,2006, Ekonomi Politik Pembangunan
dalam Perspektif Teori Ilmu Sosial, Malang, UM
Press.
10. Turner, Bryan, 2000, Teori-Teori Sosiologi:
Modernitas-Postmodernitas, Yogyakarta, Pustaka
Pelajar .
Veeger, KJ, 1990, Realita Sosial, Refleksi Filsafat
Sosial Atas Hubungan Individu Masyarakat Dalam
Cakrawala Sejarah Sosiologi, Jakarta,Gramedia
Pustaka Utama .
Wallace, Walter,L,1990, Metoda Logika Ilmu Sosial,
Jakarta, Bumi Aksara.
Waters, Malcolm, 1994, Modern Sociological Theory,
London-New Delhi, Sage Publications, Thousand
Oaks . tbk
11.
12. PENDAHULUAN
• BERTEORI SOSIAL DIAWALI DENGAN
KEMAMPUAN UNTUK MENGERTI DAN
MEMAHAMI KONSEP-KONSEP SOSIAL
• TEORI SOSIAL MERUPAKAN GABUNGAN
ATAU KUMPULAN DARI KONSEP-KONSEP
SOSIAL YANG TELAH DIUJI KEBENARANNYA
SECARA UMUM (OBYEKTIF, METODOLOGIS)
DAN MEMILIKI SIFAT GENERALISASI
• BELAJAR TEORI SOSIAL BERBEDA DENGAN
PRAKTEK TEORI SOSIAL (AKTUALISASI –
REAKTUALISASI)
14. APA ITU KONSEP ?
• MERUPAKAN GAMBARAN (WACANA)
ABSTRAK DARI FENOMENA ALAMI
DAN FENOMENA SOSIAL
• WACANA FENOMENA ALAMI,
MELAHIRKAN ALIRAN POSITIVISTIK –
NATURALISTIK (NATURAL LAW)
• WACANA FENOMENA SOSIAL,
MELAHIRKAN ALIRAN HUMANISTIK –
KULTURALISTIK (SOCIAL LAW)
15. KONSEP
• Fenomena alami, berkaitan dengan: posisi
dan lokasi wilayah/geografi, kondisi
sumberdaya alam, kondisi kependudukan
(SDM) – disebut Trigatra/Sikayamampu
16. • Fenomena sosial, berkait dengan:
peristiwa ideologi, peristiwa politik,
peristiwa ekonomi, peristiwa sosial,
peristiwa budaya, dan peristiwa
pertahanan dan keamanan masyarakat
(IPOLEKSOSBUDHANKAM)
• Ilmu sosial merupakan kajian-kajian yang
banyak berkaitan dengan fenomena-
fenomena sosial (konsep sosial) yang
disebut dengan aspek kemasyarakatan
(Pancagatra)
17. KONSEP-KONSEP DASAR DALAM
ILMU PENGETAHUAN SOSIAL :
1. Realita atau fenomena
sosial
2. Individu dan masyarakat
3. Interaksi sosial
4. Proses sosial
5. Kategori sosial
6. Kolektivitas sosial
7. Kelompok sosial
8. Posisi/kedudukan sosial
9. Peran sosial
10.Fungsi sosial
11.Status sosial
12.Struktur sosial
13.Kebudayaan
14.Lembaga/Pranata sosial
15.Stratifikasi sosial
16.Kekuasaan dan otoritas sosial
17.Integrasi/solidaritas sosial
18.Konflik sosial
19.Sikap dan perilaku sosial
20.Penyimpangan/Patologi sosial
21.Nilai dan norma sosial
22.Sosialisasi dan akulturasi
23.Sistem sosial
24.Organisasi sosial
25.Harmonisasi/Tertib sosial
18. FUNGSI KONSEP DALAM
TEORI SOSIAL
• Memberi pengertian dan pemahaman ttg
sesuatu (kognitif dan afektif atau
understanding)
• Memberikan penjelasan atau keterangan ttg
sesuatu (explanasi)
• Menilai suatu kondisi obyek sosial (evaluatif)
• Dapat memberitahu ttg sesuatu (informatif
dan komunikatif)
• Menghasilkan suatu istilah yang sifatnya
praktis dan sederhana (pragmatis)
19. TUJUAN KONSEP DALAM
TEORI SOSIAL
• Sebagai reduksi atau refleksi dari
peristiwa, realita, gejala atau fenomena
sosial yang berisikan data dan fakta-
fakta sosial
• Untuk merumuskan kesepakatan
(komitmen) definisi, pengertian, istilah,
kata-kata, kalimat atau label-label dari
fenomena sosial sebagai konsep-
konsep sosial
20. • Untuk merumuskan simbol-simbol,
kategorisasi, mitos, formula/dalil, dan
kode-kode (morse) sebagai hasil
konstruksi kelompok tertentu yang
sifatnya lebih halus daripada peristiwa
dan konsep-konsep sosial yang
dirumuskan sebelumnya
21. MANFAAT KONSEP
• Dengan konsep, manusia dapat
berkomunikasi dengan manusia lain dan
bahkan dengan machluk lain, karena
adanya kesamaan pemahaman (mutual
understanding) dan kesamaan
pemaknaan (mutual meaning)
22. KONSEP-KONSEP DASAR DALAM
ILMU SOSIAL :
1. Realita atau fenomena
sosial
2. Individu dan masyarakat
3. Interaksi sosial
4. Proses sosial
5. Kategori sosial
6. Kolektivitas sosial
7. Kelompok sosial
8. Posisi/kedudukan sosial
9. Peran sosial
10.Fungsi sosial
11.Status sosial
12.Struktur sosial
13.Kebudayaan
14.Lembaga/Pranata sosial
15.Stratifikasi sosial
16.Kekuasaan dan otoritas sosial
17.Integrasi/solidaritas sosial
18.Konflik sosial
19.Sikap dan perilaku sosial
20.Penyimpangan/Patologi sosial
21.Nilai dan norma sosial
22.Sosialisasi dan akulturasi
23.Sistem sosial
24.Organisasi sosial
25.Harmonisasi/Tertib sosial
26.Perubahan Sosial
23. PROSES KONSEP KE TEORI
Halus KODE
(Askripsi, Morse)
FORMULA
(dalil, rumus, stikma)
MITOS
(legenda, cerita)
SIMBOL (Bahasa)
KATAGORISASI (Teoritisasi)
Kasar KONSEP (Istilah)
PERISTIWA, FENOMENA
Sensing, Persepsi dan Interpretasi
Fakta dan Realita
25. Peristiwa/Fenomena/Realita/Gejala
Proses dan kemampuan Penginderaan (sensing)
Definisi konsep (sbg knowledge)
Pembentukan proposisi (postulat/aksioma dan teorem)
TEORI Non Uji Hipotesis
(kualitatif)
Uji Hipotesis (kuantitatif)
Variabel dan Indikator
Definisi operasional
Fokus
32. TEORI-TEORI ILMU SOSIAL
TEORI ILMU
POLITIK/ADM
(KHUSUS)
TEORI ILMU
EKONOMI
(KHUSUS)
TEORI
SOSIOLOGI
(KHUSUS)
Teori A - Z
Teori A - Z
Teori A - Z
33. TEORI
• Serangkaian asumsi, konsep, konstrak, definisi
dan proposisi untuk menerangkan suatu
fenomena sosial dan alami secara sistematis
dengan cara merumuskan hubungan antar
konsep
• Gabungan dari konsep-konsep yang telah diuji
kebenarannya secara sistematis dan
