SlideShare una empresa de Scribd logo
1 de 22
Tahap perkembangan moral Kohlberg
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
  Belum Diperiksa
Langsung ke: navigasi, cari

Tahapan perkembangan moral adalah ukuran dari tinggi rendahnya moral seseorang
berdasarkan perkembangan penalaran moralnya seperti yang diungkapkan oleh Lawrence
Kohlberg. Tahapan tersebut dibuat saat ia belajar psikologi di University of Chicago
berdasarkan teori yang ia buat setelah terinspirasi hasil kerja Jean Piaget dan kekagumannya
akan reaksi anak-anak terhadap dilema moral. [1] Ia menulis disertasi doktornya pada tahun
1958 [2] yang menjadi awal dari apa yang sekarang disebut tahapan-tahapan perkembangan
moral dari Kohlberg.

Teori ini berpandangan bahwa penalaran moral, yang merupakan dasar dari perilaku etis,
mempunyai enam tahapan perkembangan yang dapat teridentifikasi. Ia mengikuti
perkembangan dari keputusan moral seiring penambahan usia yang semula diteliti Piaget, [3]
yang menyatakan bahwa logika dan moralitas berkembang melalui tahapan-tahapan
konstruktif.[4] Kohlberg memperluas pandangan dasar ini, dengan menentukan bahwa proses
perkembangan moral pada prinsipnya berhubungan dengan keadilan dan perkembangannya
berlanjut selama kehidupan,[2] walaupun ada dialog yang mempertanyakan implikasi filosofis
dari penelitiannya.[5][6]

Kohlberg menggunakan ceritera-ceritera tentang dilema moral dalam penelitiannya, dan ia
tertarik pada bagaimana orang-orang akan menjustifikasi tindakan-tindakan mereka bila
mereka berada dalam persoalan moral yang sama. Kohlberg kemudian mengkategorisasi dan
mengklasifikasi respon yang dimunculkan ke dalam enam tahap yang berbeda. Keenam
tahapan tersebut dibagi ke dalam tiga tingkatan: pra-konvensional, konvensional, dan pasca-
konvensional.[7][8][9] Teorinya didasarkan pada tahapan perkembangan konstruktif; setiap
tahapan dan tingkatan memberi tanggapan yang lebih adekuat terhadap dilema-dilema moral
dibanding tahap/tingkat sebelumnya.[4]


Daftar isi
       1 Tahapan-tahapan
           o 1.1 Pra-Konvensional
           o 1.2 Konvensional
           o 1.3 Pasca-Konvensional
       2 Contoh dilema moral yang digunakan
           o 2.1 Dilema Heinz
       3 Kritik
       4 Lihat pula
       5 Referensi
       6 Bacaan lebih lanjut
           o 6.1 Bacaan Bahasa Indonesia
       7 Pranala luar
Tahapan-tahapan
Keenam tahapan perkembangan moral dari Kolhlberg dikelompokkan ke dalam tiga
tingkatan: pra-konvensional, konvensional, dan pasca-konvensional.[7][8][9] Mengikuti
persyaratan yang dikemukakan Piaget untuk suatu Teori perkembangan kognitif, adalah
sangat jarang terjadi kemunduran dalam tahapan-tahapan ini.[10][11] Walaupun demikian, tidak
ada suatu fungsi yang berada dalam tahapan tertinggi sepanjang waktu. Juga tidak
dimungkinkan untuk melompati suatu tahapan; setiap tahap memiliki perspektif yang baru
dan diperlukan, dan lebih komprehensif, beragam, dan terintegrasi dibanding tahap
sebelumnya.[10][11]

       Tingkat 1 (Pra-Konvensional)
       1. Orientasi kepatuhan dan hukuman
       2. Orientasi minat pribadi
       ( Apa untungnya buat saya?)
       Tingkat 2 (Konvensional)
       3. Orientasi keserasian interpersonal dan konformitas
       ( Sikap anak baik)
       4. Orientasi otoritas dan pemeliharaan aturan sosial
       ( Moralitas hukum dan aturan)
       Tingkat 3 (Pasca-Konvensional)
       5. Orientasi kontrak sosial
       6. Prinsip etika universal
       ( Principled conscience)

Pra-Konvensional

Tingkat pra-konvensional dari penalaran moral umumnya ada pada anak-anak, walaupun
orang dewasa juga dapat menunjukkan penalaran dalam tahap ini. Seseorang yang berada
dalam tingkat pra-konvensional menilai moralitas dari suatu tindakan berdasarkan
konsekuensinya langsung. Tingkat pra-konvensional terdiri dari dua tahapan awal dalam
perkembangan moral, dan murni melihat diri dalam bentuk egosentris.

Dalam tahap pertama, individu-individu memfokuskan diri pada konsekuensi langsung dari
tindakan mereka yang dirasakan sendiri. Sebagai contoh, suatu tindakan dianggap salah
secara moral bila orang yang melakukannya dihukum. Semakin keras hukuman diberikan
dianggap semakin salah tindakan itu.[12] Sebagai tambahan, ia tidak tahu bahwa sudut
pandang orang lain berbeda dari sudut pandang dirinya. Tahapan ini bisa dilihat sebagai
sejenis otoriterisme.

Tahap dua menempati posisi apa untungnya buat saya, perilaku yang benar didefinisikan
dengan apa yang paling diminatinya. Penalaran tahap dua kurang menunjukkan perhatian
pada kebutuhan orang lain, hanya sampai tahap bila kebutuhan itu juga berpengaruh terhadap
kebutuhannya sendiri, seperti “kamu garuk punggungku, dan akan kugaruk juga
punggungmu.”[4] Dalam tahap dua perhatian kepada oranglain tidak didasari oleh loyalitas
atau faktor yang berifat intrinsik. Kekurangan perspektif tentang masyarakat dalam tingkat
pra-konvensional, berbeda dengan kontrak sosial (tahap lima), sebab semua tindakan
dilakukan untuk melayani kebutuhan diri sendiri saja. Bagi mereka dari tahap dua, perpektif
dunia dilihat sebagai sesuatu yang bersifat relatif secara moral.
Konvensional

Tingkat konvensional umumnya ada pada seorang remaja atau orang dewasa. Orang di
tahapan ini menilai moralitas dari suatu tindakan dengan membandingkannya dengan
pandangan dan harapan masyarakat. Tingkat konvensional terdiri dari tahap ketiga dan
keempat dalam perkembangan moral.

Dalam tahap tiga, seseorang memasuki masyarakat dan memiliki peran sosial. Individu mau
menerima persetujuan atau ketidaksetujuan dari orang-orang lain karena hal tersebut
merefleksikan persetujuan masyarakat terhadap peran yang dimilikinya. Mereka mencoba
menjadi seorang anak baik untuk memenuhi harapan tersebut,[4] karena telah mengetahui ada
gunanya melakukan hal tersebut. Penalaran tahap tiga menilai moralitas dari suatu tindakan
dengan mengevaluasi konsekuensinya dalam bentuk hubungan interpersonal, yang mulai
menyertakan hal seperti rasa hormat, rasa terimakasih, dan golden rule. Keinginan untuk
mematuhi aturan dan otoritas ada hanya untuk membantu peran sosial yang stereotip ini.
Maksud dari suatu tindakan memainkan peran yang lebih signifikan dalam penalaran di tahap
ini; 'mereka bermaksud baik…'.[4]

Dalam tahap empat, adalah penting untuk mematuhi hukum, keputusan, dan konvensi sosial
karena berguna dalam memelihara fungsi dari masyarakat. Penalaran moral dalam tahap
empat lebih dari sekedar kebutuhan akan penerimaan individual seperti dalam tahap tiga;
kebutuhan masyarakat harus melebihi kebutuhan pribadi. Idealisme utama sering menentukan
apa yang benar dan apa yang salah, seperti dalam kasus fundamentalisme. Bila seseorang bisa
melanggar hukum, mungkin orang lain juga akan begitu - sehingga ada kewajiban atau tugas
untuk mematuhi hukum dan aturan. Bila seseorang melanggar hukum, maka ia salah secara
moral, sehingga celaan menjadi faktor yang signifikan dalam tahap ini karena memisahkan
yang buruk dari yang baik.

Pasca-Konvensional

Tingkatan pasca konvensional, juga dikenal sebagai tingkat berprinsip, terdiri dari tahap lima
dan enam dari perkembangan moral. Kenyataan bahwa individu-individu adalah entitas yang
terpisah dari masyarakat kini menjadi semakin jelas. Perspektif seseorang harus dilihat
sebelum perspektif masyarakat. Akibat „hakekat diri mendahului orang lain‟ ini membuat
tingkatan pasca-konvensional sering tertukar dengan perilaku pra-konvensional.

Dalam tahap lima, individu-individu dipandang sebagai memiliki pendapat-pendapat dan
nilai-nilai yang berbeda, dan adalah penting bahwa mereka dihormati dan dihargai tanpa
memihak. Permasalahan yang tidak dianggap sebagai relatif seperti kehidupan dan pilihan
jangan sampai ditahan atau dihambat. Kenyataannya, tidak ada pilihan yang pasti benar atau
absolut - 'memang anda siapa membuat keputusan kalau yang lain tidak'? Sejalan dengan itu,
hukum dilihat sebagai kontrak sosial dan bukannya keputusan kaku. Aturan-aturan yang tidak
mengakibatkan kesejahteraan sosial harus diubah bila perlu demi terpenuhinya kebaikan
terbanyak untuk sebanyak-banyaknya orang.[8] Hal tersebut diperoleh melalui keputusan
mayoritas, dan kompromi. Dalam hal ini, pemerintahan yang demokratis tampak
berlandaskan pada penalaran tahap lima.

Dalam tahap enam, penalaran moral berdasar pada penalaran abstrak menggunakan prinsip
etika universal. Hukum hanya valid bila berdasar pada keadilan, dan komitmen terhadap
keadilan juga menyertakan keharusan untuk tidak mematuhi hukum yang tidak adil. Hak
tidak perlu sebagai kontrak sosial dan tidak penting untuk tindakan moral deontis. Keputusan
dihasilkan secara kategoris dalam cara yang absolut dan bukannya secara hipotetis secara
kondisional (lihat imperatif kategoris dari Immanuel Kant[13]). Hal ini bisa dilakukan dengan
membayangkan apa yang akan dilakukan seseorang saat menjadi orang lain, yang juga
memikirkan apa yang dilakukan bila berpikiran sama (lihat veil of ignorance dari John
Rawls[14]). Tindakan yang diambil adalah hasil konsensus. Dengan cara ini, tindakan tidak
pernah menjadi cara tapi selalu menjadi hasil; seseorang bertindak karena hal itu benar, dan
bukan karena ada maksud pribadi, sesuai harapan, legal, atau sudah disetujui sebelumnya.
Walau Kohlberg yakin bahwa tahapan ini ada, ia merasa kesulitan untuk menemukan
seseorang yang menggunakannya secara konsisten. Tampaknya orang sukar, kalaupun ada,
yang bisa mencapai tahap enam dari model Kohlberg ini.[11]

Contoh dilema moral yang digunakan

Perkembangan Moral Peserta Didik
Auliya Nur Rohmah
12
Apr 2012

BAB I

PENDAHULUAN

   1. Latar Belakang

Tahapan perkembangan moral adalah ukuran dari tinggi rendahnya moral seseorang
berdasarkan perkembangan penalaran moralnya seperti yang diungkapkan oleh Lawrence
Kohlberg. Tahapan tersebut dibuat saat ia belajar di University of Chicago berdasarkan teori
yang ia buat setelah terinspirasi hasil kerja Jean Piaget dan kekagumannya akan reaksi anak-
anak terhadap dilema moral.Ia menulis disertasi doktornya pada tahun 1958 yang menjadi
awal dari apa yang sekarang disebut tahapan-tahapan perkembangan moral dari Kohlberg.

Teori ini berpandangan bahwa penalaran moral, yang merupakan dasar dari perilaku etis,
mempunyai enam tahapan perkembangan yang dapat teridentifikasi. Ia mengikuti
perkembangan dari keputusan moral seiring penambahan usia yang semula diteliti Piaget,
yang menyatakan bahwa logika dan moralitas berkembang melalui tahapan-tahapan
konstruktif Kohlberg memperluas pandangan dasar ini, dengan menentukan bahwa proses
perkembangan moral pada prinsipnya berhubungan dengan keadilan dan perkembangannya
berlanjut selama kehidupan,walaupun ada dialog yang mempertanyakan implikasi filosofis
dari penelitiannya.

Kohlberg menggunakan ceritera-ceritera tentang dilema moral dalam penelitiannya, dan ia
tertarik pada bagaimana orang-orang akan menjustifikasi tindakan-tindakan mereka bila
mereka berada dalam persoalan moral yang sama. Kohlberg kemudian mengkategorisasi dan
mengklasifikasi respon yang dimunculkan ke dalam enam tahap yang berbeda. Keenam
tahapan tersebut dibagi ke dalam tiga tingkatan: pra-konvensional, konvensional, dan pasca-
konvensional. Teorinya didasarkan pada tahapan perkembangan konstruktif; setiap tahapan
dan tingkatan memberi tanggapan yang lebih adekuat terhadap dilema-dilema moral
dibanding tahap/tingkat sebelumnya.

     1. Rumusan Masalah

1)    Apa Pengertian Moral?

2)    Bagaimana Pola Perkembangan Moral?

3)    Bagaimana Tahap-Tahap Perkembangan Moral?

4)    Bagaimana Cara Mempelajari Sikap Moral?

5)    Bagaimana Implikasinya bagi pendidikan?

     1. Tujuan Penulisan

1)    Mengetahui Pengertian Moral.

2)    Mengetahui Bagaimana Pola Perkembangan Moral.

3)    Mengetahui Bagaimana Tahap-Tahap Perkembangan Moral.

4)    Mengetahui Bagaimana Cara Mempelajari Sikap Moral.

5)    Mengetahui Bagaimana Implikasinya bagi pendidikan.

BAB II
PEMBAHASAN

     1. Pengertian Moral

Moral berasal dari kata latin “mores” yang berarti tata cara , kebiasaan, dan adat. Perilaku
sikap moral berarti perilaku yang sesuai dengan kode moral kelompok sosial, yang
dikembangakan oleh konsep moral. Yang dimaksud dengan konsep moral ialah peraturan
perilaku yang telah menjadi kebiasaan bagi anggota suatu budaya. Konsep moral inilah yang
menentukan pola perilaku yang diharapakan dari seluruh anggota kelompok.[1]

Menurut piaget (sinilungan, 1997), hakikat moralitas adalah kecenderungan menerima dan
menaati sistem peraturan. Selanjutnya, kohlberg (gnarsa, 1985) mengemukakan bahwa aspek
moral adalah sesuatu yang tidak dibawa dari lahir, tapi sesuatu yang berkembang dan dapat
diperkembangkan/dipelajari. Perkembangan moral merupakan proses internalisasi
nilai/norma masyarakat sesuai dengan kematangan dan kemampuan seseorang dalam
menyesuaikan diri terhadap aturan yang berlaku dalam kehidupannya. Jadi, perkembangan
moral mencangkup aspek kognitif yaitu pengetahuan tentang baik/buruk atau benar/salah,
dan aspek afektif yaitu sikap perilaku moral itu dipraktekkan. piaget mengajukan
perkembangan moral, yang digambarkan pada aturan permainan. Menurut beliau hakekat
moralitas adalah kecenderungan menerima dan menaati sistem peraturan.
Tokoh yang paling dikenaldalam kaitannya dengan perkembangan moral adalah lawrence E.
Kohlberg (19995). Melalui disertasinya yang sangat monumental yang berjudul ” the
development of modes of moral thinking and choice in the years 10 to 16 ” yang
diselesaikannya di university of chicago pada tahun 1958, dia melakukan penelitian empiris
lintas kelompok usia tentang cara perkembangan moral terhadap 75 orang anak dan remaja
yang berasal dari daerah yang berbeda di sekitar chicago. Anak-anak itu dibagi menjadi tiga
kelompok usia, yakni kelompok usia 10, 13, dan 16 tahun. Penelitiannya dilakukan dengan
cara menghadapkan para subjek penelitian atau responden kepada berbagai dilema moral dan
selanjutnya mencatat semua reaksi mereka. Dalam pandangan kohlberg, sebagaimana juga
pandangan jean piaget yaitu salah seorang yang sangat dikaguminya, berdasarkan
penelitiannya itu sangat tampak bahwa anak-anak dan remaja itu menafsirkan segala tindakan
dan perilakunya sesuai dengan struktur mental mereka sendiri. Mereka menilai hubungan
sosial dan perbuatan tertentu sebagai “adil” atau “tidak adil”, “ baik” atau ”buruk” juga
seiring dengan tingkat perkembangan atau setruktur moral mereka masing-masing.

Disamping perilaku moral ada juga perilaku tak bermoral yaitu perilaku yang tidak sesuai
dengan harapan sosial karena sikap tidak setuju dengan standar sosial yang berlaku atau
kurang adanya perasaan wajib menyesuaikan diri, serta perilaku amoral atau nonmoral yaitu
perilaku yang tidak sesuai dengan harapan sosial karena ketidak acuhan atau pelanggaran
terhadap standar kelompok sosial.

Berdasarkan penelitiannya itu, kohlberg menarik sejumlah kesimpulan sebagai berikut:

   1. Penilaian dan perubahan moral pada intinya bersifat rasional. Keputusan moral
      bukanlah soal permasalahan atau nilai, melainkan mengandung suatu tafsiran kognitif
      terhadap keadaan dilema moral dan bersifat konstruksi kognitif yang bersifat aktif
      terhadap titik pandang maing-masing individu sambil mempertimbangkan segala
      macam tuntutan individu, hak, kewajiban, dan keterlibatan setiap pribadi terhadap
      sesuatu yang baik dan adil. Kesemua itu merupakan tindakan kognitif.
   2. Terdapat sejumlah tahap pertimbangan moral yang sesuai dengan pandangan formal
      harus di uraikan dan biasanya yang digunakan remaja untuk mempertamggung
      jawabkan perbuatan moralnya.
   3. Membenarkan gagasan jean piaget bahwa pada masa remaja sekitar umur 16 tahun
      telah mencapai tahap tertinggi dalam proses perkembangan moral. Sebagaimana
      penelitian piaget telah membuktikan bahwa baru pada masa remaja pola pemikiran
      oprasional-formal berkembang. Demikian pula kohlberg menunjukkan adanya
      kesejajaran perkembangan kognitif dengan perkembangan moral, yaitu bahwa pada
      masa remaja dapat juga dicapai tahap tertinggi perkembangan moral yang ditandai
      dengan kemampuan remaja menerapkan prinsip keadilan universal pada penilaian
      moralnya.[2]
          1. Pola Perkembangan Moral

Dalam mempelajari perkembangan sikap moral peserta didik usia sekolah, piaget
(sinolungun, 1997) mengemukakan tiga tahap perkembangan moral sesuai dengan kajian
pada aturan dalam permainan anak.

       Fase absolut,
Dimana anak menghayati peraturan sebagai sesuatu hal yang mutlak, tidak dapat diubah,
karena berasal dari otoritas yang dihormati (orang tua, guru, anak yang lebih berkuasa)

       Fase realitas,

Dimana anak menyesuaikan diri untuk menghindari penolakan orang lain. Dalam permainan,
anak menaati aturan yang disepakati bersama sebagai suatu kenyataan/realitas yang dapat
diubah asal disetujui bersama.

