SlideShare una empresa de Scribd logo
1 de 16
Descargar para leer sin conexión
Penelitian Transportasi Bagian E 140 (2020) 102013
Daftar isi tersedia diScienceDirect
Penelitian Transportasi Bagian E
halaman utama jurnal:www.elsevier.com/locate/tre
Perspektif perilaku dan teknis praktik manajemen rantai
pasokan hijau: Bukti empiris dari pasar yang sedang
berkembang
Jun Jun LiuA, Houbao HuB, Xun TongC, Qinghua ZhuA,⁎
ASekolah Tinggi Ekonomi & Manajemen Antai, Universitas Shanghai Jiao Tong, 1954 Huashan Rd., Shanghai 200030, PR China
BSekolah Ekonomi & Manajemen, Universitas Tongji, 1239 Siping Rd., Shanghai 200092, PR China
CFakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Groningen, Nettelbosje 2, 9747 AE Groningen, Belanda
INFO ARTIKEL ABSTRAK
Kata kunci:
Manajemen rantai pasokan hijau
Aspek perilaku
Aspek teknis
Teori sistem sosio-teknis Pasar yang
sedang berkembang
Baru-baru ini, perusahaan di pasar negara berkembang telah menerapkan praktik manajemen
rantai pasokan hijau (GSCM) untuk mengatasi masalah lingkungan. Berdasarkan teori sistem sosio-
teknis, penelitian ini mengembangkan model konseptual yang menyarankan efek berurutan antara
dua kategori praktik GSCM yang berbeda, yaitu praktik perilaku (aspek manusia dan lunak) dan
praktik teknis (aspek berwujud dan keras), terhadap kinerja. Kami menggunakan metode
pemodelan persamaan struktural untuk menguji hipotesis berdasarkan tanggapan survei dari 200
produsen Cina. Kategorisasi praktik GSCM perilaku dan teknis serta temuan penelitian berkontribusi
pada literatur GSCM. Hasil statistik menunjukkan efek mediasi lengkap dari praktik GSCM teknis
(misalnya, desain hijau, manufaktur hijau dan logistik terbalik) pada hubungan antara praktik GSCM
perilaku (misalnya, hubungan dengan pelanggan dan pemasok) dan kinerja organisasi. Hasil
tersebut merekomendasikan bahwa perusahaan di pasar negara berkembang harus menyoroti
praktik GSCM perilaku terlebih dahulu dan kemudian menerapkan praktik GSCM teknis yang
diperlukan untuk mendapatkan kinerja ekonomi, lingkungan, dan operasional.
1. Perkenalan
Praktik manajemen rantai pasokan hijau (GSCM) adalah tindakan manajemen yang diterapkan oleh perusahaan di seluruh rantai pasokan
untuk mengurangi polusi dan konsumsi energi serta meningkatkan keberlanjutan dalam jangka panjang (Zhu et al., 2008). Dalam beberapa
tahun terakhir, untuk menyeimbangkan keuntungan ekonomi dan perlindungan lingkungan, perusahaan dan pemerintah di pasar negara
berkembang, seperti China, telah menerapkan GSCM (Geng et al., 2017; Niu et al., 2019; Tang, 2018; Zhu et al., 2019). Keberhasilan penerapan
GSCM bergantung pada kombinasi praktik. Komponen GSCM yang paling umum adalah aspek teknis dan nyata (keras), seperti desain hijau,
manufaktur hijau, dan logistik terbalik (Hijau et al., 2012; Luthra et al., 2016; Srivastava, 2007). Bagi banyak perusahaan di pasar negara
berkembang, implementasi GSCM relatif masih primitif sementara aspek teknis telah mendapat perhatian yang memadai.Kumar et al., 2019;
Longoni et al., 2018). Aspek-aspek ini menekankan proses optimalisasi dengan mengadopsi teknik untuk mencapai tujuan hijau. Namun,
praktik organisasi non-teknis (lunak) yang sangat diperlukan, seperti yang terkait dengan perilaku (misalnya, komitmen manajemen puncak,
keterlibatan pemasok, dan keterlibatan pelanggan), sebagian besar telah diabaikan oleh perusahaan di pasar negara berkembang (misalnya,
Brasil, India) di tahun terakhir (Jabbour et al., 2017; Kumar et al., 2019). Praktik non-teknis atau perilaku ini
⁎Penulis yang sesuai.
Alamat email:liujunj@sjtu.edu.cn (J.Liu),1610307@tongji.edu.cn (H.Hu),x.tong@karpet.nl (X. Tong),qhzhu@sjtu.edu.cn (Q.Zhu).
https://doi.org/10.1016/j.tre.2020.102013
Diterima 28 Desember 2019; Diterima dalam bentuk revisi 14 Juni 2020; Diterima 14 Juni 2020 1366-5545/ ©
2020 Elsevier Ltd. Semua hak dilindungi undang-undang.
Diterjemahkan dari bahasa Inggris ke bahasa Indonesia - www.onlinedoctranslator.com
J. Liu, dkk. Penelitian Transportasi Bagian E 140 (2020) 102013
dapat memupuk lingkungan yang mendukung bagi organisasi untuk menerapkan praktik GSCM yang nyata dengan lebih baik (Paille
et al., 2013; Zhu dan Geng, 2013). Bukti dari industri tekstil di Cina menunjukkan bahwa perilaku kolaboratif di seluruh rantai
pasokan dapat mendorong penerapan praktik teknis seperti teknologi bersih (Shen et al., 2017). Meskipun pentingnya praktik
perilaku secara bertahap diakui, masih belum jelas apa praktik perilaku ini dan bagaimana pengaruhnya terhadap praktik dan
kinerja teknis (Dubey et al., 2017; Kumar et al., 2019).
Literatur dengan pasar negara berkembang sebagai konteks penelitian terutama berfokus pada bagaimana komponen GSCM yang
berbeda mempengaruhi kinerja perusahaan terkait (Geng et al., 2017; Golicic dan Smith, 2013). Ini sebagian karena karakteristik pasar negara
berkembang; standar konseptualisasi dan implementasi relatif belum matang, menyebabkan ketidakpastian seputar implementasi GSCM.
Secara khusus, kurangnya sumber daya dan kemampuan yang memadai bagi perusahaan untuk mengatasi transisi dari rantai pasokan
tradisional (berorientasi pada efisiensi operasional) ke rantai pasokan modern (triple bottom line) (Flynn et al., 2015; Gurca dan Ravishankar,
2016). Misalnya, sejumlah besar usaha kecil dan menengah di Cina tidak dapat melakukan beberapa perbaikan lingkungan yang diperlukan
seperti mencapai pengelolaan energi dan air yang efektif (Chen et al., 2017). Selain itu, faktor kontekstual (misalnya kualitas data yang
rendah, ketidakefektifan kontrak, dan tidak adanya lembaga hukum yang relevan) bervariasi antar negara, yang dapat menghambat
penerapan GSCM di perusahaan pasar berkembang (Choi dan Luo, 2019; Shou et al., 2016; Zhou et al., 2016). Oleh karena itu, studi tentang
GSCM untuk pasar negara berkembang mendapatkan hasil yang beragam. Misalnya, beberapa studi empiris terkait di Cina, India, dan
Malaysia mengidentifikasi hubungan positif antara praktik dan kinerja GSCM (Gopal dan Thakkar, 2016; Lee et al., 2015; Zhu et al., 2013),
sedangkan yang lain dilakukan di Malaysia dan Thailand tidak menentukan hubungan yang signifikan (Eltayeb et al., 2011; Laosirihongthong
et al., 2013). Meskipun demikian, praktik GSCM perilaku dan teknis dapat saling mempengaruhi untuk meningkatkan kinerja perusahaan di
pasar negara berkembang (Chan et al., 2012; Jabbour et al., 2015; Mitra dan Datta, 2014).
Peran praktik GSCM perilaku kurang dipahami dalam konteks pasar berkembang. Dengan demikian, para peneliti menyerukan studi
komprehensif untuk mengeksplorasi pendekatan empiris untuk memahami hubungan antara praktik perilaku, praktik teknis, dan kinerja
(misalnya,Muduli et al. (2013), Dubey dkk. (2017)). Studi ini mencoba untuk mengklasifikasikan praktik perilaku dan teknis tersebut
berdasarkan literatur dan menguji pengaruhnya terhadap kinerja dengan menggunakan sampel dari China. Dengan penerapan praktik
GSCM, perusahaan dapat berharap untuk mengurangi dampak lingkungan negatifnya (misalnya, menghemat energi dan material, serta
mengurangi emisi) dan memberi manfaat bagi masyarakat dengan menciptakan lingkungan yang lebih ramah lingkungan (Ortas et al., 2014).
Namun, hubungan antara praktik GSCM dan kinerja ekonomi, lingkungan, dan operasional belum diperiksa (Jabbour dan de Sousa Jabbour,
2016; Zhu et al., 2012). MengikutiZhu dkk. (2005)Penelitian ini menggunakan tiga dimensi kinerja yaitu kinerja ekonomi, lingkungan, dan
operasional untuk mengukur kinerja organisasi perusahaan fokus.
Untuk meningkatkan kekuatan eksplorasi dan hubungan antara penelitian dan praktik, kami mengembangkan pembelajaran kerangka
teoretis kami dari penelitian olehCho dkk. (2017)pada manajemen kualitas perilaku dan teknis.Cho dkk. (2017)menggunakan model
terintegrasi untuk menguji pengaruh praktik manajemen kualitas perilaku dan teknis terhadap kinerja perusahaan; peran aspek perilaku
relatif kurang dipahami. Selanjutnya, dalam model mereka, mereka menyelidiki bagaimana dimensi perilaku dan teknis saling
mempengaruhi. Kami menggunakan teori socio-technical systems (STS) sebagai tanggapan terhadap panggilan untuk peningkatan fokus
pada dimensi perilaku dan berkontribusi pada penerapan teori STS yang lebih luas dalam rantai pasokan (Dubey et al., 2017; Kull et al., 2013).
Selain itu, studi ini juga memberikan kontribusi terhadap literatur GSCM dengan mempertimbangkan kinerja lingkungan, ekonomi dan
operasional secara bersamaan.
Studi ini mengadopsi model persamaan struktural (SEM) untuk menguji hubungan yang dihipotesiskan dengan menggunakan data survei yang
dikumpulkan dari 200 perusahaan manufaktur di China. SEM adalah metode populer untuk memeriksa hubungan yang dihipotesiskan antara variabel
laten (Byrn, 2016); dengan demikian, ini cocok untuk menganalisis hubungan antar variabel dalam model yang terintegrasi dan digerakkan oleh teori
dengan praktik dan kinerja GSCM. Studi ini memberikan wawasan tentang bagaimana perusahaan meningkatkan kinerja organisasi melalui dua kategori
praktik GSCM.
2. Kajian literatur dan pengembangan hipotesis
2.1. Tinjauan literatur tentang praktik GSCM dan teori STS
2.1.1. Praktik GSCM perilaku dan teknis
Praktik GSCM telah dirangkum dalam penelitian yang menyelidiki pengaruhnya terhadap kinerja organisasi. Satu studi mengklasifikasikan
efek ini ke dalam lima dimensi praktik GSCM, yang dirujuk dalam studi ini. Lima dimensi praktik GSCM berfokus pada manajemen rantai
pasokan siklus hidup terkait pemasok, produsen, pelanggan, dan logistik terbalik (Zhu et al., 2008).Secara khusus, kelima dimensi tersebut
adalahpengelolaan lingkungan internal,pembelian hijau,desain ramah lingkungan,kerjasama pelanggan dengan masalah lingkungan, Dan
logistik terbalik(Geng et al., 2017; Zhu et al., 2008). Kategorisasi praktik GSCM tersebut menggabungkan aspek organisasi/sumber daya
manusia dan aspek teknis/metodologis. Selain itu, beberapa penelitian selanjutnya telah mengkategorikan ulang dimensi tersebut sesuai
dengan tujuan penelitiannya. Misalnya,Longoni et al. (2018)mengklasifikasikan praktik GSCM ke dalam aspek internal dan eksternal, dan
terutama berfokus pada praktik teknis seperti desain ramah lingkungan, produksi ramah lingkungan, pemilihan pemasok, dan pemantauan.
Feng dkk. (2018)mengkonseptualisasikan praktik GSCM sebagai konstruksi tunggal, terutama berfokus pada praktik perilaku seperti kerja
sama lintas fungsi, dan kerja sama dengan pelanggan dan pemasok. Dengan demikian, praktik GSCM perilaku dan teknis terkait didefinisikan
dalam penelitian ini.
Mengikuti definisi praktik perilaku dan teknis dalam manajemen mutu (Cho et al., 2017; Zu, 2009), studi ini mendefinisikan praktik perilaku
GSCM sebagai praktik yang berorientasi pada orang, didorong oleh hubungan, dan praktik lunak lainnya (misalnya, komitmen dari
manajemen, partisipasi karyawan, dan kerja sama dengan pelanggan dan pemasok). Praktik teknis GSCM didefinisikan sebagai
2
Penye
bab
ketida
kpasti
an
imple
menta
si
GSSC
M
J. Liu, dkk. Penelitian Transportasi Bagian E 140 (2020) 102013
berorientasi teknologi, berbasis metodologi, dan praktik keras, termasuk desain produk, teknik proses, logistik terbalik, dan sistem
manajemen lingkungan.
Perilaku (yaitu, kepemimpinan, hubungan, dan keterlibatan) praktek telah menerima peningkatan perhatian sebagai prasyarat
penting untuk pelaksanaan praktek teknis hijau, yaitu, desain produk hijau, produksi hijau, dan praktik teknologi informasi (Chien
dan Shih, 2007; Luthra et al., 2016). Penerapan praktik hijau ini dapat memengaruhi kinerja organisasi (Jabbour et al., 2015).
Misalnya, meta-analisis yang dilakukan olehGeng dkk. (2017)menunjukkan hubungan positif antara praktik GSCM dan kinerja. Untuk
tujuan ini, tampaknya pendekatan perilaku dan teknis diperlukan untuk keberhasilan penerapan praktik GSCM.
2.1.2. teori STS dan GSCM
Teori organisasi telah banyak diterapkan dalam studi GSCM untuk menjelaskan perilaku organisasi (Liu et al., 2018). Misalnya, teori
kelembagaan digunakan untuk menganalisis anteseden (pendorong, tekanan) untuk perilaku GSCM organisasi (misalnya,Zhu dkk. (2013),
Dubey dkk. (2015)). Tampilan berbasis sumber daya diterapkan secara luas untuk menjelaskan hubungan antara praktik dan kinerja GSCM (
Choi dan Hwang, 2015). Teori permainan diterapkan pada isu-isu terkait pada perilaku keputusan organisasi untuk GSCM (misalnya,
Hafezalkotob (2017)). Selain itu, teori-teori terkait sistem seperti teori kompleksitas dan teori sistem juga digunakan untuk menjelaskan
karakteristik sistematik GSCM (Liu et al., 2018; Sarkis et al., 2011). Berdasarkan pembahasan di atas, teori STS paling sesuai dengan tujuan
penelitian dari penelitian ini.
Teori STS pada awalnya digunakan untuk menjelaskan fenomena intra-organisasi seperti hubungan sistematis antara perilaku karyawan
dan desain kerja.Trist dan Bamforth, 1951). Menurut teori tersebut di atas, suatu organisasi dapat dianggap sebagai sistem sosioteknis yang
terdiri dari subsistem teknis dan sosial (Cooper dan Foster, 1971; Manz dan Stewart, 1997). Subsistem teknis "terdiri dari alat, teknik,
perangkat, metode, prosedur, dan pengetahuan yang digunakan oleh anggota organisasi untuk memperoleh masukan, mengubah masukan
menjadi keluaran dan memberikan keluaran atau layanan kepada klien atau pelanggan", sedangkan subsistem sosial "terdiri dari orang-
orang yang bekerja dalam organisasi dan interaksi sosial mereka dengan orang lain” (Pasmore, 1988). Dengan demikian, keluaran sistem
ditentukan oleh dua subsistem (Grover et al., 1995).
Literatur memperluas batas teori STS dari intra-organisasi ke antar-organisasi, misalnya, rantai pasokan (Choi dan Liker, 2002; Kull et al.,
2013).Bellamy dan Basole (2013)menyarankan bahwa rantai pasokan adalah sistem sosio-teknis yang kompleks dan bahwa para sarjana harus
mempertimbangkan masalah teknis dan sosial. Selain itu, teori STS telah digunakan dalam bidang pengelolaan lingkungan.Ruiz-Quintanilla et
al. (1996)berpendapat bahwa dalam hal pengurangan polusi, sistem sosio-teknis mengungguli sistem yang hanya terdiri dari komponen
teknis.Boiral (2009)mengungkapkan bahwa menggabungkan faktor sosio-teknis (aktivitas, perilaku, dan sistem teknis) menghasilkan manfaat
lingkungan bagi organisasi. Selanjutnya, peran aspek manusia (perilaku) dan teknis pengelolaan lingkungan pada hubungan antara
pengembangan produk ramah lingkungan dan kinerja telah dibahas, menunjukkan bahwa dimensi manusia harus diperkuat dan layak
mendapat investasi lebih di perusahaan (Jabbour et al., 2015).
Penelitian tentang teori STS dan praktik GSCM menunjukkan bahwa pemanfaatan teknologi dan keterlibatan organisasi merupakan
kekuatan pendorong di balik perubahan organisasi (Wu et al., 2012). Dengan demikian, studi GSCM telah menetapkan kegunaan dan
kesesuaian penggunaan teori STS untuk memahami praktik GSCM. Dari perspektif teori STS, praktik GSCM perilaku merupakan komponen
dari subsistem sosial, sedangkan praktik GSCM teknis dapat dikategorikan berasal dari subsistem teknis. Praktik GSCM perilaku menyoroti
keterlibatan anggota rantai pasokan (manajemen puncak, karyawan, pemasok, dan pelanggan), yang sejalan dengan subsistem sosial yang
mencerminkan kesadaran, sikap, dan perilaku masyarakat (Manz dan Stewart, 1997; Shen et al., 2015; Zu, 2009). Demikian pula, subsistem
teknis dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan terkait lingkungan eksternal melalui masukan nyata seperti teknologi, proses, dan alat (
Manz dan Stewart, 1997; Shen et al., 2015; Zu, 2009). Praktik teknis GSCM melibatkan prosedur desain ramah lingkungan, proses manufaktur,
logistik terbalik, dan memanfaatkan alat manajemen lingkungan untuk memenuhi ekspektasi terkait lingkungan dan ekonomi.
Teori STS menekankan optimasi bersama dari dua subsistem untuk meningkatkan kinerja sistem (Pasmore, 1988). Kedua
subsistem harus diimplementasikan bersama-sama daripada diterapkan secara individual (Ruiz-Quintanilla et al., 1996). Teori STS
menekankan optimasi bersama dari dua subsistem untuk meningkatkan kinerja sistem (Pasmore, 1988). Kedua subsistem harus
diimplementasikan bersama-sama daripada diterapkan secara individual (Ruiz-Quintanilla et al., 1996). Meskipun literatur tentang
teori STS biasanya lebih menekankan pada subsistem sosial, terdapat arah dua arah antara dua subsistem, yang menunjukkan
bahwa subsistem sosial mempengaruhi atau mengubah subsistem teknis.Zu, 2009) dan sebaliknya (Kull et al., 2013). Di sisi lain,
praktik perilaku dapat menumbuhkan lingkungan dan budaya yang kooperatif untuk mendukung implementasi praktik teknis
sementara praktik teknis juga dapat memfasilitasi pengembangan praktik perilaku. Misalnya, dukungan manajemen puncak
bermanfaat untuk pengembangan produk baru (Jabbour et al., 2015). Penerapan teknologi informasi akan memudahkan koordinasi
antar anggota rantai pasok (Liu et al., 2016). Mengacu pada literatur manajemen mutu, hubungan antara kedua praktik GSCM
bersifat dinamis, yang juga bergantung pada tahapan implementasi GSCM (Cho et al., 2017). Bukti menunjukkan hubungan saling
ketergantungan yang kuat antara komponen sosial (perilaku) dan teknis praktik GSCM dalam meningkatkan kinerja organisasi (De
Giovanni dan Vinzi, 2012; Li et al., 2016; Luthra et al., 2016). Oleh karena itu, menurut teori STS, praktik GSCM perilaku dan teknis
dapat saling mempengaruhi.
2.1.3. Kesenjangan penelitian
Dari perspektif praktisi dan peneliti di bidang GSCM, teridentifikasi tiga kesenjangan penelitian:
(1) Meskipun dimensi perilaku sangat penting untuk penerapan GSCM, sebagian besar perusahaan di pasar negara berkembang memilikinya
3
J. Liu, dkk. Penelitian Transportasi Bagian E 140 (2020) 102013
mengakui dampak praktik teknis terhadap kinerja (Jabbour et al., 2017, Kumar et al., 2019). Beberapa penelitian merangkum
faktor perilaku GSCM, tetapi tidak ada klasifikasi sistematis untuk praktik perilaku dan teknis. Hal ini mengakibatkan
pemahaman yang tidak memadai tentang GSCM (Longoni et al., 2018, Kumar et al., 2019). Pentingnya praktik perilaku sebagian
besar diabaikan.
(2) Dua dimensi praktik GSCM berfungsi bersama untuk mempengaruhi kinerja. Namun,Geng dkk. (2017)menunjukkan hasil yang beragam
pada hubungan antara praktik GSCM dan kinerja dalam konteks pasar negara berkembang. Penting untuk mengeksplorasi bagaimana
dua dimensi praktik GSCM mempengaruhi kinerja secara keseluruhan (ekonomi, lingkungan dan operasional).
(3) Terdapat studi terbatas yang secara sistematis membahas bagaimana dimensi perilaku mempengaruhi kinerja organisasi. Secara khusus,
para sarjana menyerukan lebih banyak studi empiris dalam hal ini (misalnya,Muduli et al. (2013), Dubey dkk. (2017)). Studi ini
mengembangkan kerangka teoritis untuk menguji efek sekuensial praktik perilaku dan teknis terhadap kinerja dengan menggunakan
sampel 200 perusahaan manufaktur China.
2.2. Pengembangan hipotesis
2.2.1. Praktik GSCM perilaku dan kinerja organisasi
Bagian ini membahas bagaimana praktik GSCM perilaku (dukungan manajemen internal, keterlibatan pemasok, dan keterlibatan
pelanggan) diidentifikasiBagian 2.1dapat meningkatkan kinerja organisasi. Sejumlah penelitian telah menyarankan bahwa
penerapan praktik GSCM perilaku secara langsung mempengaruhi kinerja organisasi. Sebagai contoh, perilaku kewargaan
organisasional terhadap lingkungan (misalnya inisiatif lingkungan karyawan) dapat diasosiasikan dengan praktik manajemen
lingkungan perusahaan dan berkontribusi pada kinerja lingkungan organisasi.Boiral, 2009; Boiral dan Paille, 2012). Selain itu,
komitmen manajemen puncak untuk mengatasi masalah lingkungan sangat penting untuk keberhasilan penerapan GSCM (
Hoejmose et al., 2012; Olugu et al., 2011; Zhu et al., 2013). Selanjutnya, keterlibatan karyawan dan praktik pelatihan hijau dapat
meningkatkan kinerja organisasi (Delmas dan Pekovic, 2013; Ruiz-Quintanilla et al., 1996).Govindan dkk. (2015)mengeksplorasi
hubungan kausal antara praktik GSCM dan kinerja melalui studi kasus industri otomotif, mengungkapkan bahwa dukungan
manajemen internal dapat meningkatkan kinerja secara signifikan.
Studi telah menunjukkan bahwa praktik keterlibatan pemasok meningkatkan kinerja ekonomi, operasional, dan lingkungan baik untuk
pemasok maupun produsen (Jabbour et al., 2017; Yu et al., 2014; Zhu et al., 2013). Misalnya, kerja sama dengan pemasok dalam
pengembangan produk hijau meningkatkan keunggulan kompetitif pemasok di pasar karena pelanggan memiliki perhatian yang meningkat
pada indeks hijau produk (misalnya, jejak lingkungan) dan memperkuat reputasi pembeli terkait sumber ramah lingkungan (Govindan et al.,
2015; Vachon dan Klassen, 2008). Keterlibatan pelanggan membantu perusahaan untuk menanggapi persyaratan GSCM pelanggan dengan
lebih baik dan memfasilitasi kerja sama dalam pengembangan produk ramah lingkungan dan daur ulang produk bekas (Li et al., 2016; Thun
dan Muller, 2010). Selain itu, dapat meningkatkan reputasi perusahaan melalui transfer pengetahuan hijau dan memberikan bantuan teknis
dan dukungan pelatihan kepada mitra mereka, yang pada gilirannya dapat menghasilkan lebih banyak peluang bisnis (Laari et al., 2016;
Luthra et al., 2015).
Praktik perilaku GSCM (dukungan manajemen internal dan keterlibatan pemasok/pelanggan) dapat memengaruhi kinerja organisasi secara positif.
Sangat mungkin bahwa ketika beberapa praktik perilaku yang berbeda diimplementasikan secara bersamaan, hubungan positif yang didalilkan masih
dapat bertahan. Dengan demikian, hipotesis berikut ini dikembangkan:
H1:Penerapan praktik GSCM behavioral berhubungan positif dengan kinerja organisasi.
2.2.2. Praktik teknis GSCM dan kinerja organisasi
Pada tahap awal implementasi GSCM, pengelolaan lingkungan terutama didorong secara teknis. Pada saat itu, perusahaan cenderung
hanya berfokus pada bagaimana mengurangi polusi dalam proses produksi dengan menggunakan solusi teknis di dalam perusahaan
tersebut (Ruiz-Quintanilla et al., 1996). Namun, praktik GSCM saat ini secara teknis telah bergeser menjadi relevan dengan rantai pasokan
(loop tertutup) dan mencakup pembelian bahan, desain produk, kontrol sistem produksi, dan pembuangan produk bekas (Longoni et al.,
2018; Srivastava, 2007). Praktik manajemen lingkungan teknis ini sangat penting untuk meningkatkan kinerja organisasi (Choi dan Hwang,
2015; Laosirihongthong et al., 2013). Selain itu, hasil dari lima studi kasus rantai pasokan industri otomotif menunjukkan bahwa beberapa
praktik hijau teknis mungkin memiliki pengaruh positif terhadap kinerja rantai pasokan (Azevedo et al., 2011).
Sejumlah penelitian telah mengeksplorasi hubungan antara beberapa praktik teknis dan kinerja. Misalnya, desain ramah lingkungan
menggabungkan analisis siklus hidup produk untuk mengurangi dampak lingkungan dan meningkatkan kinerja ekonomi melalui berbagai aktivitas
desain (Eltayeb et al., 2011). Penerapan praktik manufaktur ramah lingkungan dapat membantu mengurangi polusi dan meningkatkan pangsa pasar
dengan mengurangi dampak negatif lingkungan dan meningkatkan efisiensi (Chien dan Shih, 2007). Praktik logistik terbalik dapat mengarah pada
penghematan dan penggunaan kembali bahan baku, energi, dan sumber daya lainnya, sehingga menghasilkan kinerja lingkungan dan ekonomi yang
lebih baik (Lai et al., 2013). Sistem manajemen lingkungan, sistem informasi, dan audit lingkungan adalah alat manajemen lingkungan yang diadopsi
oleh perusahaan untuk mendapatkan keunggulan kompetitif (Chien dan Shih, 2007; Harian dan Huang, 2001; Hijau et al., 2012).
Singkatnya, target mendasar dari praktik GSCM teknis (mengurangi dampak lingkungan di seluruh rantai pasokan dan
meningkatkan nilai ekonomi) dapat diwujudkan melalui penerapan praktik GSCM teknis. Mempertimbangkan argumen yang
disebutkan di atas, hipotesis berikut diajukan:
4
J. Liu, dkk. Penelitian Transportasi Bagian E 140 (2020) 102013
H2:Implementasi praktik teknis GSCM berhubungan positif dengan kinerja organisasi.
2.2.3. Hubungan antara praktik GSCM perilaku dan teknis untuk peningkatan kinerja
Para sarjana telah menyerukan penyelidikan empiris pada hubungan berurutan antara praktik perilaku, praktik teknis, dan
kinerja (Jabbour et al., 2017; Muduli et al., 2013). Dengan demikian, pada bagian ini, perspektif berbasis teori STS diambil untuk
mengusulkan hubungan mediasi antara dua kategori praktik GSCM dan kinerja organisasi dalam dua langkah. Studi ini mendalilkan
bahwa praktik perilaku mengarah pada praktik teknis selanjutnya. Dikatakan bahwa praktik teknis memediasi hubungan antara
praktik perilaku dan kinerja organisasi.
Dalam literatur, dikatakan bahwa adopsi teknologi adalah respon terhadap kebutuhan dan pembangunan sosial (Manz dan Stewart, 1997
); dengan demikian, atribut sosial (misalnya, budaya dan lingkungan organisasi) harus ada untuk memfasilitasi penerapan sistem teknis (
McIvor dan McHugh, 2000; Zu, 2009). Praktik perilaku GSCM menciptakan lingkungan rantai pasokan kooperatif melalui dukungan
manajemen internal seperti komitmen dari manajemen puncak dan karyawan, keterlibatan pemasok, dan keterlibatan pelanggan, yang
sangat penting untuk menerapkan praktik teknis GSCM (Cantor et al., 2012; Luthra et al., 2016; Muduli et al., 2013). Misalnya, komitmen
manajemen puncak sangat penting, yang memungkinkan penerapan praktik GSCM ke dalam rutinitas sehari-hari (Hoejmose et al., 2012).
Perusahaan mendapat manfaat dari GSCM melalui perancangan produk ramah lingkungan, pengurangan polusi dan limbah dari produksi,
daur ulang produk akhir masa pakainya, dan kepatuhan terhadap peraturan lingkungan melalui pemeliharaan sistem informasi dan
menjalani audit (Longoni et al., 2018; Srivastava, 2007).Harian dan Huang (2001)mengidentifikasi praktik sumber daya manusia (yaitu,
dukungan manajemen puncak dan pelatihan hijau) sebagai hal yang penting untuk penerapan sistem manajemen lingkungan (pendekatan
yang lebih terfokus secara teknis).Jabbour dan Santos (2008)mengungkapkan bahwa dimensi manusia diperlukan untuk pengelolaan