metodologis sehingga memiliki sifat obyektif
(generalisasi) sebagai kesepakatan dunia
akademis
34. • Teori adalah alat untuk memahami kenyataan
atau realitas sosial
• Teori sebagai alat untuk menyatakan
hubungan sistematik antara fenomena atau
gejala yang hendak diteliti
• Teori selalu lahir dari kenyataan dan selalu
diuji pula di dalam kenyataan
• Teori merupakan hasil kesepakatan
masyarakat akademis sebagai perspektif etik
(agenda akademis)
35. • Teori memberikan pola bagi interpretasi
data
• Teori menghubungkan satu studi
dengan studi lainnya
• Teori menyajikan kerangka sehingga
konsep dan variabel memiliki arti dan
makna penting
• Teori memungkinkan interpretasi
makna yang lebih besar (siap pakai)
daripada hasil temuan yang diperoleh
dari penelitian (kegunaan laten/hidden)
36. PERSOALAN POKOK
TEORI SOSIAL
• Adalah bagaimana memandang dan
memahami kenyataan kehidupan sosial
sebagai realita yang harus dihadapi
secara bijaksana (wisdom) dan bebas nilai
(values free/ neutral/ non- etic)
37. TUJUAN TEORI SOSIAL
• Untuk memberikan pengertian dan
pemahaman (understanding) terhadap
realita/fenomena sosial
• Untuk memberikan penjelasan (explanation)
terhadap realita/fenomena sosial
• Untuk kepentingan prediksi atau peramalan
(forcasting) terhadap fenomena-2 sosial
• Sebagai kritik dan pengawasan (control)
terhadap perkembangan konsep dan teori-
teori sosial
• Melatih kepekaan dan tanggungjawab sosial
(sensitivity and responsebelity)
38. MANFAAT TEORI SOSIAL
• Sebagai alat (instrument) dalam menjelaskan
realita/fenomena sosial
• Sebagai alat analisis (tools of analysis)
terhadap fenomena sosial yang diamati
• Sebagai sarana atau upaya peneliti untuk
melakukan konstruksi, rekonstruksi atau
dekonstruksi teori terhadap realita/
fenomena sosial yang diamati dengan
persyaratan: relevan (cocok, layak),
aplikabel/manajebel (dapat dilaksanakan),
replikan (dapat di daur ulang), dan
konsisten (runtut dan sistematik)
39. INTENSITAS TEORI SOSIAL
• Jika situasi dan kondisi dalam keadaan
normal (stabil), maka wacana teori
memiliki intensitas rendah, tetapi
aplikasinya tinggi
• Jika situasi dan kondisi dalam keadaan
tidak normal (labil), maka wacana teori
memiliki intensitas tinggi, tapi aplikasinya
rendah bahkan tertolak
40. STRUKTUR TEORI SOSIAL
GRAND THEORY
(Analisis Menyeluruh)
MIDDLE RANGE THEORY/
MESO THEORY (Analisis Sebagian)
CASE/SUBSTANTIVE/
IDEOGRAFIS THEORY
(Analisis Kasus/Isu dari Fakta Empiris)
I
II
III
41. PAHAM TEORI SOSIAL DALAM PRAKTEK
TEORI
IDEALISME
PRAGMATISME
UTOPIANISME
42. METODOLOGI
TEORI ILMU-ILMU SOSIAL
• HEURISTIK = Menghimpun jejak-jejak dan
dokumen sejarah perkembangan teori sosial
• VERIFIKASI = Menguji kebenaran dari data dan
informasi (referensi) tentang perkembangan
konsep dan teori-teori sosial
• INTERPRETASI = Melakukan penafsiran suatu
peristiwa / pandangan realistis empiris dari
sejarah perkembangan teori sosial
43. METODE KRITIK TEORI
• Kejelasan
• Konsistensi
• Kecukupan Empiris
• Kecukupan Eksplanatoris
• Rasionalitas Normatif
44.
45. Buku Muqaddimah (Lajnah al-Bayan al-Arabi) =
Membahas pengaruh letak geografis (letak bumi)
terhadap gejala, perilaku dan aktivitas masyarakat
IBNU KHALDUN
(ABDURRACHMAN ABU ZAID WALIUDDIN BIN KHALDUN)
(1332 – 1350 M)
46. • IL PRINCIPE (Politik Kekuasaan, 1513) atau RES PUBLICA
(Kekuasaan Rakyat) dan DISCORSI (Politik Kerakyatan, 1519)
• THE AIM JUSTIFY THE WAY (Tujuan menghalalkan cara)
• JADILAH SEKUAT SINGA, SEKALIGUS SELICIK RUBAH
(1469 – 1559)
47. SEKULARISME
(Nichollo Machiavelli)
• Sekularisme adalah ide dasar yang
mengesampingkan peran agama dari
pengaturan kehidupan (dunia)
• Sekularisme menuntun manusia untuk
menempatkan agama hanya pada ranah
individu dan wilayah spiritual (moral, teologi)
• Sekularisme mengharamkan agama ikut andil
dalam mengatur kehidupan
• Sekularisme mengajarkan bahwa manusia
bebas mengatur hidupnya sendiri tanpa campur
tangan Tuhan/ Allah
49. HUKUM TIGA TAHAP
(Law of Three Stages)
Bahwa sejarah umat manusia, baik secara
individual maupun secara kolektif, berkembang
menurut tiga tahap, yaitu:
1. Tahap teologi atau fiktif (Mitologi)
2. Tahap metafisik atau abstrak (Ideologi)
3. Tahap positif atau ilmiah atau riel (Ilmu) *)
*)Tahap positif atau filsafat positivisme = sebagai
sesuatu yang nyata, pasti, jelas, bermanfaat, serta lawan
dari sesuatu yang negatif
50. REAKSI TERHADAP FILSAFAT
POSITIVISME (ABAD KE 20)
1. Ketidakpuasan terhadap dominasi
positivisme, terutama terhadap
latarbelakangnya yang naturalistik dan
deterministik. Naturalisme dan
determinisme inilah yang dimasa lalu
telah mendorong berkembangnya
metafisika yang materialistik (kuantitatif),
dengan implikasinya yang luas dalam
segi kehidupan umat manusia
51. 2. Reaksi terhadap kenyataan semangat
kemajuan (progress) yang terjadi pada abad
ke 20 sebagai akibat dari pengaruh pemikiran-
pemikiran historis yang kuat, tetapi sekaligus
juga membuktikan adanya ketidak
sinambungan (diskontinyuitas) di dalam
perkembangan itu sendiri
3. Timbulnya reaksi terhadap pengertian istilah
PERKEMBANGAN (linear Vs kontinuum) yang
menjadi mitos masyarakat secara umum.