       Fase subjektif,

Dimana anak memperhatikan motif atau kesengajaandalam memahami aturan dan gembira
mengembangakan sertamenerapkan.

    1. Tahap-Tahap Perkembangan Moral

Piaget mengatakan bahwa seorang anak melampui perkembangan melalui 4 tahap dalam
memahami dunia. Masing-masing tahap terkait dengan usia dan terdiri dari cara berpikir yang
berbeda. Tahapan-tahapan tersebut adalah:

    1. Tahap sensorimotor (Sensorimotor stage)

Yaitu yang terjadi dari lahir hingga usia 2 tahun, merupakan tahap pertama piaget. Pada tahap
ini, perkembangan mental ditandai oleh kemajuan yang besar dalam kemampuan bayi untuk
mengorganisasikan dan mengkoordinasikan sensasi (seperti melihat dan mendengar) melalui
gerakan-gerakan dan tindakan-tindakan fisik.

    1. Tahap praoperasional (preoperational stage),

Yaitu yang terjadi dari usia 2 hingga 7 tahun, merupakan tahap kedua piaget, pada tahap ini
anak mulai melukiskan dunia dengan kata-kata dan gambar-gambar. Mulai muncul pemikiran
egosentrisme, animisme, dan intuitif. Egosentrisme adalah suatu ketidakmampuan untuk
membedakan antara perspektif seseorang dengan perspektif oranglain dengan kata lain anak
melihat sesuatu hanya dari sisi dirinya.

Animisme adalah keyakinan bahwa obyek yang tidak bergerak memiliki kualiatas semacam
kehidupan dan dapat bertindak. Seperti sorang anak yang mengatakan, “Pohon itu bergoyang-
goyang mendorong daunnya dan daunnya jatuh.”

Intuitif adalah anak-anak mulai menggunakan penalaran primitif dan ingin mengetahui
jawaban atas semua bentuk pertanyaan. Mereka mengatakan mengetahui sesuatu tetapi
mengetahuinya tanpa menggunakan pemikiran rasional

.

    1. Tahap operasional konkrit (concrete operational stage)

Yaitu yang berlangsung dari usia 7 hingga 11 tahun, merupakan tahap ketiga piaget. Pada
tahap ini anak dapat melakukan penalaran logis menggantikan pemikiran intuitif sejauh
pemikiran dapat diterapkan ke dalam cotoh-contoh yang spesifik atau konkrit.
1. Tahap operasional formal (formal operational stage)

Yaitu yang terlihat pada usia 11 hingga 15 tahun, merupakan tahap keempat dan terkahir dari
piaget. Pada tahap ini, individu melampaui dunia nyata, pengalaman-pengalaman konkrit dan
berpikir secara abstrak dan lebih logis.[3]

Sebagai pemikiran yang abstrak, remaja mengembangkan gambaran keadaan yang ideal.
Mereka dapat berpikir seperti apakah orangtua yang ideal dan membandingkan orangtua
mereka dengan standar ideal yang mereka miliki. Mereka mulai mempersiapkan
kemungkinan-kemungkinan bagi masa depan dan terkagum-kagum terhadap apa yang
mereka lakukan.

- Dalam tahap pengembangan moral ini menurut kohlberg ada 3 tahap perkembangan moral
yaitu:

a. Tahap Prakonvensional

Dimana aturan berisi ukuran moral yang dibuat otoritas pada tahap perkembangan ini anak
tidak akan melanggar aturan karena takut ancaman hukuman dari otoritas.

b. Tahap konvensional

Anak mematuhi aturan yang dibuat bersama, agar ia diterima dalam kelompok sebaya/oleh
otoritasnya.

   1. Tahap pascakonvensional

Anak menaati aturan untuk menghindari hukuman kata hatinya.

- Dalam tahap pengembangan moral ini menurut J. Bull perkembangan moral dibagi menjadi
4 yaitu:

a. Tahap anomi ketidakmampuan moral bayi. Moral bayi barulah suatu potensi yang siap
dikembangkan dalam lingkungan.

b. Tahap heteronomi dimana moral yang berpotensial dipacu berkembang orang lai/otoritas
melalui aturan dan kedisiplinan.

c. Tahap sosionomi dimana moral berkembang ditengah sebaya/dalam masyarakat, mereka
lebih menaati aturan kelompok dari pada aturan otoritas.

d. Tahap otonomi moral yang mengisi dan mengendalikan kata hati serta kemampuan
bebasnya untuk berperilaku tanpa tekanan lingkungan.[4]

Adapun tahap-tahap perkembangan moral yang dikenal diseluruh dunia yang di kemukakan
oleh kohlberg (1995) sebagai berikut:

Tingkat 1: Prakonvensional.
Pada tingkat ini aturan berisi aturan moral yang dibuat berdasarkan otoritas. Anak tidak
melanggar aturan moral karana takut ancaman atau hukuman dari otoritas. Tingkat pra-
konvensional dari penalaran moral umumnya ada pada anak-anak, walaupun orang dewasa
juga dapat menunjukkan penalaran dalam tahap ini. Seseorang yang berada dalam tingkat
pra-konvensional menilai moralitas dari suatu tindakan berdasarkan konsekuensinya
langsung.

Tingkat ini dibagi menjadi dua tahap:

       Tahap orientasi terhadap kepatuhan dan hukuman

Pada tahap ini anak hanya mengetahui bahwa aturan-aturan ini ditentukan oleh adanya
kekuasaan yang tidak bisa diganggu gugat. Anak harus menurut, atau kalau tidak, akan
mendapat hukuman.

       Tahap relativistik -instrument

Pada tahap ini anak tidak lagi secara mutlak tergantung pada aturan yang berada di luar
dirinya yang ditentukan orang lain yang memiliki otoritas. Anak mulai sadar bahwa setiap
kejadian mempunyai beberapa segi yang bergantung pada kebutuhan (relativisme) dan
kesenangan seseorang (hedonisme), perilaku yang benar didefinisikan dengan apa yang
paling diminatinya. Penalaran tahap dua kurang menunjukkan perhatian pada kebutuhan
orang lain, hanya sampai tahap bila kebutuhan itu juga berpengaruh terhadap kebutuhannya
sendiri, seperti “kamu garuk punggungku, dan akan kugaruk juga punggungmu.” Jadi
hubungan disini bukan atas dasar loyalitas, trimakasih dan keadilan.

Tingkat 2 : Konvensional.

Pada tingkatan ini anak mematuhi aturan yang dibuat bersama agar diterima dalam
kelompoknya, Tingkat konvensional umumnya ada pada seorang remaja atau orang dewasa.
Orang di tahapan ini menilai moralitas dari suatu tindakan dengan membandingkannya
dengan pandangan dan harapan masyarakat.. Tingkat ini juga terdiri dari dua tahap.

       tahap orientasi mengenai anak yang baik.

Pada tahap ini anak mulai memperlihatkan orientasi perbuatan yang dapat dinilai baik atau
tidak baik oleh orang lain atau masyarakat. Sesuatu dikatakan baik dan benar apabila sikap
dan perilakunya dapat diterima oleh orang lain atau masyarakat.

       tahap mempertahankan norma sosial dan otoritas.

Pada tahap ini anak menunjukkan perbuatan baik dan benar bukan hanya agar dapat diterima
oleh lingkungan masyarakat di sekitarnya, tetapi juga bertujuan agar dapat ikut
mempertahankan aturan dan norma/ nilai sosial yang ada sebagai kewajiban dan tanggung
jawab moral untuk melaksanakan aturan yang ada.

Tingkat 3: pasca konvensional, otonom atau berlandaskan prinsip

Pada tingkat ini anak mematuhi aturan untuk menghindari hukuman kata hatinya. Tingkat ini
juga terdiri dari dua tahap yaitu:
tahap orientasi terhadap perjanjian antara dirinya dengan lingkungan sosial.

Pada tahap ini ada hubungan timbal balik antara dirinya dengan lingkungan sosial dan
masyarakat. Seseorang menaati aturan sebagai kewajiban dan tanggung jawab dirinya dalam
menjaga keserasian hidup masyarakat.

       tahap prinsip etika universal.

Pada tahap ini selain ada norma pribadi yang bersifat subyektif ada juga norma etik (baik/
buruk, benar/ salah) yang bersifat universal sebagai sumber menentukan sesuatu perbuatan
yang berhubungan dengan moralitas.

Teori perkembangan moral yang dikemukakan Kohlberg seperti halnya Piaget menunjukkan
bahwa sikap dan perilaku moral bukan hasil sosialisasi atau pelajaran yang diperoleh dari
kebiasaan yang berhubungan dengan nilai kebudayaan semata-mata. Tetapi juga terjadi
sebagai akibat dari aktivitas spontan yang dipelajari dan berkembang melalui interaksi sosial
anak dengan lingkungannya.[5]

Berdasarkan tingkatan dan tahap-tahap perkembangan moral itu, kemudian Kohlberg (1995)
menerjemahkannya ke dalam motif-motif individu dalam melakukan perbuatan moral. Sesuai
dengan tahap-tahap perkembangan moral, maka motif-motif perilaku moral manusia adalah
sebagai berikut :

Motif 1           erbuatan moral individu dimotivasi oleh penghindaran terhadap hukuman
dan suara hati pada dasarnya merupakan ketakutan irasional terhadap hukuman.

Motif 2          erbuatan moral individu dimotivasi oleh keinginan untuk mendapat
ganjaran dan keuntungan. Sangat boleh jadi reaksi rasa bersalah diabaikan dan hukuman
dipandang secara pragmatis sehingga membedakan rasa takut, rasa nikmat. Atau rasa sakit
dari akibat hukuman

Motif 3           erbuatan moral individu dimotivasi oleh antisipasi terhadap celaan orang
lain, baik yang nyata atau yang dibayangkan secara hipotesis.

Motif 4          erbuatan moral individu dimotivasi oleh antisipasi terhadap celaan yang
mendalam karena kegagalan dalam melaksanakan kewajiban dan rasa diri bersalah atas
kerugian yang dilakukan terhadap orang lain.

Motif 5           erbuatan moral individu dimotivasi oleh keprihatinan terhadap upaya
mempertahankan rasa hormat terhadap orang lain dan masyarakat yang didasarkan atas akal
budi dan bukan berdasarkan emosi, keprihatinan terhadap rasa hormat bagi diri sendiri.
Misalnya, untuk menghindari sikap menghakimi diri sendiri sebagai makhluk yang tidak
rasional, tidak konsisten dan tanpa tujuan.

Motif 6          erbuatan moral individu dimotivasi oleh keprihatinan terhadap sikap
mempersalahkan diri karena melanggar prinsip-prinsipnya sendiri. Individu cenderung
membedakan antara rasa hormat terhadap diri karena mencapai rasionalitas dengan rasa
hormat terhadap diri sendiri karena mampu mempertahankan prnsip-prinsip moral.[6]

D. Cara Mempelajari Sikap Moral
Sikap dan perilaku moral dapat dipelajari dengan cara berikut.

1. Belajar melalui cob/ ralat (tryal and error). Anak mencoba belajar mengatahui apakah
perilakunya sudah memenuhi standart sosial dan persetujuan sosial atau belum. Bila belum,
maka anak dapat mencoba lagi sampai suatu ketika secara kebetulan dapat berperilaku sesuai
dengan yang diharapkan.

2. Pendidikan langsung yang dilakukan dengan cara anak belajar memberi reaksi tertentu
secara tepat dalam situasi tertentu, serta dilakukan dengan cara memenuhi peraturan yang
berlaku dalam keluarga, sekolah, maupun masyarakat sekitar.

3. Identifikasi dengan orang yang dikaguminya. Cara ini biasanya dilakukan secara tidak
sadar dan tanpa tekanan dari orang lain. Yang penting ada teladan dari orang yang
diidentifikasikan untuk ditiru perilakunya.

Pendidikan saat ini umunya mempersiapkan peserta didik memilki banyak pengetahuan,
tetapi tidak tahu cara memecahkan masalah tertentu yang dihadapai dalam kehidupan
bermasyarakat sehari-hari. Pendidikan lebih mempersiapkan peserta didik untuk menjadi
anak yang pandai dan cerdas, tetapi kurang mempersiapkan peserta didik untuk menjadi anak
yang baik. Masalah berkenaan dengan baik dan buruk menjadi kajian bidang moral.
Demikian juga dalam mengembangkan aspek moral peserta didik berarti bagaimana cara
membantu peserta didik untuk menjadi anak yang baik, yang mengetahui dan berperilaku
atau bersikap berbuat baik dan benar. Sikap dan perilaku moral dapat dikembangkan melalui
pendidikan dan penanaman nilai/ norma yang dilakukan secara terintegrasi dalam pelajaran
maupun kegiatan yang dilakukan anak di keluarga dan sekolah. Pendidikan bukan hanya
mempersiapkan anak menjadi manusia cerdas, tetapi juga menjadi manusia yang baik,
berbudi luhur, dan berguna bagi orang lain.[7]

E. implikasinya bagi pendidikan

pengembangan moral melalui pendidikan mestinya bukan hanya mengajarkan nilai-nilai
sebagai slogan saja. Hal ini tampak pada moral yang diyakini penganut dan moral budaya
yang diterima warga masyarakat.

Proses pendidikan dan pembelajaran moral diteladankan orang tua dan dilakukan secara
terpadu (integrated) pada tiap peluang dalam semua kegiatan sekolah.disana pendidik
mengajarkan keteraturan hidup, disiplin serta melatih dan membiasakan peserta didik
bermoral dalam perilaku dan kegiatannya. Otoritas mendukung berbagai kegiatan
pengembangan moral warga masyarakat sebagai bagian upaya membangun karekter manusia
indonesia seutuhnya. Cara yang ideal adalah dengan memantapkan pancasila melalui
keteladanan pendidik pada umumnya kepada warga bangsa sebagai peserta didik sepanjang
hayat. Disini berproses pembangunan watak bangsa.[8]

BAB III

PENUTUP

   1. kesimpulan
   2. Pengertian Moral
Moral berasal dari kata latin “mores” yang berarti tata cara , kebiasaan, dan adat. Perilaku
sikap moral berarti perilaku yang sesuai dengan kode moral kelompok sosial, yang
dikembangakan oleh konsep moral. Yang dimaksud dengan konsep moral ialah peraturan
perilaku yang telah menjadi kebiasaan bagi anggota suatu budaya. Konsep moral inilah yang
menentukan pola perilaku yang diharapakan dari seluruh anggota kelompok.

   1. Pola Perkembangan Moral

Piaget (sinolungun, 1997) mengemukakan tiga tahap perkembangan moral sesuai dengan
kajian pada aturan dalam permainan anak.

       Fase absolut,
       Fase realitas,
       Fase subjektif,

Dimana anak memperhatikan motif atau kesengajaandalam memahami aturan dan gembira
mengembangakan sertamenerapkan.

   1. Tahap-Tahap Perkembangan Moral

Piaget mengatakan bahwa seorang anak melampui perkembangan melalui 4 tahap dalam
memahami dunia. Masing-masing tahap terkait dengan usia dan terdiri dari cara berpikir yang
berbeda. Tahapan-tahapan tersebut adalah:

   1. Tahap sensorimotor (Sensorimotor stage)
   2. Tahap praoperasional (preoperational stage)
         1. Tahap operasional konkrit (concrete operational stage)
                1. Tahap operasional formal (formal operational stage)

- Dalam tahap pengembangan moral ini menurut kohlberg ada 3 tahap perkembangan moral
yaitu:

a. Tahap Prokonvensional.

b. Tahap konvensional

c. Tahap pascakonvensional

Adapun tahap-tahap perkembangan moral yang dikenal diseluruh dunia yang di kemukakan
oleh kohlberg (1995) sebagai berikut:

Tingkat 1: Prakonvensional.

Pada tingkat ini aturan berisi aturan moral yang dibuat berdasarkan otoritas. Anak tidak
melanggar aturan moral karana takut ancaman atau hukuman dari otoritas. Tingkat ini dibagi
menjadi dua tahap:

       Tahap orientasi terhadap kepatuhan dan hukuman
       Tahap relativistik -instrument
Tingkat 2 : Konvensional.

Pada tingkatan ini anak mematuhi aturan yang dibuat bersama agar diterima dalam
kelompoknya. Tingkat ini juga terdiri dari dua tahap.

       tahap orientasi mengenai anak yang baik.
       tahap mempertahankan norma sosial dan otoritas.

Tingkat 3: pasca konvensional, otonom atau berlandaskan prinsip

Pada tingkat ini anak mematuhi aturan untuk menghindari hukuman kata hatinya. Tingkat ini
juga terdiri dari dua tahap yaitu:

       tahap orientasi terhadap perjanjian antara dirinya dengan lingkungan sosial.
       tahap prinsip etika universal.

D. Cara Mempelajari Sikap Moral

Sikap dan perilaku moral dapat dipelajari dengan cara berikut.

1. Belajar melalui cob/ ralat (tryal and error).

2. Pendidikan langsung yang dilakukan dengan cara anak belajar memberi reaksi tertentu
secara tepat dalam situasi tertentu, serta dilakukan dengan cara memenuhi peraturan yang
berlaku dalam keluarga, sekolah, maupun masyarakat sekitar.

3. Identifikasi dengan orang yang dikaguminya.

E. implikasinya bagi pendidikan

pengembangan moral melalui pendidikan mestinya bukan hanya mengajarkan nilai-nilai
sebagai slogan saja. Hal ini tampak pada moral yang diyakini penganut dan moral budaya
yang diterima warga masyarakat.




Makalah Perkembangan Moral pada Remaja
9:12 AM |

                                              BAB I
                                       PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
              Remaja merupakan suatu masa dari umur manusia yang paling banyak mengalami
     perubahan, sehingga membawanya pindah dari masa kanak-kanak menuju kepada masa
     dewasa. Perubahan-perubahan yang terjadi itu, meliputi : jasmani, rohani, pikiran, perasaan
     dan sosial. Dalam pembagian tahap perkembangan manusia, maka masa remaja menduduki
     tahap progresif.
              Meskipun perkembangan aspek-aspek kepribadian telah diawali pad masa-masa
     sebelumnya, tetapi puncaknya boleh dikatakan terjadi pada masa remaja. Sebab setelah
     melewati masa remaja ini remaja telah berubah menjadi seorang dewasa yang boleh
     dikatakan telah terbentuk suatu pribadi yang relative tetap.


              Perkembangan moral, nilai dan sikap (tingkah laku) ini berkembang sangat pesat pada
     masa remaja. Dapat dikatakan bahwa pada masa remaja menjadi penentu perkembangan hal-
     hal tersebut.
2. RUMUSAN MASALAH
              Adapun rumusan masalah dari makalah ini antara lain:
1. Apakah pengertian dari perkembangan mora?
2. Bagaimana karakteristik perkembangan moral pada remaja?
3. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan moral pada remaja?
4. Bagaimanakah perbedaan individu dalam perkembangan moral?
5. Bagaimana hubungan antara nilai, moral, sikap, dan tingkah laku?
6. Bagaimana tahap-tahap perkembangan moral?
7. Bagaimana implementasi perkembangan moral dalam kehidupan sehari-hari?




