SlideShare una empresa de Scribd logo
1 de 20
Senin, 02 Juli 2012
MACAM-MACAM TEORI BELAJAR DAN
PANDANGANNYA TERHADAP PERKEMBANGAN
TINGKAH LAKU MANUSIA
                          BAB I
                       PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
  Belajar merupakan akibat adanya interaksi antara
stimulus dan respon. Seseorang dianggap telah belajar
sesuatu   jika   dia    dapat   menunjukkan    perubahan
perilakunya. Menurut teori ini, dalam belajar yang penting
adalah input yang berupa stimulus dan output yang
berupa respon. Stimulus adalah apa saja yang diberikan
guru kepada pembelajar, sedangkan respon berupa reaksi
atau tanggapan pembelajar terhadap stimulus yang
diberikan oleh guru tersebut. Proses yang terjadi antara
stimulus dan respon tidak penting untuk diperhatikan
karena tidak dapat diamati dan tidak dapat diukur. Yang
dapat diamati adalah stimulus dan respon. Oleh karena itu
apa yang diberikan oleh guru (stimulus) dan apa yang
diterima oleh pembelajar (respon) harus dapat diamati dan
diukur. Teori ini mengutamakan pengukuran, sebab
pengukuran merupakan suatu hal penting untuk melihat
terjadi atau tidaknya perubahan tingkah laku tersebut.[1]
  Faktor   lain   yang   dianggap    penting   oleh   aliran
behavioristik adalah faktor penguatan (reinforcement). Bila
penguatan ditambahkan (positive reinforcement) maka
respon akan semakin kuat. Begitu pula bila respon
dikurangi/ dihilangkan (negative reinforcement) maka
respon juga semakin kuat.[2]
  Memasuki abad ke-19 beberapa ahli mengadakan
penelitian eksperimental tentang teori belajar, walaupun
pada waktu itu para ahli menggunakan binatang sebagai
objek penelitiannya. Penggunaan binatang sebagai objek
penelitian didasarkan pada pemikiran bahwa apabila
binatang yang kecerdasannya dianggap rendah dapat
melakukan eksperimen teori belajar, maka sudah dapat
dipastikan bahwa eksperimen itupun dapat berlaku
bahkan dapat lebih berhasil pada manusia, karena
manusia lebih cerdas daripada binatang.[3]
Menurut Arden N. Frandsen mengatakan bahwa hal
     yang mendorong seseorang itu untuk belajar antara lain
     sebagai berikut:
1.          Adanya sifat ingin tahu dan ingin menyelidiki dunia
     yang lebih luas;
     2.       Adanya sifat kreatif yang ada pada manusia dan
     keinginan untuk maju;
3.          Adanya keinginan untuk mendapatkan simpati dari
     orang tua, guru, dan teman-teman;
4.        Adanya keinginan untuk memperbaiki kegagalan yang
     lalu dengan usaha yang baru, baik dengan koperasi
     maupun dengan kompetensi;
5.          Adanya keinginan untuk mendapatkan rasa aman;
6.          Adanya ganjaran atau hukuman sebagai akhir dari
     pada belajar. [4]
        Berlatarbelakang masalah tersebut di atas, maka
     makalah ini kami beri judul “Macam-Macam Teori Belajar
     Dan Pandangannya Terhadap Perkembangan Tingkah
     Laku Manusia”

     B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang kami angkat dalam makalah
          ini adalah :
1.        Apa saja teori belajar berdasarkan kelompoknya itu ?
     2.       Bagaimana pandangan teori belajar tersebut terhadap
          perkembangan tingkah laku manusia ?
          C. Tujuan Penulisan
              Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah agar kita
          dapat mengetahui :
     1.           Macam-macam       teori   belajar    berdasarkan
          kelompoknya
2.        Pandangan teori belajar terhadap perkembangan tingkah
          laku manusia.




                                   BAB II
                               PEMBAHASAN
          A. Macam-macam teori belajar berdasarkan kelompok
              Dari berbagai tulisan yang membahas tentang
          perkembangan teori belajar seperti (Atkinson, dkk. 1997;
          Gledler Margaret Bell, 1986) memaparkan tentang teori
belajar yang secara umum dapat dikelompokkan dalam
empat kelompok atau aliran meliputi:
1. ALIRAN BEHAVIORISTIK (Tingkah Laku)
   Pandangan tentang belajar menurut aliran tingkah laku
(behavioristik), tidak lain adalah perubahan dalam tingkah
laku sebagai akibat dari interaksi antara stimulus dan
respon. Atau dengan kata lain, belajar adalah perubahan
yang dialami siswa dalam hal kemampuannya untuk
bertingkah laku dengan cara yang baru sebagai hasil
interaksi antara stimulus dan respon. Para ahli yang
banyak berkarya dalam aliran ini antara lain; Thorndike,
(1911); Wathson, (1963); Hull, (1943); dan Skinner,
(1968).[5]
 a). Thorndike
   Menurut Thorndike (1911), salah seorang pendiri
aliran tingkah laku, belajar adalah proses interaksi antara
stimulus (yang mungkin berupa pikiran, perasaan, atau
gerakan) dan respons ( yang juga bisa berupa pikiran,
perasaan, atau gerakan). Jelasnya, menurut Thorndike,
perubahan tingkah laku boleh berwujud sesuatu yang
konkret (dapat diamati), atau yang nonkonkret (tidak bias
diamati).    Teori   Thorndike   disebut   sebagai   “aliran
koneksionis” (connectionism).[6]
   Menurut teori trial and error (mencoba-coba dan gagal)
ini, setiap organisme jika dihadapkan dengan situasi baru
akan melakukan tindakan-tindakan yang sifatnya coba-
coba secara membabi buta. Jika dalam usaha mencoba
itu kemudian secara kebetulan ada perbuatan yang
dianggap memenuhi tuntutan situasi, maka perbuatan
yang cocok itu kemudian “dipegangnya”. Karena latihan
yang terus menerus maka waktu yang dipergunakan untuk
melakukan perbuatan yang cocok itu makin lama makin
efisien. Jadi, proses belajar menurut Thorndike melalui
proses:
     1). Trial and error (mencobva-coba dan mengalami
kegagalan), dan
2). Law of effect, yang berarti bahwa segala tingkah laku
yang berakibatkan suatu keadaan yang memuaskan
(cocok dengan tuntutan situasi) akan diingat dan dipelajari
dengan sebaik-baknya.[7]