Selanjutnya, melahirkan upaya untuk
memperhatikan struktur dari fenomena yang
sebenarnya, atau secara lebih formal terhadap
bentuk-bentuk logis yang lebih realistik
55. DASAR PENGAMATAN
ILMU-ILMU SOSIAL
• INTUISI
• AGAMA
• RASIONAL
• EMPIRIS
Aliran Positivistik – Naturalistik
(Auguste Comte)
Aliran Humanistik – Kulturalistik
(Ibnu Khaldun, Ibnu Roos, Ibnu Tamia)
Non- Empiris
56. SUMBER PENGAMATAN DAN
PENELITIAN ILMU PENGETAHUAN
• INTUISI
• AGAMA
• RASIONAL
• EMPIRIS
Aliran Positivistik - Naturalistik
Aliran Humanistik - Kulturalistik
Non-Empiris Non-Mainstream
Mainstream
•DEDUKTIF
•INDUKTIF
57. Dunia Empiris/ Empirical World:
Dunia manusia di mana bisa
dilakukan pengamatan, baik
dengan indera atau peralatan
yang dibuat manusia (The worlds
susceptible to observation)
58. Sains berkembang oleh:
Proses pengamatan manusia
secara sistematis & terus-
menerus akan sesuatu yang
dialami atau disaksikan dlm
kehidupannya.
59. Sains mengandung 2 hal pokok:
1. Istilah khas (konsep, jargon) yang
digunakan sains
2. Kaidah-kaidah (teori, rumus) yang
ditemukan oleh penelitian
60. Pengembangan sains umumnya
melalui proses kajian yang unsurnya
sbb :
Diamati fakta
fakta baru
disusun teori
sesuai hasil
dg jargonnya
ditemukan adanya bukti
benar-tidaknya kaitan
antar fakta2 tersebut
diperkirakan
kaitannya (hipotesis)
dilakukan pengujian secara
sadar-terencana untuk menguji
hipotesis.
Dikomunikasikan
di masyarakat
secara luas
Fakta/fenomena
ditemukan
61. Perkembangan sains ditentukan oleh
Obyek yang diteliti
Ada 3 kelompok obyek sains:
- Benda mati
- Makhluk Hidup (sel, virus, atom)
- Individu dan Kelompok Masyarakat
62. Jika Obyeknya Benda mati:
- Mudah ditemukan kaidahnya
- Sains di bidang ini, a.l.
Fisika, Kimia, Geologi,
Astronomi amat cepat majunya.
63. Jika Obyek Makhluk Hidup:
- Relatif lebih sulit ditemukan
kaidahnya dibanding dengan
jika obyeknya benda mati.
- Perkembangan misalnya:
biologi, zoologi, dan
kedokteran relatif lebih lambat
dibanding dengan fisika-kimia
64. Jika Obyeknya Individu &
Masyarakat :
- Paling sulit menentukan kaidah-
kaidah empiriknya
- Perkembangan ilmu sosial seperti:
ekonomi, hukum, politik, dan
sosiologi relatif lambat
- Sains sosial kadang disebut
berkembang pesat tapi kaidahnya
relatif kurang keakuratannya
(uncertainties).
65. Dunia Barat (Eropa, Amerika) amat
maju dalam sains-teknologi
karena 3 hal:
- Kerja manusianya yg
profesional Vs Amatiran
- Memegang kunci teknologi
- Dana & peralatan penelitiannya
tercukupi
68. MASALAH SOSIAL
• Sesuatu yang menimbulkan pertanyaan
5 W + 1 H (what, why, who, where,
when, how)
• Sesuatu yang mengandung keragu-
raguan dan ketidak pastian dalam
kehidupan masyarakat (anomie)
• Suatu kesenjangan (gap) antara sesuatu
yang seharusnya (das sollen, teori)
dengan sesuatu yang senyatanya (das
sein, empiris)
69. • Adanya kesenjangan (gap) antara teori
sosial dan praktek teori sosial
• Adanya sesuatu yang dianggap masih
kurang (dis-distribution)
• Adanya ketidakseimbangan (dis-
equity/dis-balance)
• Adanya sesuatu yang dianggap tidak
cocok/tidak relevan (defesiensi)
• Sesuatu yang tidak layak (veasible),
dianggap layak dan dipakai terus
70. • Masalah sosial ada yang bisa
terpecahkan dan ada pula yang tidak bisa
terpecahkan (social connatus)
• Dalam penelitian sosial, permasalahan
sosial (social problems) dapat dirumuskan
secara teoritis, empiris, dan normatif
71. MASALAH SOSIAL (UMUM)
• Kemiskinan
• Keadilan Sosial
• Pemerataan
• Penataan Kelembagaan
• Demokrasi
• Hak Azasi Manusia
• Supremasi dan Penegakan Hukum
• Lingkungan Hidup
• Ketidak percayaan Sosial (social distrust) dan
Kebohongan Publik (public lie)
72. • Penyalahgunaan Obat Terlarang
(psikotropika)
• Persamaan gender (egalitarian)
• Kebebasan (the freedom)
• Pemberdayaan SDM (empowerment)
• Terorisme dan Separatisme
• Aborsi dan Prostitusi
• Pornografi dan Pornoaksi
• Konflik Peradaban (civilization conflict)
• Kebebasan Informasi Publik (KIP)
73. 1. Tingginya jumlah pengangguran
2. Kesenjangan pembangunan
3. Rendahnya kualitas SDM ((Pendidikan)
4. Menurunnya kualitas SDA
5. Rendahnya penegakan hukum dan keadilan
6. Rendahnya kualitas pelayanan kepada publik
7. Belum optimalnya fungsi kelembagaan
8. Ancaman separatisme dan terorisme
9. Tingginya tingkat kejahatan/kriminalitas/korupsi
(konvensional, transnasional)
10. Rendahnya kemampuan Hankam
11. Kekerasan atas nama agama
MASALAH SOSIAL (KHUSUS)
75. PERAN ILMU SOSIAL DALAM PEMECAHAN
MASALAH SOSIAL
MEMBANTU MEMPERJELAS
MASALAH YANG DIHADAPI
MENGUMPULKAN DATA
DAN FAKTA
MENGANALISA DAN
MENAFSIRKAN DATA
MENGAJUKAN
REKOMENDASI
PEMECAHAN MASALAH
MEMPELAJARI HALANGAN
YANG MUNGKIN TERJADI
MEMBERIKAN PENJELASAN
DAN MENDORONG
KEGIATAN
MENANGGULANGI MASALAH
SARAN-SARAN
Proses dimulai lagi
76.