3. TUJUAN
     Adapun tujuan dari makalah ini antara lain:
1. Mahasiswa memahami pengertian dari perkembangan moral
2. Mahasiswa mengetahui karakteristik perkembangan moral pada remaja
3.   Mahasiswa dapat mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan moral pada
     remaja
4. Mahasiswa mengetahui perbedaan individu dalam perkembangan moral
5. Mahasiswa mengetahui hubungan antara nilai, moral, sikap, dan tingkah laku
6. Mahasiswa mengetahui tahap-tahap perkembangan moral
7. Mahasiswa mengetahui implementasi dari perkembangan moral dalam kehidupan sehari-hari




                                                 BAB II
                                            PEMBAHASAN


1. PENGERTIAN PERKEMBANGAN MORAL
     Istilah moral berasal dari kata Latin “mos” (Moris), yang berarti adat istiadat, kebiasaan,
     peraturan/nilai-nilai atau tata cara kehidupan. Moral dapat juga diartikan sebagai ajaran
     tentang baik buruk perbuatan dan kelakuan, akhlak, kewajiban, dan sebagainya. Dalam moral
     diatur segala perbuatan yang dinilai baik, perlu dilakukan,dan suatu perbuatan yang dinilai
     tidak baik dan perlu dihindari. Sedangkan moralitas merupakan kemauan untuk menerima
     dan melakukan peraturan, nilai-nilai atau prinsip-prinsip moral. Nilai-nilai moral itu, seperti:
a.    Seruan untuk berbuat baik kepada orang lain, memelihara ketertiban dan keamanan,
     memelihara kebersihan dan memelihara hak orang lain, dan
b. Larangan mencuri, berzina, membunuh, meminum-minumanan keras dan berjudi.

        Moral berkaitan dengan kemampuan untuk membedakan antara perbuatan yang benar dan
     yang salah. Dengan demikian, moral merupakan kendali dalam bertingkah laku. Seseorang
     dapat dikatakan bermoral, apabila tingkah laku orang tersebut sesuai dengan nilai-nilai moral
     yang dijunjung tinggi oleh masyarakat. Sehingga tugas penting yang harus dikuasai remaja
     adalah mempelajari apa yang diharapkan oleh masyarakat dan kemudian mau membentuk
     perilakunya agar sesuai dengan harapan sosial tanpa terus dibimbing, diawasi, didorong, dan
     diancam hukuman seperti yang dialami waktu anak-anak.

        Perkembangan moral (moral development) berhubungan dengan peraturan-peraturan dan
     nilai-nilai mengenai apa yang harus dilakukan seseorang dalam interaksinya dengan orang
     lain. Anak-anak ketika dilahirkan tidak memiliki moral (imoral). Tetapi dalam dirinya
     terdapat potensi yang siap untuk dikembangkan. Karena itu, melalui pengalamannya
     berinteraksi dengan orang lain (dengan orang tua, saudara dan teman sebaya), anak belajar
     memahami tentang perilaku mana yang baik, yang boleh dikerjakan dan tingkah laku mana
     yang buruk, yang tidak boleh dikerjakan.

2. KARAKTERISTIK PERKEMBANGAN MORAL
Karakteristik yang menonjol dalam perkembangan moral remaja adalah bahwa sesuai
  dengan tingkat perkembangan kognisi yang mulai mencapai tahapan berfikir operasional
  formal, yakni:
  a. mulai mampu berfikir abstrak.
  b. mulai mampu memecahkan masalah-masalah yang bersifat hipotetis, maka pemikiran
  remaja terhadap suatu permasalahan tidak lagi hanya terikat pada waktu, tempat, dan situasi,
  tetapi juga pada sumber moral yang menjadi dasar hidup mereka.
  c. Perkembangan pemikiran moral remaja dicirikan dengan mulai tumbuh kesadaran akan
  kewajiban mempertahankan kekuasaan dan pranata yang ada karena dianggapnya sebagai
  suatu yang bernilai walau belum mampu mempertanggungjawabkannya secara pribadi.
  d. Keyakinan moral lebih berpusat pada apa yang benar dan kurang pada apa yang salah. e.
  Keadilan muncul sebagai kekuatan moral yang dominan.
  f. Penilaian moral menjadi kurang egosentris.
  g. Penilaian secara psikologis menjadi lebih mahal.


3. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN MORAL
  Adapun Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan moral:
  a. Hubungan harmonis dalam keluarga, yang merupakan tempat penerapan pertama sebagai
  individu. Begitupula dengan pendidikan agama yang diajarkan di lingkungan keluarga sangat
  berperan dalam perkembangan moral remaja.
  b. Masyarakat, tingkah laku manusia bisa terkendali oleh kontrol dari yang mempunyai
  sanksi-sanksi buat pelanggarnya.
  c. Lingkungan sosial, lingkungan sosial terutama lingkungan sosial terdekat yang bisa
  sebagai pendidik dan pembina untuk memberi pengaruh dan membentuk tingkah laku yang
  sesuai.
  d. Perkembangan nalar, makin tinggi penalaran seseorang , maka makin tinggi pula moral
  seseorang.
  e. peranan media massa dan perkembangan teknologi modern. Hal ini berpengaruh pada
  moral remaja. Karena seorang remaja sangat cepat untuk terpengaruh terhadap hal-hal yang
  baru yang belum diketahuinya.



4. PERBEDAAN INDIVIDU DALAM PERKEMBANGAN MORAL
Setiap individu mempunyai perbedaan dalam men yikapi nilai, moral, dan sikap,
  tergantung dimana individu tersebut berada. Pada anak-anak terdapat anggapan
  bahwa aturan-aturan adalah pasti dan mutlak oleh karena diberikan oleh orang dewasa
  atau Tuhan yang tidak bisa diubah lagi (Kohlberg,1963). Sedangkan pada anak-anak yang
  berusia lebih tua, mereka bisa menawar aturan-aturan tersebut kalau disetujui oleh
  semua orang.
         Pada sebagian remaja dan orang dewasa yang penalarannya terhambat,
  pedoman mereka hanyalah menghindari hukuman. Sedangkan untuk tingkat
  kedua sudah ada pengertian bahwa untuk memenuhi kebutuhan sendiri seseorang juga harus
  memikirkan kepentingan orang lain. Perbedaan perseorangan juga dapat dilihat pada latar
  belakang kebudayaannya. Jadi, ada kemungkinan terdapat individu atau remaja yang
  tidak mencapai perkembangan nilai, moral dan sikap serta tingkah laku yang diharapkan
  padanya.


5. HUBUNGAN ANTARA NILAI, MORAL, SIKAP, DAN TINGKAH LAKU
         Nilai Merupakan sesuatu yang baik, diinginkan atau dicita-citakan dan dianggap
  penting oleh warga masyarakat, misalnya kebiasaan dan sopan santun. Menurut Green, sikap
  merupakan kesediaan bereaksi individu terhadap suatu hal, sikap berkaitan dengan motif dan
  mendasari tingkah laku seseorang. Tingkah laku adalah implementasi dari sikap yang
  diwujudkan dalam perbuatan.
         Dalam kaitan dengan pengamalan nilai-nilai hidup, maka moral merupakan kontrol
  dalam bersikap dan bertingkah laku sesuai dengan nilai-nilai hidup yang dimaksud. Dalam
  hal ini aliran Psikonalisis tidak membeda-bedakan antara moral, norma dan nilai. Semua
  konsep itu menurut Freud menyatu dalam konsepnya super ego. Super ego sendiri dalam teori
  Freud merupakan bagian dari jiwa yang berfungsi untuk mengendalikan tingkah laku ego,
  sehingga tidak bertentangan dengan masyarakat.




6. TAHAP-TAHAP PERKEMBANGAN MORAL
  Dari hasil penyelidikan kohlberg mengemukakan 6 tahap (stadium) perkembangan moral
  yang berlaku secara universal dan dalam urutan tertentu. Ada 3 tingkat perkembangan moral
  menurut kohlberg, yaitu tingkat :
  I   Prakonvensional
  II Konvensional
III Pasca-konvensional
       Masing-masing tingkat terdiri dari 2 tahap, sehingga keseluruhan ada 6 tahapan yang
berkembang secara bertingkat dengan urutan yang tetap. Tidak setiap orang dapat mencapai
tahap terakhir perkembangan moral. Dalam stadium nol, anak menganggap baik apa yang
sesuai dengan permintaan dan keinginannya. Hingga sesudah stadium ini datanglah:
Tingkat I; prakonvensional, yang terdiri dari stadiun 1 dan 2
       Pada stadium 1, anak berorientasi kepada kepatuhan dan hukuman. Anak menganggap
baik atau buruk atas dasar akibat yang ditimbulkannya. Anak hanya mengetahui bahwa
aturan-aturan ditentukan oleh adanya kekuasaan yang tidak bisa diganggu gugat. Ia harus
menurut atau kalau tidak, akan memperoleh hukuman.
       Pada stadium 2, berlaku prinsip Relaivistik-Hedonism. Pada tahap ini, anak tidak lagi
secara mutlak tergantung kepada aturan yang ada di luar dirinya, atau ditentukan oleh orang
lain, tetapi mereka sadar bahwa setiap kejadian mempunyai berbagai segi. Jadi, ada
Relativisme. Relativisme ini artinya bergantung pada kebutuhan dan kesanggupan sesorang.
Misalnya mencuri kambing karena kelaparan. Karena perbuatan “mencuri” untuk memenuhi
kebutuhanya, maka mencuri dianggap sebagai perbuatan yang bermoral, meskipun perbuatan
mencuri itu diketahui sebagai perbuatan yang salah karena ada akibatnya, yaitu hukuman.
Tingkat II : konvensional
       Stadium 3, menyngkut orientasi mengenai anak yang baik. Pada stadium ini, anak
mulai memasuki umur belasan tahun, dimana anak memperlihatkan orientasi perbuatan-
perbuatan yang dapat dinilai baik oleh orag lain, masyarakat adalah sumber yang
menentukan, apakah perbuatan sesorang baik atau tidak. Menjadi “anak yang manis” masih
sangat penting daam stadium ini.
        Stadium 4, yaitu tahap mempertahankan norma-norma sosial dari otoritas. Pada
stdium ini perbuatan baik yang diperlihatkan seseorang bukan hanya agar dapat diterima oleh
lingkungan masyarakatnya, melainkan bertujuan agar dapat ikut mempertahankan aturan-
aturan atau norma-norma soisal. Jadi perbuatan baik merupakan kewajiban untuk ikut
melaksanakan aturan-aturan yang ada, agar tidak timbul kekacauan.
Tingkat III: Pasca-Konvensional
        Stadium 5, merupakan tahap orientasi terhadap perjanjian antara dirinya dengan
lingkungan sosial, pada stadium ini ada hubungan timbal balik antara dirinya dengan
lingkungan sosial, dengan masyarakat. Seseorang harus memperlihatkan kewajibannya, harus
sesuai dengan tuntutan norma-norma sosial kerena sebaiknya, lingkungan sosial atau
masyarakat akan memberikan perlindungan kepadanya.
Stadium 6, tahap ini disebut prinsisp universal. Pada tahap ini ada norma etik
     disamping norma pribadi dan subjektif. Dalam hubungan dan perjanjian antara seseorang ada
     unsur subjektif ynag menilai apakah suatu perbuatan itu baik atau tidak. Dalam hal ini, unsur
     etika akan menentukan apa yang boleh dan baik dilakukan atau sebaliknya. Menurut Furter
     (1965), menjadi remaja berarti mengerti nila-nilai. Mengerti nilai-nilai ini tidak berarti hanya
     memperoleh pengertian saja melainkan juga dapat menjelaskanya/mengamalkannya. Hal ini
     selanjutnya berarti bahwa remaja sudah dapat menginternalisasikan penilaian-penilaian
     moral, menjadikanya sebagai nilai-nilai pribadi. Untuk selanjutnya penginternalisasian nilai-
     nilai ini akan tercemin dalam sikap dan tingkah lakunya.




7. IMPLEMENTASI PERKEMBANGAN MORAL
     Adapun implementasi dari perkembangan moral pada remaja adalah:
a.   Dalam bergaul, remaja sudah mulai selektif dalam memilih teman
b.   Remaja sudah peka terhadap permasalahan yang terjadi di sekitarnya dan sudah mulai
     mencari solusi terhadap permasalahan tersebut
c.   Sudah mulai mencoba untuk membahagiakan orang lain
d. Timbul rasa kepedulian jika melihat hal-hal yang menyentuh hati
e.    Remaja sudah mulai membentuk kepribadiannya yang sesuai dengan nilai-nilai yang
     diyakininya


                                                BAB III
                                              PENUTUP


     KESIMPULAN
           Menjadi remaja berarti mengerti nilai-nilai, yang berarti tidak hanya memperoleh
     pengertian saja tetapi juga dapat menjalankannya atau mengamalkannya. Faktor-faktor yang
     mempengaruhi perkembangan moral yaitu hubungan harmonis dalam keluarga, masyarakat,
     lingkungan sosial, perkembangan nalar, dan peranan media massa dan perkembangan
     teknologi modern.
            Karakteristik perkembangan moral antara lain: mulai mampu berfikir abstrak, mulai
     mampu memecahkan masalah-masalah yang bersifat hipotetis, mulai tumbuh kesadaran akan
     kewajiban mempertahankan kekuasaan dan pranata yang ada, keyakinan moral lebih berpusat
     pada apa yang benar dan kurang pada apa yang salah, keadilan muncul sebagai kekuatan
moral yang dominan, penilaian moral menjadi kurang egosentris, dan penilaian secara
psikologis menjadi lebih mahal.
       Perbedaan individu dalam perkembangan nilai, moral dan sikap,sesuai dengan umur,
faktor kebudayaan, dan tingkat pemahamannya.

perubahan bagi saya....!!!!

0inShare


Perkembangan Moral Peserta Didik
OPINI | 26 September 2012 | 16:55      Dibaca: 3286     Komentar: 0       Nihil

Oleh: Alim Sumarno,

Notulen: M. SAIFUL

                              Perkembangan Moral Peserta Didik

Di dalam kehidupan bermasyarakat arti nilai sebuah moral sangat penting. Dalam hal ini
orang dapat dikatakan bermoral apabila dalam menjalani kehidupan Hurlock, istilah moral
berasal dari kata latin mos(moris), yang berarti adat istiadat, kebiasaan, peraturan/nilai-nilai
atau tata cara kehidupan. Sedangkan moralitas merupakan kemauan untuk menerima dan
melakukan peraturan, nilai- nilai atau prinsip-prinsip moral (Yusuf,2002). Konsep moral
sudah dapat dibentuk sejak masa anak yaitu lebih kurang awal dari usia 2 tahun. Meskipun
sudah dipelajari sejak kecil, namun setelah dewasa manusia tetap berhadapan dengan
masalah-masalah moral dan meningkatkan konsep moralnya dalam berhubungan dengan
orang lain. Bahwa perkembangan moral seorang anak sejalan dengan perkembangan
kognitifnya. Dengan makin bertambahnya tingkat pengetahuan, makin banyak pula nilai-nilai
moral. Menurut Hurlock (dalam Sianawati,dkk, 1992) meskipun perkembangan peserta didik
melewati pentahapan yang tetap, namun usia mereka dalam mencapai tahapan tertentu
berbeda menurut tingkat perkembangan kognitif mereka

Pola asuh adalah perlakuaan orang tua dalam rangka memenuhi kebutuhan, memberi
perlindungan, dan mendidik anak dalam kehidupan sehar-ihari (Meichati,1978). Menurut
Gunarsa (1989) keluarga merupakan lingkungan kehidupan yang dikenal anak untuk pertama
kalinya, dan untuk seterusnya peserta didik banyak belajar di dalam kehidupan keluarga.
Karena itu peranan orang tua dianggap paling besar pengaruhnya terhadap perkembangaan
moral seorang anak. Dalam hal ini dapat dilihat perbedaan perkembangan moral anak ditinjau
dari persepsi pola asuh, yaitu pada orang tua yang menerapkan pola asuh anak yang duduk di
TK mulai memperlihatkan keinginan untuk menjadi “anak baik” dan menunjukkan
kesetiaan/loyalitas terhadap orang-orang tertentu. Ia sedang memasuki suatu tahap penting
perkembangan moral, yang oleh ahli teori Lawrence Kohlberg disebut sebagai tahap “norma-
norma interpersonal”. Anak mulai menginternalisir moral-moral sebagaimana yang orang
dewasa tunjukan.
Menurut Piaget, perkembangan moral anak menengah dan akhir berada dalam suatu transisi
antara dua tahap yaitu tahap realisme moral atau heteronomous morality dan tahap moralitas
berdasarkan hubungan timbal balik atau disebut juga autonomous morality. Dalam tahap
realisme moral, anak melihat peraturan dari orang tua dan orang dewasa lainnya sebagai
sesuatu yang tidak akan pernah berubah sehingga mereka harus senantiasa mentaati tanpa
perlu mempertanyakannya. Mereka juga cenderung menaati peraturan secara kaku dan
menilai kebenaran atau kebaikan berdasarkan konskuensi perilaku, bukan berdasarkan
maksud atau motivasi si pelaku. Pada tahap ini juga berkembang ide immanent justice
(keadilan abadi), yaitu suatu pemikiran bahwa pelanggaran peraturan pasti akan mendapatkan
hukuman dengan segera, maupun itu dari orang, objek atau tuhan. Misalnya peserta didik
yang berbohong kepada ibunya dan kemudian jatuh dari sepeda sehingga lututnya terluka,
akan berpikir bahwa kecelakaan itu terjadi sebagai hukuman karena ia telah berbohong
kepada ibunya

Pada tahap moralitas berdasarkan hubungan timbal balik, anak sudah menyadari bahwa
peraturan merupakan kesepakatan sosial yang dapat berubah dan dapat dipertanyakan. Anak
jjuga sudah mampu melihat bahwa ia tidak perlu patuh terhadap keinginan orang lain dan
bahwa pelanggaran peraturan tidak merupakan kesalahan atau pasti akan mendapat hukuman.
Dalam menilai perilaku orang lain, anak sudah mampu mempertimbangkan perasaan dan
melihat dari sudut pandang orang tersebut. Pada tahap ini juga berkembang ide
equalitarianisme, dimana anak percaya bahwa keadilan hukum harus ditetapkan pada semua
orang. Anak sudah menyadari bahwa pemberian hukuman harus berdasarkan pertimbangan
maksud si pelaku dan kondisi saat terjadinya pelanggaraan, dan hukuman yang diberikan
tidak harus berbentuk kekerasan, namun juga dapat berupa pembelajaran agar si pelaku
menjadi lebih baik dikemudian hari

Piaget berpendapat bahwa seraya berkembang, anak juga menjadi lebih canggih dalam
berfikir tentang persoalan-persoalan sosial. Piaget yakin bahwa peningkatan pemahaman
sosial ini terjadi melalui interaksi peserta didik dengan lingkungannya, terutama orang tua
dan teman sebaya. Sejalan dengan Piaget yang melihat perkembangan moral dari segi
kognitif, Kohberg juga menjelaskan tahapan perkembangan peserta didik . Hanya saja lebih
kompleks dari teori piaget . Menurut Kohlberg, perkembangan moral peserta didik menengah
dan akhir secara umum berada pada tingkat prakonvensional dan konvensional.

Menurut Hurlock (1993), perkembangan moral anak yang sesungguhnya dapat dilihat dari
dua aspek yaitu perkembangan konsep moral dan perkembangan perilaku moral.
Perkembangan konsep moral, seperti yang dijelaskan oleh Piaget dan Kohlberg, tidak
menjamin timbulnya tingkah laku moral, karena tingkah laku moral tidak hanya semata-mata
dipengaruhi oleh pengetahuan tentang konsep moral, tetapi juga ditentukan oleh banyak
faktor seperti tuntutan sosial, konsep diri anak, dan sebagainya. Salah satu faktor yang
penting dalam menentukan prilaku moral anak adalah adanya self regulation (pengaturan diri)
yaitu kemampuan mengontrol perilaku perilaku sendiri tanpa harus diawasi atau diingatkan
oleh orang lain. Dengan adanya pengaturan ini, anak akan mampu menunjukan atau menahan
perilaku tertentu secara tepat sesuai dengan kondisi yang dihadapinya.