b). Watson
Berbeda dengan Thorndike, menurut Watson pelopor
yang datang sesudah Thorndike, stimulus dan respons
tersebut   harus    berbentuk    tingkah      laku   yang    “bisa
diamati”(observable).      Dengan      kata      lain,    Watson
mengabaikan berbagai perubahan mental yang mungkin
terjadi dalam belajar dan menganggapnya sebagai faktor
yang   tidak     perlu   diketahui.   Bukan     berarti     semua
perubahan mental yang terjadi dalam benak siswa tidak
penting. Semua itu penting, akan tetapi faktor-faktor
tersebut tidak bisa menjelaskan apakah proses belajar
sudah terjadi atau belum.[8]


c). Clark Hull
  Teori ini, terutama setelah Skinner memperkenalkan
teorinya, ternyata tidak banyak dipakai dalam dunia
praktis, meskipun sering digunakan dalam berbagai
eksperimen dalam laboratorium.[9]
  Dua hal yang sangat penting dalam proses belajar dari
Hull ialah adanya Incentive motivation (motivasi insentif)
dan Drive reduction (pengurangan stimulus pendorong).
Kecepatan berespon berubah bila besarnya hadiah
  (revaro) berubah.[10]
      Penggunaan praktis teori belajar dari Hull ini untuk
  kegiatan dalam kelas, adalah sebagai berikut:
1).     Teori belajar didasarkan pada Drive-reduction atau
  drive stimulus reduction.
  2).      Intruksional obyektif harus dirumuskan secara
  spesifik dan jelas.
3).     Ruangan kelas harus dimulai dari yang sedemikian
  rupa sehingga memudahkan terjadinya proses belajar.
4).     Pelajaran harus dimulai dari yang sederhana/ mudah
  menuju kepada yang lebih kompleks/ sulit.
  5).      Kecemasan harus ditimbulkan untuk mendorong
  kemauan belajar.
6).     Latihan harus didistribusikan dengan hati-hati supaya
  tidak terjadi inhibisi. Dengan perkataan lain, kelelahan
  tidak boleh menggangu belajar.
7).     Urutan mata pelajaran diatur sedemikian rupa sehingga
  mata pelajaran yang terdahulu tidak menghambat tetapi
  justru harus menjadi perangsang yang mendorong belajar
  pada mata pelajaran berikutnya.[11]
d). Edwin Guthrie
    Guthrie juga mengemukakan bahwa “hukuman”
memegang peran penting dalam belajar. Menurutnya
suatu hukuman yang diberikan pada saat yang tepat, akan
mampu mengubah kebiasaan seseorang. Sebagai contoh,
seorang anak perempuan yang setiap kali pulang sekolah,
selalu   mencampakkan       baju   dan    topinya   di   lantai.
Kemudian ibunya menyuruh agar baju dan topi dipakai
kembali oleh anaknya, lalu kembali keluar, dan masuk
rumah kembali sambil menggantungkan topi dan bajunya
di tempat gantungan. Setelah beberapa kali melakukan
hal itu, respons menggantung topi dan baju menjadi
terisolasi dengan stimulus memasuki rumah. Meskipun
demikian, nantinya faktor hukuman ini tidak lagi dominan
dalam teori-teori tingkah laku. Terutama Skinner makin
mempopulerkan ide tentang “penguatan” (reinforcement).
e). Skinner
    Dari semua pendukung teori tingkah laku, mungkn
teori Skinner lah yang paling besar pengaruhnya terhadap
perkembangan        teori   belajar.     Beberapa    program
pembelajaran seperti Teaching machine, Mathetics, atau
  program-program lain yang memakai konsep stimulus,
  respons, dan factor penguat (reinforcement), adalah
  contoh-contoh program yang memanfaatkan teori skinner.
  [12]
  Prinsip belajar Skinner adalah :
1).     Hasil belajar harus segera diberitahukan pada siswa
  jika salah dibetulkan, jika benar diberi penguat.
2).    Proses belajar harus mengikuti irama dari yang belajar.
  Materi pelajaran digunakan sebagai sistem modul.
3).       Dalam           proses           pembelajaran                 lebih     dipentingkan
  aktivitas sendiri, tidak digunakan hukuman. Untuk itu
  lingkungan perlu diubah untuk menghindari hukuman.
4).     Tingkah laku yang diinginkan pendidik diberi hadiah
  dan sebaiknya hadiah diberikan dengan digunakannya
  jadwal variable ratio reinforcer.
5).    Dalam pembelajaran digunakan shapping. [13]



      2. ALIRAN KOGNITIF

  [13] http://alkohol7.wordpress.com/2008/11/21/makalah-psikopen-teori-belajar/
a). Piaget
          Menurut Jean Piaget (1975) salah seorang penganut
      aliran   kognitif   yang   kuat,    bahwa   proses   belajar
      sebenarnya terdiri dari tiga tahapan, yakni 1). Asimilasi,
      2). Akomodasi, dan 3). Equilibrasi (penyeimbangan).
      Proses       asimilasi     adalah     proses      penyatuan
      (pengintegrasian) informasi baru ke struktur kognitif yang
      sudah ada dalam benak siswa. Akomodasi adalah
      penyesuaian struktur kognitif ke dalam situasi yang baru.
      Equilibrasi adalah penyesuain berkesinambungan antara
      asimilasi dan akomodasi. [14]


        b). Ausubel
          Ausubel percaya bahwa “advance organizer” dapat
      memberikan tiga manfaat;
1).      Dapat menyediakan suatu kerangka konseptual untuk
      materi belajar yang akan dipelajari oleh siswa.
2).     Dapat berfungsi sebagai jembatan antara apa yang
      sedang dipelajari siswa saat ini dengan apa yang akan
      dipelajari siswa, sedemikian rupa sehingga;
3).       Mampu membantu siswa untuk memahami bahan
      belajar secara lebih mudah.[15]


        c). Bruner
         Menurut pandangan Brunner (1964) bahwa teori belajar
      itu bersifat deskriptif, sedangkan teori pembelajaran itu
      bersifat   preskriptif.   Misalnya,     teori   penjumlahan,
      sedangkan teori pembelajaran menguraikan bagaimana
      cara mengajarkan penjumlahan.[16]


       3. ALIRAN HUMANISTIK
        a). Bloon dan Krathowl
         Dalam hal ini, Bloom dan Krathowl menunjukkan apa
      yang   mungkin dikuasai (dipelajari) oleh siswa, yang
      tercakup dalam tiga kawasan berikut;
       1). Kognitif
                 Kognitif terdiri dari enam tingkatan yaitu :
                                        i).           Pengetahuan
      (mengingat, menghafal)
                                                          ii).
      Pemahaman(menginterprestasikan)
iii).                Aplikasi
(menggunakan      konsep         untuk          memecahkan     suatu
masalah)
                              iv).              Analisis (menjabarkan
suatu konsep)
                                         v).                 Sintesis
(menggabungkan bagian-bagian konsep menjadi suatu
konsep utuh)
                                       vi).                  Evaluasi
(membandingkan nilai, ide, metode, dan sebagainya)


 2). Psikomotor
    Psikomotor terdiri dari lima tingkatan, yaitu:
                       i).           Peniruan (menirukan gerak).
                       ii).          Penggunaan (menggunakan
konsep untuk melakukan gerak).
                     iii).           Ketepatan (melakukan gerak
dengan benar).
                        iv).            Perangkaian        (beberapa
gerakan sekaligus dengan benar).
v).           Naturalisasi   (melakukan
gerak secara wajar).