77. ILMU PENGETAHUAN
(SCIENTIFIC)
PURE SCIENCE/TEORI APPLIED SCIENCE/PRAKTEK
NOMOTETIS:
•Memperhatikan
bendanya dlm sifat
keabstrakannya
•Ingin tahu hakekat
bendanya
•Memperhatikan
hal-hal yang
bersifat umum
•Sosiologi
IDIOGRAFIS :
•Memperhatikan
bendanya dalam
sifatnya yg konkrit,
nyata (benar-benar
terjadi dlm ruang
dan waktu tertentu)
•Memperhatikan hal-
hal yang khusus
•Sosiografi
EKOLOGIS :
•Bagaimana seseorang harus
berbuat untuk menyesuaikan
diri dari salah satu citanya
(etika, hukum)
•Bagaimana seseorang harus
berbuat untuk mencapai
suatu hasil
•Ilmu kedokteran, pertanian
79. KATEGORI ILMU-ILMU SOSIAL
(Dadang Supardan, 2008)
1. Sosiologi
2. Antropologi
3. Ilmu Geografi
4. Ilmu Sejarah
5. Ilmu Ekonomi
6. Psikologi
7. Ilmu Politik
8. Ilmu Administrasi (Dikti, 2010)
9. Ilmu Hukum (?)
Masuk
Ilmu Politik
80. FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI
1. JURUSAN ILMU ADMINISTRASI
NEGARA/PUBLIK (Public
Administration): Program Studi Ilmu
Administrasi Negara/Publik
2. JURUSAN ILMU ADMINISTRASI
NIAGA/ BISNIS (Business
Administration): Program Studi Ilmu
Administrasi Niaga/ Bisnis
81. PROGRAM STUDI ILMU
ADMINISTRASI NEGARA/PUBLIK
• Kebijakan Publik (S1,S2)
• Administrasi Pembangunan (S1)
• Administrasi Pemerintahan Daerah (S1)
• Perencanaan Pembangunan (?)
• Administrasi Pendidikan (?)
• Manajemen Publik (S2)
• Keuangan Daerah (S2)
• Perencanaan Pembangunan Daerah (S2)
• Pemberdayaan Masyarakat (S2)
82. PROGRAM STUDI ILMU
ADMINISTRASI NIAGA/BISNIS
• Manajemen Keuangan (S1)
• Manajemen Pemasaran (S1)
• Manajemen Sumber Daya Manusia (S1)
• Manajemen Sistem Informasi (S1)
• Bisnis Internasional (?)
• Administrasi Perpajakan (?)
• Kebijakan Bisnis (S2)
• Pengembangan Sumber Daya Manusia (S2)
• Pengembangan Sistem Informasi (S2)
• Pengembangan Organisasi dan
Kepemimpinan (S2)
83. PERSPEKTIF TEORI-TEORI
ADMINISTRASI PUBLIK (KONTEMPORER)
1.Desentralisasi Fiskal & Kebijakan Publik
2.Desentralisasi Sumber daya Alam dan
Kebijakan Publik
3.Ekologi Administrasi Lokal dan Otonomi Daerah
4.Environtmental Administration (termasuk
Kebijakan Publik untuk Pencegahan &
Penanggulangan Bencana)
5.Etika Administrasi Publik/Etika Birokrasi/Korupsi
Birokrasi
6.Gender dan Administrasi Publik
7.Globalisasi dan Peran Administrasi Publik
84. 8. Hermeunetika Pembangunan
9. Hubungan Masyarakat, Negara dan
Administrasi Publik
10. Kelaparan/kemiskinan, Negara dan
Administrasi Publik
11. Kemerosotan/diskresi Sektor Publik dan Peran
Administrator Publik
12. Kepemimpinan Sektor Publik dan Proses
Demokratisasi
13. Konflik Sosial dan Peran Administrasi Publik
14. Konflik Sosio-politik dan Peran Pemerintah
Lokal
85. 15.Konteks Politik dan Demokrasi Administrasi
Publik
16.Pelayanan Publik dan Hak-hak Sipil
17.Pelayanan Publik Sibernetik
18.Pemerintahan Sibernetika
19.Perubahan Sosial dan Budaya Administrasi
(Administrative Culture)
20.Problematika Anggaran Pembangunan Sebagai
Masalah Politik & Administrasi Publik
86. 21. Problematika Privatisasi Sektor Publik
22. Problematika Relasi Negara, Masyarakat Sipil
dan Pasar (good governance)
23. Proses Anggaran dan Administrasi Publik
24. Sinergi Problematika Hukum Administrasi
Publik/Kebijakan Publik/Kebijakan
Pembangunan
25. Media dan Administrasi Publik
26. Terorisme & Administrasi Publik
27. Problematika Pengambilan Keputusan di
Sektor Publik, tbk
87. KATEGORISASI TEORI SOSIAL
(William L.Morrow, Stephen P.Robbin, Stephen K.Bailey, 1986)
1. Teori Diskriptif
2. Teori Pre-skriptif
3. Teori Normatif
4. Teori Asumtif
5. Teori Instrumental
88. 6. Teori Hubungan Manusia (Human
Relation)
7. Teori Pengambilan Keputusan (decesion
making)
8. Teori Perilaku (Behavior)
9. Teori Sistem (Integral Comprehensive)
10.Teori Kontingensi (Mixed Theory), dan
11.Teori Diskriptif - Eksplanatori
89. KETERANGAN
1.Teori diskriptif menggambarkan apa-apa
yang nyata-nyata terjadi dilapangan
(memotret apa adanya)
2.Teori pre-skriptif menggambarkan
perubahan-perubahan untuk melakukan
pembaharuan, koreksi dan perbaikan
suatu proses teori dan fenomena tertentu
3.Teori normatif pada dasarnya
mempersoalkan peranan suatu
kebijaksanaan/ perundang-undangan/
peraturan tertentu.