lingkungan dan mengusulkan model untuk mengungkapkan hubungan antara keduanya.Cantor et al. (2013)menyatakan bahwa dukungan
organisasi dari manajer dan karyawan berdampak positif terhadap penerapan sistem manajemen lingkungan dan sertifikasi ISO 14001.
Praktik relasional dengan mitra rantai pasokan (misalnya, kolaborasi dan berbagi informasi) dapat memicu upaya teknis menuju
implementasi GSCM. Misalnya, kolaborasi dengan pelanggan lebih lanjut membantu perusahaan menerapkan praktik teknis seperti desain
ramah lingkungan dan pengemasan ramah lingkungan (Kumar et al., 2013).Mitra dan Datta (2014)menunjukkan bahwa kolaborasi dengan
pemasok memiliki pengaruh positif pada desain produk yang berkelanjutan. Oleh karena itu, untuk menerapkan aktivitas ini di seluruh rantai
pasokan, perusahaan fokus harus membangun hubungan yang dapat diandalkan dan kooperatif dengan pemasok dan pelanggannya (Dou et
al., 2018; Laari et al., 2016). Dengan demikian, hipotesis berikut diajukan:
H3:Implementasi praktik GSCM behavioral berhubungan positif dengan implementasi praktik GSCM teknis.
Berdasarkan pembahasan diBagian 2.1.2, teori STS menunjukkan efek mediasi potensial antara praktik GSCM perilaku, teknis,
dan kinerja organisasi. Karena sebagian besar perusahaan di pasar negara berkembang masih pada tahap awal atau awal untuk
menerapkan praktik GSCM, pentingnya praktik perilaku diabaikan (Kumar et al., 2019; Tokar, 2010). Pemahaman, difusi, dan
penerapan praktik teknis di seluruh rantai pasokan dipicu oleh upaya manusia menuju praktik perilaku GSCM (misalnya, keterlibatan
pemasok dan pelanggan) (Harian et al., 2007; Fernandez et al., 2003). Beberapa studi sebelumnya dari pasar negara berkembang
mengeksplorasi efek berurutan di antara elemen perilaku, praktik GSCM teknis, dan kinerja, masing-masing. Namun,
sepengetahuan kami, tidak ada studi holistik yang menggabungkan semua kinerja teknis, perilaku, dan organisasi berdasarkan
lensa teoretis STS dan berfokus pada pasar negara berkembang.
Misalnya,Chan dkk. (2012)menunjukkan bahwa efek berurutan dari dukungan manajemen internal (orientasi lingkungan
internal) pada praktik GSCM teknis (misalnya, logistik terbalik) untuk memicu peningkatan kinerja organisasi. Lebih-lebih lagi,Li dkk.
(2016)secara empiris menunjukkan bahwa praktik teknis (manufaktur hijau dan sistem informasi hijau) sepenuhnya memediasi
pengaruh dukungan manajemen internal (orientasi lingkungan) terhadap kinerja lingkungan dan ekonomi, dan desain produk hijau
sebagian memediasi hubungan ini. Demikian pula, keterlibatan pelanggan memotivasi perusahaan fokus untuk terlibat dalam
praktik GSCM teknis, sehingga meningkatkan kinerja perusahaan (Wang et al., 2018; Yu et al., 2014). Peningkatan kinerja dari
penerapan praktik GSCM perilaku dapat dicapai dengan menghubungkannya dengan praktik teknis yang sesuai.
Berdasarkan pembahasan di atas, hipotesis berikut disajikan:
H4:Implementasi praktik GSCM teknis secara positif memediasi hubungan antara implementasi praktik GSCM perilaku dan
kinerja organisasi.
Gambar 1menyajikan kerangka konseptual berdasarkan teori STS. Ini menggambarkan hubungan antara praktik GSCM perilaku
dan teknis dan kinerja organisasi.
3. Metodologi
3.1. Instrumen survei
Data dikumpulkan melalui kuesioner untuk menguji hipotesis yang diajukan. Untuk memastikan validitas isi, kami merancang instrumen
pengukuran menggunakan dua langkah berikut.
Pertama, tinjauan literatur ekstensif tentang studi yang terkait dengan praktik GSCM perilaku dan teknis serta kinerja organisasi
dilakukan (lihatSeksi 2). Praktik GSCM dan item kinerja diturunkan dari GSCM empiris sebelumnya
5
J. Liu, dkk. Penelitian Transportasi Bagian E 140 (2020) 102013
Gambar 1.Model yang diusulkan dari praktik GSCM perilaku, praktik GSCM teknis, dan kinerja organisasi.
studi, misalnyaZhu dkk. (2008); Srivastava (2007); Muduli et al. (2013); Govindan dkk. (2015). Studi ini menggunakan skala Likert 5 poin untuk
mengukur item praktik GSCM dalam kuesioner, dengan 1 “belum mempertimbangkannya” dan 5 “mengimplementasikannya dengan sukses”.
Studi ini mengukur item kinerja dengan menggunakan skala 5 poin lainnya, dengan 1 untuk “tidak sama sekali” dan 5 untuk “sepenuhnya”.
Responden diminta untuk mencentang satu skala untuk setiap item praktik dan kinerja GSCM berdasarkan situasi yang dirasakan dari
perusahaan mereka sendiri.
Kedua, uji coba dilakukan untuk memvalidasi kuesioner pendahuluan dengan bantuan delapan manajer rantai pasokan senior yang
bekerja di perusahaan manufaktur. Selanjutnya, beberapa putaran diskusi tatap muka antara para sarjana dan praktisi membantu
menyempurnakan dan mengkonfirmasi instrumen ini berdasarkan umpan balik yang diberikan.
3.2. Pengumpulan data
Responden yang ditargetkan dalam penelitian ini adalah manajer pabrik, pembelian, operasi, atau lingkungan, kesehatan, dan keselamatan tingkat
atas atau menengah di perusahaan manufaktur. Responden harus terbiasa dengan praktik GSCM dan kinerja perusahaan dalam pekerjaan sehari-hari.
Anonimitas dipastikan dalam menjawab pertanyaan survei dan pernyataan kerahasiaan diberikan kepada peserta.
Proses pengumpulan data berlangsung kurang lebih 8 bulan (Mei hingga Desember 2018). Mempertimbangkan tantangan sampling acak,
penelitian ini menggunakan snowball dan convenience sampling (Melnyk et al., 2012). Pengambilan sampel bola salju dimulai dengan
pemilihan responden awal yang dapat merekomendasikan responden potensial lainnya dengan pengetahuan tema (implementasi praktik
rantai pasokan hijau). Sampling kenyamanan juga digunakan; peserta direkrut dari bengkel rantai pasokan yang diadakan di lima besar
perusahaan manufaktur mobil internasional dengan kantor pusat cabang di Shanghai. Dalam lokakarya ini, responden adalah manajer
tingkat atas dan berasal dari perusahaan di Asosiasi Usaha Kecil dan Menengah Shanghai. Mengikuti metode pengumpulan data survey dari
Dillman dkk. (2014), kuesioner dibagikan kepada calon responden. Setiap kuesioner, bersama dengan amplop surat pengembalian prabayar,
dikirim, dan tautan situs web disertakan di setiap kuesioner agar manajer dapat menyelesaikan survei online. Secara total, dua putaran email
dikirim ke calon responden (yaitu, pengingat dikirimkan jika tidak ada tanggapan yang diterima). Selain itu, kebingungan yang dikemukakan
oleh beberapa responden diklarifikasi melalui panggilan telepon. Secara total, 250 kuesioner dikirim melalui email dan diposting online, dan
48 hard copy dibagikan dalam lokakarya. Upaya pengumpulan data menghasilkan tanggapan dari 250 perusahaan. Lima puluh kuesioner
yang tidak dapat digunakan (misalnya, kuesioner yang belum selesai dan kosong) dihilangkan, dan pada akhirnya, 200 kuesioner yang dapat
digunakan dipertahankan (161 tanggapan dikumpulkan melalui surat balasan dan online,
Perusahaan manufaktur sampel berlokasi di 20 provinsi di Cina Daratan, dengan sektor industri termasuk manufaktur produk
ban, petrokimia, kaca, tekstil, baja, elektronik, dan logam.Tabel 1menyajikan informasi deskriptif perusahaan survei dalam hal
ukuran perusahaan, lama waktu dalam bisnis, dan jenis kepemilikan (variabel penanda).
3.3. Validitas pengukuran dan uji kecocokan model
Studi ini menggunakan analisis faktor konfirmatori (CFA) untuk memvalidasi ukuran praktik GSCM dan kinerja organisasi.Tabel 2–4
menyajikan item faktor dan muatan faktor yang sesuai, sebagaimana ditentukan melalui analisis faktor. Semua pemuatan faktor di atas 0,5
(berkisar antara 0,613 hingga 0,986). Selain itu, koefisien alfa Cronbach untuk semua faktor lebih besar dari 0,70, menunjukkan keandalan
yang tinggi dari setiap faktor (Nunnally dan Bernstein, 1978).Tabel 5menunjukkan korelasi bivariat antara variabel, nilai rata-rata, dan standar
deviasi sampel.
Studi ini menilai indeks kesesuaian model menggunakan berbagai metrik. Artinya, nilai dalam kurung adalah tingkat penerimaan untuk setiap
metrik, yaituX2per derajat kebebasan (lebih kecil dari 3), indeks kecocokan komparatif (CFI; lebih besar dari 0,9), root mean square error of
approximation (RMSEA; lebih kecil dari 0,08), indeks kecocokan inkremental (lebih besar dari 0,9), dan indeks koefisien Tucker-Lewis (TLI; lebih besar dari
0,9).Tabel 6menyajikan nilai indeks ini untuk empat model pengukuran (GSCM Perilaku, GSCM Teknis, kinerja perusahaan, dan model keseluruhan),
masing-masing, semuanya berada dalam rentang penerimaan. Dengan demikian, model pengukuran cocok dengan data secara memadai.
6
J. Liu, dkk. Penelitian Transportasi Bagian E 140 (2020) 102013
Tabel 1
Distribusi sampel.
Kategori Sampel
Ukuran perusahaanA Kurang dari 100
100–199
200–499
500–999
Lebih dari 1000
Kurang dari 3 tahun
3–9 tahun
10–19 tahun
20–29 tahun
Lebih dari 30 tahun
Milik Negara
Pribadi
Luar negeri
Yang lain
29 (14,5%)
32 (16%)
46 (23%)
38 (19%)
53 (26,5%)
6 (3%)
45 (22,5%)
88 (44%)
45 (22,5%)
15 (7,5%)
27 (13,5%)
86 (43%)
72 (36%)
15 (7,5%)
Lama waktu dalam bisnis
Kepemilikan firma
Catatan: Sampel dengan data yang hilang tidak disertakan.
AJumlah karyawan.
Meja 2
CFA dan analisis deskriptif praktik GSCM perilaku.
Deskripsi barang Berarti SD Memuat SEA T-nilai Sastra pendukung
Dukungan manajemen internalαB= 0,898
- Komitmen manajemen puncak terhadap implementasi GSCM
- Mencapai pemahaman bersama dan GSCM lintas
departemen dan individu
- Pendidikan dan pelatihan hijau untuk karyawan
Keterlibatan pelangganα =0,823
- Koordinasi dengan pelanggan untuk mempertimbangkan isu
lingkungan dalam desain produk dan proses produksi
- Pelanggan mempertimbangkan faktor lingkungan dalam pemilihan
pemasok
- Pelanggan memberikan dukungan teknis dan pelatihan tentang
perlindungan lingkungan atau penghematan energi
Keterlibatan pemasokα =0,961
- Koordinasi dengan pemasok untuk mencapai tujuan lingkungan 3.510 1.281 0.789***
- Faktor lingkungan dipertimbangkan dalam pemilihan dan
evaluasi pemasok
- Memberikan teknologi hijau dan pelatihan yang diperlukan kepada
pemasok
Hijau et al. (2012), Muduli et al. (2013),
Govindan et al. (2015), Cho et al. (2017)
3.865
4.105
1.310
1.209
0,868***
0,986***
0,093
0,084
9.333
11.738
3.890 1.235 0,769*** 0,087 8.839
Zhu dkk. (2008), Hijau dkk. (2012), Govindan et al.
(2015), Laari et al. (2016)
3.555 1.314 0,773*** 0,093 8.312
3.985 1.258 0,818*** 0,089 9.191
3.520 1.311 0,747*** 0,093 8.032
Zhu dkk. (2008), Hijau dkk. (2012), Luthra et al.
(2015), Laari et al. (2016), Jabbour et al. (2017)
0,092 8,576
0,084
3.870 1.183 0,962*** 11.452
3.160 1.230 0,617*** 0,087 7.092
A
B
Kesalahan standar.
Alfa Cronbach.
* * *P< .001.
3.4. Bias non-respons dan pengujian varians metode umum
Untuk menguji bias non-respons, kami menggunakanT-tes untuk menentukan apakah ada perbedaan yang signifikan antara kuesioner
yang dikumpulkan dari tanggapan awal (104) dan akhir (96) mengikuti metode yang direkomendasikan oleh penelitian sebelumnya (
Armstrong dan Overton, 1977). ItuT-hasil tes nilai rata-rata untuk semua praktik GSCM dan item kinerja menunjukkan bahwa tidak ada
perbedaan yang signifikan antara kelompok (P>0,05). LainT-test dilakukan untuk menentukan perbedaan antara kuesioner dari snowball (161)
dan convenience (39) sampling; tidak ada perbedaan yang signifikan diamati (P>0,05). Bias nonresponse seharusnya tidak menjadi masalah
dalam penelitian ini.
Karena sebagian besar kuesioner dalam penelitian ini diisi oleh satu responden (beberapa kuesioner yang dikembalikan menunjukkan
bahwa survei diselesaikan oleh sekelompok manajer), temuan penelitian dapat dipengaruhi oleh varians metode umum (Podsakoff et al.,
2003). Penelitian ini membahas varians metode umum melalui pendekatan berikut. Pertama, pertanyaan survei untuk praktik dan kinerja
GSCM dibagi menjadi beberapa bagian kuesioner. Kedua, semua tanggapan bersifat anonim. Ketiga, teknik variabel penanda digunakan
untuk menguji varians metode umum (Lindell dan Whitney, 2001; Lai et al., 2013; Liu et al., 2016). Kepemilikan perusahaan dipilih sebagai
variabel penanda, yang secara teoritis tidak terkait dengan konstruksi lainnya (Lai et al., 2013). Menurut dua penelitian sebelumnya (Lindell
dan Whitney, 2001; Liu et al., 2016), korelasi positif terendah (r = 0,036 dengan
7
J. Liu, dkk. Penelitian Transportasi Bagian E 140 (2020) 102013
Tabel 3
CFA dan analisis deskriptif praktik GSCM teknis.
Deskripsi barang Berarti SD Memuat SEA T-nilai Sastra pendukung
Desain ramah lingkunganαB= 0,821
- Desain produk untuk konsumsi bahan/energi yang lebih
sedikit
- Desain produk untuk penggunaan kembali dan daur ulang bahan dan/atau 4.275 1.012 0.613***
bagian komponen
- Desain produk untuk menghindari atau mengurangi penggunaan bahan berbahaya 4.485 0.802 0.841***
produk dan/atau proses produksi
Manufaktur hijauα =0,855
- Implementasi produksi bersih
- Implementasi manajemen lingkungan kualitas
total
- Perbaikan terus-menerus dari proses produksi untuk mengurangi
dampak lingkungan
Logistik terbalikα =0,776
- Penggunaan kembali/daur ulang bahan atau komponen atau produk 4.255 1.107 0.838***
- Remanufaktur komponen atau produk 3.805 1.306 0.739***
Alat manajemen lingkunganα =0,768
- Adopsi sistem informasi manajemen lingkungan 3.637 1.303 0.614***
- Adopsi standar manajemen lingkungan 4.370 1.166 0.789***
(sertifikasi ISO14001)
- Audit lingkungan internal untuk memastikan produk memenuhi 4.185 1.134 0.783***
standar lingkungan
Zhu dkk. (2008), Hijau dkk. (2012), Govindan et al.
(2015), Luthra et al. (2016)
4.335 0,937 0,924*** 0,066 14.000
0,072 8,514
0,057 14,754
Zhu dkk. (2008), Hijau dkk. (2012), Shen et al.
(2015), Luthra et al. (2016)
4.430
4.635
0,860
0,659
0,716***
0,908***
0,061
0,047
11.738
19.319
4.540 0,742 0,877*** 0,053 16.547
Zhu dkk. (2008), Luthra et al. (2015), Luthra et al.
0,078 10,744(2016)
0,092 8,033
Zhu dkk. (2008), Hijau dkk. (2012), Govindan et al.
(2015), Shen et al. (2015), Laari et al. (2016)
0,092 6,674
0,082 9,622
0,080 9,788
A
B
Kesalahan standar.
Alfa Cronbach.
* * *P< .001.
Tabel 4
CFA dan analisis deskriptif kinerja organisasi.
Deskripsi barang Berarti SD Memuat SEA T-nilai Sastra pendukung
Kinerja lingkunganαB= 0,882
- Pengurangan emisi udara, air limbah, limbah padat per unit 4.010 0.946 0.825***
produk
- Penurunan konsumsi bahan berbahaya/berbahaya/
beracun per unit produk
- Penurunan frekuensi kecelakaan lingkungan
- Perbaikan situasi lingkungan perusahaan Performa
ekonomiα =0,899
- Penurunan biaya pembelian bahan per unit produk 3.460 1.102 0.768***
- Penurunan biaya konsumsi energi per unit produk 3.720 0.936 0.871***
- Penurunan biaya pembuangan limbah per unit produk
- Penurunan biaya pengolahan limbah per unit produk
Kinerja operasionalα =0,902
- Meningkatkan tingkat input dan output bahan baku
- Peningkatan kualitas produk
- Meningkatkan efisiensi lini produk
- Penurunan tingkat persediaan
Zhu dkk. (2008), Yang et al. (2013) Luthra dkk.
0,067 12,313(2015), Feng et al. (2018)
4.000 1.037 0,923*** 0,073 12.592
4.045
4.060
1.113
0,960
0,817***
0,723***
0,079
0,068
10.342
10.632
Zhu dkk. (2008), Yang et al. (2013) Luthra dkk.
(2015), Feng et al. (2018)
0,078 9,846
0,066 13,197
0,071
0,071
3.760
3.630
0,999
0,009
0,814***
0,774***
11.465
10.901
Zhu dkk. (2008), Luthra et al. (2015), Feng et al.
(2018)
3.680
3.950
3.940
3.775
1.011
0,917
0,936
1.005
0,716***
0,951***
0,942***
0,752***
0,071
0,065
0,066
0,071
10.085
14.631
14.273
10.592
A
B
Kesalahan standar.
Alfa Cronbach.
* * *P< .001.
logistik terbalik) digunakan sebagai proksi untuk menyesuaikan korelasi antara konstruksi ini dalam model. Perbandingan korelasi asli dan
disesuaikan menunjukkan bahwa semua korelasi signifikan masih signifikan setelah penyesuaian (lihatTabel 5). Dengan demikian, varians
metode umum tidak mungkin terlalu mempengaruhi hasil penelitian ini. Keempat, uji faktor tunggal Harman menggunakan analisis faktor
eksplorasi dilakukan. Hasil mengungkapkan bahwa faktor pertama menjelaskan hanya 37,44% dari varians. Akhirnya, CFA dengan uji faktor
tunggal Harman digunakan untuk memeriksa perbedaan antara model dengan dan tanpa faktor laten umum (CLF) (lihatGambar. A.1 dan A.2
dalam Lampiran A untuk informasi lebih lanjut) (Podsakoff et al., 2003). Hasilnya menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan
antara kedua model (model tanpa CLF: Chi-square = 846.331,df=419,P<0,001, Normed Chi-square = 2,02, CFI = 0,91, RMSEA = 0,07, dan TLI =
0,90; model dengan CLF: Chi-kuadrat = 692,245df=387,P<0,001, Normed Chi-square = 1,79, CFI = 0,93, RMSEA = 0,06, dan TLI = 0,92). Dengan
demikian, varians metode umum seharusnya tidak menjadi masalah besar.
8
J. Liu, dkk. Penelitian Transportasi Bagian E 140 (2020) 102013
Tabel 5
Koefisien korelasi dan statistik deskriptif.
Variabel 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Maksud SD
GSCM perilaku
1 Manajemen internal
mendukung
2 Keterlibatan pelanggan
3 Keterlibatan pemasok
GSCM Teknis
4 Desain ramah lingkungan
5 Manufaktur hijau
6 Membalikkan logistik
7 Lingkungan
alat manajemen
Organisasi
pertunjukan
8 Lingkungan
pertunjukan
9 Kinerja ekonomi
10 Operasional
pertunjukan
Variabel kontrol
11 Ukuran perusahaanA
12 Lama waktu dalam
bisnisB
Kepemilikan perusahaan (MV)
0,879 0,641**0,539**0,510**0,507**0,305**0,535**0,354**0,290** 0,303**0,390** 0,049 3.90 1.13
0,654** 0,780
0,555**0,600**
0,585**0,487**0,466**0,289**0,525**0,296**0,251**
0,802 0,364**
0,333**0,230**
0,359**0,045
0,004
0,012
3.69 1.11
3,50 1,10
0,362**0,162* 0,371**0,342**0,327**
0,527**0,505**0,387** 0,804 0,525**0,485**0,385**0,651** 0,838
0,330**0,315**0,192**0,449**0,371** 0,790 0,552**0,542**0,394**
0,446**0,451**0,356** 0,764
0,638**0,428**0,425**0,399**0,313**
0,348**0,430**0,407**0,268**
0,332**0,372**0,337**
0,387**0,270**
0,398**0,121+
0,259**0,123*
0,352**0,237**
0,307**0,369**
0,121+4.37 0,80
0,67
1.09
0,99
0,132+4.54
0,067
0,107
4.03
4.08
0,377**0,321**0,366**0,421**0,428**0,395**0,409** 0,825 0,601** 0,578**0,116+ 0,110 4.03 0,87
0,316**0,278**0,351**0,338**0,294**0,361**0,296**0,615** 0,808 0,328**0,357**0,382**
0,420**0,286**0,375**0,332**0,593**0,738**
0,728**0,106
0.847
0,024
0,002
3,64 0,89
3,84 0,85
0,117+
0,316**0,258**0,079 0,083
0,040 0,048
0,153*
0,153*
0,155*
0,163*
0,264**0,392**0,148* 0,101
0,139 0,142*
0,138
0,059
0,149* – 0,300**
–
3.27
3.09
1.39
0,93
0,038 0,325**
0,098 0,107 0,051 0,058 0,063 0,036 0,068 0,042 - 0,052 0,042 - 0,113 0,072
Catatan: Korelasi Pearson.
MV = variabel penanda; akar kuadrat dari AVE direpresentasikan secara diagonal, korelasi yang tidak disesuaikan berada di bawah garis diagonal, dan korelasi yang
disesuaikan untuk metode umum berada di atas garis diagonal.
AJumlah karyawan (3 = 200–499, 4 = 500–999).
Btahun (3 = 10–19, 4 = 20–29).
+
P<0,1.
* P< .05.
* * P< .01 (dua sisi).
Tabel 6
Hasil uji kecocokan untuk model pengukuran.
Sesuaikan indeks GSCM perilaku GSCM Teknis Kinerja perusahaan Model ukuran keseluruhane
Chi-kuadrat (X2) Derajat
Kebebasan (df) X2/df
CFIA
RMSEAB
JIKA SAYAC
TLID
36.25
22
1.65
0,988
0,057
0,988
0,981
65.77
39
1.686
0,976
0,059
0,976
0,966
86.11
48
1.794
0,980
0,063
0,972
0,980
846.33
419
2.02
0,910
0,070
0,911
0,901
Catatan:
AIndeks kecocokan komparatif.
BRoot mean square error of approximation.
C
D
Indeks kecocokan tambahan.
indeks koefisien Tucker-Lewis.
eSemua faktor digabungkan.
4. Hasil
4.1. Hasil pengujian hipotesis
Penelitian ini menggunakan SEM untuk menguji hipotesis dengan menggunakan IBM AMOS. Tiga dimensi praktik GSCM perilaku
(dukungan manajemen internal, keterlibatan pemasok, dan keterlibatan pelanggan) dibangun sebagai faktor GSCM perilaku urutan
kedua sementara empat dimensi praktik GSCM teknis (desain ramah lingkungan, manufaktur ramah lingkungan, logistik terbalik,
dan alat manajemen lingkungan ) dibangun sebagai faktor GSCM teknis orde kedua. Selain itu, kinerja ekonomi, lingkungan, dan
operasional dibangun sebagai faktor kinerja orde kedua organisasi.Tabel 7merangkum hasil analisis SEM, menggambarkan
hubungan langsung antara dua dari tiga faktor (perilaku, teknis, dan kinerja). H1, H2, dan H3, yang mengusulkan hubungan
langsung, didukung. Selanjutnya, hasil analisis SEM juga mendukung H4: praktik teknis GSCM
9
J. Liu, dkk. Penelitian Transportasi Bagian E 140 (2020) 102013
Tabel 7
Hasil SEM untuk hipotesis.
Hipotesiskan tujuan hasil SEM R2 Hasil tes
H1: B memiliki efek langsung positif pada P 0,31 didukung
H2: T berpengaruh langsung positif terhadap P 0,36 didukung
H3: B berpengaruh langsung positif terhadap T 0,73 didukung
H4: B memiliki efek mediasi pada hubungan antara T dan P T:0,74
P:0,38
didukung
T:0,74
P:0,37
Catatan: *P< .05, **P< .01, ***P< .001.
B: GSCM perilaku; T: GSCM teknis; P: kinerja organisasi.
secara positif memediasi hubungan antara praktik perilaku GSCM dan kinerja organisasi.
H1 menunjukkan bahwa praktik GSCM perilaku berhubungan positif dengan kinerja organisasi, yang didukung oleh koefisien
jalur yang signifikan sebesar 0,43 (t = 5,75,P<0,001). Pengaruh langsung dan positif dari praktik GSCM perilaku dan kinerja organisasi
menjadi tidak signifikan (koefisien jalur = 0,07, t = 0,40,P=0,70) saat faktor GSCM teknis dikontrol. Pengaruh langsung technical GSCM
terhadap kinerja organisasi (koefisien jalur = 0,44, t = 2,49,P=0,013) dan pengaruh langsung GSCM behavioral terhadap GSCM
teknikal (koefisien jalur = 0,82 t = 8,47,P<0,001) masih positif signifikan. Hasil terkait disajikan diGambar 2. Hasil ini menyiratkan
bahwa praktik GSCM teknis memiliki efek mediasi penuh pada hubungan antara praktik GSCM perilaku dan kinerja organisasi. Oleh
karena itu, H4 didukung penuh. Selain itu, R2nilai untuk GSCM teknis dan variabel kinerja bervariasi antara 0,31 dan 0,74.
4.2. Tes post hoc
Beberapa penelitian meneliti apakah dan bagaimana komponen praktik GSCM teknis memengaruhi kinerja organisasi yang
terkait dengan praktik perilaku GSCM (Laari et al., 2016; Lee, 2015), yaitu hubungan teknis -> perilaku -> kinerja (selanjutnya, T-> B->
P).Tabel 7merinci hubungan positif yang signifikan antara praktik GSCM perilaku dan teknis. Pada
Gambar 2.Efek mediasi praktik GSCM teknis pada hubungan antara perilaku GSCM dan kinerja organisasi. *P< .05, ** P< .01, ***P< .001; Chi-kuadrat =
867,80,df=449, Chi-kuadrat bernorma = 1,93, CFI = 0,91, RMSEA = 0,07, TLI = 0,9.
10
J. Liu, dkk. Penelitian Transportasi Bagian E 140 (2020) 102013
Tabel 8
Hasil tes post hoc.
hasil SEM R2
0,31
0,36
0,73
B:0,77
P:0,34
B:0,74
P:0,37
Catatan: *P< .05, **P< .01, ***P< .001.
B: GSCM perilaku; T: GSCM teknis; P: kinerja organisasi.
dasar teorisasi B- > T- > P, dimensi lembut GSCM (yaitu, aspek perilaku) memberikan dasar untuk implementasi praktik teknis GSCM,
tetapi tidak sebaliknya (yaitu, T- > B- > P). Namun, masih bermanfaat untuk memeriksa, secara statistik, apakah praktik GSCM
perilaku memiliki efek mediasi pada praktik dan kinerja teknis GSCM (T-> B-> P) (lihatTabel 8). Ituz nilainya adalah 0,39 (SE = 0,148,P=
0,692), menunjukkan bahwa praktik GSCM perilaku tidak memiliki efek mediasi yang signifikan terhadap tautan praktik teknis dan
kinerja organisasi, yang sejalan dengan asumsi teoritis.
5. Diskusi
5.1. Implikasi teoritis
Hasil penelitian ini memiliki implikasi teoretis kritis. Pertama, penelitian ini mempertimbangkan praktik GSCM dari perspektif
perilaku versus teknis dan berteori pengaruhnya terhadap kinerja organisasi. Umumnya, pentingnya praktik perilaku diabaikan dan
perusahaan cenderung memusatkan perhatiannya pada praktik teknis pada tahap awal implementasi GSCM (Ruiz-Quintanilla et al.,
1996). Namun, penelitian ini menguatkan temuan bahwa praktik GSCM perilaku merupakan prasyarat untuk praktik GSCM teknis,
dan kedua praktik tersebut memiliki efek positif pada kinerja organisasi di pasar negara berkembang (Chien dan Shih, 2007; Geng et
al., 2017; Zhu et al., 2005). Selain itu, hasil menunjukkan bahwa praktik GSCM teknis memiliki efek mediasi penuh pada hubungan
antara praktik GSCM perilaku dan kinerja organisasi, menyiratkan bahwa praktik GSCM perilaku bersifat infrastruktur dan memiliki
dampak positif selanjutnya pada praktik GSCM teknis dan kinerja organisasi. Hasil ini memperkuat perspektif teori STS dan sejalan
dengan, namun tidak terbatas pada, pengetahuan konvensional bahwa komponen lunak praktik GSCM, seperti komitmen
manajemen puncak, hubungan pemasok, dan kerja sama pelanggan, harus diperlakukan sebagai praktik penting untuk
memfasilitasi implementasi praktik GSCM yang berfokus pada teknik (keras) (Dubey et al., 2015; Mitra dan Datta, 2014; Muduli et al.,
2013). Tidak seperti karya sebelumnya yang mengandalkan beberapa praktik GSCM, penelitian ini menggunakan kerangka praktik
GSCM yang lebih terintegrasi yang terdiri dari praktik perilaku dan teknis kritis yang dirangkum dari literatur. Dengan demikian,
hasil studi menunjukkan hubungan langsung antara praktik GSCM perilaku/teknis terhadap kinerja dan berkontribusi pada literatur
GSCM dengan mengungkap efek mediasi praktik GSCM teknis pada hubungan antara praktik GSCM perilaku dan kinerja. Dalam hal
ini, diskusi umum tentang dimensi keras (teknis) praktik GSCM harus dipertimbangkan kembali oleh para sarjana. Oleh karena itu,
diperlukan lebih banyak penelitian tentang perspektif perilaku dan teknis praktik GSCM.
Kedua, penelitian ini berkontribusi pada penerapan teori STS (Cooper dan Foster, 1971; Kull et al., 2013), melalui penggunaan
konteks GSCM. Teori STS menunjukkan bahwa subsistem sosial dan teknis harus diintegrasikan untuk meningkatkan efektivitas
sistem (Pasmore, 1988). Sejalan dengan prediksi berdasarkan STS, penelitian ini menunjukkan bahwa praktik perilaku GSCM
meningkatkan penerapan praktik teknis dan dapat membantu perusahaan untuk menuai manfaat dari penerapan praktik GSCM.
Dalam studi sebelumnya, kedua subsistem berkontribusi pada satu indikator kinerja ekonomi (yaitu, kinerja operasional). Namun,
penelitian ini memberikan bukti empiris bahwa teori STS memengaruhi kinerja lingkungan dan operasional.
Ketiga, penelitian ini berkontribusi pada literatur dengan mengungkapkan bagaimana praktik GSCM perilaku dapat dipengaruhi oleh