 3). Afektif
    Afektif terdiri dari lima tingkatan;
                                   i).       Pengenalan      (ingin
menerima, sadar akan adanya sesuatu)
                                  ii).        Merespons      (aktif
berpartisipasi)
                          iii).          Penghargaan (menerima
nilai-nilai, setia pada nilai nilai tertentu)
                                  iv).          Pengorganisasisan
(menghubung-hubungkan nilai-nilai yang dipercayai)
                           v).           Pengamalan (menjadikan
nilai-nilai sebagi bagian dari pola hidup).[17]


     b). Kolb
 Sementara itu, seorang ahli yang bernama Kolb membagi
tahapan belajar menjadi empat tahap, yaitu;
    1).     Pengalaman konkret
    2).     Pengamatan aktif dan reflektif
3).    Konseptualisasi
    4).    Ekperimen aktif
    Pada tahap paling dini dalam proses belajar, seorang
siswa hanya mampu sekedar ikut mengalami suatu
kejadian. Dia belum mempunyai kesadaran tentang
hakikat kejadian tersebut.
    Pada tahap kedua, siswa tersebut lambat laun
mampu mengadakan observasi aktif terhadap kejadian itu,
serta mulai berusaha memikirkan dan memahaminya.
    Pada tahap ketiga, siswa mulai belajar untuk
membuat abstraksi atau “teori” tentang suatu hal yang
diamatinya.
    Pada tahap akhir (eksperimentasi aktif), siswa sudah
mampu mengaplikasikan suatu aturan umum kesituasi
yang baru.[18]


    c). Honey dan Mumford
    Berdasarkan teori Kolb ini, Honey dan Mumford
membuat penggolongan siswa. Menurut mereka ada
empat macam atau tipe siswa, yaitu;
  1). Aktivis
2). Reflector
  3). Teoris, dan
  4). Pragmatis[19]


    d). Habermas
     Ahli psikologi lain adalah Habermas yang dalam
pandangannya bahwa belajar sangat dipengaruhi oleh
interaksi,   baik   dengan   lingkungan       maupun    dengan
sesama       manusia.   Dengan     asumsi      ini,   Habermas
mengelompokkan tipe belajar menjadi tiga bagian, yaitu;
    1). Belajar teknis (technical learning)
    2). Belajar praktis (practical learning)
    3). Belajar emansipatoris (emancipatory learning).[20]
 4. ALIRAN SIBERNETIK
   a). Landa
       Landa merupakan salah seorang ahli psikologi yang
beraliran sibernetik. Menurut Landa, ada dua macam
proses berfikir. Pertama, disebut proses berfikir algoritmik,
yaitu berpikir linier, konvergen, lurus menuju ke suatu
target tertentu. Jenis kedua, adalah cara berpikir heuristic,
yakni cara berpikir divergen, menuju ke beberapa target
     sekaligus.[21]


        b). Pask dan Scott
        Ahli lain adalah pemikirannya beraliran sibernetik
     adalah      pask   dan   Scott.   Pendekatan   serialis   yang
     diusulkan oleh Pask dan Scott sama dengan pendekatan
     algoritmik. Namun, cara berpikir menyeluruh (wholoist)
     tidak sama dengan heuristik. Cara berpikir menyeluruh
     adalah berpikir yang cenderung melompat ke depan,
     langsung ke gambaran lengkap sebuah sistem informasi.
     Ibarat melihat lukisan, bukan detail-detail yang kita amati
     lebih dahulu, tetapi seluruh lukisan itu sekaligus, baru
     sesudah itu ke bagian-bagian yang lebih kecil.[22]


                                 BAB III
                               PENUTUP
     A. Kesimpulan
1.        Perkembangan teori belajar secara umum dapat
     dikelompokkan       dalam empat kelompok atau aliran
     meliputi:
a.        Aliran Behavioristik (Tingkah Laku)
b.        Aliran Kognitif
c.        Aliran Humanistik
d.       Aliran Sibernetik
2.            Pandangan      teori   belajar   menurut      aliran
     Behavioristik (Tingkah Laku) adalah perubahan dalam
     tingkah laku sebagai akibat dari interaksi antara stimulus
     dan respon. Menurut aliran Kognitif adalah proses
     belajar sebenarnya terdiri dari tiga tahapan, yakni
     asimilasi, akomodasi dan equilibrasi (penyeimbangan)
     menurut Piaget. Menurut aliran Humanistik adalah apa
     yang mungkin dikuasai (dipelajari) oleh siswa, tercakup
     dalam tiga kawasan yaitu kognitif, psikomotor, afektif
     menurut Bloom dan Krathowl. Menurut aliran Sibernetik
     adalah ada dua macam proses berfikir yaitu berfikir
     algoritmik, yaitu berpikir linier, konvergen, lurus menuju ke
     suatu target tertentu, berpikir heuristic, yakni cara berpikir
     divergen, menuju ke beberapa target sekaligus, menurut
     Landa.


     B. Saran
Dengan mengetahui macam-macam teori belajar dan
    pandangan terhadap tingkahlaku manusia diharapkan
    agar guru dan siswa dapat menerapkan teori tersebut
    sesuai   dengan     kemampuan,       situasi   dan     kondisi
    lingkungan belajar, sehingga tercipta kenyamanan dan
    keberhasilan dalam proses pembelajaran.