Dibawah ini diberikan contoh aspek moral dan nilai-nilai agama yang perlu dikembangkan
pada jenjang pendidikan anak usia ini yang dikutif dari Standar Kompetensi Taman Kanak-
Kanak (TK) /Raodhatul Anfhal (RA) tahun 2004 (Depdi8knas, 2004).

Review artikel tentang perkembangan peserta didik.
Dari artikel di atas setelah saya pelajari terlintas bahwa seseorang yang menulis artikel
tersebut memfokuskan bahasan yang di tulis tentang perkembangan moral peserta didik.
Tidak dapat dipungkiri lagi bahwasanya konsep moral sudah dapat dibentuk sejak masa anak
yaitu lebih kurang awal dari usia 2 tahun atau pada tahapan pertumbuhan kedua yakni
berkisar pada usia 2 sampai 3 tahun menurut teorinya Erikson salah satu pakar perkembangan
psikologi.

Anak juga menjadi lebih canggih dalam berfikir tentang persoalan-persoalan sosial sehingga
anak itu lebih matang dalam menananmkan moral yang telah terwujud sejak usia dini agar
perkrmbanganya menjadi lebih baik dan sempurna sesuai dengan apa yang diharapkan
sebelumnya.Namun setelah dewasa manusia tetap berhadapan dengan masalah-masalah
moral dan meningkatkan konsep moralnya dalam berhubungan dengan orang lain. Bahwa
perkembangan moral seorang anak sejalan dengan perkembangan kognitifnyamaka dari itu
dengan makin bertambahnya tingkat pengetahuan, makin banyak pula nilai-nilai moral yang
didapat oleh anak tersebut.

Anak juga harus sudah mengerti tentang adanya tahapan-tahapan dalam peraturan karena
merupakan kesepakatan sosial yang dapat berubah dan dapat dipertanyakan. Anak juga sudah
mampu melihat bahwa ia tidak perlu patuh terhadap keinginan orang lain dan bahwa
pelanggaran peraturan tidak merupakan kesalahan atau pasti akan mendapat hukuman. Dalam
menilai perilaku orang lain, anak sudah mampu mempertimbangkan perasaan dan melihat
dari sudut pandang orang tersebut sehingga anak menjadi mandiri tampa tergantung kepada
orang lain sehingga anak juga dapat menilai sendiri mana yang baik dan mana yang buruk
yang dapat merugikan dirinya sendiri.

Pertumbuhan dan perkembangan anak berawal pada saat konsepsi hingga masa pertumbuhan
dan perkembangan itu berakhir yaitu saat dewasa. Namun, terkadang pada proses
pertumbuhan dan perkembangan anak tersebut dapat5 mengalami suatu gangguan. Gangguan
tersebut dapat berupa gangguan bentuk anatomi, fisiologi maupun psikososial seorang anak
yang dapat disebabkan oleh berbagai macam faktor yang mempengaruhi.

Dengan adanya pengaturan ini, anak akan mampu menunjukan atau menahan perilaku
tertentu secara tepat sesuai dengan kondisi yang dihadapinya. Dibawah ini diberikan contoh
aspek moral dan nilai-nilai agama yang perlu dikembangkan pada jenjang pendidikan anak
dalam perkembangan sosio emosional dalam perkembangan bakat anak yang dalam usia
perkembangannya mengalami perkembangan.dan Perkembangan moral itu harus didasarkan
pada sikap dan kemampuan yang dimiliki anak tersebut. Maka dari itu kita harus pandai-
pandai mengembangkan kepribadian kita. Dan semoga apa yang telah saya paparkan diatas
menjadi acuan kita untuk menjadi lebih baik di kedepanya amin………!

Más contenido relacionado

La actualidad más candente

Contoh rpp kurikulum 2013
Contoh rpp kurikulum 2013Contoh rpp kurikulum 2013
Contoh rpp kurikulum 2013Nia Piliang
 
Pengaruh detergen thdp prkcmbhan
Pengaruh detergen thdp prkcmbhanPengaruh detergen thdp prkcmbhan
Pengaruh detergen thdp prkcmbhanRizal Fahmi
 
memahami Understanding by Design
memahami Understanding by Designmemahami Understanding by Design
memahami Understanding by DesignSMK Negeri 6 Malang
 
Topik 1_ Perjalanan Pendidikan Nasional (1).pdf
Topik 1_  Perjalanan Pendidikan Nasional (1).pdfTopik 1_  Perjalanan Pendidikan Nasional (1).pdf
Topik 1_ Perjalanan Pendidikan Nasional (1).pdfsteffaniemalauhollo
 
Teknik dan bentuk_instrumen_penilaian_sikap
Teknik dan bentuk_instrumen_penilaian_sikapTeknik dan bentuk_instrumen_penilaian_sikap
Teknik dan bentuk_instrumen_penilaian_sikapAchmad Anang Aswanto
 
Laporan Praktikum IPA Kelompok Ekosistem Darat.docx
Laporan Praktikum IPA Kelompok  Ekosistem Darat.docxLaporan Praktikum IPA Kelompok  Ekosistem Darat.docx
Laporan Praktikum IPA Kelompok Ekosistem Darat.docxjeninurdiana
 
Hakikat ipa, ipa sebagai produk, proses, serta ipa untuk SD
Hakikat ipa, ipa sebagai produk, proses, serta ipa untuk SDHakikat ipa, ipa sebagai produk, proses, serta ipa untuk SD
Hakikat ipa, ipa sebagai produk, proses, serta ipa untuk SDdodikdomek
 
Konsep Dasar Pembelajaran terpadu
Konsep Dasar Pembelajaran terpaduKonsep Dasar Pembelajaran terpadu
Konsep Dasar Pembelajaran terpaduIsmail Fizh
 
Modul 6. Pemberian Nilai dan Tindak Lanjut Hasil Penilaian
Modul 6. Pemberian Nilai dan Tindak Lanjut Hasil PenilaianModul 6. Pemberian Nilai dan Tindak Lanjut Hasil Penilaian
Modul 6. Pemberian Nilai dan Tindak Lanjut Hasil PenilaianNaita Novia Sari
 
pembelajaran ipa di SD modul 5 dan 6
pembelajaran ipa di SD modul 5 dan 6pembelajaran ipa di SD modul 5 dan 6
pembelajaran ipa di SD modul 5 dan 6medy disk
 
PERKEMBANGAN KOGNITIF, MORAL DAN SOSIAL
PERKEMBANGAN KOGNITIF, MORAL DAN SOSIALPERKEMBANGAN KOGNITIF, MORAL DAN SOSIAL
PERKEMBANGAN KOGNITIF, MORAL DAN SOSIALDadang DjokoKaryanto
 
PENILAIAN KOGNITIF, AFEKTIF. DAN PSIKOMOTORIK
PENILAIAN KOGNITIF, AFEKTIF. DAN PSIKOMOTORIKPENILAIAN KOGNITIF, AFEKTIF. DAN PSIKOMOTORIK
PENILAIAN KOGNITIF, AFEKTIF. DAN PSIKOMOTORIKcandraabdillah1
 
pembelajaran ipa di sd
pembelajaran ipa di sdpembelajaran ipa di sd
pembelajaran ipa di sdendang zr
 
Pembelajaran Bahasa Indonesia dengan Fokus Menyimak
Pembelajaran Bahasa Indonesia dengan Fokus MenyimakPembelajaran Bahasa Indonesia dengan Fokus Menyimak
Pembelajaran Bahasa Indonesia dengan Fokus MenyimakYuns Saragih
 
Model dan strategi pembelajaran bagi siswa berbakat
Model dan strategi pembelajaran bagi siswa berbakatModel dan strategi pembelajaran bagi siswa berbakat
Model dan strategi pembelajaran bagi siswa berbakatMichaelLee1007
 
Blangko penilaian diskusi kelompok
Blangko penilaian diskusi kelompokBlangko penilaian diskusi kelompok
Blangko penilaian diskusi kelompokAcantha Ruama
 
Laporan observasi Perkembangan Siswa Sekolah Dasar Negeri 04 Jaten kec.Jaten ...
Laporan observasi Perkembangan Siswa Sekolah Dasar Negeri 04 Jaten kec.Jaten ...Laporan observasi Perkembangan Siswa Sekolah Dasar Negeri 04 Jaten kec.Jaten ...
Laporan observasi Perkembangan Siswa Sekolah Dasar Negeri 04 Jaten kec.Jaten ...Arif Winahyu
 
Kisi-Kisi Pedoman Wawancara Guru Sebelum Pembelajaran
Kisi-Kisi Pedoman Wawancara Guru Sebelum PembelajaranKisi-Kisi Pedoman Wawancara Guru Sebelum Pembelajaran
Kisi-Kisi Pedoman Wawancara Guru Sebelum PembelajaranMuhammad Imam BW
 
Teori Piaget, Ausubel, dan Brunner
Teori Piaget, Ausubel, dan BrunnerTeori Piaget, Ausubel, dan Brunner
Teori Piaget, Ausubel, dan BrunnerDimas Dwi Senggono S
 

La actualidad más candente (20)

Contoh rpp kurikulum 2013
Contoh rpp kurikulum 2013Contoh rpp kurikulum 2013
Contoh rpp kurikulum 2013
 
Pengaruh detergen thdp prkcmbhan
Pengaruh detergen thdp prkcmbhanPengaruh detergen thdp prkcmbhan
Pengaruh detergen thdp prkcmbhan
 
memahami Understanding by Design
memahami Understanding by Designmemahami Understanding by Design
memahami Understanding by Design
 
Topik 1_ Perjalanan Pendidikan Nasional (1).pdf
Topik 1_  Perjalanan Pendidikan Nasional (1).pdfTopik 1_  Perjalanan Pendidikan Nasional (1).pdf
Topik 1_ Perjalanan Pendidikan Nasional (1).pdf
 
Teknik dan bentuk_instrumen_penilaian_sikap
Teknik dan bentuk_instrumen_penilaian_sikapTeknik dan bentuk_instrumen_penilaian_sikap
Teknik dan bentuk_instrumen_penilaian_sikap
 
Penilaian Produk
Penilaian ProdukPenilaian Produk
Penilaian Produk
 
Laporan Praktikum IPA Kelompok Ekosistem Darat.docx
Laporan Praktikum IPA Kelompok  Ekosistem Darat.docxLaporan Praktikum IPA Kelompok  Ekosistem Darat.docx
Laporan Praktikum IPA Kelompok Ekosistem Darat.docx
 
Hakikat ipa, ipa sebagai produk, proses, serta ipa untuk SD
Hakikat ipa, ipa sebagai produk, proses, serta ipa untuk SDHakikat ipa, ipa sebagai produk, proses, serta ipa untuk SD
Hakikat ipa, ipa sebagai produk, proses, serta ipa untuk SD
 
Konsep Dasar Pembelajaran terpadu
Konsep Dasar Pembelajaran terpaduKonsep Dasar Pembelajaran terpadu
Konsep Dasar Pembelajaran terpadu
 
Modul 6. Pemberian Nilai dan Tindak Lanjut Hasil Penilaian
Modul 6. Pemberian Nilai dan Tindak Lanjut Hasil PenilaianModul 6. Pemberian Nilai dan Tindak Lanjut Hasil Penilaian
Modul 6. Pemberian Nilai dan Tindak Lanjut Hasil Penilaian
 
pembelajaran ipa di SD modul 5 dan 6
pembelajaran ipa di SD modul 5 dan 6pembelajaran ipa di SD modul 5 dan 6
pembelajaran ipa di SD modul 5 dan 6
 
PERKEMBANGAN KOGNITIF, MORAL DAN SOSIAL
PERKEMBANGAN KOGNITIF, MORAL DAN SOSIALPERKEMBANGAN KOGNITIF, MORAL DAN SOSIAL
PERKEMBANGAN KOGNITIF, MORAL DAN SOSIAL
 
PENILAIAN KOGNITIF, AFEKTIF. DAN PSIKOMOTORIK
PENILAIAN KOGNITIF, AFEKTIF. DAN PSIKOMOTORIKPENILAIAN KOGNITIF, AFEKTIF. DAN PSIKOMOTORIK
PENILAIAN KOGNITIF, AFEKTIF. DAN PSIKOMOTORIK
 
pembelajaran ipa di sd
pembelajaran ipa di sdpembelajaran ipa di sd
pembelajaran ipa di sd
 
Pembelajaran Bahasa Indonesia dengan Fokus Menyimak
Pembelajaran Bahasa Indonesia dengan Fokus MenyimakPembelajaran Bahasa Indonesia dengan Fokus Menyimak
Pembelajaran Bahasa Indonesia dengan Fokus Menyimak
 
Model dan strategi pembelajaran bagi siswa berbakat
Model dan strategi pembelajaran bagi siswa berbakatModel dan strategi pembelajaran bagi siswa berbakat
Model dan strategi pembelajaran bagi siswa berbakat
 
Blangko penilaian diskusi kelompok
Blangko penilaian diskusi kelompokBlangko penilaian diskusi kelompok
Blangko penilaian diskusi kelompok
 
Laporan observasi Perkembangan Siswa Sekolah Dasar Negeri 04 Jaten kec.Jaten ...
Laporan observasi Perkembangan Siswa Sekolah Dasar Negeri 04 Jaten kec.Jaten ...Laporan observasi Perkembangan Siswa Sekolah Dasar Negeri 04 Jaten kec.Jaten ...
Laporan observasi Perkembangan Siswa Sekolah Dasar Negeri 04 Jaten kec.Jaten ...
 
Kisi-Kisi Pedoman Wawancara Guru Sebelum Pembelajaran
Kisi-Kisi Pedoman Wawancara Guru Sebelum PembelajaranKisi-Kisi Pedoman Wawancara Guru Sebelum Pembelajaran
Kisi-Kisi Pedoman Wawancara Guru Sebelum Pembelajaran
 
Teori Piaget, Ausubel, dan Brunner
Teori Piaget, Ausubel, dan BrunnerTeori Piaget, Ausubel, dan Brunner
Teori Piaget, Ausubel, dan Brunner
 

Destacado

Teori teori perkembangan moral (piaget & kohlberg)
Teori teori perkembangan moral (piaget & kohlberg)Teori teori perkembangan moral (piaget & kohlberg)
Teori teori perkembangan moral (piaget & kohlberg)Rima Trianingsih
 
Tahap - Tahap Perkembangan Moral (Psikologi Perkembangan)
Tahap - Tahap Perkembangan Moral (Psikologi Perkembangan)Tahap - Tahap Perkembangan Moral (Psikologi Perkembangan)
Tahap - Tahap Perkembangan Moral (Psikologi Perkembangan)atone_lotus
 
Teori perkembangan moral
Teori perkembangan moralTeori perkembangan moral
Teori perkembangan moralfara dillah
 
Perkembangan moral-kuliah-pp1-0509 (4)
Perkembangan moral-kuliah-pp1-0509 (4)Perkembangan moral-kuliah-pp1-0509 (4)
Perkembangan moral-kuliah-pp1-0509 (4)mizahzulkefli
 
Makalah perkembangan moral oleh ryan khaidar putra
Makalah perkembangan moral oleh ryan khaidar putraMakalah perkembangan moral oleh ryan khaidar putra
Makalah perkembangan moral oleh ryan khaidar putraRyan Putra
 
Perkembangan moral anak usia dini
Perkembangan moral anak usia diniPerkembangan moral anak usia dini
Perkembangan moral anak usia dini0205993
 
Strategi Kompromi dan Strategi Perkembangan Kognitif
Strategi Kompromi dan Strategi Perkembangan KognitifStrategi Kompromi dan Strategi Perkembangan Kognitif
Strategi Kompromi dan Strategi Perkembangan KognitifMaizatul Malik
 
Perkembangan manusia pada masa anak usia 6 12 tinjauan dari aspek biologis,em...
Perkembangan manusia pada masa anak usia 6 12 tinjauan dari aspek biologis,em...Perkembangan manusia pada masa anak usia 6 12 tinjauan dari aspek biologis,em...
Perkembangan manusia pada masa anak usia 6 12 tinjauan dari aspek biologis,em...weny maniez
 
Perkembangan Sosial dan Emosi Anak Usia 7-11 Tahun (Psikologi Perkembangan)
Perkembangan Sosial dan Emosi Anak Usia 7-11 Tahun (Psikologi Perkembangan)Perkembangan Sosial dan Emosi Anak Usia 7-11 Tahun (Psikologi Perkembangan)
Perkembangan Sosial dan Emosi Anak Usia 7-11 Tahun (Psikologi Perkembangan)atone_lotus
 
Teori perkembangan kognitif jean piaget
Teori perkembangan kognitif jean piagetTeori perkembangan kognitif jean piaget
Teori perkembangan kognitif jean piagetFanera Jeffery
 
Artikel moral
Artikel moralArtikel moral
Artikel moralAi Dee
 
Teori perkembangan anak by dewii
Teori perkembangan anak by  dewiiTeori perkembangan anak by  dewii
Teori perkembangan anak by dewiidewinainggolan05
 
5.kemahiran berfikir dalam pendidikan moral
5.kemahiran berfikir dalam pendidikan moral5.kemahiran berfikir dalam pendidikan moral
5.kemahiran berfikir dalam pendidikan moralzulazrimadin
 
The developmental stages of erik erikson lesson
The developmental stages of erik erikson lessonThe developmental stages of erik erikson lesson
The developmental stages of erik erikson lessonRosalia Rosario
 

Destacado (20)

Teori teori perkembangan moral (piaget & kohlberg)
Teori teori perkembangan moral (piaget & kohlberg)Teori teori perkembangan moral (piaget & kohlberg)
Teori teori perkembangan moral (piaget & kohlberg)
 
Tahap - Tahap Perkembangan Moral (Psikologi Perkembangan)
Tahap - Tahap Perkembangan Moral (Psikologi Perkembangan)Tahap - Tahap Perkembangan Moral (Psikologi Perkembangan)
Tahap - Tahap Perkembangan Moral (Psikologi Perkembangan)
 
Teori perkembangan moral
Teori perkembangan moralTeori perkembangan moral
Teori perkembangan moral
 
Perkembangan moral
Perkembangan moral Perkembangan moral
Perkembangan moral
 
Lawrence Kohlberg
Lawrence KohlbergLawrence Kohlberg
Lawrence Kohlberg
 
Perkembangan moral-kuliah-pp1-0509 (4)
Perkembangan moral-kuliah-pp1-0509 (4)Perkembangan moral-kuliah-pp1-0509 (4)
Perkembangan moral-kuliah-pp1-0509 (4)
 
Makalah perkembangan moral oleh ryan khaidar putra
Makalah perkembangan moral oleh ryan khaidar putraMakalah perkembangan moral oleh ryan khaidar putra
Makalah perkembangan moral oleh ryan khaidar putra
 
Perkembangan moral anak usia dini
Perkembangan moral anak usia diniPerkembangan moral anak usia dini
Perkembangan moral anak usia dini
 
Strategi Kompromi dan Strategi Perkembangan Kognitif
Strategi Kompromi dan Strategi Perkembangan KognitifStrategi Kompromi dan Strategi Perkembangan Kognitif
Strategi Kompromi dan Strategi Perkembangan Kognitif
 
Perkembangan manusia pada masa anak usia 6 12 tinjauan dari aspek biologis,em...
Perkembangan manusia pada masa anak usia 6 12 tinjauan dari aspek biologis,em...Perkembangan manusia pada masa anak usia 6 12 tinjauan dari aspek biologis,em...
Perkembangan manusia pada masa anak usia 6 12 tinjauan dari aspek biologis,em...
 