praktik GSCM teknis untuk mencapai kinerja organisasi yang unggul, seperti melalui aspek ekonomi, lingkungan, dan operasional. Meskipun
banyak penelitian telah mengeksplorasi hubungan antara praktik GSCM dan kinerjanya, hanya sedikit yang menganalisis tiga
11
J. Liu, dkk. Penelitian Transportasi Bagian E 140 (2020) 102013
metrik kinerja secara bersamaan. Oleh karena itu, penelitian ini memberikan penilaian yang lebih holistik tentang pengaruh praktik GSCM perilaku dan
teknis terhadap kinerja.
5.2. Implikasi praktis
Temuan empiris memiliki implikasi penting untuk praktik mengenai bagaimana manajer perusahaan di pasar negara berkembang harus lebih efektif menerapkan praktik GSCM untuk menuai manfaat terkait. Karena
hasil analisis SEM menunjukkan hubungan positif antara praktik GSCM teknis dan kinerja, penting bagi manajer untuk terus berinvestasi dalam praktik teknis, seperti penerapan teknologi yang lebih bersih, sistem
informasi, dan perangkat lingkungan lainnya, untuk meningkatkan kinerja lingkungan. Hal ini konsisten dengan fakta bahwa terdapat kesenjangan, dalam hal teknologi dan peralatan lingkungan, antara perusahaan dari
pasar negara berkembang dan negara maju. Hal ini menyiratkan bahwa pendekatan konvensional yang menekankan pada dimensi keras praktik GSCM masih dapat meningkatkan kinerja organisasi. Adapun perusahaan
terkemuka di pasar negara berkembang, mereka harus tetap mengikuti perusahaan dari negara maju dengan terlibat dalam kegiatan yang lebih proaktif dan mencurahkan upaya mereka untuk praktik teknis, seperti R&D
dalam teknologi atau peralatan hijau. Perusahaan kecil dan menengah dapat melibatkan praktik teknis GSCM pelanggan (misalnya, perusahaan multinasional) dan mendapatkan dukungan dari mereka. Pemerintah harus
mengambil langkah-langkah, seperti membuat program percontohan atau percontohan, untuk mempromosikan difusi praktik GSCM terbaik di antara perusahaan, terutama usaha kecil dan menengah. Perusahaan kecil
dan menengah dapat melibatkan praktik teknis GSCM pelanggan (misalnya, perusahaan multinasional) dan mendapatkan dukungan dari mereka. Pemerintah harus mengambil langkah-langkah, seperti membuat
program percontohan atau percontohan, untuk mempromosikan difusi praktik GSCM terbaik di antara perusahaan, terutama usaha kecil dan menengah. Perusahaan kecil dan menengah dapat melibatkan praktik teknis
GSCM pelanggan (misalnya, perusahaan multinasional) dan mendapatkan dukungan dari mereka. Pemerintah harus mengambil langkah-langkah, seperti membuat program percontohan atau percontohan, untuk
mempromosikan difusi praktik GSCM terbaik di antara perusahaan, terutama usaha kecil dan menengah.
Praktik teknis dapat dimanfaatkan ketika praktik perilaku menjadi fondasi perusahaan. Argumen ini menyiratkan bahwa teknologi atau
peralatan canggih belum tentu mengarah pada praktik terbaik di pasar negara berkembang, tetapi praktik terbaik bergantung pada faktor
kontekstual dan perilaku (Khanna, 2014). Bukti empiris dari perusahaan di negara maju telah menunjukkan bahwa praktik perilaku GSCM
memainkan peran strategis dalam meningkatkan kinerja.Cho et al., 2017). Mempertimbangkan perbedaan antara pasar negara berkembang
dan negara maju, hasil penelitian ini memberikan referensi berbasis GSCM untuk perusahaan di pasar negara berkembang. Dengan kata lain,
praktik GSCM perilaku yang diterapkan di perusahaan fokus menciptakan lingkungan kerja sama antara pemasok dan pelanggan untuk
meningkatkan keterlibatan mereka dalam implementasi teknis GSCM. Selain itu, praktik perilaku dapat mendorong penyebaran prinsip-
prinsip GSCM di seluruh mitra rantai pasokan. Untuk tujuan ini, manajer harus termotivasi untuk menerapkan praktik perilaku untuk
menikmati manfaat yang disebutkan di atas. Implikasi ini juga dapat diterapkan pada perusahaan di pasar negara berkembang lainnya;
implementasi GSCM mereka dapat meningkatkan kinerja.
6. Kesimpulan
Studi ini mengadopsi perspektif berbasis teori STS untuk memahami peran praktik GSCM perilaku dan teknis dalam
meningkatkan kinerja organisasi di antara perusahaan-perusahaan di China, negara tipikal dengan ekonomi baru. Dua kategori
praktik GSCM dieksplorasi, dan mekanisme yang mendasari bagaimana praktik GSCM perilaku versus teknis memengaruhi kinerja
organisasi dijelaskan; peran mediasi praktik GSCM teknis terungkap untuk memengaruhi praktik dan kinerja perilaku GSCM. Dari
perspektif manajerial, temuan menunjukkan bahwa manajer di perusahaan pasar berkembang harus lebih memperhatikan praktik
GSCM yang berorientasi perilaku dan berinvestasi lebih banyak dalam praktik teknis. Umumnya,
Baik analisis SEM dan post hoc mendukung efek mediasi praktik GSCM teknis pada hubungan antara praktik perilaku dan kinerja.
Hasilnya dapat ditafsirkan dalam konteks perusahaan manufaktur China. Artinya, dibandingkan dengan perusahaan manufaktur di
negara maju, perusahaan China kurang canggih dalam mengimplementasikan GSCM (Zhu et al., 2017). Banyak perusahaan
manufaktur China dihadapkan pada tekanan lingkungan yang luar biasa yang diberikan oleh pemerintah dan pelanggan
multinasional mereka. Akibatnya, praktik teknis saja telah diadopsi untuk memenuhi persyaratan lingkungan karena dianggap
sebagai solusi "cepat" untuk masalah terkait. Sebaliknya, perusahaan di negara maju mulai lebih fokus pada praktik perilaku GSCM
yang berupaya melibatkan pemasok dan pelanggan karena praktik teknis mereka telah mencapai kematangan (Cho et al., 2017).
Studi banding yang menggunakan sampel dari pasar negara berkembang dan negara maju dapat bermanfaat. Misalnya, studi harus
menentukan apakah praktik GSCM perilaku memiliki efek mediasi pada hubungan antara praktik teknis GSCM dan kinerja organisasi
dengan menggunakan sampel dari negara maju.
Mirip dengan studi empiris lainnya, penelitian ini tunduk pada beberapa keterbatasan yang memberikan peluang untuk penelitian masa depan.
Pertama, data dikumpulkan dengan menggunakan survei. Keabsahan informasi yang dilaporkan dalam suatu perusahaan tampaknya ditentukan oleh
persepsi masing-masing responden. Sangat ideal untuk memiliki beberapa responden dalam satu perusahaan. Namun, dalam praktiknya sulit untuk
mendapatkan tanggapan dari dua atau lebih personel dalam perusahaan yang sama, walaupun keandalan data dapat ditingkatkan dengan
menggunakan beberapa tanggapan (Flynn et al., 2018). Namun, penelitian ini memastikan anonimitas dalam distribusi dan pengumpulan survei serta
secara eksplisit meminta responden untuk menyelesaikan pertanyaan survei dengan kemampuan terbaik mereka. Selanjutnya, manajer senior
berpengalaman yang akrab dengan praktik GSCM diminta untuk mengisi survei. Oleh karena itu, informasi yang diberikan harus dapat dipercaya. Kedua,
meskipun penelitian ini menggunakan dua strategi pengambilan sampel yang populer (snowball dan convenience sampling), risiko perwakilan yang
terbatas terlihat jelas dan mungkin memengaruhi interpretasi hasil. Sampling acak direkomendasikan untuk pengumpulan data dalam studi survei
GSCM. Ketiga, kajian ini dalam konteks ekonomi baru (China), yang berbeda dengan negara-negara maju tersebut. Efektivitas praktik GSCM perilaku dan
teknis dapat bervariasi dalam kondisi kontekstual makro lainnya (misalnya,
12
J. Liu, dkk. Penelitian Transportasi Bagian E 140 (2020) 102013
infrastruktur industri) dan juga dipengaruhi oleh kemungkinan ketidakpastian lingkungan. Lebih banyak studi empiris diperlukan
untuk lebih memahami pengaruh kontingensi pada hubungan antara praktik GSCM perilaku, teknis, dan kinerja organisasi.
Keempat, penelitian ini mengklasifikasikan praktik GSCM ke dalam praktik perilaku dan teknis dan meneliti hubungan antara mereka
dan metrik kinerja daripada menyelidiki hubungan timbal balik antara faktor komponen (misalnya, komponen teknis A dengan
komponen perilaku B). Bahkan lebih rumit ketika praktik GSCM dianalisis pada tingkat praktik individu dalam kerangka kerja SEM.
Namun, beberapa diskusi terkait dapat ditemukan dalam literatur (Zhu et al., 2008, 2013) dan dapat memberikan titik awal untuk
penelitian masa depan. Akhirnya, mengingat perkembangan GSCM bersifat dinamis, penelitian selanjutnya dapat dilakukan dengan
mengumpulkan data deret waktu dengan desain penelitian yang berbeda (“B- > T- > P” dan “T- > B- > P”), dan membandingkan hasil
dari negara maju di bawah desain yang sama.
Pernyataan kontribusi kepengarangan CRedit
Jun Jun Liu:Kurasi data, Analisis formal, Penulisan - draf asli, Konseptualisasi, Metodologi, Software.Houbao Hu: Investigasi,
Kurasi Data, Konseptualisasi.xun tong:Konseptualisasi, Metodologi, Penulisan - review & editing.Qinghua Zhu:Pengawasan,
Metodologi, Validasi, Penulisan - review & editing.
Terima kasih
Pekerjaan ini didukung oleh proyek-proyek utama dari National Science Science Foundation of China (71632007, 71690241) dan Program
of Shanghai Academic/Technology Research Leader (18XD1402100).
Lampiran A
Gambar. A.1 dan A.2.
Gambar A1.CFA tanpa faktor laten umum (Chi-square = 846.331,df. = 419,P<0,001, Norma Chi-kuadrat = 2,02; CFI = 0,91, RMSEA = 0,07, TLI = 0,90).
13
J. Liu, dkk. Penelitian Transportasi Bagian E 140 (2020) 102013
Gambar A2.CFA dengan faktor laten umum (Chi-square = 692.245,df=387,P<0,001, Chi-kuadrat bernorma = 1,79, CFI = 0,93, RMSEA = 0,06, TLI = 0,92).
Referensi
Armstrong, JS, Overton, TS, 1977. Memperkirakan bias nonresponse dalam survei surat. J.Mark. Res. 14 (3), 396–402.
Azevedo, SG, Carvalho, H., Cruz Machado, V., 2011. Pengaruh praktik hijau terhadap kinerja rantai pasokan: pendekatan studi kasus. Trans. Res. Bagian E-
Transisi Logistik Wahyu 47 (6), 850–871.
Bellamy, MA, Basole, RC, 2013. Analisis jaringan sistem rantai pasokan: tinjauan sistematis dan penelitian masa depan. Sistem. Eng. 16 (2), 235–249.
Boiral, O., 2009. Menghijaukan korporasi melalui perilaku kewargaan organisasi. J.Bus. Etika 87 (2), 221–236.
Boiral, O., Paille, P., 2012. Perilaku kewargaan organisasi untuk lingkungan: pengukuran dan validasi. J.Bus. Etika 109 (4), 431–445. Byrne, BM, 2016.
Pemodelan Persamaan Struktural dengan AMOS: Konsep Dasar, Aplikasi, dan Pemrograman, edisi ketiga. Routledge, New York.
Cantor, DE, Morrow, PC, McElroy, JC, Montabon, F., 2013. Peran faktor individu dan organisasi dalam mempromosikan praktik lingkungan perusahaan. Int. J.
Fisika. Distribusikan. Mengelola Logistik. 43 (5–6), 407–426.
Cantor, DE, Morrow, PC, Montabon, F., 2012. Keterlibatan dalam perilaku lingkungan di antara karyawan manajemen rantai pasokan: dukungan organisasi
perspektif teoretis. J. Manajemen Rantai Pasokan. 48 (3), 33–51.
Chan, RYK, He, HW, Chan, HK, Wang, WYC, 2012. Orientasi lingkungan dan kinerja perusahaan: mekanisme mediasi rantai pasokan hijau
manajemen dan efek moderat dari intensitas kompetitif. Ind.Pengelola Pasar. 41 (4), 621–630.
Chen, L., Shen, B., Wu, X., Ding, X., 2017. Pengembangan sistem pengelolaan energi dan air yang hemat biaya untuk produsen kecil dan menengah. J.Pembersih
Melecut. 153 (1), 264–274.
Chien, MK, Shih, LH, 2007. Sebuah studi empiris tentang penerapan praktik manajemen rantai pasokan hijau di industri listrik dan elektronik dan mereka
hubungannya dengan kinerja organisasi. Int. J.Lingkungan. Sains. Technol. 4 (3), 383–394.
Cho, YS, Jung, JY, Linderman, K., 2017. Evolusi QM: manajemen kualitas perilaku sebagai sumber daya strategis perusahaan. Int. J.Prod. Ekon. 191, 233–249. Choi, D.,
Hwang, T., 2015. Dampak praktik manajemen rantai pasokan hijau terhadap kinerja perusahaan: peran kemampuan kolaboratif. Operasi. Kelola. Res. 8
14
J. Liu, dkk. Penelitian Transportasi Bagian E 140 (2020) 102013
(3–4), 69–83.
Choi, T.-M., Luo, S., 2019. Tantangan kualitas data untuk operasi rantai pasokan mode berkelanjutan di pasar negara berkembang: peran blockchain, sponsor pemerintah, dan
pajak lingkungan. Trans. Res. Bagian E-Logist. Trans. Wahyu 131, 139–152.
Choi, TY, Liker, JK, 2002. Manajemen rantai pasokan sebagai fokus manajemen teknologi yang muncul. Trans IEEE. Eng. Mengelola. 49 (3), 198–204.
Cooper, R., Foster, M., 1971. Sistem sosioteknik. Saya. Psikol. 26 (5), 467–474.
Daily, BF, Bishop, JW, Steiner, R., 2007. Peran mediasi kerja tim EMS karena berkaitan dengan faktor SDM dan kinerja lingkungan yang dirasakan. J.Appl. Bis.
Res. 23 (1), 95–109.
Daily, BF, Huang, SC, 2001. Mencapai keberlanjutan melalui perhatian pada faktor sumber daya manusia dalam pengelolaan lingkungan. Int. J.Operat. Melecut. Mengelola. 21
(12), 1539–1552.
De Giovanni, P., Vinzi, VE, 2012. Kovarian versus estimasi kinerja berbasis komponen dalam manajemen rantai pasokan hijau. Int. J.Prod. Ekon. 135 (2),
907–916.
Delmas, MA, Pekovic, S., 2013. Standar lingkungan dan produktivitas tenaga kerja: memahami mekanisme yang menopang keberlanjutan. J.Org. Perilaku. 34 (2),
230–252.
Dillman, DA, Smyth, JD, Christian, LM, 2014. Survei Internet, Telepon, Surat, dan Mode Campuran, edisi keempat. John Wiley & Sons Incorporated, New York.
Dou, Y., Zhu, Q., Sarkis, J., 2018. Manajemen rantai pasokan multi-tingkat hijau: investigasi pendukung. J. Beli. Pengelola Pasokan. 24 (2), 95–107.
Dubey, R., Gunasekaran, A., Ali, SS, 2015. Menjelajahi hubungan antara kepemimpinan, praktik operasional, tekanan kelembagaan dan kinerja lingkungan
mance: kerangka kerja untuk rantai pasokan hijau. Int. J.Prod. Ekon. 160, 120–132.
Dubey, R., Gunasekaran, A., Papadopoulos, T., 2017. Manajemen rantai pasokan hijau: kerangka teori dan arah penelitian lebih lanjut. Benchmarking-an Int. J.
24 (1), 184–218.
Eltayeb, TK, Zailani, S., Ramayah, T., 2011. Inisiatif rantai pasokan hijau di antara perusahaan bersertifikat di Malaysia dan kelestarian lingkungan: menyelidiki
hasil. Sumber Daya. Konservasi. Daur ulang. 55 (5), 495–506.
Feng, M., Yu, W., Wang, X., Wong, CY, Xu, M., Xiao, Z., 2018. Manajemen rantai pasokan hijau dan kinerja keuangan: peran mediasi operasional dan
kinerja lingkungan. Bis. Lingkungan Strategi. 27 (7), 811–824.
Fernandez, E., Junquera, B., Ordiz, M., 2003. Budaya organisasi dan sumber daya manusia dalam isu lingkungan: tinjauan literatur. Int. J. Manusia
Kelola Sumber Daya. 14 (4), 634–656.
Flynn, B., Huang, X., Zhao, X., 2015. Manajemen rantai pasokan di pasar negara berkembang: masalah penelitian kritis. J. Manajemen Rantai Pasokan. 51 (1), 3–4.
Flynn, B., Pagell, M., Fugate, B., 2018. Desain penelitian survei dalam manajemen rantai pasokan: kebutuhan akan evolusi dalam harapan kita. J. Manajemen Rantai Pasokan. 54 (1),
1–15.
Geng, RQ, Mansouri, A., Aktas, E., 2017. Hubungan antara manajemen rantai pasokan hijau dan kinerja: meta-analisis bukti empiris di Asia
negara berkembang. Int. J.Prod. Ekon. 183, 245–258.
Golicic, SL, Smith, CD, 2013. Sebuah meta-analisis praktik manajemen rantai pasokan yang ramah lingkungan dan kinerja perusahaan. J. Manajemen Rantai Pasokan. 49
(2), 78–95.
Gopal, RRC, Thakkar, J., 2016. Praktik rantai pasokan berkelanjutan: investigasi empiris pada industri mobil India. Melecut. Rencana. Kontrol 27 (1), 49–64. Govindan,
K., Khodaverdi, R., Vafadarnikjoo, A., 2015. Metode DEMATEL berbasis fuzzy intuitif untuk mengembangkan praktik dan kinerja hijau dalam pasokan hijau
rantai. Sistem Pakar. Aplikasi 42 (20), 7207–7220.
Green, KW, Zelbst, PJ, Meacham, J., Bhadauria, VS, 2012. Praktik manajemen rantai pasokan hijau: berdampak pada kinerja. Manajemen Rantai Pasokan.-Int. J.17 (3),
290–305.
Grover, V., Jeong, SR, Kettinger, WJ, Teng, JTC, 1995. Penerapan rekayasa ulang proses bisnis. Jurnal Sistem Informasi Manajemen 12 (1),
109–144.
Gurca, A., Ravishankar, MN, 2016. Perspektif bricolage tentang inovasi teknologi di pasar negara berkembang. Trans IEEE. Eng. Mengelola. 63 (1), 53–66. Hafezalkotob, A., 2017.
Persaingan, kerja sama, dan koopetisi rantai pasokan hijau di bawah peraturan tentang tingkat penghematan energi. Trans. Res. Bagian E-Logistik
Trans. Wahyu 97, 228–250.
Hoejmose, S., Brammer, S., Millington, A., 2012. Manajemen rantai pasokan "Hijau": peran kepercayaan dan manajemen puncak di pasar B2B dan B2C. Ind.
Mengelola. 41 (4), 609–620.
Jabbour, CJC, de Sousa Jabbour, ABL, 2016. Manajemen sumber daya manusia hijau dan manajemen rantai pasokan hijau: menghubungkan dua agenda yang muncul. J.Pembersih
Melecut. 112, 1824–1833.
Jabbour, CJC, Jugend, D., de Sousa, Lopes, Jabbour, AB, Gunasekaran, A., Latan, H., 2015. Pengembangan produk hijau dan kinerja perusahaan Brasil:
mengukur peran manusia dan aspek teknis. J. Produk Pembersih. 87, 442–451.
Jabbour, CJC, Mauricio, AL, Jabbour, A., 2017. Faktor penentu keberhasilan dan proaktivitas manajemen rantai pasokan ramah lingkungan: menyoroti aspek manusia dari hal ini
hubungan berdasarkan kasus dari industri Brasil. Melecut. Rencana. Kontrol 28 (6–8), 671–683.
Jabbour, CJC, Santos, FCA, 2008. Hubungan antara dimensi sumber daya manusia dan pengelolaan lingkungan di perusahaan: proposal model. J.
Produk Pembersih 16 (1), 51–58.
Khanna, T., 2014. Kecerdasan Kontekstual. Harv. Bis. Wahyu 92 (9), 58–68.
Kull, TJ, Ellis, SC, Narasimhan, R., 2013. Mengurangi kendala perilaku untuk integrasi pemasok: perspektif sistem sosio-teknis. J. Manajemen Rantai Pasokan. 49
(1), 64–86.
Kumar, A., Mangla, SK, Luthra, S., Ishizaka, A., 2019. Mengevaluasi dimensi lunak terkait sumber daya manusia dalam implementasi manajemen rantai pasokan hijau.
Melecut. Rencana. Kontrol 30 (9), 699–715.
Kumar, S., Luthra, S., Haleem, A., 2013. Keterlibatan pelanggan dalam penghijauan rantai pasokan: metodologi pemodelan struktural interpretatif. J.Indust. Eng. Int. 9
(6), 1–13.
Laari, S., Toyli, J., Solakivi, T., Ojala, L., 2016. Kinerja perusahaan dan manajemen rantai pasokan ramah lingkungan yang digerakkan oleh pelanggan. J. Produk Pembersih. 112, 1960–
1970. Lai, KH, Wu, SJ, Wong, CWY, 2013. Apakah praktik logistik terbalik mencapai garis triple bottom dari produsen China? Int. J.Prod. Ekon. 146 (1), 106–117. Laosirihongthong, T.,
Adebanjo, D., Tan, KC, 2013. Praktik dan kinerja manajemen rantai pasokan hijau. Ind. Kelola. Sistem Data 113 (8), 1088–1109. Lee, SY, 2015. Pengaruh manajemen rantai pasokan
hijau terhadap kinerja pemasok melalui akumulasi modal sosial. Manajemen Rantai Pasokan.-Int. J.20 (1),
42–55.
Lee, V.-H., Ooi, K.-B., Chong, AY-L., Lin, B., 2015. Analisis struktural tentang penghijauan pemasok, kinerja lingkungan, dan keunggulan kompetitif. Melecut. Rencana.
Kontrol 26 (2), 116–130.
Li, SR, Jayaraman, V., Paulraj, A., Shang, KC, 2016. Strategi dan kinerja lingkungan proaktif: peran proses rantai pasokan hijau dan produk hijau
desain di industri teknologi tinggi Cina. Int. J.Prod. Res. 54 (7), 2136–2151.
Lindell, MK, Whitney, DJ, 2001. Akuntansi varians metode umum dalam desain penelitian cross-sectional. J.Appl. Psikol. 86 (1), 114–121.
Liu, H., Wei, S., Ke, W., Wei, KK, Hua, Z., 2016. Konfigurasi antara integrasi rantai pasokan dan kompetensi teknologi informasi: orkestra sumber daya-
perspektif trasi. J.Oper. Mengelola. 44, 13–29.
Liu, J., Feng, Y., Zhu, Q., Sarkis, J., 2018. Manajemen rantai pasokan hijau dan ekonomi sirkular: meninjau teori untuk kemajuan kedua bidang. Int. J.Fis.
Distri. Mengelola Logistik. 48 (8), 794–817.
Longoni, A., Luzzini, D., Guerci, M., 2018. Menyebarkan pengelolaan lingkungan lintas fungsi: hubungan antara pengelolaan sumber daya manusia hijau dan
manajemen rantai pasokan hijau. J.Bus. Etika 151 (4), 1081–1095.
Luthra, S., Garg, D., Haleem, A., 2015. Faktor penentu keberhasilan manajemen rantai pasokan hijau untuk mencapai keberlanjutan di industri mobil India. Melecut.
Rencana. Kontrol 26 (5), 339–362.
Luthra, S., Garg, D., Haleem, A., 2016. Dampak faktor penentu keberhasilan penerapan manajemen rantai pasokan hijau terhadap keberlanjutan: sebuah empiris
investigasi industri mobil India. J. Produk Pembersih. 121, 142–158.
15
J. Liu, dkk. Penelitian Transportasi Bagian E 140 (2020) 102013
Manz, CC, Stewart, GL, 1997. Mencapai stabilitas fleksibel dengan mengintegrasikan manajemen kualitas total dan teori sistem sosio-teknis. Organ. Sains. 8 (1), 59–
70. McIvor, R., McHugh, M., 2000. Sumber kemitraan: perspektif manajemen perubahan organisasi. J. Manajemen Rantai Pasokan. 36 (2), 12–20.
Melnyk, SA, Page, TJ, Wu, SJ, Burns, LA, 2012. Maukah Anda menyelesaikan survei ini: menilai keadaan penelitian survei dalam manajemen rantai pasokan. J.
Beli. Pengelola Pasokan. 18 (1), 35–45.
Mitra, S., Datta, PP, 2014. Adopsi praktik manajemen rantai pasokan hijau dan dampaknya terhadap kinerja: studi eksplorasi manufaktur India
perusahaan. Int. J.Prod. Res. 52 (7), 2085–2107.
Muduli, K., Govindan, K., Barve, A., Kannan, D., Geng, Y., 2013. Peran faktor perilaku dalam implementasi manajemen rantai pasokan hijau di pertambangan India
industri. Sumber Daya. Konservasi. Daur ulang. 76, 50–60.
Niu, B., Xu, J., Lee, CKM, Chen, L., 2019. Waktu pemesanan dan perencanaan pajak saat menjual ke saingan di pasar negara berkembang dengan pajak rendah. Trans. Res. Bagian E-Logistik Transp.
Wahyu 123, 165–179.
Nunnally, JC, Bernstein, IH, 1978. Teori Psikometrik. McGraw-Hill, New York.
Olugu, EU, Wong, KY, Shaaroun, AM, 2011. Pengembangan ukuran kinerja utama untuk rantai pasokan mobil ramah lingkungan. Sumber Daya. Konservasi. Daur ulang. 55 (6),
567–579.
Ortas, E., Moneva, JM, Alvarez, I., 2014. Rantai pasokan berkelanjutan dan kinerja perusahaan pemeriksaan global. Manajemen Rantai Pasokan.-Int. J.19 (3), 332–350.
Paille, P., Boiral, O., Chen, Y., 2013. Menghubungkan praktik manajemen lingkungan dan perilaku anggota organisasi untuk lingkungan: pertukaran sosial
perspektif. Int. J. Pengelolaan Sumber Daya Manusia. 24 (18), 3552–3575.
Pasmore, WA, 1988. Merancang organisasi yang efektif: perspektif sistem sociotechnical. John Wiley & Sons Inc, New York.
Podsakoff, PM, MacKenzie, SB, Lee, JY, Podsakoff, NP, 2003. Bias metode umum dalam penelitian perilaku: tinjauan kritis literatur dan direkomendasikan
obat. J.Appl. Psikol. 88 (5), 879–903.
Ruiz-Quintanilla, SA, Bunge, J., Freeman-Gallant, A., Cohen-Rosenthal, E., 1996. Partisipasi karyawan dalam pengurangan polusi: perspektif sosio-teknis. Bis.
Lingkungan Strategi. 5 (3), 137–144.
Sarkis, J., Zhu, QH, Lai, KH, 2011. Tinjauan teoretis organisasi literatur manajemen rantai pasokan hijau. Int. J.Prod. Ekon. 130 (1), 1–15. Shen, B., Ding, X., Chen, L.,
Chan, HL, 2017. Rantai pasokan rendah karbon dengan kendala konsumsi energi: studi kasus dari industri tekstil China dan sederhana
model analitis. Manajemen Rantai Pasokan.-Int. J.22 (3), 258–269.
Shen, L., Muduli, K., Barve, A., 2015. Mengembangkan kerangka kerja pembangunan berkelanjutan dalam konteks industri pertambangan: pendekatan AHP. Sumber Daya. Kebijakan 46, 15–26. Shou,
Z., Zheng, X., Zhu, W., 2016. Ketidakefektifan kontrak di pasar negara berkembang: perspektif teori kelembagaan. J.Oper. Mengelola. 46, 38–54. Srivastava, SK, 2007. Manajemen rantai pasokan ramah
lingkungan: tinjauan literatur mutakhir. Int. J.manag. Wahyu 9 (1), 53–80. Tang, CS, 2018. Rantai pasokan yang bertanggung jawab secara sosial di pasar negara berkembang: beberapa peluang
penelitian. J.Oper. Mengelola. 57, 1–10.
Thun, JH, Muller, A., 2010. Analisis empiris manajemen rantai pasokan hijau di industri otomotif Jerman. Bis. Lingkungan Strategi. 19 (2), 119–132. Tokar, T., 2010.
Penelitian perilaku di bidang logistik dan manajemen rantai pasokan. Int. J. Mengelola Logistik. 21 (1), 89–103.
Trist, EL, Bamforth, KW, 1951. Beberapa konsekuensi sosial dan psikologis dari metode perolehan batu bara longwall. Hubungan Manusia. 4 (1), 3–38.
Vachon, S., Klassen, RD, 2008. Manajemen lingkungan dan kinerja manufaktur: peran kolaborasi dalam rantai pasokan. Int. J.Prod. Ekon. 111 (2),
299–315.
Wang, Z., Wang, Q., Zhang, S., Zhao, X., 2018. Pengaruh pelanggan dan penggerak biaya pada praktik manajemen rantai pasokan hijau dan kinerja lingkungan. J.
Produk Pembersih 189, 673–682.
Wu, G.-C., Ding, J.-H., Chen, P.-S., 2012. Pengaruh driver GSCM dan tekanan institusional terhadap praktik GSCM di industri tekstil dan pakaian jadi Taiwan. Int. J.
Melecut. Ekon. 135 (2), 618–636.
Yang, CS, Lu, CS, Haider, JJ, Marlow, PB, 2013. Pengaruh manajemen rantai pasokan hijau pada kinerja hijau dan daya saing perusahaan dalam konteks
pengiriman kontainer di Taiwan. Trans. Res. Bagian E-Logistik Transp. Wahyu 55, 55–73.
Yu, WT, Chavez, R., Feng, MY, Wiengarten, F., 2014. Manajemen rantai pasokan hijau terpadu dan kinerja operasional. Manajemen Rantai Pasokan.-Int. J.19
(5–6), 683–696.
Zhou, KZ, Su, C., Yeung, A., Viswanathan, S., 2016. Manajemen rantai pasokan di pasar negara berkembang. J.Oper. Mengelola. 46, 1–4.
Zhu, Q., Geng, Y., 2013. Pendorong dan hambatan praktik rantai pasokan yang diperluas untuk penghematan energi dan pengurangan emisi di antara produsen China. J.Pembersih
Melecut. 40, 6–12.
Zhu, Q., Qu, Y., Geng, Y., Fujita, T., 2017. Perbandingan kesadaran peraturan dan praktik manajemen rantai pasokan hijau antara Cina dan Jepang
produsen. Bis. Lingkungan Strategi. 26 (1), 18–30.
Zhu, Q., Sarkis, J., Geng, Y., 2005. Manajemen rantai pasokan hijau di Cina: tekanan, praktik, dan kinerja. Int. J.Oper. Melecut. Pria. 25 (5–6), 449–468. Zhu, Q., Sarkis,
J., Lai, K.-H., 2019. Memilih pendekatan yang tepat untuk menghijaukan rantai pasokan Anda. Penelitian dan Aplikasi Rantai Pasokan Modern.
Zhu, Q., Sarkis, J., Lai, KH, 2008. Konfirmasi model pengukuran untuk penerapan praktik manajemen rantai pasokan hijau. Int. J.Prod. Ekon. 111 (2),
261–273.
Zhu, Q., Sarkis, J., Lai, KH, 2012. Difusi inovasi manajemen rantai pasokan hijau dan hubungannya dengan peningkatan organisasi: model ekologis
perspektif nisasi. J.Eng. Technol. Mengelola. 29 (1), 168–185.
Zhu, Q., Sarkis, J., Lai, KH, 2013. Anteseden berbasis kelembagaan dan hasil kinerja praktik manajemen rantai pasokan hijau internal dan eksternal. J.
Beli. Pengelola Pasokan. 19 (2), 106–117.
Zu, X., 2009. Infrastruktur dan praktik manajemen kualitas inti: bagaimana pengaruhnya terhadap kualitas? Int. J. Kualitas Terpercaya. Mengelola. 26 (2), 129–149.
16