                       DAFTAR PUSTAKA




    M. Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, Bandung,
    Remaja Rosdakarya, 1990.
R.E, Slavin,.. Educational Psychology: Theory and Practice.
    Sixth Edition. Boston: Allyn and Bacon. 2000.
Uno,   B.    Hamzah,     Orientasi    Baru    dalam      Psikologi
    Pembelajaran, Jakarta: PT. Bumi Aksara. 2005.
    http://alkohol7.wordpress.com/2008/11/21/makalah-
    psikopen-teori-belajar/
    http://id.wikipedia.org/wiki/Teori_Belajar_Behavioristik.
http://www.freewebs.com/hijrahsaputra/catatan/TEORI
    %20BELAJAR%20DAN%20PEMBELAJARAN.htm.
    [1] Slavin, R.E.. Educational Psychology: Theory and
    Practice. (Sixth Edition. Boston: Allyn and Bacon 2000),
    143
    [2] http://id.wikipedia.org/wiki/Teori_Belajar_Behavioristik
    [3] Hamzah B. Uno, Orientasi Baru dalam Psikologi
    Pembelajaran,(Jakarta: PT. Bumi Aksara), 6.
    [4]http://www.freewebs.com/hijrahsaputra/catatan/TEORI
    %20BELAJAR%20DAN%20PEMBELAJARAN.htm
    [5] Hamzah B. Uno, Orientasi Baru …., 7.
    [6] Ibid., 7.
    [7] M. Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung,
    Remaja Rosdakarya, 1990), 98 – 99.
    [8] Hamzah B. Uno, Orientasi Baru……, 7.
    [9] Ibid, hlm. 8.
    [10] M. Ngalim Purwanto, Psikologi… …. 98.
    [11] Ibid.
    [12] Ibid.
    [14] Hamzah B. Uno, Orientasi Baru……, 10
    [15] Ibid. halm. 12
    [16] Ibid. halm. 13
    [17] Ibid. halm. 14.
    [18] Ibid, halm. 15.
    [19] Ibid, halm. 16
    [20] Ibid.
    [21] Ibid, 18.
    [22] Ibid.

Más contenido relacionado

La actualidad más candente

Psikologi Belajar & Mengajar
Psikologi Belajar & MengajarPsikologi Belajar & Mengajar
Psikologi Belajar & Mengajar
dewiratnasari18
 
Psikologi Pendidikan- Teori Behavioristik
Psikologi Pendidikan- Teori BehavioristikPsikologi Pendidikan- Teori Behavioristik
Psikologi Pendidikan- Teori Behavioristik
Anita Rahman
 
KONSEP DASAR BELAJAR
KONSEP DASAR BELAJARKONSEP DASAR BELAJAR
KONSEP DASAR BELAJAR
Retno Nindia
 
Implikasi Teori Behavioris dalam Pengajaran & Pembelajaran
Implikasi Teori Behavioris dalam Pengajaran & PembelajaranImplikasi Teori Behavioris dalam Pengajaran & Pembelajaran
Implikasi Teori Behavioris dalam Pengajaran & Pembelajaran
Noorezayu Mohd Said
 

La actualidad más candente (20)

4 besar-teori-belajar
4 besar-teori-belajar4 besar-teori-belajar
4 besar-teori-belajar
 
Makalah teori pembelajaran
Makalah teori pembelajaranMakalah teori pembelajaran
Makalah teori pembelajaran
 
Teori teori belajar 1
Teori teori belajar 1Teori teori belajar 1
Teori teori belajar 1
 
Makalah Teori pembelajaran Ausuble, Gagne dan Bandura
Makalah Teori pembelajaran Ausuble, Gagne dan BanduraMakalah Teori pembelajaran Ausuble, Gagne dan Bandura
Makalah Teori pembelajaran Ausuble, Gagne dan Bandura
 
Teori teori pembelajaran
Teori teori pembelajaranTeori teori pembelajaran
Teori teori pembelajaran
 
4. teori-belajar
4. teori-belajar4. teori-belajar
4. teori-belajar
 
Teori belajar fix
Teori belajar fixTeori belajar fix
Teori belajar fix
 
Teori belajar dan penerapannya dalam pembelajaran
Teori belajar dan penerapannya dalam pembelajaranTeori belajar dan penerapannya dalam pembelajaran
Teori belajar dan penerapannya dalam pembelajaran
 
Teori Belajar Behavioristik dan Penerapannya dalam Pembelajaran
Teori Belajar Behavioristik dan Penerapannya dalam PembelajaranTeori Belajar Behavioristik dan Penerapannya dalam Pembelajaran
Teori Belajar Behavioristik dan Penerapannya dalam Pembelajaran
 
Psikologi Belajar & Mengajar
Psikologi Belajar & MengajarPsikologi Belajar & Mengajar
Psikologi Belajar & Mengajar
 
Makalah teori belajar behavioristik
Makalah teori belajar behavioristikMakalah teori belajar behavioristik
Makalah teori belajar behavioristik
 
Teori pembelajaran kognitif dan konstruktivis3
Teori pembelajaran kognitif dan konstruktivis3Teori pembelajaran kognitif dan konstruktivis3
Teori pembelajaran kognitif dan konstruktivis3
 
Psikologi Pendidikan- Teori Behavioristik
Psikologi Pendidikan- Teori BehavioristikPsikologi Pendidikan- Teori Behavioristik
Psikologi Pendidikan- Teori Behavioristik
 
Makalah Teori belajar
Makalah Teori belajarMakalah Teori belajar
Makalah Teori belajar
 
jurnal bimbingan dan konseling belajar
jurnal bimbingan dan konseling belajarjurnal bimbingan dan konseling belajar
jurnal bimbingan dan konseling belajar
 
Teori pembelajaran
Teori pembelajaranTeori pembelajaran
Teori pembelajaran
 
KONSEP DASAR BELAJAR
KONSEP DASAR BELAJARKONSEP DASAR BELAJAR
KONSEP DASAR BELAJAR
 
Teori Belajar Behavioristik
Teori Belajar BehavioristikTeori Belajar Behavioristik
Teori Belajar Behavioristik
 
36039471 perbezaan-teori
36039471 perbezaan-teori36039471 perbezaan-teori
36039471 perbezaan-teori
 
Implikasi Teori Behavioris dalam Pengajaran & Pembelajaran
Implikasi Teori Behavioris dalam Pengajaran & PembelajaranImplikasi Teori Behavioris dalam Pengajaran & Pembelajaran
Implikasi Teori Behavioris dalam Pengajaran & Pembelajaran
 

Destacado

Ppt 05. teori social cognitive bandura 1
Ppt 05. teori social cognitive bandura 1Ppt 05. teori social cognitive bandura 1
Ppt 05. teori social cognitive bandura 1
elmakrufi
 
Teori Belajar Sosial Albert Bandura
Teori Belajar Sosial Albert BanduraTeori Belajar Sosial Albert Bandura
Teori Belajar Sosial Albert Bandura
Alfiramita Hertanti
 
Presentasi dakwah nabi di madinah
Presentasi dakwah nabi di madinahPresentasi dakwah nabi di madinah
Presentasi dakwah nabi di madinah
Adinda Khairunnisa
 

Destacado (12)

Teori Belajar
Teori BelajarTeori Belajar
Teori Belajar
 
Teori Albert Bandura
Teori Albert BanduraTeori Albert Bandura
Teori Albert Bandura
 
Dakwah rasulullah periode madinah
Dakwah rasulullah periode madinahDakwah rasulullah periode madinah
Dakwah rasulullah periode madinah
 
Ppt 05. teori social cognitive bandura 1
Ppt 05. teori social cognitive bandura 1Ppt 05. teori social cognitive bandura 1
Ppt 05. teori social cognitive bandura 1
 