90. 4. Teori asumtif lebih memusatkan
perhatian pada usaha-usaha untuk
memperbaiki suatu praktek dengan
memahami hakekat suatu fenomena yang
terjadi dalam lingkungannya
5. Teori instrumental bermaksud untuk
melakukan konseptualisasi mengenai
cara-cara memperbaiki suatu teknis
sehingga dapat dibuat sebagai sasaran
yang lebih realistik (tools of analysis)
91. 6. Teori hubungan manusia (human relation
theory) menitik beratkan bahwa norma-norma
sosial merupakan faktor kunci dalam
menentukan sikap, perilaku dan tindakan
seseorang terutama dalam lingkungan kerja
7. Teori pengambilan keputusan (decesion
making theory) lebih mengkonsentrasikan diri
pada analisa proses pengambilan keputusan,
apakah mempergunakan model statistik, model
optimasi, model informasi, model simulasi,
model liniar programming, model critical path
scheduling, model inventory, model site location,
ataukah model resources allocation, dan
sebagainya (catatan : pada beberapa fakultas
dan program training sudah merupakan mata
pelajaran tersendiri).
92. 8. Teori perilaku (behavior theory)
orientasi yang dikembangkan adalah
efesiensi dan sasaran dengan cara
mengintegrasikan komponen-komponen
anggota organisasi, struktur dan
prosesnya. Dengan kata lain teori perilaku
lebih memahami pentingnya aspek dan
faktor manusia sebagai alat utama untuk
mencapai tujuan organisasi ( catatan :
teori perilaku ini juga sudah merupakan
mata kuliah tersendiri sebagai mata kuliah
perilaku organisasi)
93. 9. Teori sistem merupakan suatu cara
pendekatan yang memandang bahwa
setiap fenomena mempunyai berbagai
komponen yang saling berinteraksi satu
sama lain agar dapat bertahan hidup
(survival). Dalam sistem memiliki
beberapa unsur sistem antara lain : unsur
lingkungan, unsur masukan (input), unsur
pengelola (konversi/throught put), unsur
keluaran (out put/product), unsur efek
atau unsur akibat (consequences), dan
unsur umpan balik (feed back)
94. 10. Teori kontingensi sebagai
perkembangan dari teori sistem yang
dipersamakan dengan pendekatan
situasional yang mengakui adanya
dinamika dan kompleksitas antar
hubungan (interaksi sosial)
11. Teori deskriptif eksplanatori
menjelaskan keaneka ragaman isi yang
terkandung dalam fenomena lingkungan
nyata (cenderung ke metode content
analysis, discourse analysis, framing
analysis).
95.
96. PERBEDAAN ANTAR TEORI
ILMU-ILMU SOSIAL
• Terletak pada dimensi atau sudut pandang yang
digunakannya dalam memahami, menelaah dan
mencermati masyarakat itu secara khusus, misal:
1. Ilmu Ekonomi mencoba memahami kehidupan
individu dan masyarakat dalam usahanya memenuhi
kebutuhannya, yaitu usaha manusia dalam
memproduksi, mendistribusikan dan mengkonsumsi
barang dan jasa yang terbatas dalam masyarakat
2. Ilmu Politik memahami tentang hak dan wewenang,
kekuasaan, proses pembuatan keputusan dalam
masyarakat serta konflik yang terjadi akibat distribusi
dan alokasi kekuasaan dalam masyarakat
3. Sosiologi memahami tentang struktur sosial,
mobilitas sosial, modernisasi, dsb.
97. SIFAT HUBUNGAN ANTAR
TEORI ILMU-ILMU SOSIAL
• Ketiga ilmu tersebut sama-sama
membicarakan dan menelaah objek yang
sama yakni tingkahlaku manusia dalam
masyarakat, baik sebagai individu
maupun sebagai kelompok masyarakat
serta berbagai gejala-gejala sosial yang
ditimbulkannya akibat dari interaksi, status
dan peran mereka dalam masyarakat
98. • Walaupun membicarakan objek yang
sama, namun munculnya ketiga disiplin
ilmu tersebut didasarkan pada sudut
pandang (point view) yang berbeda
tentang tingkah laku manusia dengan
berbagai gejala-gejala sosial yang
ditimbulkannya
• Apabila ditelaah lebih mendalam,
sesungguhnya gejala yang muncul
kepermukaan didasarkan pada
“kepentingan” atau alasan yang saling
berkaitan dan saling membutuhkan satu
sama lainnya (multidisiplin & interdisiplin)
99. SIFAT HUBUNGAN ANTAR
ILMU-ILMU SOSIAL
• Monodisipliner Teori Klasik
• Multidisipliner
• Interdisipliner Teori Modern
• Transdisipliner
• Supradisipliner Teori Post-Modern
102. III. PENDEKATAN INTERDISIPLINER
KESIMPULAN KOMPREHENSIF Team Work
(Tim Ahli)
Masalah
Rencana Pendekatan Bersama
Pendekatan
Ekonomi
Pendekatan
Politik
Pendekatan
Sosiologi
Ilmu Ekonomi Ilmu Politik Sosiologi
103. IV. PENDEKATAN TRANS-DISIPLINER
• Menghilangkan ethnocentrisme atau fanatisme
teori
• Memiliki rasa skeptis (rendah hati) terhadap
ilmunya sendiri dengan mencari bantuan disiplin
lain yang dianggap lebih mampu melengkapi
dan menyempurnakan ekspedisi (kajian)
ilmiahnya dalam memecahkan persoalan publik
yang dihadapi
• Contoh: Ekonomi Pancasila/Ekonomi
Kerakyatan(Alm.Mubyarto)
104. V. PENDEKATAN SUPRA DISIPLINER
• Pendekatan ilmu-ilmu sosial (contoh:
ilmu ekonomi politik) yang melampaui
batas-batas disiplin berkait dengan
masalah visi (konsep dan teori), presisi
(metodologi), maupun substansi kajian
(studi kasus/fenomena) yang kompleks
• Tergolong Contemporary Theory (teori
kontemporer)
• Menggunakan gabungan banyak/
beberapa metode (multhymethode)
105.