Más contenido relacionado

Similar a PERILAKU DAN TEKNIS

Model Mediasi dan Moderasi dalam Hubungan Antara Sistem Pengendalian Manajeme...
Model Mediasi dan Moderasi dalam Hubungan Antara Sistem Pengendalian Manajeme...Model Mediasi dan Moderasi dalam Hubungan Antara Sistem Pengendalian Manajeme...
Model Mediasi dan Moderasi dalam Hubungan Antara Sistem Pengendalian Manajeme...Ardi Gunardi
 
Penerapan teknik ISM untuk perumusan kebijakan pengembangan industri kakao ju...
Penerapan teknik ISM untuk perumusan kebijakan pengembangan industri kakao ju...Penerapan teknik ISM untuk perumusan kebijakan pengembangan industri kakao ju...
Penerapan teknik ISM untuk perumusan kebijakan pengembangan industri kakao ju...Yudiwid
 
PPT KAPSEL MO KELOMPOK7 FIX.pptx
PPT KAPSEL MO KELOMPOK7 FIX.pptxPPT KAPSEL MO KELOMPOK7 FIX.pptx
PPT KAPSEL MO KELOMPOK7 FIX.pptxMWillyTarmidzi
 
Sim, nur kairunnisa, prof. dr. hapzi ali, cma, conceptual framework, universi...
Sim, nur kairunnisa, prof. dr. hapzi ali, cma, conceptual framework, universi...Sim, nur kairunnisa, prof. dr. hapzi ali, cma, conceptual framework, universi...
Sim, nur kairunnisa, prof. dr. hapzi ali, cma, conceptual framework, universi...kairunnisa
 
INFRASTRUKTUR E-BUSINESS SEKOLAH TINGGI DI PAGAR ALAM
INFRASTRUKTUR E-BUSINESS SEKOLAH TINGGI DI PAGAR ALAMINFRASTRUKTUR E-BUSINESS SEKOLAH TINGGI DI PAGAR ALAM
INFRASTRUKTUR E-BUSINESS SEKOLAH TINGGI DI PAGAR ALAMBuhori Muslim
 
Jurnal implementasi enterprise architecture perguruan tinggi
Jurnal   implementasi enterprise architecture perguruan tinggiJurnal   implementasi enterprise architecture perguruan tinggi
Jurnal implementasi enterprise architecture perguruan tinggiRatzman III
 
Telaah kritis artikel good corporate governance1
Telaah kritis artikel good corporate governance1Telaah kritis artikel good corporate governance1
Telaah kritis artikel good corporate governance1heroeaccygy
 
Tugas sim, alfina rolitasari, yananto mihadi putra, penguna dan pengembang si...
Tugas sim, alfina rolitasari, yananto mihadi putra, penguna dan pengembang si...Tugas sim, alfina rolitasari, yananto mihadi putra, penguna dan pengembang si...
Tugas sim, alfina rolitasari, yananto mihadi putra, penguna dan pengembang si...AlfinaRltsr
 
Model evaluasi sistem informasi
Model evaluasi sistem informasiModel evaluasi sistem informasi
Model evaluasi sistem informasiUmii Charunieati
 
TIK Dalam Kesejahteraan Anak : Kebutuhan Komputasi Berpusat pada Budaya
TIK Dalam Kesejahteraan Anak : Kebutuhan Komputasi Berpusat pada BudayaTIK Dalam Kesejahteraan Anak : Kebutuhan Komputasi Berpusat pada Budaya
TIK Dalam Kesejahteraan Anak : Kebutuhan Komputasi Berpusat pada Budayaluthfia30
 
Cut Zurnali - Tactical factors that shape operations strategy
Cut Zurnali - Tactical factors that shape operations strategyCut Zurnali - Tactical factors that shape operations strategy
Cut Zurnali - Tactical factors that shape operations strategycutzurnali
 
External Macro Environment Analysis. Universitas Mercu Buana. 2019
External Macro Environment Analysis. Universitas Mercu Buana. 2019External Macro Environment Analysis. Universitas Mercu Buana. 2019
External Macro Environment Analysis. Universitas Mercu Buana. 2019Donna Wibiananda Suryaman
 
External macro environment analysis. universitas mercu buana. 2019
External macro environment analysis. universitas mercu buana. 2019External macro environment analysis. universitas mercu buana. 2019
External macro environment analysis. universitas mercu buana. 2019Donna Wibiananda Suryaman
 
analisi pengaruh faktor faktor rekrutmen terhadap kinerja sdm outsourcing pt ...
analisi pengaruh faktor faktor rekrutmen terhadap kinerja sdm outsourcing pt ...analisi pengaruh faktor faktor rekrutmen terhadap kinerja sdm outsourcing pt ...
analisi pengaruh faktor faktor rekrutmen terhadap kinerja sdm outsourcing pt ...Immawan Awaluddin
 
Supply Chain Management in SME's (Information Perspective)
Supply Chain Management in SME's (Information Perspective)Supply Chain Management in SME's (Information Perspective)
Supply Chain Management in SME's (Information Perspective)Prasidananto Nur Santoso
 

Similar a PERILAKU DAN TEKNIS (20)

252 426-1-pb
252 426-1-pb252 426-1-pb
252 426-1-pb
 
Proposal Logistik Kemanusiaan
Proposal Logistik KemanusiaanProposal Logistik Kemanusiaan
Proposal Logistik Kemanusiaan
 
Critical jurnal pertemuan kedua
Critical jurnal pertemuan keduaCritical jurnal pertemuan kedua
Critical jurnal pertemuan kedua
 
Model Mediasi dan Moderasi dalam Hubungan Antara Sistem Pengendalian Manajeme...
Model Mediasi dan Moderasi dalam Hubungan Antara Sistem Pengendalian Manajeme...Model Mediasi dan Moderasi dalam Hubungan Antara Sistem Pengendalian Manajeme...
Model Mediasi dan Moderasi dalam Hubungan Antara Sistem Pengendalian Manajeme...
 
Penerapan teknik ISM untuk perumusan kebijakan pengembangan industri kakao ju...
Penerapan teknik ISM untuk perumusan kebijakan pengembangan industri kakao ju...Penerapan teknik ISM untuk perumusan kebijakan pengembangan industri kakao ju...
Penerapan teknik ISM untuk perumusan kebijakan pengembangan industri kakao ju...
 
PPT KAPSEL MO KELOMPOK7 FIX.pptx
PPT KAPSEL MO KELOMPOK7 FIX.pptxPPT KAPSEL MO KELOMPOK7 FIX.pptx
PPT KAPSEL MO KELOMPOK7 FIX.pptx
 
Sim, nur kairunnisa, prof. dr. hapzi ali, cma, conceptual framework, universi...
Sim, nur kairunnisa, prof. dr. hapzi ali, cma, conceptual framework, universi...Sim, nur kairunnisa, prof. dr. hapzi ali, cma, conceptual framework, universi...
Sim, nur kairunnisa, prof. dr. hapzi ali, cma, conceptual framework, universi...
 
INFRASTRUKTUR E-BUSINESS SEKOLAH TINGGI DI PAGAR ALAM
INFRASTRUKTUR E-BUSINESS SEKOLAH TINGGI DI PAGAR ALAMINFRASTRUKTUR E-BUSINESS SEKOLAH TINGGI DI PAGAR ALAM
INFRASTRUKTUR E-BUSINESS SEKOLAH TINGGI DI PAGAR ALAM
 
Jurnal implementasi enterprise architecture perguruan tinggi
Jurnal   implementasi enterprise architecture perguruan tinggiJurnal   implementasi enterprise architecture perguruan tinggi
Jurnal implementasi enterprise architecture perguruan tinggi
 
Telaah kritis artikel good corporate governance1
Telaah kritis artikel good corporate governance1Telaah kritis artikel good corporate governance1
Telaah kritis artikel good corporate governance1
 
Tugas sim, alfina rolitasari, yananto mihadi putra, penguna dan pengembang si...
Tugas sim, alfina rolitasari, yananto mihadi putra, penguna dan pengembang si...Tugas sim, alfina rolitasari, yananto mihadi putra, penguna dan pengembang si...
Tugas sim, alfina rolitasari, yananto mihadi putra, penguna dan pengembang si...
 
3. Introduction.pptx
3. Introduction.pptx3. Introduction.pptx
3. Introduction.pptx
 
Gcg dan kinerja
Gcg dan kinerjaGcg dan kinerja
Gcg dan kinerja
 
Model evaluasi sistem informasi
Model evaluasi sistem informasiModel evaluasi sistem informasi
Model evaluasi sistem informasi
 
TIK Dalam Kesejahteraan Anak : Kebutuhan Komputasi Berpusat pada Budaya
TIK Dalam Kesejahteraan Anak : Kebutuhan Komputasi Berpusat pada BudayaTIK Dalam Kesejahteraan Anak : Kebutuhan Komputasi Berpusat pada Budaya
TIK Dalam Kesejahteraan Anak : Kebutuhan Komputasi Berpusat pada Budaya
 
Cut Zurnali - Tactical factors that shape operations strategy
Cut Zurnali - Tactical factors that shape operations strategyCut Zurnali - Tactical factors that shape operations strategy
Cut Zurnali - Tactical factors that shape operations strategy
 
External Macro Environment Analysis. Universitas Mercu Buana. 2019
External Macro Environment Analysis. Universitas Mercu Buana. 2019External Macro Environment Analysis. Universitas Mercu Buana. 2019
External Macro Environment Analysis. Universitas Mercu Buana. 2019
 
External macro environment analysis. universitas mercu buana. 2019
External macro environment analysis. universitas mercu buana. 2019External macro environment analysis. universitas mercu buana. 2019
External macro environment analysis. universitas mercu buana. 2019
 
analisi pengaruh faktor faktor rekrutmen terhadap kinerja sdm outsourcing pt ...
analisi pengaruh faktor faktor rekrutmen terhadap kinerja sdm outsourcing pt ...analisi pengaruh faktor faktor rekrutmen terhadap kinerja sdm outsourcing pt ...
analisi pengaruh faktor faktor rekrutmen terhadap kinerja sdm outsourcing pt ...
 