Teori Belajar
Teori BelajarTeori Belajar
Teori Belajar
 
Teori Belajar Ivan P. Pavlov dan Teori Belajar Skinner
Teori Belajar Ivan P. Pavlov dan Teori Belajar SkinnerTeori Belajar Ivan P. Pavlov dan Teori Belajar Skinner
Teori Belajar Ivan P. Pavlov dan Teori Belajar Skinner
 
Makalah Psikologi Pendidikan Teori Belajar dan Pembelajarn Kognitif
Makalah Psikologi Pendidikan Teori Belajar dan Pembelajarn KognitifMakalah Psikologi Pendidikan Teori Belajar dan Pembelajarn Kognitif
Makalah Psikologi Pendidikan Teori Belajar dan Pembelajarn Kognitif
 
Teori Kognitif Sosial Albert Bandura
Teori Kognitif Sosial Albert BanduraTeori Kognitif Sosial Albert Bandura
Teori Kognitif Sosial Albert Bandura
 
Teori Belajar Sosial Albert Bandura
Teori Belajar Sosial Albert BanduraTeori Belajar Sosial Albert Bandura
Teori Belajar Sosial Albert Bandura
 
Substansi dan strategi dakwah rasul di madinah
Substansi dan strategi dakwah rasul di madinahSubstansi dan strategi dakwah rasul di madinah
Substansi dan strategi dakwah rasul di madinah
 
Makalah Agama Islam Kelas X. Semester Genap
Makalah Agama Islam Kelas X. Semester GenapMakalah Agama Islam Kelas X. Semester Genap
Makalah Agama Islam Kelas X. Semester Genap
 
Presentasi dakwah nabi di madinah
Presentasi dakwah nabi di madinahPresentasi dakwah nabi di madinah
Presentasi dakwah nabi di madinah
 

Similar a Macam teori belajar

Teori pembelajaran
Teori pembelajaranTeori pembelajaran
Teori pembelajaran
Yanbin Lim
 
Tugas Kurikulum Dan Pembelajaran
Tugas Kurikulum Dan PembelajaranTugas Kurikulum Dan Pembelajaran
Tugas Kurikulum Dan Pembelajaran
irmanrohmansyah
 
Psikologi modul 3 kb 2
Psikologi modul 3 kb 2Psikologi modul 3 kb 2
Psikologi modul 3 kb 2
Uwes Chaeruman
 
Teori pembelajaran kognitif
Teori pembelajaran kognitifTeori pembelajaran kognitif
Teori pembelajaran kognitif
Cikgu Zatiah
 
TEORI TEORI BELAJAR KLASIK.pptx
TEORI TEORI BELAJAR KLASIK.pptxTEORI TEORI BELAJAR KLASIK.pptx
TEORI TEORI BELAJAR KLASIK.pptx
elva675670
 
Tugasan penulisan kumpulan web 2.0
Tugasan penulisan kumpulan web 2.0Tugasan penulisan kumpulan web 2.0
Tugasan penulisan kumpulan web 2.0
eida naufal
 
EN Activity Booklet_ Adjectives, Nouns and Verbs by Slidesgo.pptx
EN Activity Booklet_ Adjectives, Nouns and Verbs by Slidesgo.pptxEN Activity Booklet_ Adjectives, Nouns and Verbs by Slidesgo.pptx
EN Activity Booklet_ Adjectives, Nouns and Verbs by Slidesgo.pptx
2022Recap
 
teori-belajar-behavioristik-penerapannya-dalam-pembelajaran.ppt
teori-belajar-behavioristik-penerapannya-dalam-pembelajaran.pptteori-belajar-behavioristik-penerapannya-dalam-pembelajaran.ppt
teori-belajar-behavioristik-penerapannya-dalam-pembelajaran.ppt
YogiCahyoPurnomo
 

Similar a Macam teori belajar (20)

Bab i
Bab iBab i
Bab i
 
Bab i
Bab iBab i
Bab i
 
KB1.pdf
KB1.pdfKB1.pdf
KB1.pdf
 
Ipa modul 1 kb 1
Ipa modul 1 kb 1Ipa modul 1 kb 1
Ipa modul 1 kb 1
 
Konsep Belajar
Konsep BelajarKonsep Belajar
Konsep Belajar
 
Teori pembelajaran
Teori pembelajaranTeori pembelajaran
Teori pembelajaran
 
TEORI BELAJAR BEHAVOIRISTIK.pptx
TEORI BELAJAR BEHAVOIRISTIK.pptxTEORI BELAJAR BEHAVOIRISTIK.pptx
TEORI BELAJAR BEHAVOIRISTIK.pptx
 
Tugas Kurikulum Dan Pembelajaran
Tugas Kurikulum Dan PembelajaranTugas Kurikulum Dan Pembelajaran
Tugas Kurikulum Dan Pembelajaran
 
Psikologi modul 3 kb 2
Psikologi modul 3 kb 2Psikologi modul 3 kb 2
Psikologi modul 3 kb 2
 
Teori pembelajaran kognitif
Teori pembelajaran kognitifTeori pembelajaran kognitif
Teori pembelajaran kognitif
 
Teori belajar behavioristik
Teori belajar behavioristikTeori belajar behavioristik
Teori belajar behavioristik
 
Learning 1
Learning 1Learning 1
Learning 1
 
TEORI TEORI BELAJAR KLASIK.pptx
TEORI TEORI BELAJAR KLASIK.pptxTEORI TEORI BELAJAR KLASIK.pptx
TEORI TEORI BELAJAR KLASIK.pptx
 
Konsep Belajar
Konsep BelajarKonsep Belajar
Konsep Belajar
 
ipa modul 1 kb 1
ipa modul 1 kb 1ipa modul 1 kb 1
ipa modul 1 kb 1
 
Martikulasi Pascasarjana "Teori Belajar dan Pembelajaran" M. Ifaldi Sidik
Martikulasi Pascasarjana "Teori Belajar dan Pembelajaran" M. Ifaldi SidikMartikulasi Pascasarjana "Teori Belajar dan Pembelajaran" M. Ifaldi Sidik
Martikulasi Pascasarjana "Teori Belajar dan Pembelajaran" M. Ifaldi Sidik
 
Psikologi Pembelajaran dan Pengajaran
Psikologi Pembelajaran dan PengajaranPsikologi Pembelajaran dan Pengajaran
Psikologi Pembelajaran dan Pengajaran
 
Tugasan penulisan kumpulan web 2.0
Tugasan penulisan kumpulan web 2.0Tugasan penulisan kumpulan web 2.0
Tugasan penulisan kumpulan web 2.0
 