Perkembangan Sosial dan Emosi Anak Usia 7-11 Tahun (Psikologi Perkembangan)
Perkembangan Sosial dan Emosi Anak Usia 7-11 Tahun (Psikologi Perkembangan)Perkembangan Sosial dan Emosi Anak Usia 7-11 Tahun (Psikologi Perkembangan)
Perkembangan Sosial dan Emosi Anak Usia 7-11 Tahun (Psikologi Perkembangan)
 
Teori perkembangan kognitif jean piaget
Teori perkembangan kognitif jean piagetTeori perkembangan kognitif jean piaget
Teori perkembangan kognitif jean piaget
 
BK SOSIAL
BK SOSIALBK SOSIAL
BK SOSIAL
 
Artikel moral
Artikel moralArtikel moral
Artikel moral
 
Dilema etik moral
Dilema etik moralDilema etik moral
Dilema etik moral
 
Kode etik
Kode etikKode etik
Kode etik
 
Teori perkembangan anak by dewii
Teori perkembangan anak by  dewiiTeori perkembangan anak by  dewii
Teori perkembangan anak by dewii
 
5.kemahiran berfikir dalam pendidikan moral
5.kemahiran berfikir dalam pendidikan moral5.kemahiran berfikir dalam pendidikan moral
5.kemahiran berfikir dalam pendidikan moral
 
Landasan teori
Landasan teoriLandasan teori
Landasan teori
 
The developmental stages of erik erikson lesson
The developmental stages of erik erikson lessonThe developmental stages of erik erikson lesson
The developmental stages of erik erikson lesson
 

Similar a Tahap perkembangan moral kohlberg

Materi+11-+Teori++Perkembangan+Moral+Kohlberg.pptx
Materi+11-+Teori++Perkembangan+Moral+Kohlberg.pptxMateri+11-+Teori++Perkembangan+Moral+Kohlberg.pptx
Materi+11-+Teori++Perkembangan+Moral+Kohlberg.pptxAninFikriyah
 
Perkembangan moral dan spiritual peserta didik
Perkembangan moral dan spiritual peserta didikPerkembangan moral dan spiritual peserta didik
Perkembangan moral dan spiritual peserta didikbilqis123
 
Perkembangan nilai dan moral kelompok 7
Perkembangan nilai dan moral kelompok 7Perkembangan nilai dan moral kelompok 7
Perkembangan nilai dan moral kelompok 7rayn mboeik
 
Perkembangan peserta didik isi
Perkembangan peserta didik isiPerkembangan peserta didik isi
Perkembangan peserta didik isiPoetra Chebhungsu
 
Perkembangan moral remaja.docx ary
Perkembangan moral remaja.docx aryPerkembangan moral remaja.docx ary
Perkembangan moral remaja.docx aryzalheri
 
Perkembangan moral remaja.docx ary
Perkembangan moral remaja.docx aryPerkembangan moral remaja.docx ary
Perkembangan moral remaja.docx aryherizal2
 
Perkembangan moral remaja.docx ary
Perkembangan moral remaja.docx aryPerkembangan moral remaja.docx ary
Perkembangan moral remaja.docx aryherizal1234567890
 
Perkembangan moral remaja.docx ary
Perkembangan moral remaja.docx aryPerkembangan moral remaja.docx ary
Perkembangan moral remaja.docx ary1234567890eri
 
Perkembangan Kanak-Kanak (EDU 3102)
Perkembangan Kanak-Kanak (EDU 3102)Perkembangan Kanak-Kanak (EDU 3102)
Perkembangan Kanak-Kanak (EDU 3102)Stephanie Unsil
 
fdokumen.com_psikologi-perkembangan-remaja-568280eed9145.ppt
fdokumen.com_psikologi-perkembangan-remaja-568280eed9145.pptfdokumen.com_psikologi-perkembangan-remaja-568280eed9145.ppt
fdokumen.com_psikologi-perkembangan-remaja-568280eed9145.pptMUJI40
 
fdokumen.com_psikologi-perkembangan-remaja-568280eed9145.ppt
fdokumen.com_psikologi-perkembangan-remaja-568280eed9145.pptfdokumen.com_psikologi-perkembangan-remaja-568280eed9145.ppt
fdokumen.com_psikologi-perkembangan-remaja-568280eed9145.pptZelaFamilta2
 
perkembanganmoral-en-140214060558-phpapp02.pdf
perkembanganmoral-en-140214060558-phpapp02.pdfperkembanganmoral-en-140214060558-phpapp02.pdf
perkembanganmoral-en-140214060558-phpapp02.pdfjoocodename
 
Makalah perkembangan-nilai-moral-dan-sikap (1)
Makalah perkembangan-nilai-moral-dan-sikap (1)Makalah perkembangan-nilai-moral-dan-sikap (1)
Makalah perkembangan-nilai-moral-dan-sikap (1)Nanang Galing
 
Haris krismana ii.a p.e
Haris krismana ii.a p.eHaris krismana ii.a p.e
Haris krismana ii.a p.eRizz Aee
 
Makalah psikologi sufistik
Makalah psikologi sufistikMakalah psikologi sufistik
Makalah psikologi sufistikAinul Mukarrob
 
Upaya guru pendidikan agama islam dalam
Upaya guru pendidikan agama islam dalamUpaya guru pendidikan agama islam dalam
Upaya guru pendidikan agama islam dalamJihan Alive
 
zidny psikologi belajar.pptx
zidny psikologi belajar.pptxzidny psikologi belajar.pptx
zidny psikologi belajar.pptxFahreziHarjono
 
124-Article Text-377-1-10-20200927.pdf
124-Article Text-377-1-10-20200927.pdf124-Article Text-377-1-10-20200927.pdf
124-Article Text-377-1-10-20200927.pdfSriIkaAnggeliaAlfare1
 

Similar a Tahap perkembangan moral kohlberg (20)

Materi+11-+Teori++Perkembangan+Moral+Kohlberg.pptx
Materi+11-+Teori++Perkembangan+Moral+Kohlberg.pptxMateri+11-+Teori++Perkembangan+Moral+Kohlberg.pptx
Materi+11-+Teori++Perkembangan+Moral+Kohlberg.pptx
 
Perkembangan moral dan spiritual peserta didik
Perkembangan moral dan spiritual peserta didikPerkembangan moral dan spiritual peserta didik
Perkembangan moral dan spiritual peserta didik
 
Perkembangan nilai dan moral kelompok 7
Perkembangan nilai dan moral kelompok 7Perkembangan nilai dan moral kelompok 7
Perkembangan nilai dan moral kelompok 7
 
Perkembangan peserta didik isi
Perkembangan peserta didik isiPerkembangan peserta didik isi
Perkembangan peserta didik isi
 
Perkembangan moral remaja.docx ary
Perkembangan moral remaja.docx aryPerkembangan moral remaja.docx ary
Perkembangan moral remaja.docx ary
 
Perkembangan moral remaja.docx ary
Perkembangan moral remaja.docx aryPerkembangan moral remaja.docx ary
Perkembangan moral remaja.docx ary
 
Perkembangan moral remaja.docx ary
Perkembangan moral remaja.docx aryPerkembangan moral remaja.docx ary
Perkembangan moral remaja.docx ary
 
Perkembangan moral remaja.docx ary
Perkembangan moral remaja.docx aryPerkembangan moral remaja.docx ary
Perkembangan moral remaja.docx ary
 
Perkembangan Kanak-Kanak (EDU 3102)
Perkembangan Kanak-Kanak (EDU 3102)Perkembangan Kanak-Kanak (EDU 3102)
Perkembangan Kanak-Kanak (EDU 3102)
 
Resume ppd kb 4
Resume ppd kb 4Resume ppd kb 4
Resume ppd kb 4
 
fdokumen.com_psikologi-perkembangan-remaja-568280eed9145.ppt
fdokumen.com_psikologi-perkembangan-remaja-568280eed9145.pptfdokumen.com_psikologi-perkembangan-remaja-568280eed9145.ppt
fdokumen.com_psikologi-perkembangan-remaja-568280eed9145.ppt
 
fdokumen.com_psikologi-perkembangan-remaja-568280eed9145.ppt
fdokumen.com_psikologi-perkembangan-remaja-568280eed9145.pptfdokumen.com_psikologi-perkembangan-remaja-568280eed9145.ppt
fdokumen.com_psikologi-perkembangan-remaja-568280eed9145.ppt
 
perkembanganmoral-en-140214060558-phpapp02.pdf
perkembanganmoral-en-140214060558-phpapp02.pdfperkembanganmoral-en-140214060558-phpapp02.pdf
perkembanganmoral-en-140214060558-phpapp02.pdf
 
Makalah perkembangan-nilai-moral-dan-sikap (1)
Makalah perkembangan-nilai-moral-dan-sikap (1)Makalah perkembangan-nilai-moral-dan-sikap (1)
Makalah perkembangan-nilai-moral-dan-sikap (1)
 
Haris krismana ii.a p.e
Haris krismana ii.a p.eHaris krismana ii.a p.e
Haris krismana ii.a p.e
 
Makalah psikologi sufistik
Makalah psikologi sufistikMakalah psikologi sufistik
Makalah psikologi sufistik
 
Upaya guru pendidikan agama islam dalam
Upaya guru pendidikan agama islam dalamUpaya guru pendidikan agama islam dalam
Upaya guru pendidikan agama islam dalam
 
zidny psikologi belajar.pptx
zidny psikologi belajar.pptxzidny psikologi belajar.pptx
zidny psikologi belajar.pptx
 
Peserta Didik
Peserta DidikPeserta Didik
Peserta Didik
 
124-Article Text-377-1-10-20200927.pdf
124-Article Text-377-1-10-20200927.pdf124-Article Text-377-1-10-20200927.pdf
124-Article Text-377-1-10-20200927.pdf
 

Último

WA/TELP : 0822-3006-6162, Toko Box Delivery Sayur, Toko Box Delivery Donat, T...
WA/TELP : 0822-3006-6162, Toko Box Delivery Sayur, Toko Box Delivery Donat, T...WA/TELP : 0822-3006-6162, Toko Box Delivery Sayur, Toko Box Delivery Donat, T...
WA/TELP : 0822-3006-6162, Toko Box Delivery Sayur, Toko Box Delivery Donat, T...gamal imron khoirudin
 
1.-Ruang-Lingkup-Studi-Kelayakan-Bisnis-2.pptx
1.-Ruang-Lingkup-Studi-Kelayakan-Bisnis-2.pptx1.-Ruang-Lingkup-Studi-Kelayakan-Bisnis-2.pptx
1.-Ruang-Lingkup-Studi-Kelayakan-Bisnis-2.pptxAndiAzhar9
 
menang-besar-rahasia-kemenangan-di-hokagetogel
menang-besar-rahasia-kemenangan-di-hokagetogelmenang-besar-rahasia-kemenangan-di-hokagetogel
menang-besar-rahasia-kemenangan-di-hokagetogelHaseebBashir5
 
PROGRAM WALI KELAS TAHUN PELAJARAN 2023 2024
PROGRAM WALI KELAS TAHUN PELAJARAN 2023 2024PROGRAM WALI KELAS TAHUN PELAJARAN 2023 2024
PROGRAM WALI KELAS TAHUN PELAJARAN 2023 2024DarmiePootwo
 
PPT DENIES SUSANTO AHLI MADYA BANGUNAN PERAWATAN GEDUNG 1.pptx
PPT  DENIES SUSANTO AHLI MADYA BANGUNAN PERAWATAN GEDUNG 1.pptxPPT  DENIES SUSANTO AHLI MADYA BANGUNAN PERAWATAN GEDUNG 1.pptx
PPT DENIES SUSANTO AHLI MADYA BANGUNAN PERAWATAN GEDUNG 1.pptxvickrygaluh59
 
Panduan Lengkap tentang Situs Toto: Apa yang Perlu Anda Ketahui
Panduan Lengkap tentang Situs Toto: Apa yang Perlu Anda KetahuiPanduan Lengkap tentang Situs Toto: Apa yang Perlu Anda Ketahui
Panduan Lengkap tentang Situs Toto: Apa yang Perlu Anda KetahuiHaseebBashir5
 
005 ppt elastisitas-permintaan-dan-penawaran.ppt
005 ppt elastisitas-permintaan-dan-penawaran.ppt005 ppt elastisitas-permintaan-dan-penawaran.ppt
005 ppt elastisitas-permintaan-dan-penawaran.pptIjlalMaulana1
 
saw method aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
saw method aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaasaw method aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
saw method aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaNovaRuwanti
 
[BEST PRICE] Senapan Angin Dengan Teleskopik Kalimantan Barat
[BEST PRICE] Senapan Angin Dengan Teleskopik Kalimantan Barat[BEST PRICE] Senapan Angin Dengan Teleskopik Kalimantan Barat
[BEST PRICE] Senapan Angin Dengan Teleskopik Kalimantan Baratsenapananginterbaik2
 
Praktikum Galoh Endah Fajarani-Kombis.pptx
Praktikum Galoh Endah Fajarani-Kombis.pptxPraktikum Galoh Endah Fajarani-Kombis.pptx
Praktikum Galoh Endah Fajarani-Kombis.pptxEndah261450
 
KELOMPOK 7_ANALISIS INVESTASI PUBLIK.pdf
KELOMPOK 7_ANALISIS INVESTASI PUBLIK.pdfKELOMPOK 7_ANALISIS INVESTASI PUBLIK.pdf
KELOMPOK 7_ANALISIS INVESTASI PUBLIK.pdfPritaRatuliu
 

Último (11)

WA/TELP : 0822-3006-6162, Toko Box Delivery Sayur, Toko Box Delivery Donat, T...
WA/TELP : 0822-3006-6162, Toko Box Delivery Sayur, Toko Box Delivery Donat, T...WA/TELP : 0822-3006-6162, Toko Box Delivery Sayur, Toko Box Delivery Donat, T...
WA/TELP : 0822-3006-6162, Toko Box Delivery Sayur, Toko Box Delivery Donat, T...
 
1.-Ruang-Lingkup-Studi-Kelayakan-Bisnis-2.pptx
1.-Ruang-Lingkup-Studi-Kelayakan-Bisnis-2.pptx1.-Ruang-Lingkup-Studi-Kelayakan-Bisnis-2.pptx
1.-Ruang-Lingkup-Studi-Kelayakan-Bisnis-2.pptx
 
menang-besar-rahasia-kemenangan-di-hokagetogel
menang-besar-rahasia-kemenangan-di-hokagetogelmenang-besar-rahasia-kemenangan-di-hokagetogel
menang-besar-rahasia-kemenangan-di-hokagetogel
 
PROGRAM WALI KELAS TAHUN PELAJARAN 2023 2024
PROGRAM WALI KELAS TAHUN PELAJARAN 2023 2024PROGRAM WALI KELAS TAHUN PELAJARAN 2023 2024
PROGRAM WALI KELAS TAHUN PELAJARAN 2023 2024
 
PPT DENIES SUSANTO AHLI MADYA BANGUNAN PERAWATAN GEDUNG 1.pptx
PPT  DENIES SUSANTO AHLI MADYA BANGUNAN PERAWATAN GEDUNG 1.pptxPPT  DENIES SUSANTO AHLI MADYA BANGUNAN PERAWATAN GEDUNG 1.pptx
PPT DENIES SUSANTO AHLI MADYA BANGUNAN PERAWATAN GEDUNG 1.pptx
 
Panduan Lengkap tentang Situs Toto: Apa yang Perlu Anda Ketahui
Panduan Lengkap tentang Situs Toto: Apa yang Perlu Anda KetahuiPanduan Lengkap tentang Situs Toto: Apa yang Perlu Anda Ketahui
Panduan Lengkap tentang Situs Toto: Apa yang Perlu Anda Ketahui
 
005 ppt elastisitas-permintaan-dan-penawaran.ppt
005 ppt elastisitas-permintaan-dan-penawaran.ppt005 ppt elastisitas-permintaan-dan-penawaran.ppt
005 ppt elastisitas-permintaan-dan-penawaran.ppt
 
saw method aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
saw method aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaasaw method aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
saw method aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
 
[BEST PRICE] Senapan Angin Dengan Teleskopik Kalimantan Barat
[BEST PRICE] Senapan Angin Dengan Teleskopik Kalimantan Barat[BEST PRICE] Senapan Angin Dengan Teleskopik Kalimantan Barat
[BEST PRICE] Senapan Angin Dengan Teleskopik Kalimantan Barat
 
Praktikum Galoh Endah Fajarani-Kombis.pptx
Praktikum Galoh Endah Fajarani-Kombis.pptxPraktikum Galoh Endah Fajarani-Kombis.pptx
Praktikum Galoh Endah Fajarani-Kombis.pptx
 
KELOMPOK 7_ANALISIS INVESTASI PUBLIK.pdf
KELOMPOK 7_ANALISIS INVESTASI PUBLIK.pdfKELOMPOK 7_ANALISIS INVESTASI PUBLIK.pdf
KELOMPOK 7_ANALISIS INVESTASI PUBLIK.pdf
 