Supply Chain Management in SME's (Information Perspective)
Supply Chain Management in SME's (Information Perspective)Supply Chain Management in SME's (Information Perspective)
Supply Chain Management in SME's (Information Perspective)
 

Último

Cryptocurrency dalam Perspektif Ekonomi Syariah.pptx
Cryptocurrency dalam Perspektif Ekonomi Syariah.pptxCryptocurrency dalam Perspektif Ekonomi Syariah.pptx
Cryptocurrency dalam Perspektif Ekonomi Syariah.pptxumusilmi2019
 
Dasar Dasar Perpajakan dalam mata kuliah pajak.pptx
Dasar Dasar Perpajakan dalam mata kuliah pajak.pptxDasar Dasar Perpajakan dalam mata kuliah pajak.pptx
Dasar Dasar Perpajakan dalam mata kuliah pajak.pptxadel876203
 
Ekonomi Makro Pertemuan 4 - Tingkat pengangguran: Jumlah orang yang menganggu...
Ekonomi Makro Pertemuan 4 - Tingkat pengangguran: Jumlah orang yang menganggu...Ekonomi Makro Pertemuan 4 - Tingkat pengangguran: Jumlah orang yang menganggu...
Ekonomi Makro Pertemuan 4 - Tingkat pengangguran: Jumlah orang yang menganggu...ChairaniManasye1
 
Ukuran Letak Data kuartil dan beberapa pembagian lainnya
Ukuran Letak Data  kuartil  dan  beberapa pembagian  lainnyaUkuran Letak Data  kuartil  dan  beberapa pembagian  lainnya
Ukuran Letak Data kuartil dan beberapa pembagian lainnyaIndhasari3
 
uang dan lembaga keuangan uang dan lembaga keuangan
uang dan lembaga keuangan uang dan lembaga keuanganuang dan lembaga keuangan uang dan lembaga keuangan
uang dan lembaga keuangan uang dan lembaga keuanganlangkahgontay88
 
KEPEMIMPINAN DALAM MENJALANKAN USAHA/BISNIS
KEPEMIMPINAN DALAM MENJALANKAN USAHA/BISNISKEPEMIMPINAN DALAM MENJALANKAN USAHA/BISNIS
KEPEMIMPINAN DALAM MENJALANKAN USAHA/BISNISHakamNiazi
 
Presentasi Leasing Pada Lembaga Keuangan Non Bank
Presentasi Leasing Pada Lembaga Keuangan Non BankPresentasi Leasing Pada Lembaga Keuangan Non Bank
Presentasi Leasing Pada Lembaga Keuangan Non Bankzulfikar425966
 
WAWASAN NUSANTARA SEBAGAI GEOPOLITIK INDONESIA.pptx
WAWASAN NUSANTARA SEBAGAI GEOPOLITIK INDONESIA.pptxWAWASAN NUSANTARA SEBAGAI GEOPOLITIK INDONESIA.pptx
WAWASAN NUSANTARA SEBAGAI GEOPOLITIK INDONESIA.pptxMunawwarahDjalil
 
Ekonomi Teknik dan perencanaan kegiatan usaha
Ekonomi Teknik dan perencanaan kegiatan usahaEkonomi Teknik dan perencanaan kegiatan usaha
Ekonomi Teknik dan perencanaan kegiatan usahaWahyuKamilatulFauzia
 
matematika dilatasi (1) (2) (1) (1).pptx
matematika dilatasi (1) (2) (1) (1).pptxmatematika dilatasi (1) (2) (1) (1).pptx
matematika dilatasi (1) (2) (1) (1).pptxArvaAthallahSusanto
 
PERAN KARYAWAN DALAM PENGEMBANGAN KARIR.pptx
PERAN KARYAWAN DALAM PENGEMBANGAN KARIR.pptxPERAN KARYAWAN DALAM PENGEMBANGAN KARIR.pptx
PERAN KARYAWAN DALAM PENGEMBANGAN KARIR.pptxHakamNiazi
 
DAMPAK MASIF KORUPSI yang kian merajalela
DAMPAK MASIF KORUPSI yang kian merajalelaDAMPAK MASIF KORUPSI yang kian merajalela
DAMPAK MASIF KORUPSI yang kian merajalelaarmanamo012
 
MOTIVASI MINAT, BAKAT & POTENSI DIRI.pptx
MOTIVASI MINAT, BAKAT & POTENSI DIRI.pptxMOTIVASI MINAT, BAKAT & POTENSI DIRI.pptx
MOTIVASI MINAT, BAKAT & POTENSI DIRI.pptxHakamNiazi
 
Perhitungan Bunga dan Nilai Uang (mankeu).ppt
Perhitungan Bunga dan Nilai Uang (mankeu).pptPerhitungan Bunga dan Nilai Uang (mankeu).ppt
Perhitungan Bunga dan Nilai Uang (mankeu).pptSalsabillaPutriAyu
 
Presentasi Tentang Asuransi Pada Lembaga Keuangan
Presentasi Tentang Asuransi Pada Lembaga KeuanganPresentasi Tentang Asuransi Pada Lembaga Keuangan
Presentasi Tentang Asuransi Pada Lembaga Keuanganzulfikar425966
 
Materi Mata Kuliah Pengantar Ekonomi Makro I
Materi Mata Kuliah Pengantar Ekonomi Makro IMateri Mata Kuliah Pengantar Ekonomi Makro I
Materi Mata Kuliah Pengantar Ekonomi Makro IIkaAliciaSasanti
 
Introduction fixed asset (Aset Tetap).ppt
Introduction fixed asset (Aset Tetap).pptIntroduction fixed asset (Aset Tetap).ppt
Introduction fixed asset (Aset Tetap).ppttami83
 
Modal Kerja manajemen keuangan modal kerja.ppt
Modal Kerja manajemen keuangan modal kerja.pptModal Kerja manajemen keuangan modal kerja.ppt
Modal Kerja manajemen keuangan modal kerja.pptFrida Adnantara
 
PSAK-10-Pengaruh-Perubahan-Valuta-Asing-IAS-21-23032015.pptx
PSAK-10-Pengaruh-Perubahan-Valuta-Asing-IAS-21-23032015.pptxPSAK-10-Pengaruh-Perubahan-Valuta-Asing-IAS-21-23032015.pptx
PSAK-10-Pengaruh-Perubahan-Valuta-Asing-IAS-21-23032015.pptxRito Doank
 
BAB 18_PENDAPATAN57569-7854545gj-65.pptx
BAB 18_PENDAPATAN57569-7854545gj-65.pptxBAB 18_PENDAPATAN57569-7854545gj-65.pptx
BAB 18_PENDAPATAN57569-7854545gj-65.pptxFrida Adnantara
 

Último (20)

Cryptocurrency dalam Perspektif Ekonomi Syariah.pptx
Cryptocurrency dalam Perspektif Ekonomi Syariah.pptxCryptocurrency dalam Perspektif Ekonomi Syariah.pptx
Cryptocurrency dalam Perspektif Ekonomi Syariah.pptx
 
Dasar Dasar Perpajakan dalam mata kuliah pajak.pptx
Dasar Dasar Perpajakan dalam mata kuliah pajak.pptxDasar Dasar Perpajakan dalam mata kuliah pajak.pptx
Dasar Dasar Perpajakan dalam mata kuliah pajak.pptx
 
Ekonomi Makro Pertemuan 4 - Tingkat pengangguran: Jumlah orang yang menganggu...
Ekonomi Makro Pertemuan 4 - Tingkat pengangguran: Jumlah orang yang menganggu...Ekonomi Makro Pertemuan 4 - Tingkat pengangguran: Jumlah orang yang menganggu...
Ekonomi Makro Pertemuan 4 - Tingkat pengangguran: Jumlah orang yang menganggu...
 
Ukuran Letak Data kuartil dan beberapa pembagian lainnya
Ukuran Letak Data  kuartil  dan  beberapa pembagian  lainnyaUkuran Letak Data  kuartil  dan  beberapa pembagian  lainnya
Ukuran Letak Data kuartil dan beberapa pembagian lainnya
 
uang dan lembaga keuangan uang dan lembaga keuangan
uang dan lembaga keuangan uang dan lembaga keuanganuang dan lembaga keuangan uang dan lembaga keuangan
uang dan lembaga keuangan uang dan lembaga keuangan
 
KEPEMIMPINAN DALAM MENJALANKAN USAHA/BISNIS
KEPEMIMPINAN DALAM MENJALANKAN USAHA/BISNISKEPEMIMPINAN DALAM MENJALANKAN USAHA/BISNIS
KEPEMIMPINAN DALAM MENJALANKAN USAHA/BISNIS
 
Presentasi Leasing Pada Lembaga Keuangan Non Bank
Presentasi Leasing Pada Lembaga Keuangan Non BankPresentasi Leasing Pada Lembaga Keuangan Non Bank
Presentasi Leasing Pada Lembaga Keuangan Non Bank
 
WAWASAN NUSANTARA SEBAGAI GEOPOLITIK INDONESIA.pptx
WAWASAN NUSANTARA SEBAGAI GEOPOLITIK INDONESIA.pptxWAWASAN NUSANTARA SEBAGAI GEOPOLITIK INDONESIA.pptx
WAWASAN NUSANTARA SEBAGAI GEOPOLITIK INDONESIA.pptx
 
Ekonomi Teknik dan perencanaan kegiatan usaha
Ekonomi Teknik dan perencanaan kegiatan usahaEkonomi Teknik dan perencanaan kegiatan usaha
Ekonomi Teknik dan perencanaan kegiatan usaha
 
matematika dilatasi (1) (2) (1) (1).pptx
matematika dilatasi (1) (2) (1) (1).pptxmatematika dilatasi (1) (2) (1) (1).pptx
matematika dilatasi (1) (2) (1) (1).pptx
 
PERAN KARYAWAN DALAM PENGEMBANGAN KARIR.pptx
PERAN KARYAWAN DALAM PENGEMBANGAN KARIR.pptxPERAN KARYAWAN DALAM PENGEMBANGAN KARIR.pptx
PERAN KARYAWAN DALAM PENGEMBANGAN KARIR.pptx
 
DAMPAK MASIF KORUPSI yang kian merajalela
DAMPAK MASIF KORUPSI yang kian merajalelaDAMPAK MASIF KORUPSI yang kian merajalela
DAMPAK MASIF KORUPSI yang kian merajalela
 
MOTIVASI MINAT, BAKAT & POTENSI DIRI.pptx
MOTIVASI MINAT, BAKAT & POTENSI DIRI.pptxMOTIVASI MINAT, BAKAT & POTENSI DIRI.pptx
MOTIVASI MINAT, BAKAT & POTENSI DIRI.pptx
 
Perhitungan Bunga dan Nilai Uang (mankeu).ppt
Perhitungan Bunga dan Nilai Uang (mankeu).pptPerhitungan Bunga dan Nilai Uang (mankeu).ppt
Perhitungan Bunga dan Nilai Uang (mankeu).ppt
 
Presentasi Tentang Asuransi Pada Lembaga Keuangan
Presentasi Tentang Asuransi Pada Lembaga KeuanganPresentasi Tentang Asuransi Pada Lembaga Keuangan
Presentasi Tentang Asuransi Pada Lembaga Keuangan
 
Materi Mata Kuliah Pengantar Ekonomi Makro I
Materi Mata Kuliah Pengantar Ekonomi Makro IMateri Mata Kuliah Pengantar Ekonomi Makro I
Materi Mata Kuliah Pengantar Ekonomi Makro I
 
Introduction fixed asset (Aset Tetap).ppt
Introduction fixed asset (Aset Tetap).pptIntroduction fixed asset (Aset Tetap).ppt
Introduction fixed asset (Aset Tetap).ppt
 
Modal Kerja manajemen keuangan modal kerja.ppt
Modal Kerja manajemen keuangan modal kerja.pptModal Kerja manajemen keuangan modal kerja.ppt
Modal Kerja manajemen keuangan modal kerja.ppt
 
PSAK-10-Pengaruh-Perubahan-Valuta-Asing-IAS-21-23032015.pptx
PSAK-10-Pengaruh-Perubahan-Valuta-Asing-IAS-21-23032015.pptxPSAK-10-Pengaruh-Perubahan-Valuta-Asing-IAS-21-23032015.pptx
PSAK-10-Pengaruh-Perubahan-Valuta-Asing-IAS-21-23032015.pptx
 
BAB 18_PENDAPATAN57569-7854545gj-65.pptx
BAB 18_PENDAPATAN57569-7854545gj-65.pptxBAB 18_PENDAPATAN57569-7854545gj-65.pptx
BAB 18_PENDAPATAN57569-7854545gj-65.pptx
 