EN Activity Booklet_ Adjectives, Nouns and Verbs by Slidesgo.pptx
EN Activity Booklet_ Adjectives, Nouns and Verbs by Slidesgo.pptxEN Activity Booklet_ Adjectives, Nouns and Verbs by Slidesgo.pptx
EN Activity Booklet_ Adjectives, Nouns and Verbs by Slidesgo.pptx
 
teori-belajar-behavioristik-penerapannya-dalam-pembelajaran.ppt
teori-belajar-behavioristik-penerapannya-dalam-pembelajaran.pptteori-belajar-behavioristik-penerapannya-dalam-pembelajaran.ppt
teori-belajar-behavioristik-penerapannya-dalam-pembelajaran.ppt
 

Macam teori belajar

  • 1. Senin, 02 Juli 2012 MACAM-MACAM TEORI BELAJAR DAN PANDANGANNYA TERHADAP PERKEMBANGAN TINGKAH LAKU MANUSIA BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Belajar merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus dan respon. Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika dia dapat menunjukkan perubahan perilakunya. Menurut teori ini, dalam belajar yang penting adalah input yang berupa stimulus dan output yang berupa respon. Stimulus adalah apa saja yang diberikan guru kepada pembelajar, sedangkan respon berupa reaksi atau tanggapan pembelajar terhadap stimulus yang diberikan oleh guru tersebut. Proses yang terjadi antara stimulus dan respon tidak penting untuk diperhatikan karena tidak dapat diamati dan tidak dapat diukur. Yang dapat diamati adalah stimulus dan respon. Oleh karena itu apa yang diberikan oleh guru (stimulus) dan apa yang diterima oleh pembelajar (respon) harus dapat diamati dan
  • 2. diukur. Teori ini mengutamakan pengukuran, sebab pengukuran merupakan suatu hal penting untuk melihat terjadi atau tidaknya perubahan tingkah laku tersebut.[1] Faktor lain yang dianggap penting oleh aliran behavioristik adalah faktor penguatan (reinforcement). Bila penguatan ditambahkan (positive reinforcement) maka respon akan semakin kuat. Begitu pula bila respon dikurangi/ dihilangkan (negative reinforcement) maka respon juga semakin kuat.[2] Memasuki abad ke-19 beberapa ahli mengadakan penelitian eksperimental tentang teori belajar, walaupun pada waktu itu para ahli menggunakan binatang sebagai objek penelitiannya. Penggunaan binatang sebagai objek penelitian didasarkan pada pemikiran bahwa apabila binatang yang kecerdasannya dianggap rendah dapat melakukan eksperimen teori belajar, maka sudah dapat dipastikan bahwa eksperimen itupun dapat berlaku bahkan dapat lebih berhasil pada manusia, karena manusia lebih cerdas daripada binatang.[3]
  • 3. Menurut Arden N. Frandsen mengatakan bahwa hal yang mendorong seseorang itu untuk belajar antara lain sebagai berikut: 1. Adanya sifat ingin tahu dan ingin menyelidiki dunia yang lebih luas; 2. Adanya sifat kreatif yang ada pada manusia dan keinginan untuk maju; 3. Adanya keinginan untuk mendapatkan simpati dari orang tua, guru, dan teman-teman; 4. Adanya keinginan untuk memperbaiki kegagalan yang lalu dengan usaha yang baru, baik dengan koperasi maupun dengan kompetensi; 5. Adanya keinginan untuk mendapatkan rasa aman; 6. Adanya ganjaran atau hukuman sebagai akhir dari pada belajar. [4] Berlatarbelakang masalah tersebut di atas, maka makalah ini kami beri judul “Macam-Macam Teori Belajar Dan Pandangannya Terhadap Perkembangan Tingkah Laku Manusia” B. Rumusan Masalah
  • 4. Rumusan masalah yang kami angkat dalam makalah ini adalah : 1. Apa saja teori belajar berdasarkan kelompoknya itu ? 2. Bagaimana pandangan teori belajar tersebut terhadap perkembangan tingkah laku manusia ? C. Tujuan Penulisan Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah agar kita dapat mengetahui : 1. Macam-macam teori belajar berdasarkan kelompoknya 2. Pandangan teori belajar terhadap perkembangan tingkah laku manusia. BAB II PEMBAHASAN A. Macam-macam teori belajar berdasarkan kelompok Dari berbagai tulisan yang membahas tentang perkembangan teori belajar seperti (Atkinson, dkk. 1997; Gledler Margaret Bell, 1986) memaparkan tentang teori
  • 5. belajar yang secara umum dapat dikelompokkan dalam empat kelompok atau aliran meliputi: 1. ALIRAN BEHAVIORISTIK (Tingkah Laku) Pandangan tentang belajar menurut aliran tingkah laku (behavioristik), tidak lain adalah perubahan dalam tingkah laku sebagai akibat dari interaksi antara stimulus dan respon. Atau dengan kata lain, belajar adalah perubahan yang dialami siswa dalam hal kemampuannya untuk bertingkah laku dengan cara yang baru sebagai hasil interaksi antara stimulus dan respon. Para ahli yang banyak berkarya dalam aliran ini antara lain; Thorndike, (1911); Wathson, (1963); Hull, (1943); dan Skinner, (1968).[5] a). Thorndike Menurut Thorndike (1911), salah seorang pendiri aliran tingkah laku, belajar adalah proses interaksi antara stimulus (yang mungkin berupa pikiran, perasaan, atau gerakan) dan respons ( yang juga bisa berupa pikiran, perasaan, atau gerakan). Jelasnya, menurut Thorndike, perubahan tingkah laku boleh berwujud sesuatu yang konkret (dapat diamati), atau yang nonkonkret (tidak bias
  • 6. diamati). Teori Thorndike disebut sebagai “aliran koneksionis” (connectionism).[6] Menurut teori trial and error (mencoba-coba dan gagal) ini, setiap organisme jika dihadapkan dengan situasi baru akan melakukan tindakan-tindakan yang sifatnya coba- coba secara membabi buta. Jika dalam usaha mencoba itu kemudian secara kebetulan ada perbuatan yang dianggap memenuhi tuntutan situasi, maka perbuatan yang cocok itu kemudian “dipegangnya”. Karena latihan yang terus menerus maka waktu yang dipergunakan untuk melakukan perbuatan yang cocok itu makin lama makin efisien. Jadi, proses belajar menurut Thorndike melalui proses: 1). Trial and error (mencobva-coba dan mengalami kegagalan), dan 2). Law of effect, yang berarti bahwa segala tingkah laku yang berakibatkan suatu keadaan yang memuaskan (cocok dengan tuntutan situasi) akan diingat dan dipelajari dengan sebaik-baknya.[7] b). Watson