106. SYARAT STUDI
TEORI ILMU-ILMU SOSIAL
• Empirik (hasil pengamatan dan penalaran yang
rasional dari realita sosial)
• Teoritik (adanya kalimat ilmiah yang
menggambarkan hubungan sebab akibat/
kausal antar variabel/indikator-komponen/fokus)
• Kumulatif (dibentuk, disusun berdasarkan teori,
ditambah, diperluas, disempurnakan dan dikritik)
• Non-etik (tidak ada maksud menanyakan
apakah sesuatu itu baik atau buruk)
107. KARAKTERISTIK TEORI
ILMU-ILMU SOSIAL
(Babbie, 1973)
• Logik
• Deterministik
• Umum
• Hemat
• Spesifik
• Dapat dibuktikan secara empirik
• Antar subyek (replikasi)
• Terbuka bagi adanya perubahan
108. PENDEKATAN
TEORI ILMU-ILMU SOSIAL
PENDEKATAN INTERPRETATIF :
• Manusia sebagai subyek interpretatif dalam
pembentukan dunia (konsep) sosial dengan
melalui proses empathi
• Pendekatan ini cenderung statusquo, karena
mengabaikan rekonsiliasi antara tindakan
manusia dengan kenyataan sosial
PENDEKATAN POSITIVISTIK :
• Manusia sebagai obyek perspektif hukum kausal
• Dunia (konsep) sosial terbentuk melalui hukum-
hukum sosial yang memiliki kekuatan sendiri
dan bekerja dengan caranya sendiri terlepas
dari kehendak manusia
109. PENDEKATAN KRITIS :
• Menawarkan perubahan yang bersifat
partisipatoris
• Seluruh anggota masyarakat terlibat secara aktif
untuk menentukan siapa mereka, apa yang
mereka inginkan, dan bagaimana memenuhi
keinginanya, dan bukan elit manusia yang
menentukan arah tindakan manusia
• Teori dialektika Hegel: these + antithese =
synthese; teks + konteks = aktualisasi
110. RUANG LINGKUP
TEORI ILMU-ILMU SOSIAL
• Teori Ilmu Sosial pada hakikatnya
berbicara tentang objek yang sama yaitu
masyarakat (kumpulan individu yang
bertempat tinggal pada suatu wilayah,
dalam waktu yang relatif lama dan terus
menerus)
• Kumpulan individu ini mempunyai
karakteristik tersendiri yang dapat
dibedakan dengan kumpulan individu dan
masyarakat yang lain
111. 1. Mengkaji, memahami, meneliti, dan
menemukan makna tentang: Persamaan dan
perbedaan antara satu masyarakat dengan
masyarakat yang lainnya
2. Interaksi dalam masyarakat, yakni: interaksi
individu dengan individu, individu dengan
kelompok, individu dengan organisasi,
kelompok dengan kelompok, kelompok
dengan organisasi, dan organisasi dengan
organisasi lain
3. Pikiran, gagasan (ide), dan lembaga-lembaga
sosial dalam masyarakat
FOKUS TEORI ILMU-ILMU SOSIAL
112. 4. Sistem dan Struktur sosial yang muncul
sebagai akibat dari perbedaan nilai dan
norma, serta pemilikan atas barang-barang
dan jasa yang dianggap bernilai
5. Kerjasama, persaingan, konflik dan kompromi
yang timbul sebagai akibat dari usaha-usaha
memperebutkan nilai-nilai yang dianggap
bermanfaat dan menguntungkan
6. Perubahan sosial: baik dalam artian
perubahan pikiran, gagasan, struktur sosial
maupun perubahan dalam kelembagaan
sosial secara keseluruhan
113. JENIS TEORI ILMU-ILMU SOSIAL
• BERCORAK LIBERAL (BEBAS NILAI):
dikarenakan ia tidak berusaha mempromosikan
suatu cita-cita sosial, nilai-nilai kebajikan
tertentu, dan bersifat netral (taken for granted)
• BERCORAK PERFEKSIONIS (TERIKAT NILAI):
berusaha mencari wahana dari cita-cita
mengenai kebajikan, bersifat partisipan,
memperhatikan dan menghargai nilai-nilai objek
yang diamati bahkan menjadikannya sebagai
subjek/aktor (Contoh: teori Marxisme yang
mencita-citakan masyarakat tanpa kelas, dan
teori feminisme yang mencita-citakan
masyarakat tanpa eksploitasi seksual)
115. ILMU PENGETAHUAN SOSIAL BISA
BERKEMBANG DENGAN BAIK
JIKA PROFESIONALISME MENJADI
PROSES DAN TUJUANNYA DAN
TIDAK TEROBSESI OLEH MARKET
ORIENTED DAN POLITISASI
116. TIGA PERSPEKTIF TEORI SOSIAL
(Ignas Kleden, 1987)
• Teori Struktural Fungsional
(Konstruksionisme, Social Redudency)
• Teori Struktural – Historis (Struktural
Equilibrium)
• Teori Struktural- A Historis (Struktural
Konflik)
117. TEORI STRUKTURAL FUNGSIONAL
(KONSTRUKSIONISME)
• Teori ini menjelaskan tingkah laku
manusia berdasarkan suatu sistem sosial
yang terbentuk oleh jaringan hubungan
berbagai fungsi yang ada dalam suatu
masyarakat, yaitu fungsi-fungsi seperti :
peran, status, pendapatan, pekerjaan dll.
Hubungan antara fungsi-fungsi sosial
tersebut dianggap sama dengan
hubungan antara fungsi-fungsi biologis
dalam suatu organisme (Talcott Parson).
118. TEORI STRUKTURAL HISTORIS
• Dimana tingkah laku manusia seakan-
akan ditentukan hanya oleh pranata
ekonomi dengan tekanan khusus, padahal
kenyataannya bahwa tingkah laku
manusia berhubungan langsung dengan
hubungan produksi yang melibatkannya
(Max Weber= Legal Formal, Ekonomi,
Tradisi, Emosi/Afeksi --- Action)
119. • Dengan demikian orang-orang yang
mempunyai akses terhadap faktor-faktor
produksi akan mempunyai bentuk tingkah
laku yang berbeda dari mereka yang tidak
memiliki akses tersebut (Hegel = Ide
---Action ---Sejarah)
• Relasi produksi tersebut menimbulkan
klas-klas sosial dalam masyarakat, dan
tingkah laku sosial sebetulnya tidak lebih
dari masalah yang muncul dari
pertarungan antar klas (Karl Marx =
Materi --- Action----Sejarah)
120. TEORI STRUKTURAL A-HISTORIS
• Teori ini beranggapan bahwa tingkah laku
manusia ditentukan oleh beberapa
struktur apriori yang asal-usulnya tidak
dapat dijelaskan oleh perkembangan
sejarah, bahkan sebaliknya sejarah
dibentuk oleh watak struktur-struktur
tersebut (Levi Strauss).