Tahap perkembangan moral kohlberg

  • 1. Tahap perkembangan moral Kohlberg Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas Belum Diperiksa Langsung ke: navigasi, cari Tahapan perkembangan moral adalah ukuran dari tinggi rendahnya moral seseorang berdasarkan perkembangan penalaran moralnya seperti yang diungkapkan oleh Lawrence Kohlberg. Tahapan tersebut dibuat saat ia belajar psikologi di University of Chicago berdasarkan teori yang ia buat setelah terinspirasi hasil kerja Jean Piaget dan kekagumannya akan reaksi anak-anak terhadap dilema moral. [1] Ia menulis disertasi doktornya pada tahun 1958 [2] yang menjadi awal dari apa yang sekarang disebut tahapan-tahapan perkembangan moral dari Kohlberg. Teori ini berpandangan bahwa penalaran moral, yang merupakan dasar dari perilaku etis, mempunyai enam tahapan perkembangan yang dapat teridentifikasi. Ia mengikuti perkembangan dari keputusan moral seiring penambahan usia yang semula diteliti Piaget, [3] yang menyatakan bahwa logika dan moralitas berkembang melalui tahapan-tahapan konstruktif.[4] Kohlberg memperluas pandangan dasar ini, dengan menentukan bahwa proses perkembangan moral pada prinsipnya berhubungan dengan keadilan dan perkembangannya berlanjut selama kehidupan,[2] walaupun ada dialog yang mempertanyakan implikasi filosofis dari penelitiannya.[5][6] Kohlberg menggunakan ceritera-ceritera tentang dilema moral dalam penelitiannya, dan ia tertarik pada bagaimana orang-orang akan menjustifikasi tindakan-tindakan mereka bila mereka berada dalam persoalan moral yang sama. Kohlberg kemudian mengkategorisasi dan mengklasifikasi respon yang dimunculkan ke dalam enam tahap yang berbeda. Keenam tahapan tersebut dibagi ke dalam tiga tingkatan: pra-konvensional, konvensional, dan pasca- konvensional.[7][8][9] Teorinya didasarkan pada tahapan perkembangan konstruktif; setiap tahapan dan tingkatan memberi tanggapan yang lebih adekuat terhadap dilema-dilema moral dibanding tahap/tingkat sebelumnya.[4] Daftar isi 1 Tahapan-tahapan o 1.1 Pra-Konvensional o 1.2 Konvensional o 1.3 Pasca-Konvensional 2 Contoh dilema moral yang digunakan o 2.1 Dilema Heinz 3 Kritik 4 Lihat pula 5 Referensi 6 Bacaan lebih lanjut o 6.1 Bacaan Bahasa Indonesia 7 Pranala luar
  • 2. Tahapan-tahapan Keenam tahapan perkembangan moral dari Kolhlberg dikelompokkan ke dalam tiga tingkatan: pra-konvensional, konvensional, dan pasca-konvensional.[7][8][9] Mengikuti persyaratan yang dikemukakan Piaget untuk suatu Teori perkembangan kognitif, adalah sangat jarang terjadi kemunduran dalam tahapan-tahapan ini.[10][11] Walaupun demikian, tidak ada suatu fungsi yang berada dalam tahapan tertinggi sepanjang waktu. Juga tidak dimungkinkan untuk melompati suatu tahapan; setiap tahap memiliki perspektif yang baru dan diperlukan, dan lebih komprehensif, beragam, dan terintegrasi dibanding tahap sebelumnya.[10][11] Tingkat 1 (Pra-Konvensional) 1. Orientasi kepatuhan dan hukuman 2. Orientasi minat pribadi ( Apa untungnya buat saya?) Tingkat 2 (Konvensional) 3. Orientasi keserasian interpersonal dan konformitas ( Sikap anak baik) 4. Orientasi otoritas dan pemeliharaan aturan sosial ( Moralitas hukum dan aturan) Tingkat 3 (Pasca-Konvensional) 5. Orientasi kontrak sosial 6. Prinsip etika universal ( Principled conscience) Pra-Konvensional Tingkat pra-konvensional dari penalaran moral umumnya ada pada anak-anak, walaupun orang dewasa juga dapat menunjukkan penalaran dalam tahap ini. Seseorang yang berada dalam tingkat pra-konvensional menilai moralitas dari suatu tindakan berdasarkan konsekuensinya langsung. Tingkat pra-konvensional terdiri dari dua tahapan awal dalam perkembangan moral, dan murni melihat diri dalam bentuk egosentris. Dalam tahap pertama, individu-individu memfokuskan diri pada konsekuensi langsung dari tindakan mereka yang dirasakan sendiri. Sebagai contoh, suatu tindakan dianggap salah secara moral bila orang yang melakukannya dihukum. Semakin keras hukuman diberikan dianggap semakin salah tindakan itu.[12] Sebagai tambahan, ia tidak tahu bahwa sudut pandang orang lain berbeda dari sudut pandang dirinya. Tahapan ini bisa dilihat sebagai sejenis otoriterisme. Tahap dua menempati posisi apa untungnya buat saya, perilaku yang benar didefinisikan dengan apa yang paling diminatinya. Penalaran tahap dua kurang menunjukkan perhatian pada kebutuhan orang lain, hanya sampai tahap bila kebutuhan itu juga berpengaruh terhadap kebutuhannya sendiri, seperti “kamu garuk punggungku, dan akan kugaruk juga punggungmu.”[4] Dalam tahap dua perhatian kepada oranglain tidak didasari oleh loyalitas atau faktor yang berifat intrinsik. Kekurangan perspektif tentang masyarakat dalam tingkat pra-konvensional, berbeda dengan kontrak sosial (tahap lima), sebab semua tindakan dilakukan untuk melayani kebutuhan diri sendiri saja. Bagi mereka dari tahap dua, perpektif dunia dilihat sebagai sesuatu yang bersifat relatif secara moral.
  • 3. Konvensional Tingkat konvensional umumnya ada pada seorang remaja atau orang dewasa. Orang di tahapan ini menilai moralitas dari suatu tindakan dengan membandingkannya dengan pandangan dan harapan masyarakat. Tingkat konvensional terdiri dari tahap ketiga dan keempat dalam perkembangan moral. Dalam tahap tiga, seseorang memasuki masyarakat dan memiliki peran sosial. Individu mau menerima persetujuan atau ketidaksetujuan dari orang-orang lain karena hal tersebut merefleksikan persetujuan masyarakat terhadap peran yang dimilikinya. Mereka mencoba menjadi seorang anak baik untuk memenuhi harapan tersebut,[4] karena telah mengetahui ada gunanya melakukan hal tersebut. Penalaran tahap tiga menilai moralitas dari suatu tindakan dengan mengevaluasi konsekuensinya dalam bentuk hubungan interpersonal, yang mulai menyertakan hal seperti rasa hormat, rasa terimakasih, dan golden rule. Keinginan untuk mematuhi aturan dan otoritas ada hanya untuk membantu peran sosial yang stereotip ini. Maksud dari suatu tindakan memainkan peran yang lebih signifikan dalam penalaran di tahap ini; 'mereka bermaksud baik…'.[4] Dalam tahap empat, adalah penting untuk mematuhi hukum, keputusan, dan konvensi sosial karena berguna dalam memelihara fungsi dari masyarakat. Penalaran moral dalam tahap empat lebih dari sekedar kebutuhan akan penerimaan individual seperti dalam tahap tiga; kebutuhan masyarakat harus melebihi kebutuhan pribadi. Idealisme utama sering menentukan apa yang benar dan apa yang salah, seperti dalam kasus fundamentalisme. Bila seseorang bisa melanggar hukum, mungkin orang lain juga akan begitu - sehingga ada kewajiban atau tugas untuk mematuhi hukum dan aturan. Bila seseorang melanggar hukum, maka ia salah secara moral, sehingga celaan menjadi faktor yang signifikan dalam tahap ini karena memisahkan yang buruk dari yang baik. Pasca-Konvensional Tingkatan pasca konvensional, juga dikenal sebagai tingkat berprinsip, terdiri dari tahap lima dan enam dari perkembangan moral. Kenyataan bahwa individu-individu adalah entitas yang terpisah dari masyarakat kini menjadi semakin jelas. Perspektif seseorang harus dilihat sebelum perspektif masyarakat. Akibat „hakekat diri mendahului orang lain‟ ini membuat tingkatan pasca-konvensional sering tertukar dengan perilaku pra-konvensional. Dalam tahap lima, individu-individu dipandang sebagai memiliki pendapat-pendapat dan nilai-nilai yang berbeda, dan adalah penting bahwa mereka dihormati dan dihargai tanpa memihak. Permasalahan yang tidak dianggap sebagai relatif seperti kehidupan dan pilihan jangan sampai ditahan atau dihambat. Kenyataannya, tidak ada pilihan yang pasti benar atau absolut - 'memang anda siapa membuat keputusan kalau yang lain tidak'? Sejalan dengan itu, hukum dilihat sebagai kontrak sosial dan bukannya keputusan kaku. Aturan-aturan yang tidak mengakibatkan kesejahteraan sosial harus diubah bila perlu demi terpenuhinya kebaikan terbanyak untuk sebanyak-banyaknya orang.[8] Hal tersebut diperoleh melalui keputusan mayoritas, dan kompromi. Dalam hal ini, pemerintahan yang demokratis tampak berlandaskan pada penalaran tahap lima. Dalam tahap enam, penalaran moral berdasar pada penalaran abstrak menggunakan prinsip etika universal. Hukum hanya valid bila berdasar pada keadilan, dan komitmen terhadap keadilan juga menyertakan keharusan untuk tidak mematuhi hukum yang tidak adil. Hak
  • 4. tidak perlu sebagai kontrak sosial dan tidak penting untuk tindakan moral deontis. Keputusan dihasilkan secara kategoris dalam cara yang absolut dan bukannya secara hipotetis secara kondisional (lihat imperatif kategoris dari Immanuel Kant[13]). Hal ini bisa dilakukan dengan membayangkan apa yang akan dilakukan seseorang saat menjadi orang lain, yang juga memikirkan apa yang dilakukan bila berpikiran sama (lihat veil of ignorance dari John Rawls[14]). Tindakan yang diambil adalah hasil konsensus. Dengan cara ini, tindakan tidak pernah menjadi cara tapi selalu menjadi hasil; seseorang bertindak karena hal itu benar, dan bukan karena ada maksud pribadi, sesuai harapan, legal, atau sudah disetujui sebelumnya. Walau Kohlberg yakin bahwa tahapan ini ada, ia merasa kesulitan untuk menemukan seseorang yang menggunakannya secara konsisten. Tampaknya orang sukar, kalaupun ada, yang bisa mencapai tahap enam dari model Kohlberg ini.[11] Contoh dilema moral yang digunakan Perkembangan Moral Peserta Didik Auliya Nur Rohmah 12 Apr 2012 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Tahapan perkembangan moral adalah ukuran dari tinggi rendahnya moral seseorang berdasarkan perkembangan penalaran moralnya seperti yang diungkapkan oleh Lawrence Kohlberg. Tahapan tersebut dibuat saat ia belajar di University of Chicago berdasarkan teori yang ia buat setelah terinspirasi hasil kerja Jean Piaget dan kekagumannya akan reaksi anak- anak terhadap dilema moral.Ia menulis disertasi doktornya pada tahun 1958 yang menjadi awal dari apa yang sekarang disebut tahapan-tahapan perkembangan moral dari Kohlberg. Teori ini berpandangan bahwa penalaran moral, yang merupakan dasar dari perilaku etis, mempunyai enam tahapan perkembangan yang dapat teridentifikasi. Ia mengikuti perkembangan dari keputusan moral seiring penambahan usia yang semula diteliti Piaget, yang menyatakan bahwa logika dan moralitas berkembang melalui tahapan-tahapan konstruktif Kohlberg memperluas pandangan dasar ini, dengan menentukan bahwa proses perkembangan moral pada prinsipnya berhubungan dengan keadilan dan perkembangannya berlanjut selama kehidupan,walaupun ada dialog yang mempertanyakan implikasi filosofis dari penelitiannya. Kohlberg menggunakan ceritera-ceritera tentang dilema moral dalam penelitiannya, dan ia tertarik pada bagaimana orang-orang akan menjustifikasi tindakan-tindakan mereka bila mereka berada dalam persoalan moral yang sama. Kohlberg kemudian mengkategorisasi dan mengklasifikasi respon yang dimunculkan ke dalam enam tahap yang berbeda. Keenam tahapan tersebut dibagi ke dalam tiga tingkatan: pra-konvensional, konvensional, dan pasca- konvensional. Teorinya didasarkan pada tahapan perkembangan konstruktif; setiap tahapan
  • 5. dan tingkatan memberi tanggapan yang lebih adekuat terhadap dilema-dilema moral dibanding tahap/tingkat sebelumnya. 1. Rumusan Masalah 1) Apa Pengertian Moral? 2) Bagaimana Pola Perkembangan Moral? 3) Bagaimana Tahap-Tahap Perkembangan Moral? 4) Bagaimana Cara Mempelajari Sikap Moral? 5) Bagaimana Implikasinya bagi pendidikan? 1. Tujuan Penulisan 1) Mengetahui Pengertian Moral. 2) Mengetahui Bagaimana Pola Perkembangan Moral. 3) Mengetahui Bagaimana Tahap-Tahap Perkembangan Moral. 4) Mengetahui Bagaimana Cara Mempelajari Sikap Moral. 5) Mengetahui Bagaimana Implikasinya bagi pendidikan. BAB II PEMBAHASAN 1. Pengertian Moral Moral berasal dari kata latin “mores” yang berarti tata cara , kebiasaan, dan adat. Perilaku sikap moral berarti perilaku yang sesuai dengan kode moral kelompok sosial, yang dikembangakan oleh konsep moral. Yang dimaksud dengan konsep moral ialah peraturan perilaku yang telah menjadi kebiasaan bagi anggota suatu budaya. Konsep moral inilah yang menentukan pola perilaku yang diharapakan dari seluruh anggota kelompok.[1] Menurut piaget (sinilungan, 1997), hakikat moralitas adalah kecenderungan menerima dan menaati sistem peraturan. Selanjutnya, kohlberg (gnarsa, 1985) mengemukakan bahwa aspek moral adalah sesuatu yang tidak dibawa dari lahir, tapi sesuatu yang berkembang dan dapat diperkembangkan/dipelajari. Perkembangan moral merupakan proses internalisasi nilai/norma masyarakat sesuai dengan kematangan dan kemampuan seseorang dalam menyesuaikan diri terhadap aturan yang berlaku dalam kehidupannya. Jadi, perkembangan moral mencangkup aspek kognitif yaitu pengetahuan tentang baik/buruk atau benar/salah, dan aspek afektif yaitu sikap perilaku moral itu dipraktekkan. piaget mengajukan perkembangan moral, yang digambarkan pada aturan permainan. Menurut beliau hakekat moralitas adalah kecenderungan menerima dan menaati sistem peraturan.
  • 6. Tokoh yang paling dikenaldalam kaitannya dengan perkembangan moral adalah lawrence E. Kohlberg (19995). Melalui disertasinya yang sangat monumental yang berjudul ” the development of modes of moral thinking and choice in the years 10 to 16 ” yang diselesaikannya di university of chicago pada tahun 1958, dia melakukan penelitian empiris lintas kelompok usia tentang cara perkembangan moral terhadap 75 orang anak dan remaja yang berasal dari daerah yang berbeda di sekitar chicago. Anak-anak itu dibagi menjadi tiga kelompok usia, yakni kelompok usia 10, 13, dan 16 tahun. Penelitiannya dilakukan dengan cara menghadapkan para subjek penelitian atau responden kepada berbagai dilema moral dan selanjutnya mencatat semua reaksi mereka. Dalam pandangan kohlberg, sebagaimana juga pandangan jean piaget yaitu salah seorang yang sangat dikaguminya, berdasarkan penelitiannya itu sangat tampak bahwa anak-anak dan remaja itu menafsirkan segala tindakan dan perilakunya sesuai dengan struktur mental mereka sendiri. Mereka menilai hubungan sosial dan perbuatan tertentu sebagai “adil” atau “tidak adil”, “ baik” atau ”buruk” juga seiring dengan tingkat perkembangan atau setruktur moral mereka masing-masing. Disamping perilaku moral ada juga perilaku tak bermoral yaitu perilaku yang tidak sesuai dengan harapan sosial karena sikap tidak setuju dengan standar sosial yang berlaku atau kurang adanya perasaan wajib menyesuaikan diri, serta perilaku amoral atau nonmoral yaitu perilaku yang tidak sesuai dengan harapan sosial karena ketidak acuhan atau pelanggaran terhadap standar kelompok sosial. Berdasarkan penelitiannya itu, kohlberg menarik sejumlah kesimpulan sebagai berikut: 1. Penilaian dan perubahan moral pada intinya bersifat rasional. Keputusan moral bukanlah soal permasalahan atau nilai, melainkan mengandung suatu tafsiran kognitif terhadap keadaan dilema moral dan bersifat konstruksi kognitif yang bersifat aktif terhadap titik pandang maing-masing individu sambil mempertimbangkan segala macam tuntutan individu, hak, kewajiban, dan keterlibatan setiap pribadi terhadap sesuatu yang baik dan adil. Kesemua itu merupakan tindakan kognitif. 2. Terdapat sejumlah tahap pertimbangan moral yang sesuai dengan pandangan formal harus di uraikan dan biasanya yang digunakan remaja untuk mempertamggung jawabkan perbuatan moralnya. 3. Membenarkan gagasan jean piaget bahwa pada masa remaja sekitar umur 16 tahun telah mencapai tahap tertinggi dalam proses perkembangan moral. Sebagaimana penelitian piaget telah membuktikan bahwa baru pada masa remaja pola pemikiran oprasional-formal berkembang. Demikian pula kohlberg menunjukkan adanya kesejajaran perkembangan kognitif dengan perkembangan moral, yaitu bahwa pada masa remaja dapat juga dicapai tahap tertinggi perkembangan moral yang ditandai dengan kemampuan remaja menerapkan prinsip keadilan universal pada penilaian moralnya.[2] 1. Pola Perkembangan Moral Dalam mempelajari perkembangan sikap moral peserta didik usia sekolah, piaget (sinolungun, 1997) mengemukakan tiga tahap perkembangan moral sesuai dengan kajian pada aturan dalam permainan anak. Fase absolut,
  • 7. Dimana anak menghayati peraturan sebagai sesuatu hal yang mutlak, tidak dapat diubah, karena berasal dari otoritas yang dihormati (orang tua, guru, anak yang lebih berkuasa) Fase realitas, Dimana anak menyesuaikan diri untuk menghindari penolakan orang lain. Dalam permainan, anak menaati aturan yang disepakati bersama sebagai suatu kenyataan/realitas yang dapat diubah asal disetujui bersama. Fase subjektif, Dimana anak memperhatikan motif atau kesengajaandalam memahami aturan dan gembira mengembangakan sertamenerapkan. 1. Tahap-Tahap Perkembangan Moral Piaget mengatakan bahwa seorang anak melampui perkembangan melalui 4 tahap dalam memahami dunia. Masing-masing tahap terkait dengan usia dan terdiri dari cara berpikir yang berbeda. Tahapan-tahapan tersebut adalah: 1. Tahap sensorimotor (Sensorimotor stage) Yaitu yang terjadi dari lahir hingga usia 2 tahun, merupakan tahap pertama piaget. Pada tahap ini, perkembangan mental ditandai oleh kemajuan yang besar dalam kemampuan bayi untuk mengorganisasikan dan mengkoordinasikan sensasi (seperti melihat dan mendengar) melalui gerakan-gerakan dan tindakan-tindakan fisik. 1. Tahap praoperasional (preoperational stage), Yaitu yang terjadi dari usia 2 hingga 7 tahun, merupakan tahap kedua piaget, pada tahap ini anak mulai melukiskan dunia dengan kata-kata dan gambar-gambar. Mulai muncul pemikiran egosentrisme, animisme, dan intuitif. Egosentrisme adalah suatu ketidakmampuan untuk membedakan antara perspektif seseorang dengan perspektif oranglain dengan kata lain anak melihat sesuatu hanya dari sisi dirinya. Animisme adalah keyakinan bahwa obyek yang tidak bergerak memiliki kualiatas semacam kehidupan dan dapat bertindak. Seperti sorang anak yang mengatakan, “Pohon itu bergoyang- goyang mendorong daunnya dan daunnya jatuh.” Intuitif adalah anak-anak mulai menggunakan penalaran primitif dan ingin mengetahui jawaban atas semua bentuk pertanyaan. Mereka mengatakan mengetahui sesuatu tetapi mengetahuinya tanpa menggunakan pemikiran rasional . 1. Tahap operasional konkrit (concrete operational stage) Yaitu yang berlangsung dari usia 7 hingga 11 tahun, merupakan tahap ketiga piaget. Pada tahap ini anak dapat melakukan penalaran logis menggantikan pemikiran intuitif sejauh pemikiran dapat diterapkan ke dalam cotoh-contoh yang spesifik atau konkrit.