  • 7. Berbeda dengan Thorndike, menurut Watson pelopor yang datang sesudah Thorndike, stimulus dan respons tersebut harus berbentuk tingkah laku yang “bisa diamati”(observable). Dengan kata lain, Watson mengabaikan berbagai perubahan mental yang mungkin terjadi dalam belajar dan menganggapnya sebagai faktor yang tidak perlu diketahui. Bukan berarti semua perubahan mental yang terjadi dalam benak siswa tidak penting. Semua itu penting, akan tetapi faktor-faktor tersebut tidak bisa menjelaskan apakah proses belajar sudah terjadi atau belum.[8] c). Clark Hull Teori ini, terutama setelah Skinner memperkenalkan teorinya, ternyata tidak banyak dipakai dalam dunia praktis, meskipun sering digunakan dalam berbagai eksperimen dalam laboratorium.[9] Dua hal yang sangat penting dalam proses belajar dari Hull ialah adanya Incentive motivation (motivasi insentif) dan Drive reduction (pengurangan stimulus pendorong).
  • 8. Kecepatan berespon berubah bila besarnya hadiah (revaro) berubah.[10] Penggunaan praktis teori belajar dari Hull ini untuk kegiatan dalam kelas, adalah sebagai berikut: 1). Teori belajar didasarkan pada Drive-reduction atau drive stimulus reduction. 2). Intruksional obyektif harus dirumuskan secara spesifik dan jelas. 3). Ruangan kelas harus dimulai dari yang sedemikian rupa sehingga memudahkan terjadinya proses belajar. 4). Pelajaran harus dimulai dari yang sederhana/ mudah menuju kepada yang lebih kompleks/ sulit. 5). Kecemasan harus ditimbulkan untuk mendorong kemauan belajar. 6). Latihan harus didistribusikan dengan hati-hati supaya tidak terjadi inhibisi. Dengan perkataan lain, kelelahan tidak boleh menggangu belajar. 7). Urutan mata pelajaran diatur sedemikian rupa sehingga mata pelajaran yang terdahulu tidak menghambat tetapi justru harus menjadi perangsang yang mendorong belajar pada mata pelajaran berikutnya.[11]
  • 9. d). Edwin Guthrie Guthrie juga mengemukakan bahwa “hukuman” memegang peran penting dalam belajar. Menurutnya suatu hukuman yang diberikan pada saat yang tepat, akan mampu mengubah kebiasaan seseorang. Sebagai contoh, seorang anak perempuan yang setiap kali pulang sekolah, selalu mencampakkan baju dan topinya di lantai. Kemudian ibunya menyuruh agar baju dan topi dipakai kembali oleh anaknya, lalu kembali keluar, dan masuk rumah kembali sambil menggantungkan topi dan bajunya di tempat gantungan. Setelah beberapa kali melakukan hal itu, respons menggantung topi dan baju menjadi terisolasi dengan stimulus memasuki rumah. Meskipun demikian, nantinya faktor hukuman ini tidak lagi dominan dalam teori-teori tingkah laku. Terutama Skinner makin mempopulerkan ide tentang “penguatan” (reinforcement). e). Skinner Dari semua pendukung teori tingkah laku, mungkn teori Skinner lah yang paling besar pengaruhnya terhadap perkembangan teori belajar. Beberapa program
  • 10. pembelajaran seperti Teaching machine, Mathetics, atau program-program lain yang memakai konsep stimulus, respons, dan factor penguat (reinforcement), adalah contoh-contoh program yang memanfaatkan teori skinner. [12] Prinsip belajar Skinner adalah : 1). Hasil belajar harus segera diberitahukan pada siswa jika salah dibetulkan, jika benar diberi penguat. 2). Proses belajar harus mengikuti irama dari yang belajar. Materi pelajaran digunakan sebagai sistem modul. 3). Dalam proses pembelajaran lebih dipentingkan aktivitas sendiri, tidak digunakan hukuman. Untuk itu lingkungan perlu diubah untuk menghindari hukuman. 4). Tingkah laku yang diinginkan pendidik diberi hadiah dan sebaiknya hadiah diberikan dengan digunakannya jadwal variable ratio reinforcer. 5). Dalam pembelajaran digunakan shapping. [13] 2. ALIRAN KOGNITIF [13] http://alkohol7.wordpress.com/2008/11/21/makalah-psikopen-teori-belajar/
  • 11. a). Piaget Menurut Jean Piaget (1975) salah seorang penganut aliran kognitif yang kuat, bahwa proses belajar sebenarnya terdiri dari tiga tahapan, yakni 1). Asimilasi, 2). Akomodasi, dan 3). Equilibrasi (penyeimbangan). Proses asimilasi adalah proses penyatuan (pengintegrasian) informasi baru ke struktur kognitif yang sudah ada dalam benak siswa. Akomodasi adalah penyesuaian struktur kognitif ke dalam situasi yang baru. Equilibrasi adalah penyesuain berkesinambungan antara asimilasi dan akomodasi. [14] b). Ausubel Ausubel percaya bahwa “advance organizer” dapat memberikan tiga manfaat; 1). Dapat menyediakan suatu kerangka konseptual untuk materi belajar yang akan dipelajari oleh siswa. 2). Dapat berfungsi sebagai jembatan antara apa yang sedang dipelajari siswa saat ini dengan apa yang akan dipelajari siswa, sedemikian rupa sehingga;
  • 12. 3). Mampu membantu siswa untuk memahami bahan belajar secara lebih mudah.[15] c). Bruner Menurut pandangan Brunner (1964) bahwa teori belajar itu bersifat deskriptif, sedangkan teori pembelajaran itu bersifat preskriptif. Misalnya, teori penjumlahan, sedangkan teori pembelajaran menguraikan bagaimana cara mengajarkan penjumlahan.[16] 3. ALIRAN HUMANISTIK a). Bloon dan Krathowl Dalam hal ini, Bloom dan Krathowl menunjukkan apa yang mungkin dikuasai (dipelajari) oleh siswa, yang tercakup dalam tiga kawasan berikut; 1). Kognitif Kognitif terdiri dari enam tingkatan yaitu : i). Pengetahuan (mengingat, menghafal) ii). Pemahaman(menginterprestasikan)
  • 13. iii). Aplikasi (menggunakan konsep untuk memecahkan suatu masalah) iv). Analisis (menjabarkan suatu konsep) v). Sintesis (menggabungkan bagian-bagian konsep menjadi suatu konsep utuh) vi). Evaluasi (membandingkan nilai, ide, metode, dan sebagainya) 2). Psikomotor Psikomotor terdiri dari lima tingkatan, yaitu: i). Peniruan (menirukan gerak). ii). Penggunaan (menggunakan konsep untuk melakukan gerak). iii). Ketepatan (melakukan gerak dengan benar). iv). Perangkaian (beberapa gerakan sekaligus dengan benar).