PERILAKU DAN TEKNIS

  • 1. Penelitian Transportasi Bagian E 140 (2020) 102013 Daftar isi tersedia diScienceDirect Penelitian Transportasi Bagian E halaman utama jurnal:www.elsevier.com/locate/tre Perspektif perilaku dan teknis praktik manajemen rantai pasokan hijau: Bukti empiris dari pasar yang sedang berkembang Jun Jun LiuA, Houbao HuB, Xun TongC, Qinghua ZhuA,⁎ ASekolah Tinggi Ekonomi & Manajemen Antai, Universitas Shanghai Jiao Tong, 1954 Huashan Rd., Shanghai 200030, PR China BSekolah Ekonomi & Manajemen, Universitas Tongji, 1239 Siping Rd., Shanghai 200092, PR China CFakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Groningen, Nettelbosje 2, 9747 AE Groningen, Belanda INFO ARTIKEL ABSTRAK Kata kunci: Manajemen rantai pasokan hijau Aspek perilaku Aspek teknis Teori sistem sosio-teknis Pasar yang sedang berkembang Baru-baru ini, perusahaan di pasar negara berkembang telah menerapkan praktik manajemen rantai pasokan hijau (GSCM) untuk mengatasi masalah lingkungan. Berdasarkan teori sistem sosio- teknis, penelitian ini mengembangkan model konseptual yang menyarankan efek berurutan antara dua kategori praktik GSCM yang berbeda, yaitu praktik perilaku (aspek manusia dan lunak) dan praktik teknis (aspek berwujud dan keras), terhadap kinerja. Kami menggunakan metode pemodelan persamaan struktural untuk menguji hipotesis berdasarkan tanggapan survei dari 200 produsen Cina. Kategorisasi praktik GSCM perilaku dan teknis serta temuan penelitian berkontribusi pada literatur GSCM. Hasil statistik menunjukkan efek mediasi lengkap dari praktik GSCM teknis (misalnya, desain hijau, manufaktur hijau dan logistik terbalik) pada hubungan antara praktik GSCM perilaku (misalnya, hubungan dengan pelanggan dan pemasok) dan kinerja organisasi. Hasil tersebut merekomendasikan bahwa perusahaan di pasar negara berkembang harus menyoroti praktik GSCM perilaku terlebih dahulu dan kemudian menerapkan praktik GSCM teknis yang diperlukan untuk mendapatkan kinerja ekonomi, lingkungan, dan operasional. 1. Perkenalan Praktik manajemen rantai pasokan hijau (GSCM) adalah tindakan manajemen yang diterapkan oleh perusahaan di seluruh rantai pasokan untuk mengurangi polusi dan konsumsi energi serta meningkatkan keberlanjutan dalam jangka panjang (Zhu et al., 2008). Dalam beberapa tahun terakhir, untuk menyeimbangkan keuntungan ekonomi dan perlindungan lingkungan, perusahaan dan pemerintah di pasar negara berkembang, seperti China, telah menerapkan GSCM (Geng et al., 2017; Niu et al., 2019; Tang, 2018; Zhu et al., 2019). Keberhasilan penerapan GSCM bergantung pada kombinasi praktik. Komponen GSCM yang paling umum adalah aspek teknis dan nyata (keras), seperti desain hijau, manufaktur hijau, dan logistik terbalik (Hijau et al., 2012; Luthra et al., 2016; Srivastava, 2007). Bagi banyak perusahaan di pasar negara berkembang, implementasi GSCM relatif masih primitif sementara aspek teknis telah mendapat perhatian yang memadai.Kumar et al., 2019; Longoni et al., 2018). Aspek-aspek ini menekankan proses optimalisasi dengan mengadopsi teknik untuk mencapai tujuan hijau. Namun, praktik organisasi non-teknis (lunak) yang sangat diperlukan, seperti yang terkait dengan perilaku (misalnya, komitmen manajemen puncak, keterlibatan pemasok, dan keterlibatan pelanggan), sebagian besar telah diabaikan oleh perusahaan di pasar negara berkembang (misalnya, Brasil, India) di tahun terakhir (Jabbour et al., 2017; Kumar et al., 2019). Praktik non-teknis atau perilaku ini ⁎Penulis yang sesuai. Alamat email:liujunj@sjtu.edu.cn (J.Liu),1610307@tongji.edu.cn (H.Hu),x.tong@karpet.nl (X. Tong),qhzhu@sjtu.edu.cn (Q.Zhu). https://doi.org/10.1016/j.tre.2020.102013 Diterima 28 Desember 2019; Diterima dalam bentuk revisi 14 Juni 2020; Diterima 14 Juni 2020 1366-5545/ © 2020 Elsevier Ltd. Semua hak dilindungi undang-undang. Diterjemahkan dari bahasa Inggris ke bahasa Indonesia - www.onlinedoctranslator.com
  • 2. J. Liu, dkk. Penelitian Transportasi Bagian E 140 (2020) 102013 dapat memupuk lingkungan yang mendukung bagi organisasi untuk menerapkan praktik GSCM yang nyata dengan lebih baik (Paille et al., 2013; Zhu dan Geng, 2013). Bukti dari industri tekstil di Cina menunjukkan bahwa perilaku kolaboratif di seluruh rantai pasokan dapat mendorong penerapan praktik teknis seperti teknologi bersih (Shen et al., 2017). Meskipun pentingnya praktik perilaku secara bertahap diakui, masih belum jelas apa praktik perilaku ini dan bagaimana pengaruhnya terhadap praktik dan kinerja teknis (Dubey et al., 2017; Kumar et al., 2019). Literatur dengan pasar negara berkembang sebagai konteks penelitian terutama berfokus pada bagaimana komponen GSCM yang berbeda mempengaruhi kinerja perusahaan terkait (Geng et al., 2017; Golicic dan Smith, 2013). Ini sebagian karena karakteristik pasar negara berkembang; standar konseptualisasi dan implementasi relatif belum matang, menyebabkan ketidakpastian seputar implementasi GSCM. Secara khusus, kurangnya sumber daya dan kemampuan yang memadai bagi perusahaan untuk mengatasi transisi dari rantai pasokan tradisional (berorientasi pada efisiensi operasional) ke rantai pasokan modern (triple bottom line) (Flynn et al., 2015; Gurca dan Ravishankar, 2016). Misalnya, sejumlah besar usaha kecil dan menengah di Cina tidak dapat melakukan beberapa perbaikan lingkungan yang diperlukan seperti mencapai pengelolaan energi dan air yang efektif (Chen et al., 2017). Selain itu, faktor kontekstual (misalnya kualitas data yang rendah, ketidakefektifan kontrak, dan tidak adanya lembaga hukum yang relevan) bervariasi antar negara, yang dapat menghambat penerapan GSCM di perusahaan pasar berkembang (Choi dan Luo, 2019; Shou et al., 2016; Zhou et al., 2016). Oleh karena itu, studi tentang GSCM untuk pasar negara berkembang mendapatkan hasil yang beragam. Misalnya, beberapa studi empiris terkait di Cina, India, dan Malaysia mengidentifikasi hubungan positif antara praktik dan kinerja GSCM (Gopal dan Thakkar, 2016; Lee et al., 2015; Zhu et al., 2013), sedangkan yang lain dilakukan di Malaysia dan Thailand tidak menentukan hubungan yang signifikan (Eltayeb et al., 2011; Laosirihongthong et al., 2013). Meskipun demikian, praktik GSCM perilaku dan teknis dapat saling mempengaruhi untuk meningkatkan kinerja perusahaan di pasar negara berkembang (Chan et al., 2012; Jabbour et al., 2015; Mitra dan Datta, 2014). Peran praktik GSCM perilaku kurang dipahami dalam konteks pasar berkembang. Dengan demikian, para peneliti menyerukan studi komprehensif untuk mengeksplorasi pendekatan empiris untuk memahami hubungan antara praktik perilaku, praktik teknis, dan kinerja (misalnya,Muduli et al. (2013), Dubey dkk. (2017)). Studi ini mencoba untuk mengklasifikasikan praktik perilaku dan teknis tersebut berdasarkan literatur dan menguji pengaruhnya terhadap kinerja dengan menggunakan sampel dari China. Dengan penerapan praktik GSCM, perusahaan dapat berharap untuk mengurangi dampak lingkungan negatifnya (misalnya, menghemat energi dan material, serta mengurangi emisi) dan memberi manfaat bagi masyarakat dengan menciptakan lingkungan yang lebih ramah lingkungan (Ortas et al., 2014). Namun, hubungan antara praktik GSCM dan kinerja ekonomi, lingkungan, dan operasional belum diperiksa (Jabbour dan de Sousa Jabbour, 2016; Zhu et al., 2012). MengikutiZhu dkk. (2005)Penelitian ini menggunakan tiga dimensi kinerja yaitu kinerja ekonomi, lingkungan, dan operasional untuk mengukur kinerja organisasi perusahaan fokus. Untuk meningkatkan kekuatan eksplorasi dan hubungan antara penelitian dan praktik, kami mengembangkan pembelajaran kerangka teoretis kami dari penelitian olehCho dkk. (2017)pada manajemen kualitas perilaku dan teknis.Cho dkk. (2017)menggunakan model terintegrasi untuk menguji pengaruh praktik manajemen kualitas perilaku dan teknis terhadap kinerja perusahaan; peran aspek perilaku relatif kurang dipahami. Selanjutnya, dalam model mereka, mereka menyelidiki bagaimana dimensi perilaku dan teknis saling mempengaruhi. Kami menggunakan teori socio-technical systems (STS) sebagai tanggapan terhadap panggilan untuk peningkatan fokus pada dimensi perilaku dan berkontribusi pada penerapan teori STS yang lebih luas dalam rantai pasokan (Dubey et al., 2017; Kull et al., 2013). Selain itu, studi ini juga memberikan kontribusi terhadap literatur GSCM dengan mempertimbangkan kinerja lingkungan, ekonomi dan operasional secara bersamaan. Studi ini mengadopsi model persamaan struktural (SEM) untuk menguji hubungan yang dihipotesiskan dengan menggunakan data survei yang dikumpulkan dari 200 perusahaan manufaktur di China. SEM adalah metode populer untuk memeriksa hubungan yang dihipotesiskan antara variabel laten (Byrn, 2016); dengan demikian, ini cocok untuk menganalisis hubungan antar variabel dalam model yang terintegrasi dan digerakkan oleh teori dengan praktik dan kinerja GSCM. Studi ini memberikan wawasan tentang bagaimana perusahaan meningkatkan kinerja organisasi melalui dua kategori praktik GSCM. 2. Kajian literatur dan pengembangan hipotesis 2.1. Tinjauan literatur tentang praktik GSCM dan teori STS 2.1.1. Praktik GSCM perilaku dan teknis Praktik GSCM telah dirangkum dalam penelitian yang menyelidiki pengaruhnya terhadap kinerja organisasi. Satu studi mengklasifikasikan efek ini ke dalam lima dimensi praktik GSCM, yang dirujuk dalam studi ini. Lima dimensi praktik GSCM berfokus pada manajemen rantai pasokan siklus hidup terkait pemasok, produsen, pelanggan, dan logistik terbalik (Zhu et al., 2008).Secara khusus, kelima dimensi tersebut adalahpengelolaan lingkungan internal,pembelian hijau,desain ramah lingkungan,kerjasama pelanggan dengan masalah lingkungan, Dan logistik terbalik(Geng et al., 2017; Zhu et al., 2008). Kategorisasi praktik GSCM tersebut menggabungkan aspek organisasi/sumber daya manusia dan aspek teknis/metodologis. Selain itu, beberapa penelitian selanjutnya telah mengkategorikan ulang dimensi tersebut sesuai dengan tujuan penelitiannya. Misalnya,Longoni et al. (2018)mengklasifikasikan praktik GSCM ke dalam aspek internal dan eksternal, dan terutama berfokus pada praktik teknis seperti desain ramah lingkungan, produksi ramah lingkungan, pemilihan pemasok, dan pemantauan. Feng dkk. (2018)mengkonseptualisasikan praktik GSCM sebagai konstruksi tunggal, terutama berfokus pada praktik perilaku seperti kerja sama lintas fungsi, dan kerja sama dengan pelanggan dan pemasok. Dengan demikian, praktik GSCM perilaku dan teknis terkait didefinisikan dalam penelitian ini. Mengikuti definisi praktik perilaku dan teknis dalam manajemen mutu (Cho et al., 2017; Zu, 2009), studi ini mendefinisikan praktik perilaku GSCM sebagai praktik yang berorientasi pada orang, didorong oleh hubungan, dan praktik lunak lainnya (misalnya, komitmen dari manajemen, partisipasi karyawan, dan kerja sama dengan pelanggan dan pemasok). Praktik teknis GSCM didefinisikan sebagai 2 Penye bab ketida kpasti an imple menta si GSSC M
  • 3. J. Liu, dkk. Penelitian Transportasi Bagian E 140 (2020) 102013 berorientasi teknologi, berbasis metodologi, dan praktik keras, termasuk desain produk, teknik proses, logistik terbalik, dan sistem manajemen lingkungan. Perilaku (yaitu, kepemimpinan, hubungan, dan keterlibatan) praktek telah menerima peningkatan perhatian sebagai prasyarat penting untuk pelaksanaan praktek teknis hijau, yaitu, desain produk hijau, produksi hijau, dan praktik teknologi informasi (Chien dan Shih, 2007; Luthra et al., 2016). Penerapan praktik hijau ini dapat memengaruhi kinerja organisasi (Jabbour et al., 2015). Misalnya, meta-analisis yang dilakukan olehGeng dkk. (2017)menunjukkan hubungan positif antara praktik GSCM dan kinerja. Untuk tujuan ini, tampaknya pendekatan perilaku dan teknis diperlukan untuk keberhasilan penerapan praktik GSCM. 2.1.2. teori STS dan GSCM Teori organisasi telah banyak diterapkan dalam studi GSCM untuk menjelaskan perilaku organisasi (Liu et al., 2018). Misalnya, teori kelembagaan digunakan untuk menganalisis anteseden (pendorong, tekanan) untuk perilaku GSCM organisasi (misalnya,Zhu dkk. (2013), Dubey dkk. (2015)). Tampilan berbasis sumber daya diterapkan secara luas untuk menjelaskan hubungan antara praktik dan kinerja GSCM ( Choi dan Hwang, 2015). Teori permainan diterapkan pada isu-isu terkait pada perilaku keputusan organisasi untuk GSCM (misalnya, Hafezalkotob (2017)). Selain itu, teori-teori terkait sistem seperti teori kompleksitas dan teori sistem juga digunakan untuk menjelaskan karakteristik sistematik GSCM (Liu et al., 2018; Sarkis et al., 2011). Berdasarkan pembahasan di atas, teori STS paling sesuai dengan tujuan penelitian dari penelitian ini. Teori STS pada awalnya digunakan untuk menjelaskan fenomena intra-organisasi seperti hubungan sistematis antara perilaku karyawan dan desain kerja.Trist dan Bamforth, 1951). Menurut teori tersebut di atas, suatu organisasi dapat dianggap sebagai sistem sosioteknis yang terdiri dari subsistem teknis dan sosial (Cooper dan Foster, 1971; Manz dan Stewart, 1997). Subsistem teknis "terdiri dari alat, teknik, perangkat, metode, prosedur, dan pengetahuan yang digunakan oleh anggota organisasi untuk memperoleh masukan, mengubah masukan menjadi keluaran dan memberikan keluaran atau layanan kepada klien atau pelanggan", sedangkan subsistem sosial "terdiri dari orang- orang yang bekerja dalam organisasi dan interaksi sosial mereka dengan orang lain” (Pasmore, 1988). Dengan demikian, keluaran sistem ditentukan oleh dua subsistem (Grover et al., 1995). Literatur memperluas batas teori STS dari intra-organisasi ke antar-organisasi, misalnya, rantai pasokan (Choi dan Liker, 2002; Kull et al., 2013).Bellamy dan Basole (2013)menyarankan bahwa rantai pasokan adalah sistem sosio-teknis yang kompleks dan bahwa para sarjana harus mempertimbangkan masalah teknis dan sosial. Selain itu, teori STS telah digunakan dalam bidang pengelolaan lingkungan.Ruiz-Quintanilla et al. (1996)berpendapat bahwa dalam hal pengurangan polusi, sistem sosio-teknis mengungguli sistem yang hanya terdiri dari komponen teknis.Boiral (2009)mengungkapkan bahwa menggabungkan faktor sosio-teknis (aktivitas, perilaku, dan sistem teknis) menghasilkan manfaat lingkungan bagi organisasi. Selanjutnya, peran aspek manusia (perilaku) dan teknis pengelolaan lingkungan pada hubungan antara pengembangan produk ramah lingkungan dan kinerja telah dibahas, menunjukkan bahwa dimensi manusia harus diperkuat dan layak mendapat investasi lebih di perusahaan (Jabbour et al., 2015). Penelitian tentang teori STS dan praktik GSCM menunjukkan bahwa pemanfaatan teknologi dan keterlibatan organisasi merupakan kekuatan pendorong di balik perubahan organisasi (Wu et al., 2012). Dengan demikian, studi GSCM telah menetapkan kegunaan dan kesesuaian penggunaan teori STS untuk memahami praktik GSCM. Dari perspektif teori STS, praktik GSCM perilaku merupakan komponen dari subsistem sosial, sedangkan praktik GSCM teknis dapat dikategorikan berasal dari subsistem teknis. Praktik GSCM perilaku menyoroti keterlibatan anggota rantai pasokan (manajemen puncak, karyawan, pemasok, dan pelanggan), yang sejalan dengan subsistem sosial yang mencerminkan kesadaran, sikap, dan perilaku masyarakat (Manz dan Stewart, 1997; Shen et al., 2015; Zu, 2009). Demikian pula, subsistem teknis dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan terkait lingkungan eksternal melalui masukan nyata seperti teknologi, proses, dan alat ( Manz dan Stewart, 1997; Shen et al., 2015; Zu, 2009). Praktik teknis GSCM melibatkan prosedur desain ramah lingkungan, proses manufaktur, logistik terbalik, dan memanfaatkan alat manajemen lingkungan untuk memenuhi ekspektasi terkait lingkungan dan ekonomi. Teori STS menekankan optimasi bersama dari dua subsistem untuk meningkatkan kinerja sistem (Pasmore, 1988). Kedua subsistem harus diimplementasikan bersama-sama daripada diterapkan secara individual (Ruiz-Quintanilla et al., 1996). Teori STS menekankan optimasi bersama dari dua subsistem untuk meningkatkan kinerja sistem (Pasmore, 1988). Kedua subsistem harus diimplementasikan bersama-sama daripada diterapkan secara individual (Ruiz-Quintanilla et al., 1996). Meskipun literatur tentang teori STS biasanya lebih menekankan pada subsistem sosial, terdapat arah dua arah antara dua subsistem, yang menunjukkan bahwa subsistem sosial mempengaruhi atau mengubah subsistem teknis.Zu, 2009) dan sebaliknya (Kull et al., 2013). Di sisi lain, praktik perilaku dapat menumbuhkan lingkungan dan budaya yang kooperatif untuk mendukung implementasi praktik teknis sementara praktik teknis juga dapat memfasilitasi pengembangan praktik perilaku. Misalnya, dukungan manajemen puncak bermanfaat untuk pengembangan produk baru (Jabbour et al., 2015). Penerapan teknologi informasi akan memudahkan koordinasi antar anggota rantai pasok (Liu et al., 2016). Mengacu pada literatur manajemen mutu, hubungan antara kedua praktik GSCM bersifat dinamis, yang juga bergantung pada tahapan implementasi GSCM (Cho et al., 2017). Bukti menunjukkan hubungan saling ketergantungan yang kuat antara komponen sosial (perilaku) dan teknis praktik GSCM dalam meningkatkan kinerja organisasi (De Giovanni dan Vinzi, 2012; Li et al., 2016; Luthra et al., 2016). Oleh karena itu, menurut teori STS, praktik GSCM perilaku dan teknis dapat saling mempengaruhi. 2.1.3. Kesenjangan penelitian Dari perspektif praktisi dan peneliti di bidang GSCM, teridentifikasi tiga kesenjangan penelitian: (1) Meskipun dimensi perilaku sangat penting untuk penerapan GSCM, sebagian besar perusahaan di pasar negara berkembang memilikinya 3
  • 4. J. Liu, dkk. Penelitian Transportasi Bagian E 140 (2020) 102013 mengakui dampak praktik teknis terhadap kinerja (Jabbour et al., 2017, Kumar et al., 2019). Beberapa penelitian merangkum faktor perilaku GSCM, tetapi tidak ada klasifikasi sistematis untuk praktik perilaku dan teknis. Hal ini mengakibatkan pemahaman yang tidak memadai tentang GSCM (Longoni et al., 2018, Kumar et al., 2019). Pentingnya praktik perilaku sebagian besar diabaikan. (2) Dua dimensi praktik GSCM berfungsi bersama untuk mempengaruhi kinerja. Namun,Geng dkk. (2017)menunjukkan hasil yang beragam pada hubungan antara praktik GSCM dan kinerja dalam konteks pasar negara berkembang. Penting untuk mengeksplorasi bagaimana dua dimensi praktik GSCM mempengaruhi kinerja secara keseluruhan (ekonomi, lingkungan dan operasional). (3) Terdapat studi terbatas yang secara sistematis membahas bagaimana dimensi perilaku mempengaruhi kinerja organisasi. Secara khusus, para sarjana menyerukan lebih banyak studi empiris dalam hal ini (misalnya,Muduli et al. (2013), Dubey dkk. (2017)). Studi ini mengembangkan kerangka teoritis untuk menguji efek sekuensial praktik perilaku dan teknis terhadap kinerja dengan menggunakan sampel 200 perusahaan manufaktur China. 2.2. Pengembangan hipotesis 2.2.1. Praktik GSCM perilaku dan kinerja organisasi Bagian ini membahas bagaimana praktik GSCM perilaku (dukungan manajemen internal, keterlibatan pemasok, dan keterlibatan pelanggan) diidentifikasiBagian 2.1dapat meningkatkan kinerja organisasi. Sejumlah penelitian telah menyarankan bahwa penerapan praktik GSCM perilaku secara langsung mempengaruhi kinerja organisasi. Sebagai contoh, perilaku kewargaan organisasional terhadap lingkungan (misalnya inisiatif lingkungan karyawan) dapat diasosiasikan dengan praktik manajemen lingkungan perusahaan dan berkontribusi pada kinerja lingkungan organisasi.Boiral, 2009; Boiral dan Paille, 2012). Selain itu, komitmen manajemen puncak untuk mengatasi masalah lingkungan sangat penting untuk keberhasilan penerapan GSCM ( Hoejmose et al., 2012; Olugu et al., 2011; Zhu et al., 2013). Selanjutnya, keterlibatan karyawan dan praktik pelatihan hijau dapat meningkatkan kinerja organisasi (Delmas dan Pekovic, 2013; Ruiz-Quintanilla et al., 1996).Govindan dkk. (2015)mengeksplorasi hubungan kausal antara praktik GSCM dan kinerja melalui studi kasus industri otomotif, mengungkapkan bahwa dukungan manajemen internal dapat meningkatkan kinerja secara signifikan. Studi telah menunjukkan bahwa praktik keterlibatan pemasok meningkatkan kinerja ekonomi, operasional, dan lingkungan baik untuk pemasok maupun produsen (Jabbour et al., 2017; Yu et al., 2014; Zhu et al., 2013). Misalnya, kerja sama dengan pemasok dalam pengembangan produk hijau meningkatkan keunggulan kompetitif pemasok di pasar karena pelanggan memiliki perhatian yang meningkat pada indeks hijau produk (misalnya, jejak lingkungan) dan memperkuat reputasi pembeli terkait sumber ramah lingkungan (Govindan et al., 2015; Vachon dan Klassen, 2008). Keterlibatan pelanggan membantu perusahaan untuk menanggapi persyaratan GSCM pelanggan dengan lebih baik dan memfasilitasi kerja sama dalam pengembangan produk ramah lingkungan dan daur ulang produk bekas (Li et al., 2016; Thun dan Muller, 2010). Selain itu, dapat meningkatkan reputasi perusahaan melalui transfer pengetahuan hijau dan memberikan bantuan teknis dan dukungan pelatihan kepada mitra mereka, yang pada gilirannya dapat menghasilkan lebih banyak peluang bisnis (Laari et al., 2016; Luthra et al., 2015). Praktik perilaku GSCM (dukungan manajemen internal dan keterlibatan pemasok/pelanggan) dapat memengaruhi kinerja organisasi secara positif. Sangat mungkin bahwa ketika beberapa praktik perilaku yang berbeda diimplementasikan secara bersamaan, hubungan positif yang didalilkan masih dapat bertahan. Dengan demikian, hipotesis berikut ini dikembangkan: H1:Penerapan praktik GSCM behavioral berhubungan positif dengan kinerja organisasi. 2.2.2. Praktik teknis GSCM dan kinerja organisasi Pada tahap awal implementasi GSCM, pengelolaan lingkungan terutama didorong secara teknis. Pada saat itu, perusahaan cenderung hanya berfokus pada bagaimana mengurangi polusi dalam proses produksi dengan menggunakan solusi teknis di dalam perusahaan tersebut (Ruiz-Quintanilla et al., 1996). Namun, praktik GSCM saat ini secara teknis telah bergeser menjadi relevan dengan rantai pasokan (loop tertutup) dan mencakup pembelian bahan, desain produk, kontrol sistem produksi, dan pembuangan produk bekas (Longoni et al., 2018; Srivastava, 2007). Praktik manajemen lingkungan teknis ini sangat penting untuk meningkatkan kinerja organisasi (Choi dan Hwang, 2015; Laosirihongthong et al., 2013). Selain itu, hasil dari lima studi kasus rantai pasokan industri otomotif menunjukkan bahwa beberapa praktik hijau teknis mungkin memiliki pengaruh positif terhadap kinerja rantai pasokan (Azevedo et al., 2011). Sejumlah penelitian telah mengeksplorasi hubungan antara beberapa praktik teknis dan kinerja. Misalnya, desain ramah lingkungan menggabungkan analisis siklus hidup produk untuk mengurangi dampak lingkungan dan meningkatkan kinerja ekonomi melalui berbagai aktivitas desain (Eltayeb et al., 2011). Penerapan praktik manufaktur ramah lingkungan dapat membantu mengurangi polusi dan meningkatkan pangsa pasar dengan mengurangi dampak negatif lingkungan dan meningkatkan efisiensi (Chien dan Shih, 2007). Praktik logistik terbalik dapat mengarah pada penghematan dan penggunaan kembali bahan baku, energi, dan sumber daya lainnya, sehingga menghasilkan kinerja lingkungan dan ekonomi yang lebih baik (Lai et al., 2013). Sistem manajemen lingkungan, sistem informasi, dan audit lingkungan adalah alat manajemen lingkungan yang diadopsi oleh perusahaan untuk mendapatkan keunggulan kompetitif (Chien dan Shih, 2007; Harian dan Huang, 2001; Hijau et al., 2012). Singkatnya, target mendasar dari praktik GSCM teknis (mengurangi dampak lingkungan di seluruh rantai pasokan dan meningkatkan nilai ekonomi) dapat diwujudkan melalui penerapan praktik GSCM teknis. Mempertimbangkan argumen yang disebutkan di atas, hipotesis berikut diajukan: 4