121. PENGEMBANGAN TEORI SOSIAL
ABAD XIX DAN ABAD XX
ABAD XIX ABAD XX
• Teori klasik & modern
• Data empirik
• Generalis-Praktisi
• Proses teoritisasi
• Uni Linear
• A – Historis
• Definisi tidak jelas
• Sebagai alat analisis (mean)
• Untuk tujuan praktis dan
memecahkan masalah
(problem solving)
• Teori kontemporer
• Konsep – Teoritik
• Teoritisi – Profesional
• Kepentingan Politik/Publik
• Multi Linear
• Historis
• Definisi jelas
• Sebagai tujuan (end)
• Sebagai wilayah profesionalis
untuk tujuan akademik
Sumber: Patrick Baert, 1998, Social Theory in The Twentieth Century,Cambridge, Polity Press.
123. ANATOMI TEORI SOSIAL
• KLASIK: teori perkembangan/ kemajuan
(Comte), teori siklus perubahan budaya
(Sorokin), teori integrasi/solidaritas sosial
(Durkheim), teori konflik/ pertentangan kelas
(Marx), teori rasionalitas (Weber), teori interaksi
(Simmel), teori konstruksi sosial (Berger)
• MODERN: teori fenomenologi (Weber), teori
interaksionisme simbolik (Mead), teori
dramaturgi (Goffman), teori etnometodologi
(Garfinkel), teori pertukaran sosial (Homans),
teori fungsional (Parson), teori fungsionalisme-
struktural (Merton), teori neo-fungsionalisme
(Alexander), teori kritis (Marx)
124. • KONTEMPORER: teori hegemoni
(Gramsci), teori strukturasi (Giddens),
teori pilihan rasional (Elster), teori konflik
(Dahrendorf), teori post-modernism
(Bourdieu, Michel Foucault, Derrida), teori
kritis (Jurgen Habermas)
125. KARAKTERISTIK TEORI
KONTEMPORER
• Teori kontemporer menjelaskan hubungan
(aksi dan interrelasi) antara struktur dan
agensi
• Kelompok kontemporer (strukturasionis) tidak
memandang struktur dan agensi sebagai dua
hal yang dikotomis sehingga menghasilkan
dualisme struktur; melainkan dua hal tersebut
saling berhubungan secara dialektis dan
kontinuum sehingga menghasilkan dualitas
struktur
126. • Aktor atau agensi menurut pandangan
aliran ini adalah partisipan yang aktif
dalam mengkonstruksi kehidupan
sosial, setidak-tidaknya menjadi tuan
atas nasibnya sendiri. Setiap tindakan
manusia selalu mempunyai tujuan
• Artinya bahwa aktor secara rutin dan
diam-diam memonitor apa yang sedang
ia lakukan, sebagaimana reaksi orang
terhadap tindakannya dan lingkungan
dimana ia melakukan aktivitas tersebut
127. • Sedangkan struktur, selain dapat
membatasi aktivitas manusia
(constraining) tetapi juga memberikan
kebebasan bertindak (enabling) kepada
manusia
• Dualitas struktur melihat kekuasaan
sosial sebagai simuka janus (the janus
face of power) yang berfungsi sebagai
alat analisis kehidupan sosial yang
penting, terutama mengenai hubungan
antara tindakan manusia dan struktur.
128. JENIS TEORI SOSIAL
• TEORI SOSIAL MAKRO: teori fungsional,
teori struktural , teori equilibrium, teori
konflik
• TEORI SOSIAL MIKRO: teori
fenomenologi, teori interaksionisme
simbolik, teori etnometodologi, dan teori
dramaturgi
130. PARADIGMA
• Sebagai suatu cara pandang terhadap suatu
persoalan yang didalamnya terdapat
sejumlah asumsi tertentu, teori tertentu,
metodologi tertentu, model tertentu, dan
solusi tertentu
• Setiap paradigma diandaikan otonom,
mandiri dan terpisah dengan paradigma yang
lain (memiliki jargon, simbul dan konsep
sendiri-sendiri), sehingga paradigma pada
hakekatnya tidak dapat disatukan (apalagi
disamakan), tetapi hanya bisa dibandingkan
sebagai studi komparatif
131. PERKEMBANGAN PARADIGMA SOSIAL
• Dalam diskursus ilmu-ilmu sosial kajian
paradigma sebagai aliran utama pada
umumnya dikaitkan dengan persoalan
tingkah laku sosial, kehidupan, dan
perubahan sosial dalam masyarakat
• Misalnya: bermula dari penelitian dan
penulisan pemikir-pemikir sosial klasik seperti
Karl Marx, Emile Durkheim dan Max Weber,
sampai dengan perkembangan pemikiran
teoritis di zaman modern dan kontemporari
seperti Karl Manheim, C. Wright Mills, Erving
Goffman, Gramsci, Habermas, Foucault yang
membentuk pelbagai aliran dan usaha
mengintegrasikan pelbagai aliran pemikiran
teoritis
132. MANFAAT PARADIGMA SOSIAL
• Dalam kedudukan ilmu pengetahuan, tiga
paradigma tersebut merupakan metode untuk
memahami masalah dan kenyataan sosial
(penjelas realita)
• Sebagai peta metode (map method) kedudukan
ilmu dan fungsinya
• Secara bersama-sama dapat juga dipergunakan
untuk melihat suatu realitas sosial dan masa
depan kehidupan sosial sebagai pokok bahasan
suatu penelitian sosial
133. TIGA PARADIGMA SOSIAL
• Paradigma Fakta Sosial
• Pardigma Definisi Sosial, dan
• Paradigma Perilaku Sosial.