  • 14. v). Naturalisasi (melakukan gerak secara wajar). 3). Afektif Afektif terdiri dari lima tingkatan; i). Pengenalan (ingin menerima, sadar akan adanya sesuatu) ii). Merespons (aktif berpartisipasi) iii). Penghargaan (menerima nilai-nilai, setia pada nilai nilai tertentu) iv). Pengorganisasisan (menghubung-hubungkan nilai-nilai yang dipercayai) v). Pengamalan (menjadikan nilai-nilai sebagi bagian dari pola hidup).[17] b). Kolb Sementara itu, seorang ahli yang bernama Kolb membagi tahapan belajar menjadi empat tahap, yaitu; 1). Pengalaman konkret 2). Pengamatan aktif dan reflektif
  • 15. 3). Konseptualisasi 4). Ekperimen aktif Pada tahap paling dini dalam proses belajar, seorang siswa hanya mampu sekedar ikut mengalami suatu kejadian. Dia belum mempunyai kesadaran tentang hakikat kejadian tersebut. Pada tahap kedua, siswa tersebut lambat laun mampu mengadakan observasi aktif terhadap kejadian itu, serta mulai berusaha memikirkan dan memahaminya. Pada tahap ketiga, siswa mulai belajar untuk membuat abstraksi atau “teori” tentang suatu hal yang diamatinya. Pada tahap akhir (eksperimentasi aktif), siswa sudah mampu mengaplikasikan suatu aturan umum kesituasi yang baru.[18] c). Honey dan Mumford Berdasarkan teori Kolb ini, Honey dan Mumford membuat penggolongan siswa. Menurut mereka ada empat macam atau tipe siswa, yaitu; 1). Aktivis
  • 16. 2). Reflector 3). Teoris, dan 4). Pragmatis[19] d). Habermas Ahli psikologi lain adalah Habermas yang dalam pandangannya bahwa belajar sangat dipengaruhi oleh interaksi, baik dengan lingkungan maupun dengan sesama manusia. Dengan asumsi ini, Habermas mengelompokkan tipe belajar menjadi tiga bagian, yaitu; 1). Belajar teknis (technical learning) 2). Belajar praktis (practical learning) 3). Belajar emansipatoris (emancipatory learning).[20] 4. ALIRAN SIBERNETIK a). Landa Landa merupakan salah seorang ahli psikologi yang beraliran sibernetik. Menurut Landa, ada dua macam proses berfikir. Pertama, disebut proses berfikir algoritmik, yaitu berpikir linier, konvergen, lurus menuju ke suatu target tertentu. Jenis kedua, adalah cara berpikir heuristic,
  • 17. yakni cara berpikir divergen, menuju ke beberapa target sekaligus.[21] b). Pask dan Scott Ahli lain adalah pemikirannya beraliran sibernetik adalah pask dan Scott. Pendekatan serialis yang diusulkan oleh Pask dan Scott sama dengan pendekatan algoritmik. Namun, cara berpikir menyeluruh (wholoist) tidak sama dengan heuristik. Cara berpikir menyeluruh adalah berpikir yang cenderung melompat ke depan, langsung ke gambaran lengkap sebuah sistem informasi. Ibarat melihat lukisan, bukan detail-detail yang kita amati lebih dahulu, tetapi seluruh lukisan itu sekaligus, baru sesudah itu ke bagian-bagian yang lebih kecil.[22] BAB III PENUTUP A. Kesimpulan 1. Perkembangan teori belajar secara umum dapat dikelompokkan dalam empat kelompok atau aliran meliputi:
  • 18. a. Aliran Behavioristik (Tingkah Laku) b. Aliran Kognitif c. Aliran Humanistik d. Aliran Sibernetik 2. Pandangan teori belajar menurut aliran Behavioristik (Tingkah Laku) adalah perubahan dalam tingkah laku sebagai akibat dari interaksi antara stimulus dan respon. Menurut aliran Kognitif adalah proses belajar sebenarnya terdiri dari tiga tahapan, yakni asimilasi, akomodasi dan equilibrasi (penyeimbangan) menurut Piaget. Menurut aliran Humanistik adalah apa yang mungkin dikuasai (dipelajari) oleh siswa, tercakup dalam tiga kawasan yaitu kognitif, psikomotor, afektif menurut Bloom dan Krathowl. Menurut aliran Sibernetik adalah ada dua macam proses berfikir yaitu berfikir algoritmik, yaitu berpikir linier, konvergen, lurus menuju ke suatu target tertentu, berpikir heuristic, yakni cara berpikir divergen, menuju ke beberapa target sekaligus, menurut Landa. B. Saran
  • 19. Dengan mengetahui macam-macam teori belajar dan pandangan terhadap tingkahlaku manusia diharapkan agar guru dan siswa dapat menerapkan teori tersebut sesuai dengan kemampuan, situasi dan kondisi lingkungan belajar, sehingga tercipta kenyamanan dan keberhasilan dalam proses pembelajaran. DAFTAR PUSTAKA M. Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, Bandung, Remaja Rosdakarya, 1990. R.E, Slavin,.. Educational Psychology: Theory and Practice. Sixth Edition. Boston: Allyn and Bacon. 2000. Uno, B. Hamzah, Orientasi Baru dalam Psikologi Pembelajaran, Jakarta: PT. Bumi Aksara. 2005. http://alkohol7.wordpress.com/2008/11/21/makalah- psikopen-teori-belajar/ http://id.wikipedia.org/wiki/Teori_Belajar_Behavioristik.
  • 20. http://www.freewebs.com/hijrahsaputra/catatan/TEORI %20BELAJAR%20DAN%20PEMBELAJARAN.htm. [1] Slavin, R.E.. Educational Psychology: Theory and Practice. (Sixth Edition. Boston: Allyn and Bacon 2000), 143 [2] http://id.wikipedia.org/wiki/Teori_Belajar_Behavioristik [3] Hamzah B. Uno, Orientasi Baru dalam Psikologi Pembelajaran,(Jakarta: PT. Bumi Aksara), 6. [4]http://www.freewebs.com/hijrahsaputra/catatan/TEORI %20BELAJAR%20DAN%20PEMBELAJARAN.htm [5] Hamzah B. Uno, Orientasi Baru …., 7. [6] Ibid., 7. [7] M. Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung, Remaja Rosdakarya, 1990), 98 – 99. [8] Hamzah B. Uno, Orientasi Baru……, 7. [9] Ibid, hlm. 8. [10] M. Ngalim Purwanto, Psikologi… …. 98. [11] Ibid. [12] Ibid. [14] Hamzah B. Uno, Orientasi Baru……, 10 [15] Ibid. halm. 12 [16] Ibid. halm. 13 [17] Ibid. halm. 14. [18] Ibid, halm. 15. [19] Ibid, halm. 16 [20] Ibid. [21] Ibid, 18. [22] Ibid.