  • 5. J. Liu, dkk. Penelitian Transportasi Bagian E 140 (2020) 102013 H2:Implementasi praktik teknis GSCM berhubungan positif dengan kinerja organisasi. 2.2.3. Hubungan antara praktik GSCM perilaku dan teknis untuk peningkatan kinerja Para sarjana telah menyerukan penyelidikan empiris pada hubungan berurutan antara praktik perilaku, praktik teknis, dan kinerja (Jabbour et al., 2017; Muduli et al., 2013). Dengan demikian, pada bagian ini, perspektif berbasis teori STS diambil untuk mengusulkan hubungan mediasi antara dua kategori praktik GSCM dan kinerja organisasi dalam dua langkah. Studi ini mendalilkan bahwa praktik perilaku mengarah pada praktik teknis selanjutnya. Dikatakan bahwa praktik teknis memediasi hubungan antara praktik perilaku dan kinerja organisasi. Dalam literatur, dikatakan bahwa adopsi teknologi adalah respon terhadap kebutuhan dan pembangunan sosial (Manz dan Stewart, 1997 ); dengan demikian, atribut sosial (misalnya, budaya dan lingkungan organisasi) harus ada untuk memfasilitasi penerapan sistem teknis ( McIvor dan McHugh, 2000; Zu, 2009). Praktik perilaku GSCM menciptakan lingkungan rantai pasokan kooperatif melalui dukungan manajemen internal seperti komitmen dari manajemen puncak dan karyawan, keterlibatan pemasok, dan keterlibatan pelanggan, yang sangat penting untuk menerapkan praktik teknis GSCM (Cantor et al., 2012; Luthra et al., 2016; Muduli et al., 2013). Misalnya, komitmen manajemen puncak sangat penting, yang memungkinkan penerapan praktik GSCM ke dalam rutinitas sehari-hari (Hoejmose et al., 2012). Perusahaan mendapat manfaat dari GSCM melalui perancangan produk ramah lingkungan, pengurangan polusi dan limbah dari produksi, daur ulang produk akhir masa pakainya, dan kepatuhan terhadap peraturan lingkungan melalui pemeliharaan sistem informasi dan menjalani audit (Longoni et al., 2018; Srivastava, 2007).Harian dan Huang (2001)mengidentifikasi praktik sumber daya manusia (yaitu, dukungan manajemen puncak dan pelatihan hijau) sebagai hal yang penting untuk penerapan sistem manajemen lingkungan (pendekatan yang lebih terfokus secara teknis).Jabbour dan Santos (2008)mengungkapkan bahwa dimensi manusia diperlukan untuk pengelolaan lingkungan dan mengusulkan model untuk mengungkapkan hubungan antara keduanya.Cantor et al. (2013)menyatakan bahwa dukungan organisasi dari manajer dan karyawan berdampak positif terhadap penerapan sistem manajemen lingkungan dan sertifikasi ISO 14001. Praktik relasional dengan mitra rantai pasokan (misalnya, kolaborasi dan berbagi informasi) dapat memicu upaya teknis menuju implementasi GSCM. Misalnya, kolaborasi dengan pelanggan lebih lanjut membantu perusahaan menerapkan praktik teknis seperti desain ramah lingkungan dan pengemasan ramah lingkungan (Kumar et al., 2013).Mitra dan Datta (2014)menunjukkan bahwa kolaborasi dengan pemasok memiliki pengaruh positif pada desain produk yang berkelanjutan. Oleh karena itu, untuk menerapkan aktivitas ini di seluruh rantai pasokan, perusahaan fokus harus membangun hubungan yang dapat diandalkan dan kooperatif dengan pemasok dan pelanggannya (Dou et al., 2018; Laari et al., 2016). Dengan demikian, hipotesis berikut diajukan: H3:Implementasi praktik GSCM behavioral berhubungan positif dengan implementasi praktik GSCM teknis. Berdasarkan pembahasan diBagian 2.1.2, teori STS menunjukkan efek mediasi potensial antara praktik GSCM perilaku, teknis, dan kinerja organisasi. Karena sebagian besar perusahaan di pasar negara berkembang masih pada tahap awal atau awal untuk menerapkan praktik GSCM, pentingnya praktik perilaku diabaikan (Kumar et al., 2019; Tokar, 2010). Pemahaman, difusi, dan penerapan praktik teknis di seluruh rantai pasokan dipicu oleh upaya manusia menuju praktik perilaku GSCM (misalnya, keterlibatan pemasok dan pelanggan) (Harian et al., 2007; Fernandez et al., 2003). Beberapa studi sebelumnya dari pasar negara berkembang mengeksplorasi efek berurutan di antara elemen perilaku, praktik GSCM teknis, dan kinerja, masing-masing. Namun, sepengetahuan kami, tidak ada studi holistik yang menggabungkan semua kinerja teknis, perilaku, dan organisasi berdasarkan lensa teoretis STS dan berfokus pada pasar negara berkembang. Misalnya,Chan dkk. (2012)menunjukkan bahwa efek berurutan dari dukungan manajemen internal (orientasi lingkungan internal) pada praktik GSCM teknis (misalnya, logistik terbalik) untuk memicu peningkatan kinerja organisasi. Lebih-lebih lagi,Li dkk. (2016)secara empiris menunjukkan bahwa praktik teknis (manufaktur hijau dan sistem informasi hijau) sepenuhnya memediasi pengaruh dukungan manajemen internal (orientasi lingkungan) terhadap kinerja lingkungan dan ekonomi, dan desain produk hijau sebagian memediasi hubungan ini. Demikian pula, keterlibatan pelanggan memotivasi perusahaan fokus untuk terlibat dalam praktik GSCM teknis, sehingga meningkatkan kinerja perusahaan (Wang et al., 2018; Yu et al., 2014). Peningkatan kinerja dari penerapan praktik GSCM perilaku dapat dicapai dengan menghubungkannya dengan praktik teknis yang sesuai. Berdasarkan pembahasan di atas, hipotesis berikut disajikan: H4:Implementasi praktik GSCM teknis secara positif memediasi hubungan antara implementasi praktik GSCM perilaku dan kinerja organisasi. Gambar 1menyajikan kerangka konseptual berdasarkan teori STS. Ini menggambarkan hubungan antara praktik GSCM perilaku dan teknis dan kinerja organisasi. 3. Metodologi 3.1. Instrumen survei Data dikumpulkan melalui kuesioner untuk menguji hipotesis yang diajukan. Untuk memastikan validitas isi, kami merancang instrumen pengukuran menggunakan dua langkah berikut. Pertama, tinjauan literatur ekstensif tentang studi yang terkait dengan praktik GSCM perilaku dan teknis serta kinerja organisasi dilakukan (lihatSeksi 2). Praktik GSCM dan item kinerja diturunkan dari GSCM empiris sebelumnya 5
  • 6. J. Liu, dkk. Penelitian Transportasi Bagian E 140 (2020) 102013 Gambar 1.Model yang diusulkan dari praktik GSCM perilaku, praktik GSCM teknis, dan kinerja organisasi. studi, misalnyaZhu dkk. (2008); Srivastava (2007); Muduli et al. (2013); Govindan dkk. (2015). Studi ini menggunakan skala Likert 5 poin untuk mengukur item praktik GSCM dalam kuesioner, dengan 1 “belum mempertimbangkannya” dan 5 “mengimplementasikannya dengan sukses”. Studi ini mengukur item kinerja dengan menggunakan skala 5 poin lainnya, dengan 1 untuk “tidak sama sekali” dan 5 untuk “sepenuhnya”. Responden diminta untuk mencentang satu skala untuk setiap item praktik dan kinerja GSCM berdasarkan situasi yang dirasakan dari perusahaan mereka sendiri. Kedua, uji coba dilakukan untuk memvalidasi kuesioner pendahuluan dengan bantuan delapan manajer rantai pasokan senior yang bekerja di perusahaan manufaktur. Selanjutnya, beberapa putaran diskusi tatap muka antara para sarjana dan praktisi membantu menyempurnakan dan mengkonfirmasi instrumen ini berdasarkan umpan balik yang diberikan. 3.2. Pengumpulan data Responden yang ditargetkan dalam penelitian ini adalah manajer pabrik, pembelian, operasi, atau lingkungan, kesehatan, dan keselamatan tingkat atas atau menengah di perusahaan manufaktur. Responden harus terbiasa dengan praktik GSCM dan kinerja perusahaan dalam pekerjaan sehari-hari. Anonimitas dipastikan dalam menjawab pertanyaan survei dan pernyataan kerahasiaan diberikan kepada peserta. Proses pengumpulan data berlangsung kurang lebih 8 bulan (Mei hingga Desember 2018). Mempertimbangkan tantangan sampling acak, penelitian ini menggunakan snowball dan convenience sampling (Melnyk et al., 2012). Pengambilan sampel bola salju dimulai dengan pemilihan responden awal yang dapat merekomendasikan responden potensial lainnya dengan pengetahuan tema (implementasi praktik rantai pasokan hijau). Sampling kenyamanan juga digunakan; peserta direkrut dari bengkel rantai pasokan yang diadakan di lima besar perusahaan manufaktur mobil internasional dengan kantor pusat cabang di Shanghai. Dalam lokakarya ini, responden adalah manajer tingkat atas dan berasal dari perusahaan di Asosiasi Usaha Kecil dan Menengah Shanghai. Mengikuti metode pengumpulan data survey dari Dillman dkk. (2014), kuesioner dibagikan kepada calon responden. Setiap kuesioner, bersama dengan amplop surat pengembalian prabayar, dikirim, dan tautan situs web disertakan di setiap kuesioner agar manajer dapat menyelesaikan survei online. Secara total, dua putaran email dikirim ke calon responden (yaitu, pengingat dikirimkan jika tidak ada tanggapan yang diterima). Selain itu, kebingungan yang dikemukakan oleh beberapa responden diklarifikasi melalui panggilan telepon. Secara total, 250 kuesioner dikirim melalui email dan diposting online, dan 48 hard copy dibagikan dalam lokakarya. Upaya pengumpulan data menghasilkan tanggapan dari 250 perusahaan. Lima puluh kuesioner yang tidak dapat digunakan (misalnya, kuesioner yang belum selesai dan kosong) dihilangkan, dan pada akhirnya, 200 kuesioner yang dapat digunakan dipertahankan (161 tanggapan dikumpulkan melalui surat balasan dan online, Perusahaan manufaktur sampel berlokasi di 20 provinsi di Cina Daratan, dengan sektor industri termasuk manufaktur produk ban, petrokimia, kaca, tekstil, baja, elektronik, dan logam.Tabel 1menyajikan informasi deskriptif perusahaan survei dalam hal ukuran perusahaan, lama waktu dalam bisnis, dan jenis kepemilikan (variabel penanda). 3.3. Validitas pengukuran dan uji kecocokan model Studi ini menggunakan analisis faktor konfirmatori (CFA) untuk memvalidasi ukuran praktik GSCM dan kinerja organisasi.Tabel 2–4 menyajikan item faktor dan muatan faktor yang sesuai, sebagaimana ditentukan melalui analisis faktor. Semua pemuatan faktor di atas 0,5 (berkisar antara 0,613 hingga 0,986). Selain itu, koefisien alfa Cronbach untuk semua faktor lebih besar dari 0,70, menunjukkan keandalan yang tinggi dari setiap faktor (Nunnally dan Bernstein, 1978).Tabel 5menunjukkan korelasi bivariat antara variabel, nilai rata-rata, dan standar deviasi sampel. Studi ini menilai indeks kesesuaian model menggunakan berbagai metrik. Artinya, nilai dalam kurung adalah tingkat penerimaan untuk setiap metrik, yaituX2per derajat kebebasan (lebih kecil dari 3), indeks kecocokan komparatif (CFI; lebih besar dari 0,9), root mean square error of approximation (RMSEA; lebih kecil dari 0,08), indeks kecocokan inkremental (lebih besar dari 0,9), dan indeks koefisien Tucker-Lewis (TLI; lebih besar dari 0,9).Tabel 6menyajikan nilai indeks ini untuk empat model pengukuran (GSCM Perilaku, GSCM Teknis, kinerja perusahaan, dan model keseluruhan), masing-masing, semuanya berada dalam rentang penerimaan. Dengan demikian, model pengukuran cocok dengan data secara memadai. 6
  • 7. J. Liu, dkk. Penelitian Transportasi Bagian E 140 (2020) 102013 Tabel 1 Distribusi sampel. Kategori Sampel Ukuran perusahaanA Kurang dari 100 100–199 200–499 500–999 Lebih dari 1000 Kurang dari 3 tahun 3–9 tahun 10–19 tahun 20–29 tahun Lebih dari 30 tahun Milik Negara Pribadi Luar negeri Yang lain 29 (14,5%) 32 (16%) 46 (23%) 38 (19%) 53 (26,5%) 6 (3%) 45 (22,5%) 88 (44%) 45 (22,5%) 15 (7,5%) 27 (13,5%) 86 (43%) 72 (36%) 15 (7,5%) Lama waktu dalam bisnis Kepemilikan firma Catatan: Sampel dengan data yang hilang tidak disertakan. AJumlah karyawan. Meja 2 CFA dan analisis deskriptif praktik GSCM perilaku. Deskripsi barang Berarti SD Memuat SEA T-nilai Sastra pendukung Dukungan manajemen internalαB= 0,898 - Komitmen manajemen puncak terhadap implementasi GSCM - Mencapai pemahaman bersama dan GSCM lintas departemen dan individu - Pendidikan dan pelatihan hijau untuk karyawan Keterlibatan pelangganα =0,823 - Koordinasi dengan pelanggan untuk mempertimbangkan isu lingkungan dalam desain produk dan proses produksi - Pelanggan mempertimbangkan faktor lingkungan dalam pemilihan pemasok - Pelanggan memberikan dukungan teknis dan pelatihan tentang perlindungan lingkungan atau penghematan energi Keterlibatan pemasokα =0,961 - Koordinasi dengan pemasok untuk mencapai tujuan lingkungan 3.510 1.281 0.789*** - Faktor lingkungan dipertimbangkan dalam pemilihan dan evaluasi pemasok - Memberikan teknologi hijau dan pelatihan yang diperlukan kepada pemasok Hijau et al. (2012), Muduli et al. (2013), Govindan et al. (2015), Cho et al. (2017) 3.865 4.105 1.310 1.209 0,868*** 0,986*** 0,093 0,084 9.333 11.738 3.890 1.235 0,769*** 0,087 8.839 Zhu dkk. (2008), Hijau dkk. (2012), Govindan et al. (2015), Laari et al. (2016) 3.555 1.314 0,773*** 0,093 8.312 3.985 1.258 0,818*** 0,089 9.191 3.520 1.311 0,747*** 0,093 8.032 Zhu dkk. (2008), Hijau dkk. (2012), Luthra et al. (2015), Laari et al. (2016), Jabbour et al. (2017) 0,092 8,576 0,084 3.870 1.183 0,962*** 11.452 3.160 1.230 0,617*** 0,087 7.092 A B Kesalahan standar. Alfa Cronbach. * * *P< .001. 3.4. Bias non-respons dan pengujian varians metode umum Untuk menguji bias non-respons, kami menggunakanT-tes untuk menentukan apakah ada perbedaan yang signifikan antara kuesioner yang dikumpulkan dari tanggapan awal (104) dan akhir (96) mengikuti metode yang direkomendasikan oleh penelitian sebelumnya ( Armstrong dan Overton, 1977). ItuT-hasil tes nilai rata-rata untuk semua praktik GSCM dan item kinerja menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara kelompok (P>0,05). LainT-test dilakukan untuk menentukan perbedaan antara kuesioner dari snowball (161) dan convenience (39) sampling; tidak ada perbedaan yang signifikan diamati (P>0,05). Bias nonresponse seharusnya tidak menjadi masalah dalam penelitian ini. Karena sebagian besar kuesioner dalam penelitian ini diisi oleh satu responden (beberapa kuesioner yang dikembalikan menunjukkan bahwa survei diselesaikan oleh sekelompok manajer), temuan penelitian dapat dipengaruhi oleh varians metode umum (Podsakoff et al., 2003). Penelitian ini membahas varians metode umum melalui pendekatan berikut. Pertama, pertanyaan survei untuk praktik dan kinerja GSCM dibagi menjadi beberapa bagian kuesioner. Kedua, semua tanggapan bersifat anonim. Ketiga, teknik variabel penanda digunakan untuk menguji varians metode umum (Lindell dan Whitney, 2001; Lai et al., 2013; Liu et al., 2016). Kepemilikan perusahaan dipilih sebagai variabel penanda, yang secara teoritis tidak terkait dengan konstruksi lainnya (Lai et al., 2013). Menurut dua penelitian sebelumnya (Lindell dan Whitney, 2001; Liu et al., 2016), korelasi positif terendah (r = 0,036 dengan 7
  • 8. J. Liu, dkk. Penelitian Transportasi Bagian E 140 (2020) 102013 Tabel 3 CFA dan analisis deskriptif praktik GSCM teknis. Deskripsi barang Berarti SD Memuat SEA T-nilai Sastra pendukung Desain ramah lingkunganαB= 0,821 - Desain produk untuk konsumsi bahan/energi yang lebih sedikit - Desain produk untuk penggunaan kembali dan daur ulang bahan dan/atau 4.275 1.012 0.613*** bagian komponen - Desain produk untuk menghindari atau mengurangi penggunaan bahan berbahaya 4.485 0.802 0.841*** produk dan/atau proses produksi Manufaktur hijauα =0,855 - Implementasi produksi bersih - Implementasi manajemen lingkungan kualitas total - Perbaikan terus-menerus dari proses produksi untuk mengurangi dampak lingkungan Logistik terbalikα =0,776 - Penggunaan kembali/daur ulang bahan atau komponen atau produk 4.255 1.107 0.838*** - Remanufaktur komponen atau produk 3.805 1.306 0.739*** Alat manajemen lingkunganα =0,768 - Adopsi sistem informasi manajemen lingkungan 3.637 1.303 0.614*** - Adopsi standar manajemen lingkungan 4.370 1.166 0.789*** (sertifikasi ISO14001) - Audit lingkungan internal untuk memastikan produk memenuhi 4.185 1.134 0.783*** standar lingkungan Zhu dkk. (2008), Hijau dkk. (2012), Govindan et al. (2015), Luthra et al. (2016) 4.335 0,937 0,924*** 0,066 14.000 0,072 8,514 0,057 14,754 Zhu dkk. (2008), Hijau dkk. (2012), Shen et al. (2015), Luthra et al. (2016) 4.430 4.635 0,860 0,659 0,716*** 0,908*** 0,061 0,047 11.738 19.319 4.540 0,742 0,877*** 0,053 16.547 Zhu dkk. (2008), Luthra et al. (2015), Luthra et al. 0,078 10,744(2016) 0,092 8,033 Zhu dkk. (2008), Hijau dkk. (2012), Govindan et al. (2015), Shen et al. (2015), Laari et al. (2016) 0,092 6,674 0,082 9,622 0,080 9,788 A B Kesalahan standar. Alfa Cronbach. * * *P< .001. Tabel 4 CFA dan analisis deskriptif kinerja organisasi. Deskripsi barang Berarti SD Memuat SEA T-nilai Sastra pendukung Kinerja lingkunganαB= 0,882 - Pengurangan emisi udara, air limbah, limbah padat per unit 4.010 0.946 0.825*** produk - Penurunan konsumsi bahan berbahaya/berbahaya/ beracun per unit produk - Penurunan frekuensi kecelakaan lingkungan - Perbaikan situasi lingkungan perusahaan Performa ekonomiα =0,899 - Penurunan biaya pembelian bahan per unit produk 3.460 1.102 0.768*** - Penurunan biaya konsumsi energi per unit produk 3.720 0.936 0.871*** - Penurunan biaya pembuangan limbah per unit produk - Penurunan biaya pengolahan limbah per unit produk Kinerja operasionalα =0,902 - Meningkatkan tingkat input dan output bahan baku - Peningkatan kualitas produk - Meningkatkan efisiensi lini produk - Penurunan tingkat persediaan Zhu dkk. (2008), Yang et al. (2013) Luthra dkk. 0,067 12,313(2015), Feng et al. (2018) 4.000 1.037 0,923*** 0,073 12.592 4.045 4.060 1.113 0,960 0,817*** 0,723*** 0,079 0,068 10.342 10.632 Zhu dkk. (2008), Yang et al. (2013) Luthra dkk. (2015), Feng et al. (2018) 0,078 9,846 0,066 13,197 0,071 0,071 3.760 3.630 0,999 0,009 0,814*** 0,774*** 11.465 10.901 Zhu dkk. (2008), Luthra et al. (2015), Feng et al. (2018) 3.680 3.950 3.940 3.775 1.011 0,917 0,936 1.005 0,716*** 0,951*** 0,942*** 0,752*** 0,071 0,065 0,066 0,071 10.085 14.631 14.273 10.592 A B Kesalahan standar. Alfa Cronbach. * * *P< .001. logistik terbalik) digunakan sebagai proksi untuk menyesuaikan korelasi antara konstruksi ini dalam model. Perbandingan korelasi asli dan disesuaikan menunjukkan bahwa semua korelasi signifikan masih signifikan setelah penyesuaian (lihatTabel 5). Dengan demikian, varians metode umum tidak mungkin terlalu mempengaruhi hasil penelitian ini. Keempat, uji faktor tunggal Harman menggunakan analisis faktor eksplorasi dilakukan. Hasil mengungkapkan bahwa faktor pertama menjelaskan hanya 37,44% dari varians. Akhirnya, CFA dengan uji faktor tunggal Harman digunakan untuk memeriksa perbedaan antara model dengan dan tanpa faktor laten umum (CLF) (lihatGambar. A.1 dan A.2 dalam Lampiran A untuk informasi lebih lanjut) (Podsakoff et al., 2003). Hasilnya menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara kedua model (model tanpa CLF: Chi-square = 846.331,df=419,P<0,001, Normed Chi-square = 2,02, CFI = 0,91, RMSEA = 0,07, dan TLI = 0,90; model dengan CLF: Chi-kuadrat = 692,245df=387,P<0,001, Normed Chi-square = 1,79, CFI = 0,93, RMSEA = 0,06, dan TLI = 0,92). Dengan demikian, varians metode umum seharusnya tidak menjadi masalah besar. 8
  • 9. J. Liu, dkk. Penelitian Transportasi Bagian E 140 (2020) 102013 Tabel 5 Koefisien korelasi dan statistik deskriptif. Variabel 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Maksud SD GSCM perilaku 1 Manajemen internal mendukung 2 Keterlibatan pelanggan 3 Keterlibatan pemasok GSCM Teknis 4 Desain ramah lingkungan 5 Manufaktur hijau 6 Membalikkan logistik 7 Lingkungan alat manajemen Organisasi pertunjukan 8 Lingkungan pertunjukan 9 Kinerja ekonomi 10 Operasional pertunjukan Variabel kontrol 11 Ukuran perusahaanA 12 Lama waktu dalam bisnisB Kepemilikan perusahaan (MV) 0,879 0,641**0,539**0,510**0,507**0,305**0,535**0,354**0,290** 0,303**0,390** 0,049 3.90 1.13 0,654** 0,780 0,555**0,600** 0,585**0,487**0,466**0,289**0,525**0,296**0,251** 0,802 0,364** 0,333**0,230** 0,359**0,045 0,004 0,012 3.69 1.11 3,50 1,10 0,362**0,162* 0,371**0,342**0,327** 0,527**0,505**0,387** 0,804 0,525**0,485**0,385**0,651** 0,838 0,330**0,315**0,192**0,449**0,371** 0,790 0,552**0,542**0,394** 0,446**0,451**0,356** 0,764 0,638**0,428**0,425**0,399**0,313** 0,348**0,430**0,407**0,268** 0,332**0,372**0,337** 0,387**0,270** 0,398**0,121+ 0,259**0,123* 0,352**0,237** 0,307**0,369** 0,121+4.37 0,80 0,67 1.09 0,99 0,132+4.54 0,067 0,107 4.03 4.08 0,377**0,321**0,366**0,421**0,428**0,395**0,409** 0,825 0,601** 0,578**0,116+ 0,110 4.03 0,87 0,316**0,278**0,351**0,338**0,294**0,361**0,296**0,615** 0,808 0,328**0,357**0,382** 0,420**0,286**0,375**0,332**0,593**0,738** 0,728**0,106 0.847 0,024 0,002 3,64 0,89 3,84 0,85 0,117+ 0,316**0,258**0,079 0,083 0,040 0,048 0,153* 0,153* 0,155* 0,163* 0,264**0,392**0,148* 0,101 0,139 0,142* 0,138 0,059 0,149* – 0,300** – 3.27 3.09 1.39 0,93 0,038 0,325** 0,098 0,107 0,051 0,058 0,063 0,036 0,068 0,042 - 0,052 0,042 - 0,113 0,072 Catatan: Korelasi Pearson. MV = variabel penanda; akar kuadrat dari AVE direpresentasikan secara diagonal, korelasi yang tidak disesuaikan berada di bawah garis diagonal, dan korelasi yang disesuaikan untuk metode umum berada di atas garis diagonal. AJumlah karyawan (3 = 200–499, 4 = 500–999). Btahun (3 = 10–19, 4 = 20–29). + P<0,1. * P< .05. * * P< .01 (dua sisi). Tabel 6 Hasil uji kecocokan untuk model pengukuran. Sesuaikan indeks GSCM perilaku GSCM Teknis Kinerja perusahaan Model ukuran keseluruhane Chi-kuadrat (X2) Derajat Kebebasan (df) X2/df CFIA RMSEAB JIKA SAYAC TLID 36.25 22 1.65 0,988 0,057 0,988 0,981 65.77 39 1.686 0,976 0,059 0,976 0,966 86.11 48 1.794 0,980 0,063 0,972 0,980 846.33 419 2.02 0,910 0,070 0,911 0,901 Catatan: AIndeks kecocokan komparatif. BRoot mean square error of approximation. C D Indeks kecocokan tambahan. indeks koefisien Tucker-Lewis. eSemua faktor digabungkan. 4. Hasil 4.1. Hasil pengujian hipotesis Penelitian ini menggunakan SEM untuk menguji hipotesis dengan menggunakan IBM AMOS. Tiga dimensi praktik GSCM perilaku (dukungan manajemen internal, keterlibatan pemasok, dan keterlibatan pelanggan) dibangun sebagai faktor GSCM perilaku urutan kedua sementara empat dimensi praktik GSCM teknis (desain ramah lingkungan, manufaktur ramah lingkungan, logistik terbalik, dan alat manajemen lingkungan ) dibangun sebagai faktor GSCM teknis orde kedua. Selain itu, kinerja ekonomi, lingkungan, dan operasional dibangun sebagai faktor kinerja orde kedua organisasi.Tabel 7merangkum hasil analisis SEM, menggambarkan hubungan langsung antara dua dari tiga faktor (perilaku, teknis, dan kinerja). H1, H2, dan H3, yang mengusulkan hubungan langsung, didukung. Selanjutnya, hasil analisis SEM juga mendukung H4: praktik teknis GSCM 9
  • 10. J. Liu, dkk. Penelitian Transportasi Bagian E 140 (2020) 102013 Tabel 7 Hasil SEM untuk hipotesis. Hipotesiskan tujuan hasil SEM R2 Hasil tes H1: B memiliki efek langsung positif pada P 0,31 didukung H2: T berpengaruh langsung positif terhadap P 0,36 didukung H3: B berpengaruh langsung positif terhadap T 0,73 didukung H4: B memiliki efek mediasi pada hubungan antara T dan P T:0,74 P:0,38 didukung T:0,74 P:0,37 Catatan: *P< .05, **P< .01, ***P< .001. B: GSCM perilaku; T: GSCM teknis; P: kinerja organisasi. secara positif memediasi hubungan antara praktik perilaku GSCM dan kinerja organisasi. H1 menunjukkan bahwa praktik GSCM perilaku berhubungan positif dengan kinerja organisasi, yang didukung oleh koefisien jalur yang signifikan sebesar 0,43 (t = 5,75,P<0,001). Pengaruh langsung dan positif dari praktik GSCM perilaku dan kinerja organisasi menjadi tidak signifikan (koefisien jalur = 0,07, t = 0,40,P=0,70) saat faktor GSCM teknis dikontrol. Pengaruh langsung technical GSCM terhadap kinerja organisasi (koefisien jalur = 0,44, t = 2,49,P=0,013) dan pengaruh langsung GSCM behavioral terhadap GSCM teknikal (koefisien jalur = 0,82 t = 8,47,P<0,001) masih positif signifikan. Hasil terkait disajikan diGambar 2. Hasil ini menyiratkan bahwa praktik GSCM teknis memiliki efek mediasi penuh pada hubungan antara praktik GSCM perilaku dan kinerja organisasi. Oleh karena itu, H4 didukung penuh. Selain itu, R2nilai untuk GSCM teknis dan variabel kinerja bervariasi antara 0,31 dan 0,74. 4.2. Tes post hoc Beberapa penelitian meneliti apakah dan bagaimana komponen praktik GSCM teknis memengaruhi kinerja organisasi yang terkait dengan praktik perilaku GSCM (Laari et al., 2016; Lee, 2015), yaitu hubungan teknis -> perilaku -> kinerja (selanjutnya, T-> B-> P).Tabel 7merinci hubungan positif yang signifikan antara praktik GSCM perilaku dan teknis. Pada Gambar 2.Efek mediasi praktik GSCM teknis pada hubungan antara perilaku GSCM dan kinerja organisasi. *P< .05, ** P< .01, ***P< .001; Chi-kuadrat = 867,80,df=449, Chi-kuadrat bernorma = 1,93, CFI = 0,91, RMSEA = 0,07, TLI = 0,9. 10
  • 11. J. Liu, dkk. Penelitian Transportasi Bagian E 140 (2020) 102013 Tabel 8 Hasil tes post hoc. hasil SEM R2 0,31 0,36 0,73 B:0,77 P:0,34 B:0,74 P:0,37 Catatan: *P< .05, **P< .01, ***P< .001. B: GSCM perilaku; T: GSCM teknis; P: kinerja organisasi. dasar teorisasi B- > T- > P, dimensi lembut GSCM (yaitu, aspek perilaku) memberikan dasar untuk implementasi praktik teknis GSCM, tetapi tidak sebaliknya (yaitu, T- > B- > P). Namun, masih bermanfaat untuk memeriksa, secara statistik, apakah praktik GSCM perilaku memiliki efek mediasi pada praktik dan kinerja teknis GSCM (T-> B-> P) (lihatTabel 8). Ituz nilainya adalah 0,39 (SE = 0,148,P= 0,692), menunjukkan bahwa praktik GSCM perilaku tidak memiliki efek mediasi yang signifikan terhadap tautan praktik teknis dan kinerja organisasi, yang sejalan dengan asumsi teoritis. 5. Diskusi 5.1. Implikasi teoritis Hasil penelitian ini memiliki implikasi teoretis kritis. Pertama, penelitian ini mempertimbangkan praktik GSCM dari perspektif perilaku versus teknis dan berteori pengaruhnya terhadap kinerja organisasi. Umumnya, pentingnya praktik perilaku diabaikan dan perusahaan cenderung memusatkan perhatiannya pada praktik teknis pada tahap awal implementasi GSCM (Ruiz-Quintanilla et al., 1996). Namun, penelitian ini menguatkan temuan bahwa praktik GSCM perilaku merupakan prasyarat untuk praktik GSCM teknis, dan kedua praktik tersebut memiliki efek positif pada kinerja organisasi di pasar negara berkembang (Chien dan Shih, 2007; Geng et al., 2017; Zhu et al., 2005). Selain itu, hasil menunjukkan bahwa praktik GSCM teknis memiliki efek mediasi penuh pada hubungan antara praktik GSCM perilaku dan kinerja organisasi, menyiratkan bahwa praktik GSCM perilaku bersifat infrastruktur dan memiliki dampak positif selanjutnya pada praktik GSCM teknis dan kinerja organisasi. Hasil ini memperkuat perspektif teori STS dan sejalan dengan, namun tidak terbatas pada, pengetahuan konvensional bahwa komponen lunak praktik GSCM, seperti komitmen manajemen puncak, hubungan pemasok, dan kerja sama pelanggan, harus diperlakukan sebagai praktik penting untuk memfasilitasi implementasi praktik GSCM yang berfokus pada teknik (keras) (Dubey et al., 2015; Mitra dan Datta, 2014; Muduli et al., 2013). Tidak seperti karya sebelumnya yang mengandalkan beberapa praktik GSCM, penelitian ini menggunakan kerangka praktik GSCM yang lebih terintegrasi yang terdiri dari praktik perilaku dan teknis kritis yang dirangkum dari literatur. Dengan demikian, hasil studi menunjukkan hubungan langsung antara praktik GSCM perilaku/teknis terhadap kinerja dan berkontribusi pada literatur GSCM dengan mengungkap efek mediasi praktik GSCM teknis pada hubungan antara praktik GSCM perilaku dan kinerja. Dalam hal ini, diskusi umum tentang dimensi keras (teknis) praktik GSCM harus dipertimbangkan kembali oleh para sarjana. Oleh karena itu, diperlukan lebih banyak penelitian tentang perspektif perilaku dan teknis praktik GSCM. Kedua, penelitian ini berkontribusi pada penerapan teori STS (Cooper dan Foster, 1971; Kull et al., 2013), melalui penggunaan konteks GSCM. Teori STS menunjukkan bahwa subsistem sosial dan teknis harus diintegrasikan untuk meningkatkan efektivitas sistem (Pasmore, 1988). Sejalan dengan prediksi berdasarkan STS, penelitian ini menunjukkan bahwa praktik perilaku GSCM meningkatkan penerapan praktik teknis dan dapat membantu perusahaan untuk menuai manfaat dari penerapan praktik GSCM. Dalam studi sebelumnya, kedua subsistem berkontribusi pada satu indikator kinerja ekonomi (yaitu, kinerja operasional). Namun, penelitian ini memberikan bukti empiris bahwa teori STS memengaruhi kinerja lingkungan dan operasional. Ketiga, penelitian ini berkontribusi pada literatur dengan mengungkapkan bagaimana praktik GSCM perilaku dapat dipengaruhi oleh praktik GSCM teknis untuk mencapai kinerja organisasi yang unggul, seperti melalui aspek ekonomi, lingkungan, dan operasional. Meskipun banyak penelitian telah mengeksplorasi hubungan antara praktik GSCM dan kinerjanya, hanya sedikit yang menganalisis tiga 11