134. FAKTA SOSIAL
(Emile Durkheim)
• Paradigma ini memberi arti penting pada pranata dan
struktur sosial sebagai dasar realitas kehidupan
sosial
• Pranata dan struktur merupakan suatu kenyataan
eksternal yang memiliki daya paksa atau koersif
• Pranata dan struktur sosial merupakan kunci
memahami dan mengerti tindakan seseorang atau
sekelompok orang
• Paradigma ini berpendapat bahwa tindakan manusia
tidak dapat dilakukan secara bebas, karena ada fakta
lain yang memiliki kemampuan daya paksa terhadap
tindakan manusia tersebut
135. DEFINISI SOSIAL
(Max Weber)
• menyatakan bahwa problem kehidupan sosial
berkaitan dengan tindakan individu (person) sebagai
pelaku kehidupan sosial
• Weber memandang bahwa tindakan individu adalah
kunci kehidupan bersama
• Bagi Weber apa yang dimaksud dengan pranata dan
struktur adalah sesuatu yang impersonal yang
merupakan konsep rasional tindakan individu yang
disadari dan berdasar motif dan tujuan tertentu
• Impersonalitas pranata dan struktur sosial menjadi
ukuran rasionalitas suatu konsep kehidupan sosial
• Tindakan sosial bersifat subyektif, karena setiap
tindakan selalu dilandasi oleh motivasi dan tujuan
yang telah ditetapkan terlebih dahulu secara sadar
136. PERILAKU SOSIAL
(BF. Skiner)
• memandang bahwa tata hubungan sosial adalah
merupakan suatu mekanisme hubungan kausal yakni
hubungan stimulus dan respon
• Dengan demikian tindakan manusia adalah
tanggapan atau respon terhadap stimuli yang
ditujukan kepadanya
• Suatu tindakan sosial akan dapat diulang jika
stimulus disajikan kembali dan jika menyangkut suatu
kebutuhan dan kepentingannya
• Secara teknis kebutuhan dan kepentingan itu disebut
ganjaran atau hadiah (reward)
• Jadi, dinamika hidup sosial esensinya adalah sebagai
suatu mekanisme stimuli dan respon (aksi dan
reaksi)
137. PERJALANAN PARADIGMA SOSIAL
Paradigma 1 Normal Anomali
KrisisRevolusi IlmuParadigma 2
Sumber: Kuhn, Thomas.S, 1970, The Structure of Scientific Revolutions.
138. MODEL
• Model lahir dari proposisi minor dan
proposisi mayor sebagai hasil temuan
penelitian empiris
• Replikasi atau refleksi dari realita
• Model ideal (hasil bacaan/ referency/
theoritical model)
• Model yang senyatanya (exsisting/ empiric
model)
• Model yang diajukan/ disarankan
(recommended/ alternative model)
141. TEORI-TEORI SOSIOLOGI
• TEORI TINDAKAN SOSIAL DAN SISTEM -
TALCOT PARSONS: Teori Tindakan Sosial;
Teori Sistem Sosial
• TEORI EVOLUSI SOSIAL HERBERT
SPENCER
• TEORI TEKNOLOGI DAN KETINGGALAN
BUDAYA (CULTURAL LAG) - WILLIAM
F.OGBURN
• TEORI DRAMATURGI ERVING GOFFMAN
• TEORI STRUKTURASI - ANTHONY GIDDENS
• TEORI GLOBALISASI “OF NOTHING” -
GEORGE RITZER
142. TEORI-TEORI ANTROPOLOGI
• TEORI ORIENTASI NILAI BUDAYA -
KLUCKHOHN
• TEORI EVOLUSI SOSIOKULTURAL PARALEL-
KONVERGEN-DIVERGEN SAHLINS DAN
HARRIS
• TEORI EVOLUSI KEBUDAYAAN LEWIS
H.MORGAN
• TEORI EVOLUSI ANIMISME DAN MAGIC -
TAYLOR DAN FRAZER
• TEORI EVOLUSI KELUARGA - J.J.BACHOVEN
• TEORI UPACARA SESAJI SMITH
143. TEORI-TEORI ILMU GEOGRAFI
• TEORI LEDAKAN PENDUDUK - THOMAS
ROBERT MALTHUS
• TEORI PENGARUH IKLIM TERHADAP
PERADABAN - ELLSWORT HUNTINGTON
• TEORI LOKASI LAHAN - JOHANN HEINRICH
VON THUNEN
• TEORI KOTA KONSENTRIS – BURGESS
• TEORI KONFLIK ANTAR SUKU BANGSA
NOMADIK – SEDENTER JEAN BUNHES
144. TEORI-TEORI ILMU SEJARAH
• TEORI GERAK SIKLUS SEJARAH – IBNU
KHALDUN
• TEORI DAUR KULTURAL SPIRAL –
GIAMBATTISTA VICO
• TEORI TANTANGAN DAN TANGGAPAN –
ARNOLD TOYNBEE
• TEORI DIALEKTIKA KEMAJUAN – JAN
ROMEIN
• TEORI DESPOTISME TIMUR – WITTFOGEL
• TEORI PERKEMBANGAN SEJARAH DAN
MASYARAKAT – KARL MARX
• TEORI FEMINISME – WOLLSTONECRAFT
145. TEORI-TEORI ILMU EKONOMI
• TEORI EKONOMI KLASIK – ADAM
SMITH: Kebijaksanaan pasar bebas;
Keuntungan mendorong investasi;
Keuntungan cenderung menurun;
Keadaan stationer
• TEORI TAHAPAN PERTUMBUHAN
EKONOMI MODERNISASI -
WW.ROSTOW: Tahap tradisional; Tahap
prakondisi tinggal landas; Tahap tinggal
landas; Tahap kematangan (maturity);
Tahap konsumsi massa tinggi
146. • TEORI DAMPAK BALIK DAN DAMPAK
SEBAR – GUNNARD MYRDAL: Dampak
balik; Dampak sebar; Ketimpangan
regional; Dampak balik dan dampak
sebar; Peranan pemerintah; Ketimpangan
internasional; Perpindahan modal
• TEORI NILAI SURPLUS – KARL MARX
• TEORI MONETARISME PASAR BEBAS -
FRIEDMAN
147. TEORI-TEORI PSIKOLOGI
• TEORI AGRESI PSIKOANALISIS –
SIGMUND FREUD
• TEORI DISONANSI KOGNITIF –
FESTINGER
• TEORI KEPRIBADIAN – ERICH FROMM
• TEORI DEPRIVASI RELATIF – GURR
• TEORI KECERDASAN MAJEMUK –
HOWARD GARDNER
148. BENTUK PEMETAAN TEORI
DALAM ILMU POLITIK
• TEORI POLITIK EMPIRIS
• TEORI POLITIK FORMAL
• TEORI POLITIK NORMATIF
149. TEORI-TEORI ILMU POLITIK
• TEORI POLITIK KEKUASAAN – NICCOLO
MACHIAVELLI
• TEORI NEGARA BERDAULAT – JEAN BODIN
• TEORI KEKUASAAN NEGARA TERBATAS –
JOHN LOCKE
• TEORI PEMISAHAN KEKUASAAN – BARON
DE MONTESQUIEU
• TEORI HAK PEMILIKAN LEGAL – ROBERT
NOZICK