  • 8. 1. Tahap operasional formal (formal operational stage) Yaitu yang terlihat pada usia 11 hingga 15 tahun, merupakan tahap keempat dan terkahir dari piaget. Pada tahap ini, individu melampaui dunia nyata, pengalaman-pengalaman konkrit dan berpikir secara abstrak dan lebih logis.[3] Sebagai pemikiran yang abstrak, remaja mengembangkan gambaran keadaan yang ideal. Mereka dapat berpikir seperti apakah orangtua yang ideal dan membandingkan orangtua mereka dengan standar ideal yang mereka miliki. Mereka mulai mempersiapkan kemungkinan-kemungkinan bagi masa depan dan terkagum-kagum terhadap apa yang mereka lakukan. - Dalam tahap pengembangan moral ini menurut kohlberg ada 3 tahap perkembangan moral yaitu: a. Tahap Prakonvensional Dimana aturan berisi ukuran moral yang dibuat otoritas pada tahap perkembangan ini anak tidak akan melanggar aturan karena takut ancaman hukuman dari otoritas. b. Tahap konvensional Anak mematuhi aturan yang dibuat bersama, agar ia diterima dalam kelompok sebaya/oleh otoritasnya. 1. Tahap pascakonvensional Anak menaati aturan untuk menghindari hukuman kata hatinya. - Dalam tahap pengembangan moral ini menurut J. Bull perkembangan moral dibagi menjadi 4 yaitu: a. Tahap anomi ketidakmampuan moral bayi. Moral bayi barulah suatu potensi yang siap dikembangkan dalam lingkungan. b. Tahap heteronomi dimana moral yang berpotensial dipacu berkembang orang lai/otoritas melalui aturan dan kedisiplinan. c. Tahap sosionomi dimana moral berkembang ditengah sebaya/dalam masyarakat, mereka lebih menaati aturan kelompok dari pada aturan otoritas. d. Tahap otonomi moral yang mengisi dan mengendalikan kata hati serta kemampuan bebasnya untuk berperilaku tanpa tekanan lingkungan.[4] Adapun tahap-tahap perkembangan moral yang dikenal diseluruh dunia yang di kemukakan oleh kohlberg (1995) sebagai berikut: Tingkat 1: Prakonvensional.
  • 9. Pada tingkat ini aturan berisi aturan moral yang dibuat berdasarkan otoritas. Anak tidak melanggar aturan moral karana takut ancaman atau hukuman dari otoritas. Tingkat pra- konvensional dari penalaran moral umumnya ada pada anak-anak, walaupun orang dewasa juga dapat menunjukkan penalaran dalam tahap ini. Seseorang yang berada dalam tingkat pra-konvensional menilai moralitas dari suatu tindakan berdasarkan konsekuensinya langsung. Tingkat ini dibagi menjadi dua tahap: Tahap orientasi terhadap kepatuhan dan hukuman Pada tahap ini anak hanya mengetahui bahwa aturan-aturan ini ditentukan oleh adanya kekuasaan yang tidak bisa diganggu gugat. Anak harus menurut, atau kalau tidak, akan mendapat hukuman. Tahap relativistik -instrument Pada tahap ini anak tidak lagi secara mutlak tergantung pada aturan yang berada di luar dirinya yang ditentukan orang lain yang memiliki otoritas. Anak mulai sadar bahwa setiap kejadian mempunyai beberapa segi yang bergantung pada kebutuhan (relativisme) dan kesenangan seseorang (hedonisme), perilaku yang benar didefinisikan dengan apa yang paling diminatinya. Penalaran tahap dua kurang menunjukkan perhatian pada kebutuhan orang lain, hanya sampai tahap bila kebutuhan itu juga berpengaruh terhadap kebutuhannya sendiri, seperti “kamu garuk punggungku, dan akan kugaruk juga punggungmu.” Jadi hubungan disini bukan atas dasar loyalitas, trimakasih dan keadilan. Tingkat 2 : Konvensional. Pada tingkatan ini anak mematuhi aturan yang dibuat bersama agar diterima dalam kelompoknya, Tingkat konvensional umumnya ada pada seorang remaja atau orang dewasa. Orang di tahapan ini menilai moralitas dari suatu tindakan dengan membandingkannya dengan pandangan dan harapan masyarakat.. Tingkat ini juga terdiri dari dua tahap. tahap orientasi mengenai anak yang baik. Pada tahap ini anak mulai memperlihatkan orientasi perbuatan yang dapat dinilai baik atau tidak baik oleh orang lain atau masyarakat. Sesuatu dikatakan baik dan benar apabila sikap dan perilakunya dapat diterima oleh orang lain atau masyarakat. tahap mempertahankan norma sosial dan otoritas. Pada tahap ini anak menunjukkan perbuatan baik dan benar bukan hanya agar dapat diterima oleh lingkungan masyarakat di sekitarnya, tetapi juga bertujuan agar dapat ikut mempertahankan aturan dan norma/ nilai sosial yang ada sebagai kewajiban dan tanggung jawab moral untuk melaksanakan aturan yang ada. Tingkat 3: pasca konvensional, otonom atau berlandaskan prinsip Pada tingkat ini anak mematuhi aturan untuk menghindari hukuman kata hatinya. Tingkat ini juga terdiri dari dua tahap yaitu:
  • 10. tahap orientasi terhadap perjanjian antara dirinya dengan lingkungan sosial. Pada tahap ini ada hubungan timbal balik antara dirinya dengan lingkungan sosial dan masyarakat. Seseorang menaati aturan sebagai kewajiban dan tanggung jawab dirinya dalam menjaga keserasian hidup masyarakat. tahap prinsip etika universal. Pada tahap ini selain ada norma pribadi yang bersifat subyektif ada juga norma etik (baik/ buruk, benar/ salah) yang bersifat universal sebagai sumber menentukan sesuatu perbuatan yang berhubungan dengan moralitas. Teori perkembangan moral yang dikemukakan Kohlberg seperti halnya Piaget menunjukkan bahwa sikap dan perilaku moral bukan hasil sosialisasi atau pelajaran yang diperoleh dari kebiasaan yang berhubungan dengan nilai kebudayaan semata-mata. Tetapi juga terjadi sebagai akibat dari aktivitas spontan yang dipelajari dan berkembang melalui interaksi sosial anak dengan lingkungannya.[5] Berdasarkan tingkatan dan tahap-tahap perkembangan moral itu, kemudian Kohlberg (1995) menerjemahkannya ke dalam motif-motif individu dalam melakukan perbuatan moral. Sesuai dengan tahap-tahap perkembangan moral, maka motif-motif perilaku moral manusia adalah sebagai berikut : Motif 1 erbuatan moral individu dimotivasi oleh penghindaran terhadap hukuman dan suara hati pada dasarnya merupakan ketakutan irasional terhadap hukuman. Motif 2 erbuatan moral individu dimotivasi oleh keinginan untuk mendapat ganjaran dan keuntungan. Sangat boleh jadi reaksi rasa bersalah diabaikan dan hukuman dipandang secara pragmatis sehingga membedakan rasa takut, rasa nikmat. Atau rasa sakit dari akibat hukuman Motif 3 erbuatan moral individu dimotivasi oleh antisipasi terhadap celaan orang lain, baik yang nyata atau yang dibayangkan secara hipotesis. Motif 4 erbuatan moral individu dimotivasi oleh antisipasi terhadap celaan yang mendalam karena kegagalan dalam melaksanakan kewajiban dan rasa diri bersalah atas kerugian yang dilakukan terhadap orang lain. Motif 5 erbuatan moral individu dimotivasi oleh keprihatinan terhadap upaya mempertahankan rasa hormat terhadap orang lain dan masyarakat yang didasarkan atas akal budi dan bukan berdasarkan emosi, keprihatinan terhadap rasa hormat bagi diri sendiri. Misalnya, untuk menghindari sikap menghakimi diri sendiri sebagai makhluk yang tidak rasional, tidak konsisten dan tanpa tujuan. Motif 6 erbuatan moral individu dimotivasi oleh keprihatinan terhadap sikap mempersalahkan diri karena melanggar prinsip-prinsipnya sendiri. Individu cenderung membedakan antara rasa hormat terhadap diri karena mencapai rasionalitas dengan rasa hormat terhadap diri sendiri karena mampu mempertahankan prnsip-prinsip moral.[6] D. Cara Mempelajari Sikap Moral
  • 11. Sikap dan perilaku moral dapat dipelajari dengan cara berikut. 1. Belajar melalui cob/ ralat (tryal and error). Anak mencoba belajar mengatahui apakah perilakunya sudah memenuhi standart sosial dan persetujuan sosial atau belum. Bila belum, maka anak dapat mencoba lagi sampai suatu ketika secara kebetulan dapat berperilaku sesuai dengan yang diharapkan. 2. Pendidikan langsung yang dilakukan dengan cara anak belajar memberi reaksi tertentu secara tepat dalam situasi tertentu, serta dilakukan dengan cara memenuhi peraturan yang berlaku dalam keluarga, sekolah, maupun masyarakat sekitar. 3. Identifikasi dengan orang yang dikaguminya. Cara ini biasanya dilakukan secara tidak sadar dan tanpa tekanan dari orang lain. Yang penting ada teladan dari orang yang diidentifikasikan untuk ditiru perilakunya. Pendidikan saat ini umunya mempersiapkan peserta didik memilki banyak pengetahuan, tetapi tidak tahu cara memecahkan masalah tertentu yang dihadapai dalam kehidupan bermasyarakat sehari-hari. Pendidikan lebih mempersiapkan peserta didik untuk menjadi anak yang pandai dan cerdas, tetapi kurang mempersiapkan peserta didik untuk menjadi anak yang baik. Masalah berkenaan dengan baik dan buruk menjadi kajian bidang moral. Demikian juga dalam mengembangkan aspek moral peserta didik berarti bagaimana cara membantu peserta didik untuk menjadi anak yang baik, yang mengetahui dan berperilaku atau bersikap berbuat baik dan benar. Sikap dan perilaku moral dapat dikembangkan melalui pendidikan dan penanaman nilai/ norma yang dilakukan secara terintegrasi dalam pelajaran maupun kegiatan yang dilakukan anak di keluarga dan sekolah. Pendidikan bukan hanya mempersiapkan anak menjadi manusia cerdas, tetapi juga menjadi manusia yang baik, berbudi luhur, dan berguna bagi orang lain.[7] E. implikasinya bagi pendidikan pengembangan moral melalui pendidikan mestinya bukan hanya mengajarkan nilai-nilai sebagai slogan saja. Hal ini tampak pada moral yang diyakini penganut dan moral budaya yang diterima warga masyarakat. Proses pendidikan dan pembelajaran moral diteladankan orang tua dan dilakukan secara terpadu (integrated) pada tiap peluang dalam semua kegiatan sekolah.disana pendidik mengajarkan keteraturan hidup, disiplin serta melatih dan membiasakan peserta didik bermoral dalam perilaku dan kegiatannya. Otoritas mendukung berbagai kegiatan pengembangan moral warga masyarakat sebagai bagian upaya membangun karekter manusia indonesia seutuhnya. Cara yang ideal adalah dengan memantapkan pancasila melalui keteladanan pendidik pada umumnya kepada warga bangsa sebagai peserta didik sepanjang hayat. Disini berproses pembangunan watak bangsa.[8] BAB III PENUTUP 1. kesimpulan 2. Pengertian Moral
  • 12. Moral berasal dari kata latin “mores” yang berarti tata cara , kebiasaan, dan adat. Perilaku sikap moral berarti perilaku yang sesuai dengan kode moral kelompok sosial, yang dikembangakan oleh konsep moral. Yang dimaksud dengan konsep moral ialah peraturan perilaku yang telah menjadi kebiasaan bagi anggota suatu budaya. Konsep moral inilah yang menentukan pola perilaku yang diharapakan dari seluruh anggota kelompok. 1. Pola Perkembangan Moral Piaget (sinolungun, 1997) mengemukakan tiga tahap perkembangan moral sesuai dengan kajian pada aturan dalam permainan anak. Fase absolut, Fase realitas, Fase subjektif, Dimana anak memperhatikan motif atau kesengajaandalam memahami aturan dan gembira mengembangakan sertamenerapkan. 1. Tahap-Tahap Perkembangan Moral Piaget mengatakan bahwa seorang anak melampui perkembangan melalui 4 tahap dalam memahami dunia. Masing-masing tahap terkait dengan usia dan terdiri dari cara berpikir yang berbeda. Tahapan-tahapan tersebut adalah: 1. Tahap sensorimotor (Sensorimotor stage) 2. Tahap praoperasional (preoperational stage) 1. Tahap operasional konkrit (concrete operational stage) 1. Tahap operasional formal (formal operational stage) - Dalam tahap pengembangan moral ini menurut kohlberg ada 3 tahap perkembangan moral yaitu: a. Tahap Prokonvensional. b. Tahap konvensional c. Tahap pascakonvensional Adapun tahap-tahap perkembangan moral yang dikenal diseluruh dunia yang di kemukakan oleh kohlberg (1995) sebagai berikut: Tingkat 1: Prakonvensional. Pada tingkat ini aturan berisi aturan moral yang dibuat berdasarkan otoritas. Anak tidak melanggar aturan moral karana takut ancaman atau hukuman dari otoritas. Tingkat ini dibagi menjadi dua tahap: Tahap orientasi terhadap kepatuhan dan hukuman Tahap relativistik -instrument
  • 13. Tingkat 2 : Konvensional. Pada tingkatan ini anak mematuhi aturan yang dibuat bersama agar diterima dalam kelompoknya. Tingkat ini juga terdiri dari dua tahap. tahap orientasi mengenai anak yang baik. tahap mempertahankan norma sosial dan otoritas. Tingkat 3: pasca konvensional, otonom atau berlandaskan prinsip Pada tingkat ini anak mematuhi aturan untuk menghindari hukuman kata hatinya. Tingkat ini juga terdiri dari dua tahap yaitu: tahap orientasi terhadap perjanjian antara dirinya dengan lingkungan sosial. tahap prinsip etika universal. D. Cara Mempelajari Sikap Moral Sikap dan perilaku moral dapat dipelajari dengan cara berikut. 1. Belajar melalui cob/ ralat (tryal and error). 2. Pendidikan langsung yang dilakukan dengan cara anak belajar memberi reaksi tertentu secara tepat dalam situasi tertentu, serta dilakukan dengan cara memenuhi peraturan yang berlaku dalam keluarga, sekolah, maupun masyarakat sekitar. 3. Identifikasi dengan orang yang dikaguminya. E. implikasinya bagi pendidikan pengembangan moral melalui pendidikan mestinya bukan hanya mengajarkan nilai-nilai sebagai slogan saja. Hal ini tampak pada moral yang diyakini penganut dan moral budaya yang diterima warga masyarakat. Makalah Perkembangan Moral pada Remaja 9:12 AM | BAB I PENDAHULUAN
  • 14. 1. LATAR BELAKANG Remaja merupakan suatu masa dari umur manusia yang paling banyak mengalami perubahan, sehingga membawanya pindah dari masa kanak-kanak menuju kepada masa dewasa. Perubahan-perubahan yang terjadi itu, meliputi : jasmani, rohani, pikiran, perasaan dan sosial. Dalam pembagian tahap perkembangan manusia, maka masa remaja menduduki tahap progresif. Meskipun perkembangan aspek-aspek kepribadian telah diawali pad masa-masa sebelumnya, tetapi puncaknya boleh dikatakan terjadi pada masa remaja. Sebab setelah melewati masa remaja ini remaja telah berubah menjadi seorang dewasa yang boleh dikatakan telah terbentuk suatu pribadi yang relative tetap. Perkembangan moral, nilai dan sikap (tingkah laku) ini berkembang sangat pesat pada masa remaja. Dapat dikatakan bahwa pada masa remaja menjadi penentu perkembangan hal- hal tersebut. 2. RUMUSAN MASALAH Adapun rumusan masalah dari makalah ini antara lain: 1. Apakah pengertian dari perkembangan mora? 2. Bagaimana karakteristik perkembangan moral pada remaja? 3. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan moral pada remaja? 4. Bagaimanakah perbedaan individu dalam perkembangan moral? 5. Bagaimana hubungan antara nilai, moral, sikap, dan tingkah laku? 6. Bagaimana tahap-tahap perkembangan moral? 7. Bagaimana implementasi perkembangan moral dalam kehidupan sehari-hari? 3. TUJUAN Adapun tujuan dari makalah ini antara lain: 1. Mahasiswa memahami pengertian dari perkembangan moral 2. Mahasiswa mengetahui karakteristik perkembangan moral pada remaja 3. Mahasiswa dapat mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan moral pada remaja 4. Mahasiswa mengetahui perbedaan individu dalam perkembangan moral 5. Mahasiswa mengetahui hubungan antara nilai, moral, sikap, dan tingkah laku
  • 15. 6. Mahasiswa mengetahui tahap-tahap perkembangan moral 7. Mahasiswa mengetahui implementasi dari perkembangan moral dalam kehidupan sehari-hari BAB II PEMBAHASAN 1. PENGERTIAN PERKEMBANGAN MORAL Istilah moral berasal dari kata Latin “mos” (Moris), yang berarti adat istiadat, kebiasaan, peraturan/nilai-nilai atau tata cara kehidupan. Moral dapat juga diartikan sebagai ajaran tentang baik buruk perbuatan dan kelakuan, akhlak, kewajiban, dan sebagainya. Dalam moral diatur segala perbuatan yang dinilai baik, perlu dilakukan,dan suatu perbuatan yang dinilai tidak baik dan perlu dihindari. Sedangkan moralitas merupakan kemauan untuk menerima dan melakukan peraturan, nilai-nilai atau prinsip-prinsip moral. Nilai-nilai moral itu, seperti: a. Seruan untuk berbuat baik kepada orang lain, memelihara ketertiban dan keamanan, memelihara kebersihan dan memelihara hak orang lain, dan b. Larangan mencuri, berzina, membunuh, meminum-minumanan keras dan berjudi. Moral berkaitan dengan kemampuan untuk membedakan antara perbuatan yang benar dan yang salah. Dengan demikian, moral merupakan kendali dalam bertingkah laku. Seseorang dapat dikatakan bermoral, apabila tingkah laku orang tersebut sesuai dengan nilai-nilai moral yang dijunjung tinggi oleh masyarakat. Sehingga tugas penting yang harus dikuasai remaja adalah mempelajari apa yang diharapkan oleh masyarakat dan kemudian mau membentuk perilakunya agar sesuai dengan harapan sosial tanpa terus dibimbing, diawasi, didorong, dan diancam hukuman seperti yang dialami waktu anak-anak. Perkembangan moral (moral development) berhubungan dengan peraturan-peraturan dan nilai-nilai mengenai apa yang harus dilakukan seseorang dalam interaksinya dengan orang lain. Anak-anak ketika dilahirkan tidak memiliki moral (imoral). Tetapi dalam dirinya terdapat potensi yang siap untuk dikembangkan. Karena itu, melalui pengalamannya berinteraksi dengan orang lain (dengan orang tua, saudara dan teman sebaya), anak belajar memahami tentang perilaku mana yang baik, yang boleh dikerjakan dan tingkah laku mana yang buruk, yang tidak boleh dikerjakan. 2. KARAKTERISTIK PERKEMBANGAN MORAL