  • 12. J. Liu, dkk. Penelitian Transportasi Bagian E 140 (2020) 102013 metrik kinerja secara bersamaan. Oleh karena itu, penelitian ini memberikan penilaian yang lebih holistik tentang pengaruh praktik GSCM perilaku dan teknis terhadap kinerja. 5.2. Implikasi praktis Temuan empiris memiliki implikasi penting untuk praktik mengenai bagaimana manajer perusahaan di pasar negara berkembang harus lebih efektif menerapkan praktik GSCM untuk menuai manfaat terkait. Karena hasil analisis SEM menunjukkan hubungan positif antara praktik GSCM teknis dan kinerja, penting bagi manajer untuk terus berinvestasi dalam praktik teknis, seperti penerapan teknologi yang lebih bersih, sistem informasi, dan perangkat lingkungan lainnya, untuk meningkatkan kinerja lingkungan. Hal ini konsisten dengan fakta bahwa terdapat kesenjangan, dalam hal teknologi dan peralatan lingkungan, antara perusahaan dari pasar negara berkembang dan negara maju. Hal ini menyiratkan bahwa pendekatan konvensional yang menekankan pada dimensi keras praktik GSCM masih dapat meningkatkan kinerja organisasi. Adapun perusahaan terkemuka di pasar negara berkembang, mereka harus tetap mengikuti perusahaan dari negara maju dengan terlibat dalam kegiatan yang lebih proaktif dan mencurahkan upaya mereka untuk praktik teknis, seperti R&D dalam teknologi atau peralatan hijau. Perusahaan kecil dan menengah dapat melibatkan praktik teknis GSCM pelanggan (misalnya, perusahaan multinasional) dan mendapatkan dukungan dari mereka. Pemerintah harus mengambil langkah-langkah, seperti membuat program percontohan atau percontohan, untuk mempromosikan difusi praktik GSCM terbaik di antara perusahaan, terutama usaha kecil dan menengah. Perusahaan kecil dan menengah dapat melibatkan praktik teknis GSCM pelanggan (misalnya, perusahaan multinasional) dan mendapatkan dukungan dari mereka. Pemerintah harus mengambil langkah-langkah, seperti membuat program percontohan atau percontohan, untuk mempromosikan difusi praktik GSCM terbaik di antara perusahaan, terutama usaha kecil dan menengah. Perusahaan kecil dan menengah dapat melibatkan praktik teknis GSCM pelanggan (misalnya, perusahaan multinasional) dan mendapatkan dukungan dari mereka. Pemerintah harus mengambil langkah-langkah, seperti membuat program percontohan atau percontohan, untuk mempromosikan difusi praktik GSCM terbaik di antara perusahaan, terutama usaha kecil dan menengah. Praktik teknis dapat dimanfaatkan ketika praktik perilaku menjadi fondasi perusahaan. Argumen ini menyiratkan bahwa teknologi atau peralatan canggih belum tentu mengarah pada praktik terbaik di pasar negara berkembang, tetapi praktik terbaik bergantung pada faktor kontekstual dan perilaku (Khanna, 2014). Bukti empiris dari perusahaan di negara maju telah menunjukkan bahwa praktik perilaku GSCM memainkan peran strategis dalam meningkatkan kinerja.Cho et al., 2017). Mempertimbangkan perbedaan antara pasar negara berkembang dan negara maju, hasil penelitian ini memberikan referensi berbasis GSCM untuk perusahaan di pasar negara berkembang. Dengan kata lain, praktik GSCM perilaku yang diterapkan di perusahaan fokus menciptakan lingkungan kerja sama antara pemasok dan pelanggan untuk meningkatkan keterlibatan mereka dalam implementasi teknis GSCM. Selain itu, praktik perilaku dapat mendorong penyebaran prinsip- prinsip GSCM di seluruh mitra rantai pasokan. Untuk tujuan ini, manajer harus termotivasi untuk menerapkan praktik perilaku untuk menikmati manfaat yang disebutkan di atas. Implikasi ini juga dapat diterapkan pada perusahaan di pasar negara berkembang lainnya; implementasi GSCM mereka dapat meningkatkan kinerja. 6. Kesimpulan Studi ini mengadopsi perspektif berbasis teori STS untuk memahami peran praktik GSCM perilaku dan teknis dalam meningkatkan kinerja organisasi di antara perusahaan-perusahaan di China, negara tipikal dengan ekonomi baru. Dua kategori praktik GSCM dieksplorasi, dan mekanisme yang mendasari bagaimana praktik GSCM perilaku versus teknis memengaruhi kinerja organisasi dijelaskan; peran mediasi praktik GSCM teknis terungkap untuk memengaruhi praktik dan kinerja perilaku GSCM. Dari perspektif manajerial, temuan menunjukkan bahwa manajer di perusahaan pasar berkembang harus lebih memperhatikan praktik GSCM yang berorientasi perilaku dan berinvestasi lebih banyak dalam praktik teknis. Umumnya, Baik analisis SEM dan post hoc mendukung efek mediasi praktik GSCM teknis pada hubungan antara praktik perilaku dan kinerja. Hasilnya dapat ditafsirkan dalam konteks perusahaan manufaktur China. Artinya, dibandingkan dengan perusahaan manufaktur di negara maju, perusahaan China kurang canggih dalam mengimplementasikan GSCM (Zhu et al., 2017). Banyak perusahaan manufaktur China dihadapkan pada tekanan lingkungan yang luar biasa yang diberikan oleh pemerintah dan pelanggan multinasional mereka. Akibatnya, praktik teknis saja telah diadopsi untuk memenuhi persyaratan lingkungan karena dianggap sebagai solusi "cepat" untuk masalah terkait. Sebaliknya, perusahaan di negara maju mulai lebih fokus pada praktik perilaku GSCM yang berupaya melibatkan pemasok dan pelanggan karena praktik teknis mereka telah mencapai kematangan (Cho et al., 2017). Studi banding yang menggunakan sampel dari pasar negara berkembang dan negara maju dapat bermanfaat. Misalnya, studi harus menentukan apakah praktik GSCM perilaku memiliki efek mediasi pada hubungan antara praktik teknis GSCM dan kinerja organisasi dengan menggunakan sampel dari negara maju. Mirip dengan studi empiris lainnya, penelitian ini tunduk pada beberapa keterbatasan yang memberikan peluang untuk penelitian masa depan. Pertama, data dikumpulkan dengan menggunakan survei. Keabsahan informasi yang dilaporkan dalam suatu perusahaan tampaknya ditentukan oleh persepsi masing-masing responden. Sangat ideal untuk memiliki beberapa responden dalam satu perusahaan. Namun, dalam praktiknya sulit untuk mendapatkan tanggapan dari dua atau lebih personel dalam perusahaan yang sama, walaupun keandalan data dapat ditingkatkan dengan menggunakan beberapa tanggapan (Flynn et al., 2018). Namun, penelitian ini memastikan anonimitas dalam distribusi dan pengumpulan survei serta secara eksplisit meminta responden untuk menyelesaikan pertanyaan survei dengan kemampuan terbaik mereka. Selanjutnya, manajer senior berpengalaman yang akrab dengan praktik GSCM diminta untuk mengisi survei. Oleh karena itu, informasi yang diberikan harus dapat dipercaya. Kedua, meskipun penelitian ini menggunakan dua strategi pengambilan sampel yang populer (snowball dan convenience sampling), risiko perwakilan yang terbatas terlihat jelas dan mungkin memengaruhi interpretasi hasil. Sampling acak direkomendasikan untuk pengumpulan data dalam studi survei GSCM. Ketiga, kajian ini dalam konteks ekonomi baru (China), yang berbeda dengan negara-negara maju tersebut. Efektivitas praktik GSCM perilaku dan teknis dapat bervariasi dalam kondisi kontekstual makro lainnya (misalnya, 12
  • 13. J. Liu, dkk. Penelitian Transportasi Bagian E 140 (2020) 102013 infrastruktur industri) dan juga dipengaruhi oleh kemungkinan ketidakpastian lingkungan. Lebih banyak studi empiris diperlukan untuk lebih memahami pengaruh kontingensi pada hubungan antara praktik GSCM perilaku, teknis, dan kinerja organisasi. Keempat, penelitian ini mengklasifikasikan praktik GSCM ke dalam praktik perilaku dan teknis dan meneliti hubungan antara mereka dan metrik kinerja daripada menyelidiki hubungan timbal balik antara faktor komponen (misalnya, komponen teknis A dengan komponen perilaku B). Bahkan lebih rumit ketika praktik GSCM dianalisis pada tingkat praktik individu dalam kerangka kerja SEM. Namun, beberapa diskusi terkait dapat ditemukan dalam literatur (Zhu et al., 2008, 2013) dan dapat memberikan titik awal untuk penelitian masa depan. Akhirnya, mengingat perkembangan GSCM bersifat dinamis, penelitian selanjutnya dapat dilakukan dengan mengumpulkan data deret waktu dengan desain penelitian yang berbeda (“B- > T- > P” dan “T- > B- > P”), dan membandingkan hasil dari negara maju di bawah desain yang sama. Pernyataan kontribusi kepengarangan CRedit Jun Jun Liu:Kurasi data, Analisis formal, Penulisan - draf asli, Konseptualisasi, Metodologi, Software.Houbao Hu: Investigasi, Kurasi Data, Konseptualisasi.xun tong:Konseptualisasi, Metodologi, Penulisan - review & editing.Qinghua Zhu:Pengawasan, Metodologi, Validasi, Penulisan - review & editing. Terima kasih Pekerjaan ini didukung oleh proyek-proyek utama dari National Science Science Foundation of China (71632007, 71690241) dan Program of Shanghai Academic/Technology Research Leader (18XD1402100). Lampiran A Gambar. A.1 dan A.2. Gambar A1.CFA tanpa faktor laten umum (Chi-square = 846.331,df. = 419,P<0,001, Norma Chi-kuadrat = 2,02; CFI = 0,91, RMSEA = 0,07, TLI = 0,90). 13
  • 14. J. Liu, dkk. Penelitian Transportasi Bagian E 140 (2020) 102013 Gambar A2.CFA dengan faktor laten umum (Chi-square = 692.245,df=387,P<0,001, Chi-kuadrat bernorma = 1,79, CFI = 0,93, RMSEA = 0,06, TLI = 0,92). Referensi Armstrong, JS, Overton, TS, 1977. Memperkirakan bias nonresponse dalam survei surat. J.Mark. Res. 14 (3), 396–402. Azevedo, SG, Carvalho, H., Cruz Machado, V., 2011. Pengaruh praktik hijau terhadap kinerja rantai pasokan: pendekatan studi kasus. Trans. Res. Bagian E- Transisi Logistik Wahyu 47 (6), 850–871. Bellamy, MA, Basole, RC, 2013. Analisis jaringan sistem rantai pasokan: tinjauan sistematis dan penelitian masa depan. Sistem. Eng. 16 (2), 235–249. Boiral, O., 2009. Menghijaukan korporasi melalui perilaku kewargaan organisasi. J.Bus. Etika 87 (2), 221–236. Boiral, O., Paille, P., 2012. Perilaku kewargaan organisasi untuk lingkungan: pengukuran dan validasi. J.Bus. Etika 109 (4), 431–445. Byrne, BM, 2016. Pemodelan Persamaan Struktural dengan AMOS: Konsep Dasar, Aplikasi, dan Pemrograman, edisi ketiga. Routledge, New York. Cantor, DE, Morrow, PC, McElroy, JC, Montabon, F., 2013. Peran faktor individu dan organisasi dalam mempromosikan praktik lingkungan perusahaan. Int. J. Fisika. Distribusikan. Mengelola Logistik. 43 (5–6), 407–426. Cantor, DE, Morrow, PC, Montabon, F., 2012. Keterlibatan dalam perilaku lingkungan di antara karyawan manajemen rantai pasokan: dukungan organisasi perspektif teoretis. J. Manajemen Rantai Pasokan. 48 (3), 33–51. Chan, RYK, He, HW, Chan, HK, Wang, WYC, 2012. Orientasi lingkungan dan kinerja perusahaan: mekanisme mediasi rantai pasokan hijau manajemen dan efek moderat dari intensitas kompetitif. Ind.Pengelola Pasar. 41 (4), 621–630. Chen, L., Shen, B., Wu, X., Ding, X., 2017. Pengembangan sistem pengelolaan energi dan air yang hemat biaya untuk produsen kecil dan menengah. J.Pembersih Melecut. 153 (1), 264–274. Chien, MK, Shih, LH, 2007. Sebuah studi empiris tentang penerapan praktik manajemen rantai pasokan hijau di industri listrik dan elektronik dan mereka hubungannya dengan kinerja organisasi. Int. J.Lingkungan. Sains. Technol. 4 (3), 383–394. Cho, YS, Jung, JY, Linderman, K., 2017. Evolusi QM: manajemen kualitas perilaku sebagai sumber daya strategis perusahaan. Int. J.Prod. Ekon. 191, 233–249. Choi, D., Hwang, T., 2015. Dampak praktik manajemen rantai pasokan hijau terhadap kinerja perusahaan: peran kemampuan kolaboratif. Operasi. Kelola. Res. 8 14
  • 15. J. Liu, dkk. Penelitian Transportasi Bagian E 140 (2020) 102013 (3–4), 69–83. Choi, T.-M., Luo, S., 2019. Tantangan kualitas data untuk operasi rantai pasokan mode berkelanjutan di pasar negara berkembang: peran blockchain, sponsor pemerintah, dan pajak lingkungan. Trans. Res. Bagian E-Logist. Trans. Wahyu 131, 139–152. Choi, TY, Liker, JK, 2002. Manajemen rantai pasokan sebagai fokus manajemen teknologi yang muncul. Trans IEEE. Eng. Mengelola. 49 (3), 198–204. Cooper, R., Foster, M., 1971. Sistem sosioteknik. Saya. Psikol. 26 (5), 467–474. Daily, BF, Bishop, JW, Steiner, R., 2007. Peran mediasi kerja tim EMS karena berkaitan dengan faktor SDM dan kinerja lingkungan yang dirasakan. J.Appl. Bis. Res. 23 (1), 95–109. Daily, BF, Huang, SC, 2001. Mencapai keberlanjutan melalui perhatian pada faktor sumber daya manusia dalam pengelolaan lingkungan. Int. J.Operat. Melecut. Mengelola. 21 (12), 1539–1552. De Giovanni, P., Vinzi, VE, 2012. Kovarian versus estimasi kinerja berbasis komponen dalam manajemen rantai pasokan hijau. Int. J.Prod. Ekon. 135 (2), 907–916. Delmas, MA, Pekovic, S., 2013. Standar lingkungan dan produktivitas tenaga kerja: memahami mekanisme yang menopang keberlanjutan. J.Org. Perilaku. 34 (2), 230–252. Dillman, DA, Smyth, JD, Christian, LM, 2014. Survei Internet, Telepon, Surat, dan Mode Campuran, edisi keempat. John Wiley & Sons Incorporated, New York. Dou, Y., Zhu, Q., Sarkis, J., 2018. Manajemen rantai pasokan multi-tingkat hijau: investigasi pendukung. J. Beli. Pengelola Pasokan. 24 (2), 95–107. Dubey, R., Gunasekaran, A., Ali, SS, 2015. Menjelajahi hubungan antara kepemimpinan, praktik operasional, tekanan kelembagaan dan kinerja lingkungan mance: kerangka kerja untuk rantai pasokan hijau. Int. J.Prod. Ekon. 160, 120–132. Dubey, R., Gunasekaran, A., Papadopoulos, T., 2017. Manajemen rantai pasokan hijau: kerangka teori dan arah penelitian lebih lanjut. Benchmarking-an Int. J. 24 (1), 184–218. Eltayeb, TK, Zailani, S., Ramayah, T., 2011. Inisiatif rantai pasokan hijau di antara perusahaan bersertifikat di Malaysia dan kelestarian lingkungan: menyelidiki hasil. Sumber Daya. Konservasi. Daur ulang. 55 (5), 495–506. Feng, M., Yu, W., Wang, X., Wong, CY, Xu, M., Xiao, Z., 2018. Manajemen rantai pasokan hijau dan kinerja keuangan: peran mediasi operasional dan kinerja lingkungan. Bis. Lingkungan Strategi. 27 (7), 811–824. Fernandez, E., Junquera, B., Ordiz, M., 2003. Budaya organisasi dan sumber daya manusia dalam isu lingkungan: tinjauan literatur. Int. J. Manusia Kelola Sumber Daya. 14 (4), 634–656. Flynn, B., Huang, X., Zhao, X., 2015. Manajemen rantai pasokan di pasar negara berkembang: masalah penelitian kritis. J. Manajemen Rantai Pasokan. 51 (1), 3–4. Flynn, B., Pagell, M., Fugate, B., 2018. Desain penelitian survei dalam manajemen rantai pasokan: kebutuhan akan evolusi dalam harapan kita. J. Manajemen Rantai Pasokan. 54 (1), 1–15. Geng, RQ, Mansouri, A., Aktas, E., 2017. Hubungan antara manajemen rantai pasokan hijau dan kinerja: meta-analisis bukti empiris di Asia negara berkembang. Int. J.Prod. Ekon. 183, 245–258. Golicic, SL, Smith, CD, 2013. Sebuah meta-analisis praktik manajemen rantai pasokan yang ramah lingkungan dan kinerja perusahaan. J. Manajemen Rantai Pasokan. 49 (2), 78–95. Gopal, RRC, Thakkar, J., 2016. Praktik rantai pasokan berkelanjutan: investigasi empiris pada industri mobil India. Melecut. Rencana. Kontrol 27 (1), 49–64. Govindan, K., Khodaverdi, R., Vafadarnikjoo, A., 2015. Metode DEMATEL berbasis fuzzy intuitif untuk mengembangkan praktik dan kinerja hijau dalam pasokan hijau rantai. Sistem Pakar. Aplikasi 42 (20), 7207–7220. Green, KW, Zelbst, PJ, Meacham, J., Bhadauria, VS, 2012. Praktik manajemen rantai pasokan hijau: berdampak pada kinerja. Manajemen Rantai Pasokan.-Int. J.17 (3), 290–305. Grover, V., Jeong, SR, Kettinger, WJ, Teng, JTC, 1995. Penerapan rekayasa ulang proses bisnis. Jurnal Sistem Informasi Manajemen 12 (1), 109–144. Gurca, A., Ravishankar, MN, 2016. Perspektif bricolage tentang inovasi teknologi di pasar negara berkembang. Trans IEEE. Eng. Mengelola. 63 (1), 53–66. Hafezalkotob, A., 2017. Persaingan, kerja sama, dan koopetisi rantai pasokan hijau di bawah peraturan tentang tingkat penghematan energi. Trans. Res. Bagian E-Logistik Trans. Wahyu 97, 228–250. Hoejmose, S., Brammer, S., Millington, A., 2012. Manajemen rantai pasokan "Hijau": peran kepercayaan dan manajemen puncak di pasar B2B dan B2C. Ind. Mengelola. 41 (4), 609–620. Jabbour, CJC, de Sousa Jabbour, ABL, 2016. Manajemen sumber daya manusia hijau dan manajemen rantai pasokan hijau: menghubungkan dua agenda yang muncul. J.Pembersih Melecut. 112, 1824–1833. Jabbour, CJC, Jugend, D., de Sousa, Lopes, Jabbour, AB, Gunasekaran, A., Latan, H., 2015. Pengembangan produk hijau dan kinerja perusahaan Brasil: mengukur peran manusia dan aspek teknis. J. Produk Pembersih. 87, 442–451. Jabbour, CJC, Mauricio, AL, Jabbour, A., 2017. Faktor penentu keberhasilan dan proaktivitas manajemen rantai pasokan ramah lingkungan: menyoroti aspek manusia dari hal ini hubungan berdasarkan kasus dari industri Brasil. Melecut. Rencana. Kontrol 28 (6–8), 671–683. Jabbour, CJC, Santos, FCA, 2008. Hubungan antara dimensi sumber daya manusia dan pengelolaan lingkungan di perusahaan: proposal model. J. Produk Pembersih 16 (1), 51–58. Khanna, T., 2014. Kecerdasan Kontekstual. Harv. Bis. Wahyu 92 (9), 58–68. Kull, TJ, Ellis, SC, Narasimhan, R., 2013. Mengurangi kendala perilaku untuk integrasi pemasok: perspektif sistem sosio-teknis. J. Manajemen Rantai Pasokan. 49 (1), 64–86. Kumar, A., Mangla, SK, Luthra, S., Ishizaka, A., 2019. Mengevaluasi dimensi lunak terkait sumber daya manusia dalam implementasi manajemen rantai pasokan hijau. Melecut. Rencana. Kontrol 30 (9), 699–715. Kumar, S., Luthra, S., Haleem, A., 2013. Keterlibatan pelanggan dalam penghijauan rantai pasokan: metodologi pemodelan struktural interpretatif. J.Indust. Eng. Int. 9 (6), 1–13. Laari, S., Toyli, J., Solakivi, T., Ojala, L., 2016. Kinerja perusahaan dan manajemen rantai pasokan ramah lingkungan yang digerakkan oleh pelanggan. J. Produk Pembersih. 112, 1960– 1970. Lai, KH, Wu, SJ, Wong, CWY, 2013. Apakah praktik logistik terbalik mencapai garis triple bottom dari produsen China? Int. J.Prod. Ekon. 146 (1), 106–117. Laosirihongthong, T., Adebanjo, D., Tan, KC, 2013. Praktik dan kinerja manajemen rantai pasokan hijau. Ind. Kelola. Sistem Data 113 (8), 1088–1109. Lee, SY, 2015. Pengaruh manajemen rantai pasokan hijau terhadap kinerja pemasok melalui akumulasi modal sosial. Manajemen Rantai Pasokan.-Int. J.20 (1), 42–55. Lee, V.-H., Ooi, K.-B., Chong, AY-L., Lin, B., 2015. Analisis struktural tentang penghijauan pemasok, kinerja lingkungan, dan keunggulan kompetitif. Melecut. Rencana. Kontrol 26 (2), 116–130. Li, SR, Jayaraman, V., Paulraj, A., Shang, KC, 2016. Strategi dan kinerja lingkungan proaktif: peran proses rantai pasokan hijau dan produk hijau desain di industri teknologi tinggi Cina. Int. J.Prod. Res. 54 (7), 2136–2151. Lindell, MK, Whitney, DJ, 2001. Akuntansi varians metode umum dalam desain penelitian cross-sectional. J.Appl. Psikol. 86 (1), 114–121. Liu, H., Wei, S., Ke, W., Wei, KK, Hua, Z., 2016. Konfigurasi antara integrasi rantai pasokan dan kompetensi teknologi informasi: orkestra sumber daya- perspektif trasi. J.Oper. Mengelola. 44, 13–29. Liu, J., Feng, Y., Zhu, Q., Sarkis, J., 2018. Manajemen rantai pasokan hijau dan ekonomi sirkular: meninjau teori untuk kemajuan kedua bidang. Int. J.Fis. Distri. Mengelola Logistik. 48 (8), 794–817. Longoni, A., Luzzini, D., Guerci, M., 2018. Menyebarkan pengelolaan lingkungan lintas fungsi: hubungan antara pengelolaan sumber daya manusia hijau dan manajemen rantai pasokan hijau. J.Bus. Etika 151 (4), 1081–1095. Luthra, S., Garg, D., Haleem, A., 2015. Faktor penentu keberhasilan manajemen rantai pasokan hijau untuk mencapai keberlanjutan di industri mobil India. Melecut. Rencana. Kontrol 26 (5), 339–362. Luthra, S., Garg, D., Haleem, A., 2016. Dampak faktor penentu keberhasilan penerapan manajemen rantai pasokan hijau terhadap keberlanjutan: sebuah empiris investigasi industri mobil India. J. Produk Pembersih. 121, 142–158. 15
  • 16. J. Liu, dkk. Penelitian Transportasi Bagian E 140 (2020) 102013 Manz, CC, Stewart, GL, 1997. Mencapai stabilitas fleksibel dengan mengintegrasikan manajemen kualitas total dan teori sistem sosio-teknis. Organ. Sains. 8 (1), 59– 70. McIvor, R., McHugh, M., 2000. Sumber kemitraan: perspektif manajemen perubahan organisasi. J. Manajemen Rantai Pasokan. 36 (2), 12–20. Melnyk, SA, Page, TJ, Wu, SJ, Burns, LA, 2012. Maukah Anda menyelesaikan survei ini: menilai keadaan penelitian survei dalam manajemen rantai pasokan. J. Beli. Pengelola Pasokan. 18 (1), 35–45. Mitra, S., Datta, PP, 2014. Adopsi praktik manajemen rantai pasokan hijau dan dampaknya terhadap kinerja: studi eksplorasi manufaktur India perusahaan. Int. J.Prod. Res. 52 (7), 2085–2107. Muduli, K., Govindan, K., Barve, A., Kannan, D., Geng, Y., 2013. Peran faktor perilaku dalam implementasi manajemen rantai pasokan hijau di pertambangan India industri. Sumber Daya. Konservasi. Daur ulang. 76, 50–60. Niu, B., Xu, J., Lee, CKM, Chen, L., 2019. Waktu pemesanan dan perencanaan pajak saat menjual ke saingan di pasar negara berkembang dengan pajak rendah. Trans. Res. Bagian E-Logistik Transp. Wahyu 123, 165–179. Nunnally, JC, Bernstein, IH, 1978. Teori Psikometrik. McGraw-Hill, New York. Olugu, EU, Wong, KY, Shaaroun, AM, 2011. Pengembangan ukuran kinerja utama untuk rantai pasokan mobil ramah lingkungan. Sumber Daya. Konservasi. Daur ulang. 55 (6), 567–579. Ortas, E., Moneva, JM, Alvarez, I., 2014. Rantai pasokan berkelanjutan dan kinerja perusahaan pemeriksaan global. Manajemen Rantai Pasokan.-Int. J.19 (3), 332–350. Paille, P., Boiral, O., Chen, Y., 2013. Menghubungkan praktik manajemen lingkungan dan perilaku anggota organisasi untuk lingkungan: pertukaran sosial perspektif. Int. J. Pengelolaan Sumber Daya Manusia. 24 (18), 3552–3575. Pasmore, WA, 1988. Merancang organisasi yang efektif: perspektif sistem sociotechnical. John Wiley & Sons Inc, New York. Podsakoff, PM, MacKenzie, SB, Lee, JY, Podsakoff, NP, 2003. Bias metode umum dalam penelitian perilaku: tinjauan kritis literatur dan direkomendasikan obat. J.Appl. Psikol. 88 (5), 879–903. Ruiz-Quintanilla, SA, Bunge, J., Freeman-Gallant, A., Cohen-Rosenthal, E., 1996. Partisipasi karyawan dalam pengurangan polusi: perspektif sosio-teknis. Bis. Lingkungan Strategi. 5 (3), 137–144. Sarkis, J., Zhu, QH, Lai, KH, 2011. Tinjauan teoretis organisasi literatur manajemen rantai pasokan hijau. Int. J.Prod. Ekon. 130 (1), 1–15. Shen, B., Ding, X., Chen, L., Chan, HL, 2017. Rantai pasokan rendah karbon dengan kendala konsumsi energi: studi kasus dari industri tekstil China dan sederhana model analitis. Manajemen Rantai Pasokan.-Int. J.22 (3), 258–269. Shen, L., Muduli, K., Barve, A., 2015. Mengembangkan kerangka kerja pembangunan berkelanjutan dalam konteks industri pertambangan: pendekatan AHP. Sumber Daya. Kebijakan 46, 15–26. Shou, Z., Zheng, X., Zhu, W., 2016. Ketidakefektifan kontrak di pasar negara berkembang: perspektif teori kelembagaan. J.Oper. Mengelola. 46, 38–54. Srivastava, SK, 2007. Manajemen rantai pasokan ramah lingkungan: tinjauan literatur mutakhir. Int. J.manag. Wahyu 9 (1), 53–80. Tang, CS, 2018. Rantai pasokan yang bertanggung jawab secara sosial di pasar negara berkembang: beberapa peluang penelitian. J.Oper. Mengelola. 57, 1–10. Thun, JH, Muller, A., 2010. Analisis empiris manajemen rantai pasokan hijau di industri otomotif Jerman. Bis. Lingkungan Strategi. 19 (2), 119–132. Tokar, T., 2010. Penelitian perilaku di bidang logistik dan manajemen rantai pasokan. Int. J. Mengelola Logistik. 21 (1), 89–103. Trist, EL, Bamforth, KW, 1951. Beberapa konsekuensi sosial dan psikologis dari metode perolehan batu bara longwall. Hubungan Manusia. 4 (1), 3–38. Vachon, S., Klassen, RD, 2008. Manajemen lingkungan dan kinerja manufaktur: peran kolaborasi dalam rantai pasokan. Int. J.Prod. Ekon. 111 (2), 299–315. Wang, Z., Wang, Q., Zhang, S., Zhao, X., 2018. Pengaruh pelanggan dan penggerak biaya pada praktik manajemen rantai pasokan hijau dan kinerja lingkungan. J. Produk Pembersih 189, 673–682. Wu, G.-C., Ding, J.-H., Chen, P.-S., 2012. Pengaruh driver GSCM dan tekanan institusional terhadap praktik GSCM di industri tekstil dan pakaian jadi Taiwan. Int. J. Melecut. Ekon. 135 (2), 618–636. Yang, CS, Lu, CS, Haider, JJ, Marlow, PB, 2013. Pengaruh manajemen rantai pasokan hijau pada kinerja hijau dan daya saing perusahaan dalam konteks pengiriman kontainer di Taiwan. Trans. Res. Bagian E-Logistik Transp. Wahyu 55, 55–73. Yu, WT, Chavez, R., Feng, MY, Wiengarten, F., 2014. Manajemen rantai pasokan hijau terpadu dan kinerja operasional. Manajemen Rantai Pasokan.-Int. J.19 (5–6), 683–696. Zhou, KZ, Su, C., Yeung, A., Viswanathan, S., 2016. Manajemen rantai pasokan di pasar negara berkembang. J.Oper. Mengelola. 46, 1–4. Zhu, Q., Geng, Y., 2013. Pendorong dan hambatan praktik rantai pasokan yang diperluas untuk penghematan energi dan pengurangan emisi di antara produsen China. J.Pembersih Melecut. 40, 6–12. Zhu, Q., Qu, Y., Geng, Y., Fujita, T., 2017. Perbandingan kesadaran peraturan dan praktik manajemen rantai pasokan hijau antara Cina dan Jepang produsen. Bis. Lingkungan Strategi. 26 (1), 18–30. Zhu, Q., Sarkis, J., Geng, Y., 2005. Manajemen rantai pasokan hijau di Cina: tekanan, praktik, dan kinerja. Int. J.Oper. Melecut. Pria. 25 (5–6), 449–468. Zhu, Q., Sarkis, J., Lai, K.-H., 2019. Memilih pendekatan yang tepat untuk menghijaukan rantai pasokan Anda. Penelitian dan Aplikasi Rantai Pasokan Modern. Zhu, Q., Sarkis, J., Lai, KH, 2008. Konfirmasi model pengukuran untuk penerapan praktik manajemen rantai pasokan hijau. Int. J.Prod. Ekon. 111 (2), 261–273. Zhu, Q., Sarkis, J., Lai, KH, 2012. Difusi inovasi manajemen rantai pasokan hijau dan hubungannya dengan peningkatan organisasi: model ekologis perspektif nisasi. J.Eng. Technol. Mengelola. 29 (1), 168–185. Zhu, Q., Sarkis, J., Lai, KH, 2013. Anteseden berbasis kelembagaan dan hasil kinerja praktik manajemen rantai pasokan hijau internal dan eksternal. J. Beli. Pengelola Pasokan. 19 (2), 106–117. Zu, X., 2009. Infrastruktur dan praktik manajemen kualitas inti: bagaimana pengaruhnya terhadap kualitas? Int. J. Kualitas Terpercaya. Mengelola. 26 (2), 129–149. 16