  • 16. Karakteristik yang menonjol dalam perkembangan moral remaja adalah bahwa sesuai dengan tingkat perkembangan kognisi yang mulai mencapai tahapan berfikir operasional formal, yakni: a. mulai mampu berfikir abstrak. b. mulai mampu memecahkan masalah-masalah yang bersifat hipotetis, maka pemikiran remaja terhadap suatu permasalahan tidak lagi hanya terikat pada waktu, tempat, dan situasi, tetapi juga pada sumber moral yang menjadi dasar hidup mereka. c. Perkembangan pemikiran moral remaja dicirikan dengan mulai tumbuh kesadaran akan kewajiban mempertahankan kekuasaan dan pranata yang ada karena dianggapnya sebagai suatu yang bernilai walau belum mampu mempertanggungjawabkannya secara pribadi. d. Keyakinan moral lebih berpusat pada apa yang benar dan kurang pada apa yang salah. e. Keadilan muncul sebagai kekuatan moral yang dominan. f. Penilaian moral menjadi kurang egosentris. g. Penilaian secara psikologis menjadi lebih mahal. 3. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN MORAL Adapun Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan moral: a. Hubungan harmonis dalam keluarga, yang merupakan tempat penerapan pertama sebagai individu. Begitupula dengan pendidikan agama yang diajarkan di lingkungan keluarga sangat berperan dalam perkembangan moral remaja. b. Masyarakat, tingkah laku manusia bisa terkendali oleh kontrol dari yang mempunyai sanksi-sanksi buat pelanggarnya. c. Lingkungan sosial, lingkungan sosial terutama lingkungan sosial terdekat yang bisa sebagai pendidik dan pembina untuk memberi pengaruh dan membentuk tingkah laku yang sesuai. d. Perkembangan nalar, makin tinggi penalaran seseorang , maka makin tinggi pula moral seseorang. e. peranan media massa dan perkembangan teknologi modern. Hal ini berpengaruh pada moral remaja. Karena seorang remaja sangat cepat untuk terpengaruh terhadap hal-hal yang baru yang belum diketahuinya. 4. PERBEDAAN INDIVIDU DALAM PERKEMBANGAN MORAL
  • 17. Setiap individu mempunyai perbedaan dalam men yikapi nilai, moral, dan sikap, tergantung dimana individu tersebut berada. Pada anak-anak terdapat anggapan bahwa aturan-aturan adalah pasti dan mutlak oleh karena diberikan oleh orang dewasa atau Tuhan yang tidak bisa diubah lagi (Kohlberg,1963). Sedangkan pada anak-anak yang berusia lebih tua, mereka bisa menawar aturan-aturan tersebut kalau disetujui oleh semua orang. Pada sebagian remaja dan orang dewasa yang penalarannya terhambat, pedoman mereka hanyalah menghindari hukuman. Sedangkan untuk tingkat kedua sudah ada pengertian bahwa untuk memenuhi kebutuhan sendiri seseorang juga harus memikirkan kepentingan orang lain. Perbedaan perseorangan juga dapat dilihat pada latar belakang kebudayaannya. Jadi, ada kemungkinan terdapat individu atau remaja yang tidak mencapai perkembangan nilai, moral dan sikap serta tingkah laku yang diharapkan padanya. 5. HUBUNGAN ANTARA NILAI, MORAL, SIKAP, DAN TINGKAH LAKU Nilai Merupakan sesuatu yang baik, diinginkan atau dicita-citakan dan dianggap penting oleh warga masyarakat, misalnya kebiasaan dan sopan santun. Menurut Green, sikap merupakan kesediaan bereaksi individu terhadap suatu hal, sikap berkaitan dengan motif dan mendasari tingkah laku seseorang. Tingkah laku adalah implementasi dari sikap yang diwujudkan dalam perbuatan. Dalam kaitan dengan pengamalan nilai-nilai hidup, maka moral merupakan kontrol dalam bersikap dan bertingkah laku sesuai dengan nilai-nilai hidup yang dimaksud. Dalam hal ini aliran Psikonalisis tidak membeda-bedakan antara moral, norma dan nilai. Semua konsep itu menurut Freud menyatu dalam konsepnya super ego. Super ego sendiri dalam teori Freud merupakan bagian dari jiwa yang berfungsi untuk mengendalikan tingkah laku ego, sehingga tidak bertentangan dengan masyarakat. 6. TAHAP-TAHAP PERKEMBANGAN MORAL Dari hasil penyelidikan kohlberg mengemukakan 6 tahap (stadium) perkembangan moral yang berlaku secara universal dan dalam urutan tertentu. Ada 3 tingkat perkembangan moral menurut kohlberg, yaitu tingkat : I Prakonvensional II Konvensional
  • 18. III Pasca-konvensional Masing-masing tingkat terdiri dari 2 tahap, sehingga keseluruhan ada 6 tahapan yang berkembang secara bertingkat dengan urutan yang tetap. Tidak setiap orang dapat mencapai tahap terakhir perkembangan moral. Dalam stadium nol, anak menganggap baik apa yang sesuai dengan permintaan dan keinginannya. Hingga sesudah stadium ini datanglah: Tingkat I; prakonvensional, yang terdiri dari stadiun 1 dan 2 Pada stadium 1, anak berorientasi kepada kepatuhan dan hukuman. Anak menganggap baik atau buruk atas dasar akibat yang ditimbulkannya. Anak hanya mengetahui bahwa aturan-aturan ditentukan oleh adanya kekuasaan yang tidak bisa diganggu gugat. Ia harus menurut atau kalau tidak, akan memperoleh hukuman. Pada stadium 2, berlaku prinsip Relaivistik-Hedonism. Pada tahap ini, anak tidak lagi secara mutlak tergantung kepada aturan yang ada di luar dirinya, atau ditentukan oleh orang lain, tetapi mereka sadar bahwa setiap kejadian mempunyai berbagai segi. Jadi, ada Relativisme. Relativisme ini artinya bergantung pada kebutuhan dan kesanggupan sesorang. Misalnya mencuri kambing karena kelaparan. Karena perbuatan “mencuri” untuk memenuhi kebutuhanya, maka mencuri dianggap sebagai perbuatan yang bermoral, meskipun perbuatan mencuri itu diketahui sebagai perbuatan yang salah karena ada akibatnya, yaitu hukuman. Tingkat II : konvensional Stadium 3, menyngkut orientasi mengenai anak yang baik. Pada stadium ini, anak mulai memasuki umur belasan tahun, dimana anak memperlihatkan orientasi perbuatan- perbuatan yang dapat dinilai baik oleh orag lain, masyarakat adalah sumber yang menentukan, apakah perbuatan sesorang baik atau tidak. Menjadi “anak yang manis” masih sangat penting daam stadium ini. Stadium 4, yaitu tahap mempertahankan norma-norma sosial dari otoritas. Pada stdium ini perbuatan baik yang diperlihatkan seseorang bukan hanya agar dapat diterima oleh lingkungan masyarakatnya, melainkan bertujuan agar dapat ikut mempertahankan aturan- aturan atau norma-norma soisal. Jadi perbuatan baik merupakan kewajiban untuk ikut melaksanakan aturan-aturan yang ada, agar tidak timbul kekacauan. Tingkat III: Pasca-Konvensional Stadium 5, merupakan tahap orientasi terhadap perjanjian antara dirinya dengan lingkungan sosial, pada stadium ini ada hubungan timbal balik antara dirinya dengan lingkungan sosial, dengan masyarakat. Seseorang harus memperlihatkan kewajibannya, harus sesuai dengan tuntutan norma-norma sosial kerena sebaiknya, lingkungan sosial atau masyarakat akan memberikan perlindungan kepadanya.
  • 19. Stadium 6, tahap ini disebut prinsisp universal. Pada tahap ini ada norma etik disamping norma pribadi dan subjektif. Dalam hubungan dan perjanjian antara seseorang ada unsur subjektif ynag menilai apakah suatu perbuatan itu baik atau tidak. Dalam hal ini, unsur etika akan menentukan apa yang boleh dan baik dilakukan atau sebaliknya. Menurut Furter (1965), menjadi remaja berarti mengerti nila-nilai. Mengerti nilai-nilai ini tidak berarti hanya memperoleh pengertian saja melainkan juga dapat menjelaskanya/mengamalkannya. Hal ini selanjutnya berarti bahwa remaja sudah dapat menginternalisasikan penilaian-penilaian moral, menjadikanya sebagai nilai-nilai pribadi. Untuk selanjutnya penginternalisasian nilai- nilai ini akan tercemin dalam sikap dan tingkah lakunya. 7. IMPLEMENTASI PERKEMBANGAN MORAL Adapun implementasi dari perkembangan moral pada remaja adalah: a. Dalam bergaul, remaja sudah mulai selektif dalam memilih teman b. Remaja sudah peka terhadap permasalahan yang terjadi di sekitarnya dan sudah mulai mencari solusi terhadap permasalahan tersebut c. Sudah mulai mencoba untuk membahagiakan orang lain d. Timbul rasa kepedulian jika melihat hal-hal yang menyentuh hati e. Remaja sudah mulai membentuk kepribadiannya yang sesuai dengan nilai-nilai yang diyakininya BAB III PENUTUP KESIMPULAN Menjadi remaja berarti mengerti nilai-nilai, yang berarti tidak hanya memperoleh pengertian saja tetapi juga dapat menjalankannya atau mengamalkannya. Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan moral yaitu hubungan harmonis dalam keluarga, masyarakat, lingkungan sosial, perkembangan nalar, dan peranan media massa dan perkembangan teknologi modern. Karakteristik perkembangan moral antara lain: mulai mampu berfikir abstrak, mulai mampu memecahkan masalah-masalah yang bersifat hipotetis, mulai tumbuh kesadaran akan kewajiban mempertahankan kekuasaan dan pranata yang ada, keyakinan moral lebih berpusat pada apa yang benar dan kurang pada apa yang salah, keadilan muncul sebagai kekuatan
  • 20. moral yang dominan, penilaian moral menjadi kurang egosentris, dan penilaian secara psikologis menjadi lebih mahal. Perbedaan individu dalam perkembangan nilai, moral dan sikap,sesuai dengan umur, faktor kebudayaan, dan tingkat pemahamannya. perubahan bagi saya....!!!! 0inShare Perkembangan Moral Peserta Didik OPINI | 26 September 2012 | 16:55 Dibaca: 3286 Komentar: 0 Nihil Oleh: Alim Sumarno, Notulen: M. SAIFUL Perkembangan Moral Peserta Didik Di dalam kehidupan bermasyarakat arti nilai sebuah moral sangat penting. Dalam hal ini orang dapat dikatakan bermoral apabila dalam menjalani kehidupan Hurlock, istilah moral berasal dari kata latin mos(moris), yang berarti adat istiadat, kebiasaan, peraturan/nilai-nilai atau tata cara kehidupan. Sedangkan moralitas merupakan kemauan untuk menerima dan melakukan peraturan, nilai- nilai atau prinsip-prinsip moral (Yusuf,2002). Konsep moral sudah dapat dibentuk sejak masa anak yaitu lebih kurang awal dari usia 2 tahun. Meskipun sudah dipelajari sejak kecil, namun setelah dewasa manusia tetap berhadapan dengan masalah-masalah moral dan meningkatkan konsep moralnya dalam berhubungan dengan orang lain. Bahwa perkembangan moral seorang anak sejalan dengan perkembangan kognitifnya. Dengan makin bertambahnya tingkat pengetahuan, makin banyak pula nilai-nilai moral. Menurut Hurlock (dalam Sianawati,dkk, 1992) meskipun perkembangan peserta didik melewati pentahapan yang tetap, namun usia mereka dalam mencapai tahapan tertentu berbeda menurut tingkat perkembangan kognitif mereka Pola asuh adalah perlakuaan orang tua dalam rangka memenuhi kebutuhan, memberi perlindungan, dan mendidik anak dalam kehidupan sehar-ihari (Meichati,1978). Menurut Gunarsa (1989) keluarga merupakan lingkungan kehidupan yang dikenal anak untuk pertama kalinya, dan untuk seterusnya peserta didik banyak belajar di dalam kehidupan keluarga. Karena itu peranan orang tua dianggap paling besar pengaruhnya terhadap perkembangaan moral seorang anak. Dalam hal ini dapat dilihat perbedaan perkembangan moral anak ditinjau dari persepsi pola asuh, yaitu pada orang tua yang menerapkan pola asuh anak yang duduk di TK mulai memperlihatkan keinginan untuk menjadi “anak baik” dan menunjukkan kesetiaan/loyalitas terhadap orang-orang tertentu. Ia sedang memasuki suatu tahap penting perkembangan moral, yang oleh ahli teori Lawrence Kohlberg disebut sebagai tahap “norma- norma interpersonal”. Anak mulai menginternalisir moral-moral sebagaimana yang orang dewasa tunjukan.
  • 21. Menurut Piaget, perkembangan moral anak menengah dan akhir berada dalam suatu transisi antara dua tahap yaitu tahap realisme moral atau heteronomous morality dan tahap moralitas berdasarkan hubungan timbal balik atau disebut juga autonomous morality. Dalam tahap realisme moral, anak melihat peraturan dari orang tua dan orang dewasa lainnya sebagai sesuatu yang tidak akan pernah berubah sehingga mereka harus senantiasa mentaati tanpa perlu mempertanyakannya. Mereka juga cenderung menaati peraturan secara kaku dan menilai kebenaran atau kebaikan berdasarkan konskuensi perilaku, bukan berdasarkan maksud atau motivasi si pelaku. Pada tahap ini juga berkembang ide immanent justice (keadilan abadi), yaitu suatu pemikiran bahwa pelanggaran peraturan pasti akan mendapatkan hukuman dengan segera, maupun itu dari orang, objek atau tuhan. Misalnya peserta didik yang berbohong kepada ibunya dan kemudian jatuh dari sepeda sehingga lututnya terluka, akan berpikir bahwa kecelakaan itu terjadi sebagai hukuman karena ia telah berbohong kepada ibunya Pada tahap moralitas berdasarkan hubungan timbal balik, anak sudah menyadari bahwa peraturan merupakan kesepakatan sosial yang dapat berubah dan dapat dipertanyakan. Anak jjuga sudah mampu melihat bahwa ia tidak perlu patuh terhadap keinginan orang lain dan bahwa pelanggaran peraturan tidak merupakan kesalahan atau pasti akan mendapat hukuman. Dalam menilai perilaku orang lain, anak sudah mampu mempertimbangkan perasaan dan melihat dari sudut pandang orang tersebut. Pada tahap ini juga berkembang ide equalitarianisme, dimana anak percaya bahwa keadilan hukum harus ditetapkan pada semua orang. Anak sudah menyadari bahwa pemberian hukuman harus berdasarkan pertimbangan maksud si pelaku dan kondisi saat terjadinya pelanggaraan, dan hukuman yang diberikan tidak harus berbentuk kekerasan, namun juga dapat berupa pembelajaran agar si pelaku menjadi lebih baik dikemudian hari Piaget berpendapat bahwa seraya berkembang, anak juga menjadi lebih canggih dalam berfikir tentang persoalan-persoalan sosial. Piaget yakin bahwa peningkatan pemahaman sosial ini terjadi melalui interaksi peserta didik dengan lingkungannya, terutama orang tua dan teman sebaya. Sejalan dengan Piaget yang melihat perkembangan moral dari segi kognitif, Kohberg juga menjelaskan tahapan perkembangan peserta didik . Hanya saja lebih kompleks dari teori piaget . Menurut Kohlberg, perkembangan moral peserta didik menengah dan akhir secara umum berada pada tingkat prakonvensional dan konvensional. Menurut Hurlock (1993), perkembangan moral anak yang sesungguhnya dapat dilihat dari dua aspek yaitu perkembangan konsep moral dan perkembangan perilaku moral. Perkembangan konsep moral, seperti yang dijelaskan oleh Piaget dan Kohlberg, tidak menjamin timbulnya tingkah laku moral, karena tingkah laku moral tidak hanya semata-mata dipengaruhi oleh pengetahuan tentang konsep moral, tetapi juga ditentukan oleh banyak faktor seperti tuntutan sosial, konsep diri anak, dan sebagainya. Salah satu faktor yang penting dalam menentukan prilaku moral anak adalah adanya self regulation (pengaturan diri) yaitu kemampuan mengontrol perilaku perilaku sendiri tanpa harus diawasi atau diingatkan oleh orang lain. Dengan adanya pengaturan ini, anak akan mampu menunjukan atau menahan perilaku tertentu secara tepat sesuai dengan kondisi yang dihadapinya. Dibawah ini diberikan contoh aspek moral dan nilai-nilai agama yang perlu dikembangkan pada jenjang pendidikan anak usia ini yang dikutif dari Standar Kompetensi Taman Kanak- Kanak (TK) /Raodhatul Anfhal (RA) tahun 2004 (Depdi8knas, 2004). Review artikel tentang perkembangan peserta didik.
  • 22. Dari artikel di atas setelah saya pelajari terlintas bahwa seseorang yang menulis artikel tersebut memfokuskan bahasan yang di tulis tentang perkembangan moral peserta didik. Tidak dapat dipungkiri lagi bahwasanya konsep moral sudah dapat dibentuk sejak masa anak yaitu lebih kurang awal dari usia 2 tahun atau pada tahapan pertumbuhan kedua yakni berkisar pada usia 2 sampai 3 tahun menurut teorinya Erikson salah satu pakar perkembangan psikologi. Anak juga menjadi lebih canggih dalam berfikir tentang persoalan-persoalan sosial sehingga anak itu lebih matang dalam menananmkan moral yang telah terwujud sejak usia dini agar perkrmbanganya menjadi lebih baik dan sempurna sesuai dengan apa yang diharapkan sebelumnya.Namun setelah dewasa manusia tetap berhadapan dengan masalah-masalah moral dan meningkatkan konsep moralnya dalam berhubungan dengan orang lain. Bahwa perkembangan moral seorang anak sejalan dengan perkembangan kognitifnyamaka dari itu dengan makin bertambahnya tingkat pengetahuan, makin banyak pula nilai-nilai moral yang didapat oleh anak tersebut. Anak juga harus sudah mengerti tentang adanya tahapan-tahapan dalam peraturan karena merupakan kesepakatan sosial yang dapat berubah dan dapat dipertanyakan. Anak juga sudah mampu melihat bahwa ia tidak perlu patuh terhadap keinginan orang lain dan bahwa pelanggaran peraturan tidak merupakan kesalahan atau pasti akan mendapat hukuman. Dalam menilai perilaku orang lain, anak sudah mampu mempertimbangkan perasaan dan melihat dari sudut pandang orang tersebut sehingga anak menjadi mandiri tampa tergantung kepada orang lain sehingga anak juga dapat menilai sendiri mana yang baik dan mana yang buruk yang dapat merugikan dirinya sendiri. Pertumbuhan dan perkembangan anak berawal pada saat konsepsi hingga masa pertumbuhan dan perkembangan itu berakhir yaitu saat dewasa. Namun, terkadang pada proses pertumbuhan dan perkembangan anak tersebut dapat5 mengalami suatu gangguan. Gangguan tersebut dapat berupa gangguan bentuk anatomi, fisiologi maupun psikososial seorang anak yang dapat disebabkan oleh berbagai macam faktor yang mempengaruhi. Dengan adanya pengaturan ini, anak akan mampu menunjukan atau menahan perilaku tertentu secara tepat sesuai dengan kondisi yang dihadapinya. Dibawah ini diberikan contoh aspek moral dan nilai-nilai agama yang perlu dikembangkan pada jenjang pendidikan anak dalam perkembangan sosio emosional dalam perkembangan bakat anak yang dalam usia perkembangannya mengalami perkembangan.dan Perkembangan moral itu harus didasarkan pada sikap dan kemampuan yang dimiliki anak tersebut. Maka dari itu kita harus pandai- pandai mengembangkan kepribadian kita. Dan semoga apa yang telah saya paparkan diatas menjadi acuan kita untuk menjadi lebih baik di kedepanya amin………!